FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI BUAH DI KOTA BEKASI
Oleh : DIAN HARDIANA A 14102665
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
2
RINGKASAN DIAN HARDIANA. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Buah Di Kota Bekasi . (di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS, SP, MSi) Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam buah tropis yang khas dan berpotensi dijadikan unggulan dipasaran dunia maupun lokal. Diperkirakan terdapat 300 jenis buah tropis tumbuh di Indonesia. Tetapi pada akhir-akhir ini buah-buahan yang beredar di pasaran adalah buah impor, bahkan volume ekspor buah-buahan Indonesia dari tahun 1999 lebih rendah dari volume impor. Menurut BPS, pada tahun 2005 akan terjadi peningkatan konsumsi buah sebesar 32,5 persen. Dimana rata-rata konsumsi buah akan mencapai angka 45,76 kg/kapita/tahun dengan total konsumsi adalah sebesar 10375 ribu ton. Rata-rata tingkat konsumsi buah Indonesia diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai angka 78,74 kg/kapita/tahun pada tahun 2015. Masih rendahnya tingkat konsumsi buah di Indonesia dibandingkan dengan rekomendasi FAO, mencerminkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan peningkatan kesehatan dan gizi masih kurang dan perlu ditingkatkan. Seiring dengan peningkatan pengetahuan masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini, kebiasaan mengkonsumsi buah mengalami perubahan terutama pada masyarakat perkotaan. Pola konsumsi buah pada masyarakat perkotaan secara rutin juga dipengaruhi oleh tingginya kesadaran akan nilai gizi, sehingga konsumen menjadi lebih kritis dalam memilih buah baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Kota Bekasi wilayahnya berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, yang merupakan pusat pemerintahan Indonesia. Kota Bekasi ditetapkan sebagai bagian dari wilayah pengembangan Jabotabek yang dipersiapkan untuk mengurangi ledakan penduduk DKI Jakarta berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 13 tahun 1976. Sebagai daerah penyangga Ibukota menjadikan Kota Bekasi memiliki letak yang strategis untuk pemasaran buah-buahan, termasuk buah impor. Dengan masuknya buah impor ke Kota Bekasi akan memeberikan banyak pilihan pada masyarakat dalam mengkonsumsi buah. Dari hal ini perlu dilakukan faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah di Kota Bekasi. Brand image yang tertanam di masyarakat perkotaan termasuk Kota Bekasi adalah buah impor memiliki kualitas yang lebih baik dari buah nasional. Di Kota Bekasi pada umumnya buah dipasarkan melalui supermarket, kios buah dan pedagang kaki lima. Ketiga pasar ini, selain tempat yang membedakan juga komposisi asal buah, jenis buah dan kualitas buah. Perbedaan tempat pemasaran buah akan mempengaruhi terhadap harga dan keputusan pembelian buah oleh konsumen. Di supermarket konsumen memiliki banyak pilihan buah, baik itu jenis dan jumlah buah atau asal buah yang lebih beragam dibandingkan dengan kios buah dan pedagang kaki lima. Berdasarkan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan pola konsumsi buah pada konsumen rumah tangga di Kota Bekasi yang dekat dan jauh dari supermarket, (2) Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah pada konsumen rumah tangga di Kota Bekasi yang dekat dan jauh dari supermarket dan (3) Mengklasifikasikan
3
faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah konsumen rumah tangga di Kota Bekai yang dekat dan jauh supermarket. Penelitian ini dilakukan dengan survei terhadap rumah tangga sebagai konsumen buah. Survei terhadap konsumen buah dilakukan di Kota Bekasi. Pemilihan Kota Bekasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Bekasi merupakan salah satu daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Jawa Barat dan memiliki pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk buah-buahan yang cenderung meningkat setiap tahunnya sehingga merupakan salah satu daerah tujuan pemasaran buah-buahan yang potensial. Alasan lain Kota Bekasi merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat karena merupakan kawasan perindustian dan perdagangan Jabotabek. Survei terhadap konsumen buah dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2005. Secara umum rata-rata umur responden adalah 40,57 tahun, terdiri dari laki-laki dan perempuan yang sudah berkeluarga dengan latar belakang pendidikan responden beragam mulai dari lulusan Sekolah Dasar sampai dengan Pasca Sarjana. Secara keseluruhan responden biasa mengkonsumsi buah, baik buah nasional maupun buah impor. Jenis buah yang dikonsumsi sangat beragam. Responden biasanya membeli buah tidak terfokus pada satu tempat, karena buah yang dikonsumsi bisa berasal dari supermarket, kios buah, pedagang kaki lima dan pedagang keliling. Pola konsumsi buah di Kota Bekasi untuk masyarakat yang dekat dan jauh dari supermarket memiliki banyak persamaan diantaranya dapat dilihat dari jenis buah yang dikonsumsi, namun perbedaan yang paling terlihat adalah jumlah buah konsumsi buah dan frekuensi pembelian buah. Jenis buah nasional yang paling banyak digemari oleh masyarakat dekat supermarket adalah mangga dan masyarakat jauh dari supermarket adalah jeruk. Sedangkan buah impor yang paling digemari untuk responden yang dekat dan jauh supermarket adalah apel. Hasil analisis regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah rumah tangga di Kota Bekasi, yaitu faktor frekuensi pembelian buah dan tempat pembelian buah. Berdasarkan analisis diskriminan diketahui bahwa tempat pembelian merupakan variabel/faktor yang memiliki perbedaan antar grup atau memiliki hubungan dengan asal buah yang dikonsumsi oleh konsumen di Kota Bekasi. Dimana konsumen yang membeli buah di supermarket akan mengkonsumsi buah impor, hal ini disebabkan buah yang ditawarkan oleh supermarket sebagian besar merupakan buah impor dengan berbagai jenis dan bentuk fisik buah yang menarik. Sedangkan konsumen yang membeli buah di kios buah dan pedagang kaki lima akan mengkonsumsi buah nasional karena banyaknya buah nasional yang ditawarkan.
4
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI BUAH DI KOTA BEKASI
OLEH : DIAN HARDIANA A 14102665
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
5
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama
: Dian Hardiana
NRP
: A14102665
Program Studi
: Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian
Judul
: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Buah Di Kota Bekasi
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Muhammad Firdaus, SP, MSi NIP.132 158 758
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Kelulusan : 24 Maret 2006
6
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI BUAH DI KOTA BEKASI” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 24 Maret 2006
Dian Hardiana A 14102665
7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 02 Agustus 1981. penulis adalah anak tunggal dari pasangan bapak Sugandi dan ibu Endah. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1987 di SDN Karang kamulyan 3. Pada tahun 1993, penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Cisaga. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 2 Ciamis lulus tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis di terima di Institut Pertanian Bogor pada Program Diploma III Manajemen Hutan Alam Produksi, Fakultas Kehutanan, Jurusan Manajemen Hutan, Lulus pada tanggal 23 Oktober 2002. Pada bulan Pebruari penulis diterima pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa Diploma III Manajemen Hutan Alam Produksi, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum pada mata kuliah Pemantauan dan Perancangan DAS Lab. Pengaruh Hutan serta Asisten praktikum pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah Lab. Inventarisasi Hutan. Penulis juga pernah terlibat dalam proyek-proyek kehutanan khususnya pemetaan wilayah antara lain proyek pembuatan peta zonasi hewan di Pulau Rambut gugusan Pulau Seribu, dan ikut mengoreksi peta pohon di sekitar Monas pada proyek percobaan penanaman Rusa.
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan ke alam yang penuh pengetahuan. Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Buah Di Kota Bekasi “ merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada program sarjana ekstensi manajemen agribisnis, fakultas pertanian, institut pertanian bogor. Pemahaman tentang karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah pada konsumen rumah tangga di Kota Bekasi sangat diperlukan untuk melihat peluang pasar khususnya untuk penerapan strategi pemasaran jenis buah-buahan nasional. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik dari semua pihak sangat berguna bagi penulis. Akhir kata terima kasih pada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini selesai, dan semoga bermanfaat bagi semus pihak yang memerlukan.
Bogor, 24 Maret 2006
Penulis
9
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya dan Shalawat salam semoga senantiasa terlimpah pada nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pegangan dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu selama masa perkuliahan dan juga dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu: 1. Bapa dan mamah yang telah menunjukan indahnya hidup di dunia ini serta atas semua kasih sayang, do’a, kesabaran, dan dorongan moril maupun material yang diberikan pada penulis. 2. Muhammad Firdaus, SP. Msi. Selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan kesabarannya dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Nindiantoro MSc. Selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian. 4. Febriantina Dewi SE, MM. Selaku dosen penguji utama dalam ujian sidang skripsi. 5. Ir. Murdianto MSc. Selaku wakil komisi pendidikan dalam ujian sidang skripsi. 6. Drs. Mochammad Solehudin dan Dra. Nurliana yang telah memberikan bantuan selama penulis menyelesaikan studi dari Diploma III sampai Sarjana. 7. Dra. Nining Puspaningsih, MSi dan bapak Endim, Bscf yang telah memberikan pengalaman-pengalaman kerja selama di Fakutas Kehutanan. 8. Keluarga besar bapak Daswa SPd, MPd dan keluarga H. Beni Hamdani di Margahayu Bekasi atas bantuannya pada penulis saat penelitian. 9. Saudara Arry Twadikaryanto Sudiarso AMd, Aida Nurfatma AMd, Sibghatallah SP, Edwin Mahatir SP, Tarmidi SP, Masayu Azka SP, Siti Zakiah AMd, Ahmad Mardian SP. 10. Semua teman-teman Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis IPB, Special thank for Palayu Crew .
10
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI..................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
vii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Perumusan masalah........................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
7
1.4 Kegunaan Penelitian .....................................................................
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Tropika Nasional ..................................................................
9
2.2 Ciri Produk Holtikultura (Buah-buahan) .......................................
10
2.3 Konsumsi Buah-buahan di Indonesia ............................................
10
2.4 Hasil Penelitian Tedahulu ..............................................................
12
2.4.1 Preferensi Konsumen Buah...................................................
12
2.4.2 Analisis Regresi Logistik ......................................................
14
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangkan Pemikiran Teoritis .......................................................
