KEMAMPUAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2009/2010 OFFERING AA DALAM ANALISIS KALIMAT BAHASA JERMAN BERDASARKAN IC GRAMMATIK Hanum Surya Dewi Pembimibng (I): Edy Hidayat, S.Pd.,M.Hum. Pembimbing (II): Deddy Kurniawan, S.Pd., M.A. ABSTRAK:Tujuan penelitian ini untuk (1) mengindentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan ICGrammatik, (2) mendeskripsikan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Data dikumpulkan melalui hasil tes tertulis berupa analisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik dari 18 mahasiswa, dan dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif yang difokuskan pada penelitian pendidikan. Hasil penelitian adalah mahasiswa masih melakukan banyak kesalahan menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Kesalahan-kesalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap struktur kalimat, kategori leksikal dan jenis frase dalam bahasa Jerman. Kata kunci: analisis kalimat, IC Grammatik, jenis frase ABSTRACT:Das Ziel dieser Untersuchung ist es, die Beherrschung der Deutschstudenten des Jahrgangs 2009/2010 Klasse AA bei der Satzanalyse durch IC Grammatik zu beschreiben. Die verwendete Methode in dieser Untersuchung ist die deskriptive qualitative Metodhe. Die Daten sind die Ergebnisse der Satzanalyse durch IC Grammatik, die durch einen schriftlichen Test gesammelt wurden. Die Datenquelle dieser Untersuchung sind DeutschstudentInnen des Jahrgangs 2009/2010 Klasse AA, nämlich 18 Studenten. Das verwendete Instrument dieser Untersuchung ist schriftlicher Test der Satzanalyse durch IC Grammatik. Das Ergebniss der Untersuchung lässt sich feststellen, dass die Studenten noch Fehler bei der Satzanalyse durch IC Grammatik machen. Die Fehler, die die Studenten gemacht haben, sind Nominalphrase, Verbalphrase, Präpositionalphrase, Determinator, Präposition, Adjektiv und Adverb, trennbare Verben, und Fragesatz. Diese Fehler werden durch mangelndes Verständnis an die deutsche Satzstruktur, lexikalische Kategorien und Phrasenteile verursacht. Schlüβelwörter: Satzanalyse, IC Grammatik, Phrasenteile
Pada matakuliah Deutsche Syntax disajikan beberapa materi, antara lain Wortarten atau kelas kata, traditionelle Grammatik atau tata bahasa tradisional, IC Grammatik atau unsure bawahan langsung, Transformationen atau transformasi, Dependenzgrammatik/Valenzgrammatik atau valensi. Materi-materi tersebut di atas berisi tentang analisis kalimat dalam bahasa Jerman yang diberikan pada semester 5 secara mendetail.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti matakuliah Deutsche Syntax, banyak mahasiswa mengalami kesulitan pada analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik. Kesulitan tersebut terjadi karena kurangnya ketelitian dan pemahaman terhadap struktur kalimat, jenis frase dan kata bahasa Jerman. Susunan atau posisi antarkata dalam konstruksi sintaksis bahasa Jerman berbeda dengan bahasa Indonesia. IC Grammatik (Immediate Constituents) dipadankan dengan unsur bawahan langsung yang disingkat surlang. Surlang merupakan teknik analisis bahasa secara struktural untuk menemukan satuan-satuan bahasa yang secara beruntun/bertahap membentuk konstruksi bahasa yang lebih tinggi. Di samping itu IC Grammatik juga didefinisikan sebagai analisis konstituen, yakni analisis kalimat atas unsur-unsur yang lebih kecil; setiap konstituen yang kompleks dapat dianalisis lagi atas konstituen, sehingga kalimat dapat dipandang sebagai lapisanlapisan konstituen. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kemampuan mahasiswa untuk menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik pada matakuliah Deutsche Syntax Jurusan Sastra Jerman Angkatan 2009/2010 Offering AA. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: (1) kesalahan apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik, (2) kemampuan mahasiswa dalam menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik.
METODE Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu “ Kemampuan Mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Angkatan 2009/ 2010 Offering AA dalam Analisis Kalimat Bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik ”, maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif yang difokuskan pada penelitin pendidikan, yakni mendeskripsikan kemampuan mahasiswa menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Penentuan subjek penelitian dilakukan pada mahasiswa yang telah mempelajari materi IC Grammatik. Pemilihan didasarkan atas pertimbangan keterbatasan waktu dan subjek penelitian, yakni mahasiswa yang telah mempelajari materi IC Grammatik duduk pada semester enam, sementara materi IC Grammatik diajarkan pada semester lima sehingga untuk mempermudah mengumpulkan subjek penelitian, diambillah subjek penelitian tersebut melalui mahasiswa yang menempuh matakuliah linguistic lanjutan, yaitu „Deutsche Semantik‟.
