KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ISLAM ABOGE DALAM MEMPERTAHANKAN AJARAN WARISAN RADEN SAYYID KUNING DI DESA ONJE KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA Oleh
: Andri Dwi Putra dan Rr. Terry Irenewaty, M. Hum.
[email protected]
Abstrak Masyarakat Islam Aboge di Desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dari dulu menjalankan ajaran warisan dari Raden Sayyid Kuning dan tradisi dari leluhurnya. Seiring dengan perkembangan jaman masyarakat Islam Aboge mendapat pengaruh baik dari masyarakat sekitar maupun pemerintah desa. Hal tersebut mendasari penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui sejarah Islam Aboge di Desa Onje sampai saat ini, kearifan lokal masyarakat Islam Aboge di Desa Onje dalam mempertahankan ajaran warisan Raden Sayyid Kuning, serta interaksi sosial masyarakat Islam Aboge dengan masyarakat sekitar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu tokoh masyarakat Islam Aboge, masyarakat Islam Aboge, pemuda/pemudi Islam Aboge, tokoh masyarakat Desa Onje, masyarakat Desa Onje bukan Aboge, dan pemuda/pemudi bukan Aboge. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa masyarakat Islam Aboge di Desa Onje merupakan masyarakat Islam yang menggunakan sistem perhitungan kalender Aboge dalam menentukan awal bulan Qomariyah. Penyebar sistem perhitungan kalender Aboge di Desa Onje dipercaya bernama Raden Sayyid Kuning. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Islam Aboge di Desa Onje antara lain sistem perhitungan kalender Aboge, slametan, sadranan, kepanggihan, suroan, yasinan, dibaan, kataman, dan muludan. Untuk mempertahankan kearifan lokal masyarakat
Islam Aboge di Desa Onje ada dua cara yaitu melalui cerita, melu gawe dan sikap ngormati leluhur. Interaksi sosial diantara masyarakat Islam Aboge dengan masyarakat sekitar termasuk ke dalam bentuk asosiatif yaitu kerjasama. Masyarakat sekitar toleransi dan saling membantu terhadap masyarakat Islam Aboge di Desa Onje.
Kata kunci : Islam, Aboge, Kearifan Lokal
LOCAL WISDOM OF ABOGE ISLAMIC SOCIETY DEEPEN TO DEFEND THE HERITAGE OF RADEN SAYYID KUNING IN ONJE VILLAGE MREBET PURBALINGGA DISTRICT By
: Andri Dwi Putra and Rr. Terry Irenewaty, M. Hum.
[email protected]
Abstract Aboge Islamic Society in Onje Village, Mrebet, Purbalingga District since long time ago to do the heritage of Raden Sayyid Kuning and other traditions from the ancestor. Line with the times, Aboge Islamic Society get influence from around society or from village government. It underlies this research that have aim to know the history of Islamic Aboge in Onje Village until now, local wisdom of Aboge Islamic Society deepen to defend the heritage of Raden Sayyid Kuning, also to know social interaction between Aboge Islamic Society and around society. This research using descriptive qualitative method. The research subjects were determined by purposive sampling technique that is Aboge Islamic society public figure, Aboge Islamic society, youth of Aboge Islamic society, Onje Village public figure, around society not followers of Aboge Islamic society, and youth of not followers of Aboge Islamic society. Data collection technique using observation, interviews, documentation, and literature study. Data validity technique in this research using triangulation of sources and triangulation methods. Data analysis technique in this research using interactive model from Miles dan Huberman. The results of this research revealed that Aboge Islamic society in Onje Village are Islamic society that using Aboge calender calculation system for determine the beginning of the Qomariyah month. Aboge calender calculation system spreader in Onje Village is believed named Raden Sayyid Kuning. Local wisdom that owned Aboge Islamic society in Onje Village that is Aboge calender calculation system, slametan, sadranan, kepanggihan, suroan, yasinan, dibaan, kataman, dan muludan. To maintain Aboge Islamic society local wisdom in Onje Village there is three ways,
these are through stories, participate or help and attitude of respect for ancestors. Social interaction between Aboge Islamic Society and around society is included in the form of associative that called cooperation. Around society tolerance and mutual help to Aboge Islamic society in Onje Village. Keywords: Islam, Aboge, Local Wisdom
secara
PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia merupakan suatu
masyarakat
majemuk
yang
memiliki keanekaragaman di dalam berbagai
aspek
terus
mengalami
menerus
suatu
dan
akan
perubahan
seiring
dengan semakin kompleksnya kehidupan yang dialami masyarakat. Perubahan
kehidupan.
dalam
kebudayaan
Kemajemukan budaya dari tiap suku
mencakup semua bagian, yang meliputi
bangsa yang ada di Indonesia, masing-
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi
masing memiliki ciri khas tersendiri. Ciri
dan lainnya. Perubahan yang terjadi
khas tersebut dapat dilihat dari adanya
diperparah dengan adanya krisis di
pola kehidupan yang terbentuk dari
berbagai aspek yang terjadi di Indonesia.
setiap kebiasaan anggota masyarakat
Krisis yang terjadi berawal dari krisis
yang telah disepakati bersama. Hal itu
ekonomi yang mengubah kehidupan
sesuai dengan pendapat E.B. Taylor
bangsa Indonesia. Krisis berkepanjangan
yang menyatakan bahwa kebudayaan
yang terjadi telah masuk ke dalam segala
merupakan kompleks yang mencakup
aspek dan sector, seperti politik, moral,
pengetahuan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, agama
moral,
kepercayaan,
hukum,
adat
kesenian,
istiadat
kemampuan-kemampuan
dan serta
dan bahkan budaya. Hal ini menjadi masalah
yang
sangat
besar
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
kehidupan
oleh
anggota
modernisasi yang terjadi pada saat ini
masyarakat (dikutip dari Soerjono, 2007:
lebih bersifat material dan tidak disertai
150).
dengan semangat menghargai nilai-nilai
manusia
sebagai
masyarakat.
bagi
Dimensi
yang
kebudayaan. Nilai-nilai tradisi yang
masyarakat
menjadi ciri khas dan identitas tidak
tersebut, kemudian menghasilkan sebuah
terpelihara dengan baik yang pada
kebudayaan,
akhirnya
Kebiasaan-kebiasaan menjadi
pola
merupakan
perilaku dimana
komponen
kebudayaan
itu
masyarakat utama
sendiri
dari
sehingga
menyebabkan
kehidupan
masyarakat
sendi-sendi menjadi
melemah. Belum lagi adanya dinamika
kebudayaan tidak akan tercipta tanpa
sosial
adanya
menyebabkan kebudayaan di Indonesia
suatu
masyarakat.
Dengan
demikian, kebudayaan akan berlangsung
turut
yang
melanda
mengalami
Indonesia
perkembangan.
Indonesia
yang
beragam
menghayati sifat-sifat budi luhur dari
budaya pasti akan selalu mengikuti arah
kepercayaan tersebut, maka sifat-sifat ini
perkembangan yang ada sebagai wujud
bisa menjadi dasar untuk mewujudkan
tanggapan masyarakat terhdap tantangan
kehidupan yang lebih arif dalam setiap
yang
tindakannya.
timbul
memiliki
akibat
adanya
era
modernisasi.
Kebudayaan-kebudayaan
Ada beberapa kekuatan yang mendorong
terjadinya
masyarakat.
Perubahan
yang
sudah melekat dalam masyarakat dan
perubahan
di
sudah turun temurun sejak dulu, akan
tersebut
di
semakin
melekat
dalam
kehidupan
antaranya disebabkan adanya perubahan
masyarakat sehingga menjadi sebuah
sosial
yakni
masyarakat
kekuatan
sendiri
dari
dalam
kepercayaan
(internal
factor)
dihilangkan.
yang
sulit
untuk
Kepercayaan-kepercayaan
seperti pergantian generasi dan berbagai
yang
penemuan baru yang lebih modern serta
kehidupan suatu masyarakat, biasanya
kekuatan dari luar (eksternal factor)
dipertahankan melalui sifat-sifat lokal
seperti pengaruh budaya-budaya luar,
yang dimilikinya. Dimana sifat lokal
persebaran budaya luar serta adanya
tersebut menjadi suatu kearifan yang
perubahan lingkungan hidup (Basuki
selalu
Soekanto, dkk, 1979: 25). Perubahan-
masyarakatnya.
perubahan
tersebut
terjadi
masyarakat,
di
tidak
masih
semuanya
dipegang
dalam
teguh
oleh
Nilai-nilai kearifan lokal yang
ada
masih ada biasanya masih dipertahankan
sebagian masyarakat yang hingga saat
oleh masyarakat yang masih memiliki
ini masih memegang tradisi sebagai
tingkat
norma,
moral
khususnya pada masyarakat yang masih
kehidupan dalam masyarakat. Tradisi-
tradisional. Kepercayaan tersebut dapat
tradisi
dilihat
aturan, yang
serta masih
karena
berkembang
kaidah diyakini
akan
kepercayaan
dari
yang
kehidupan
pedesaan
Dimana kepercayaan yang dianut oleh
kepercayaan terhadap tradisi budaya
masyarakat tersebut biasanya memiliki
yang masih dipertahankan hingga saat
makna dan nilai bagi masyarakat yang
ini
meyakininya.
masyarakat tersebut merupakan bentuk
Jika
manusia
dapat
masih
masyarakat
menimbulkan adanya suatu kepercayaan.
dan
yang
kuat,
bentuk-bentuk
memiliki
kepercayaan
ungkapan perasaan hati manusia ketika
yang terjadi pada masyarakat Islam
berhubungan
yang
Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet,
yang
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah,
masih mentradisi dalam masyarakat juga
masyarakatnya hingga saat ini masih
disebabkan karena kebudayaan yang ada
memegang teguh kepercayaan mereka
biasanya
terhadap ajaran warisan dari Raden
dipercayaainya.
dengan
hal-hal
Kepercayaan
bersifat
universal
yaitu
menyeluruh berlaku untuk siapa saja,
Sayyid
dimana saja dan tidak mengenal batasan
temurun mereka yakini.
