Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.2
Juli 2016
FAKTOR PENTING PENINGKATAN DUKUNGAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA PENYENGAT PADA KEGIATAN PERDAGANGAN KARBON KPHP TASIK BESAR SERKAP Ervayenri, Emy Sadjati, Enny Insusanty Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Jln. Yos Sudarso Km. 8 Rumbai Pekanbaru Riau Email :
[email protected]; emymnhunilak @gmail.com ;
[email protected]
ABSTRACT This study aims to identify factors important to increase support and participation of village communities Penyengat on carbon trading in KPH Tasik Besar Serkap. The study was conducted from September 2015 until December 2015 involving 40 respondents in village of Penyengat Sungai Apit, Siak District, Riau Province. Data was collected through interviews using a structured questionnaire. The study states that all respondents (100%) like to plant a tree. Types of trees planted by the respondents are fruits (33,33%), corn (22,22%), and forest plants (22,22%). In addition to plant rubber trees, palm or other forest plants, the majority of respondents (50,00%) to plant annual crops under the crop. Types of crops that are vegetables (50,00%). The seasonal crops majority (78,79%) and partly consumed by (6,06%) were sold to consumers around the village Penyengat. Most respondents (72,73%) had never heard of climate change / REDD+, only 15,15% of respondents who have heard through village officials (52,38%) and the RT (14,29%). Most respondents (44,44%) did not know the meaning of REDD+ activities. If REDD+ activities are carried out, the potential of local institutions to implement is a farmer groups (33,33%), and public (33,33%). While other respondents (22,22%) could not give an answer about local agencies that have the potential to implement carbon trading activities in the village Penyengat. If REDD + activities be conducted, the training needs to be done according to the respondents (71,43%) for the institution designated as administrators. Institutions that may be involved is a farmer groups (62,50%). Keywords: carbon trading, increased support, REDD +
PENDAHULUAN
tersebut memiliki po-tensi terbesar untuk
REDD pertama kali dicanangkan
secara signifikan mengurangi emisi dari
di COP 13 di Bali pada tahun 2007, dan
hilangnya hutan dan untuk memperoleh
telah menghasilkan Rencana Aksi Bali
ke-untungan jika mereka dapat mela-
(Bali Action Plan) ide tersebut sangat
kukannya. Satu tahun setelah Ren-cana
diminati oleh negara-negara dengan laju
Aksi Bali disetujui, para juru runding
deforestasi yang tinggi. Negara-negara
mengadakan
pertemuan
kembali
di
12
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.2
Juli 2016
Poznan, Polandia. Mereka mencapai
delapan (8) blok kawasan yang memiliki
konsensus umum bahwa kegiatan REDD
nilai konsevasi tinggi (High Conservation
sebaiknya
ini
Value Forest) di Propinsi Riau. Namun
disebut dengan REDD-plus. Transfer
akibat aktivitas eksploitasi dan konversi/
finansial
alih
hanya
diperluas. Pendekatan
diba-wah
REDD-plus
digu-nakan untuk
tidak
mengurangi
fungsi
terhadap
hutan
alam
dikawasan ini, luasan tutupan hutan alam
deforestasi dan degradasi hutan, namun
terus
juga digunakan untuk melakukan konser-
pengembangannya,
vasi
ini ditetapkan Menteri Kehutanan sesuai
cadangan
pengelolaan ningkatan
karbon
hutan
di
lestari
cadangan
hutan,
dan
karbon
pe-
berkurang.
Keputusan
Dalam
selanjut-nya
areal
Nomor : SK.509/Menhut-
hutan
VII/2010 Tanggal 21 September 2010
pohon-
yang menetap-kan Wilayah Kesatuan
yang
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
terdegradasi. Mekanisme ini memi-liki
Model Tasik Besar Serkap Kabupaten
keuntungan
Pela-lawan dan Kabupaten Siak seluas
melalui
kegiatan penanaman
pohon
dan
rehabilitasi
dengan
lahan
membuka
kesempatan bagi berbagai pihak yang
513.276 Ha. Dari luasan yang
memiliki situasi nasional yang berbeda
direncanakan
untuk
karbon adalah seluas 7.679,45 Ha.
