vi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN KUPEDES iB (Studi Kasus Bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Cibinong Bogor)
SKRIPSI
IRFAN SOFARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2015
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1 Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Kupedes iB (Studi Kasus Bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Cibinong Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Irfan Sofari NIM H34086045
1
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait
vi
ABSTRAK IRFAN SOFARI. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Kupedes iB (Studi Kasus Bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Cibinong Bogor). Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis dalam mengatasi krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia di tahun 1997. Di sisi lain, sektor UMKM dan informal juga telah mampu memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. BRI Syari’ah KCP Cibinong adalah salah satu bank yang fokus menggarap segmen UMKM melalui program Kupedes iB. Akan tetapi setelah berjalan selama 3 tahun rata-rata portofolio Kupedes iB KCP Cibinong cendrung mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik debitur serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi pembiayaan Kupedes iB. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, pendekatan evaluasi model pendugaan, uji signifikansi model dan uji statistik t-hitung. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada empat variable independent yang berpengaruh signifikan positif terhadap variable dependent: (1) lama usaha. (2) omset usaha. (3) pendapatan lain di luar usaha (4) sisa tanggungan kredit. Kata Kunci: faktor realisasi pembiayaan, Kupedes iB, regresi linear berganda
ABSTRACT IRFAN SOFARI. Factors that influence the realization of Kupedes iB Financing (a case study of Bank BRI Syari’ah Sub-Branch Office Cibinong Bogor ). Supervised by TINTIN SARIANTI Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) is a business sector that has been shown to play a strategic role in overcoming the economic crisis ever hit Indonesia in 1997. On the other hand, SMEs and the informal sector has also been able to contribute to national economic growth. BRI KCP Cibinong Shariah is one of the banks that focus on working through the SME segment Kupedes iB program. But after running for 3 years, the average portfolio iB Kupedes KCP Cibinong tends to decrease. This study aimed to analyze the characteristics of the debtor and the factors that affect the realization of Kupedes iB financing. The analysis method used in this research is multiple linear regression prediction model evaluation approaches, test models and statistical tests of significance ttest. The results of the study explained that there are four independent variables are positive significant effect on the dependent variable: (1) the long-running business. (2) business revenue. (3) Other income outside the business (4) the rest of the mortgage loan. Keywords : financing realization factor, Kupedes iB, multiple linear regression
4
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN KUPEDES iB (Studi Kasus Bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Cibinong Bogor)
IRFAN SOFARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama NIM
: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Kupedes iB (Studi Kasus Bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Cibinong Bogor) : Irfan Sofari : H34086045
Disetujui oleh
Tintin Sarianti, SP. MM. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si. Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
6
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Kupedes iB (Studi Kasus Bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Cibinong Bogor) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada orang tua dan istri tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang tidak terhitung nilainya. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, waktu dan kesabarannya dalam membimbing saya. Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ir. Joko Purwono, MS sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang sangat berarti. Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si sebagai dosen komisi akademik yang telah banyak memberikan arahan, motivasi, dukungan dan kesempatan sekaligus seabagai dosen evaluator kolokium yang telah banyak memberikan saran dan masukan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Robby Zahra selaku kepala Unit Mikro Syari’ah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di BRI Syari’ah KCP Cibinong, Bapak Arman Prasetya selaku Unit Financing Officer (Bank BRI Syari’ah Cibinong) dan rekan-rekan Sales Officer di BRI Syari’ah Cibinong yang telah membantu selama pengumpulan data dan informasi. Terima kasih kepada seluruh dosen Departemen Agribisnis atas ilmu yang selama ini diberikan serta para staff di Sekretariat Ekstensi IPB yang telah banyak memberikan banyak bantuan dan dukungan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Irfan Sofari
7
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank Usaha Mikro Kecil Menengah Pembiayaan Syari’ah bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pembiayaan Syariah Murabahah Karakteristik Nasabah Pembiayaan Syari’ah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Jenis Produk Pembiayaan Syari’ah Perkembangan Penyaluran Kupedes iB Bank BRI Syari’ah Syarat dan Ketentuan Kupedes iB Bank BRI Syari’ah Ketentuan Margin Kupedes iB BRI Syari’ah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Model Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kupedes Analisis Kualitatif Analisis Kuantitaif Model Regresi Berganda Uji Signifikasi Model (Uji f) Uji Signifikasi Variabel Prediktor Secara Individu Hipotesa Penelitian KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum BRI Syariah Sejarah Berdirinya BRI Syariah Visi, Misi Perusahaan Nilai Utama BRI Syariah Organisasi dan Jaringan Kerja BRI Bidang Usaha BRI Syari’ah Gambaran Umum BRI Syariah Bogor Struktur Organisasi Unit Mikro Syari’ah (UMS) BRI Syari’ah KCP Cibinong
Hal vi vi vi 1 1 4 6 6 6 7 8 8 10 10 11 11 12 12 12 16 16 17 17 18 21 21 21 21 22 22 22 23 23 24 25 26 27 27 28 28 29 30 31 32 33
8
Mekanisme Penyaluran Kupedes iB HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Debitur Kupedes iB BRI Syariah Cibinong Karakteristik Individu Responden Karakteristik Usaha Responden Karakteristik Pembiayaan Responden Analisis Realisasi Kupedes iB BRI Syariah Cibinong Interpretasi Variabel-Variabel Dependent dan Independent SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
34 37 37 37 39 41 42 43 48 48 48 49 51 56
9
DAFTAR TABEL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hal Jumlah Usaha menurut Skala Usaha Tahun 2011-2012 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Skala Usaha Tahun 2011-2012 Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Di Indonesia Berdasarkan Golongan Pembiayaan Realisasi Outstanding Pembiayaan Kupedes iB BRI Syariah Area Bogor Periode 2010 - 2012 Perbedaan Antara Sistem Bunga dan Bagi Hasil Jenis Kelamin Responden Nasabah Kupedes BRI Syariah Cibinong Usia Responden Nasabah Kupedes BRI Syari’ah Cibinong Jumlah dan Presentasi Responden Debitur Kupedes BRI Syariah Cibinong Menurut Lama Usaha Jumlah Omset Perbulan Responden Nasabah Kupedes iB BRI Syari’ah Cibinong Jumlah Penghasilan Tambahan Perbulan Responden Nasabah Kupedes iB BRI Syari’ah Cibinong Frekuensi Pinjaman Responden Nasabah Kupedes iB BRI Syari’ah Cibinong Sisa Tanggungan Pembiayaan dari Responden Nasabah Kupedes iB BRI Syari’ah Cibinong Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda Hasil Uji F
1 2 4 5 9 38 38 39 40 41 41 42 44 44
DAFTAR GAMBAR 1 2
Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi UMS Syari’ah KCP Cibinong
20 33
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Struktur Organisasi Kantor Pusat BRI Syariah Struktur Organisasi Unit Mikro Syariah Kantor Cabang Bank BRI Syari’ah Hasil Output SPSS Regresi Linier Uji Normalitas Model Regresi Hasil Normalitas Data dan Hasil Homogenitas Data Asumsi Non Multikolinieritas
51 52 53 53 53 54
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis dalam mengatasi krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia di tahun 1997. Di sisi lain, sektor UMKM dan informal juga telah mampu memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. Kedudukan yang strategis dari sektor UMKM dan informal tersebut juga karena sektor ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan usaha besar/menengah. Keunggulan-keunggulan sektor ini antara lain kemampuan menyerap tenaga kerja dan menggunakan sumberdaya lokal, serta usahanya relatif bersifat fleksibel. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang cukup besar bagi penerimaan Negara. Dapat dilihat pada Tabel 1 pada tahun 2012 jumlah usaha mikro mendominasi yaitu mencapai 98,79 persen dari total usaha yang ada di Indonesia (Kementrian Negara Koperasi dan UMKM, 2013). Tabel 1 Jumlah usaha menurut skala usaha tahun 2011-2012 Skala Usaha Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Total
Jumlah Usaha (Unit) 2011 2012 54.559.969 55.856.176 602.195 629.418 44.280 48.997 4.952 4.968 55.211.396 56.539.560
Perkembangan Jumlah % 1.296.207 2.38 27.223 4.52 4.717 10.65 16 0.32 1.328.164 2.41
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM 2013 (diolah)
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003, usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga negara Indonesia, memiliki hasil penjualan paling banyak 100 juta rupiah pertahun dan dapat menerima kredit dari bank maksimal 50 juta rupiah. Usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU No.9 Tahun 1995, adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tanah
2
dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah, serta dapat menerima kredit dari bank diatas 50 juta rupiah sampai dengan 500 juta rupiah. Usaha menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 Tahun 1998, adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah sampai dengan 10 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank diatas 500 juta rupiah sampai dengan lima milyar rupiah1. Peranan penting tersebut tidak hanya karena ketangguhannya dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi (seperti krisis ekonomi 1997 dan krisis global 2008), tetapi juga dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto PDB yang semakin meningkat. Dapat dilihat pada table 2 jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM mencapai 97,24 persen pada tahun 2011 dan 97,16 persen pda tahun 2012. Hal ini membuktikan sektor UMKM merupakan sektor yang memiliki potensi yang besar dalam membangun perekonomian kerakyatan serta membantu mengurangi tingkat pengangguran secara signifikan. Tabel 2 Jumlah penyerapan tenaga kerja dan PDB atas dasar harga konstan 2000 menurut skala usaha tahun 2011-2012 Skala Usaha Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Total
Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 2011 2012 94.957.797 99.859.817 3.919.992 4.535.970 2.844.669 3.262.023 2.891.224 3.150.645 104.613.681 110.808.154
PDB atas Harga Konstan 2000 (Rp. Juta) 2011 2012 2.579.388,4 2.951.120,6 722.012,8 798.122,2 1.002.170,3 1.120.325,3 3.123.514,6 3.372.296,1 7.427.086,1 8.241.864,3
Sumber : BPS (2012)
Berbagai peran strategis dimiliki sektor UMKM, namun sektor ini juga dihadapkan berbagai permasalahan. Kendala dan permasalahan antara lain dari aspek pemasaran, permodalan, kemampuan manajemen usaha, dan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia. Salah satu permasalahan klasik yang dimiliki oleh pelaku UMKM yaitu sulitnya akses terhadap informasi dan sumberdaya produktif seperti modal dan teknologi, yang berakibat menjadi terbatasnya kemampuan UMKM untuk berkembang. Dengan mendapatkan akses permodalan yang baik, diharapkan dapat membantu mengembangkan sektor UMKM tersebut kearah yang lebih baik dan mandiri. Baik usaha mikro, kecil, menengah dan besar tidak dapat terlepas dari kebutuhan untuk modal tersebut. Salah satu lembaga keuangan yang dapat melakukan peran tersebut adalah bank. Sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan, bank diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan permodalan khususnya bagi kegiatan produktif. Hal ini harus didukung dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah. _______________________ 1
Efendi.2005. Penyaluran Kredit Berdasarkan Klasifikasi Usaha. http://www.pikiran- rakyat.com [diakses 13 November 2013]
3
Bantuan bank dalam permodalan UMKM dapat menyokong kegiatan produktif yang dilakukannya. Bantuan modal dalam bentuk pembiayaan tentunya diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan produktifitas usaha mikro, kecil dan menengah. Peningkatan produktivitas tersebut mencerminkan bahwa bantuan pembiayaan yang diberikan dapat dimanfaatkan sebaik - baiknya untuk tujuan produktif. Salah satu indikator peningkatan produktivitas ini adalah adanya peningkatan pendapatan yang diterima usaha mikro, kecil dan menengah. Salah satu jenis pembiayaan dari bank yang ada saat ini adalah pembiayaan berbasis Syari’ah. Perkembangan perbankan Syari’ah di Indonesia dimulai dengan dengan diberlakukannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang memperjelas landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank Syari’ah. Undang-undang tersebut juga memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang-cabang Syari’ah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank Syari’ah. Tingginya tingkat persaingan bisnis terutama segmen usaha kecil menengah menuntut para pelaku usaha agar dapat lebih jeli dan agresif untuk menghadapi pasar. Akses terhadap permodalan menjadi sebuah kebutuhan bagi pelaku usaha yang hendak melakukan ekspansi bisnis dan mengembangkan usahanya. Pembiayaan sektor UMKM baik yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan formal maupun informal (pembiayaan konvensional) hampir semua berbasis perhitungan bunga. Salah satu sebab utama ketertarikan pasar atau pemilik modal terhadap perangkat bunga (interest), menurut Ikhrom (2004) adalah adanya karakteristik pre-determined return (kepastian hasil). Pembiayaan Syari’ah menjadi pilihan alternatif bagi para pelaku usaha yang membutuhkan akses permodalan yang lebih fleksible. Beberapa kalangan menilai sistem bunga dirasa tidak memenuhi rasa keadilan. Peminjam harus menanggung semua risiko bisnis, dan seandainya usaha mereka mengalami kegagalan tetap harus mengembalikan pinjaman pokok dan bunganya. Jika pengembalian tidak tepat waktu maka jumlah total pinjaman yang harus dikembalikan menjadi berlipat ganda. Dalam pembiayaan Syari’ah kejadian semacam ini dapat dihindari karena model Syari’ah berbeda dengan model konvensional. Perbedaan karakteristik pembiayaan Syari’ah dan konvensional ini yang menyebabkan tingginya permintaan terhadap pembiayaan Syari’ah. Pembiayaan Syari’ah menawarkan fitur dan scheme produk yang memang cocok untuk usaha kecil dan mikro. Persyaratan yang mudah, system bagi hasil yang fleksible, jumlah plafond dan jangka waktu yang sesuai dengan kebutuhan dan tentunya memiliki landasan prinsip-prinsip Syari’ah yang bagi kalangan tertentu merupakan sebuah pilihan yang sifatnya prinsipil karena berhubungan dengan suatu keyakinan prinsip Syari’ah. Seiring berkembangnya industri perbankan dan keuangan di Indonesia pembiayaan Syari’ah turut ikut berkembang dan menjadi pilihan alternatif bagi para pelaku usaha khususnya UMKM. Dapat dilihat pada table 3 jumlah portofolio pembiayaan Syari’ah sektor UMKM di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan September 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan rata – rata pertumbuhan 26.81 % pertahun.
4
Tabel 3 Pembiayaan bank umum syari’ah dan unit usaha syari’ah di Indonesia berdasarkan golongan pembiayaan
2010
2011
2012
Sep- 2013
Pertumbuhan Rata-Rata YoY (%)
52.570
71.810
90.860
106.577
26.81%
Tahun
Golongan Debitur Usaha Kecil Menengah
Selain Usaha 15.611 30.845 56.645 70.743 Kecil Menengah Total 68.181 102.655 147.505 177.320 Sumber : Statistik perbankan syari’ah BI September 2013 (diolah)
68.71% 38.16%
Besarnya potensi pasar untuk pembiayaan Syari’ah ini yang mendorong industri keuangan dan perbankan berlomba-lomba mengembangkan unit bisnis Syari’ah dan salah satu nya adalah bank tertua di Indonesia yaitu Bank BRI melalui anak usahanya BRI Syari’ah. BRI Syari’ah Salah satu perbankan Syari’ah yang bergerak dalam penyaluran pemberian pembiayaan disektor usaha mikro, kecil dan menengah. Divisi mikro Bank BRI Syari’ah berdiri sejak akhir tahun 2009 dan hingga 2013 sudah menyalurkan pembiayaan sebesar 2,2 triliun di 45 area wilayah seluruh Indonesia. Salah satu fokus utama di BRI Syari’ah adalah untuk menggarap segmen UMKM melalui pembiayaan Kupedes iB. Strategi tersebut diharapkan agar BRI Syari’ah dapat terus tumbuh dan berkembang menjadi mitra terpercaya dan handal bagi para pelaku usaha mikro. Saat ini BRI Syari’ah sedang mengembangkan unit usaha mikro Syari’ah di seluruh wilayah Indonesia, sampai saat ini BRI Syari’ah sudah memiliki outlet mikro Syari’ah sebanyak 226 outlet yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dengan jumlah outlet sebanyak itu maka BRI Syari’ah sangat optimis untuk dapat menggarap sektor UMKM secara maksimal dengan mengedepankan produk yang fleksible, rate yang kompetitif dan pelayanan proses pembiayaan yang cepat dan akurat namun tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudent) serta analisa yang terukur.