sehingga
kebudayaan
yang
sudah
turun
telah
Ajaran Islam Aboge sendiri kali
melekat pada masyarakat dan sudah
pertama diperkenalkan oleh Ngabdullah
menjadi
Syarif Sayyid Kuning atau sekarang
hal
kehidupannya.
tersebut
Kuning
yang
pokok
Menurut
dalam J.
lebih dikenal oleh masyarakat sebagai
Herkovits bahwa kebudayaan merupakan
Raden Rasid Sayyid Kuning. Dalam
sesuatu yang bersifat super-organic,
buku Sejarah Lahirnya Purbalingga,
karena
turun
rekontruksi hasil penelitian LPM UGM
generasi
Yogyakarta tahun 2007, ia disebut
kebudayaan
temurun
dari
Melville
bersifat
generasi
ke
berikutnya, walaupun manusia yang ada
dengan
di dalam masyarakat senantiasa silih
Rekontruksi
berganti
dan
berdasarkan cerita yang berasal dari
kelahiran (dikutip dari Soerjono, 2007:
beberapa babad yang ada di Purbalingga
150).
dan Banyumas. Terminologi Aboge
disebabkan
Dengan
kematian
Sayyid
sejarah
itu
Abdullah. dibangun
bahwa
sendiri merupakan akronim dari kata
kebudayaan yang diwariskan secara
Alif, Rebo, dan Wage. Aboge adalah
turun temurun tersebut tidak dapat
sistem
dipisahkan satu sama lain. Adanya
didasarkan pada masa peredaran windu
kaitan
antara
atau delapan tahun. Satu windu menurut
kebudayaan dan masyarakat menjadikan
kalender Aboge terdiri atas tahun Alif,
kebudayaan sebagai suatu hal yang
Ha, Jim awal, Za, Dal, Ba, Wawu, dan
sangat penting bagi manusia dimana
Jim akhir. Oleh masyarakat, nama Raden
masyarakat tidak dapat meninggalkan
Sayyid Kuning dikenal sebagai ulama
budaya yang sudah dimilikinya. Seperti
penerus perjuangan Adipati Onje dalam
yang
demikian
nama
begitu
besar
penghitungan
kalender
yang
menyebarkan
agama
Kuning-lah
yang
masyarakat
sebagai
Islam.
Sayyid
Buddha serta kepercayaan asli sebagai
dianggap
oleh
orang
yang
Salah satu bentuk Islam Jawa
menciptakan sistem kalender Aboge,
sendiri adalah Islam Aboge tersebut.
yang hingga sekarang masih dilestarikan
Cara
oleh
2008).
dipengaruhi oleh tradisi jawa pra-Islam.
Masyarakat yang masih menggunakan
Masyarakat Islam Aboge sendiri yang
sistem kalender sering disebut dengan
masih memegang teguh ajaran warisan
masyarakat Islam Aboge, Islam Aboge,
dari Raden Rasid Sayyid Kuning sampai
atau Wong Islam Aboge.
saat
pengikutnya
(Teguh,
sinkretisme Jawa (Zaini, 1998: 33).
hidup
ini
Islam
seperti
Aboge
dalam
lebih
perhitungan
Salah satu paham Islam yang ada
penentuan awal Qomariyah yang masih
di Indonesia adalah Islam kultural. Islam
menggunakan ajaran dari ulama Raden
kultural
Rasid Sayyid Kuning yaitu penggunaan
merupakan
keislaman
yang
pemahaman
didasarkan
atau
perhitungan
Aboge,
membuat
dipengaruhi oleh pandangan kebudayaan
masyarakat Islam Aboge berbeda dengan
(Abuddin,
masyarakat Islam lainnya.
kategori
2001: paham
174). Islam
Salah
satu
kultural
di
Perkembangan
jaman
yang
Indonesia adalah Islam Jawa. Islam Jawa
semakin modern saat ini, membuat
merupakan
yang
teknologi informasi semakin maju dan
menunjuk pada penganut Islam di Jawa
informasi atau berita mengenai berbagai
dan masih dipengaruhi kebudayaan atau
hal mudah tersebar atau diterima oleh
tradisi Jawa. Menurut Koentjoroningrat
siapapun. Informasi berbagai hal yang
bentuk Islam orang Jawa ini sebagai
semakin mudah didapat ini membuat
agama kejawen (Abdul, 2000: 92).
masyarakat Islam Aboge mengenal dan
Bentuk agama ini merupakan kompleks
mengetahui
keyakinan Jawa asli dengan unsur-unsur
paham Islam lain selain Islam Aboge itu
Hindu-Buddha yang cenderung ke arah
sendiri.
mistik.
masih
keturunan masyarakat Islam Aboge yang
dipengaruhi oleh tradisi Jawa pra-Islam.
masih muda untuk beralih ke paham atau
Tradisi tersebut menekankan kepada
golongan Islam lain selain Islam Aboge
kategori
Para
Islam
penganutnya
intregasi unsur-unsur Islam, Hindu dan
berbagai
Hal
ini
golongan dapat
atau
membuat
yang memiliki ajaran berbeda pula dari
menghasilkan data deskriptif berupa
Islam Aboge.
kata-kata, gambar, dan bukan angka.
Pemerintah daerah khususnya di
Penelitian ini menggunakan kualitatif
daerah Desa Onje yang kini tidak
deskriptif
sepaham dan sependapat dengan paham
menggambarkan hasil pengamatan, hasil
dari masyarakat Islam Aboge, membuat
wawancara,
beberapa
analisis
tradisi
masyarakat
Islam
yaitu
penelitian
hasil
pemotretan,
dokumen,
yang
yang dan
kemudian
Aboge yang mulai memudar atau sudah
dituangkan dalam bentuk uraian. Data
jarang
dilaksanakan
urbanisasi
yang
lagi.
Proses
yang dihasilkan secara umum menjawab
semakin
sering
pertanyaan-pertanyaan
mengapa
dan
dilakukan oleh para masyarakat di Desa
bagaimana terjadinya suatu fenomena di
Onje khususnya yang menganut Islam
suatu tempat.
Aboge, ini membuat Islam Aboge
Tempat dan Waktu Penelitian
sepertinya berkurang, baik dari segi
Waktu
penelitian
dilakukan
penganut maupun pelaksanaan tradisi
selama dua bulan yaitu dari bulan
atau ajaran warisan dari pada pengikut
Agustus sampai bulan September 2013.
Islam Aboge itu sendiri.
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa
Berdasarkan hal tersebutlah maka peneliti
tertarik
untuk
Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten
melakukan
Purbalingga.
penelitian mengenai Kearifan Lokal Masyarakat
Islam
dalam
Sumber data dalam penelitian ini
mempertahankan Ajaran Warisan Raden
adalah sumber data primer dan sekunder.
Sayyid Kuning di Desa Onje, Kecamatan
Sumber data primer merupakan hasil
Mrebet, Kabupaten Purbalingga.
pengamatan dan wawancara dengan
masyarakat Islam Aboge di Desa Onje,
METODE PENELITIAN
Ketua
Jenis Penelitian
Masyarakat
Islam
Aboge,
Tokoh
masyarakat
di
Desa
Onje,
Penelitian
Aboge
Sumber Data
ini
menggunakan
RT
di
Desa
Onje,
Tokoh
pendekatan kualitatif. Menurut Lexy J.
pemuda/pemudi
masyarakat
Islam
Moleong (2005: 4), metode kualitatif
Aboge
yang
Islam
yaitu
Aboge, serta masyarakat di Desa Onje
prosedur
penelitian
yang
maupun
bukan
yang bukan Islam Aboge. Sedangkan
penelitian ini adalah triangulasi sumber
data
dan triangulasi metode.
sekunder
dokumentasi,
diperoleh
penelitian
dari
sebelumnya
Teknik Analisis Data
yang relevan dan studi pustaka baik
Penelitian
dengan
analisis interaktif Miles dan Hubberman.
menggunakan
media
cetak
ini
menggunakan
teknik
maupun media internet.
Teknik analisis interaktif terdiri dari
Teknik Pengumpulan Data
pengumpulan
Teknik pengumpulan data dalam
penyajian
penelitian ini adalah melalui observasi dan
wawancara
dengan
data, data
reduksi dan
data,
penarikan
kesimpulan.
masyarakat
Islam Aboge di Desa Onje, Ketua RT di
HASIL PENELITIAN DAN
Desa Onje, Tokoh Masyarakat Islam
PEMBAHASAN
Aboge, Tokoh masyarakat di Desa Onje,
1. Sejarah awal mula Islam di Desa
pemuda/pemudi
masyarakat
Islam
Onje
Aboge
yang
Islam
Kabupaten Purbalingga
maupun
bukan
Kecamatan
Mrebet
Aboge, serta masyarakat di Desa Onje
Di Jawa sendiri penyebaran
yang bukan Islam Aboge. Selain itu
agama Islam disiarkan oleh para wali
melalui dokumentasi serta studi pustaka.
yang lebih dikenal dengan Wali
Teknik Sampling
Sanga. Perjuangan para wali dalam
Dalam pemilihan sampel, teknik
menyebarkan serta menyiarkan agama
sampling yang digunakan di dalam
Islam di Jawa terdapat dua periode
penelitian
bersejarah.
ini
menggunakan
adalah teknik
dengan
Periode
Gresik,
purposive
diprakarsai Kewalian Giri Kedhaton
sampling. Purposive sampling adalah
yang dipimpin oleh Sunan Giri dan
teknik pengambilan sampel sumber data
trahnya. Pada periode ini hanya
dengan pertimbangan tertentu.
menyampaikan ajaran-ajaran Islam
Validitas Data
kepada
masyarakat
bawah
dan
Validitas data dalam penelitian
pesisiran. Periode Demak Bintara,
ini diperoleh melalui triangulasi. Jenis
diprakarsai oleh Kasultanan Demak
triangulasi
Bintara. Pada periode ini segala daya
yang
digunakan
dalam
upaya,
pikiran,
kekuatan
fisik
dicurahkan
untuk
membentuk
dari negara Arab untuk datang ke
masyarakat Islam. Periode ini dimulai
tanah Jawa. Karena di tanah Jawa
dari keberhasilan para tokoh-tokoh
sedang terkena pageblug (wabah).
