FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTED DI BEI M. Hendra Jailani *) A. Yusuf Imam Suja’I **) A. Agus Priyono ***)
ABSTRACT This research is aimed to examine the effect of Return on Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Cash Ratio, Growth, Adn Firm Sise to dividen payout ratio (DPR) at manufacturing business which is listed in BEI period 2007-2010. The sample was taken buy purposive sampling method with criterion ( 1) Manufacturing business which is listed in BEI period of year 2007-2010 ; ( 2) Company alloting dividend during four year successively in the year 2007-2010 ; ( 3) Company publicize financial statement which have in audit every year during period of year 2007-2010. From 131 Company obtained by counted 25 company sample, by using analyzer of regression doubled linear. Result of research indicate that by simultan variable of Return Asset on (ROA), Debt to total Asset ( DTA), Cash Ratio, Growth, and Firm Size have an effect on significant to dividend payout of ratio. By partial variable of Return Asset on (ROA) show influence which is significant to dividend payout ratio at manufacturing business which is listed in BEI. While variable Debt to Total Asset (DTA), Cash Ratio, Growth, and Firm Size do not have an effect on significant to dividend payout ratio at manufacturing business which is listed in BEI. From coefficient of determination that is R Square achieve about 0,151 that mean variation change dependent variable can clarity by variation change independent variable about 15,1% where’s even the remain about 84,9% that clarity of the other variable which was not included in research model. Key Words: Return on Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Cash Ratio, Growth, Firm Size, Dividen Payout Ratio (DPR). PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari manajemen keuangan adalah menetapkan kebijakan dividen (dividend policy). Kebijakan dividen menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham (Weston and Coopeland, 1997:125). Masalah dalam kebijakan dividen mempunyai dampak terhadap investor maupun perusahaan. Para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mendapatkan return baik dalam bentuk dividend yield maupun capital gain. Sementara M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
79
perusahaan membutuhkan sumber dana dari dalam untuk meningkatkan dan mengharapkan adanya pertumbuhan nilai perusahaan sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang saham. Tetapi kedua tujuan tersebut saling bertentangan, sebab semakin tinggi dividen yang dibayarkan berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya akan meghambat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga saham. Kalau perusahaan hanya ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap didalam perusahaan, maka dividen yang akan dibagikan semakin kecil (Riyanto, 2001:266). Kebijakan dividen tersebut dipandang untuk menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Pertumbuhan emiten secara terus menerus adalah diperlukan agar dapat hidup dan memberi kemakmuran yang lebih tinggi kepada pemilik saham. Untuk tumbuh, perusahaan memerlukan dana yang lebih besar untuk mendanai perluasan investasinya. Dana tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber internal dapat berupa depresiasi dan laba ditahan. Sumber eksternal dapat berupa pinjaman dari bank lain atau lembaga keuangan lainnya, menjual obligasi atau menjual saham baru (Riyanto, 2001:265). Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen (Lintner, 1959). Bukti empiris yang menghubungkan profitabilitas dengan dividen dilakukan oleh Brittain (1966) menunjukkan bahwa profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap dividen. Variabel Return on Asset (ROA) dinyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada penelitian Chasanah (2008) dan Nugroho (2004). Dari hasil penelitian Amalia (2009) juga menyatakan bahwa Return on Aseet (ROA) juga bepengaruh postif signifikan. Namun hasil penelitian Difah (2011) menunjukkan hasil yang kontradiktif dimana Return on Asset (ROA) tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen pada perusahaan BUMN yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2004-2009. Debt to Total Asset (DTA) merupakan ratio antar hutang terhadap total asset sehingga perlu diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan. Hasil penelitian dari Nugroho (2004) yang menunjukkan bahwa DTA berhubungan signifikan dengan dividen. Namun kontradiktif dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa variabel DTA berpengaruh tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). 80
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
Cash Ratio merupakan sesuatu ukuran yang digunakan untuk mengukur likuiditas, sehingga diduga berpengaruh signifikan positif terhadap dividen payout ratio. Seperti didalam penelitian yang dilakukan oleh Difah (2011) dan Amalia (2009) yang menyatakan bahwa cash ratio berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian Nugroho (2004) yang menyatakan bahwa variabel cash ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Sehingga perlu dilakukan lanjutan penelitian bagaimana pengaruh cash ratio terhadap dividend payout ratio pada Perusahaan manufaktur yang listed di BEI tahun 2007-2010. Growth of Firm (pertumbuhan perusahaan) dan selanjutnya di istilahkan dengan Growth diduga berpengaruh signifikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) Nugroho (2004) dan Latiefasari (2011). Didukung oleh penelitan Difah (2011) mengatakan positif signifikan. Dalam penelitian Amalia (2009) dan Shitta Amalia Growth (2011) berpengaruh negatif signifikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Sedangkan Variabel firm size dinyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada penelitian Amalia (2009), Difah (2011) dan Amalia (2011). Namun kontradiktif dengan hasil penelitian Nugroho (2004) dimana variabel size berpengaruh tidak signifikan. Variabel debt to equity ratio dinyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada penelitian Latiefasari (2011) namun kontradiktif dengan hasil penelitian Amilia (2011) dimana Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Rumusan Masalah Dari uraian diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1. Apakah Return on Asset berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI? 2. Apakah Debt to Total Asset berpengaruh terhadap devidend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI? 3. Apakah Cash Ratio berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di? 4. Apakah Growth berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI?
