FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MELAKUKAN PERJALANAN WISATA DAN KEPUTUSAN ALTERNATIF PILIHAN DENGAN MENGGUNAKAN TRAVEL AGENT Russiana Pratiwi School of Business Management, Binus University 11530, Kemanggisan, Jakarta Barat, Indonesia Telp : 628-9975-74754 Email :
[email protected]
Robertus Tang Herman School of Business Management, Binus University 11530, Kemanggisan, Jakarta Barat, Indonesia Telp : 5345830(2246) Fax : 5300244 Email :
[email protected]
Abstract
The research objectives are to identify factors that affect traveling intention with using travel agent and to identify factors that affect traveling intention with using travel agent based on the type of lifestyle. Researcher uses a combination of Factor Analysis and Analytic Hierarchy Process as an analytical methods. Simple random sampling (sample size 100) and purposive sampling (sample 5) are used by researcher as sampling. The techniques are quantitative and qualitative analysis by distributing questionnaires and doing in-depth interviews to several respondents who have met the criteria. The result of conducted research are 5 new factors which are hospitality and intellectual employee factors, product development factors, external motivation factors, personal involvement and attractiveness of country factors and personal satisfaction factors. The Research also states that hospitality and intellectual employee factors are affected by Indoors, product development factors are affected by Dreamers, external motivation factors are affected by Achievers, personal involvement and attractiveness of country factors are affected by Escapists and personal satisfaction factors are affected by Satisfiers. Keywords : Travel Agent, Lifestyle Type, Analysis Hierarchy Process
1
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent dan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi intensi melakukan perjalanan travel agent berdasarkan tipe lifestyle. Metode analisis yang digunakan adalah kombinasi dari Analisis Faktor dan Analytic Hierarchy Process. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling (jumlah sampel 100) dan purposive sampling (jumlah sampel 5). Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif dengan menyebarkan kuesioner dan melalui in depth interview kepada beberapa responden yang memenuhi kriteria. Penelitian ini menghasilkan 5 faktor baru yang terbentuk yakni hospitality and intellectual employee factors, product development factors, external motivation factors, personal involvement and attractiveness of country factors, dan personal satisfaction factors. Penelitian ini juga menyatakan bahwa hospitality and intellectual employee factors dipengaruhi oleh tipe Indoor, product development factors yang dipengaruhi oleh tipe Dreamer, external motivation factors dipengaruhi oleh tipe Achiever, personal involvement and attractiveness of country factors dipengaruhi oleh tipe Escapist dan personal satisfaction factors dipengaruhi oleh tipe Satisfiers. Kata Kunci : travel agent, tipe lifestyle, Analysis Hierarchy Process
PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang memasuki era globalisasi, menjadikan perjalanan wisata sebagai sebuah pendorong dalam perubahan gaya hidup masyarakat. Peran Cook (1881) dalam (Cheung & Lam, 2009, p.85) sebagai pelopor yang menyelenggarakan perjalanan wisata untuk pertama kali, menjadi langkah awal dalam membuka kesempatan bagi sektor travel untuk semakin dikenal dan berkembang pesat hingga sekarang. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini berubah menjadi bagian dari hak asasi manusia, sebagaimana yang dikemukakan (Naisbitt, 1994). Perubahan ini tidak hanya terjadi pada negara maju saja, tetapi merambat pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang modern, masyarakat didorong untuk memiliki kesibukan yang super ekstra. Terdapat desakan akan tuntutan hidup, jenjang karir yang tinggi, dan ditambah dengan pekerjaan padat yang menyita waktu.
