1
Hubungan Kelimpahan Drupella sp. Terhadap Kondisi Tutupan Terumbu Karang Di Perairan Pulau Pucung Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Siti Nurhayati Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected] Henky Irawan Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected] Arief Pratomo Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Secara ekologis, Drupella sp. menjadikan terumbu karang sebagai tempat perlindungan dari serangan predator dan juga sebagai sumber makanannya. Drupella sp. merupakan jenis siput/keong pemakan polip karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelimpahan Drupella sp. terhadap kondisi tutupan terumbu karang di perairan Pulau Pucung. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015 di perairan Pulau Pucung Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Penentuan lokasi sampling dilakukan berdasarkan tehnik Purposive sampling. Lokasi penelitian di perairan Pulau Pucung di bagi menjadi 3 lokasi sampling pengamatan berdasarkan adanya hamparan karang dan keberadaan Drupella sp. Pengambilan data Drupella sp. dan persentase tutupan terumbu karang menggunakan metode Underwater Photo Trensect (UPT) dengan ukuran luas bidang pemotretan adalah (58x44)cm2. Hasil penelitian diperoleh 1 jenis Drupella sp. yaitu Drupella Margariticola. dengan kelimpahan Drupella sp. di lokasi sampling I sebesar 1,46 individu/m2, lokasi sampling II sebesar 2,53 individu/m2 dan lokasi sampling III sebesar 3,29 individu/m2. Nilai rata-rata kelimpahan Drupella sp. sebesar 2,49 individu/m2. Dari jenis yang ditemukan memiliki nilai kelimpahan sebesar 2,49 individu/m2. Berdasarkan hasil analisis korelasi kelimpahan Drupella dan persentase tutupan karang hidup 0,10 dan karang mati -0,04. Hal ini menunjukkan hubungan korelasi yang lemah. Sehingga kondisi kesehatan karang tidak terkait dengan keberadaan Drupella saat ini di perairan Pulau Pucung Desa Malang Rapat.
Kata kunci : Terumbu Karang , Drupella Margariticola, Pulau Pucung Desa Malang Rapat, Underwater Photo Transect(UPT).
2
Relationship between Drupella sp. Abundance and Coral Cover Condition in Pucung Island Seawater Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan ABSTRACT Ecologically, Drupella sp. make the coral reefs as a refuge from predators and also as a food source. Drupella sp. is a species of slug/snail-eating coral polyps. This study aims to determine the relationship between Drupella sp. abundance and. the condition of coral reefs cover in Pucung Island seawaters. The study was held at July 2015 on Pucung Island Seawater Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan,. The sampling location was determined based on purposive sampling technique. The research location in Pucung island seawater divided into three sampling location based on the presence of coral beds and Drupella sp. Drupella data retrieval and the percentage of coral cover used an Underwater Photo Trensect (UPT) method with 58x44 cm2 photoshoot area size.
The research results obtain 1 species of Drupella sp. namely Drupella Margariticola. with the abundance of Drupella sp. at the sampling locations I by 1.46 individuals / m2, the sampling location II by 2.53 individuals / m2 and the sampling locations III by 3.29 individuals / m2. The average value of Drupella sp. abundance by 2.49 individuals / m2. The founded species have a value of abundance of 2.49 ind/m2. Based on the results of correlation analysis Drupella abundance and the percentage of the live coral cover by 0,10 and dead coral by 0.04 indicates a weak correlation. This means that the health condition of the corals are not associated with the presence Drupella currently in the Pucung Island seawaters, Desa Malang Rapat
Keywords: Coral Reef, Drupella Margariticola, Pulau Pucung Desa Malang Rapat, Underwater Photo Transect (UPT).
1
I.