Perumusan Masalah Tujuan akhir dari penyaluran pembiayaan Kupedes iB adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Kupedes iB diberikan untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha-usaha kecil dan mikro yang disalurkan melalui Bank BRI Syari’ah yang berada diseluruh Indonesia. Program Kupedes iB ini terdiri di tiga kategori jenis yakni, Kupedes 25 iB dengan range pembiayaan dari 2,5 juta sampai 25 juta, Kupedes 75 iB dengan range plafond > 25 juta sampai 75 juta dan Kupedes 500 iB dengan range plafond dari >75 juta sampai 500 juta. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah strategis terutama untuk tumbuh dan berkembangnya sektor agribisnis dan UMKM. Salah satunya adalah daerah Cibinong yang banyak terdapat para pelaku UMKM sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Berdasarkan besaran penyaluran Kupedes iB di setiap Unit Bank BRI Syari’ah area Bogor , Kantor Cabang Pembantu (KCP) Cibinong memiliki jumlah debitur menengah dalam penyaluran pembiayaan Kupedes
5
padahal KCP Cibinong merupakan salah satu KCP Unit mikro pertama berdiri di area Bogor yang berdiri sejak Maret 2010. Secara demografi daerah Cibinong merupakan wilayah yang banyak terdapat usaha mikro dan kecil, di daerah ini terdapat beberapa pasar tradisional utama yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan berkumpulnya para pelaku usaha mikro. Dilihat dari sisi performance realisasi pembiayaan selama 3 tahun terakhir, KCP Cibinong masih belum memenuhi target yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen, bahkan KCP Cibinong cenderung mengalami penurunan jumlah realisasi pembiayaannya, hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan potensi pasar di wilayah Cibinong yang banyak memiliki usaha mikro, kecil dan menengah yang sedang tumbuh dan berkembang. Berikut adalah data realisasi Unit Mikro Syariah (UMS) BRI KCP Cibinong dari tahun 2010 sampai dengan 2012, dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4 Realisasi outsanding pembiayaan kupedes bank BRI Syari’ah area Bogor periode 2010 – 2012 Nama Unit KCP Depok KCP Parung KCP Bogor Pajajaran KCP Cibinong KCP Cibubur KC Bogor Sudirman KCP Cileungsi KCP Tajur KCP Dramaga KCP Cibubur
Tahun Buka
2010
2011
2012
Target
Realisasi
(%)
Target
Realisasi
(%)
Target
Realisasi
(%)
22-Mar-10 22-Mar-10
7.380 7.380
5.711,9 6.201,2
77.40 82.03
9.840 9.840
5,508.0 1,443.6
55.98 14.67
9.840 9.840
7,591.1 7,438.0
77.15 75.59
22-Mar-10
7.380
5.857,5
79.37
9.840
2,407.7
24.47
9.840
7,699.4
78.25
22-Mar-10 01-Mar-10
7.380 7.380
6.209,6 7.309,2
84.19 99.04
9.840 9.840
3,152.7 2,290.6
32.04 23.28
9.840 9.840
6,007.7 5,611.7
61.05 57.03
12-Apr-10
6.560
4.386,2
66.86
9.840
3,084.7
31.35
9.840
5,856.0
59.51
24-May-11 15-May-11 15-Feb-13 04-Feb-13
-
-
-
5.740 5.740 -
2.654,10 2.568,80 -
26.97 26.11
9.840 9.840 -
4.197,7 3.056,7 -
42.66 31.06
Sumber : Kantor Pusat PT Bank BRI Syari’ah 2013
Terlihat dari table di atas terjadi kecendrungan penurunan realisasi pembiayaan Kupedes iB di beberapa unit mikro syariah area Bogor, oleh karena itu penting menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Kupedes iB khususnya di UMS KCP Cibinong Bogor. Selain itu, diperoleh data dari UMS KCP Cibinong Bogor bahwa setiap pengajuan pembiayaan nasabah tidak semua akan disetujui sesuai dengan pengajuan nasabah. Dari data debitur yang diperoleh sebanyak 217 nasabah pembiayaan mikro terdapat 156 nasabah yang mendapatkan platfond yang lebih rendah dari pengajuan yaitu sekitar 72% mendapatkan pembiayaan yang lebih rendah dari pengajuan, sedangkan yang sesuai dengan pengajuan hanya 28%. Dengan demikian diharapkan UMS BRI KCP Cibinong dapat menentukan langkah yang tepat dalam menentukan pembiayaan Kupedes iB, sehingga pertumbuhan pembiayaan dapat meningkat. Untuk meningkatkan portofolio pembiayaan dan pencapaian target permintaan Kupedes iB , Bank BRI Syari’ah KCP Cibinong perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Kupedes iB tersebut. Karateristik nasabah pembiayaan Kupedes iB di Bank BRI Syari’ah sangat penting untuk diidentifikasi karena terkait dengan karakter nasabah atau keberhasilan
6
nasabah dalam menjalankan usahanya serta mempengaruhi keputusan bank selaku pemberi pembiayaan. Dengan demikian Bank BRI Syari’ah KCP Cibinong dapat menentukan nasabah yang tepat dan kebutuhan pembiayaan yang sesuai bagi nasabahnya, sehingga target perusahaan dapat terealisasi dengan tetap menjaga performance serta kualitas pembiayaan yang sehat dan prudent. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana karakteristik nasabah pembiayaan Kupedes iB untuk sektor UMKM di BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Cibinong? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Kupedes iB di Bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Cibinong? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis karakteristik nasabah pembiayaan Kupedes iB untuk sektor usaha mikro, kecil dan menengah di BRI Syari’ah KCP Cibinong. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi Kupedes iB di sektor usaha mikro, kecil dan menengah di Bank BRI Syari’ah KCP Cibinong. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi pihak yang berkepentingan, yaitu : a. Bagi pihak perbankan secara umum dan BRI Syari’ah KCP Cibinong khususnya diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan strategi kebijakan dalam meningkatkan portofolio pembiayaan yang prudent dan sehat. b. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan. c. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 dalam Dendawijaya (2005) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan suatu bank adalah menarik dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, dan giro dengan imbalan berupa bunga simpanan sehingga masyarakat akan tertarik untuk menyimpan uangnya di bank. Kemudian bank menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
7
Jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Dendawijaya (2005) mengemukakan beberapa jenis bank dan penggolongannya, berikut ini adalah penggolongan berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 1. Formalitas berdasarkan undang-undang. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Dengan catatan bahwa bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian lebih besar kepada kegiatan tertentu. 2. Kepemilikannya a. Bank milik negara ( Badan Usaha Milik Negara atau BUMN) b. Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD) c. Bank swasta nasional d. Bank swasta campuran (nasional dan asing) e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan) 3. Penekanan kegiatan usahanya a. Bank retail (retail banks) b. Bank korporasi (corporate banks) c. Bank Komersil ( commercial banks) d. Bank pedesaan ( rural banks) e. Bank pembangunan ( development banks) 4. Pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha a. Bank konvesional b. Bank berdasarkan prinsip syariah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pengertian UMKM Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. Kriteria UMKM Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:
8
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Pembiayaan Syari’ah bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pembiayaan Syari’ah dapat dijadikan sebagai alternatif solusi bagi para pelaku usaha yang memiliki masalah dalam hal permodalan. Pembiayaan Syari’ah pun memiliki peranan penting bagi para pelaku usaha yang ada di Indonesia ke depannya terutama bagi para pelaku usaha mikro. Pembiayaan Syari’ah sangat cocok untuk usaha yang mempunyai ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar seperti usaha mikro (Soetrisno, 2004). Umumnya, usaha mikro merasa terbebani dengan adanya sistem bunga yang diterapkan pada pembiayaan konvensional karena bunga tersebut identik dengan upaya memperoleh keuntungan atas kerjasama antara pihak pemberi pembiayaan dengan pelaku usaha. Akan tetapi, adanya system bagi hasil yang diterapkan pada pembiayaan Syari’ah dapat menghindari prinsip mendapatkan untung atas kerjasama orang lain tersebut. Secara teori, ada tiga hal yang menjadi penciri dari pembiayaan berbasis Syari’ah ini yaitu (1) bebas bunga (interest free), (2) Berprinsip bagi hasil dan risiko (profit loss sharing), dan (3) Perhitungan bagi hasil tidak dilakukan di muka. Berbeda dengan keuangan konvensional yang memperhitungkan suku bunga di depan, sebagaimana dijelaskan Eriyatno (Republika, 3 Maret 2005), ekonomi Syari’ah menghitung hasil setelah periode transaksi berakhir. Hal ini berarti dalam ekonomi Syari’ah pembagian hasil dilakukan setelah ada keuntungan riil, bukan berdasar hasil perhitungan spekulasi. Anonim (2004) mengemukakan bahwa sebetulnya perbedaan yang paling mendasar antara bank (lembaga pembiayaan) Syari’ah dan bank konvensional adalah di poin pertama yaitu bunga. Pada bank konvensional prinsip perhitungan kerjasamanya didasarkan pada bunga, sementara pada bank Syari’ah tidak dikenal
9
perhitungan bunga tetapi dengan bagi hasil. Sistem bagi hasil ini sebenarnya lebih sesuai dengan iklim bisnis yang memang mempunyai potensi untung dan rugi (Ikhrom, 2004). Bahkan Mubyarto (2003) mengungakapkan bahwa prinsip profitsharing sudah diterapkan di sejumlah negara maju (welfare state) yang merasa bahwa penerapan profit-sharing dan employee participation lebih menjamin ketentraman, ketenangan serta keberlanjutan usaha. Menurut Antonio (2001) baik sistem bunga maupun bagi hasil sebenarnya sama-sama dapat memberikan keuntungan bagi pemilik dana (bank), namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Secara ringkas perbedaan antara kedua sistem tersebut dapat dijelaskan dalam Tabel 5. Tabel 5 Perbedaan antara sistem bunga dan bagi hasil No 1
Bunga Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
2.
Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek/usaha yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat aau keadaan ekonomi sedang ”booming”
3.
4.
Bagi Hasil Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akan dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugiaan akan ditanggung bersama kedua belah pihak Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
Sumber: Antonio (2001).
Berdasarkan Tabel 5, secara implisit diungkapkan bahwa lembaga pembiayaan Syari’ah lebih menawarkan keadilan dan ketentraman bagi para nasabahnya. Basis perhitungan secara bagi hasil memungkinkan terciptanya rasa keadilan tersebut. Perhitungan berbasis bunga umumnya selalu didasarkan pada asumsi bahwa usaha yang dikelola nasabah pasti untung, padahal tidak ada jaminan keberhasilan sebuah usaha. Bahkan, jika nasabah memperoleh keuntungan pun masih dibebani persyaratan yaitu tingkat keuntungan tersebut harus lebih tinggi dari tingkat bunga. Jika tingkat keuntungan lebih rendah, maka nasabah akan mengalami kesulitan mengembalikan pinjaman pokok dan bunganya. Dalam pembiayaan model Syari’ah, kemungkinankemungkinan hal ini terjadi sangat kecil bahkan tidak ada karena prinsip profit-loss sharing dijadikan basis dalam berusaha. Sebagai lembaga yang berbasis Syari’ah ada prinsip dasar yang harus selalu diperhatikan dalam pembiayaan usaha yang mungkin tidak dijumpai dalam lembaga konvensional. Hal mendasar tersebut adalah semua bisnis atau usaha yang dibiayai tidak boleh terlepas dari koridor Syari’ah. Oleh karena itu dalam perbankan Syari’ah, suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok diantaranya adalah obyek pembiayaan adalah sesuatu yang halal, tidak menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat, tidak berkaitan dengan perbuatan asusila, perjudian, dan sebaginya. Sementara di perbankan konvensional hal-hal pokok semacam ini mungkin diabaikan dan yang menjadi orientasi sebuah pembiayaan adalah proyek/usaha yang akan dibiayai tersebut akan mendatangkan keuntungan yang besar
10
dan legal. Dalam hubungannya dengan dunia perbankan, perbedaan yang prinsip antara bank berbasis Syari’ah dan konvensional dapat dilihat pada Tabel 5. Pembiayaan Syari’ah Murabahah Murabahah adalah prinsip jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan yang disepakati (Yuspin, 2007). Dalam murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Pada pembiayaan Syari’ah terdapat tiga prinsip pembiayaan, yaitu bagi hasil, jual beli dan sewa menyewa. Murabahah termasuk ke dalam prinsip jual beli. Pada murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan haruslah memenuhi rukun rukun dan syarat syarat murabahah. Rukun murabahah ada lima yaitu penjual, pembeli, objek atau barang yang diperjualbelikan, harga nilai jual barang berdasarkan mata uang, dan ijab qabul. sedangkan syarat murabahah adalah penjual memberitahu biaya modal kepada pembeli, kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan, kontrak harus bebas riba, penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian, serta penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Pada prakteknya, pembelian objek murabahah dapat dilakukan oleh pembeli murabahah tersebut sebagai wakil dari bank Syari’ah dengan akad wakalah atau perwakilan. Setelah akad wakalah selesai dan objek murabahah tersebut secara prinsip telah menjadi hak milik bank Syari’ah maka terjadi akad antara bank Syari’ah dengan pembeli murabahah atau nasabah yaitu akad murabahah. Karateristik Nasabah Pembiayaan Syari’ah Karakteristik nasabah merupakan salah satu hal yang dilihat oleh pihak lembaga keuangan Syari’ah sebelum memberikan keputusan realisasi pembiayaan. Karakteristik nasabah usaha mikro khususnya nasabah pembiayaan murabahah dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain tingkat pendidikan, jenis kelamin, profit usaha, aset usaha, komposisi modal, pengalaman usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, dan sektor usaha. Menurut Kurnia (2009) pemberian pembiayaan Syari’ah mayoritas nasabah berpendidikan akhir SD dan berjenis kelamin laki-laki. Pengalaman usaha setiap nasabah pun beragam, mayoritas berada di atas 10 tahun dan sektor yang paling besar realisasi pembiayaannya adalah sektor peternakan diikuti oleh sektor perdagangan. Hal yang serupa juga ditunjukkan oleh Anggriawan (2010). Di dalam penelitiannya, karakteristik nasabah pembiayaan Syari’ah dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, keuntungan usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, komposisi modal usaha, dan sektor usaha. Tingkat pendidikan para nasabah beragam, namun yang paling banyak adalah tamatan SMU atau sederajat. Untuk jenis kelamin, pria lebih banyak dibandingkan wanita yang direalisasikan pembiayaannya dengan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki nasabah rata-rata sebanyak empat orang. Selain itu, dapat terlihat pula bahwa sektor yang paling besar realisasi pembiayaannya adalah sektor perikanan dan yang paling kecil adalah sektor perdagangan.
