i
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)
Oleh: Lisbet Juwita Girsang I34070001
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
ABSTRACT The objective of this study are to describe the stage of activities in the PNPM Mandiri project of infrastructure improvement, to analyze level of participation, and to determine factors affecting community participation in road infrastructure improvement in Megamendung village. The road infrastructure improvement is expected to provide short-term and long term economic benefit for the poor households. This study using qualitative and quantitative approach with primary and secondary data and a total respondents of 42 men of Paseban hamlet who were involved in road infrastructure improvement activity.The study shows that the internal factors affecting level of community participation are age and level of education, whereas the external factor that is most influencial on community participation is the activity of assistance team. The team’s frequent visit to the site of project greatly affect people’s participation. Keywords : Participation, stage of activities in road infrastructure improvement of PNPM Mandiri, poor households.
iii
RINGKASAN LISBET JUWITA GIRSANG, Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor). Di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIR-SUNITO. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri perdesaan yang dilaksanakan di Desa Megamendung, yaitu penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana jalan dilakukan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, menganalisis tingkat partisipasi masyarakat, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung. Pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin. Jika partisipasi masyarakat tinggi, maka hasil kegiatan perbaikan jalan tersebut juga akan baik. Terdapat beberapa tahapan partisipasi masyarakat, yaitu tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil. Masyarakat Kampung Paseban di Desa Megamendung ikut berpartisipasi pada keempat tahapan tersebut. Dalam penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung, termasuk menentukan faktor utama yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian melalui wawancara kepada responden dan informan yang mengacu kepada panduan pertanyaan (kualitatif) dan kuesioner (kuantitatif). Data sekunder diperoleh dengan melihat laporan tertulis dari suatu instansi, yang dalam hal ini adalah kantor kelurahan, kantor kecamatan, dinas-dinas/instansi terkait lainnya, serta melalui artikel dan hasilhasil penelitian yang relevan. Jumlah responden dalam penelitian ini ialah 42 orang masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling, di mana populasi penelitian adalah masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaaan di Desa Megamendung. Data mengenai kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 di Desa Megamendung, kondisi geografis desa, demografis, dan profil Desa Megamendung, termasuk data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan masyarakat dan informan disajikan dalam bentuk deskriptif. Data yang dikumpulkan melalui survei di lapangan diolah dan dianalisis dengan uji statistik. Analisis uji Chi-Square (X2) dilakukan untuk melihat
iv
hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Analisis uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan antara usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan perbaikaan prasarana jalan. Uji regression untuk melihat pengaruh faktor eksternal (kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan). Pengolahan data ini dilakukan menggunakan program software SPSS 17 for windows. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung adalah berada pada tingkat sedang. Proses kegiatan perbaikan prasarana jalan yang telah dilakukan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung kurang melibatkan masyarakat dalam tahap pengambilan keputusan dan evaluasinya. Tingkat partisipasi yang sangat rendah pada tahap pengambilan keputusan terjadi karena banyak masyarakat yang tidak ikut pada saat kegiatan rapat, dengan alasan kesibukan pekerjaan dan tidak punya akses menuju tempat rapat. Selain itu, masyarakat yang menghadiri rapat pun kurang terlibat dalam memberikan ide, pendapat, masukan, dan kritikan terhadap kegiatan perbaikan jalan yang dilakukan. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi adalah rendah, karena banyaknya masyarakat yang kurang tertarik dan merasa proses evaluasi cukup dilakukan oleh Pak RT dan tokoh-tokoh masyarakat. Dari faktor internal (usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) yang berpengaruh dengan tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung antara lain: usia dan tingkat pendidikan. Dari faktor eksternal kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi kegaiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan, yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat adalah keaktifan tim pendamping kegiatan. Tim pendamping kegiatan selalu turun ke lapangan dan selalu memperhatikan masyarakat Kampung Paseban dalam mengerjakan perbaikan prasarana jalan tersebut. Kebanyakan masyarakat memberikan informasi bahwa keaktifan tim pendamping kegiatan sangat mempengaruhi mereka untuk berpartisipasi. Beberapa hal yang menjadi saran pada kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah sebagai berikut: Pemerintah Desa agar lebih memperhatikan waktu, tempat dan metode mengumpulkan aspirasi masyarakat, agar masyarakat dapat menghadiri kegiatan pertemuan tersebut, serta sebaiknya perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan perbaikan jalan tersebut, terutama untuk tahap pengambilan keputusan dan evaluasi, karena perempuan juga memiliki keinginan dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.
v
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)
Oleh: Lisbet Juwita Girsang I34070001
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMENSAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
vi
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Lisbet Juwita Girsang
NRP
: I34070001
Departemen
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul
: Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, M.Sc NIP. 19630805 198 003 2 003 Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1003
Tanggal Pengesahan :
vii
LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “FAKTOR DALAM
YANG
MEMPENGARUHI
KEGIATAN
PROGRAM
PERBAIKAN
NASIONAL
PARTISIPASI PRASARANA
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT JALAN
MASYARAKAT
(KASUS (PNPM)
MANDIRI PERDESAAN DI DESA MEGAMENDUNG, BOGOR)” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH INI.
Bogor, Juni 2011
Lisbet Juwita Girsang NRP I34070001
viii
RIWAYAT HIDUP Lisbet Juwita Girsang dilahirkan di Dolok Ilir, Kabupaten Simalungun pada tanggal 06 Juli 1989. Anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Jhonny Girsang dan Tianar Hutahaean. Penulis memiliki dua orang adik laki-laki yang bernama Jasa Parulian Girsang dan Jumpa Agung Girsang, dan satu adik perempuan bernama Selvia Sari Girsang. Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (19952001) di SD Negeri 1 Dolok Batu Nanggar, Sekolah Menengah Pertama (20012004) di SMP Negeri 1 Serbelawan dan Sekolah Menengah Atas (2004-2007) di SMA Negeri 1 Serbelawan. Pada tahun 2007 masuk ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Setelah tingkat pertama menempuh Tingkat Persiapan Bersama (TPB), pada tahun 2008 masuk ke Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM) Fakultas Ekologi Manusia (FEMA). Penulis aktif sebagai Badan Pengurus Cabang 2010/2011 sebagai Departemen Kesejahteraan Anggota di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Penulis juga pernah aktif di UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan pernah menjadi Ketua Bidang Pelayanan Warta KOPELKHU 2009. Penulis juga pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan yang ada di IPB, seperti divisi Humas BOUNJUR 2009, Divisi Perkap INDEX 2009.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang diberikan-Nya sehingga skripsi dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)” telah selesai.
Skripsi ini dibuat sebagai syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sain Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Dalam skripsi ini, penulis mencoba menjelaskan tahapan kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan, menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung. Skripsi ini terbagi menjadi enam bab, terdiri dari Bab I yang berisi latar belakang penulis melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung, Bogor. Bab II yang memaparkan teori-teori yang menjadi landasan penulis dalam melakukan penelitian. Bab III penulis menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi. Lalu penulis menguraikan situasi serta kondisi lokasi penelitian yang dituangkan dalam Bab IV. Hasil penelitian serta pembahasan dituliskan pada Bab V. Skripsi ini diakhiri pada Bab VI yang berisi kesimpulan serta saran dari penulis. Mudahmudahan skripsi ini dapat berguna untuk memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan karya ini.
Bogor, Juni 2011 Penulis
x
Ucapan Terima Kasih Segala Pujian, Hormat, Kemuliaan, dan Ucapan Syukur Penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan penyertaan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dosen pembimbing skripsi, Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, M.Sc yang telah membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun, memberi motivasi, dan membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan menjadi karya yang sangat baik.
2.
Dosen penguji skripsi, Dr.Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si dan Ir. Nuraeni W. Prasodjo M.Si yang telah menguji dalam ujian skripsi penulis pada tanggal 17 Juni 2011.
3.
Dosen penguji petik, Martua Sihaloho, SP, M.Si yang telah memberi masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4.
Ayahanda tercinta, Jhonny Girsang dan Ibunda tersayang, Tianar Hutahaean, yang selalu mengingatkan penulis untuk tetap bersabar dalam menjalani hidup serta mendukung penulis baik secara rohani, finansial, kebijaksanaan, dan cinta kasih yang tidak terbatas.
5.
Adik-adik penulis, Jasa Parulian Girsang, Jumpa Agung Girsang, dan Selvia Sari Girsang, yang telah membuat hari-hari penulis lebih semangat, selalu mendukung, dan mengingatkan penulis untuk dapat menjadi contoh yang baik bagi adik-adiknya.
6.
Renatalido Arios terkasih yang selalu memotivasi, memberikan semangat, dan tidak henti-hentinya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7.
Sahabat-sahabatku tercinta, Marika Veraria, Mery Purnamasarie, Hardiyanti Dharma Pertiwi, Isma Rosyida, Geidy Tiara Ariendi, yang terus mendukung dan menolong penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
xi
8.
Sahabat tersayangku, Sarmaida Felesia Sihombing yang selalu memberikan canda tawa, mendengarkan curhatan, serta memotivasi penulis untuk mengerjakan skripsi ini dengan baik.
9.
Sahabat-sahabat penulis di kostan “BILO”, Juli, Rena, Een, Panta, Yusenda, dan, Anet untuk canda tawa saat berkumpul, masukan, dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.
10. Pihak aparat Desa Megamendung (Pak Duduh, Pak Rully, Pak Sanip, Pak Uus), yang membantu penulis dalam mencari informasi di lapangan. 11. Pak Sanip dan Ibu Didah yang telah mengizinkan penulis untuk tinggal di rumahnya selama penulis mengambil data di lapangan. 12. Pak Nanang yang telah menemani ke lapangan serta memandu dalam mencari data di Kampung Paseban, Desa Megamendung. 13. Teman-Teman satu Departemen KPM, serta Departemen lain yang tidak bisa disebutkan semuanya.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.
xii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi I.
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2 Masalah Penelitian ............................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5 1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 5
II.
PENDEKATAN TEORITIS .............................................................................. 6 2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 6 2.1.1 PNPM Mandiri Perdesaan ............................................................................... 6 2.1.2 Partisipasi Masyarakat Desa ........................................................................... 7 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Terhadap Program ...................................................................... 10 2.1.3.1 Faktor Internal ................................................................................ 10 2.1.3.2 Faktor Eksternal ............................................................................. 11 2.2 Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 12 2.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 14 2.4 Definisi Operasional .......................................................................................... 15
III.
PENDEKATAN LAPANGAN........................................................................... 19 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 19 3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 19 3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 21
IV.
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ............................................................ 23 4.1 Kondisi Geografis .............................................................................................. 23 4.2 Kondisi Ekonomi ............................................................................................... 24 4.3 Kondisi Sosial .................................................................................................... 25 4.4 Gambaran Kampung Paseban ............................................................................ 26
V.
KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN PNPM 28 MANDIRI PERDESAAN .................................................................................. 5.1 Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan ............................................................. 28 5.2 Sasaran Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan ..................................................... 34
xiii
Halaman VI.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN 39 PERBAIKAN PRASARANA JALAN .............................................................. 6.1 Faktor Internal .................................................................................................... 39 6.1.1 Usia ....................................................................... 39 6.1.2 Jenis Kelamin ......................................................... 39 6.1.3 Jenis Pekerjaan ....................................................... 39 6.1.4 Tingkat Pendidikan ................................................. 40 6.1.5 Tingkat Pendapatan .............................................. 40 6.1.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ................................ 40 6.2 Faktor Eksternal .................................................................. 41 6.2.1 Kepemimpinan Desa ............................................. 41 6.2.2 Intensitas Sosialisasi Kegiatan .............................. 42 6.2.3 Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan .................. 42 6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat .......................................... 43 6.3.1 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pengambilan Keputusan .............................................................. 44 6.3.2 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan .......... 46 6.3.3 Tingkat Partisipasi pada Menikmati Hasil .............. 47 6.3.4 Tingkat Partisipasi pada Tahapa Evaluasi .............. 49 6.4 Keadaan Jalan Setelah Dilakukan Perbaikan ...................... 50
VII.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI 52 MASYARAKAT ............................................................................................... 7.1 Faktor Internal .................................................................................................... 52 7.2 Faktor Eksternal ................................................................................................. 58
VIII.
PENUTUP ......................................................................................................... 63 10.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 63 10.2 Saran .................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65 LAMPIRAN ...................................................................................................... 67
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1
Sebaran Persil Tanah berdasarkan Jenis Sertifikat Tanah di Desa Megamendung Tahun 2011 ............................................................................... 23
2
Sebaran Persil Lahan menurut Fungsi dan Luasnya di Desa Megamendung Tahun 2011 ............................................................................... 24
3
Sebaran Jumlah Penduduk menurut Jenis Matapencahariannya di Desa Megamendung Tahun 2011 .................................................................... 24
4
Penduduk Menurut Struktur Umur di Desa Megamendung Tahun 2011 ....................................................................................................... 25
5
Perbandingan Rumusan Ideal dan Pelakasanaan Riil Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat, Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan, di Desa Megamendung Tahun 2011 ..........................................................
36
6
Sebaran Jumlah Responden menurut Karakteristiknya, Kampung 41 Paseban Tahun 2011 ..........................................................................................
7
Sebaran Jumlah Responden menurut Faktor Eksternal di Desa Megamendung Tahun 2011 ...........................................................
43
8
Tingkat partisipasi responden di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011 ...................................................................... 44
9
Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011 ....................................... 44
10
Tabulasi Silang Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Semua Tahapan Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan di Desa Megamendung tahun 2011 ......................
11
Hasil Uji Hubungan faktor internal (usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ................
52
53
xv
Nomor 12
13
14
Halaman
Hasil Hubungan faktor internal (jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ...............................................
53
Tabulasi Silang Hubungan Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011 ............................................................
58
Hasil Uji Pengaruh Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ................
58
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan ....................................................
2
14
Skema Proses Penentuan Kegiatan dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan ............................................................................ 31
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
Jadwal Penelitian dan Skripsi ............................................................................. 68
2
Peta Sosial Desa Megamendung ...................................................
