FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN KOLEKSI BUKU DI 3 UNIT PERPUSTAKAAN POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II Anya Q Dea Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16460, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi fisik koleksi buku di Politeknik Kesehatan Jakarta II di 3 unit perpustakaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kuantitatif. Penelitian ini membahas faktor-faktor kerusakan koleksi buku di 3 unit perpustakaan tersebut serta upaya yang telah dilakukan oleh 3 perpustakaan dalam bidang pemeliharaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor kerusakan koleksi buku yang mengalami kerusakan tertinggi yaitu perpustakaan TEM yaitu sebanyak 14.4% atau setara dengan 21 buku jika dibandingkan dengan perpustakaan GIZI sebanyak 12.7% setara dengan 19 buku, sedangkan yang mengalami kerusakan paling sedikit yaitu perpustakaan TRO sebanyak 10% setara dengan 15 buku yang mengalami kerusakan. Penelitian ini menyarankan sebaiknya pengetahuan tentang pemeliharaan untuk menangani koleksi buku di perpustakaan tiap jurusan lebih ditingkatkan lagi melalui program seminar-seminar, pelatihan-pelatihan,untuk mencegah kerusakan-kerusakan.
Abstract
This thesis aims to explain the physical condition of the book collection in the 3 library of Jakarta Health Politeknik II. This study used descriptive approach to define the cause factors and type of damage to collections in each library, and explain maintenance process of books collection which covers handling and prevention of damage to collections. The results indicate that the highest damage factor collection of books that were damaged is in TEM library which reach 14.4%, equivalent to 21 books when compared to GIZI library books as much as 12.7%, equivalent to 19 books. While experiencing the least amount of damage TRO library which has 10% the equivalent of 15 books that were damaged. These research suggest a better way to handle maintenance of the collection through seminar, trainings and workshop on how to prevent damage.
Keywords : Damage factor, Maintenance, Book collections. Pendahuluan Setiap perpustakaan rentan terhadap dua jenis kerusakan (Maravilla, 2008). Pertama, kerusakan biota yang disebabkan oleh pertumbuhan serangga atau jamur, kedua kerusakan akibat lingkungan yang disebabkan oleh kelembaban yang ekstrim, fluktuasi kelembaban relatif, suhu, cahaya dan polutan atmosfer. Hal ini terutama penting untuk diperhatikan pada negara beriklim tropis seperti Indonesia. Sebuah institusi pendidikan di bawah Kementrian Kesehatan khususnya institusi Politeknik Kesehatan Jakarta II bidang kesehatan berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
Selatan memiliki sarana perpustakan sebagai penunjang pendidikannya. Di institusi akademi ini terdapat 7 Jurusan serta mempunyai 7 perpustakaan dan 1 perpustakaan rektorat. Dalam penelitian ini, dilihat kasus pada 3 perpustakaan jurusan yang berdirinya paling awal agar dapat membandingkan 3 perpustakaan, yaitu perpustakaan jurusan Gizi, perpustakaan jurusan Teknik Elektromedik, dan perpustakaan Tenik Radiodiagnostik dan Radioterapi. Koleksi di perpustakaan akademi tidak hanya terdiri dari bentuk buku, majalah, melainkan buku referensi yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa akan tetapi yang ditelliti pada tiap-tiap perpustakaan adalah koleksi buku teks yang ada di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pengamatan di awal penelitian juga teridentifikasi kurangnya cahaya pada ruang perpustakaan. Selain itu juga lingkungan perpustakaan terasa lembab sehingga asumsinya dapat menyebabkan kelembaban pada buku. Selanjutnya berdasarkan pengamatan terhadap penempatan bukunya, maka terlihat bahwa