FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA PETERNAK AYAM DI KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Agung Tri Wibowo NIM 7450406553
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada:
Hari
:
Tanggal
:
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M. Si NIP. 196812091997022001
Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si NIP. 197902082006041002
Mengetahui: Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. 196812091997022001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitian Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal
:
Penguji Skripsi,
Kusumantoro, S.Pd, M.Si NIP. 197805052005011001
Anggota I
Anggota II
Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M. Si NIP. 196812091997022001
Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si NIP. 197902082006041002
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. S. Martono, M.Si NIP. 196603081899011001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari Karya Tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka aya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang,
Februari 2013
Agung Tri Wibowo NIM. 7450406553
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Pelajarilah olehmu ilmu, sebab mempelajari ilmu itu memberikan rasa takut kepada Allah, menuntutnya merupakan ibadah, mengulang-ulangnya merupakan tasbih, pembahasan merupakan jihad, mengajarkan kepada yang belum mengetahui merupakan sodaqoh, menyerahkan kepada ahlinya merupakan pendakatan kepada Allah (Hadis Riwayat Ibnu Abdil Basr).
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahakan untuk : Kedua orangtuaku tercinta yang telah mengasuh, mendidik, memberikan kasih sayang dan senantiasa mendoakannku Saudaraku yang selalu memberikan bantuan baik material maupun spiritual. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Almamater Universitas Negeri Semarang
v
PRAKATA
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat, ridho, dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Usaha Peternak Ayam di
Kecamatan
Mrebet
Kabupaten
Purbalingga”
menyelesaikan pendidikan progam studi
sebagai
syarat
dalam
Ekonomi Pembangunan Jurusan
Ekonomi Pembangunan Falkultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik moril maupun materiil. Untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof,
Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.S.i Rektor Unirversitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya. 2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang dengan kebijakasanaannya memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi yang baik. 3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun. 4. Kusumantoro, S.Pd, M.Si, dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
vi
5. Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si, dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun skripsi. 6. Semua pihak yang telah membantu penyusun dalam penulisan Skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Jika ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima dengan senang hati. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan mahasiswa ekonomi pembangunan pada khususnya.
Semarang,
Penulis
vii
Februari 2013
SARI Agung Tri Wibowo, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Usaha Peternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M. Si, pembimbing II : Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si Kata Kunci: faktor produksi, hasil usaha
Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat yang sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah luas kandang, tenaga kerja dan modal berpengaruh terhadap hasil usaha peternak ayam dan seberapa besar pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap hasil usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 18 pengusaha. Variabel penelitian terdiri dari Luas kandang (X1), Tenaga kerja (X2), Modal (X3) dan hasil usaha ternak ayam (Y). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji F, uji t dan uji asumsi klasik. Hasil pengujian secara parsial diketahui nilai signifikansi untuk variabel luas kandang sebesar 0,000, untuk variabel tenaga kerja sebesar 0,015 untuk variabel modal sebesar 0,000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui luas kandang dan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara parsial sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap hasil usaha secara parsial. Hasil perhitungan simultan diperoleh signifikansi sebesar 0,000 dengan Fhitung sebesar 1551,619 maka disimpulkan ada pengaruh antara luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap hasil usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara simultan Saran terkait dengan hasil penelitian yaitu usaha peternakan merupakan usaha padat modal bukan usaha padat karya, oleh sebab itu pengusaha ternak ayam hendaknya memperhatikan penggunaan tenaga kerja dalam usaha mereka agar tidak terjadi in-efisiensi dalam usahanya. Kontribusi pemerintah diharapkan dapat lebih meningkat dalam rangka membantu peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga khususnya dalam mengantisipasi wabah penyakit flu burung yang akhir-akhir ini sangat menghambat dan merugikan para pengusaha ternak ayam.
viii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL .................................................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii PERNYATAAN .................................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v PRAKATA ............................................................................................................ vi SARI...................................................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2.Permasalahan ................................................................................... 8 1.3.Tujuan Penelitian ............................................................................. 8 1.4.Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hasil Usaha ...................................................................................... 11 2.2 Fungsi Produksi ................................................................................ 13 2.3 Faktor Produksi Peternakan Ayam................................................... 22 2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 28 2.5 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ........................................................................ 32 3.2 Variabel Penelitian .......................................................................... 32 3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 33 3.4 Analisis Data .................................................................................... 35
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 40 4.2 Pembahasan ...................................................................................... 55
BAB V PENUTUP 5.1
Simpulan ......................................................................................... 60
5.2
Saran................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Halaman Perkembangan Jumlah Ternak Unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................................ 2
1.2 Perkembangan Jumlah Peternak Unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................................ 5 4.1
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................... 41
4.2
Deskripsi Luas Kandang Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga .................................................................................................. 42
4.3
Deskripsi Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................... 44
4.4
Deskripsi Modal Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................................ 45
4.5
Deskripsi Hasil Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................................ 46
4.6
Tabel Autokorelasi ...................................................................................... 49
4.7
Persamaan Regresi ....................................................................................... 51
4.8
Hasil Uji Parsial ........................................................................................... 52
4.9
Hasil Uji Simultan ....................................................................................... 54
4.10 Koefisien Determinasi ................................................................................. 54
xi
DAFTAR GAMBAR
Tabel
Halaman
1.1 Grafik Perkembangan Jumlah Ternak Unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga .................................................................................. 3 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian........................................................................... 31 4.1 Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga .................................................................................. 41 4.2 Deskripsi Luas Kandang Usaha ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................................. 43 4.3 Deskripsi Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga .................................................................... 44 4.4 Deskripsi Modal Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................................. 46 4.5 Deskripsi Hasil Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga ................................................................................................... 47 4.6 Uji Normalitas ................................................................................................ 48 4.7 Uji Heterokesdasitas ...................................................................................... 50
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Instrumen Penelitian................................................................................... 64 2. Data Hasil Penelitian .................................................................................. 67 3. Hasil Perhitungan SPSS ............................................................................. 74 4. Surat Ijin Penelitian .................................................................................... 82
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis ternak yang yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam di mana pemeliharaan dan konsumsi sudah menyebar di seluruh Indonesia, di samping itu, beberapa kelebihan yang dimiliki ayam sebagai bahan konsumsi telah menyebabkan terdapatnya preferensi yang tinggi dari masyarakat terhadap daging ayam potong. Kebutuhan ayam potong di Kabupaten Purbalingga mencapai 250 ribu ekor per hari. Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat yang sebagian besar muslim, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani. Perkembangan usaha daging ayam potong di Kabupaten Purbalingga sendiri tidak selamanya berjalan lancar. Dewasa ini terdapat beberapa permasalahan yang menghambat usaha daging ayam potong di Purbalingga. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan terhadap empat lokasi peternakan ayam di Kecamatan Mrebet terungkap bahwa salah satu
1
2
permasalahan yang paling banyak dikeluhkan oleh para peternak unggas adalah meningkatnya harga pakan di pasar yang tidak diikuti naiknya harga daging unggas itu sendiri. Menurut mereka kunci dari keberhasilan dalam beternak unggas tergantung dari harga pakan. Pemerintah sendiri tidak pernah melakukan kontrol terhadap perkembangan harga pakan yang ada di pasar. Berbeda pada masa orde baru hampir setiap satu pekan pemerintah menyampaikan kondisi harga pasar, jadi harga dapat relatif terkendali, sedangkan saat ini peternak hanya mengalami masa-masa menguntungkan (kenaikan harga) hanya pada saat menjelang hari raya. Pada saat itu trend harga daging ayam cenderung mengalami kenaikan. Kondisi ini tentu saja tidak dapat menyelamatkan semua pengusaha ternak unggas. Sebagian peternak unggas bahkan harus gulung tikar sebelum menjelang hari raya. Jumlah pengusaha ternak unggas di Kecamatan Mrebet dalam 5 (lima) tahun terakhir mengalami kenaikan, namun demikian jumlah produksi secara keseluruhan mengalami fluktuasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Ternak Unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga No Tahun Ayam ras Ayam Buras Itik Jumlah % Kenaikan / Penurunan 1 2005 218000 56680 2680 277360 2 2006 242000 60560 2990 305550 10,16% 3 2007 290000 62640 3590 356230 16,59% 4 2008 215600 54850 3150 273600 -23,20% 5 2009 198000 52700 2950 253650 -7,29% 6 2010 212800 53385 3282 269467 6,24% 7 2011 196000 52018 3352 251370 -6,72% Sumber : Kecamatan Mrebet Dalam Angka 2012
3
Berdasarkan tabel perkembangan jumlah ternak unggas di Kecamatan Mrebet pada tahun 2005 sampai dengan 2006 mengalami peningkatan sebesar 10,16% dan pada tahun 2007 kembali meningkat sebesar 16,59%. Namun pada tahun 2008 produksi ternak unggas di Kecamatan Mrebet mengalami penurunan sebesar 23,20% dan jumlah produksi tahun 2009 kembali turun 7,29%. Pada tahun 2010 jumlah produksi ternak unggas kembali mengalami kenaikan sebesar 6,24% dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 6,72%. Perkembangan produksi unggas yang fluktiatif di Kecamatan Mrebet lebih disebabkan karena harga pakan ternak yang juga cenderung fluktiatif. Disamping itu pada tahun 2011 pemerintah seperti kebanjiran barang-barang impor dari luar negeri termasuk impor daging. Untuk lebih jelasnya berikut grafik pekermbangan produksi ternak unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga selama tahun 2005 sampai dengan 2011:
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Jumlah Ternak Unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
4
Disamping kenaikan harga pakan, kenaikan jumlah produksi ternak unggas pada tahun 2005 – 2011 disebabkan kestabilan kondisi perekonomian secara nasional pada tahun tersebut. Sekretariat Negera dalam situs resminya menyebutkan bahwa pada tahun 2005, 2006 dan 2007, pertumbuhan ekonomi berturut-turut mencapai angka 5,6%, 5,5% dan 6,3%. Kebijakan di tingkat lokal (Kabupaten Purbalingga) pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 juga cukup membantu pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya. Dalam
upaya
memberdayakan pedagang
kecil/mikro muncul keputusan Bupati Purbalingga nomor 24 tahun 2005 tentang bantuan subsidi bunga sebagai bantuan permodalan. Sejak tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Purbalingga mengalokasikan dana untuk program subsidi bunga sebesar Rp250.000.000 yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purbalingga. Pada tahun 2006 Pemerintah Daerah terus menganggarkan program subsidi bunga sebesar Rp485.700.000 untuk memfasilitasi akses modal bagi sejumlah 218 usaha mikro. Pada tahun 2007 program subsidi bunga ditingkatkan menjadi Rp 750.000.000 diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat membantu permodalan sebanyak 2245 usaha mikro. Hingga akhir Desember 2008, lanjutnya, penyerapan dana program subsidi bunga mencapai Rp 700.332.777 atau sekitar 93,4 persen dari total alokasi sebesar Rp 750 juta (Laporan Subsidi Bunga UMKM Kabupaten Purbalingga tahun 2008). Pada tahun 2008 wabah flu burung menjadi momok baru bagi para pengusaha unggas. Selain berdampak pada jumlah produksi, kasus flu burung
5
juga berdampak pada permintaan daging unggas yang terus menurun. Upaya yang dilakukan pemerintah melalui pembakaran masal dan vaksinasi dibeberapa lokasi yang terindentifikasi tekena virus flu brung tidak mampu menyelematkan beberapa pengusaha ternak ayam yang sudah terlanjur merugi. Dampak dari kondisi tersebut beberapa pengusaha pada akhirnya harus gulung tikar karena merugi. Perkembangan jumlah pengusaha ternak unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dalam enam tahun terakhir sebagai berikut:
No
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Peternak Unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga Tahun Jumlah peternak Jumlah unggas
1 2005 11 277360 2 2006 11 305550 3 2007 10 356230 4 2008 10 273600 5 2009 9 253650 6 2010 9 269467 7 2011 10 251370 Sumber : Kecamatan Mrebet Dalam Angka 2012 Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa jumlah peternak di Kecamatan Mrebret mengalami penurunan pada tahun 2007 sampai dengan 2010 dan mengalami kenaikan pada tahun 2011. Rata-rata peternak unggas di Kecamatan Mrebet memiliki 2 kandang dan kapasitas setiap kandang berisi antara 2000 sampai dengan 2500 unggas. Penurunan jumlah ternak sendiri terjadi tahun 2008 dan 2009. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan namun kembali menmurun pada tahun 2011.
