JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN NARAPIDANA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang) Eni Kurniawati*), Siti Fatimah Pradigdo**), M.Zen Rahfiludin**) *)
Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang **)
Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang Email :
[email protected]
Abstract : A prisoner has the right to get adequate nutritional food. The success of food service related to plate waste presences. Plate waste is more than 25% showed that feeding was not optimal. The purpose of this study was to analyze the factors associated with plate waste of prisoners in Correctional Institution Class I Semarang. This study used analytic observational with the cross-sectional approach. The sampling technique used in this study is purposive sampling amounted to 65 prisoners. Data collected through interviews and calculation of food waste using food weighing for three days. The results showed that almost prisoners had a lot of plate waste (86,2%), the most plate waste is the staple food (46,1%), vegetables (53,1%), and vegetable side dishes (33,3%). The prisoners represented that the menu was not variety accounted for 50,8%, the food appearance was interesting (50,8%), that food tastes are delicious (53,8%), and most of the prisoners consumed food from outside twice a week (49,2%). The highest plate waste in the morning accounted for 45,8%. Based on Spearman Rank Test, the factors related to plate waste is food tastes (p-value = 0,044 and the correlation coefficient (ρ) = -0,251) and food from outside (p-value = 0,001 and the correlation coefficient (ρ) = 0,602) and factors unrelated is menu variations (p-value = 0,554) and the food appearance (p-value = 0,914). The correctional institution suggests to evaluate the standard portion, especially in the morning and keep improving the food tastes. Keywords : Prisoner, Food Service, Plate Waste, Correctional Institution PENDAHULUAN Penyelenggaraan
makanan
adalah serangkaian kegiatan mulai dari
status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat.1 Keberhasilan
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian
makanan
kepada
suatu
penyelenggaraan makanan antara lain
konsumen. Penyelenggaraan makanan
dikaitkan
institusi
makanan. Sisa makanan menunjukkan
bertujuan
menyediakan
dengan
makanan
sisa
makanan yang memenuhi syarat bagi
adanya
kesehatan dan gizi untuk mencapai
kurang optimal, sehingga sisa makanan
177
pemberian
adanya
yang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
merupakan salah satu indikator yang
makanan, sikap petugas, penampilan
sederhana yang dapat digunakan untuk
makanan, rasa makanan, dan makanan
mengevaluasi
dari luar.3 Variasi menu dapat terdiri
keberhasilan
penyelenggaraan mengukur
makanan
efektivitas
menu
dan
dari variasi bahan dasar, variasi rasa,
dalam
variasi warna, variasi tekstur, dan
penyelenggaraan makan.1,2 Sisa
pengolahan.6
metode
adalah
berat
Penampilan makanan dapat dilihat dari
yang
tidak
warna, bentuk, konsistensi, besar porsi
dibuang
oleh
dan cara penyajian. Rasa makanan
dalam
dapat dipengaruhi oleh aroma, bumbu,
persentase.3 Analisis mengenai sisa
keempukan, dan tingkat kematangan
makanan atau jumlah makanan yang
makanan.7
makanan
makanan
variasi
di
dihabiskan
atau
seseorang
tersisa
piring
yang
disajikan
merupakan
metode
yang
Narapidana
adalah
seorang
digunakan untuk melihat daya terima
yang sedang menjalani pidana, hilang
makanan
kemerdekaan
seseorang.