jarak antara buku-buku yang dilayankan terlalu dekat, sehingga menjadi padat di dalam rak. Hal ini dapat berakibat kerusakan pada punggung buku dan kulit buku yang mudah rusak, ketika diambil untuk dilihat dan dipinjam.Sehubungan dengan perilaku terhadap koleksi buku yang telah ditemukan di atas maka untuk mencapai sebuah citra pemeliharaan yang baik maka perlu dilakukan penilaian terhadap faktor kerusakan koleksi buku di perpustakaan akademi ini yang berkaitan dengan pemanfaatannya oleh pengguna dan pustakawannya. Dalam hal ini koleksi buku merupakan bukti fisik yang mencerminkan perilaku penggunanya serta dapat mencerminkan peran perpustakaan tersebut dalam mengupayakan semua kerusakan koleksi akibat dari penggunaannya. Produk informasi yang dikeluarkan oleh perpustakaan ini diantaranya adalah adalah skripsi, newsletter, dan jurnal. Informasi yang harus dipublikasikan adalah hasil-hasil kegiatan badan induk Politeknik Kesehatan Jakarta II ini yang menggambarkan kegiatan di Politeknik Kesehatan Jakarta II tersebut. Dengan demikian, penting kiranya mempertanyakan peran perpustakaan akademik ini terutama dalam pemeliharaan dengan mengetahui faktor kerusakan koleksi buku di Politeknik Kesehatan Jakarta II ini maka pengelola dapat mengevaluasi pemeliharaan koleksi buku yang meliputi jenis kerusakan apa saja yang terlihat di lapangan serta untuk kedepannya akan dapat direncanakan bagaimana cara menangani kerusakan tersebut dan pencegahannya. Selain itu identifikasi kerusakan koleksi akan dapat diketahui dengan mengeksplorasi kekurangan dan keberhasilan yang telah dicapai selama ini dalam rangka meningkatkan mutu
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
koleksi khususnya dalam masalah pemeliharan koleksi perpustakaan. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pemeliharaan koleksinya.
Tinjauan Literatur Pada umumnya kerusakan buku disebabkan oleh 3 faktor utama, yakni faktor manusia, faktor biota, faktor kimiawi dan faktor fisika. Dalam penelitian ini difokuskan pada identifikasi kerusakan koleksi akibat manusia, biota dan fisik. (Martoatmodjo, 1993: 46). Meletakkan buku dengan posisi yang kurang baik atau mengambil buku dengan cara yang salah dapat menimbulkan kerusakan seperti sobek dan terlipat. Sedangkan kesalahan dalam pelaksanaan konservasi dan restorasi harus didahului dengan penelitian dan eksperimen untuk meyakinkan bahwa cara-cara yang akan digunakan dapat dipertanggung jawabkan tidak akan merusak kertas (Razak, 1989:16) Bahan pustaka seperti kertas terdiri atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup seperti jamur, serangga, binatang pengerat dan lain-lain. Makhluk tersebut dapat hidup dengan kondisi lingkungan yang kelembaban dan suhunya tinggi. Bila ruang tempat menyimpanan bahan pustaka lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka akan banyak dijumpai bahan pustaka yang rusak berat (Martoatmodjo,1993:32-37). Selain faktor biota seperti serangga, mikroorganisme, jamur dan sebagainya, ada lagi perusak bahan pustaka, yaitu faktor fisik misalnya debu, cahaya, suhu dan kelembaban. Jenis perusak bahan pustaka ini tidak boleh diabaikan, karena benar-benar bisa membawa kerusakan yang besar. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka yang di sebabkan oleh debu, perpustakaan hendaknya selalu bebas dari debu. Caranya adalah dengan selalu membersihkan ruang perpustakaan, dan alat pembersih yang paling bagus untuk bahan pustaka adalah vacuum cleaner (Martoatmodjo, 1993:44). Menurut DePew (1991:85) pembersihan debu perlu dilakukan untuk setiap koleksi buku sebelum menempatkannya di rak yang baru. Buku harus dibersihkan dengan vacuum cleaner setidaknya dua kali setahun, dan rak buku dilap dengan larutan formalin dengan kadar 2 persen.