16
3.1.1 Teori permintaan ...................................................................
16
3.1.2 Tahapan Keputusan Konsumen ............................................
17
3.1.2.1 Pengenalan Kebutuhan...............................................
17
3.1.2.2 Pencarian Informasi ...................................................
18
3.1.2.3 Evaluasi Alternatif .....................................................
19
3.1.2.4 Pembelian...................................................................
20
3.1.2.5 Evaluasi Hasil Pembelian...........................................
20
3.1.3 Evaluasi Pasca keputusan Pembelian....................................
21
11
3.1.4 Analisis Regresi Logistik ......................................................
22
3.1.5 Analisis Diskriminan.............................................................
23
3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ...................................................
25
3.3 Hipotesis.........................................................................................
28
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian.........................................................
30
4.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................
30
4.3 Metode Pengambilan Responden...................................................
31
4.4 Metode Pengolahan Dan Analisis Data..........................................
32
4.4.1 Tabulasi Deskriptif................................................................
32
4.4.2 Analisis Model Logistik........................................................
32
4.4.3 Analisis Diskriminan.............................................................
34
4.5 Definisi Operasional.......................................................................
38
BAB V. KEADAAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ................................................
41
5.2 Karakteristik Responden ................................................................
44
5.2.1 Umur .....................................................................................
44
5.2.2 Jenis Kelamin ........................................................................
44
5.2.3 Pekerjaan ...............................................................................
45
5.2.4 Tingkat Pendidikan ...............................................................
46
5.25 Jumlah Anggota Keluarga......................................................
46
5.2.6 Kapasitas Listrik Terpasang..................................................
47
5.2.7 Pendapatan Keluarga.............................................................
48
5.2.8 Pengeluaran ...........................................................................
49
5.2.9 Pengeluaran Khusus Pangan .................................................
49
BAB VI. POLA KONSUMSI BUAH RUMAH TANGGA 6.1 Pola Kebiasaan Konsumsi Buah Untuk Rumah Tangga................
52
6.2 Pola Konsumsi Rumah Tangga Menurut Waktu Konsumsi Buah.
58
6.2.1 Pola Konsumsi Buah Rumah Tangga Satu
12
Minggu Terakhir .................................................................
58
6.2.3 Pola Konsumsi Buah Rumah Tangga Satu Bulan Terakhir ..
60
6.3 Pola Konsumsi Buah Nasional Rumah Tangga .............................
62
6.4 Pola Konsumsi Buah Impor Rumah Tangga..................................
66
6.5 Reaksi Tehadap Ketersediaan Buah Nasional Dan Harapan Responden Terhadap Buah Nasional...............................
70
BAB VII. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI BUAH DI KOTA BEKASI 7.1 Analisis Regresi Logistik ...............................................................
73
7.2 Analisis Diskriminan......................................................................
80
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ...................................................................................
83
8.2 Saran...............................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
13
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1. Neraca Perdagangan Buah Indonesia Tahun 1998-2004. ..................
1
2. Perkiraan Permintaan Buah-Buahan Indonesia Sampai Tahun 2015.
2
3. Sentra Produksi Buah di Indonesia ...................................................
9
4. Konsumsi Per Kapita Buah-Buahan Di Indonesia 1990-2002...........
11
5. Jumlah Penduduk,Luas Wilayah, Dan Kepadatan Penduduk Masing-Masing Kecamatan Di Kota Bekasi Tahun 2004
42
6. Luas Panen, Hasil Per Hektar Dan Produksi Buah-Buahan Di Kota Bekasi Tahun 2004.........................
43
7. Sebaran Responden Menurut Umur ...................................................
44
8. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin......................................
45
9. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan....................................
46
10. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan.............................
46
11. Sebaran Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga ..................
47
12. Sebaran Responden Menurut Daya Listrik Terpasang.......................
47
13. Sebaran Responden Menurut Pendapatan Keluarga ..........................
48
14. Sebaran Responden Menurut Jumlah Pengeluaran Per Bulan ...........
49
15. Sebaran Responden Menurut Jumlah Pengeluaran Khusus Pangan Per Bulan ...............................
50
16. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jenis Buah Yang Biasa Dikonsumsi ..................................................
52
17. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jumlah Buah Yang Biasa Dikonsumsi..............................................
53
18. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Frekuensi Pembelian Buah ...............................................................
55
19. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Tempat Pembelian Buah ....................................................................
56
20. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Alasan Pembelian Buah ..................................................................... 21. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut
57
14
Kendala Pembelian Buah ..................................................................
58
22. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jenis Buah Yang Dikonsumsi Satu Minggu Terakhir.......................
59
23. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jumlah Buah Yang Dikonsumsi Satu Minggu Terakhir ....................
60
24. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jenis Buah Yang Dikonsumsi Satu Bulanterakhir ............................
61
25. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jumlah Buah Yang Dikonsumsi Satu Bulan Terakhir .......................
62
26. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jenis Konsumsi Buah Nasional..........................................................
63
27. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jumlah Konsumsi Buah Nasional Per Bulan ....................................
64
28. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Frekuensi Pembelian Buah Nasional .................................................
65
29. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Tempat Pembelian Buah Nasional .....................................................
66
30. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jenis Konsumsi Buah Impor .............................................................
67
31. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Jumlah Konsumsi Buah Impor Per Bulan..........................................
68
32. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Frekuensi Pembelian Buah Impor Per Bulan .....................................
69
33. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Tempat Pembelian Buah Impor .........................................................
70
34. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Reaksi Terhadap Ketersediaan Buah Nasional Pada Proses Pembelian.......................................................................
71
35. Sebaran Responden Rumah Tangga Menurut Harapan Terhadap Buah Nasional .....................................................
72
36. Hasil Analisis Logistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi .........................
73
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Konseptual..........................................................
27
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
Halaman
1. lokasi Pengambilan Responden............................................................
89
2. Output Regresi Logistik .......................................................................
91
3. Hasil Analisis Diskriminan ..................................................................
92
17
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam buah tropis yang khas dan berpotensi dijadikan unggulan dipasaran dunia maupun lokal. Diperkirakan terdapat 300 jenis buah tropis tumbuh di Indonesia. Tetapi pada akhir-akhir ini buah-buahan yang beredar di pasaran adalah buah impor, bahkan volume ekspor buah-buahan Indonesia dari tahun 1999 lebih rendah dari volume impornya dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Neraca Perdagangan Buah Indonesia Tahun 1999-2004 Tahun
Volume Ekspor (Ton)
Volume Impor (Ton)
Neraca (Ton)
1998
83,370
71,628
11,742
1999
95,193
104,323
-9,130
2000
186,181
238,394
-52,213
2001
188,294
242,225
-53,931
2002
236,358
267,019
-30,661
2003
259,512
321,304
-61,792
2004
274,637
379,778
-105,141
Sumber: BPS Pusat, 1998-2004
Berdasarkan Tabel 1, volume impor dari tahun ketahun meningkat sehingga dapat diindikasikan bahwa permintaan buah impor di Indonesia meningkat. Dari hal ini yang perlu diperhatikan adalah pola konsumsi buahbuahan di Indonesia. Menurut BPS, pada tahun 2005 akan terjadi peningkatan konsumsi buah sebesar 32,5 persen. Dimana rata-rata konsumsi buah akan mencapai angka 45,76 kg/kapita/tahun dengan total konsumsi adalah sebesar 10375 ribu ton. Rata-rata tingkat konsumsi buah Indonesia diperkirakan akan
18
terus meningkat hingga mencapai angka 78,74 kg/kapita/tahun pada tahun 2015, perkiraan permintaan buah-buahan sampai tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan Indonesia Sampai Tahun 2015 Tahun
Populasi (Juta)
Peningkatan Konsumsi/ 5 tahun (%)
Konsumsi/kapita (Kg)
Total Konsumsi (Ribu Ton)
2000 2005 2010 2015
213 227 240 254
32,5 34,0 44,5
36,76 45,76 57,92 78,74
7830 10375 13900 20000
Sumber: BPS, 2000
Berdasarkan perkiraan BPS dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 tingkat konsumsi buah per kapita Indonesia masih relatif rendah. Rata-rata konsumsi buah masyarakat Indonesia adalah sekitar 40,06 kg/kapita/tahun. Dibandingkan rekomendasi FAO, yaitu sebesar 65,75 kg/kapita/tahun, maka tingkat konsumsi buah-buahan Indonesia masih dikategorikan rendah (Deptan, 2003). Sebagai perbandingan konsumsi buah per kapita dengan negara berkembang lain, Indonesia masih di bawah Malaysia yang mencapai 47,8 kg/kapita/tahun, Fhilipina 100,6 kg/kapita/tahun, Thailand 91,1 kg/kapita/tahun, dan rata-rata konsumsi negara berkembang adalah 53,4 kg/kapita/tahun (Prayudi, 2002). Masih rendahnya tingkat konsumsi buah di Indonesia dibandingkan dengan rekomendasi FAO, mencerminkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan peningkatan kesehatan dan gizi masih kurang dan perlu ditingkatkan. Seiring dengan peningkatan pengetahuan masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini, kebiasaan mengkonsumsi buah mengalami perubahan terutama pada masyarakat perkotaan. Pola konsumsi buah pada masyarakat perkotaan secara rutin juga di pengaruhi oleh tingginya kesadaran akan nilai gizi, sehingga konsumen menjadi lebih kritis dalam memilih buah baik dari kualitas maupun kuantitasnya.
19
Kota Bekasi wilayahnya berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, yang merupakan pusat pemerintahan Indonesia. Kota Bekasi ditetapkan sebagai bagian dari wilayah pengembangan Jabotabek yang dipersiapkan untuk mengurangi ledakan penduduk DKI Jakarta berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 13 tahun 1976.1 Sebagai daerah penyangga Ibukota menjadikan Kota Bekasi memiliki letak yang strategis untuk pemasaran buah-buahan, termasuk buah impor. Dengan masuknya buah impor ke Kota Bekasi akan memberikan banyak pilihan pada masyarakat dalam mengkonsumsi buah. Dari hal ini perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah di Kota Bekasi.
