FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross ABSTRACT This research has two major objectves; 1) to assess the combined of multi variables ( product, price police, promotion, site of service, staff, physical support, and prosess ) simultance on internet decision making of using .2) to assess the dominant of multi variables on the internet decision making of using. This study recommends that multi variables ( product, price police, promtion, staff, physical support and prosses )significantly influence on the internet decision making of using. The product was dominant factor significantly influence on the internet decision making of using. Keywords : The multivariable of making and the decision making PENDAHULUAN Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Pemasaran telah menjadi subyek yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari sejalan dengan semakin berkembangnya perekonomian. Aktivitas pemasaran menjadi tanggung jawab pokok seorang manajer pemasaran adalah melakukan analisis pasar, merencanakan dan melaksanakan program-program pemasaran, melakukan pengawasan dan evaluasi untuk mempengaruhi tingkat, saat dan sifat permintaan yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya. Pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa kegiatan pemasaran intinya adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih dari pesaing secara konsisten dengan tujuan akhir memenuhi atau melebihi harapan pelanggan sasaran. Demikian pula pada usaha jasa telekomunikasi, jasa telekomunikasi merupakan salah satu usaha jasa yang cukup rumit pengelolaannya yaitu selain menyediakan fasilitas komunikasi internet yang dapat digunakan oleh pengguna jasanya selama 24 jam perusahaan jasa harus memenuhi kebutuhan pelanggannya. Disamping itu, dengan kondisi persaingan dalam dunia telekomunikasi yang semakin ketat, menyebabkan banyaknya tuntutan pemenuhan fasilitas
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
telekomunikasi yang kualitasnya semakin baik antara lain praktis, efisien, dan jangkauan luas. Hal ini karena semakin tinggi tingkat persaingan, tingkat kompleksitas pasar dan kondisi konsumen yang semakin kritis akan pasar, antara lain sebelum menjatuhkan pilhan pada produk jasa khususnya jasa telekomunikasi yang ditawarkan konsumen akan mempertimbangkan dengan matang, alternatif memilih jasa komunikasi yang sesuai dengan harapan mereka. Untuk itu kegiatan pemasaran jasa telekomunikasi perlu dikelola secara profesional dan inovatif. Mengingat semakin banyaknya usaha jasa telekomunikasi sejenis yang makin berkembang. PT. Telkom yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi sudah selayaknya lebih memperhatikan kebijakan pemasaran yang dilaksanakannya. Kebijakan pemasaran usaha telekomunikasi sangat tergantung pada bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zeitmal dan Bitner dalam Hurriyati (2005:4): “Bauran pemasaran jasa terdiri dari 7p yaitu product, price, place, promotion, people, physical evidence dan proses”. Kebutuhan pengetahuan terhadap faktor-faktor bauran pemasaran semakin diakui oleh para pengusaha karena dengan strategi bauran pemasaran yang jitu suatu perusahaan dapat mencapai tujuannya.
1
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
Demikian juga pada PT. Telkom Kancatel Tangerang yang memasarkan produk jasa internet telah memiliki pelanggan kurang lebih 127.500 pelanggan pada akhir tahun 2008 perusahaan melaksanakan bauran pemasaran dengan tepat. Pada saat ini internet telah dilengkapi dengan berbagai fitur penunjang, selain menawarkan dengan harga yang termurah. PT. Telkom juga telah melakukan promosi yang dianggap tepat baik melalui media cetak maupun elektronik, dan banyaknya kantor cabang serta area pelayanan yang luas sehingga memudahkan pelanggan yang memerlukan pelayanan jasanya. Di samping itu PT. Telkom juga ditunjang oleh sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan memberikan pelayanan terbaik bagi konsumennya, memiliki sarana maupun prasarana fisik yang baik, dan prosedur pemasangan koneksi internet baru yang semakin dipermudah yang diharapkan akan meningkatkan kepuasan yang pada akhirnya diharapkan berpengaruh terhadap keputusan pembelian pengguna jasa, karena keputusan tersebut adalah hasil penilaian yang dilakukan oleh konsumen berdasarkan pada pengetahuan dan pengalamannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang: “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengguna Jasa Internet pada PT. Telkom Kancatel Tangerang Ditinjau Dari Bauran Pemasaran”. Masalah Penelitian 1. Apakah variabel bauran pemasaran jasa yang terdiri dari: produk, kebijakan harga, promosi, lokasi pelayanan, partisipan/orang, pendukung fisik dan proses secara bersamasama berpengaruh terhadap keputusan penggunaan jasa internet 2. Diantara variabel bauran pemasaran jasa, yang terdiri dari produk, kebijakan harga, promosi, lokasi pelayanan, partisipan/orang, pendukung fisik dan proses, manakah yang berpengaruh dominan terhadap keputusan penggunaan jasa internet Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, kebijakan harga, promosi, lokasi pelayanan, partisipan/orang, pendukung fisik dan proses secara bersama-
2
sama terhadap keputusan penggunaan jasa internet 2. Untuk mengetahui dan menganalisis variabel bauran pemasaran jasa yang dominan berpengaruh terhadap keputusan penggunaan jasa internet Kegunaan Penelitian 1. Praktis Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menentukan bauran pemasaran jasa yang dilakukan oleh PT. Telkom Kancatel Tangerang khususnya, sehingga tidak terjadi penurunan penggunaan jasa internet. 2 Teoritis Penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang kajian manajemen pemasaran jasa serta melengkapi kajian teori yang berkaitan dengan bauran pemasaran jasa serta keputusan penggunaan jasa internet. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dalam Ancellawati (2000:9) mendefinisikan pemasaran adalah: “Suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Menurut Kotler dan Amstrong dalam Teguh Hendra (2001:10) pemasaran adalah: “Fungsi bisnis yang mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan pelanggan (costumer), menentukan pasar sasaran yang paling dapat dilayani dengan baik oleh perusahaan, dan merancang produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut”. Selanjutnya menurut Swastha DH (2002:10) pengertian pemasaran adalah sebagai berikut: “Pemasaran adalah keseluruhan dari kegiatankegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Menurut Payne, (2000: 27) mengemukakan bahwa “pemasaran jasa merupakan suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut”. 2. Pengertian Jasa dan Pemasaran Jasa Adapun definisi pemasaran jasa, yaitu “Setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain dan merupakan barang tidak berwujud (intangible) serta tidak berakibat pada kepemilikan akan sesuatu”. Rismiati (2001:270) Pemikiran pemasaran pada mulanya berkembang dari penjualan produk fisik. Sementara itu pertumbuhan jasa yang luar biasa terjadi semenjak tahun 1969-an ketika keadaan pasar semakin menurun dan meningkatnya pergolakan lingkungan, sehingga pemasaran jasa menjadi salah satu megatren utama. Akan tetapi pada era berikutnya terjadi konsolidasi dan peperangan perebutan pasar, karena adanya over expansion of supply di tiap-tiap bidang sektor jasa seperti hotel, penerbangan, broker, keuangan, surat kabar hingga bisnis eceran. Hal ini mendorong tumbuhnya perhatian khusus dalam masalah pemasaran jasa. Salah satu cara membedakan sebuah perusahaan adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan pelanggan sasaran mengenai kualitas jasa yang diberikan oleh penyedia jasa. Stanton dalam Swastha (2002:5) menyatakan definisi pemasaran adalah : Suatu sistem keseluruhan dari kegiatankegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Sedangkan Menurut Kotler dalam Swastha (2002:7) pengertian manajemen pemasaran adalah sebagai berikut: Penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong, serta melayani pasar. Menurut Kotler dalam Teguh Hendra (2001:602), definisi jasa adalah : Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Menurut pendapat Lupiyoadi (2001:5), jasa adalah : Semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak berupa produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen. Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Kondisi dan cepat lambatnya pertumbuhan jasa sangat bergantung pada penilaian pelanggan terhadap kinerja yang ditawarkan dan diberikan oleh pihak penyedia jasa, untuk menghasilkan kepuasan pelanggan. 3. Karakteristik Jasa Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang (produk fisik). Berikut adalah pendapat Griffin (dalam Lupiyoadi, 2001:6) mengenai berbagai karakteristik jasa: a. Intangibility (tidak berwujud). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa tersebut dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud yang dialami oleh konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan atau rasa aman. b. Unstorability. Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan, karakteristik ini disebut juga tidak dapat dipisahkan (inseparability) mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersama-sama. c. Customization. Jasa juga sering kali didesain khusus untuk kebutuhan pelanggan, sebagaimana jasa asuransi dan kesehatan. Selanjutnya menurut Kotler dalam Teguh Hendra (2001:603), karakteristik jasa adalah sebagai berikut: a. Tidak berwujud. Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud, tidak dapat didengar, tidak dapat diraba, tidak dapat dirasa, tidak dapat dicium sebelum jasa itu dibeli. b. Tidak dapat dipisahkan. Umumnya jasa yang dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
3
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
c.
d.
Jika jasa itu dilakukan oleh orang, maka penyedianya adalah bagian dari jasa. Variabilitas, jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. Tidak tahan lama. Jasa tidak dapat disimpan dan tidak tahan lamanya jasa tidak menjadi masalah bila permintaan tetap karena mudah mengatur staf atau karyawan untuk melakukan jasa itu lebih dahulu. Namun jika permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit (misal, perusahaan jasa transportasi mikrolet).
Selain itu karakteristik jasa menurut Mursid (2002:116) adalah: a. Maya atau tidak teraba (intangibility). Karena jasa tidak teraba, maka pelanggan tidak dapat mengambil contohnya seperti mencicipi, merasakan, melihat, mendengar atau mencium sebelum pelanggan membelinya. Oleh karena itu dalam memasarkannya harus menonjolkan jasa itu sendiri. Misalnya perusahaan koneksi internet menguraikan bagaimana pelanggan dapat menghemat biaya pengeluaran melalui pembicaraan koneksi internet. b. Tak terpisahkan (inseparability). Jasa tidak terpisahkan dengan pribadi penjual. Untuk jasa tertentu diciptakan dan dipergunakan habis pada saat yang bersamaan. c. Heterogenitas. Output dari jasa tidak ada standarisasinya. Setiap unit jasa agak berbeda dengan unit jasa lain yang sama. Misalnya order reparasi seorang montir mobil tidak sama kualitasnya antara satu order dengan order lain. Oleh sebab itu perusahaan jasa harus memperhatikan kualitasnya. d. Cepat hilang (perishability) dan permintaan yang berfluktuasi. Jasa cepat hilang dan tidak dapat disimpan. Pasaran jasa selalu berubah menurut waktu. Misalnya montir menganggur pada hari kemarin, tidak dapat diganti pada hari ini dan merupakan kerugian selamanya. 4.