Namun demikian, begitulah fenomena
kehidupan yang terjadi di Negara Indonesia, terutama di kota-kota besar apalagi di daerah ibukota (Jakarta). Menurut data Badan Pusat Statistika menyatakan bahwa pada Februari 2014, jumlah angkatan kerja di daerah ibukota melonjak mencapai 4,68 juta orang dibandingkan pada Februari 2013 yang hanya sebesar 4,63 juta orang. Hal ini membuktikan bahwa aktivitas di kota Jakarta semakin padat, sehingga waktu menjadi hal yang berharga untuk disia-siakan. Untuk itu, masyarakat pun cenderung memilih segala sesuatu yang dinilai praktis (tidak kompleks). Jakarta tidak hanya berperan sebagai pusat ibukota dan pemerintahan, tetapi juga gerbang penggerak rantai perekonomian negara. Dengan berhiaskan gedung-gedung pencakar langit, latar belakang manusia yang beragam (baik dalam hal budaya, pendidikan, agama, dan aspek lainnya), dilengkapi juga permasalahan lingkungan seperti, kemacetan yang membuat emosi, polusi yang memperburuk udara dan kebanjiran, menjadikan kota Jakarta mempunyai ciri khasnya tersendiri.
2
Seiring dengan berkembangnya kota Jakarta, masalah-masalah yang menguncang psikologi masyarakat semakin terasa misalnya kejenuhan, ketegangan dan rasa penat. Hal tersebut memberikan tekanan untuk masyarakat. Masyarakat pun mengalami tingkat stress yang tinggi. Maka dari itu, banyak masyarakat yang membutuhkan hiburan yang menjadi sebuah keharusan untuk dapat mengurangi stress yang rasakan akibat dampak dari rutinitas yang padat. Kondisi seperti ini tidak dipandang sebelah mata oleh para pelaku bisnis, tetapi dimanfaatkan untuk menciptakan bisnis baru terkait masalah yang telah menjadi gaya hidup di dalam lingkup masyarakat ibukota, yaitu bisnis dibidang travel. Semakin hari kesibukan masyarakat kota Jakarta kian bertambah sehingga masyarakat membutuhkan perjalanan wisata sebagai hiburan. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia mengungkapkan bahwa jumlah perjalanan wisata untuk wisatawan nusantara ke luar negeri meningkat mencapai 8,7 juta pada tahun 2013, meningkat 7% dari tahun 2012 dan jumlah wisatawan nusantara ke dalam negeri mencapai 250 juta perjalanan (dikutip dari majalah Tempo online). Adapun keinginan untuk melaksanakan perjalanan wisata dikekang oleh adanya keterbatasan waktu untuk merencanakan secara detail mengenai perjalanan wisata yang diinginkan. Hal itu juga menjadi salah satu peluang bagi pelaku bisnis untuk meningkatkan usaha bisnis travel. Para travel agent berkompetisi untuk menyediakan layanan paket wisata dan perjalanan yang harganya cukup murah. Baik untuk perjalanan di dalam negeri maupun luar negeri sekali pun. Maka, tidak heran bisnis travel di Indonesia pun semakin menjamur, yakni hampir 6.000 travel agent yang didata oleh Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies. Kepopuleran industri travel di Indonesia tidak lepas dari dukungan berbagai faktor, seperti biaya perjalanan yang semakin murah dan meningkatnya pendapatan perkapita di Indonesia, hal ini diungkapkan langsung oleh Djoko Kurniawan, seorang pengamat Marketing and Service Quality. Adapun tugas dari travel agent tidak hanya menyediakan paket-paket wisata yang menarik tetapi juga antara lain mengatur perjalanan dari mulai tiket pesawat, kendaraan saat mengunjungi tempat wisata, hotel, dan berbagai akomodasi lainnya. Perubahan gaya hidup masyarakat dalam melakukan perjalanan wisata menyebabkan adanya pembagian kelompok masyarakat berdasarkan gaya hidupnya. Terdapat 5 tipe dari lifestyle yang diekstrak dari analisa faktor dari pernyataan 34 AIO yang diadopsi dari Hawes (1988) dalam (Aziz & Ariffin, 2009, p. 98), yakni tipe lifestyle satisfier, achiever, dreamer, indoor, escapist. Gaya hidup memungkinkan pemasar untuk membuat paket wisata yang lebih kompatibel dengan motivasi, sikap dan pendapat dari para wisatawan. Dengan banyaknya value berbeda yang ditawarkan travel agent membuat konsumen harus semakin selektif dalam memilih perusahaan travel yang akan dipakai. Setiap orang pun pastinya memiliki faktor penentu dalam memilih secara selektif travel agent yang digunakan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang menentukan individu dalam memilih perusahaan travel. Faktor-faktor ini nantinya diharapkan menjadi acuan untuk membuat strategi yang tepat dan menjadi saran dalam meningkatkan penggunaan travel agent di Indonesia.
