FANY OCTAFIA – 130422505193 – OFFERING L SOAL MATERIALITAS 1. Menurut anda, apa fungsi dari penentuan materialitas oleh auditor pada saat perencanaan audit? 2. Bagaimana hubungan antara meterialitas dan bukti audit? 3. Dalam konsep penentuan materialitas, auditor memerlukan kepastian yang cukup meyakinkan namun tidak absolut. Mengapa demikian? Dan sebutkan apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya penentuan materialitas tiap auditor berbeda-beda! 4. Mengapa materialitas pada tingkat Laporan Keuangan menjadi penting untuk diperhatikan oleh auditor? 5. Dalam penentuan materialitas dikenal ada dua dasar yang digunakan, yakni dasar kuantitatif dan kualitatif. Sebutkan apa saja dasar kuantitatif dalam menentukan materialitas!
RISIKO AUDIT 1. Sebut dan jelaskan 3 unsur risiko audit! 2. Bagaimana hubungan antara tingkat keyakinan auditor dengan risiko audit? 3. Sebutkan faktor-faktor yang memengaruhi penentuan risiko bawaan terhadap satu akun! 4. Mengapa risiko deteksi penting dalam proses audit bagi auditor? 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan risiko audit! Bagaimana model perhitungannya? Dan apa saja faktor yang mempengaruhi risiko audit? BUKTI AUDIT 1. Dalam melaksanankan prosedur audit, auditor memeriksa berbagai jenis bukti audit. Salah satunya diperoleh dari tektik konfirmasi(confirmation). Jelaskan mengapa teknik konfirmasi ini banyak digunakan terutama dalam menguji asersi manajemen terhadap hutang dan piutang usaha! Dan bagaimana cara mendapatkan alat bukti dari tekni ini?
FANY OCTAFIA – 130422505193 – OFFERING L 2. Jelaskan kelemahan serta keunggulan dari prosedur analitis dalam teknik pengumpulan bukti audit! Berikan contoh penerapan teknik ini dalam memperoleh bukti audit! 3. Sebut dan jelaskan jenis bukti audit yang dapat dhasilkan dari teknik tanya jawab/wawancara! 4. Mengapa bukti audit yang diperoleh teknik pengamaan/observation kurang dapat diandalkan? 5. Sebut dan jelaskan ciri-ciri bukti yang kompeten!
FANY OCTAFIA – 130422505193 – OFFERING L JAWABAN MATERIALITAS 1. Karna materialitas merupakan pertimbangan professional auditor sebagai tanggung jawab atas disiplin ilmunya dan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan audit, maka fungsi daripada penentuan materialitas ialah sebagai batas (materiality border) untuk menentukan apakah salah saji material/perlu dikoreksi apa tidak. Biasanya disebut sebagai Tolerable Error (kesalahan yang masih bias ditoleransi). 2. Semakin kecil tingkat materialitas yang ditetapkan maka audit yang dilakukan semakin teliti, contoh ekstrimnya adalah saat tingkat materialitas di tentukan Rp-0 , artinya semua transaksi yang terjadi di perusahaan tersebut dianggap material. Jadi hubungan materialitas dan bukti adalah berbanding terbalik, dimana semakin kecil penentuan tingkat materialitasnya
maka semakin
banyak bukti yang harus di kumpulkan, dan sebaliknya. 3. Konsep materialitas ialah bersifat relative, bukan pertimbangan absolut. Sebab salah saji material pada suatu perusahaan belum tentu merupakan salah saji yang material pula bagi perusahaan lainnya. Besarnya penentuan materialitas oleh tiap auditor berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh: a. b. c. d. 4. Materialitas pada
Faktor individu auditor; Faktor eksternal perusahaan; Tingkat pengaruh suatu akun; Faktor kondisi KAP. tingkat Laporan Keuangan menjadi penting
untuk
diperhatikan oleh auditor disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: a. Laporan keuangan saling terkait; b. Prosedur auditing dipergunakan lebih dari satu laporan yang ada dalam laporan keuangan, dimana saling berkaitan antara satu dengan yang lain. 5. Dasar kuantitati dalam penentuan materialitas diantaranya: a. Total aktiva b. Total pendapatan c. Laba bersih sebelum pajak d. Laba bersih operasi yang berkelanjutan e. Laba kotor f. Rata-rata laba bersih sebelum pajak selama tiga tahun
FANY OCTAFIA – 130422505193 – OFFERING L
RISIKO AUDIT 1. Unsur risiko audit antara lain: a. Risiko Bawaan, adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait. b. Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. c. Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. 2. Hubungan antara tingkat keyakinan auditor dengan risiko audit adalah berbalik. Dimana semakin besar atau tinggi tingkat keyakinan/kepastian (confidence level) dari sang auditor terhadap perusahaan/entitas klien, maka semakin kecil atau rendah risiko audit terhadap perusahaan/entitas klien tersebut. Begitu juga saat tingkat keyakinan auditor terhadap satu perusahaan/entitas rendah, maka risiko auditnya akan tinggi. Sebab auditor berdasarkan pertimbangan profesionalnya merasa ada banyak ketidakberesan dalam entitas/perusahaan tersebut. 3. Faktor penentu risiko bawaan pada suatu akun dipengaruhi oleh: a. Akuntabilitas akun atau transaksi; b. Kerumitan masalah akuntansi yang terkait; c. Sifat, penyebab dan jumlah salah saji yang dideteksi pada tahun sebelumnya. 4. Risiko deteksi dalam perencanaan audit penting bagi auditor sebab risiko deteksi merupakan satu-satunya risiko yang bisa dipengaruhi / dikendalikan oleh auditor, melalui banyak atau sedikitnya bukti dengan penambahan atau pengurangan prosedur audit . Apabila auditor menginginkan risiko deteksi kecil, maka perlu lebih banyak bukti audit/prosedur audit, dan sebaliknya. 5. Risiko audit merupakan risiko yang memungkinkan auditor memberikan
