FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI FILARIASIS DI RW 03 DESA CIMANGGIS
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH: HANIFAH MUFIDATI NIM 1112104000025
PROGRAM STUDI ILMU KEPRAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H
ii
iv
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
STATE
ISLAMIC
UNIVERSITY
OF
Undergraduate Thesis, Juni 2016 Hanifah Mufidati, NIM 1112104000025 Factors Related to the Public Perception of The Filariasis in RW 03, Village Cimanggis xx + 85 pages + 17 tables + 2 schemes + 2 figures + 4 attachements ABSTRACK The succes of prevention programs Filariasis with mass treatment is to give Diethilcarbamazyne combinate with albendazole once a year at least 5 years still low. This condition can be caused by a negative public perception, so it’s important to explore deeper into the public’s. The purpose of the study to determine the factors releted to the public perception of the susceptibility, severity, benefits and barriers Filariasis disease. This research is a quantitative analysis design with cross sectional approch. Samples were 90 residents in RW 03, Village Cimanggis. The sampling technique using the proportionate clustering sampling. Data analysis using Chi Square. The results showed that there was no relationship between gender, age, and education level with the people’s perception and susceptible perception Filariasis, severity, benefits and barriers. Knowledge shows their relationship by the public perception with a P value of 0,018 (P<0,005) with OR of 3.249 and show relationship of knowledge to the perception of the severity of the produce P value of 0,002 (P<0,05) with OR 5.667. Researchers suggested that the health center personnel to optimize the role of nurse as health educators to provide information in prevention program filariasis.
Keyword : Filariasis, perception References : 73 (years 1948-2016)
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN Skripsi, Juni 2016 Hanifah Mufidati, NIM 1112104000025 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Masyarakat Mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis xx + 85 halaman + 18 tabel + 2 bagan + 2 gambar + 4 lampiran ABSTRAK Keberhasilan program pencegahan filariasis dengan pengobatan masal yaitu memberikan Diethilcarbamazyne yang dikombinasi dengan albendazol sekali setahun minimal 5 tahun masih rendah. Kondisi ini bisa diakibatkan oleh persepsi masyarakat yang negatif, sehingga penting untuk digali lebih dalam mengenai persepsi masyarakat mengenai filariasis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan penyakit filariasis. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah Sampel penelitian 90 warga di RW 03 Desa Cimanggis. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan proportionate clustering sampling. Teknik analisa data menggunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat mengenai filariasis maupun persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan. Pengetahuan menunjukkan adanya hubungan dengan persepsi masyarakat dengan P value sebesar 0,018 (P<0,05) dengan nilai OR sebesar 3,249 dan menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dengan persepsi keseriusan yang menghasilkan P value sebesar 0,002 (P<0,05) dengan nilai OR 5,667. Peneliti menyarankan agar petugas puskesmas untuk mengoptimalkan peran perawat sebagai health educator untuk memberikan informasi dalam program pencegahan filariasis.
Kata kunci : Filariasis, Persepsi Referensi :73 (tahun 1948-2016)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Hanifah Mufidati
Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 21 Mei 1994
Agama
: Islam
Status
: Belum menikah
Alamat
: Jln Pajang III RT 09/RW 14 Blok AH No. 09 Pabuaran, Bojonggede, Bogor.
Telepon
: 085715368488
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. TK Harapan
(1999-2000)
2. SD Negeri 03 Pabuaran
(2000-2006)
3. SMP Negeri 2 Cibinong
(2006-2009)
4. SMA Negeri 6 Depok
(2009-2012)
5. S1 Keperawatan UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta (2012-Sekarang) Riwayat Organisasi
:
1. Paskibra SMAN 6 Depok 2. BEM PSIK 3. HMPSIK
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kekuatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Masyarakat Mengenai Filariasis Di RW 03 Desa Cimanggis” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala namun berkat bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Dengan ini penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. H., Arif Sumantri, S.KM., M.Kesselaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku ketua program Studi dan Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Ibu Ita Yuanita,S.Kp, M.Kep dan Ibu Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS selaku dosen pembimbing, terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan serta kesabaran selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkulihan. 6. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Daliman S.pd dan Ibu Sri Martanti S.pd yang tidak pernah lelah untuk memberikan dukungan baik moril, material, kasih sayang dan selalu mendoakan penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa, kakak ku Damar Ihsan Zhafari yang telah memberikan semangat. 8. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor khususnya Dr. Intan selaku Kepala Bidang Filariasis yang telah membantu saya dalam mengumpulkan data. 9. Masyarakat RW 03 Desa Cimanggis khususnya bapak ketua RT dan RW yang telah membantu saya dalam mengumpulkan data penduduk. 10. Teman–teman satu bimbingan (Lulu dan Ria) dan sahabatku Devi, Ulfah, Ica, Ani, Ikrima dan Allaily yang telah bersama–sama untuk saling mendukung, memotivasi dan mendo’akan dikala penulis telah lelah untuk menyelesaik skripsi ini.
x
11. Seluruh angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih karena telah saling mengingatkan, mendoakan dan menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian. Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi inimasih jauh dari kata sempurna. Karena itu, penulias memohon sarandan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaanmya dan semoga apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat bermanfaat dan diamalkan dengan baik. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, Juni 2016
Hanifah Mufidati
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i Lembar Pernyataan.................................................................................................. ii Pernyataan Persetujuan .......................................................................................... iii Lembar Pengesehan ............................................................................................... iv Lembar Pengesahan ................................................................................................ v Abstrack ................................................................................................................. vi Abstrak .................................................................................................................. vii Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................... viii Kata Pengantar ....................................................................................................... ix Daftar Isi................................................................................................................ xii Daftar Singkatan.................................................................................................... xv Daftar Bagan ........................................................................................................ xvi Daftar Gambar ..................................................................................................... xvii Daftar Tabel ....................................................................................................... xviii Daftar Lampiran .................................................................................................... xx BAB IPENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 7 D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8 E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9 F. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 10 BAB IILANDASAN TEORI .............................................................................. 11 A. Persepsi ................................................................................................... 11 B. Filariasis .................................................................................................. 21 C. Kerangka Teori ....................................................................................... 36
xii
BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 37 A. Kerangka konsep ..................................................................................... 37 B. Hipotesis ................................................................................................. 38 C. Definisi Operasional ............................................................................... 40 BAB IVMETODELOGI PENELITIAN ........................................................... 43 A. Desain Penelitian .................................................................................... 43 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 44 C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 44 D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 47 E. Pengujian Instrumen ............................................................................... 52 1. Uji validitas................................................................................................. 52 2. Uji Reliabilitas ........................................................................................... 53 D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 54 E. Pengolahan Data ..................................................................................... 56 1. Editing ........................................................................................................ 56 2. Coding ........................................................................................................ 56 3. Data entry .................................................................................................. 56 4. Cleaning..................................................................................................... 56 F. Teknik Analisa Data ............................................................................... 57 1. Analisa Univariat ....................................................................................... 57 2. Analisa Bivariat.......................................................................................... 57 G. Etika Penelitian ....................................................................................... 58 1. Lembar persetujuan (Informed consent) ................................................. 58 2. Tanpa nama (Anonymity) ......................................................................... 59 3. Kerahasiaan (Confidentially) ................................................................... 59
xiii
BAB VHASIL PENELITIAN ............................................................................ 60 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 60 B. Karakteristik Responden ......................................................................... 61 C. Pengetahuan Responden ......................................................................... 62 D. Persepsi Responden ................................................................................ 62 E. Perilaku Minum Obat .............................................................................. 63 F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi ................................. 64 G. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat dan Hambatan ............................................................. 67 BAB VIPEMBAHASAN..................................................................................... 75 A. Karakteristik Responden ......................................................................... 75 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 75 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ......................................... 76 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .............................. 76 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa ............................ 77 B. Pengetahuan Responden ......................................................................... 77 C. Persepsi Masyarakat................................................................................ 78 E. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi ................................. 81 1. Hubungan Jenis kelamin dengan Persepsi .............................................. 81 2. Hungan Usia dengan Persepsi .................................................................. 82 3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Persepsi ................................ 83 4. Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi ............................................... 84 F. Keterbatasan Peneliti .............................................................................. 86 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................. 87 B. Saran ....................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv
DAFTAR SINGKATAN
CDC : Center for Disease Control and Prevention DEC
: Diethylcarbamazine Citrate
POMP : Pemberian Obat Masal Pencegahan RI
: Republik Indonesia
SD
: Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas UPF
: Unit Pelayanan Fungsional
WHO : World Health Organization
xv
DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2. 1
Kerangka Teori36
Bagan 3. 1
Kerangka Konsep37
xvi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2. 1 Proses pembentukan persepsi15 Gambar 2. 2 Agent Filariasis26
xvii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional
.......................... 40
Tabel 4.1 Jumalah Masyarakat RW 03 Desa CimanggisKecamatanBojong gede 2016 44 Tabel 4.2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian
49
Tabel 4.3 Bobot Nilai
51
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Suku Bangsa 61 Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan62 Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi
62
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat, dan Hambatan 63 Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Minum Obat
63
Tabel 5. 6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi
64
Tabel 5. 7 Hubungan Usia dengan Persepsi
64
Tabel 5. 8 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Persepsi65 Tabel 5. 9 Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi
65
Tabel 5.10Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat, dan Hambatan 67 Tabel 5.11 Hubungan Usia dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat, dan Hambatan 69
xviii
Halaman Tabel 5.12Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat, dan Hambatan 71 Tabel 5.13
Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat, dan Hambatan73
xix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Studi Pendahuluan
Lampiran 3
Hasil Olah SPSS
Lampiran 4
Surat-surat Izin Penelitian
xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi–tingginya. Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 atau Sustainable Development Goals (SDGs) adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia (Kementrian Kesehatan RI, 2015).Terwujudnya keberhasilan pembangunan kesehatan perlu adanya dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat itu sendiri. Salah satu upaya untuk pembangunan kesehatan yaitu dengan cara peningkatan upaya kesehatan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (Permenkes No 82, 2014). Pencegahan penyakit menular dilakukan dengan tujuan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikin gizi masyarakat dan upaya lain sesuai dengan ancaman penyakit menular sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat (Noerjoedianto, Ekawaty, dan Herwansyah, 2013). Penyakit filariasis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yangdapat menimbulkan kesakitan dan kecacatan yang tinggi. Filariasis ini termasuk neglected disease yaitu penyakit yang terabaikan dan di Indonesia belum sepenuhnya berhasil dikendalikan.Penyakit filariasis dapat tersebar
1
2
luas di pedesaan dan perkotaan dan menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin (KemenkesRI, 2013). Menurut dataWorld Health Organization(WHO) tahun 2016 sejauh ini lebih dari 120 juta orang terinfeksi filariasis dengan sekitar 40 juta mengalami cacat dan lumpuh. Sedangkan sebanyak 1,23 miliar orang yang tersebar di 58 negara beresiko terinfeksi filariasis. Sekitar 80% dari orang-orang tersebut tinggal di 10 negara yaitu Bangladesh, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, India, Indonesia, Myanmar, Nigeria, Nepal, Filipina dan Republik Tanzania. Di Indonesia filariasis tersebar luas hampir di seluruh provinsi. Rata rata prevalensi
microfilaria
di
Indonesia
tahun
2014
adalah
4,7%
(KemenkesRI,2015).Hal ini berarti tingkat penularan penyakit filariasis di Indonesia masih tinggi. Di Indonesia lebih dari 100 juta orang beresiko untuk terinfeksi filariasis, sehingga menjadikan Indonesia dengan populasi yang beresiko terinfeksi filariasis terbesar kedua setelah negara India (Naito, 2015). Menurut hasil penelitiandi Indonesia dari tahun 2012 hingga tahun 2014 kejadian filariasis mengalami peningkatan. Secara berturut–turut angka penderita filariasis sebesar 11.903 kasus, 12.714 kasus dan 14.932 kasus. Provinsi Aceh, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Papua dan Jawa Barat adalah lima provinsi dengan kasus klinis tertinggi (Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2015). Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat dengan masalah filariasis limfatik. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mengatakan, hingga tahun 2015 di Kabupaten Bogor telah ditemukan 55 kasus penyakit filariasis yang tersebar di 22 kecamatan. Kasus ini berasal dari
3
wilayah Kecamatan Rumpin, Gunung Sindur, Sukamakmur, Cisarua, Tenjo, Ciomas,
Parungpanjang,
Sentul,
Bojonggede,
Tenjolaya,
Dramaga,
Citeureup, Parung, Jasinga, Cijeruk, Cibungbulang, Ciawi, Sukaraja, Jonggol, Tajurhalang dan Cibinong. Hasil pemeriksaan croos check sampel filariasis di Kabupaten Bogor menunjukkan Mikrofilaria rate 1,92 % sehingga ditetapkan Kabupaten Bogor sebagai daerah endemis filariasis. Kecamatan Bojonggede sendiri tercatat sebanyak 14,5 % penderita filariasis dan merupakan kecamatan dengan kasus filariasis terbanyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain (PojokJabar, 2015). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (2015) Desa Cimanggis RW 03 merupakan desa yang berada di kecamatan Bojonggede dengan angka filariasis terbanyak yaitu 25 % dari jumlah penderita filariasis di Kecamatan Bojonggede. Penyakit filariasis tidak langsung menyebabkan kematian tetapi diakaui sebagai penyebab kedua kecacatan jangka panjang di seluruh dunia dan permanen yang berdampak pada masalah psikososial dan ekonomi yang serius (Center for Disease Control and Prevention, 2014). Filariasis disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Filariasis ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening) yang dapat mengakibatkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genetal. Dampak fisik filariasis dapat menyebabkan penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan kehidupannya bergantung pada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat bahkan negara (Depkes, 2009). Selain gangguan fisik, cacat akibat manifestasi kronis sering memberikan
4
gambaran yang menakutkan sehingga dianggap memalukan dan menghalangi peran penderita di masyarakat (WHO, 2013). Untuk menekan angka kejadian filariasis penanggulangan dan eliminasi penyakit filariasis telah menjadi pusat perhatian dan merupakan salah satu program pengendalian penyakit menular yang harus terus diupayakan secara lebih sistematis dan berkelanjutan. Pada tahun 2000 WHO telah meluncurkan “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020”. Indonesia sepakat dengan ikut serta dalam program eliminasi filariasis. Program eliminasi filariasis terdiri dari dua pilar yaitu dengan penatalaksanaan kasus dan pemutusan rantai penularan melalui pengobatan masal. Penatalaksanaan kasus dilakukan dengan berbasis perawatan mandiri dan rumah sakit, sedangkan untuk pengobatan masal dilakukan dengan memberikan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun minimal 5 tahun (DitJen PP dan PL, 2010). Program eliminasi filariasis untuk pertamakali telah dilaksanakan di Kabupaten Bogor termasuk di Desa Cimanggis pada bulan Oktober 2015 yaitu dengan minum obat pencegahan penyakit filariasis secara serentak. Dari tiga desa yang termasuk dalam wilayah kerja UPF Puskesmas Kemuning, desa cimanggis adalah desa dengan pencapaian terendah dalam pelaksanaan POPM sebesar 83,9 % dari penduduk minum obat yang sesuai dengan pendataan. Seseorang untuk ikut melaksanakan program kesehatan yang dalam penelitian ini adalah program eliminasi filariasis dipengaruhi oleh persepsi
5
masyarakat. Persepsi membentuk pandangan seseorang terhadap suatu kejadian. Pandangan individu ini memotivasi seseorang untuk bersikap dan bertindak dalam sebagain besar aktivitas hidupnya. Adanya Persepsi masyarakat yang salah terhadap suatu penyakit dapat menyebabkan program kesehatan akan berjalan kurang intensif, tidak konsisten dan tidak berkelanjutan. Masih adanya Persepsi masyarakat yang salah mengenai penyakit filariasis dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso, et all(2014) sebagian masyarakat yang tidak mengetahui penyebab Filariasis memiliki persepsi bahwa filariasis bukan penyakit menular melainakan karena keturunan, sehingga bila tidak ada anggota keluarga yang terkena filariasis maka mereka beranggapan bahwa tidak mungkin akan terkena filariasis. Pemahaman masyarakat terhadap suatu penyakit berbeda–beda antara kelompok masyarakat. Studi pendahuluan telah dilakukan peneliti terhadap warga di RW 03 Desa Cimanggis mengenai persepsi mereka terhadap penyakit Filariasis. Studi pendahuluan dilakukan dengan metidewawancara pada 10 orang warga. 6 dari 10 warga mengatakan mereka tidak meminumobat pencegahan filariasis karena takut dengan efek samping obat tersebut. Sedangkan 4 dari 10 mengatakan filarisis adalah bengkak pada daerah kaki dan lengan, filariasis disebabkan oleh nyamuk, mereka mengatakan rentan terkena filariasis karena lingkungan terdapat pohon–pohon yang rimbun dan got bergenang dan filariasis termasuk penyakit yang serius. 1 orang mengatakan karena kualat terhadap orang dan menginjak beras dan
5 orang mengatakan tidak tahu penyabeb filariasis,
filariasis hanya bengkak pada daerah kaki, tidak tahu bagaimana penularannya,
6
penularan melalui kontak langsung dengan penderita, mereka mengatakan tidak rentan terkena filariasis karena belum pernah melihat penderita filariasis. Dari hasil studi pendahuluan dapat dilihat bahwa persepsi individu berbeda–beda, hal tersebut sejalan dengan teori Notoatmodjo (2007) yang mengungkapkan bahwa persepsi masyarakat dapat berbeda pada tiap kelompok masyarakat. Menurut (Becker, 1974 dalam Noorkasiani, 2009) persepsi yang berbeda di pengaruhi oleh faktor demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan), faktor sosiopsikologis, faktor struktural (pengetahuan, pengalaman terhadap suatu penyakit). Adanya persepsi yang berbeda–beda di RW 03 Desa Cimanggis membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Faktor- faktor yang berhubungan dengan persepsi di RW 03 Desa Cimanggis. B. Rumusan Masalah Desa Cimanggis RW 03 termasuk kedalam wilayah Kecamatan Bojonggede dengan penderita filariasis terbanyak sebesar 25% dari jumlah penderita yang berada di Desa Cimanggis. Kecamatan Bojonggede sudah menjalankan program Eliminasi Filariasis untuk menekan angka kejadian filariasis. Berjalannya program–program tersebut dengan optimal perlu adanya dukungan dari berbagai pihak salah satunya dari partisipasi masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat terhadap suatu program kesehatan dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap suatu penyakit (Becker, 1974 dalam Noorkasiani, 2009). Hasil Penelitian yang dilakukan Santhi (2012) di Depok mengenai Kepatuhan Minum Obat Filariasisi pada Pengobatan Masal Berdasarkan Teori
7
Health Belief Model di Kelurahan Limo Depok Tahun 2011 menunjukkan bahawa persepsi memperngaruhi perilaku seseorang dalam minum obat filariasis. Peneliti memilih judul Faktor–faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai filariasis di RW 03 Desa Cimanggis belum pernah diadakan penelitian terkait judul tersebut. Persepsi masyarakat mengenai filariasis merupakan hal yang penting dalam pengendalian penyakit filariasis. Persepsi yang salah mengenai filariasis akan menghambat pengendalian filariasis. Penelitian ini dilakukan agar didapatkan faktor yang dominan yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap filariasis. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran karakteristik masyarakat di RW 03 Desa Cimanggis ? 2. Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat di RW 03 Desa Cimanggis mengenai filariasis ? 3. Bagaimana gambaran perilaku masyarakat minum obat pencegahan filariasis di RW 03 Desa Cimanggis ? 4. Bagaimana gambaran persepsi masyarakat mengenai penyakit filariasis ? 5. Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai penyakit filariasis ? 6. Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai kerentanan terhadap penyakit filariasis ? 7. Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai keseriusan terhadap penyakit filariasis ?