3
Sketsa Perbaikan Jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung .................................................................................................... 70
4
Berita acara Musyawarah Desa serah terima (MDST) ........................................ 71
5
Kerangka Sampling Desa Megamendung pada RT 04/05 Kampung Paseban ............................................................................................... 73
6
Hasil Uji Pearson Correlation dengan SPSS ...................................................... 75 dan Perilaku
7
Hasil Uji Chi-Square dengan SPSS .................................................................... 76 dan Perilaku
8
Hasil Uji Regression dengan SPSS ..................................................................... 77
9
Dokumentasi Penelitian ....................................................................................... 78 dan Perilaku
10
Kuesioner Penelitian ........................................................................................... 80 dan Perilaku
11
Pedoman Wawancara Mendalam ........................................................................ 83 dan Perilaku
69
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Salah satu masalah utama yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini adalah
kemiskinan dan pengangguran. Pada tahun 2010, tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia mencapai 37.168.300 jiwa penduduk miskin (BPS 2010) dan 8.319.779 jiwa penduduk yang menganggur (Survei Angkatan Kerja Nasional 2010).1 Upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran ini dilakukan melalui beberapa program, seperti program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Inpres Desa Tertinggal (IDT), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), Tabungan Keluarga Sejahtera (TAKESRA), dan Kredit Keluarga Sejahtera (KUKESRA). Namun programprogram tersebut relatif belum berhasil menekan angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Program penanggulangan kemiskinan yang selama ini dilakukan lebih pada pendekatan dari atas ke bawah (top down). Hal ini sering kali tidak berhasil dan kurang memberi manfaat kepada masyarakat. Masyarakat merasa tidak terlibat sepenuhnya dalam program yang ada sehingga masyarakat merasa kurang bertanggung jawab terhadap keberhasilan program tersebut. Selain itu, bantuan tersebut kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat. Di sisi lain, ketidakberhasilan program-program tersebut juga disebabkan karena belum sepenuhnya menggunakan pendekatan
multi-disiplin
yang berdimensi
pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan langsung dalam programprogram pemerintah dapat menciptakan rasa kepemilikan (sense of belonging) masyarakat terhadap program-program yang dilakukannya, seperti dikatakan oleh
1
http://www.bps.go.id. (diakses tanggal 15 Februari 2011)
2
Sudarmadji (2001), bahwa keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengawasan, menjaga, dan evaluasi merupakan wujud pendampingan nyata yang dapat dilakukan sehingga terbentuk rasa kepemilikan yang tinggi dari masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan yang partisipatif. Partisipasi masyarakat secara umum merupakan suatu proses yang melibatkan masyarakat. Canter dalam Arimbi (1993) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat merupakan peran serta masyarakat sebagai suatu cara melakukan interaksi antara dua kelompok atau sebagai proses di mana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab. Berdasarkan evaluasi program-program yang pernah dilakukan, perlu adanya suatu konsep pemberdayaan masyarakat dalam program-program pemerintah. Oleh karena itu, pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan
Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
Mandiri
(selanjutnya disebut PNPM Mandiri), yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, dan PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal (Departemen Dalam Negeri 2007). PNPM
Mandiri
Perdesaan
adalah
program
untuk
mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan ini merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK). PPK digulirkan pemerintah pusat sejak tahun 2001 dengan tujuan membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan melalui kegiatan pembangunan secara fisik dan peningkatan kesejahteraan melalui perguliran ekonomi. PNPM Mandiri Perdesaan bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin perdesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat (terutama masyarakat miskin, kelompok perempuan, dan komunitas/kelompok terpinggirkan), meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah, meningkatnya modal sosial masyarakat, serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna. Berdasarkan penjelasan petunjuk operasional PNPM Mandiri Perdesaan 2007, usulan kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM Mandiri Perdesaan dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis kegiatan, yaitu: (1) kegiatan pembangunan dan perbaikan prasarana secara dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek
3
maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin; (2) peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat; (3) kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal; dan (4) penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP). Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Jawa Barat berjalan relatif cukup baik. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa adanya program PNPM dapat memajukan desa penerima program. Mulai pembangunan sarana infrastruktur jalan desa, pembangunan pasar desa, bendungan, sarana air bersih, listrik desa, dan pembangunan lainnya berhasil dilaksanakan.2 Kegiatan PNPM Mandiri perdesaan yang dilaksanakan di Desa Megamendung pada tahun 2009, yaitu penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin. Kegiatan perbaikan sarana dan prasarana tersebut berupa kegiatan perbaikan prasarana jalan yang dilakukan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung menjadi salah satu lokasi sasaran kegiatan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2009. Perbaikan prasarana jalan ini didasarkan pada prioritas kebutuhan di Desa Megamendung saat itu, yaitu prasarana jalan yang memadai dan menghubungkan antara Kampung Paseban dengan pusat Desa Megamendung. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat di Kampung Paseban. 2
http://www.pikiran-rakyat.com/node/106824 (diakses pada tanggal 29 Januari 2010)
4
1.2
Masalah Penelitian Pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan perbaikan
prasarana jalan di Desa Megamendung yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin serta sasaran dari kegiatan tersebut. Salah satu prinsip dasar PNPM Mandiri Perdesaan adalah partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan. Tahap sosialisasi adalah tahap penyampaian informasi tentang kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat di Desa Megamendung yang dilakukan oleh fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat di Desa. Tahap perencanaan adalah tahap penyusunan rencana kegiatan prasarana jalan yang dimulai dari rapat-rapat sampai survei lokasi kegiatan prasarana jalan di Kampung Paseban. Tahap pelaksanaan adalah tahap pengerjaan jalan yang dilakukan dengan kegiatan pembersihan jalan sampai pada kegiatan pengaspalan jalan. Tahap pelestarian kegiatan adalah tahap pemeliharaan jalan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Paseban itu sendiri. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program yang memiliki prinsip bottom up, di mana kegiatan tersebut bertumpu pada masyarakat dan membutuhkan partisipasi masyarakat. Jika partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban tinggi maka hasil kegiatan perbaikan jalan tersebut juga akan baik. Dalam penelitian ini akan dianalisis beberapa tahapan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung, yaitu menurut Cohen dan Uphoff (1977) tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil. Beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti Pangestu (1995) dalam Febriana (2008), Slamet (1994), dan Plumer (1995) dalam Suryawan (2004), terungkap bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti program dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini mencakup usia, jenis pekerjaan, jenis kelamin,
5
pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman berkelompok, sedangkan faktor eksternal antara lain pemimpin desa sebagai pihak yang mendorong masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan pembangunan, intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan. Oleh karena itu, akan dianalisis faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tahapan kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung. 2. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi:
1. Penulis Sebagai media aplikasi teori dan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan, sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya dalam memahami penerapan program pemerintah kepada masyarakat desa. 2. Pemerintah Memberikan informasi bagi pemerintah tentang pelaksanaan PNPM di lapangan dan menjadi evaluasi serta bahan kajian bagi pemerintah dalam pelaksanaan program-program selanjutnya. 3. Bagi Masyarakat Sebagai informasi mengenai pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Melalui informasi ini, diharapkan bagi masyarakat yang belum mengikuti program PNPM mandiri tersebut untuk lebih aktif dalam mengikuti program-program yang akan dilaksanakan selanjutnya.
6
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
PNPM Mandiri Perdesaan Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. `
PNPM Mandiri diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Program ini merupakan scaling up (pengembangan yang lebih luas) dari program-program penanggulangan kemiskinan pada era sebelumnya. PNPM Mandiri digakas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen yang ada pada saat itu, khususnya yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community development) sebagai pendekatan operasionalnya.3 Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya di luar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; 3
http://www.pnpm-perdesaan.or.id (diakses pada tanggal 15 Februari 2011)
7
(4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; dan (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan
mengadopsi
sepenuhnya
mekanisme
dan
prosedur
Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen/Kementrian Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), papartisipasi dari CSR (Corporate Social Responsibility) dan dari dana hibah serta pinjaman dari sejumlah lembaga dan negara pemberi bantuan di bawah koordinasi Bank Dunia. Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air, bahkan terbesar di dunia. Dalam pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan, dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat didorong untuk terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.
2.1.2
Partisipasi Masyarakat Desa Pretty, et al. (1995) dalam Daniel et al. (2008) menyatakan bahwa
partisipasi
adalah
proses
pemberdayaan
masyarakat
sehingga
mampu
menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Pengertian partisipasi adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Dengan demikian, pengertian partisipatif adalah pengambilan bagian/pengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan
8
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai pada monitoring dan evaluasi (controlling). Partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikut serta memanfaatkan, dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Mubyarto (1984) mengemukakan bahwa arti partisipasi adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri. Menurut Rauf (1994) dalam Haqiqiansyah (1999), masyarakat dapat berpartisipasi secara baik apabila terdapat tiga syarat, yaitu: (1) adanya kesempatan untuk ikut dalam pembangunan; (2) adanya kemauan dari masyarakat untuk memanfaatkan kesempatan yang ada; dan (3) adanya kemauan anggota untuk berpartisipasi. Tjondronegoro (1996) dalam Haqiqiansyah (1999) menyatakan bahwa partisipasi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan, motivasi, struktur, dan starifikasi sosial dalam masyarakat. Seseorang akan berpartisipasi apabila dapat memenuhi
kebutuhan
akan
kepuasan,
mendapatkan
keuntungan,
dan
meningkatkan statusnya. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan seseorang dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi diri dan kehidupannya maupun bagi pelaksanaan tugas sehari-hari. Pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak seseorang. Wardojo (1992) dalam Vitayala et al. (1995) mengatakan bahwa pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan secara sederhana adalah keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat dalam pembangunan, yang mencakup partisipasi dalam pembuatan keputusan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan,
pemantauan
dan
evaluasi
kegiatan,
serta
pemanfaatan
hasil
pembangunan. Partisipasi
menurut
Suherlan
(2002)
dalam
Khadiyanto
(2007).
Menurutnya, partisipasi diartikan sebagai dana yang dapat disediakan atau dapat dihemat sebagai sumbangan atau kontribusi masyarakat pada proyek-proyek
9
pemerintah. Selain itu, partisipasi juga dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, serta keterlibatan masyarakat dalam memikul dan memetik hasil atau manfaat pembangunan. Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja dibutuhkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan memiliki dua elemen pokok, yakni kemandirian dan partisipasi. Partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dan dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) di mana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Nasdian (2006) juga memaparkan bahwa partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Yadav (1980) dalam Mardikanto (1994) mengidentifikasi partisipasi sebagai: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan program dan proyek-proyek pembangunan; (3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi program dan proyek-proyek pembangunan; serta (4) partisipasi dalam berbagai manfaat pembangunan. Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah pada perencanaan suatu kegiatan. 2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota program.
10
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran. 4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.
Partisipasi masyarakat menggambarkan terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi, derajat wewenang, dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan.
2.1.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Terhadap Program
2.1.3.1 Faktor Internal Pangestu (1995) dalam Febriana (2008) menjelaskan bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam suatu program adalah segala sesuatu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, dan jumlah serta pengalaman berkelompok. Silaen (1998) dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Tamarli (1994) dalam Febriana (2008) juga menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut mempengaruhi
11
partisipasi sosialnya. Oleh karena itu, semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Ajiswarman (1996) dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap sesuatu hal yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah baginya untuk menerima hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Jumlah beban tanggungan juga dinyatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi. Seperti yang diungkapkan Ajiswarman (1996) dalam Febriana (2008), semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpatisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Nurlela (2004) dalam Wicaksono (2010) mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan. Menurut Slamet (1994), faktor-faktor internal berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok di dalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, dan keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi (Slamet 1994). Menurut Plumer (1995) dalam Suryawan (2004), beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah pengetahuan dan keahlian, pekerjaan masyarakat, tingkat pendidikan dan buta huruf, jenis kelamin, dan kepercayaan terhadap budaya tertentu.
2.1.3.2 Faktor Eksternal Pangestu (1995) dalam Febriana (2008) memaparkan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran. Hal tersebut terjadi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung
12
dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi. Selain itu, Tjokroamidjojo (1996) mengungkapkan faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam partisipasi masyarakat adalah: a. faktor kepemimpinan, dalam menggerakkan partisipasi sangat diperlukan adanya pimpinan dan kualitas; dan b. faktor komunikasi, gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan, dan rencanarencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti oleh masyarakat. Faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program ini. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program (Sunarti 2003).
2.2
Kerangka Pemikiran PNPM
Mandiri
Perdesaan
adalah
program
untuk
mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan ini terdiri dari empat jenis kegiatan utama. Salah satu kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung pada tahun 2009 adalah kegiatan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin dan rumah tangga miskin, yaitu perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban. Kegiatan tersebut sesuai dengan persyaratan program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung yang bertumpu pada partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat tersebut dibedakan berdasarkan tahapan partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977), yaitu pengambilan keputusan pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sepanjang proses kegiatan, dan menikmati hasil. Partisipasi
masyarakat
di
Kampung
Paseban
RT
04/05
Desa
Megamendung diduga dipengaruhi oleh beragam faktor yang dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk
13
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, antara lain usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin tinggi usia, semakin tinggi rasa kepemilikan masyarakat terhadap perbaikan jalan tersebut. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena jalan tersebut sangat dibutuhkan masyarakat dalam aktivitas pekerjaan mereka. Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka semakin tinggi penerimaan masyarakat terhadap hal-hal yang baru. Tingkat pendapatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat, karena semakin tinggi pendapatan masyarakat maka akan memiliki partisipasi
yang tinggi. Jumlah
tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin banyak beban keluarga, maka waktu untuk berpartisipasi akan semakin berkurang. Faktor eksternal merupakan hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, antara lain kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan.
Kepemimpinan desa
berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin tinggi dukungan terhadap kegiatan yang ditunjukkan dengan keaktifan pemimpinan desa dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, maka masyarakat akan semakin terdorong untuk mengikuti kegiatan. Intensitas sosialisasi berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin sering sosialisasi yang dilakukan, maka masyarakat akan semakin memahami tujuan kegiatan dan semakin aktif berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin aktif tim pendamping kegiatan mendampingi masyarakat, maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam perbaikan prasarana jalan tersebut. Kerangka Penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.
14
PNPM Mandiri Perdesaan
Faktor Internal Perbaikan Prasarana Jalan 1. 2. 3. 4. 5.