dapat
diikutsertakan
dalam
kerangka kerja di masa men-datang (Mardiatmoko, 2015). Pada tahun sources
Institute
untuk
jasa
ada
lingkungan
Pengembangan jasa lingkungan kar-bon harus memperoleh dukungan
1997 World Re-
dari masyarakat sekitar hutan
yang
memiliki kaitan erat dan berinteraksi
melakukan
pemetaan hutan belantara di Suma-tera,
langsung
dan menyatakan Hutan Produksi Tasik
perdagangan
Besar Serkap merupakan salah satu dari
nisme REDD+ menjadi salah satu bentuk
empat hutan
upaya memperoleh manfaat dari hutan
belantara
yang sangat
dengan
hutan.
yang
karbon
melalui
peman-faatan
meka-
penting di Sumatera. Hutan Produksi
sebagai
Tasik Besar Serkap meru-pakan sisa
lingkungan. Sementara dari masyarakat
hutan rawa gambut ter-besar Sumatera
awam,
yang terletak di Pe-sisir Timur pulau
dikenal secara baik sehingga
Sumatera. Hutan Produksi Tasik Besar
diketahui pemahaman dan persepsi serta
Serkap meru-pakan
faktor
salah satu dari
bentuk
Peluang
perdagangan
penting
karbon
lainnya
jasa
belum perlu
untuk
13
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.2
Juli 2016
meningkatkan dukung-an dan partisipasi
bilan sampel dilakukan secara acak
masyarakat
sampling
sekitar
hutan
terhadap
terhadap
responden
perdagangan karbon.
berada
Tujuan
Serkap. Teknik pengumpulan data pada Penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui faktor penting untuk meningkatkan
dukungan
disekitar KPH
Tasik
yang Besar
penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Wawancara terstruktur dan be-bas
dan partisipasi
dengan bantuan kuisioner. Metode
masyarakat Desa Penyengat terhadap
wawancara
perdagangan karbon di KPH Tasik Besar
hanya sebagai tool pengumpulan
Serkap
data bersama-sama instrumen yang
Manfaat
lain (Irawan, 2007)
Manfaat penelitian ini adalah
ini
b. Pengamatan
dapat
atau
mem-berikan informasi kepada pihak-pi-
pangan
untuk
hak yang memiliki kepentingan ter-hadap
kondisi
masyarakat
kegiatan perdagangan karbon seperti
lapangan
pemerintah
pusat
dan daerah,
unit
digunakan
observasi
melihat
la-
langsung
dan
kondisi
Pengolahan dan Analisis Data
manajemen di tingkat tapak (KPHP) serta
Data yang telah diperoleh baik
masyarakat di sekitar kawasan yang
dari penelitian lapangan maupun pene-
dijadikan contoh areal kegiatan REDD+.
litian kepustakaan akan diolah secara
METODE PENELITIAN
kualitatif dengan metode deskriptif.
Waktu dan Lokasi Penelitian
a.
Kualitatif
Penelitian ini dilakukan selama 4
Yaitu
mulai
September 2015
mengelompokkan dan menyeleksi data
sampai dengan Desember 2015 di Desa
yang diperoleh dari penelitian lapangan
Penyengat
menurut
bulan
bulan
Kecamatan
Sungai
Apit,
metode
analisis
kualitas
data
yang
dan kebenarannya,
Kabupaten Siak
kemudian dihubung-kan dengan teori-
Metode
teori Penelitian
ini
merupakan
yang
kepustakaan
penelitian survei yang dilakukan untuk
jawaban
me-ngetahui pemahaman dan persepsi
diajukan.
masyarakat dalam hubungannya
b.
de-
atas
diper-oleh sehingga
dari
studi
diperoleh
permasalahan
yang
Deskriptif
ngan perdagangan karbon. Pengam-
14
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.2
Juli 2016
Yaitu metode analisis dengan me-milih
rusa, mengambil hasil hutan (kayu) untuk
data yang menggambarkan ke-adaan
membuat rumah, dan meng-ambil hasil
sebenarnya di lapangan. Da-lam analisis
hutan non kayu seperti damar, rotan,
ini menggunakan cara berfikir induktif
ramuan obat tradisional untuk upacara
yaitu menyimpulkan hasil penelitian dari
sosial. Pada mulanya masyarakat suku
hal yang sifatnya khusus ke hal yang
asli Anak Rawa ini bermukim di pinggir
sifatnya umum.