8
8. Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai manfaat minum obat pencegahan filariasis ? 9. Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai hambatan untuk minum obat pencegahan filariasis ? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat RW 03 Desa Cimanggis mengenai filariasis. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik masyrakat RW 03 Desa Cimanggis. b. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat mengenai filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. c. Mengetahui gambaran perilaku masyarakat minum obat pencegahan filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. d. Mengetahui gambaran persepsi masyarakat mengenai filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. e. Mengetahui gambaran persepsi kerentanan, keseriusan penyakit filariasis, manfaat, dan hambatan untuk minum obat pencegahan filariasis diRW 03 Desa Cimanggis. f. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi kerentanan masyarakat mengenai penyakit filariasis di Rw 03 Desa Cimanggis.
9
g. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi keseriusan masyarakat mengenai penyakit filariasis di Rw 03 Desa Cimanggis. h. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai manfaat untuk minum obat pencegahan filariasis di Rw 03 Desa Cimanggis. i.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai hambatan untuk minum obat pencegahan filariasis di Rw 03 Desa Cimanggis.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan gambaran mengenai persepsi masyarakat tentang penyakit filariasis dan faktorfaktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat serta dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan keperawatan komunitas dan keperawatan medikal bedah serta dapat dijadikan acuan untuk melakukan pengabdian masyarakat dan dapat memasukkan penyakit filariasis ke dalam kurikulum pembelajaran.
3. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat dan faktor–faktor yang berhubungan dengan persepsi
10
masyarakat mengenai filariasis yang dapat meningkatkan strategi promosi kesehatan guna mensukseskan program eliminasi filariasis. F. Ruang Lingkup Penelitian Penalitian ini bersifat analitik, dengan tujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai penyakit filariasis. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu angket atau kuesioner. Lokasi penelitian ini berada di RW 03 Desa Cimanggis kecamatan Bojonggede pada bulan Maret-April tahun 2016.
BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan suatu objek yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu memberi perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Persepsi individu dapat menyadari dan mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2013). Hal yang sejalan juga diungkapkanThoha (2002)dalam buku Wijayaningsih (2014) persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Persepsi adalah tindak lanjut dari sensasi, tidak ada persepsi tanpa sensasi, karena pada dasarnya persepsi adalah pemberian makna pada stimulus yang ditangkap oleh alat-alat indera. Persepsi sangat bergantung pada faktor personal dan situasional (faktor fungsional dan struktural). Persepsi
membantu
manusia
untuk
bertindak
dan
memahami
lingkungannya, karena persepsi adalah proses akhir dalam suatu rangkaian peristiwa yang saling terkait (Hude, 2006). Wade dan Tavris
11
12
(2008) berpendapat bahwa persepsi adalah proses dimana impuls-impuls sensorik diatur dan diterjemahkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemberian makna atau arti dari sebuah stimulus atau rangsangan yang berupa informasi, peristiwa atau objek yang berasal dari lingkungan sekitar. 2. Macam–macam Persepsi Menurut Sunaryo (2013) persepsi terdiri dari dua macam, yaitu : a. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. b. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsng yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. Mulyana(2001) dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa pada dasarnya persepsi manusia terbagi menjadi yakni : a. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik Persepsi tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera seseorang menipu diri orang tersebut. Hal tersebut disebabkan karena : 1) Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang seperti keadaan cuaca yang membuat fatamorgana, pembiasan
13
cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan ke dalam air akan terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut berposisi lurus. Hai inilah yang biasa disebut dengan ilusi. 2) Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang lain 3) Budaya yang berbeda 4) Suasana psikologis yang berbeda juga dapat menimbulkan perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain didalam mempersepsikan suatu objek b. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek–objek sosial dan kejadian yang dialami seseorang didalam lingkungan orang tersebut. Persepsi sosial dikatakan lebih sulit dan kompleks karena : 1) Manusia bersikap dinamis oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu dan lebih cepat dari pada persepsi terhadap objek. 2) Persepsi sosial tidak hanya menanggapi sifat–sifat yang tampak dari luar, namun juga sifat–sifat ataupun alasan–alasan internalnya. 3) Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat seseorang mempersepsikan orang lain, maka orang lain tersebut tidak diam saja melainkan turut mempersepsikan orang tersebut.
14
3. Syarat dan Proses Pembentukan Persepsi Menurut Sunaryo (2013) dengan adanya persepsi, individu dapat menyadari dan memahami keadaan lingkungan sekitar mereka, serta dapat menyadari dan memahami keadaan diri yang bersangkutan (self perception). Persepsi terjadi melalui proses yang didahului dengan pengindraan. Pertama, stimulus diterima oleh reseptor, kemudian diteruskan ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan, dan diintepretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya, individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengar. Terdapat beberapa syarat terjadinya, persepsi yaitu : a. Adanya objek. Objek berperan sebagai stimulus, sedangkan pancaindra berperan sebagai reseptor b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi c. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima stimulus d. Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran). Kemudian, dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respons. Persepsi terjadi melalui tiga proses yaitu proses fisik, proses fisiologis dan proses psikologis. Proses fisik terjadi melalui kealaman, yakni objek diberikan stimulus, kemudian diterima oleh reseptor atau pancaindra. Sementara itu, proses fisiologis terjadi melalui stimulus yang dihantarkan ke saraf sensorik lalu disampaikan ke otak. Terakhir, proses psikologis merupakan proses yang terjadi pada otak sehingga individu
15
menyadari stimulus yang diterima. Jadi, ketiga syarat tersebut sangat diperlukan demi tercapainya suatu persepsi yang baik. Menurut
Damayanti
(2000)
dalam
Oktaviana
(2015)
menggambarkan proses pembentukan persepsi terdapat pada gambar dibawah ini.
Rangsangan/Sensasi
Seleksi Input
Lingkungan
Persepsi
Pengalaman
Proses pengorganisasian
Intepretasi
Proses Belajar
Gambar 2. 1 Proses pembentukan persepsi Sumber : Damayanti (2000) dalam Oktaviana (2015)
Proses
pembentukan
persepsi
dimulai
dengan
penerimaan
rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesui dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsangan lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan– rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasrkan bentuk sesui dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data atau rangsangan tersebut berhasil ditafsirkan. Persepsi seseorang tidak timbul
16
dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor–faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama, belum tentu persepsi seseorang tersebut sama tergantung dengan pengalaman serta proses belajar yang didapat selama menerima proses rangsangan dari lingkungan. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Krech dan Crutchfield faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1) Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal–hal yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor–faktor personal. Faktor personalterdiri
dari
usia,
jenis
kelamin,
kebutuhan,
pengetahuan. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi disebut kerangka rujukan (frame of reference). Para psikolog menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial.
Latar
belakang
pendidikan
dan
pengalaman
memudahkan memahammi pengertian atau istilah-istilah yang sesuai dengan latar belakang dan pengalamannya. 2) Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-fator pendorong sematamata dari sifat stimulasi fisik dan efek alami yang timbul dari sistem saraf individu.Menurut teori Gestalt, jika seseorang
17
mempersepsikan
sesuatu,
maka
orang
tersebut
akan
mempersepsikannya sebagai sesuatu keseluruhan, seseorang tidak melihat bagian–bagiannya lalu menghimpunnya. Jika ingin memahami suatu peristiwa, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami sesorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya.Sesuai dengan prinsip ini Krech dan Crutcfield melahirkan dalil persepsi yang kedua: ―Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti‖. Individu mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Dalam hubungan dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga: ―Sifat– sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan‖. Menurut dalil ini, jika individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan ditentukan oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras. Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil yang keempat yaitu objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai struktur yang sama.
18
Menurut teori Health Belief Modelfaktor yang berhubungan dengan persepsi mengenai kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan adalah faktor pemodifikasi yang terdiri dari variabel : 1) Variabel Demografi Varibel demografi terdiri dari usia, jenis kelamin, ras, dan pendidikan. 2) Variabel Sosiopsikologis Varibel pada sosiopsikologis terdiri dari kepribadian, kelas sosial, tekanan dari kawan sebaya. 3) Variabel Struktural Variabel struktural terdiri dari pengetahuan dan kontak sebelumnya dengan penyakit. 5. Persepsi dalam Health Belief Model Health Belief Model merupakan model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan dengan berfokus pada sikap dan keyakinan individu. Teori Health Belief Model dikembangkan sejak tahuan 1950 oleh kelompok ahli psikologi sosial untuk mengkaji alasan sesorang tidak berpartisipasi dalam program skrining kesehatan (Rosenstock, 1974). Model ini dimodifikasi oleh Becker (1974) untuk menangani permasalahan kepatuhan pada program pengobatan terapeutik.Pada teori Health Belief Model terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi. Komponen tersebut terdiri dari persepsi individu, faktor pemodifikasi dan kemungkinan tindakan. Masing–masing komponen dibagi menjadi subkomponen. Lima komponen
19
health belief model yang menentukan munculnya perilaku menurut Becker dalam Bastable (2002) : a. Persepsi tentang kerentanan (Perceived Susceptibility) Gagasan ini mengacu kepada suatu persepsi subjektif dari penurunan kondisi kesehatan. Dalam konteks Health Belief Model kerentanan individu diartikan sebagai pendapat individu tentang bagaimana kemungkinan perilaku mereka mengambil bagian dalam menghasilkan kesehatan yang negatif. Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut. Suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul apabila seseorang telah merasakan ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tertentu. b. Persepsi tentang keparahan (Perceived Severity) Pandangan individu bahwa semakin berat suatu penyakit, maka individu akan mempersepsikan sebagai sesuatu hal yang mengancam
yang
harus
dihadapi
dan
melakukan
tindakan
pencegahan. Dimensi ini mencankup evaluasi dari konsekuensi medis / klinik (seperti kematian, kecacatan, dan kesakitan) dan konsekuensi sosial (misalnya, dampak kondisi pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Contoh dalam kasus perokok, kanker paru-paru merupakan penyebab utama kematian di Amerika. Seorang perokok mungkin tidak mengerti betapa sulitnya kanker paaru-paru dapat dideteksi dan sulit untuk mengobatinya. Mereka juga mungkin tidak tahu bagaimana menyakitkan dan penyakit tersebut dapat bertahan
20
lama di kehidupan. Health belief model berusaha untuk meningkatkan mengenai
bagaimana
persepsi
keseriusan
penyakit
dapat
mempengaruhi perilaku dalam tujuan meningkatkan kualitas hidup seseorang (Burke, 2013). c. Persepsi tentang manfaat (Perceived Benefits) Persepsi mengambil
mengenai
tindakan
manfaat
terhadap
gejala
yang yang
dirasakan dirasakan
apabila untuk
mengurangi ancaman. Individu merasa dirinya sangat rentan terhadap serangan penyakit–penyakit tertentu dan tindakan yang dilakukan tergantung pada manfaat yang akan dirasakan nantinya. d.
Persepsi tentang hambatan (Perceived barriers) Hambatan yang dirasakan adalah aspek negatif dari suatu tindakan kesehatan yang menghalanginya untuk dapat melakukan tindakan tersebut (Anies, 2006). Hambatan untuk bertindak dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan atau rasa sakit yang ditimbulkan saat mendapatkan pengobatan, disamping itu hambatan dapat berupa biaya, baik bersifat monetary cost (biaya pengobatan) maupun time cost (waktu menunggu diruang tunggu, waktu yang digunakan selama perawatan, dan waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan).
e. Faktor pencetus (cues to action)
21
Faktor pencetus (cues to action) dapat datang dari dalam diri individu (munculnya gejala–gejala penyakit itu) ataupun dari luar (nasihat orang lain, kampanye kesehatan, terserang seorang teman atau anggota keluarga oleh penyakit yang sama, dan sebagainya). Seseorang yang memiliki motivasi yang rendah untuk bertindak (misalnya yang tidak percaya bahwa dirinya akan terserang penyakit itu, yang menganggap remeh akibat dari penyakit tersebut atau yang takut menerima pengobatan) diperlukan rangsangan yang lebih intensif untuk mencetuskan respons yang diinginkan, sebab bagi kelompok semacam ini penghayatan subjektif terhadap hambatan/resiko negatif dari pengobatan penyakitnya, jauh lebih kuat daripada gejala objektif dari penyakit itu ataupun pandangan/saran profesional petugas kesehatan. Tetapi bagi mereka yang sudah termotivasi untuk bertindak, maka rangsangan sedikit saja sudah cukup untuk menimbulkan respons tersebut (Alhamda, 2014). B. Filariasis 1. Pengertian Filariasis Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia,ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk secara biologik, penyakit ini bersifat kronis dan bula tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki (elephantiatis/ kaki gajah), pembesaran lengan, payudara dan alat kelamin wanita maupun laki-laki (Zulkoni, 2011). Hal yang serupa juga dikemukakan oleh World
22
Health Organization (WHO)tahun 2015, filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai jenis (spesies) nyamuk dan dapat mengakibatkan perubahan pada sistem limfatik dan pembesaran abnormal pada bagian tubuh, menyebabkan rasa sakit, kecacatan dan stigma sosial. Di Indonesia kasus filaria menyerang sekitar 10 juta penduduk terutama di daerah pedesaan (Muslim, 2009). Hal yang sejalan juga dikemukan oleh Rajan (2009) filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit nematoda dari genus Wuchereria dan Brugia. Hal ini terjadi terutama di negara– negara tropis dunia. Penyakit filariasis terdiri dari dua jenis, yaitu filarisis kelenjar limfe dan filariasis kulit dan jaringan. Penyakit yang terjadi di Indonesia adalah filariasis kelenjar limfe (Irianto, 2013). Filariasis limfatik umumnya dikenal sebagai kaki gajah adalah penyakit tropis yang terabaikan (WHO, 2015). 2. Penyebab Filariasis a.
Hospes 1) Manusia Manusia yang mengandung parasit selalu dapat
menjadi
sumber infeksi bagi orang lain yang rentan. Biasanya pendatang baru ke daerah endemis lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita daripada penduduk asli. Pada umumnya laki–laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena lebih banyak kesempatan
23
untuk mendapat infeksi (exposure) (Fakultas Kedokteran UI, 2009). 2) Hewan Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis (hewan reservoir). Dari semua spesies cacing filaria yang menginfeksi manusia di Indonesia, hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik yang ditemukan juga pada lutung (presbytis cristatus), kera (Macaca fascicularis) dan kucing (Felis catus). Penanggulangan filariasis pada hewan reservoir ini tidak mudah, oleh karena itu juga akan menyulitkan upaya pemberantasan Filariasis pada manusia (KemenkesRI, 2014). 3) Lingkungan Lingkungan sangat berpengaruh terhadap distribusi kasus filariasis dan mata rantai penularannya. Biasanya daerah endemis Brugia malayi adalah daerah dengan hutan rawa, sepanjang sungai atau badan air lain yang ditumbuhi tanaman air. Sedangkan daerah endemis Wuchereria bancrofti tipe perkotaan (urban) adalah daerah–daerah perkotaan yang kumuh, padat penduduknya dan banyak genangan air kotor sebagai habitat dari vektor yaitu nyamuk Culex quinquesfasciatus. Sedangkan daerah endemis Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural) secara umum kondisi lingkungannya sama dengan daerah endemis Brugia malayi.
24
Menurut KemenkesRI (2014) secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik, lingkungan biologi, dan lingkungan sosial ekonomi dan budaya. a) Lingkungan Fisik Lingkungan fisik mencakup antara lain keadaan iklim, keadaan
geografis,
struktur
geologi
dan
sebagainya.
Lingkungan fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor, sehingga berpengaruh terhadap munculnya sumber–sumber penularan filariasis. Lingkungan fisik dapat menciptakan tempat–tempat perindukan dan beristirahatnya nyamuk. Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa–rawa dan adanya hospes reservoir (kera, lutung dan kucing) berpengaruh terhadap penyebaran B.malayi. b) Lingkungan Biologik Lingkungan biologik dapat menjadi rantai penularan filariasis.Contoh lingkungan biologik adalah adanya tanaman air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk Mansonia spp. c) Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya Lingkungan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, termasuk perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan dan tradisi penduduk. Kebiasaan bekerja di kebun pada malam hari atau kebiasaan keluar pada malam hari kebiasaan tidur perlu diperhatikan karena berkaitan dengan intensitas kontak dengan vektor. Insiden filariasis
25
pada laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan karena umumnya laki-laki lebih kontak dengan vektor karena pekerjaannya. b. Vektor Vektor filariasis pada manusia dan binatang dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu nyamuk Anophelini (genus Anopheles) dan non-Anophelini (genus Culex, Aedes dan Mansonia). Di Indonesia ditemukan 3 jenis parasit nematoda penyebab filariasis pada manusia, yaitu Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, sedangkan pada hewan ditemukan Brugia kalimantani dan Dirofilaria immitis. Parasit-parasit ini oleh berbagai spesiaes nyamuk yang bertindak sebagai vektor, disebarluaskan di seluruh kepulauan Indonesia (Kemenkes, 2014). Beberapa spesies dari genus Culex, Aedes, dan Anopheles telah dilaporkan menjadi vektor filariasis bancrofti. Vektor utama filariasis bancrofti di derah perkotaan adalah Culex quinquefasciatus (nama lama: Culex pipiens fatigans), sedangkan di daerah pedesaan berbagai spesies Anopheles seperti An.subpictus, An. Barbirostris, An. Aconitus, An. Punctulatus, dan An. farauti. Vektor utama filariasis malayi ialah berbagai spesies dari Mansonia dan Anopheles, seperti Mansonia uniformis (tipe subperiodik nokturna) dan An. barbiroatris (Natadisastra, 2009).
26
c.
Agent Filariasis disebabkan oleh cacing filarial pada manusia, yaitu W.bancrofti, B.malayi, B.timori, Loa loa, Onchocerca volvulus, Acanthocheilonraema perstants, Mansonella azzardi. Di Indonesia terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu Wuchereria bancrofti,Brugia malayi , Brugia timori. Organisme
Periodicity
Distribusi
Vektor utama
Wuchereria bancrofti
Nokrutnal periodik
Diseluruh dunia, termasuk Anopheles, Afrika,Indonesia, Melanesia, Culex Mikronesia, Timur Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan.
Nocturnal sub-periodic
Asia Tenggara
Aedes
Diurnal sub- Polynesia periodic Brugia malayi
Aedes
Nocturnal periodik
India, Indonesia, Tenggara
Nocturnal sub-periodik
Indonesia, Asia Tenggara
Diurnal sub- Tailand periodik
Brugia timori
Nocturnal periodik
Alor, Flores, Roti, Timor
Asia Anopheles, Mansonia Mansonia Mansonia
Indonesia, Anopheles
Gambar 2. 2 Agent Filariasis Sumber : WHO, 2013
27
6. Manifestasi Filariasis Menurut Sarojini dan Senthilkumaar (2013) mengatakan bahwa filariasis limfatik ditandai dengan gambaran yang luas dari manifestasi klinis dengan tanda dan gejala berbeda dari satu daerah endemik dengan daerah endemik lainnya. Perjalanan klinis filariasis dapat dibagi menjadi : a. Tahap asimtomatik Tahap ini ditandai dengan adanya mikrofilaria dalam darah perifer, meskipun ada atau tidak ada manifestasi klinis filariasis. b.