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
Pembersihan menyeluruh ini harus mencakup pemindahan setiap item, pembersihkan rak, dan pembersihkan setiap volume buku. Pemeliharaan buku dalam koleksi umum dimulai dengan memilih dan menggunakan rak yang tepat, kemudian belajar bagaimana untuk memindahkan, menyimpan, dan mengganti buku di rak-rak, bagaimana menangani buku dengan cara yang akan memperpanjang hidup mereka, dan bagaimana memanfaatkan sirkulasi dan teknik fotokopi yang baik. Pemeliharaan dalam koleksi buku dimulai dengan memilih serta menggunakan rak yang tepat, kemudian bagaimana untuk memindahkan, menyimpan, dan mengganti buku di rak-rak, bagaimana menangani buku dengan cara yang akan memperpanjang hidup koleksi buku, dan bagaimana memanfaatkan sirkulasi dan teknik fotokopi yang baik. (DePew, 1991: 89) Pengaturan suhu dan kelembabapan ini harus disesuaikan dengan kenyamanan bagi pengguna dan disesuaikan dengan keadaan suhu dan kelembabapan di suatu daerah (negara) tempat perpustakaan tersebut berada. Kondisi yang stabil untuk jangka panjang merupakan pertimbangan penting lainnya. Kondisi lingkungan yang disarankan untuk penyimpanan jangka panjang bahan pustaka harus dipandang sebagai tujuan yang dikehendaki, tetapi tidak perlu kaku (Dureau dan Clement, 1990:9) Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia (Sulistyo-Basuki, 2006: 110). Metode penelitian survei ini dipilih karena penelitian ini mengamati kerusakan koleksi buku serta kondisi fisik buku dan semua aspek yang terdapat di dalam ruangan perpustakaan Politeknik Kesehatan Jakarta II. Oleh karena jenis koleksi yang akan diamati berbentuk buku maka untuk survei kuantitatif ini digunakan formulir survei yang diadopsi dari Stanford University (1979), dan DePew (1991) Ada 3 kategori yang ditelaah yaitu sebagai berikut: a). Sampul buku, b). Kondisi jilidan, c). Kondisi kertas, dan penyebab kerusakan yaitu a). Serangga b) Jilidan c) Jamur. Pengambilan sampel dilakukan dengan member nomor urut dari jumlah koleksi. Pengambilan contoh dapat dilakukan menurut nomor genap saja (2.4.6…..148), atau nomor ganjil saja (1,3,5….149),(Sulistyo-Basuki, 2006:202). Dalam penelitian ini, digunakan kelipatan bilangan 20 dari jumlah keselurahannya yaitu 3000 eksemplar. Dengan demikian yang diambil setiap
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
kelipatan 20, hingga mencapai 150 sampel untuk di teliti. Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh melalui metode survei langsung dan dilengkapi dengan wawancara.
Hasil Penelitian A. Perpustakaan Teknik Elektromedik (TEM) No. Kondisi buku
Frekuensi
Presentase
1
0 = Baik
34
22.7 %
2
1 = Sedang
95
63.3 %
3
2 = Rusak
21
14.1%
Total
150
100%
B. Perpustakaan Gizi No.
Kondisi buku
Frekuensi
Presentase
1
0 = Baik
38
25.3 %
2
1 = Sedang
93
62 %
3
2 = Rusak
19
12.7%
Total
150
100%
Ada sebanyak 38 buah buku atau setara dengan 25.3% dalam kondisi baik yaitu buku yang tidak memerlukan perbaikan jika dilihat dari sampul, jilidan maupun cover. 93 buah buku atau setara dengan 62% dalam kondisi sedang yaitu buku yang mengalami kerusakan, memerlukan beberapa perbaikan seperti: sampul masih baik tapi sudah ada tanda pecahpecah pada punggung buku baik bagian dalam maupun luar, sudut sampul ada yang robek atau melengkung. sebanyak 19 buah buku atau setara dengan 12.7%. Kondisi rusak pada kategori sampul yang punggung buku sudah pecah-pecah dan memerlukan perhatian, sudutsudut sampul robek bahkan hilang.