6
Banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha peternakan diantaranya ketersediaan pakan, curahan
tenaga kerja, modal, perilaku
zooteknik usaha, tingkat pendidikan, lama beternak dan luas kandang. Secara umum peternakan di Kota Purbalingga diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisiensi dan kompetitif. Kondisi tersebut ditinjau dari keseriusan masyarakat untuk menjadikan usaha petenakan ayam sebagai penghasilan pokok masyarakat, upaya untuk memenuhi
kebutuhan
masyarakat, kemampuan menyesuaikan pola dan struktur produksi dengan permintaan
pasar
serta
kemampuan
untuk
pembangunan
wilayah,
memberikan kesempatan kerja, pendapatan dan perbaikan taraf hidup serta berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Upaya meningkatkan peluang usaha
peternakan ayam
nasional secara
memerlukan dukungan kebijakan daerah dan
komprehensif
yang dapat mendorong peningkatan
produktifitas, kualitas produksi dan daya saing pasar. Setiap peternak pada dasarnya selalu mengharapkan keberhasilan dalam usahanya, salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi secara efisien. Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada setiap usaha adalah syarat mutlak untuk memperoleh keuntungan. Masyarakat sendiri berusaha meningkatkan usahanya dengan mencari tambahan
modal,
melakukan
perawatan
dan
pengawasan
terhadap
perkembangan ternak serta berupaya memperluas kandang agar kapasitas
7
produksi dapat ditambah. Perkembangan luas kandang ternak unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dalam enam tahun terakhir sebagai berikut: Tabel 1.3 Perkembangan Luas Kandang Unggas di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga No Tahun Luas Kandang % Kenaikan / Penurunan 1 2007 10.824 2 2008 12.056 11,38% 3 2009 10.467 -13,18% 4 2010 12.492 19,35% 5 2011 14.982 19,93% Sumber : data primer diolah, 2012 Berdasarkan data perkembangan luas kandang ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dapat diketahui penurunan persentase luas kandang terjadi pada tahun 2009, dimana pada tahun tersebut jumlah peternak unggas di Kecamatan Mrebet juga mengalami penurunan. Namun demikian secara umum selama lima tahun terakhir dapat dikatakan bahwa peternak unggas di Kecamatan Mrebet terus berupaya menambah luas kandang ternak mereka dalam rangka meningkatkan produktifitas usahanya. Dalam mengelola usaha peternakan
ayam,
tiap peternak harus
memahami 3 (tiga) unsur penting dalam produksi, yaitu : breeding (pembibitan), feeding (makanan ternak/pakan), dan manajemen (pengelolaan usaha
peternakan).
Bagaimana
peternak
mampu
mengkombinasikan
penggunaan faktor–faktor produksi secara efisien dalam
hal ini bibit
ayam , pakan, obat-obatan dan vitamin, serta tenaga kerja, merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam budidaya ayam ras pedaging agar
8
bisa mencapai keuntungan yang maksimal dan tingkat efisiensi yang diharapkan
(Proyek
Pengembangan
Ekonomi
Masyarakat
Pedesaan,
Bappenas, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Mukson dkk (2008) mengenai “FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Jawa Tengah” disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pengembangan ternak sapi potong dihasilkan bahwa secara serempak variabel independen (luas lahan, ketersediaan pakan , curahan tenaga kerja, modal, perilaku zooteknik usaha, tingkat pendidikan, dan lama beternak) berpengaruh sangat nyata pengembangan ternak sapi potong. Penelitian yang dilakukan oleh Harjanti (2009) mengenai “FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang” menyimpulkan bahwa faktor SDM,
zooteknis, jumlah sapi laktasi secara bersama-sama berpengaruh
sangat nyata terhadap kinerja usaha (produksi susu). Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Peternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga”. 1.2 Permasalahan Perkembangan usaha peternakan ayam semakin banyak dilirik oleh masyarakat, keadaan ini didukung dengan peningkatan permintaan produksi daging ayam dari masyarakat seiring dengan meningkatnya tingkat
9
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Jumlah permintaan yang semakin meningkat, memberikan peluang bagi para peternak untuk mengembangkan usahanya. Keberhasilan usaha peternakan ayam sendiri ditentukan oleh banyak faktor. Hasil identifikasi masalah pada pengusaha ternak ayam di Kabupaten Purbalingga menunjukan ada tiga faktor utama yang menyebabkan kurang optimalnya perkembangan usaha para peternak ayam di Kecamatan Mrebet, yaitu faktor luas kandang, tenaga kerja dan kemampuan permodalan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah luas kandang, tenaga kerja dan modal berpengaruh terhadap perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga? 2. Seberapa besar pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.
10
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai tambahan pengetahuan tentang industri kecil khususnya bekaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah
dalam
pengambilan
kebijakan
dalam
rangka
menyelamatkan dan meningkatkan industri kecil dan menengah. b. Bagi masyarakat Sebagai wacana bagi masyarakat untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pertumbuhan ekonomi di sektor industri kecil Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. c. Bagi Perguruan Tinggi Untuk menambah referensi perpustakaan perguruan tinggi sehingga dapat memberikan informasi kemungkinan dilaksanakan penelitian lebih lanjut.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Perkembangan Usaha Perkembangan sebuah usaha tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik yang berasal dari faktor internal (modal, tenaga kerja, pemasaran dan bahan baku) maupun faktor eksternal (persaingan dan peran pemerintah). Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan ciri - ciri usaha yang berkembang setelah menerima kredit adalah 1) Adanya peningkatan pendapatan 2) Adanya peningkatan produktivitas seperti peningkatan jumlah Produk. 3) Biasanya usaha kecil di Indonesia berorientasi jangka pendek yaitu mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat . 4) Modal meningkat dibandingkan dengan modal sebelumya (www.deperindag.go.id) Sedangkan Subroto (1998:133) mengemukakan sehubungan dengan berkembangnya usaha ada dua hal yang perlu diperhatikan. 1) Bukan ramainya atau besarnya usaha, tetapi banyaknya barang yang disediakan dan terjual mencirikan bahwa usaha tersebut sedang berkembang. 2) Keuntungan nyata baru tercipta jika jumlah barang yang terjual berada diatas atau melewati titik balik modal karena bila beradsa dibawah titik modal maka secara berangsur modal akan semakin susut dengan kata lain dalam peningkatan usaha. 11
12
Dalam upaya penumbuhan usaha kecil tersebut, perlu diketahui karakteristik serta permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil. Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri antara lain sebagai berikut : 1) Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum berbadan hukum perusahaan 2) Aspek legalitas usaha lemah 3) Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku 4) Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan 5) Kualitas manajemen rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha 6) Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi 7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas 8) Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik (Endang Sri Winarni, 2006:28) Kondisi tersebut berakibat kepada : 1) Lemahnya jaringan usaha serta keterbatasan kemampuan penetrasi pasar dan diversifikasi pasar 2) Skala ekonomi terlalu kecil sehinggasukar menekan biaya. 3) Margin keuntungan sangat tipis
13
Sehubungan dengan permasalahan secara umum yang dialami oleh UKM, Badan Pusat Statistik (2003) mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh UKM sebagai berikut: 1) Kurang permodalan 2) Kesulitan dalam pemasaran 3) Persaingan usaha ketat 4) Kesulitan bahan baku 5) Kurang teknis produksi dan keahlian Perkembangan usaha dalam penelitian ini diukur berdasarkan kapasitas produksi usaha ternak ayam.
2.2 Fungsi Produksi Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan (keluaran), namun konsep produksi dalam industri yang modern, kegiatan produksi lebih ditekankan kepada menciptakan nilai tambah terhadap suatu barang atau jasa. J. Sudarsono (1992:9). Fungsi produksi menggambarkan hubungan atau keterkaitan antara faktor-faktor produksi (input) dengan produk yang dihasilkan (output). Output yang dihasilkan tersebut ditentukan oleh faktor-faktor produksi berupa modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan (Sadono Sukirno, 1996:194).
14
Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya dalam ekonomi pertanian maka faktor produksi dapat diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal. Menurut Abdurrahman (1982: 421) bahwa faktor produksi adalah faktor-faktor yang dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu barang ekonomi. Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan skil Pengertian–pengertian
tentang
faktor
produksi
tersebut
dapat
disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan skil yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu komuditi yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi. Seorang produsen termasuk petani dalam melaksanakan setiap produksinya, tidak akan terlepas dari kewajiban melakukan pengeluaran terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian pupuk dan obatobatan, pembayaran sewa dan lain-lain. Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan proses produksi. Pengeluaran inilah yang disebut biaya produksi. Dalam proses produksi usaha tani dibutuhkan berbagai macam faktor produksi
tesebut,
baik
secara
kualitatif
maupun
kuantitatif
dapat
dikombinasikan dalam penggunaannya. Faktor produksi yang digunakan ini
15
ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh petani untuk mampu menciptakan hasil produksi dan kemudian meraih pendapatan yang memuaskan adalah memiliki dan menguasai faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang semaksimal mungkin dengan kombinasi yang setepat mungkin. Dalam teori produksi terdapat asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu The Law of Diminishing Return atau Diminishing Marginal Physical Product (hukum hasil yang semakin berkurang). Hukum hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila pemakaian salah satu faktor produksi terus menerus ditambah sebanyak satu unit sementara faktor produksi yang lain tetap, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat produksi tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun (Sadono, 1996 : 195). Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu,
16
beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources). 1. Sumber daya fisik Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan bahan mentah (raw material). 2. Tenaga kerja Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya. Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan
17
pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir. Sementara itu, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain. Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir. 3. Modal Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.