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
81
5. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap dvidend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI? 6. Apakah Return on Asset, Debt to Total Asset, Cash Ratio, Growth, dan Size secara bersamasama berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI? Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis pengaruh Return on Asset terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI. 2. Menganalisis pengaruh Debt to Total Asset terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI. 3. Menganalisis pengaruhp Cash Ratio terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI. 4. Menganalisis pengaruh Growth terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI. 5. Menganalisis pengaruh Firm Size terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI. 6. Menganalisis pengaruh Return on Asset, Debt to Total Asset, Cash Ratio, Growth, dan Firm Size secara bersama-sama terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi banyak pihak, diantaranya adalah: 1. Bagi akademisi penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dividend payout ratio sehingga dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan deviden. 2. Bagi praktisi : a. Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan deviden (dividend payout ratio). b. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal. 82
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dividen Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Dividen akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen. Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham. Brigham (2006:70-72), menyatakan bahwa dalam kebijakan dividen terdapat 3 teori, yaitu: 1. Dividend irrelevance theory Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidak relevanan dividen (dividends irrelevance theory) ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani. Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. 2. Theory Bird in The Hand Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini dari pada menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk “capital gain” memang sering lebih rendah dari pada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset. Teori ini dianut oleh Myron Bordon dan John Lintner. 3. Tax preference theory Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan: a) Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah dari pada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan. M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
83
b) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah dari pada satu dolar yang dibayarkan hari ini. c) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal. Selain teori diatas masih ada teori lain yang dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen yaitu: 4. Information Content, or Signaling Hipothesis Modigliani dan Miller di dalam teori ini berpendapat bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu laba yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya pengurangan dividen merupakan suatu sinyal bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu laba yang buruk dimasa yang akan datang. Modigliani dan Miller berkesimpulan bahwa reaksi investor tehadap perubahan kebijakan dividen tidak sepenuhnya investor lebih menyukai dividen dari pada saldo laba ditahan. Namun kenyataannya harga saham berubah mengikuti perubahan dividen sebenarnya karena ada Information Signaling Content di dalam pengumumam dividen. 5. Clientele Efect Suatu kelompok yang berbeda dari pemegang saham akan menyukai kebijakan dividen berbeda pula. Ada yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk deviden seperti halnya individu yang sudah pensiun sehingga investor ini menginginkan perusahaan untuk membayarkan dividen yang tinggi. Di lain pihak ada investor yang lebih suka untuk menginvestasikan kembali pendapatannya. Oleh karena itu investor yang menginginkan laba investasi saat ini sebaiknya memiliki saham di perusahaan yang membagikan dividen yang tinggi, sedangkan investor yang tidak menginginkan laba saat ini sebaiknya memiliki saham di perusahaan yang membagikan dividen yang rendah. Dividend Payout Ratio (DPR) Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama.