Tahap akut Manifestasi akut ditandai dengan demam, sakit kepala, nyeri tubuh dan berkeringat. Manifestasi akut berupa : 1) Limfadenitis : Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha (inguinal), ketiak, di atas siku (epitrochlear), belakang sendi lutut dan paha. 2) Limfangitis : Peradangan akut saluran getah bening, mengakibatkan garis–garis kemerahan pada kulit sepanjang pembuluh limfe yang meradang dan menyebar secara proaksimal dari daerah yang terinfeksi (Eliastam, 2005). 3) Fenuculitis : Peradangan fenikulus spermatikus. Hal ini berhubungan dengan demam dan radang testis (Orchitis) dan nyeri pada getah bening di selangkangan. 4) Epididiymo-orchitis : Kondisi nyeri akut yang melibatkan testis dan epididimis. Hal ini biasanya berhubungan dengan
28
demam, funuculitis dan pembesaran kelenjar getah bening pada selangkangan. 5) Tropical Pulmonary Eosinophilia (TPE) : Individu mengeluh kesulitan bernafas terkait dengan atau tanpa mengi. c.
Gejala Klinis Kronis Gejala klinis kronis menurtut Depkes (2009) terdiri dari limfadema, lymph scrotum, kiluria, hidrokel. a) Limfadema Pada infeksi W. bancrofti, terjadi pembengkakan seluruh kaki, seluruh lengan, skrotum, penis, vulva vagina dan payudara,
sedangkan
pada
infeksi
Brugia,
terjadi
pembengkakan kaki dibawah lutut, lengan di bawah siku dimana siku dan lutut masih normal. b) Lymph Scrotum Adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scrotum, kadang–kadang pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah dan cairan limfe mengalir keluar dan membasahi pakaian. Ditemukan juga lepuh (vesicles) besar dan kecil pada kulit, yang dapat pecah dan membasahi pakaian. Hal ini mempunyai risiko tinggi terjadinya infeksi ulang oleh bakteri dan jamur, serangan akut datang berulang dapat berkembang menjadi limfadema skrotum. Ukuran skrotum kadang–kadang normal atau kadang–kadang sangat besar.
29
c) Kiluria Adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah ginjal (pelvis renal) oleh caing filaria dewasa spesies W. bancrofti, sehingga cairan limfe dan darah masuk kedalam saluran kemih. Gejala yang timbul adalah sebagai berikut : i) Air kencing seperti susu karena air kencing banyak mengandung lemak, dan kadang–kadang disertai darah (haematuria) ii) Sukar kencing iii) Kelelahan tubuh iv) Kehilangan berat badan d) Hidrokel Adalah pelebaran kantung buah zakar karena terkumpulnya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis. Hidrokel dapat terjadi pada satu atau dua kantung buah zakar, dengan gambaran klinis dan epidemiologis sebagai berikut : i) Ukuran skrotum kadang–kadang normal tetapi kadang– kadang sangat besar sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi. ii) Kulit pada skrotum normal, lunak dan halus iii) Akumulasi cairan limfe disertai dengan komplikasi, yaitu komplikasi dengan Chyle Chylocele), darah (Haematocele) atau nanah (Pyocele).
30
iv) Hidrokel banyak ditemukan di daerah endemis W. bancrofti dan dapat digunakan sebagai indikator adanya infeksi W. bancrofti. 7. Dampak Filariasis a. Filariasis limfatik stadium lanjut dapat menyebabkan cacat fisik permanen. Cacat mengacu pada penurunan nilai, pembatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi (WHO, 2013). b. Dampak Ekonomi Orang-orang yang menderita penyakit filariasis dalam jangka waktu lama tidak dapat bekerja seperti biasanya. Jika mereka bekerja keras kadang-kadang menimbulkan penderitaan karena terlalu letih dan mereka harus beristirahat beberapa saat sebelum kembali bekerja. Penderita filariasis kronik akan mengalami kerugian ekonomi setiap tahun akibat kunjungan yang berulang-ulang ke berbagai fasilitas kesehatan, kehilangan produktivitas untuk bekerja, kecapaiaan dan hari produktif bagi anggota keluarga yang hilang karena harus merawat orang yang sakit (Ditjen PP&PL KemenkesRI, 2010). c. Dampak Sosial Limfatik filariasis juga memberikan sebuah beban sosial yang berat bagi penderitanya, seperti komplikasi kronis sering dianggap memalukan dan menghalangi pasien dari peran sosial dalam masyarakat. Kerusakan organ genetal pada laki-lakimerupakan kecacatan yang berat sehingga menyebabkan keterbatasan fisik dan
31
menimbulkan stigmatisasi sosial. Bagi wanita, rasa malu dan tabu berkaitan
dengan
lymphoedema
dan
terutama
kaki
gajah.
Pembesaran pada tungkai bawah dan bagian genital dapat menimbulkan stigma yang negatif. Selain itu kerusakan organ-organ seksual dapat menambah masalah dalam kehidupan perkawinan. Penderita Filariasis rentan terhadap depresi dan kesehatan mental yang buruk (WHO, 2013). 1. Sikluas Penularan Filariasis Menurut Ditjen PP&PL (2014) siklus penularan filariasis terdiri dari : a. Tahap Perkembangan dalam Tubuh Nyamuk (Vektor) Saat
nyamuk
(vektor)
menghisap
darah
penderita
(mikrofilaremia) beberapa mikrofilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk, tidak langsung menjadi infektif. Beberapa saat setelah berada dalam lambung nyamuk, mikrofilaria melepas selubung, kemudian menerobos dinding lambung menuju rongga badan dan selanjutnya ke jaringan otot thoraks. Di dalam jaringan otot thoraks, larva stadium 1(L1) berkembang menjadi bentuk larva stadium II (L2) dan selanjutnya berkembang menjadi larva stadium III(L3) yang infektif. Waktu untuk perkembangan dari L1 menjadi L3 (masa inkubasi ekstrinsik) untuk W.bancrofti antara10–14 hari B.malayi dan B.timori 8-10 hari. L3 bergerak menuju proboscis (alat tusuk) nyamuk dan akan dipindahkan ke manusia pada saat nyamuk
32
mengigit. Mikrofilaria di badan tubuh nyamuk hanya mengalami perubahan
bentuk
dan
tidak
berkembangbiak
(Cyclicodevelopmental) sehingga diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya infeksi. b. Tahap Perkembangan dalam Tubuh Manusia dan Hewan Perantara (Hospes Reservoir) Di dalam tubuh manusia L3 akan menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa (makrofilaria), kemudian cacing dewasa ini akan menghasilkan ribuan anak cacing (mikrofilaria) perhari. Mikrofilaria yang berada di peredaran darah tepi akan terhisap oleh nyamuk yang menggigitnya dan kemudian ditularkan kembali pada orang lain. Ketika larva L3 masuk dalam tubuh manusia memerlukan periode waktu lama untuk berkembang menjadi cacing dewasa. Perkembangan L3 menjadi cacing dewasa dan menghasilkan microfilaria untuk W.bancrofti selama kurang lebih 9 bulan ( 6-12 bulan), sedangkan untuk B.malayi dan B. Timori selama 3,5 bulan. Perkembangan seperti ini terjadi juga dalam tubuh hewan reservoar (lutung dan kucing) . Makrofilaria yang ada dalam tubuh manusia mampu bertahan hidup selama 5-7 tahun. Selama hidup yang lama tersebut, dapat menghasilkan ribuan mikrofilaria setiap hari, sehingga dapat
33
menajdi sumber penularan dalam periode waktu yang sangat panjang. 8. Pencegahan Filariasis Menurut Depkes (2009) upaya pencegahan filariasis yang dapat dilakukan oleh masyarakat dengan : a. Menghindari diri dari gigitan nyamuk 1) Menggunakan kelambu sewaktu tidur. Kelambu harus disisipkan dibawah kasur sehingga nyamuk tidak bisa masuk. Jika tidur disawah selama musim tanam atau panen, kelambu bisa dibawa ke sawah untuk mencegah digigit nyamuk. 2) Menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa nyamuk. 3) Menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk bakar 4) Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk b. Memberantas nyamuk 1)
Membersihkan tanaman air pada rawa–rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk.
2)
Menimbun, mengeringkan, atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk.
3)
Membersihkan semak–semak di sekitar rumah.
c. Pengobatan massal Kegiatan pengobatan massal filariasis dilaksanakan terhadap semua penduduk usia 2 tahun sampai dengan usia 70 tahun di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Endemis filariasis dengen memberikan obat DEC dan albendazole secara bersamaan. Pemberian obat secara
34
bersamaan ini dapat mematikan semua mikrofilaria yang ada di dalam darah setiap penduduk dalam waktu bersamaan, dan mencegah makrofilaria (cacing filaria dewasa) menghasilkan mikrofilaria baru, sehingga rantai penularan filaria dapat diputus. Kegiatan POPM filariasis dilaksanakan sekali setahun selama minimal lima tahun berturut–turut, kemudian diikuti dengan evaluasi dampak setelah POPM Filariasis dihentikan serta menerapkan surveilans ketat pada periode stop POPM filariasis. Obat yang digunakan dalam penanggulangan filariasis adalah obat Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole yang terbukti efektif dalam memutus rantai penularan pada daerah yang endemis filariasis : a) Diethylcarbamazine Citrate (DEC) DEC bersama Albendazole digunakan untuk mengontrol limfatik filariasis, dapat menurunkan mikrofilaria dengan baik selama setahun. Pemberian sekali setahun selama minimal
5
tahun
berturut–turut
bertujuan
untuk
mempertahankan kadar mikrofilaria dalam darah tetap rendah sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan. Efek samping obat ini dapat berupa mual, sakit kepala, demam, mengantuk, menurunnya nafsu makan, utrikaria dan muntah. Kejadian ikutan pasca pemberian obat DEC dapat berupa alergi ringan sampai berat dapat timbul sebagai akibat
35
langsung dari matinya cacing filaria yang menandakan berhasilnya pengobatan (Dirjen PP&PL, 2012). b) Albendazole Albendazole diindikasikan untuk meningkatkan efek DEC dalam membunuh mikrofilaria. Efek samping dari Albendazole jarang menimbulkan efek samping pada pemakaian jangka pendek. Efek samping dapat timbul berupa mual, nyeri ulu hati, pusing, sakit kepala, sakit perut, diare, keluar cacing, demam, lemas dan sesak nafas seperti asma. Obat ini tidak diperbolehkan diberikan pada pasien sirosis hepatik, anak dibawah dua tahun dan wanita hamil (Dirjen PP&PL, 2012).
36
C. Kerangka Teori
Rangsangan/Sensasi
Seleksi Input
Intepretasi
Proses pengorganisasian
Faktor Pemodifikasi: 1. Variabel Demografi (Usia,Jenis kelamin, Pendidikan, ras) 2. Variabel Sosiopsikologi (Kelas sosial, Kepribadian) 3. Variabel Struktural (Pengetahuan dan Pengalaman kontak dengan penyakit)
Persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility) Resiko terkena filariasis : 1. Hospes a. Manusia b. Hewan c. Lingkungan 2. Vektor : nyamuk culex, Aedes, dan Anopheles 3. Agent
Persepsi
Teori Health Belief Model Mengenai Filariasis
Persepsi keparahan (Perceived Severity) Dampak filariasis : 1. Kecacatan permanen 2. Kerugian ekonomi 3. Masalah psikososial
Persepsi hambatan (Perceived Barriers)
Persepsi manfaat (Perceived Benefits)
Keadaan setelah minum obat pencegahan filariasis
Manfaat minum obat pencegahan filariasis
Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
Bagan 2. 1 Kerangka Teori Sumber : Dimodifikasi dari TeoriHealth Belief Model (Rosentoch, 1975 dan Becker, 1975);(Damayanti, 2000); (Kemenkes, 2014)
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka konsep Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat analitik atau mencari hubungan variabel yang akan diteliti yaitu faktor–faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai penyakit filariasis di RW 03 Desa Cimanggis, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah : Variabel independen
Variabel dependen Persepsi masyarakat penyakit Filariasis:
Jenis kelamin
mengenai
a. Persepsi tentang kerentanan (Perceived Susceptibility) b. Persepsi tentang keparahan (Perceived Severity) c. Persepsi tentang manfaat (Perceived Benefits)
Umur Pendidikan Pengetahuan
d. Persepsi tentang hambatan (Perceived barriers)
Bagan 3. 1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep tersebut, setiap konsep memiliki sebagai variabel sebagai indikasi pengukuran yang digambarkan oleh variabel bebas atau independen yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pengetahuan. Sedangkan varibel terikat atau dependen terdiri dari persepsi masyarakat mengenai penyakit filariasis. Dalam peneletian ini, peneliti tidak
37
38
meneliti faktor pengalaman individu terkena filariasis karena kurangnya keberagaman faktor tersebut. Selain itu, peneliti juga tidak meneliti faktor lingkungan keadaan sosial karena penelitian ini sudah dalam lingkungan yang homogen. B. Hipotesis 1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi masyarakat mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. 2. Ada hubungan antara umur dengan persepsi masyarakat mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. 3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. 4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. 5. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. 6. Ada hubungan umur dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan masyarakat mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. 7. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan masyarakat mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis.
39
8. Ada hubungan pengetahuan dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan masyarakat mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis.
40
C. Definisi Operasional Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasioanl
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Umur
Lamanya tahun yang dilalui Angket responden dihitung sejak responden lahir sampai dilakukan penelitian
Kuisioner
1. Remaja : 12 – 25 tahun 2. Dewasa : 26 – 59 tahun (Hurlock, 2001; Depkes, 2009)
Ordinal
Jenis Kelamin
Pembagian jenis seksual yang Angket ditentukan secara biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki- laki dan jenis kelamin perempuan Pendidikan formal yang terakhir Angket pernah diikuti responden
Kuisioner
1. Laki – laki 2. Perempuan
Nominal
Kuisioner
Kelompok etnik responden
Kuesioner
1. Pendidikan dasar (SD dan SMP atau Ordinal yang sederajat) 2. Pendidikan menengah (SMA atau sederajat) 3. Pendidikan tinggi (PT atau sederajat) (Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003) 1. Jawa Nominal 2. Sunda 3. Betawi 4. Minang 5. Lain-lain
Pendidikan
Suku Bangsa
Angket
41
Variabel Pengetahuan
Persepsi
Definisi Operasioanl
Cara Ukur
Alat ukur
Tingkat pengetahuan responden Angket mengenai pengertian, tanda gejala, penyebab, cara penularan dan pencegahan Filariasis
Kuisoner
Pandangan masyarakat mengenai Angket penyakit Filariasis, meliputi : 1. Keseriusan penyakit Filariasis 2. Persepsi terhadap kerentanan penyakit Filariasis 3. Manfaat obat Filariasis 4. Hambatan minum obat antifilariasis (Noorkasiani, 2009)
Kuisoner Akan dilakukan skoring dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bagian pernyataan positif : a. Sangat setuju : 4 b. Setuju : 3 c. Tidak setuju : 2 d. Sangat tidak setuju : 1
Skala ukur
Hasil ukur Pengetahuan menggunakan sebagai cut of point :
nilai
media Ordinal
1. Rendah : < 10 (nilai median) 2. Tinggi : > 10 (nilai median) Persepsi dikelompokan menjadi persepsi Ordinal negatif dan positif. Menggunakan median sebagai cut of point :
1. Persepsi a. Positif < 58 (median) b. Negatif > 58 (median) 2. Persepsi Kerentanan a. persepsi negatif < 12 (median) b. Persepsi positif > 12 (median) 3. Persepsi Keseriusan a. Persepsi negatif < 15 (median) 2. Bagian pertanyaan b. Persepsi positif > 15 (median) negatif: 4. Persepsi Manfaat a. Sangat tidak setuju : a. Persepsi negatif < 18 (median) 4 b. Persepsi positif > 18 (median) b. Tidak setuju : 3 5. Persepsi Hambatan c. Setuju : 2 a. Persepsi negatif < 14 (median) d. Sangat setuju : 1 b. Persepsi positif > 14 (median)
42
Variabel Perilaku minum obat
Definisi Operasioanl
Cara Ukur
Tindakan masyarakat untuk Angket meminum obat pencegahan filariasis atau tidak meminum obat filariasis.
Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur 1. Tidak minum obat 2. Minum obat
Skala ukur Nominal
BAB IV METODELOGI PENELITIAN Metodelogi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011). Bab ini akan menguraikan mengenai desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, uji validitas dan reabilitas instrumen, metode pengumpulan data, pengelolaan data, analisa data dan etika penelitian. A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam dalam Sujarweni, 2014). Penelitian ini menggunakan
desain studi analitik kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Penelitian dengan pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk penelitian analitik (Budiarto,2005). Tujuannya untuk mengetahui faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi masyarakat RW 03 Desa Cimanggis mengenai filariasis dengan cara memberikan pertanyaan tertutup melalui kuesioner yang akan diisi oleh responden penelitian.
43
44
B. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di RW 03 Desa Cimanggis. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret–April 2016. Penentuan masyarakat RW 03 Desa Cimanggis sebagai lokasi penelitian adalah karena menurut data yang diperoleh penulis, RW 03 desa Cimanggis merupakan penyumbang terbesar kasus
filariasis
di
Desa
Cimanggis
kecamatan
Bojonggede
(DinkesKabupatenBogor, 2015). C. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat di RW 03 Desa Cimanggis Kecamatan Bojonggede. Daftar jumlah masyarakat RW 03 Desa Cimanggis tercantum dalam tabel 4.1. Tabel 4. 1 Jumlah Masyarakat RW 03 Desa Cimanggis Kecamatan Bojonggede 2016 No
RT
Jumlah
1
01
405
2
02
150
3
03
84
4
04
421
5
05
102
6
06
200
Jumlah
1362
45
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Sampel dari penelitian ini ditentukan oleh beberapa kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek peneliti dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. 1. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini antara lain: a.
Warga masyarakat yang terdaftar di RW 03 Desa Cimanggis Kecamatan Bojonggede.
b.
Usia lebih dari 12 tahun
c.
Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
2. Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini antara lain: a.
Warga yang memiliki kelainan pada alat indra
b.
Wanita hamil ketika diberi obat antifilariasis
c.
Warga
yang
sedang
sakit
dan
tidak
diperkenankan
mengkonsumsi obat Teknik pengambilan sampel menggunakan proporsionateclustering sampling yaitu suatu cara yang digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sujarweni, 2014). Peneliti akan mengelompokkan terlebih dahulu berdasarkan RT yang berada di wilayah RW 03 Desa Cimanggis. Besar sampel yang digunakan dalam
46
penelitian ini adalah sesuai dengan rancangan penelitian yaitu rumus sampel uji beda dua proporsi dengan persisi mutlak ditentukan.
𝑛
=
𝑍1−∝/2 2𝑃 1 − 𝑃 + 𝑍1−𝛽 𝑃1 1 − 𝑃1 + 𝑃2 (1 − 𝑃2 ) 2 (𝑃1 − 𝑃2 )2
n
= Jumlah sampel
1-α
= (derajat kemaknaan 95 % CI/confidence interval dengan α sebesar 5 %)
1-β
= Kekuatan uji 90 %
P1
= 0,6
P2
= 0,3
P
= (P1 + P2)/2 = 0,45
1 – p = 1-0,5 = 0,55
1,96 2 0,45 1−0,55 + 0,842
n
=
0,6 1−0,6 +0,3 1−0,3
(0,6−0,3)2 1,96 0,495+ 0,842 0,45
2
n
=
n
=
n
=
n
=
n
= 41 orang, sehingga total sampel 82 orang
0,09 1,96 0,7036 +0,842(0,6708 )2 0,09 1,3979+0,565 2 0,09 3,779 0,09
2
47
n = 82 orang x 10 % (droup out) = 90 Orang. Perhitungan sampel dalam masing – masing cluster dilakukan dengan perbandingan jumlah masing – masing RT RT 01 =
405 1362
x 90 = 26 orang
150
RT 02 = 1362 x 90 = 10 orang 84
RT 03 = 1362 x 90 = 6 orang 421
RT 04 = 1362 x 90 = 28 orang 102
RT 05 = 1362 x 90 = 7 orang 200
RT 06 = 1362 x 90 = 13 orang Setelah didapatkan cluster, akan dilanjutkan dengan sistem systemic random sampling. Peneliti akan memilih sampel dari sampling frame dalam interval tertentu. Interval ditentukan dengan cara jumlah populasi dibagi dengan jumlah sampel yang dikehendaki peneliti, dalam penelitian ini interval yang didapat adalah 1362/84 = 15,13 jika dibulatkan menjadi 15. Hal ini berarti dari sampling frameyang sudah peneliti rancang diurutkan berdasarkan nomer lalu dipilih dengan interval 15. D. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembaran kuesioner yang disusun secara terstrutur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan tertutup yang jawaban dari kuesioner tersebut telah
48
disediakan, sehingga responden diberi kebebasan untuk memilih jawaban tentang kebenaran suatu pernyataan. Instrumen ini terdiri dari empat bagian 1.
Kuisoner A data demografi meliputi insial nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, suku bangsa dan apakah responden meminum obat pencegahan filariasis atau tidak.
2.
Kuesioner B adalah pertanyaan–pertanyaan pengetahuan mengenai filariasis dan obat pencegahan filariasis. Pertanyaan terdiri dari definisi, penyebab, tanda gejala, cara penularan, efek samping obat pencegahan
filariasis
dan
kontraindikasi
pemberian
obat
pencegahan filariasis. Jumlah pertanyaan sebanyak 14 pertanyaan. 3.
Kuisoner C adalah pernyataan–pernyataan persepsi yang peneliti buat sendiri sesuai dengan teori Health Belief Model. Jumlah pernyataan mengenai
persepsi kerentanan terhadap filariasis
sebanyak 4 pernyataan, persepsi keseriusan filariasis sebanyak 5 pernyataan, persepsi manfaat minum obat pencegahan filariasis sebanyak 6 pernyataan dan pernyataan hambatan untuk meminum obat pencegahan filariasis sebanyak 6 pernyataan. Sehingga total pernyataan pada kuisoner bagian C ini sebanyak 20 pernyataan.
49
Tabel 4. 2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Variabel
Parameter
Jumlah Pertanyaan
Nomer pertanyaan
Data demografi (Kuesioner A)
Nama, Jenis kelamin, alamat, usia, pendidikan terakhir, suku bangsa dan minum obat atau tidak.
7
1,2,3,4,5,6 dan 7
Pengetahuan mengenai Filariasis dan obat antifilariasis (Kuesioner B)
Definisi, penyebab, penularan, pencegahan, tanda dan gejala, efek samping obat dan kontra indikasi pemberian obat antifilariasis.
13
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14
Persepsi mengenai Filariasis (Kuesioner C)
Kerentanan terhadap penyakit Filariasis, keseruisan penyekit Filariasis, Manfaat obat antifilariasis dan hambatan minum obat antifilariasis.
20
Pernyataan positif/Favorable : 1,2,3,4,5,6,7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 15. Pernyataan negatif/unfavorable :16,17,18,19, dan 20.
Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat untuk memperoleh data tentang pengetahuan menggunakan skala guttman, dimana untuk setiap jawaban salah diberi skor 0 dan setiap jawaban benar diberi skor 1. Pengukuran menggunakan skala guttman karena peneliti menginginkan jawaban tegas atas pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan dibuat dalan bentuk pertanyaan pilihan ganda yang hanya mempunyai satu jawaban benar. Peneliti menggunakan cut of point untuk mengkategorikan pengetahuan responden. Pengetahuan baik apabila total skor yang diperoleh >cut of point, pengetahuan buruk apabila total skor yang diperoleh <cut of point. Cut of point menggunakan mean apabila data terdistribusi normal dan menggunakan median
50
apabila data tidak terdistribusi normal. Penentuan data terdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan melihat hasil distribusi data menggunakan menggunakan uji kolmogorov smirnov. Pada hasil distribusi data didapatkan nilai p value 0,00 (p<0,05) maka distribusi data tidak normal, sehingga cut of poin pada penelitian ini untuk mengkategorikan pengetahuan menggunakan median. Oleh karena itu, pengetahuan baik mengenai filariasis apabila total skor yang diperoleh > 10, dan pengetahuan buruk mengenai filariasis apabila
total skor yang
diperoleh < 10. Pernyataan-pernyataan persepsi mengenai filariasisdalam bentuk skala likert dengan memberi bobot pada setiap jawaban. Instrumen persepsi menggunakan skala 1-4, dengan katagori : a.
Sangat Setuju (SS) yang berarti sangat sesuai.
b.
Setuju (S) yang berarti sesuai.
c.
Tidak Setuju (TS) yang berarti tidak sesuai.
d.
Sangat Tidak Setuju (STS) yang berarti sangat tidak sesuai. Perolehan skor dari item–item berdasarkan dari jawaban yang dipilih
sesuai dengan jenis pernyataan positive/favorable atau negative/unffavourable. Skor yanng dipilih dapat dilihat dalam tabel 4.3.
51
Tabel 4. 3 Bobot Nilai Pernyataan
SS
S
TS
STS
Positive/Favorable
4
3
2
1
Negative/Unfavourable
1
2
3
4
Peneliti menggunakan cut of point untuk mengkategorikan persepsi responden. Persepsi positif apabila total skor yang diperoleh >cut of point, persepsi negatif apabila total skor yang diperoleh <cut of point. Dari hasil distribusi data dengan melihat hasil uji kolmogorov smirnov didapatkan nilai p value 0,00 (p<0,05) maka distribusi data tidak normal, sehingga cut of poin pada penelitian ini untuk mengkategorikan persepsi menggunakan median. Oleh karena itu, persepsi positif mengenai filariasis apabila total skor yang diperoleh > 58, dan persepsi negatif mengenai filariasis apabila total skor yang diperoleh < 58. Persepsi positif pada kerentanan memiliki arti bahwa responden mengganggap dirinya rentan terkena filariasis, persepsi positif pada keseriusan memiliki arti bahwa responden mengganggap filariasis merupakan penyakit yang serius, persepsi positif pada manfaat minum obat pencegahan memiliki arti bahwa responden mengganggap minum obat pencegahan filariasis sangat bermanfaat, dan persepsi positif pada hambatan adalah responden tidak memiliki hambatan untuk meminum obat pencegahan filariasis. Persepsi negatif pada kerentanan memiliki arti bahwa responden tidak mengganggap dirinya rentan terkena filariasis, persepsi negatif pada keseriusan memiliki arti bahwa responden tidak mengganggap filariasis merupakan penyakit yang serius, persepsi negatif pada manfaat minum obat pencegahan memiliki arti
52
bahwa responden mengganggap minum obat pencegahan filariasis tidak bermanfaat, dan persepsi negatif pada hambatan adalah responden memiliki banyak hambatan untuk meminum obat pencegahan filariasis. E. Pengujian Instrumen 1. Uji validitas Validitas
pengukuran
merupakan
pernyataan
tentang
derajat
kesesuaian hasil pengukuran sebuah alat ukur (instrumen) dengan apa yang sesungguhnya ingin diukur oleh peneliti. Sedang pengukuran (measurement) merupakan prosedur pemberian nilai kuantitatif atau kualitatif terhadap variabel pada subjek penelitian (Streiner dan Norman, 2000). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Setelah membuat instrumen sesuai dengan aspekaspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (judgment experts). Kuesioner dalam penelitian ini sudah dikonsultasikan oleh ahli parasitologi, dosen keperawatan komunitas, dan pengelola program filariasis di puskesmas Bojonggede. Hasil konsultasi dengan judgment expert adalah kuesioner mengenai pengetahun dan persepsi sudah diterima oleh expert, hanya dalam penggunaan kata-kata harus disederhankan agar memudahkan masyarakat untuk mengerti maksud dari pertanyaan maupun pernyataan dari kuesioner tersebut.
53
Setelah dilakukan judgment expert selanjutnya peneliti melakukan uji validasi yang dilakukan di RW 14 Desa Pabuaran sebanyak 35 responden. Uji yang dilakukan adalah menggunakan rumus Pearson Product Moment. Pernyataan valid apabila r hitung > r table, sedangkan pernyataan dianggap tidak valid jika r hitung < r table (0,279) pada n = 35 (Sujarweni, 2015). Hasil uji validitas pada instrumen pengetahuan didapatkan 14 dari 15 pertanyaan valid. Pertanyaan yang tidak valid adalah pertanyaan no 2, sehingga pertanyaan tersebut dihapus atau ditiadakan karena sudah terwakili dengan pertanyaan yang lainnya. Instrumen persepsi hasil uji validitas didapatkan 20 dari 25 pertanyaan valid. Pertanyaan yang tidak valid adalah pertanyaan no 2, 5, 6, 12, dan 25, sehingga pertanyaan tersebut dihapus atau ditiadakan karena sudah terwakili dengan pertanyaan yang lainnya. 2. Uji Reliabilitas Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama. Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas internal yaitu cara menguji suatu alat ukur untuk sekali pengambilan data (Rangkuti, 2008). Uji reliabilitas pada penelitian ini digunakan cara K-R 20 untuk mengukur pengetahuan dan Cronbach Alpha (α) untuk mengukur persepsi. Suatu variabel dikatan reliabel jika memberikan nilai cronbach Alpha α >0.60 (Sujarweni, 2014). Hasil uji reliabilitas pengetahuan memiliki nilai K-R 20 adalah 0,83 dan untuk persepsi memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,73.
54
D. Metode Pengumpulan Data 1. Pertama, peneliti menentukan subjek penelitian, tujuan penelitian, dan tempat penelitian, serta judul penelitian. Peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Fakultas untuk diberikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan kepada Kepala Desa Cimanggis. 2. Setelah diberi perizinan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan Kepala Desa Cimanggis, peneliti terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan terkait penelitian yang akan dilakukan. 3. Peneliti menyusun proposal skripsi dan melakukan seminar proposal penelitian. 4. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti melakukan uji validitas dengan content validity dengan bantuan pakar parasitologi, dosen keperawatan, dan pemegang program filariasis di puskesmas Bojong gede. Kemudian dilakukan uji reliabilitas kuesioner pengetahuan dan persepsi pada 35 responden di RW 14 Desa Pabuaran dengan kriteria responden sama pada penelitian ini. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti mulai mengumpulkan data di RW 03 Desa Cimanggis. 5. Peneliti mengumpulkan data masyarakat dari masing–masing ketua RT yang berada di RW 03 setalah mendapatkan data peneliti membuat sampling frame dari masing-masing RT sesuai dengan perhitungan proporsi sampel yaitu dengan memberi nomer pada setiap calon responden.
55
6. Setelah sampling frame dibuat peneliti menggunakan teknik systemic random samplingyaitu calon responden akan diacak dengan cara setiap interval 15 peneliti memilih calon responden yang sesuai dengan kriteria inkulisi. 7. Setelah mendapat calon responden, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya. 8. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner. Bagi responden yang tidak bisa membaca dan menulis kuesioner akan dibacakan oleh peneliti. 9.
Waktu yang diberikan kepada responden untuk mengisi kuesioner sekitar 15 menit.
10. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti akan memeriksa kelengkapan kuesioner. Jika terdapat kuesioner yang belum terisi peneliti akan mengembalikan kuesioner untuk dilengkapi terlebih dahulu oleh responden
dan
jika
kuesioner
sudah
lengkap
peneliti
akan
menyimpannya. 11. Kuesioner yang sudah diisi selanjutnya akandimasukkan ke dalam software ststistik dan melakukan analisis. Tahap terakhir adalah memeriksa kembali apakah ada kesalahan pada data atau pada proses input dan analisis.dianalisa oleh peneliti.
56
E. Pengolahan Data Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua tahap utama pengolaan data yaitu pengolahan data manual dan pengolahan data menggunakan software statistik. Secara keseluruhan,tahapan pengolahan data terdiri dari : 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan peberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini akan mempermudah peneliti saat pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. 3. Data entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. 4. Cleaning Cleaning yaitu proses pengecekan kembali data – data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadinya kesalahan maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan (Hidayat, 2008).
57
F. Teknik Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005). Pada penelitian ini data univariat adalah data–data yang terdapat pada variabel independen yaitu; Umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, suku bangsa, perilaku minum obat dan persepsi masyarakat mengenai Filariasis. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel yaitu variabel dependen. Pada panelitian ini, analisis bivariat akan dilakukan ketika menilai korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu persepsi masyarakat mengenai Filariasis. Peneliti akan melakukan skoring dalam mengolah data yaitu sajian data akan diubah ke dalam data angka agar lebih mudah dianalisis. Setelah proses skoring selesai, peneliti akan membagi variabel untuk di analisis. Sebelum dianalisa peneliti melakukan uji distribusi data, hasil distribusi data menggunakan uji kolmogorov smirnov didapatkan nilai p value 0,00 (p<0,05) maka distribusi data tidak normal. Hasil uji distribusi data tidak normal maka menggunakan uji nonparametrik, selain itu syarat dari uji nonparametrik adalah data bersifat katagorik (Swarjana, 2015). Variabel jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengetahuan merupakan variabel dengan jenis data katagorik yang akan dihubungkan dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan yang merupakan jenis data katagorik sehingga
58
peneliti menggunakan uji Chi Square (X2) (Hidayat, 2008). Variabel yang akan diujikan juga sudah memenuhi syarat uji Chi Square yaitu nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel (Dahlan, 2009). Angka yang digunakan pada variabel jenis kelamin, umur, dan pengetahuan adalah hasil uji Continuity Corection karena tabel yang digunakana adalah 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, sedangkan variabel tingkat pendidikan angka yang digunakan adalah hasil uji Person Chi Squared karena tabel yang digunakan adalah 3 x 2 (Hastono, 2007). Derajat kepercayaan yang digunakan peneliti yaitu 95% dengan α 5% sehingga nilai P (P Value)>0,05 maka Ho diterima maka tidak terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut. G. Etika Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan surat ijin permohonan penelitian kepada Dinas Kabupaten Bogor dan Kepala Desa Cimanggis dengan memperhatikan etika penelitian. Menurut (Hidayat, 2008) etika penelitian yang harus diperhatikanoleh peneliti antara lain : 1. Lembar persetujuan (Informed consent) Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti untuk ketersediannya menjadi responden penelitian. Tujun diberi informed consent adalah supaya subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Pada penelitian ini beberapa informasi yang terdapat pada informed consent adalah tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, dan kerahasiaan responden. Lembar persetujuan ini ditandatangani oleh responden yang bersedia menjadi responden penelitian.
59
2. Tanpa nama (Anonymity) Penelitian ini tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang di isi oleh responden, tetapi menuliskan kode pada lembar pengumpulan data yang di berikan kepada responden. 3. Kerahasiaan (Confidentially) Kerahasiaan responden akan di jamin oleh peneliti, baik sebuah informasi maupun masalah–masalah lainnya yang diberikan oleh responden.
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian RW 03 Desa Cimanggis merupakan bagian dari kecamatan Bojonggede. Jumlah penduduk pada wilayah ini adalah 17.030 jiwa dengan luas wilayah 528 Hektar. RW 03 Desa Cimanggis membagi wilayah berdasarkan Rukun Tetangga yang berjumlah 6 RT, yang terdiri dari RT 1 sampai RT 6. Sebelah utara Desa Cimanggis berbatasan dengan Kecamatan Tajurhalang dan Sukmajaya, sebelah timur berbatasan dengan Kedung Waringin dan Waringin Jaya, sebelah selatan adalah Kelurahan Kayu Manis dan Mekar Wangi, dan disebelah barat berbatasan dengan Desa Kemang dan Desa Parakanjaya. Desa Cimanggis masih banyak waduk/situ dan masih banyak terdapat daerah persawahan yang merupakan tempat perkembangbiaknya nyamuk. Penduduk Desa Cimanggis mayoritas berusia dewasa (41-55 tahun) yang merupakan usia rentan terhadap penyakit filariasis. Rw 03 Desa Cimanggis termasuk dalam wilayah kerja Unit Pelayanan Fungsional Puskesmas Kemuning (UPF) yang sudah melaksanakan Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) Filariasis, namun belum semua warga RW 03 yang meminum obat pencegahan filariasis. Dari tiga desa yang termasuk dalam wilayah kerja UPF puskesmas Kemuning, wilayah ini merupakan wilayah dalam pencapaian terendah dalam pelaksanaan POPM yaitu sebesar 83,9% dari penduduk minum obat yang sesuai dengan pendataan.
60
61
B. Karakteristik Responden Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan suku bangsa. Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,Tingkat Pendidikan, dan Suku Bangsa Karakteristik Responden Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia Remaja (12-24 thn) Dewasa (25-59 thn) Tingkat Pendidikan Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan tinggi Suku Bangsa Jawa Sunda Betawi Minang Lain-lain Total
Frekuensi (n) 36 54
Presentase (%) 40 60
21 69
23,3 76,7
35
38,9 39 16
43,3 17,8
32 26 25 3 4 90
35,6 28,9 27,8 3,3 4,4 100
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden beradsarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan suku bangsa. Untuk karakteristik jenis kelamin dari 90 responden mayoritas responden adalah perempuan yaitu berjumlah 60%, sedangkan responden laki-laki berjumlah 40%. Karakteristik responden berdasarkan usia mayoritas responden berusia dewasa yaitu berkisar antara 25-59 tahun berjumlah 76,7%, sedangkan responden yang berusia remaja atau berkisar antara 12-24 tahun berjumlah 23,3%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden memiliki pendidikan menengah (SMA atau sederajat) berjumlah 43,3%,
62
dan yang terendah adalah responden yang memiliki pendidikan tinggi (Sarjana atau sederajat) sebanyak 17,8%. Karakteristik responden berdasarkan suku bangsa yang terbanyak adalah suku bangsa jawa sebesar 35,6% dan terendah adalah suku minang dengan jumlah 3,3%. C. Pengetahuan Responden Pengetahuan responden mengenai Filariasis dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan
Frekuensi (n)
Buruk Baik Total
32 58 90
Persentase (%) 35,6 64,4 100
Berdasarkan tabel 5.2 mayoritas respoden sudah memiliki pengetahuan yang baik mengenai filariasis sebanyak 64,4%, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan buruk berjumlah 35,6%. D. Persepsi Responden Persepsi responden dapat dilihat pada tabel 5.3 Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi
Persepsi
Negatif n % 32 35,6
Positif n %
Total n %
58 64,4
90 100
Berdasarkan data pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa masyarakat mayoritas memiliki persepsi positif terhadap penyakit filariasis yaitu sebesar 64,4%. Pada penelitian ini peneliti membagi persepsi berdasarkan teori Health Belief Model yang
63
dimana persepsi dibagi menjadi 4 bagian yaitu persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan. Persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambtan dapat dilihat pada tabel 5.4 Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat dan Hambatan Positif n %
Total n %
Persepsi Kerentanan
Negatif n % 31 34,4
59 65,6
90 100
Persepsi Keseriusan
21 23,3
69 76,7
90 100
Persepsi Manfaat Persepsi Hambatan
30 33,3 40 44,4
60 66,7 50 55,6
90 100 90 100
Persepsi
Berdasarkan data pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa masyarakat mayoritas memiliki persepsi positif terhadap keseriusan berjumlah 76,7%, persepsi manfaat berjumlah 66,7%, persepsi kerentanan berjumlah 65,6% dan persepsi hambatan untuk minum obat filariasis berjumlah 55,6%. E. Perilaku Minum Obat Perilaku masyarakat untuk minum obat pencegahan Filariasis dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Minum Obat Perilaku Minum Obat Tidak Minum Minum Total
Frekuensi (n) 26 64 90
Persentase (%) 28,9 71,1 100
Berdasarkan data pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden meminum obat filariasis berjumlah
71,1%, sedangkan responden yang tidak
meminum obat filariasis berjumlah 28,9%.
64
F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi 1. Jenis Kelamin Hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi dapat dilihat pada tabel 5.6 Tabel 5. 6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Persepsi Negatif Positif n % n % 13 36,1 23 63,9 19 35,2 35 64,8 32 35,6 58 64,8
Total n 36 54 90
% 100 100 100
OR (95% CI) 1,041 (0,423-2,510)
P Value
1,000
Berdasarkan data pada tabel 5.6 mayoritas masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki persepsi positif sebesar 63,9%
pada
responden laki-laki dan 64,8% pada responden perempuan. Hasil analisa didapatkan nilai p value sebesar 1,000 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi. 2. Usia Hubungan antara usia dengan persepsi dapat dilihat pada tabel 5.7 Tabel 5. 7 Hubungan Usia dengan Persepsi
Usia Remaja Dewasa Total
Persepsi Negatif Positif n % n % 7 33,3 14 66,7 25 36,2 44 63,8 32 35,6 58 64,8
Total n 21 69 90
% 100 100 100
OR (95% CI) 0,880 (0,314-2,469)
P Value
1,000
Berdasarkan data pada tabel 5.7 mayoritas masyarakat dengan usia remaja maupun dewasa memiliki persepsi positif sebesar 66,7% pada usia remaja dan 63,8% pada usia Dewasa. Hasil analisa didapatkan nilai p value sebesar
65
1,000(p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan persepsi. 3. Tingkat Pendidikan Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi dapat dilihat pada tabel 5.8 Tabel 5. 8 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Persepsi
Tingkat Pendidikan Dasar Menengah Tinggi Total
Persepsi Negatif Positif n % n % 11 31,4 24 68,6 17 43,6 22 56,4 4 25,0 12 75,0 32 35,6 58 64,4
Total n 35 39 16 90
% 100 100 100 100
OR (95% CI)
0,593 1,375
P Value
0,344
Berdasarkan tabel 5.8 mayoritas masyarakat dengan pendidikan dasar, menengah maupun tinggi memiliki persepsi positif sebesar 68,6% pada responden dengan pendidikan dasar, 56,4% pada responden dengan pendidikan menengah dan 75,0% pada responden dengan pendidikan tinggi. Hasil analisa didapatkan nilai p value sebesar 0,344 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi. 4. Pengetahuan Hubungan antara pengetahuan dengan persepsi dapat dilihat pada tabel 5.9 Tabel 5. 9 Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi
Pengetahuan Buruk Baik Total
Persepsi Negatif Positif n % n % 17 53,1 15 46,9 15 25,9 43 74,1 32 35,6 58 64,8
Total N 21 69 90
% 100 100 100
OR (95% CI) 3,249 (1,308-8,069)
P Value
0,018
66
Berdasarkan data pada tabel 5.9 mayoritas masyarakat dengan pengetahuan baik memiliki persepsi positif sebesar 74,1%. Hasil analisa didapatkan nilai p value sebesar 0,018 (p<0,05), maka Ho ditolak yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi. Karena terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan persepsi maka analisis hubungan tersebut juga menghasilkan OR (Odds Ratio) untuk variabel pengetahuan sebesar 3,249 artinya responden dengan pengetahuan baik berpeluang 3,249 kali untuk berpersepsi positif.
67
G. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat dan Hambatan 1. Jenis Kelamin Hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan dapat dilihat pada tabel 5.10 Tabel 5. 10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat dan Hambatan
Persepsi
Kerentanan
Negatif Positif
Total Keseriusan
Negatif Positif
Total Manfaat
Negatif Positif
Total Hambatan Total
Negatif Positif
Jenis Kelamin Laki-laki Perepmuan n % n % 11 30,6 20 37,0 25 69,4 34 63,0 36 100 54 100 9 25,0 12 22,2 27 75,0 42 77,8 36 100 54 100 13 36,1 17 31,5 23 63,9 37 68,5 36 100 54 100 14 38,9 26 48,1 22 61,1 28 51,9 36 100 54 100
Total n 31 59 90 21 69
% 34,4 65,6 100 23,3 76,7
90 30 60 90 40 50 90
100 33,3 66,7 100 44,4 55,6 100
OR (95% CI)
P Value
0,78 (0,30-1,83)
0,684
1,167 (0,43-3,14)
0,959
1,230 (0,50-2,99)
0,819
1,459 (0,62-3,43)
0,516
Dari tabel 5.10 menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan mayoritas memiliki persepsi positif terhadap kerentanan yaitu sebesar 69,4% pada responden laki-laki, sedangkan pada responden perempuan sebesar 63,0%. Nilai p value pada hubungan jenis kelamin dengan persepsi kerentanan adalah 0,684 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi kerentanan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan mayoritas memiliki persepsi positif terhadap keseriusan yaitu sebesar 75,0% pada responden laki-laki, sedangkan pada responden perempuan sebesar
77,8%. Hasil analisa
68
hubungan jenis kelamin dengan persepsi keseriusan di dapatkan bahwa p value 0,959 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi keseriusan. Responden dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan mayoritas memiliki persepsi positif terhadap manfaat yaitu sebesar 63,9% pada responden lakilaki sedangkan pada responden perempuan sebesar 68,5%. Hasil analisa hubungan jenis kelamin dengan persepsi manfaat didapatkan nilai P value adalah 0,819 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi manfaat. Responden dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan mayoritas memiliki persepsi positif terhadap hambatan yaitu sebesar 61,1% pada responden laki-laki sedangkan pada responden perempuan
sebesar
51,9%. Hasil analisa
hubungan jenis kelamin dengan persepsi hambatan didapatkan nilai p value 0,516 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi hambatan.
69
2. Usia Hubungan antara usia dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan dapat dilihat pada tabel 5.11 Tabel 5. 11 Hubungan Usia dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat dan Hambatan Usia Persepsi
Kerentanan
Negatif Positif
Total Keseriusan
Negatif Positif
Total Manfaat
Negatif Positif
Total Hambatan
Negatif Positif
Total
Remaja n % 4 19,0 17 81,0 21 100 3 14,3 18 85,7
Dewasa n % 27 39,1 42 60,9 69 100 18 26,1 51 73,9
21 6 15 21 11 10 21
69 24 45 69 29 40 69
100 28,6 71,4 100 52,4 47,6 100
100 34,8 65,2 100 42,0 58,0 100
Total n 31 59 90 21 69
% 34,4 65,6 100 23,3 76,7
90 30 60 90 40 50
100 33,3 66,7 100 44,4 55,6
90
100
OR (95% CI)
P Value
0,472 (1,111-1,205)
0,152
1,167 (0,124-1,795)
0,409
0,750 (0,258-2,183)
0,792
0,659 (0,247-1,757)
0,558
Dari tabel 5.11 menunjukkan bahwa responden dengan usia remaja yang memiliki persepsi kerentanan positif berjumlah 81,0% sedangkan responden dengan usia dewasa yang memiliki persepsi positif terhadap kerentanan berjumlah 60,9%. Hasil uji statistik nilai p value pada hubungan antara usia dengan persepsi kerentanan adalah 0,157 (p>0,05),
maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara usia dengan persepsi kerentanan. Responden dengan usia remaja mayotitas memiliki persepsi positif terhadap keseriusan sebanyak 85,7% sedangkan usia dewasa paling banyak memiliki persepsi positif terhadap keseriusan penyakit filariasis yaitu berjumlah 73,9%. Nilai p value pada hubungan antara usia dengan persepsi keseriusan adalah 0,409 (p>0,05) maka
70
Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan persepsi keseriusan. Responden dengan usia remaja maupun dewasa mayoritas memiliki persepsi positif terhadap manfaat minum obat pencegahan filariasis yaitu berjumlah 71,4% pada usia remaja dan 65,2% pada usia dewasa. Hasil analisis didapatkan nilai p value adalah 0,792 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan persepsi manfaat. Responden dengan usia remaja mayoritas memiliki persepsi negatif terhadap hambatan untuk minum obat pencegahan filariasis yaitu berjumlah 52,0%. Sedangkan pada usia dewasa responden lebih banyak yang memiliki persepsi positif terhadap hambatan untuk minum obat yaitu berjumlah 58,0%. Hasil analisis didapatkan nilai p sebesar 0,558 (p>0,05) maka Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara usia dengan persepsi hambatan.
71
3. Tingkat Pendidikan Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan dapat dilihat pada tabel 5.12 Tabel 5. 12 Hubungan anatra Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat dan Hambatan Tingkat Pendidikan
D
Persepsi
Kerentanan
Negatif Positif
Total Keseriusan
Negatif Positif
Total Manfaat
Negatif Positif
Total Hambatan Total
Negatif Positif
Dasar n % 11 31,4 24 68,6 35 100 9 25,7 26 74,3 21 100 9 25,7 26 74,3 35 100 14 40,0 21 60,0 35 100
Menengah n % 13 33,3 26 66,7 39 100 9 23,1 30 76,9 69 100 15 38,5 24 61,5 39 100 19 48,7 20 51,3 39 100
Total
Tinggi n % 7 43,8 9 56,3 16 100 3 18,8 13 81,3
N 31 59 90 21 69
% 34,4 65,6 100 23,3 76,7
90 6 10
100 37,5 62,5
90 30 60
100 33,3 66,7
16 7 9 16
100 43,8 56,3 100
90 40 50 90
100 44,4 55,6 100
OR
P Value
0,917 0,589
0,678
0,769 1,500
0,861
0,553 0,577
0,472
1,425 1,167
0,751
Dari tabel 5.12 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi mayoritas memiliki persepsi positif terhadap kerentanan yaitu 68,6% pada responden dengan pendidikan rendah, 66,7% pada responden dengan pendidikan menengah dan 56,3% pada responden dengan pendidikan tinggi. Hasil uji statistik nilai p value pada hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi kerentanan adalah 0,678 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi kerentanan. Responden dengan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi mayoritas memiliki persepsi positif terhadap keseriusan penyakit filariasis yaitu sebesar 74,3% pada responden dengan pendidikan rendah, 76,9% pada responden dengan pendidikan menengah, dan 81,3% pada responden dengan pendidikan tinggi. Hasil analisis
72
didapatkan Nilai p value adalah 0,861 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi keseriusan. Responden dengan pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi mayoritas memiliki persepsi positif mengenai manfaat sebesar 74,3% pada responden dengan pendidikan dasar, 61,5% pada responden dengan pendidikan menengah, dan 62,5% pada responden dengan pendidikan tinggi. Hasil analisa hubungan anatara tingkat pendidikan dengan persepsi manfaat menghasilkan nilai p value adalah 0,472 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan manfaat minum obat pencegahan filariasis. Responden dengan pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi mayoritas memiliki persepsi positif mengenai hambatan sebesar 60,0% pada responden dengan pendidikan dasar, 51,3% pada responden dengan pendidikan menengah, dan 56,3% pada responden dengan pendidikan tinggi. Hasil analisis pada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi hambatan menghasilkan nilai p 0,751 (p>0,05) maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingakt pendidikan dengan persepsi hambatan.
73
4. Pengetahuan Hubungan antara pengetahuan dengan persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan dapat dilihat pada tabel 5.13 Tabel 5. 13 Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Kerentanan, Keseriusan, Manfaat dan Hambatan
Persepsi
Kerentanan
Negatif Positif
Total Keseriusan
Negatif Positif
Total Manfaat
Negatif Positif
Total Hambatan Total
Negatif Positif
Pengetahuan Buruk Baik n % n % 10 31,3 21 36,2 22 68,8 37 63,8 32 100 58 100 14 43,8 7 12,1 18 56,3 51 87,9 21 100 69 100 13 40,6 17 29,3 19 59,4 41 70,7 32 100 58 100 10 31,3 30 51,7 22 68,8 28 48,3 32 100 58 100
Total n 31 59 90 21 69 90 30 60 90 40 50 90
% 34,4 65,6 100 23,3 76,7 100 33,3 66,7 100 44,4 55,6 100
OR (95% CI)
P Value
0,801 (0,319-2,009)
0,809
5,667 (1,974-16,266)
0,002
1,650 (0,668-4,075)
0,392
2,357 (0,951-5,843)
0,099
Dari tabel 5.13 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan buruk maupun baik mayoritas memiliki persepsi positif mengenai kerentanan sebesar 68,8% pada responden dengan pengetahuan buruk dan 63,8% pada responden dengan pengetahuan baik. Hasil analisis didapatkan nilai p 0,809 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi kerentanan. Responden dengan pengetahuan buruk maupun baik mayoritas memiliki persepsi positif terhadap keseriusan penyakit filariasis yaitu sebesar 56,3% pada responden dengan pengetahuan buruk dan 87,9% pada responden dengan pengetahuan baik. Hasil analisa didapatkan nilai p 0,002
(p<0,05), maka Ho ditolak yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi keseriusan.
74
Karena terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan persepsi keseriusan maka analisis hubungan tersebut juga menghasilkan OR (Odds Ratio) untuk variabel pengetahuan sebesar 5,667 artinya responden dengan pengetahuan baik berpeluang 5,667 kali untuk berpersepsi positif terhadap keseriusan penyakit filariasis. Responden dengan pengetahuan buruk memiliki persepsi positif terhadap manfaat sebesar 59,4%, sedangkan responden dengan pengetahuan baik memiliki persepsi positif terhadap manfaat sebesar 70,7%. Hasil analisa didapatkan nilai p 0,276 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi manfaat. Responden dengan pengetahuan buruk mayoritas memiliki persepsi positif terhadap hambatan sebesar 68,8%, sedangkan responden dengan pengetahuan baik mayoritas memiliki persepsi negatif terhadap hambatan sebesar 51,7%. Hasil analisa didapatkan nilai p 0,099 (p>0,05), maka Ho diterima yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi hambatan.
BAB VI PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. Intepretasi hasil akan membahas mengani hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasn peneliti akan memaparkan keterbatasn yang terjadi selama pelaksanaan penelitian. A. Karakteristik Responden Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai filariasis. Pembahasan penelitian ini difokuskan pada jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan serta hubungannya dengan persepsi mengenai filariasis. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat RW 03 Desa Cimanggis Kabupaten Bogor. Responden yang terlibat dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan dengan jumlah 54 orang (60%) dan laki-laki 36 orang (40%). Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan, hal ini sesui dengan jumlah penduduk RW 03 Desa Cimanggis yang didominasi oleh perempuan berjumlah 742 orang, sedangkan laki-laki berjumlah 520 orang. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Astuti, et all tahun 2014 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat bahwa mayoritas responden memiliki jenis kelamin wanita sebesar 79%.Adanya perbedaan laki-laki dan perempuan secara sosial, yang mengacu pada peran, perilaku, aktivitas serta
75
76
karakteristik sosial yang dibentuk oleh suatu masyarakat atau budaya tertentu berpengaruh terhadap persepsi. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang
usia
remaja (12-24 tahun) dan usia dewasa (25-59 tahun). Penelitian Sipayung, Wahyuni dan Devy(2014) menunjukka bahwa usia remaja dan dewasa paling banyak terkena filariasis yaitu sebesar 43,8%. Usia remaja dan dewasa adalah usia yang rentan untuk terkena filariasis karena pada usia tersebut adalah usia produktif yang banyak melakukan aktivitas sehingga mempertinggi resiko untuk mendapat gigitan vektor filariasis. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas usia responden adalah usia dewasa dengan jumlah 76,7%, sedangkan remaja adalah 23,3%. Menurut data diatas masyarakat RW 03 Desa Cimanggis sebagian besar berusia dewasa yang dimana usia dewasa merupakan usia produktif atau usia kerja. Penelitian yang dilakukan Soedajatmi, Istiarti, dan Widagdo tahun 2009 di Semarang mayoritas responden dengn usia produktif, jika terserang penyakit responden
merasa bahwa aktivitas sehari-harinya sangat terganggu oleh
penampilannya dikarenakan adanya perubahan pada fisik dan kepercayaan diri yang menurun. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Hasil penelitian dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan menengah (SMA atau sederajat) yaitu 43,3%, dan terendah responden dengan pendidikan tinggi (Diploma,Sarjana atau sederajat) 17,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas penduduk RW 03 memiliki pendidikan menengah. Menurut Perry dan Potter (2005) tingkat pendidikan dapat
77
mempengaruhi seseorang dalam berfikir. Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang (Mohtar, 2014). Semakin tinggi pendidikan, seseorang akan memiliki persepsi yang rasional terhadap suatu kejadian. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bekalu dan Eggermont tahun 2014 di Ethopia menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan persepsi mengenai resiko HIV/AIDS dengan nilai p 0,001. 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden terbanyak bersuku bangsa Jawa yaitu sebesar 35,6%.Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2010 suku Jawa merupakan suku terbanyak dan tersebar di seluruh wilayah di Indonesia yaitu berjumlah 48,8 juta jiwa. Sedangkan responden terendah adalah responden dengan suku Minang sebanyak 3,3%. B. Pengetahuan Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan baik berjumlah 64,4%. Banyaknya responden yang memiliki pengetahuan yang baik dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan kemampuan responden dalam menjawab kuesioner. Pengetahuan responden tentang filariasis sebagian besar berasal dari kader dan petugas kesehatan. Kader dan petugas kesehatan memberikan informasi mengenai filariasis hanya pada saat membagikan obat pencegahan filariasis. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Ikawati dan Wijayanti tahun 2010 di Banjarnegara menunjukkan bahwa responden sebagian besar pernah mendengar Filariasis sebanyak 51%, responden yang mengetahui bahwa filariasis merupakan penyakit menular sebesar 56,86% dan mayoritas responden sudah mengetahui cara pencegahan gigitan nyamuk penyebab filariasis sebanyak 58%.
78
Selain itu, penelitian yang dilakukan Garjito et all tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Tengah juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui mengenai penyakit filariasis sebesar 71,5%. Individu yang memiliki pengetahuan ataupun wawasan yang tinggi adalah individu yang pandai sehingga akan lebih memperhatikan permasalahan yangtimbul di lingkungannya. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa semakin tinggi pengetahuan maupun wawasan individu dalam masyarakat maka akan semakin baik dalam mempersepsikan sesuatu yang terjadi di lingkungannya. C. Persepsi Masyarakat Penelitian ini membagi persepsi masyarakat menjadi 4 bagian yaitu persepsi kerentanan, persepsi
keseriusan, persepsi manfaat dan persepsi
hambatan.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaian besar masyarakat menganggap dirinya rentan terhadap penyakit filariasis dengan jumlah 65,6%. Hasil tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Santhi (2012) menunjukkan bahwa sebesar 88,9% responden memiliki persepsi kerentanan mengenai penyakit Filariasis. Hasil yang lebih kecil tersebut dapat disebabkan karena perbedaan jumlah responden dimana pada penelitian ini lebih sedikit yaitu berjumlah 90 responden, sedangkan pada penelitian sebelumnya berjumlah 107 responden. Individu yang memiliki persepsi positif terhadap kerentanan akan melakukan tindakan untuk mencegah agar tidak terkena filariasis dengan cara meminum obat filariasis. Hal tersebut terbukti dengan sebagain besar masyarakat sudah meminum obat pencegahan filariasis Masyarakat mayoritas memiliki persepsi positif terhadap keseriusan penyakit filariasis yaitu sebesar 76,7%. Hasil tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Santhi (2012) sebesar 88,5% responden memiliki persepsi keseriusan terhadap penyakit filariasis, namun jika dibandingkan dengan
79
hasil penelitian Ogbonnaya dan Okeibunor (2005) menunjukkan bahwa sebesar 51,3% mengatakan bahwa filariasis dan hidrokel adalah penyakit yang sangat serius. Semakin masyarakat berpersepsi serius dan parah terhadap suatu penyakit yang diderita maka semakin besar pula untuk mencari tindakan pencegahannya. Masyarakat akan mengubah perilaku mereka berdasarkan persepsi ancaman yang berasal dari ancaman keparahan suatu penyakit. Persepsi masyarakat mengenai manfaat pengobatan sebagian besar positif dengan nilai 66,7%. Hasil tersbut lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Santhi (2012) menunjukkan bahwa sebesar 89,1% masyarakat memiliki persepsi terhadap manfaat minum obat pencegahan filariasis. Penelitian yang dilakukan Oktarina (2010) yaitu ada hubungan antara persepsi manfaat responden dengan praktek minum obat pencegahan filariasis.Masyarakat yang merasakan manfaat pencegahan filariasis akan melakukan cara untuk menurunkan peluang mereka untuk terkena penyakit tersebut yaitu dengan minum obat pencegahan filariasis. Akan tetapi jika masyarakat berpersepsi manfaat yang dirasakan kecil dari suatu tindakan pencegahan penyakit maka kemungkinan tindakan yang dilakukan untuk pencegahan akan semakin kecil. Mayoritas mayarakat memiliki persepsi positif terhadap hambatan untuk minum obat pencegahan filariasis yaitu sebesar 55,6%.Penelitian yang dilakukan Astuti, et all (2013) menunjukkan bahwa pada responden yang menghabiskan obat pencegahan filariasis sebanyak 90%, sedangkan 78,3% nya menyatakan merasa ada keluhan setelah minum obat, keluhan yang dinyatakan responden adalah merasa pusing sebesar 65,13%, kemudian diikuti oleh mual sebesar 29,61% dan ngantuk 28,95%. Sebagian responden menyatakan bahwa keluhan dirasakan ketika mengkonsumsi obat pencegahan pada periode awal atau tahun pertama dan kedua kegiatan POMP.
80
Penelitian yang dilakukan Santhi (2012) bahwa persepsi hambatan mempunyai hubungan
yang
bermakna
dengan
kepatuhan
minum
obat
pencegahan
filariasis.Hambatan yang ditemukan dalam melakukan tindakan pencegahan suatu penyakit akan mempengaruhi besar kecilnya usaha dari individu tersebut. Masyarakat untuk melakukan suatu tindakan pencegahan penyakit perlu percaya bahwa manfat dari perilaku pencegahan harus lebih besar dibandingkan dengan hambatan yang akan dihadapi (CDC, 2004). D. Perilaku Minum Obat Pencegahan Filariasis Hasil menunjukkan bahwa 64 responden (71,1%) masyarakat sudah meminum obat pencegahan filariasis.Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan kesadaran masyarakat untuk minum obat pencegahan filariasis sudah cukup baik. Namun hasil ini perlu diteliti lebih lanjut karena pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan lembar pertanyaan apakah masyarakat meminum obat pencegahan filariasis, yang dimana ditakutkan adanya hasil bias pada jawabannya. Hasil ini tidak sesuai dengan jumlah sasaran di Desa Cimanggis yaitu sebesar 95,3% masyarakat minum obat pencegahan Filariasis. Hasil pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Noerjoedianto, Ekawaty, dan Herwansyah (2013) di Kabupaten Muaro Jambi menunjukkan bahwa 71,8% responden sudah meminum obat 2-3 kali yang diberikan oleh petugas kesehatan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Santhi (2012) di Depok menghasilkan perilaku miumm obat pencegahan filariasis sebesar 72,9% dan hasil penelitian yang dilakukan Oktarina (2010) menghasilkan perilaku minum obat pencegahan filariasis sebesar 79,1%. Kepatuhan untuk minum obat menurut Sacket & Chow (1979) dalam Santhi (2012) sebesar 70% sampai dengan 80% kepatuhan
81
dilakukan dengan tujuan untuk pengobatan dan sebesar 60% sampai dengan 70% kepatuhan dilakukan untuk tindakan pencegahan. E. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi 1.
Hubungan Jenis kelamin dengan Persepsi Hasil analisis menggunaka Chi square pada persepsi keseluruhan didapatkan nilai p value 1,000, sedangkan pada persepsi kerentanan didapatkan p value 0,684, pada persepsi keseriusan didapatkan p value 0,959, pada persepsi manfaat didapatkan p value 0,819, dan pada persepsi hambatan p value 0,516 dapat dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi masyarakat
secara
keseluruhan
maupun
persepsi
masyarakat
mengenai
kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Green yang dikembangkan oleh Rosentstock (1974) dalam Harari dan Legge (2001) yang dikenal dengan health belief model mengatakan bahwa faktor sosiodemografi salah satunya adalah jenis kelamin berpengaruh terhadap persepsi masyarakat. Penelitian mengenai hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi pernah dilakukan oleh Suci (2011) di Makasar, dengan sampel yang diteliti berjumlah 60 orang didapatkan nilai p>0,05, dapat dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi sakit pada perawatan. Penelitian Suci didukung oleh Kaleta (2009) di Parague dengan sampel lebih banyak yaitu 1,056 orang menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi kesehatan. Tidak
adanya
hubungan
antara
jenis
kelamin
dan
persepsi
dimungkinkan karena tidak seimbangnya jumlah responden antara laki-laki dan perempuan yang dimana jumlah responden laki-laki lebih sedikit dibandingkan
82
perempuan sehingga laki-laki hanya mendapatkan gambaran yang sedikit mengenai gambaran persepsi sebanyak 40% dibandingkan dengan perempuan 60%. Jenis kelamin tidak langsung mempengaruhi persepsi seseorang tetapi jenis kelamin mempengaruhi salah satu komponen dalam persepsi yaitu komponen afektif atau emosi. Mulyana (2001) mengatakan bahwa emosi seseorang akan mempengaruhi persepsi seseorang. Laki-laki cenderung bisa mengendalikan emosinya dibandingkan dengan wanita. 2. Hubungan Usia dengan Persepsi Hasil analisis menggunaka Chi square pada persepsi secara keseluruhan didapatkan p value 1,000, sedangkan pada persepsi kerentanan didapatkan p value 0,152, pada persepsi keseriusan didapatkan p value 0,409, pada persepsi manfaat didapatkan p tabel 0,792, dan pada persepsi hambatan p tabel 0,558 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau dapat dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan persepsi masyarakat mengenai kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Neiss, et all 2009 menyatakan bahwa orang dewasa tua memiliki persepsi lebih positif dibandingkan dengan dewasa muda. Hasil penelitian mengenai hubungan usia dengan persepsi yang dilakukan oleh Hayati, Sudiana dan Kristiawati tahun 2014 dengan 113 responden didapatkan bahwa faktor umur tidak berhubungan dengan persepsi karena persepsi seseorang lebih ditentukan pada pengalaman hidup, observasi sehari-hari dan pengaruh orang disekitarnya. Penelitian tersebut didukung oleh Suci 2011 di Makasar dengan 60 orang responden bahwa usia tidak berhubungan dengan persepsi sakit.
83
Tidak adanya hubungan antara usia dengan persepsi dimungkinkan karena faktor Frame of Experience yaitu pengalaman yang telah dialami oleh individu (Krech, 1962 dalam Rakhmat, 2011). Jika orang yang sudah familiar dengan suatu penyakit maka mereka akan memiliki persepsi yang baik terhadap penyakit tersebut, karena seringnya terpapar pengetahuan atau informasi mengenai penyakit tersebut. Hal ini dibuktikan dengan walaupun responden dengan usia remaja, namun mereka sudah terpapar dengan informasi mengenai filariasis sehingga memiliki persepsi positif terhadap kerentanan sebesar 81,0%, keseriusan 85,7%, manfaat 71,4%, dan hambatan 47,6%. 3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Hasil analisis menggunaka Chi square pada persepsi kerentanan didapatkan p value 0,678, pada persepsi keseriusan didapatkan p value 0,861, pada persepsi manfaat didapatkan p value 0,472, dan pada persepsi hambatan p value 0,751 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau dapat dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat mengenai kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kaleta et all, 2009 di Parague dengan sampel 1.056 tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi kesehatan, karena dengan pendidikan formal yang tinggi memberikan kemampuan untuk memahami sesuatu dengan lebih baik, sehingga membentuk persepsi yang lebih positif. Penelitian Kaleta et all didukung oleh penelitian yang dilakukan Noviansyah, Kristiani, dan Dewi (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkaat pendidikan dengan persepsi seseorang dan terdapat perbedaan persepsi antara keempat jenjang pendidikan: tidak tamat SD, SD, SLTP maupun SLTA sederajat.
84
Hasil yang berbanding terbalik ini bisa dikarenakan perbedaan jumlah sampel penelitian yang dimana pada penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan aspek persepsi yang diteliti, pada penelitian ini meneliti mengenai suatu penyakit yaitu filariasis sedangkan pada penelitian Noviansyah, Kristiani, dan Dewi (2006) meneliti mengenai persepsi masyarakat terhadap suatu program jaminan kesehatan, dan juga perbedaan tempat penelitian. Krech (1962) dalam Rakhmat (2011)
mengatakan bahwa
pendidikan mempengaruhi faktor frame of reference yaitu pengetahuan yang dimiliki masyarakat.Pendidikan yang diambil bukan menjurus kepada jurusan kesehatan maka persepsi mengenai kesehatan akan kurang. Masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi belum tentu mengetahui mengenai penyakit filariasis, sehingga persepsi masyarakat masih kurang mengenai filariasis. 4. Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Hasil analisis menggunaka Chi square pada persepsi masyarakat mengenai Filariasis didapatkan p value 0,018 yang menunjukkan Ho ditolak atau dapat dijelaskan ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat mengenai Filariasis. Hal yang sama juga terdapat pada hubungan pengetahuan dengan persepsi masyarakat mengenai keseriusan penyakit Filariasis didapatkan p value 0,002 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak atau dapat dijelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi keseriusan. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan persepsi keseriusan karena 72,2% responden sudah mengetahui bahwa filariasis bukan hanya berdampak pada pembengakan kaki tetapi juga pembengkakan pada alat kelamin dan sebesar 50% responden sudah mengetahui bahwa filariasis dapat menyebabkan kecacatan permanen, sehingga mereka berpersepsi bahwa filariasis termasuk penyakit yang serius.
85
Hasil penelitian serupa dilakukan Sari tahun 2009 di Semarang dengan 84 responden, menghasilkan nilai p 0,001 bahwa pengetahuan berhubungan dengan persepsi. Penelitian Sari didukung oleh penelitian yang dilakukan Hayati, Sudiana dan Kristiawati tahun 2014 bahwa pengetahuan berhubungan dengan persepsi. Menurut Sekuler dan Blake (1997) dalam Trisnaniyanti, Prabandari, Citraningsih (2010), pengetahuan dapat membentuk pengalaman terhadap persepsi. Pengetahuan membantu mengenali berbagai stimulus yang muncul dan kemudian menjadi persepsi. Hubungan pengetahuan dengan persepsi kerentanan didapatkan
p
value 0,809, pada persepsi manfaat didapatkan p value 0,392, dan pada persepsi hambatan p value 0,061 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau dapat dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat mengenai kerentanan, manfaat dan hambatan.Hal tersebut bisa dikarenakan informasi yang kurang dipahami masyarakat mengenai manfaat dan efek samping dari obat pencegahan filariasis. Ketidakpuasan masyarakat mengenai informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti informasi yang bersifat umum dan kurang dipahami oleh masyarakat dapat mempengaruhi persepsi masyarakat (Filip, Bylina, dan Zagorski, 2006). Responden mengatakan bahawa mereka hanya mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai filariasis pada saat dibagikan obat pencegahan filariasis, sehingga responden yang tidak mengambil obat tidak mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai filariasis.
86
F. Keterbatasan Peneliti Dalam penelitian ini peneliti sadar masih menemukan keterbatasan-keterbatasan, diantaranya yaitu : 1. Instrumen
penelitian:
Instrumen
perilaku
tidak
dilakukan
dengan
menggunakan lembar observasi, sehingga sangat dimungkinkan hasil bias. 2. Terdapat beberapa responden yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga peneliti harus membacakan pertanyaan kuesioner, saat peneliti membacakan kuesioner jawaban responden ada yang dipengaruhi oleh orang disekitarnya sehingga dikhawatirkan bais pada hasil jawaban.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Gambaran karakteristik responden di wilayah RW 03 Desa Cimanggis dalam penelitian ini yaitu : persentase usia remaja adalah 23,3% dan usia dewasa 76,7%. Persentase jenis kelamin perempuan sebanyak 60% sedangkan laki-laki sebesar 40%. Sebagian besar responden memiliki pendidikan menengah sebesar 43,3%. Persentase suku bangsa terbanyak adalah suku Jawa dengan 35,6% dan
2.
Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas masyarakat memiliki pengetahuan baik mengenai filariasis sebesar 64,4%.
3.
Hasil penelitian diketahui bahwa dari total 90 responden, sebagian besar masyarakat meminum obat pencegahan filariasis sebesar 71,1%.
4.
Hasil penelitian diketahui bahwa dari total 90 responden, masyarakat mayoritas memiliki persepsi positif sebanyak 64,4%. Masyarakat mayoritas memiliki persepsi positif terhadap persepsi kerentanan penyakit filariasis sebesar 65,6%, persepsi keseriusan penyakit filariasis sebesar 76,7%, persepsi manfaat minum obat pencegahan sebesar 66,7%, dan persepsi hambatan minum obat pencegahan filariasis sebesar 55,6%.
5.
Hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi masyarakat mengenai kerentanan penyakit filariasis, persepsi mengenai
87
88
keseriusan penyakit filariasis, persepsi mengenai manfaat minum obat pencegahan filariasis, dan persepsi mengenai hambatan minum obat pencegahan filariasis. 6.
Hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara usia persepsi masyarakat mengenai kerentanan penyakit filariasis, persepsi mengenai keseriusan penyakit filariasis, persepsi mengenai manfaat minum obat pencegahan filariasis, dan persepsi mengenai hambatan minum obat pencegahan filariasis.
7.
Hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat mengenai kerentanan penyakit filariasis, persepsi mengenai keseriusan penyakit filariasis, persepsi mengenai manfaat minum obat pencegahan filariasis, dan persepsi mengenai hambatan minum obat pencegahan filariasis.
8.
Hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat mengenai kerentanan, manfaat dan hambatan. Namun terdapat hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat mengenai filariasis dan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat mengenai keseriusan.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dapat disarankan hal-hal berikut : 1. Bagi instansi pelayanan kesehatan, hasil penelitian diharapkan dapat diajadikan sebagai landasan promosi kesehatan mengenai penyakit filariasis termasuk pencegahan penyakit filariasis dengan minum obat pencegahan filariasis. Puskesmas diharapkan dapat melakukan promosi kesehatan secara merata kepada
89
masyarakat, bukan hanya saat membagikan obat pencegahan filariasis saja sehingga untuk masyarakat yang tidak meminum obat tersebut tidak mendapatkan informasi. Puskesmas diharapkan 2. Bagi institusi pendidikan keperawatan diharapkan dapat menajadi landasan dalam mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa mengenai penyakit infeksi parasit dan penyakit negleted disease. 3. Bagi peneliti lain, malakukan penelitian ini dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara agar mendapatkan hasil persepsi yang lebih mendalam. Melakukan penelitian serupa dengan mengkaji hubungan antara persepsi masyarakat dengan kepatuhan miunm obat pencegahan filariasis
DAFTAR PUSTAKA ―14.934 Warga Kabupaten Bogor Positif Kaki Gajah".PojokJabar, 1 Oktober 2015. Alhamda, Syukra. Buku Ajar Sosiologi Kesehatan . Yogyakarta: Deepublish, 2014. Anies, MKes PKK. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular; Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan . Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006. Astuti, Endang Puji, Mara Ipa, Tri Wahono, and Andri Ruliansyah. "Analisis Perilaku Masyarakat terhadap Kepatuhan Minum Obat Filariasis di Tiga Desa Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013." Media Litbangkes , 2014: 199-208. Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. Jakarta, Oktober 2010. Bastable, Susan B. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan Pembelajaran . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002. Bekalu, Mesfin Awoke, dan Eggermont, Steven. ―The Role of Communication Inequality in Mediating the Impacts of Socioecological and Socioeconomic Disparities on HIV/AIDS Knowledge and Risk Perception.‖ International Journal for Equity in Health, 2014:h. 13-16. Budiarto, Eko. Metodelogi Kedokteran Sebuah Pengantar . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005. Burke, Evan. ―The Health Belief Model.‖ 2013. Artikel diakses pada November 18, 2015 dari https://www.iccwa.org.au. Center for Disease Control and Prevention. Global health-Division of Parasitic Diseases and Malaria. June 14, 2015. http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/ (accessed October 26, 2016). —. Program Operation Guidelinesfor STD Prevention: Community and Individual Behavior Change Intervention. September 24, 2004. www.cdc.gov/std/program/community.pdf (accessed May 18, 2016). Dahlan, M Spoyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 4th ed. Jakarta : Salemba Medika, 2009. Depkes RI. Mengenal Filariasis (kaki Gajah). Jakarta: Departemen Republik Indonesia, 2009. ____. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Republik Indonesia, 2009.
Direktorat Jendral PP & PL. Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan Indonesia). Jakarta, Mei 2015. ____. Pedoman Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Pengobatan Filariasis Di Indonesia. Jakarta, November 2012. ____. Rencana nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. Jakarta, April 2010. Eliastam, Michael. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis, 5th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005. Fakultas Kedokteran UI. Parasitologi Kedokteran Edisi ke-Emmpat. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2009. Filip, RS, J Bylina , and J Zagorski. "Health Promotion and Health Education with Particular Emphasis on Bron Disease among Rural Pop in Poland ." Annals of Agricultural Environmental Medicine , 2006: 71-6. Garjito, Triwibowo Ambar, Jastal, Rosmini, Hayani Anastasia, Yuyun Srikandi , dan Yudith Labatjo. ―Filariasis dan Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penularannya di Desa Pangku-Tolole, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi-Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.‖ Jurnal Vektora (2013): h. 54-65. Harari, Philippe dan Legge, Karen. Psychology and Health . USA Chicago: Ibadan Portsmout (NH) , 2001. Hastono, Susanto Priyo. Analisis Data Kesehatan . Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Hayati, Mardhiyah, I Ketut Sudiana, dan Kristiawati. "Analisis Faktor Orang Tua Terhadap Status Gizi Balita Pendekatan Teori Health Belief Model". Skripsi S1, Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Erlangga, 2014. Hidayat, Alimun A.A. Metodelogi Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika, 2008. http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-Sisdiknas.pdf Januari 2016, pukul 19.00 WIB
diakses
pada
tanggal
10
Hude, M Darwis. Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologi tentang Emosi Manusia di dalam Al-Quran . Jakarta : Erlangga , 2006. Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, 5th ed. Jakarta : Erlangga, 2001. Ikawati, Bina, dan Tri Wijayanti. ―Pengetahuan, Sikap dan Praktik Masyarakat Kelurahan Pabean, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan tentang Filariasis Limfatik .‖ Jurnal Ekologi Kesehatan , 2010: h. 1324-1332.
Irianto, Koes. Parasitologi Medis. Bandung : Cv Alvabeta, 2013. Kaleta, Dorota, Kinga Polanska, Elzbieta Dziankowska Zaborszczyk, Wojciech Hanke, dan Wojciech Drygas. ―Factors Influencing Self-Perception of Health Status .‖ Central European Journal of Public Health, 2009: h. 122-129. Kementrian Kesehatan RI. Kesehatan dalam Kerangka Suistainable Development Goals (SDGs). Jakarta, Desember 1, 2015. ____. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis . Jakarta, 2014. ____. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta , 2013 Juli. ____. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan : Menuju Eliminasi Filariasis 2020.
Jakarta, 1 Oktober 2015. Krech, David. Theory And Problems of Social Psychology. New York: McGraw-Hill Book Co., 1948 Mentri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Jakarta, 29 Oktober 2015. Mohtar. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Obat Generik di Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan . Skripsi S1, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014. Mulyana, Dedi. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya , 2001. Muslim, H.M. Parasitologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009. Naito, Haruo. ―Esai to Provide Diethylcarbamazine Citrate Tablets Free of Charge for use in National Lymphatic Filariasis Elimination Campaign in Indonesia.‖ Human Health care , 2015: h. 15-70. Natadisastra, Djaenudin dan Ridad, Agoes. Parasitologi Kedokteran: ditinjau dari Organ Tubuh yang diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009. Neiss, Michelle B, Lindsey A Leigland, Nichole E Carlson, dan Jeri S Janowsky. ―Age differences in perception and awareness of emotion.‖ Neurobiol Aging, 2009: 13051313. Noerjoedianto, Dwi, Fadliyana Ekawaty, dan Herwansyah. ―Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi Tahun 2012.‖ Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi, 2013: h. 39-50. Noorkasiani. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.
Notoadmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. ____. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta, 2005. Noviansyah, Kristiani, and Fatwa Sari Deva Dewi. "Persepsi Masyarakat terhadap Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin ." Berita Kedokteran Masyarakat, 2006: h.115-123. Ogbonnaya, Lawrence Ulu dan Okuibunor, Joseph C. Sociocultural Factors Affecting the Prevelence and Control of Lymphatic Filariasis in Lau Local Government Area, Taraba state. Abakiliki, Nigeria: Ebonyi State University, 2005. Oktarina, Reni. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pratik Minum Obat pada Pengobatan Massal Filariasis di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan Tahun 2009. Skripsi Program Pasca Sarjana , Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010. Oktaviana, Maulida Nurfazriah. "Hubungan antara Persepsi Kerentanan Individu, Keseriusan Penyakit, Manfaat dan Hambatan dengan Penggunaan Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat pada Wanita Usia Subur." Tesis, Surakarta : Pasca Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret , 2015. Potter, Perry. Fundamental Keperawatan . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005. Rajan, TV. Textbook of Medical Parasitology. New Delhi: BI Publication Pvt Ltd, 2009. Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Santhi, Febriana. Kepatuhan Minum Obat Filariasis Pada Pengobatan Massal Berdasarkan Teori Health Belief Model di Kelurahan Limo Depok Tahun 2011. Depok, 2012. Santoso, Yulian Taviv, Yahya, dan Rika Mayasari. ―Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Tentang Filariasis.‖ Buletin Penelitian Sistem Kesehatan , 27 Maret 2014: 167-176. Sari, Umi Rizki. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Masa Menopause dengan Persepsi Keluhan Masa menopause di Kelurahan Telogosari Kulon. Skripsi S1, Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, 2009. Sarojini, S and Senthikumaar, P. ―Haematological studies of lymphatic filariae, Wuchereria bancrofti affected.‖ European Journal of Experimental Biology, 2013: h. 194-200. Sipayung, Mina, Shrimarti R Devy, and Chatarina U Wahyuni. "Pengaruh Lingkungan Biologi dan Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Kejadian Filariasis Limfatik Di Kabupaten Sarmi." Jurnal Berkala Epidemiologi, (Mei 2014): h. 263-273.
Soedarjatmi, Tinuk Istiarti, dan Laksmono Widagdo. ―Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Persepsi Penderita terhadap Stigma Penyakit Kusta .‖ Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia , 2009: 18-24. Streiner, D.L dan Norman G.R. Health Measurement Scale: A Paractical Guide to Their Development and Use Oxford. Oxford University Press, 2000. Suci, A Pratiwi Purnama. "Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Terhadap Persepsi Sakit Pada Penggunaan Alat Ortodontik Lepasan Di Rsgmp Kandea." Skripsi S1, Makasar: Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin, 2011. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011. Sujarweni, V Wiratna. Metodelogi Penelitian Keperawatan . Yogyakarta : Gava Media , 2014. ____. Statistik untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media, 2015. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2013. Swarjana, I Ketut. Metodelogi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta: Andi , 2015. Trisnaniyanti, Indah, Yayi Suryo Prabandari , dan Citraningsih . ―Persepsi dan Aktifitas Kader PSN DBD Terhadap Pemcegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.‖ Berita Kedokteran Masyarakat, 2010: h. 132-137. Wade, Carole, dan Tavris, Carol. Psikologi . Jakarta: Erlangga, 2008. Wijayaningsih, S.K. Psikologi Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media, 2014. Zulkoni, Akhsin. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011. World
Health Organization . Media Centre. Februari 2016.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ (accessed Juni 12, 2016).
____. A Handbook for National Elimination Programmes. 2013. www.who.int (accessed 20 Januari 2016).
Lampiran 1
No Responden :
INFORMED CONSENT Kepada Yth, Bapak/Ibu Di RW 03 Desa Cimanggis, Bojonggede
Bapak/Ibu yang saya Hormati Perkenalkan nama Saya Hanifah Mufidati mahasiswi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sehubungan dengan tugas akhir saya dalam menyusun skripsi dengan judul penelitian: Faktor – faktor yang Berhubungan Dengan Persepsi Masyarakat Mengenai Filariasis di RW 03 Desa Cimanggis. Sudilah kirainya Bapak/Ibu menjadi Responden. Sebagai responden, informasi yang Bapak/Ibu berikan sangat berharga dalam penelitian ini. Semua informasi yang saudara berikan terjamin kerahasiaannya. Apabila Bapak/Ibu setuju berpartisipasi dalam mengisi lembaran kuisoner ini,saya mohon kesediannya untuk menandatangani di bawah ini untuk menjadi responden dan menjawab semua pertanyaan sesuai petunjuk yang ada. Saya ucapkan terima kasih. Jika Bapak/Ibu ada yang ingin ditanyakan terkait dengan proses penelitian, dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.
Hormat Saya,
Cimanggis, ....... Maret/April 2016 Responden
Hanifah Mufidati
....................................
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN Petunjuk : 1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan baik. 2. Pertanyaan dibawah ini mohon diisi semuanya. 3. Isilah titik – titik dibawah ini 4. Beri tanda ceklis (˅) pada jawaban yang sesuai A. Kuesioner A Data Demografi : 1. Nama (Inisial)
: ...................
2. Jenis kelamin
:
3. Alamat
: ......................................... RT ....
4. Umur
: ...................
5. Pendidikan terakhir
:
SD
6. Suku bangsa
:
Jawa
Betawi
Minang
Batak
Perempuan
Laki - laki
SMP
SMA
Sarjana
Sunda Lain-lain
B. Kuesioner B Pengetahuan Petunjuk Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan cara melingkari jawaban. 1. Penyakit kaki gajah adalah ... a. Penyakit menular menahun b. Penyakit tidak menular c. Penyakit keturunan 2. Bagaimana cara penularan penyakit kaki gajah ... a. Melalui gigitan nyamuk b. Melalui gigitan kecoa c. Melalui gigitan semut 3. Penyakit kaki gajah dapat menyerang ... a. Anak-anak b. Orang dewasa c. Menyerang siapa saja 4. Penyakit kaki gajah dapat menyebabkan .... a. Gatal yang terus-menerus b. Kecacatan seumur hidup c. Nyeri sendi malam hari 5. Gejala awal terkena kaki gajah adalah ... a. Nafsu makan menurun b. Mual dan muntah c. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari
6. Salah satu gejala serius kaki gajah adalah... a.
Memar pada kaki dan alat kelamin
b. Pegal-pegal di bagian kaki c. Pembengkakan kaki, alat kelamin pada pria (skrotum, penis) 7. Lingkungan yang bisa menyebabkan kaki gajahadalah ... a.
Lingkungan dengan tanah yang subur
b.
Lingkungan dengan polusi udara
c.
Lingkungan dengan air kotor yang menggenang
8. Tanda dan gejala kaki gajahadalah ...
9.
a.
Bengkak hanya pada bagian kaki saja
b.
Bengkak pada kaki, kemaluan dan air kencing berwarna putih
c.
Batuk berdahak selama 2 minggu
Binatang yang menjadi sumber penularan kaki gajah adalah ... a.
Kera dan kucing
b.
Kelinci dan Ayam
c.
Ayam dan Gajah
10. Pencegahan kaki gajah dengan cara ... a. Tidak memakai piring yang sama dengan penderita kaki gajah b. Minum obat Dietilkarbamazin (DEC) yang dibagikan petugas kesehatan c. Menghindari kontak langsung dengan penderita kaki gajah
11. Kegiatan agar tidak terkena kaki gajah adalah ... a. Menanam tumbuh – tumbuhan dekat rumah b. Memakai alas kaki ketika keluar rumah c. Menggunakan kelambu sewaktu tidur 12. Cara untuk memberantas nyamuk penyebab kaki gajah adalah ... a. Membuat ventilasi rumah b. Membersihkan saluran air /got di sekitar rumah c. Menanam taman air pada rawa-rawa 13.
Efek samping dari obat kaki gajahadalah ... a.
Menyebabkan batuk berdahak
b.
Batuk, sakit tenggorokan, pusing
c.
Pusing, mual, dan muntah
14. Obat kaki gajah tidak boleh diminum oleh ... a. Ibu hamil dan ibu menyusui b. Penderita yang sudah terkena kaki gajah c. Orang dengan cacat tubuh
Kuisoner C Persepsi Petunjuk : Berilah tanda ceklis (˅) pada jawaban anda No Pernyataan
Kerentanan 1. Saya khawatir terkena kaki gajah karena penyakit tersebut dapat menyerang siapa saja. 2.
Lingkungan rumah saya terdapat banyak binatang seperti kucing, lutung, dan kera yang dapat menularkan kaki gajah sehingga saya khawatir terkena kaki gajah.
3.
Saya khawatir terkena kaki gajah karena lingkungan rumah saya terdapat banyak genangan air .
4.
Saya khawatir terkena kaki gajah untuk itu saya meminum obat antifilarisis.
Keseriusan 5. kaki gajah termasuk penyakit yang butuh perhatian serius dari masyarakat. 6.
Kaki gajah dapat menyebabkan kecacatan permanen sehingga penyakit tersebut perlu untukdisingkirkan.
7.
Saya akan menjadi beban keluarga jika terkena kaki gajah.
8.
Produktivitas saya akan menurun jika saya terkena kaki gajah.
9.
Kaki gajah dapat berdampak pada kerugian ekonomi sehingga penyakit tersebut perlu disingkirkan.
Manfaat 10. Bila saya meminum obat kaki gajah saya tidak akan terserang penyakit kaki gajah.
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Sangat Setuju
Setuju
11. Minum obat kaki gajah mendatangkan keuntungan bagi saya. 12. Kepatuhan saya meminum obat kaki gajah akan memberikan kontribusi dalam mengurangi penyakit kaki gajah di Kabupaten Bogor. 13. Saya mendapatkan obat kaki gajah dengan gratis. 14. Saya mendapatkan obat kaki gajah tidak perlu ke puskesmas. 15. Obat pencegahan kaki gajah sangat bermanfaat selain mencegah kaki gajah, obat ini juga dapat mematikan cacing yang berada diperut Hambatan 16. Setelah minum obat kaki gajah saya akan terasa mual dan muntah.
17. Setelah minum obat kaki gajah saya akan merasa demam, pusing, sakit kepala, dan lemas. 18. Setelah meminum obat antifilariasis saya akan terkena Diare. 19. Setelah meminum obat antifilariasis saya akan merasa gatal-gatal dan kemerahan dikulit. 20. Saya tidak tahu jika ada petugas kesehatan yang memantau langsung terhadap efek samping terhadap obat yang diberikan.
Apakah anda meminum obat antifilariasis :
Ya
Tidak
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Studi Pendahuluan
1. Apakah anda meminum obat pencegahan kaki gajah ? 2. Jika tidak, mengapa anda tidak meminum obat pencegahan kaki gajah ? 3. Apakah penyebab dari kaki gajah ? 4. Menurut anda, apakah anda rentan untuk terkena kaki gajah ? Jika Iya, apa alasannya ? Jika tidak, apa alasannya ?
Lampiran 3
A. UJI NORMALITAS Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
df
Sig.
Jenis Kelamin
,392
90
,000
,622
90
,000
Usia
,475
90
,000
,524
90
,000
Tingkat Pendidikan
,250
90
,000
,793
90
,000
Tingkat Pengetahuan
,414
90
,000
,605
90
,000
Persepsi
,414
90
,000
,605
90
,000
a.
Lilliefors Significance Correction
B. ANALISA UNIVARIAT Statistics
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum
Jenis Kelamin 90 0 1,60 ,052 2,00 2 ,493 1 2 144
Usia 90 0 1,77 ,045 2,00 2 ,425 1 2 159
Persepsi Manfaat 90 0 1,67 ,050 2,00 2 ,474 1 2 150
Tingkat Pendidi kan 90 0 1,79 ,077 2,00 2 ,727 1 3 161
Persepsi Hambatan 90 0 1,44 ,053 1,00 1 ,500 1 2 130
Suku Bangsa 90 0 2,12 ,114 2,00 1 1,079 1 5 191
Persepsi 90 0 1,64 ,051 2,00 2 ,481 1 2 148
Pengetah uan 90 0 1,64 ,051 2,00 2 ,481 1 2 148
Perilaku Minum Obat 90 0 1,71 ,048 2,00 2 ,456 1 2 154
Perseps i Kerent anan 90 0 1,66 ,050 2,00 2 ,478 1 2 149
Persepsi Keseriusan 90 0 1,77 ,045 2,00 2 ,425 1 2 159
Frequency Table Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-laki
36
40,0
40,0
40,0
Perempuan
54
60,0
60,0
100,0
Total
90
100,0
100,0
Usia Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Remaja
21
23,3
23,3
23,3
Dewasa
69
76,7
76,7
100,0
Total
90
100,0
100,0
Tingkat Pendidikan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Dasar
35
38,9
38,9
38,9
Menengah
39
43,3
43,3
82,2
Tinggi
16
17,8
17,8
100,0
Total
90
100,0
100,0
Suku Bangsa Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jawa
32
35,6
35,6
35,6
Sunda
26
28,9
28,9
64,4
Betawi
25
27,8
27,8
92,2
Minang
3
3,3
3,3
95,6
Lain-lain
4
4,4
4,4
100,0
90
100,0
100,0
Total
Tingkat Pengetahuan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Buruk
32
35,6
35,6
35,6
Baik
58
64,4
64,4
100,0
Total
90
100,0
100,0
Persepsi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Negatif
32
35,6
35,6
35,6
Positif
58
64,4
64,4
100,0
Total
90
100,0
100,0
Persepsi Kerentanan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Negatif
31
34,4
34,4
34,4
Positif
59
65,6
65,6
100,0
Total
90
100,0
100,0
Persepsi Keseriusan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Negatif
21
23,3
23,3
23,3
Positif
69
76,7
76,7
100,0
Total
90
100,0
100,0
Persepsi Manfaat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Negatif
30
33,3
33,3
33,3
Positif
60
66,7
66,7
100,0
Total
90
100,0
100,0
Persepsi Hambatan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Positif
50
55,6
55,6
55,6
Negatif
40
44,4
44,4
100,0
Total
90
100,0
100,0
Perilaku Minum Obat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Minum
26
28,9
28,9
28,9
Minum
64
71,1
71,1
100,0
Total
90
100,0
100,0
C. BIVARIAT Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Jenis Kelamin * Persepsi Kerentanan Jenis Kelamin * Persepsi Keseriusan Jenis Kelamin * Persepsi Manfaat Jenis Kelamin * Persepsi Hambatan Jenis Kelamin * Persepsi
Missing Percent
N
Total Percent
N
Percent
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
Jenis Kelamin * Persepsi Crosstab Persepsi Negatif Jenis Kelamin
Laki-laki
Count
Perempuan
23
36
12,8
23,2
36,0
36,1%
63,9%
100,0%
19
35
54
19,2
34,8
54,0
35,2%
64,8%
100,0%
32
58
90
32,0
58,0
90,0
35,6%
64,4%
100,0%
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Total
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Total
13
Expected Count % within Jenis Kelamin
Positif
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
sided)
(1-sided)
df a
1
,928
,000
1
1,000
,008
1
,928
,008 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1,000 ,008
1
,929
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,80. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jenis Kelamin
Lower
Upper
1,041
,432
2,510
For cohort Persepsi = Negatif
1,026
,583
1,807
For cohort Persepsi = Positif
,986
,720
1,350
(Laki-laki / Perempuan)
N of Valid Cases
90
,552
Jenis Kelamin * Persepsi Kerentanan Crosstab Persepsi Kerentanan Negatif Jenis Kelamin
Laki-laki
Count
Perempuan
25
36
12,4
23,6
36,0
30,6%
69,4%
100,0%
20
34
54
18,6
35,4
54,0
37,0%
63,0%
100,0%
31
59
90
31,0
59,0
90,0
34,4%
65,6%
100,0%
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Total
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Total
11
Expected Count % within Jenis Kelamin
Positif
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
(2-sided)
sided)
(1-sided)
a
1
,526
,166
1
,684
,405
1
,525
,402 b
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,652 ,397
1
,528
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,40. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jenis Kelamin (Laki-laki / Perempuan) For cohort Persepsi Kerentanan = Negatif For cohort Persepsi Kerentanan = Positif N of Valid Cases
Lower
Upper
,748
,304
1,838
,825
,451
1,508
1,103
,819
1,486
90
,343
Jenis Kelamin * Persepsi Keseriusan Crosstab Persepsi Keseriusan Negatif Jenis Kelamin
Laki-laki
Count
Perempuan
27
36
8,4
27,6
36,0
25,0%
75,0%
100,0%
12
42
54
12,6
41,4
54,0
22,2%
77,8%
100,0%
21
69
90
21,0
69,0
90,0
23,3%
76,7%
100,0%
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Total
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Total
9
Expected Count % within Jenis Kelamin
Positif
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Df
Asymp. Sig.
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
(2-sided)
sided)
(1-sided)
,093a
1
,760
,003
1
,959
,093
1
,761
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,803 ,092
1
,476
,761
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,40. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimat 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jenis Kelamin (Laki-laki /
Lower
Upper
1,167
,433
3,141
For cohort Persepsi Keseriusan = Negatif
1,125
,529
2,392
For cohort Persepsi Keseriusan = Positif
,964
,761
1,221
Perempuan)
N of Valid Cases
90
Jenis Kelamin * Persepsi Manfaat Crosstab Persepsi Manfaat Negatif Jenis Kelamin
Laki-laki
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Perempuan
% within Jenis Kelamin Total
23
36
12,0
24,0
36,0
36,1%
63,9%
100,0%
17
37
54
18,0
36,0
54,0
31,5%
68,5%
100,0%
30
60
90
30,0
60,0
90,0
33,3%
66,7%
100,0%
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Total
13
Count Expected Count
Positif
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Df
Pearson Chi-Square
,208
a
1
,648
Continuity Correctionb
,052
1
,819
Likelihood Ratio
,208
1
,649
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,656 ,206
1
,408
,650
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jenis Kelamin (Laki-laki / Perempuan) For cohort Persepsi Manfaat = Negatif For cohort Persepsi Manfaat = Positif N of Valid Cases
Lower
Upper
1,230
,505
2,996
1,147
,638
2,061
,932
,687
1,265
90
Jenis Kelamin * Persepsi Hambatan Crosstab Persepsi Hambatan Positif Jenis Kelamin
Laki-laki
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Perempuan
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Total
Count Expected Count % within Jenis Kelamin
Negatif
Total
22
14
36
20,0
16,0
36,0
61,1%
38,9%
100,0%
28
26
54
30,0
24,0
54,0
51,9%
48,1%
100,0%
50
40
90
50,0
40,0
90,0
55,6%
44,4%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
sided)
(2-sided)
sided)
,750a
1
,386
,422
1
,516
,753
1
,385
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,516 ,742
1
,258
,389
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jenis Kelamin (Laki-laki / Perempuan) For cohort Persepsi Hambatan = Positif For cohort Persepsi Hambatan = Negatif N of Valid Cases
Lower
Upper
1,459
,620
3,437
1,179
,817
1,699
,808
,493
1,324
90
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Total Percent
N
Percent
Usia * Persepsi
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
Usia * Persepsi Kerentanan
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
Usia * Persepsi Keseriusan
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
Usia * Persepsi Manfaat
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
Usia * Persepsi Hambatan
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
Usia * Persepsi Crosstab Persepsi Negatif Usia
Remaja
Count Expected Count % within Usia
Dewasa
Count Expected Count % within Usia
Total
Count Expected Count % within Usia
Positif
Total
7
14
21
7,5
13,5
21,0
33,3%
66,7%
100,0%
25
44
69
24,5
44,5
69,0
36,2%
63,8%
100,0%
32
58
90
32,0
58,0
90,0
35,6%
64,4%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig.
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
(2-sided)
sided)
sided)
,059a
1
,808
,000
1
1,000
,059
1
,807
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1,000 ,058
1
,809
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,47. b. Computed only for a 2x2 table
,512
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Usia (Remaja /
Lower
Upper
,880
,314
2,469
For cohort Persepsi = Negatif
,920
,466
1,818
For cohort Persepsi = Positif
1,045
,736
1,485
Dewasa)
N of Valid Cases
90
Usia * Persepsi Kerentanan Crosstab Persepsi Kerentanan Negatif Usia
Remaja
Positif
Count Expected Count % within Usia
Dewasa
Count Expected Count % within Usia
Total
Count Expected Count % within Usia
Total
4
17
21
7,2
13,8
21,0
19,0%
81,0%
100,0%
27
42
69
23,8
45,2
69,0
39,1%
60,9%
100,0%
31
59
90
31,0
59,0
90,0
34,4%
65,6%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
sided)
(1-sided)
a
1
,090
2,055
1
,152
3,092
1
,079
2,876 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,118 2,844
1
,092
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,23. b. Computed only for a 2x2 table
,073
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Usia (Remaja / Dewasa) For cohort Persepsi Kerentanan = Negatif For cohort Persepsi Kerentanan = Positif N of Valid Cases
Lower
Upper
,366
,111
1,205
,487
,192
1,233
1,330
1,004
1,761
90
Usia * Persepsi Keseriusan Crosstab Persepsi Keseriusan Negatif Usia
Remaja
Count Expected Count % within Usia
Dewasa
Count Expected Count % within Usia
Total
Count Expected Count % within Usia
Positif
Total
3
18
21
4,9
16,1
21,0
14,3%
85,7%
100,0%
18
51
69
16,1
52,9
69,0
26,1%
73,9%
100,0%
21
69
90
21,0
69,0
90,0
23,3%
76,7%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig.
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
(2-sided)
sided)
sided)
1,253a
1
,263
,681
1
,409
1,357
1
,244
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,380 1,239
1
,266
90
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,90. b. Computed only for a 2x2 table
,208
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Usia (Remaja / Dewasa) For cohort Persepsi Keseriusan = Negatif For cohort Persepsi Keseriusan = Positif
Lower
Upper
,472
,124
1,795
,548
,179
1,679
1,160
,927
1,451
N of Valid Cases
90
Usia * Persepsi Manfaat Crosstab Persepsi Manfaat Negatif Usia
Remaja
Count
Dewasa
15
21
7,0
14,0
21,0
28,6%
71,4%
100,0%
24
45
69
23,0
46,0
69,0
34,8%
65,2%
100,0%
30
60
90
30,0
60,0
90,0
33,3%
66,7%
100,0%
Count Expected Count % within Usia
Total
Count Expected Count % within Usia
Total
6
Expected Count % within Usia
Positif
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
sided)
(1-sided)
a
1
,597
,070
1
,792
,285
1
,594
,280 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,792 ,276
1
,599
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00. b. Computed only for a 2x2 table
,402
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Usia (Remaja /
,258
2,183
,821
,388
1,738
1,095
,795
1,509
For cohort Persepsi Manfaat = Negatif
Positif
Upper
,750
Dewasa)
For cohort Persepsi Manfaat =
Lower
N of Valid Cases
90
Usia * Persepsi Hambatan Crosstab Persepsi Hambatan Positif Usia
Remaja
Count Expected Count % within Usia
Dewasa
Count Expected Count % within Usia
Total
Count Expected Count % within Usia
Negatif
Total
10
11
21
11,7
9,3
21,0
47,6%
52,4%
100,0%
40
29
69
38,3
30,7
69,0
58,0%
42,0%
100,0%
50
40
90
50,0
40,0
90,0
55,6%
44,4%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
(2-sided)
(2-sided)
sided)
,699a
1
,403
,342
1
,558
,695
1
,404
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
,458 ,691
1
,406
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33. b. Computed only for a 2x2 table
,278
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Usia (Remaja /
,247
1,757
,821
,502
1,343
1,246
,761
2,041
For cohort Persepsi Hambatan = Positif
Negatif
Upper
,659
Dewasa)
For cohort Persepsi Hambatan =
Lower
N of Valid Cases
90
Case Processing Summary Cases Valid N Tingkat Pendidikan * Persepsi Tingkat Pendidikan * Persepsi Kerentanan Tingkat Pendidikan * Persepsi Keseriusan Tingkat Pendidikan * Persepsi Manfaat Tingkat Pendidikan * Persepsi Hambatan
Missing Percent
N
Total Percent
N
Percent
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
Crosstabs Tingkat Pendidikan * Persepsi Crosstab Persepsi Negatif Tingkat Pendidikan
Dasar
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Menengah
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Tinggi
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Positif
Total
11
24
35
12,4
22,6
35,0
31,4%
68,6%
100,0%
17
22
39
13,9
25,1
39,0
43,6%
56,4%
100,0%
4
12
16
5,7
10,3
16,0
25,0%
75,0%
100,0%
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
32
58
90
32,0
58,0
90,0
35,6%
64,4%
100,0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
2,137
a
2
,344
Likelihood Ratio
2,156
2
,340
,005
1
,941
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,69.
Tingkat Pendidikan * Persepsi Kerentanan Crosstab Persepsi Kerentanan Negatif Tingkat Pendidikan
Dasar
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Menengah
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Tinggi
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
,776
a
2
,678
Likelihood Ratio
,757
2
,685
Linear-by-Linear Association
,603
1
,437
N of Valid Cases
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,51.
Positif
Total
11
24
35
12,1
22,9
35,0
31,4%
68,6%
100,0%
13
26
39
13,4
25,6
39,0
33,3%
66,7%
100,0%
7
9
16
5,5
10,5
16,0
43,8%
56,3%
100,0%
31
59
90
31,0
59,0
90,0
34,4%
65,6%
100,0%
Tingkat Pendidikan * Persepsi Keseriusan Crosstab Persepsi Keseriusan Negatif Tingkat Pendidikan
Dasar
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Menengah
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Tinggi
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
,300a
2
,861
Likelihood Ratio
,307
2
,858
Linear-by-Linear Association
,289
1
,591
N of Valid Cases
90
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,73.
Positif
Total
9
26
35
8,2
26,8
35,0
25,7%
74,3%
100,0%
9
30
39
9,1
29,9
39,0
23,1%
76,9%
100,0%
3
13
16
3,7
12,3
16,0
18,8%
81,3%
100,0%
21
69
90
21,0
69,0
90,0
23,3%
76,7%
100,0%
Tingkat Pendidikan * Persepsi Manfaat Crosstab Persepsi Manfaat Negatif Tingkat Pendidikan
Dasar
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Menengah
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Tinggi
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
1,501a
2
,472
Likelihood Ratio
1,530
2
,465
Linear-by-Linear Association
1,052
1
,305
N of Valid Cases
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,33.
Positif
Total
9
26
35
11,7
23,3
35,0
25,7%
74,3%
100,0%
15
24
39
13,0
26,0
39,0
38,5%
61,5%
100,0%
6
10
16
5,3
10,7
16,0
37,5%
62,5%
100,0%
30
60
90
30,0
60,0
90,0
33,3%
66,7%
100,0%
Tingkat Pendidikan * Persepsi Hambatan Crosstab Persepsi Hambatan Positif Tingkat Pendidikan
Dasar
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Menengah
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Tinggi
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
,572a
2
,751
Likelihood Ratio
,572
2
,751
Linear-by-Linear Association
,178
1
,673
N of Valid Cases
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,11.
Negatif
Total
21
14
35
19,4
15,6
35,0
60,0%
40,0%
100,0%
20
19
39
21,7
17,3
39,0
51,3%
48,7%
100,0%
9
7
16
8,9
7,1
16,0
56,3%
43,8%
100,0%
50
40
90
50,0
40,0
90,0
55,6%
44,4%
100,0%
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Tingkat Pengetahuan * Persepsi Tingkat Pengetahuan * Persepsi Kerentanan Tingkat Pengetahuan * Persepsi Keseriusan Tingkat Pengetahuan * Persepsi Manfaat Tingkat Pengetahuan * Persepsi Hambatan
Missing Percent
N
Total Percent
N
Percent
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
90
100,0%
0
0,0%
90
100,0%
Tingkat Pengetahuan * Persepsi Crosstab Persepsi Negatif Tingkat Pengetahuan
Buruk
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Baik
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Positif
Total
17
15
32
11,4
20,6
32,0
53,1%
46,9%
100,0%
15
43
58
20,6
37,4
58,0
25,9%
74,1%
100,0%
32
58
90
32,0
58,0
90,0
35,6%
64,4%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
6,689a
1
,010
5,552
1
,018
6,604
1
,010
Fisher's Exact Test
,012
Linear-by-Linear Association
6,615
N of Valid Cases
1
,010
,010
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,38. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat
Lower
Upper
3,249
1,308
8,069
For cohort Persepsi = Negatif
2,054
1,192
3,539
For cohort Persepsi = Positif
,632
,424
,942
Pengetahuan (Buruk / Baik)
N of Valid Cases
90
Tingkat Pengetahuan * Persepsi Kerentanan Crosstab Persepsi Kerentanan Negatif Tingkat Pengetahuan
Buruk
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Baik
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Positif
Total
10
22
32
11,0
21,0
32,0
31,3%
68,8%
100,0%
21
37
58
20,0
38,0
58,0
36,2%
63,8%
100,0%
31
59
90
31,0
59,0
90,0
34,4%
65,6%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
(2-sided)
(2-sided)
sided)
,224a
1
,636
,059
1
,809
,226
1
,634
Fisher's Exact Test
,817
Linear-by-Linear Association
,222
N of Valid Cases
1
,407
,638
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,02. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat Pengetahuan (Buruk / Baik) For cohort Persepsi Kerentanan = Negatif For cohort Persepsi Kerentanan = Positif N of Valid Cases
Lower
Upper
,801
,319
2,009
,863
,466
1,600
1,078
,796
1,460
90
Tingkat Pengetahuan * Persepsi Keseriusan Crosstab Persepsi Keseriusan Negatif Tingkat Pengetahuan
Buruk
14
18
32
Expected Count
7,5
24,5
32,0
43,8%
56,3%
100,0%
7
51
58
13,5
44,5
58,0
12,1%
87,9%
100,0%
21
69
90
21,0
69,0
90,0
23,3%
76,7%
100,0%
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Total
Total
Count
% within Tingkat Pengetahuan Baik
Positif
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
sided)
(1-sided)
11,570a
1
,001
9,867
1
,002
11,207
1
,001
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
,001 11,442
N of Valid Cases
1
,001
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,47. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat Pengetahuan (Buruk / Baik) For cohort Persepsi Keseriusan = Negatif For cohort Persepsi Keseriusan = Positif N of Valid Cases
Lower
Upper
5,667
1,974
16,266
3,625
1,632
8,052
,640
,464
,881
90
,001
Tingkat Pengetahuan * Persepsi Manfaat Crosstab Persepsi Manfaat Negatif Tingkat Pengetahuan
Buruk
Count
Baik
19
32
10,7
21,3
32,0
40,6%
59,4%
100,0%
17
41
58
19,3
38,7
58,0
29,3%
70,7%
100,0%
30
60
90
30,0
60,0
90,0
33,3%
66,7%
100,0%
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Total
13
Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Positif
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
sided)
(2-sided)
sided)
a
1
,276
,733
1
,392
1,174
1
,279
1,188 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
,351 1,175
N of Valid Cases
1
,278
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,67. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat Pengetahuan (Buruk / Baik) For cohort Persepsi Manfaat = Negatif For cohort Persepsi Manfaat = Positif N of Valid Cases
Lower
Upper
1,650
,668
4,075
1,386
,777
2,473
,840
,603
1,170
90
,195
Tingkat Pengetahuan * Persepsi Hambatan Crosstab Persepsi Hambatan Positif Tingkat Pengetahuan
Buruk
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Baik
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pengetahuan
Negatif
Total
22
10
32
17,8
14,2
32,0
68,8%
31,3%
100,0%
28
30
58
32,2
25,8
58,0
48,3%
51,7%
100,0%
50
40
90
50,0
40,0
90,0
55,6%
44,4%
100,0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
sided)
(1-sided)
a
1
,061
2,721
1
,099
3,567
1
,059
3,501 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
,078 3,462
N of Valid Cases
1
,063
90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,22. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat Pengetahuan (Buruk / Baik) For cohort Persepsi Hambatan = Positif For cohort Persepsi Hambatan = Negatif N of Valid Cases
Lower
Upper
2,357
,951
5,843
1,424
,999
2,030
,604
,341
1,069
90
,049
UJI RELIABILITAS PENGETAHUAN Item Soal No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
10
2
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
11
3
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
11
4
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
11
5
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
4
6
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
5
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
7
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
13
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
12
13
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
11
14
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
9
15
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
13
16
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
13
17
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
13
18
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
13
19
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
11
20
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
10
21
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
22
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
23
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
24
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
13
25
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
10
26
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
11
27
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13
28
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
9
29
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
30
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
13
31
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
32
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
33
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
34
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
12
35
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
12
22
33
31
29
28
26
31
22
20
32
29
32
28
28
391
P
0,63
0,94
0,89
0,829
0,8
0,74
0,89
0,63
0,57
0,91
0,83
0,91
0,8
0,8
Q
0,37
0,06
0,11
0,171
0,2
0,26
0,11
0,37
0,43
0,09
0,17
0,09
0,2
0,2
Pq
0,23
0,05
0,1
0,142
0,16
0,19
0,1
0,23
0,24
0,08
0,14
0,08
0,16
0,16
Total
Total
K
14
sig pq
2,08
VAR
9,23
MEAN
11,2
p (kr20)
0,83
p (kr21)
0,81
UJI RELIABILITAS PERSEPSI Case Processing Summary N Casesz
Valid Excludeda Total
a.
% 35
100,0
0
,0
35
100,0
Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items ,726
26 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Saya khawatir terkena kaki gajah karena penyakit tersebut dapat menyerang siapa saja Saya khawatir akan terkena kaki gajah karena dilingkungan rumah saya sudah ada yang terkena Lingkungan rumah saya terdapat banyak binatang seperti kucing, lutung, dan kera yang dapat menularkan kaki gajah sehingga saya khawatir terkena kaki gajah
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
135,43
251,723
,453
,714
136,17
266,323
-,067
,733
136,23
245,711
,547
,707
Saya khawatir terkena kaki gajah karena lingkungan rumah saya terdapat banyak genangan air Saya dapat terserang kaki gajah karena dilingkungan rumah saya terdapat tanaman air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk Saya khawatir terkena kaki gajah karena saya tinggal di lingkungan yang padat penduduknya Saya khawatir terkena kaki gajah untuk itu saya meminum obat antifilarisis kaki gajah termasuk penyakit yang butuh perhatian serius dari masyarakat Kaki gajah dapat menyebabkan kecacatan permanen sehingga perlu untuk disingkirkan Saya akan menjadi beban keluarga jika terkena kaki gajah Produktivitas saya akan menurun jika saya terkena kaki gajah Jika saya terkena kaki gajah saya akan dijauhkan oleh masyarakat kaki gajah dapat berdampak pada kerugian ekonomi sehingga perlu disingkirkan Bila saya meminum obat filariasis saya tidak akan terserang penyakit kaki gajah Minum obat kaki gajah mendatangkan keuntungan bagi saya Kepatuhan saya meminum obat kaki gajah akan memberikan kontribusi dalam mengurangi penyakit kaki gajah di Kabupaten Bogor Saya mendapatkan obat kaki gajah dengan gratis Saya mendapatkan obat kaki gajah tidak perlu ke puskesmas Obat antifilariasis sangat bermanfaat selain mencegah kaki gajah, obat ini juga dapat mematikan cacing yang berada diperut
135,86
247,303
,521
,709
136,09
265,845
-,052
,731
136,11
262,045
,085
,726
135,83
249,734
,421
,713
135,26
252,373
,522
,713
135,57
252,958
,403
,715
135,80
248,871
,536
,710
135,63
248,299
,733
,708
136,57
272,076
-,340
,737
136,03
254,323
,317
,718
135,60
252,953
,538
,714
135,63
255,652
,425
,717
135,57
255,840
,367
,718
135,40
252,894
,468
,714
135,46
255,255
,434
,717
135,86
257,597
,303
,720
Setelah minum obat kaki gajah saya akan mual dan muntah Setelah minum obat kaki gajah saya akan merasa demam, pusing, sakit kepala, dan lemas Setelah meminum obat antifilariasis saya akan terkena Diare Setelah meminum obat antifilariasis saya akan merasa gatal-gatal dan kemerahan dikulit Saya tidak tahu jika ada petugas kesehatan yang memantau langsung terhadap efek samping terhadap obat yang diberikan Saya harus membayar untuk mendapatkan obat kaki gajah Total
136,17
262,911
,083
,726
135,94
253,585
,488
,715
135,77
250,887
,513
,712
135,74
254,844
,506
,716
136,31
250,810
,512
,712
135,49
252,316
,633
,713
70,91
69,669
,998
,788