PENDAHULUAN
Kabupaten Bintan merupakan kabupaten yang terdapat di kepulauan Riau dan merupakan wilayah pesisir. Kabupaten Bintan memiliki luas perairan sekitar 8.639.832,85 ha dengan luas terumbu karang 9.058,33 ha yang tersebar di wilayah perairan Bintan. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan tahun 2011, sekitar awal 2000an kondisi ekosistem terumbu karang di Kabupaten Bintan cukup mengkhawatirkan. (Coremap, 2011). Adapun ancaman terhadap ekosistem terumbu karang dapat disebabkan oleh faktor biologi salah satunya adalah predasi oleh hewan gastropoda Drupella sp. Drupella sp. merupakan salah satu jenis siput laut yang hidup di daerah terumbu karang. Siput ini termasuk dalam filum Moluska, kelas Gastropoda, sub kelas Prosobranchia dan famili Muricidae. Prosobranchia dicirikan dengan cangkang tunggal yang berada pada bagian eksternal tubuh. Siput ini hidup secara berkelompok dan menempel pada karang untuk mengkonsumsi polip karang serta meninggalkan bekas makan yang berwarna keputihputihan yang disebut skars. Drupella sp. merupakan jenis keong pemakan karang yang cukup penting untuk diketahui keberadaannya di terumbu karang. (Arbi, 2009 dalam Lalang 2013). Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui dan mengkaji lebih lanjut mengenai hubungan kelimpahan Drupella sp. dan kondisi
terumbu karang yang ada di perairan Pulau Pucung. II.
TINJAUAN PUSTAKA
Terumbu karang merupakan sumberdaya yang khas pada wilayah pesisir dan laut daerah tropis. Terumbu merupakan bentukan endapan-endapan masif kalsium karbonat yang di hasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyereksi kalsium karbonat (Bengen, 2001). Drupella sp. adalah salah satu jenis invertebrata yang bersifat parasit bagi terumbu karang. Dalam kondisi yang ekstrim, invertebrata tersebut merupakan masalah yang cukup serius bagi keberadaan ekosistem terumbu karang. Ledakan populasi invertebrata parasit tersebut merupakan salah satu bentuk dari kondisi yang ekstrim. Jika fenomena ledakan populasi terjadi dalam waktu yang cukup lama dan dalam area yang luas, ini merupakan ancaman kerusakan ekosistem terumbu karang (Holborn et al., 1994 dalam Riska , 2013). Populasi dan distribusi Drupella sp. pernah dilaporkan dan ditemukan pada saat survei kondisi terumbu karang pada beberapa lokasi di Indonesia seperti di Karimun Jawa, palu, dan Banda. Pada perairan laut di Jepang dilaporkan ada sekitar 100.000-200.000 Drupella sp. berhasil dikumpulkan setiap tahun di pantai Barat shikoku pada program pemusnahan dari tahun l995-2001
2
(Ronc, 2003 dalam Johan Ofri, 2009). III.
dengan menggunakan metode purposive sampling (Arikunto 2006).