84
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen (Jogiyanto, 1998:58). Basri dan Gitosudarmo (2000:244) juga mengatakan bahwa DPR merupakan ratio antara dividend per share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio (DPR) mencerminkan kebijakan deviden dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibayarkan kepada pemegeng saham. Secara sistematis DPR dapat dirumuskan sebagai berikut: DPR =
Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) adalah salah satu ukuran (profitabiltas) merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan asset yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA =
Kedua variabel untuk mengukur ROA tersebut (EAT dan total investasi aktiva operasi) tercermin dalam laporan keuangan tahunan, dimana besarnya EAT diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan total asset yang digunakan dalam penelitian ini adalah total aktiva tetap yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan neraca (sisi aktiva/asset). Debt to Total Asset (DTA) Debt to Total Asset merupakan ratio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed asset) dan aktiva lainnya (others assets). Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar debt ratio menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar pula beban biaya hutang yang harus dibayar oleh
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
85
perusahaan. Semakin meningkatnya debt ratio berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang (karena digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividend) juga semakin berkurang atau menurun. Secara sistematis debt ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang,1997). Secara matematis DTA dapat dirumuskan sebagai berikut: DTA =
Cash Ratio Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquiditas ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983:211). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Secara matematis Cash Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Cash Ratio =
Kas dan ekuivalennya menunjukkan besarnya kas dan setara kas (giro dan simpanan lain yang pengambilannya tidak dibatasi oleh waktu) yang tercermin dalam neraca (sisi asset/current asset). Sedangkan Current liability menentukan jumlah kewajiban jangka pendek yang tercermin dalam neraca (sisi liability/current liability). Growth Growth (Pertumbuhan) yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik. Teori free cash flow hipothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) dalam Jensen et el (1992) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi akan memiliki free cash flow yang rendah karena
86
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai Net Present Value (NPV) yang positif. Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja dari dividen akan lebih kuat dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan (Charitou dan Vafeas, 1998). Secara matematis growth dapat dirumuskan sebagai berikut:
Growth =
𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑡 –𝑁𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑡−1 𝑁𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑡−1
Firm Size Smith dan Watts (1992) menunjukkan, dasar teori pada pengaruh dari ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap dividend payout ratio sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif, dimana proksi Size adalah total asset. Secara matematis Size dapat dirumuskan sebagai berikut:
Size = Total asset
Pengaruh ROA Terhadap DPR Suja’i (2008:21) menyatakan bahwa ROA diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas
perusahaan.
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba dan dividen akan dibagikan apabila perusahaan menghasilkan laba. Dari laba setelah pajak tersebut dividen dibagikan kepada pemegang saham dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Semakin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba semakin besar dividen yang diberikan kepada pemegang saham, hal tersebut akan meningkatkan tingkat kemakmuran para pemegang saham. Dengan demikian tujuan perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham tercapai yang berhubungan erat dengan keemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (Hartono dan Harjito, 2003). Profitabilitas
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
87
mempengaruhi kebijakan dividen sesuai dengan pendapat Hanafi (2004) yang menyatakan perusahaan mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar atau meningkatkan dividen. Demikian sebaliknya akan terjadi jika profitabilitas tidak baik. Pendapat senada juga diungkapkan oleh (Turnovsky, 1967), (Kao dan Wu, 1994), (Rahmawati, 1999), (Sutrisno, 2001) dan (Anomsari, 2003).
Pengaruh DTA Terhadap DPR Rasio Debt to Total Asset menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktiva operasionalnya. Semakin besar rasio hutang (dimana beban hutang juga semakin besar) berdampak pada profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (Partington 1986 Pengaruh Cash Ratio Terhadap DPR Cash ratio merupakan bagian dari rasio likuiditas, Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangakan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Dividen merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi likuiditas perusahaan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Riyanto, 2001:267). Pengaruh Growth Terhadap DPR Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertubuhannya. Perusahaan tersebut biasanya lebih suka untuk menahan “earning” nya dari pada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan makin besar untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, berarti makin rendah dividen yang dibagikan (Riyanto, 2001:268).
88
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
Pengaruh Firm Size Terhadap DPR Suatu perusahaan besar dan telah berjalan dengan baik, dan mempunyai catatan profitablitas dan stabiltas, akan mempunyai akses yang mudah untuk kepasar modal. Sedangkan perusahaan yang baru, kecil dan bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung resiko bagi penanam modal potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas; dan perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk menbiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil dan baru (Weston and Coopeland, 1997:125). Hipotesis Hipotesis dalam penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut : H1
: ROA berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.
H2
: DTA berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio.
H3
: Cash Ratio berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.
H4
: Growth berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio.