18
Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek. Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oeleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan. Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku. 4. Kewirausahaan Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi untuk
19
menghasilkan barang dan jasa. Sebanyak dan sebagus apa pun faktor produksi alam, tenaga manusia, serta modal yang dipergunakan dalam proses produksi, jika dikelola dengan tidak baik, hasilnya tidak akan maksimal. 5. Sumber daya informasi Sumber daya informasi adalah seluruh data yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data ekonomi lainnya. Konsep fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, yang satu disebut variabel dependent dan yang lain disebut variabel independent. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1994:159) yang menyatakan bahwa fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu disebut variabel dependent, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independent yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Duglas dapat diketahui besaran elastisitas skala produksi atau fase produksi dan dapat menganalisa efisiensinya baik efisiensi fisik, harga maupun efisiensi ekonomis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi produksi Cobb Douglas dapat
20
digunakan untuk mengetahui skala produksi dalam proses produksi. Apakah produksi dalam keadaan Constan Return to Scale (CRTS), Increasing Return To Scale (IRTS) atau Decreasing Return To Scale (DRTS). Increasing return to scale (IRTS), merupakan laju kenaikan hasil yang semakin naik dari sebelumnya disebut efisiensi produksi skala menaik. Constant return to scale (CRTS), yaitu kenaikan hasil yang sebanding atau tetap sama dengan hasil yang sebelumnya, maka ini berarti efisiensi skala produksi tetap. Decreasing Return to Scale (DRTS) merupakan kenaikan hasil produksi yang menurun atau disebut skala produksi menurun. Model matematis umum fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut: Q = ALαK Keterangan : Q = output produksi A = intersep atau parameter efisiensi K = input modal L = input tenaga kerja α = elastisitas input produksi tenaga kerja β = elastisitas input produksi modal
Dimana Q adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan barang modal. A, α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju. Parameter α mengukur persentase kenaikan Q
21
akibat adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Demikian pula parameter β, mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi, α dan β masing-masing merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika α + β = 1, maka terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi; jika α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika α + β < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi pada fungsi produksi Cobb-Douglas (Dominic Salvatore, 2005: 147). Cara memperoleh fungsi produksi Cobb douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan, sehingga menjadi : Ln Q = Ln A + αLnK + βLnL +ε, dengan meregres persamaan fungsi produksi Cobb Douglas tersebut maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Fungsi Cobb Douglas dapat dinyatakan dalam hubungan Y dan X persamaannya sebagai berikut: Y = f(X1,X2,X3,…Xn) Keterangan : Y = jumlah produksi yang dihasilkan Xi= faktor produksi yang digunakan (i = 1,2,3,…n) Dari fungsi produksi Cobb Douglas dapat dilihat hasil berdasarkan skala, jika perusahaan menambah input dua kali lebih banyak maka output yang dihasilkan lebih dari dua kali sehingga berlaku increasing return to scale (IRTS), yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama akan memberikan tambahan kepada produksi. Apabila keadaaan output
22
meningkat dengan proporsi lebih kecil maka berlaku decreasing return to scale (DRTS), yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama justru akan menurunkan produksi, sedangkan jika output meningkat dengan proporsi yang sama dengan input maka berlaku constant return to scale (CRTS), yang artinya tambahan ke atas faktor-faktor produksi tidak memberikan dampak naik atau turun terhadap produksi melainkan tetap. 2.3 Faktor Produksi Peternakan Ayam Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau
sebaliknya,
jumlah
input
minimum
yang
diperlukan
untuk
memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 2003:19). Dalam sebuah usaha, faktor produksi merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Menurut Mubyarto (1991 : 52), faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah atau lahan, modal, tenaga kerja dan skill atau manajemen pengelolaan. Keberadaan dari sistem pengelolaan tidak akan menyebabkan proses produksi tidak berjalan atau batal. Namun pengelolaan hanya menekankan pada usahayang maju dan berorientasi pasar (keuntungan). Kemampuan pengelolaan sangat penting, karena usaha bukanlah sematamata hanya sebagai cara hidup. Jatuh-bangunnya suatu usaha salah satunya
23
dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola faktor-faktor produksi (Rahardi dkk, 2007 : 18). Pengelolaan usaha memerlukan faktor produksi yang sering disebut korbanan produksi untuk menghasilkan produk (Soekartawi, 1994:29). Dalam istilah ekonomi, faktor produksi disebut dengan “input”. Dalam usaha peternakan ayam ras pedaging faktor-faktor yang mempengaruhi produksi adalah: a. Lahan Lahan dalam peternakan berupa kandang. Berdasarkan jenisnya, kandang dibagi menjadi dua, yaitu kandang tertutup dan kandang terbuka. Yang membedakan dari kedua jenis ini adalah mengenai sirkulasi udaranya. Sirkulasi udara akan mempengaruhi suhu udara di dalam kandang. Luas kandang atau luas ruang kandang untuk ayam ras pedaging adalah 10
ekor/m2.
Dengan
demikian,
luas
ruang
yang
akan
disediakan tinggal dikalikan dengan jumlah ayam yang akan dipelihara dalam kandang tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia diketahui bahwa antara kepadatan 8, 9, 10, 11, dan 12 ekor ayam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Rasyaf, 2002). Hal ini dapat diartikan bahwa untuk dataran rendah atau dataran pantai, kepadatan yang lebih baik adalah 8-9 ekor ayam/m2. Sedangkan untuk dataran tinggi atau pegunungan kepadatannya sekitar 11-12 ekor ayam/m2, atau dengan rata-rata 10 ekor ayam/m2. b. Modal 1) Bibit Ayam (DOC)
24
Bibit ayam merupakan faktor utama dalam usaha peternakan ayam. Pertumbuhan ayam pada saat masih bibit tidak selalu sama, ada bibit yang pada masa awalnya tumbuh dengan cepat, tetapi dimasa
akhir
biasa-biasa
saja,
atau
sebaliknya.
Perbedaan
pertumbuhan ini sangat tergantung pada perlakuan peternak atau pembibit, sehingga peternak harus memperhatikan konversi pakan dan mortalitasnya. Biaya pembelian bibit merupakan biaya terbesar kedua. Kaitannya dengan pegangan berproduksi secara teknis karena bibit akan mempengaruhi konversi ransum dan berat badan ayam. Penelitian yang dilakukan Rita Yunus (2009) menghitung rata-rata biaya bibit yang harus dikeluarkan peternak ayam sebesar 20,31% dari total biaya produksi. Dalam memilih bibit DOC yang baik ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan yakni: a) Anak ayam berasal dari induk yang sehat. b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya. c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya. d) Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik. e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram. f) Tidak ada letakan tinja diduburnya. 2) Pakan Pertumbuhan yang
cepat sangat dipengaruhi oleh konsumsi
pakan yang banyak. Terlebih ayam pedaging termasuk ayam yang
25
senang makan. Bila pakan diberikan tidak terbatas, ayam pedaging akan terus makan sepuasnya sampai kekenyangan. Oleh karena itu, sebaiknya setiap ayam sudah ditentukan taraf konsumsi pakannya pada batas tertentu sesuai dengan arah pembentukan bibit. Pemberian pakan ada yang lebih banyak dimasa awal sedangkan dimasa akhir biasa saja atau sebaliknya. Ada juga yang relatif sedikit dari pada bibit yang lain, tetapi bobot tubuh atau pertumbuhannya agak lambat. Hal ini tentunya akan menimbulkan kelebihan dan kelemahan
yang biasanya
muncul
bila
faktor
lainnya mendukung/tidak mendukung. Proporsi biaya terbesar dalam usaha ternak adalah biaya pakan, hal ini dipertegas oleh Girinsonta (1991) bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi biaya produksi adalah biaya pakan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar yaitu sekitar 60% dari biaya total produksi. 3) Vaksin, Obat dan Vitamin Vaksinasi perlu diberikan untuk menanggulangi dan mencegah penyakit menular, tapi minimnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap proses vaksinasi. Obat atau antibiotik dapat didefinisikan sebagai antibakteri yang diperoleh dari metabolit fungsi dan bakteri, sedangkan vitamin merupakan komponen organik yang berperan penting dalam metabolisme tubuh, walaupun ayam dalam jumlah sedikit, vitamin tetap dibutuhkan dan berperan cukup besar. Pengeluaran biaya untuk obat- obatan dan vaksin cukup besar.
26
4) Listrik Penggunaan
listrik
dalam
usaha
peternakan
ayam
ras
pedaging ini tujuannya sebagai pencahayaan. Pengaturan cahaya lampu
dimalam
hari sangat menunjang pemeliharaan ayam ras
pedaging didaerah tropis, terutama untuk makan di malam hari, karena
pengaturan
cahaya
akan
membantu meningkatkan
penampilan ayam. Daerah tropis, suhu siang hari
cukup
tinggi
sehingga mengganggu konsumsi pakan. Untuk mengejar konsumsi pakan , ayam harus diberi kesempatan makan pada malam hari. Tata letak lampu yang benar dan cahaya lampu yang cukup dalam kandang membantu meningkatkan konsumsi pakan. Biaya pemakaian listrik tidak terlalu mempengaruhi input usaha dibidang peternakan ayam. 5) Bahan Bakar Faktor produksi bahan bakar dalam usaha peternakan ayam pedaging ini dikaitkan dengan penggunaan indukan atau brooder. Alat ini berfungsi menyerupai induk ayam, yakni menghangatkan ayam ketika baru menetas. Sumber panas yang bisa digunakan bermacam-macam, mulai dari kompor, minyak, gas, lampu pijar, atau air panas. Tujuan utama indukan adalah memberikan kehangatan bagi ayam, agar dapat menunjang keberhasilan pemeliharaan. c. Tenaga Kerja
27
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Secara usaha-ternak, tenaga kerja yang berasal dari keluarga peternak merupakan sumbangan keluarga pada produksi perternakan dan tidak pernah dinilai dengan uang, sedangkan secara ekonomi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang merupakan bagian dari biaya didalam suatu usaha. Peternakan ayam sebenarnya bukan padat karya dan tidak selalu padat modal. Peternakan cenderung mempunyai kesibukan temporer, terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu dalam suatu peternakan dikenal beberapa istilah tenaga kerja, yaitu: (i) tenaga kerja tetap yang merupakan staf teknis atau
peternak
itu
sendiri,
merekalah
yang sehari-hari
berada
dikandang dan yang menentukan keberhasilan usaha peternakan; (ii) tenaga kerja harian, umumnya merupakan tenaga kasar pelaksana kandang, misalnya membersihkan kandang ayam yang usai produksi, membersihkan rumput, dan lain-lain. (iii) tenaga kerja harian lepas, tenaga ini hanya bekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sementara dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh berbagai hal antara lain dipengaruhi oleh mekanisme pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja dan umur tenaga kerja.