11
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Faktor-faktor yang mempengaruhi relalisasi pembiayaan Syari’ah dapat dilihat dari variable karakteristik nasabah yang direalisasikan pembiayaannya. Setiap variable akan menggambarkan pengaruh atau tidaknya terhadap jumlah realisasi pembiayaan. Alat analisis yang digunakan untuk meneliti faktor yang mempengaruhi permintaan adalah regresi linear berganda dengan menggunkan model double log. Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2006) berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Dalam Sektor Pertanian di BRI Unit Parung Bogor, menyimpukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan Kupedes di BRI Unit Parung adalah jumlah agunan, pengalaman kredit, dan omzet. Agunan digunakan sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari usahanya yang normal. Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit adalah karakter nasabah dengan kapasitas nasabah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji statistik t, uji statistik f, dan koefisien determinasi R2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Umum Pedesaan (Kupedes) di wilayah perkotaan dan pedesaan pada BRI Unit Ciampea dan Unit Citeureup. Alat analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan adalah tingkat pendapatan, aksebillitas atau jarak, aset keluarga, aset usaha, frekuensi atau pengalaman kredit, agunan, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, lokasi dan jenis kelamin. Dari keseluruhan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kupedes dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ada enam, yaitu pendapatan, aset keluarga, aset usaha, pengalaman kredit, agunan dan modal. Mulyarto (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui studi kasus pada nasabah BRI Unit Leuwiliang, Cabang Bogor. Metode pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 80 debitur yang dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Variabel respon dalam analisis tersebut adalah jumlah realisasi kredit (Y) dalam satuan rupiah, sedangkan variabel-variabel prediktornya meliputi X1=tingkat pendapataan per bulan (rupiah), X2=aset keluarga (rupiah), X3=aset usaha (rupiah), X4= frekuensi/pengalaman (kali), X5=lama usaha (tahun), X6=modal usaha (rupiah) dan X7=lama pendidikan formal (tahun). Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR ada empat yaitu pendapatan, frekuensi pengambilan kredit, lama usaha dan modal usaha. Sedangkan faktor-faktor lainnya, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian yang masih tergolong baru dan belum banyak yang melakukan penelitian di BRI Syari’ah KCP Cibinong. Wilayah Cibinong adalah daerah yang sedang
12
berkembang terutama dari sisi perekonomian dan pembangunan. Selain itu penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah hasil penelitian terdahulu belum ada yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Pembiayaan Kupedes iB di Bank dengan sistem Syari’ah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dari beberapa variabel-variabel yang di analisis oleh Sari (2007) dan Mulyarto (2008) yaitu lama usaha, pendapatan/omset usaha, frekuensi pembiayaan/kredit dan jenis kelamin. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini juga menggunakan analisis regresi linier berganda.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Jenis Produk Pembiayaan Syari’ah Menurut Rivai dan Veithzal (2008), terdapat tiga prinsip pembiayaan dalam melakukan akad pada lembaga keuangan Syari’ah, yaitu: Mudharabah (Trust financing/Trust Invesment) Mudharabah merupakan akad kerjasama antara dua pihak, dimana pihak pertama (pemilik modal/shohibul maal) menyediakan modal (100%), sedangkan pihak lain sebagai pengelola (mudhorib). Keuntungan yang diperoleh dalam kerjasama ini dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Risiko kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, kecuali kerugian yang ditimbulkan akibat kelalaian pengelola sepeti penyelewengan, penyalahgunaan atau bentuk kecurangan lainnya. Jenis usaha yang dapat dibiayai dengan mudharabah meliputi perdagangan, industri, modal kerja/investasi termasuk di bidang agribisnis. Berdasarkan jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis, mudharabah di bagi menjadi dua jenis yaitu mudharabah mutlaqoh dan mudhorabah muqoyyadah. Pada mudharabah mutlaqoh, pihak pengelola diberi keleluasaan untuk menentukan jenis usahanya, waktu pelaksanaan bisnis, serta daerah/tempat menjalankan bisnis. Sedangkan pada mudharabah muqoyyadah ketiga hal tersebut sudah ditentukan oleh pemilik modal. Musyarakah (Partnership/Project Financing Participation) Musyarakah merupakan kerjasama perkongsian dua pihak atau lebih untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi tertentu dengan kesepakatan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Musyaraakah ini melingkupi jenis-jenis transaksi yang sangat luas. Menurut Karim (2001) secara garis besar musyarakah terdiri atas empat jenis yaitu: syarikat keuangan (amwal), syarikat operasional (a’mal), syarikat good will (wujuh) dan syarikat mudharabah. Banyak jenis usaha yang yang dapat dibiayai dengan musyarakah antara lain perdagangan, industri, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain. Kegiatan agribisnis dengan jenis usaha yang luas sangat memungkinkan memakai skim musyarakah ini.
13
Muzara’ah (harvest-yield profit sharing) Kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan persentase bagian tertentu dari hasil panen. Bai’ Al murabahah (Differed Payment Sale) Bai’ Al murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Lembaga pembiayaan (bank) akan membelikan suatu barang (syarat harus halal) yang dibutuhkan nasabah, kemudian nasabah menerima tersebut dan membayar sesuai dengan kemampuan (besarnya berdasarkan kesepakatan). Produk ini dapat digunakan untuk untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi seperti pengadaan barang modal: mesin, peralatan pertanian, dll) maupun kebutuhan perseorangan. Untuk pertanian, bai’ murabahah ini dapat dimanfaatkan untuk pembelian alat dan mesin pertanian. Bai’ As-salam (in front payment sale) Bai’ As-salam merupakan jual beli dengan ketentuan si pembeli membayar saat ini, sedangkan barang akan diterimanya di masa mendatang. Bai’ as-salam berbeda sekali dengan praktek ijon yang telah dikenal dan dipraktekkan masyarakat pedesaan hingga saat ini. Pada praktek ijon sama sekali tidak jelas kuantitas barang yang diperjualbelikan serta sangat spekulatif. Sedangkan pada bai’ as-salam disyaratkan harus jelas kuantitas, kualitas dan waktu pembayaran. Untuk sektor pertanian, skim bai’ as-salam bisa diaplikasikan misalnya dalam pembelian gabah petani dengan harga yang layak, sehingga petani tidak mengalami anjlok harga seperti sering terjadi saat ini. Bai’ Al-istishna (Purchase by order or manufactured) Bai’ Al-istishna atau disebut juga sebagai piutang istishna adalah fasilitas penyaluran dana untuk pengadaan obyek/barang investasi berdasarkan pesanan. Dalam transaksi bai’ Al-istishna ini ada kontrak antara pembeli dan pembuat barang, dimana pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran seperti apakah dilakukan dengan kontan, melalui cicilan, atau ditangguhkan pada suatu waktu di masa mendatang. Ar Rahn (Mortage) Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas peminjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut tentu harus memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana menurut Sayyid Sabiq dalam Antonio (2001) rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. Dalam hubungannya dengan bidang pertanian praktek gadai/rahn sudah umum dijumpai di pedesaan. Secara umum, penerapan gadai yang dikombinasikan dengan pembiayaan di perbankan Syari’ah.
14
Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan bagi pihak bank dalam melakukan seleksi pengajuan kredit. Dua jenis prinsip yang biasa diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit) yaitu prinsip 5C dan prinsip 6A. Menurut Dendawijaya (2001), prinsip 5C meliputi : 1.Character Adalah keadaan watak atau sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana itikad/kemauan calon nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Pemberian pembiayaan harus atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank, bahwa si peminjam mempunyai moral, watak, dan sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Disamping itu, memiliki rasa tanggungjawab, baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat, maupun dalam melakukan kegiatan usahanya. 2.Capital Adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Makin besar modal sendiri yang dimiliki, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah menjalankan usahanya (karena ikut menanggung risiko terhadap gagalnya usaha) dan lembaga keuangan akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. Penilaian atas besarnya modal sendiri adalah penting, mengingat pembiayaan lembaga keuangan hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Dalam prakteknya, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financial, yang sebaiknya memiliki jumlah yang lebih besar dari pembiayaan yang diminta kepada lembaga keuangan. Bentuk dari self financial ini tidak harus berupa uang tunai, bisa saja dalam bentuk barang modal seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin. Besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari neraca perusahaan, yaitu pada owner equity, laba yang ditahan, dan lain-lain. Untuk perorangan, dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikuangi utang-utangnya. 3.Capacity Adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain: a. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. b. Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang mengandalkan keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang memerlukan profesionalitas tinggi, seperti rumah sakit dan biro konsultan.
15
c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk mengadakan perjanjian pembiayaan dengan bank. d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan. e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan/mesin-mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation, sampai pada kemampuan merebut pasar. 4.Collateral Adalah barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan. Bisa juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi, dan avails. Penilaian terhadap collateralini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: a. Ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan diagunkan. b. Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan. 5.Conditions of Economy Adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang kemungkinan pada suatu saat dapat mempengaruhi kelancaran usaha calon nasabah. Selain prinsip 5C diatas, prinsip tambahan lainnya yang biasa diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit) adalah prinsip 6A. Menurut Dendawijaya (2001), prinsip 6A mencakup : 1. Aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit. 2. Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. 3. Aspek teknik, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek/usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya nanti sebagai suatu business entity. 4. Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 5. Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya. 6. Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makro ekonomi terutama manfaat sosial
16
ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah. Perkembangan Penyaluran Kupedes iB Bank BRI Syari’ah Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga Negara Indonesia. UMKM merupakan salah satu jenis program yang menjadi sasaran Bank BRI Syari’ah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan. Bank BRI Syari’ah menggencarkan penyaluran pembiayaan mikro dalam hal ini program Kupedes dalam rangka memperkuat segmen UMKM. Penyaluran Pembiayaan mikro Bank BRI Syari’ah telah mencapai 2,2 triliun hingga akhir Agustus 2013. Program Kupedes ini juga sejalan dengan program pemerintah yang menggenjot program penyaluran Kredit Usaha Mikro (Kupedes iB). Melihat performance secara keseluruhan Bank BRI Syari’ah memang memiliki progress yang baik dalam menyalurkan pembiayaan mikro. Terbukti sudah 4 tahun berjalan kondisi NPF (Non Performance Fund) dari Bank BRI Syari’ah masih terbaik diantara bank mikro lain yakni 1,8%. Realisasi pembiayaan Bank BRI Syari’ah dari tahun 2010 hingga 2013 selalu meningkat trend pembiayaanya. Bertumbuhnya bisnis pembiayaan mikro di Bank BRI Syari’ah masih belum sepenuhnya optimal, hal ini dapat dillihat dari performance per unit ditingkat cabang maupun cabang pembantu yang masih belum merata. Ada beberapa unit yang memiliki performance yang melebihi target yang ditentukan namun ada juga unit-unit yang masih belum dapat mencapai target yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Salah satu unit yang performance nya masih belum stabil bahkan cenderung menurun yaitu unit KCP Cibinong Bogor. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal dimana faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat performance portofolio pembiayaan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip 5C yang telah dijelaskan sebelumnya. Syarat dan Ketentuan Kupedes iB Bank BRI Syari’ah Kupedes merupakan salah satu jenis produk Bank BRI Syari’ah Divisi Micro Banking Group (MBG). Adapun syarat dan ketentuan dalam pemberian realisasi pembiayaan ini adalah: 1. Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia 2. Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas >18 tahun 3. Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip Syari’ah 4. Lama usaha calon nasabah minimal 2 tahun 5. Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi 6. Memiliki usaha tetap 7. Jaminan atas nama milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak kandung 8. Biaya administrasi mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku Sumber : Kantor Pusat BRI Syari’ah
Ketentuan Margin Kupedes iB Bank BRI Syari’ah
17
Margin yang berlaku pada program Kupedes di Bank BRI Syari’ah adalah margin yang terdiri dari pembayaran pokok pembiayaan dan margin pembiayaan. Pembayaran angsuran Kupedes iB menggunakan sistem angsuran flat (tetap), dimana besarnya angsuran yang dibayarkan oleh nasabah tetap tiap bulannya selama jangka waktu pembiayaan yang disepakati. Margin Kupedes iB Bank BRI Syari’ah yang berlaku saat ini sebesar 0,8 – 1,8% per bulan serta adanya program Pengembalian Margin Tepat Waktu (PMTW) yakni pembagian bagi hasil bagi nasabah yang dalam 6 bulan tepat waktu dalam membayar angsuran, dimana nasabah yang bayar angsuran tepat waktu selama 6 bulan berturut – turut akan mendapat margin bagi hasil pada bulan ketujuhnya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Dalam merealisasikan suatu pembiyaan di suatu lembaga keuangan seperti bank perlu diperhatikan beberapa faktor atau variabel-variabel yang dapat dijadikan suatu acuan dalam merealisasikan kredit. Pada penyaluran kredit perbankan memang tidak terlepas dari unsur 5C. Pada Bank BRI Syari’ah, yang salah satu kegiatan kerjanya menyalurkan pembiayaan mikro, kecil dan menengah, dalam hal ini Kupedes iB mikro BRI Syari’ah, ada beberapa variabel acuan dalam merealisasikan pengajuan pembiayaan, antara lain sebagai berikut : 1. Omset Usaha per Bulan. Jumlah omset usaha per bulan merupakan salah satu kriteria terpenting dalam perealisasian suatu pembiayaan. Karena dengan mengetahui omset usaha nasabah maka dapat diketahui kemampuan nasabah tersebut dalam melaksanakan kewajibannya apabila pembiayaanya direalisasikan oleh bank. Variabel ini tergolong dalam prinsip 6C, yakni capacity. 2. Lama Usaha. Jenis usaha yang dapat dibiayai pada pengajuan pembiayaan Kupedes BRI Syari’ah ini adalah semua sektor usaha UMKM. Lama usaha yang dapat mengajukan Kupedes di Bank BRI Syari’ah adalah usaha yang sudah berjalan minimal 2 tahun. Hal ini dikarenakan untuk melihat track record suatu usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya. Karena dengan melihat usaha yang telah berjalan minimal 2 tahun, sebuah bank bisa menilai pertumbuhan dan perkembangan suatu usaha. Pengalaman usaha dapat dimasukan pada character pada prinsip 6C. 3. Pendapatan Lainnya di Luar Usaha Pendapatan lainnya di luar usaha dapat dijadikan instrument untuk dimasukan kedalam komponen pemasukan debitur. Walaupun secara analisa pembiayaan nilainya tidak dihitung seratus persen namun jumlah pendapatan lainnya yang dimiliki oleh debitur dapat mempengaruhi pertimbangan keputusan pembiayaan Kupedes. Apabila jumlah pendapatan lainnya ini cukup besar maka debitur memiliki back up atau cadangan untuk membayar kewajibannya kepada bank sehingga memiliki kemampuan lebih untuk melunasi kewajibannya (repayment capacity). Variabel ini termasuk pada kategori Capacity dalam prinsip 5C yang dapat dijadikan acuan perealisasian bagi bank.
18
4. Frekuensi Pembiayaan Dalam menilai karakter responden nasabah dapat dilihat dari frekuensi pembiayaannya. Dengan adanya data mengenai frekuensi pembiayaan dapat diketahui seberapa besar loyalitas nasabah Bank BRI Syari’ah dan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan pihak bank, sehingga memberikan nilai tambahan tersendiri bagi bank dalam memberikan pembiayaan untuk kesekian kalinya kepada nasabah. Variabel ini dapat dimasukkan pada kategori capacity . 5. Sisa Tanggungan Pembiayaan Sisa tanggungan pembiayaan adalah kewajiban dari nasabah atau pelaku usaha yang masih memiliki kaitan berupa angsuran dari pembiayaan yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila para nasabah yang masih memiliki sisa tanggungan dalam jumlah relatif besar maka pihak bank akan mempertimbangkan perealisasian pembiayaan nasabahnya. Variabel ini juga masuk pada kategori capital dalam prinsip 5C, karena bank dapat menilai kemampuan bayar dari nasabah nantinya. 6. Usia Usia merupakan salah satu variabel pada kredit Kupedes iB, dimana usia pengajuan pembiayaan minimal 21 tahun atau sudah menikah hingga usia 60 tahun pada saat pembiayaannya berakhir. Usia dapat dijadikan patokan bank dalam merealisasikan pembiayaanya kepada nasabah. Dengan mengetahui usia calon nasabah, bank bisa mengindentifikasi karakter debitur kedepan. Variabel usia ini merupakan salah satu kategori variable Character dalam prinsip 5C. 7. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah suatu acuan bank dalam menentukan karakter dari pembayaran debitur nantinya. Variabel ini merupakan salah satu kategori karakter dalam prinsip 5C yang dapat membantu Bank BRI Syari’ah dalam menilai karakter calon debitur.
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah salah satu sektor usaha rakyat yang menjadi bagian penting dari perekonomian suatu negara atau daerah. Dalam mengembangkan UMKM masalah permodalan merupakan salah satu hal penting yang berpengaruh besar terhadap kemajuan UMKM. Dalam pembiayaan sektor UMKM ini terkait erat dengan masalah pertumbuhan pembiayaan, dalam hal ini pembiayaan salah satu lembaga keuangan yakni Bank BRI Syari’ah. Bank BRI Syari’ah merupakan salah satu bank Syari’ah nasional yang membidik pangsa pasar usaha mikro, kecil dan menengah. Keberhasilan Bank BRI Syari’ah tersebut ditunjang oleh jaringan kelembagaan yang kuat dengan keberadaan unit-unit Bank BRI Syari’ah dihampir setiap pasar-pasar tradisional wilayah Indonesia. Penyaluran pembiayaan oleh Bank BRI Syari’ah melalui Kupedes iB diharapkan mampu membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan modal baik menjalankan usahanya maupun memenuhi kebutuhannya. Akses Kupedes iB ini dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya. Salah satu cerminan peningkatan produktivitas ini adalah peningkatan pendapatan yang diterima para
19
pengusaha warung sembako, rumah makan dan usaha mikro lainnya setelah memperoleh pembiayaan. Secara umum, bantuan pembiayaan Kupedes iB yang dimanfaatkan dengan benar dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Hal tersebut merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan penyaluran pembiayaan Kupedes iB oleh Bank BRI Syari’ah. Dalam memenuhi target Kupedes iB, Divisi Mikro BRI Syari’ah berusaha untuk melakukan peningkatan jumlah pembiayaan untuk meningkatkan jumlah realisasi pembiayaan. Jumlah realisasi pembiayaan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit. Variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi pengajuan pembiayaan di Bank BRI Syari’ah antara lain terdiri dari, lama usaha, jenis usaha, omset usaha, pendapatan lain di luar usaha dan sisa hutang. Penilaian realisasi pengajuan pembiayaan dari pihak Bank BRI Syari’ah dapat disesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan, sedangkan analisis regresi berganda digunakan untuk melihat variabel apa saja yang berpengaruh terhadap pengajuan pembiayaan yang didukung dengan menggunakan uji f dan uji t agar dapat terlihat signifikanya suatu variabel terhadap realisasi pengajuan pembiayaan. Hasil akhir dari kerangka pemikiran penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana tingkat realisasi pengajuan pembiayaan Kupedes iB baik pada pihak debitur yaitu para pengusaha mikro serta dari pihak Bank BRI Syari’ah itu sendiri. Hasil ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan realisasi pengajuan pembiayaan Kupedes iB di Bank BRI Syari’ah serta hasil dan evaluasi penyaluran pembiayaan Kupedes iB bagi bank bersangkutan. Untuk diagram kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada gambar 1.