1.2. Perumusan Masalah Produk buah-buahan dari negara-negara Asia Pasifik, baik buah daerah temperate maupun buah tropik yang kualitasnya lebih baik merupakan ancaman yang serius terhadap buah nasional. Kualitas buah impor yang relatif lebih baik dari buah nasional akan mengakibatkan konsumen tidak berminat lagi terhadap buah produk lokal, apabila hal ini terjadi permintaan buah nasional akan menurun yang implikasinya menurunkan harga dipasaran. Harga yang rendah ini jelas tidak mendorong produsen dalam negeri untuk berproduksi karena keuntungannya akan semakin kecil. Pada saat buah nasional semakin tidak efisien untuk diproduksi, importir buah akan memanfaatkan kondisi ini untuk meningkatkan efisiensi buah impor melalui pengurangan promosinya, sehingga harga buah impor dipasaran akan semakin murah dan buah nasional semakin sulit untuk bersaing. Disisi lain,
1
http://www.kotabekasi.go.id (2005)
20
dengan tingginya tingkat pendidikan, pengetahuan, dan informasi yang dimiliki oleh konsumen buah akan menuntut standar mutu yang lebih baik. Masuknya buah impor tidak terlepas dari kemampuan buah impor dalam membentuk citranya sebagai buah yang bermutu, bergengsi, mudah diperoleh dipasaran, penampilan menarik serta mampu menunjukan status sosial pembeli buah tersebut. Agar buah nasional dapat bersaing dengan buah impor , maka buah nasional harus berbenah diri melalui peningkatan kualitas produk dan menjamin ketersediaan sepanjang waktu, selain itu hal yang paling penting untuk dapat bersaing dengan buah impor maka produksi buah nasional harus tetap memperhatikan pola konsumsi dan preferensi masyarakat akan buah. Rendahnya kesadaran akan pentingnya brand image oleh para petani buah kita, menyebabkan kalahnya produk-produk buah nasional kita di pasar dalam negeri sendiri. Walaupun dapat bertahan di pasar dalam negeri, buah-buah nasional (lokal) sebagian besar mengisi pasar-pasar tradisional saja. Sedangkan buah-buah impor mengisi baik di pasar tradisional dan juga merajai di pasar modern (supermarket). Hal memprihatinkan terjadi pada awal tahun 90an, ketika serbuan buah impor terutama buah dari Thailand merajai pasar dalam negeri. Banjirnya buah-buah berlabel Bangkok, seperti pepaya bangkok, jambu bangkok, durian bangkok dan sebagainya2. Hal tersebut mengubah pandangan konsumen dalam negeri, bahwa produk buah impor lebih unggul daripada buah nasional (lokal). Brand image yang tertanam di masyarakat perkotaan termasuk Kota Bekasi adalah buah impor memiliki kualitas yang lebih baik dari buah nasional. Di Kota Bekasi pada umumnya buah dipasarkan melalui supermarket, kios buah
2
www.sinarharapan.com (2002)
21
dan pedagang kaki lima. Ketiga pasar ini, selain tempat yang membedakan juga komposisi asal buah, jenis buah dan kualitas buah. Perbedaan tempat pemasaran buah akan mempengaruhi terhadap harga dan keputusan pembelian buah oleh konsumen. Di supermarket konsumen memiliki banyak pilihan buah, baik itu jenis dan jumlah buah atau asal buah yang lebih beragam dibandingkan dengan kios buah dan pedagang kaki lima. Supermarket merupakan tempat perdagangan yang menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari termasuk buah-buahan memberikan banyak pilihan dan kemudahan kepada konsumen untuk memperoleh barang yang diinginkan pada satu tempat. Pada masyarakat perkotaan seperti di Kota Bekasi supermarket adalah salah satu tempat perdagangan yang banyak didatangi untuk tujuan tertentu khususnya yang berhubungan dengan aktivitas jual beli. Jika dilihat dari lokasi supermarket yang banyak dibangun dipusat kota, dimana konsumen yang dekat dengan supermarket dengan kemudahan akses dalam berbelanja akan cenderung lebih konsumtif dan mementingkan gengsi dibandingkan dengan konsumen yang jauh dari supermarket. Sifat yang lebih konsumtif, jika dihadapkan pada pilihan buah impor dan buah nasional, konsumen yang dekat supermarket akan cenderung lebih banyak mengkonsumsi buah impor dibandingkan buah nasional. Sedangkan sebaliknya dengan konsumen yang jauh dari supermarket akan cenderung lebih banyak mengkonsumsi buah nasional dibandingkan dengan buah impor. Perubahan pandangan konsumen buah pada masyarakat perkotaan yang dekat dan jauh dari supermarket merupakan landasan untuk melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi buah di Kota Bekasi. Salah satu cara
22
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah yaitu dengan mengaplikasikan analisis regresi logistik dan untuk mengetahui perbedaan antar grup/kelompok pada faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah, maka dilakukan analisis diskriminan. Dengan analisis logistik, diharapkan keputusan pembelian konsumen buah yang beragam dapat diketauhi berdasarkan faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi konsumsi buah. Sedangkan dengan analisis diskriminan diharapkan dapat mengetahui perbedaan antar faktor kedalam grup berdasarkan jarak tempat tinggal responden dari supermarket. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum pola konsumsi buah pada konsumen rumah tangga di Kota Bekasi yang bertempat tinggal dekat dan jauh dari supermarket? 2. Faktor apa yang mempengaruhi pola konsumsi buah pada konsumen rumah tangga di Kota Bekasi yang bertempat tinggal dekat dan jauh dari supermarket? 3. Apakah ada perbedaan yang jelas antara grup pada variabel dependen faktor-faktor yang dianalisis?
23
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan pola konsumsi buah pada konsumen rumah tangga di Kota Bekasi yang bertempat tinggal dekat dan jauh dari supermarket. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah pada konsumen rumah tangga di Kota Bekasi yang bertempat tinggal dekat dan jauh dari supermarket. 3. Mengklasifikasikan perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah konsumen rumah tangga di Kota Bekasi yang bertempat tinggal dekat dan jauh supermarket.
1.4. Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan pihak-pihak yang terkait dalam sistem distribusi dan sistem agribisnis khususnya buah nasional, sehingga dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing pasar buah. 2. Bagi peneliti, mahasiswa, dan pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang preferensi konsumsi buah nasional dan buah impor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi/bahan penelitian lebih lanjut. 3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana untuk melatih diri dalam menganalisis perkembangan pola konsumsi buah pada rumah tangga.
24
1.5. Ruang Lingkup Penelitian 1. Responden yang digunakan adalah rumah tangga yang berdomisili di Kota Bekasi. 2. Dalam penelitian ini tidak dibedakan jenis dari setiap buah 3. Pola konsumsi buah di analisis secara deskriptif. 4. Analisis logistik dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah di Kota Bekasi. 5. Analisis diskriminan dilakukan untuk mengetahui grup dari variabel dependen yang dianalisis secara regresi logistik.
25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Buah Nasional Dengan memperhatikan potensi pasar dan sumberdaya yang tersedia, prioritas pengembangan komoditi buah-buahan menurut Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan (1990) dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok I adalah komoditi yang akan dikembangkan untuk mengurangi impor, yaitu apel, jeruk dan anggur. Kelompok II adalah komoditi buah-buahan yang akan dikembangkan untuk ekspor yang selama ini sudah dilaksanakan meliputi alpukat, sirsak, durian, mangga, rambutan dan lainnya. Sedangkan kelompok III adalah komoditi yang akan dikembangkan karena memiliki potensi ekspor yaitu pisang, sirsak, nenas, markisa, strawbery dan lainnya. Tabel 3. Sentra Produksi Buah di Indonesia No.
1.
Komoditas Buah
Mangga Manggis
2. Jeruk 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pisang Nenas Salak Rambutan Durian
Provinsi Sentra Produksi
NAD, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulteng, Sultra NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Babel, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim, Bali NAD, Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTT, Sulsel, Sultra, Kaltim, Kalbar, Kalsel Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, Sulsel, Kalsel Sumut, Riau, Sumsel, Lampung, Jabar, Jatim Sumut, Jabar, DIY, Jateng, Jatim, Bali, Sulsel, Sulut, Irian Jaya (Papua) NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalsel, Sulsel Sumut, Riau, Jambi, Sumbar, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Kalbar
Sumber: Direktur Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2002)
26
2.2. Ciri Produk Hortikultura (Buah-buahan) Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan iklim yang sangat potensial bagi pengembangan komoditi hortikultura. Salah satu diantara komoditi hortikultura adalah buah-buahan segar. Harjadi, et all dalam Febriani (2003) menyebutkan bahwa produk hortikultura termasuk buah mempunyai ciri sebagai berikut: 1) dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar sehingga bersifat mudah rusak (perishable) yang disebabkan karena masih adanya prosesproses kehidupan yang berjalan. 2) Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan kandungan bahan kering (dry matter). 3) Produk hortikultura bersifat meruah (voluminous atau bulky), sehingga sukar dalam pengangkutan dan memerlukan biaya mahal. 4) Harga pasar komoditi selain dipengaruhi oleh kuantitas juga dipengaruhi oleh mutunya (kualitas). 5) Bukan merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan dalam jumlah besar namun diperlukan sedikit-sedikit setiap hari. Bila tidak mengkonsumsinya tidak segera dirasakan akibatnya. 6) Produk hortikultura merupakan sumber vitamin dan mineral.
2.3 Konsumsi Buah-Buahan di Indonesia Buah-buahan adalah salah satu jenis hasil holtikultura disamping sayursayuran. Di dalam buah-buahan terdapat zat pembangun tubuh serta pengatur proses dalam tubuh berupa air mineral dan vitamin, oleh karena itu pemenuhan gizi tubuh, buah-buahan termasuk bahan pangan yang penting untuk dikonsumsi. Komposisi yang seimbang bagi tubuh bukan saja berupa karbohidrat dan protein, tetapi juga berupa vitamin yang pemenuhannya bersumber dari buah-buahan.