H5 : Firm Size berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. H6 : ROA, DTA, Cash ratio, Growth, dan Firm Size secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel ditentukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang listed di BEI periode tahun 2007-2010. 2. Perusahaan yang membagikan dividen selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2007-2010. 3. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah di audit setiap tahun selama periode tahun 2007-2010.
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
89
Definisi Operasionalisasi Variabel 1. Kebijakan Dividend Yang dimaksud dengan kebijakan dividen dalam penelitian ini adalah yang menyangkut keputusan pembayaran laba bersih (EAT) untuk pembayaran dividend dan keputusan investasi. Oleh karena itu kebijakan dividen merupakan indikator Dividend Payout Ratio (DPR). DPR merupakan rasio antara dividend pershare (DPS) terhadap earning per share (DPS) (Basri dan Gitosudarmo. 2000:244). 2.
Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara pendapatan bersih sesudah pajak (Erning After Tax) terhadap total asset yang dinyatakan dalam persen. Rasio ini mengukur kemampuan asset dalam menghasilkan laba bersih (Suja’i, 2008:28).
3. Debt to Total Asset (DTA) DTA merupakan ratio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed asset) dan aktiva lainnya (others assets) (Ang, 1997). DTA = 4. Cash Ratio Merupakan rasio antara kas dan equivalent terhadap current liability. Kas dan equivalent menunjukkan besarnya kas dan setarakas (giro dan simpanan lain yang pengambilannya tidak dibatasi oleh waktu), sedangkan current liability menunjukkan jumlah kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983:211). Cash Ratio = 5.
Growth Merupakan rasio antara net sales (t) sekarang dikurangi dengan net sales sebelumnya (t-1) terhadap net sales sebelumnya (t-1) (Ang, 1997). Growth =
−
−1 −1
6. Firm Size (Ukuran Perusahaan) Ukuran untuk menentukan ukuran perusahaan adalah dari total asset (Smith dan Watts, 1992). 90
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
Size = Total asset. Model Penelitian
Return on Asset Debt to Total Aseet Dividend Payout Ratio
Cash Ratio
Growth
Firm Size
Model Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Devidend Payout Ratio
Metode Analisis Metode analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah dengan memakai teknik analisis regresi linier berganda DPR = a +
1
ROA+
DTA+
CR +
GROWTH +
FIRM SIZE + e
Dimana: DPR
= Dividend Payout Ratio
ROA
= Return On Asset
DTA
= Debt to Total Asset
CR
= Cash Ratio
G
= Growth
Firm Size
= Ukuran Perusahaan
a
= konstanta 1,
e
,
,
,
= koefisien regresi = kesalahan residual (error)
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
91
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel Penelitian Jumlah saham perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2010 berjumlah 131 perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen selama empat tahun berturut-turut pada periode 2007-2010, dan mempublikasikan laporan keuangan yang telah di audit setiap periode tahun 2007-2010. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 25 perusahaan.
Statistik Deskriptif Berdasarkan input data dari ICMD 2011 maka dapat dihitung rasio-rasio keuangan yang digunkan dalam penelitian ini yang meliputi DPR, ROA, Cash Ratio, Growth, Firm Size. Selanjutnya apabila dilihat dari nilai minimum, maximum, rata-rata (mean) dan standar deviasi ( ) dari masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Descriptive Statistics ROA DTA CR Growth Firm Size DPR
N 100 100 100 100 100 100
Minimum ,0127 ,1153 ,0240 -,8937 1,53 ,0001
Maximum ,5676 ,9482 5,1845 ,5526 2,09 3,0294
Mean ,182276 ,390564 ,867459 ,135024 1,8370 ,479400
Std. Deviation ,1245099 ,1898482 1,0088758 ,1887340 ,11862 ,4162768
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 1 tersebut nampak bahwa dari 25 perusahaan sampel dengan menggunakan metode pooled dimana perusahaan dikalikan periode tahun pengamatan (4 tahun), sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 25 x 4 = 100 sehingga sampel yang di gunakan sejumlah 100. Variabel DPR mempunyai rata-rata sebesar 0,479400 dengan standar deviasi sebesar 0,4162768 dimana nilai standar deviasi lebih kecil dari ratarata DPR. Demikian pula nilai minimum sebesar 0,0001 lebih kecil dari rata-rata DPR dan nilai maksimum sebesar 3,0294 yang lebih besar dari nilai rata-rata DPR. Hasil yang sama juga terjadi pada variabel ROA, DTA dan Firm Size. Sedangkan variabel Cash Ratio nilai rata-ratanya sebesar 0,867459 dengan standar deviasi sebesar 1,0088758 lebih besar dari nilai rata-rata. Demikian nilai minimum sebesar 92