20
Kupedes iB BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor
Permasalahan : Belum Tercapainya Target Pembiayaan Kupedes iB Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Kupedes iB Karakteristik nasabah KUPEDES Berdasarkan Prinsip 5 C : 1. Character (Karakter) 2. Capacity (Kapasitas) 3. Capital (Modal) 4. Collateral (Agunan) 5. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)
Karakteristik Individu :
Usia Jenis Kelamin
Karakteristik Usaha
Jenis Usaha Lama Usaha Omset Usaha / Bln Pendapatan Lainnya di luar usaha
Karakteristik Pembiayaan
Frekuensi Pembiayaan Sisa tanggungan pembiayaan
Analisis Kualitatif dan Regresi Liner Berganda
Rekomendasi kebijakan
Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran operasional
21
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Cibinong yang beralamat di Jalan Raya Bogor Jakarta No. 45, Ruko Sentra Cibinong Blok B. 26, Cibinong - Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa penyaluran nilai pembiayaan yang belum memenuhi target dan cenderung mengalami penurunan oleh Bank BRI Syari’ah KCP Cibinong. Secara demografi Cibinong merupakan daerah yang memiliki banyak usaha kecil dan menengah serta beberapa pasar tradisional yang menjadi tempat berkumpulnya para pelaku usaha, khususnya pelaku usaha UMKM. Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan September 2013 sampai dengan Januari 2014. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan debitur dan juga petugas Unit Mikro di BRI Syari’ah (Sales Officer, Relationship Officer, Unit Financing Officer dan Unit Mikro Syari’ah Head). Alat bantu yang digunakan berupa kuisioner yang telah disiapkan pada saat melakukan survey ke tempat usaha nasabah. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data internal perusahaan, studi pustaka, dan literatur-literatur terkait yang mendukung penelitian ini. Data yang diambil juga dapat berupa data-data sekunder dari perusahaan yang bersangkutan, yang dapat berupa laporan-laporan dan sales performance monitoring internal perusahaan tersebut, jurnal dari internet, hasil penelitian sebelumnya dan lain sebagainya. Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah para debitur KUPEDES yang masih tergolong aktif dari September hingga akhir Desember 2013. Jumlah debitur aktif Bank BRI Syari’ah KCP Cibinong sebanyak 217 orang. Nasabah Bank BRI Syari’ah KCP Cibinong terdiri dari pedagang warung sembako, rumah makan, bengkel motor dan jenis usaha mikro lainnya. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak (Nazir, 2003) Penentuan ukuran sampel dihitung dengan menggunakan Metode Gay (Umar, 2005), yang menyatakan bahwa jumlah responden yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi adalah minimal 10 persen dari total populasi. Dari perhitungan responden yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 22 responden namun untuk lebih menggambarkan populasi maka dalam penelitian ini digunakan sebanyak 44 responden atau dua kali lebih banyak dari perhitungan Metode Gay yang hanya perlu menggunakan sampel 22 responden dari 217 total populasi. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai responden sebanyak 44 orang responden, dengan asumsi semakin banyak jumlah sampel yang digunakan maka penelitian semakin representatif.
22
Metode Pengolahan dan Analisis Data Terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dalam pengolahan data, namun proses tersebut dapat dikategorikan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode statistika deskriptif dan analisis inferensia. Metode statistika deskriptif terdiri atas metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data-data untuk menyajikan informasi di dalam suatu kumpulan data supaya mudah diinterpretasikan (Juanda,2003). Analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistim pemikiran maupun suatu kelas peristiwa masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir,2003). Sedangkan untuk mengetahui bagaimana tingkat permintaan Kupedes iB di wilayah Cibinong serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda. Pengolahan data menggunakan program komputer dengan software SPSS 15. Model Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kupedes iB Analisis regresi berhubungan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel tidak bebas) pada satu atau lebih variabel lain (variabel yang menjelaskan) dengan maksud meramalkan nilai rata-rata hitung atau rata-rata variabel tidak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sampel berulang) variabel yang menjelaskan menurut (Gujarati, 1997). Apabila yang dipelajari adalah ketergantungan satu variabel pada lebih dari satu variabel yang menjelaskan dikenal sebagai analisis regresi majemuk (multiple regression) atau analisis regresi linier berganda. Analisis Kualitatif Nazir (2003) mendefinisikan analisis data sebagai bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data yang terkumpul dilapangan akan dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu subjek, sustu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data kualitatif pendapat responden diuraikan secara deskriptif. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis kualitatif disni yaitu berupa deskripsi dari karakteristik pelaku Usaha Mikro sebagai debitur Kupedes iB yang didukung penyajian data dalam bentuk tabulasi dengan menggunakan pendekatan pemusatan proporsi sehingga dapat diketahui karakteristik masyarakat (pelaku UMKM) yang menerima Kupedes iB serta mengetahui perbedaan karakteristik antara debitur yang layak memperoleh pembiayaan dan yang kurang layak mendapatkan pembiayaan. Dengan demikian
23
dapat diketahui mekanisme penyaluran pembiayaan Kupedes iB di Bank BRI Syari’ah KCP Cibinong berdasarkan prinsip 5C, yaitu character (karakter), capacity (kapasitas), capital (modal), collateral (aguanan), dan condition of economy (kondisi ekonomi). Analisis Kuantitatif Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis terhadap faktorfaktor yang berpengaruh pada tingkat realisasi kredit dengan menggunakan model analisis Regresi Linear Berganda sehingga diketahui variabel-variabel independent yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tingkat realisasi kredit sebagai variabel dependent. Variabel-variabel independent model tersebut terdiri dari umur, jenis kelamin, jenis usaha, lama usaha, pendapatan usaha per bulan, frekuensi peminjaman, pendapatan lainnya, dan sisa tanggungan pembiayaan. Data yang terkumpul, akan diolah menggunakan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 15. Model Regresi Berganda Model Regresi Linear Berganda merupakan suatu model analisis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independent yang berskala metrik (variabel yang belum metrik maka dirubah menjadi dummy) terhadap variabel dependent yang juga berskala metrik. Model ini merupakan model terbaik untuk memprediksi arah, besar koefisien dan sensitifitas perubahan variabel dependent atas perubahan variabelvariabel independent. Variabel dependent adalah jumlah realisasi kredit terakhir yang diterima oleh debitur. Variabel independent diturunkan dari tiga jenis karakteristik debitur yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin), karakteristik usaha (tingkat pendapatan bersih per bulan, jenis usaha, dan lama usaha) serta karakteristik kredit (frekuensi peminjaman kredit, waktu perealisasian kredit dan sisa tanggungan pembiayaan). Estimasi model untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit modal kerja secara matematis adalah:
= β0 + β1 X1+ β2 X2+ ………… + β8 X8 Keterangan : Y = Variabel dependent, yaitu jumlah realisasi kredit (Rupiah) β0
= Konstanta atau intercep model garis regresi
X1,... X7
= Variabel independent
X1
= Umur (Tahun)
X2
= Jenis Kelamin, sebagai dummy (1=pria dan 0=wanita)
X3
= Lama Usaha (Thn)
X4
= Omset per bulan (Rp)
X5
= Frekuensi Pembiayaan (kali)
24
X6
= Pendapatan lainnya diluar usaha (Rp)
X7
= Sisa Tanggungan Pembiayaan (Rp)
β1,...., β7
= Koefisien variabel independent
Evaluasi Model Pendugaan Evaluasi model pendugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model yang diduga terpenuhi secara statistik. Dalam membuat suatu keputusan ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersama-sama (simultan) dengan menggunakan uji f, sedangkan uji t digunakan untuk melihat pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat Y dalam penelitian ini. Uji Signifikasi Model (Uji f) Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik F yang merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran faktor-faktor (Xi) secara bersamaan (simultan) terhadap variabel terikat (). Rumus Uji F yaitu :
SS Re gression Fhit = DFRe gression = MS Re gression MS Error SS Error DFError Keterangan : = Sum Square Regression (jumlah kuadrat kolom) SSreg SSError = Sum Square Error (jumlah kuadrat galat) DFReg = Degree of Freedom Regression (derajat bebas kolom) DFError = Degree of Freedom Error (derajat bebas galat) MSReg = Mean Square Regression (jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom) MSError = Mean Square Error (jumlah kuadrat untuk nilai tengah galat) Hipotesis :
H0 = β 1 = β 2 = ... = β k = 0 H1 = Minimal ada satu slope (β) ≠ 0
F
Statistik hit menyebar mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang = DFRegistration = v1 = k, dan derajat bebas penyebut = DFError = v2 = (n – k – 1). Jika nilai Fhit > Xα(v1,V2) atau bila nilai P dari statistik F lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,050) maka keputusannya adalah menolak, artinya setidak-tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Kriteria uji: 1. F-hit > F tabel, maka tolak Ho berarti semua variabel bebas mampu bersama-sama menjelaskan variabel dari variabel tak bebas. 2. F-hit < F tabel, maka terima Ho berarti semua variabel bebas tidak mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel bebas.
25
Akurasi Model Dugaan Akurasi model dugaan (goodness of fit) model dilakukan dengan memperhatikan koefisien determinasi (R2) yang mengukur besarnya variasi variabel independent yang dapat dijelaskan oleh model. Semakin besar tingkat keragaman yang dapat dijelaskan oleh suatu model maka semakin besar koefisien determinasi yang diperoleh. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
R2 = 1-
MS Error (n 1) S 2 y
R2
= koefisien determinasi
MSError
= Mean Square Error (jumlah kuadrat untuk nilai tengah galat) = simpangan baku untuk variabel dependen
S2 y
Uji Signifikasi Variabel Prediktor Secara Individu Pengujian terhadap signifikasi masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan uji T, dengan rumus :
Thit = Keterangan : bj
= Slope variabel Xj
bj(Ho)
= Slope konstanta (dijelaskan pada H 0 )
StDeƒ b j
= Standard Error
Hipotesis :
H0 = βj = 0 (variabel Xj tidak mempengaruhivariabel Y) H1 = βj ≠ 0 (variabel Xj mempengaruhivariabel Y)
Statistik Thit menyebar mengikuti sebaran T dengan derajat bebas DFError = (n – k – 1). Jika nilai Thit > tα/2[n-k-1] atau bila nilai P dari statistik T lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,05) maka keputusannya adalah menolak H0, artinya variabel independent ke-j tersebut berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependent. Asumsi Dalam Analisis Regresi Linier Untuk membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas, dan autokorelasi (Santoso, 1999). Dalam penelitian ini, analisis regresi yang digunakan adalah regresi linier berganda karena memiliki tujuh variabel bebas dan satu variabel dummy, sehingga asumsi yang digunakan dalam penelitian ini hanya dua yaitu normalitas dan homogenitas.
26
Uji Normalitas Normalitas atau disebut juga uji kenormalan data diperlukan dalam analisis regresi berganda, hal ini disebabkan metode ini merupakan salah satu metode analisis parametrik. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran yang normal dan sebaliknya jika garis tidak terletak disekitar garis, maka data tidak normal (Santoso, 1999). Uji Homogenitas Uji Homoskedastisitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai variabel terikat (Y) bervariasi dalam satuan yang sama. Untuk menguji asumsi ini, dibuat plot antara standardized residual dengan faktor X. Jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogen (Santoso, 1999). Hipotesa Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi realiasasi pembiayaan Kupedes iB pada BRI Syariah KCP Cibinong yaitu karakteristik individu, kakateristik usaha, dan karakteristik pembiayaan. Dimana hipotesis awal untuk variable-variabel independen tersebut yaitu : Hipotesis awal X1 = Umur debitur diduga berpengaruh positf terhadap realisasi pembiayaan Kupedes iB Umur mempunyai pengaruh terhadap realisasi atas dasar pertimbangan bahwa semakin meningkat umur seseorang akan semakin meningkat pula tingat kematangan berpikirnya. Hipotesis awal X2 = Jenis kelamin diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan Kupedes iB Jenis kelamin laki-laki mempunyai pengaruh positif terhadap realiasasi berdasarkan pada asumsi bahwa laki-laki merupakan penanggung jawab keluarga sehingga laki-laki berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarganya. Sedangkan hipotesis untuk karakteristik usaha yaitu : Hipotesis awal X3 = Lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan Kupedes iB Lama usaha diduga mempunyai pengaruh positif terhadap realisasi berdasarkan pada asumsi bawa semakin lama usaha akan semakin matang debitur dalam mengelola usahanya sehingga pengalaman dalam mengelola usaha akan berpergaruh terhadap kelangsungan usaha debitur.
Hipotesis awal X4 = Omset usaha per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan Kupedes iB
27
Omset usaha per bulan berpengaruh positif dengan landasan asumsi bahwa semakin tinggi omset per bulan akan semakin besar pula tingkat kemampuan membayar pinjaman debitur. Sedangkan hipotesis untuk karakteristik pembiayaan yaitu : Hipotesis awal X5 = Frekuensi pembiayaan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan Kupedes iB Frekuensi pinjaman yang dilakukan oleh debitur diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayan dengan dasar bahwa pinjaman yang diajukan sebelumnya dapat dijadikan rujukan bagi analis pembiyaan dalam menilai lancar atau tidaknya pinjaman yang diajukan oleh debitur, sehingga track record frekuensi pembiayaan menjadi penting dalam realisasi pembiayaan Kupedes iB. Hipotesis awal X6 = Pendapatan lain di luar usaha diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan Kupedes iB Jumlah pendapatan lain di luar usaha merupakan salah satu variable berpengaruh positif dengan realisasi pembiayaan, karena jumlah pendapatan lainnya berbanding lurus dengan total penghasilan nasabah, semakin besar jumlah pendapatan lainnya itu artinya semakin besar pula total pennghasilan yang dimiliki responden. Hal tersebut tentunya menjadi pertimbangan pihak bank dalam memberikan fasilitas pembiayaan karena dengan penghasilan lainnya diluar usaha dapat menjadi back up apabila usaha yang dijalankan oleh debitur sedang mengalami penurunan Hipotesis awal X7 = Sisa tanggungan pembiayaan yang dimiliki debitur diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi pembiayaan Kupedes iB Jumlah sisa tanggungan pembiayaan yang dimiliki debitur diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi pembiayaan. Semakin besar sisa tanggungan pembiayaan yang dimiliki debitur maka akan semakin semakin kecil kemungkinan bagi bank untuk merealisasikan pembiayaan dan akan mempengaruhi jumlah realisasi pembiayaan yang diberikan. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum BRI Syari’ah Sejarah berdirinya BRI Syari’ah PT. Bank BRI Syari’ah adalah sebuah bank yang terbentuk dari hasil pemisahan dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Butuh waktu dan proses yang sangat panjang sehingga PT. Bank BRI Syari’ah dapat memisahkan diri (Spin Off) secara sepenuhnya baik secara administratif maupun dalam struktur organisasinya. Tentu tidak langsung memisahkan diri begitu saja. Awalnya BRI Syari’ah hanya menjadi sebuah Unit Usaha Syari’ah (UUS) dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk sebagai bentuk tanggung jawab moril dan jawaban atas kebutuhan masyarakat akan produk perbankan Syari’ah. Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan memenuhi kebutuhan masyarakat atas produk
28
perbankan yang bebas bunga, maka pada bulan Desember tahun 2000 dibentuk Tim Pengembangan Bank Syari’ah BRI untuk mempersiapkan berdirinya UUS di BRI. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa pada bulan Juni tahun 2001 berhasil mengubah Anggaran Dasar BRI dengan menambah atau mencantumkan kalimat kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syari’ah. Oleh karena itu, maka pada tanggal 7 Desember 2001 dikeluarkan Surat Keputusan Direksi mengenai struktur organisasi UUS BRI. UUS BRI tersebut berhasil mendirikan kantor cabang BRI Syari’ah yang pertama pada tanggal 17 April 2002 bertempat di Jakarta dan Serang. Respon dari masyarakat terhadap kehadiran UUS BRI ini sangat baik. Hal ini dibuktikan hanya dalam Kurun waktu lima (5) tahun sejak didirikannya, BRI telah mampu membuka 27 kantor cabang dan 18 kantor cabang pembantu Unit Usaha Syari’ah di berbagai wilayah di Indonesia. Seiring dengan perjalanan waktu ternyata permintaan masyarakat akan produk perbankan Syari’ah semakin meningkat dan tingginya antusiasme masyarakat untuk memilih perbankan yang murni menerapkan prinsip Syari’ah secara keseluruhan maka terbentuklah PT. Bank BRI Syari’ah sebagai hasil pemisahan (spin off) dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk pada bulan April 2008. Hingga saat ini telah terdapat 35 kantor cabang BRI Syari’ah di Indonesia dan 52 kantor cabang pembantu. Salah satunya adalah Kantor Cabang Pembantu Cibinong. Dengan adanya Spin Off ini menandakan bahwa Bank BRI Syari’ah secara langsung tidak memiliki fungsi komando dengan Bank BRI konvensional walaupun secara tidak langsung tetap menjalankan fungsi koordinasi dengan Bank BRI Konvensional sebagai bentuk kerja sama dalam dunia perbankan. Visi dan Misi Perusahaan Saat ini PT. Bank BRI Syari’ah menjadi bank Syari’ah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syari’ah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syari’ah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRI Syari’ah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syari’ah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syari’ah. Bank BRI Syari’ah memiliki visi, yaitu “Menjadi Bank Ritel Modern Terkemuka Dengan Ragam Layanan Finansial Sesuai Kebutuhan Nasabah Dengan Jangkauan Termudah Untuk Kehidupan Lebih Bermakna”.