Usia Jenis Pekerjaan Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan Jumlah tanggungan keluarga
Partisipasi -
Faktor Eksternal
-
Pengambilan Keputusan Pelaksanaan Menikmati hasil Evaluasi
1. Kepemimpinan Desa 2. Intensitas Sosialisasi Kegiatan 3. Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan Berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
2.3
Hipotesis Penelitian Penyusunan hipotesis bertujuan untuk memudahkan peneliti menjawab
permasalahan dan mencapai tujuan dari penelitian yang telah dirumuskan, khususnya mengenai faktor-faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi
15
masyarakat. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disusun hipotesis uji sebagai berikut:
1.
Usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
2.
Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
3.
Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
4.
Tingkat pendapatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
5.
Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
6.
Intensitas sosialisasi kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
7.
Kepemimpinan desa berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
8.
Keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
2.4 1.
Definisi Operasional Usia adalah jumlah tahun umur responden hingga saat penelitian ini dilaksanakan.
2.
Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang langsung memperoleh penghasilan berupa uang. Jenis pekerjaan dikategorikan dalam dua hal, yaitu: a. Pekerjaan dalam bidang pertanian, yaitu pekerjaan di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. b. Pekerjaan dalam bidang non-pertanian, yaitu pekerjaan di sektor pendidikan, pemerintahan, jasa dan perdagangan.
16
3.
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti oleh responden. Dibagi menjadi SD, SMP, dan SMA.
4.
Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden per bulan (pendapatan yang diterima dari mata pencaharian perbulan ditambah dengan pendapatan dari usaha-usaha lainnya). Di bagi menjadi empat berdasarkan keadaan di lapangan, yaitu: a. Rp 200.001 - Rp 400.000 b. Rp 400.001 - Rp 600.000 c. Rp 600.001 - Rp 800.000 d. Rp 800.001 - Rp 1.000.000
5.
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya individu yang ditanggung oleh seorang responden tanpa batasan umur.
6.
Kepemimpinan desa adalah kemampuan pemimpin desa (kepala desa, kepala RW, dan kepala RT) dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan tersebut, yang digolongkan menjadi: a. Rendah Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67 b.
Sedang Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33
c.
Tinggi Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00
7.
Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang suatu kegiatan, yang digolongkan menjadi: a. Rendah Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67 b.
Sedang Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33
c. Tinggi Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00
17
8.
Keaktifan tim pendamping kegiatan adalah frekuensi tim pendamping dalam mendampingi dan membantu masyarakat di lapangan, yang digolongkan menjadi: a. Rendah Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67 b. Sedang Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33 c. Tinggi Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00
9.
Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan program adalah keikutsertaan responden dalam mengikuti perencanaan suatu kegiatan. Tahap pengambilan keputusan yang dinilai adalah keaktifan secara kehadiran, peran dalam kegiatan rapat, keaktifan masyarakat dalam memberi masukan, dan kemampuan mengidentifikasi masalah dalam kegiatan, yang digolongkan menjadi : a. Rendah Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33 b. Sedang Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66 c. Tinggi Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00
10. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan responden dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi diukur berdasarkan sumbangan materi dan bentuk tindakan yang dilakukan, yang digolongkan menjadi : a. Rendah Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33 b. Sedang Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66 c. Tinggi Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00
18
11. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan responden dalam memanfaatkan program yang telah dilaksanakan, yang digolongkan menjadi : a. Rendah Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,81 ≤ x ≤ 2,60 b. Sedang Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66 c. Tinggi Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00 12. Tingkat partisipasi dalam evaluasi adalah ikutsertaan responden dalam memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya, yang digolongkan menjadi : a. Rendah Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33 b. Sedang Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66 c. Tinggi Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00 13. Tingkat partisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan yang telah diselenggarakan di Desa Megamendung adalah keseluruhan keterlibatan responden dalam tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil, yang digolongkan menjadi : a. Rendah Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,81 ≤ x ≤ 2,60 b. Sedang Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66 c. Tinggi Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00
19
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
kegiatan perbaikan prasarana serta
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung,
Kecamatan
Megamendung,
Kabupaten
Bogor.
Sebelum
menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi dan telaah dokumen melalui kepustakaan media cetak dan internet. Pemilihan
lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja. Desa Megamendung dipilih menjadi lokasi penelitian karena desa ini menjadi lokasi KKP (Kuliah Kerja Profesi) peneliti pada tahun 2010, sehingga cukup banyak informasi dasar mengenai wilayah dan masyarakat yang telah diketahui oleh peneliti. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2011.
3.2
Teknik Pengumpulan Data Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan eksplanatif untuk mengetahui kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Metode pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami secara mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali berbagai realitas, proses sosial, dan makna yang berkembang dari orang-orang yang menjadi subyek penelitian. Strategi penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dengan memilih suatu kejadian atau gejala untuk diteliti (Sitorus 1998). Penelitian ini mencari penggalian informasi mengenai kegiatan dan sasaran perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung. Pembahasan dilanjutkan untuk mengetahui dan memahami faktorfaktor eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung.
20
Metode kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan dan responden. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Dalam penelitian ini, terdapat lima orang informan, yang terdiri dari satu orang fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan, dua orang aparatur desa, satu orang pendamping kegiatan, dan satu orang pemimpin kelompok masyarakat. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor internal seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Metode kuantitatif dilakukan menggunakan metode survei, di mana pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara mendalam, studi literatur, dan observasi lapang. Observasi lapang dilakukan melalui pengamatan secara menyeluruh terkait kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian atau dari sumber utama yang belum diolah. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian melalui wawancara kepada responden dan informan yang mengacu kepada panduan pertanyaan (kualitatif) dan kuesioner (kuantitatif). Data sekunder adalah data yang telah diolah pihak lain, diperoleh dengan cara melihat laporan tertulis dari suatu instansi dalam hal ini kantor kelurahan Desa Megamendung, kantor Kecamatan Megamendung, dinasdinas/instansi terkait lainnya, serta melalui artikel dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simple random sampling. Banyaknya responden ditentukan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin, yaitu:
21
n
N 1 Ne 2
Keterangan n
:
N :
Jumlah sampel Jumlah populasi (dalam hal ini pengikut kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan Kampung Paseban RT 04/05 di Desa Megamendung)
e
:
Nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan, yaitu 10 %
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban. Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka banyaknya responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 42 orang.
3.3
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data mengenai kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban
RT 04/05 di Desa Megamendung, kondisi geografis desa, demografis, dan profil Desa Megamendung dipaparkan secara deskriptif. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan masyarakat dan informan juga disajikan dalam bentuk deskriptif. Data yang dikumpulkan melalui survei di lapangan diolah dan dianalisis dengan uji statistik. Analisis uji Chi-Square (X2) dilakukan untuk melihat hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, analisis uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan antara usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung, dan analisis uji regression dilakukan untuk melihat pengaruh faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
22
di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Pengolahan data ini dilakukan menggunakan program software SPSS 17 for windows.
23
BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1
Kondisi Geografis Desa Megamendung terletak di wilayah Kecamatan Megamendung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini mempunyai luas wilayah ± 1.200 Ha. Secara geografis, Desa Megamendung dibatasi oleh Desa Karang Tengah di sebelah utara, Desa Cilember di sebelah selatan, Desa Cipayung Girang di sebelah barat, dan Desa Tugu Utara di sebelah timurnya. Bentangan wilayah Desa Megamendung terbagi menjadi wilayah berbukit, dataran tinggi, dan lereng gunung. Desa Megamendung terletak 600-900 m di atas permukaan laut. Jarak Desa Megamendung dari pusat Kecamatan Megamendung adalah 8 km, jarak dari kota administratif (Depok) adalah 42 km, jarak dari ibu kota Kabupaten Bogor (Cibinong) adalah 38 km, jarak dari ibu kota propinsi (Bandung) adalah 120 km, dan jarak dari ibu kota negara (Jakarta) adalah 80 km. Berdasarkan status kepemilikannya, tanah di Desa Megamendumg terbagi menjadi 763,4 Ha (63,6 %) tanah bersertifikat dan 436,6 Ha (36,4 %) tanah yang belum bersertifikat. Status tanah Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran Persil tanah berdasarkana Jenis sertifikat Tanah di Desa Megamendung Tahun 2011 Status Jumlah (Buah) Luas (Ha) 1. Tanah bersertifikat Sertifikat hak milik 32 6,4 Serifikat hak guna usaha 1 136,0 Sertifikat hak guna bangunan 120 360,0 Sertifikat hak pakai 87 261,0 2. Tanah yang belum bersertifikat 436,6 Total 240 1.200,0 Sumber: Profil Desa Megamendung 2011
Tabel 2 menunjukkan bahwa pertanahan di Desa Megamendung lebih banyak diperuntukkan pada hutan Perhutani, yaitu 668,5 Ha (55 %) dan pada pemukiman/perumahan, yaitu 300 Ha (25 %). Peruntukan tanah di Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Sebaran Persil lahan menurut Fungsi dan luasnya di Desa Megamendung Tahun 2011 Peruntukan Luas Persentase (%) Jalan 45,5 Km2 100 Perkuburan 0,5 Ha 0,04 Bangunan umum 1,5 Ha 0,01 Jalur hijau 30,0 Ha 2,60 Sawah dan ladang 150,0 Ha 13.04 Pemukiman/ perumahan 300,0 Ha 26,07 Lain-lain (Hutan Perhutani) 668,5 Ha 58,24 Total Luas (Tanpa Jalan) 1150,5 Ha 100,00 Sumber: Profil Desa Megamendung 2011
4.2
Kondisi Ekonomi Penduduk di Desa Megamendung memiliki beragam mata pencaharian
yang dikelompokkan menjadi sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer terdiri
dari
petani
dan
buruh
tani,
sektor
sekunder
terdiri
dari
wiraswasta/pedagang dan swasta, sedangkan sektor tersier terdiri dari jasa, pertukangan, PNS, POLRI, pensiunan, dan ABRI. Penduduk yang bermatapencaharian sebagai karyawan swasta sebanyak 850 orang (26,0 %), pertukangan sebanyak 769 orang (25,0 %), petani 545 orang (18,0 %), buruh tani sebanyak 376 orang (11,0 %), jasa sebanyak 317 orang (8,0 %), dan yang lainnya bekerja sebagai PNS, POLRI, jasa, dan pensiunan. Jumlah dan jenis matapencaharian penduduk Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran Jumlah Penduduk menurut Jenis Matapencahariannya di Desa Megamendung Tahun 2011 Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Petani 545 18,0 Buruh Tani 376 11,0 Wiraswasta/ pedagang 190 6,0 Swasta 850 26,0 Jasa 317 8,0 Pertukangan 769 25,0 Pegawai Negeri Sipil 104 3,0 POLRI 67 2,0 Pensiunan 15 0,6 ABRI 8 0,4 Total 3.241 100
25
Sumber: Profil Desa Megamendung 2011
Data profil Daesa Megamendung tahun 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar lahan pertanian di Desa Megamendung ditanami pisang (150 Ha), ketela pohon (5 Ha), dan kopi (5 Ha). Namun, pengamatan di lapangan didapati pula lahan yang ditanami sayur mayur. Hal tersebut cukup bermanfaat bagi masyarakat Desa Megamendung, di mana masyarakat setempat dapat menambah jumlah pendapatan melalui penjualan hasil pertanian tersebut, terutama pisang. Desa Megamendung cukup terkenal sebagai desa penghasil pisang. Peternakan di Desa Megamendung terbagi menjadi peternakan ayam (450 ekor), kambing (275 ekor), dan domba (150 ekor). Masyarakat setempat juga banyak yang memiliki usaha tambahan, yaitu warung. Terdapat sekitar 65 warung di Desa Megamendung. Selain itu, terdapat lima tempat rekreasi yang ada di Desa Megamendung, yaitu wisata Curug Panjang, wisata Curug 7 Cilember, tempat pemancingan, taman Wisata Matahari, dan tempat rekreasi anak. Masyarakat Megamendung relatif banyak yang bekerja di tempat rekreasi tersebut.
4.3
Kondisi Sosial Penduduk di Desa Megamendung mayoritas lulusan SMA, yaitu sebesar
1.200 orang, lulusan SMP sebesar 1.078 orang, lulusan Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak sebesar 526 orang, dan lulusan akademi serta sarjana sebesar 345 orang. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan ratarata penduduk di Desa Megamendung cukup tinggi. Jumlah penduduk di Desa Megamendung berdasarkan jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki sebesar 3.298 orang (45 %) dan perempuan sebesar 3.017 orang (55 %). Jumlah penduduk menurut struktur umur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Megamendung Tahun 2011 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (Tahun) <30 1.841 1.796 3.637 30-50 896 676 1.572 >50 561 545 1.106 Total 3.298 3.017 6.315
26
Sumber: Profil Desa Megamendung 2011
Desa Megamendung terdiri atas 18 RT dan 5 RW dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.833. Jumlah penduduk berdasarkan agamanya dibedakan menjadi Islam 6.284 orang (99,3 %), Kristen 9 orang (0,2 %), Katolik 20 orang (0,4 %), dan Hindu 5 orang (0,1 %). Desa Megamendung mempunyai sarana kesehatan, yaitu 2 buah poliklinik dan 9 buah posyandu.
4.4
Gambaran Kampung Paseban Kampung Paseban terletak di RT 04/05 Desa Megamendung. Kampung
Paseban ini terletak 900 m di atas permukaan laut. Jarak Kampung Paseban dari pusat Desa Megamendung sekitar 7 Km dan merupakan kampung yang paling jauh dari pusat Desa tersebut. Tidak ada kendaraan umum yang digunakan untuk mencapai
Kampung
Paseban.