Islam yang didukung para wali
Syaikh Samsudin singgah di suatu
mendirikan kraton Demak Bintara di
tempat yang sekarang bernama Onje.
bawah
Patah.
Beliau istirahat untuk melaksanakan
Semenjak itu, penyebaran Islam di
sholat. Tempat untuk sholat itu adalah
Pulau Jawa dimulai dari Demak
sebuah batu. Di tempat batu inilah
(Purwadi, 2008: 282).
yang kemudian berdiri sebuah masjid.
pimpinan
Raden
Daerah yang juga mendapat
Batu tersebut sekarang tersimpan
proses Islamisasi di Jawa adalah
dibawah lantai keramik tepatnya di
Kabupaten Purbalingga. Desa Onje
bawah mimbar Masjid Raden Sayyid
Kecamatan
Kabupaten
Kuning (Tim Penyusun, 2010: 31).
Purbalingga merupakan salah satu
Disebutkan lagi juga mengenai para
daerah
tempat
Wali yang datang ke Desa Onje dulu,
persebaran ajaran Islam. Menurut
pada waktu itu, ada Wali singgah di
cerita rakyat yang beredar di sana,
Plataran
Sunan Kalijaga bersama beberapa
mengadakan
suatu
Wali Sanga yaitu Sunan Bonang,
Selanjutnya
mendatangi
sebuah
Sunan Kudus, dan Sunan Gunungjati
tempat
sekarang
menjadi
pernah
perempatan
Mrebet
yang
menjadi
berkunjung
ke
Onje,
Purbalingga.
yang
Telu.
Mereka
musyawarah.
masjid.
Kemudian
menuju ke arah barat dan disitulah
Dalam
buku
Onje
Dalam
terdapat batu yang dapat dipakai
Sejarah karya Tim Penyusun STAIN
untuk sholat. Seusai melaksanakan
Purwokerto menyebutkan, diceritakan
sholat mereka mendirikan sebuah
bahwa pada waktu itu Onje belum ada
bangunan yang berbentuk masjid
atau belum bernama Onje, masih
(Tim Penyusun, 2010: 31).
dalam kondisi alas (hutan) gung liwang-liwung. pengelana
yang
Datanglah bernama
Awal mula Islam di Desa Onje
seorang
sangat
terkait
dengan
sejarah
Syaikh
dibangunnya Masjid Raden Sayyid
Samsudin, beliau adalah utusan raja
Kuning. Dimulai dengan kemunculan
Jojok
Syaikh Samsudin seorang utusan dari
Habib Lutfi bin Yahya, salah satu
negara Arab datang ke Onje sebelum
ulama dari Pekalongan.
tempat itu bernama Onje berniat menyebarkan
dan
merupakan Masjid Cagar Budaya.
melaksanakan sholat di sebuah batu
Berdasarkan UU RI No. 11 tahun
besar. Di atas batu besar itu kemudian
2010 Tentang Cagar Budaya, Masjid
di
Raden
bangun
ajaran
Islam
Masjid Raden Sayyid Kuning
masjid
yang
masih
Sayyid
Kuning
termasuk
sederhana. Lalu dikemudian hari para
benda cagar budaya karena umurnya
Wali yang datang untuk mengajarkan
yang sudah ratusan tahun dan juga
Islam di Onje juga melaksanakan
merupakan benda bersejarah. Masjid
sholat di masjid sederhana di atas
Raden Sayyid Kuning menjadi benda
batu besar tersebut dan mengganti
cagar budaya disahkan oleh Dinas
penyangga masjid menggunakan kayu
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
jati yang sebelumnya menggunakan
Olahraga Kabupaten Purbalingga.
batang pakis. Sehingga kemudian di atas batu tersebut dibangun masjid
2. Sistem
yang bernama Masjid Onje. Masjid
Onje
Kelender
Aboge kemudian
Masyarakat
Islam
menggunakan
pada
berupa
kalender Aboge dalam penetapan
turun
awal bulan Qamariyah. Jenis hisab
temurun dikelola oleh Ki Tepus
yang dipakai masyarakat Islam Aboge
Rumput
termasuk hisab Urfi. Hisab Urfi
masa
Onje Masjid
atau
masih Onje
Adipati
Onje
I,
perhitungan
Aboge
dirawat dan dikelola dengan baik Kadipaten.
adalah
Raden
sekaligus
penanggalan yang didasarkan kepada
Imam Pertama Masjid Onje saat itu.
peredaran rata-rata bulan mengelilingi
Pada
bumi
Sayyid tahun
Kuning
1940,
Masjid
Onje
sistem
sistem
Anyakrapati atau Adipati Onje II, lalu
dan
perhitungan
ditetapkan
secara
direhab oleh pemerintah Desa Onje.
konvensional (Departemen Agama,
Pada tahun 1983, Masjid Onje diganti
1995: 7). Menurut sesepuh Aboge,
nama menjadi Masjid Raden Sayyid
perhitungan
Kuning. Nama tersebut usulan dari
berdasarkan pada jumlah rata-rata
Perhitungan
kalender
Aboge
itu
bulan mengelilingi bumi sehingga
penerus
hisab yang digunakan masyarakat
mengajarkan dan menyiarkan ajaran
Islam Aboge tergolong hisab Urfi.
agama Islam.
Dasar Aboge
masyarakat
menggunakan
perhitungan
atau
hisab
Islam
Rasulullah
Masyarakat
SAW
Islam
dalam
Aboge
sistem
menggunakan dua kitab rujukan yang
dalam
menjelaskan
perhitungan
sistem
menentukan awal bulan sendiri adalah
kalender Aboge, yaitu kitab Primbon
berdasar pada Al Qur’an Surat Yunus
Sembahyang yang ditulis oleh H. M.
Ayat
kalimat
Idris bin Yahya dan kitab Mujarrabat
waal
yang merupakan hasil terjemahan
hisaaba” dalam Surat Yunus Ayat 5,
Abdurrahman bin H. Abdul Aziz.
masyarakat Islam Aboge memahami
Salah satu kitab yang menjadi rujukan
kalimat
mengandung
yaitu kitab Primbon Sembahyang,
perintah untuk mengetahui bilangan
terdiri dari 92 bab yang berisi tentang
tahun
dengan
ketauhidan, akhlak, ilmu, almanak,
menggunakan sistem hisab sebagai
dan yang berkaitan dengan Islam
metode untuk menentukan awal bulan
maupun kebudayaan Jawa. Bab yang
Qamariyah. Masyarakat Islam Aboge
berkaitan dengan sistem perhitungan
sendiri
perhitungan
Aboge sendiri yaitu pada Almanak di
kalender Aboge sebagai interpretasi
halaman 163 yang teruraikan seperti
dari Surat Yunus ayat 5 tersebut.
berikut ini.
5.
Berdasar
pada
“lita’lamuu‘adadassiniina
tersebut dan
waktu
memahami
Masyarakat Islam Aboge juga mengambil Sanga,
pendapat
Sunan
para
Wali
Kalijaga
dan
Ngabdullah Syarif Sayyid Kuning berupa Hisab Aboge atau sistem penentuan awal bulan Qamariyah sebagai dasar pijakan penentuan awal bulan Qamariyah. Menurut mereka Wali termasuk ke dalam ulama,
Tabel 1. Almanak di Kitab
sedangkan ulama sendiri merupakan
Primbon Sembahyang
Almanak
di
atas
oleh
Alif
Rebo Wage
Rebo Kliwon
masyarakat Islam Aboge dinamakan
Ha
Ahad Pon
Ahad Wage
sebagai Almanak sepanjang masa.
Jim Awal
Jum’at Pon
Jum’at Wage
Za
Selasa Pahing
Selasa Pon
Dal
Sabtu Legi
Sabtu Pahing
Ba
Kamis Legi
Kamis Pahing
Wawu
Senin Kliwon
Senin Legi
Jim Akhir
Jum’at Wage
Jum’at Kliwon
Disebut demikian karena digunakan seumur
hidup.
Almanak
tersebut
terdiri dari hari dan pasaran tanggal satu pada tiap bulan Qamariyah selama delapan tahun atau satu
Tabel 2. Urutan Tahun, 1
windu. Cara melihat hari dan pasaran tanggal
lainnya,
diurutkan
Syawal dan 1 Muharam
dari
tanggal 1 bulan Qamariyah tersebut.
Jika sudah mencapai tahun
Setelah delapan tahun atau satu siklus
Jim Akhir maka tahunnya kembali ke
usai, perhitungan akan kembali lagi pada
tahun
Alif
dan
tahun Alif dan begitu seterusnya.
begitu
Masyarakat
seterusnya. Dalam perhitungan ini,
Aboge
biasa
menggunakan singkatan dari tahun,
tiap bulan ganjil berjumlah 30 hari,
awal hari dan pasarannya untuk
sedangkan bulan genap berjumlah 29
mempermudah
hari.
menghafal Cara kedua dalam perhitungan
masyarakat perhitungan
dalam Aboge
tersebut sebagai acuan penentuan
Aboge adalah menggunakan hafalan
awal bulan tiap bulan. Seperti berikut.
mengenai urutan tahun, bulan, hari dan
pasaran
Aboge.
