FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSONAL HYGIENE PENJAMAH MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Romlah Atun Mahasiswa Program Study Kesehatan Masyarakat ABSTRACK Food is the main requirement of human being and it was needed everytime, that’s why food needs well manufactured for health. The hygiene aspect and food sanitation in food manufacture must be noticed so the food is safety consumed. Food handler is the one who handle the food from prepare foodstuff, the proces off food manufacture, food storage and food distribution even food saved. There fore food handler has important role to the quality of the food. The purpose of this research is to know the presence of predisposing factors and enabling factor related personal hygiene in Esa Unggul cafetaria at 2016. The research design is cross sectional, deskriptive quantitatif with 32 respondents have been interviewed and observed. Data were analyzed by univariate and bivariate analysis. Based on the research results obtained, there is a relationship between personal hygiene knowledge (p value 0,010), both know and facilities (p value 0,012). Whereas there is not relationship beetwen personal hygienewith education (p value 0,217), work (p value 0.257), and attitude (p value 0,166). Conclusion: there is a relationship between knowledge and facilities incur personal hygiene food handlers in Esa Unggul cafetaria. There is no relationship between long work, education and attitudes with personal hygiene food handlers in the cafeteria Esa Unggul University.
1.1 PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Untuk menghidangkan makanan yang berkualitas baik dan kandungan gizi yang cukup, makanan juga harus bersih, aman dan tidak berbahaya. Selain mengandung nilai gizi makanan merupakan media untuk berkembang biaknya mikroba atau kuman. Kemungkinan lain masuknya bahan-bahan berbahya seperti bahan kimia, debu, tanah, rambut manusia dapat berpengaruh buruk terhadap ksehatan manusia (Depkes RI. 2006). Menurut WHO (2005) penyakit bawaan makanan merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang paling banyak ditemukan di zaman modern ini. Penyakit yang diakibatkan bawaan makanan dari kontaminasi bakteri pathogen adalah penyakit diare. Sekitar 70% kasus penyakit diare karena makanan yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen seperti bakteri coliform (Escheria coli, Enteribacter arogene), shigella spp, salmonella spp, dan Vibrio cholerae. Menurut WHO, di Amerika Serikat saja setiap tahunnya ada 76 juta kasus penyakit bawaan makanan meneyebabkan 325.000 jiwa rawat inap dan 5.000 kematian. Sekitar 70% kasus keracunan makanan di dunia disebabkan oleh makanan siap santap (Depkes 2010).Kasus keracunan makanan cukup banyak terjadi di Indonesia. Pada tahun 2014 Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menginformasikan telah terjadi 43 kasus insiden keracunan makanan di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu kejadian keracunan makanan disebabkan oleh pangan jajanan sebanyak 15 insiden keracunan dengan jumlah korban 468 orang dan serta 1 insiden keracunan akibat jasa boga dengan jumlah korban 748 orang (BPOM, 2014).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2012) menunjukan bahwa terdapat 52,8% makanan di kantin Universitas X Depok terkontaminasi oleh bakteri Escherichia Coli di sebabkan oleh kurangnya pengetahuan personal hygiene penjamah makanan dan faktor lainnya. Kantin merupakan salah satu tempat yang sering didatangi oleh mahasiswa karena keberadaanya dekat dengan perkuliahan sehingga mahasiswa lebih memilih makan di tempat tersebut dibandingkan di luar kampus, karena waktu menjadi lebih efektif dan efesien, disamping itu harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau. Maka dari itu sebuah kantin tidak cukup hanya dengan hal tersebut, tetapi kualitas dan keamanan makanan yang disediakan haruslah terjaga, karena setiap proses pengolahan makanan mengandung potensi kontminasi yang perlu dikendalikan untuk menjamin keamanan makanan yang dikonsumsi mahasiswa, oleh karena itu sangat diperlukanya personal hygiene pada penjamah makanan. Adapun faktor-faktor utama yang mengakibatkan kontaminasi makananadalah terjadinya kontaminasi silang akibat personal hygiene yang buruk (WHO, 2005). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan di kantin Universitas Esa Unggul.