3
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent dan faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent berdasarkan tipe lifestyle. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : (a) faktor- faktor apa mempengaruhi intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent ? (b) faktor - faktor apa yang mempengaruhi intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent berdasarkan tipe lifestyle ?. Selanjutnya kontribusi dari penelitian ini adalah telah menghasilkan 5 faktor baru yang terbentuk yang mempengaruhi intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent dan adanya keputusan alternative pilihan untuk 5 tipe lifestyle yang mempenggaruhi 5 faktor baru yang terbentuk.
KAJIAN PUSTAKA 1.1
Travel agent Berdasarkan (Cheung & Lam, 2009, p. 85-86) mengungkapkan sejarah travel agent yang
dimulai pada akhir abad ke-19 dimana seorang pengusaha inggris, Thomas Cook mulai menawarkan paket wisata ke resort di tepi laut untuk masyarakat middle class dan working class. Perbaikan dalam kenyamanan dan harga perjalanan kereta api, serta pengembangan kapal besar yang mewah dan hotel yang menawarkan berbagai macam
harga untuk memenuhi permintaan perjalanan yang
menyenangkan. Penemuan mobil dan pesawat terbang pada awal abad ke-20 akhirnya membawa lebih banyak kesempatan untuk perjalanan pribadi. Selama Perang Dunia II, jutaan anak muda Amerika dikirim ke Eropa, Hawai, Alaska, Filipina, China, India, Australia dan Kepulauan Pasifik. Anak – anak muda tersebut terpesona dengan apa yang dilihat dan dilakukan di negeri-negeri lain. Setelah perang selesai, pesawat transportasi diubah menjadi
pesawat untuk melayani penumpang. Amerika memiliki kesempatan untuk
berpergian ke luar negeri dengan tujuan liburan. Permintaan untuk perjalanan pribadi hampir meledak. Beberapa orang terpelajar menyebut masa ini sebagai “Golden age” dari travel. Travel agent telah digambarkan sebagai gatekeeper informasi dalam proses pengambilan keputusan wisata. (Satit, Tat, Rasli, Chin, & Sukati, 2012, p. 523).
1.2
Lifestyle Lifestyle merupakan konsep penting yang digunakan dalam segmentasi pasar dan
pemahaman target pelanggan, yang mana tidak disediakan oleh studi demografi saja. banyak peneliti telah fokus pada identifikasi gaya hidup konsumen untuk memiliki informasi yang lebih baik tentang konsumen. (Krishnan, 2011, p. 284). Menurut Hawes (1988) dalam (Aziz & Ariffin, 2009, p. 98) melakukan penelitian tentang gaya hidup. Terdapat 5 tipe dari lifestyle yang diekstrak dari analisa faktor dari pernyataan 34 AIO yang diadopsi dari Hawes (1988). Tipe-tipe lifestyle yang dimaksud adalah satisfier, merupakan tipe lifestyle yang dipuaskan oleh kehidupan sendiri, mempunyai kapasitas untuk menikmati waktu luang yang lebih baik. Terdiri dari orang-orang tertarik untuk kesenangan dan menikmati hidup. Dreamer merupakan tipe lifestyle yang terkait dengan keinginan untuk perjalanan masa depan. Indoor merupakan satu-satunya tipe lifestyle yang dilaporkan memiliki
4
hubungan dengan pariwisata berbasis budaya. Indoors merupakan individu yang bergantung banyak pada passive dan push promotion (televisi) sebagai sumber informasi utama dalam keputusan dalam melakukan perjalanan. Achiever merupakan tipe lifestyle yang melakukan perjalanan berdasarkan dengan pengalaman sendiri dalam melakukan traveling sebelumnya. Escapist merupakan individu lebih memilih untuk terlibat dalam jenis wisata yang lebih pasif. Beristirahat dan bersantai adalah semua hal yang yang ingin dilakukan pada saat liburan. Akomodasi untuk segmen ini cenderung lebih ke arah perdesaan daripada mewah. Escapist juga akan mencari tarif yang rendah untuk perjalanan yang dilakukan, karena tidak akan membebani keuangan serta pikiran saat melakukan perjalanan. Sering dikaitkan dengan ketentraman lingkungan pinggiran kota dan lingkungan perdesaan.