Masyarakat
Kampung
Paseban
biasanya
menggunakan motor atau berjalan kaki dalam mobilitasnya sehari-hari. Jika menggunakan ojeg, masyarakat biasanya dikenakan biaya Rp 40.000,00 dari Kampung Paseban ke pusat Desa Megamendung. Sebelum ada perbaikan jalan pada tahun 2009, jalan menuju kampung tersebut hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua saja, namun sekarang bisa juga menggunakan kendaraan roda empat. Kondisi kampung ini sangat berbeda dengan kondisi Desa Megamendung secara umum, dimana berdasarkan informasi ketua RT Kampung Paseban bahwa penduduk di Kampung Paseban terdiri dari 70 KK. Masyarakat di kampung tersebut mayoritas bekerja di bidang pertanian, yaitu sebagai buruh tani, berkebun, dan beternak. Permukiman di Kampung Paseban tersebar, sehingga jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya cukup jauh. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi rumah tinggal di kampung tersebut kurang layak dibandingkan dengan wilayah lain di Desa Megamendung. Rumah warga masih menggunakan dinding bambu dan atap daun kelapa. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari berasal dari gunung. Aktifitas MCK dilakukan warga di luar rumah, karena jamban keluarga berjarak beberapa meter dari rumah. Pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat sebuah peternakan sapi milik pemerintah yang dikelola oleh kelompok tani di Kampung
27
Paseban. Peternakan sapi tersebut mengolah kotoran sapinya untuk dijadikan sebagai pupuk untuk dijual dan digunakan masyarakat di Desa Megamendung untuk tanaman sayuran mereka. Ada sekitar 10 orang penduduk di Kampung Paseban yang bekerja di peternakan sapi tersebut. Selain itu, ada sebuah kebun sayur seluas 1 Ha milik warga asing yang memperkerjakan penduduk Kampung Paseban. Ada sekitar 12 orang masyarakat Kampung Paseban yang bekerja di perkebunan tersebut. Kampung Paseban juga tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pendidikan, sehingga masyarakat harus pergi ke kampung terdekat, yaitu Kampung Citamiangyang berjarak sekitar 2 Km dari kampung Paseban dan dapat ditempuh dengan motor dalam waktu 20 Menit . Terdapat sebuah mushola yang digunakan masyarakat di kampung tersebut untuk beribadah. Ada sekitar 20 buah villa di Kampung Paseban, namun hanya 10 orang penduduk di sana yang bekerja sebagai penjaga villa. Di kampung Paseban juga terdapat sebuah tempat rekreasi berupa tempat pemancingan dan rumah makan yang baru dibangun tahun 2010.
28
BAB V KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN PNPM MANDIRI PERDESAAN
Kegiatan pembangunan prasarana dibuat atas dasar pemikiran bahwa prasarana di Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membuka akses informasi dan pemasaran terutama di daerah terpencil/tertinggal (Departemen Dalam Negeri 2007). Meskipun demikian, kegiatan perbaikan prasarana ini tidak hanya sebatas membangun program fisik, tetapi lebih dimaksudkan untuk menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik sekaligus memberdayakan masyarakat agar mampu mengakses manfaat program fisik secara optimal bagi perbaikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Secara umum, tujuan pembangunan prasarana adalah pengembangan kemandirian masyarakat
melalui
peningkatan kapasitas
masyarakat
dan
kelembagaan dan penyelenggaraan pembangunan desa dan antar-desa, serta peningkatan penyediaan prasarana sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan. Tujuan membangun prasarana pendukung bagi desa yang membutuhkan adalah untuk: (1) menciptakan lapangan kerja di desa, terutama bagi rumah tangga miskin; (2) meningkatkan kepedulian, perhatian/dukungan dan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan; (3) Meningkatkan kualitas kegiatan dengan penggunaan teknologi sederhana; (4) Meningkatkan kapasitas tim pengelola kegiatan dan/atau tim pelaksana pemeliharaan prasarana dalam pengelolaan kegiatan; dan (5) Meningkatkan keterampilan masyarakat desa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, dan pemeliharaan prasarana dalam teknis pelaksanaan.
5.1
Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan Terdapat beberapa musyawarah yang dilakukan PNPM Mandiri perdesaan
sebelum menentukan sasaran kegiatan tersebut, yaitu:
29
1. MAD Sosialisasi Musyawarah Antar Desa (MAD) sosialisasi merupakan pertemuan antardesa untuk sosialisasi awal tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan PNPM Mandiri Perdesaan, serta menentukan kesepakatan-kesepakatan antar-desa dalam melaksanakan PNPM Mandiri perdesaan. MAD sosialisasi ini dilaksanakan pada tanggal 2 Pebruari 2009 di kantor Kecamatan Megamendung. Peserta pertemuan ini adalah camat dan staf terkait, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), perwakilan masyarakat dari tiap desa, tokoh masyarkat, dan tokoh agama. Masyarakat Desa Megamendung yang hadir dalam pertemuan ini adalah sebanyak 5 orang di mana 1 orang adalah perwakilan dari Kampung Paseban yaitu kepala RW.
2. Musyawarah Desa Sosialisasi Musyawarah
Desa
(Musdes)
sosialisasi
merupakan
musyawarah
masyarakat desa yang dilaksanakan segera setelah MAD sosialisasi. Musyawarah ini juga masih bagian dari kegiatan sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung yang dilaksanakan pada tanggal 20 Pebruari 2009 di kantor Kelurahan Desa Megamendung. Dalam musyawarah ini, PNPM Mandiri Perdesaan menjelaskan secara lebih khusus tentang kegiatan-kegiatan PNPM yang boleh dilaksanakan di desa. Peserta dari pertemuan ini adalah kepala desa dan aparat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), wakil rumah tangga miskin di Desa Megamendung, serta masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir. Musyawarah ini tidak dihadiri oleh semua penduduk di Desa Megamendung. Masyarakat Kampung Paseban yang hadir dalam musyawarah ini adalah sebanyak 3 orang yaitu kepala RW, kepala RT, dan satu orang masyarakat kampung tersebut.
Dalam Musdes Sosialisasi ini dipilih ketua TPK (Tim
Pengelola Kegiatan) sebagai penanggung jawab operasional kegiatan di desa yang dipilih secara musyawarah mufakat dan disetujui oleh Kepala Desa.
3. Pertemuan Kelompok untuk Penggalian Gagasan
30
Pertemuan ini adalah tahapan lanjutan dari sosialisasi yang telah dilakukan. Perencanaan kegiatan yang akan dilakukan di desa dimulai dengan tahap penggalian gagasan hingga Musdes Perencanaan atau dikenal dengan istilah Menggagas Masa Depan Desa (MMDD). Terdapat dua tahap yang harus dilakukan dalam pertemuan kelompok untuk penggalian gagasan, yakni pertemuan dusun untuk membuat peta sosial dan musyawarah penggalian gagasan itu sendiri, di mana kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang berlatar belakang wilayah yang sama (RW/RT/kampung dan lainnya). Pertemuan ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok dusun I (RW 1 dan 2) dan kelompok dusun II (RW 3, RW 4, dan RW 5). Menurut informasi yang didapat bahwa kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2009 di Kantor kelurahan Desa Megamendung. Dalam pertemuan kelompok-kelompok tersebut tidak dilakukan oleh
setiap lapisan masyarak. Hal tersebut sungguh berpengaruh
dengan hasil gagasan yang telah mereka lakukan. Karena tidak semua ide-ide dari masyarakat tertuang dalam pertemuan tersebut. Peserta yang hadir adalah warga masyarakat di Desa Megamendung dan yang mewakili dari Kampung Paseban adalah kepala RW dan kepala RT.
4. Musdes Perencanaan Musyawarah ini adalah lanjutan dari penggalian gagasan yang telah dilakukan sebelumnya. Musyawarah desa (Musdes) perencanaan merupakan pertemuan masyarakat di desa yang bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil, dan proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok/dusun. Adapun gagasan yang dibuat oleh kelompok-kelompok tersebut antara lain perbaikan sarana air bersih di wilayah dusun I, perbaikan jalan di Kampung Paseban RT 04/05, dan kegiatan SPP (Simpan Pinjam Perempuan). Musyawarah ini dilaksanakan pada tanggal 19 April 2009 di kantor kelurahan Desa Megamendung. Peserta yang hadir adalah wakil dari setiap kelompok yang ada di desa dan masyarakat umum lainnya yang berminat untuk hadir dalam pertemuan tersebut.
5. MAD prioritas usulan
31
Musyawarah Antar Desa (MAD) prioritas usulan adalah pertemuan di kecamatan yang bertujuan membahas dan menyusun peringkat usulan kegiatan. Penyusunan peringkat didasarkan atas kriteria kelayakan sebagaimana yang digunakan oleh tim verifikasi dalam menilai usulan kegiatan. Proses penentuan kegiatan dalam MAD prioritas usulan ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2.
Skema Proses Penentuan Kegiatan dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan. (sumber: Departemen Dalam Negeri)
32
Berdasarkan gagasan usulan yang telah dibuat, maka akan dibahas usulan mana yang merupakan prioritas Desa Megamendung dan sesuai dengan kebutuhan dana PNPM Mandiri Perdesaan saat itu. Musyawarah ini dilakukan pada tanggal 20 Mei 2009 di kantor Kecamatan Megamendung. Peserta dalam pertemuan ini adalah camat dan staf terkait, tim pengamat, perwakilan dari desa, serta anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
6. MAD Penetapan Usulan MAD
(Musyawarah
Antar-Desa)
penetapan
usulan
merupakan
musyawarah untuk mengambil keputusan terhadap usulan yang didanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam pertemuan ini ditetapkan keputusan mengenai kegiatan yang akan didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam MAD penetapan usulan ini diputuskan bahwa perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 yang didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Penetapan usulan tersebut berdasarakan prioritas kebutuhan Desa Megamendung, yaitu adanya jalan yang bisa menghubungkan antara Kampung Paseban RT 04/05 dengan wilayah di Desa Megamendung untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Musyawarah ini dilaksanakan pada bulan 15 Juni 2009 di kantor Kecamatan Megamendung. Peserta dalam pertemuan ini adalah camat dan staf terkait, ketua dan sekretaris MAD, instansi dinas terkait tingkat kecamatan, tim pengamat, dan anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
7. Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD Musyawarah
desa
ini
merupakan
musyawarah
sosialisasi
atau
penyebarluasan hasil penetapan alokasi dana PNPM mandiri Perdesaan yang diputuskan dalam MAD penetapan usulan. Musyawarah ini dilakukan di desa yang mendapatkan dana maupun tidak mendapatkan dana PNPM Mandiri Perdesaan. Musyawarah ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2009 di kantor kelurahan Desa Megamendung. Peserta yang hadir dalam pertemuan ini adalah sebanyak 25 orang antara lain aparat desa, wakil dari setiap kampung, dan wakil dari berbagai kelompok masyarakat yang ada di desa.
33
Kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung dilaksanakan di Kampung Paseban RT 04/05 pada bulan Oktober 2009. Kampung Paseban menjadi target perbaikan prasarana karena secara kebutuhan sosial ekonomi, Kampung Paseban sangat membutuhkan jalan yang sesuai (bisa dilewati oleh kendaraan roda dua dan roda empat). Jalan merupakan akses yang sangat penting bagi masyarakat untuk dapat melakukan segala aktivitasnya. Kondisi jalan sebelum diperbaiki menujukkan sangat sulitnya akses masyarakat untuk keluar dari Kampung Paseban tersebut menuju pusat desa ataupun ke tempat lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) sekaligus sebagai salah satu informan penelitian ini : “Jadi kan dek, Paseban itu kampung yang cukup tertinggal dibanding kampung-kampung yang lain. Jadi jalan penting untuk akses masyarakat di sini. Apalagi kalo mereka mau melakukan aktifitas di Desa Megamendung. Mereka memang sangat membutuhkan jalan ini dek” (KN, 32 thn) Masyarakat di Desa Megamendung mengajukan perbaikan jalan kepada PNPM Mandiri Perdesaan sepanjang 3 Km dengan lebar 3 m. Namun, perbaikan jalan yang dikabulkan oleh PNPM Mandiri Perdesaan adalah sepanjang 1,5 Km dengan lebar 3 m. Perbaikan tersebut dilakukan dalam 52 hari kerja selama 3 bulan, di mana pekerja yang ikut membangun jalan tersebut adalah tenaga swadaya Kampung Paseban sebanyak 70 orang dan 5 orang tenaga ahli dari luar. Tenaga ahli dari luar digunakan karena kurangnya sumberdaya masyarakat lokal yang terampil dan memahami tentang pengaspalan jalan tersebut. Secara teknis, tenaga kerja dari luar memiliki waktu kerja selama 3 kali seminggu, yaitu Senin, Rabu, dan Kamis dengan sistem kerja bergiliran, di mana dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB. Tenaga dari luar tersebut diberi upah sebesar Rp 25.000.00,-, sedangkan masyarakat Kampung Paseban itu sendiri, waktu kerjanya diatur oleh kepala RT kampung tersebut, di mana dibuat dalam kelompok-kelompok, yang waktu kerjanya dengan sistem
34
“shift” (saling bergantian waktunya). Bahan untuk perbaikan jalan juga sebagian merupakan swadaya masyarakat, yaitu berupa pasir kali dan batu-batuan. Dana yang digunakan untuk melakukan perbaikan jalan berasal dari dua sumber, yaitu dari PNPM sebesar Rp 177. 059. 000,- dan dari swadaya sebesar Rp 29.074.000,-. Dana yang berasal dari swadaya tersebut di peroleh masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 ini melalui sumbangan dari pemilik villa di sekitar Kampung Paseban dan batu serta pasir berasal dari masyarakat. Masyarakat Kampung Paseban mengajukan proposal kepada pemilik villa tersebut. Terdapat sekitar 20 orang yang memiliki villa dan usaha di sekitar wilayah Kampung Paseban RT 04/05. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden yang merupakan kepala RT di Kampung Paseban sebagai berikut: “Ya gitu lah neng, kita buatin proposal ke orang-orang Jakarta yang punya villa di sini. Mereka kan juga menggunakan jalan ini, makanya kita mintain sumbangan juga ke mereka” (ENS, 50 thn) Pencarian dana yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Paseban tidak selamanya lancar, karena sebagian pemilik villa tidak mau memberikan sumbangan dana untuk perbaikan jalan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh masyarakat Kampung Paseban sebagai berikut: “Suka susah dek kalo dimintain dana, kebanyakan pada pelit semua. Padahal mereka kan juga yang menggunakan jalan ini, lewat terus-terusan lagi, yah sewajarnya mereka ikut membantu masalah dana juga kan” ( UY, 52 thn) 5.2
Sasaran Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung
Paseban RT 04/05 Desa Megamendung memiliki sasaran kegiatan, yaitu: 1. Peningkatan Pendapatan Masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat dalam kegiatan prasarana dilakukan dengan memberi kesempatan kerja bagi masyarakat namun diprioritaskan bagi rumah tangga miskin. Tenaga kerja yang dipilih sebanyak mungkin melibatkan
35
tenaga kerja desa setempat untuk berpartisipasi sehingga akan memperoleh upah dari pekerjaan maupun upah pengumpulan bahan. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, bahwa masyarakat Kampung Paseban yang mengerjakan jalan tersebut tidak mendapatkan upah. Tenaga kerja dari luar diperbolehkan apabila keterampilan yang dibutuhkan tidak tersedia di desa lokasi kegiatan. Di Kampung Paseban, terdapat 5 pekerja dari luar kampung yang masih warga dari Desa Megamendung untuk melakukan pengaspalan jalan. Perbaikan prasarana jalan yang dilakukan mengutamakan penggunaan bahan lokal seperti batu dan pasir. Kemungkinan kualitas bahan lokal yang ada tidak sebagus bahan dari luar, tetapi sepanjang masih memenuhi standar teknis, maka bahan lokal tersebut perlu untuk dimanfaatkan dalam perbaikan jalan tersebut. Selain itu, bahan yang diambil dari daerah setempat juga akan memberi kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan identifikasi sumber bahan untuk kegiatan desa yang akan datang, termasuk pemeliharaan. Dengan penggunaan tenaga dan bahan lokal, uang tetap berputar di dalam desa sendiri, dengan harapan jumlah modal yang ada di desa meningkat.