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015 hingga April 2016, dari persiapan proposal hingga hasil penelitian. Lokasi penelitian bertempat di perairan Pulau Pucung, Desa Malang Rapat, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau
Sumber : Pete Base Map Bintan, LAB SIK FIKP UMRAH B. Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan dan alat yang digunakan adalah Karang, Drupella, GPS, Snorkel, Scuba, Pelampung dan Stopwatch, Underwater paper (alat tulis), Underwater Camera, Aquades, Salt Meter, Fish Fider, Secchi disc, Perahu Bermesin (pompong), Multitester, Kuadran (58x44)cm2, Ms.Excel dan CPCe V4.1 C. Prosedur Penelitian 1. Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian atau Titik Sampling dilakukan
2. Metode Pengambilan Data Pengambilan data Drupella sp. menggunakan metode transek kuadrat (Quadrat Transect). Ukuran kuadrat yang digunakan adalah (58 x 44) cm2 , Terdapat tiga lokasi pengamatan, setiap lokasi diacak sebanyak 31 titik sampling dengan lokasi yang berbeda luasan hamparan karang dengan menggunakan menggunakan Software Sampling Plan. Metode yang digunakan dalam identifikasi jenis Drupella yaitu dengan mengambil beberapa Drupella sp. untuk dicatat berdasarkan jenisnya yang ada pada setiap kuadrat sampling, sampel Drupella difoto dari ujung kepala bagian atas (mahkota) yang paling tinggi hingga ujung ekornya. Setelah dicatat, jenis Drupella yang ada diambil untuk di identifikasi lebih lanjut, dengan mengamati ciri – ciri berupa bentuk morfologi serta warna tubuh dengan menggunakan referensi dari Website World Registration of Marine Species (www. marinespecies.org) . Pengambilan data tutupan karang menggunakan metode Underwater Photo Transect (Giyanto et al., 2010; dalam LIPI, 2014). Pengambilan data dengan metode UPT (Underwater Photo Transect = Transek Foto Bawah Air) dilakukan dengan pemotretan bawah air menggunakan kamera digital yang diberi pelindung (housing)
3
untuk pemakaian bawah air sehingga tahan terhadap rembesan air laut. Pengukuran data oseanografi perairan diambil pada tiap lokasi sampling meliputi Suhu, Kecerahan, Salinitas, Kecepatan Arus dan Kedalaman. D. Jenis Life Form Life form karang digunakan untuk melihat pertumbuhan karang hidup dan karang mati pada hamparan yang telah dilakukan pengacakan pada tiap lokasi pengamatan yang ada di dalam kuadrat. pada analisis skoring lifefom merupakan salah satu kriteria yang dipilih sehingga penting identifikasi bentuk pertumbuhan karang yang dilakukan dan nanti akan dianalisis menggunakan software CPCe V4.1. Berikut contoh life form.karang. E. Pengolahan Data 1.Pengolahan Data Kelimpahan Drupella sp Menurut Gomez dan Yap (1988 dalam Lalang et al, 2013) kelimpahan Drupella sp dihitung dengan persamaan: 𝐍= Dimana: N = kelimpahan (individu/m2) n = jumlah individu jenis drupella di setiap titik sampling A = luas daerah pengamatan (m2). 2. Pengolahan Data Presentase Tutupan Karang Setelah dilakukan pengambilan foto karang yang terdapat pada kuadrat, data tersebut tersimpan dalam bentuk file didalam memori kamera,
selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan software CPCe V4.1. Berdasarkan proses analisis foto yang dilakukan terhadap setiap frame foto yang dilakukan, maka dapat diperoleh nilai presentese tutupan katagori untuk setiap frame dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: Presentese tutupan katagori (
)
(
)
x100
% Kriteria Penilaian Kondisi Terumbu Karang Berdasarkan Persentase Tutupan Karang Hidup No Persentase Kreteria Tutupan Karang(%) 1 0-24,9 Rusak 2 25,0-49,0 Sedang 3 50,0-74,9 Bagus 4 75,0-100,0 Memuaskan Sumber: Gomez dan Yup 1988 dalam Febrianto 2012 F.
Analisis Data
Ukuran yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan (korelasi) linier disebut koefisien korelasi (correlation coefissient) yang dinyatakan dengan notasi ”r” yang sering dikenal dengan nama “Koefisien Korelasi Pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation”, dan secara sederhana dapat ditulis seperti: Dimana:
N = Jumlah Data rxy = koefisien korelasi variabel x dan y
antara
4
x = Variabel bebas (Drupella sp.) y = Variabel terikat (% tutupan karang).
Pucung dapat dilihat pada tabel berikut : Persen Tutupan Karang Hidup, Karang Mati, Biotik dan Abiotik
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kelimpahan Drupella sp. Berdasarkan hasil perhitungan data kelimpahan Drupella sp. di perairan Pulau Pucung pada tanggal 09-10 Juli 2015 rata-rata nilai keseluruhan kelimpahan Drupella sp. sebesar 2,49 ind/m2. B. Kasifikasi Jenis Drupella Hasil identifikasi melalui Website Word Registration of Marine Species (www.marinespecies.org), jenis Drupella sp. yang dijumpai di Perairan Pulau Pucung adalah Drupella margariticola.Ttampak siput Drupella dalam kondisi cangkang sudah dibersihkan dari lapisan lumut kapur (Coraline Algae).