HASIL DAN PEMBAHASAN KesalahanAnalisisKalimatBerdasarkanIC Grammatik Analisis Kalimat berdasarkan IC Grammatik terdiri atas lima bentuk analisis. Dari kelima bentuk analisis tersebut, ditemukan beberapa jenis kesalahan
antara lain: (1) kesalahan menganalisis Nominalphrase sebanyak 40 (empat puluh) kesalahan, (2) kesalahan menganalisis Verbalphrase sebanyak 79 (tujuh puluh sembilan) kesalahan, (3) kesalahan menganalisis Präpositionalphrase sebanyak 33 (tigapuluhtiga) kesalahan, (4) kesalahan menganalisis Determinator sebanyak 7 (tujuh) kesalahan, (5) kesalahan menganalisis Präposition 15 (lima belas) kesalahan, (6) kesalahan menganalisis Adjektiva dan Adverbia sebanyak 7 (tujuh), (7) kesalahan menganalisis trennbare Verben 17 (tujuh belas) kesalahan, dan (8) kesalahan menganalisis kalimat tanya (Fragesatz) sebanyak 36 (tiga puluh enam). Kesalahan mendasar yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa dalam analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik adalah pengelompokkan konstituen dalam kalimat secara struktural, misalnya kesalahan menganalisis Nominalphrase. Penguraian kalimat ke dalam Nominalphrase, terutama yang berada pada posisi subjek kalimat akan mempengaruhi konstituen Verbalphrase. Banyak di antara mahasiswa yang mengelompokkan konstituen Nominalphrase ke dalam Verbalphrase atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bechert, dkk. yang menyatakan (1973) bahwa sebuah kalimat yang dianalisis berdasarkan unmittelbare Konstituenten „unsur bawahan langsung‟ dibagi dalam dua konstituen langsung, yaitu Nominalphrase dan Verbalphrase. Kelompokkelompok kata dalam tiap konstituen dapat diuraikan lagi sampai pada konstituen terkecil untuk menerangkan kategori leksikal unsur pembentuk kata dalam kalimat, sehingga posisi Nominalphrase dan Verbalphrase dalam kalimat harus sesuai agar dapat dilihat struktur pembentuk subjek dan predikat dalam kalimat. Selain menemukan kesalahan menganalisis Nominalphrase, banyak juga ditemukan kesalahan menganalisis Verbalphrase. Bahkan kesalahan Verbalphrase ini merupakan kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Gross (1988) bahwa pakar linguistik Amerika seperti Fries, Harris dan Gleason meneliti tentang struktur kalimat yang menyerupai struktur morfologi dari kata-kata kompleks yang disebut dengan unsur atau komponen kalimat yang membentuk susunan konstituen dengan tingkatan yang bermacam-macam. Dalam hal ini Verbalphrase dianalisis ke dalam konstituenkonstituen yang lebih kecil, yaitu Verb, Nominalphrase, dan Verbalphrase. Jenis kesalahan selanjutnya berupa kesalahan menganalisis Präpositionalphrase. Dari dua jenis data yang di dalamnya terdapat Präpositionalphrase ditemukan 33 (tiga puluh tiga) kesalahan analisis. Chaer (1987) menyatakan bahwa frase preposisi adalah kelompok kata yang membentuk satuan sintaksis yang lebih besar di dalamnya terdapat preposisi, maka untuk menguraikan frase preposisi tidak diuraikan secara langsung sesuai kategori leksikalnya tetapi diuraikan dalam preposisi dan frase nominal yang membentuknya. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Trawinski (Internet:2012) yang menyatakan bahwa sebuah kalimat yang dianalisis ke dalam surlang (unsur bawahan langsung) harus diuraikan sampai pada konstituen terkecil, yaitu menguraikan kata tersebut samapai kepada kategori leksikal. Jenis kesalahan selanjutnya adalah kesalahan menganalisis Determinator. Dari data hasil analisis kalimat, masih ditemukan beberapa mahasiswa yang kurang tepat menandai Determinator. Determinator adalah penanda kategori leksikal untuk artikel. Pada kenyataannya, masih ada beberapa mahasiswa yang mengelompokkan artikel ke dalam Nomen. Hal ini sesuai dengan pendapat Valin (2001) yang mengelompokkan Determinator ke dalam kategori leksikal minor