Sesepuh
Awal Hari dan Nama Tahun
masyarakat Islam Aboge menuturkan bahwa
hafalan
penggunaannya Mujarrabat.
urutan ada
Adapun
dan di
urutan
cara
Alif
Rabu Wage
Aboge
Kitab
Ha
Ahad Pon
Hahadpon
Jim Awal
Jumat Pon
Jangahpon
Za
Selasa Pahing
Zasaing
Dal
Sabtu Legi
Daltugi
Ba
Kamis Legi
Bamisgi
Wawu
Senin Kliwon
Wanenwon
Jim Akhir
Jum’at Wage
Jangahge
tiap
tahun, tanggal 1 Muharam dan 1 Syawal menurut beliau adalah seperti berikut. Nama Tahun
Hari 1 Muharam
Hari 1 Syawal
Singkatan Pasaran
Tabel 3. Singkatan Tahun, Awal Hari dan Pasaran Berdasarkan tabel tahun, awal
Jumadil Awal
7
4
Diwal-tu-pat
Jumadil Akhir
2
4
Dihir-ro-pat
Rojab
3
3
Jab-lu-lu
Syaban
5
3
Ban-ma-lu
Ramadhan
6
2
Dhon-nem-ro
Syawal
1
2
Wal-ji-ro
hari dan pasaran tersebut maka misal
Dzulqo’ah
2
1
Dah-ro-ji
untuk Tahun Alif, urutan hari dan
Dzulhijjah
4
1
Jah-pat-ji
Tabel 5. Penentuan Tanggal 1
pasarannya akan seperti berikut.
Tiap Bulan dan Singkatannya
Nama
Urutan
Nama
Urutan
Hari
Ke
Pasaran
Ke
1
Rabu
1
Wage
1
2
Kamis
2
Kliwon
2
menentukan 1 Ramadhan dan 1
3
Jum’at
3
Legi
3
Syawal 2013 M. Tahun 2013 M
4
Sabtu
4
Pahing
4
merupakan tahun Jim Akhir, hari
5
Ahad
5
Pon
5
pertama (1 Muharam) tahun Jim
6
Senin
6
7
Selasa
7
No.
Berikut
ini
contoh
dalam
Akhir adalah Jum’at Wage, maka tahun 2013 M tanggal 1 Syawal jatuh
Tabel 4. Urutan Hari dan
pada hari ke-1 pasaran ke-2 yaitu hari
Pasaran pada Tahun Alif
Jum’at Kliwon 9 Agustus 2013 M. Dan 1 Ramadhan jatuh pada hari ke-6
Acuan untuk menentukan hari
pasaran ke-2, yaitu Rabu Kliwon 10
dan pasaran pertama atau tanggal 1 tiap-tiap
bulan
sendiri
Juli 2013 M.
menurut
Itulah sistem perhitungan atau
sesepuh masyarakat Islam Aboge
hisab Aboge yang merupakan ajaran
adalah seperti berikut beserta dengan singkatannya
guna
warisan dari Raden Sayyid Kuning
memudahkan
dan dibuat oleh Sunan Kalijaga yang
masyarakat Aboge menghafalkannya.
sejak dulu diajarkan turun temurun kepada Masyarakat penganut Aboge
Tanggal 1 Nama Bulan
Hari
Pasaran
di Desa Onje oleh Raden Sayyid
Singkatan
Kuning dan keturunannya. Terlepas
ke
ke
Muharam
1
1
Rom-ji-ji
Sofar
3
1
Par-lu-ji
Robiul Awal
4
5
Uwal-pat-ma
Robiul Akhir
6
5
Uhir-nem-ma
dari unsur hal tersebut benar ataupun salah maka itulah yang ada dan telah
digunakan secara turun temurun oleh
Tempus Rumput sebagai Adipati
masyarakat Islam penganut Aboge di
Onje
Desa Onje.
perhitungan Aboge di Kadipaten Onje
I
untuk
(sekarang 3. Deskripsi Islam
tentang
Aboge
Kecamatan
di
Masyarakat Desa
Mrebet
Peran
Kabupaten Ki
Tempus
Rumput mengembangkan perhitungan
Kabupaten
Aboge,
Purbalingga
dilanjutkan
oleh
putra
angkatnya yaitu Adipati Onje II
Di Desa Onje, Islam yang berkembang
adalah
(Nyokropati). Tidak berselang waktu
yang
yang lama, datanglah seorang ulama
Aboge.
ke Kadipaten Onje yang bernama
perhitungan
Ngabdullah Syarif Raden Sayyid
Aboge berasal dari para Wali yang
Kuning, yang terkenal dengan nama
berasal dari Timur Tengah dan Sunan
Raden Sayyid Kuning membantu
Kalijaga. Mereka memadukan konsep
Adipati Onje II untuk mengelola
Timur Tengah berupa huruf-huruf
masjid. Selanjutnya, Adipati Onje II
hijaiyyah, bulan-bulan hijriyyah dan
menobatkan Raden Sayyid Kuning
nama-nama dengan konsep Jawa
sebagai Imam pertama Masjid yang
berupa pasaran. Kata Aboge adalah
sekarang
singkatan dari Alip Rebo Wage, yang
Sayyid
mempunyai arti tanggal 1 Muharram
menjadikannya menantu.
menggunakan Awal
mula
perhitungan gagasan
bernama Kuning
Masjid dan
Raden
sekaligus
Tahun Alif akan jatuh pada hari Rebo
Sebelum datang ke Kadipaten
(Rabu) dengan pasaran Wage. Aboge
Onje, Raden Sayyid Kuning mengaji
adalah
kepada Sunan Drajad. Setelah itu,
aqidah
Kepercayaan
atau
kepercayaan.
terhadap
dasar
Raden Sayyid Kuning bersama Kyai
perhitungan almanak atau kalender
Arsayuda menantu Arsantaka, Syeh
dalam satu windu atau delapan tahun.
Mahdum Wali dan Syeh Mahdum
Maka yang dimaksud Aboge adalah
Umar mengamalkan ilmunya dengan
dasar suatu perhitungan.
menyebarkan agama Islam ke Karang
Para
Wali
perhitungan
Aboge
mewariskan kepada
Lewas, Purwokerto. Pada saat itu
Ki
Raden Sayyid Kuning tidak menetap
bernama
Purbalingga).
Onje
mengembangkan
di Purwokerto, tetapi meneruskan ke
Syarifah
Kadipaten Onje untuk meneruskan
kemudian mempunyai dua anak yaitu
dakwahnya.
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung
Keduanya
Sebagai imam pertama Masjid
Jati) dan Syarif Nurullah. Adiknya
Raden Sayyid Kuning, Raden Sayyid
Sunan Gunung Jati sendiri yaitu
Kuning berperan dalam mengelola
Syarif Nurullah mempunyai anak
masjid
memakmurkannya,
bernama Ngabdullah Syarif atau biasa
dengan cara mengajarkan ajaran-
dikenal dengan nama Raden Sayyid
ajaran Islam dan perhitungan Aboge
Kuning. Pergi dari Mesir ke Jawa
kepada
karena berniat menyusul Pamannya.
dan
masyarakat.
Kemudian
banyak masyarakat yang mengikuti
Masyarakat Islam Aboge di
sistem perhitungan Aboge. Lambat
Desa
laun
Onje
Kabupaten Purbalingga bukan sebuah
tersebut, dikenal dengan Komunitas
organisasi masyarakat yang berpusat
Aboge.
di daerah tertentu, ia adalah sebuah
masyarakat
Menurut
di
Desa
Kecamatan
Mrebet,
kelompok masyarakat Islam yang
masyarakat di Desa Onje, Raden
berjumlah lebih dari 500 orang, yang
Sayyid Kuning masih keturunan dari
menggunakan
Prabu Siliwangi. Diceritakan bahwa
berdasarkan
Prabu
anak
Wage) untuk menentukan awal bulan
Rara
Qamariyah.
Siliwangi
sesepuh
Onje,
dan
perempuan
memiliki
bernama
Nyai
Santang. Ketika Nyai Rara Santang
sistem Aboge
perhitungan (Alip-Rebo-
Masyarakat Islam Aboge di
pergi bersama kakaknya yaitu Sekitar
Desa
pada tahun 1478, Pangeran Walang
Kabupaten Purbalingga tidak terkait
Sungsang melaksanakan Ibadah Haji
secara organisasi ataupun hubungan
di Mekkah, Nyai Rara Santang
kekerabatan dengan komunitas Aboge
bertemu dengan seorang Raja Mesir
di daerah-daerah lain di Indonesia.
yang
Syarif
Sampai sekarang, komunitas Aboge
Rara
tidak dipimpin oleh seorang ketua,
Santang diperistri oleh Raja Mesir
namun pihak yang bertanggung jawab
tersebut dan berganti nama menjadi
dalam komunitas Aboge adalah Imam
bernama
Abdullah.
Sultan
Kemudian
Nyai
Mudaim.
Onje,
Kecamatan
Mrebet,
Besar Raden Sayyid Kuning. Imam
norma dan peraturan dalam ranah
Besar Masjid Raden Sayyid Kuning
kebudayaan,
adalah panutan bagi komunitas Aboge
kehidupan sosial dapat berupa sistem
untuk menentukan awal Ramadhan,
religius,
tanggal 1 Syawal dan hari raya Idul
kemasyarakatan, sistem pengetahuan,
Fitri dan Idul Adha yang didampingi
sistem mata pencaharian hidup dan
oleh para Sesepuh Aboge. Sejak
sistem
tahun 2008 sampai sekarang, Imam
(Koentjaraningrat, 1964: 2). Kearifan
Besar Masjid Raden Sayyid Kuning
lokal yang ada dalam masyarakat
dipercayakan
Kyai
Islam Aboge sendiri yaitu produk
satu
budaya masa lalu masyarakat Islam
keturunan dari Raden Sayyid Kuning.