Variabel-Variabel Dalam Bauran Pemasaran Jasa Menurut Hurriyati (2005:49): “untuk bauran pemasaran jasa mengacu pada konsep bauran pemasaran tradisional yang terdiri dari 4P, yaitu
4
produk, harga, tempat/lokasi dan promosi yang diperluas dengan penambahan unsur non tradisional yaitu orang, fasilitas fisik dan proses sehingga menjadi tujuh unsur (7P)”. Adapun masing-masing unsur bauran pemasaran jasa di atas dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Produk (product) jasa 1) Pengertian produk Menurut Kotler dalam Teguh Hendra (2000:428) Produk Jasa merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan. Kotler et.al dalam Teguh Hendra (2000:212) mengemukakan bahwa produk adalah: “Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”. Selanjutnya produk itu dijelaskan lebih lanjut oleh Lamb, Charles W. et. al (2001:414): “Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu baik yang menguntungkan maupun tidak yang diperoleh seseorang melalui pertukaran”. 2) Penggolongan produk Produk tidak hanya diciptakan menurut definisi produk itu saja. Perusahaan di dalam menghasilkan produk juga harus memperhatikan penggolongan produk itu sendiri yang dapat digolongkan menjadi beberapa bagian menurut tujuan pemakaiannya. Peng-golongan produk menurut Kotler et.al dalam Ancellawati (2000:215-218) dibagi menjadi: a) Klasifikasi Barang Konsumen (Consumer Goods) Barang konsumen dapat dikelompokkan berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen menjadi: (1) Barang konvenien (convenience goods) Adalah barang yang biasanya sering dibeli oleh pelanggan tanpa membutuhkan banyak pertimbangan dan hanya membutuhkan sedikit usaha. (2) Barang shopping (shopping goods) Adalah barang yang selama proses pemilihan dan pembelian, pelanggan biasanya melakukan pembandingan berdasarkan beberapa criteria seperti kesesuaian, kualitas, harga dan gaya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
(3) Barang spesial (Speciality Goods) Adalah barang yang memiliki karekteristik unik atau pengenalan merk sehingga untuk itu sekelompok pembeli terbiasa untuk melakukan upaya pembelian khusus. (4) Barang yang tidak dicari (Unsought Goods) Adalah barang yang tidak diketahui oleh konsumen atau kalau diketahui biasanya tidak terpikirkan untuk dibeli. b) Klasifikasi Barang Industri (Industrial Goods) Barang industri dapat dikelompokkan berdasarkan bagaimana mereka memasuki proses dan kemahalan relatifnya. Menurut Payne dalam Tjiptono (2000 :135): Produk jasa merupakan rangkaian pemuasan nilai yang kompleks. Orang membeli jasa membeli jasa untuk memecahkan masalah dan mereka melekatkan nilai pada jasa-jasa dalam kaitannya dengan kemampuan jasa yang dipersepsikan untuk memecahkan masalah tersebut” Untuk penawaran suatu produk menurut Payne dalam Tjiptono (2000 :134) disarankan bahwa penawaran produk dapat dilihat dari beberapa level yaitu: 1) Produk inti atau generik. Ini terdiri dari produk jasa dasar, misalnya tempat tidur di kamar hotel untuk malam hari 2) Produk yang diharapkan Ini terdiri dari produk generik bersama dengan pembelian minimal yang perlu dipenuhi. 3) Produk yang diperluas (augmented product). Ini merupakan bidang yang memungkinkan suatu produk dibedakan dari yang lain. 4) Produk potensial Ini terdiri dari seluruh sifat dan manfaat tambahan potensial yang memang atau mungkin merupakan utilitas bagi pembeli. b. Tarif Harga (price) 1) Pengertian Harga Harga menjadi faktor penentu dalam pembelian dan menjadi salah satu unsur penting
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2)
dalam menentukan bagian pasar dan tingkat keuntungan perusahaan. Definisi harga menurut Fandy Tjiptono (2002:151) menyatakan: “Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa”. Dari pengertian harga di atas dapat diketahui bahwa harga merupakan unsur bauran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda dengan karakteristik produk atau komitmen terhadap saluran distribusi kedua hal tersebut tidak dapat diubah/ disesuaikan dengan mudah dan cepat karena biasanya menyangkut keputusan jangka panjang. Tujuan Penetapan Harga Perusahaan di dalam menetapkan harga sebaiknya mengadakan pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya. Menurut Tjiptono (2002: 152-153) ada lima jenis tujuan penetapan harga, yaitu: a) Tujuan berorientasi pada laba Tujuan ini dipakai oleh perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba yaitu tingkat laba yang diharapkan sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasanya digunakan yakni target margin dan target ROI. b) Tujuan berorientasi pada volume Harga yang ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan rupiah, atau target pangsa pasar (absolut maupun relatif). c) Tujuan berorientasi pada citra Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Harga tinggi dapat membentuk atau mempertahankan citra prestisius, sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value). Misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. d) Tujuan stabilisasi harga Stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahan-kan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dengan harga pemimpin industri.
5
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
3)
6
e) Tujuan-tujuan lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Metode penetapan harga Dengan memperhatikan tiga hal yakni skedul permintaan pelangan, fungsi biaya, dan harga pesaing perusahaan siap untuk menentukan harga. Ada tiga pertimbangan utama dalam penentuan harga yaitu biaya menentukan batas bawah untuk harga tersebut, harga pesaing dan harga barang subtitusi. Menurut Kotler et.al dalam Ancellawati (2000: 311-320) perusahaan memecahkan persoalan penetapan harga dengan memilih sebuah metode penetapan harga yang memasukkan satu atau lebih dari ketiga pertimbangan tersebut. Ada beberapa metode penetapan harga yang dapat dipakai oleh perusahaan dengan mempertimbangkan tiga pertimbangan utama di atas, metode penetapan harga tersebut antara lain: a) Mark up pricing. Metode penetapan harga yang paling sederhana adalah dengan menambahkan sejumlah kenaikan (mark up) baku pada biaya produk. Penetapan harga mark up dipakai untuk sejumlah alasan. Pertama, penjual lebih memiliki kepastian mengenai biaya daripada mengenai permintaan. Kedua, bila semua perusahaan dalam suatu industri menggunakan metode penetapan harga ini harga mereka cenderung sama oleh karena itu, persaingan harga dapat diminimalkan. Ketiga, banyak orang merasakan bahwa penetapan harga plus tersebut lebih adil baik bagi pembeli maupun penjual. b) Target-return Pricing. Pendekatan penetapan harga lainnya yang menggunakan basis biaya adalah penetapan harga berdasarkan keuntungan sasaran (target return-pricing). Perusahaan menentu-kan harga yang akan menghasilkan tingkat keuntungan investasi (return on investment atau disingkat ROI). c) Receive value pricing Perusahaan yang mendasarkan harga
mereka pada nilai yang dirasakan (preceived value) dari produk. Mereka melihat persepsi nilai pembeli, bukan biaya penjual, sebagai kunci penetapan harga. Mereka menggunakan variabel non harga untuk membangun nilai yang dirasakan dalam benak pembeli. Harga ditetapkan untuk mencerminkan nilai yang dirasakan tersebut. d) Value pricing. Perusahaan mengadopsi penetapan harga berdasarkan nilai (value pricing) dimana mereka menetapkan harga rendah bagi penawaran berkualitas. Filosofi yang diguna-kan untuk penetapan harga ini adalah “Barang lebih baik harga lebih murah (more for less)”. e) Going rate pricing. Dalam penetapan harga berdasarkan tarif yang berlaku (going-ratepricing) suatu perusahaan mendasarkan harganya terutama pada pesaing dengan sedikit memperhatikan biaya atau permintaannya sendiri. Perusahaan tersebut mungkin menetapkan harga yang sama, lebih besar atau lebih kecil daripada pesaing utamanya. Going rate pricing cukup populer. Bilamana biaya sulit diukur atau respon persaingan bersifat tidak pasti, perusahaan merasakan bahwa harga yang berlaku (going price) memberikan solusi yang baik. Harga tersebut dipandang mampu mencerminkan kebijaksanaan kolektif industri tentang harga yang akan memberikan keuntungan yang wajar dan tidak membahayakan keselarasan industrial. f) Sealed- Bid Pricing Penetapan harga yang berorientasi pada persaingan umum diterapkan bilamana perusahaan mengajukan penawaran untuk memperebutkan suatu pekerjaan. Perusahaan mendasarkan harganya pada pengharapan tentang bagaimana pesaing akan menghargai tawarannya daripada hubungan yang kaku dengan biaya atau permintaan tersebut. Tetapi perusahaan tidak dapat menetapkan harganya di bawah tingkat tertentu (biaya perolehan) dengan tanpa mengganggu atau memperburuk posisinya. Sebaliknya, semakin tinggi ia menetapkan harganya di atas biayanya peluangnya untuk mendapatkan kontrak akan semakin kecil.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
4)
Kebijakan Harga Harga memegang peranan penting dalam pemasaran baik itu bagi penjual maupun pembeli. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dikemukakan pengertian tentang harga yang dikemukakan oleh para ahli: Menurut Kotler dalam Ancellawati (2000:114) mengatakan bahwa: “Harga yaitu jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk produk itu”. Menurut Alma (2000:79) bahwa: “Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang”. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa harga adalah merupakan alat tukar untuk mengukur suatu nilai uang yang terkandung dalam suatu barang atau jasa, sedangkan yang dipakai sebagai alat pengukur adalah uang. Dari pengertian di atas, timbullah pengertian tentang kebijakan harga, dimana dalam pelaksanaannya akan diikuti oleh kebijakan harga tertentu yang sebelumnya diputuskan oleh perusahaan. Kebijakan harga tersebut dimaksudkan dengan langkah guna mendukung dan mengarahkan harga agar tercipta suatu hubungan antara produsen dan konsumen. Untuk memperjelas tentang kebijakan harga, disini akan dikemukakan pendapat menurut Effendi (2001:197), yaitu: Syarat-syarat ketetapan harga terpisah dan berbeda dari penentuan tingkat harga, karena kebijakan harga yang ada dapat sama untuk harga yang berlainan dan perbedaan kebijakan merupakan suatu perhatian sebagai keputusan rutin mereka membantu sebagai jalan bagi pimpinan perusahaan dalam mengikuti penentuan keputusan harga. Metode atau taktik mana yang akan dipilih perusahaan dalam penentuan harga jasa sangat tergantung dari banyak hal, karena memang tidak ada satu pun metode yang tepat untuk semua kondisi. Hal hal tersebut menurut Lupiyoadi (2008:207) diantaranya: 1) Besarnya anggaran iklan/promosi yang diinginkan Jika anggaran promosi rendah mungkin karena harga barang / jasa rendah. Untuk meningkatkan promosi harga harus ditingkatkan. 2) Jenis produk Harga produk sebaiknya kompetitif
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5)
3) Sasaran pangsa pasar Pangsa pasar dan harga biasanya berbanding terbalik. Jika ingin pangsa pasar tinggi maka harga harus rendah, begitu juga sebaliknya. 4) Saluran pemasaran atau distribusi Semakin banyak tingkatan saluran pemasaran, maka harga yang ditetapkan semakin tinggi 5) Pandangan tentang laba Jika perusahaan ingin menutup biaya maka harga awal hendaknya tinggi, sementara untuk memelihara penjualan janga panjang maka harga hendaknya ditetapkan rendah 6) Keragaman atau keunikan produk Produk yang mempunyai banyak fungsi dapat dikenakan harga yang tinggi daripada produk dengan satu fungsi. 7) Ada atau tidaknya jasa tambahan Dalam produk ada kalanya kita menemukan jasa tambahan. Contoh: instalasi dan pelatihan. 8) Siklus hidup penggunaan produk Produk yang tahan lama akan dapat dikenakan harga yang lebih tinggi daripada produk sekali pakai 9) Ancaman pesaing baru Jika ancaman persaingan muncul, sebaiknya menetapkan harga rendah. Jika tidak ada encaman gunakan penentuan harga skimming. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan harga yang ditetapkan oleh perusahaan, biasanya kebijakan harga tersebut berlaku untuk sementara waktu saja selama masa menguntungkan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mengikuti perkembangan harga dan situasi pasar. Unsur harga tersebut dalam waktu tertentu dirubah atau tidak. Apabila selama batas waktu tertentu keadaan menguntungkan, maka kebijakan harga harga tersebut ditinjau kembali apabila situasi dan kondisi perusahaan mengalami perubahan, sehingga tidak mungkin lagi untuk dipertahankan agar produsen maupun konsumen tidak saling dirugikan. Potongan Harga Menurut Saladin, (1996:231).Potongan harga adalah potongan yang diberikan oleh penjual
7
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
6)
7)
8
dalam bentuk pengurangan harga jual yang harus dibayar oleh para pembeli. Selanjutnya menurut Kotler (2001:124), Potongan harga adalah pengurangan dari apa yang tercantum dalam daftar harga, serta diberikan kepada pembeli yang bersedia melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh perusahaan. Sesuatu tersebut dapat berupa pembayaran barang dalam jangka waktu ditentukan, pembelian dalam jumlah tertentu, ataupun memperdagangkan barang atau jasa. Pemberian potongan harga tersebut dapat berwujud uang atau imbalan barang dan jasa Macam-Macam Potongan Harga Menurut Tjiptono (2002:168), ada bentuk lain dari potongan harga, yaitu allowance yang merupakan pengurangan dari harga menurut daftar (price list) kepada pembeli karena adanya aktifitas-aktifitas tertentu yang dilakukan oleh pembeli. Ada tiga bentuk allowance, Tjiptono (2002:169)yaitu: a) Trade-in allowance, yaitu potongan yang diberikan dalam sistem tukar tambah. b) Promotional allowance, yaitu potongan yang diberikan pada setiap penjualdalam jaringan distribusi perusahaan yang melakukan aktifitas periklanan atau penjualan tertentu yang dapat mempromosikan produk produsen. c) Product allowance, yaitu potongan yang diberikan kepada pembeli yang bersedia membeli barang dalam kondisi yang tidak normal. Tujuan Pemberian Potongan Harga Sedangkan Kotler dalam Ancellawati (2000:151), terdapat beberapa keadaan atau peristiwa yang menjadi alasan suatu perusahaan untuk memberikan potongan harga, yaitu a) Apakah perusahaan mempunyai suatu kelebihan kapasitas, maka memerlukan tambahan pendapatan dan hal tersebut dapat diperoleh dengan meningkatkan usaha-usaha penjualan, menyempurna-kan produk atau yang lainnya. b) Suatu keadaan yang mendorong perusahaan memberikan potongan harga disebabkan merosotnya pangsa pasar sebagai akibat makin ketatnya tingkat persaingan.