yang terdiri dari artikel atau kata sandang dan demonstrativa atau kata penunjuk. Determinator dalam sebuah kalimat berfungsi sebagai referensi atau acuan yang menjelaskan suatu benda. Jika kalimat diuraikan secara struktural sampai pada rantai akhir dengan benar, maka akan mengurangi terjadinya kesalahan menandai Determinator dalam kalimat. Jenis kesalahan lain yang dilakukan oleh mahasiswa adalah kesalahan menganalisis Präposition. Dalam analisis konstituen, präposition atau kata depan berhubungan secara langsung dengan Präpositionalphrase. Kecenderungan mahasiswa ketika kurang tepat menganalisis Präpositionalphrase, maka ada kemungkinan salah menganalisis Präposition. Hal ini diperkuat oleh pendapat Valin (2001) yang menyatakan bahwa dalam pembahasan konstituen-konstituen dalam kalimat harus memperhatikan kategori leksikal. Dalam pembahasannya disebutkan bahwa nomina, verba, ajektiva, adverbial, dan adposisi; terbagi ke dalam preposisi dan posposisi merupakan kategori leksikal mayor. Jenis kesalahan berikutnya adalah kesalahan menganalisis Adjektiva dan Adverbia. Kesulitan mahasiswa menganalisis Adjektiva dan Adverbia terjadi karena mahasiswa kebingungan menganalisis frase nominal yang di dalamnya terdapat kata sifat. Pendapat ini diperkuat oleh Eppert (1988) yang mendefinisikan ajektiva sebagai kata yang memiliki ciri, antara lain: (1) makna adjektiva biasanya merupakan sifat kualitatif atau kantitatif dari orang/benda, peristiwa/kejadian, keadaan, (2) melalui penggabungan kata benda/sifat dapat membentuk ajektiva baru, (3) Ajektiva dapat berubah bentuk bila berdiri sebelum kata benda. Maka harus dipahami bahwa dalam kata benda yang diterangkan oleh kata sifat terjadi proses derivasi pada kata benda, sehingga kedua kata tersebut di dalam frase berkedudukan sebagai kata sifat. Selain ditemukan kesalahan analisis frase, ditemukan pula kesalahan menganalisis trennbare Verben. Ketidaktepatan mahasiswa meletakkan prefiks dalam kalimat bisa menimbulkan ambiguitas apakah prefiks tersebut termasuk ke dalam kategori prefiks bahasa Jerman ataukah Determinator dan Präposition. Hal ini sesuai dengan pendapat Reimann (2001) bahwa trennbare Verben adalah kata kerja yang di dalamnya terdapat prefiks. Trennbare di sini berasal dari kata trennen yaitu memisahkan. Trennbare dalam konteks ini adalah dapat dipisahkan, sehingga penggunaan trennbare Verben dalam kalimat harus dipisahkan sesuai kaidah yang telah ditentukan, sedangkan dalam analisis konstituen harus dikembalikan untuk menghindari ambiguitas prefiks tersebut masuk dalam kategori Determinator atau Präposition. Jenis kesalahan berikutnya yang ditemukan oleh peneliti berupa kesalahan menganalisis kalimat tanya. Kesalahan mahasiswa menganalisis kalimat tanya disebabkan oleh kesulitan menguraikan kalimat tanya secara struktural. Dalam bahasa Jerman sendiri, kalimat tanya dibagi dalam dua jenis, yaitu kalimat tanya yang mengandung Fragewörter dan Ja/Nein Frage. Struktur kalimat tanya bahasa Jerman sendiri berbeda dengan bahasa Inggris, sehingga untuk analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik sulit untuk diterapkan dalam bahasa Jerman.