Aboge yang masih terus menerus
Muhammad
kepada Maksudi,
salah
sedangkan
sistem
dan
teknologi
dalam organisasi
dan
peralatan
dijadikan pegangan hidup sampai 4. Kearifan Lokal Masyarakat Islam
sekarang
ajaran
warisan
Aboge di Desa Onje Kecamatan
ataupun tradisi dari para Wali Songo
Mrebet Kabupaten Purbalingga
maupun Raden Rasid Sayyid Kuning
Kearifan
lokal
merupakan
yang masih digunakan atau dijadikan
produk budaya masa lalu yang patut secara
terus-menerus
pegangan hidup sampai saat ini.
dijadikan
Pada dasarnya tradisi-tradisi
Maksudnya
yang masih dilaksanakan masyarakat
pegangan hidup adalah sesuatu yang
Islam Aboge sama dengan yang
selalu dipegang dalam hidup untuk
dilaksanakan
dijadikan sebagai pedoman dalam
Nahdlatul
melakukan
masyarakat Aboge sendiri mengakui
pegangan
bernilai
hidup.
lokal
sesuatu. tetapi
Meskipun nilai
oleh Ulama
orang-orang (NU)
karena
yang
bahwa mereka masih termasuk orang-
terkandung di dalamnya dianggap
orang NU hanya saja berbeda tarekat
sangat universal yaitu menyeluruh
dan selalu menggunakan perhitungan
berlaku untuk siapa saja, dimana saja
Aboge saat menentukan awal bulan
dan tidak mengenal batasan. Kearifan
Qomariyah.
lokal dapat menjelma dalam berbagai
Menurut
bentuk seperti ide, gagasan, nilai,
Islam
seperti
Aboge,
tokoh
masyarakat
mereka
masih
mempertahankan kearifan lokal atau
ilmu cerita yang tidak boleh
tradisi
mereka
dicatat, karena merupakan ilmu
mereka
itu
karena
menurut atau
yang unik. Masyarakat Aboge
tidak
hilang
meyakini ilmu adalah hapalan
perkembangan
jaman.
tanpa tulis, termasuk ilmu hisab
Tradisi yang ada merupakan ajaran
Aboge. Almanak yang dipakai itu
warisan dari leluhur mereka yang
sendiri adalah almanak untuk
sudah diajarkan dan dilaksanakan
sepanjang masa. Perhitungannya
sejak dulu, maka sepatutnya untuk
itu ilmu hapalan hisab Aboge.
tetap dilestarikan. Ajaran warisan dan
Jadi perhitungan hisab Aboge
tradisi yang masih digunakan dan
juga ilmu hapalan tanpa ditulis.
dilaksanakan oleh masyarakat Islam
Penggunaan
Aboge di Desa Onje antara lain
penetapan awal bulan Qomariyah
seperti penggunaan sistem kalender
menggunakan
Aboge,
sadranan,
biasanya dilaksanakan berjarak
yasinan,
dua atau tiga hari sebelum tanggal
dilestarikan termakan
perlu
diuri-uri
agar
slametan,
kepanggihan,
suroan,
dibaan, kataman, dan muludan.
awal
a. Penggunaan
masyarakat
sistem
kalender
Aboge kalender
di
umum.
kalender Misal
penanggalan
di
umum
tanggal 1 jatuh pada hari Jumat
yang
bulan April, maka pelaksanaan
menggunakan
penetapannya dilakukan pada hari
kitab Primbon Sembahyang dan
Selasa atau Rabunya.
kitab Mujarrabat selalu digunakan
b. Slametan
oleh masyarakat Islam Aboge di
Slametan adalah versi Jawa
Desa Onje dalam menentukan
dari
awal
Qamariyah.
merupakan upacara keagamaan
Perhitungan Aboge sendiri yang
yang paling umum di dunia; ia
menggunakan almanak seumur
melambangkan kesatuan mistis
hidup atau sepanjang masa, oleh
dan sosial mereka yang ikut serta
sesepuh Aboge dikatakan sebagai
di
bulan
Aboge
sistem
Aboge
perhitungannya
pelaksanaan
hisab
bulan
kalender
Penggunaan
atau
apa
dalamnya.
yang
barangkali
Slametan
dapat
diadakan untuk memenuhi semua
Kedung
hajat orang sehubungan dengan
Tempuran Tiga (Tim Penyusun,
suatu
2010: 29).
kejadian
diperingati,
yang
ingin
ditebus
atau
Prosesi
ataupun
atau
langkah-
dikuduskan (Geertz, 1983: 13).
langkah
Menurut masyarakat Islam Aboge
Siraman di Jojok Telu menurut
di Desa Onje, dalam masyarakat
sesepuh Aboge yaitu pertama
Aboge sendiri tradisi slametan
kumpul
sudah dilakukan secara turun
Maksudi sekitar jam 11 malam
temurun.
yang
untuk diberi arahan bagaimana
lain
melakukan siraman di Jojok Telu.
Slametan
dilakukan
sendiri
antara
slametan
kelahiran,
slametan
pelaksanaan
di
rumah
Kemudian
Ritual
Pak
Kyai
mempersiapkan
pernikahan, slametan kematian,
kembang atau bunga 7 rupa yaitu
slametan
kembang mawar merah, kembang
selesai
membangun
rumah dan lain-lain.
mawar putih, kembang mlathi,
Salah satu contoh slametan
kembang
kenanga,
kembang
yang biasa dilaksanakan oleh
kanthil putih, kembang kantil
masyarakat Islam Aboge di Desa
hijau,
Onje yaitu slametan hajatan.
Kembang disiapkan rangkap dua,
Slametan
dilaksanakan
7 rupa untuk siraman di Jojok
untuk seseorang yang punya hajat
Telu dan 7 rupa untuk nyekar
atau keinginan yang ingin segera
setelah siraman.
hajatan
terkabul. Adapun ritual slametan hajatan
di
masyarakat
serta
daun
pandan.
Setelah jam 12, berangkat
Islam
ke sungai menuju Jojok Telu.
Aboge di Desa Onje disebut
Kemudian
dengan Ritual Siraman atau mandi
pakaian tetapi tidak telanjang
di
bulat, masih memakai celana
Jojok
Telu.
Jojok
telu
merupakan pertemuan tiga sungai
pendek.
yaitu
sungai
Paingen,
dan
Banyak
yang
melepas
Istilahnya
semua
untuk
Paku,
sungai
petelesan. Menghadap kiblat dan
sungai
Tlahab.
mbaca niat do’a siraman yaitu
menyebutnya
Nawaitu ghusla li khuduri hajati
Pertelu
lillahi ta’ala. Artinya niat saya
9 lubang di batu Dakon dan
untuk
ditaburi semua kembang 7 rupa.
mandi
menghilangkan
hadas mendekatkan hajat karena
Setelah
Allah ta’ala.
nyekar
biasanya
ada yang ke makam Raden Sayyid
Setelah membaca niat dan
Kuning ataupun Adipati Onje
do’a, masuk ke tengah sungai
untuk ziarah dan ada yang ke
untuk mandi di titik tengah Jojok
Masjid Raden Sayyid Kuning
Telu,
untuk
antara
sungai
Paingen,
istighosah
atau
dzikir.
Tlahab, dan Paku. Di tengah
Setelah semua selesai kembali ke
Jojok Telu menyelam atau silem
rumah Pak Kyai Maksudi ataupun
atau masuk ke dalam sungai yang
pulang ke rumah.
pertama kali. Tetapi sebelum itu
c. Sadranan
kembang pertama ditaburkan dulu
Salah satu tradisi warga
di tempat tersebut dan juga baca
Desa Onje yang masih berjalan
niat, do’a serta hajat yang ingin
adalah melakukan ziarah kubur
dikabulkan.
atau sadranan atau nyadran ke
Setelah silem yang pertama,
makam Raden Sayyid Kuning.
menghadap kiblat, menaburkan 3
Hal tersebut biasa dilakukan pada
kembang
dan
bulan-bulan yang dianggap sakral
melakukan silem 3 kali. Setelah
seperti bulan Ramadhan, Syawal
silem
dan Muharam.
yang 3
lain
kali,
kemudian
menghadap timur, menaburkan 3 kembang
yang
tersisa.
Prosesi
Lalu
ritual
sadranan
menurut sesepuh Aboge, yaitu
melakukan silem 3 kali yang
biasanya
paginya
terakhir. Setelah silem selesai,
berangkat ke makam untuk ziarah
menuju ke pinggir sungai untuk
menyiapkan kembang atau bunga
melakukan nyekar atau menabur
seperti kenanga, mawar, melati
bunga di lubang batu Dakon.
atau
Menabur kembang 7 rupa di
makam dan alat kebersihan untuk
semua lubang di batu Dakon. Ada
membersihkan
kantil
untuk
sebelum
ditabur
kuburan
di jika
terlihat kotor. Setelah menyiapkan
perlengkapan untuk di makam,
Syaban, lalu Bulan Syawal dan
sekeluarga
yang
Bulan Muharam.
berangkat
ke
mau
ziarah
makam
Mbah
d. Kepanggihan
Sayyid Kuning atau Raden Sayyid
Upacara pernikahan disebut
Kuning dulu untuk mendo’akan
kepanggihan
beliau sambil menabur bunga.
diselenggarakan
Setelah itu ke makam keluarga
pengantin
masing-masing.
dan
selalu
di
rumah
perempuan.
Dalam
masyarakat
Islam
Aboge,
kuburan atau makam keluarga jika
penentuan
pelaksanaan
acara
terlihat kotor terdapat dedaunan
kepanggihan
dilakukan
ketika
dan rumput atau tanaman liar.
pihak pengantin pria melamar
Setelah
pihak pengantin perempuan di
Membersihkan
dibersihkan
ditaburi
bunga dan didoakan bersama-
rumah
sama agar yang di alam kubur
Penentuan harinya sendiri dengan
mendapat ampunan dari Allah
cara
SWT. Setelah selesai mendo’akan
menggabungkan hari lahir dan
keluarga yang ziarah kembali ke
pasaran dari calon pengantin pria
rumah lagi.
dengan
Menurut sesepuh Aboge, terkadang
masyarakat
pengantin
mencocokan
calon
perempuan.