Sungai Rawa, sehingga ketergantungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
hidup ma-syarakat pada hutan, sungai
Letak Geografis
dan laut adalah sangat tinggi
Desa Penyengat memiliki luas
Demografi
se-kitar 54.000 Ha yang terbagi ke da-
Secara
keseluruhan
wilayah
lam tiga dusun, yakni Dusun I (Du-sun
Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit
Penyengat), Dusun II (Dusun Tanjung
Kabupaten
Pal), dan Dusun III
penduduk sebanyak 1.438 orang dengan
Mungkal).
(Dusun Sungai
Desa Penyengat
Siak
memiliki
jumlah
memiliki
jumlah laki-laki sebanyak 730 orang dan
batas-batas wilayah admi-nistratif, yakni
jumlah perempuan sebanyak 708 orang
sebelah utara ber-batasan dengan Laut
yang terdiri dari 350 Kepala Keluarga
Selat
selatan
(KK).
Dayun,
memiliki jumlah penduduk sebanyak 517
sebelah barat ber-batasan dengan Desa
orang dengan jumlah laki-laki sebanyak
Rawa Mekar Jaya, dan sebelah timur
268
berbatasan dengan Desa Teluk Lanus
sebanyak 249 orang dan terdiri dari 129
Potensi Sumber Daya
KK.
Panjang,
berbatasan
sebelah
dengan
Desa
Dusun
orang
1
dan
(Desa
jumlah
Penyengat)
perempuan
Desa Penyengat adalah hutan be-lantara tempat berburu babi, menjerat Karakteristik Responden Tabel 1. Kelompok Umur Responden di desa Penyengat No
Umur (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
21-30
6
15,00
2
31-40
15
37,50
3
41-50
11
27,50
4
51-60
4
10,00
5
61-70
4
10,00
Jumlah
40
100,00
15
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Sebagian
besar
Vol.11, No.2
responden
Juli 2016
memiliki
tingkat
pendidikan
berada pada kelompok umur 31 sd 40
(67,50%),
bahkan
tahun (37,50%), dan kelompok umur 41
bersekolah
(5%).
sd
berpendidikan
50
tahun
(27,50%),
sedangkan
ada
dasar
yang
tidak
Responden
yang
me-nengah
sebesar
sisanya berada dibawah 30 tahun (15%)
22,50%.
Sedangkan responden yang
dan diatas 50 taun sebanyak 20%.
berpendidikan ting-gi hanya sekitar 5,0%
Sementara itu sebagian besar responden Tabel 2. Jenis Pekerjaan Responden di Desa Penyengat No
Jenis Pekerjaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Karyawan
1
2,50
2
IRT
2
5,00
3
guru
3
7,50
4
Buruh
6
15,00
5
Nelayan
6
15,00
6
Tukang
4
10,00
7
Petani
16
40,00
8
Pedagang
2
5,00
40
100,00
Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Jenis pekerjaan responden yang
guru (7,50%), Ibu Rumah Tangga dan
ter-banyak adalah petani (40,00%). Se-
pedagang (5%) serta karyawan swasta
lain itu juga terdapat profesi lain seperti
(2,50%).
nelayan dan buruh (15%), tukang (10%), Tabel 3. Kelompok Pendapatan Responden di Desa Penyengat No
PePendapatan (Rp/Bulan)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
< 1.000.000
9
22,50
2
1.000.000 - 2.000.000
24
60,00
3
> 2.000.000
7
17,50
Jumlah
40
100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Sebanyak memi-liki
60,00% responden
pendapatan
berkisar
Rp.
2.000.000
perbulan
mencapai
Rp.
17,50%. Sementara itu responden yang
1.000.000 sd Rp. 2.000.000 per bu-lan.
penghasilannya di-bawah Rp. 1.000.000
Sedangkan yang berpenghasil-an diatas
mencapai 22,50%.
