FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA POLA ASUH OTORITER PADA ANAK USIA DINI DI PLAYGORUP FLAMBOYAN KECAMATAN TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO Oleh Sunarti Tomis Rusdin Djibu, Pupung Puspa Ardini Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor-faktor penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?. Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif, serta teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo adalah kesalahan dalam menerapkan harapan, kesalahan dalam interaksi simbolis, kesalahan dalam interaksi fisik, kesalahan dalam interkasi psikis, pendidikan orang tua, bawaan/latar belakang keluarga orang tuanya, budaya, kepribadian orang tua, konsep mengenai peran orang tua dewasa dan situasi anak. Untuk itu disarankan kepada orang tua untuk memberikan pola asuh yang baik untuk anak agar tidak menghambat perkembangan anak kearah yang lebih baik. Selain itu, diharapkan kepada seluruh pihak agar lebih memperhatikan pentingnya pendidikan anak sejak dini demi lahirnya generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter. Kata Kunci: Pola Asuh, Otoriter, Anak Usia Dini PENDAHULUAN Pemberian bimbingan terhadap anak usia dini harus memperhatikan bahwa anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan
sesuai
dengan
tahap-tahap
perkembangannya.
Diharapkan
perkembangan kemampuan dasar anak dapat berkembang dan tumbuh secara baik dan benar. Namun, fakta yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari tidak sesuai dengan harapan tersebut. Seperti adanya anak-anak yang berperilaku tidak baik
1
(agresif). Tentunya hal ini sangat dipengaruhi oleh praktik pendidikan sehari-hari yang diterima oleh anak-anak tersebut. Pendidikan anak harus dilakukan melalui tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga (Hasan, 2012:18-19). Keluarga yang paling banyak mempengaruhi anak adalah ayah dan ibu. Sebab mereka merupakan orang yang paling dekat dengan anak. Hatinya yang masih suci tak ternoda secara alami dan bersih dari apapun cenderung menerima apa saja yang disodorkan kepadanya. Pengertian ini memperjelas bahwa pentingnya pemahaman keluarga sebagai lingkungan pendidikan bagi anak yang ada dalam keluarga. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga tidak hanya tempat mempersiapkan anak untuk mengenal keadaan, mengembangkan kemampuan dalam sebuah jalinan ikatan kerjasama diantara anggota keluarga. Akan tetapi, ikatan kerjasama itu tidak semata-mata pada jalinan ikatan fisik materil, justru meliputi ikatan tali kasih sayang dalam memenuhi kebutuhan sosial psikologis yang berkaitan dengan perkembangan individu dan keluarga itu sendiri. Baik tidaknya pendidikan dalam keluarga dapat dilihat dari pola asuh yang diberikan oleh setiap orang tua. Dari beberapa tipe pola asuh, dan diharapkan orang tua mampu menerapkan pola asuh demokratis karena pola asuh ini merupakan gaya pengasuhan yang paling efektif dengan salah satu alasannya ialah orang tua autoritatif
memberikan
peluang
kepada
anak-anak
dan
remaja
untuk
mengembangkan kemandirian sambil memberikan standar, batasan, dan bimbingan yang diperlukan oleh anak-anak (Steinberg dan Silk, 2002 dalam Santrock, 2007:16) Namun, pada kenyataannya sebagian besar orang tua masih menerapkan pola asuh yang cenderung mengarah ke pola asuh otoriter, karena mereka sering melarang anak atau mengekang keinginan anak, memerintah anak dan suka
2
memberi hukuman terutama hukuman fisik serta anak harus mematuhi peraturanperaturan yang telah ditetapkan. Keadaan ini pun terlihat pada sebagian besar orang tua anak di Playgroup Flamboyan Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil observasi awal di lapangan dapat dipresentasikan jumlah orang tua yang cenderung menerapkan pola asuh otoriter adalah 47,4% atau 9 orang dari 19 jumlah orang tua anak di sekolah tersebut. Banyak faktor yang
mempengaruhi timbulnya pola asuh otoriter ini
seperti yang dikemukakan oleh beberapa para ahli antara lain, kesalahan dalam menerapkan harapan, kesalahan dalam interaksi simbolis, kesalahan dalam interaksi fisik dan kesalahan dalam interaksi psikis. Diharapkan pola asuh otoriter ini tidak berkembang luas dikalangan masyarakat karena sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab timbulnya pola asuh otoriter terhadap anak usia dini di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangsih pemikiran dan penambah wawasan bagi dunia pendidikan pada umumnya dan bagi para pendidik serta orang tua pada khususnya terkait dengan faktor-faktor penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini. KAJIAN TEORI A. Pengertian Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang selalu menuntut dan mengendalikan semata-mata karena kekuasaan, tanpa kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah. Anak-anak dengan pola asuh seperti ini cenderung memiliki kompotensi dan tanggung jawab sedang, menarik diri secara sosial, dan tidak memiliki sikap spontanitas, orang tua berlaku sangat ketat, dan mengontrol anak dengan mengajarkan standar dan tingkah laku, orang tua cenderung menetapkan standar dan mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman
3
serta orang tua cenderung memaksa, memerintah dan menghukum
(Hasan,
2012:26-27, Baurimnd (dalam Dewintahani, 2010), Suparyanto, 2010). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri. B. Ciri-Ciri Pola Asuh Otoriter Ciri-ciri pola asuh otoriter adalah sebagai sebagai berikut: (a) Gaya yang bersifat menghukum dan membatasi dimana orang tua sangat berusaha agar anak mengikuti pengarahan yang diberikan dan menghormati pekerjaan dan usahausaha yang telah dilakukan orang tua; (b) Orang tua menetapkan batasan-batasan dan kendali yang tegas terhadap anak; (c) Kurang memberikan peluang kepada mereka untuk berdialog secara verbal; (d) Kaku; (e) Tegas; (f) suka menghukum terutama hukuman fisik; (g) Kurang ada kasih sayang serta simpatik; (h) Cenderung mengekang keinginan anak; (i) Jarang memberi pujian; (k) Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab orang dewasa; (l) Orang tua banyak mengatur anak; (m) Anak tidak boleh protes dan bertanya; (n) Anak dihukum bila melangggar peraturan serta orang tua bersikap tidak hangat (Baumrind, (dalam Santrock, 2007:15), Stewart dan Koch, (dalam Suparyanto, 2010), Martinositorus, 2010) Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pola asuh otoriter adalah orang tua yang berkuasa menentukan segala sesuatu untuk anak, orang tua tidak segan-segan memberikan hukuman terhadap anak dan apa saja yang dilakukan anak harus sesuai dengan keinginanan orang tua.
4
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Pola Asuh Otoriter
Terhadap
Anak a. Menurut Muhli, (2012) beberapa faktor penyebab timbulnya pola asuh otoriter adalah sebagai berikut; 1. Kesalahan dalam Menerapkan Harapan Jika orang tua mendidik anak itu dengan tujuan agar di masa yang akan datang, selain anak mampu memilih dan memilah hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk, yang wajib dan yang tidak wajib, yang boleh dan tidak boleh, maka menjadi tujuan dari orang tua jika anak pada akhirnya nanti bisa hidup berbahagia. Makna kebahagian bagi orang tua kebanyakan adalah bagaimana anaknya bisa hidup sukses, kerja mapan, gaji tinggi, dan seterusnya. Dengan tujuan yang seperti itu, maka terkadang orang tua sampai memaksakan diri agar anaknya bisa mencapai harapan seperti apa yang diinginkan oleh orang tua tersebut. Sang anak disuruh melakukan ini dan itu tanpa kemudian melihat terhadap kondisi-kondisi yang terjadi pada diri anak. 2. Kesalahan dalam Interaksi Simbolis Kesalahan dalam interaksi simbolis juga sering dilakukan oleh para orang tua seperti orang tua yang suka main tunjuk, menunjukkan muka musam, murung, gelisah, dan marah-marah dihadapan anaknya. Dengan demikian, maka orang tua telah menunjukkkan suatu kesalahan dihadapan anak-anaknya. Seharusnya orang tua bisa memanage perasannya sendiri agar tidak nampak atau terlihat oleh anak-anaknya. 3. Kesalahan dalam Interaksi Psikis Salah satu kesalahan yang dapat dilihat di sini adalah orang tua yang suka membentak anaknya, atau seorang ayah yang membentak istrinya dihadapan anaknya. Termasuk dalam hal ini adalah orang tua yang sering berbicara lantang atau nyaring (keras) dan kasar dihadapan anaknya. 4. Kesalahan dalam Interaksi Fisik Para ahli telah menunjukkan bahwa pemukulan terhadap anak bukanlah cara yang efektif dalam mendidik anaknya, betapapun pemukulan ini diperbolehkan oleh agama. 5
5. Kesalahan dalam Intelektual-Ideologis Orang tua yang salah secara intelektual dan ideologis adalah orang tua yang “tidak berintelektual dan berideologis”. Para orang tua yang mengekang perkembangan intelektual dan ideologi anak seperti orang tua yang tidak memperbolehkan anak untuk ikut aktif dalam organisasi dimana organisasi tersebut berseberangan dari organisasi yang digeluti oleh orang tuanya. 6. Kesalahan dalam Interaksi Moral-Etis Orang tua yang suka berbohong, berdusta, menipu, dan lain sebagainya adalah orang tua yang mengalami kesalahan secara moral-etis. b. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu: 1. Sosial ekonomi Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. 2. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. 3. Nilai-nilai agama yang dianut orang tua Nilai-nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya. 4. Kepribadian Dalam
mengasuh
anak
orang
tua
bukan
hanya
mampu
mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak.