Islam
perempuan.
pengantin
atau
pengantin
Contohnya,
jika
perempuannya
lahir
Aboge yang ziarah mengadakan
hari Kamis Pahing dan pengantin
makan bersama dengan keluarga
prianya lahir hari Sabtu Wage.
peziarah
setelah
Maka pelaksanaan kepanggihan
kegiatan nyadran dan sekaligus
pada hari Kamis Wage atau Sabtu
berdo’a
Pahing.
yang
lain
bersama-sama
untuk
orang yang diziarahi. Tempatnya
Dalam
kepanggihan
biasanya di Masjid Raden Sayyid
terdapat beberapa prosesi upacara
Kuning.
sebelum
Acara
biasanya
pasangan
pengantin
dilaksanakan Jum’at pagi saat
duduk bersama di atas pelaminan.
sebelum Ramadhan yaitu Bulan
Menurut
sesepuh
Aboge,
beberapa urutan prosesi tersebut
adalah pertama upacara lempar
disebut
sirih yaitu pengantin putra dan
memindahkan dari jari manis kiri
putri
ke
saling
melempar
sirih,
jari
kalpika
manis
yaitu
kanan
dan
setelah itu disusul dengan saling
dilaksanakan
berjabat
saling
memindahkan. Hal ini bermakna
mengenal. Kedua, upacara wiji
bahwa suami istri telah memadu
dadi yaitu upacara pengantin pria
kasih sayang untuk mencapai
menginjak
namun
hidup bahagia sepanjang hidup.
putri
Keenam, upacara dhahar sekul
membasuh terlebih dahulu kedua
walimah yaitu kedua pengantin
kaki pengantin pria.
saling suap-suapan dhaharan atau
tangan
tanda
telur
sebelumnya
pengantin
saling
Ketiga melakukan upacara
makanan secara lahap. Hal ini
sindur binayang yaitu pasangan
bermakna bahwa hasil jerih payah
pengantin
dan
berjalan
dibelakang
rejeki
yang
diterimanya
ayah pengantin putri sedangkan
adalah berkat Rahmat Tuhan dan
ibu pengantin putri dibelakangnya
untuk mencukupi keluarganya.
pengantin
tersebut.
ini
Segala suka dan duka harus
bermakna
bapak
selalu
dipikul bersama-sama. Makanan
membimbing
Hal
putra-putrinya
masing-masing
menuju kebahagiaan, sedangkan ibu
memberikan
Kemudian
keempat,
pasangan
dihabiskan sampai habis.
dorongan.
Kemudian
ketujuh
upacara
melakukan upacara mertuwi yaitu
pangkon dan tanem yaitu bapak
bapak dan ibu pengantin putra
pengantin putri mempersilahkan
datang dijemput oleh bapak dan
duduk
ibu
kedua
pengantin
di
pengantin
pelaminan yang bermakna bahwa
menjenguk
bapak
perkawinannya.
telah
mengesahkan
merestui kedua
dan
pengantin
putri
untuk
pengesahan Setelah
dipersilahkan duduk oleh Bapak
menjadi suami istri.
dan Ibu pengantin putri lalu
Kelima melakukan upacara
dilangsungkan
tukar ali-ali atau cincin yang
upacara
sungkeman. Apabila ayah atau
juga
bapak
pengantin
putra
telah
yaitu
meninggal dunia, maka sebagai
bersih-bersih
gantinya yaitu kakak pengantin
kuburan.
putra atau pamannya. Kedelapan,
desa
makam
dan atau
Ketika tanggal 1 Muharam pelaksanaan
tiba biasanya masyarakat juga
upacara sungkeman yaitu kedua
melaksanakan dengan shalat 2
pengantin
rakaat
berlutut
untuk
bersama-sama
setelah
menyembah kepada bapak dan ibu
shalat Isya’ diimami oleh Pak
dari kedua pengantin. Dalam hal
Maksudi,
ini
syukur kepada Allah SWT karena
bermakna
bahwa
kedua
sebagai
bapak atau ibu pengantin serta
Sehabis shalat 2 rakaat tersebut
mohon doa restu agar Tuhan
masyarakat biasanya menonton
selalu
pertunjukan
rahmatnya.
sudah
rasa
bulan
memberikan
Muharam
tanda
pengantin tetap berbakti kepada
wayang
tiba.
kulit
Dan kesembilan, upacara salaman
bersama-sama di lapangan Desa
yaitu
Onje.
kedua
pengantin
duduk
ataupun berdiri dipelaminan untuk
f. Yasinan
siap menyalami setiap tamu yang
Yasinan
merupakan
datang ke acara kepanggihan atau
kegiatan membaca surat Yasin
pernikahan.
secara
e. Suroan
bersama-sama
yang
dipandu oleh seseorang. Biasanya
Suroan merupakan tradisi
Yasinan dilakukan saat ada orang
yang dilakukan dalam rangka
yang
menyambut bulan Muharam atau
slametan
kematian.
Suro
sendiri
sebenarnya
(dalam
Bahasa
Jawa)
meninggal
dunia
atau
Tujuannya untuk
sekaligus menyambut tahun baru
menghibur
keluarga
yang
Islam yang jatuh pada tanggal 1
ditinggalkan
sekaligus
ingin
Muharam. Menurut masyarakat
mengambil iktibar bahwa kita
Aboge tanggal 1 Muharam (Suro)
segera akan menyusul mati di
itu
kemudian
sakral,
mereka
memperingatinya dengan kegiatan
hari
nanti.
Untuk
pelaksanaannya saat malam hari
bersih-bersih
pertama orang yang meninggal
diamini
dikubur hingga hari ke tujuh
undangan. Do’a yang dipanjatkan
(kalau orang Jawa menyebutnya
biasanya
Mitung Dinaan), hari ke 40
Muhammad
(Patang Puluh Dinaan), hari ke
sahabatnya, sesepuh atau leluhur
100 (Nyatus), dan hari ke 1000
atau
(nyewu). Dalam acara Yasinan
Aboge yang sudah meninggal,
selain membaca surat Yasin, juga
dan kemudian untuk orang yang
melakukan
Tahlil
yaitu
diyasinkan. Setelah acara do’a
memanjatkan
pujian
kepada
selesai biasanya makan bersama-
Tuhan dengan mengucapkan laila
sama. Ketika makan bersama
ha illallah berulang kali.
selesai, acara Yasinan pun selesai
Prosesi
Imam
untuk
SAW
dan
masyarakat
tamu Nabi para Islam
dan tamu berpamitan pulang.
menurut sesepuh Aboge yaitu
Biasanya tamu diberi makanan
ketika semua masyarakat Islam
untuk dibawa pulang sebagai
Aboge di Desa Onje sudah di
tanda terima kasih sudah mau
undang
datang dan ikut Yasinan.
tempat
Yasinan
berlangsung, dari pihak keluarga yang
mengadakan
membuka
acara
g. Dibaan
Yasinan
Dibaan
merupakan
kemudian
kegiatan membaca shalawat atas
diserahkan ke Kyai atau Pak
Nabi Muhammad SAW pada
Maksudi untuk memimpin acara
kitab Diba’ yang dikarang oleh
Yasinan. Kemudian Pak Maksudi
Al-Imam Abdurrahman bin Ali
menuntun semua tamu undangan
bin Muhammad al-Syaibany al-
untuk membaca Surat Al Fatihah,
Diba’i al-Yamani dengan tujuan
Al Ikhlash, Al Falaq dan An Nas
untuk
bersama-sama
Muhammad
setelah
itu
memulyakan SAW.
Nabi Biasanya
membaca Surat Yasin bersama-
Dibaan dilaksanakan pada Malam
sama. Setelah selesai membaca
Jum’at Ba’da Maghrib, dilakukan
Surat Yasin bersama-sama, Pak
secara bersama-sama, dipimpin
Maksudi memimpin do’a untuk
oleh Pak Maksudi atau siapa saja
do’a
semua
Yasinan
ke
dari
oleh
yang ditunjuk untuk memimpin
Muludan
Dibaan di Masjid Raden Sayyid
kegiatan
yang
Kuning.
untuk
memperingati
h. Kataman
diselenggarakan hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW
Kataman
merupakan
pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.
kegiatan membaca Al-Qur’an dari
Masyarakat Aboge di Desa Onje
juz 1 sampai dengan juz 30 atau
biasanya memperingati Muludan
sampai selesai. Biasanya dibagi
dengan pengajian dan shalawatan
satu orang mendapat jatah satu juz
pada malam hari setelah shalat
atau dua juz, sehingga masing-
Isya’ di Masjid Raden Sayyid
masing nanti membaca jatah juz-
Kuning. Acara pengajiannya biasa
nya masing-masing dan katam Al
dipimpin atau diisi oleh Imam
Qur’an
bersama-sama.
Untuk
Masjid Raden Sayyid Kuning atau
kegiatan
Kataman
sendiri
terkadang juga oleh Kyai atau
dilakukan Aboge
oleh
para
dihari
sesepuh
Selasa
penceramah dari luar Desa Onje.
Ba’da
Dhuhur dan Jum’at Ba’da Shalat
Ajaran warisan dan tradisi
Jum’at di Masjid Raden Sayyid
tersebut masih sering dilaksanakan
Kuning.
oleh masyarakat Islam Aboge di Desa
Sebulan
sekali
atau
beberapa bulan sekali biasanya
Onje
dari
Naqshabandiyah
pewarisan ajaran dan tradisi tersebut
yang didirikan oleh Muhammad
ada beberapa cara. Untuk perhitungan
Ibn
Baha’uddin
sistem kalender Aboge diturunkan di
Indonesia
dalam keluarga para sesepuh Aboge
berpusat di Lamongan, mengirim
itu katanya pembelajarannya melalui
utusannya ke Desa Onje untuk
cerita. Namun, jika ada seseorang
ikut
yang
Tarekat
Muhammad
Naqshabandidan
di
bersama-sama
melakukan
sampai
ingin
saat
belajar
ini.
Adapun
perhitungan
Kataman
kalender Aboge sendiri biasanya akan
biasanya dipimpin oleh Imam dari
mendatangi sesepuh Aboge untuk
Masjid Raden Sayyid Kuning.
belajar secara pribadi.
Kataman.