Penilaian/
di
lembaga
evaluasi sisa makanan dapat dilakukan
pemasyarakatan (lapas). Pasal 14 UU
dengan metode penimbangan berat
No
makanan yang tidak dimakan oleh
Pemasyarakatan
individu atau kelompok atau dengan
bahwa narapidana berhak memperoleh
4
12
Tahun
1995
tentang
mengamanatkan
metode taksiran visual. Sisa makanan
hak-hak yang termuat dalam undang-
dikatakan
seseorang
undang tersebut termasuk hak dalam
meninggalkan sisa makanan lebih dari
memperoleh pelayanan makanan yang
25%.5
layak.8
tinggi
jika
Ada 2 faktor utama penyebab
Penelitian yang dilakukan oleh
terjadinya sisa makanan seseorang,
Humaira di Lapas Paledang Bogor
yaitu
tahun
faktor
internal
dan
faktor
2014,
sisa
makanan
pokok
eksternal. Faktor internal merupakan
sebesar
57,7%,
sisa
faktor yang berasal dari dalam diri
sebesar
21,6%,
sisa
seseorang yang meliputi nafsu makan,
sebesar 63,3%, dan sisa sayur sebesar
kebiasaan
28,9%.9
makan,
keadaan
psikis,
Seseorang
lauk lauk
yang
nabati hewani
tidak
aktivitas fisik, gangguan pencernaan,
menghabiskan makanan atau memiliki
dan konsumsi obat. Faktor eksternal
sisa
merupakan faktor yang berasal dari luar
mengakibatkan
diri seseorang yang meliputi ketepatan
seseorang tidak adekuat dan akan
waktu makan, variasi menu, mutu
178
makanan
lebih
dari
kebutuhan
25% gizi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
menyebabkan defisiensi zat-zat gizi
HASIL DAN PEMBAHASAN
karena kekurangan zat gizi.5
1. Analisis Variabel Penelitian
Sisa makanan narapidana perlu
Tabel 1 Distribusi Variasi Menu Menurut Narapidana di Lapas Klas I Semarang Tahun 2016 Variasi Makanan N % Bervariasi 32 49,2 Tidak Bervariasi 33 50,8 Total 65 100,0
mendapat perhatian karena makanan yang dikonsumsi narapidana secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi narapidana. Sampai saat ini belum adanya penelitian sisa makanan di
Tabel 1 menunjukkan, responden yang
Lapas Klas I Semarang. Hal tersebut
menyatakan bahwa menu makanan
membuat
dari
peneliti
tertarik
untuk
Lapas
melakukan penelitian mengenai faktor-
bervariasi,
faktor
sama.
yang
berhubungan
dengan
bervariasi
dan
persentasenya
tidak hampir
terjadinya sisa makanan narapidana di
pendekatan cross sectional. Teknik
Tabel 2 Distribusi Penampilan Makanan Menurut Narapidana di Lapas Klas I Semarang Tahun 2016 Penampilan N % Makanan Menarik 33 50,8 Tidak Menarik 32 49,2 Total 65 100,0
pengambilan sampel adalah purposive
Tabel 2 menunjukkan, responden yang
sampling.
menyatakan
Lapas Klas I Semarang tahun 2016. METODE PENELITIAN Penelitian penelitian penelitian
ini
kuantitatif
merupakan dengan
observasional
Sampel
jenis melalui
berjumlah
65
narapidana umum.
penampilan
makanan
Lapas menarik dan tidak menarik,
Variabel yang digunakan dalam
persentasenya hampir sama.
penelitian ini adalah variasi menu,
bivariat
Tabel 3 Distribusi Rasa Makanan Menurut Narapidana di Lapas Klas I Semarang Tahun 2016 Rasa N % Makanan Enak 35 53,8 Tidak Enak 30 46,2 Total 65 100,0
Rank
Tabel 3 menunjukan, responden yang
variabel
menyatakan rasa makanan Lapas enak
penampilan makanan, rasa makanan, makanan dari luar, dan sisa makanan. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner dan food weighing 3 hari tidak berurutan. Analisis data dilakukan secara
univariat
menggunakan Spearman
uji
karena
dan korelasi semua
berdistribusi tidak nromal.
179
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dan tidak enak, persentasenya hampir
Tabel 7 Distribusi Sisa Makanan Berdasarkan Jenis Makanan Narapidana di Lapas Klas I Semarang Tahun 2016 Jenis Kategori N % Makanan Makanan Banyak 57 87,7 8 12,3 pokok Sedikit Sayur Banyak 63 96,9 Sedikit 2 3,1 Lauk Banyak 19 29,2 46 70,8 Hewani Sedikit Lauk Banyak 38 58,5 Nabati Sedikit 27 41,5 Buah Banyak 5 7,7 60 92,3 Sedikit Makanan Banyak 36 55,4 Selingan Sedikit 29 44,6 Tabel 7 menunjukkan bahwa, sisa
sama. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan dari Luar Lapas Klas I Semarang Tahun 2016 Frekuensi N % Tidak Pernah 3 4,6 1 Kali / minggu 15 23,1 2 Kali / minggu 32 49,2 3 Kali / minggu 10 15,4 4 Kali / minggu 5 7,7 Total 65 100,0 Tabel 4 menunjukkan, sebagian besar mengkonsumsi makanan dari luar lapas sebanyak 2 kali seminggu.
makanan responden paling banyak Tabel 5 Distribusi Jenis Makanan Luar Lapas yang Dikonsumsi Narapidana Jenis Makanan N % Mie instan 42 64,6 Biskuit 39 60,0 Nasi dari keluarga 22 33,8 Jeruk 6 9,2 Bakso 2 3,1 Roti tawar 1 1,5 Apel 1 1,5 Tabel 5 menunjukkan, jenis makanan
adalah sayur, makanan pokok, dan lauk nabati.
banyak
Tabel 8 Distribusi Sisa Makanan Berdasarkan Waktu Makan di Lapas Klas I Semarang Tahun 2016 Waktu Makan % Sisa Makanan Pagi 45,8 Siang 41,3 Malam 31,4 Tabel 8 menunjukkan bahwa, sisa
dikonsumsi oleh responden adalah mie
makanan responden paling banyak
instan.
pada saat makan pagi (45,8%).