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
C. Perpustakaan Teknik Radiodignostik &Radoiterapi (TRO) No. Kondisi buku
Frekuensi
Presentase
1
0 = Baik
60
40%
2
1 = Sedang
75
50%
3
2 = Rusak
15
10%
Total
150
100%
Ada sebanyak 60 buah buku atau setara dengan 40% dalam kondisi baik yaitu buku yang tidak memerlukan perbaikan dapat dilihat dari segi sampul yang tidak robek, punggung buku yang terjilid dengan baik. 75 buah buku atau setara dengan 50% dalam kondisi sedang buku yang memerlukan beberapa perbaikan seperti sudut sampul ada yang robek atau melenkung yang memerlukan sedikit perbaikan, punggung buku sudah robek akan tetapi tidak hilang, perekat (lem) sudah mulai pecah-pecah. Kondisi koleksi buku rusak sebanyak 15 atau setara dengan 10% memerlukan perbaikan segera cover/sampul rusak berat, punggung buku sudah pecah-pecah, Pembahasan a. Perpustakaan TEM koleksi buku yang kualitas baik hanya sedikit yaitu hanya 22.60% dibanding buku yang kondisi bukunya sedang 63.30% sedangkan buku yang rusak sebanyak 14.10%. Dari seluruh penjabaran kondisi perpustakaan dan koleksi buku di perpustakaan jurusan TEM menunjukkan bahwa perpustakaan TEM kurang diperhatikan terutama dalam hal pemeliharaan dan lingkungan. Hal ini terbukti dari koleksi buku banyak yang terindikasi jamur yang disebabkan oleh fasilitas gedung yang kurang baik dan lingkungan perpustakaan yang terletak di pojok disetai dengan kurangnya cahaya dari luar gedung yang mengakibatkan koleksi buku berjamur. Selain itu dari faktor SDM kurang memadai karena hanya 2 pustakawan dan tidak berlatar dari ilmu perpustakaan, hal ini perlu dipertimbangkan kedepannya, guna memperjelas prosedur kerja terutama dalam pemeliharaan koleksi buku. yang mengakibatkan jamur tumbuh pada kertas sebab tidak adanya cahaya matahari yang masuk dari luar lingkungan, ada pun usaha yang telah dilakukan oleh perpustakaan ini adalah pemasangan AC yang berfungsi sebagai pengatur suhu yang cocok untuk koleksi bahan
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
pustaka. AC di perpustakaan tersebut bekerja selama 9 (sembilan) jam sehari dengan suhu berkisar 19 °C. Padahal menurut Martoatmodjo (1993:57) penggunaan AC seharusnya 24 (dua puluh empat) jam, kondisi ini diperlukan untuk menjaga kestabilan suhu ruangan. Turun naiknya suhu udara akan mempengaruhi turun naiknya kelembaban ruangan, sehingga akan mempercepat kerusakan bahan pustaka. Upaya yang telah dilaksanakan terutama dalam pemeliharaan oleh perpustakaan TEM yaitu membuat duplikat dari bahan pustaka yang difotokopi dan diperbanyak. Bahan pustaka yang difotokopi biasanya yang koleksi bukunya dari tahun 1980-an yang kondisinya kurang baik sehingga harus ditanggani oleh pihak perpustakaan agar informasi di dalam koleksi tersebut tidak hilang. Selain itu perpustakaan TEM juga sudah memperkuat jilidan yang kelihatan pada rak-rak koleksi buku dan segera ditangani dalam waktu singkat. Pihak perpustakaan TEM juga sudah memberikan pengetahuan terhadap pengguna seperti cara membaca buku yang baik dan cara memegang punggung buku secara perlahan, walaupun tidak semua pengguna diberitahu oleh pihak pustakawan kebanyakan pengguna sudah mengetahuinya, fakta ini bisa terlihat dari kebanyakan yang mengalami kerusakan pada perpustakaan TEM yaitu bukan dari jilidan melainkan kerusakan dari faktor biologi.