27
Konsumsi buah-buahan di Indonesia mulai tahun 1990-2002, mengalami banyak pergeseran tingkat konsumsi per kapita per tahun (tabel. 4), pada tahun 1990 jumlah rata-rata konsumsi buah indonesia 27,29 kg/kapita/tahun, kemudian pada tiga tahun berikutnya (1993,1996 dan 1999) konsumsi buah mengalami penurunan yaitu secara berurutan 23,25 kg/kapita/tahun, 21,49 kg/kapita/tahun, dan 10,98 kg/kapita/tahun. Penurunan konsumsi buah per kapita per tahun merupakan akibat dari adanya krisis ekonomi di Indonesia, pada Tabel 4. terlihat bahwa pada tahun 1999 terjadi penurunan drastis jauh di bawah anjuran konsumsi buah FAO yaitu 65,75 kg/kapita/tahun. Kemudian pada tahun 2002 tingkat konsumsi buah kembali meningkat hampir 90 persen dari tahun 1999 yaitu 18.25 kg/kapita/tahun. Seiring dengan kondisi perekonomian yang terus membaik, harga, jenis dan alternatif buah yang semakin beragam konsumsi buah diperkirakan akan meningkat. Tabel 4. Konsumsi per Kapita buah-buahan di Indonesia 1990-2002 No
Komoditi
1 Jeruk 2 Mangga 3 Apel 4 Alpukat 5 Rambutan 6 Duku 7 Durian 8 Salak 9 Nenas 10 Pisang 11 Papaya Jumlah Rata-rata perkembangan (%) Sumber
1990
1993
1996
1999
2002
(Kg/kapita/ thn)
(Kg/kapita/ thn)
(Kg/kapita/ thn)
(Kg/kapita/ thn)
(Kg/kapita /thn)
0.88 0.42 0.10 0.26 4.78 1.14 1.25 0.42 1.09 13.83 3.12 27.29
0.94 0.52 0.21 0.16 3.48 0.16 0.52 0.62 1.04 12.58 3.02 23.25
1.30 2.13 0.68 0.21 2.44 0.16 0.52 1.20 0.94 9.05 2.86 21.49
1.18 0..26 0.15 0.26 1.95 0.05 0.15 0.72 0.66 1.23 4.37 10.98
1.95 0.30 0.61 0.25 7.35 1.80 0.92 0.92 0.46 2.36
11.16
-14.80
-7.57
48.90
: BPS dalam Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura,2002
18.25 66.21
28
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu 2.4.1. Preferensi Konsumen Buah Adelina (1996) melakukan penelitian tentang analisis preferensi konsumen dan pilihan usaha pedagang pengecer terhadap buah lokal dan buah impor (studi kasus
di
Kotamadya
Bogor)
dengan
menggunakan
teknik
the
after
consumptioning technique untuk mengetahui posisi buah sub tropis impor dan lokal pada tingkat konsumen. Data tentang preferensi konsumen hasil tes produk, preferensi konsumen dan pedagang pengecer diolah dengan menggunakan analisis korespondensi pada program SAS 604 untuk melihat posisi buah pada peta konfigurasi. Sedangkan untuk melihat segmentasi pasar buah lokal digunakan tabulasi sederhana. Hasil dari tes produk terhadap buah sub tropis impor dan lokal menunjukan bahwa buah sub tropis impor ditinjau dari atribut fisik buah, lebih disukai dibanding buah lokal, hal ini menunjukan bahwa atribut fisik buah impor lebih baik dari pada buah lokal. Namun dari hasil analisis preferensi konsumen terhadap buah impor dan lokal menunjukan bahwa buah lokal masih disukai daripada buah impor, faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen adalah harga. Rahmawati (2000) melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap atribut buah-buahan di Kotamadya Bogor dengan menerapkan analisis konjoin. Buah-buahan yang diteliti adalah jenis buah yang sering dikonsumsi keluarga, terdiri dari jeruk, pepaya, pisang, mangga, dan apel. Nilai kegunaan analisis konjoin data gabungan, secara umum untuk lima jenis buah yang dianalisis menunjukan taraf buah yang diinginkan responden adalah buah yang
29
matang, ukuran sedang, kecuali untuk buah rambutan respoden lebih menyukai ukuran yang besar, kulit bersih, daging buah agak keras kecuali pisang (lunak) serta sering tersedia di pasar, sedangkan warna dan rasa buah cenderung relatif untuk masing-masing jenis buah. Febriani (2003) melakukan penelitian tentang Analisis segmentasi gaya hidup dan perilaku konsumsi buah segar dikecamatan Serang Propinsi Banten menggunakan analisis faktor untuk mendapatkan variabel dominan yang akan digunakan untuk analisis Cluster. Variabel dominan yang dipilih adalah yang memiliki nilai communality lebih besar dari 70 persen. Analisis faktor dilakukan terhadap seluruh aspek dimensi gaya hidup, yang tercakup kedalam aktivitas, minat dan opini terhadap diri dan lingkungannya. Analisis Cluster digunakan untuk mendapatkan segmen gaya hidup. Analisis secara deskriptif digunkan untuk melihat perilaku/karakteristik konsumen dalam mengkonsumsi buah. Dari hasil analisis Cluster, segmen yang terbentuk adalah segmen “pekerja keras yang optimis” (15 persen), “pemburu sukses” (dua persen), “kelompok marginal” (15 persen), “idealis yang berhasil” (27 persen), dan “bertahan hidup” (lima persen). Perilaku konsumsi buah segar pada masing-masing segmen gaya hidup, menujukan gaya hidup yang berbeda: sebagian besar segmen mengkonsumsi buah untuk memenuhi kebutuhan mereka akan komposisi gizi yang seimbang. Alasan lain yang ditemukan adalah rasa yang sesuai, harga yang murah, kandungan serat, dan sebagai pencuci mulut. Kriteria yang dipilih hampir oleh semua segmen adalah rasa yang sesuai, sedangkan kriteria lainnya adalah ukuran yang besar dan warna yang menarik. Pilihan tempat pembelian pada segmen “ pekerja keras yang
30
optimis”, “idealis yang berhasil”, dan kelompok “marjinal” adalah kios buah. Sedangkan tempat membeli segmen “pemburu sukses” adalah pasar tradisional dan super market. Pasar tradisional merupakan pilihan dari segmen “bertahan hidup”. Jenis buah yang dominan yang dibeli oleh semua segmen adalah jenis lokal. Sebagian besar anggota segmen “pekerja keras yang optimis” beranggapan bahwa buah merupakan kebutuhan pokok, akan tetapi mereka tidak bisa mengkonsumsi setiap hari, sedangkan bagi sebagian besar anggota segmen “ kelompok marginal “ dan “bertahan hidup” buah bukan merupakan kebutuhan pokok dan mereka tidak bisa mengkonsumsinya setiap hari, dan pada segmen “idealis yang berhasil” sebagian besar segmen menganggap buah adalah adalah kebutuhan pokok yang bisa dikonsumsi setiap hari. 2.4.2. Analisis Regresi Logistik Eveline (1998) menganalisa perilaku konsumsi buah segar konsumen rumah tangga dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan analisis model logistik.
Konsumen dari ketiga golongan (atas, menengah dan bawah) lebih
banyak menyukai buah nasional dengan alasan berturut-turut yaitu harga yang terjangkau, rasa yang khas, dan suplai yang selalu ada.
hampir tidak ada
konsumen yang memilih bahwa kualitas buah nasional lebih baik dari buah impor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga buah nasional maupun buah impor merupakan faktor penting bagi konsumen dalam mempertimbangkan pemilihan buah nasional dan buah impor. Rahmawati (2004) menganalisa persepsi konsumen terhadap atribut manggis yang tersedia di pasar dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tempat pembelian manggis oleh konsumen rumah tangga dengan analisis model
31
logit atau logistik.
Konsumen rumah tangga mempunyai persepsi yang baik
terhadap manggis untuk atribut rasa, warna daging buah, ukuran, dan warna kulit manggis, sedangkan kebersihan kulit, harga, kekerasan kulit, dan ketersediaan buah merupakan atribut yang dipersepsikan buruk. Untuk hotel yang persepsi tertinggi mulai dari yang paling disukai adalah rasa, ukuran, warana daging buah, kebersihan kulit, warna kulit, harga, ketersediaan, dan kekerasan kulit. Faktorfaktor yang signifikan mempengaruhi konsumen rumah tangga dalam membeli manggis apakah di pasar swalayan atau tradisioanal adalah harga, frekuensi pembelian, dan rata-rata jumlah pembelian manggis. Untuk hotel ketersediaan merupakan faktor pertama yang mempengaruhi keputusan untuk menyediakan manggis, diikuti faktor negara mayoritas pengunjung, permintaan, harga, atribut fisik buah, dan terakhir adalah faktor anggaran.