2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Prasarana Peningkatan partisipasi masyarakat Kampung Paseban di Desa Megamendung ini merupakan sasaran yang penting yang dicapai dalam perbaikan prasarana jalan tersebut. Melalui perbaikan jalan yang dilakukan akan terlihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam perbaikan prasarana jalan tersebut. Keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi akan dilihat dari bagaimana mereka melakukan perbaikan jalan tersebut, mulai dari tahapan pengambilan keputusan hingga evaluasinya nanti. Perbandingan teori pertimbangan kegiatan perbaikan prasarana jalan dengan aktulnya dapat dilihat pada Tabel 5.
36
Tabel 5. Perbandingan Rumusan Ideal dan Pelakasanaan Riil Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat, Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan, di Desa Megamendung Tahun 2011 Aspek Rumusan Aktual Alasan Metode Metode Fokus hanya Masyarakat tidak perencanaan dan perencanaan dan pelaksanaan paham teknis pelaksanaan pelaksanaan fokus sehingga kurang perencanaan pada upaya menumbuhkan pembuatan jalan menumbuhkan rasa memilki rasa memiliki Usulan kegiatan Berdasarkan hasil Sesuai kebutuhan --musyawarah dan masyarakat yaitu usulan akan jalan yang kebutuhan masa memadai depan Bangunan Tidak merusak Tidak merusak lingkungan lingkungan karena telah dilakukan identifikasi lingkungan Sumber Daya Memanfaatkan Sumberdaya alam Masyarakat sumberdaya alam lokal; sumber Kampung dan manusia lokal daya manusia juga Paseban tidak dari luar menguasai teknis pengaspalan jalan Tenaga Kerja Menerima upah Masyarakat Dana yang secara utuh kampung tidak kurang menerima upah; hanya tenaga ahli dari luar menerima upah Pemeliharaan Tanggung jawab Masyarakat Tidak mendapat masyarakat merasa insentif yang bersama bertanggung pernah dijanjikan pemerintah desa jawab tapi tidak pemerintah desa melakukan perbaikan jalan secara kontinu Peningkatan partisipasi masyarakat pada kegiatan perbaikan prasarana jalan bagi pelaku PNPM Mandiri Perdesaan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu a. Metode perencanaan dan pelaksanaan kegiatan harus difokuskan untuk menumbuhkan rasa memiliki oleh masyarakat. Berdasarkan penggalian
37
informasi, kegiatan perbaikan prasarana jalan lebih memfokuskan masyarakat pada metode pelaksanaanya saja. b. Usulan didasarkan pada pandangan masa depan yang dihasilkan secara musyawarah, dengan mengutamakan manfaat bagi rumah tangga miskin. Usulan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yaitu kebutuhan jalan yang memadai untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. c. Kegiatan yang dibangun tidak boleh ada dampak yang merusak lingkungan dan merugikan masyarakat. Sebelum dilakukannya perbaikan jalan tersebut, tim fasilitator kecamatan (ketua tim fasilitator dan anggota tim fasilitator), tenaga ahli jalan, dan perwakilan masyarakat melakukan identifikasi lokasi terlebih dahulu. Tim tersebut melakukan pengamatan tentang dampak dan hambatan yang mungkin terjadi setelah dilakukannya perbaikan jalan tersebut. d. Perbaikan
jalan
tersebut
sejauh
mungkin
memanfaatkan
potensi
sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia setempat. e. Tenaga kerja yang ikut partisipasi kegiatan dibayar insentif secara penuh. Dalam hal ini, upah tenaga kerja tidak boleh dipotong dengan alasan apapun. Setiap pekerja harus menerima upah secara utuh, kemudian setelah itu dapat disumbangkan. Dalam perbaikan prasarana jalan tersebut, tenaga kerja yang diupah sebanyak 5 orang yang berasal dari masyarakat di luar Kampung Paseban. f. Pemeliharaan prasarana yang telah dibangun menjadi tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah desa, namun kenyataannya kurang ditanggungjawabi oleh pemerintah desa. Pemerintah Desa Megamendung terkesan lepas tangan terhadap pemeliharaan jalan tersebut. Masyarakat tidak mendapat insentif dari kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, sehingga masyarakat cenderung tidak aktif dalam melakukan pemeliharaan jalan tersebut.
38
3. Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Dalam penyusunan perencanaan teknis prasarana, diperlukan pemilihan teknologi yang tepat, yang meliputi aspek teknik dan dampak lingkungan. Dalam pemilihan teknologi yang akan digunakan, FT-Kec, KPMD, dan masyarakat harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) Teknologi yang dipilih sederhana, agar dapat dikerjakan oleh masyarakat setempat sehingga tidak perlu mendatangkan ahli atau peralatan dari luar. Tim pengelola kegiatan juga akan mampu mengerjakan kegiatan serupa apabila PNPM Mandiri Perdesaan telah selesai; (2) Menggunakan teknologi yang tepat, sehingga menghasilkan prasarana yang bermutu yang dapat memberi manfaat yang cukup berimbang dengan pengeluaran biaya; dan (3) Menggunakan teknologi dengan biaya murah tapi awet, sehingga masyarakat dapat membangun prasarana secara optimal, mengingat kebutuhan prasarana perdesaan pada umumnya lebih banyak dibandingkan jumlah bantuan langsung masyarakat (BLM).
39
BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN
Bab ini akan menjelaskan karakteristik responden, bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada beragam tahapan kegiatan dan keadaan jalan setelah dilakukan perbaikan.
6.1
Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik responden
terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga.
6.1.1
Usia Dalam penelitian ini terambil responden dengan proporsi usia > 50 yang
relatif lebih besar. Responden usia <30 tahun sebanyak 10 orang (24%), usia 3050 tahun sebanyak 14 orang (35%), dan usia >50 tahun sebanyak 18 orang (41%). Umur responden yang paling muda adalah 18 tahun dan yang paling tua adalah 64 tahun.
6.1.2
Jenis Kelamin Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM
Mandiri Perdesaan adalah laki-laki. Menurut penjelasan salah satu fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan, hal tersebut dikarenakan kegiatan perbaikan prasarana jalan ini merupakan kegiatan berat yang membutuhkan tenaga laki-laki untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Perempuan menyiapkan minuman pada saat pertemuan-pertemuan di Kampung Paseban tersebut dan tidak diukur sebagai bentuk partisipasi oleh fasilitator kegiatan dalam penelitian ini.
6.1.3
Jenis Pekerjaan Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana bekerja di bidang
pertanian sebagai buruh tani, berkebun, dan beternak, sedangkan di bidang non
40
pertanian sebagai kuli bangunan, pencari batu, penjaga villa, dan wirausaha. Responden yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 33 orang (79 %) dan non pertanian sebanyak 9 orang (21 %).
6.1.4
Tingkat Pendidikan Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan mayoritas
adalah berpendidikan SD. Responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 4 orang (10 %), responden yang berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (19 %), dan sisanya adalah responden dengan pendidikan tertinggi SD sebanyak 30 orang (71 %).
6.1.5
Tingkat Pendapatan Pendapatan responden berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 1. 000.000
per bulan. Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 200.001 - Rp 400.000 adalah sebesar 17 %, pendapatan antara Rp 400.001 - Rp 600.000 sebesar 26 %, pendapatan antara Rp 600.001 - Rp 800.000 sebesar 40 %, dan pendapatan antara Rp 800.001 - Rp 1.000.000 sebesar 17 %. Tingkat pendapatan responden yang paling rendah adalah sebesar Rp 300.000 per bulan, sedangkan tingkat pendapatan paling tinggi adalah sebesar Rp1.000.000. Pendapatan tersebut merupakan penghasilan rata-rata dari masyarakat. Kebanyakan masyarakat memiliki pendapatan berupa upah yang diterima secara harian.
6.1.6
Jumlah Tanggungan Keluarga Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak
2 anggota keluarga, karena anak-anak dari responden sudah bekerja di luar daerah, sehingga tidak menjadi tanggungan keluarga lagi. Jumlah tanggungan keluarga responden terkecil adalah 1 orang anggota keluarga dan terbesar adalah 9 orang anggota keluarga. Dari semua responden, sebanyak 21 orang (50 %) memiliki jumlah tanggungan keluarga 0-2 orang, sebanyak 13 orang ( 31 %) memiliki jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang, dan sebanyak 8 orang (19 %) memiliki jumlah tanggungan keluarga >4 orang.
41
Karakteristik responden masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Jumlah Responden menurut kakteristiknya, Kampung Paseban Tahun 2011 Jumlah Persentase Karakteristik Individu (n=42 orang) (orang) (%) Usia <30 tahun 10 24 30-50 tahun 14 35 >50 tahun 18 41 Jenis Kelamin Laki-laki 42 100 Perempuan 0 0 Jenis Pekerjaan Pertanian 33 79 Non-pertanian 9 21 Tingkat Pendidikan SD 30 71 SMP 8 19 SMA 4 10 Tingkat Pendapatan Rp 200.000 - Rp 400.000 7 17 Rp 400.001 - Rp 600.000 11 26 Rp 600.001 - Rp 800.000 19 40 Rp 800.001 - Rp 1.000.000 5 17 Jumlah Tanggungan 0-2 21 50 Keluarga 3-4 13 31 >4 8 19 6.2 Faktor Eksternal 6.2.1 Kepemimpinan Desa Kepemimpinan desa dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang pemimpin desa (kepala desa, kepala RW, dan kepala RT) dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Pemimpin desa dalam penelitian ini adalah DM sebagai lurah di Desa Megamendung, AA sebagai kepala RW, dan EN sebagai kepala RT di Kampung Paseban. Kepala desa merupakan salah satu pelaku PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam hal kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, peran kepala desa adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam kepemimpinannya kepala desa Megamendung memiliki hubungan yang dekat dengan masyarakat di desa Megamendung.
42
Dapat dilihat bahwa semakin rendah jabatan di desa, dipandang semakin aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. Berdasarkan pada Tabel 7, Kepala Desa memilIki kemampuan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi tinggi sebesar 5 %, Kepala RW sebesar 2 %, dan kepala RT sebesar 11 %.
6.2.2 Intensitas Sosialisasi Kegiatan Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Sosialisasi kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan upaya untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi mengenai program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat di Desa Megamendung telah dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 2 kali di tingkat kecamatan yang dihadiri oleh aparat desa dan sebagian masyarakat di Desa megamendung dan 2 kali pertemuan di tingkat Desa yang dilakukan di kantor Kelurahan di Desa Megamendung yang dihadiri oleh masyarakat Megamendung. Selain melalui pertemuan-pertemuan langsung dengan masyarakat, pelaku PNPM Mandiri Perdesaan didorong untuk melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi melalui media informasi seperti papan informasi dan spanduk. Berdasarkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa frekuensi kegiatan masyarakat dalam sosialisasi tinggi sebesar 4 %, keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi tinggi sebesar 3 %, dan keefektifan penggunaan papan informasi dan spanduk tinggi sebesar 2 %.
6.2.3 Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan Keaktifan tim pendamping kegiatan merupakan Keaktifan stake holder yang berperan penting dalam partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan tersebut. Tim pendamping kegiatan merupakan perwakilan dari PNPM Mandiri Perdesaan dan perwakilan masyarakat yang dipilih oleh aparat desa setelah disetujui oleh pihak pengelola kegiatan yang terkait. Tim pendamping kegiatan dari Desa Megamendung, yang biasa disebut KPMD (Kader Pemberdayaan
43
Masyarakat Desa) adalah Pak NN. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) tersebutlah yang selalu turun ke lapangan untuk melihat pelaksanaan kegiatan perbaikan jalan. Berdasarkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa frekuensi tim pendamping kegiatan tinggi sebesar 36 % dan bantuan yang diberikan oleh tim pendamping kegiatan tinggi sebesar 35 %. Sebaran jumlah responden menurut faktor eksternal masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Jumlah Responden menurut faktor eksternal di Desa Megamendung Tahun 2011 Rendah Sedang Tinggi Faktor Eksternal n % n % n % Kepemimpinan Desa - Kepala Desa 25 60 15 35 2 5 - Kepala RW 20 48 21 50 1 2 - Kepala RT 11 26 23 55 8 11 Intensitas Sosialisasi Kegiatan - frekuensi 25 60 15 36 2 4 - Keterlibatan 26 61 15 36 1 3 - Papan informasi/ 30 71 11 26 1 2 spanduk Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan - Frekuensi 5 12 22 52 15 36 - Bantuan 7 17 20 48 15 35 Keterangan: n = jumlah responden
6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan secara aktif dalam mengikuti suatu kegiatan. Bentuk partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan adalah mulai dari tahap pengambilan keputusan hingga proses evaluasi kegiatan tersebut. Pada penelitian ini, indikator partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan meliputi keaktifan masyarakat dalam tahapan partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977), yaitu pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi kegiatan.