b. Perpustakaan Gizi koleksi buku yang kualitas baik hanya sedikit yaitu hanya 25.30% dibanding buku yang kondisi kualitas bukunya sedang 62% sedangkan buku yang rusak sebanyak 12.70%. Dari seluruh penjabaran kondisi perpustakaan dan koleksi buku di perpustakaan jurusan GIZI menunjukkan bahwa perpustakaan GIZI sudah cukup baik dalam lingkungannya, tetapi kurang diperhatikan terutama dalam pemeliharaan. Hal ini terbukti dari koleksi buku banyak yang mengalami kerusakan pada jilidan koleksi buku, disebabkan ruang koleksi buku tidak memakai AC. Namun pada ruangan koleksi buku hanya memakai 3 buah kipas angin. Tentunya suhu ruangan tempat penyimpanan koleksi dapat dinilai belum memenuhi kriteria tempat penyimpanan yang ideal khususnya di ruangan koleksi buku dan ruang baca. Kebanyakan kerusakan koleksi buku di perpustakaan Akademi Gizi yaitu kondisi sampul buku yang berkaitan dengan jilidan buku, kerusakan buku karena faktor sampul dan jilidan yang mengalami kerusakan berat memerlukan perbaikan segera. kebanyakan koleksi buku
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
yang mengalami kerusakan berat pada sampul. Menggunakan sampul hardcover akan lebih baik jika dibandingkan dengan softcover. Sampul buku yang rusak perlu dilakukan usaha perbaikan, salah satunya adalah dengan mengganti sampul yang baru, dan melalukan penjilidan ulang. Untuk penggantian sampul ini sebaiknya menggunakan sampul jenis hardcover, karena terbukti lebih kuat dan lebih awet. Menurut Martoadmodjo (1993: 81), bahwa buku sebaiknya dijilid dengan sampul yang tebal (hardcover), karena sampul jenis ini lebih bermutu dan lebih kuat daripada sampul softcover. Maksud penggunaan sampul hardcover ini adalah karena koleksi buku di perpustakaan gizi dipergunakan oleh orang banyak. Selain itu faktor kerusakan koleksi buku juga disebabkan oleh suhu di lingkungan perpustakaan tersebut yang membuat koleksi-koleksi buku mengalami kerusakan berat pada sampul. Menurut Dureau dan Clement, dalam ruang penyimpanan koleksi buku sebaiknya suhu udara yang terpasang berkisar antara 16°C-21°C. Namun dari hasil data di lapangan, suhu udara yang terpasang di ruang koleksi buku tidak memakai AC. Ruangan koleksi buku hanya memakai 3 buah kipas angin, sedangkan yang sudah memenuhi kriteria yaitu ruangan koleksi rujukan dan ruangan koleksi KTI. Dalam hal ini, tentunya suhu ruangan tempat penyimpanan koleksi dapat dinilai belum memenuhi kriteria tempat penyimpanan yang ideal khususnya di ruangan koleksi buku dan ruang baca. Perpustakaan ini telah menempuh caracara yang sesuai dengan teori yang ada. Meskipun hanya menggunakan kipas angin sebagai pengganti AC namun menurut Anshor (2007) memasang AC pada ruangan perpustakaan juga salah satu cara untuk memelihara buku. Dengan memasang AC, ruangan harus dikondisikan tertutup agar AC tidak terbuang percuma dan mengurangi masuknya debu ke dalam perpustakaan melihat dengan lingkugan perpustakaan Gizi yang terletak dekat jalan raya. Memasang AC dapat membantu dalam menjaga suhu dan kelembaban ruangan koleksi perpustakaan. . c. Perpustakaan TRO Koleksi buku yang kualitas baik cukup banyak jika dibanding buku yang kondisi bukunya sedang, dengan buku yang rusak bahwa kondisi koleksi buku di perpustakaan
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