6
5. Jumlah anak Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. 6. Kepribadian orang tua Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan anak-anaknya. 7. Situasi anak Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola asuh otoriter. 8. Konsep mengenai peran orang tua dewasa Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep modern. 9. Status sosial ekonomi Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, mamaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua dari kelas atas. 10. Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. 11. Budaya Seringkali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebisaan-kebiasaan masyarakat di sekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat
7
diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya. 12. Latar belakang keluarga orang tuanya, usia orang tua, jenis kelamin orang tua, jenis kelamin anak. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh tersebut di atas diikemukakan oleh beberapa para ahli, yaitu Menurut Maccoby & Mc loby (dalam Suparyanto, 2010), Hurlock, (dalam Dewintahani, 2010) Edwards, (dalam Gunadarma, 2008), dan menurut Chaderinsaputra, (2012) METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berupa deskriptif. Penelitian ini hanya mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data
atau
kejadian
dengan
kalimat-kalimat
secara
kualitatif.
Prosedur
pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi teknik. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, atau dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa model interaktif yang meliputi data collection, data reduction, data display dan conclusions (Sugiyono, 2008:338). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara, observasi serta dokumentasi menunjukkan bahwa timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:
8
1. Kesalahan dalam Menerapkan Harapan Kesalahan ini pun dilakukan oleh sebagian besar orang tua anak di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, dimana orang tua sering menyuruh atau memerintah anak usia dini dengan salah satu harapan agar anak tersebut terbiasa membantu orang tua sejak dini. Tentu saja perilaku ini sangat keliru. Kesalahan ini pasti akan meninggalkan hal yang tidak baik bagi anak. Hasil penelitian ini identik dengan pendapat Muhli, (2012) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak adalah kesalahan dalam menerapakan harapan. 2. Kesalahan dalam Interaksi Simbolis Anak senantiasa menjadikan orang tuanya sebagai cermin pada setiap apa pun yang dilakukan dalam hidupnya. Oleh karena itu, orang tua seharusnya berhati-hati dalam bersikap, berbicara dan berperilaku. Sebab, semua itu akan diadaptasi oleh anak. Akan tetapi, disadari atau tidak, sebagian besar orang tua sering melakukan kesalahan dalam memperlakukan dan mendidik anak-anaknya. Hal ini berlaku dalam bidang apapun terutama interaksi simbolis. Orang tua seringkali
marah-marah
dihadapan
anak.