44
Kisaran tingkat partisipasi responden dari rendah ( skor 35) ke tinggi (skor 53). Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat partisipasi responden pada semua tahapan partisipasi di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011 Tingkat partisipasi Jumlah (orang) Persentasi (%) Rendah 2 5 Sedang 40 95 Tinggi 0 0 Total 42 100 Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki partisipasi sedan. Dalam penelitian ini, tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat dari keaktifan masyarakat tersebut dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasana jalan mulai dari tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.
6. 3.1 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pengambilan Keputusan Menurut Cohen dan Uphoff (1977), tahap pengambilan keputusan merupakan tahapan partisipasi yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah perencanaan suatu kegiatan. Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Tingkat Partisipasi Responden pada Setiap Tahapan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011 Tingkat partisipasi Tahapan partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total n % N % N % Pengambilan 38 91 4 9 0 0 42 (100) keputusan Pelaksanaaan 0 0 17 40 25 60 42 (100) Menikmati 0 0 0 0 42 100 42 (100) hasil Evaluasi 42 100 0 0 0 0 42 (100) n = jumlah responden
45
Berdasarkan data pada Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap pengambilan keputusan, responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah sebesar 91 % dan tingkat partisipasi sedang adalah sebesar 9 %. Tahap pengambilan keputusan meliputi kegiatan rapat yang telah dilakukan selama 11 kali pertemuan, yaitu 6 kali pertemuan di tingkat desa, 2 kali pertemuan di tingkat dusun, 2 kali pertemuan di tingkat RW, dan 1 kali pertemuan di tingkat RT. Rapat yang telah dilakukan tersebut memutuskan bahwa perbaikan prasarana jalan yang dilakukan di Desa Megamendung berlokasi di Kampung Paseban RT 04/05. Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga membahas mengenai perencanaan-perencanaan yang akan dilakukan dalam perbaikan jalan tersebut. Dalam penelitian ini, dilihat bagaimana keaktifan secara kehadiran, peran dalam kegiatan rapat, keaktifan masyarakat dalam memberi masukan, dan kemampuan mengidentifikasi masalah dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan yang dilakukan tersebut. Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan keputusan rendah, yaitu terletak pada selang 1,41. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan ini rendah karena keterlibatan masyarakat pada saat rapat, baik dalam memberikan ide, pendapat, masukan, dan kritikan cukup rendah, seperti yang diungkapkan salah satu responden sebagai berikut: “Yah..saya mah ikut-ikut ajah. Kalo disuruh pak RT rapat yah saya ikut rapat. Tapi cuma diem-diem ajah neng, gak terlalu ngerti saya ngomong-ngomong di rapat kayak gitu” (AN, 36 thn) Tahap pengambilan keputusan ini kurang menggali aspirasi dari masyarakat, karena tidak semua masyarakat di Kampung Paseban hadir. Kegiatan rapat yang dilakukan biasanya dihadiri oleh aparat RT seperti ketua dan sekretaris, serta orang yang mewakili ketika aparat berhalangan hadir. Mereka juga tidak hadir dalam kegiatan rapat dikarenakan waktu rapat yang tidak sesuai dengan jam kerja masyarakat di kampung tersebut sehingga masyarakat cenderung lebih memilih bekerja dari pada rapat. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:
46
“Ahh kalo rapat di desa itu seringan siang hari dek, yah...saya kan kerja, saya ajah selesai kerja itu jam 4 sore, jadi gak sempat. Trus, kalo saya gak kerja mau makan apa anak saya. Ya udahlah kalo rapat mah biar pak RT ajah” (AP, 40 thn) Selain itu, masyarakat cenderung malas untuk menghadiri rapat karena rapat kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut selalu dilakukan di kantor Desa Megamendung. Akses jalan yang menghubungkan Kampung Paseban RT 04/05 dengan pusat Desa Megamendung buruk dan kebanyakan masyarakat Kampung Paseban tidak memiliki kendaraan untuk pergi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Wah dek, saya gak ikut yah gara-gara kantor desanya itu jauh. Trus saya juga gak punya motor Uda gitu kalo naek ojek ajah bayar 40 ribu pulang pergi. Bayangin ajah kalo saya sering-sering ikut rapat, pasti banyak uang yang harus saya keluarkan. Hahahahana.. mana ada uang saya” (AS, 45 thn) Perempuan juga memiliki peran dalam membuat makanan dan minuman pada saat rapat di tingkat dusun. Namun dalam penelitian ini, peran perempuan tersebut tidak dihitung sebagai bentuk partisipasi kegiatan.
6.3.2
Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan tahap inti dari partisipasi masyarakat,
karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi berupa sumbangan materi dan bentuk tindakan sebagai anggota program. Tabel 9 menunjukkan bahwa partisipasi responden pada tahap pelaksanaan adalah rendah, yaitu sebesar 0 %, tingkat partisipasi sedang sebesar 40 %, dan tingkat partisipasi tinggi sebesar 60 %. Pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan merupakan inti dari kegiatan perbaikan jalan tersebut. Kegiatan yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan persiapan lahan seperti
47
membersihkan jalan, mencabuti rumput, memperbaiki jalan air (gorong-gorong), pemecahan batu, dan pengaspalan. Secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah sedang, yaitu terletak pada selang 3,62. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat yang cukup baik terhadap kegiatan perbaikan jalan, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Yah... kalo gak kita yang mengerjakan jalan, siapa lagi dek. Jalan ini kan penting buat masyarakat dek.Sebagai warga yang baik, kita harus ikut mengerjakan jalan. Saya juga punya kesadaran sendiri untuk mengerjakan jalan yang rusak itu” (PR, 50 thn) Selain itu, rasa kepemilikan (sense of belonging) masyarakat yang tinggi terhadap perbaikan jalan yang dilakukan dengan memberikan tenaga mereka untuk perbaikan jalan tersebut. Mereka merasakan bahwa jalan tersebut sangat penting bagi mereka, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Saya bersyukur ada pihak yang mau ngurusin jalan ini neng, yah. kalo saya sih gak bisa bantu dengan dana, paling tidak tenaga saya akan saya berikan semua demi perbaikan jalan ini neng” (AC, 39 thn) 6.3.3
Tingkat Partisipasi pada Tahap Menikmati Hasil Tahap menikmati hasil dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, yang berarti bahwa program tersebut berhasil mengenai sasaran. Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap menikmati hasil, responden yang memiliki tingkat partisipasi tinggi adalah sebesar 100 %. Tahap menikmati hasil melihat bagaimana masyarakat yang menjadi sasaran dari kegiatan perbaikan prasarana jalan ini dapat merasakan manfaat dari kegiatan tersebut. Jalan yang telah diperbaiki tersebut menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Dengan adanya perbaikan jalan tersebut, akses masyarakat menuju pusat Desa Megamendung menjadi lebih mudah.
48
Tahap menikmati hasil merupakan tahap yang terletak pada selang yang tinggi, yaitu sebesar 4,75 memiliki Dengan adanya perbaikan prasarana jalan tersebut, masyarakat di Kampung Paseban Rt 05/04 merasakan manfaat yang sangat besar, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Iyah Neng, dulu mah susah kemana-mana, mau ke kampung sebelah ajah susah apalagi ke Megamendung. Jalannya itu loh Neng bikin motor kita cepet rusak, batunya besar-besar dan memang harus diperbaiki. Nah, kalo sekarang itu beda Neng. Sekarang mah ngantar anak ke sekolah juga jadi enak Neng, mau kemana-mana juga jadi lebih mudah dan lebih cepat perjalanannya” (AD, 47 thn) Selain itu, dengan adanya perbaikan jalan, mobilitas masyarakat menjadi lebih baik, sehingga mereka dapat meningkatkan produktifitasnya dari segi ekonomi. Dengan demikian masyarakat Kampung Paseban dapat semakin mudah membeli kebutuhan sehari-hari dan menjual hasil pertanian mereka ke luar Desa Megamendung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Dulu tuh kita susah mau jual hasil tani kita, sekarang lebih gampang neng, mau jual pisang, sayuran, trus ubi jadi lebih gampang ke luarnya. Soalnya jalannya udah bener” (OG, 50 thn) Masyarakat juga merasa lebih baik dan lebih aktif dalam melakukan segala aktifitas mereka di Desa Megamendung. Dengan adanya perbaikan jalan tersebut, masyarakat jadi lebih sering untuk melakukan pertemuan di Kantor Kelurahan Desa Megamendung jika diundang, seperti yang diungkapkan oleh aparat desa yang menjadi satu informan sebagai berikut: “Semenjak tahun 2010 ini, beberapa warga di Paseban jadi sering ikutan rapat dek, beda dari tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya itu sedikit yang ikut acara di kelurahan. ” (SN, 59 thn)
49
6.3.4
Tingkat Partisipasi pada Tahap Evaluasi Menurut Cohen dan Uphoff (1977), tahap evaluasi merupakan tahapan
yang dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya. Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap evaluasi, responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah sebesar 100 %. Pada tahap evaluasi, dilihat bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam menilai hasil kerja yang telah dilakukan. Evaluasi oleh PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan sebanyak 4 kali dengan turun langsung ke lokasi kegiatan dan melihat kondisi jalan selama pelaksanaan perbaikan jalan tersebut. Tujuannya adalah untuk melihat perkembangan kegiatan perbaikan jalan dan memeriksa keadaan jalan untuk perbaikan selanjutnya. Dalam penelitian ini, tahap evaluasi merupakan tahap yang persentasenya paling kecil, yaitu terletak pada selang 1,25. Hal ini disebabkan banyak warga yang tidak dilibatkan secara langsung dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan perbaikan prasarana tersebut, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Saya gak pernah ikutan, gak pernah diajak juga. Saya Cuma disuruh mengerjakan jalan ajah, tapi gak disuruh untuk ikut evaluasi jalannya neng” (KM, 51 thn)
Masyarakat juga sedikit yang tertarik untuk melakukan tahap evaluasi tersebut. Mereka menganggap kalau dalam tahap evaluasi lebih baik dilakukan oleh pak RT atau tokoh-tokoh masyarakat lainnya, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Yah..kalo evaluasi biar pak RT aja dah sama tokoh-tokoh masyarakat yang ada, saya mah gak ngerti neng. Tapi kalo untuk mengerjakan jalannya saya bisa, kalo evaluasi gak usah deh” (ED, 55 thn)
50
6.4
Keadaan Jalan Setelah Dilakukan Perbaikan Perbaikan prasarana jalan selesai dilakukan pada bulan Desember 2009.
Pada tahun 2010, setelah dilakukannya perbaikan, keadaan jalan menjadi lebih baik. Setelah itu diadakan Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) pada tanggal 16 Maret 2010 di kantor kelurahan Desa Megamendung. Musyawarah tersebut dihadiri oleh 42 orang yang terdiri dari Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), kepala desa,
tokoh
masyarakat,
dan
masyarakat
Desa
Megamendung.
Dalam
musyawarah tersebut dilakukan peresmian jalan dan serah terima yang dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan (TPK), kepala desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat kepada pihak PNPM Mandiri Perdesaan. Musyawarah tersebut juga membahas pembentukan Tim Pemelihara jalan yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Pemeliharaan jalan tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan oleh Desa Megamendung setelah selesai dikerjakan. Tujuan kegiatan pemeliharaan jalan tersebut antara lain untuk mengoptimalkan fungsi pelayanan prasarana, memperpanjang umur pemakaian prasarana, dan mengurangi biaya yang cukup besar ketika kondisi prasarana cepat rusak. Selain itu, pemeliharaan yang dilakukan dapat menumbuhkembangkan rasa memiliki masyarakat dan tanggung jawab untuk memelihara jalan yang sudah dibangun. Masyarakat yang tergabung dalam Tim Pemelihara jalan merupakan warga Kampung Paseban sebanyak 15 orang. Awalnya masyarakat tersebut cukup antusias dalam melakukan kegiatan pemeliharaan jalan karena dijanjikan upah, namun hingga penelitian ini dilakukan, pemberian upah tersebut tidak dilakukan, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Saya kecewa neng, kemaren itu janjinya mau dikasih uang buat yang mengerjakan jalan. Tapi sampai sekarang gak ada tuh. Bohong aja. (RD, 52 thn) Upah yang tidak diberikan tersebut berpengaruh terhadap kinerja mereka dalam melakukan pemeliharaan jalan. Tim pemelihara jalan tersebut hanya bekerja selama 3 bulan saja selama bulan April-juni 2010. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi jalan sudah mulai rusak sejak 4 bulan setelah
51
selesai perbaikan jalan akibat pemeliharaan yang kurang baik. Selain itu berdasarkan informasi yang di dapat dari responden bahwa dana perbaikan jalan yang dikeluarkan oleh PNPM Mandiri Persdesaan tidak semua digunakan untuk perbaikan jalan namun diselewengkan oleh orang-orang yang kurang bertanggung jawab. Sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli bahan berkualitas baik, digunakan untuk membeli bahan yang berkualitas kurang baik karena lebih murah. Beberapa dari masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak melakukan pemeliharaan jalan karena perbaikan jalan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka merasa lebih baik perbaikan jalan tersebut dilakukan di wilayah Kampung Paseban menuju ke Kampung Citamiang, karena fasilitas kesehatan dan pendidikan lebih dekat di Kampung Citamiang.