28
Oleh karena itu perlu distandarisasi menjadi Hari Orang Kerja (HOK) atau Hari Kerja Setara Pria (HKSP). 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktora-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha dilakukan oleh Alfin Samir (2011) mengangkat judul “Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KinerjaUKM Catering di Kota Bandung”. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikiasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja UKM catering di Bandung. Faktor-faktor tersebut meliputi modal psikologis entrepreneur, manajemen sumber daya manusia, inovasi, karakter entrepreneur, dan karakter UKM catering. Hasil penelitian menyimpulan bahwa modal psikologis entrepreneur, manajemen sumber daya manusia, inovasi, karakter entrepreneur, dan karakter UKM catering mempengaruhi KinerjaUKM Catering di Kota Bandung. Mukson
dkk
(2008)
mengangkat
judul
“Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat Di Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang, Jawa Tengah” menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pengembangan ternak sapi potong dihasilkan bahwa
secara
serempak
variabel
independen
(luas lahan,
ketersediaan pakan , curahan tenaga kerja, modal, perilaku zooteknik usaha, tingkat pendidikan, dan lama beternak) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap variabel dependen (pengembangan ternak sapi potong), sedangkan secara parsial variabel luas lahan, ketersediaan pakan hijauan dan curahan tenaga kerja berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap pengembangan populasi
29
sapi potong, modal berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) sedangkan perilaku zooteknik usaha, tingkat pendidikan, dan lama beternak tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap pengembangan ternak sapi potong. Faktor pengembangan ternak sapi potong sebesar 92,30%, dipengaruhi oleh luas lahan, ketersediaan pakan, tenaga kerja, modal, perilaku zooteknis, tingkat pendidikan dan lama beternak sedangkan sisanya sebanyak 7,70% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model. S.N. Kasim (2011) melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang” menyimpulkan bahwa populasi sapi perah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu tahun 2006 sebanyak 1.056 ekor menjadi 1.581 ekor pada tahun 2008, dengan peningkatan
ini
menunjukkan
bahwa
masyarakat
Kabupaten
Enrekang sudah melihat prospek pengembangan sapi perah yang dapat meningkatkan
pendapatan dan pengembangan sapi
perah di Kabupaten
Enrekang mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, propinsi dan pusat. Pemasaran
dangke
sendiri
untuk sekarang
ini
mengalami
peningkatan, hal ini dibuktikan dengan dangke yang diproduksi tidak dapat menutupi permintaan. Dangke ini dipasarkan di kabupaten Enrekang sendiri dan di luar kabupaten enrekang, dan dijadikan oleh-oleh. Strategi yang diperoleh yaitu meningkatkan populasi sapi perah (1,785), pemperdayaan kredit usaha (0,865) dan optimalisasi lahan (0,38). 2.5 Kerangka Pemikiran
30
Industri kecil di Indonesia merupakan salah satu sektor yang potensial untuk meningkatkan ekonomi rakyat. Permasalahan yang dialami oleh para pengusaha ternak cukup pelik dan hampir sebagian besar pengusaha mengalaminya. Kendala yang dialami peternakan ayam salah satunya adalah pencegahan terhadap penyakit. Disamping itu harga pakan, bahan bakar, bibit dan listrik yang mengalami kenaikan menambah permasalahan para peternak ayam semakin rumit. Selama ini usaha tenak ayam di Kecamatan Mrebet dikelola dengan sistem kemitraan. Pola kemitraan
yang digunakan oleh sebagian besar
masyarakat Kecamatan Mrebet adalah pola keterkaitan langsung dimana Bapak Angkat (pengusaha besar) sebagai inti sedang petani kecil sebagai plasma. Meskipun ada juga yang menggunakan sistem pola dagang dimana bapak angkat bertindak sebagai pemasar produk yang dihasilkan oleh mitra usahanya. Pelaksanaan kemitraan memperkecil resiko karena kedua belah pihak masing-masing menanggung resiko yang berbeda. Namun demikian melihat perkembangan perekonomian peternak ayam yang ada saat ini, nampaknya
pola
kemitraan
belum
sepenuhnya
mampu
mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Kerangka
pemikiran
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perkembangan usaha peternakan ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:
31
LUAS KANDANG (X1)
TENAGA KERJA (X2)
Perkembangan usaha
MODAL (X3)
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2002:57). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 18 pengusaha. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Untuk menentukan besarnya sampel menurut Arikunto (2006: 132) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 %. Dalam penelitian ini digunakan sampel dari semua populasi karena berdasarkan data jumlah populasi penelitian berjumlah 18 responden.
3.2 Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian yaitu faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diselidiki. Variabel dapat didefinisikan sebagai atribusi dari seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Sugiyono, 2002:20). Atau Variabel penelitian merupakan 32
33
obyek atau titik penelitian suatu penelitian. Variabel ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. (Arikunto, 2006:116). Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel bebas dan 1 variabel terikat, yaitu: 1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi (Arikunto, 2006:116). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: a. Luas kandang (X1) b. Tenaga kerja (X2) c. Modal (X3) 2. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah perkembangan usaha ternak ayam dengan indikator jumlah poduksi. 3.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang tepat sangat penting dalam penelitian, karena data menentukan baik buruknya suatu penelitian. Pengumpulan data merupakan usaha-usaha untuk memperoleh bahan-bahan keterangan serta kenyataan yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner (Angket) Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner (angket) adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandai dengan mudah dan cepat (Sudjana,1992:8). Untuk
34
memperoleh metode kuesioner, digunakan instrumen kuesioner yang merupakan suatu alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan. Kuesioner kemudian diberikan atau disebarkan kepada responden dengan harapan mereka memberikan respon atas daftar pertanyaan yang bersifat tertutup untuk memperoleh data mengenai pengaruh luas kandang (X1), tenaga kerja (X2) dan modal (X3) dan terhadap perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner pilihan ganda dimana setiap item soal disediakan 4 (empat) jawaban dengan skor masing-masing sebagai berikut: 1)
Jawaban A dengan skor 4
2)
Jawaban B dengan skor 3
3)
Jawaban C dengan skor 2
4)
Jawaban D dengan skor 1 Dipilihnya
memudahkan
kuesioner
responden
tertutup dalam
dengan
memberikan
alasan
untuk
jawaban.
lebih Teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman, 1996:73). 2. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya
35
(Arikunto, 2006:158). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data fisik dan profil obyek penelitian dan beberapa data yang penting untuk dikumpulkan didalam menunjang penelitian ini. 3.4 Analisis Data Analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan sebagai berikut : 1. Regresi Linier Berganda Teknik ini mengacu pada tujuan dan hipotesis penelitian. Model analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel independen yaitu modal (X1), peran pemerintah (X2) dan perkembangan usaha (Y). Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Y=α+
1X1+ 2X2+
3X3+
µi
Keterangan: Y
: Perkembangan usaha
α
: Bilangan konstanta
X1
: Luas kandang
X2
: Tenaga kerja
X3
: Modal
1,
µ1
2,
3
: Koefisien masing-masing variabel
: Residu
(Alghifari, 1997 : 76)
36
2. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui apakah suatu persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi nilai variable bebas diperlukan pembuktian terhadap kebenaran hipotesis. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan dua cara pengujian, yaitu: a. Uji Bersama-sama (Uji F) Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat didalam model secara bersama- sama (simultan) terhadap variabel dependent (Ghozali 2001: 44-45). Oleh karena itu untuk membuktikan kebenaran hipotesis digunakan uji F yaitu untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan variabel terikat. Apabila F tabel
hitung
> F
maka Ho ditolak dan menerima Ha. Untuk menguji hipotesis ini
digunakan perhitungan dengan program komputansi SPSS for Windows release 16.0 (Ghozali, 2001:44). b. Uji Parsial (Uji t) Untuk menguji pengaruh antara faktor-faktor variabel bebas dengan variabel terikat secara tepisah atau tidak secara keseluruhan, yaitu pengaruh faktor-faktor bebas terhadap faktor terikat (Sudjana 2003: 380). Apabila t
hitung
> t
tabel
maka kita menerima hipotesis
alternatif yang menyatakan bahwa suatu variable independent secara individual mempengaruhi variable dependen. Untuk menguji hipotesis
37
ini digunakan perhitungan dengan program komputansi SPSS for Windows release 16.00 (Ghozali, 2001:44). 3. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik atau tidak. Dalam asumsi ekonometrika digunakan: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable terikat dan variable bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal ( Ghozali 2001 : 74). Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. b. Uji autokorelasi Durbin - Watson Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi,
maka
dinamakan
ada
problem
autokorelasi.
38
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurut sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin – Watson (DW) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas( Ghozali, 2001 : 69). Kebanyakan data cross section mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar). Sedangkan dasar dari pengambilan keputusan dengan melihat grafik scatterplot pada tabel SPSS dengan program komputasi SPSS for Windows release 16,0, dengan dasar analisis:
39
(1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang
menyempit),
teratur
(bergelombang,
maka
mengindikasikan
melebar telah
kemudian terjadi
heteroskedastisitas. (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001:69).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1
Gambaran Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga Kecamatan Mrebet merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764 Ha yang berdasarkan bentang alamnya terbagi menjadi 2 daerah yakni daerah utara yang cenderung merupakan daerah berbukit dan daerah selatan dengan kecenderungan merupakan daerah dataran rendah. Kecamatan Mrebet memiliki batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bojongsari, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bobotsari, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karanganyar dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Karangreja. Kecamatan Mrebet memiliki luas wilayah sebesar 4.788 Ha atau 6,16 % wilayah Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan peta Topografi wilayah Mrebet secara astronomis berada pada 109° 14’ 35,5’’ BT - 109° 20’ 11’’ BTdan 7° 13' 45" LS 7° 16' 13, 54" LS. Berdasarkan data statistik tahun 2011 Kecamatan Mrebet memiliki jumlah penduduk 65.387 jiwa dengan laki-laki berjumlah 32.444 jiwa dan perempuan 32.943 jiwa.
40
41
Gambar 4.1 Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga Pendidikan merupakan sesuatu yang amat penting bagi setiap orang, kesempatan memperoleh pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di setiap Kecamatan menjadi sangat penting. Disamping itu pendidikan juga sangat beperan dalam menunjang pembangunan nasional termasuk dalam hal ini adalah pembangunan sektor ekonomi. Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga No Pendidikan Jumlah % 1
Perguruan Tinggi
965
2,66%
2
SLTA
4.805
13,26%
3
SLTP
7.089
19,56%
4
SD
23.379
64,52%
36.238
100%
Jumlah
Sumber : Kecamatan Mrebet Dalam Angka 2011
42
4.1.2
Deskripsi Variabel Penelitian 1. Luas Kandang Kandang merupakan salah satu sarana yang penting di dalam usaha peternakan, dengan tersedianya kandang yang representatif maka dapat mempermudah peternak didalam mengelola usahanya. Kondisi kandang yang baik dan memenuhi persyaratan teknis, kesehatan serta aspek ekonomi merupakan modal awal keberhasilan dalam berusaha. Deskripsi mengenai luas kandang usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagai berikut: Tabel 4.2 Deskripsi Luas Kandang Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga No Hasil 1
N
54
2
Mean
699,13
3
Median
635,00
4
Mode
650,00
5
Minimum
250,00
6
Maximum
3.948,00
Sumber : data primer, diolah 2013 Berdasarkan data yang diperoleh diketahu N (data terproses) sebanyak 54 dengan rata-rata luas kandang yang dimiliki pengusaha ternak ayam sebesar 699,13m 2 dengan median (nilai tengah) 635,00 m2 dan modus sebesar 650m2. Luas kandang terendah (terkecil) seluas 250m2 dan yang paling luas 3.948m2.