2.1METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptip kuantitatif dan dilakukan dengan desain studi Cross-Sectional (pontong lintang), pada rancangan penelitian Cross-Sectional variabel dependen (personal hygiene penjamah makanan)maupun variabel independen (pendidikan, lama bekerja, pengetahuan,sikap, dan fasilitas). Populasi penelitian ini adalah seluruh penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul. Sampel yang digunakan adalah total sampel yaitu seluruh penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul sebanyak 14 kedai yang terdiri dari 32 orang dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016. 3.1 HASIL Berdasarkan hasil penelitian variabel personal hygiene penjamah makanan dikategorikan menjadi dua yaitu baik dan kurang baik. Distribusi personal hygiene penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul yang memiliki personal hygiene kurang baik yaitu sebesar 17 responden (53,1%) dan yang memiliki personal hygiene baik yaitu sebesar 15responden (46,9%).Berdasarkan distribusi latar belakang pendidikan penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD-SMP) yaitu sebesar 21 responden (65,6%) dan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (SMA-Perguruan Tinggi) yaitu sebesar 11 responden (34,4%). Berdasarkan distribusilama bekerja penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul yang memiliki lama bekerja < 5 tahun yaitu sebesar 24 responden (75%) dan yang memiliki lama bekerja > 5 tahun yaitu sebesar 8 responden (25%). Berdasarkandistribusi tingkat pengetahuan penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu sebesar 19 responden (59,4% )dan yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar13 responden (40,6%). Selanjutnya berdasrakan distribusi sikap penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul yang mempunyai sikap baik yaitu sebesar 18 responden (56.2%) dan yang mempunyai sikap kurang baik yaitu sebesar 14 responden (43,8%), dan berdasrkan distribusi sarana atau fasilitas yang dimiliki oleh penjamah makanan di Kantin Univrsitas Esa Unggul yang kurang baik (tidak memenuhi syarat) yaitu sebesar 17 responden (53,1%) dan yang baik (memenuhi syarat) yaitu sebesar 15 responden (46,9%).
4.1 Anlisis Bivariat 4.1.1 Faktor Predisposisi Tabel 1 Hubungan Pendidikan dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 Pendidikan
Personal hygiene
SD-SMP ( Rendah) SMA-Perguruan Tinggi (Baik)
Total
P Value
Kurang Baik N %
Baik
9
42,9
12 57,1 21 100
8
72,7
3
N
%
N
OR (95%CI)
% 0,217
27,3 11 100
0,281 (0,0581.370)
Berdasarkan tabel 1 analisis biavariat di dapat p value (0,217>0,05) yang artinya tidak ada hubungan anatara pendidikan dengan personal hygiene penjamah makanan di Kantin Universitas Esa unggul. Kemudian diketahui responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD-SMP) mempunyai personal hygiene yang kurang baik sebesar 42,9% dan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ( SMA - Perguruan Tinggi ) mempunyai personal hygiene yg kurang baik sebesar 72,7 %, dengan nilai OR 3,55 yang artinya responden dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA-Perguruan Tinggi) mempunyai resiko 3,55 kali miliki Personal Hyginekurang baik dari pada responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah (SD-SMP). Tabel 2 Hubungan Lama Bekerja dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 Lama Bekerja
<5 Tahun > 5 Tahun
Personal hygiene
Total
Kurang Baik
Baik
N
%
N
%
N
%
11
45,8
13
54,2
24
100
6
75,0
2
25.0
8
100
P Value
OR (95%CI)
0,306
0,282 (0,0471,690)
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis bivariat di dapat p value (0,306 > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan anatara lama kerja dengan personal hygiene penjamah makanan di Kantin Universitas Esa unggul. Kemudian diketahui responden yang memiliki lama bekerja <5 tahun mempunyai personal hygiene yang kurang baik sebesar 45,8% dan responden yang memiliki lama kerja >5 tahun mempunyai personal hygiene yg kurang baik sebesar 75%, dengan nilai OR 3,54 yang artinya responden dengan lama kerja >5 tahun mempunyai resiko 3,54 kali memiliki personal hygieneyang kurang baik dari pada responden yang lama bekerja <5 tahun. Tabel 3 Hubungan Pengetahuan dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 Pengetahuan
Kurang Baik Baik
Personal hygiene
Total
Kurang Baik N %
Baik N
%
N
%
13
68,4
6
31,6
19
100
4
30,8
9
69,2
13
100
P Value
OR (95%CI)
0,010
0,84 (0,0140,503)
Berdasarkan tabel 3 hasil analisis bivariat di dapat p value ( 0,010< 0,05) yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan personal hygiene penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul. Kemudian diketahui responden yang memiliki pengetahuan kurang baik memiliki personal hygiene yang kurang baik sebesar 68,4% dan responden yang memiliki pengetahuan baik mempunyai personal hygiene yang kurang baik sebesar 30,8%, dengan nilai 1,19 yang artinya responden dengan penegtahuan kurang baik mempunyai resiko 1,19 kali memiliki personal hygiene yang kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai penegtahuan baik.