16
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.2
Juli 2016
Faktor Pendukung dan Partisipasi Masyarakat Pada Kegiatan perdagangan Karbon Sebagian besar responden
(72,73%)
menyukai
tanaman
15,15%
(53,58%),
ke-mudian
(23,08%)
dan tanaman hutan lainnya
(23,08%).
Di
buah-buahan tanaman
desa
sagu
Penyengat
Sebagian belum
responden
pernah
mendengar
tentang perubahan iklim/REDD+, hanya responden
yang
mendengarnya
melalui
(52,38%)
ketua
dan
per-nah
aparat RT
desa
(14,29%).
Sebagian besar responden (44,44%)
masyarakat paling banyak menanam
tidak
pohon sagu (33,33%), karet (33,33%),
REDD+ tersebut,
sukun (16,67%) dan sawit (16,67%).
besar
mengetahui
makna
kegiatan
Dari hal diatas, terlihat bahwa
Selain menanam pohon karet,
penduduk
desa
modal
responden
ta-
membangun dan mengembangkan areal
tanaman
yang ada di sekitar desanya untuk
tersebut, sedangkan sebagian yang lain
kegiatan perdagangan karbon, karena
(30,77%)
mela-kukan
kesadaran untuk selalu menanam dan
penanaman tanaman semusim apapun.
menjaga pohon-pohon yang sudah ada
Jenis tanaman semusim yang ditanam
serta yang akan ditanam di masa yang
adalah
akan datang cukup tinggi. Hanya karena
naman
semusim
tidak
sayuran
menanam
dibawah
pernah
(50%).
Ta-naman
cukup
memiliki
sawit atau tanaman hutan lain, sebagian (50,00%)
yang
Penyengat
untuk
ikut
semusim tersebut sebagian (78,79%)
keter-batasan
pengetahuan
yang
dikonsumsi sendiri dan se-bagian lagi
berimbas pada pemahaman
tentang
(6,06%) dijual kepada para konsumen di
perda-gangan karbon, sehingga mereka
sekitar desa Pe-nyengat.
tidak begitu memahami detail teknis yang terjadi dalam mekanisme perdagangan karbon. karena
Hal ini juga bisa dipahami sebagian
besar
responden
berpendidikan sekolah da-sar (65%), hanya
5% saja yang
berpendidikan
tinggi, sehingga masih perlu pemahaman dan penyuluhan Gambar 1. Wawancara dengan Aparat Desa di kantor Desa Penyengat.
yang
rutin
kepada
masyarakat desa Penyengat
tentang
17
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.2
Juli 2016
mekanisme per-dagangan karbon yang
laksananya. Lembaga yang mung-kin
benar.
dilibatkan
Sebagian
kelompok
tani
responden
(62,50%), sementara itu jika dita-nyakan
(56,25%) menyatakan kegiatan pena-
responden tentang peran dan bagamana
naman
memilih
pohon
besar
adalah
yang
dilakukan
oleh
ketua
serta
ben-tuk
kelompok tertentu cukup baik, se-bagian
pengelolaannya
responden (12,50%) ke-beratan dengan
responden (5,71%) menjawab tidak tahu.
kegiatan
18,75%
Dari hasil wawancara yang diuraikan
mengetahui
diatas, terlihat bahwa masyarakat desa
tersebut,
responden
dan
menyatakan
adanya kegiatan terse-but. responden adanya
(85,71%)
hambatan
Sebagian
menyatakan
dalam
Penyengat
sebagian
masih
besar
belum
bisa
menentukan lembaga yang akan me-
kegiatan
lakukan kegiatan perdagangan kar-bon
tersebut, sedangkan 14,29% responden
di desa mereka, seandainya hal tersebut
menyatakan ketidakta-huannya. Menurut
akan dilaksanakan. Tetapi masyarakat
responden ham-batan terbesar datang
desa tersebut mem-berikan rekomendasi
terutama
tentang
dari masyarakat
(83,33%).
lemba-ga
Menurut res-ponden hambatan tersebut
dianggap
bisa dicegah melalui dialog dengan pe-
kegiatan tersebut.
merintah (77,78%).
adalah
Jika
kegiatan
REDD+
yang
mampu
mungkin
melaksanakan Lembaga tersebut
Kelompok
Tani.