43
Untuk lebih jelasnya mengenai data luas kandang pengusaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.2 Deskripsi Luas Kandang (m2) Usaha ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga 2. Tenaga Kerja Usaha peternakan bukanlan usaha padat karya seperti industri garment, rokok atau industri mebel yang menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha peternakan biasanya hanya pada saat pembibitan, pemeliharaan dan pemanenan. Deskripsi mengenai tenaga kerja dalam usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagai berikut:
44
Tabel 4.3 Deskripsi Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga No Hasil 1
N
54
2
Mean
11,20
3
Median
11,00
4
Mode
12,00
5
Minimum
5,00
6
Maximum
48,00
Sumber : data primer, diolah 2013 Berdasarkan data yang diperoleh diketahu N (data terproses) sebanyak 54 dengan rata-rata membutuhkan tenaga kerja sebanyak 11,20 dengan median (nilai tengah) 11,00 dan modus sebesar 12,00. Jumlah tenaga kerja terendah (terkecil) sebanyak 5 dan terbesar 48 tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya mengenai data tenaga kerja yang dibutuhkan pengusaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.3 Deskripsi Tenaga Kerja (Jiwa) pada Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga
45
3. Modal Modal merupakan salah satu faktor yang sering disebut memiliki peran utama dalam perkembangan sebuah usaha. Dengan modal yang besar diharapkan usaha dapat berkembang lebih cepat dan besar pula. Kondisi kesulitan mengenai masalah permodalan sudah menjadi permasalahan “turun temurun” dalam usaha kecil. Deskripsi mengenai modal usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagai berikut: Tabel 4.4 Deskripsi Modal Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga No Hasil 1
N
54
2
Mean
116.678.880
3
Median
103.557.625
4
Mode
45.130.500
5
Minimum
45.130.500
6
Maximum
729.450.000
Sumber : data primer, diolah 2013 Berdasarkan data yang diperoleh diketahu N (data terproses) sebanyak 54 dengan rata-rata modal usaha pengusaha ternak ayam sebesar Rp. 116.678.880 dengan median (nilai tengah) Rp. 103.557.625 dan modus sebesar RP. 45.130.500. Modal terendah (terkecil) seluas Rp. 45.130.500 dan yang paling besar Rp. 729.450.000. Untuk lebih jelasnya mengenai data modal usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet dapat dilihat pada grafik berikut:
46
Gambar 4.4 Deskripsi Modal Usaha (Rupiah) Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga 4. Hasil Usaha Pada dasarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi perkembangan sebuah usaha khususnya dalam bidang peternakan. Faktor tersebut bisa berasal dari internal peternak maupun dari eksternal. Pada penelitian ini faktor-faktor tersebut dibatasi pada faktor luas kandang, tenaga kerja dan modal saja. adapun deskripsi mengenai Hasil Usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagai berikut: Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Usaha Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga No Hasil 1
N
54
2
Mean
142.905.932
3
Median
123.107.460
4
Mode
622.554.080
5
Minimum
48.636.000
6
Maximum
1.089.816.000
Sumber : data primer, diolah 2013
47
Berdasarkan data yang diperoleh diketahu N (data terproses) sebanyak 54 dengan rata-rata hasil usaha ayam pada pengusaha ternak ayam sebesar Rp. 142.905.932 dengan median (nilai
tengah)
Rp.622.554.080.
RP. Hasil
123.107.460 usaha
dan
terendah
modus
sebesar
(terkecil)
sebesar
Rp.48.636.000 dan tetringgi sebesar Rp.1.089.816.000. Untuk lebih jelasnya mengenai data Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.5 Deskripsi Hasil Usaha (Rupiah) Ternak Ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga 4.1.3
Uji Asumsi Klasik 1. Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
48
diagonal dari grafik normal P-P Plot. Untuk lebih jelasnya hasil uji normalitas masing-masing variabel yaitu:
Gambar 4.6 Uji Normalitas Berdasarkan analisis kurva dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram dan mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi. 2. Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode
49
sesudahnya. Uji autokorelasi Durbin-Watson (DW test) digunakan untuk menguji ada tidaknya outokorelasi dalam model regresi. Berdasarkan hasil analisis data diketahui nilai Durbin – Watson 2,007 artinya tidak ada autokorelasi, jika di korelasikan dengan tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Tabel Autokorelasi DW
Kesimpulan
<1,08
Ada autokorelasi
1,08 s.d 1,66
Tanpa kesimpulan
1,66 s.d 2,34
Tidak ada autokorelasi
2,34 s.d 2,92
Tanpa kesimpulan
>2,92
Ada autokorelasi
Sumber : Algifari (2000:89) 3. Heterokesdasitas Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu
mempunyai
varian
yang
sama
atau
tidak.
Heteroskedastisitas mempunyai suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya Heterokedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisienkoefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi residual
sama
homokedastisitas.
untuk
semua
pengamatan
atau
disebut
50
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesuungguhnya) yang telah di-studentized. Dalam penelitian ini diperoleh grafik plot sebagai berikut:
Gambar 4.7 Uji Heterokesdasitas Gambar diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat pola tetentu serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumby Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa data bebas dari heterokesdasitas.
51
4.1.4
Persamaan Regresi Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier yang dilakukan melalui analisa statistik dengan mengunakan program SPSS maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Table 4.7 Persamaan Regresi
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui persamaan regresi linier sebagai berikut : Log Y = 0,491 + 0.246X1 - 0.065X2 + 0.870X3 Persamaan regresi linier tersebut berarti bahwa nilai positif pada konstanta sebesar 0,491 menyatakan bahwa luas kandang, tenaga kerja dan modal berpengaruh secara positif terhadap Hasil Usaha. Koefisien regresi variabel luas kandang (b1) menyatakan bahwa setiap peningkatan luas kandang maka akan menyebabkan meningkatkan Hasil Usaha. Koefisien regresi variabel tenaga kerja (b2) menyatakan bahwa setiap peningkatan jumlah tenaga kerja maka menyebabkan menurunya Hasil Usaha. Koefisien regresi modal (b3) menyatakan bahwa setiap peningkatan modal maka menyebabkan peningkatan Hasil Usaha.
52
4.1.5
Uji Hipotesis 1. Parsial Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara parsial maka dilakukan uji t.
Table 4.8 Hasil Uji Parsial
a) Luas kandang terhadap Hasil Usaha Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai signifikansi untuk variabel luas kandang sebesar 0,000 dengan thitung sebesar 6,170. Pada n = 54 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 1,676. Karena nilai thitung>ttabel (6,170 > 1,676) maka dapat disimpulkan ada pengaruh positif dan signifikan antara luas kandang terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara parsial, atau Ha diterima. b) Tenaga kerja terhadap Hasil Usaha Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai signifikansi untuk variabel tenaga kerja sebesar 0,015
53
dengan thitung sebesar -2,521. Pada n = 54 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 1,676. Karena nilai thitung
ttabel (20,980 > 1,676) maka dapat disimpulkan ada pengaruh positif dan signifikan antara modal terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara parsial, atau Ha diterima. 2. Simultan Untuk mengetahui pengaruh antara luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara simultan dilakukan uji F. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai siginikansi secara simultan sebesar 0,000 dengan Fhitung sebesar 1551,619. Pada df pembilang 3 dan df penyebut 50 diperoleh Ftabel sebesar 2,790. Karena nilai
54
Fhitung>Ftabel (1551,619 > 2,790) maka disimpulkan ada pengaruh antara luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara simultan,
atau
Ha
diterima.
Hasil
perhitungan
dengan
menggunakan program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut: Table 4.9 Hasil Uji Simultan ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 2,757 ,030 2,787
df 3 50 53
Mean Square ,919 ,001
F 1551,619
Sig. ,000 a
a. Predictors: (Constant), Modal, Tenaga kerja, Luas kandang b. Dependent Variable: Perkembangan usaha
4.1.6
Koefisien Determinasi Nilai R2 yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Koefisien determinasi yang digunakan adalah nilai Adjusted R Square karena lebih dapat dipercaya dalam mengevaluasi model regresi. Nilai Adjusted R Square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model. Table 4.10 Koefisien Determinasi
55
Berdasakan tabel koefisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya adjusted R2 adalah 0,989 hal ini berarti 98,90% variasi Hasil Usaha (Y) dapat dijelaskan oleh variasi dari seluruh variabel independen; yaitu luas kandang (X1), tenaga kerja (X2) dan modal (X3). Sedangkan sisanya sebesar 1,10% (100% - 98,90%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. 4.2 Pembahasan 1. Pengaruh luas kandang terhadap Hasil Usaha Salah satu hambatan yang paling besar dalam usaha peternakan yang berskala industri atau berskala besar adalah penyedian kandang. Dalam penyedian kandang untuk ternak akan selalu berkaitan dengan masalah tempat. Dimana kandang akan dibangun tentunya juga memerlukan areal yang lebih luas. Hal ini tidaklah mengherankan, jika sering dijumpai lokasi atau tempat bangunan kandang terletak jauh dari keramaian kota dan mencari areal lahan yang luas dan harganya relatif murah. Dengan harapan agar dalam usaha peternakan tersebut dapat mendatangkan keuntungan yang maksimal. Hasil penelitian menunjukan luas kandang berpengaruh terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Hal ini berarti bahwa semakin luas kandang yang dimiliki oleh para pengusaha ternak maka Hasil Usaha mereka akan mengalami peningkatan. Secara logis hal ini dapat dipahami bahwa dengan keberadaan kandang yang luas, para peternak dapat menambah jumlah produksi pada
56
ternak ayam mereka. Disamping itu kandang yang sempit cenderung akan membuat ayam mudah stres dan apabila terkena penyakit tentu saja akan cepat sekali menular pada ayam yang lain. Kandang yang luas juga memudahkan
para
pekerja
dalam
menjaga
kebersihan
kandang
dibandingkan kandang yang terlalu sempit. Bagi peternak dengan sistem intensif, kandang merupakan salah satu penentu keberhasilan beternak. Kesalahan dalam konstruksi kandang dapat berakibat fatal yang berujung pada kerugian bagi peternak. Oleh sebab itu, tidak jarang peternak yang rela menghabiskan uang jutaan rupiah hanya untuk men-design kandangnya. Pentingnya kandang bagi ternak dan peternak diantaranya memberi rasa aman dan nyaman bagi ternak yang tinggal didalamnya, terutama untuk menghindarkan dari lingkungan yang merugikan misalnya hujan, teriknya sinar matahari, angin yang kencang, gangguan binatang buas, pencurian dan lain sebagainya. Kandang yang representatif juga memberi kenyamanan bagi ternak yang berada di dalamnya dan memberikan kehangatan diwaktu malam hari, memudahkan peternak dalam melakukan kegiatan pengawasan atau pengontrolan apabila ada ternak yang sakit, lebih efisiensi dalam memanfaatkan tenaga kerja, kesehatan dan keberadaan peternak tetap terjamin, serta memudahkan pekerja untuk mengumpulkan kotoran atau limbah dari sisa proses produksi, sehingga tidak berceceran dimana-mana.