TRO terbilang baik, hal ini dapat dilihat dari segi kerusakan yang hanya 10%. Berdasarkan hasil penelitian keadaan koleksi buku di perpustakaan TRO koleksinya kebanyakan berupa softcopy, sedangkan koleksi buku aslinya disimpan di lemari kaca dikarenakan koleksi bukunya langka. Penyebab kerusakan koleksi buku di perpustakaan TRO kebanyakan adalah faktor biologi yaitu serangga, hal ini bisa dilihat karena rak yang terbuat dari kayu selain itu belum disertai kamper (alat untuk mengusir serangga). kondisi koleksi buku di perpustakaan kebanyakan terindikasi oleh serangga. Penilaian kondisi ini berdasarkan pengamatan langsung terhadap buku dengan ciri-ciri terdapat tanda bekas gigitan serangga seperti terdapat seperti sobekan pada kertas maupun noda bekas kotoran serangga terindikasi serangan serangga yaitu terdapat noda bekas gigitan serangga (rayap) pada ujung tepi buku. Buku yang terindikasi serangan serangga (rayap) ini adalah buku yang termasuk kategori sedang dan buruk. Banyaknya buku yang terindikasi serangga ini disebabkan karena ada faktor yang dapat memicu serangga datang dan berkembang di ruangan penyimpanan. Berdasarkan penjelasan di atas menunjukan usaha pencegahan yang dilakukan oleh pihak perpustakaan TRO sebagian besar sudah sesuai dengan teori. Namun yang perlu mendapat perhatian adalah kegiatan program kebersihan. Kegiatan pembersihan ini seharusnya dilakukan setiap hari agar ruangan maupun tempat penyimpanan koleksi selalu bersih (Martoatmodjo,1993:36). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kegiatan program kebersihan ini dilakukan seminggu 2 atau 3 kali. Meskipun di perpustakaan TRO sudah sesuai, namun bila program kebersihan tidak dilaksanakan dengan baik, maka kondisi ruangan akan tetap kotor. Sehingga ruangan akan menjadi lembab. Keadaan seperti ini merupakan tempat yang cocok bagi serangga untuk hidup dan berkembang biak. Rak-rak penyimpanan koleksi buku di perpustakaan TRO belum memakai bahan yang terbuat dari besi. Hal ini merupakan salah satu yang menyebabkan tumbuh nya serangga yang di sebabkan oleh rayap. Selain itu untuk mencegah sekaligus membasmi serangga dalam rak penyimpanan harus diletakkan kamper. Pada kenyataannya di lapangan sangat jarang terdapat kamper pada tiap rak lemari yang menimbulkan tumbuhnya rayap/serangga pada koleksi buku.
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
Simpulan Hasil Analisis Pemeliharaan Koleksi di 3 Perpustakaan Jurusan
Faktor kerusakan koleksi buku di perpustakaan Politeknik Kesehatan Jakarta II dapat disimpulkan bahwa yang mengalami kerusakan tertinggi yaitu perpustakaan TEM yaitu sebanyak 14.4% atau setara dengan 21 buku jika dibandingkan dengan perpustakaan GIZI sebanyak 12.7% setara dengan 19 buku, sedangkan yang mengalami kerusakan paling sedikit yaitu perpustakaan TRO sebanyak 10% setara dengan 15 buku yang mengalami kerusakan. Jumlah perbandingan presentase di atas menunjukan bahwa jumlah buku tiap perpustakaan jurusan masih terbilang baik. Hal ini terlihat dari jumlah presentase yang masuk dalam kategori baik lebih banyak dibandingkan dengan kategori rusak.yang kondisi buruk, namun kondisi buku rata-rata kondisinya masuk dalam kategori sedang. Hal ini berarti bahwa kondisi kerusakan koleksi buku di setiap jurusan kurang mendapat perhatian dari pihak perpustakaan, namun prioritas utama untuk mendukung agar kondisi buku tetap terpelihara adalah kontrol lingkungan yang baik. Perpustakaan TEM dapat dilihat faktor kerusakan koleksi buku disebabkan oleh Jamur karena kurangnya control lingkungan yang baik dapat terlihat dari kondisi buku yang termasuk kategori sedang (nilai 1) dan kategori buruk (nilai 2) ditemukan terindikasi
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