Terkait dengan visi tersebut BRI Syari’ah juga memiliki misi-misi sebagai berikut : 1. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan Finansial nasabah. 2. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip-prinsip Syari’ah. 3. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana pun.
29
4. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghadirkan ketenteraman pikiran. Dalam melaksakaan kegiatan operasionalnya pihak manajemen BRI Syari’ah selalui mengingatkan segenap pegawainya untuk selalu menanamkan nilai-nilai perusahaan yang dimiliki oleh BRI Syari’ah, yaitu : rasa memiliki, komunikasi, pelayanan, kualitas, dan inovasi. Nilai utama BRI Syari’ah 1. Kemudahan dan kenyamanan akses perbankan A. Nyaman Setiap produk dan layanan keuangan yang ditawarkan oleh BRI Syari’ah mudah diakses dan selalu mengutamakan kenyamanan bagi nasabah dan mitra bisnis, baik dalam hal prosedur, produk dan konsep layanan. B. Universal BRI Syari’ah memahami keragaman kebutuhan nasabahnya dan siap memenuhi kebutuhan keuangan berbagai lapisan masyarakat. Setiap produk dan layanan keuangan yang ditawarkan oleh BRI Syari’ah harus mudah diperoleh kualitas dan keuntungannya dimanapun dan kapanpun, untuk siapapun dengan senantiasa mengedepankan semangat universal. C. Fleksibel BRI Syari’ah selalu fleksibel dan responsive dalam menjawab berbagai kebutuhan dan tantangan financial dengan menawarkan beragam produk dan layanan, baik untuk individu maupun komersil, pendanaan maupun pembiayaan, di kota maupun di desa. 2. Pemahaman yang mendalam yang progresif A. Berorientasi pada nasabah Menjadi brand yang insightful, BRI Syari’ah selalu meningkatkan kemampuan untuk memahami perbedaan kebutuhan setiap nasabah secara mendalam dan menyeluruh jauh sebelum nasabah bisa mengutarakannya sendiri. B. Berorientasi pada tujuan BRI Syari’ah bertekad untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dimana setiap orang dapat menikmati “hidup penuh warna”. Kehidupan yang penuh warna merupakan suatu keadaan dimana setiap pribadi dihargai, setiap hidup menjadi lebih bermakna, dan setiap cita-cita dapat dicapai.
30
C. Berorientasi pada masa depan BRI Syari’ah berkembang menuju masa depan yang lebih baik dan selalu berupaya menjadi yang terdepan dalam segala hal, terutama dalam hal teknologi dan kreativitas inovasi produk dan layanan keuangan. 3. Fokus pada nasabah A. Modern BRI Syari’ah menerapkan pendekatan modern dalam kegiatan operasional seharihari. Dengan menjadi modern, BRI Syari’ah menempatkan dirinya sebagai bagian dari solusi keuangan di masa kini dan masa mendatang. B. Inovatif BRI Syari’ah selalu mengusung semangat berinovasi melalui produk dan layanan yang inovatif dengan ide-ide yang orisinil dan memukau. C. Profesional Untuk menjadi yang terdepan, BRI Syari’ah diperkuat oleh jajaran internal yang kompeten dan berpengalaman di bidangnya, responsive dalam menghadapi ketidakpuasan nasabah dengan berlandaskan aturan GCG dan prinsip-prinsip Syari’ah. 4. Penerapan etika secara inklusif A. Transparan Transparansi dan system yang terbuka adalah karakter prinsip Syari’ah yang secara intuitif dan konsisten diwujudkan melalui berbagai produk dan layanan BRI Syari’ah, termasuk penyampaian informasi kepada nasabah. B. Terpercaya Kepercayaan adalah elemen dasar menuju loyalitas. BRI Syari’ah yang dilandasi oleh kompetensi dan kejujuran selalu menjaga konsistensi mutu produk dan layanan kepada nasabah serta hubungan jangka panjang yang mutual bagi rekan bisnis. C. Aman BRI Syari’ah menjamin keamanan aset nasabah melalui sistem perbankan yang etis dan amanah. Nilai keamanan dapat diartikan dalam dua pengertian dalam BRI Syari’ah yaitu : - Nasabah memperoleh keamanan dalam menabung dan berinvestasi. - Nasabah merasa aman karena aset yang diinvestasikan tidak akan dimanfaatkan untuk tujuan yang tidak halal.
Organisasi dan Jaringan Kerja BRI BRI Syari’ah dipimpin oleh seorang direktur utama dan seorang wakil direktur utama yang dibantu oleh empat orang direktur yang membidangi bisnis. Masingmasing direktur membawahi bidang bisnis Kupedes iB dan konsumer, bisnis UKM
31
dan komersial, bidang operasional, dan bidang kepatuhan. Secara struktural direksi membawahi para kepala divisi di kantor pusat dan pemimpin cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Struktur Organisasi BRI Pusat dapat dilihat pada Lampiran 1. Unit kerja di kantor pusat BRI Syari’ah meliputi berbagai bidang bisnis operasional dan penunjang, yang masing-masing dipimpin oleh para kepala divisi dibantu oleh wakil kepala divisi yang membawahi para kepala bagian dan staf.. Unit kerja di kantor cabang BRI Syari’ah dipimpin oleh pemimpin cabang yang dibantu oleh wakil pemimpin cabang yang membawahi para officer, kepala seksi serta seluruh kantor cabang pembantu dan BRI Syari’ah Unit yang ada di wilayah kantor cabang tersebut. Unit kerja kantor cabang pembantu (KCP) dipimpin oleh pemimpin cabang pembantu (Pincapem) yang membawahi para supervisor, teller dan unit pelayanan nasabah (UPN) atau sering disebut dengan customer service (CS). Struktur organisasi kantor cabang pembantu dapat dilihat pada Lampiran 8. Unit kerja perkreditan di tingkat KCP dipimpin oleh seorang Kepala Unit Kupedes iB Syari’ah (UMS Head) yang membawahi Sales Officer, Relationship Officer dan Unit Financing Officer. Bidang Usaha BRI Syari’ah Bank BRI Syari’ah mempunyai berbagai bidang usaha yang secara garis besar dapat dibagi menjadi bidang usaha simpanan, pinjaman, jasa bank dan investment banking. 1. Bidang simpanan Simpedes, Kupedes iB, tabungan BRI Syari’ah iB, Giro BRI Syari’ah iB, Deposito BRI Syari’ah iB , tabungan haji BRI Syari’ah iB, dan Tabungan Impian BRI Syari’ah iB. Untuk lebih menarik minat nasabah terhadap produk-produk yang ditawarkan, maka BRI Syari’ah KCP Cibinong memberikan fasilitas-fasilitas yang memudahkan nasabah, yaitu dengan menggunakan prinsip FEDAH (Fasilitas Serba Mudah), dalam pembuatan simpanan hanya memerlukan KTP dan saldo awal untuk setiap simpanan tidak terlalu besar, untuk Tabungan BRI Syari’ah iB saldo awal sebesar 50 ribu rupiah. 2. Bidang Pinjaman, untuk segmen Business Banking meliputi kredit Kupedes iB, pembiayaan koperasi, pembiayaan Auto, dan Pembiayaan SME, sedangkan untuk segmen Consumer Banking meliputi gadai BRI Syari’ah iB, KKB BRI Syari’ah iB, KPR BRI Syari’ah iB, KLM BRI Syari’ah iB, KMG BRI Syari’ah iB dan pembiayaan umrah BRI Syari’ah iB. 3. Investasi Perbankan, meliputi Treasury Invesment Banking, Obligasi Negara Ritel (ORI), Reksadana dan produk jasa investasi. Selain itu ada beberapa fasilitas kemudahan yang diberikan dalam bertransaksi bagi nasabah yaitu dapat melakukan tarik tunai, cek saldo dan transfer di semua ATM BRI, jaringan ATM Bersama dan ATM Prima secara gratis tidak dikenakan biaya, selain itu BRI Syari’ah KCP Cibinong sudah on line jadi nasabah dapat melakukan transaksi di BRI dimana saja. BRI Syari’ah KCP Cibinong juga melayani pembayaran listrik, telepon, TV berlangganan, angsuran motor, zakat, qurban dan lain sebagainya.
32
Gambaran Umum Kantor Cabang BRI Syari’ah Bogor Kantor Cabang (Kanca) BRI Syari’ah Bogor merupakan Kantor Cabang Utama yang memiliki 8 Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan satu outlet yang tersebar di wilayah kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Cibubur dan sekitarnya. Kanca BRI Syari’ah Bogor dipimpin oleh seorang Pemimpin Cabang (Pinca) yang membawahi kegiatan pelayanan kepada sektor makro dan ritel. Dalam kegiatannya Pinca dibantu oleh enam orang menejer, yaitu : 1. Consumer Marketing Manager (CMM) Manajer Pemasaran bertanggung jawab terhadap bisnis ritel baik kredit maupun dana. Kredit merupakan sejumlah dana BRI yang dipinjamkan kepada nasabah (debitur). Sedangkan dana adalah pemasukan yang diterima oleh BRI baik melalui simpanan, pinjaman, penjualan saham BRI, dan sebagainya. Manajer Pemasaran membawahi para Account Officer (AO). 2. Manajer Operasional (MO) Manajer Operasional bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh proses kegiatan operasional Kanca. Manajer Operasional membawahi Asisten Manajer Operasional (AMO) serta Supervisor Kas dan Supervisor Dana dan Jasa. 3. Micro Marketing Manager (MMM) Manajer Bisnis Kupedes iB bertanggung jawab terhadap performance kredit Kupedes iB maupun dana dan operasional Kupedes iB di BRI Syari’ah Cabang, KCP dan UMS. MMM memiliki wewenang untuk memutus kredit hingga 500 Juta. MMM dibantu oleh Kupedes iB Area Support yang membawahi UMS, collection supervisor dan AFO. Selain itu, MBM juga membawahi Petugas Administrasi Unit (PAU) dan Petugas Rekonsiliasi Unit (PRU). 4.
SME (Small Medium Enterprise) & Commercial Marketing Manager Bertanggung jawab atas program-program marketing untuk segmen bisnis small medium dan sekaligus bertanggung jawab terhadap SDM yang menjadi sub ordinatnya baik dari sisi bisnis maupun administrasi.
5.
Collection Manager Bertanggung jawab menjaga kolektifitas pembiayaan dan kesehatan pembiayaan, serta memenej pembiayaan-pembiayaan bermasalah atau terindikasi memiliki potensi akan bermasalah.
6.
Financing Support Manager Melakukan review pembiayaan, mencermati setiap pengajuan pembiayaan yang melebihi kewenenangan limit cabang untuk memutuskan, untuk diajukan ke komite kantor pusat
Beberapa kantor cabang pembantu (KCP) yang ada di bawah Kantor Cabang BRI Syari’ah Bogor yaitu KCP Depok, KCP Parung, KCP Bogor Pajajaran, KCP Cibinong, KCP Cibubur, KCP Cileungsi, KCP Bogor Sudirman, KCP Tajur, KCP Dramaga, Outlet Cibubur. Unit-unit yang berada di bawah Kantor Cabang BRI Bogor
33
tersebar di berbagai kecamatan yang ada di kota dan kabupaten Bogor. Untuk Unit Mikro Syariah sendiri dipimpin oleh satu orang Micro Marketing Manager BRI Unit yang berada di wilayah Kantor Cabang BRI Bogor bergerak dalam segmen pelayanan perbankan di bidang Kupedes iB. Struktur organisasi Micro Syariah kantor cabang dapat dilihat pada lampiran 2. Struktur Organisasi Unit Mikro Syari’ah (UMS) BRI Syari’ah KCP Cibinong Struktur organisasi suatu perusahaan mengambarkan suatu hubungan tanggung jawab dan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Selain itu, struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktivitas tertentu guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Unit Kupedes iB Syari’ah (UMS) BRI Syari’ah KCP Cibinong sudah memiliki struktur organisasi secara tertulis. Gambaran umum mengenai struktur organisasi UMS BRI Syari’ah KCP Cibinong dapat dilihat pada Gambar 2: UMS Head
Sales Officer
Relationship Officer
Unit Financing Officer
Gambar 3. Struktur organisasi UMS BRI Syari’ah KCP Cibinong Sumber : BRI Syari’ah KCP Cibinong
Unit Kupedes iB BRI Syari’ah KCP Cibinong dipimpin oleh seorang Kepala Unit (Kaunit) atau UMS Head yang membawahi empat orang Sales Officer, satu orang Relationship Officer dan satu orang Unit Financing Officer (Gambar 3). Masingmasing bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sebagai berikut : 1. Kepala Unit Kupedes iB Syari’ah (UMS Head) Bertanggung jawab atas performance keuntungan UMS dengan tujuan meningkatkan laba perusahaan, UMS Head juga bertanggung jawab untuk mengelola seluruh staf UMS dalam mendukung kegiatan bisnis UMS dengan tujuan tercapainya sustainable growth. Disamping tugas utamanya UMS Head juga merupakan perwakilan BRI Syari’ah di Area dalam rangka membina hubungan dengan komunitasnya. UMS Head mempunyai wewenang untuk melakukan putusan kredit sebatas Kuasa Memutus Permohonan Pinjaman (KMPP) yang dimilikinya. Kaunit mempunyai wewenang untuk memutuskan kredit sebesar 2,5 juta sampai dengan 50 juta rupiah, lebih dari nilai tersebut harus diproses di kantor cabang. Plafond maksimum KUPEDES BRI Syari’ah iB di BRI Syari’ah KCP Cibinong sebesar tujuh puluh lima lima juta rupiah.