32
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah produk dan jasa yang diminta oleh konsumen. Konsep dasar dari permintaan konsumen adalah kuantitas suatu komoditi yang mampu dan ingin dibeli oleh konsumen pada suatu tempat dan waktu tertentu pada berbagai tingkat, faktor lain yang tidak berubah (cateris paribus). Dalam istilah ekonomi, permintaan mengacu pada jumlah produk yang rela dan mampu dibeli oleh orang-orang berdasarkan sekelompok kondisi tertentu. Kebutuhan atau keinginan merupakan komponen yang diperlukan tetapi harus disertai dengan kemampuan keuangan sebelum permintaan ekonomi tercipta. Jadi, dalam permintaan ekonomi memerlukan para pembeli potensial dengan keinginan untuk menggunakan atau memiliki sesuatu dan kemampuan keuangan untuk memperolehnya (Papas dan Hirschey, 1995). Sedangkan
menurut
Lipsey
(1992)
permintaan
suatu
komoditi
didefinisikan sebagai seperangkat hubungan antara harga dan jumlah komoditi yang diminta pada tingkat harga tertentu, sedangkan permintaan pasar suatu komoditi adalah penjumlahan dari permintaan individu suatu komoditi. Menurut Sudarsono dalam Komarudin (2005) permintaan diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan, tetapi bila dipikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang dipasar mempunyai harga. Dengan kata lain permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli permintaan barang. Permintaan yang didukung oleh kekuatan tenaga beli tersebut permintaan efektif, sedangkan
33
permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut atau potensial. Permintaan merupakan fungsi yang dipengaruhi oleh banyak variabel (multivariate function). Menurut ilmu ekonomi, permintaan suatu komoditi dipengaruhi oleh harga komoditi itu sendiri, harga komoditi barang substitusi dan komplemen, pendapatan konsumen, serta selera. Harga komoditi itu sendiri dan harga barang komplementer memiliki hubungan negatif yang artinya bila terjadi peningkatan harga komoditi itu sendiri maka permintaan terhadap komoditi tersebut akan menurun. Sedangkan harga variabel harga barang substitusi, pendapatan dan selera keduanya memiliki hubungan yang positif dengan permintaan sehingga bila terjadi kenaikan harga barang substitusi, pendapatan konsumen atau peningkatan selera akan meningkatkan permintaan terhadap komoditi tersebut, cateris paribus (Raharja dalam Komarudin, 2005)
3.1.2. Tahapan Keputusan Pembelian Konsumen Proses keputusan konsumen dalam menentukan lokasi pembelian dapat diurutkan berdasarkan tahap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Engel et all (1994) tahapan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi hasil. 3.1.2.1. Pengenalan Kebutuhan Dalam
tahap
pengenalan
kebutuhan,
konsumen
mempersepsikan
perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Proses pembelian suatu
34
produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Adanya kebutuhan tersebut disebabkan oleh konsumen yang merasakan adanya ketidaksesuaian itu berada di bawah ambang, maka pengenalan kebutuhan pun tidak terjadi (Engel et all, 1994). 3.1.2.2. Pencarian Informasi Dalam tahap pencarian informasi, konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (Engel et all, 1994). Seberapa besar pencarian informasi yang dilakukan seseorang tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi tambahan, nilai yang diberikan pada informasi tambahan dan keputusan yang diperoleh dari pencarian tersebut. Bila informasi yang didapat dari pencarian internal tidak memadai untuk memberi arah tindakan, maka pencarian eksternal akan dilakukan. Pada tahap ini, perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan dicari konsumen. Menurut Sumarwan (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian informasi terdiri dari : a. Faktor resiko produk, faktor-faktor yang berkaitan dengan resiko produk adalah: resiko keuangan, resiko fungsi, resiko psikologis, resiko waktu, resiko sosial dan resiko fisik. b. Faktor karakteristik konsumen, meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi konsumen. c. Faktor situasi, yaitu keadaan lingkungan yang dihadapi oleh seseorang konsumen, waktu yang tersedia untuk belanja, jumlah produk yang tesedia,
35
lokasi toko, ketersediaan informasi, kondisi psikologis konsumen, resiko sosial dari situasi dan tujuan berbelanja. 3.1.2.3. Evaluasi Alternatif Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih (Engel et all, 1994). Evaluasi altenatif sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap evaluasi konsumen harus dapat: (1) menentukan kriteria informasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, (2) memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, (3) menilai kinerja altenatif yang dipertimbangkan, serta (4) memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat keutusan akhir. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen membentuk kepercayaan, sikap dan intensinya mengenai alternatif produk yang dipertimbangkan tersebut. Proses evaluasi alternatif dan proses pembentukan kepercayaan dan sikap adalah proses yang sangat terkait erat. Evaluasi alternatif muncul karena banyaknya alternatif pilihan. Pilihan mengenai merek mesin cuci, jenis mesin cuci dan harga mesin cuci. Konsumen akan memiliki seperangkat atribut mesin cuci yang akan digunakan sebagai dasar dalam mengevaluasi alternatif. Atribut tersebut bisa berupa ukuran, harga, penggunaan listrik, dan sebagainya. Konsumen akan memilih merek yang akan memberikan manfaat yang diharapkannya (Mowen dan Minor dalam Sumawan, 2002).
36
3.1.2.4. Pembelian Menurut Sumawan (2002) pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, di mana membeli, dan bagaimana cara membayarnya. Termasuk di dalamnya adalah toko di mana dia akan membelinya serta cara pembayaran apa yang akan dilakukannya. Apakah dia akan membayar tunai atau cicilan. Sehingga yang harus diperhatikan disini adalah keinginan yang sudah bulat untuk membeli suatu produk seringkali harus dibatalkan karena beberapa alasan, yaitu sebagai berikut : a. Motivasi
yang
berubah,
konsumen
mungkin
merasakan
bahwa
kebutuhannya bisa terpenuhi tanpa harus membeli produk tersebut, atau ada kebutuhan lain yang lebih diprioritaskan. b. Situasi yang berubah, tiba-tiba nilai dolar menjadi mahal, sehingga uang yang tersedia menjadi tidak cukup untuk membeli produk tersebut. c. Produk yang akan dibeli tidak tersedia, bisa menjadi penyebab konsumen tidak tertarik lagi membeli produk tersebut. 3.1.2.5. Evaluasi Hasil Pembelian Setelah keputusan pemilihan lokasi pembelian, konsumen tidak akan berhenti hanya tahap pembelian. Konsumen akan mengevaluasi keputusan pemilihan lokasi pembelian. Pada tahap ini konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan (Engel et all, 1994).
37
3.1.3. Evaluasi Pasca Keputusan Pembelian Menurut Sumawan (2002) teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terbentuk adalah the expectancy disconfirmation model, yang mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Menurut Sumawan (2002) ketika konsumen membeli suatu produk, maka ia memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi (product performance). Produk akan berfungsi sebagai berikut : a. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Jika ini terjadi, maka konsumen akan merasa puas. b. Produk berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai konfirmasi sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak memberikan rasa puas, dan produk tersebut pun tidak mengecewakan konsumen. Konsumen akan memeliki perasaan netral. c. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang disebut diskonfirmasi negatif (negative disconfirmation). Produk yang berfungsi lebih buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen merasa tidak puas.
38
3.1.4. Analisis Regresi Logistik Model logit atau regresi logistik tidak jauh berbeda dengan regresi linear biasa, yaitu menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas dengan sejumlah variabel bebas yang mempengaruhinya. Perbedaannya variabel tak bebas dalam regresi logistik bersifat biner atau dikotomi yakni memiliki nilai yang diskontinu 1 dan 0. Model logit adalah salah satu model Binary dalam Qualitative Choice. Model qualitative choice merupakan suato model dimana respon variabel terikat (Y) bersifat memihak kepada 1 dari 2 atau lebih pilihan yang ada. Model ini juga menggambarkan bagaimana peluang atau kemungkinan terpilihnya salah satu dari sejumlah pilihan yang tersedia. Variabel terikat (Y) dibuat dalam bentuk dummy (0,1,2,3,...). Untuk model yang terdiri dari dua alternatif pilihan (0,1) sering disebut dengan Binary Choice Model (Gusti Nugraha dalam Yulinar, 2005). Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis logistik mengkaji hubungan pengaruh peubah penjelas (X) terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Apabila peubah Y berupa peubah dengan sekala numerik, maka analisis yang diterapkan dapat menggunakan metode kuadrat terkecil biasa. Pada beberapa bidang terapan peubah Y berupa peubah kategorik, misalnya dalam kajian mengenai pengaruh umur, jenis kelamin dan tingkat pendapatan terhadap membeli tidaknya seseorang pada suatu produk yang dijual dengan harga tertentu. Berdasarkan tipe peubah kategorik peubah Y, analisis regresi logistik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu regresi logistik biner, regresi logistik nominal, regresi logistik ordinal. Secara umum analisis regresi logistik menggunakan
39
peubah penjelas berupa peubah kategorik ataupun peubah numerik untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Dengan kata lain regresi logistik merupakan suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian tertentu dari kategorik peubah respon. Dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi, atau ukuran keeratan antar peubah kategori. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran asosiasi sering merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapat. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd. Sedangkan odd dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon, adapun rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya.
3.1.5. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan adalah teknik multivariat yang termasuk dependen method, yakni adanya variabel dependen dan independen. Analisis diskriminan pada prinsipnya untuk mengelompokan setiap objek ke dalam dua atau lebih kelompok berdasarkan pada kriteria sejumlah variabel bebas. Pengelompokkan ini bersifat mutually exclusive, dalam artian jika obyek A sudah termasuk kelompok satu, maka tidak mungkin menjadi anggota kelompok dua. Analisis kemudian dapat dikembangkan pada variabel mana saja yang membuat kelompok satu berbeda dengan kelompok dua, berapa persen yang masuk kelompok satu, berapa persen yang masuk kelompok dua dan seterusnya. Ciri analisis diskriminan adalah
40
jenis data dari variabel dependen bertipe nominal (kategori), seperti kode 0 dan 1, atau kode 1, 2 dan 3. Teknik analisis diskriminan dibedakan menjadi dua yaitu diskriminan dua kelompok/kategori, jika variabel bebas Y dikelompokkan menjadi dua diperlkan satu fungsi diskriminan. Jika variabel bebas dikelompokkan menjadi lebih dari dua kelompok disebut analisis diskriminan berganda (multiple discriminant analysis), maka diperlukan fungsi diskriminan sebanyak (k-1) untuk k kategori. Tujuan analisis diskriminan : 1. membuat suatu fungsi diskriminan atau kombinasi linear dari prediktor atau variabel bebas yang bisa mendiskriminasi atau membedakan kategori variabel tak bebas atau criterion atau kelompok, artinya mampu membedakan suatu objek masuk kelompok kategori yang mana. 2. menguji apakah ada perbedaan signifikan antara kategori/kelompok di kaitkan dengan variabel bebas atau prediktor. 3. menentukan prediktor/variabel bebas yang memberikan pengaruh terbesar terhadap terjadinya perbedaan antar kelompok. 4. mengklarifikasi/mengelompokan objek/kasus atau responden kedalam suatu kelompok/kategori didasarkan pada nilai variabel bebas. 5. mengevaluasi tingkat akurasi klasifikasi (the accuracy of clasification)
41
3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual Meningkatnya pendapatan serta perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, mendorong bergesernya pola konsumsi dari pangan yang banyak mengandung karbohidrat ke konsumsi pangan yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral. Pangan yang kaya vitamin dan mineral umumnya berasal dari sayuran dan buah-buahan. Konsumen buah rumah tangga di Kota Bekasi yang merupakan masyarakat perkotaan memiliki sikap yang lebih kritis dalam menentukan pilihan konsumsi pangan termasuk untuk mengkonsumsi buah-buahan. Sikap yang lebih kritis dalam menentukan pilihan buah yang dikonsumsi mengakibatkan terbukanya peluang untuk pemasaran buah nasional dan buah impor, dimana buah yang dianggap sesuai dengan kriteria konsumen merupakan buah yang di pilih. Perbedaan kriteria dalam menentukan pilihan buah yang dikonsumsi menyebabkan perbedaan pola konsumsi konsumen. Untuk mengetahui alasan perbedaan
pola
konsumsi
buah
perlu
di
pahami
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan tabulasi deskriptif , analisis regresi logistik dan analisis diskriminan. Faktor-faktor yang diteliti dengan alat analisis regresi logistik dan analisis diskriminan adalah jarak, frekuensi pembelian, jumlah konsumsi, tempat pembelian, kapasitas daya listrik, pendidikan, jumlah keluarga dan umur. Faktor-faktor ini digunakan karena diasumsikan bahwa konsumen buah akan berbeda pola konsumsinya karena pengaruh faktor-faktor tersebut. Misalnya konsumen yang bertempat tinggal dekat dari supermarket diasumsikan akan
42
mengkonsumsi buah impor dan konsumen yang bertempat tinggal jauh dari supermarket diasumsikan akan mengkonsumsi buah nasional. Berdasarkan hasil tabulasi deskriptif diketahui pola konsumsi buah konsumen rumah tangga. Dari hasil analisis regresi logistik diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi buah rumah tangga sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah di Kota Bekasi. Sedangkan analisis diskriminan menghasilkan kelompok faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah berdasarkan pilihan buah impor dan buah nasional.