c) Perusahaan akan memprakarsai potongan harga dalam usahanya mengungguli pesaing melalui struktur biaya yang lebih rendah. Perusahaan dapat mulai dengan biaya lebih rendah dari pada yang dimiliki para pesaingnya, atau memprakarsai potongan harga dengan maksud meraih pasar yang lebih besar sehingga diharapkan akan mengarah pada turunnya biaya. c. Tempat/Lokasi Pelayanan (Place) 1) Pengertian Tempat/Lokasi Pelayanan Menurut Hurriyati (2005:55): “Untuk produk industri manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi, sedangkan untuk produk industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa” Menurut Carvens (1998:28) saluran distribusi itu sendiri mempunyai arti: “Jaringan organisasi yang melakukan fungsifungsi yang menghubungkan produsen dengan pengguna akhir”. Jadi saluran distribusi itu sendiri terdiri dari berbagai lembaga atau badan yang saling tergantung dan saling berhubungan yang berfungsi sebagai suatu sistem atau jaringan yang bersama-sama menghasilkan dan mendistribusikan sebuah produk kepada pengguna akhir. 2) Tingkat-tingkat saluran distribusi Saluran distribusi digambarkan oleh jumlah tingkat saluran yang terlibat. Tingkat saluran menurut Kotler dan Amstrong dalam Teguh Hendra (2001:7) adalah: “Merupakan setiap lapisan perantara pemasaran yang melaksanakan semacam tugas dalam membawa produk dan kepemilikan lebih dekat kepada pembeli akhir”. Ada dua macam tingkat saluran yaitu: a) Saluran pemasaran langsung Yakni tidak mempunyai perantara. Saluran ini terdiri dari perusahaan yang menjual langsung kepada konsumen. b) Saluran pemasaran tidak langsung Yakni terdiri dari satu tingkat perantara. Saluran ini terdiri dari perusahaan yang menjual melalui perantara kepada konsumen. 2 Jenis Perantara Dalam Pemasaran Secara umum perantara terbagi atas merchant midleman dan agent midleman (Tjiptono 2002:185). Merchant middleman
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
adalah perantara yang memiliki barang (dengan membeli dari produsen) untuk kemudian dijual kembali, sedangkan yang dimaksud dengan agent middlemant (broker) adalah perantara yang hanya mencarikan pembeli, menegosiasikan, dan melakukan transaksi atas nama produsen. Jadi ia tidak memiliki sendiri barang yang di negosiasikan, contohnya broker real estate dan sales agent travel/Hotel. Dua bentuk utama dari mercant midleman adalah: a) Wholesaler (disebut juga distributor atau jober) Yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan wholesaling. Wholesaling adalah segala kegiatan produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsunen akhir untuk tujuan dijual kembali atau untuk pemakai bisnis. b) Retailer (Dealer) Adalah perusahaan yang fungsi utamanya menjual produk kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga. Penekanan pada fungsi utama tertentu ini menunjukkan bahwa retailer merupakan lembaga yang dapat berdiri sendiri. d. Promosi (Promotion) 1) Pengertian promosi Promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan barang dan jasa. Kegiatan promosi bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pemasaran. Promosi digunakan untuk menginformasikan kepada orang mengenai produk-produk dan meyakinkan para pembeli dalam pasar sasaran suatu perusahaan, organisasi saluran, dan masyarakat umum untuk membeli barangnya. Alma (2000:135) mengatakan bahwa: “Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa”.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2)
Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen. Suatu kegiatan promosi jika dilaksanakan dengan baik dapat mempengaruhi konsumen mengenai dimana dan bagaimana konsumen membelanjakan pendapatannya. Keuntungan bagi produsen adalah promosi dapat menghindarkan persaingan berdasarkan harga, karena konsumen membeli barang lebih dikarenakan tertarik dengan merknya. Variabel-variabel promosi Perangkat promosi yang kita kenal atau biasanya disebut promotional mix adalah terdiri dari periklanan, personal selling, sales promotion, public relation, publisitas, dan direct marketing. Model dari variabel-variabel itu antara lain: a) Periklanan (Advertising) Adalah “setiap bentuk presentasi dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor tertentu”. (Carvens 1998:77) Iklan biasanya bertanggung jawab untuk menciptakan kesadaran akan suatu produk baru. Peranan periklanan pada pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran (awareness) terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, untuk menambah pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan, untuk membujuk calon konsumen untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut, dan untuk membedakan diri perusahaan satu dengan yang lain (differentiate service) yang mendukung positioning jasa. (Lupiyoadi 2001:108). b) Penjualan langsung (Personal Selling) “Penjualan adalah presentasi langsung dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih pembeli, dengan maksud, untuk mendapatkan penjualan”. (Carvens 1998:77). Sifat personal selling bisa dikatakan lebih luwes karena tenaga penjual dapat secara langsung menyesuaikan penawaran penjualan dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing calon pembeli. Selain itu, tenaga penjual juga dapat segera mengetahui reaksi calon pembeli terhadap penawaran penjualan sehingga dapat mengadakan
9
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
penyesuaian-penyesuaian di tempat itu juga. Keunggulan dari personal selling ini (Chandra G. 2002:176) adalah: (1) Personal confrontation, artinya terjadi relasi langsung dan interaktif antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak dapat saling mengamati reaksi masing-masing. (2) Cultivation, artinya memungkinkan terjadinya hubungan yang akrab antara wiraniaga dengan pembeli. (3) Response, yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pembeli untuk mendengar, memperhatikan, atau menanggapi presentasi wiraniaga. c) Promosi penjualan (Sales promotion) Adalah “semua kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang dan jasa dari produsen sampai pada akhirnya”. (Lupiyoadi 2001:109). Promosi penjualan terdiri dari berbagai kegiatan promosi antara lain peragaan penjualan, kontes, pemberian sampel, display titik pembelian, pemberian insentif, dan kupon. Ada tiga manfaat pokok yang ditawarkan promosi penjualan (Chandra G. 2002:176): (1) Komunikasi, yaitu memberikan informasi yang dapat menarik perhatian konsumen agar tertarik untuk membeli produk. (2) Insentif, berupa kontribusi, konsesi, atau dorongan yang dapat bernilai tambah bagi pelanggan. (3) Invitasi, yang mengharapkan agar konsumen segera melakukan transaksi pembelian. d) Public Relation “Merupakan kiat pemasaran penting lainnya dimana perusahaan itu harus berhubungan hanya dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi ia juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang lebih besar” (Lupiyoadi 2001:110). e) Partisipan/Orang Menurut Ratih (2005:62) menyatakan: “adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi pembeli”. Elemen-elemen
10
dari people adalah pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Menurut Ratih (2005:63) elemen people ini memiliki 2 aspek, yaitu: a. Service People Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti dan akurat dapat menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik perusahaan. b. Customer Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para pelanggan. f) Pendukung Fisik Menurut Nirwana (2004:47) “fasilitas pendukung merupakan bagian dari pemasaran jasa yang memiliki peranan cukup penting. Karena jasa yang disampaikan kepada pelanggan tidak jarang memerlukan fasilitas pendukung di dalam penyampaian”. Hal ini akan semakin memperkuat keberadaan dari jasa tersebut. Karena dengan adanya fasilitas pendukung secara fisik, maka jasa tersebut akan dipahami oleh pelanggan. Menurut Zeithaml dalam Yamit (2001:231) bukti fisik yaitu: Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Menurut Tandjung (2004:109) para pemasar dalam menciptakan layanan berkualitas perlu memperhatikan elemen layanan fisik sebagai berikut : “Prasarana yang berkaitan dengan layanan pelanggan juga harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Gedung yang megah dengan fasilitas pendingin, alat telekomunikasi yang canggih atau perabot kantor yang berkualitas dan lain-lain menjadi pertimbangan pelanggan dalam memilih suatu produk/jasa. Lovelock (2002:248) mengemukakan bahwa
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
perusahaan melalui tenaga pemasarnya menggunakan tiga cara dalam mengelola bukti fisik yang strategis yaitu: 1) An attention-creating medium. Perusahaan jasa melakukan diferensiasi dengan pesaing dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk menjaring pelanggan dari target pasarnya 2) As a massage-creating medium. Menggunakan symbol atau isarat untuk mengkomunikasikan secara instensif kepada audiens mengenai kekhususan kualitas dan produk jasa. 3) An effect-creating medium. Baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain untuk menciptakan sesuatu yang lain dari produk jasa yang ditawarkan. g. Proses (process) Proses menurut Zeitmal dalam Hurriyati (2005:64): “adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa”. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Selain itu keputusan dalam manajemen operasi adalah sangat penting untuk suksesnya pemasaran jasa. Menurut Hurriyati (2005:65) Seluruh aktivitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedurprosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanismemekanisme, aktivitas-aktivitas dan rutinitas-rutinitas dengan apa produk atau jasa disalurkan ke pelanggan. Identifikasi manajemen proses sebagai aktifitas terpisah adalah prasyarat bagi perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses ini khususnya dalam bisnis jasa disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapat disimpan. 5. Konsep Penjualan Menurut Sigit (1999:55): “Penjualan adalah sasaran inti di antara kegiatan-kegiatan lainnya, sebab disini dilakukan perundingan persetujuan tentang serah terima barang serta pembayaran”. Menurut Kotler (2000:16) “Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen jika diabaikan biasanya tidak akan membeli
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
produk organisasi dalam jumlah cukup. Karena itu organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promisi yang agresif. Konsep ini mengasumsikan bahwa konsumen malas atau enggan melakukan pembelian dan untuk itu harus didorong. Juga diasumsikan bahwa perusahaan memiliki cara penjualan dan peralatan promosi yang efektif untuk merangsang lebih banyak pembelian. Kegiatan penjualan atau selling adalah merupakan kegiatan terakhir dari kegiatan-kegiatan pemasaran lainnya. Tetapi bagian terpenting dalam pemasaran bukanlah menjual. Menjual hanyalah puncak dari gunung es pemasaran. Seseorang dapat mengasumsikan bahwa penjualan selalu tetap dibutuhkan, namun tujuan pemasaran adalah membuat kegiatan menjual berjalan lancar. Dalam hal ini adalah mengetahui dan memahami para pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan cocok dengan mereka dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya, pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap untuk membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produk atau jasa tersebut tersedia. 6. Keputusan Pembelian Menurut Engel et. Al (1999:31) Keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian. Pemasar perlu mengetahui siapa yang terlibat dalam keputusan membeli dan peran apa yang dimainkan oleh setiap orang untuk banyak produk, cukup mudah untuk mengenali siapa yang mengambil keputusan. Orang mungkin memainkan beberapa peran dalam keputusan membeli: a. Pemrakarsa orang yang pertama menyarankan atau mencetuskan gagasan membeli produk atau jasa tertentu. b. Pemberi pengaruh: orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan membeli. c. Pengambil keputusan : orang yang akhirnya membuat keputusan membeli atau sebagian dari itu, apakah akan membeli, apa yang dibeli, bagaimana membelinya atau dimana membeli. d. Pembeli : orang yang benar-benar melakukan pembelian
11
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
e.
Pengguna : orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Mengetahui peserta utama proses pembelian dan peran yang mereka mainkan membantu pemasar untuk menyesuaikan program pemasaran.
Jenis-jenis tingkah laku keputusan pembelian Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak pertimbangannya untuk membeli. Adapun jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek menurut Kotler (2001:160), yaitu: a. tingkah laku membeli yang komplek b. tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan. c. tingkah laku membeli yang mencari variasi d. tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan. Penjelasan jenis-jenis tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut: a. Tingkah laku membeli yang kompleks Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan tinggi konsumen dalam pembelian dan perbedaan besar yang dirasakan diantara merek. Pembeli ini akan melewati proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang dipikirkan masak-masak. Pemasar dari produk yang banyak melibatkan peserta harus memahami tingkah laku pengumpulan informasi dan evaluasi dari konsumen yang amat terlibat. Mereka perlu membantu pembeli belajar mengenai atribut kelas produk dan kepentingan relatif masingmasing, dan mengenai apa yang ditawarkan merk tertentu, mungkin dengan menguraikan panjang lebar keunggulan mereka lewat media cetak. b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam pembelian barang
c.
7.
12
d.
yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan diantara merek. Tingkah laku membeli yang merupakan kebiasaan Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang dirasakan besar. Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam hal ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan, sikap, tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukan keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek; mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli. Jadi, proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi. Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat pada beberapa perbedaan merek seringkali seringkali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk. Tingkah laku membeli yang mencari variasi Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang ditandai oleh keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merk dianggap berarti. Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merk yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merk yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
8. Proses Keputusan Membeli Menurut Kotler (2001:162) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu: a. Pengenalan kebutuhan b. Pencarian Informasi c. Evaluasi alternatif d. Keputusan Membeli e. Tingkah laku pasca pembelian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Pengenalan kebutuhan Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan. b. Pencarian informasi Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Kosumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber ini termasuk: 1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan 2) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan. 3) Sumber publik: media massa, organisasi penilai konsumen 4) Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, menggunakan produk. Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru bukan dari sumber
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
c.
d.
komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif. Evaluasi alternatif Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli. Keputusan membeli Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling
13
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
e.