57
2. Pengaruh tenaga kerja terhadap Hasil Usaha Tenaga kerja merupakan salah satu dari faktor–faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam kegiatan produksi tenaga kerja merupakan input yang penting selain modal dan faktor lainnya. Namun demikian, ssaha ternak ayam pada dasarnya merupakan usaha padat modal bukan usaha pada karya sehingga penggunaan tenaga kerja dalam usaha peternakan ayam harus diperhatian agar tidak terjadi in-efisiensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan tenaga kerja dibeberapa lokasi usaha peternakan ayam tidak berdampak pada peningkatan usaha yang dimilikinya. Sebagai ilustrasi untuk pengusaha yang memiliki omset penjualan dalam satu kali panen sebesar 1 milyar menggunakan 15 tenaga kerja untuk semua tahap mulai pembibitan, pemeliharaan sampai dengan pemanenan. Sedangkan pengusaha dengan omset 100 juta menggunakan 12 tenaga kerja untuk kelangsungan usahanya. Ilustrasi tersebut menunjukan bahwa para pengusaha relatif kurang efesien dalam memanfaatkan tenaga kerja untuk usaha mereka. In-efisiensi pemanfaatan tenaga kerja tentu saja hanya akan menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh para peternak ayam.
58
Meskipun relatif lebih kecil dibandingkan dengan biaya produksi lainnya seperti pakan, kandang, vaksin dan sebagainya, efesiensi dalam menggunakan tenaga kerja akan dapat menambah keuntungan yang diperoleh karena biaya yang harus dikeluarkan menjadi relatif berkurang. 3. Pengaruh modal terhadap Hasil Usaha Usaha peternakan ayam merupakan salah satu jenis usaha pada modal sehingga para pengusaha diharapkan memiliki modal yang memadai agar dapat bertahan terhadap fluktuasi harga pakan dan harga produksi lainnya. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui modal berpengaruh secara signifikan terhadap Hasil Usaha peternakan ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Masalah keuangan merupakan masalah sensitif dan memiliki peran sentral dalam setiap aktivitas. Hal ini menunjukkan peranan modal menjadi sangat penting, sehingga menuntut seorang wirausaha untuk dapat mencari dana sesuai dengan yang dibutuhkan dari berbagai alternatif sumber, serta dapat mengalokasikannya secara efektif dan efisien. Dua masalah ini (mencari dan mengalokasikan dana) sama– sama menuntut kecermatan, karena salah dalam membuat keputusan keuangan akan berdampak panjang terhadap daya hidup usaha/perusahaan.
59
Penggunaan modal usaha harus dikelola seefektif agar keuntungan dapat ditingkatkan. Pengelolaan modal secara tepat akan meningkatkan Hasil Usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Manajemen atau pengelolaan modal merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan usaha sebuah usaha dapat dipertahankan (Hanafi, 2005: 125). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal akan menyebabkan buruknya kondisi keuangan usaha sehingga aktivitas usaha dapat terhambat atau terhenti sama sekali. Saat ini pemerintah telah memberikan perhatian yang cukup serius terutama mengenai masalah permodalan bagi pengusaha kecil dan menengah. Berbagai macam jenis bantuan disalurkan pemerintah baik melalui lembaga keuangan seperti bank maupun melalui koperasi-koperasi unit desa.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara luas kandang terhadap perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 2. Tidak terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara tenaga kerja terhadap perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara modal terhadap perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap perkembangan usaha ternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga secara simultan. 5. Besarnya pengaruh luas kandang, tenaga kerja dan modal terhadap perkembangan usaha peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebesar 98,90% dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. 5.2 Saran Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan terkait dengan hasil penelitian dan pembahasan diantaranya:
60
61
1. Usaha peternakan merupakan usaha padat modal bukan usaha padat karya, oleh sebab itu pengusaha ternak ayam hendaknya memperhatikan penggunaan tenaga kerja dalam usaha mereka agar tidak terjadi in-efisiensi dalam usahanya. Dengan adanya efisiensi tenaga kerja diharapkan dapat dicapainya cara kerja yang hemat, tidak terjadi pemborosan, dan meningkatkan keuntungan para peternak ayam. 2. Kontribusi pemerintah diharapkan dapat lebih meningkat dalam rangka membantu peternak ayam di Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga khususnya dalam mengantisipasi wabah penyakit flu burung yang akhirakhir ini sangat menghambat dan merugikan para pengusaha ternak ayam. Disamping itu, pemerintah hendaknya melakukan pengawasan terhadap harga jual ayam yang berfluktuasi baik karena isu penyakit maupun disebabkan faktor lain yang dapat merugikan peternak ayam di dalam negeri. 3. Untuk peneliti yang akan datang diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian sejenis. Penelitian mendatang juga diharapkan dapat mengembangkan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha peternak ayam baik faktor internal maupun faktor eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa Anaroga, 2001. Manajemen Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta Assauri, 1993. Manajemen Pemasaran Global. Jakarta: Raja Gratindo Persada Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Bambang Riyanto, 1984. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE. Chourmain, dkk, 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta. Dirjen Dikti Dominic Salvatore, 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global. Jakarta: Salemba Empat Endang Sri Winarni. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Peningkatan Aksesibilitas. Infokop Nomor 29 Tahun XXII 2006 Ghozali Imam, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang : Badan Penerbit UNDIP Harjanti, ddk. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009 Husein, Umar, 2000. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Indriyo Gitusudarmo, Basri. 1992. Yogyakarta: BPFE.
Manajemen Keuangan, Edisi ke-2.
Kamarudin Ahmad. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: Rineka Cipta Komarudin, 1991. Pengantar Untuk Memahami Pembangunan. Bandung: Angkasa Kuncoro Mundrajat dan Abimanyu Anggito, 1995. Struktur dan Kinerja Industri Indonesia dalam Era Deregulasi dan Globalisasi, KELOLA, No. 10/IV
62
63
Kuncoro, Mudrajad, 1996, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Ketiga, Yogyakarta : UPP AMP YKPN Mukson, S. Marzuki, P.I. Sari dan H. Setiyawan. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33 Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta : Liberty Sadono Sukirno, 1996. Pengantar Teori Mikroekonomi, Edisi Kedua Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Sjifudian Hetifah , et al. 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil. Bandung : Akatiga Sugiyono, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabet Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Sudjana, 2003. Statistik. Bandung. Tarsito Syafri Sofyan Harahap, 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Sriyadi. 1991. Pengantar Ilmu ekonomi Perusahaan Modern. Semarang: IKIP Press Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Jilid Tiga. Yogyakarta : Penerbit Andi Usman, Husaini, dkk, 1996. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara http://www.suaramerdeka. com/harian/0503/26/ban10.htm http://www.mail-archive.com http://www. litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burung.pdf http://kompas.com/kompas-cetak/0708/03/jateng/57543.htm http://www.tempointeraktif.com www.deperindag.go.id http://www.setneg.go.id
64
65 Lampiran 1
ANGKET PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA PETERNAK AYAM DI KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA No. Urut : .............................. .............................. Desa : ..............................
Tanggal
:
1. IDENTITAS RESPONDEN Isilah data pribadi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dibawah ini: 1. Nama : ............................................................... 2. Umur : ..................................................... tahun 3. Alamat : ......................................................................................................... ......................................................................................................... .......................................................................................................... 4. Jumlah Anggota Keluarga : ..................................................... orang 5. Pendidikan Terakhir : (1) Perguruan tinggi (2) SMA (3) SMP (4) SD (5) Tidak sekolah 6. Lama Menjadi Peternak :
(1) > 10 th (2) 5 s/d 10 th (3) < 5 th
2. DAFTAR PERTANYAAN a. Luas Kandang (X1) 1. Apa status lahan kandang yang anda gunakan? ......................................................................................................................... .......................
66
2. Berapakah luas kandang peternakan ayam Bapak/ibu/Saudara saat ini? ......................................................................................................................... ....................... b. Tenaga Kerja (X2) Jumlah tenaga kerja yang digunakan dan alokasi waktu yang digunakan No 1 2 3
Tahap Pembibitan pada satu kali masa panen Pemeliharaan pada satu kali panen Pemanenan pada satu kali masa panen Jumlah total tenaga kerja yang dipakai
a. Modal (X3) No Tahap Tenaga kerja pada satu kali masa panen 1 2 3 4 5 6
Pembibitan pada satu kali masa panen Pakan pada satu kali panen Obat-obatan (vaksin) pada satu kali masa panen Pemeliharaan kandang pada satu kali panen Pemanenan pada satu kali masa panen Jumlah biaya keseluruhan
Jumlah tenaga kerja yang digunakan .................. orang .................. orang .................. orang .................. orang
Biaya yang dikeluarkan Rp ............... Rp ............... Rp ............... Rp ............... Rp ............... Rp ............... Rp ...............
b. Perkembangan Usaha (Variabel Y) Berapa hasil pertanian Bapak/Ibu/Saudara pada satu kali musim panen? Indikator Jumlah produksi
Jumlah produksi ..................... Kw
Harga produksi Rp.....................
Pendapatan / Penerimaan Rp....................