43
Konsumen Buah Rumah Tangga Di Kota Bekasi
Pola Konsumsi Buah Rumah Tangga
Faktor-Faktor yang di Analisis 9 9 9 9 9 9 9 9
Jarak Frekuensi pembelian Jumlah konsumsi Tempat pembelian Kapasitas daya listrik Pendidikan Jumlah keluarga Umur
Analisis Logistik
Tabulasi Deskriptif
Deskripsi Pola Konsumsi Buah
Analisis Diskriminan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
Klasifikasikan faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
Buah Nasional atau Buah Impor
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
44
3.3. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran hipotesis yang digunakan adalah konsumsi buah untuk masing-masing rumah tangga berbeda, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jarak, frekuensi, jumlah konsumsi buah, harga buah, tempat pembelian, Kapasitas daya listrik, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan umur. 1.
Konsumen dengan jarak tempat tinggal dekat dari supermarket akan mengkonsumsi buah impor. Sedangkan konsumen yang bertempat tinggal jauh dari supermarket akan mengkonsumsi buah nasional.
2.
Semakin tinggi frekuensi pembelian buah maka konsumen akan mencari buah dengan kualitas yang baik, sehingga konsumen akan mengkonsumsi buah impor.
3.
Semakin besar jumlah buah yang dikonsumsi akan mengakibatkan konsumen mencari buah dengan harga murah dan akan mengkonsumsi buah nasional.
4.
Tempat pembelian akan mempengaruhi pola konsumsi buah karena supermaket akan menawarkan buah yang beragam dan buah impor merupakan buah yang banyak ditawarkan, sehingga konsumen akan mengkonsumsi buah impor.
5.
Kapasitas daya listrik terpasang mempengaruhi pola konsumsi karena semakin besar daya listrik yang digunakan maka konsumen akan mengkonsumsi buah impor.
6.
Konsumen dengan tingkat pendidikan tinggi akan mengkonsumsi buah dengan kualitas baik sehingga memilih buah impor.
45
7.
Keluarga dengan jumlah anggota yang besar akan membeli buah dengan jumlah yang banyak dengan harga yang murah sehingga akan mengkonsumsi buah nasional.
8.
Konsumen dengan umur tua akan mencari buah dengan harga murah sehingga akan berpeluang mengkonsumsi buah nasional.
46
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei terhadap rumah tangga sebagai konsumen buah. Survei terhadap konsumen buah dilakukan di Kota Bekasi. Pemilihan Kota Bekasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Bekasi merupakan salah satu daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Jawa Barat dan memiliki pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk buah-buahan yang cenderung meningkat setiap tahunnya sehingga merupakan salah satu daerah tujuan pemasaran buah-buahan yang potensial. Alasan lain Kota Bekasi merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat karena merupakan kawasan perindustian dan perdagangan Jabotabek. Survei terhadap konsumen buah dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2005.
4.2. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer dikumpulkan dengan metode survei berupa wawancara berdasarkan kuisioner kepada responden yang terdiri atas rumah tangga sebagai konsumen buah. Untuk melengkapi data primer, dibutuhkan data-data sekunder antara lain data produksi, konsumsi
buah di Indonesia. Data sekunder diperoleh dari
berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Tanaman Buah-Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanian. Pusat
47
Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian.
4.3. Metode Pengambilan Responden Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kebetulan (convinience sampling) sering juga disebut sebagai accidental sampling technique, karena dalam teknik sampel ini anggota sampel adalah konsumen rumah tangga yang mudah ditemui atau yang berada pada waktu dan tempat yang tepat. Sampel yang diambil menjadi responden adalah rumah tangga di Kota Bekasi yang dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan jarak tempat tinggal responden dari supermarket. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 90 orang, dibagi atas 45 orang responden rumah tangga yang bertempat tinggal dekat dari supermarket dan 45 orang responden rumah tangga bertempat tinggal jauh dari supermarket. Penentuan tempat tinggal responden dekat atau jauh dari supermarket didasarkan pada data supermarket dari Badan Pusat Statistik Kota Bekasi tahun 2004 dan peta demografi Kota Bekasi tahun 2005 serta peta digital macro media tahun 2003. Kategori tempat tinggal responden dekat dari supermarket adalah responden yang berada dalam radius lima Kilometer dari supermarket terdekat, sedangkan tempat tinggal responden yang lebih dari lima Kilometer dari supermarket terdekat masuk dalam kategori jauh. Pengambilan sampel dilakukan di seluruh kecamatan di Kota Bekasi, dalam setiap kecamatan diambil satu sampai dengan tiga kelurahan dan tiap kelurahan diambil masing-masing lima responden (Lampiran 1.). Sedangkan responden yang diambil menjadi sampel adalah konsumen yang sudah berumah
48
tangga, dimana sampel adalah orang yang mengambil keputusan atau yang lebih tahu tentang konsumsi buah dalam rumah tangga tersebut.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.4.1. Tabulasi Deskriptif Tabulasi deskriptif merupakan alat untuk menggambarkan data latar belakang konsumen sebagai responden dari kuisioner yang bersifat umum. Berdasarkan hasil tabulasi ini diperoleh informasi mengenai karakteristik konsumen dan prioritas konsumen yang mewakili konsumen buah. Proses pengambilan keputusan pembelian buah nasional dan buah impor secara umum dilihat dari proporsi pengeluaran responden untuk pangan khususnya buah. Proporsi pembelian buah baik itu buah lokal maupun buah impor dilihat dari jumlah pembelian per bulan dan jumlah buah yang telah dikonsumsi dalam waktu satu minggu dan satu bulan terakhir. 4.4.2. Analisis Model Logistik Model logit sering disebut dengan model logistik, nilai variabel dependennya mengambil nilai antara 0 dan 1. Bentuk fungsi dari model logistik adalah : Ln[P / 1-P] = α + βx + µ P adalah nilai peluang dari variabel tak bebas yang nilainya biner yaitu 0 dan 1. Nilai P diperoleh dari: Y = Prob(Y =1) = 1/1 + e – (α + βx + µ ) Nilai harapan (Y | X) dinyatakan dalam peluang didapat dari : E (Y | X) = h(X) = e g (x)/1 + e g (x)
49
Ukuran yang sering digunakan untuk melihat hubungan antara peubah bebas dan peubah tidak bebas dalam model logistik adalah nilai odds ratio. Nilai odds ratio menunjukkan perbandingan peluang Y=1 dan Y=0. Nilai ini diperoleh dari perhitungan eksponensial dari koefisien estimasi (β) atau exp (β). odds ratio (Ψi) = [P (xi)/1 – P (xi)] atau exp (β). Untuk melihat kesesuaian model para regresi logistik maka digunakan uji rasio likelihood. Nilai ini didapat dengan cara membandingkan nilai G hitung dengan nilai Chi-square. G hitung = 2 { nilai log likelihood – [ n1 ln (n1) + n0 ln (n0) – n ln (n)] } dimana, G = nilai rasio likelihood logaritma tanpa variabel tak bebas; n1 = jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P (Y=1); n0 = jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P (Y=0); n = jumlah total sampel. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah. Responden dihadapkan pada dua pilihan membeli buah impor atau buah nasional. Keputusan pembelian antara buah impor atau buah nasional sebagai variabel tak bebas yang diduga dipengaruhi oleh sejumlah variabel bebas yaitu jarak responden dengan supermarket, frekuensi pembelian buah, jumlah buah, tempat pembelian, pendapatan rumah tangga, pengeluaran khusus pangan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, umur responden, maka model regresi logistik dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut Yi = b0 + b 1 X1 + b 2 X2 + b 3 X3 + b 4 X4 + b 5 X5 + b 6 X6 + b 7 X7 + b 8 X8 + ε Keterangan : Yi = variabel tak bebas dimana, Yi = (0) bila konsumen lebih banyak mengkonsumsi buah impor Yi = (1) bila konsumen lebih banyak mengkonsumsi buah nasional b0 = intersep model garis regresi b1 = slope model garis regresi
50
ε = komponen galat yang mewakili deviasi respon X1 = jarak rumah responden dari supermarket (dummy) Nilai, X1 = (0) dekat dari supermarket X1 = (1) jauh dari supermarket X2 = frekuensi pembelian (kali/bulan) X3 = jumlah buah (Kg/bulan) X4 = tempat pembelian buah 0) pedagang kaki lima 1) kios buah 2) supermarket/swalayan X5 = kapasitas daya listrik terpasang (Watt) X6 = tingkat pendidikan 0) sekolah dasar dan sekolah menengah pertama 1) sekolah menengah atas 2) perguruan tinggi X7 = jumlah keluarga (orang) X8 = umur responden (tahun) Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan model fungsi logistik menggunakan program komputer Minitab 13. 4.4.3. Analisis Diskriminan Diskriminan analisis termasuk dalam multivariate dependence method, dengan model : Di Keterangan : Di Xij b0 b1
= b0 + b1 Xi1 + b2 Xi2 + b3 Xi3 ... + bj Xij = nilai variabel tak bebas diskriminan dari responden (objek) ke-i = variabel bebas ke-j dari responden ke-i, = intersep model garis regresi = slope model garis regresi
untuk mengukur seberapa kuat asosiasi antara skore diskriminan dan kelompoknya dilakukan uji korelasi kanonikal (canonical correlation). Korelasi kanonikal merupakan ukuran antara fungsi diskriminan tunggal dan set variabel dummy yang membentuk anggota kelompok.