9.
disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian. Tingkah laku pasca pembelian Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas. Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.
Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian Merupakan suatu tantangan bagi perusahaan dan perlu untuk direspon dengan merancang strategi pemasaran yang tepat. Perusahaan dituntut lebih memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen, selanjutnya perlu diketahui harapannya dan kemudian berusaha untuk memenuhinya, sehingga perusahaan dapat eksis dalam persaingan. Bauran Pemasaran merupakan bagian yang paling penting dari kegiatan pemasaran jasa. Bauran pemasaran jasa yang baik akan sangat membantu dalam mempertahankan konsumen, karena biaya yang diperlukan untuk , dan variabel terikatnya dimana dalam penelitian yang dilakukan menggunakan variabel terikat keputusan, sedang pada penelitian yang dilakukan oleh Sucahyo
14
(2005) menggunakan variabel terikat tingkat kepuasan pengguna jasa hotel.mempertahankan kemauan pelanggan akan lebih sedikit jika dibandingkan biaya untuk merebut kembali pelanggan yang telah hilang atau untuk menarik konsumen yang baru yang biasanya lebih besar. Pengaruh antara bauran pemasaran dengan keputusan konsumen ini diungkapkan oleh Tjiptono (2002:68) sebagai berikut: Bauran pemasaran dan keputusan konsumen berkaitan sangat erat. Bauran pemasaran memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan konsumen serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan keputusan pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman konsumen yang kurang menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan konsumen dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan. B. Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan Hasil penelitian Sucahyo (2008) dari Universitas Merdeka Tangerang yang berjudul Analisis pengaruh kebijakan harga, promosi dan fasilitas pendukung terhadap kepuasan pelanggan di Hotel Grand Palace Tangerang, Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis dengan uji F dan uji t didapatkan hasil hasil uji F di peroleh F hitung sebesar 58,923 > dari F tabel 2,89 yang berarti bahwa variabel kebijakan harga (X1), Promosi (X2), dan Bukti fisik (X3) secara simultan/bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan (bermakna) terhadap Kepuasan pelanggan (Y), hasil uji t diketahui variabel kebijakan harga (X1) mempunyai nilai t-hitung yang paling besar jika dibandingkan dengan nilai t hitung variabel lainnya. Selain itu juga diketahui koefisien regresi kebijakan harga yang lebih besar dibandingkan koefisien regresi lainnya. Sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel kebijakan harga adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan pelanggan pada Hotel Grand Palace teruji secara statistik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sucahyo (2008) terdapat persamaan antara variabel-variabel
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
bebas yang merupakan variabel kebijakan harga dan promosi, dan fasiltas pendukung sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu tidak menggunakan variabel bebas partisipan/orang, proses dan produk
komunikasi dari telkom di lokasi tersebut. C.
D.
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, oleh sebab itu perumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat atau pertanyaan (Sugiono, 2000:51). Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga variabel bauran pemasaran jasa yang terdiri dari: produk, kebijakan harga, promosi, lokasi pelayanan, partisipan/orang, pendukung fisik dan proses secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan penggunaan jasa internet . 2. Diduga variabel produk adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap keputusan penggunaan jasa internet .
Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan layanan jasa telkom, berdasarkan data pelanggan pada tahun 2008 yang didapatkan dari PT. Telkom maka dapat diketahui jumlah populasinya sebesar 127.500 pelanggan. b. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penentuan ukuran sampel dalam penelitian dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara. Dalam penelitian ini untuk menentukan jumlah sampel penulis menggunakan rumus penentuan sampel seperti yang dikemukakan Arikunto (1998:99): N n = 2 Nd + 1 Keterangan: n : banyaknya sampel N : populasi
PRODUK HARGA PROMOSI KEPUTUSAN
D : presisi yang ditetapkan sebesar 10% 27.500 n= –––––– 27.500 (0.1)2 +1 n = 99,63 (dibulatkan menjadi 100 responden)
PENGGUNA
LOKASI
JASA INTERNET STAFF PROSES
Kerangka Pikir Penelitian METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada bidang manajemen pemasaran khususnya bauran pemasaran yang diterapkan di PT. Telkom Kancatel Tangerang sebagai penyedia jasa komunikasi internet dan pelanggannya. Serta hal-hal yang berkaitan dengan pemasaran jasa yang mempengaruhi keputusan pelanggan. B.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada PT. Telkom Kancatel Tangerang yang berlokasi di Jl. Cikokol Raya No 7 Tangerang. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan kemudahan dalam memperoleh datadata yang dibutuhkan dalam penulisan dan belum adanya penelitian tentang pemasaran jasa tele-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Berdasarkan hal tersebut maka pengambilan sampel yang dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi yang ada, yaitu sebesar 100 orang konsumen pengguna jasa telkom yang datang ke Kantor Telkom Kancatel Tangerang. Teknik pengambilan sampel dengan metode pengambilan sampel secara simple random sampling. D.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan penulis dengan cara: 1. Observasi (pengamatan), adalah teknik pengumpulan data dengan jalan mengamati pelayanan karyawan, fasilitas yang ada di PT. Telkom Kancatel Tangerang. 2. Interview (wawancara), adalah melalui tanya jawab secara langsung dengan pimpinan perusahaan maupun responden yang berhubungan dengan topik penelitian.
15
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
3.
4.
Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data berupa jumlah karyawan, jam kerja, layanan dan area pemasaran PT. Telkom Kancatel Tangerang. Kuesioner, yaitu mengajukan pertanyaan kepada responden yang diteliti.
E.
Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono, (2004:86): Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang berupa pernyataan atau pertanyaan. Sedangkan untuk pemberian skor skala likert, menurut Sugiyono, (2004:87). Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawabannya dapat diberi skor, misalnya: 1. Sangat setuju/selalu/baik/sangat positif diberi skor (5) 2. Setuju/sering/baik/positif diberi skor (4) 3. Ragu-ragu/kadang-kadang/cukup baik/ netral diberi skor (3) 4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/baik/negatif diberi skor (2) 5. Sangat tidak setuju/tidak pernah/baik/ negatif diberi skor (1) F. Identifikasi dan Definisi Konseptual Variabel 1. Identifikasi variabel Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah ada dua yaitu: a. Variabel bebas X1 = Produk X2 = Kebijakan Harga X3 = Promosi X4 = Lokasi Pelayanan X5 = Orang X6 = Pendukung fisik X7 = Proses b. Variabel terikat Y = Keputusan penggunaan produk
16
G. Definisi operasional variabel 1. Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas yaitu variabel yang bertindak sebagai penyebab atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bauran pemasaran jasa. a. X1 = Produk Jasa komunikasi internet dari PT. Telkom yang digunakan pengguna jasa dalam pemenuhan kebutuhan komunikasi Dengan indikator: 1) Produk merupakan jasa dasar dalam kebutuhan berkomunikasi melalui jaringan data, gambar dan suara. 2) Produk memiliki fitur seperti yang diharapkan pelanggan 3) Produk memiliki nilai manfaat tambahan potensial bagi pelanggan dalam berkomunikasi b. X2 = Kebijakan harga Kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan metode penentuan harga yang ditetapkan oleh pihak Telkom Dengan indikator: 1) Harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas jasa yang ditawarkan 2) Harga jasa yang ditawarkan lebih baik dari pesaing 3) Harga yang ditetapkan sesuai tren harga jual jasa saat ini c. X3 = Promosi Kegiatan arus informasi yang dilakukan untuk mempengaruhi seseorang baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan maksud agar menciptakan tindakan pertukaran dalam kegiatan pemasaran. Dengan Indikator: 1) promosi melalui iklan di media cetak 2) promosi melalui media elektronik 3) Pemberian informasi yang jelas, mudah dimengerti oleh calon konsumen dalam promosi melalui pameran. d. X4 = Lokasi Pelayanan Tempat yang digunakan oleh PT. Telkom Kancatel Tangerang dalam memasarkan produk jasanya kepada konsumen pengguna internet.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
e.
f.
g.
Dengan Indikator: 1) Lokasi Kantor PT. Telkom 2) Jaringan organisasi PT. Telkom 3) Area pelayanan internet dari PT. Telkom. X5 = Orang Semua sumberdaya manusia di PT. Telkom yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi pembeli. Dengan Indikator: 1) Pelayanan yang ramah pada Kantor PT. Telkom 2) Pelayanan yang teliti pada Kantor PT. Telkom 3) Hubungan yang erat antara pegawai dan konsumen pada Kantor PT. Telkom X6 = Pendukung fisik Fasilitas pendukung yang dimiliki PT. Telkom yang memiliki peranan cukup penting dalam menawarkan jasa komunikasi internet kepada konsumen. Dengan Indikator: 1) Prasarana fisik komunikasi pada Kantor PT. Telkom 2) Perlengkapan operasional pelayanan pada Kantor PT. Telkom 3) Kerapian pegawai dalam pelayanan pada Kantor PT. Telkom X7 = Proses Prosedur dan mekanisme pelayanan jasa kepada konsumen pengguna jasa telekomunikasi internet pada PT. Telkom Dengan Indikator: 1) Prosedur pemasangan internet pada Kantor PT. Telkom 2) Persyaratan administrasi pemasangan internet 3) Lamanya waktu pemasangan internet pada Kantor PT. Telkom
2. Variabel Terikat (dependent variabel). Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel lain atau variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan konsumen (penggunaan jasa internet)(Y) ialah tindakan konsumen dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya menggunakan jasa komunikasi diikuti oleh kepuasan yang dirasakan oleh konsumen tersebut.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dengan indikator: a. Menjatuhkan pilihan atau alternatif pada produk jasa yang terbaik b. Kepuasan konsumen c. Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional, obyektif dan terencana. H. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Uji validitas ini diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor indikator dengan total skor indikator variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05. Statu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. 2. Uji Reliabilitas Sedangkan uji reliabilitas menurut Arikunto (1998:145) dimaksudkan “untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda”. I. Teknik Analisa Data Analisis data merupakan bagian yang penting dalam periode metode ilmiah, karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Secara umum data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan Analisis Regresi Berganda J. Uji Hipotesis a. Uji Hipotesis I : Uji serempak (Uji F) Untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat b. Uji Hipotesis II : Uji Parsial (Uji t) Untuk menguji koefisien regresi secara parsial guna mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat digunakan uji t.
17
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Sejarah singkat perusahaan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (PERUM) Telekomunikasi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1969. Selanjutnya dalam peraturan pemerintah No. 25 tahun 1991 disebutkan bahwa bentuk Perumtel dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (Perseroan). Dimana Unit Pelayanan Tangerang ini merupakan unit pelayanan di bawah Kandatel Tangerang. Dalam hal ini tempat kedudukan dan tempat kediaman PT. Telkom Tbk Unit Pelayanan Kancatel Tangerang beralamat di Jalan Cikokol No. 7 Tangerang. Jasa telekomunikasi yang disediakan oleh Telkom dibagi dalam dua kelompok yaitu: a. Jasa telekomunikasi dasar 1) Pelayanan jasa telekomunikasi jaringan umum meliputi a) Pelanggan bisnis b) Pelanggan perumahan c) Pelanggan Sosial – Telepon Umum (1) TUC (telepon umum coin) (2) TUK (telepon umum kartu) (3) TUMC (telepon umum multi coin) 2) Macam layanan jasa a) Telepon b) Komputer (Warnet/jasa internet) c) Kartu (Kartu Bebas dan Kartu Telepon) 3) Fasilitas tambahan (fitur) a) Nada sela (call waiting) b) Lacak (call forwarding) c) Sandinada (abreviated dialling) d) Andara (Hootline Delayed/ angkat bicara) e) Keyword f) Local only g) Alarm (fitur wake up call) h) Hunting i) KLIP (Kenali Langsung Identitas Pemanggil) j) Telkom Memo
18
k) Permata (pertemuan melalui internetanda) l) IN/JAPATI (intelligent network/ jaringan pintar teknologi informasi) b. Jasa telekomunikasi bukan dasar Pengelompokan inipun belum dilaksanakan secara tegas, mengingat teknologi komunikasi dan informasi berkembang dengan pesat. Bisnis utama Telkom sampai saat ini adalah penyediaan PTSN (Public Switch Telephone Network) dan menyelenggarakan jasa melalui PTSN. Jenis jasa telekomunikasi yang sudah beroperasi diantaranya adalah: a. Jasa internet dalam negeri b. Jasa interkoneksi kepada penyelenggara telekomunikasi lainnya c. Jasa satelit dan jasa lainnya B. Analisis Hasil Penelitian 1. Deskripsi Responden Seperti yang pernah diutarakan pada bab sebelumnya, bahwa responden dalam penelitian ini adalah pelanggan internet pada PT. Telkom Tbk. Kancatel Tangerang sebanyak 100 orang. Disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1 Jenis Kelamin Responden Pekerjaan Pria Wanita Jumlah
Jumlah Responden 68 32 100
Prosentase (%) 68.0 32.0 100.0
Sumber : Data Primer diolah, 2008 Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskan bahwa responden terbanyak adalah berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 68 responden (68.0%) dan sisanya adalah wanita dengan jumlah 32 responden (32.0%). Sedangkan gambaran umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel yang ada berikut : Tabel 2 Usia Responden Usia Kurang dari 20 tahun Antara 20-30 tahun 30 – 40 tahun Lebih dari 40 tahun Jumlah
Sumber
Jumlah Responden 2 20 56 22 100
Persentase (%) 2.0 20.0 56.0 22.0 100
: Data Primer diolah, 2008.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden penelitian ini sebagian besar berusia antara 30 – 40 tahun yaitu sebanyak 56 responden atau 56,0% dan paling sedikit responden yang berusia kurang dari 20 tahun dengan jumlah sebanyak 2 responden (2.0%). Untuk tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini berikut ini : Tabel 3 Pendidikan Responden Pendidikan SLTP SLTA DIPLOMA/SARJANA Jumlah
Jumlah Responden 20 50 30 100
3.