52
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT 7.1
Faktor Internal Tabulasi silang hubungan antara faktor internal (usia, jenis pekerjaan,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) dengan tingkat partisipasi masyarakat
pada masing-masing tahapan disajikan dalam
Tabel 10 berikut. Tabel 10. Tabulasi Silang Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Semua Tahapan Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan di Desa Megamendung Tahun 2011 Tahapan partisipasi Pengambilan Keputusan (%) R S T
R
S
T
Menikmati Hasil (%) R S T
90 100 83
Faktor Internal
Pelaksanaan (%)
Evaluasi (%) R
S
T
Usia (n) <30 tahun (10) 30-50 tahun (14) >50 tahun (18)
10 0 17
0 0 0
0 0 0
30 50 39
70 50 61
0 0 0
0 0 0
100 100 100
100 100 100
0 0 0
0 0 0
9 11
0 0
0 0
42 33
58 67
0 0
0 0
100 100
100 100
0 0
0 0
7 19 25
0 0 0
0 0 0
40 13 100
60 87 0
0 0 0
0 0 0
100 100 100
100 100 100
0 0 0
0 0 0
86
14
0
0
14
86
0
0
100
100
0
0
90
10
0
0
36
64
0
0
100
100
0
0
89
11
0
0
42
58
0
0
100
100
0
0
100
0
0
0
80
20
0
0
100
100
0
0
0 0 0
38 61 50
62 39 50
0 0 0
0 0 0
100 100 100
100 100 100
0 0 0
0 0 0
Jenis pekerjaan (n) Pertanian (33) Non pertanian (9)
91 89
Tingkat pendidikan (n) SD (30) SMP (8) SMA (4)
93 88 75
Tingkat pendapatan (n) 200.000-400.000 (7) 400.001-600.000 (11) 600.001-800.000 (19) 800.001-1.000.000 (5)
Jumlah tanggungan keluarga (n) 0-3 (21) 3-4 (13) >4 (8) Keterangan :
95 92 75
5 8 25
R= Rendah S= Sedang T= Tinggi
0 0 0
53
Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Pearson Correlation dan Chi Square. Uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor internal seperti usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Hasil ujinya disajikan pada Tabel 10. Tabel 11. Hasil Uji Hubungan Faktor Internal (usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan Tingkat partisipasi Variabel Koefisien korelasi Selang kepercayaan* Usia +0,316 0,210 Tingkat pendapatan -0,091 0,283 Jumlah tanggungan keluarga -0,014 0,464 *Selang kepercayaan 95 % (
)
Uji Chi Square dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor internal seperti jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Hasil ujinya disajikan pada tabel 12.
Tabel 12. Hasil Hubungan faktor internal (jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan Tingkat partisipasi Variabel Selang kepercayaan* Jenis pekerjaan 0,890 Tingkat pendidikan 0,010 * Selang kepercayaan 95 % (
)
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan keputusan, responden yang berusia >50 tahun lebih banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 83 %. Pada tahap pelaksanaan, responden yang berusia >50 tahun memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 61 %. Pada tahap menikmati hasil, responden yang berusia >50 tahun memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 100
54
%. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang berusia >50 tahun memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil. Masyarakat yang berusia >50 tahun lebih berpartisipasi daripada responden yang berusia <30 tahun dan 30-50 tahun. Hal tersebut diperkuat dengan hasil uji statistik Pearson Correlation pada Tabel 11 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan sebesar 0,021. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p<0,05). Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi adalah positif lemah. Hal ini terlihat dari nilai korelasinya sebesar 0,316. Berdasarkan hal tersebut, maka terima Hipotesis 1, yaitu bahwa usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi masyarakat, dalam arti semakin tinggi usia, semakin tinggi pula tingkat partisipasinya. Hal ini berbeda dengan pendapat Silaen (1998) dalam Wicaksono (2010) yang menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka partisipasinya juga rendah. Masyarakat Kampung Paseban yang berusia >50 tahun lebih memiliki rasa tanggung jawab dan rasa kepemilikan terhadap kampung tersebut, sehingga mereka lebih bertanggung jawab atas keberadaan prasarana jalan tersebut. Masyarakat yang berusia di bawah 50 tahun atau pun yang masih muda kurang berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut karena mereka kurang merasa memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberadaan prasarana jalan tersebut. Masyarakat yang masih muda cenderung pergi merantau untuk mencari pekerjaan di daerah lain, sehingga mereka belum lama tinggal di Kampung Paseban. Hal ini mengakibatkan kurangnya rasa kepemilikan (sense of belonging) dan tanggung jawab masyarakat terhadap jalan tersebut. Dengan kata lain, kurangnya rasa tanggung jawab masyarakat terhadap kampung tersebut mengakibatkan partisipasi masyarakat tersebut juga kurang.
55
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan keputusan, responden yang bekerja di bidang pertanian lebih banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 91%. Pada tahap pelaksanaan, responden yang bekerja dibidang pertanian memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 67 %. Pada tahap menikmati hasil, responden yang bekerja dibidang pertanian memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 100 %. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang bekerja dibidang pertanian memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil. Hasil uji statistik Chi-Square pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai signifikansi hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar 0,890. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka tolak Hipotesis 2, yaitu bahwa jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan masyarakat Kampung Paseban, baik pertanian maupun non-pertanian tidak mempengaruhi keaktifan mereka berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang diperoleh responden. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan keputusan, responden yang berpendidikan SD lebih banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 93 %. Pada tahap pelaksanaan, responden yang berpendidikan SD memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 60 %. Pada tahap menikmati hasil, responden yang berpendidikan SD memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 100 %. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang berpendidikan SD memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan SD lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil. Hasil uji statistik chi-square pada Tabel 12 menunjukkan nilai signifikansi hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
56
kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung sebesar 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka terima Hipotesis 3, yaitu bahwa pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan keputusan, responden yang memiliki pendapatan Rp 600.001-800.000 lebih banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 89 %. Pada tahap pelaksanaan, responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 58 %. Pada tahap menikmati hasil, responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebanyak 19 orang. Pada tahap evaluasi, responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil. Menurut Nurlela (2004) dalam Wicaksono (2010), tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan. Pernyataan tersebut serupa dengan hasil Uji Pearson Correlation pada Tabel 11 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai signifikansinya adalah sebesar 0,283. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka tolak Hipotesis 4 yaitu bahwa tingkat pendapatan tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Hal tersebut serupa dengan pendapat Nurlela (2004) dalam Wicaksono (2010). Masyarakat Kampung Paseban yang memiliki tingkat
57
pendapatan antara Rp 200.000 - Rp1.000.000 memiliki tingkat partisipasi yang sama, yaitu sedang. Mereka memiliki rasa tanggung jawab yang sama untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya individu yang ditanggung oleh responden tanpa batasan umur. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan keputusan, responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 lebih banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebanyak 95 %. Pada tahap pelaksanaan, responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebanyak 13 orang.
Pada tahap menikmati hasil,
responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebanyak 21 orang. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki partisipasi rendah, yaitu sebanyak 21 orang. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil. Hasil uji statistik Pearson Correlation pada Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat. Nilai signifikansinya adalah sebesar 0,464. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka tolak Hipotesis 5, yaitu bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan. Kenyataannya bahwa meskipun masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang besar ataupun kecil, hal tersebut tidak mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Masyarakat Kampung Paseban yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak ataupun sedikit, memiliki tingkat partisipasi yang sama, yaitu sedang.
58
7.2
Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi dalam penelitian ini
adalah kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan. Hubungan faktor eksternal terhadap partisipasi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Tabulasi Silang Hubungan Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011 Tingkat partisipasi Kepemimpinan Desa Rendah Sedang Tinggi n % N % n % Kepemimpinan desa 19 45 32 76 7 17 Intensitas sosialisasi kegiatan 23 55 10 24 13 31 Keaktifan tim pendamping 7 17 13 31 22 52 kegiatan n = jumlah responden
Uji Regression dilakukan untuk melihat pengaruh faktor eksternal dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan. Persentase pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Pada hasil perhitungan, nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,893. Artinya, pengaruh semua variabel independen terhadap perubahan nilai variabel dependen adalah 89,3% dan sisanya 10,7% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independen yang digunakan (Kp, In, dan Ak). Berikut ini adalah model persamaan regresinya. Hasil pengaruh faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Partisipasi = 33,644 + 3,444 (Kp) + 0,442 (In) + 5,382 (Ak) Tabel 14. Hasil Uji Pengaruh Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan Faktor Eksternal Koefisien Signifikansi Kepemimpinan Desa 3,444 0,009 Intensitas Sosialisasi Kegiatan 0,442 0,624 Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan 5,382 0,000
59
Dalam penelitian ini, kepemimpinan desa yang dimaksud adalah kemampuan pemimpin desa dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Berdasarkan Tabel 13, tingkat partisipasi responden tinggi karena ajakan pemimpin desa dalam
berpartisipasi adalah
sebesar 17 %. Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh kepemimpinan desa dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar 0,009. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan tim pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut maka terima Hipotesis 6, yaitu bahwa kepemimpinan desa berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepala desa Megamendung selalu mengajak masyarakat melalui rapat-rapat dan sosialisasi kegiatan yang telah dilakukan. Ajakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan yang telah dilakukan oleh kepala Desa Megamendung tersebut mampu menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Masyarakat Desa Megamendung khususnya masyarakat di Kampung Paseban mengaku bahwa kepala desa selalu mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan. Selain itu, kepala Desa Megamendung juga turun ke lapangan langsung dan melihat bagaimana kegiatan perbaikan prasana jalan tersebut dilakukan, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Pak Kades kalo datang ke sini, itu ngajak kita ikut mengerjakan jalan neng. Kalo uda kepala desa yang ngajak saya pasti mau lah neng mengerjakan, apalagi ini di kampung saya” (AG, 54 thn) Kepala RW dan kepala RT merupakan pemimpin di Kampung Paseban RT 04/05. Mereka adalah orang yang cukup disegani masyarakat karena merupakan
60
orang yang dianggap penting dan menjadi wakil bagi masyarakat Kampung Paseban di Desa Megamendung. Hubungan antara atasan (kepala RW dan kepala RT) dan bawahan (masyarakat) begitu dekat sehingga hubungan yang terjadi diantara mereka tidak saja terjadi hubungan formal dalam pekerjaan, akan tetapi juga menyangkut hubungan yang bersifat pribadi. Dalam penelitian ini, Kepala Desa mengarahkan Kepala RW dan kepala RT untuk selalu menggerakkan masyarakat di Kampung Paseban agar turut aktif dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Pak RT selalu ngajakin kita untuk mengerjakan jalan dek, sampai datang ke rumah-rumah gitu, kita di ajak kerja bakti untuk pengaspalan jalan dek. Yahh....kita cukup dekatlah hubungannya dengan Pak RT, saya mau ajah kalo diajakin.” (SR, 58 thn) Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Intensitas osialisasi kegiatan merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi partisipasi masyarakat. Berdasarkan Tabel 13, tingkat partisipasi responden tinggi karena intensitas sosialisasi kegiatan dalam berpartisipasi adalah sebesar 31 %. Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh intensitas kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar 0,624. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan tim pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut maka tolak Hipotesis 7, yaitu bahwa intensitas kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan. Informasi yang diperoleh di lapangan menyatakan bahwa papan informasi serta spanduk tidak mempengaruhi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan tersebut. Banyaknya intensitas informasi yang telah dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan selama ini tidak
61
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut. Hal ini disebabkan karena sebesar 71 % dari total masyarakat adalah berpendidikan rendah dan tidak tahu baca dan tulis, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Yah.....saya gak tau baca neng, gimana bisa saya tau tentang spanduk atau informasi yang ditempel itu. Seberapa banyak pun informasi melalui spanduk yang diberikan, itu tidak memepengaruhi saya untuk ikut mengerjakan jalan neng. Kalo saya sih, ada gak ada spanduk tetep mengerjakan jalan kok” (US, 47 thn) Selain faktor eksternal berupa kepemimpin desa dan intensitas sosialisasi kegiatan, tim pendamping kegiatan juga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Berdasarkan Tabel 13, tingkat partisipasi responden tinggi karena keaktifan tim pendamping kegiatan dalam berpartisipasi adalah sebesar 52 %. Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh keaktifan tim pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan tim pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut maka terima Hipotesis 8, yaitu bahwa keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan. Berdasarkan informasi di lapangan, pendamping kegiatan yaitu Pak NN merupakan anggota masyarakat di Desa Megamendung yang sering menjadi kepercayaan masyarakat di Desa Megamendung sebagai kader untuk ikut dalam berbagai program yang pernah dilaksanakan di Desa Megamendung. Tim pendamping kegiatan ini aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengerjakan perbaikan jalan. Beliaulah yang selalu turun ke lapangan dalam melihat bagaimana kinerja dan partisipasi masyarakat, mulai dari perencanaan
62
awal hingga pada tahap evaluasi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut: “Emang, si Bapak yang suka datang melihat kita kerja neng. Trus dia juga sering ngajak kita supaya aktif mengerjakan jalannya. Ya....hampir tiap hari jugalah dia datang. Kita kan jadi semangat mengerjakannya neng. Saya bener-bener termotivasi mengerjakan jalannya kalo si bapak yang ngajakain neng”(AM, 52 thn)
Berdasarkan Tabel 14, faktor eksternal yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah keaktifan tim pendamping kegiatan dengan koefisien yang paling besar yaitu 5,382. Dalam penelitian ini, kebanyakan masyarakat mengatakan bahwa tim pendamping kegiatan sangat mempengaruhi mereka untuk berpartisipasi, seperti yang diungkapkan salah satu responden sebagai berikut: “Kalo dari kami sih Neng, yang paling memotivasi untuk mengerjakan jalan ini yah Pak NN. Terus-terusan datang untuk ngelihat dan ngajak kita. Jadinya kita semakin semangat untuk mengerjakannya” (SP, 58 thn)
63
BAB VIII PENUTUP
8.1
Kesimpulan Prosese kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
mencakup tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil. Kegiatan tersebut dilakukan
sepanjang 1,5 Km dan lebar 3m di Kampung
Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung berada pada tingkat sedang. Apabila dipilah berdasarkan tahapannya maka proses kegiatan perbaikan prasarana jalan yang telah dilakukan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung kurang melibatkan masyarakat dalam tahap pengambilan keputusan dan evaluasinya. Tingkat partisipasi yang sangat rendah pada tahap pengambilan keputusan terjadi karena banyak masyarakat yang tidak ikut pada saat kegiatan rapat, dengan alasan kesibukan pekerjaan dan tidak punya akses menuju tempat rapat. Selain itu, masyarakat yang menghadiri rapat pun kurang terlibat dalam memberikan ide, pendapat, masukan, dan kritikan terhadap kegiatan perbaikan jalan yang dilakukan. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi adalah rendah, karena banyaknya masyarakat yang kurang tertarik dan merasa proses evaluasi cukup dilakukan oleh Pak RT dan tokoh-tokoh masyarakat. Dari beragam faktor internal (usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) dan faktor eksternal (kepemimpin desa, intensita sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan).