Lampiran 2 DATA HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA PETERNAK AYAM DI KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA Tenaga kerja Kode Luas No Resp Kandang Pembibitan Pemanenan
Modal TK
Bibit
Pakan
Obat (vaksin)
Kandang
Panen
Merang & pemanas
Listrik
1 R-01
1316
5
11
16
5.000.000
50.000.000
162.000.000
4.500.000
4.500.000
500.000
13.500.000
2 R-02
328
1
5
6
1.600.000
8.750.000
53.000.000
1.375.000
150.000
450.000
2.800.000
3 R-03
658
2
9
11
3.200.000
17.500.000
106.000.000
2.750.000
300.000
900.000
7.250.000
4 R-04
1200
4
8
12
3.500.000
10.000.000
36.000.000
1.000.000
1.000.000
500.000
2.650.000
5 R-05
1260
5
11
16
5.500.000
50.000.000
158.000.000
4.800.000
4.100.000
500.000
13.250.000
2.200.000 238.350.000
6 R-06
3948
15
33
48
15.000.000
150.000.000
486.000.000
13.500.000 13.500.000
1.500.000
41.450.000
8.500.000 729.450.000
7 R-07
950
4
8
12
3.650.000
25.000.000
110.000.000
3.125.000
550.000
800.000
8.400.000
1.600.000 153.125.000
8 R-08
850
4
6
10
3.200.000
20.000.000
85.000.000
2.500.000
400.000
500.000
650.000
150.000
112.400.000
9 R-09
380
3
3
6
1.800.000
10.000.000
41.000.000
1.250.000
200.000
750.000
3.250.000
650.000
58.900.000
10 R-10
1200
5
8
13
3.900.000
35.000.000
137.000.000
4.375.000
500.000
700.000
10.500.000
11 R-11
640
2
9
11
3.300.000
17.000.000
62.500.000
2.125.000
150.000
500.000
4.800.000
12 R-12
815
3
9
12
3.600.000
21.000.000
84.000.000
2.625.000
250.000
450.000
6.400.000
1.200.000 119.525.000
13 R-13
730
3
4
7
2.100.000
22.500.000
94.750.000
2.812.500
200.000
600.000
7.100.000
1.400.000 131.462.500
14 R-14
853
4
8
12
3.500.000
26.800.000
107.000.000
3.350.000
200.000
550.000
8.200.000
1.550.000 151.150.000
15 R-15
700
4
5
9
2.700.000
17.500.000
79.000.000
2.187.500
150.000
400.000
6.000.000
12.000.000 119.937.500
16 R-16
910
5
10
15
4.500.000
29.000.000
116.000.000
3.625.000
500.000
800.000
8.800.000
1.750.000 164.975.000
17 R-17
450
2
5
7
2.200.000
13.750.000
52.000.000
1.718.750
200.000
450.000
4.000.000
800.000
75.118.750
18 R-18
535
2
3
5
1.500.000
16.800.000
67.200.000
2.100.000
200.000
300.000
5.100.000
1.000.000
94.200.000
19 R-19
590
4
4
8
2.496.000
16.874.000
67.496.000
2.109.250
200.000
312.000
4.800.000
1.445.500
95.732.750
20 R-20
550
2
5
7
2.180.000
15.730.000
62.920.000
1.966.250
250.000
390.000
6.400.000
1.347.500
91.183.750
21 R-21
505
2
4
6
1.870.000
14.443.000
57.772.000
1.805.375
200.000
312.000
7.100.000
1.237.250
84.739.625
22 R-22
465
4
3
7
2.200.000
13.299.000
53.196.000
1.662.375
200.000
234.000
8.200.000
1.139.250
80.130.625
23 R-23
421
4
6
10
3.100.000
12.040.600
48.162.400
1.505.075
150.000
468.000
6.000.000
1.031.450
72.457.525
24 R-24
380
2
3
5
1.560.000
10.868.000
43.472.000
1.358.500
500.000
234.000
8.800.000
931.000
67.723.500
67
2.700.000 242.700.000 700.000
68.825.000
1.400.000 139.300.000 530.000
55.180.000
2.200.000 194.175.000 960.000
91.335.000
68 25 R-25
340
4
8
12
3.700.000
9.724.000
38.896.000
1.215.500
200.000
624.000
4.000.000
833.000
26 R-26
690
4
6
10
3.120.000
19.734.000
78.936.000
2.466.750
500.000
468.000
5.100.000
1.690.500 112.015.250
27 R-27
650
3
3
6
1.870.000
18.590.000
74.360.000
2.323.750
400.000
234.000
4.800.000
1.592.500 104.170.250
28 R-28
628
5
8
13
4.050.000
17.960.800
71.843.200
2.245.100
550.000
624.000
6.400.000
1.538.600 105.211.700
29 R-29
720
6
9
15
4.680.000
20.592.000
82.368.000
2.574.000
600.000
702.000
7.100.000
1.764.000 120.380.000
30 R-30
300
3
4
7
2.184.000
8.580.000
34.320.000
1.072.500
200.000
312.000
8.200.000
31 R-31
821
6
4
10
3.120.000
23.480.600
93.922.400
2.935.075
600.000
312.000
6.000.000
2.011.450 132.381.525
32 R-32
630
4
8
12
3.744.000
18.018.000
72.072.000
2.252.250
400.000
624.000
8.800.000
1.543.500 107.453.750
33 R-33
650
4
5
9
2.808.000
18.590.000
74.360.000
2.323.750
350.000
390.000
4.000.000
1.592.500 104.414.250
34 R-34
650
5
6
11
3.432.000
18.590.000
74.360.000
2.323.750
450.000
468.000
5.100.000
1.592.500 106.316.250
35 R-35
630
4
5
9
2.808.000
18.018.000
72.072.000
2.252.250
500.000
390.000
4.800.000
1.543.500 102.383.750
36 R-36
360
3
3
6
1.872.000
10.296.000
41.184.000
1.287.000
250.000
234.000
6.400.000
882.000
62.405.000
37 R-37
300
2
8
10
3.120.000
8.580.000
34.320.000
1.072.500
200.000
624.000
7.100.000
735.000
55.751.500
38 R-38
720
7
5
12
3.744.000
20.592.000
82.368.000
2.574.000
650.000
390.000
8.200.000
39 R-39
320
2
9
11
3.432.000
9.152.000
36.608.000
1.144.000
150.000
702.000
6.000.000
784.000
57.972.000
40 R-40
250
4
8
12
3.744.000
7.150.000
28.600.000
893.750
200.000
624.000
8.800.000
612.500
50.624.250
41 R-41
1100
6
16
22
6.864.000
31.460.000
125.840.000
3.932.500
1.500.000
1.248.000
4.000.000
2.695.000 177.539.500
42 R-42
810
8
12
20
6.240.000
23.166.000
92.664.000
2.895.750
600.000
936.000
5.100.000
1.984.500 133.586.250
43 R-43
760
4
8
12
3.744.000
21.736.000
86.944.000
2.717.000
500.000
624.000
4.800.000
1.862.000 122.927.000
44 R-44
450
4
6
10
3.120.000
12.870.000
51.480.000
1.608.750
300.000
468.000
6.400.000
1.102.500
77.349.250
45 R-45
490
3
3
6
1.872.000
14.014.000
56.056.000
1.751.750
400.000
234.000
7.100.000
1.200.500
82.628.250
46 R-46
600
5
8
13
4.056.000
17.160.000
68.640.000
2.145.000
650.000
624.000
8.200.000
1.470.000 102.945.000
47 R-47
570
4
9
13
4.056.000
16.302.000
65.208.000
2.037.750
500.000
702.000
6.000.000
1.396.500
96.202.250
48 R-48
320
3
9
12
3.744.000
9.152.000
36.608.000
1.144.000
300.000
702.000
8.800.000
784.000
61.234.000
49 R-49
260
2
4
6
1.872.000
7.436.000
29.744.000
929.500
200.000
312.000
4.000.000
637.000
45.130.500
50 R-50
260
4
8
12
3.744.000
7.436.000
29.744.000
929.500
200.000
624.000
5.100.000
637.000
48.414.500
51 R-51
800
6
5
11
3.432.000
22.880.000
91.520.000
2.860.000
700.000
390.000
5.900.000
1.960.000 129.642.000
52 R-52
780
5
8
13
4.056.000
22.308.000
89.232.000
2.788.500
650.000
624.000
5.800.000
1.911.000 127.369.500
735.000
59.192.500
55.603.500
1.764.000 120.282.000
69 DATA HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA PETERNAK AYAM DI KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA Perkembangan usaha No
Kode Resp
Jumlah produksi (kg)
Harga produksi
1
R-01
18400
14970
275448000
2
R-02
5200
13986
72727200
3
R-03
10400
13896
144518400
4
R-04
5700
14000
79800000
5
R-05
17800
14970
266466000
6
R-06
72800
14970
1089816000
7
R-07
12750
14970
190867500
8
R-08
9500
13896
132012000
9
R-09
5000
14970
74850000
10
R-10
16000
14000
224000000
11
R-11
7500
13986
104895000
12
R-12
9800
14970
146706000
13
R-13
10500
14000
147000000
14
R-14
12600
14000
176400000
15
R-15
9800
14970
146706000
16
R-16
13500
14970
202095000
17
R-17
6200
13986
86713200
18
R-18
7850
14970
117514500
19
R-19
8260
14970
123652200
20
R-20
7700
14970
115269000
21
R-21
7070
14970
105837900
22
R-22
6510
14970
97454700
23
R-23
5894
14970
88233180
24
R-24
5320
14970
79640400
25
R-25
4760
13896
66144960
26
R-26
9660
13896
134235360
70 27
R-27
9100
14970
136227000
28
R-28
8792
13896
122173632
29
R-29
10080
13896
140071680
30
R-30
4200
13896
58363200
31
R-31
11494
14970
172065180
32
R-32
8820
13896
122562720
33
R-33
9100
13896
126453600
34
R-34
9100
13896
126453600
35
R-35
8820
14970
132035400
36
R-36
5040
13896
70035840
37
R-37
4200
14970
62874000
38
R-38
10080
14970
150897600
39
R-39
4480
13896
62254080
40
R-40
3500
13896
48636000
41
R-41
15400
14970
230538000
42
R-42
11340
13896
157580640
43
R-43
10640
14970
159280800
44
R-44
6300
13896
87544800
45
R-45
6860
14970
102694200
46
R-46
8400
13896
116726400
47
R-47
7980
13896
110890080
48
R-48
4480
13896
62254080
49
R-49
3640
14970
54490800
50
R-50
3640
13896
50581440
51
R-51
11200
13896
155635200
52
R-52
10920
14970
163472400
53
R-53
12740
13896
177035040
54
R-54
4900
13896
68090400
71 REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA PETERNAK AYAM DI KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA No
Luas Kandang
Tenaga kerja
Modal
Log X1
Log X2
Log X3
Log Y
1
R-01
Kode Resp
1316
16
242.700.000
Perkembangan Usaha 275.448.000
3,12
1,20
8,39
8,44
2
R-02
328
6
68.825.000
72.727.200
2,52
0,78
7,84
7,86
3
R-03
658
11
139.300.000
144.518.400
2,82
1,04
8,14
8,16
4
R-04
1200
12
55.180.000
79.800.000
3,08
1,08
7,74
7,90
5
R-05
1260
16
238.350.000
266.466.000
3,10
1,20
8,38
8,43
6
R-06
3948
48
729.450.000
1.089.816.000
3,60
1,68
8,86
9,04
7
R-07
950
12
153.125.000
190.867.500
2,98
1,08
8,19
8,28
8
R-08
850
10
112.400.000
132.012.000
2,93
1,00
8,05
8,12
9
R-09
380
6
58.900.000
74.850.000
2,58
0,78
7,77
7,87
10
R-10
1200
13
194.175.000
224.000.000
3,08
1,11
8,29
8,35
11
R-11
640
11
91.335.000
104.895.000
2,81
1,04
7,96
8,02
12
R-12
815
12
119.525.000
146.706.000
2,91
1,08
8,08
8,17
13
R-13
730
7
131.462.500
147.000.000
2,86
0,85
8,12
8,17
14
R-14
853
12
151.150.000
176.400.000
2,93
1,08
8,18
8,25
15
R-15
700
9
119.937.500
146.706.000
2,85
0,95
8,08
8,17
16
R-16
910
15
164.975.000
202.095.000
2,96
1,18
8,22
8,31
17
R-17
450
7
75.118.750
86.713.200
2,65
0,85
7,88
7,94
18
R-18
535
5
94.200.000
117.514.500
2,73
0,70
7,97
8,07
19
R-19
590
8
95.732.750
123.652.200
2,77
0,90
7,98
8,09
20
R-20
550
7
91.183.750
115.269.000
2,74
0,85
7,96
8,06
21
R-21
505
6
84.739.625
105.837.900
2,70
0,78
7,93
8,02
22
R-22
465
7
80.130.625
97.454.700
2,67
0,85
7,90
7,99
23
R-23
421
10
72.457.525
88.233.180
2,62
1,00
7,86
7,95
24
R-24
380
5
67.723.500
79.640.400
2,58
0,70
7,83
7,90
25
R-25
340
12
59.192.500
66.144.960
2,53
1,08
7,77
7,82
26
R-26
690
10
112.015.250
134.235.360
2,84
1,00
8,05
8,13
27
R-27
650
6
104.170.250
136.227.000
2,81
0,78
8,02
8,13
72 28
R-28
628
13
105.211.700
122.173.632
2,80
1,11
8,02
8,09
29
R-29
720
15
120.380.000
140.071.680
2,86
1,18
8,08
8,15
30
R-30
300
7
55.603.500
58.363.200
2,48
0,85
7,75
7,77
31
R-31
821
10
132.381.525
172.065.180
2,91
1,00
8,12
8,24
32
R-32
630
12
107.453.750
122.562.720
2,80
1,08
8,03
8,09
33
R-33
650
9
104.414.250
126.453.600
2,81
0,95
8,02
8,10
34
R-34
650
11
106.316.250
126.453.600
2,81
1,04
8,03
8,10
35
R-35
630
9
102.383.750
132.035.400
2,80
0,95
8,01
8,12
36
R-36
360
6
62.405.000
70.035.840
2,56
0,78
7,80
7,85
37
R-37
300
10
55.751.500
62.874.000
2,48
1,00
7,75
7,80
38
R-38
720
12
120.282.000
150.897.600
2,86
1,08
8,08
8,18
39
R-39
320
11
57.972.000
62.254.080
2,51
1,04
7,76
7,79
40
R-40
250
12
50.624.250
48.636.000
2,40
1,08
7,70
7,69
41
R-41
1100
22
177.539.500
230.538.000
3,04
1,34
8,25
8,36
42
R-42
810
20
133.586.250
157.580.640
2,91
1,30
8,13
8,20
43
R-43
760
12
122.927.000
159.280.800
2,88
1,08
8,09
8,20
44
R-44
450
10
77.349.250
87.544.800
2,65
1,00
7,89
7,94
45
R-45
490
6
82.628.250
102.694.200
2,69
0,78
7,92
8,01
46
R-46
600
13
102.945.000
116.726.400
2,78
1,11
8,01
8,07
47
R-47
570
13
96.202.250
110.890.080
2,76
1,11
7,98
8,04
48
R-48
320
12
61.234.000
62.254.080
2,51
1,08
7,79
7,79
49
R-49
260
6
45.130.500
54.490.800
2,41
0,78
7,65
7,74
50
R-50
260
12
48.414.500
50.581.440
2,41
1,08
7,68
7,70
51
R-51
800
11
129.642.000
155.635.200
2,90
1,04
8,11
8,19
52
R-52
780
13
127.369.500
163.472.400
2,89
1,11
8,11
8,21
53
R-53
910
13
146.942.750
177.035.040
2,96
1,11
8,17
8,25
54
R-54
350
6
60.114.750
68.090.400
2,54
0,78
7,78
7,83
Lampiran 3
Regression Des criptive Statistics Mean 8,0767 2,7811 1,0085 8,0028
Perkembangan usaha Luas kandang Tenaga kerja Modal
Std. Dev iation ,22931 ,21977 ,17682 ,21234
N 54 54 54 54
V ariables Entere d/Rem ovebd Model 1
V ariables Entered Modal, Tenaga kerja, Luas a kandang
V ariables Remov ed
Method
.