C. Persen Tutupan Karang Hasil pengamatan kondisi terumbu karang diperairan Pulau
Biotik dan Abiotik 18,83%
Karang Hidup 34,12%
Karang Mati 47%
Lokasi I terletak sebelah kanan Perairan Pulau Pucung, karang yang umumnya ditemukan pada lokasi ini adalah Acropora (Acropora branching, Non Acropora Coral massive. Biotik lain (Sponge, alga, Others), dan Abiotik (Sand, dan Rubble), dan karang mati ( Dead coral dan Dead coral with alga) dengan persentase penutupan karang hidup mencapai 29,46%, biotik dan abiotik 10%, sedangkan untuk karang mati adalah 60,54%. Lokasi II terletak ditengah arah laut Perairan Pulau Pucung, karang yang umumnya ditemukan pada lokasi ini adalah Acropora (Acropora branching dan Coral foliose, Non Acropora Coral massive, Coral submasive). Biotik lain (Alga, Sponge, Others), Biotik dan Abiotik (Sand, dan Rubble), dan karang mati ( Dead coral dan Dead coral wait alga) dengan persentase penutupan karang hidup 38,06%, abiotik 31,51% dan karang mati adalah 48,49%. Lokasi III terletak disebelah kiri Perairan Pulau Pucung berbatasan dengan Perairan Teluk
5
D. Hubungan Kelimpahan Drupella terhadap Kondisi Tutupan Karang hidup dan karang mati Analisis hubungan antara kelimpahan Drupella sp. dan kondisi tutupan karang di analisis menggunakan analisis korelasi. Hubungan kelimpahan Drupella sp. terhadap persen tutupan karang hidup
tutupan karang hidup (%)
Hubungan kelimpahan Drupella sp. dan karang hidup di perairan Pulau Pucung 100.000 50.000 0.000 0.000 5.000 10.00015.00020.00025.000 kelimpahan Drupella sp. (ind/m²)
Nilai koefisien korelasi (r) kelimpahan Drupella sp. dan karang hidup pada lokasi perairan Pulau Pucung sebesar 0,10. Nilai kondisi menunjukkan hubungan yang lemah. Hal ini terjadi karena Drupella sebagai predator karang hidup belum sampai merusak karang.
Hubungan kelimpahan Drupella sp.terhadap karang mati di perairan Pulau Pucung. Hubungan kelimpahan Drupella sp. dan karang mati di perairan Pulau Pucung tutupan karang mati (%)
Dalam, karang yang umumnya ditemukan pada lokasi ini adalah Acropora (Acropora branching dan Coral foliose, Non Acropora Coral massive, Coral submasive dan Coral mushroom. Biotik lain (Soft coral, Sponge,Others), Biotik dan Abiotik (Sand, dan Rubble), dan karang mati ( Dead coral dan Dead coral wait alga) dengan persentase penutupan karang hidup 34,48%, abiotik 31,51% dan karang mati adalah 33,66%.
100.000 50.000 0.000 0.000 5.00010.00015.00020.00025.000 kelimpahan Drupella sp. (ind/m²)
Nilai koefisien korelasi (r) kelimpahan antara Drupella dan karang mati pada lokasi perairan Pulau Pucung sebesar -0,04. Nilai korelasi menunjukkan peningkatan hubungan yang lemah dan bernilai negatif. Drupella sp. merupakan siput pemakan polip karang sehingga membutuhkan terumbu karang untuk tetap bertahan hidup, terumbu karang sebagai tempat mencari makan bagi organisme Drupella sp. sehingga terjadi hubungan parasitisme, dimana Drupella mendapatkan keuntungan karena mendapatkan makanan dan terumbu karang mengalami kerugian atau kerusakan akibat pemangsaannya Kondisi kelimpahan Drupella sp di perairan Pulau Pucung belum menunjukkan kerusakan terumbu karang dalam jumlah luas. Hal ini masih dalam katagori normal dan dapat ditoleransi oleh terumbu karang sehingga dapat dikatakan sebagai tingkat keseimbangan yang sifatnya alami.