Acara
i. Muludan
merupakan
Karakteristik pedesaan
yang
masyarakat
cenderung
Melu Gawe atau Ikut serta
masih
membantu atau mengikuti acara,
bersifat tradisional, merupakan salah
menurut
satu
merupakan cara mempertahankan
hal
yang
menyebabkan
kearifan
Onje
masyarakat
Aboge
kehidupannya selalu berusaha untuk
Menurut
mereka
mempertahankan nilai-nilai yang ada
membawa anak-anak untuk turut
pada masa lalu yaitu ajaran warisan
ikut serta dalam tradisi yang
para Wali dan Raden Sayyid Kuning
dilaksanakan
maupun tradisinya agar tetap dijaga,
menontonnya saja maka anak
dilaksanakan
tersebut
hingga
saat
dan
ini
dalam
dilestarikan.
lokal
Aboge
masyarakat Islam Aboge di Desa
atau
tradisi
yang
dengan
ataupun
akan
ada.
hanya
tahu
ataupun
Adapun berbagai cara mereka agar
mengerti bagaimana pelaksanaan
tetap
tradisi tersebut.
mempertahankan
kearifan
lokalnya yakni:
c. Cerita
a. Ngormati leluhur Ngormati
Cerita leluhur
atau
menurut
atau
Bercerita,
sesepuh
Aboge
menghormati leluhur atau nenek
merupakan cara mempertahankan
moyang merupakan sikap dari
kearifan
masyarakat
masyarakat
Aboge
mempertahankan
tradisi
dalam
lokal
atau
Aboge
yang
tradisi ada.
atau
Menurut mereka dengan bercerita
kearifan lokal yang masih ada
mengenai tradisi yang ada dan
sampai sekarang. Karena dengan
bagaimana pelaksanaannya dapat
menghormati leluhur atau nenek
mewariskan tradisi secara turun
moyang,
temurun
masyarakat
Aboge
kepada
anak
cucu
percaya bahwa hal tersebut dapat
mereka. Setelah anak cucu mereka
membuat
tetap
tahu tradisi masyarakat Aboge
melestarikan tradisi atau kearifan
dan pelaksanaannya bagaimana,
lokal yang dulu diajarkan oleh
jika
nenek moyangnya.
ngormati leluhur mereka akan
masyarakatnya
b. Melu Gawe
diiringi
dengan
sikap
melaksanakan tradisi yang ada.
masyarakat
dapat 5. Interaksi Sosial Masyarakat Islam
keadaan,
Aboge di Desa Onje
sebagai
di
suatu
mana
terjadi
keseimbangan dalam interaksi antara
Menurut Yesmil Anwar dan
individu-individu
atau
kelompok-
Adang (2013: 194-195), interaksi
kelompok manusia berkaitan dengan
sosial
norma-norma sosial dan nilai-nilai
dapat
diartikan
sebagai
hubungan-hubungan
sosial
yang
sosial
dinamis.
sosial
yang
masyarakat.
Hubungan
yang
berlaku
dalam
Usaha-usaha
dilakukan
antara individu yang satu dengan
kestabilan.
individu lainnya, antara kelompok
merupakan suatu proses di mana
yang satu dengan kelompok lainnya,
pihak-pihak
maupun antara kelompok dengan
mengidentifikasikan dirinya dengan
individu. Interaksi sosial dapat terjadi
kepentingan-kepentingan serta tujuan-
bila
tujuan kelompok.
antara
dua
individu
atau
untuk
itu
dimaksud dapat berupa hubungan
kelompok terdapat kontak sosial dan
mencapai
Sedangkan yang
Bentuk
suatu
Asimilasi berinteraksi
interaksi
yang
komunikasi. Kontak sosial merupakan
berkaitan dengan proses disosiatif
tahap
dapat terbagi atas bentuk persaingan,
pertama
dari
terjadinya
hubungan
sosial.
Komunikasi
merupakan
penyampaian
kontravensi,
suatu
dan
pertentangan.
Persaingan merupakan suatu proses
informasi dan pemberian tafsiran dan
sosial,
reaksi
kelompok-kelompok manusia yang
terhadap
informasi
yang
disampaikan.
di
mana
individu
atau
bersaing, mencari keuntungan melalui
Bentuk-bentuk interaksi sosial
bidang-bidang
kehidupan.
kontravensi
dapat terbagi atas bentuk kerja sama,
interaksi sosial yang sifatnya berada
akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama
antara persaingan dan pertentangan.
merupakan
Sedangkan pertentangan merupakan
suatu dengan
usaha
bersama
individu
atau
merupakan
Bentuk
berkaitan dengan proses asosiatif
individu
bentuk
suatu proses sosial di mana individu
kelompok-kelompok untuk mencapai
atau
satu atau beberapa tujuan. Akomodasi
memenuhi tujuannya dengan jalan
diartikan
kelompok
berusaha
untuk
menantang pihak lawan yang disertai
Aboge ikut juga membantu, misal
dengan
kekerasan
yang ibu-ibu bantu masak-masak di
(Yesmil Anwar dan Adang, 2013:
dapur sedang yang bapak-bapak bantu
196).
buat tenda pernikahan. Biasanya para
ancaman
dan
Berdasarkan
penjelasan
di
pemuda-pemudi yang bukan Aboge
atas, interaksi sosial yang terjadi antara
masyarakat
Islam
ikut membantu juga.
Aboge
dengan masyarakat sekitar sendiri
6. Abangan,
dan
Priyayi
termasuk ke dalam bentuk interaksi
dalam Masyarakat Islam Aboge di
asosiatif yaitu kerjasama. Kerja sama
Desa Onje
di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha
bersama
orang
berdasar pandangan hidup mereka
perorangan atau kelompok manusia
(kepercayaan agama, preferensi etis
untuk mencapai satu atau beberapa
dan ideologi politik) masyarakat Jawa
tujuan
warga
terbagi ke dalam 3 tipe varian agama.
Aboge di Desa Onje, salah satu
Ketiga tipe itu dinamakan berturut-
kerjasama yang sering dilakukan
turut abangan, santri, dan priyayi.
dengan masyarakat sekitar adalah saat
Abangan, yang menekankan aspek-
pelakanaan perayaan HUT Republik
aspek animisme sinkretisme Jawa
Indonesia tiap tanggal 17 Agustus.
secara
Saat acara tujuh belasan, HUT RI,
umumnya diasosiasikan dengan unsur
acara peringatannya seperti lomba-
petani desa penduduk; santri, yang
lomba itu tidak hanya aboge saja yang
menekankan
ikut. Warga lain yang bukan Aboge
sinkretisme itu dan pada umumnya
juga turut ikut. Bahkan kalau ada
diasosiasikan dengan unsur pedagang
bersih-bersih di sekitar Masjid Raden
(dan juga dengan unsur-unsur tertentu
Sayyid Kuning, itu orang yang bukan
kaum
Aboge juga ikut membantu.
menekankan aspek-aspek Hindu dan
bersama.
antara
Menurut Geertz (1983: 524),
Menurut
Contoh lain adalah saat ada warga
Aboge
yang
keseluruhan
tani);
dan
aspek-aspek
dan
priyayi,
pada
Islam
yang
diasosiasikan dengan unsur birokrasi.
melakukan
Tradisi keagamaan abangan,
Kepanggihan, warga yang bukan
yang terutama sekali terdiri dari pesta
Santri,
keupacaraan yang disebut slametan,
sembahyang, puasa, haji, tetapi juga
kepercayaan
dan
suatu keseluruhan yang kompleks dari
rumit terhadap mahluk halus, dan
organisasi sosial, kedermawanan dan
seluruh rangkaian teori dan praktek
politik Islam — merupakan subvarian
pengobatan, sihir dan magi, adalah
kedua sistem keagamaan orang Jawa
subvarian
pada umumnya (Clifford Geertz:
yang
kompleks
pertama
dalam
sistem
keagamaan orang Jawa yang umum;
1983: 7).
sistem ini diasosiasikan dengan cara
Masyarakat Islam Aboge juga
yang luas dan umum dengan desa
terdapat kaum santri, yaitu yang
orang Jawa (Clifford Geertz: 1983:
tergolong
6). Dalam masyarakat Islam Aboge di
melaksanakan
Desa
seperti
Onje
juga
terdapat
kaum
dan
pribadatan
sembahyang
dan
Islam puasa.
abangan, yaitu mereka yang masih
Seperti salah satu informan dari
melaksanakan
masyarakat
slametan,
ritual
kejawen, dan kebanyakan dari mereka
bernama
yang
pedagang
melakukan
hal
tersebut
berprofesi sebagai petani. Islam
yang
Islam Nina
lebih
murni
Aboge
yang
penjaga
melaksanakan
yang
merupakan toko
peribadatan
dan Islam
seperti shalat dan puasa.
merupakan subtradisi yang disebut
Yang ketiga adalah priyayi.
santri. Walaupun dalam suatu cara
Priyayi
yang lebih umum dan lebih luas
diistilahkan bagi kalangan aristokrasi
subvarian
dipertautkan
turun-temurun yang oleh Belanda
dengan elemen dagang orang Jawa,
dicomot dengan mudah dari raja-raja
tetapi tidak semata-mata berlaku bagi
pribumi
kalangan dagang saja; demikian juga
kemudian diangkat sebagai pejabat
para pedagang sebagai keseluruhan,
sipil yang digaji. Elite pegawai ini,
bukanlah
itu.
yang diujung akar-akarnya terletak
Tradisi keagamaan kalangan santri,
pada kraton Hindu-Jawa sebelum
yang
masa
santri
ini
pemeluk
tidak
saja
subvarian terdiri
dari
asal
yang
kolonial,
mulanya
ditaklukan
memelihara
hanya
untuk
dan
pelaksanaan yang cermat dan teratur
mengembangkan etiket kraton yang
atas pokok peribadatan Islam —
sangat halus, kesenian yang sangat
pedagang
kompleks dalam tarian, sandiwara,
yang bertentangan. Misalnya salah
musik dan sastra, dan mistisisme
seorang pemimpin teras pertama NU,
Hindu-Budha.
tidak
partai Islam yang konservatif, di
menekankan pada elemen animistis
Mojokuto hampir dalam semua hal
dari sinkretisme Jawa yang serba
adalah seorang priyayi yang politis.
melingkupi seperti kaum abangan,
Sebelum perang ia adalah seornag
tidak pula menekankan pada elemen
pemegang buku, menjadi anggota
Islam
santri,
organisasi nasionalis priyayi moderat
tetapi menitikberatkan pada elemen
seperti Parindra dan Budi Utomo,
Hinduisme (Clifford Geertz: 1983: 7).
tidak sembahyang ke mesjid atau tahu
Mereka
sebagaimana
kaum
Masyarakat Islam Aboge juga
banyak
Islam.