KemampuanMahasiswaMenganalisisKalimatBerdasarkanIC Grammatik Berdasarkan hasil analisis dan kesalahan yang dilakukan mahasiswa dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa masih banyak mahasiswa yang mengalami
kesulitan menganalisis kalimat dalam bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Hal ini dapat dilihat dari kesalahan menganalisis yang banyak ditemui pada analisis kalimat Perfekt, trennbares Verb, dan bentuk kalimat tanya. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa berusaha menganalisis kalimat secara struktural, namun ketidakpahaman mengelompokkan frasa, menempatakan kata kerja Partizip II, trennbares Verb, dan kata tanya „wann‟ serta terjadinya kesalahan yang berulang-ulang karena ketidakpahaman terhadap kategori leksikal dalam bahasa Jerman menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik cukup rendah. Dari hasil analisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik dapat dilihat bahwa dari lima soal yang diberikan pada hasil analisis kalimat kode data T1 ditemukan kesalahan menguraikan Präpositionalphrase. Kesalahan ini terjadi hampir pada sebagian besar hasil analisis kalimat mahasiswa yang kurang memahami struktur kalimat bahasa Jerman. Pada analisis kalimat kode data T2, yaitu menganalisis kalimat „Perfekt‟ mahasiswa mengalami kesulitan menganalisis kata kerja Partizip II serta kesulitan menganalisis Präpositionalphrase yang diuraikan sejajar dengan konstituen Nominalphrase dan Verbalphrase secara langsung di bawah kalimat. Pada hasil analisis kalimat kode data T3 mahasiswa mengalami kesulitan menganalisis trennbares Verb. Banyak diantara mahasiswa yang kurang tepat menguraikan trennbares Verb ke dalam Determinator atau kurang tepat meletakkan trennbares Verb ketika diuraikan dalam kalimat. Pada hasil analisis kalimat kode data T4banyak kesalahan muncul karena bentuk kalimat tanya memiliki struktur yang berbeda dengan kalimat pernyataan. Kesalahan lain yang banyak terjadi adalah kurang tepat menamai kategori leksikal untuk Fragesatz. Pada hasil analisis kalimat kode data T5 mahasiswa menguraikan kalimat tanya Ja/Nein Frage. Sama halnya dengan analisis pada kode data T4 ditemukan banyak kesalahan pada analisis kalimat kode data T5 ini. Mahasiswa kesulitan memunculkan kalimat tanya dan memahami struktur kalimat tanya dalam bahasa Jerman ketika diuraikan dalam konstituen-konstituen yang lebih kecil.
PENUTUP Simpulan Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa menganalisis kalimat bahasa Jerman kurang memuaskan karena masih banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan menganalisis kalimat dalam bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Kesulitan tersebut disebabkan karena mahasiswa kurang memahami struktur kata, frase yang terdapat dalam kalimat bahasa Jerman, kategori leksikal yang menyusun kalimat tersebut, serta bentuk kalimat lain di samping jenis kalimat yang pada umumnya diajarkan. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan sebagai berikut. (1) mahasiswa hendaknya lebih mendalami dan memahami kategori leksikal,
frase, dan struktur kalimat dalam bahasa Jerman karena menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Selain itu, mahasiswa hendaknya memiliki buku yang relevan dengan materi IC Grammatik, (2) dosen diharapkan dapat mengajarkan materi analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik dengan lebih detail serta sering memberikan tugas-tugas yang berkenaan dengan analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik, (3) peneliti yang akan datang, semoga hasil penelitian ini dapatdigunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya. Peneliti yang akan dating dapat melakukan penelitian pengembangan mengingat analisis kalimat IC Grammatik ini sudah dikembangkan dalam analisis konstituen yang lebih modern dan relevan, (4) Jurusan Sastra Jerman hendaknya menambah buku tentang analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik atau pengembangannya untuk meningkatkan kualitas pengajaran materi tersebut. DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, A. Chaedar. 1987. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Arikunto, Suharsimi. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bechert, Johannes, dkk. 1973. Linguistische Reihe: Einführung in die generative Transformationsgrammatik. München: Max Hueber Verlag Busch, Albert dan Oliver Stenschke. 2007. Germainstische Linguistik : Eine Einführung. Tübingen : Gunter Naar Verlag Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta Eppert, Franz. 1993. Grammatik Lernen und Verstehen. Stuttgart: erns Klett. Gross Harro. 1988. Einführung in die Germanistische Linguistik. München: Iudicium Gscossmann Elke F. dan Henderschot. 1987. Deutsche Grammatik (Tata Bahasa Jerman). Jakarta : Erlangga Ibrahim, dkk. (tanpa tahun). Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang Kridalaksana, Harimurti.1988. Kamus Linguistik.Jakarta: PT. Gramedia Moleong, J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Oka, I. G. N. dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Parera, Jos D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum Pittner, Karin/ Berman. 2007. Deutsche Syntax: Ein Arbeitsbuch. Tübingen: Gunter Narr Verlag
Rusmadji, Oscar.1993. Aspek-Aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2009. KBBI. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. Valin, Robert D. 2001. An Introduction to Syntax. Cambridge: Cambridge University Press
Lembar Persetujuan Pembimbing Skripsi
Artikel Ilmiah oleh Hanum Surya Dewi ini telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Edy Hidayat, S.Pd., M.Hum. NIP. 19710530 200312 1 001
Pembimbing II
Deddy Kurniawan, S.Pd., M.A. NIP. 19830801 200604 1 002
Penulis,
Hanum Surya Dewi NIM.208241412599