51
Skor diskriminan merupakan hasil kali dari koefisien yang tidak di bakukan dengan nilai variabel dan di jumlahkan dengan konstanta. Skor diskriminan di rumuskan sebagai berikut : k
Di = b0 + ∑ b j X ij j =1
Keterangan : Di b0 b1 Xij
= skor diskriminan = intersep model garis regresi (konstanta) = slope model garis regresi ke-j = variabel bebas ke-j dari responden ke-i,
Eigenvalue digunakan untuk melihat besarnya rasio sum of squares (SS) antara kelompok dengan (SS) dalam kelompok (SSb/SSw), yaitu semakin besar nilai eigenvalue maka semakin bagus fungsi diskriminan. Sedangkan wilk’s lamda digunakan untuk melihat apakah fungsi diskriminan ke-i secara nyata dapat digunakan sebagai pembeda antar grup. Jika nilai wilk’s lamda < 5%, maka fungsi diskriminan scara nyata dapat digunakan. SSw atau Wi dapat dirumuskan sebagai berikut : ni
Wi = ∑ ( X ij − X i )( X ij − X i )' dan W = W1 + W2 + .... + WG i =1
Keterangan : Wi
= matrik jumlah kuadrat dan jumlah cross products di koreksi dengan rata-rata untuk grup/kelompok i (within group)
Sedangkan SSb di rumuskan sebagai berikut : B=T–W dimana T dirumuskan sebagai berikut : G
ni
T = ∑∑ ( X ij − X )( X ij − X )' i =1 i =1
52
Keterangan : B = matrik jumlah kuadrat dan jumlah cross products antar kelompok (between group) T = matrik jumlah kuadrat dan jumlah cross products secara menyeluruh (total) untuk seluruh n X i = vektor rata-rata observasi dalam kelompok ke-i X = vektor grand mean untuk seluruh n
Definisikan komposit linear
D = bTX,
dimana bT transpose b adalah [b0, b1, b2,…,bk] sebagai vektor kolom dan bT vektor baris.
⎛ 1 ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ X1 ⎟ ⎜X ⎟ D = (b0 , b1 , b2 ,..., bk )⎜ 2 ⎟ = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + ... + bk X k ⎜ X3 ⎟ ⎜ ... ⎟ ⎜ ⎟ ⎜X ⎟ ⎝ k⎠ Keterangan : b = vektor koefisien diskriminan atau timbangan (weight) kemudian dengan menggunakan referensi D, sum of squares antara kelompok dan dalam kelompok mesing-masing bisa di tulis sebagai berikut : bT, Bb, dan bT, Wb. agar bisa mendeskripsikan kelompok secara maksimal, fungsi diskriminan D harus diestimasi untuk memaksimumkan variabilitas antar kelompok. Koefisien b dihitung dengan membuat λ maksimum, yaitu : Maxλ =
b T Bb b T Wb
Keterangan : λ = rasio antara jumlah kuadrat antara kelompok dengan jumlah kuadrat dalam kelompok, yang harus dibuat maksimum.
53
Dengan mengambil partial derivative menurut λ kemudian menyamakannya dengan nol. Diperoleh persamaan : (B – λ W)b = 0 Untuk mencari b, perlu kita mengalikannya dengan W-1 (inverse metrik W), diperoleh persamaan karakteristik (characteristics equation). (W-1 B – λI) b = 0 Nilai λ yang maksimum merupakan eigenvalue terbesar dari matrik W-1 B dan b adalah associated eigenvector. Elemen b, seperti b1 sampai dengan bk merupakan koefisien diskriminan atau timbangan (weight), berasosiasi dengan fungsi diskriminan pertama. Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan model diskriminan menggunakan program komputer SPSS versi 12..
54
4.5. Definisi Operasional
(1.)
Perilaku konsumen, didefinisikan sebagai tindakan individu atau
kelompok yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. (2.)
Pola konsumsi, merupakan kebiasaan dan susunan konsumsi buah yang
dipilah menurut besarnya kontribusi dari masing-masing jenis buah terhadap total konsumsi buah yang dikonsumsi. (3.)
Asal buah, adalah istilah untuk menunjukan tempat buah di
produksi/dibudidayakan (impor atau nasional). (4.)
Buah Nasional, yaitu buah-buahan jenis tropika yang terdapat di dalam
negeri Indonesia contohnya durian, pisang, mangga, rambutan, manggis dan lain sebagainya. (5.)
Buah Impor, yaitu buah-buahan jenis sub tropika yang didatangkan
dari luar negeri contohnya apel, anggur, pear, kiwi dan lain sebagainya. (6.)
Responden Penelitian, dalam penelitian ini merupakan konsumen akhir
dari rantai tataniaga buah-buahan yaitu konsumen rumah tangga yang berada pada lokasi yang ditentukan. (7.)
Konsumen Rumah Tangga, yaitu rantai terakhir dari tataniaga yang
terdiri dari konsumen-konsumen individu sebagai anggota keluarga. (8.)
Rumah Tangga, adalah keluarga inti (suami, isteri dan anak) ditambah
kerabat lainnya yang tinggal dalam satu rumah dan makan dari satu dapur.
55
(9.)
Jumlah Anggota Keluarga, adalah jumlah individu-individu dalam
rumah tangga yang dinyatakan dalam jumlah orang. (10.) Pendapatan Rumah Tangga, adalah jumlah pendapatan total rumah tangga konsumen dari berbagai sumber yang merupakan pendapatan per bulan dinyatakan dalam Rupiah. (11.) Harga, adalah nilai jual yang ditawarkan pasar kepada konsumen. (12.) Pekerjaan, adalah kegiatan yang dilakukan oleh responden dengan tujuan untuk mendapatkan dan menambah penghasilan keluarga. (13.) Tingkat Pendidikan, adalah tingkat pendidikan formal terkahir yang ditempuh responden. (14.) Frekuensi Konsumsi, adalah jumlah kali mengkonsumsi dalam satuan waktu yang ditentukan. (15.) Frekuensi pembelian, adalah jumlah kali membeli barang dalam satuan waktu tertentu. (16.) Tempat Pembelian, adalah tempat asal responden mendapatkan barang yang akan dikonsumsi. (17.) Alasan
Mengkonsumsi,
mempengaruhi
responden
adalah dalam
hal-hal
yang
mengambil
mendasari keputusan
dan untuk
mengkonsumsi. (18.) Umur, adalah menunjukan waktu antara lahir sampai dengan waktu sekarang. (19.) Jarak dari supermarket, adalah menunjukan jarak tempat tinggal konsumen dari supermarket berdasarkan satuan ukur Km.
56
(20.) Supermarket/swalayan, adalah perusahaan dagang yang tidak melakukan produksi tetapi hanya membeli produk untuk dijual, dalam hal ini disebut pengecer (retailer). (21.) Analisis regresi logistik, adalah bagian dari analisis regresi yang dapat mengkaji hubungan pengaruh peubah penjelas terhadap respon, dimana peubah respon dapat berupa kategorik dan numerik. (22.) Regresi logistik biner, adalah bagian dari regresi logistik yang dibedakan berdasarkan tipe peubah kategori peubah Y. (23.) Odds ratio, adalah rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. (24.) Nilai koefisien, adalah nilai hasil analisis regresi logistik yang menyatakan hubungan antara peubah respon dengan respon. (25.) Analisis diskriminan, adalah teknik multivariate yang termasuk dependence method yang bertujuan untuk membedakan antar grup pada variabel dependen. (26.) Grup/kelompok, adalah kumpulan dari variabel dependen berdasarkan variabel independen.
57
BAB V KEADAAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106055’ bujur timur dan 607’ – 6015’ lintang selatan dengan ketinggian 19 m diatas permukaan laut. Letak Kota Bekasi sangat strategis, dimana wilayahnya merupakan perbatasan antara dua Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Batas-batas wilayah administrasi Kota Bekasi adalah : 1. Sebelah utara
: Kabupaten Bekasi
2. Sebelah selatan
: Kabupaten Bogor
3. Sebelah barat
: Kota Jakarta Timur
4. Sebelah timur
: Kabupaten Bekasi
Iklim di Kota Bekasi cenderung panas, sepanjang tahun 2004 jumlah hujan yang cukup tinggi hanya terjadi pada bulan Maret yaitu masing-masing tercatat 1.632 mm dan 1.282 mm. jumlah curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Rawa Lumbu pada bulan Februari yaitu sebanyak 472 mm dengan jumlah hari hujan 17 hari. Sedangkan jumlah curah hujan pada bulan lainnya di musim hujan rata-rata kurang dari 376 mm. Berdasarkan wilayah administrasi Kota Bekasi terdiri dari sepuluh kecamatan yang terdiri dari 52 kelurahan. Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 Km2, dengan Kecamatan Bantar Gerbang sebagai wilayah terluas (41,78 Km2) dan wilayah terkecil adalah Kecamatan Bekasi Timur (13,49 Km2). Pada tahun 2004 kepadatan penduduk Kota Bekasi sekitar 9.095 jiwa/Km2, kecamatan Bekasi Timur merupakan wilayah yang terpadat penduduknya
58
mencapai 15.869 jiwa/Km2 sedangkan daerah yang penduduknya tidak padat adalah Kecamatan Bantar Gebang dengan jumlah penduduk 3.975 jiwa/Km2. Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk dari masing-masing kecamatan di Kota Bekasi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Masingmasing Kecamatan di Kota Bekasi Tahun 2004 Kecamatan
Pondok Gede Jaka Sampurna Jati Asih Bantar Gebang Bekasi Timur Rawa Lumbu Bekasi Selatan Bekasi Barat Medan Satria Bekasi Utara Jumlah
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
24.37 22.48 24.49 41.78 13.49 15.67 14.96 18.89 14.71 19.65 210.49
242.054 108.507 182.461 166.078 214.074 178.765 196.990 229.772 149.811 245.804 1.914.316
9.932 4.827 7.450 3.975 15.869 11.408 13.168 12.164 10.184 12.509 9.095
Sumber : BPS Kota Bekasi tahun 2004.