Enter
a. A ll requested v ariables entered. b. Dependent Variable: Perkembangan usaha Model Summ aryb Change Statistics Model 1
R R Square ,995 a ,989
Adjusted R Square ,989
Std. Error of the Estimate ,02434
R Square Change ,989
F Change 1551,619
df1 3
df2 50
Sig. F Change ,000
DurbinWatson 2,007
a. Predictors: (Constant), Modal, Tenaga kerja, Luas kandang b. Dependent Variable: Perkembangan usaha
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 2,757 ,030 2,787
df 3 50 53
Mean Square ,919 ,001
F 1551,619
Sig. ,000 a
a. Predictors: (Constant), Modal, Tenaga kerja, Luas kandang b. Dependent Variable: Perkembangan usaha Coe fficientsa
Model 1
(Cons tant) Luas kandang Tenaga kerja Modal
Unstandardiz ed Coefficients B Std. Error ,491 ,236 ,246 ,040 -,065 ,026 ,870 ,041
Standardized Coefficients Beta ,236 -,050 ,806
a. Dependent Variable: Perkembangan usaha
73
t 2,085 6,170 -2,521 20,980
Sig. ,042 ,000 ,015 ,000
Zero-order ,946 ,643 ,990
Correlations Partial ,657 -,336 ,948
Part ,090 -,037 ,306
Collinearity Statistic s Toleranc e VIF ,145 ,542 ,144
6,879 1,846 6,944
74
a Coe fficient Corre lations
Model 1
Correlations
Covariances
Modal Tenaga kerja Luas kandang Modal Tenaga kerja Luas kandang
Modal 1,000 -,191 -,861 ,002 ,000 -,001
Tenaga kerja -,191 1,000 -,165 ,000 ,001 ,000
Luas kandang -,861 -,165 1,000 -,001 ,000 ,002
a. Dependent Variable: Perkembangan us aha a Colline arity Diagnostics
Model 1
Dimension 1 2 3 4
Condition Index 1,000 14,845 42,599 250,770
Eigenvalue 3,980 ,018 ,002 ,000
(Cons tant) ,00 ,00 ,02 ,98
V arianc e Proportions Luas kandang Tenaga kerja ,00 ,00 ,00 ,62 ,28 ,35 ,72 ,04
a. Dependent V ariable: Perkembangan usaha
Res iduals Statisticsa Predicted V alue Std. Predicted V alue Standard Error of Predicted V alue A djusted Predic ted V alue Residual Std. Residual Stud. Res idual Deleted Residual Stud. Deleted Res idual Mahal. Distance Cook's Dis tance Centered Leverage V alue
Minimum 7,6930 -1,682
Max imum 8,9809 3,964
Mean 8,0767 ,000
Std. Deviation ,22809 1,000
,003
,022
,006
,003
54
7,6893 -,04475 -1,838 -1,921 -,10790 -1,976 ,032 ,000 ,001
8,9464 ,05907 2,427 3,055 ,09360 3,354 43,731 4,145 ,825
8,0779 ,00000 ,000 -,012 -,00124 -,009 2,944 ,116 ,056
,22496 ,02364 ,971 1,054 ,03062 1,083 6,312 ,588 ,119
54 54 54 54 54 54 54 54 54
a. Dependent V ariable: Perkembangan usaha
N 54 54
Modal ,00 ,00 ,00 1,00
75
Charts
76
77
Frequencies Statistics
N
Valid Mis sing
Mean Median Mode Minimum Max imum Sum
Luas kandang 54 0 699,1296 635,0000 650,00 250,00 3948,00 37753,00
Tenaga kerja 54 0 11,2037 11,0000 12,00 5,00 48,00 605,00
Modal 54 0 116678880 103557625 45130500,0a 45130500,0 729450000 6,301E+09
Perkemban gan us aha 54 0 142905932 123107460 62254080,0a 48636000,0 1,090E+09 7,717E+09
a. Multiple modes ex is t. The smallest v alue is show n
Frequency Table Tenaga ke rja
V alid
5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 15,00 16,00 20,00 22,00 48,00 Total
Frequenc y 2 8 5 1 3 6 5 11 6 2 2 1 1 1 54
Percent 3,7 14,8 9,3 1,9 5,6 11,1 9,3 20,4 11,1 3,7 3,7 1,9 1,9 1,9 100,0
V alid Percent 3,7 14,8 9,3 1,9 5,6 11,1 9,3 20,4 11,1 3,7 3,7 1,9 1,9 1,9 100,0
Cumulativ e Percent 3,7 18,5 27,8 29,6 35,2 46,3 55,6 75,9 87,0 90,7 94,4 96,3 98,1 100,0
78
Luas k andang
V alid
250,00 260,00 300,00 320,00 328,00 340,00 350,00 360,00 380,00 421,00 450,00 465,00 490,00 505,00 535,00 550,00 570,00 590,00 600,00 628,00 630,00 640,00 650,00 658,00 690,00 700,00 720,00 730,00 760,00 780,00 800,00 810,00 815,00 821,00 850,00 853,00 910,00 950,00 1100,00 1200,00 1260,00 1316,00 3948,00 Total
Frequenc y 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 54
Percent 1,9 3,7 3,7 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 5,6 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 100,0
V alid Percent 1,9 3,7 3,7 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 5,6 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 100,0
Cumulativ e Percent 1,9 5,6 9,3 13,0 14,8 16,7 18,5 20,4 24,1 25,9 29,6 31,5 33,3 35,2 37,0 38,9 40,7 42,6 44,4 46,3 50,0 51,9 57,4 59,3 61,1 63,0 66,7 68,5 70,4 72,2 74,1 75,9 77,8 79,6 81,5 83,3 87,0 88,9 90,7 94,4 96,3 98,1 100,0
79
M odal
V alid
45130500,00 48414500,00 50624250,00 55180000,00 55603500,00 55751500,00 57972000,00 58900000,00 59192500,00 60114750,00 61234000,00 62405000,00 67723500,00 68825000,00 72457525,00 75118750,00 77349250,00 80130625,00 82628250,00 84739625,00 91183750,00 91335000,00 94200000,00 95732750,00 96202250,00 102383750,00 102945000,00 104170250,00 104414250,00 105211700,00 106316250,00 107453750,00 112015250,00 112400000,00 119525000,00 119937500,00 120282000,00 120380000,00 122927000,00 127369500,00 129642000,00 131462500,00 132381525,00 133586250,00 139300000,00 146942750,00 151150000,00 153125000,00 164975000,00 177539500,00 194175000,00 238350000,00 242700000,00 729450000,00 Total
Frequenc y 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 54
Percent 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 100,0
V alid Percent 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 100,0
Cumulativ e Percent 1,9 3,7 5,6 7,4 9,3 11,1 13,0 14,8 16,7 18,5 20,4 22,2 24,1 25,9 27,8 29,6 31,5 33,3 35,2 37,0 38,9 40,7 42,6 44,4 46,3 48,1 50,0 51,9 53,7 55,6 57,4 59,3 61,1 63,0 64,8 66,7 68,5 70,4 72,2 74,1 75,9 77,8 79,6 81,5 83,3 85,2 87,0 88,9 90,7 92,6 94,4 96,3 98,1 100,0
80
Perk e m bangan usaha
V alid
48636000,00 50581440,00 54490800,00 58363200,00 62254080,00 62874000,00 66144960,00 68090400,00 70035840,00 72727200,00 74850000,00 79640400,00 79800000,00 86713200,00 87544800,00 88233180,00 97454700,00 102694200,00 104895000,00 105837900,00 110890080,00 115269000,00 116726400,00 117514500,00 122173632,00 122562720,00 123652200,00 126453600,00 132012000,00 132035400,00 134235360,00 136227000,00 140071680,00 144518400,00 146706000,00 147000000,00 150897600,00 155635200,00 157580640,00 159280800,00 163472400,00 172065180,00 176400000,00 177035040,00 190867500,00 202095000,00 224000000,00 230538000,00 266466000,00 275448000,00 1089816000,00 Total
Frequenc y 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 54
Percent 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 100,0
V alid Percent 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 3,7 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 100,0
Cumulativ e Percent 1,9 3,7 5,6 7,4 11,1 13,0 14,8 16,7 18,5 20,4 22,2 24,1 25,9 27,8 29,6 31,5 33,3 35,2 37,0 38,9 40,7 42,6 44,4 46,3 48,1 50,0 51,9 55,6 57,4 59,3 61,1 63,0 64,8 66,7 70,4 72,2 74,1 75,9 77,8 79,6 81,5 83,3 85,2 87,0 88,9 90,7 92,6 94,4 96,3 98,1 100,0