pendapat yang keliru atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Model dari penghitungan risiko audit (audit risk) ditunjukkan
FANY OCTAFIA – 130422505193 – OFFERING L dengan model AR = IR
+ CR + DR
(AR=Audit Risk/risiko audit ;
IR=Inherent Risk/risiko bawaan ; CR=Control Risk/risiko pengendalian ; DR=Detection risk/risiko deteksi)
Risiko audit dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a. Tingkat ketergantungan pengguna eksternal laporan keuangan; b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit diterbitkan; c. Evaluasi auditor terhadap integritas manajemen. BUKTI AUDIT
1. Teknik konfirmasi banyak digunakan dalam prosedur audit, terutama dalam menguji asersi manajemen terhadap hutang dan piutang usaha, sebab bukti audit yang diperoleh dari konfirmasi memiliki keandalan yang sangat tinggi karena bukti audit dari teknik audit ini diperoleh dari pihak ketiga yang independen terhadap klien. Teknik ini dilakukan dengan cara meminta tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan klien. Pada konfirmasi tertulis, konfirmasi adalah surat yang ditandatangai klien, ditujukan kepada pihak ketiga terkait (biasanya pelanggan atau kreditur) untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang/piutang klien pada pihak ketiga tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal neraca). 2. Kelemahan prosedur analitis adalah tidak bisa menguji asersi Presentation and Disclosure. Sedangkan keunggulannya yaitu prosedur analitis biasa digunakan auditor untuk menilai kelayakan data dan menguji keempat asersi lainnya termasuk empat Transaction Related Audit Objective maupun lima Balance Related Audit Objective untuk menguji Valuation. Selain itu, prosedur analitis juga dapat digunakan untuk memahami industri dan bisnis klien, menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas, menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan pengujian dalam laporan keuangan, serta mengurangi pengujian audit rinci.
FANY OCTAFIA – 130422505193 – OFFERING L Contoh penggunaannya misalkan pada pengujian pos piutang, auditor melakukan: a. Auditor membandingkan data piutang tahun ini dengan tahun lalu b. Auditor menghitung dengan teknik-teknik perhitungan statistik untuk melihat rata-rata, korelasi, kecenderungan, maupun kesimpulankesimpulan lain 3. Alat bukti yang dapat dihasilkan dari teknik tanya jawab/wawancara diantaranya: a. Bukti Kesaksian adalah bukti peyakin yang didapat dari pihak lain karena diminta oleh auditor. Peyakin maksudnya adalah untuk mendukung bukti-bukti lain yang telah didapatkan oleh auditor. Biasanya bukti pengujian fisik, bukti dokumen, bukti analisis, atau bukti lisan telah diperoleh, baru kemudian dilengkapi dengan bukti kesaksian. b. Bukti Lisan adalah bukti yang didapat oleh auditor dari orang lain melalui pembicaraan secara lisan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari luar auditi maupun dari pihak auditi sendiri. Dalam hal memperoleh bukti lisan, auditor harus mencatat (menuangkan dalam kertas kerja) dengan seksama termasuk nara sumbernya. c. Bukti Spesialis adalah bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik seorang pribadi maupun instansi atau institusi yang memiliki keahlian yang kompeten dalam bidangnya. Tenaga spesialis yang dapat digunakan adalah semua profesi seperti ahli pertambangan, dokter, ahli purbakala, ahli pertanian, ahli hukum, ahli perbankan, dll. Untuk memenuhi syarat kompetensi bukti audit, maka kompetensi tenaga spesialis tersebut harus terjamin. Dalam hal ini, jika diputuskan untuk menggunakan
tenaga
ahli
(spesialis),
mengusahakan ahli yang diakui oleh umum.
maka
auditor
harus
FANY OCTAFIA – 130422505193 – OFFERING L 4. Bukti audit yang didapat dari teknik observasi kurang dapat diandalkan karena terdapat risiko bahwa karyawan klien yang terlibat aktivitas-aktivitas yang sedang diobservasi telah menyadari kehadiran auditor sehingga pada saat dilakukan observasi, karyawan klien akan mengubah perilakunya dengan melaksanakan tanggungjwabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan. 5.
Bukti yang kompeten yaitu bukti yang valid dan relevan, bukti yang valid dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Indepedensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti, bukti yang diperoleh dari sumber eksternal (misalnya konfirmasi) memiliki validitas lebih tinggi dibandingkan bukti yang diperoleh dari sumber internal. Meskipun sumber informasi independen, bukti tidak valid jika orang yang menyediakan informasi tidak mempunyai kualifikasi untuk melakukan hal tersebut. Sebagai contoh, penyedia informasi yang dapat diakui adalah DJBC, Bapepam, dan lain-lain. b. Kondisi di mana bukti diperoleh, bukti yang dihasilkan oleh entitas yang memiliki system pengendalian internal kuat memiliki validitas lebih tinggi dibandingkan bukti yang dihasilkan oleh entitas yang memiliki sistem pengendalian internal lemah. c. Cara bukti diperoleh, bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor
(misalnya observasi persediaan) lebih handal dibandingkan bukti yang diperoleh secara tidak langsung (misalnya hasil wawancara dengan klien).