34
2. Sales Officer (SO) Tugas utamanya yaitu melakukan proses pemasaran produk Kupedes iB BRI Syari’ah kepada calon nasabah di sekitar komunitasnya sesuai radius yang disetujui antara lain di pasar dan lingkungan pasar atau plasma, melakukan verifikasi awal calon nasabah dan memastikan kelengkapan persyaratan dokumen pembiayaan ,mendapatkan nasabah baru, nasabah take over dan nasabah existing, menjalankan sales proses dengan disiplin tinggi antara lain adalah pipeline, DSAR, WSAR, Papan Sales, monitoring aplikasi. 3. Relationship Officer (RO) Merupakan perwakilan BRIS di Cabang/Cabang Pembantu dalam rangka membina hubungan dengan komunitasnya dan menyelesaikan tunggakan/pembiayaan bermasalah sampai dengan hari tunggakan 30. Bertanggung jawab atas pemelihjaraan kualitas nasabah eksis. Bertanggung jawab atas penyelesaian tunggakan nasabah dengan lama tunggakan di bawah 30 hari dan mencari alternatif penyelesaian lainnya. 4. Unit Financing Officer (UFO) Adapun tujuan dari jabatan Unit Financing Officer melakukan analisis dan penilaian jaminan sesuai dengan kebijakan pembiayaan. Tanggung jawab utama dari seorang UFO adalah sebagai berikut : - Menjalankan proses pembiayaan sesuaidengan kebijakan - Menjalankan proses penilaian jaminan sesuai dengan kebijakan - Penyelidikan informasi negatif calon nasabahnya - Membuat rekomendasi persetujuan pembiayaan - Memperisapkan proses penandatanganan perikatan pembiayaan’ - Mematuhi prosesdur dan kebijakan pembiayaan BRIS Produk pembiayaan biasa disebut Kupedes iB. Kupedes iB merupakan fasilitas kredit yang bersifat umum yang ditujukan untuk segmen usaha Kupedes iB dan kecil. Produk Kupedes iB BRI Syari’ah iB terdiri dari tiga kategori, yaitu, Kupedes iB 25 iB dengan batas plafond mulai 5 juta sampai dengan 25 juta tanpa jaminan, Kupedes iB 75 iB dengan plafond batas mulai 5 juta sampai dengan 75 juta dengan agunan, dan Kupedes iB 500 iB dengan plafond batas lebih dari 75 juta sampai dengan 500 juta. Ketiga kategori tersebut dilakukan dengan skema jual beli (murabahah). Pembiayaan Kupedes iB BRI Syari’ah iB adalah bentuk nyata penyaluran dana untuk pengembangan sektor riil bagi kemajuan usaha mandiri masyarakat Indonesia. Mekanisme Penyaluran Kupedes iB di BRI Syari’ah KCP Cibinong BRI Syari’ah KCP Cibinong dalam menyalurkan Kupedes iB tidak terlepas dari syarat-syarat maupun prosedur yang harus dilaksanakan oleh nasabah. Dalam hal ini, Kupedes iB tidak langsung diberikan oleh pihak BRI Syari’ah KCP Cibinong sebelum mengenal karakteristik calon debitur secara lebih jelas. Secara umum prosedur pengambilan Kupedes iB melewati dua tahap, yaitu tahap pengajuan permohonan atau pemberian kredit dan tahap pembayaran kembali. Tahap pengajuan permohonan kredit diawali dengan formulir yang tersedia di BRI Syari’ah KCP Cibinong. Kemudian penilaian kredit dilakukan oleh SO. Kaunit meneliti data kredit
35
yang telah dikumpulkan dan mengambil keputusan. Apabila usaha tersebut dinilai layak, maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit. Plafond Kupedes iB di BRI Syari’ah KCP Cibinong yaitu maksimal lima juta rupiah. Bila permohonan kredit tersebut dinilai tidak layak maka Kaunit dapat langsung memberikan keputusan penolakan. Semua prosedur penyaluran kredit tidak terlepas dari prinsip lima C (Character, Capacity, Collateral, Capital dan Condition of Economy). Proses pencairan kredit di BRI Syari’ah KCP Cibinong kurang lebih adalah tujuh hari kerja setelah semua persyaratan permohonan pembiayaan di penuhi, akan tetapi waktu perealisasian pembiayaan ini juga bisa jadi lebih lama dari waktu tersebut tergantung dari proses pengumpulan data-data nasabah dari hasil survey (OTS) ke tempat usaha dan proses lainnya yang menjadi satu kesatuan dalam proses realisasi pembiayaan Kupedes tersebut . Secara lebih jelas prosedur penyaluran kredit yang dilakukan oleh BRI Syari’ah KCP Cibinong adalah : 1. Persyaratan Awal Pendaftaran awal harus dilakukan di kantor BRI Syari’ah KCP Cibinong pada jam kerja dan petugas yang melayani adalah Deskman. Calon nasabah harus membawa kelengkapan identitas diri untuk permohonan pinjaman atau kredit, yaitu: 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami isteri bila sudah menikah. 2. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) 3. Pas Photo (4 x 6) sebanyak 1 lembar. 4. Surat Keterangan Usaha dari Kecamatan dan Kelurahan. 5. Kupedes terbagi menjadi 3 yaitu Kupedes iB 25, iB 75 dan iB 500 dimana untuk jaminan hanya dipersyaratkan untuk plafond iB 75 dan iB 500. 6. Minimal usaha yang dilakukan telah berjalan selama 2 tahun. 7. Bukti riwayat pembayaran pinjaman di LKS/LKK lain, minimal 3 (tiga) bulan terakhir atau bukti penerimaan IPTW (insentif pembayaran tepat waktu) BRI. Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu pengembalian Kupedes iB sesuai dengan kemampuannya berdasarkan prosedur Kupedes iB yang berlaku. Jangka waktu angsuran Kupedes iB yang dapat dipilih calon debitur yaitu selama 6 (enam) sampai dengan 36 (tiga puluh puluh) bulan unuk nasabah baru dan maksimal 48 (empat puluh delapan) bulan untuk nasabah existing. Pada saat itu, SO dan UFO turut membantu nasabah dalam memberikan alternatif pilihan pinjaman dan advise mengenai pembiayaan yang ideal sesuai dengan kemampuan usahanya. 2. Pendaftaran Setelah proses pengajuan kredit dilakukan, selanjutnya dilaksanakan proses administrasi. Dalam hal ini, Deskman bertugas untuk memeriksa apakah calon debitur termasuk dalam daftar hitam atau tidak dan memeriksa BI checking nasabah yang mengajukan pembiayaan Kupedes iB. Selain itu, Deskman juga harus mempersiapkan pemeriksaan di tempat nasabah sesuai dengan besar Kupedes iB dan memastikan pinjaman lama dengan memeriksa berkas pinjaman yang lalu dan kartu pelunasannya, apabila pernah atau sedang meminjam di BRI Syari’ah. Setelah itu, seluruh berkas diberikan kepada UFO untuk diproses lebih lanjut.
36
UFO akan memeriksa kelengkapan persyaratan yang diperlukan dan berkas pengajuan pinjaman dari Deskman atau dari SO. Sebelum memutuskan permohonan, Kaunit harus menugaskan SO atau Kaunit sendiri yang melakukan pemeriksaan kebenaran laporan usaha yang diberikan oleh calon debitur. Dalam hal ini, diharapkan Kaunit lebih mengenal karakter calon debitur. 3. Pemeriksaan terhadap Usaha Calon Debitur Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha calon debitur juga sangat diperlukan untuk meminimalkan resiko terjadinya penunggakan pada pinjaman. Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung oleh SO terhadap keadaan usaha calon debitur. Untuk memperoleh informasi tersebut SO dapat melakukan wawancara, baik langsung terhadap calon nasabah maupun para tetangga atau relasinya. Prinsip 5 C perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini, oleh karena itu SO harus giat mengamati dan mewawancarai orang-orang yang tepat guna mendapatkan data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis usaha calon nasabah. Kriteria pemeriksaan tersebut meliputi : 1. Usaha benar-benar sesuai dengan surat keterangan Kecamatan atau Kelurahan yang diberikan. 2. Domisili calon debitur sesuai dengan KTP yang telah diberikan. 3. Calon nasabah atau debitur mempunyai sifat baik, ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan para tetangga, relasi, ataupun perangkat desa yang berhubungan. 4. Calon debitur mempunyai prospek usaha yang baik. 5. Calon debitur tidak memiliki track record yang buruk dalam perkreditan (clean BI checking) maupun tidak masuk dalam daftar hitam nasional DHN). Pemeriksaan terhadap usaha nasabah dapat dibagi atas aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial ekonomi. Aspek pemasaran dianalisis untuk mengetahui prospek usaha dan laba yang dapat menjamin kelangsungan usaha tersebut. Aspek ini mencakup keadaan pasar, baik permintaan maupun penawaran yang sudah ada untuk jenis usaha yang direncanakan dan diproduksi. Penilaian terhadap aspek keuangan dilakukan dengan cara melihat data keuangan calon nasabah dari kegiatan masa lalu. Dari data tersebut dapat diperkirakan sejauh mana keuntungan dari usaha yang dijalankan dimasa yang akan datang. Dengan demikian pihak BRI Syari’ah Unit dapat mengukur kesehatan usaha dan dapat mempertimbangkan seberapa besar jumlah pinjaman yang dapat diberikan. Aspek manajemen dapat mencerminkan bagaimana hubungan antara kemampuan, pengalaman, kejujuran, dan cara mengelola usaha. Hal ini berkaitan dengan bagaimana karakter calon debitur dengan kemampuannya dalam mengembalikan pinjaman kredit. Penilaian terhadap aspek hukum dapat dilihat dari kelengkapan data yang dimiliki oleh nasabah, seperti akte pendirian usaha maupun surat ijin usaha lainnya dari instansi yang berwenang. Hal ini diperlukan untuk melihat kebenaran keberadaan
37
usaha yang dilaporkan calon debitur. Sedangkan aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari pengaruh usaha calon nasabah terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Debitur Kupedes iB BRI Syariah Cibinong Pembahasan mengenai karakteristik debitur Kupedes iB BRI Syariah Cibinong dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu pembahasan mengenai karakteristik individu responden, karakteristik usaha responden dan karakteristik pembiayaan responden. Pembahasan mengenai karakteristik debitur tersebut dilakukan dalam upaya untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan Kupedes iB para debitur. Responden dalam penelitian ini adalah para debitur kredit sektor agribisnis yang tergolong aktif hingga akhir bulan Desember 2014. Total debitur pembiayaan Kupedes iB BRI Syariah UM Cibinong adalah 217 orang. Responden yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Kupedes iB BRI Syariah Cibinong adalah 44 orang. Responden yang diambil berdasarkan penentuan pengambilan 20 persen dari total populasi debitur aktif BRI Syariah Cibinong. Karakteristik Individu Responden Karakter nasabah merupakan salah satu dari prinsip 5 (lima) C yang merupakan persyaratan dalam mekanisme penyaluran Kupedes. Nasabah BRI Syari’ah KCP Cibinong memiliki karakter yang berbeda, baik tidaknya karakter nasabah dapat mempengaruhi pemberian Kupedes. Untuk melihat karakter responden BRI Syari’ah KCP Cibinong dapat dibagi menjadi dua kriteria, yaitu jenis kelamin dan usia, a)
Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap realisasi Kupedes iB. Pada umumnya, kepala keluarga adalah pria sehingga pria sebagai pencari nafkah utama dalam suatu keluarga diduga lebih banyak mengajukan kredit dibandingkan wanita. Selain itu, Account Officer bank yang sebagian besar adalah pria diduga lebih mempercayai pria dibanding wanita sehingga pria diduga memiliki peluang yang lebih besar dalam memperoleh realisasi kredit. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit BRI Syari’ah KCP Cibinong, dalam pemberian Kupedes iB tidak membedakan pria dan wanita, oleh karena itu nasabah Kupedes iB sangat beragam. Jenis kelamin responden secara keseluruhan didominasi oleh pria dengan proporsi sebesar 52,27 persen dan sisanya adalah wanita. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya pria merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam mencari penghasilan sehingga lebih memiliki penghasilan yang tetap dibandingkan wanita. Kaum wanita biasanya bekerja hanya sebagai pelengkap penghasilan yang diperoleh pria sebagai kepala keluarga sehingga tingkat kepercayaan bank terhadap pria lebih besar dibandingkan wanita. (Tabel 6).
38
Tabel 6 Jenis kelamin responden nasabah Kupedes iB BRI Syari’ah KCP Cibinong Jenis Kelamin Pria Wanita Total
Jumlah Responden (Orang) 23 21 44
Presentase (%) 52,27 47,73 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa perbedaan jumlah responden menurut jenis kelamin sebenarnya tidak jauh berbeda yaitu sekitar 4,54 persen atau dua orang saja. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Cibinong tidak lagi mempermasalahkan gender dalam bekerja. Kaum wanita sebagai pengusaha Kupedes iB juga semakin dipercaya oleh bank dalam menggunakan dana bank untuk kemajuan usahanya. b) Usia Responden Usia menjadi kriteria lainnya dalam melihat karakter nasabah, dikarenakan apabila usia nasabah terlalu muda dikhawatirkan belum memiliki mental yang bagus selain itu usia mempengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan, dengan meningkatnya usia pada umumnya akan mematangkan kemampuan berpikir sehingga diharapkan dapat mengambil keputusan secara rasionaldan pemikiran yang bijak dalam mengambil keputusan. Berdasarkan hasil penelitian, usia responden nasabah Kupedes iB di BRI Syari’ah KCP Cibinong (Tabel 7) mayoritas berada pada kisaran usia 33-46 tahun sebesar 46,25 persen. Hal ini menunjukan bahwa nasabah Kupedes iB yang menjadi responden masih dalam usia produktif dalam bekerja dan memiliki kematangan mental yang baik hal ini tentunya akan mempengaruhi keputusan bank dalam merealisasikan pembiayaan, karena dalam persyaratan Kupedes sendiri ada batasan usia yang ditetapkan yaitu usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia diatas >18 tahun, sedangkan batas usia maksimal yaitu pembiayaan harus lunas sebelum usia 60 tahun. Pihak bank menilai usia menjadi pertimbangan dalam merealisasikan pembiayaan Kupedes dengan melihat karakter calon debiutr dari usianya, maka akan mempengaruhi kualitas atau performance pembiayaan yang diberikan kepada nasabahnya. Dengan menentukan batasan usia tersebut diharapkan performance pembiayaan debitur akan baik dan lancar. Tabel 7. Usia responden nasabah kupedes iB BRI Syari’ah KCP Cibinong Usia Responden < 21 Tahun 22 – 35 Tahun 36 – 45 Tahun 46 – 55 Tahun > 55 Tahun Total
Jumlah Responden (orang) 0 11 12 21 0 44
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Presentasi (%) 0 25 27.27 47,72 0 100
39
Karakteristik Usaha Responden a)
Lama Usaha yang dijalankan Responden Lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit karena semakin lama suatu usaha bertahan maka semakin menjamin bahwa usaha tersebut layak untuk dibiayai dan dikembangkan. Lama usaha debitur Kupedes iB yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar 4 tahun hingga 15 tahun. Jumlah dan proporsi responden debitur Kupedes iB BRI Syari’ah UMS Cibinong menurut lama usaha dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan proporsi responden debitur Kupedes iB BRI Syari’ah KCP Cibinong menurut lama usaha No.
Lama Usaha (Tahun)
1. 2. 3. 4.
≤5 6 – 10 11 – 15 ≥ 16 Total
Jumlah Responden (Orang) 6 26 12 0 44
Presentase (%) 13.64 59.09 27.27 0.00 100,00
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Presentase terbesar dimiliki oleh responden dengan lama usaha sampai dengan sepuluh tahun yaitu 59,09 persen. Jumlah ini dipengaruhi oleh persyaratan pengajuan KUR-Kupedes yang hanya mewajibkan usaha berjalan minimal 2 tahun sehingga sebaran terbesar diperoleh oleh usaha yang sudah cukup lama. Kisaran lama usaha yang lebih tinggi justru menunjukkan jumlah responden yang semakin menurun yaitu pada kisaran lama usaha di atas 11 tahun hanya 12 orang atau 27 persen. Proporsi tersebut dipengaruhi oleh sedikitnya debitur dengan lama usaha di atas 11 tahun yang mengajukan pinjaman KUPEDES iB karena memungkinkan bagi mereka untuk memperoleh pinjaman pada jenis kredit lainnya yang plafond kreditnya lebih besar. b)
Jumlah Omset per Bulan Responden
Jumlah omset per bulan merupakan kriteria terpenting setelah sisa tanggungan kredit, karena dengan mengetahui berapa jumlah omset usaha seorang nasabah maka dapat diketahui berapa jumlah penerimaan yang didapat dalam satu bulannya dari usaha yang dijalankannya tersebut sehingga dapat diketahui sebeapa besar kemampuan debitur tersebut untuk mengembalikan pinjamannya (repayment capacity) . Jumlah omset per bulan responden di BRI Syari’ah KCP Cibinong (Tabel 10) sangat beragam, hal ini tentu dipengaruhi dari jenis usaha yang dijalankan dan besar kecilnya skala usaha yang dijalankan. Omzet usaha debitur per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit karena semakin besar omzet usaha maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga akan semakin besar. Hal ini mengindikasikan adanya peluang yang lebih besar untuk memperoleh realisasi kredit dalam jumlah yang lebih besar.
