DIAN FIANA RATNA DEWI. C05400026. Pola Konsumsi dan Distibusi Bahan Bakar Kapal Ikau di Pelabuhanratu. Dibimbing oleh DARMAWAN Pengetahuan mengenai jumlah dan sumber pasokan BBM (Bahan Bakar Minyak) - . di suatu pelabuhan ~erikan&sangat diperlukan -untuk menunjhg operasi penangkapan ikan secara kontinyu. Pola konsumsi akan memberikan informasi berapa konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di suatu pelabuhan dalam waktu tertentu, sedangkan pola distribusi akan menjawab darimana seharusnya konsumsi tersebut diperoleh. Penelitian ini bemtjuan untuk; 1. Menghitung konsumsi bahan bakar kapal ikan; 2. Merumuskan pola konsumsi bahan bakar kapal ikan; dan 3. Memetakan jalur distibusi bahan bakar kapal ikan. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhan Ratu pada bulan Agustus 2003 untuk survei awal dan dilanjutkan pada Januari 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi serta pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data primer yang diambil berupa jenis dan Horse Power (HP) mesin per armada, waktu trip, jumlah armada per alat tangkap, musim tangkapan, konsumsi bahan bakar/armada/mp, mekanisme pemasaran dan penyaluran bahan bakar kapal ikan, pelaku saluran distribusi, volume persediaan saiuran distribusi, lokasi dan sebaran geografis dari penyalur bahan bakar kapal ikan. Data sekunder yang diambil berupa, data pemakaian bahan bakar per bulan per jenis armada penangkapan ikan, jumlah kapal, letak geografi, topografi, letak wilayah, luas wilayah. Data konsumsi bahan bakar kapal ikan diperoieh melalui investigasi langsung saat operasi penangkapan ikan dan perhitungan konsumsi saat kapal dizm serta perhitungan konsumsi bahan bakar menurut Fyson (1985). Analisis data pola konsumsi adalah melalui perhitungan konsumsi kapal ikan secara keseluruhan per jenis armada penangkapan ikan dan per musim penangkapan ikannya. Data pola distribusi dianalisis secara deskriptif. Jenis kapal ikan yang ada di PPN Pelabuhanratu meliputi, kapal payang, lancang, trammelnet, pengantar bagan, gillnet kecil ukuran kurang dari 30 gross tonnage (GT) (beleketek), gillnet ukuran lebih besar dari 30 GT (diesel) serta longline. Setiap jenis kapal memiliki karakteristik fisik maupun metode operasi yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar. Pengelompokan armada berdasar bahan bakar yang digunakan dapat terbagi 3; y a k bensin digunakan oleh kapal kincang, minyak tanah dan bensin untuk kapal payang dan solar digunakan oleh pengantar bagan, trammelnet, gillnet besar (diesel) clan kecil (beleketek), dan longline. Investigasi langsung saat beroperasi menunjukan bahwa konsumsi bahan bakar untuk kapal kincang sebesar 3 literltrip, payang 20 liter bensinlmp dan 55,5 liter minyak tanahltrip, trammelnet sebesar 10 literltrip, dan pengantar bagan sebesar 30 literltrip. Adapun informasi konsumsi bahan bakar yang diperoleh dari wawancara didapatkan hasil untuk kapal beleketek sebesar 180 literltrip, diesel 2.000 literhip, serta longline 24.500 literltrip. Pola konsumsi bensin mengikuti pola konsumsi bahan bakar kapal kincang, dengan dominasi terhadap jumlah yang dapat rnenggambarkan pola konsumsi keseluruhan Pola
konsumsi bahan bakar lninyak tanah di Pelabuhanratu secara otornatis akan rnengikuti pola konsumsi bahan bakar kapal payang. Pola konsumsi bahan bakar solar mengikuti pola dari konsuinsi bahan bakar kapal gillnet kecil (beleketek). Secara keselumhan konsumsi bahan bakar kapal ikan di Pelabuhanratu adalah sebesar 279.890 liter bensinltahun, 720.525 liter minyak tanahhahun dan solar sebesar 4.043.190 liter solarltahun. Ada 4 (empat) saluran distribusi bahan bakar akhir di Pelabuhanratu yaitu, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBU), Solar Packed Dealer (SPD); Warung Kredit dan Pengecer. Saluran SPBU kebanyakan digunakan oleh nelayan kapal payang, gillnet besar dan longline. Nelayan kapal pancing dan trammelnel umumnya menggunakan saluran distribusi warung kredit Gillnet kecil dan pengalltar bagan menggunakan SPD. Kapal payang mengunakan saluran distribusi pengecer. Pengunaan saluran tersebut oleh nelayan didasarkan pada kebiasaan yang disesuaikan dengan kebutuhan maupun kernampuan keuangan mereka. Hasil analisa menunjukkan bahwa terjadi kekurangan pasokan solar sebesar sebesar 296.190 literltahunnya. Untuk pasokan bensin dan minyak tanah tidak dapat dipastikan mengingat tidak ada saluran khusus yang inelayani sektor perikanan.