Tabel 4 Hubungan Sikap dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 Personal hygiene
Total
Sikap
Kurang Baik Baik
Kurang Baik N %
Baik N
%
N
%
5
35,7
9
64,3
14
100
12
66,7
6
33,3
18
100
P Value
OR (95%CI)
0,166
0,278 (0,0641,206)
Berdasarkan tabel 4 hasil analisis bivariat di dapat p value (0,166>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan personal hygiene penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul. Kemudian diketahui responden yang memiliki sikap kurang baik memiliki personal hygiene yang kurang baik sebesar 35,7% dan responden yang memiliki sikap baik mempunyai personal hygiene yang kurang baik sebesar 66,7%, dengan nilai OR 3,59 yang artinya responden dengan sikap baik mempunyai resiko 3,59 kali memiliki personal hygiene yang kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai sikap kurang baik. 4.1.2 Faktor Pemungkin Tabel 5 Hubungan Sarana atau Fasilitas dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan di kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 Personal hygiene
Total
fasilitas
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Kurang Baik N %
Baik N
%
N
%
12
70,6
5
29,4
17
100
3
20,0
12
80,0
15
100
P Value
OR (95%CI)
0,01
0,104 (0,0200,537)
Berdasarkan tabel 5 hasil analisis bivariat di dapat p value (0,01 < 0,05) yang artinya terdapat hubungan antara fasilitas dengan personal hygiene penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul. Kemudian diketahui responden yang memiliki fasilitas tidak memenuhi syarat memiliki personal hygiene yang kurang baik sebesar 70,6% dan responden yang memiliki fasilitas memenuhi syarat mempunyai personal hygiene yang kurang baik sebesar 20,0%, dengan nilai OR 9,61 yang artinya responden dengan fasilitas tidak memenuhi syaratmempunyai resiko 9,61 kali memiliki personal hygieneyang kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai fasilitas memenuhi syarat.
5.1 PEMBAHASAN 5.1.1 Faktor Predisposisi Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan. Berdasarkan tabel 1 diketahui penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul lebih banyak mempunyai pendidikan Rendah (SD-SMP) dibandingkan penjamah makanan yang memiliki pendidikan Tinggi (SMAPerguruan Tingi).Berdasarkan analisis bivariat diketahui tidak ada hubungan anatara pendidikan dengan personal hygiene penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul, dengan nilai odd ratio 3,55 yang artinya responden dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA-Perguruan Tinggi) mempunyai resiko 3,55 kali miliki Personal Hyginekurang baik dari pada responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah ( SD-SMP).Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitepu (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan pendidikan dengan Personal hygiene penjamah makanan. Menurut Notoatmodjo (2005) pendidikan formal yang cukup dapat meningkatkan kesadaran terhadap hygiene perorangan, semakin tinggi pendidikan dicapai oleh seseorang maka semakin besar keinginannya untuk dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Akan tetapi kenyataannya dalam penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan tersebut responden yang mempunyai pendidikan Tinggi (SMA-Perguruan Tinggi) mempunyai personal hygiene yang kurangbaik sebesar (72,7%) dibandingkan responden yang memiliki pendidikan pengetahuan rendah (SD-SMP). Hal ini dapat terjadi karena kurangnya fasilitas personal hygienepenjamah makanan dikantin Universitas Esa Unggul seperti sabun pencuci tangan, penutup rambut, dan celmek sehingga responden tidak dapat melakukan personal hygiene dengan baik. Berdasarkan penelitian Sachriani (2015) pendidikan dan pengetahuan yang baik saja tidak dapat dijadikan patokan bahwa penjamah makanan tersebut akan memiliki personal hygiene yang baik, tetapi dengan
tersedianya faktor pemungkin seperti fasilitas yang baik penjamah makanan cenderung untuk memiliki personal hygiene yang baik. Hal ini dapat menggambarkan tidak mungkin penjamah makanan memiliki personal hygiene yang diharapkan, jika hanya berbekal pendidikan dan pengetahuan yang baik tanpa disertai oleh fasilitas yang baik atau memenuhi syarat, dengan demikian diharapkan fasilitas yang ada di kantin Universitas Esa Unggul lebih ditingkatkan lagi sehingga para penjamah makanan bisa melakukan personal hygiene dengan lebih baik lagi, selain itu juga dieperlukan pengawasan dari pemerintah setempat atau pihak kampus agar para penjamah makanan mempunyai perilaku yang baik terhadap personal hygiene. Hubungan Lama Bekerja dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan. Berdasarkan tabel 2 diketahui penjamah makanan di kantin Univrsitas Esa Unggul lebih banyak yang lama bekerja <5 tahun di bandingkan penjamah makanan yang lama kerjanya >5 tahun. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan anatar lama bekerja dengan personal hygiene penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul, dengan nilai odd ratio3,54 yang artinya responden dengan lama kerja >5 tahun mempunyai resiko 3,54 kali memiliki personal hygieneyang kurang baik dari pada responden yang lama bekerja <5 tahun.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitepu (2005) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan lama kerja denganpersonal hygiene penjamah makanan. Menurut teori Green menyatakan bahwa lama bekerja merupakan termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene penjamah dan menurut Siagian (1983) seseorang yang telah lama bekerja akan mempengaruhi seseorang memiliki wawasan, pengalaman yang luas dan banyak untuk pembentukan perilakunya dibandingkan orang yang memiliki pengalaman bekerja lebih sedikit. Akan tetapi kenyataannya dalam penelitian tidak sesuai dengan hal tersebut responden yang lama kerja >5 tahun lebih besar memiliki personal hygiene yang kurang baik sebesar (75%) dibandingkan responden yang lama bekerja <5 tahun. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh penjamah makanan serta kurangnya kesadaran penjamah makanan.Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers dalam Fitriani (2010) hal yang pertama dalam proses orang mengadopsi perilaku baru adalah Awarness (kesadaran). Dengan demikian untuk meningkatkan personal hygiene yang lebih baik penjamah makanan perlu mengikuti penyuluhan atau pelatihan sebagai bekal pengalaman ilmu pengetahuan yang berguna dalam hal personal hygiene yang memenuhi syarat, sehingga diharapkan dapat mewujudkan sikap yang baik dalam meningkatkan personal hygiene penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul.
Hubungan Pengetahuan dengan Personal HygienePenjamah Makanan. Berdasarkan tabel 3 diketahui pengetahuan penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul terhadap personal hygiene masih rendah dengan diketahuinya sebesar 59,4% mempunyai pengetahuan yang kurang baik.Berdasarkan analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan personal hygiene penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul, dengan nilai oddratio1,19 yang artinya responden dengan penegtahuan kurang baik mempunyai resiko 1,19 kali memiliki personal hygiene yang kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai penegtahuan baik. Hasil penelitian ini di dukung oleh Fatoni (2008) bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan personal hygienepenjamah makanan. Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2002) adalah salah satu hasil dari tahu terhadap suatu objek yang dilakukan seseorang setelah menggunakan panca indra (indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba). Faktor pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai dorongan awal bagi seseorang dalam berprilaku. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Notoatmodjo (2005) bahwa orang yang memiliki pengetahuan tinggi dapat berpengaruh terhadap perilaku yang baik. penelitian ini sejalan dengan hal tersebut, penjamah makanan yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai personal hygiene yang baik juga sebesar (69,2%), sementara penjamah makanan yang mempunyai pengetahuan yang kurang baik mempunyai personal hygiene yang kurang baik juga sebesar (31,6%), Dalam hal ini peran pemerintah setempat atau pihak kampus sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan kepada penjamah makanan berupa penyuluhan atau pelatihan agar para penjamah makanan mempunyai pengetahuan yang lebih baik lagi tentang personal hygiene sehingga dapat menghasilkan makanan yang bersih dan sehat setiap saat. Hubungan Sikap dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan Berdasarkan tabel 4 diketahui penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul lebih banyak memiliki sikap yang baik sebesar 56,2% di bandingkan penjamah makanan yang memiliki sikap kurang baik. Berdasarkan analisis bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan anatara sikap dengan Personal hygiene penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul, dengan diketahui nilai oddratio 3,59 yang artinya responden dengan sikap baik mempunyai resiko 3,59 kali memiliki personal hygiene yang kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai sikap kurang baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sitepu (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan sikap dengan personal hygiene penjamah makanan.