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
0,0240 lebih kecil dari nilai rata-rata dan nilai maksimum sebesar 5,1845 lebih besar dari nilai rata-rata. Hal yang sama terjadi pada Variabel Growth. Pembahasan Untuk membuktikan apakah model regresi linier berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik, maka selanjutnya akan dilakukan evaluasi ekonometrika. Evaluasi ekonometrika terdiri dari uji normalitas data, multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan metode uji sampel Kolmogorov-Smirnov dengan test distribution normal dimana kriteria yang digunakan yaitu: jika Sig > taraf signifikansi (α= 0,05) maka data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data dapat disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas N Normal Parameters(a,b)
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
100
Growth 100
Firm size 100
DPR 100
,390564
,867459
,135024
1,8370
,479400
,1245099
,1898482
1,0088758
,1887340
,11862
,4162768
,140
,105
,226
,161
,129
,192
,140 -,091 1,400 ,040
,105 -,074 1,051 ,219
,226 -,202 2,255 ,000
,092 -,161 1,606 ,012
,129 -,059 1,291 ,071
,192 -,132 1,922 ,001
ROA 100
DTA 100
,182276
CR
Dari hasil uji normalitas terbukti bahwa kelima variabel bebas tersebut ada beberapa variabel yang tidak berdistribusi normal. Walaupun distribusi data tidak seluruhnya berdistribusi normal, namun analisis dengan menggunakan regresi berganda tetap dilanjutkan. Analisi linier berganda memang mensyaratkan adanya data yang berdistribusi normal agar menghasilkan Best Linier Unbiased Estimated (BLUE). Dengan kata lain, agar model tersebut bisa digunakan untuk memprediksi akan menghasilkan estimasi yang tidak bias. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan estimasi tetapi hanya bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
93
b. Uji Multikolinearitas Berikut ini akan disajikan hasil pengujian multikolinearitas yang dilakukan dengan bantuan SPSS for windows, secara lengkap hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Hasil Uji Multikolonieritas Model 1
Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) ROA DTA CR Growth Firm size
,966 ,946 ,929 ,956 ,913
1,035 1,057 1,077 1,046 1,096
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas dapat diketahui bahwa nilai VIF masingmasing variabel bebas di sekitar angka satu dan nilai tolerance mendekati angka 1. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan bebas multikolinearitas. Nilai VIF (Variance Inflating Factor) pada variabel return on asset yaitu sebesar 1,035 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai VIF disekitar angka 1 sedangkan nilai tolerance mendekati angka 1 yaitu sebesar 0.966. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada variabel return on asset tidak terjadi multikolinearitas. Pada variabel debt to total asset menunjukkan bahwa nilai VIF (Variance Inflating Factor) sebesar 1,057 yang berarti disekitar angka 1 dan nilai tolerance sebesar 0,946yang berarti mendekati 1, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada variabel debt to total asset tidak terjadi multikolinearitas. Adapun pada variabel cash ratio menunjukkan bahwa nilai VIF (Variance Inflating Factor) sebesar 1,077 yang berarti disekitar angka 1 dan nilai tolerance sebesar 0,929 yang berarti mendekati 1, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada variabel cash ratio tidak terjadi multikolinearitas. Pada variabel growth menunjukkan bahwa nilai VIF (Variance Inflating Factor) sebesar 1,046 yang berarti disekitar angka 1 dan nilai tolerance sebesar 0,956 yang berarti mendekati 1, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada variabel growth tidak terjadi multikolinearitas. Variabel firm size menunjukkan bahwa nilai VIF (Variance Inflating Factor) sebesar 1,096 yang berarti disekitar angka 1 dan nilai tolerance sebesar 0,913 yang berarti mendekati 1, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada variabel firm size tidak terjadi multikolinearitas.