Prosentase (%) 20.0 50.0 30.0 100.0
Sumber : Data diolah, 2008 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA yaitu sebanyak 50 responden atau 50,0% dan paling sedikit adalah responden berpendidikan SLTP sebanyak 20% responden (20,0%). Untuk pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Pekerjaan Responden Pekerjaan Karyawan/Pegawai Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Jumlah
Jumlah Responden 18 82 0
Prosentase (%) 18.0 82.0 0.0
No
Ite m
K o re la si P ro d u ct M o m en t
1.
X 1 .1 X 1 .2
2.
Sumber : Data diolah, 2008 3.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan responden sebagian besar adalah wiraswasta yaitu sebanyak 82 responden atau 82,0% dan paling sedikit adalah responden karyawan/pegawai yaitu sebanyak 18 responden (18,0%). Untuk tingkat penghasilan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini berikut ini : Tabel 5 Penghasilan Responden Penghasilan Dibawah Rp. 1.500.000,Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.500.000,Di atas Rp. 2.500.000,Jumlah
Jumlah Responden 33 47
Prosentase (%) 33.0 47.0
20
20.0
100
100.0
Sumber : Data diolah, 2008
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dijelaskan bahwa responden sebagian besar adalah responden yang mempunyai penghasilan antara Rp. 1.500.000,00 s/d 2.500.000,- dengan jumlah responden sebanyak 47 orang atau (47,0%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan penghasilan sebanyak di atas Rp. 2.500.000,yaitu sebanyak 20 responden (20,0%). Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji validitas. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengukuran validitas dengan menggunakan korelasi product moment dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 5%), dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor totalnya. Hasil pengujian dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
4.
5.
6.
7.
8.
S ig .
r ta b el N =1 0 0
(2 -taile d )
= 0,0 5
Ke te ra ng a n H a s il
0 .74 4
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
0 .89 0
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 1 .3
0 .88 0
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 2 .1
0 .85 7
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 2 .2
0 .85 6
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 2 .3
0 .83 6
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 3 .1
0 .84 2
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 3 .2
0 .88 2
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 3 .3
0 .87 2
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 4 .1
0 .75 8
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 4 .2
0 .79 7
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 4 .3
0 .68 6
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 5 .1
0 .80 3
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 5 .2
0 .85 4
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 5 .3
0 .84 7
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 6 .1
0 .70 6
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 6 .2
0 .83 1
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 6 .3
0 .82 1
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 7 .1
0 .81 2
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 7 .2
0 .81 9
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
X 7 .3
0 .73 0
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
Y 1 .1
0 .77 0
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
Y 1 .2
0 .88 7
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
Y 1 .3
0 .87 6
0.00 0
0 .1 9 5
V a lid
Sumber : Data Primer (diolah), 2008.
19
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
Instrumen dikatakan valid jika korelasi product moment menunjukkan korelasi yang signifikan antara skor item dengan skor total atau dengan cara membandingkan nilai korelasi masing-masing item dengan nilai korelasi tabel (r tabel), jika r product moment > r tabel maka instrumen dikatakan valid. Tabel menunjukkan bahwa butir pertanyaan mempunyai nilai korelasi yang lebih besar dari r tabel (lebih besar dari 0,196) sehingga butir pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid dan layak dianalisis. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi alat ukur (instrumen) yang digunakan, apakah instrumen tersebut cukup akurat konsisten sebagai alat pengumpul data. Teknik pengukuran reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach pada tingkat kepercayaan 95% (a= 5%). Tabel 7 Hasil Pengujian Reliabilitas No
B u tir D a la m K u e s io n e r
1.
N ila i A lp h a
S ta tu s
X1
0 ,7 8 8 8
R e lia b e l
2.
X2
0 ,8 0 6 8
R e lia b e l
3.
X3
0 ,8 3 1 4
R e lia b e l
4.
X4
0 ,7 0 0 4
R e lia b e l
5.
X5
0 ,7 8 0 1
R e lia b e l
6.
X6
0 ,6 9 4 1
R e lia b e l
7.
X7
0 ,6 8 6 6
R e lia b e l
8.
Y
0 ,7 9 8 5
R e lia b e l
Sumber : Data primer yang diolah, 2008. Hasil perhitungan reliabilitas disajikan pada lampiran analisis data dimana diperoleh koefisien reliabilitas atau alpha semuanya lebih besar dari 0,6 sehingga seluruh item dinyatakan reliabel. 4.
20
Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil analisis regresi yang dihitung dengan menggunakan program SPSS for Windows dapat disusun ringkasan hasil analisis regresi linier berganda sebagai berikut:
Tabel 8 Rekapitulasi Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Bebas
Koefisien Regresi
t hitung
Probabilitas (Sig. t)
produk (X1)
0.657
9,677
0.000
kebijakan harga (X2)
0.069
2,404
0.018
promosi (X3)
0.010
0,188
0.852
pelayanan 0.140
2,431
0.017
lokasi (X4)
orang (X5)
0.126
2,249
0.027
pendukung (X6)
fisik 0.045
0,648
0.518
proses (X7)
0.008
0,13
0.897
Konstata
-0,869
F Hitung 2 Adjusted R
89,729 0,863
F tabel df 7:92 = -2,1
R 2 R /R Square
0,934 0,872
t tabel = 1,960 Sig = 0,05
Variabel terikat (Y) Keputusan Penggunaan Internet
Sumber data : diolah 2008
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bagaimana pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X 5 , X 6 dan X 7 ) terhadap variabel terikat (Y). Pengaruh positif menunjukkan bahwa perubahan variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7) akan searah dengan perubahan keputusan pembelian (Y) Dari hasil analisis diperoleh nilai R adjust square (R2 ) sebesar 0,863 hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7) secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap variabel terikat Y (keputusan penggunaan jasa internet) sebesar 86,3% dan nilai sisanya sebesar 13,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini, seperti perilaku konsumen maupun dari sisi kualitas pelayanan. a.
Pengujian Hipotesis I Hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS 11.0 for windows dapat disajikan dalam tabel berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
Tabel 9 Tabel Anova Hasil Analisis Data b
ANOVA Sum of Model Squares 1 Regression 218.575 Residual 32.015 Total 250.590
df
Mean Square F 7 31.225 89.729 92 .348 99
Sig. .000a
a.Predictors: (Constant), X7, X2, X4, X5, X6, X3, X1 b.Dependent Variable: Y
Sumber : Data Diolah 2008 Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahwa F hitung sebesar 89,729 > dari F tabel pada df 7;92 sebesar 2,10 yang berarti bahwa variabel produk, kebijakan harga, promosi, lokasi pelayanan, partisipan/ orang, pendukung fisik dan proses secara simultan/ bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan (bermakna) terhadap keputusan penggunaan jasa (Y). Selain itu untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas secara bersama-sama dengan membandingkan antara probabilitas signifikan (0,000) dengan a (0,05). Dimana, jika probabilitas < a maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan variabel produk, kebijakan harga, promosi, lokasi pelayanan, partisipan/ orang, pendukung fisik dan proses secara bersamasama berpengaruh terhadap keputusan penggunaan jasa internet dapat dibuktikan secara statistik. b.
Pengujian Hipotesis II Untuk menguji hipotesis kedua yang menyatakan bahwa diduga variabel Kebijakan produk (X 1 ) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keputusan penggunaan jasa internet (Y), maka dilihat masing-masing nilai t hitung dari variabel bebas. Adapun signifikasi dari masing-masing koefisien diuji dengan menggunakan uji parsial t-test tampak pada tabel sebagai berikut:
Dari tabel 10 dapat diketahui hasil koefisien t hitung menunjukkan bahwa variabel kebijakan produk (X1) mempunyai nilai t hitung sebesar (9,677) lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf nyata (á = 0.05) sebesar (1,960), atau nilai signifikan < á = 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel produk (X 1 ) mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan jasa. Hasil koefisien t hitung menunjukkan bahwa variabel kebijakan harga (X2) mempunyai nilai t hitung sebesar (2,404) lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf nyata (á = 0.05) sebesar (1,960), atau nilai signifikan < á = 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel kebijakan harga mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan produk. Hasil koefisien t hitung variabel promosi (X3 ) mempunyai nilai t hitung sebesar (0,188) lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf nyata (á = 0.05) sebesar (1,960), atau nilai signifikan > á = 0,05 sehingga dapat dikatakan promosi mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian penggunaan jasa internet. Hasil koefisien t hitung variabel Lokasi pelayanan (X4) mempunyai nilai t hitung sebesar (2,431) lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf nyata (á = 0.05) sebesar (1,960), atau nilai signifikan < á = 0,05 sehingga dapat dikatakan lokasi pelayanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian penggunaan jasa internet. Hasil koefisien t hitung variabel orang (X 5 ) mempunyai nilai t hitung sebesar (2,249) lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf nyata (á = 0.05) sebesar (1,960), atau nilai signifikan < á = 0,05 sehingga dapat dikatakan orang mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian penggunaan jasa internet.
Tabel 10 Perbandingan t-hitung dengan taraf signifikan (á = 5%) Coefficients
Model 1
a.
(Constant) X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.869 .692 .657 .068 9.698E-02 .040 1.003E-02 .053 .140 .058 .126 .056 4.504E-02 .069 8.336E-03 .064
a
Standardized Coefficients Beta
t .682 .107 .011 .112 .119 .044 .008
Sig. -1.256 9.677 2.404 .188 2.431 2.249 .648 .130
.212 .000 .018 .852 .017 .027 .518 .897
Dependent Variable: Y
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
21
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
Hasil koefisien t hitung variabel pendukung fisik (X6) mempunyai nilai t hitung sebesar (0,648) lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf nyata (á = 0.05) sebesar (1,960), atau nilai signifikan > á = 0,05 sehingga dapat dikatakan pendukung fisik mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian penggunaan jasa internet. Hasil koefisien t hitung variabel proses (X 7 ) mempunyai nilai t hitung sebesar (0,130) lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf nyata (á = 0.05) sebesar (1,960), atau nilai signifikan > á = 0,05 sehingga dapat dikatakan proses fisik mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian penggunaan jasa internet. Koefisien regresi kebijakan produk (X1 ) lebih besar dibandingkan koefisien regresi variabel lainnya. Sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel produk adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap keputusan penggunaan jasa internet teruji secara statistik. C.