1.3
Faktor
–
Faktor
yang
Mempengaruhi
Pengambilan
Keputusan
Pembelian
Menggunakan Travel Agent Menurut (Ng, Cassidy, & Brown, 2006, p. 12) faktor-faktor yang mempengaruhi minat orang dalam menggunakan jasa travel agent terdiri dari 12 atribut faktor, yakni konsultan yang memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, pegawai yang helpful dan friendly, harga paket liburan, kualitas dari paket perjalanan, layanan tambahan, lokasi yang nyaman, trading hours/days, agency layout , atmosphere, parker, reputasi dari travel agent, travel reward programme. Menurut (Ferencova, 2012, p. 309-310), pengaruh travel agent terhadap individu dalam melakukan perjalanan wisata terdiri dari faktor-faktor berikut ini, yakni harga, tujuan wisata, tujuan untuk melakukan liburan, akomodasi, service untuk catering, transportasi, layanan tambahan yang disediakan dalam paket liburan, reputasi travel agent
METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan tujuan dilakukannya penelitian, menggunakan jenis penelitian eksploratif. Berdasarkan pendekatan data yang dikumpulkan, menggunakan jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif. Waktu penelitian ini menggunakan cross sectional. Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan melalui in depth interview dan penyebaran kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling (100 sampel) dan purposive sampling (5 sampel). Unit analisis yang diteliti adalah individu yang tinggal di kota Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Faktor dengan menggunakan aplikasi SPSS 20 dan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) dengan menggunakan aplikasi ahp123.com.
5
HASIL PEMBAHASAN Tabel 1.1 KMO dan Barlett’s Test
Sumber : SPSS 20
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan nilai KMO adalah sebesar 0.755 (> 0.5) dan Barlett’s Test sebesar 0.000 (<0.05) sehingga menunjukkan bahwa variabel - variabel tersebut layak untuk digunakan (diolah menggunakan Analisis Faktor).
Tabel 1.2 Communalities
Sumber : SPSS 20
Tabel 1.2 menunjukkan nilai Communalities. Menurut Velicer dan Fava (1998) dalam (Costello & Osborne, 2005, p. 90) mengungkapkan bahwa nilai Communalities dianggap tinggi jika semua variabel memiliki nilai 0.8 atau lebih besar. Tetapi ini tidak mungkin terjadi dalam data real. Lebih umum besaran dalam ilmu sosial menggunakan nilai Communalities dari 0.4 – 0.7. Maka reduksi faktor pada Tabel Communalities menggunakan nilai extraction 0.6 keatas. Sehingga nilai extraction pada Tabel Communalies dibawah 0.7 ( <0.7 ) akan di hapus (dihilangkan dari perhitungan selanjutnya). Tabel Communalities telah di reduksi sebanyak 5 x dan berhenti ketika telah memenuhi syarat, sehingga pengujian pada Tabel Communalities berhenti pada hasil output yang ke 5.