serangan berbagai faktor yang disebabkan oleh faktor biologi yaitu jamur (ciri-ciri terdapat bercak-bercak kuning pada kertas). Mengenai jumlah koleksi buku yang terindikasi serangan, Perpustakaan Akademi Gizi faktor kerusakan disebabkan oleh faktor eksternal yang mengakibatkan jilidan rusak, sedangkan Perpustakaan TRO faktor kerusakannya disebabkan oleh serangga (ciri-ciri terdapat bekas gigitan dan kotoran serangga). Lingkungan penyimpanan di perpustakaan TEM kurang baik bisa dilihat dari perpustakaan yang letaknya di pojok gedung sinar matahari kurang menerangi ruangan sehingga koleksi buku lembab dan tumbuh jamur. Perpustakaan GIZI lingkungan penyimpanan sudah baik dilihat dari letak ruangan dari gedung sirkulasi udara cukup baik sehingga koleksi buku kondisinya cukup baik atau sedang. Perpustakaan TRO lingkungan perpustakaannya berada di atas dan strategis letaknya, cahaya yang masuk cukup sehingga koleksi buku bisa terbilang baik. Jika dilihat dari upaya pemeliharaan tiap-tiap perpustakaan berbeda-beda upaya yang dilakukan. Pada perpustakaan TEM upaya pemeliharaan cukup baik namun sebaiknya fasilitas ditambah seperti jendela yang berfungsi sebagaimana mestinya, penerangan lampu ditambah agar ruangan tidak lembab. Upaya pemeliharaan perpustakaan GIZI secara keseluruhan cukup baik, sebaiknya dalam menanggapi penyebab kerusakan lebih diperhatikan kembali agar informasi yang ada di dalam koleksi buku bisa terjaga dengan baik, seperti langsung bertindak pada penjilidan agar rusaknya tidak tambah banyak pada jilidannya. Pada perpustakaan TRO upaya-upaya dalam pemeliharaan yang sudah dilakukan sudah cukup baik hal ini terlihat dari kondisi perpustakaan serta koleksi buku yang baik, dan kerusakan yang ada hanya sedikit yaitu kerusakan yang disebabkan oleh serangga sebaiknya menanganinya dengan cara member kamper agar serangga (rayap) tidak memakan kertas pada koleksi.
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai faktor kerusakan koleksi buku di perpustakaan Politeknik Kesehatan Jakarta II, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Jenis kerusakan koleksi khususnya di 3 perpustakaan Politeknik Kesehatan Jakarta II, ternyata utamanya tidak hanya mencerminkan kualitas mutu kertas yang kurang pada bahan pustaka, yang umumnya menjadi ciri di perpustakaan perguruan tinggi di negara tropis. Namun juga hal berikut pertama dilihat dari kertasnya : kertas ada sobekan yang hilang, kertas patah, berlubang, keriput, kertas kelihatan kotor, kertas berwarna kuning kecoklatan. Kedua lihat dari jenis sampul: punggung buku sudah pecah-pecah dan sudut-sudut sampul robek bahkan hilang. Ketiga dari jenis jilidan benang jahitan sudah terlepas, halaman sangat longgar dan lebih dari tiga halaman terlepas. 2. Penyebab kerusakan koleksi buku: pertama di perpustakaan TEM utamanya adalah disebabkan oleh faktor biota khususnya jamur oleh karena lingkungan perpustakaan TEM yang berada di ujung gedung dengan jendela yang kurang banyak sehingga sirkulasi ruangan tidak terjamin. Kedua di perpustakaan jurusan GIZI faktor penyebab kerusakan koleksi bukunya adalah faktor manusia terutama jilidan. Ketiga pada perpustakaan TRO faktor penyebab kerusakan koleksi bukunya adalah faktor biota terutama serangga dikarenakan kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan pada koleksi buku seperti membersihkan rak tiap minggunya dan memberi kamper pada tiap-tiap rak agar berkurangnya serangga. Secara keseluruhan faktor kerusakan koleksi tiap jurusan berbeda-beda. Kondisi sampul, jilidan, dan kertas termasuk kategori 1, artinya kondisi fisiknya masih terbilang cukup baik (sedang) hanya beberapa koleksi yang mengalami kerusakan. 3. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan koleksi buku di tiap perpustakaan jurusan. Kondisi suhu dan kelembaban tidak sesuai dengan standar dapat menyebabkan adanya kerusakan pada bahan pustaka. Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, diperoleh data suhu AC di ruangan penyimpanan koleksi buku berkisar 18°C. Hal ini dilihat berdasarkan pengaturan suhu yang tertera pada remote AC (Air Conditioner). Sedangkan ukuran kelembaban tidak diketahui secara pasti, karena di