Orang
tua
berfikir
dengan
memperlihatkan perilaku seperti ini, anak tidak akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Orang tua sedikitpun tidak memperhatikan perkembangan anak. Kondisi seperti ini pula ditemui pada orang tua anak di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Muhli, (2012) yang mengemukakan bahwa salah satu penyebab pola asuh otoriter adalah kesalahan dalam interaksi simbolis. 3. Kesalahan dalam Interaksi Fisik Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak adalah sikap yang keras, kasar. Orang tua membesarkan dan mendidik anak dengan cara-cara kekerasan. Kekerasan yang dilakukan oleh orang tua dapat dilihat dari perilaku mereka terhadap anak-anaknya yakni memukul. Banyak orang tua beranggapan bahwa memukul termasuk cara yang efektif dalam mendidik dan mengingatkan anak. Sebenarnya hal itu adalah anggapan dan
9
pikiran yang keliru. Memukul tidak akan menyelesaiakan masalah. Namun, orang tua anak di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru tidak menyadari hal tersebut
sehingga
mereka
seringkali
menggunakkan
hukuman
(memukul/mencubit) jika anak melakukan kesalahan. Hasil Penelitian ini sejalan dengan pendapat Muhli, (2012) yang mengatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya pola asuh otoriter adalah kesalahan dalam interkasi fisik. 4. Kesalahan dalam Interaksi Psikis Kesalahan yang banyak terjadi dikalangan masyarakat tidak terkecuali orang tua anak di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo adalah perilaku orang tua yang suka membentak anak. Orang tua tidak menyadari bahwa perilaku ini sangat mempengaruhi perkembangan anak. Cara mendidik yang selalu didasari oleh kekerasan seringkali mengakibatkan anak kelak menjadi orang yang suka berbohong. 5. Pendidikan Orang Tua Latar belakang pendidikan memberikan dampak bagi pola pikir dan pandangan orang tua terhadap cara mengasuh dan mendidik anaknya. Sehubungan dengan tingkat pendidikan orang tua akan memberikan pengaruh terhadap pola berpikir dan orientasi pendidikan yang diberikan kepada anaknya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh orang tua maka akan semakin memperluas dan melengkapi pola berpikirnya dalam mendidik anaknya. Kondisi yang berupa latar belakang pendidikan orang tua merupakan satu hal yang pasti ditemui dalam pengasuhan anak. Demikian pula yang terjadi pada orang tua anak di Playgroup Flamboyan, dimana tingkat pendidikan orang tua merupakan Lulusan Sekolah Dasar. Berdasarkan kondisi latar belakang pendidikan orang tua yang sedemikian, menyebabkan kurangnya pemahaman orang tua terhadap konsep pola asuh yang tepat untuk diberikan pada anak. Sehingga orang tua beranggapan bahwa orang tua harus bertanggung jawab penuh terhadap perilaku anak dan menjadi orang tua yang otoriter merupakan jaminan bahwa anak akan berperilaku baik. Orang tua yakin bahwa perilaku anak dapat diubah sesuai dengan keinginan orang tua dengan cara memaksakan perilaku pada anak..
10
Pendapat lain dikemukakan oleh Maccoby & Mc loby (dalam Suparyanto, 2010), bahwa pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. 6. Bawaan/Latar Belakang Keluarga Orang Tuanya Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan. Di samping itu keluarga merupakan lembaga pendidikan yang membekali anak dengan berbagai pengalaman sosial dan nilai moral. Keluarga merupakan lingkungan yang juga ikut berpengaruh bagi anak sebagai individu dalam proses terbentuknya sikap. Jadi, tentunya apa yang ia dapatkan dalam keluarga tersebut akan terus dipertahankan sampai kapan pun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebagian orang tua yang cenderung menerapkan pola asuh otoriter sewaktu kecil mendapatkan perlakuan yang sama. Jadi pola asuh ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun dalam setiap keluarga tersebut. Hasil penelitian ini pula sejalan dengan pendapat Chaderinsaputra (2012), yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya pola asuh otoriter adalah latar belakang keluarga orang tuanya. 7. Budaya Hasil penelitian pun menunjukkan bahwa orang-orang di lingkungan orang tua yang cenderung menerapkan pola asuh otoriter sebagian besar menerapkan pola asuh otoriter juga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan salah satu penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian ini pun sejalan dengan pendapat Edwards, (2006) (dalam Gunadarma 2008), yang
11