Selesai
terdapat kalangan priyayi yaitu yang
Revolusi ia dianggap pasti akan
bekerja sebagai pejabat sipil atau
muncul sebagai seorang pemimpin
pemerintahan. Salah satu informan
PNI, di mana ia menjadi anggotanya
yaitu Pak Budi yang merupakan
semasa sebelum perang. Nyatanya ia
Kepala Desa Onje menuturkan bahwa
mengejutkan
dari masyarakat Aboge terdapat juga
dengan masuk NU dan untuk pertama
yang
kalinya
bekerja
sebagai
pejabat
seluruh
dalam
masyarakat
hidupnya
mulai
pemerintahan sehingga termasuk ke
melakukan sembahyang lima waktu
dalam kalangan priyayi.
dan ke mesjid, sehingga dianggap
Geertz
(1983:
496)
juga
oleh masyarakat termasuk sebagai
berpendapat bahwa kegagalan umum
santri, tetapi masih priyayi.
kekuatan-kekuatan sosial dan kultural untuk
bertepatan
masyarakat
sekali
kongkrit
mana
Dalam
masyarakat
Islam
dalam
Aboge di Desa Onje juga terdapat
pun
yang disebut dengan “campuran”.
menghasilkan suatu tipe individu
Masyarakat
yang hanya bisa disebut “campuran”,
merupakan tipe campuran, di mana
dan
masih
yang
watak
“campurannya”
Islam
Aboge
menggunakan
besar
peranan
melaksanakan ajaran atau peribadatan
golongan-golongan
Islam. Misalnya Pak Maksudi salah
antara
melakukan
Kejawen
unsur-unsur
Jawa
untuk
atau
sendiri
memberinya kesanggupan yang lebih mediasi
tentang
tetapi
juga
satu tokoh masyarakat Islam Aboge
konsep Timur Tengah berupa huruf-
di Desa Onje. Beliau merupakan
huruf hijaiyyah, bulan-bulan hijriyyah
Kepala
yang
dan nama-nama dengan konsep Jawa
lulusan sarjana sehingga termasuk
berupa pasaran. Kata Aboge adalah
priyayi, tetapi beliau juga termasuk
singkatan dari Alip Rebo Wage, yang
santri karena berprofesi juga sebagai
mempunyai arti tanggal 1 Muharram
Imam Masjid Raden Sayyid Kuning,
Tahun Alif akan jatuh pada hari Rebo
seorang
(Rabu) dengan pasaran Wage. Aboge
Madrasah
Kyai
dan
Diniyah
melaksanakan
ajaran Islam. Di sisi lain, beliau
adalah
termasuk
karena
Kepercayaan terhadap dasar perhitungan
seperti
almanak atau kalender dalam satu windu
abangan
melaksanakan
kegiatan
aqidah
delapan
atau
slametan, ritual siraman dan bekerja
atau
sebagai petani juga.
dimaksud Aboge adalah dasar suatu
Seperti yang dikatakan Geertz
perhitungan.
(1983: 496), apa yang terjadi di sini
Para
bukanlah
perubahan
agama;
tahun.
kepercayaan.
Wali
Maka
yang
mewariskan
Pak
perhitungan Aboge kepada Ki Tempus
Maksudi ini masih tetap seorang
Rumput sebagai Adipati Onje I untuk
santri yang kuat sebagai seorang Kyai
mengembangkan perhitungan Aboge di
sebagaimana
hanya
Kadipaten Onje. Setelah Adipati Onje I,
karena pendidikannya yang sarjana
kemudian diwariskan kepada Adipati
beliau termasuk priyayi, dan karena
Onje II yaitu Nyokropati. Adipati Onje II
beliau melaksanakan slametan yang
kemudian
sebagai
seorang ulama dari timur tengah yang
sebelumnya,
sarana
untuk
beribadah,
beliau termasuk abangan.
mewariskannya
kepada
datang ke Onje yaitu Ngabdullah Syarif Raden Sayyid Kuning atau Raden
KESIMPULAN DAN SARAN
Sayyid Kuning. Kemudian Raden Sayyid
KESIMPULAN
Kuning yang juga merupakan Imam
Awal mula gagasan perhitungan
Pertama Masjid R. Sayyid Kuning
Aboge dalam Islam berasal dari para
menyebarkan
Wali yang berasal dari Timur Tengah
kepada masyarakat Islam di Desa Onje.
dan Sunan Kalijaga. Mereka memadukan
Lambat laun pun banyak masyarakat di
dan
mengajarkannya
Desa Onje yang kemudian menggunakan
kerjasama (cooperation). Kerja sama di
perhitungan Aboge dan oleh masyarakat
sini dimaksudkan sebagai suatu usaha
lain disebut sebagai masyarakat Aboge
bersama antara orang perorangan atau
atau Wong Aboge.
kelompok manusia untuk mencapai satu
Kearifan warisan
dan
digunakan
dan
lokal
atau
ajaran
atau
tradisi
yang
masih
Contohnya
dilaksanakan
beberapa
tujuan
ketika
ada
bersama. kepanggihan
oleh
(upacara pernikahan) di masyarakat
masyarakat Islam Aboge di Desa Onje
Aboge, yang bukan Aboge juga ikut
antara lain seperti penggunaan sistem
membantu. Walaupun berbeda dalam
kalender Aboge, slametan, sadranan,
penetapan Hari Raya seperti Idul Fitri,
kepanggihan, suroan, yasinan, dibaan,
masyarakat sekitar yang bukan Aboge
kataman, dan muludan. Adapun cara
toleransi dan menghormati terhadap
masyarakat
dalam
masyarakat Aboge yang melaksanakan
mempertahankan kearifan lokal tersebut,
Idul Fitri. Bahkan ketika ada acara halal
pertama dengan ngormati leluhur yaitu
bihalal sehabis sholat Id, masyarakat
sikap menghormati leluhur dengan cara
yang bukan Aboge juga ikut silaturahmi
tetap menjalankan tradisi atau ajaran
halal bihalal dengan masyarakat Aboge.
Aboge
yang telah diwariskan. Kedua dengan melu gawe yaitu ikut turut serta dalam
SARAN
pelaksanaan tradisi meskipun kadang
Berdasarkan
dari
hanya menonton saja agar tahu dan
hasil
mengerti bagaimana pelaksanaan tradisi
Masyarakat
tersebut. Dan yang ketiga dengan cerita
mempertahankan Ajaran Warisan Raden
yaitu bercerita kepada anak cucu mereka
Sayyid Kuning di Desa Onje, Kecamatan
mengenai tradisi maupun ajaran warisan
Mrebet, Kabupaten Purbalingga peneliti
yang
mengajukan saran seperti berikut:
ada
dan
bagaimana
pelaksanaannya. Interaksi
penelitian
kesimpulan Kearifan
Lokal
Aboge
dalam
Islam
1. Bagi para pemuda-pemudi keturunan sosial
yang
terjadi
Aboge
sebaiknya
untuk
lebih
antara masyarakat Islam Aboge dengan
memahami dan mendalami ajaran
masyarakat sekitar sendiri termasuk ke
masyarakat
dalam bentuk interaksi asosiatif yaitu
mengikuti ajaran dan tradisi Aboge
Aboge
agar
dalam
tidak hanya ikut-ikutan saja tapi juga menghayati
dan
pelaksanaan
ajaran
Departemen Agama. 1995. Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
memahami dan
tradisi
Desa
Onje
tersebut. 2. Bagi
Pemerintah
Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
diharapkan bisa memberi fasilitas berupa jembatan yang menuju ke Dusun Mesir karena setiap warga
Koentjaraningrat. 1964. Masyarakat Desa Masa Kini. Jakarta: Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
yang mau ke Dusun Mesir bahkan anak-anak dari Dusun Mesir yang mau
berangkat
menyebrang
sekolah,
sungai
harus
dahulu.
Hal
_____________. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
tersebut peneliti sarankan karena saat peneliti ke Dusun Mesir untuk melakukan
wawancara,
peneliti
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
harus menyebrang sungai dahulu dan tidak ada jembatan penyebrangan.
M. Idris bin Yahya. 1919. Hadza Kitab Primbon Sembahyang. Tanjung Penang: tp.
DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Purwadi. 2008. Yogyakarta: Yogyakarta.
Abdul Jamil, dkk. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media. Basuki
Pajang. Pustaka
Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Soekanto, dkk. 1979. Antropologi Budaya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Teguh Trianton. 2008. Riset Masjid Sayid Kuning. Diakses dari http://www.suaramerdeka.com pada tanggal 18 Maret 2013.
Kraton Panji
Tim Penyusun. 2010. Onje Dalam Sejarah: Babad Desa Onje. Purwokerto: STAIN Purwokerto. Yesmil
Anwar dan Adang. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama
Zaini Muchtarom. 1998. Santri dan Abangan di Jawa. Jakarta: INIS. Skripsi: Erlina Lestariningsih. 2011. Kearifan Lokal Masyarakat Tlogo dalam Mempertahankan Kepercayaan Empu Pitu di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Skripsi S1. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Siska Laelatul Barokah. 2013. Eksistensi Komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Skripsi S1. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
PERSETUJUAN
Jurnal Skripsi yang berjudul “Kearifan Lokal Masyarakat Islam Aboge Dalam Mempertahankan Ajaran Warisan Raden Sayyid Kuning di Desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga” ini telah disetujui oleh pembimbing.