Interpretasi Hasil Penelitian Dari hasil analisis data yang dilakukan di atas, didapatkan hasil bahwa ketujuh variabel (produk, kebijakan harga, promosi, lokasi pelayanan, partisipan/ orang, pendukung fisik dan proses) secara simultan ternyata berpengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan jasa. Namun dari uji parsial hanya variabel produk (X1), kebijakan harga (X2), lokasi pelayanan (X4) dan orang (X5) yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan jasa. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan penggunaan jasa internet bergantung pada produk (X1 ), kebijakan harga (X2), lokasi pelayanan (X4) dan orang (X5) .Demikian juga pada tanggapan responden tentang fitur koneksi internet sesuai harapan di dapatkan tanggapan positif dan sangat positif sebanyak 85% hal ini membuktikan bahwa responden merasa bahwa fitur internet sudah sesuai dengan harapannya. Sedangkan untuk respon terhadap internet memiliki manfaat dalam kegiatan berkomunikasi juga didapatkan respon yang positif dan sangat positif sebanyak 79%. Sedangkan dari variabel harga diketahui untuk harga yang sesuai dengan kualitas jasa juga mendapatkan respon yang positif dan sangat positif dari responden sebanyak 77%, hal ini menunjukkan bahwa responden masih menganggap bahwa internet adalah alternatif termurah dalam penggunaan jasa telekomunikasi yang sesuai dengan
22
kualitasnya. Sedangkan dari sisi tarif koneksi internet juga didapatkan respon positif dan sangat positif sebanyak 76% atau dapat dikatakan internet ini memiliki tarif yang dianggap termurah, selain tarif koneksi internet juga sesuai dengan trend tarif yang ada saat ini juga mendapatkan respon yang positif dan sangat positif yaitu sebanyak 73%. Sedangkan dari variabel lokasi pelayanan diketahui untuk lokasi kantor yang mudah dijangkau mendapatkan respon yang positif dan sangat positif dari responden sebanyak 86%, hal ini menunjukkan bahwa responden menganggap bahwa lokasi Kantor Telkom Kancatel Tangerang yang memang strategis. Sedangkan dari jangkauan jaringan juga didapatkan respon positif dan sangat positif sebanyak 91% atau dapat dikatakan jangkauan pelayanan telkom terhadap masyarakat yang memerlukan jasa komunikasi ini sudah baik, selain area pelayanan juga mendapatkan respon yang positif dan sangat positif yaitu sebanyak 76%. Pada variabel orang/people diketahui adanya pelayanan yang ramah mendapatkan respon yang positif dan sangat positif dari responden sebanyak 82%, hal ini menunjukkan bahwa responden menganggap pelayanan yang ramah dari para karyawan koneksi internet ini sudah baik. Sedangkan dari ketelitian dalam pelayanan juga didapatkan respon positif dan sangat positif sebanyak 84% atau dapat dikatakan pelayanan telkom terhadap masyarakat yang memerlukan jasa komunikasi ini sudah baik, selain hubungan antar karyawan dan konsumen mendapatkan respon yang positif dan sangat positif yaitu sebanyak 79%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan penjelasan hasil penelitian yang telah ditunjukkan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Dari hasil analisis data yang dilakukan di atas, didapatkan hasil bahwa ketujuh variabel (produk, kebijakan harga, promosi, lokasi pelayanan, partisipan/ orang, pendukung fisik dan proses) secara simultan ternyata berpengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan jasa. Namun dari uji parsial hanya variabel produk (X1), kebijakan harga (X2), lokasi pelayanan (X4) dan orang (X5) yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan jasa.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan penggunaan jasa koneksi internet rumah bergantung pada produk (X1 ), kebijakan harga (X2 ), lokasi pelayanan (X4) dan orang (X5) yang diberikan tanpa mengesampingkan faktor yang dilakukan PT. Telkom Kancatel Tangerang. Dari variabel-variabel tersebut yang berpengaruh dominan adalah produk dikaitkan dengan tanggapan responden yang positif maupun sangat positif sebanyak 87% tentang pernyataan bahwa koneksi internet rumah merupakan jasa dasar dalam kebutuhan berkomunikasi, hal ini menuntut PT. Telkom untuk mempertahankan kualitas produknya agar masyarakat merasa puas. B. Saran 1. PT. Telkom Kancatel Tangerang hendaknya selalu konsisten dalam memperhatikan kebutuhan harapan-harapan konsumen, karena akan menambah citra yang baik tentang pelayanan sehingga keputusan pembelian penggunaan jasa internetakan dapat meningkat. 2. PT. Telkom Kancatel Tangerang hendaknya meningkatkan kesejahteraan para karyawan agar di dalam bekerja mereka berusaha untuk selalu meningkatkan pelayanan dari masingmasing individu karyawan kepada pelanggan jasa internet sehingga tujuan yang telah ditetapkan baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. 3. Perusahaan hendaknya meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) agar tetap mampu bersaing dengan perusahaanperusahaan lain yang sejenis, karena sumber daya manusia merupakan aset utama yang dapat digunakan untuk dapat memenangi persaingan, selain itu diharapkan dengan tingginya kualitas sumber daya manusia dalam suatu perusahaan maka diharapkan kualitas layanan jasa koneksi internet yang diberikan oleh Telkom dapat semakin meningkat. 4. Hendaknya perlu diperhatikan juga faktor promosi, pendukung fisik dan proses meskipun pengaruhnya tidak signifikan mengingat persaingan semakin ketat.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. H. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Cetakan Keempat. Penerbit Alpa Beta. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Cetakan Kesembilan. Rineka Cipta. Jakarta. Carvens, David. W. 1998. Pemasaran Strategis. Edisi Keempat. Jilid II. Penerbit Erlangga. Jakarta. Chandra, Gregorius. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit Andy. Yogyakarta. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik II: Statistik Inferensial. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Hurriyanti, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Alfabeta. Bandung. Kotler, Philip dan Amstrong, 2001. Manajemen Pemasaran. Terjemahan Ancellawati. Buku I. Salemba empat. Jakarta. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Indonesia. Buku 2. Salempat Empat. Jakarta. Kotler, Philip. et.al., 2001. Manajemen Pemasaran Perspektif Asia. Terjemahan Ancellawati, Buku 2. Prentice Hall. Simon & Schuster (Asia). Pte. Ltd. Penerbit Andy. Yogyakarta. Lamb, Charles. W. et.al. 2001. Pemasaran. Buku I Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Lovelock, Christoper. 2002. Service Marketing And Management. Terjemahan Ratih Huriyati. Second Edition. Prentince Hall. New York. Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Salemba Empat. Jakarta. Mowen. H. 2001. Perilaku Konsumen. Jilid I. Penerbit. Andi. Yogyakarta. Mursid. 2002. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara. Jakarta. Nirwana, 2004. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jasa. Penerbit Dioma. Tangerang Payne, Adrian. 2000. The Essence of Services
23
FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross
Marketing. Pemasaran Jasa. Terjemahan Fandy Tjiptono. Prentince Hall. International. UK. Rismiati, Catur. dan Bondan Sutrisno. 2001. Pemasaran Barang dan Jasa. Kanisius. Jakarta. Rustam, Effendy, 2001. Marketing Manajemen. Penerbit Institut Ekonomi dan Manajemen. Widya Gama Tangerang. Saladin, B. Djaslim. 1996. Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. Penerbit Mandar Maju. Bandung. Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Pertama. Penerbit CV. Alpha Beta. Bandung. –––––––. 2004. Statistik Dalam Penelitian. Cetakan Pertama. Penerbit CV. Alpha Beta. Bandung.
24
Supranto, J. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Cetakan Kedua. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Swasta, Basu dan Handoko, T. Hani. 2002. Manajemen Barang dalam Pemasaran. Cetakan Kedua BPFE, Yogjakarta. Tandjung. 2004. Marketing Manajemen Pendekatan pada Pelanggan. Edisi 2. Banyumedia. Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedua. Penerbit Andy. Yogyakarta. Yamit, Zulian. 2002. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Ekosinta. Yogyakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi ABSTRACT Based on those statistical hipothesis testing result, the human resources management strategy and training would much influenced the level of employees commitment and competency in doing their tasks and responsibilities.. The higher the employees commitment and competency in serving their customer, and the higher the level of customer satisfaction concequently in these the intelectual capital. The level of intelectual capital would significantly influence the company performance, and then determining of the companys profitability. Key words : The Intelectual Capital and The Company Performance. PENDAHULUAN Dalam persaingan bebas sumber daya yang paling bernilai bagi peningkatan daya saing adalah sumber daya manusia. Hal ini jelas terbukti dari pengalaman Negara Jerman dan Jepang yang dapat bangkit dari kehancuran akibat Perang Dunia II dalam keberhasilannya membangun SDM. Kedua Negara tersebut tidak memiliki banyak sumber daya alam, yang mereka miliki hanya penduduk (orang). Oleh karena itu, mereka memilih untuk mengembangkan dan mengorganisasi sumber daya manusia sebagai upaya pengembangan ekonomi.. Pada persaingan bebas, para pelaku ekonomi harus bersiap diri untuk memasuki keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang tinggi, bersaing produk-produk yang memiliki muatan kualitas yang baik(Randall dan Susan, 1999). Sebagaimana yang telah disepakati dalam kerangka AFTA, APEC, dan WTO, setiap perusahaan harus menghadapi persaingan ketat dengan perusahaanperusahaan dari seluruh dunia. PT Petro Kimia Gresik dalam pelaksanaan kebijakan telah mengambil suatu keputusan yang strategis, yaitu untuk pengelolaan SDM pada tujuan-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
tujuan bisnis perusahaan, yaitu mengarahkan SDM pada orientasi fokus pelanggan, disamping itu, pekerja dituntut disamping kemampuannya untuk terlibat secara strategis juga harus memiliki pengetahuan bisnis perusahaan, tak terkecuali semua tingkatan manajer, kepala bagian dan kepala seksi diharapkan mempunyai pandangan-pandangan yang kreatif, dan bagaimana perusahaan dapat menjalin hubungan kepelangganan (custumerization). Menempatkan konsumen sebagai prioritas utama, membawa suatu konsekwensi yang harus dipenuhi, yaitu produk yang dihasilkan harus bisa memenuhi keinginan konsumen (Dessler, 1997), keputusan produk ditentukan masukan-masukan, serta mejalin hubungan kemitraan antara SDM dengan konsumen. Status Persero, perusahaan ini merupakan perusahaan induk yang terdiri dari dua belas perusahaan manufaktur. Agar kelangsungan hidup dapat dipertahankan, badan usaha ini dituntut untuk meningkatkan modal intelektual sehingga diharapkan menghasilkan kinerja yang tinggi. Berdasarkan keterangan dari perusahaan, ternyata dari dua belas perusahaan di lingkungan perusahaan tersebut telah diarahkan menerapkan
25
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
sistim manajemen mutu terpadu dengan orientasi kepuasan pada pelanggan..Dengan dibentuk tim kerja sama tersruktur, diarahkan perubahan struktur organisasi yang kaku ke fleksibelitas sesuai kebutuhan pelanggan, bahkan selalu melakukan pelatihan secara periodik, membentuk kelompok– kelompok atau tim kerja yang dikenal sebagai gugus kendali mutu. Pelaksanaan merespons tuntutan pekerja dilakukan dengan melibatkan para manajer baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat menengah dan bawah seperti kepala bagian dan kepala seksi. Kebijaksanaan untuk melibatkan para manajer tingkat menengah dan bawah, ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa para manajer pada tingkat yang lebih bawah umumnya mempunyai informasi yang lebih akurat daripada manajer ditingkat atas. Pada tingkat kinerja perusahaan dari dua belas perusahaan ternyata hasilnya belum optimal dari target yang ditetapkan. Kinerja perusahaan yang berupa, perencanaan, kebijakan bisnis, koordinasi, evaluasi pengawasan, pemilihan staff, negosiasi dan kinerja manajer belum menyentuh nilai maksimum. Hal ini menandakan belum adanya kemampuan tercapainya target kinerja, pihak perusahaan itu sendiri berusaha untuk maksimalisasi untuk tercapainya tujuan tersebut. Sedangkan hasil maksimal tergantung pula dari kemampuan perusahaan meraih modal intelektual, karena semakin tinggi modal intelektual semakin tinggi pula kemampuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Ashton,1996). . Memperhatikan permasalahan modal intelektual yang ada dalam perusahaan PT Petro Kimia Gresik, yang menjadi tema sentral penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana pengaruh strategi manajemen sumber daya manusia yang berorientasi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja terhadap pelatihan yang dilakukan selama ini dan modal intelektual yang dimiliki, serta dampaknya bagi kinerja perusahaan “
26