menyatakan bahwa salah satu faktor yang menjadi penyebab timbulnya pola asuh otoriter adalah budaya. 8. Kepribadian orang tua Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan di salah satu PAUD yang ada di Kabupaten Gorontalo yakni di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua kurang memiliki kesabaran dalam menghadapi perilaku anak ataupun memenuhi kebutuhan anak sehingga yang timbul hanyalah pola asuh yang cenderung mengarah ke pola asuh otoriter. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Hurlock, (dalam Dewintahani, 2010) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya pola asuh otoriter adalah kepribadian orang tua. Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan anakanaknya. 9. Konsep mengenai peran orang tua dewasa Para orang tua mempunyai model tersendiri dalam mendidik anaknya. Namun, sebagian besar orang tua masih mempertahankan konsep tradisional yakni sebuah pemikiran yang cukup sederhana namun sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Orang tua mempunyai pemikiran bahwa perilaku anak dapat dibentuk dengan bersikap keras dan selalu menghukum anak jika melakukan kesalahan. Hal ini pun yang menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
12
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Hurlock, (dalam Dewintahani, 2010) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab pola asuh otoriter adalah konsep mengenai peran orang tua dewasa. Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep modern. 10. Situasi anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa situasi anak dapat juga menjadi penyebab timbulnya pola asuh otoriter. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock, (dalam Dewintahani, 2010), bahwa salah satu penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini adalah situasi anak. Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola asuh otoriter SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya pola asuh otoriter pada anak usia dini di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo adalah kesalahan dalam menerapkan harapan, kesalahan dalam interaksi simbolis, kesalahan kesalahan dalam interaksi fisik, kesalahan dalam
interaksi psikis,
pendidikan orang
tua,
bawaan/latar
belakang
keluarganya, budaya, kepribadian orang tua, konsep mengenai peran orang tua dewasa, dan situasi anak. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam upaya menyikapi pola asuh otoriter adalah orang tua seharusnya mengajari anak-anaknya dengan memberi contoh, respon positif dan tidak ada respon.
13
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada orang tua untuk memberikan pola asuh yang baik untuk anak agar tidak menghambat perkembangan anak kearah yang lebih baik. 2. Diharapkan kepada seluruh pihak baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat agar lebih memperhatikan pentingnya pendidikan anak sejak dini demi lahirnya generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Memahami Pola Asuh Otoriter. (Online) (http://www.orangtua.org/2011/08/19/memahami-pola-asuh-otoriter/, diakses 16 Oktober 2012) Chaderinsaputra. 2012. Makalah Pola Asuh. (Online) (http://chaderinsaputra.wordpress.com/2012/06/05/makalah-pola-asuh/, diakses 22 maret 2012) Dewintahani. 2010. Pola Asuh. (Online) (http://dewintahani.blogspot.com/2010/03/pola-asuh.html, diakses 16 Oktober 2012) Gunadarma.2008. Library Articles Graduate Psychology. (Online) (http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/ Artikel_10503078.pdf, diakses tanggal 23 Maret 2013) Hasan, Maimunah. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : DIVA Press Martinositorus. 2010. Pola Asuh Anak. (Online) (http://martinositorus.wordpress.com/2010/11/05/pola-asuh-anak/, diakses tanggal 7 November 2012) Muhli, Ahmad. 2012. Pengaruh Kekerasan Pada Istri Terhadap Pola Asuh Otoriter Ibu. (Online) (ahmadmuhli.wordpress.com/2012/06/05/pengaruh-kekerasan-pada-istriterhadap-pola-asuh-otoriter-ibu-di-dusun-bungkandang-ketawang-laoguluk-guluk-sumenep-tahun-20112012/, diakses tanggal 23 maret 2012) Santrock, W. John. 2007. Adolenscence, Elevent Edition. Jakarta : Erlangga
14
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Suparyanto. 2010. Konsep Pola Asuh Anak. (Online) (http://dr.suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-pola-asuh-anak.html, diakses 20 Oktober 2012)
15
PERSETUJUAN PEMBIMBING
JURNAL
Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Pola Asuh Otoriter Pada Anak Usia Dini Di Playgroup Flamboyan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo
Oleh Sunarti Tomis NIM. 153 409 019
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Rusdin Djibu, M.Pd Nip. 19640427 198703 1 001
Pupung Puspa Ardini, S.Pd, M.Pd Nip. 198311110 200801 2010
Mengetahui a.n. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Sekertaris Jurusan PAUD
Samsiah, S.Pd, M.Pd Nip. 197311102006 04 2001
16
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA POLA ASUH OTORITER PADA ANAK USIA DINI DI PLAYGROUP FLAMBOYAN KECAMATAN TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO
JURNAL Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Wisuda Sarjana Pendidikan
Oleh SUNARTI TOMIS NIM 153409019
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2013
17