6
Tabel 1.3 Total Variance Explained
Sumber : SPSS 20
Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa 14 variabel yang telah dimasukkan dan diolah menggunakan metode analisis faktor, dengan masing – masing variabel mempunyai varians 1, dengan demikian menerangkan bahwa total varians eigenvalue > 1. Dari 14 variabel tersebut di ringkas atau digabungkan menjadi 5 faktor baru.
Tabel 1.4 Rotated Componen Matrix
Sumber : SPSS 20
Berdasarkan Tabel 1.4 menunjukkan bahwa terdapat 14 variabel, dimana masing- masing akan dikelompokkan kedalam 5 faktor baru yang terbentuk. Maka kesimpulan yang didapat dari Tabel 1.4 adalah •
Faktor 1 (Hospitality and Intellectual Employee Factors) Faktor 1 terdiri atas variabel 17, 19, 20, 21, 22, yakni variabel tour guide yang lancar berbahasa asing, pegawai yang helpful, pegawai yang friendly, konsultan yang memiliki banyak pengetahuan dan konsultan yang memiliki banyak pengalaman.
7
•
Faktor 2 (External Motivation Factors ) Faktor 2 terdiri atas variabel 31, 32, yakni
variabel rekomendasi orang lain dan
rekomendasi orang terdekat. •
Faktor 3 (Personal Satisfaction Factors) Faktor 3 terdiri atas variabel 11, 24, 25, yakni variabel harga berdasarkan value, atmosfer kantor dan tata letak ruangan.
•
Faktor 4 (Product Development Factors ) Faktor 4 terdiri atas variabel 2, 3, yakni variabel kustomisasi produk dan paket tour yang berkualitas.
•
Faktor 5 (Personal Involvement and Atractiveness of the country Factors) Faktor 5 terdiri atas variabel 46, 47, yakni variabel tujuan melakukan wisata dan negara yang akan dituju.
Hasil dari faktor baru yang terbentuk diberikan penamaan oleh peneliti berdasarkan saran oleh 2 ahli (expert) di bidang marketing. Jadi penamaan yang dberikan untuk Faktor 1 adalah Hospitality and Intellectual Factors, penamaan untuk Faktor 2 adalah External Motivation Factors, penamaan untuk Faktor 3 adalah Personal Satisfaction Factors, penamaan Faktor 4 adalah Product Development Factors, dan penamaan untuk Faktor 5 adalah Personal Involvement and Atractiveness of Country Factors.
Tabel 1.5 Tabel Criteria Preferences AHP
Criteria
Achiever
Dreamer
Indoor
Escapist
Satisfier
Componen 1
0.0333
0.1290
0.5128
0.2594
0.0635
Componen 2
0.5128
0.0634
0.2615
0.1382
0.0334
Componen 3
0.0634
0.2615
0.1290
0.0313
0.5337
Componen 4
0.1290
0.5128
0.0333
0.0617
0.2359
Componen 5
0.2615
0.0333
0.0634
0.5093
0.1336
preferences
Sumber : ahp123.com
Berdasarkan pada Tabel 1.5 menunjukkan bahwa komponen 1 (faktor 1) banyak dipilih oleh tipe lifestyle Indoor, komponen 2 (faktor 2) banyak dipilih oleh tipe lifestyle Achiever, komponen 3 (faktor 3) banyak dipilih oleh tipe lifestyle Satisfier, komponen 4 (faktor 4) banyak dipilih oleh tipe lifestyle Dreamer dan komponen 5 (faktor 5) banyak dipilih oleh tipe lifestyle Escapist.
8
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti telah menemukan hasil untuk menjawab tujuan penelitian. Kesimpulan untuk tujuan penelitian pertama, yakni faktor – faktor yang mempengaruhi intensi melakukan wisata menggunakan travel agent adalah hospitality and intellectual employee factors, external motivation factors, personal satisfaction factors, dan personal involvement and atractiveness of the country factors.