Sebagai wilayah perkotaan, peranan sektor pertanian di Kota Bekasi relatif kecil karena tergeser oleh sektor perdagangan dan jasa berkurangnya sektor pertanian tercermin dari penggunaan lahan sawah yang relatif semakin berkurang. Pada tahun 2004 luas lahan sawah di Kota Bekasi hanya 667 hektar atau 3.17 persen dari seluruh luas wilayah Kota Bekasi (21.049 Ha). Jika luas lahan sawah hanya sebesar 3.17 persen berarti 96.83 persen dari luas wilayah Kota Bekasi adalah lahan kering, yaitu 20.382 hektar. Penggunaan lahan kering sebagian besar untuk pembangunan perumahan, kantor dan industri. Luasnya lahan yang digunakan untuk pembangunan ini nampaknya ada kaitannya dengan peranan Kota Bekasi sebagai daerah penyeimbang DKI Jakarta. Pemanfaatan lahan kering di Kota Bekasi selain untuk perumahan, kantor dan industri juga digunakan untuk memproduksi buah dan sayur-sayuran. Sawi,
59
kacang panjang, bayam, ketimun, cabe, terong, dan kangkung adalah sayursayuran yang berproduksi di Kota Bekasi. Produksi terbesar sayuran adalah sawi 3.275,50 ton, kangkung 3.265 ton, dan bayam 3.317,70 ton. Sedangkan jenis buah-buahan yang ada di Kota Bekasi adalah jeruk siam, durian, duku, jambu biji, mangga, sawo, papaya, pisang dan rambutan. Produksi rambutan mendominasi produksi buah di Kota Bekasi sebanyak 2.653,60 ton, mangga 1.417,55 ton, durian 1.015,81 ton, jambu biji 711,22 ton dan papaya 642,62 ton. Sedangkan produksi jeruk siam, duku, sawo dan pisang produksinya dibawah 600 ton. Luas panen, hasil per hektar dan produksi buah-buahan di Kota Bekasi tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Buah-Buahan di Kota Bekasi Tahun 2004 Jenis buah
Jeruk siam Durian Duku Jambu biji Mangga Sawo Papaya Pisang Rambutan
Luas panen (Ha)
Hasil per hektar (Kwt)
Produksi (Ton)
6,02 84,92 71,92 142,85 269,40 73,02 45,18 55,47 211,20
189,94 119,62 79,54 49,79 52,62 42,98 142,22 90,21 125,64
114,25 1.015,81 572,02 711,22 1.417,55 313,83 642,62 500,34 2.653,60
Sumber : BPS Kota Bekasi tahun 2004
Pembangunan
ekonomi
sektor
pertanian
adalah
bertujuan
untuk
meningkatkan pendapatan petani dan pemerataan pembangunan. Sektor pertanian meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Di Kota Bekasi jumlah produksi tanaman bahan makanan khususnya untuk jahe dan kelapa hibrida produktivitas cukup tinggi yaitu 345,83 kwintal per hektar jahe, dan hasil produksi kelapa hibrida selama tahun 2004 adalah 851,70 ton dengan tingkat produktivitas 33,27 kwintal per hektar.
60
Sub sektor perikanan di Kota Bekasi masih tergantung pada hasil budi daya kolam dan tambak. Pada tahun 2004 hasil produksi perikanan di Kota Bekasi mencapai 292,7 ton. Jenis yang banyak di budidayakan adalah ikan mas dan gurame dengan jumlah produksi 95,6 ton dan 63,1 ton. Sedangkan untuk sub sektor peternakan, di Kota Bekasi terdapat 5.235 ekor kambing dan 206 ekor sapi, untuk jumlah unggas khusus ayam pedaging di Kota Bekasi adalah 539.922 ekor.
5.2. Karakteristik Responden. 5.2.1. Umur
Secara umum rata-rata umur responden adalah 40,57 tahun, dengan ratarata umur untuk responden dekat dengan supermarket adalah 41,09 tahun dan responden yang jauh dari supermarket adalah 40,24 tahun. sebagian besar umur responden yang bertempat tinggal dekat dari supermarket adalah lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 62,22 persen, begitu juga umur responden yang bertempat tinggal jauh dari supermarket lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 51,11 persen. Secara keseluruhan responden memiliki umur lebih dari 40 tahun (56.67 persen) dan sisanya (43.33 persen) berumur kurang dari 40 tahun. Hal ini menunjukan bahwa sebagian dari responden berada pada usia yang tidak produktif lagi. Sebaran responden menurut umur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Umur Umur 21-40 >40 Jumlah
Dekat Supermarket n % 17 37.78 28 62.22 45 100.00
Jauh Supermarket n % 22 48.89 23 51.11 45 100.00
61
5.2.2. Jenis Kelamin
Penentuan responden tidak berdasarkan jenis kelamin dalam rumah tangga, tapi didasarkan pada siapa yang lebih mengetahui tentang jumlah konsumsi buah dalam rumah tangga. Responden terdiri dari kepala rumah tangga (suami) dan atau ibu rumah tangga (istri). Pada responden yang bertempat tinggal dekat dari supermarket jumlah responden paling banyak adalah laki-laki/kepala rumah tangga yaitu 55.56 persen. sedangkan responden yang bertempat tinggal jauh dari supermarket jumlah responden perempuan lebih dominan yaitu 64.44 persen. Sebaran responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Dekat Supermarket Jenis kelamin n % Laki-laki 25 55.56 Perempuan 20 44.44 Jumlah 45 100.00
Jauh Supermarket n % 16 35.56 29 64.44 45 100.00
5.2.3. Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden akan membedakan tingkat pendapatan, karena konsumsi pangan akan dibatasi oleh pendapatan dan harga pangan. Dengan beragamnya pekerjaan dan tingkat pendapatan akan diketahui bagai mana pola konsumsi buah oleh responden. Pekerjaan responden yang bertempat tinggal dekat dari supermarket persentase terbesar adalah pegawai negeri (40 persen), ibu rumah tangga (20 persen), pegawai swasta dan wiraswasta (15.56 persen), pensiunan (8.89 persen). Sedangkan untuk responden yang bertempat tinggal jauh dari supermarket persentase terbesar untuk jenis pekerjaan adalah pegawai swasta (35.56 persen), wiraswasta (26.67 persen), ibu rumah tangga (24.44 persen), pegawai negeri (13.33 persen), dan tidak terdapat pensiunan. Banyaknya responden yang memiliki pekerjaan baik sebagai pegawai negeri, pegawai swasta,
62
wiraswasta, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Sebaran responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan Dekat Supermarket Jenis Pekerjaan n % 18 40.00 Pegawai Negeri 7 15.56 Pegawai Swasta 7 15.56 Wiraswasta 9 20.00 Ibu Rumah Tangga 4 8.89 Pensiunan Jumlah 45 100.00
Jauh Supermarket n % 6 13.33 16 35.56 12 26.67 11 24.44 0 0.00 45 100.00
5.2.4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden sangat bervariasi dari tamat sekolah dasar sampai dengan pasca sarjana. Persentase tingkat pendidikan terbesar responden rumah tangga yang bertempat tinggal dekat dari supermarket adalah sarjana, yaitu sebanyak 31,11 persen. Sedangkan persentase tingkat pendidikan terbesar responden rumah tangga yang bertempat tinggal jauh dari supermarket adalah SMA, yaitu 31,11 persen. Sebaran responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Dekat Supermarket Jauh Supermarket Pendidikan n % n % 1 2.22 1 2.22 SD 0 0.00 9 20.00 SMP 14 31.11 14 31.11 SMA 11 24.44 8 17.78 Diploma 16 35.56 12 26.67 Sarjana 3 6.67 1 2.22 Pasca Sarjana Jumlah 45 100.00 45 100.00
5.2.5. Jumlah Anggota Keluarga
Responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki jumlah keluarga lima hingga enam orang dengan proporsi 53,33 persen untuk responden yang bertempat tinggal dekat darisupermarket, sedangkan untuk responden yang
63
bertempat tinggal jauh dari supermarket persentase rumah tangga dengan jumlah anggota kurang dari empat orang adalah 51,11 persen. Jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah pangan yang dikonsumsi. Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih kecil tentunya akan lebih mudah untuk kebutuhan pangannnya. Sebaran responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Dekat Supermarket Jauh Supermarket Keluarga n % n % Kecil (≤ 4 orang) 17 37.78 23 51.11 Sedang (5-6 orang) 24 53.33 20 44.44 Besar (>6 orang) 4 8.89 2 4.44 Jumlah 45 100.00 45 100.00
5.2.6. Kapasitas Daya Listrik Terpasang
Kapasitas daya listrik yang terpasang pada rumah merupakan cara untuk mengetahui tingkat pendapatan responden, karena semakin besar daya listrik yang digunakan makin semakin besar pula biaya yang harus di bayar setiap bulannya. Kapasitas listrik terpasang biasa juga digunakan Badan Pusat Statistik untuk melakukan survei tingkat kesejahteraan rumah tangga. Persentase kapasitas daya listrik untuk responden yang bertempat tinggal dekat dengan supermarket adalah 60.00 persen menggunakan daya listrik 900 Watt, sedangkan responden yang bertempat tinggal jauh dari supermarket sebanyak 57.78 persen menggunakan daya listrik 1300 Watt. Sebaran responden menurut kapasitas daya listrik terpasang dapat dilihat pada Tabel 12.
64
Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Daya Listrik Terpasang Daya Listrik Terpasang (Watt) 900 1300 1700 2200 2600 Jumlah
Dekat Supermarket n % 27 60,00 14 31,11 3 6,67 1 2,22 0 0,00 45 100,00
Jauh Supermarket n % 17 37,78 26 57,78 1 2,22 0 0,00 1 2,22 45 100,00
5.2.7. Pendapatan Keluarga
Responden sebagian besar memiliki pendapatan keluarga di bawah tiga juta rupiah per bulan untuk responden dekat dan jauh dari supermarket. Persentase jumlah pendapatan untuk responden yang bertempat tinggal dekat dari supermarket, yaitu 48.89 persen, sedangkan persentase jumlah pendapatan untuk responden yang bertempat tinggal jauh dari supermarket, yaitu 62.22 persen. Pendapatan antara tiga juta hingga lima juta rupiah untuk responden dekat dari supermarket adalah 28.89 persen, dan responden jauh dari supermarket adalah 26.67 persen. Tingkat pendapatan suatu keluarga tergantung pada kemampuan setiap anggota keluarga untuk memanfaatkan kesempatan kerja dan menggunakan sumber-sumber yang dapat mendatangkan hasil (uang). Pendapatan rumah tangga akan berpengaruh terhadap jenis pangan yang dikonsumsi baik itu kualitas maupun kuantitas. Pendapatan yang meningkat akan mempengaruhi individu untuk mendapatkan pangan yang lebih beragam dan berkualitas sesuai dengan pemenuhan gizi dan vitamin keluarga. Sebaran responden menurut jumlah pendapatan keluarga dapat dilihat pada Tabel 13.
65
Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Jumlah Pendapatan Keluarga Dekat Supermarket Jauh Supermarket Jumlah Pendapatan Keluarga (Rp/bulan) n % n %