Identifikasi Masalah (1). Sejauhmana pengaruh strategi manajemen sumber daya manusia meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja berpengaruh terhadap pelatihan secara parsial maupun bersama-sama. (2). Sejauhmana pengaruh strategi manajemen sumber daya manusia meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja berpengaruh terhadap modal intelektual baik secara parsial maupun secara bersama-sama. (3). Sejauhmana pengaruh fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan terhadap modal intelektual baik secara parsial maupun bersamasama. (4). Sejauhmana modal intelektual berpengaruh terhadap kiinerja perusahaan. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan mengungkapkan data yang memberikan informasi yang memadai tentang faktorfaktor mengungkapkan strategi manajemen orientasi sumber daya manusia dalam hubungannya dengan pelatihan serta pengaruhnya terhadap modal intelektual dan kinerja perusahaan. Tujuan Penelitian. Sesuai dengan hasil dari identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1). Mempelajari pengaruh strategi manajemen sumber daya manusia meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi merespons tuntutan pekerja terhadap pelatihan secara parsial maupun secara bersama-sama. (2). Mempelajari pengaruh strategi manajemen sumber daya manusia meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja terhadap modal intelektual. secara parsial maupun secara bersama-sama.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
(3). Mempelajari pengaruh fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan terhadap modal intelektual baik secara parsial maupun bersama-sama. (4). Mempelajari pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan. KERANGKA PEMIKIRAN, PREMIS DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran. Sebagai bahan perbandingan, dikemukakan model manajemen strategis oleh, bahwa manajemen strategis sebagai proses dimulai dari masukan strategis (input strategic), dengan memperhatikan aspek lingkungan internal perusahan dan lingkungan eksternal perusahaan(David, 2001). Kedua lingkungan ini mempengaruhi intent strategis dan misi strategis perusahaan. Proses kedua berhubungan dengan pelaksanaan strategis (strategic actions) yang terdiri dari formulasi strategis dan implementasi strategi. Proses terakhir atau ketiga berhubungan dengan outcome strategi (Hunger, 2001). Berfokus pada pelanggan juga mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian mutahir menunjukkan bahwa kunci keuntungan perusahaan adalah memahami dan memuaskan pelanggan, termasuk sasaran mereka dengan tawaran yang unggul (Kotler, 1994). Walker (1997) mendukung pendapat Kotler dengan menyatakan orientasi pada pelanggan berpengaruh signifikan dan positif pada kinerja bisnis. Supaya bisa memenuhi pelanggan, pihak perusahaan harus bisa mengerti apa yang dibutuhkan para pelanggan,untuk itu perlu bagi perusahaan untuk penataan kembali pekerja dalam organisasi. Karena pada saat produk mengalami diferensiasi, tuntutan tugas mengalami suatu perubahan, dari struktur tugas pekerja, koordinasi, maupun tanggung jawab. Penataan kembali struktur untuk menyesuaikan lingkungan organisasi, dinamakan restrukturisasi organisasi. Restrukturisasi organisasi adalah suatu bentuk perubahan tugas dan tanggung jawab unit, divisi, maupun departemen mengarah pembentukan tim
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kerja sama, bukan hanya sebatas pada formalitas pekerjaan tapi sudah menyentuh sikap dan perilaku individu, bagaimana sesuatu bisa berjalan(Randall dan Susan, 1999). Struktur jauh melebihi bagan organisasi, bagan organisasi menggambarkan hubungan pelaporan formal, tetapi tidak menunjukan bagaimana segala sesuatu berjalan, siapa yang berpengaruh, dimana kekuasaan berada (Clark, 1999). Inisiatif untuk merespons tuntutan angkatan kerja yang semakin beragam, untuk itu informasi SDM adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam pengelolaan SDM. Penggunaan informasi dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan dan secara terus menerus melalui analis dan kolaborasi – pengetahuan mempunyai manfaat yang besar sekali, dimulai tujuan strategis sampai pada proses bisnis, fungsional dan individu pekerja atau kepada pekerja yang sehingga mereka dapat bertindak sesegera mungkin (Gates, 1999). pendapat itu juga disampaikan oleh Drucker (1995) organisasi berbasis informasi dalam membentuk tujuan umum, bisnis, dan tindakan diperlukan informasi, karena setiap individu pekerja membutuhkan ketrampilan dan pengetahuan diarahkam pada kinerja invidu, kelompok maupun perusahaan. Sikap orang yang ada dalam organisasi, terus memerus memikirkan informasi apa yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. . Pelatihan merupakan perbaikan kinerja sumberdaya manusia dan menurut Rully-Indrawan (2002), perbaikan kinerja sumber daya manusia merupakan esensi dimensi proses internal dan dimensi proses merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk dimensi tujuan organisasi. Perbaikan berkesinambungan bertujuan meningkatkan keseluruhan kinerja organisasi secara revolusioner melalui perbaikan efisiensi yang kecil tetapi secara terus menerus (Glad dan Becker, 1996). Kompetensi dan komitmen individu/personal suatu persyaratan yang harus dimiliki dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya baik bertindak sebagai individu, kelompok, dan organisasi, sedangkan kompetensi manusia ada tiga dasar yaitu pengetahuan
27
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
kognitif, konatif, afektif, untuk itu perlunya perhatian (Kraiger dan Ford,1993). Pengetahuan kognitif adalah kemampuan untuk menguasai informasi, cara mereka mengatur informasi dan strategi untuk menggunakan informasi, sedangkan konaktif adalah kemampuan hasil yang didasarkan keahlian meliputi pengembangan teknik dan motor (Davis, 1994), dan afektif adalah pengembangan perubahan motivasi, sikap, atau nilai. Modal intelektual merupakan aset yang tidak terlihat yang merupakan gabungan dari faktor manusia, proses dan pelanggan yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan (Dessler,1997). Modal maya dalam organisasi bersumber dari pengetahuan pekerja yang menjadi sumber untuk menciptakan keunggulan bersaing dalam menjalankan usaha maupun untuk memilih, menggunakan serta mengembangkan teknologi perusahaan yang cenderung terus berkembang dan makin canggih di masa depan (Tjakraatmadja, 2002). Modal intelektual dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu modal manusia (human capital), dan modal struktural (structural capital). Human capital dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu kompetensi (competence), sikap (attitude), dan kecerdasan intelektual (intellectual agility). Sedangkan structural capital dapat diperoleh dari tiga sumber juga, yaitu hubungan, organisasi, dan pembaharuan serta pengembangan (Botis et al,1999). Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi pengaturan staf, negoisasi, perwakilan, representasi (Mahoney, et.al., dalam Indiantoro, 1995). Menurut teori atribusi (attribution theory) kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi dan kemampuan dasar, teori atribusi ini pertama kali dikemukakan oleh Fritz Heider (Luthans, 1995). Pendapat Hansen dan Moven (1997) menyatakan bahwa penilaian kinerja terdapat dua jenis pengukuran yaitu keuangan dan non keuangan, penilaian dirancang untuk menyikapi aktifitas jika terjadi hambatan atas perbaikan yang akan dilakukan.
28
Penilaian pusat kinerja aktivitas dibagi kedalam tiga dimensi, yaitu (1) efisiensi, (2) kualitas dan (3) waktu. Dari penjelasan- penjelasan diatas dapat diringkas sebagai berikut (1). Strategi manajemen sumberdaya manusia mencakup fokus pada pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja (Mondy, 1999). Strategi tersebut merupakan serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif untuk mencapai sasaran bagi organisasi (McKenna dan Beech, 2000). (2). Untuk merealisasi keputusan strategis adalah beradaptasi bagi SDM nya, yaitu melalui upaya kemampuan modal intelektual ditingkatkan. Untuk peningkatannya melalui pengaruh langsung melalui strategi MSDM berorientasi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan tak langsung melalui pelatihan (Randall dan Susan, 1999). (3). Dengan peningkatan modal intelektual dari SDM, berdampak pada kinerja perusahaan (Harris,2000). Dari ringkasan tersebut, dapat disusun suatu paradigma penelitian sebagai berikut lihat Gambar 1 Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia \ Fokus Pelanggan ( X1 )
Restrukturisasi Organisasi (X2)
Pelatihan ( X4)
Modal Intelektual (Y )
Kinerja Perusahaan (Non Keuangan) (Z )
Merespons Tuntutan Pekerja (X3)
Gambar 1. Paradigma Penelitian.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, secara keseluruhan kerangka berfikir atau paradikma penelitian seperti pada Gambar 1-2, terlihat bahwa strategi MSDM terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja sebagai variabel bebas saling berkorelasi, selain berpengaruh secara langsung terhadap pelatihan dan modal
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
intelektual, juga berpengaruh tidak langsung pada modal intelektual melalui pelatihan. Selanjutnya pelaksanaan pelatihan juga sebagai variabel bebas terhadap modal intelektual. Modal intelektual berpengaruh secara langsung pada kinerja perusahaan. Premis Premis adalah bentuk proses penalaran berdasarkan logika yang berusaha menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan (Badudu dan Zain,1994). Premis 1. Kekuatan lingkungan yang menyebabkan perubahan organisasi dari bisnis yang satu ke bisnis yang lainnya, karena sebagaian besar perubahan melibatkan manusia dan akan mempengaruhi manusia, perubahan ini memiliki implikasi utama kepada pengelolaan SDM (Cascio, 1995; Robbins, 1996; Anthony, 1996; Mondy, 1999; Harris, 2000; Randall dan Susan, 1999; Dessler,1997). Premis 2. Organisasi bisnis jangka panjang, yang orientasi pada strategi manajemen sumber daya manusia, perlu memahami tuntutan pelanggan (Customer fokus) dan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu organisasi mengelola perubahan restrukturisasi (Restructuring ), serta inisiatif merespons tuntutan pekerja. (Randall dan Susan, 1999; Mondy, 1999; Harris, 2000; Cascio, 1995, Hunger, et.al.,2001; Dessler, 1997). Premis 3. Sistem informasi adalah menjadi mitra strategis mengelola perubahan Organisasi. Sistem informasi membantu merespons tuntutan pekerja menentukan apa yang dibutuhkan oleh pekerja dan apa yang diperlukan dibutuhkan karyawan untuk peningkatan kemampuan (Randall dan Susan, 1999; Dessler, 1997; Gates, 1999; Scoot, 1997). Premis 4. Restrukturisasi organisasi menggabungkan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kemampuan SDM dengan kondisi yang baru, berarti ada kolaborasi dari kemitraan antar manajer lini dan segenap karyawan melakukan kerjasama dibentuk suatu tim akan menghasilkan suatu sinergi (Randall dan susan, 1999; Tenner et.al,, 1992; Tjiptono dan Diana, 1995; Bank, 1992; Dessler, 1997). Premis 5. Merespons tuntutan pekerja keterlibatan semua bagian dalam proses pengambilan keputusan untuk menyusun anggaran (Budget participate). akan berdampak pada organisasi yaitu suatu peningkatan kinerja manajerial (Randall dan Susan, 1999; Brownell, 1982; Brownell dan Mclnnes, 1986; Indriantoro,1995, Gul, 1995). Premis 6 Pada tingkat managerial SDM menciptakan sistem informasi, yang menghubungkan kondisi tenaga kerja dengan tujuan bisnis jangka panjang, menetapkan pusat penilaian dan pengembangan dari manajemen non partisipatip ke manajemen partisipatip (Mahoney, et.al., 1963; Randall dan Susan, 1999; Kaplan dan Norton, 1996). Premis 7. Strategi manajemen sumber daya manusia, proses menghubungkan SDM kepada kebutuhan bisnis jangka panjang organisasi. Strategi merupakan suatu rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu untuk menjamin pencapaian tujuan perusahaan, kebutuhan pelatihan adalah untuk memposisikan diri untuk memenuhi tuntutan nilai pelanggan (Anfuso, 1994; Randall dan Susan, 1999; Schneider, et.al.,1994; Hunger, 2001). Premis 8. Pelatihan SDM dituntut untuk mengetahui strategi bisnis perusahaan, apabila strategi berbeda, menggunakan pelatihan berbeda. Menyusun strategi baru dapat menciptakan kebutuhan langsung akan informasi, untuk pelatihan yang baru (Randall dan Susan, 1999; Harris, 2000; Dessler, 1997; Cascio, 1995)..
29
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
Premis 9. Pelatihan SDM mampu memperbaiki perilaku yang memikirkan pengetahuan dan wawasan baru, dan meningkatkan kwalitas intelektual serta mempunyai hubungan dengan kinerja manajerial(Randall dan Susan, 1999; Dumond, 1995; Garvin, 1993; Chenhall dan Morris, 1993). Premis 10. Strategi manajemen sumber daya manusia mempengaruhi kinerja SDM secara langsung maupun tidak langsung melalui komitmen dan kompetensi (Harris, 2000; Cascio, 1995; Mondy, 1999; Anthony, 1996; Dessler, 1997; Randall dan Susan, 1999; Horibe, 1997; Ulrich,1997; Kaplan dan Norton, 1996). Premis 11. Modal intelektual adalah potensi yang dimiliki pekerja untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab berupa kompetensi dan komitmen menciptakan keunggulan bersaing, mendorong pencapaian tujuan perusahaan (Long, 2000; Turner, 1997; Durkin, 1999; Brooking dan Motta, 1996; Ulrich, 1998).