94
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi variabel return on asset, debt to total asset, cash ratio, growth, dan firm size tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan output SPSS versi 15.0 maka hasil uji heteroskedastisitas dapat ditunjukkan dalam tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1
(Constant) ROA DTA CR Growth Firm size
Unstandardized Coefficients B Std. Error -,068 ,630 -,004 ,321 -,005 ,213 ,001 ,040 ,001 ,213 ,038 ,346
Standardized Coefficients Beta
t -,107 -,014 -,022 ,018 ,006 ,109
-,001 -,002 ,002 ,001 ,012
Sig. ,915 ,989 ,982 ,985 ,996 ,913
Berdasarkan tabel 4 tersebut nampak bahwa semua variabel bebas menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas dalam varian kesalahan. d. Uji Otokorelasi Hasil uji autokorelasi dapat disajikan pada Tabel 5 berikut: Tabel 5 Hasil uji autokorelasi
Model 1
R ,389(a)
R Square ,151
Adjusted R Square ,106
Std. Error of the Estimate ,3935685
Durbin-Watson 1,867
Dari hasil hitung Durbin Watson sebesar 1,867, sedangkan dalam tabel DW untuk k = 5 dan N = 100 besarnya dl (batas luar) = 1,571; 4-dl = 2,429 dan du (batas dalam) = 1,780; 4 – du = 2,133. Sehingga nilai du: 1,780
95
Kriteria pengujiannya adalah jika Sig. >
maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan
apabila Sig. < maka Ho ditolak dan Ha diterima. Adapun untuk mengetahui hasil uji F dalam penelitian ini maka akan dilakukan perbandingan antara nilai sig. F dengan tingkat signifikansinya ( ) 5%, yang dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Hasil Perhitungan Regresi Berganda 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 2,595 14,560 17,155
Df 5 94 99
Mean Square ,519 ,155
F 3,351
Sig. ,008(a)
Berdasarkan hasil analisis uji F pada tabel 6 dengan signifikansi 0,008, sehingga dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai
= 3,351 >
=2,325. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel return on asset, debt to total asset, cash ratio, growth, dan firm size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. b. Hasil Uji Parsial Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu return on asset, debt to total asset, cash ratio, growth, dan firm size berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia, maka digunakan uji t (t- test) dua arah (two side atau 2 –tail test) dengan cara membandingkan nilai signifikansinya dengan , dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar 95% ( = 5%). Secara lengkap hasil uji t dapat disajikan pada tabel 7. Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model 1
(Constant) ROA DTA CR Growth Firm size
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,762 ,635 1,076 ,323 ,326 ,214 ,030 ,041 -,308 ,214 -,321 ,349
Standardized Coefficients Beta ,322 ,148 ,073 -,140 -,092
t
Sig.
1,199 3,329 1,520 ,737 -1,437 -,920
,233 ,001 ,132 ,463 ,154 ,360
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda yang disajikan pada tabel 7, maka model persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut: DPR = 0,762 + 1,076ROA + 0,326DTA + 0,030CR - 0,308Growth - 0,321Firmsize + e
96
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut diatas maka dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Variabel Return on Asset (ROA) Hubungan ROA dengan DPR unstandardised coefficients yaitu statistik terjadi nyata atau berbeda dengan nol dan nilai
1
= 1,076 secara
= 3,329 >
=1,946
dengan signifikan = 0,001 <0,05 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan variabel return on asset terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. Kondisi ini sesuai dengan teori bila terjadi kenaikan ROA maka DPR akan semakin tinggi pula. Hasil ini juga mendukung penelitian dari Nugroho (2004), Chasanah (2008) Amalia (2009) bahwa kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan akan mempengaruhi peruahaan dalam membagikan dividen. ROA juga merupakan ukuran efektif perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunkan untuk operasi. Dengan hasil ini maka
1
yang menyatakan bahwa Retun on Asset ROA
berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio (DPR) diterima. 2. Variabel Debt to Total Asset (DTA) Hubungan DTA dengan DPR unstandardised coefficients yaitu
= 0,326 secara
statistik terjadi tidak nyata atau tidak berbeda dengan nol dan nilai
= 1,520 <
=1,946 dengan signifikan = 0,132 > 0,005. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan variabel debt to total asset terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian Amalia (2009) bahwa DTA tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Namun kontradiktif dengan penelitian Nugroho (2004) yang menyatakan DTA berpengaruh signifikan terhadap DPR. Dengan hasil ini maka
yang menyatakan bahwa Debt to Total Asset (DTA)
berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio (DPR) ditolak. 3. Variabel Cash Ratio Hubungan Cash Ratio dengan DPR unstandardised coefficients yaitu
= 0,030
secara statistik terjadi tidak nyata atau tidak berbeda dengan nol dan nilai M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
= 97
0,737 <
=1,946 dengan signifikan = 0,463 > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan variabel cash ratio terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian dari Nugroho (2004) namun kontradiktif dengan penelitian Amalia (2009) dan Amalia (2011) yang menyatakan berpengaruh signifikan negatif, Difah (2011) yang menyatakan berpengaruh signifikan positif. Dengan hasil ini maka