Kesimpulan untuk tujuan penelitian kedua, yakni faktor – faktor yang mempengaruhi intensi melakukan wisata menggunakan travel agent berdasarkan tipe lifestyle adalah product development factors dipengaruhi oleh tipe lifestyle Dreamer dalam melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent adalah dengan nilai sebesar 51.28, hospitality and intellectual employee factors dipengaruhi oleh tipe lifestyle Indoor dalam melakukan perjalanan wisata menggunakan travel dengan nilai 51.28 %, external motivation factors dipengaruhi oleh tipe lifestyle Achiever dalam melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent dengan nilai 51.28%, personal involvement and attractiveness of county factors dipengaruhi oleh tipe lifestyle Escapist dalam melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent dengan nilai 50.93 %, personal satisfaction factors dipengaruhi oleh tipe lifestyle Satisfier dalam melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent dengan nilai 53 %
SARAN •
Ketika
perusahaan travel agent ingin mengembangkan bisnisnya tersebut, harus
memperhatikan dan meningkatkan5 aspek yang sangat penting dalam mempengaruhi intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent yakni, hospitality and intellectual employee factors, external motivation factors, personal satisfaction factors, product development factors, personal involvement and attractiveness of country factors. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mencapai hasil yang maksimum. •
Disamping itu juga, peneliti memberikan saran kepada industri travel agent untuk bisa menarik intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent berdasarkan tipe lifestyle untuk masing – masing konsumen. Setiap tipe lifestyle memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda satu sama lain. Sehingga setiap tipe lifestyle memiliki faktor yang paling dominan dalam menarik minat/ intensi melakukan perjalanan wisata menggunakan travel agent. Berdasarkan analisa dan penelitian yang dilakukan, peneliti juga memberikan saran kepada industri travel agent agar dapat memperluas segmennya untuk konsumen yang bertipe lifestyle achiever dan dreamer. Karena kedua tipe ini memiliki persentase paling besar dalam minat/ intensi menggunakan travel agent, walaupun tidak tertutup kemungkinan untuk tipe lifestyle indoor, escapist dan satisfier. Dengan diketahui faktor – faktor yang dipengaruhi oleh kelima tipe lifestyle, maka diharapkan perusahaan yang bergerak dalam industri travel dapat menjalankan strategi
9
marketing yang sesuai untuk memberikan kepuasan bagi konsumen dan memberikan value yang melebihi ekspektasi konsumen.
REFERENSI Aziz, N. A., & Ariffin, A. A. (2009, November). Identifying the Relationship between Travel Motivation and Lifestyles among Malaysian Pleasure Tourists and Its Marketing Implication. International Journal of Marketing Studies, 1. Cheung, R., & Lam, P. (2009). How Travel Agency Survive in e-Business World. Communication of the IBIMA, 10. Costello, A. B., & Osborne, J. W. (2005). Best Practices in Exploratory Factor Analysis: Four Recommendations for Getting the Most From Your Analysis. Practical Assessment Research & Evaluation. Dr. Martina Ferencova, P. (2012). Travel Agency and its Image – Factor Influencing the Attitude of Tourism Client towards the Choice of a Holiday Package. International Journal of Business and Social Science, 3. Krishnan, J. (2011). Lifestyle-A Tool for Understanding Buyer Behavior. International Journal of Economics and Management, 5. Naisbitt, John. (1991). Global Paradox, Terjemahan : Budijanto, cetakan Pertama (1994). Jakarta :Binarupa Aksara. Ng, D. E., Cassidy, F., & Brown, L. (2006). Exploring the major factors influencing consumer selection of travel agencies in a regional setting. Journal of Hospitality and Tourism Management, 13, 75-84. Satit, R. P., Tat, H. H., Rasli, A., Chin, T. A., & Sukati, I. (2012, Juni). The Relationship between Marketing Mix and Customer Desicion Making Over Travel Agent : An Emperical Study. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences.
RIWAYAT PENULIS Russiana Pratiwi lahir di Bangka pada tanggal 31 Agustus 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam Jurusan International Marketing pada tahun 2015.
10