40
Tabel 9 Jumlah omset per bulan responden nasabah Kupedes iB KCP Cibinong Bogor. Omset PerBulan
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
< Rp.10.000.000,-
0
0
Rp.10.000.000 - 20.000.000 Rp.20.000.001 - 50.000.000 > Rp.50.000.000 Total
2 25 17 44
4,55 56,82 38,64 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 9, responden di BRI Syari’ah KCP Cibinong memiliki ratarata omset sebesar Rp. 44.706.519,32,-. Mayoritas responden memiliki omset berkisar diatas dua puluh juta sampai lima puluh juta sebesar 56,82 persen. Proporsi ini menunjukan bahwa debitur Kupedes di BRI Syari’ah KCP Cibinong srata-rata memiliki omset yang cukup besar dan usaha yang sudah seattle dan sedang berkembang. Dari hasil wawancara dengan responden rata-rata mereka mengajukan pembiayaan Kupedes untuk menambah modal kerja usahanya dan menambah stok barang untuk dapat meningkatkan kapasitas usahanya dan tentunya meningkatkan omset serta keuntungan usahanya. Dari hipotesa yang ada besarnya omset usaha per bulan akan berpengaruh terhadap jumlah realisasi Kupedes yang diterima oleh debitur karena variable ini juga masuk ke dalam salah satu instrument perhitungan dalam analisis pembiayaan yang dilakukan oleh bank untuk melihat tingkat kemampuan bayar (repayment capacity) dari seorang debitur, disamping itu tentunya dengan memperhitungkan biaya operasional hutang dan piutang usaha. Pihak BRI Syari’ah tentunya sangat memperhatikan resiko dan kualitas pembiayaannya sehingga omset usaha ini termasuk kedalam variable utama yang mempengaruhi realisasi prembiayaan. c) Jumlah Pendapatan Lainnya Jumlah pendapatan lain di luar usaha merupakan salah satu variable berpengaruh positif dengan realisasi pembiayaan, karena jumlah pendapatan lainnya berbanding lurus dengan total penghasilan nasabah, semakin besar jumlah pendapatan lainnya itu artinya semakin besar pula total pennghasilan yang dimiliki responden. Hal tersebut tentunya menjadi pertimbangan pihak bank dalam memberikan fasilitas pembiayaan karena dengan penghasilan lainnya diluar usaha dapat menjadi back up apabila usaha yang dijalankan oleh debitur sedang mengalami penurunan. Dari sisi analisa perbankan untuk jumlah pendapatan lainnya tidak dapat dihitung seratus persen dihitung sebagai pemasukan calon debitur karena dianggap tidak memiliki kaitan langsung dengan usaha yang dijalankan, namun tetap berpengaruh terhadap kemampuan debitur nantinya membayar kewajiban angsurannya ke bank. Untuk jumlah pendapatan lain responden di BRI Syari’ah KCP Cibinong (Tabel 10) sangat beragam, jumlah penghasilan dapat berasal dari gaji dan upah untuk pegawai negeri, buruh, hasil investasi dan dari penghasilan pasangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden, sebagian besar nasabah yang berprofesi sebagai wiraswasta, bidang usahanya adalah toko sembako atau rumah makan.
41
Tabel 10 Jumlah penghasilan tambahan per bulan responden nasabah Kupedes iB BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor Penghasilan PerBulan < Rp.5.000.000 Rp.5.000.001 - 7.500.000 Rp.7.500.001 - 10.000.000 > Rp.10.000.000 Total
Jumlah Responden (Orang) 20 6 6 12 44
Persentase (%) 45.45 13.64 13.64 27.27 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 10, responden di BRI Syari’ah KCP Cibinong memiliki rata-rata penghasilan tambahan sebesar Rp. 7.261.364,- mayoritas berkisar antara dua juta sampai lima juta rupiah sebesar 45,45 persen. Pendapatan lainnya diluar usaha ini ada yang yang bersifat tetap dan tidak tetap setiap bulannya hal ini dikarenakan sumber dari pendapatan lainnya ini pun berbeda-beda. Pendapatan lainnya ini tetap dijadikan instrument yang dimasukan kedalam penghasilan debitur dan dipertimbangkan dalam menganalisa realisasi pembiayaan Kupedes di BRI Syari’ah KCP Cibinong. Karakteristik Pembiayaan Responden a) Frekuensi Pinjaman Responden Dalam menilai karakter responden dapat dilihat dari frekuensi pinjamannya, dimana dengan frekuensi pinjaman dapat diketahui seberapa besar loyalitas nasabah BRI Syari’ah dan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan bank sehingga dapat dengan mudah diberikannya kembali pinjaman setelah pinjaman terakhir dilunasi. Responden di BRI Syari’ah KCP Cibinong memiliki frekuensi pinjaman yang relatif kecil (Tabel 13), yaitu sebanyak satu sampai tiga kali mengajukan pinjaman. Hal ini menyatakan bahwa rata-rata debitur BRI Syari’ah KCP Cibinong yang menjadi responden merupakan debitur baru. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan debitur baru adalah seseorang yang telah lama menjadi nasabah BRI Syari’ah KCP Cibinong khusus simpanan, tetapi baru beberapa tahun nasabah tersebut mengajukan pinjaman dimana pinjaman tersebut digunakan nasabah untuk membuka usaha baru maupun untuk mengembangkan usahanya. Tabel 11 Frekuensi pinjaman responden nasabah Kupedes iB BRI Syari’ah KCP Cibinong Frekuensi Pinjaman 1 kali 2 kali 3 kali Total
Jumlah Responden (Orang) 22 12 10 44
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Persentase (%) 50 27,27 22,73 100
42
Berdasarkan Tabel 11, responden mengajukan pinjaman, mayoritas sebanyak satu kali pengajuan pinjaman sebesar 50 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden tersebut rata-rata debitur yang menjadi responden baru menjadi nasabah pinjaman Kupedes iB BRI dikarenakan para debitur tersebut memang baru diperkenalkan dengan Kupedes iB BRI Syari’ah karenan untuk Unit Kupedes iB Syari’ah Cibinong sendiri baru berjalan selama 3 tahun sehingga masih banyak debitur yang belum mengajukan ulang kembali pembiayaan Kupedes nya. b) Sisa Tanggungan Pembiayaan Sisa tanggungan pinjaman adalah kewajiban dari nasabah atau pelaku usaha yang mesih memiliki kaitan berupa angsuran dari pinjaman yang telah dilakukan sebelumnya. variable ini memiliki pengaruh tethadap perealisasian pinjaman. Sisa tanggungan pembiayaan menjadi instrument yang dihitung dalam analisa pembiayaan karena itu kan menjadi beban hutang dari debitur yang akan mempengaruhi kemampuan membayar angsuran debitur tersebut. Untuk sisa tanggungan pembiayaan responden BRI Syari’ah KCP Cibinong yang memiliki sisa tanggungan pinjaman baik di bank BRI Syari’ah atau di bank luar hanya terdapat 20 orang responden sedangkan sisanya tidak memiliki atau sudah melunasi sisa tanggungan pinjamannya. Dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Sisa tanggungan pembiayaan responden nasabah kupedes iB BRI syari’ah KCP Cibinong Sisa Tanggungan Pembiayaan (Rp)
Jumlah Responden (orang)
Presentase (%)
2
4.55
Rp. 5,000,001,- - Rp.15,000,000,-
9
20.45
Rp.15,000,001,- - Rp.25,000,000,-
3
6.82
Rp.25,000,001,- - Rp.50,000,000,-
5
11.36
> Rp. 50,000,001,-
1
2.27
Tidak Memiliki Tanggungan
22
54.55
Total
44
100
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Dari Tabel diatas maka dapat disimpulkaan Bahwa responden BRI Syari’ah KCP Cibinong hanya 45,45 % saja yang masih memiliki sisaa tanggungan pembiayaan sedangkan sisanya sudah tidak memiliki tangungan. Besarnya sisa tanggungan pembiayaan menjadi beban hutang yang akan mempengaruhi jumlah realisasi pembiayaan yang akan diterima nasabah. Analisis Realisasi Kupedes iB di BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor Pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan dapat dimodelkan ke dalam suatu fungsi permintaan. Dalam penelitian ini terdapat tujuh faktor yang diduga mempengaruhi realisasi pembiayaan, yaitu tingkat umur (X1), jenis kelamin (X2), lama usaha (X3), omset/bulan (X4), frekuensi kredit (X5), pendapatan lain di luar usaha (X6), dan sisa tanggungan kredit (X7). Data faktor-faktor yang
43
mempengaruhi realisasi pembiayaan dapat dilihat pada Lampiran 9. Dalam pembuatan suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, non autokorelasi, dan multikolinearitas. Pengujian signifikansi parameter individual melalui statistik t Student menunjukkan bahwa pada pembentukan model regresi pertama, dari ketujuh variabel dependen terdapat tiga variabel memberikan nilai t-hitung yang tidak signifikan pada taraf nyata α 5% yakni variabel umur (X1), jenis kelamin (X2), dan frekuensi kredit (X5). Artinya secara parsial atau individual, masing-masing variabel tersebut tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan (Y). sehingga berikutnya dilakukan analisis regresi berganda kedua yang hanya melibatkan variabel-variabel dependen yang berpengaruh signifikan pada pembentukan model regresi berganda pertama. Hasil pengujian normalitas model regresi linear dilihat dari pengujian normalitas residual yang dihasilkan. Statistik Kolmogorov-Smirnov diperoleh sebesar 0,527 dengan nilai signifikansi sebesar 0,944. Karena statistik Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan pada taraf nyata α 5% disimpulkan bahwa model regresi linear telah berdistribusi normal. Interpretasi Variabel-Variabel Dependent dan Independent Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel dependen dan independen, yang menjadi variabel dependen adalah besarnya realisasi pembiayaan (Y) oleh Kupedes di BRI Syari’ah KCP. Cibinong Bogor, sedangkan variabel independen terdiri dari tujuh variabel, yaitu tingkat umur (X1), jenis kelamin (X2), lama usaha (X3), omset/bulan (X4), frekuensi kredit (X5), pendapatan lainnya (X6), dan sisa tanggungan kredit (X7). Pada pemeriksaan asumsi multikolinearitas, hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10%. Demikian pula halnya dengan nilai VIF yang menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada model regresi berganda yang dibangun tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen atau masing-masing variabel independen tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya (bebas multikolinearitas). Rincian analisis deteksi multikolinearitas ini diberikan pada Lampiran 6. Nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing variabel independen diuji dengan menggunakan uji-F dan uji-t. Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah variabelvariabel independen secara simultan mempengaruhi realisasi pembiayaan. Sedangka uji-t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara parsial/individual mempengaruhi realisasi pembiayaan. Statistik F-hitung diperoleh sebesar 65,939 dengan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000 berada di bawah taraf nyata α 5%. Dengan demikian terbukti bahwa variabel-variabel independen secara simultan mempengaruhi realisasi pembiayaan. Berdasarkan hasil uji-t diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mempengaruhi perealisasian pembiayaan di BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 13), pada α = 0,05 ada empat faktor yang mempengaruhi perealisasian pembiayaan secara nyata, yaitu lama usaha dengan thitung sebesar 2,358, omset per bulan dengan t-hitung sebesar 3,481, pendapatan lainnya dengan t-hitung sebesar 2,833, dan sisa tanggungan kredit dengan t-hitung sebesar 2,333. Masing-masing variabel ini memiliki nilai t hitung lebih besar dari t
44
tabel pada α = 0,05, DF=43 adalah 2,017. Sehingga dari hasil tersebut, variabelvariabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Tabel 13 Hasil pengujian model regresi linear berganda Koefisien Regresi -103.802.627,99 516.560,76 1.928.602,80 6.833.111,47* 0,57* 14.853.720,11 4,36* 1,72*
Predictor
t hitung
(Konstanta) -4,455 Umur 0,783 Jenis kelamin 0,185 Lama usaha 2,358 Omset/bulan 3,481 Frekuensi pembiayaan 1,307 Pendapatan lainnya 2,833 Sisa tanggungan 2,333 pembiayaan R-sq = 92,8 % R-sq(adj) = 91,4 % Model DF SS MS F Regresion 7 3,484E+017 4,98E+016 65,94 Residual 36 2,717E+016 7,55E+014 Total 43 3,756E+017
Sig. 0,000 0,439 0,854 0,024 0,001 0,199 0,008 0,025
P 0,000*
Keterangan : (*) signifikan pada taraf nyata 5%
Uji F (simultan) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya. Tabel 14 Hasil Uji F Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 4 39 43
SS 3.459E+17 2.970E+16 3.756E+17
MS 8.467E+016 7.616E+014
F Sig. 113.542 0,000a
Dari hasil analisis pada Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara simultan variable umur, jenis kelamin, lama usaha, omset per bulan, frekuensi pembiayaan, pendapatan lainnya dan sisa tanggungan pembiayaan berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi pembiayaan, karena nilai p-value (0.000) < alpha (0.05) maka tolak Ho sehingga minimal ada satu variable atau peubah bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas (Realisasi Pembiayaan).