Tabel 6 Distribusi Sisa Makanan Narapidana di Lapas Klas I Semarang Tahun 2016 Sisa Makanan N % Banyak (> 25%) 56 86,2 Sedikit (< 25%) 9 13,8 Total 65 100,0
Tabel 9 Persentase Zat Gizi Makro yang Terbuang pada Makanan Narapidana Lapas Klas I Semarang Tahun 2016 Zat Gizi Makro Total Karbohidrat 41,7 % Lemak 2,6 % Protein 10,0 %
dari
luar
yang
paling
Tabel 6 menunjukkan hampir seluruh responden
memiliki
banyak
sisa
makanan. 180
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Tabel 9 menunjukkan bahwa, zat gizi
Bahan
makanan
untuk
lauk
makro yang paling tinggi terbuang
nabati dan buah yang digunakan masih
adalah karbohidrat.
kurang bervariasi, namun dapat diatasi dengan
2. Analisis
Hubungan
Variabel
melakukan
variasi
metode
pengolahan bahan dasar pada menu
Bebas dengan Terikat
yang disajikan untuk mengatasi rasa
a. Hubungan Variasi Menu dengan
bosan narapidana.
Sisa Makanan Narapidana
Dari
lima
komponen
variasi
menu yang dinilai oleh responden, komponen variasi warna yang memiliki persentase terbanyak yaitu sebesar 69,2%. Makanan yang disajikan di lapas telah memeperhatikan variasi warna dan cara memasak makanan yang baik. Adanya
variasi
warna
akan
sangat membantu meningkatkan nafsu Hasil
uji
statistik
dengan
makan responden. Menu yang disajikan
menunjukkan bahwa p value sebesar
juga tidak hanya terdiri dari satu rasa.
0,554 > 0,05 yang berarti bahwa tidak
Tidak
ada hubungan variasi menu dengan
variasi
menu
dengan
hubungan
dalam
penelitian ini, sejalan dengan penelitian
sisa makanan. Tidak adanya hubungan antara
adanya
yang dilakukan oleh Rizani tahun 2013
sisa
di RS Bhayangkara Palembang.10
makanan pada penelitian ini karena penyelenggaraan merupakan
salah
makanan satu
lapas
b.
contoh
dengan Sisa Makanan Narapidana
penyelenggaraan makanan untuk orang banyak sehingga setiap narapidana mendapatkan menu makan yang sama. Menu dirancang dengan siklus menu 10 hari sehingga menu yang disajikan setiap hari berbeda sampai dengan
10
hari.
Hidangan
Hubungan Penampilan Makanan
yang
disajikan tidak banyak berbeda dengan menu makanan keluarga sehari-hari.
181
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Hasil
uji
statistik
dengan
c. Hubungan Rasa Makanan dengan
menunjukkan bahwa p value sebesar
Sisa Makanan Narapidana
0,918 > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan penampilan makanan dengan sisa makanan. Penampilan makanan yang tidak menarik tidak menjadi alasan responden menyisakan makanannya,
dan
begitu
pula
sebaliknya. Tidak adanya hubungan ini juga dikarenakan pola makan dirumah yang
lebih
mementingkan
rasa
dibandingkan dengan bentuk makanan. Sebanyak menyatakan
73,8%
Hasil uji statistik menunjukkan
responden
penampilan
bahwa p value sebesar 0,044 < 0,05,
makanan
yang berarti bahwa ada hubungan rasa
lapas dari bentuk makanan menarik.
makanan
Bentuk potongan lauk nabati telah
berbeda-beda
di
tiap
Makanan yang disajikan lapas memiliki
menggunakan standar warna bumbu
banyaknya
beberapa porsi
menunjukkan
dalam
satu
sisa
makanan.