yang menyatakan bahwa Cash Ratio berpengaruh
positif terhadap dividend payout ratio (DPR) ditolak. 4. Variabel Growth Hubungan Growth dengan DPR unstandardised coefficients yaitu secara statistik terjadi tidak nyata atau tidak berbeda dengan nol dan nilai 1,437 <
= -0,308 =-
=1,946 dengan signifikan = 1,54 > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan variabel growth terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian Shitta (2011) negatif tidak signifikan namun kontradiktif dengan penelitian Nugroho (2004) yang berpengaruh signifikan, Fira Puspita (2009), Latifasari (2011), yang menyatakan berpengaruh signifikan negatif, Difah (2011) yang menyatakan signifikan positif. Dengan hasil ini maka
yang menyatakan bahwa Growth berpengaruh negatif
terhadap dividend payout ratio (DPR) ditolak. 5. Variabel Firm Size Hubungan Firm Sise dengan DPR unstandardised coefficients yaitu secara statistik terjadi tidak nyata atau tidak berbeda dengan nol dan nilai 0,920 <
= -0,321 =-
=1,946 dengan signifikan = 0,360 > 0,05.. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan variabel firm size terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian dari Nugroho (2004), namun kontradiktif dengan penelitian Chasana (2008), Amalia (2009), Latiefasari (2011), Difah (2011), Shitta (2011) yang menyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Dengan hasil ini maka
yang menyatakan bahwa Firm Size berpengaruh
positif terhadap dividend payout ratio (DPR) ditolak. 98
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
c. Koefisien Determinan (
)
Dari hasil perhitungan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan menunjukkan pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent adalah besar, hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 15,1%. Dengan demikian berarti bahwa pengaruh return on asset, debt to total asset, cash ratio, growth, dan firm size terhadap variabel dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia dapat dijelaskan sebesar 15,1% sedangkan sisanya sebesar 84,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa secara pasial variabel ROA terhadap DPR pada penelitian ini adalah sebesar 1,076 serta besarnya dominasi pengaruh ROA terhadap DPR 0,332 mengisentifikasi bahwa manajemen perusahaan masih mempertimbangkan ROA dalam menentukan kebijakan dividen, hal ini juga menjadi informasi yang sangat berguna bagi investor untuk memperhatikan ROA dalam menentukan investasi di perusahaan karena bila ROA meningkat maka akan meningkatkan dividen. 2. Pengujian hipotesis yang 2 menunjukkan bahwa secara persial variabel DTA tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Hal ini mengidentifikasikan manajemen tidak perlu mempertimbangkan DTA dalam menentukan kebijakan dividen, hal ini juga menjadi informasi bagi investor dalam keputusan investasi bahwasannya DTA tidak mempuyai pengaruh dalam kebijakan dividen perusahaan. 3. Pengujian hipotesis yang 3 menunjukkan bahwa secara persial variabel Cash Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Hal ini mengidentifikasikan bahwa kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI periode 2007-2010 tidak hanya memperhatikan kondisi likuiditas perusahaan saja tetapi juga memperhatikan lingkungan eksternal perusahaan. Kas yang besar belum tentu mencerminkan bahwa perusahaan tesebut juga akan membagikan deviden yang besar. M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
99
4. Pengujian hipotesis yang 4 menunjukkan bahwa secara persial variabel Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Hal ini mengidentifikasikan manajemen tidak perlu mempertimbangkan Growth dalam menentukan kebijakan dividen, hal ini juga menjadi informasi bagi investor dalam keputusan investasi bahwasannya Growth tidak mempuyai pengaruh dalam kebijakan dividen perusahaan 5. Pengujian hipotesis yang 5 menunjukkan bahwa secara persial variabel Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Hal in mengidentfikasikan bahwa perusahaan besar maupun kecil tidak mempengaruhi besar kecil pembagian dividen dalam suatu perusahaan. 6. Pengujian hipotesis yang 6 menunjukkan bahwa secara simulltan variabel ROA, DTA, Cash Ratio, Growth, Firm Size berpengaruh signifikan terhadap DPR. Saran Terhadap hasil analisis penelitian dan kesimpulan ada beberapa saran yang diharapkan mampu memberi sumbangan dalam bentuk ide atau pemikiran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Perusahaan hendaknya lebih memperhatikan faktor-faktor mana sajakah yang berpengaruh dan perlu dipertimbangkan didalam kebijakan dividen. 2. Investor atau calon investor harus lebih memperhatikan informasi-informasi yang diberikan oleh perusahaan karena dengan adanya informasi tersebut maka dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan yang tepat sehubungan dengan investasinya. Variabel ROA merupakan variabel yang berpengaruh dalam penelitian ini dengan beta standardized coeffisients sebesar 0,322. 3. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel yang dianalisis sehingga nantinya akan dapat mewakili keselurahan perhitungan dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
DAFTAR PUSTAKA Amalia, Fira Puspita, 2009, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007),tesis, tidak dipublikasikan, Semarang, Progam Pasca Sarjana Magister Manajemen, UNDIP.