45
Uji T (parsial) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi regresi masing-masing variabel independen. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan yang diharapkan (α = 5% ), maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dengan independennya. Berdasarkan hasil uji t diketahui variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Kupedes iB pada BRI Syariah KCP Cibinong. Berdasarkan hasil penelitian (tabel 13) pada α = 5% terdapat empat variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu lama usaha, omset per bulan, pendapatan lain diluar usaha, sisa tanggungan pembiayaan dengan nilai p-value berturut-turut (0,024; 0,001; 0,008; 0,025). 2
Uji R (Koefisien Determinasi) 2
Uji R menunjukkan seberapa besar model mampu menjelaskan variabilitas 2 variabel independen. R adalah koefisien determinasi yang mengukur besarnya pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian pada Tabel 13 diketahui bahwa R-Sq(adj) = 92,8% yang artinya kemampuan seluruh variabel X mampu menjelaskan secara nyata keragaman perealisasian pembiayaan sebesar 92,8%, sedangkan sisanya sebesar 7,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Variabel Dependen Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah jumlah pembiayaan Kupedes yang direalisasikan di BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor. Dalam perealisasian pembiayaan, BRI mengeluarkan kebijakan tentang besaran plafond pembiayaan, dengan plafond maksimum sebesar Rp. 500.000.000,-. Berdasarkan hasil penelitian, maksimum perealisasian pembiayaan di BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor sebesar Rp. 350.000.000,-. Besaran jumlah perealisasian pembiayaan berfluktuatif dimana data permintaan pembiayaan memiliki nilai rata-rata Rp 104.545.454,00 dan memiliki nilai simpangan baku sebesar Rp 93.459.468,78. Variabel Independen Dalam penelitian ini variabel independen yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro pada α = 5% terdapat empat variabel yaitu lama usaha, jmlah omset per bulan, pendapatan lain di luar usaha, sisa tanggungan pembiayaan. Berdasarkan hasil analisa regresi dari data panel pada Tabel 15 dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y = -103802627.99 + 516560,76 Umur (X1) + 1928602.80 DJ (jenis kelamin (X2) – 6833111.47 lama usaha (tahun) (X3) + 0.57 omset per bulan (X4) + 14853720.11 frekuensi pembiayaan (kali) (X5) + 4.36 pendapatan lain di luar usaha (X6) + 1.72 sisa tanggungan pembiayaan (X7). Keterangan :
46
X1 = Umur X2 = Jenis Kelamin. Dummy 1 = perempuan dan 0 = laki-laki X3 = Lama usaha X4 = Omset per Bulan X5 = Frekuensi pembiayaan X6 = Pendapatan lain X7 = Sisa tanggungan pembiayaan Dari persamaan regresi di atas, maka dapat diinterprestasikan untuk masingmasing variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro sebagai berikut : 1. Umur Responden Berdasarkan Tabel 16, umur responden per bulan termasuk salah satu faktor yang tidak mempengaruhi realisasi pembiayaan. Umur minimum responden penelitian ini adalah 25 tahun, sedangkan umur maksimum responden adalah 55 tahun. Rata-rata umur responden adalah 41,8 tahun. Untuk variable umur dalam penelitian ini tidak berpengaruh secara parsial terhadap Y (realisasi pembiayaan) karena dilihat dari table 13. nilai P Value (0.439) > taraf nyata (0.05). Hal ini dikarenakan untuk umur tersebut hanya sebagai persyaratan administrasi saja tidak menjadi variable utama yang dimasukan kedalam komponen analisa pembiayaan yang mempengaruhi realisasi pembiayaan. 2. Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin responden juga merupakan faktor yang tidak berpengaruh terhadap realisasi pembiayaan Kupedes di BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor. Hal ini dikarenakan proporsi jumlah responden antara pria dan wanita tidak terlampu jauh berbeda yaitu sebesar 52.3% responden pria dan 47.7% berjenis kelamin wanita. 3. Lama Usaha Responden Dalam penelitian ini lama usaha merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan pada taraf nyata 5%. Lama usaha menunjukkan perkembangan usaha yang dijalankan dan juga eksistensi usaha yang dijalankan. Model regresi berganda menjelaskan bahwa peningkatan lama usaha nasabah akan berpengaruh terhadap peningakatan besaran realisasi pembiayaan. Secara rata-rata, realisasi pembiayaan di BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor ditaksir meningkat sebesar Rp 6,833,111.00 untuk setiap 1 tahun pertambahan lama usaha nasabah. Seluruh responden dalam penelitian ini sudah menjalankan usahanya minimal 4 tahun , dan usaha yang paling lama adalah selama 15 tahun sehingga rata-rata lama usaha responden BRI Syariah KCP Cibinong sebesar 8,8 tahun. 4. Omset Responden per Bulan Tingkat pendapatan usaha (omset) merupakan salah satu kriteria yang benarbenar diperhatikan oleh pihak bank karena berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit pada taraf nyata 5%. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jumlah omset yang dimiliki oleh masing-masing responden sangat beragam tergantung dari jenis usaha dan aktifitas usahanya tersebut. Model regresi berganda menjelaskan bahwa peningkatan omset/bulan nasabah akan berpengaruh terhadap peningkatan
47
besaran realisasi pembiayaan. Secara rata-rata, realisasi pembiayaan di BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor ditaksir meningkat sebesar Rp 570,000,- untuk setiap Rp 1,000,000,- pertambahan omset/bulan nasabah. Besarnya omset per bulan nasabah berkisar dari Rp 16,250,000,- hingga Rp 165,000,000,- dan rata-rata omset per bulannya sebesar Rp 73.853.409,09. 5. Frekuensi Kredit Responden Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa separuh total responden (50%) sudah pernah mengajukan pinjaman, dan berlanjut sampai sekarang, dan separuh lainnya termasuk kreditur yang baru mengajukan pinjaman. Dalam penelitian ini, pengalaman kredit merupakan salah satu faktor yang tidak mempengaruhi realisasi pembiayaan. Data yang didapatkan dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak semua nasabah memiliki frekuensi pinjaman yang banyak, frekuensi pinjaman terkecil adalah 1 kali dan yang terbesar adalah 3 kali. Rata-rata frekuensi pinjaman mencapai 1,7 kali. Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi terkecil berasal dari responden yang baru pertama kali mendapatkan pinjaman karena baru mengenal BRI dan selain itu juga responden itu sedang membutuhkan tambahan modal untuk usahanya. Frekuensi pinjaman terbesar berasal dari responden yang telah lama menjadi nasabah BRI dan memiliki track record pembiayaan yang tergolong lancar sehingga memberikan nilai tambah dari sisi karakter debitur sehingga dapat dipercaya kembali oleh pihak Bank untuk mendapatkan pembiayaan kembali (top up). 6. Pendapatan Responden Lainnya Variabel pendapatan responden lainnya memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap besarnya realisasi kredit karena koefisien variabel tersebut bernilai positif (4,42) dan memiliki p-value (0,008) yang lebih kecil pada taraf nyata lima persen (0,000 < 0,005). Hal ini sesuai dengan hipotesa awal penelitian, dimana variabel pendapatan responden lainnya secara signifikan berpengaruh positif terhadap realisasi Kupedes iB yaitu secara rata-rata, realisasi pembiayaan di BRI Syari’ah KCP Cibinong Bogor ditaksir meningkat sebesar Rp 4.360.000,- untuk setiap Rp 1.000.000,- pertambahan pendapatan lainnya. Oleh karena itu, pendapatan bersih debitur per bulannya sangat tepat digunakan sebagai dasar penentuan besarnya realisasi kredit KUR-Kupedes di BRI Syari’ah KCP Cibinong. 7. Sisa Tanggungan Kredit Sisa tanggungan pinjaman adalah kewajiban dari debitur yang masih memiliki kaitan berupa angsuran dari pinjaman yang telah dilakukan sebelumnya. Variabel ini memiliki pengaruh signifikan terhadap perealisasian pinjaman (Y). Hal ini dibuktikan dari hasil nilai signifikasi sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai taraf nyata yakni alpha = 0,05. Pihak bank akan merealisasikan pinjaman sesuai dengan pengajuan nasabah namun bagi debitur yang memiliki sisa tanggungan pembiayaan akan mempengaruhi dari besarnya realisasi pinjaman yang akan di terima oleh debitur tersebut. Berdasarkan hasil data dari responden, nasabah di Bank BRI Syari’ah KCP Cibinong diketahui bahwa setengah dari total responden debitur masih memiliki sisa tanggungan pinjaman. Hal ini menyebabkan hasil pengolahan data yang positf dan menggambarkan semakin banyak sisa tanggungan pinjaman yang dimiliki oleh debitur maka akan menambah jumlah realisasi oleh bank. Hasil tersebut bertentangan dengan
48
hipotesa awal untuk variable sisa tanggungan pembiayaan diprediksi akan berpengaruh negatif terhadap realisasi pembiayaan. Hal ini terjadi karena dari data yang diperoleh responden yang memiliki sisa tanggungan pembiayaan rata-rata memiliki omset dan pendapatan lainnya yang cukup besar sehingga dalam pemberian realisasi Kupedes iB tetap memberikan pengaruh positif karena debitur tersebut masih memiliki repayment capacity yang cukup walaupun masih memiliki sisa tanggungan pembiayaanl. Realisasi pembiayaan di BRI Syari’ah Cab. Cibinong Bogor ditaksir bertambah sebesar Rp 1.72 untuk setiap Rp 1,- penambahan sisa tanggungan pembiayaan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik debitur pembiayaan Kupedes iB BRI Syariah KCP Cibinong didominasi oleh pria, dan usia nasabah mayoritas pada usia 33-46 tahun. Tingkat pendidikan mayoritas adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). Lama usaha nasabah Kupedes iB BRI Syariah KCP Cibinong sudah di atas 2 tahun dan mayoritas 6 - 10 tahun. Untuk omset per bulan nasabah mayoritas adalah Rp 20.000.001 - Rp 50.000.000. Mayoritas frekuensi pinjaman nasabah adalah 1 kali. Dan ada sebagian debitur yang masih memiliki tanggungan pembiayaan Rp. 5.000.000,- - Rp. 15.000.000,- namun sebagian besar debitur (54.55%) tidak memiliki tanggungan pembiayaan lainnya. 2. Berdasarkan hasil penelitian pada α = 5% terdapat ada empat faktor yang mempengaruhi perealisasian pembiayaan secara nyata, yaitu lama usaha dengan thitung sebesar 2,358, omset per bulan dengan t-hitung sebesar 3,481, pendapatan lainnya dengan t-hitung sebesar 2,833, dan sisa tanggungan pembiayaan dengan thitung sebesar 2,333. Masing-masing variabel ini memiliki nilai t hitung lebih besar dari t tabel pada α = 0,05, DF=43 adalah 2,017. Sehingga dari hasil tersebut, variabel-variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 3. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Kupedes iB pada PT Bank BRI Syariah KCP Cibinong yaitu lama usaha, omset per bulan, pendapatan lain di luar usaha, dan sisa tanggungan pembiayaan.
Saran Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain : 1. BRI Syari’ah KCP Cibinong diharapkan lebih memfokuskan pada faktor pendapatan usaha (omset), pedapatan lain di luar usaha, pengalaman kredit, lama usaha dan sisa tanggungan kredit yang minim dalam memenuhi perealisasian pembiayaan guna mendapatkan calon nasabah yang memiliki kualifikasi yang baik. 2. BRI Syari’ah KCP Cibinong diharapkan lebih jeli menilai karakteristik responden
49
3.
(karakteristik individu, usaha dan pembiayaan) dalam perealisasian Kupedes iB dan meningkatkan daya serap Kupedes iB bagi nasabah dengan melakukan kegiatan pembinaan dan sosialisasi yang berkaitan dengan manajemen usaha untuk meningkatkan usahanya sehingga perealisasian terhadap Kupedes iB meningkat Penelitian lanjutan disarankan untuk mengkaji efektivitas penyaluran Pembiayaan Kupedes iB di BRI Syariah serta pengaruhnya terhadap pengembangan usaha bagi para pelaku UMKM.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Gema Insani Press bekerjasama dengan Tazkia Cendekia, Jakarta. Anonim. 2004. Pembiayaan Syariah. Sarana, Nopember 2004. Direktorat Jendral Bina Sarana Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008. Berita Resmi Statistik No. 28/05/Th XI, 30 Mei 2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BRI] Bank Rakyat Indonesia Syari’ah. 2014. Management Information Report (MIR) 02. Bogor : BRI Syari’ah Cabang Bogor. Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Nazwar Akhria dan Sofyan M, editor. Jakarta: Ghalia Indonesia. Gujarati D. 1997. Ekonometrika Dasar. Zain Sumarno, penerjemah; Hutauruk Gunawan, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Basic Econometrics. Gumbira-Sa’id E, Intan AH. 2004. Manajemen Agribisnis. Cetakan ke-2. Jakarta: PT Ghalia Indonesia. Hermawan AR. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan engembalian Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) untuk Usaha Kupedes iB, Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hutagaol EIP. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencairan Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (Kasus pada BRI Unit Cigombong-Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia. 2011. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2006 – 2007. Jakarta. Krisnamurthi B. 2001. Agribisnis: Pengertian, Perkembangan dan Pelaku Agribisnis. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Muhammamah EN. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM: Studi Kasus Nasabah Kupedes PT Bank
50
Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Muljono TP. 1987. Manajemen Prekreditan bagi Bank Komersil. Yogyakarta: BPFE. Mulyarto EP. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwililiang Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 2003. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Retnadi D. 2008. Kredit Usaha Rakyat (KUR), Harapan dan Tantangan. Economic Review 212 (Juni). Safitri I. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besar Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) pada Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sari, G. W. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan, Kasus Pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Simorangkir OP. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Nazwar Akhria dan Sofyan M, editor. Cetakan ke-2. Bogor: Ghalia Indonesia. Suyatno T, Chalik HA, Sukada M, Ananda TY, Marala DT. 2007. Dasar-Dasar Perkreditan. Ed ke-4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, K. P. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Dalam Sektor Pertanian di BRI Unit Parung Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
51
LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur organisasi kantor pusat Bank BRI Syari’ah
Komite Pemantau Risiko
RUPS Dewan Komisaris
Dewan Pengawas Syari’ah Direktur Utama
Komite Audit Komite Remunerasi & Nominas
Direktur Bisnis Mikro & Konsumer
Direktur Bisnis UKM & Komersial
Direktur Operasional
Direktur Kepatuhan
Perencanaan Strategis
Pembiayaan Konsumer
Pembiayaan UKM & Kemitraan
Operasi& Layanan
Kepatuhan
Audit Internal
Bisnis Mikro
Bisnis Komersial
Analisa Pembiayaan
Manajemen Resiko
Teknologi Informasi
Dana & Jasa Bank
Tresury
Penunjang Pembiayaan
Sekertaris Perusahaan
Sumber Daya Insani
Akuntansi & Keuangan Jaringan & Logistik
Kantor Cabang
Keterangan :
Kantor Cabang
: Jalur Supervisi
Sumber : BRI Syariah KP 2014
Kantor Cabang
: Jalur Koordinasi
Kantor Cabang
: Jalur Pembinaan
Kantor Cabang
52
Lampiran 2 Struktur organisasi unit mikro syariah kantor cabang Bank BRI Syari’ah
Sumber : BRI Syariah pusat 2013
53
Lampiran 3 Hasil output SPSS regresi linier Coefficientsa
Model 1
(Constant) Umur Jenis Kelamin Lama Usaha Omset/bulan Frekuensi Kredit Pendapatan lainny a Sisa tanggungan kredit
Unstandardized Coeff icients B Std. Error -103802627.99 2E+007 516560.759 659719.3 1928602.804 1E+007 6833111.471 2897538 .571 .164 14853720.109 1E+007 4.359 1.539 1.719 .737
Standardized Coeff icients Beta .053 .010 .253 .220 .130 .209 .235
a. Dependent Variable: PLAFOND_ORG
Lampiran 4 Uji normalitas model regresi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Dif f erences
Mean Std. Dev iat ion Absolute Positiv e Negativ e
Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual 44 .0000000 26281971.41 .079 .079 -.061 .527 .944
a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data.
Lampiran 5 Hasil normalitas data dan hasil homogenitas data
t -4.455 .783 .185 2.358 3.481 1.307 2.833 2.333
Sig. .000 .439 .854 .024 .001 .199 .008 .025
54
Coeffi ci entsa
Model 1
(Constant) ln_X1 ln_X2 ln_X3 ln_X4
Unstandardized Coef f icients B St d. Error 40.771 10.329 1.274 .974 -.833 .571 -.343 .514 .627 .559
St andardized Coef f icients Beta .321 -.275 -.146 .307
t 3.947 1.308 -1.460 -.668 1.121
Sig. .000 .198 .152 .508 .269
a. Dependent Variable: ln_ei_kuadrat
Lampiran 6 Asumsi non multikolinearitas Coeffici entsa
Model 1
(Constant) X2 X3 X4
Unstandardized Coef f icients B Std. Error 4.457 .631 8.51E-010 .000 2.49E-007 .000 1.64E-007 .000
Standardized Coef f icients Beta .010 .322 .603
t 7.069 .089 2.890 4.309
Sig. .000 .929 .006 .000
t 2.603 .089 -.081 3.565
Sig. .013 .929 .936 .001
t -.142 2.890 -.081 1.290
Sig. .887 .006 .936 .205
Collinearity Statistics Tolerance VIF .461 .484 .308
2.168 2.065 3.250
a. Dependent Variable: X1
Coeffici entsa
Model 1
(Constant) X1 X3 X4
Unstandardized Coef f icients B Std. Error 4E+007 1E+007 233029.7 2616482 -.127 1.569 2.363 .663
Standardized Coef f icients Beta .019 -.014 .727
Collinearity Statistics Tolerance VIF .241 .401 .277
4.150 2.496 3.611
a. Dependent Variable: X2
Coeffici entsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X4
Unstandardized Coef f icients B Std. Error -224476 1576224 692987.6 239763.3 -.001 .016 .097 .075
a. Dependent Variable: X3
Standardized Coef f icients Beta .536 -.012 .276
Collinearity Statistics Tolerance VIF .291 .461 .219
3.433 2.168 4.569
55
Coeffici entsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3
Unstandardized Coef f icients B Std. Error -1E+007 2582895 1936088 449362.0 .102 .029 .412 .320
Standardized Coef f icients Beta .526 .331 .145
t -4.838 4.309 3.565 1.290
Sig. .000 .000 .001 .205
Collinearity Statistics Tolerance VIF .353 .608 .417
2.835 1.645 2.397
a. Dependent Variable: X4
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 31 Oktober 1986. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara dari ayahanda Ir. Supena Friyatno M.Si. dan ibunda Enok Fatimah (alm). Penulis memulai pendidikan mulai dari TK AlIhya Bogor dan lulus pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar Ummul Quro Bogor dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah penulis selesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 8 Bogor. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan pada tahun 2004 di SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama penulis langsung melanjutkan pendidikan di Program Keahlian Diploma 3 Manajemen Bisnis Perikanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur reguler. Kemudian pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan S1 pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan berorganisasi yaitu Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan (HIMASEPA), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) IPB Komisariat C Perikanan, Kepanitiaan Pekan Olahraga Fakultas Perikanan (PORIKAN), Kepanitian dalam acara Hari jadi Bogor HARIRING IPB 2006. Selama melanjutkan program ekstensi S1 penulis juga pernah bekerja di beberapa perusahaan (Sunlife Financial Indonesia, Bank Mandiri (persero) Tbk) dari tahun 2007 sampai dengan 2010 dan sejak April 2010 sampai saat ini bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk.