FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN BATITA USIA 1-3 TAHUN DIDESA ROWOBRANTEN KECAMATAN RINGINARUM KABUPATEN KENDAL
Nurul Asrofah *) Galeh Septiar Pontang S.Gz, M.Gizi **), Masruroh, S.SiT., M.Kes ***) *) Mahasiswa Program Studi D IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Latar belakang: Periode penting pada tumbuh kembang anak adalah masa balita yang merupakan priode keemasan (golden age) dimana mengalami kemajuaan yang menakjubkan pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita diantaranya adalah status gizi, penyakit/infeksi dan pola asuh orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara status gizi, penyakit/infeksi, dan pola asuh dengan perkembangan batita di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal berjumlah 81 Batita dengan teknik sampling proportional random sampling sebanyak 45 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun dengan p value sebesar 0,008 (< 0,05) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit/infeksi (p value=0,271) dan pola asuh orang tua (p value=1,000) dengan perkembangan Batita usia 1-3 tahun. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut disarankan kepada ibu batita untuk memperbaiki status gizi batita dan diharapkan adanya tindak lanjut dari pihak puskesmas untuk menangani batita yang mengalami perkembangan meragukan dan abnormal dengan cara meningkatkan rpogam stimulasi perkembangan batita.
Kata kunci : status gizi, penyakit/infeksi, pola asuh orang tua, perkembangan batita Kepustakaan : 25 pustaka (1995 – 2013
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
The Factors Associated with the Development of Toddlers at Rowobranten vilage Ringinarum District Kendal Regency
ABSTRACK Bacground:Clinical period in the development of a child is the first five years as the golden age where the amazings progress, at this time is basic growth that will affect and determine the futher development of a child. The factors associated with the development of toddlers are nutrient status, disease/infection and parents` care pattern. This research aimed to detect connection between nutrient status, disease/infection, and perents` care pattern with the development of toddlers at Rowobranten village Ringinarum District Kendal Regency. This research method used descriptive correlation with approach of cross sectional.The population in this research was all mothers having a toddler aged 1-3 years old at Rowobranten village Ringinarum District Kendal Regency as many as 81 toddlers by using technique of proportional random sampling to 45 persons. There was a significant connection between nutrient status with the development of toddlers aged 1-3 years old with p value 0,008 (< 0,05) and there was no significant connection between disease/infection (p value=0,271) and parents` care pattern (p value=1,000) with the development of toddlers aged 1-3 years old. The mothers toddlers need to repair nutrient status of the toddlers, by giving a side dish in toddlers and to follow-up advices from public health center to handle toddlers that experience abnormal and suspected development by increasing the stimulation of the development programs for toddlers.
Keywords : nutrient status, disease/infection, parents` care development of toddlers Bibliographies : 25 literatures (1995 – 2013)
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
pattern,
A. PENDAHULUAN Dalam era globalisasi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara yang lain. Kualitasa anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber manusia (SDM) dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia dimasa depan dimulai dengan pembinaan anak dimasa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas dimasva yang akan datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan nya. (Moersintowarti,Dkk,2002) Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat di capai melalui tumbuh dan kematangan serta belajar, terdiri dari kemampuan gerak kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi-sosial, kemandirian, intelegensia, dan perkembangan moral. (Muslihatun,2010). Sekitar 16 % dari balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan syaraf dan otak mulai ringan sampai berat. Setiap 2 dari 1000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik dan 3-6 bayi dari 1000 bayi juga mengalami gangguan perkembangan serta 1 dari 100 anak mempunyai kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. (Depkes,2010) Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu Faktor ginetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi Pranatal dan Postnatal. (Soetjiningsih,1995). Post natal atau setelah lahir yang juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, Nutrisi/Gizi, iklim,olaraga, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.(Hidayat,2011). Tiga tahun kehidupan merupakan masa yang sangat penting masa itu disebut juga sebagai windows of opportunity, yang berdampak buruk kalau tidak diperhatikan, tetapi berdampak baik kalu pada masa tersebut dimanfaatkan dengan sebaik baiknya. (Moersintowarti,Dkk, 2002) Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan perkembangan selama masa pertumbuhan. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.(Hidayat,2012) Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation. Generasi bangsa yang akan datang akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita. (Arsita,2012). Menurut Riskesdes, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7 % balita dengan Gizi buruk dan 13,9% status gizi kurang. Sebesar 4,5 % balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan prevalinsi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%), Pendataan gizi buruk dijawa tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu indikator berat badan dengan tinggi badan (BB/TB) dan ketegori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Balita Gizi buruk dirpovinsi jawa tengah tahun 2012 berjumlah 1.131 (0,06%). (Profil kesehatan). Jumlah penderita gizi buruk dikabupaten kendal meningkat dibandingkan dengan
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
tahun lalu.Tercatat balita penderita gizi buruk tahun 2014 sebanyak 28 kasus sedangkan tahun 2013 ada 25 kasus. (DKK Kendal) Prevalinsi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Status gizi pada masa balita perlu mendapatkan perhatian yang serius dari para orang tua, karena kekungan gizi pada masa ini akan menyebabkan kerusakan yang irevesible (tidak dapat dipulihkan). Kekurangan gizi yang lebih fatal akan berdapak pada perkembangan otak. (Proverawati,2009) Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat, dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila saat itu pula terjadi penyakit yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis .(Hidayat,2011) Orang tua perlu mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan anak pada 3 tahun pertama kehidupannya. Dengan pengetahuan ini orang tua memperoleh pemahaman dan dapat memberikan perhatian, perawatan, dan pengasuhan yang dapat mengoptimalkan tumbuh dan kembang anaknya. (Kastadu,2004). Pola asuh yang tidak tepat terhadap anak dapat pula ditunjukan sebagai penyebab lingkungan yang menghalangi perkembangan kecerdasan anak. Orang tua yang terlalu melindungi telah banyak dibuktikan memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan anak secara keseluruhan termasuk perkembangan kecerdasannya. Sementara orang tua yang membatasi atau pun terlalu mengabaikan anak juga dianggap memberi pengaruh yang kurang terhadap perkembangan anak. (Pradana,2007) Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. Terdapat 97 balita usia 1-3 tahun. dilakukan pada tanggal 28 maret 2015 pada 10 balita dan dilakukan observasi menggunakan menggunakan lebar DDST II pada 10 balita usia 1 -3 tahun. 6 (60%) balita dengan perkembangan tidak normal,dari 60 % anak yang mengalami keterlambatan terdapat 4 (40 %) mengalami keterlambatan pada sektor motorik kasar dan 2 (20%) mengalami keterlambatan pada sektor personal sosial. 60 % batita yang mengalami perkembangan tidak normal 5 (50 %) balita dalam kategori Gizi kurang dan 1 (10%) batita dengan kategori Gizi baik. 4 (40%) balita dengan perkembangan normal dan status gizinya dalam kategori normal. Dari 6 (60%) balita yang mengalami perkembangan tidak normal terdapat 4 (40%) balita satu bulan terahir pernah menderita beberapa penyakit, 2 (20%) balita satu bulan terahir tidak menderita penyakit apapun. Dan dari 4 (40%) balita dengan perkembangan normal satu bulan terahir tidak menderita penyakit apapun. Dari uraian diatas peneliti terarik mengambil penelitian tentang “Faktor Faktor yang berhubungan Perkembangan batita di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal”
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
B. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif korelatif dengan pendekatan cros sectional yaitu variabel bebas dan variabel terikat diteliti dalam satu waktu. Penelitian dilakukan di rumah responden dengan door to door di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal pada Juli 2015. Populasi yang digunakan adalah semua ibu yang memiliki batita 1-3 tahun pada bulan Juli tahun 2015 di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal berjumlah 81 batita/orang dan menggunakan teknik sampling propotional random sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 45 sampel/orang. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa univariat a. Status Gizi Batita Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Status Gizi Batita Berdasarkan BB/U di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal No. Status Gizi Batita Frekuensi Persentase (%) 1. Buruk 0 0,0 2. Kurang 9 20,0 3. Baik 30 66,7 4. Lebih 6 13,3 Total 45 100,0% Sebagian besar status gizi batita kategori baik yaitu sebanyak 30 responden (66,7%), kategori kurang berjumlah 9 responden (20,0%), kategori lebih berjumlah 6 responden (13,3%) dan tidak ada batita kategori status gizi buruk. Selain terdapat batita ber status gizi baik di desa Rowobranten juga terdapat 20% batita ber status gizi kurang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak yang status gizinya kurang diantaranya berasal dari tingkat sosial ekonomi yang rendah,tingkat pendapatan menentukan pola makan apa yang di beli semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula pengeluaran belanja hal ini menyangkut pemenuhan kebutuhan akan makanan yang memiliki nilai gizi dengan jumlah yang cukup dengan demikian pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan faktor kualitas dan kwantitas makanan. Hal ini sesuai dengan Khomsan (2012) menyatakan sosial ekonomi sangat dipengaruhi tingkat pendapatan keluarga, apabila akses pangan ditingkat keluarga terganggu, terutama akibat kemiskinan, maka openyakit kurang gizi (mal nutrisi) pasti akan muncul. b. Penyakit/Infeksi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penyakit/Infeksi pada Batita di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal No. Penyakit/infeksi Frekuensi Persentase (%) 1. Tidak Menderita 29 64,4 2. Menderita 16 35,6 Total 45 100,0%
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar batita tidak menderita penyakit/infeksi sebanyak 29 responden (64,4%) dan menderita penyakit/infeksi/ sebanyak 16 responden (35,6%). Batita yang menderita penyakit sebagian besar menderita diare dan ISPA. Sebagian besar balita yang menderita penyakit ISPA terdapat anggota keluarga yang merokok aktif, asap rokok yang menyebabkan pencemaran udara mengakibatkan gangguan saluran pernafasan, kebiasan orang tua/anggota keluarga merokok didalam rumah maka semakin besar potensi balita menderita ISPA. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuli Trinawati (2012) dengan hasil ada hubungan antara prilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada balita. Sedangkan 6 batita yang menderita penyakit diare yaitu disebabkan perilaku dan hygine ibu, yaitu salah satunya tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan pada anaknya. Dan rendahnya pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan faktor resiko yang menyebabkan penyakit diare pada batita di desa Rowobraten kecamatan Ringinarum kabupaten kendal. Hal ini sesuai menurut Arsita (2012). Banyak faktor yang menimbulkan diare antara lain faktor lingkungan, faktor balita, faktor ibu dan faktor sosiodemografi. Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Siska Jaya Wardani (2010) Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara praktik personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita. c. Pola Asuh Orang Tua
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal No. Pola Asuh Orang Tua Frekuensi Persentase (%) 1. Permisif 9 20,0 2. Otoriter 13 28,9 3. Demokratis 23 51,1 Total 45 100,0% Sebagia besar pola asuh orang tua kategori demokratis sebanyak 23 responden (51,1%), pola asuh otoriter sebanyak 13 responden (28,9%) dan pola asuh permisif sebanyak 9 responden (20,0%). Berdasarkan Data diatas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka berbagai informasi yang diperoleh juga semakin banyak. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi dapat dijadikan sebagai pedoman bagi orang tua untuk menerapkan suatu pola asuh yang dianggap paling baik. Menurut (Prasetya,2004) Orang tua yang mendapatkan pendidikan yang baik, cenderung menetapkan pola asuh yang demokratis ataupun primisif dibandingkan dengan orang tua yang pendidikannya terbatas.
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
d. Perkembangan Batita Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perkembangan Batita di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal No. Perkembangan Batita Frekuensi Persentase (%) 1. Abnormal 9 20,0 2. Meragukan 10 22,2 3. Normal 26 57,8 Total 45 100,0% Sebagian besar perkembangan batita normal sebanyak 26 responden (57,8%), perkembangan batita meragukan sebanyak 10 responden (22,2%) dan perkembangan batita abnormal sebanyak 9 responden (20,0%). Berdasarkan hasil penelitian 6 batita (66,6%) yang mengalami keterlambatan pada usia 20-24 bulan dalam sektor motorik kasar yang seharusnya pada usia tersebut sudah bisa berlari, berjalan mudur menendang bola kedepan begitu pula pada personal sosial pada usia tersebut seharusnya sudah bisa membantu dirumah, makan menggunakan sendok sendok garpu dan melepas pakaian tetapi balita pada usia tersebut belum bisa melakukan perkembangan sesuai dengan apa yang harus dicapai. Dalam pemenuhan nutrisi sehari hari kurang, orang tua batita memberikan makanan seadanya tanpa memperhatikan nutrisi yang cukup, yang dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari penyakit. Nutrisi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Karena dimasa Golden age ini otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Untuk itulah nutrisi pada Batita yang diberikan pada masa ini sangat efektif untuk mengoptimalkan kecerdasan, kreativitas dan prilaku anak. Dengan pemberian nutrisi yang lengkap, dan seimbang pada masa ini, maka semakin banyak jumlah sel sel otak bayi. Semakin bagus pula fungsi sinaps antara sel sel otak bayi atau Batita. (Bety,2012). 2. Analisa Bivariat a. Hubungan antara status gizi dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun
Tabel 4.5 Hubungan antara status gizi dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal (transformasi) Perkembangan Batita Status Gizi Kurang+ lebih Baik Total
Abnormal+ Meragukan f % 11 73,3 8 26,7 19 42,2
Total ρ value
Normal F 4 22 26
% 26,7 73,3 57,8
f 15 30 45
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
% 100,0 100,0 100,0
0,008
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa status gizi kurang+lebih berjumlah 15 responden, 11 responden (73,3%) diantaranya perkembangan batita abnormal+meragukan. Perhitungan menggunakan chi square dengan continuity correction menunjukan p value sebesar 0,008 < 0,05 sehingga Ho ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik status gizi, semakin normal pekembangan batita. Hal ini karena gizi yang cukup dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari penyakit. Gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Sesuai dengan tinjauan teori bahwa status gizi atau pemenuhan nutrisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan. Apabila kebutuhan nutrisi tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 2007). Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Siti Zulaekhah (2010) terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 2 sampai 3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta. b.
Hubungan antara penyakit/infeksi dengan perkembangan Batita usia 1-3 tahun
Tabel 4.6 Hubungan antara penyakit/ infeksi dengan perkembangan Batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal (transformasi) Perkembangan Batita Total Penyakit/Infeksi/ Tidak Menderita Menderita Total
Abnormal+ Meragukan F % 10 34,5 9 56,2 19 42,2
ρ value
Normal F 19 7 26
% 65,5 43,8 57,8
f 29 16 45
% 100,0 100,0 100,0
0,271
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa batita yang tidak menderita penyakit/infeksi berjumlah 29 responden, 10 responden (34,5%) diantaranya perkembangan Batita abnormal+meragukan. Batita yang tidak menderita penyakit/infeksi dengan perkembangan Batita normal sebanyak 19 responden (65,5%). Batita yang menderita penyakit/infeksi berjumlah 16 responden, 9 responden (56,2%) diantaranya perkembangan Batita abnormal+ meragukan sedangkan batita yang menderita penyakit/infeksi dengan perkembangan Batita normal sebanyak 7 responden (43,8%). Perhitungan menggunakan chi square dengan continuity correction menunjukan p value sebesar 0,271 > 0,05 sehingga Ho diterima, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit/infeksi dengan perkembangan Batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal.
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
c.
Meskipun status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila penyakit yang diderita pada batita tergolong ringan dan tidak mengkhawatirkan dan tidak tergolong penyakit kronis maka hal ini tidak mengganggu perkembangan batita. Pada penelitian ini hanya (20%) batita yang menderita penyakit diare dan ISPA sebagian besar diantaranya perkembangan batita normal. Hal ini menunjukkan penyakit diare dan ISPA yang diderita batita tidak menghambat perkembangan batita. Sesuai dengan teori Supariasa (2001) bahwa anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya. misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Menurut soetjiningsih (1995) Pada perkembangan batita tidak hanya dipengaruhi karena penyakit/infeksi saja tetapi bisa disebabkan adanya faktor lain yang mempengaruhi perkembangan diantaranya yaitu Ginetik, faktor lingkungan (pranatal dan postnatal) dan lingkungan psikososial seperti stimulasi dan motivasi belajar dll.Orang tua termasuk rangsangan dari lingkungan yang dapat juga mempengaruhi perkembangan anak. Orang tua yang memiliki pengetahuan yang rendah mempunyai resiko terjadi keterlambatan perkembangan anak yang disebabkan oleh ketidaktahuan orang tua akan informasi-informasi dalam menstimulasi perkembangan anak. Hubungan antara pola asuh dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun Tabel 4.7 Hubungan antara pola asuh dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal (transformasi) Perkembangan Batita Total ρ Abnormal+ Normal value Meragukan f F % f % % Permisif+otoriter 9 40,9 13 59,1 22 100,0 1,000 Demokratis 10 43,5 13 56,5 23 100,0 Total 19 42,2 26 57,8 45 100,0 Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pola asuh permisif+otoriter berjumlah 22 responden, 9 responden (40,9%) diantaranya perkembangan batita abnormal+ meragukan. Pola asuh permisif+otoriter dengan perkembangan batita normal sebanyak 13 responden (59,1%). Pola asuh demokratis berjumlah 23 responden, 10 responden (43,5%) diantaranya perkembangan batita abnormal +meragukan sedangkan pola asuh demokratis dengan perkembangan batita normal sebanyak 13 responden (56,5%). Perhitungan menggunakan chi square dengan continuity correction menunjukan p value sebesar 1,000 > 0,05 sehingga Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara pola asuh dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. Pola Asuh
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
Walaupun orang tua sudah menerapkan pola asuh demokratis tetapi masih banyak perkembangan anak yang tidak normal, hal ini dikarnakan tidak lah mutlak bahwa perkembangan batita dipengaruhi pola asuh masih banyak faktor lain yang mempengaruhi perkembangan diantaranya stimulasi orang tua. Menurut sekartini (2006) faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan anak meliputi stimulasi anak, pendidikan orang tua, sosialisai, berat badan, pengalaman negativ anak. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni made Armawati (2012) Dengan hasil penelitian ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun. D. SIMPULAN Berdasar hasil penelitian tentang faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun di desa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal disimpulkan bahwa sebagai berikut : 1. Status gizi balita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal sebagian besar kategori baik yaitu sebanyak 30 responden (66,7%).
2.
3. 4.
5.
6.
7.
Balita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal sebagian besar tidak menderita penyakit/infeksi sebanyak 29 responden (64,4%). Pola asuh orang tua di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal sebagian besar kategori demokratis sebanyak 23 responden (51,1%). Perkembangan batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal sebagian besar normal sebanyak 26 responden (57,8%). Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal dengan p value sebesar 0,008 (< 0,05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit/infeksi dengan perkembangan Batita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal dengan p value sebesar 0,271 (>0,05). Tidak ada hubungan antara pola asuh dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun di Desa Rowobranten Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal dengan p value sebesar 1,000 > (0,05)
E. DAFTAR PUSTAKA Agus, Riyanto. 2011,Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Bea, Bety.2012, Mencetak balita cerdas dan pola asuh orang tua. Yogyakarta : Nuha Medika Depkes. 2010, Pedoman Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Eka Arsita. 2012, Kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta : Nuha Medika Departemen kesehatan dan Departemen sosial, Gizi seimbang menuju gizi sehat bagi balita. Jakarta: Depkes dan Depsos Hidayat, Aziz Alimul. 2012, Buku metodologi penelitian kebidanan & Teknik alisis data. Jakarta : Salemba Medika. Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015
Hidayat Aziz A.2011 Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta : Salemba medika Hildayani .2006, Psikologi perkembangan anak. Jakarta : Universitas Terbuka Krishna, A.2013,Mengenali keluhan anda. Jakarta :informasi medika Muslihatun, Wafi N .2010, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya Moersintowarti.2002,Buku ajar tumbuh kembang anak dan Remaja. Jakarta : CV Sagung Seto Narendra, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI Nilam widyarini.2008,Relasi orang tua dan anak. Jakarta : elex media komputindo Notoadmojo, Soekidjo. 2005 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta Notoadmojdo,Soekidjo.2010 Buku ilmu perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo.2012, Promosi kesehatan dan Prilaku kesehatan. Jakarta : Rieneka Cipta Notoatmodjo,Soekidjo.2012,Metodologi Penalitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta Proverawati, Atikah .2009,Gizi untuk kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Riwidikdo, Handoko.2012,StatistikKesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Sopiyudin, Dahlan.2014.Statistik Untuk kedokteran dan Kesehatan.Jakarta; Arkans Supariasa, Nyoman.2012.Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Sulistyaningsih.2011,Metodelogi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta: Graha ilmu Suraatmaja, Sudaryat. 2010, Gastroenterologi. Jakarta : Kapita Selekta Soegeng,Santoso.2004,Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Departemen pendidikan Nasional Soetjiningsih.1995,Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC Udiyono, Ari.2007, Metodologi Penelitian Kesehatan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Setiawan, Saryono.2011,Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Faktor faktor yang berhubungan dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun didesa Rowobranten kecamatan Ringinarum kabupaten Kendal - Nurul Asrofah- D IV Kebidanan- 2015