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
perpustakaan tiap jurusan tidak tersedia alat pengukur temperatur dan kelembaban. Kelembaban udara yang terlampau tinggi sehingga menimbulkan kerusakan seperti jamur. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang sebaiknya dilakukan oleh pihak perpustakaan tiap jurusan agar koleksi buku yang tersimpan dapat bertahan lama, antara lain: 1. Sebaiknya perpustakaan jurusan TEM menambah fasilitas seperti jendela yang berfungsi sebagaimana mestinya yaitu sebagai pertukaran udara. Penerangan lampu ditambah sesuai standar di tempat penyimpanan koleksi. 2. Sebaiknya perpustakaan jurusan GIZI menambah fasilitas AC pada ruangan koleksi buku agar buku tidak mengering pada bagian jilidan dan memberi serta langsung tindakan perbaikan minimal pada jilidan agar rusaknya koleksi buku tidak bertambah banyak. 3. Pada perpustakaan TRO sebaiknya menanganinya dengan cara memberi kamper agar serangga (rayap) tidak memakan kertas pada koleksi, selain itu mengganti rak kayu menjadi rak besi agar berkurangnya rayap yang tumbuh di sekitar koleksi buku .
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014
Daftar referensi
Asiminingsih. 1996. “Pemeliharaan bahan pustaka deposit pada perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta”. Tesis S2 Program Studi Ilmu Perpustakaan Program Pascasarjana UI, Jakarta. Dureau J. M. dan Clement, D.W.G. 1990. “Dasar-dasar Pemeliharaan dan pengawetan bahan pustaka” . Jakarta: Perpustakaan Nasional R`I. DePew, John N. “A library, media, and archival handbook”. California: Santa Barbara. Harvey, Ross. 1993. “Preservation in libraries : principles, strategies and practices for librarians” London: Bowker Saur. Husaini, Usman. 2000. “Metodologi Penelitian Sosial” IFLA. Principles for Care and Handling of Library Material. Compiled and edited by Edward P. Adcock with the assistance of Marie-Therese Varlamoff and Virginie Kremp. 1998. 28 <archive.ifla.org/VI/4/news/pchlm.pdf> Koentjaraningrat, 1993. “ Metode-metode penelitian masyarakat”. Jakarta: Gramedia. Maravilla, R.N.2008. “ Causes of deterioration of paper” Martoatmodjo, Karmidi. 1993. “ Pemeliharaan Bahan Pustaka”. Jakarta: Universitas terbuka. Njeze, Miracle Eka. 2012. “Preservation and Conservation Issues in Selected Private Universities in South-West Nigeria” Razak, Muhammadin. 1989 “Konservasi Koleksi Perpustakaan dan Arsip” Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Razak, Muhammadin, Anggraini dan Suriyanto. 1992. “Pemeliharaan bahan pustaka dan arsip". Jakrta: Program Pemeliharaan Bahan Pustaka dan Arsip. Razak, Muhammadin. 2004. “ Studi Tentang Pemeliharaan Manuskrip Nusantara di Perpustakaan nasional Republik Indonesia. Tesis S2 Program Studi Ilmu Perpustakaan Program Pascasarjana UI. 2004 Sulistyo-Basuki, 1999. “Pengantar metodologi penelitian”. Jakarta. Sulistyo-Basuki. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006. Sulistyo – Basuki.2010 Metode Penelitian. Jakarta: Penaku Universities in South-West Nigeria.2012. ”Library Philosophy and Practice”
Faktor penyebab kerusakan ..., Anya Q. Dea, FIB UI, 2014