Sisa
hasil
bahwa
sisa
makanan paling banyak adalah makan
banyak sehingga sulit menghabiskan makanan
makanan
makanan berdasarkan waktu penyajian
nasi
yang disajikan pada pagi hari terlalu
seluruh
sisa
namun
yang terlalu pendek menjadi alasan
yang memiliki sekat untuk tiap jenis
beranggapan
memiliki
enak,
menyatakan bahwa jarak waktu makan
tertutup yang terbuat dari bahan plastik
responden
yang
banyak. Hasil wawancara, responden
dengan menggunakan tepak makan
saja
rasa
responden
yang tepat. Makanan di lapas disajikan
Hanya
makanan.
kekuatan hubungan lemah.
menu.
Warna makanan yang disajikan telah
makanan.
sisa
Hubungan memiliki korelasi negatif dan
dibuat semenarik mungkin dengan cara yang
dengan
pagi (45,8%).
kali
Makan pagi di lapas disajikan
makan.
pada pukul 07.00, beberapa responden
Tidak adanya hubungan dalam
menyatakan bahwa jam tersebut terlalu
penelitian ini, sejalan dengan penelitian
pagi karena beberapa responden yang
yang dilakukan oleh Sembiring tahun
memiliki
2014 di RS Pringadi Medan.11
kebiasaan
bangun
siang.
Terdapat pula responden yang memiliki
182
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
kebiasaan jarang makan nasi di pagi
Adanya perasaan tertekan, rasa
hari dan lebih memilih makan makanan
sedih dan kosong, hilangnya minat atau
selingan yang disajikan bersamaan
aktivitas yang menyenangkan dapat
dengan makan pagi.
menyebabkan perubahan besar dalam makan.14
Makan siang disajikan pada
selera
pukul 11.00. Hal ini telah sesuai
makan
dengan anjuran, bahwa makan siang
narapidana
disajikan minimal 4 jam dari makan
makanannya, meskipun makanan lapas
pagi. Makan malam disajikan lebih awal
telah memiliki rasa yang enak. Adanya
yaitu pada sore hari pukul 15.00, hal
hubungan dalam penelitian ini, sejalan
tersebut dikarenakan juru masak di
dengan penelitian yang dilakukan oleh
lapas juga merupakan narapidana yang
Nida tahun 2011 di RSJ Sambang
berdasarkan peraturan lapas bahwa
Lihum.15
Perubahan
selera
itulah yang menyebabkan banyak
menyisakan
kegiatan masak harus selesai maksimal d. Hubungan
pukul 16.00 dan narapidana harus
Makanan
dari
Luar
dengan Sisa Makanan Narapidana
kembali ke padepokan atau kamar masing-masing. Responden
juga
menyatakan
bahwa sisa makanan banyak juga dikarenakan faktor psikis. Seseorang yang melanggar norma hukum lalu dijatuhi hukuman pidana dan menjalani kesehariannya
di
lapas
perubahan
pola
hidup
berbeda
dibandingkan
mengalami yang
jauh
dengan Hasil uji statistik menunjukkan
kehidupan di masyarakat.12
bahwa p value sebesar 0,001 < 0,05,
Jika narapidana tidak memiliki kemampuan
untuk
mengatasi
yang berarti bahwa ada hubungan
dan
makanan
beradaptasi terhadap kejadian yang
maka
mereka
luar
dengan
sisa
makanan. Hubungan memiliki korelasi
berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan,
dari
positif dan kekuatan hubungan kuat.
akan
Semakin
cenderung stress dan depresi dengan
mengkonsumsi
segala kegiatan yang berlangsung di
sering makanan
responden dari
luar,
maka semakin banyak sisa makanan.
dalam lapas.13
183
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Makanan
adalah
kemudian responden akan mengurangi
dikonsumsi
oleh
asupan makanan yang disajikan oleh
makanan
yang
pihak lapas. Adanya hubungan dalam
diberikan oleh lapas. Hasil penelitian
penelitian ini, sejalan dengan penelitian
menunjukkan jenis makanan dari luar
yang dilakukan oleh Sembiring tahun
lapas yang paling banyak dikonsumsi
2014 di RS Pringadi Medan.11
makanan
dari
yang
responden,
selain
luar
oleh responden adalah mie instan (64,6%), biskuit (60 %), dan nasi
KESIMPULAN DAN SARAN
bungkus/ nasi yang dibawakan oleh
1. Kesimpulan
keluarga (33,8%).
a. Lebih
Ketika
narapidana
narapidana
tidak
separuh
sampel
menyatakan bahwa menu lapas
mengkonsumsi makanan dari luar lapas maka
dari
tidak bervariasi (50,8%).
akan
b. Narapidana yang menyatakan
menghabiskan makanan yang disajikan
penampilan
oleh lapas atau menyisakan banyak
menarik sebesar 50,8%.
makanan.
c. Sebanyak
Adanya makanan dari luar lapas yang
makanan
dimakan
oleh
53,8%
menyatakan
narapidana
lapas
narapidana
makanan
lapas
memiliki rasa yang enak.
disebabkan oleh budaya membawa
d. Sebagian
narapidana
makanan ketika membesuk narapidana
mengkonsumsi makanan dari
di lapas. Jadwal kunjungan keluarga ke
luar lapas dua kali seminggu
lapas yaitu tiga kali dalam seminggu.