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu atau obyek. Manifestasi dari sikap tidak dapat terlihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan lebih dulu dari perilaku tertutupobyek (Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa orang yang memiliki sikap yang baik terhadap sesutau hal, ia akan memiliki perilaku atau tindakan yang baik pula.Kemudian menurut Dartini (2000) bahwa kemampuan dalam menerima, merespon, mengahrgai dan mampu mempertanggung jawabkan sikap yang dipilih akan menentukan tingkatan sikap. Akan tetapi kenyataannya penelitian ini tidak sesuai dengan hal tesebut diketahui responden yang mempunyai sikap yang baik lebih besar memiliki perilaku personal hygiene yang kurang baik sebesar (66,7%) dibandingkan responden yang memiliki sikap yang baik. Hal ini dapat terjadi karena sikap belum menentukan perilaku seseorang sebab sering terjadi seseorang bertindak bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 1993). Oleh sebab itu penjamah makanan yang memiliki sikap baik tetapi belum tentu penjamah makanan tersebut mempunyai perilaku personal hygiene yang baik pula begitu sebaliknya. Pemberian informasi-informasi yang baik diharapkan dapat membentuk sikap yang positif para penjamah makanan sehingga perilaku yang ditunjukan sama dengan sikap sebenarnya. 5.1.2 Faktor Pemungkin Hubungan Fasilitas atau Sarana dengan Personal Hygiene Penjamah Makanan. Berdasarkan tabel5 diketahui penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul memiliki fasilitas kurang baik (tidak memenuhi syarat) sebesar 53,1% dengan diketahui masih kurangnya ketersediaan sabun pencuci tangan, penutup kepala, dan celmek.Berdasarkan analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan anatara fasilatas dengan personal hygiene penjamah makanan di kantin Universitas Esa Unggul, dengan nilai odd ratio9,61 yang artinya responden dengan fasilitas tidak memenuhi syaratmempunyai resiko 9,61 kali memiliki personal hygieneyang kurang baik dibandingkan responden yang mempunyai fasilitas memenuhi syarat. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Sachrini (2001) bahwa terdapat hubungan fasilitas dengan personal hygiene penjamah makanan. Hasil penelitian ini juga di dukung oleh Datini (2000) dengan terpenuhinya fasilitas yang diperlukan oleh tenaga penjamah makanan maka penjamah makanan akan memiliki personal hygiene dan sanitas yang baik. Fasilitas adalah sesuatu yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diharapkan dan sangat menentukan bersedia atau tidaknya seseorang untuk berperilaku tertentu. Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa ketersedian fasilitas merupakan salah satu faktor pemungkin yang menyebabkan suatu perubahan perilaku untuk
memiliki personal hygiene yang baik. penelitian ini sejalan dengan hal tersebut penjamah makanan yang mempunyai fasilitas baik atau memenuhi syarat memiliki personal hygiene yang baik juga sebesar (80%), sementara penjamah makanan yang mempunyai fasilitas kurang baik atau kurang memenuhi syarat mempunyai personal hygiene yang kurang baik juga sebesar (29,4%). Dengan demikian diharapkan dapat tersedianya fasilitas yang lebih baik lagi dan memenuhi syarat di kantin Universitas Esa Unggul sehingga penjamah makanan lebih mudah dan mau untuk melakukan personal hygiene dengan baik.
6.1 Kesimpulan dan Saran 6.1.1 Kesimpulan 1. Penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 memiliki personal hygiene yang kurang baik sebesar 53,1 % 2. Gambaran karakteristik demografi penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 a. Pendidikan penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 lebih banyak yang berpendidikan SD-SMP (Rendah) sebesar 65,6% b. Lama bekerja penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 lebih banyak responden yang bekerja < 5 tahun sebesar 68,6% 3. Gambaran pengetahuan penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 lebih banyak yang memiliki pengetahuan kurang baik sebesar 59,4% dibandingkan yang memiliki penegtahuan baik 4. Gambaran sikap penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 yang bersikap baik lebih banyak sebesar 56,3%. 5. Gambaran sarana dan fasilitas penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul Tahun 2016 lebih banyak yang kurang memenuhi syarat atau kurang baik sebesar 53,1%. 6. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan personal hygiene penjamah makanan 7. Tidak ada hubungan anatara lama bekerja dengan personal hygiene penjamah makanan 8. Ada hubungan antara pengetahuan dengan personal hygiene penjamah makanan 9. Tidak ada hubungan sikap dengan personal hygiene penjamah makanan 10. Ada hubungan antara sarana atau fasilitas dengan personal hygiene penjamah makanan