Untuk
tersebut
melibatkan secara pe-nuh, masyarakat
dilaksanakan maka institusi lokal yang
memberikan saran agar dalam pelaksa-
potensial
adalah
naannya
perlu
dilakukan
kelompok tani (33,33%), dan masyarakat
terutama
yang
berhubungan
umum (33,33%). Se-mentara responden
organisasi dan tata kelola perdagangan
lain (22,22%) tidak bisa memberikan
karbon, sehingga masyarakat lebih siap
jawaban tentang
dalam menjalankan kegiatan tersebut di
melaksanakannya
institusi lokal yang
potensial dalam melaksanakan kegiatan per-dagangan
karbon
di
desa KESIMPULAN DAN SARAN
dilaku-kan, maka menurut
Kesimpulan
responden
perlu dilakukan pelatihan (71,43%) untuk ditunjuk
dengan
masa yang akan datang.
Penyengat. Jika kegiatan REDD+ akan
lembaga yang
pelatihan
sebagai pe-
Penduduk
desa Penyengat me-
miliki modal yang cukup untuk
ikut
18
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.2
membangun dan mengembangkan areal
Burhan,
yang ada di sekitar desanya untuk
Juli 2016
A.2001. Metode Penelitian Hukum, PT Asdi Maha-satya, Jakarta.
kegiatan perdagangan karbon, karena kesadaran untuk selalu menanam dan menjaga pohon-pohon yang sudah ada serta yang akan ditanam di masa yang
Calhoun dan Acocella. 1990. Psikologi Tentang Penye-suaian dan Hubungan Ke-manusiaan.Edisi ketiga. Terjemahan. IKIP Semarang Press. Semarang
akan datang cukup tinggi. Masyarakat berikan sebagai
desa
Penyengat
rekomendasi lembaga
mem-
Kelompok
yang
bisa
tani men-
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta.
jalankan kegiatan perdagangan kar-bon di
desanya.
Tetapi
dalam
pe-
Effendi,
lasanaannya perlu dilakukan pela-tihan terutama yang berhubungan
de-ngan
organisasi dan tata kelola per-dagangan karbon, sehingga masya-rakat lebih siap dalam menjalankan kegiatan tersebut di masa yang akan datang. Saran Perlu dilakukan inventarisasi dan identifikasi yang berhubungan deng-an
E. 2009. Moratorium Pemanfaatan Hutan Butuh Rp 75,24 T. Harian Ekonomi Neraca. www.greenconomics.org [9 Februari 2015]
Gunawan, Wawan. 1999. Persepsi dan Perilaku Sosial Eko-nomi Masyarakat Desa Sir-narasa Terhadap Pelestarian Sumberdaya Hutan di Ta-man Nasional Gunung Ha-limun. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
kelembagaan dan tata kelola yang lebih sederhana untuk masyarakat desa dalam kegiatan perdagangan karbon, sehingga bisa lebih imple-mentatif bagi pihak-pihak
Harihanto.2001. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terha-dap Air Sungai. Disertasi. Pasca Sarjana, Institut Per-tanian Bogor.
yang akan memanfaatkannya Johnny, DAFTAR PUSTAKA Arief. A. 1994. Hutan: Pengaruhnya Lingkungan
Hakikat dan terhadap
I. 2006. Teori dan Metode Penelitian Hukum Norma-tif, Bayumedia Publishing, Malang,
Kartono, K dan D. Gulo. 1997. Ka-mus Psikologi. Pioner Jaya, Bandung
19
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.2
Juli 2016
Rhamdani, H.S. 2011. Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat Terhadap Corp-orate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Hu-tan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Ronny H.S, 1990. Metodologi Pe-nelitian Hukum, Ghalia, Jakarta, Sarwono, S.W.2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka, Jakarta. Soerianegara, I dan A. Indra-wan.1998. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Ma-najemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Walgito, B. 2002. Psikologi sosial : Suatu Pengantar. Yogyakarta. Andi Offset.
20