100
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
Amalia, Shitta, 2011, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia non Keuangan Periode 2005-2009), Skripsi, tidak dipublikasikan, Semarang, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang. Arilah, Muhammad Asril. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 20. No. 1, pp. 78-87. Basri dan Indriyo Gito Sudarmo. 2000. Manajemen Keuangan, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Brigham, Eugene & Joel Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 2, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Chasanah, Amalia Nur, 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Yang Listed di Bursa Efek Indonesia (Perbandingan Pada Perusahaan Yang Sebagian Sahamnya Dimiliki Oleh Manajemen Dan Yang Tidak Dimiliki Oleh Manajemen), Tesis, tidak dipublikasikan, Semarang, Progam Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro Semarang. Darminto. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Likuidias, Struktur Modal dan Struktur Kepemilikan Saham Tehadap Kebijakan Dividen, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 20. No. 2. Difah, Siti Syamsiroh, 2011, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Rato Pada Perusahaan Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2009, Skripsi, tidak dipublikasikan, Semarang, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang. Gujarati, Damodar. 2000. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Gujarati, Damodar. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Indriantoro, Nur dan Supomo Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE UGM. Jogiyanto. 1998. Teory portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE UGM. Jogiyanto. 2008. Pedoman Survei Kuesioner, Mengembang Kuesioner, Mengatasi Bias dan Meningkatkan Respon. Yogyakarta: BPFE UGM. Latifasari, Hani Diana, 2011,Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Periode Tahun 20052009), Skripsi, tidak dipublikasikan, Semarang, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang. Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Potition, Debt To Equity Ratio, dan Return On asset Terhadap Dividen Payout Ratio, Jurnal manajemen bisnis, Volume.2. No. 1, pp. 1-6. Nugroho, Setya, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen pada perusahaan yang Listed di Bursa Efek Jakarta, Tesis, tidak dipublikasikan, Semarang, Progam Pasca Sarjana Magister Manajemen, UNDIP. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pebelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Sudarsi, Sri. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Industri Perbankan Yang Listed di Bursa Efek Jakarta, Jurnal bisnis dan Ekonomi. Suja’i, A Yusuf Imam. (2005). Metode penelitian Sosial (Teknik Penyusunan Proosal dan Laporan Hasil Penelitian). Malang: BPFE UNISMA. Suja’i, A Yusuf Imam. (2008). Modul manajemen Keuangan 1. Malang: BPFE UNISMA. M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono
101
Sunarto dan Andika kartika.2003. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividen kas di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Warsono, 1999. Manajemen Keuangan, Buku 1, keputusan Keuangan Jangka Panjang. Malang: UMM Press. Weston, J. Fred & Thomas E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan, Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara. Widoadmodjo, Sawidji. 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafika. *) M. Hendra Jailani adalah alumnus Fakultas Ekonomi Universitas islam Malang **) A. Yusuf Imam Suja’i adalah dosen tetap Fakultas Ekonomi Unisma ***) A. Agus Priyono adalah dosen tetap Fakultas Ekonomi Unisma
102
M. Hendra Jailani, A. Yusuf Imam Suja’i & A. Agus Priyono