6.1.2 Saran Bagi Institusi 1. Membuat pelatihan atau penyuluhan tentang personal hygiene agar penjamah makanan dapat meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan informasi melalui pelatihan tersebut dengan harapan penjamah makanan bisa memiliki personal hygiene yang lebih baik lagi. 2. Perlunya pengawasan dari pihak kampus ataupun Pemerintah setempat. Bagi Penjamah Makanan 1. Lebih meningkatkan sikap dan kesadaran penjamah makanan untuk mau melakukan personal hygiene lebih baik lagi. 2. Meningkatkan fasilitas atau sarana penunjang personal hygiene seperti celmek, sabun pencuci tangan dan penutup kepala. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene penjamh makanandengan faktor-faktor lain seperti keyakinan dengan metode lain. DAFTAR PUSTAKA Adams M, Moetarjemi Y. 2003. Dasar-Dasar Keamanan Panagan Makanan Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta. EGC Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Jakarta. Azwar, Asrul.1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Wijaya. jakarta. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Berita keracuna bulan Oktober, November dan Desember Tahun 2014.Diskses pada tanggal 16 Februari 2015. Buckel. (1989). Foodborne Microorganisms of Public health Significance. Australia : AIFST ( NSW Branch) Datini. (2000). Tinjauan Hygiene Sanitasi Pada Pengelolaan Makanan Pasien Di Instalasi Gizi RSUP Fatmawati Jakarta Selatan Tahun 2000. Skripsi FKM UI Depkes RI. (1999). Modul Penyehatan Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman.Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Ditjen PPM & LPL. Departemen Kesehatan RI. (2000). Sistem Kesehatan National. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2004) Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPM dan PL. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715/ Menkes/SK/v/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanittasi Jasaboga. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2006). Modul Khursus Hygiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fathoni, Ahmad. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Penjamah Terhadap Hygiene dan sanitasi Makanan dengan Kualitas Makanan diKantin “ X’’ tahun 2008. Skripsi FKM UI. Fitriani, Sinta. (2010). Promosi Kesehatan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Green, Lawrence. (1980). Health Edication Planing Adiagnostic Approach Mayfieldi Publish Company. First Edition California. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Data Base KemenkesKementrian Kesehatan Republik Indonesia N0. 715/Menkes/Sk/2003. Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasboga. McSwane. Nancy Rue & Richard L. (2001). Essential Of Food Safety and Sanitation. Third Edition. New Jarsey. Mubarok W.I, Cahyatin Nurul dkk.(2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Moetajermi. (2006). Penyakit Bawaan Makanan.Geneva. Notoatmodjo, Soekodjo. (1989). Dasar-Dasar Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta. Notoatmodjo,Soekodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta. . Notoatmodjo,Soekodjo. (2003). Pengantar Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekodjo.(2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo,Soekodjo. (2010). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta. . PT. Rineka Cipta. Pella, Darmin Ahmad & Afifah Inayati. (2011). Talent Management. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama. Rosaria. (2010). Hubungan penegtahuan Penjamah Makanan Tentang Hygiene Dan Sanitasi Makanan Dengan Kualitas Escherichia Coli ( Studi Kasus Jajanan Di Sekiolah Dasar Kelurahan Cirimekar Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor). Skripsi. FKM UI. Sachriani. (2001). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Hygiene Perorangan Penjamah Makananan Jasa Boga A3 di Jakarta Selatan. Thesis program Pascasarjana FKM UI. Sarwono. (1993). Pergeseran Norma Perilaku Kaum Remaja. CV Rajawali. Jakarta
Sitepu, Eka Lestari. (2015). Analisis Personal Hygiene Pada Penjualn Makanan Tradisional Gado-Gado di Kelurahan Pisangan, Cempaka Putih dan Cireundeu Ciputat Timur Tahun 2015.Skripsi UIN. Siagian, Sondang. (1983) Peranan Staf dan Manajemen. PT. Gunung Agung. Jakarta. Susana. (2008). Kontaminasi Bakteri pada Makanan dan Minuman yang dijajajkan di Kantin Universitas “X”. Riset Penelitian Soekanto, Soejono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Raya Grafindo Persada. Jakarta. Sofiana , Erna. (2012). Hubungan Hygiene dan Sanitasi dengan Kontminasi Escherichia Coli Pada Jajajann Di sekolah Dasar Kecamatan TaposDepokTahun 2102. Skripsi. FKM. UI Depok. Surahmad, Winarno, 1984 Penagantar Interaksi belajar Mengajar. Tristo. Bandung. WHO. (2004). Penyakit Bawaan Makanan Fokus pendidikan Kesehatan. Jakarta.EGC. Winarno. (2004). Keamanan pangan. Bogor.M.Biro.Press Cet.I.