6
Namun apabila terjadi pemangsaan secara luas dan merusak terumbu karang dalam cakupan area yang lebih luas sehingga mengakibatkan keseimbangan disuatu perairan terganggu. E. Kondisi Oseanografi Perairan Suhu permukaan perairan laut Pulau Pucung berkisar (29⁰C). Hasil dari salinitas yang telah diukur berkisar (31 - 32‰). Hasil pengamatan kedalaman yang diperoleh berkisar (3 – 4 m). Hasil kecepatan arus pada masing-masing lokasi pengamatan menunjukkan adanya perbedaan, dimana lokasi I kecepatan arus sebesar 0,0117 m/dtk, lokasi II sebesar 0,0110 m/dtk dan lokasi III sebesar 0,0114 m/dtk. Kecerahan di lokasi penelitian sangat tinggi dimana penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan dapat menembus sampai ke dasar perairan.
3. Hasil korelasi antara kelimpahan Drupella sp. dan persentase tutupan karang hidup adalah 0,10 bernilai positif dan nilai korelasi antara kelimpahan Drupella sp. dan persentase tutupan karang mati adalah -0,04 bernilai negatif. menunjukkan hubungan korelasi antara Drupella sp., karang hidup dan karang mati memiliki hubungan yang lemah. Hal ini berarti bahwa kondisi kesehatan karang tidak terkait dengan keberadaan Drupella sp. saat ini di peraran Pulau Pucung. B.
Saran
Adapun saran berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Perairan Pulau Pucung Desa Malng Rapat yaitu :Drupella sp. sebagai predator hewan karang, perlu dilakukan pengamatan dan penelitian lanjutan mengenai pola sebaran Drupella sp. terhadap terumbu karang di perairan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Perairan Pulau Pucung Desa Malang Rapat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis Drupella sp. yang ditemukan pada perairan Pulau Pucung adalah Drupella margariticola 2. Persentase tutupan terumbu karang pada lokasi perairan Pulau Pucung secara keseluruhan nilai rata-rata adalah 34.12%, kondisi terumbu karang pada lokasi Pulau Pucung masuk dalam kriteria penilaian “sedang” .
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, RinekaCipta, Jakarta. Bengen, Dietriech, 2001, Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut.Institut Pertanian Bogor. COREMAP II Bintan, 2011, Bahana Jaga Untaian Karang, Mutiara Bahari Di Negeri
7
Bintan, Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Febrianto, T. 2012. Skripsi. Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pulau Nikoi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan . UMRAH. Tanjungpinang. 31 hal (tidak diterbitkan). Johan, Ofri. 2009. Studi Awal Tentang Populasi dan Dampak Predatot Gastropoda Drupella Sp. Terhadap Kematian Karang. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Lalang, Baru Sadarum, La Ode Muh. Yasir Haya, 2013. Jurnal Mina Laut Indonesia. Kelimpahan Drupella dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Mandike Selat Tiworo Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK. Universitas Haluoleo Kendari. Hal 12-22. LIPI, 2014, Panduan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Riska, Baru Sadarum, La Ode Muh. Yasir Haya, 2013. Jurnal Mina Laut Indonesia. Kelimpahan Drupella dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Mandike Selat Tiworo Kabupaten
Muna, Sulawesi Tenggara. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK. Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridarma. Kendari 93232 http://www.marinespecies.org (Website World Registration of Marine Species)