Faktor internal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi
masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah usia (nilai signifikansi sebesar 0,021) dan tingkat pendidikan (nilai signifikansi sebesar 0,010). Faktor eksternal yang diduga paling mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah keaktifan tim pendamping kegiatan (nilai signifikansi 0,000). Tim pendamping kegiatan
64
selalu turun ke lapangan dan selalu memperhatikan masyarakat Kampung Paseban dalam mengerjakan perbaikan prasarana jalan tersebut. Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) dilakukan pada tanggal 16 Maret 2010 di kantor kelurahan Desa Megamendung. Dalam musyawarah tersebut dilakukan peresmian jalan dan serah terima yang dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan (TPK), kepala desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat kepada pihak PNPM Mandiri Perdesaan. Selain itu, dibentuk juga tim pemelihara jalan yang berasal dari masyarakat Kampung Paseban itu sendiri. Saat ini kedaaan jalan sudah mulai rusak, karena kinerja tim pemelihara jalan yang tidak maksimal, karena tidak diberi upah.
8.2
Saran Beberapa hal yang menjadi saran pada kegiatan perbaikan prasarana jalan
di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah sebagai berikut: 1. Apabila tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan keputusan terhadap perancanaan akan ditingkatkan maka pemerintah Desa Megamendung dan pelaksana PNPM Mandiri Perdesaan harus lebih memperhatikan waktu, tempat dan metode mengumpulkan aspirasi masyarakat dalam pertemuan yang akan dilakukan, agar masyarakat yang lebih luas dan beragam dapat menghadiri kegiatan pertemuan dan aspirasi dari masyarakat dapat tertampung. 2. Karena keragaman masyarakat yang berpartisipasi juga dicerminkan oleh keterlibatan perempuan, maka sebaiknya perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan perbaikan jalan tersebut, terutama untuk tahap pengambilan keputusan dan evaluasi, karena perempuan juga memiliki keinginan dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. 3. Apabila pelestarian jalan (menikmati hasil) terhadap kegiatan PNPM maka sebaiknya pihak PNPM Mandiri Perdesaan juga memperhatikan kegiatan pemeliharaan jalan di Desa Megamendung. 4. Sebaiknya pemerintah Desa Megamendung meminta sumbangan kepada orang di luar Desa Megamendung yang menggunakan jalan tersebut yang akan digunakan untuk biaya pemeliharaan jalan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Arimbi. 1993. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan. Walhi.Jakarta. Departemen dalam negeri. 2007. Tim koordinasi PNPM Mandiri Perdesan. Tidak diterbitkan Jakarta. Febriana YD. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Sosial Responsibility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Skripsi. IPB.Bogor. Hasan H. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Bumi aksara. Jakarta. Khadiyanto P. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Unit Sekolah Baru. Semarang. Penerbit: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Mardikanto T. 1994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press.Surakarta. Nasdian FT. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor: Institut Pertanian Bogor. PNPM Mandiri Perdesaaan. 2011. [diunduh tanggal 15 Februari 2011]. Dapat diunduh dari: http://www.pnpm-perdesaan.or.id Slamet Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sudarmadji. 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove dengan Pendekatan Masyarakat. Journal Ilmu Dasar. Volume 2 No. 2. 2001. Universitas Jember. Suliyanto. 1996. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia indonesia. Purwekerto. Sunarti. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan secara Kelompok. Jurnal Tata Loka. Semarang: Planologi UNDIP. Survei Angkatan Kerja Nasional. 2010. [diunduh tanggal 15 Februari 2011]. Dapat diunduh dari: http://www. bps. go. id. Suryawan AA. 2004. Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian dan Pengembangan Kawasan Alu-alun Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan, Pendidikan Program Sarjana Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro, Semarang. Tjokroamidjodjo. 1996. Perencanaan Pembangunan. Gunung Agung. Jakarta.
66
Uphoff, Norman T, John. Cohen, Athur A. 1979. Goldsmith. Rural Development comitte (feasibility and aplication of rural development participation – a state- ofthe –art populer). Cornell university. Wicaksono MA. 2010. Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus PT. Isuzu Astra Indonesia Assy Plant Pondok Ungu). Skripsi. IPB. Bogor.
67
LAMPIRAN
68
Lampiran 1.Jadwal Penelitian dan Skripsi No Kegiatan Proposal dan Kolokium Penyusunan draft 1 proposal 2 Konsultasi 3 Kolokium Studi Lapang Observasi 1 lapangan Pengumpulan data 2 primer Pengumpulan data 3 sekunder 4 Analisis data Penulisan Skripsi 1 Analisis lanjutan Penyusunan draft 2 skripsi Konsultasi draft 3 skripsi Ujian Skripsi 1 Ujian 2 Perbaikan skripsi
Juni Pebruari Maret April Mei 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
69
Lampiran 2. Peta Sosial Desa Megamendung
70
Lampiran 3 Sketsa Perbaikan Jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung
71
Lampiran 4. Berita acara Musyawarah Desa serah terima (MDST)
72
73
Lampiran 5. Kerangka Sampling Desa Megamendung pada RT 04/05 Kampung Paseban No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Nama EN MM Edi KN AS OC UY AN Dd AP KN AG AE KM RH OG JR OE AL DT ND HR AJ HM PR IM MM AU ADY DN ES SN AC JDI AO SP AU YD AL AI KM AS AG
Alamat Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung
74
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
ED UM UG PM ADI US SRY AI RY AB RT MI DY AAD ALM SL AR WD JP HE EK RN HR DN SL JJ RT
Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung Paseban, Desa Megamendung
75
Lampiran 6. Hasil Uji Pearson Correlation dengan SPSS 1. Hubungan Usia dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan Usia Usia
Partisipasi
Pearson Correlation Sigmemiliki (1-tailed) N Pearson Correlation Sigmemiliki (1-tailed) N
Partisipasi 1
,316(*) ,021 42 1
42 ,316(*) ,021 42
42
* Correlation is significant at the 0memiliki05 level (1-tailed)memiliki
2. Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan Pendapatan Pendapatan
Partisipasi
Pearson Correlation Sigmemiliki (1-tailed) N Pearson Correlation Sigmemiliki (1-tailed) N
Partisipasi 1
-,091 ,283 42 1
42 -,091 ,283 42
42
3. Hubungan Jumlah Tnggungan Keluarga dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan Tanggungan Tanggungan
Partisipasi
Pearson Correlation Sigmemiliki (1-tailed) N Pearson Correlation Sigmemiliki (1-tailed) N
Partisipasi 1
42 -,014 ,464 42
-,014 ,464 42 1 42
76
Lampiran 7. Hasil Uji Chi-Square dengan SPSS 1. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9,531(a) 11,594
16 16
Asympmemiliki Sigmemiliki (2-sided) ,890 ,771
1
,283
df
1,154 42
2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9,531(a) 11,594 1,154 42
16 16
Asympmemiliki Sigmemiliki (2-sided) ,890 ,771
1
,283
df
77
Lampiran 8. Hasil Uji Regression dengan SPSS
Coefficientsa
Model 1
(Constant) A B C
Unstandardized Coeff icients B Std. Error 25.499 1.905 3.444 1.256 .442 .894 5.382 .819
a. Dependent Variable: PARTISIP
Standardized Coeff icients Beta .285 .038 .674
t 13.387 2.742 .494 6.574
Significance .000 .009 .624 .000
78
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Keadaan jalan di kampung paseban sebelum diperbaiki
Kedaan jalan setelah di lakukan perbaikan
79
Keadaan jalan yang mulai rusak karena tidak dipelihara
Kantor Kelurahan Desa Megamendung
80
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian No
:
Tanggal
:
KUESIONER PENELITIAN Responden Yth, Saya LISBET JUWITA GIRSANG, mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogormemiliki Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)memiliki Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi yang sedang saya selesaikanmemiliki Demi tercapainya hasil penelitian ini, dimohon kesediaan Anda untuk berpartisipasi mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benarmemiliki Semua informasi yang diterima sebagai hasil kuesioner ini bersifat rahasia dan dipergunakan hanya untuk kepentingan akademismemiliki Tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian kuesioner inimemiliki Atas kerjasamanya, saya ucapkan terima kasihmemiliki Faktor Internal
Berilah tanda silang (X) pada item yang tersedia sesuai dengan jawaban Andamemiliki Pilih cukup satu jawaban saja, kecuali ada petunjuk khususmemiliki Nama NoTelp/Hp Jenis kelamin Pekerjaan
: : : :
1. Usia Anda saat ini a. < 30 tahun b. 30-50 tahun c. > 50 tahun 2. Tingkat pendidikan terakhir Anda: a. SD b. SLTP/SMP c. SLTA/SMA/SMK d. Strata 1 (S1)
81
3 Perkiraan pendapatan Anda per bulan: a Rp 200.001- Rp 400.000 b Rp 400.001- Rp 600.000 c Rp 600.001- Rp 800.000 d Rp 800.001- Rp 1.000.000 4. Jumlah tanggungan keluarga adalah: a. 0-2 orang b. 3-4 orang c. > 4 orang
Tingkat Partisipasi
Beri tanda checlist (√) pernyataan di bawah ini sesuai dengan pilihan Anda, yang menunjukkan keadaan yang sebenarnya ! A. Pengambilan keputusan Kegiatan Perbaikan Sarana dan Prasarana No 1 2
3
4
5
6
7
8
Pernyataan Saya ikut dalam rapat kegiatan yang dilakukan di Desamemiliki Saya memiliki peran (sekretaris, moderator, notulen, lainnya) pada saat rapat kegiatanmemiliki Saya ikut memberi masukan tentang aturan-aturan yang akan dilakukan pada saat rapatmemiliki Saya terlibat dalam megidentifikasi permasalahan yang ada di Desa Megamendung Saya memberi masukan mengenai kegiatan-kegiatan sarana dan prasarana apa yang akan dilakukan di Desa Megamendung Saya ikut dalam menyusun jadwal kegiatan yang akan dilaksanankanmemiliki Saya ikut dalam mengidentifikasi mengenai hambatan-hambatan yang kemungkinan akan muncul dalam kegaiatan sarana dan prasaranamemiliki Saya ikut menentukan siapa yang mengelola dana kegiatan sarana dan prasarana di Desa Megamendung Saya ikut menetukan siapa yang menjadi pengurus dalam Kegiatan sarana dan prasarana di Desa Megamendung
Selalu
Sering
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
82
B. Pelaksanaan No 1 2
3
4
Pernyataan
Selalu
Sering
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Selalu
Sering
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Selalu
Sering
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Saya ikut dalam survei lokasi dilapanganmemiliki saya hadir dalam pelaksanaan perbaikan sarana dan prasaranamemiliki Saya ikut dalam memperbaikai patok ukur dan persiapan lahanmemiliki Saya ikut mengerjakan kegiatan perbaikan sarana dan prasaranamemiliki
3. Menikmati Hasil No 1
2
3
Pernyataan Saya ikut dalam memanfaatkan sarana d an prasarana yang telah dibangunmemiliki Saya ikut dalam memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunmemiliki saya merasakan manfaat yang cukup besar dengan adanya sarana dan prasarana yang telah dibangunmemiliki
4. Evaluasi No
1
2
3
Pernyataan Saya ikut serta dalam proses evaluasi kegiatan perbaikan sarana dan prasarana bersama pihak fasilitator kecamatanmemiliki Saya ikut dalam pembuatan laporan lisan tentang kegiatan perbaikan sarana dan prasaranamemiliki saya ikut dalam pembuatan laporan secara tertulis tentang kegiatan perbaikan sarana dan prasaranamemiliki
83
Lampiran 11 Pedoman Wawancara Mendalam PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung
Informan: Masyarakat Desa Nama dan Umur
:
Jabatan
:
Hari/Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
:
Apakah Anda mengetahui tentang kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban? Apa yang Anda ketahui tentang kegiatan perbaikan prasarana jalan? Bagaimana proses perencanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa megamendung? Jelaskan! Bagaiamana proses pelaksanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung? Jelaskan! Bagaiamana proses evaluasi kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung? Jelaskan! Siapa saja yang menikmati hasil kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut? Apakah pemimpin desa selalu mengajak Bapak/ibu untuk ikut dalam kegiatan perbaikan/ pembangunan sarana dan prasarana tersebut? Apakah sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan tersebut sering dilakukan di Desa Megamendung? Bagaimana proses sosialisasi itu dilakukan? Siapa saja yang terlibat dalam sosialisasi PNPM Mandiri perdesaan tersebut? Siapa saja yang menjadi tim pendamping dalam perbaikan jalan PNPM Mandiri Perdesaan? Apakah tim pendamping tersebut melakukan tugasnya dengan baik? Siapa saja tim pendamping PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung?
84
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung
Informan: PNPM Mandiri Perdesaan dan Aparat Desa Nama dan Umur
:
Jabatan
:
Hari/Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
:
Bagaimana kegiatan perbaikan prasarana PNPM Mandiri Perdesaan di lakukan di Desa Megamendung? Bagaimana proses perencanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa megamendung? Jelaskan! Bagaiamana proses pelaksanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung? Jelaskan! Bagaiamana proses evaluasi kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung? Jelaskan! Siapa saja yang menikmati hasil kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut? Apakah pemimpin desa selalu mengajak Bapak/ibu untuk ikut dalam kegiatan perbaikan/ pembangunan sarana dan prasarana tersebut? Apakah sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan tersebut sering dilakukan di Desa Megamendung? Bagaimana proses sosialisasi itu dilakukan? Siapa saja yang terlibat dalam sosialisasi PNPM Mandiri perdesaan tersebut? Siapa saja yang menjadi tim pendamping dalam perbaikan jalan PNPM Mandiri Perdesaan? Apakah tim pendamping tersebut melakukan tugasnya dengan baik? Siapa saja tim pendamping PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung? Bagaimana keadaan jalan tersebut sekarang?