(49,2%).
Pada saat kunjungan, keluarga sering membawakan dimakan membawa
nasi
bersama
bungkus di
beberapa
e. Hampir
untuk
lapas
narapidana
memiliki banyak sisa makanan
dan
makanan
seluruh
(86,2%).
lain
f.
Tidak
ada hubungan variasi
yang cukup tahan lama untuk dimakan
menu dengan sisa makanan
oleh
narapidana.
narapidana
pada
hari-hari
berikutnya seperti mie instan dan roti. Alasan
lain
g. Tidak
responden
sisa makanan narapidana.
kebiasaan mengkonsumsi cemilan atau Responden
yang
hubungan
penampilan makanan dengan
mengkonsumsi makanan dari luar yaitu
jajanan.
ada
h. Ada hubungan rasa makanan
sering
dengan
mengkonsumsi makanan jajanan atau
narapidana.
cemilan akan lebih cepat kenyang,
184
sisa
makanan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
i.
Ada hubungan makanan dari
Managerial
luar
Approach 6th ed. New Jersey:
dengan
sisa
makanan
narapidana.
and
Systems
Pearson Education, 2007. 5.
Renaningtyas,
Dewi.
et.al.
Pengaruh Penggunaan Modifikasi 2. Saran
Standar
a. Evaluasi
Resep
Lauk
Nabati
penyelenggaraan
Tempe Terhadap Daya Terima
makanan bagi narapidana agar
dan Persepsi Pasien Rawat Inap.
narapidana mendapatkan gizi
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 1(1),
yang baik setiap harinya.
2004.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan
6.
Minantyo,
Hari.
Dasar-dasar
dapat menggali lebih dalam lagi
Pengolahan
mengenai
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
sisa
makanan
menggunakan variabel lain yang
7.
Moehji,
Makanan.
S.
Penyelenggaraan
terdapat dalam kerangka teori
Makanan Institusi dan Jasa Boga.
yang belum diteliti.
Jakarta: Bharata Niaga Media, 1992.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Kementerian
8. Kesehatan
RI.
1995 tentang Pemasyarakatan.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta:
9.
Kementerian
Tingkat
Komalawati, Dewi, dkk. Pengaruh
Tirtonegoro
Dr. Klaten.
10.
Jurnal
dan
Sisa
Rizani, Ahmad. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Terjadinya Sisa Makanan Paisen
Williams Peter and Karen Walton.
Rawat
Plate Waste in Hospitals and
Inap
di
Rumah
Sakit
Bhayangkara Palembang Tahun
Strategies for Change. Journal of
2013.
Clinical Nutrition and Metabolism,
Skripsi.
Universitas
Sriwijaya, 2013.
6(6): 235-241, 2011. 4.
Kesukaan
IPB, 2014.
Soeradji
Nutrisia, 6(1), 2005. 3.
Makanan,
Lapas Paledang Bogor. Bogor:
Makanan Pasien Anak di Rumah Umum
Analisis
Konsumsi Pangan Narapidana di
Lama Rawat Inap Terhadap Sisa
Sakit
Humaira. Penyelenggaraan
Kesehatan RI, 2013. 2.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
11.
Gregoire MB and Spears MC.
Sembiring, yang
Food Service Organizations: A
Adanya
185
Elsa.
Faktor-faktor
Berhubungan Sisa
Makanan
dengan Biasa
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Pada Pasien Rawat Inap di Kelas III Rumah Sakit Pringadi Medan 2014.
Skripsi.
Kesehatan
Fakultas Masyarakat
Universitas
Sumatera
Utara,
2014. 12.
Devi,
R.R.P.
Resiliensi
Narapidana Dewasa di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sragen. Skripsi.
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015. 13.
Riza M, Ike Herdiana. Resiliensi pada Narapidana Laki-Laki di Lapas Klas I Medaeng. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2(1):2, 2013.
14.
National Health.
Institute
of
Mental
Depression.
NIH
Publications, 2008. 15.
Nida, Khairun. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan
Sisa
Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Lihum.
Sakit
Jiwa
Sambang
Banjarbaru:
STIKES
Husada Borneo, 2011.
186