Hipotesis. Berdasarkan pada hal-hal yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian, kerangka pemikiran dan premis, yang menunjukan berbagai keterkaitan antar variabel eksogenus dan endogenus. Oleh sebab itu, perlu, ditarik suatu konklusi dalam penelitian ini, dalam bentuk hipotesis. Hipotesis 1. Strategi manajemen sumber daya manusia, meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja berpengaruh positif, secara parsial maupun bersama–sama terhadap pelatihan (Premis 1,2,3,6,7 dan 8). Hipotesis 2 Strategi manajemen sumber daya manusia meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja,
30
berpengaruh positif, baik secara parsial maupun bersama-sama terhadap modal intelektual (Premis 3,4, 9 dan 10). Hipotesis 3. Fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan berpengaruh positif, secara parsial maupun bersama-sama, terhadap modal intelektual ( Premis 3,4, 6, 7, 9 dan 10). Hipotesis 4. Modal intelektual berpengaruh secara positif, terhadap kinerja perusahaan (Premis 10 dan 11).
OBYEK DAN METODE PENELITIAN Dipilihnya kelompok perusahaan tersebut didasarkan pada beberapa alasan.; Alasan pertama karena kelompok perusahaan tersebut strategi MSDM orientasi fokus pada pelanggan. Untuk merealisasinya tersebut, menerapkan TQM atau manajemen mutu terpadu, dibentuk tim kerjasama, merespons tuntutan pekerja, penganggaran partisipasi. Alasan kedua, adalah karena kelompok perusahaan tersebut bentuk usahanya bersifat usaha dari hulu ke hilir, yaitu produk pupuk bahan baku pupuk produksi jasa tenaga kerja, penyediaan produk-produk petani dan produk-produk yang berbahan baku serta kegiatan-kegiatan penunjang seperti pergudangan, jasa kebersihan, tranportasi dan sebagainya. Alasan ketiga, karena PT Petro Kimia Gresik (Persero) adalah masa transisi yang selama ini keberadaan dapat fasilitas dari pemerintah, mengarah perubahan ke arah orientasi pasar ( Market Orientation). Penelitian ini direalisasikan sebagai penelitian sensus dengan mengambil seluruh anggota populasi (12 perusahaan) responden, sedangkan bentuk penelitiannya deskriptif dan verifikatif. Responden dalam penelitian ini meliputi para, direksi, kepala komite ISO-9000, kepala bagian diklat, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, para kepala bagian dan kepala regu sebagai wakil para karyawan dari dua belas perusahaan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini untuk mengetahui strategi dari pihak perusahaan yang ber basis manajemen sumber daya manusia dan pengaruhnya terhadap pelatihan dan modal intelektual serta bagaimana dampaknya pada kinerja perusahaan. Disamping analisis serta pembahasan untuk hipotesis satu sampai dengan empat, adalah untuk menjawab dari rumusan-rumusan masalah tersebut. Sedangkan untuk pengujiannya dikumpulkan data-data empiris dengan mengambil obyek penelitian 12 perusahaan dari kelompok perusahaan milik pemerintah. Perusahaan milik pemerintah tersebut adalah PT Petro Kimia merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan status Persero, perusahaan ini merupakan perusahaan induk, sedangkan yang lainnya adalah 11 perusahaan sebagai anak perusahaan. Agar kelangsungan hidup dapat dipertahankan, badan usaha ini dituntut untuk meningkatkan modal intelektual sehingga diharapkan menghasilkan kinerja yang tinggi. Kebijakan yang diterapkan untuk mencapai harapan tersebut perusahaan telah menerapkan salah satunya, kebijakan manajemen mutu terpadu (total quality management). Variabel yang diteliti yaitu fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja, pelatihan, modal intelektual dan kinerja perusahaan. Dari pengumpulan data diperoleh data pada Tabel 4-1 dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut Dalam Tabel 1 disajikan jumlah nilai, yang memberikan tanggapan kuesioner dari 12 perusahaan milik kelompok PT Petro Kimia Gresik. Hasil skor variabel-variabel tersebut terlihat fluktuasi nilai dari masing-masing perusahaan. Langkah selanjutnya diperlukan klarifikasi hasil penilaiaan, diberikan bobot dari nilai yang tinggi, sedang dan rendah. Untuk melihat bobot nilai tersebut, dari masing-masing perusahaan, selanjutnya di jabarkan perhitungan di masing-masing variabel. (1). Fokus Pelanggan (X1) Dari Tabel 1, nilai tertinggi dari responden untuk variabel fokus pelanggan sebesar 87,5 adalah PT. Gresik Chemical, sedangkan nilai terendah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
sebesar 74,6 adalah PT. Petrocentral dan PT. Petro Kopindo. Katagori status nilai yang diperoleh masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut ; status sedang tidak terdapat (0%), tinggi dua belas perusahaan (100%), dari penilaian tersebut tidak terdapat perusahaan yang memperoleh katagori status rendah (0%). Sedangkan nilai ordinal antara batas 20 sampai dengan batas 46,66 (batas 1) tidak terdapat, dari batas 46,66 (batas 1) dengan 73,33 (batas 2) juga tidak terdapat perusahaan. Sedangkan batas 73.33 (batas 2) keatas sampai maksimum 100 adalah 12 perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa secara umum seluruh kelompok perusahaan PT Petro Kimia Gresik telah merealisasikan keputusan strategi fokus pelanggan dengan baik. Didasarkan dari hasil penilaian katagori status tinggi yang diperoleh 12 perusahaan (100%), adalah gambaran terpenuhinya dari target, maka para pekerja dalam merealisasikan keputusan strategis perusahaan tersebut, baik berupa pelayanan pada pelanggan, kwalitas produk maupun kegiatan lain, harapan pelanggan relatip bisa terpenuhi. (2) Restrukturisasi Organisasi (X2) Berdasarkan Tabel 1, variabel restrukturisasi organisasi dari penilaian dari responden tersebut, nilai tertinggi 171 dicapai oleh PT Petro Graha Sarana, perolehan dari nilai terendah 132 dicapai oleh PT. Petro Kimia Kayaku. Keseluruhan dari semua perusahaan diperoleh penilaian adalah sebagai berikut; untuk status rendah satu perusahaan (8,33%), status sedang tidak terdapat (0%), status tinggi sebelas perusahaan (91,66 %). Dari nilai tersebut kalau dikelompokan berdasarkan, yaitu batas 42 sampai dengan 98 (batas1) terdapat 1 (satu) perusahaan, dari batas 98 dengan batas 154 (batas 2) tidak terdapat perusahaan. Sedangkan nilai batas 154 (batas 2) sampai batas maksimum 210 adalah 11 perusahaan.
31
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
Tabel 1 Data penilaian Fokus Pelanggan,Restrukturisasi Organisasi, Merespons TuntutanPekerja, Pelatihan,Modal Intelektual, Kinerja Perusahaan R e s p o nd e n
F o k u s P ela n gg a n N ila i
N ila i
S tatu s
M er es po n s T un tu ta n P ek er ja
P e latih an
N ilai
S ta tus
K in erja P e ru s a ha a n
N ilai
S ta tus
N ila i
S ta tu s
T in g gi
169
T ing g i
4 5 ,2
S e d an g
67
T in gg i
58
S e d an g
39
S ed a ng
P T P e tro K im ia K a y a k u
7 6 ,6
T in g gi
132
S ed a ng
4 4 ,6
S e d an g
44
S ed a ng
35
K e c il
36
S ed a ng
P T P e tro s ida
8 7 ,4
T in g gi
167
T ing g i
4 9 ,6
S e d an g
75
T in gg i
69
T in g gi
56
T in gg i
P T P e tro w ida d a
7 6 ,1
T in g gi
159
T ing g i
4 4 ,9
S e d an g
51
S ed a ng
47
S e d an g
43
S ed a ng
P T P e tro c e ntra l
7 4 ,6
T in g gi
163
T ing g i
4 7 ,4
S e d an g
54
S ed a ng
50
S e d an g
46
T in gg i
P T P e tro nik a
7 6 .0
T in g gi
163
T ing g i
4 4 ,9
S e d an g
51
S ed a ng
45
S e d an g
41
S ed a ng
P T E te rind o N u s a G ra ha
7 5 ,2
T in g gi
161
T ing g i
4 1 ,8
S e d an g
51
S ed a ng
45
S e d an g
46
T in gg i
P T P e tro G rah a S ar an a
8 0 ,8
T in g gi
171
T ing g i
5 2 .0
T in g gi
67
T in gg i
63
S e d an g
49
T in gg i
P T P e tro K op ind o
7 4 ,6
T in g gi
163
T ing g i
4 5 .0
S e d an g
54
S ed a ng
47
S e d an g
42
S ed a ng
P T P u s p etin do
7 7 ,3
T in g gi
164
T ing g i
3 6 ,3
S e d an g
49
S ed a ng
42
S e d an g
44
T in gg i
P T A n ek a J a s a G ra h a
7 5 .0
T in g gi
162
T ing g i
5 4 ,3
T in g gi
56
T in gg i
52
S e d an g
45
T in gg i
P T G re s ik C he m ic al
8 7 ,5
T in g gi
170
T ing g i
5 3 ,3
T in g gi
73
T in gg i
70
T in g gi
54
T in gg i
B a tas 2 (a ta s )
7 3 ,33
( 10 0 -2 6,6 6 )
154
(2 1 0- 56 )
5 1 ,33
( 70 -1 8 ,6 6 )
55
(7 5 -2 0)
66
(9 0-2 4 )
44
(6 0 -1 6)
B a tas
4 6 ,66
( 20 + 2 6 ,6 6 )
98
(4 2 + 56 )
3 2 ,66
( 14 + 1 8 ,6 6 )
35
(3 5 + 2 4)
42
(1 8+ 2 4 )
28
(1 2 + 1 6)
32
S tatu s
In te k e k tu al
7 9 ,4
(3) Merespons Tuntutan Pekerja (X3) Dari Tabel 1 variabel merespons tuntutan penilaian dari responden, nilai tertinggi sebesar 54,3 diperoleh PT Aneka jasa Graha, sedangkan nilai terendah 41,8 dimiliki oleh PT. Eterindo Nusa Graha. Sedangkan katagori nilai dari semua perusahaan adalah sebagai berikut; untuk status rendah tidak terdapat (0%), delapan perusahaan status sedang (66,6%), status tinggi empat perusahaan (33,3%). Untuk penilaian dari nilai harapan minimum 14 sampai dengan 32,66 (batas 1) tidak terdapat perusahaan dalam penilaian tersebut, antara 32,66 (batas 1) dengan 51,33 (batas 2) terdapat 8 (delapan) perusahaan, nilai 51,33 (batas 2) keatas sampai batas maksimum 70 adalah 4(empat) perusahaan. . (4) Pelatihan (X4) Dari variabel pelatihan Tabel 1 diatas penilaian dari responden, nilai tertinggi 75 dicapai oleh PT. Petrosida, sedangkan nilai terendah 44 oleh PT. Petro Kimia Kayaku, sedangkan status yang diperoleh untuk semua perusahaan adalah sebagai berikut; katagori status rendah tidak terdapat, nilai sedang delapan perusahaan atau
N ila i
M od a l
P T P e tro K im ia
1 ( ba w a h )
S ta tus
R e s tru k tu ris a s i O rg a nis a s i
(66.,6%), dan nilai tinggi empat perusahaan atau (33,3 %). Kalau penilaian didasarkan batas minimum 15 sampai dengan batas 1 sebesar 35 tidak terdapat perusahaan, dari batas 1 sebesar 35 sampai batas 2 sebesar 55 terdapat 8 (delapan) perusahaan Sedangkan nilai batas 2 sebesar 55 keatas sampai batas maksimum 75 terdapat 4 (empat) perusahaan.. Dilihat dari hasil penilaian katagori, status sedang yang diperoleh 8 perusahaan (66,6%), katagori menunjukan bahwa secara umum seluruh perusahaan yang memperoleh katagori pelatihan cukup baik, dilihat dari jawaban tersebut responden tidak terdapat katagori penilaian yang rend (5) Modal Intelektual (Y) Berdasarkan Tabel 1 penilaian dari responden, nilai tertinggi untuk variabel modal intelektual adalah sebesar 70 dicapai oleh PT Gresik Chemical, nilai terendah 35 dicapai oleh PT. Petro Kimia Kayaku. Sedangkan katagori status nilai seluruh perusahaan adalah sebagai berikut; untuk status rendah sebesar (8,33 %) atau satu perusahaan, status sedang (75%) Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
sembilan perusahaan dan status tinggi (16,66%) dua perusahaan. Kalau penilaiaan batas minimum 35 sampai dengan batas satu 42 terdapat 1 (satu) perusahaan, dari batas satu sebesar 42 dengan batas dua 66 terdapat 9 (sembilan) perusahaan, nilai batas dua dari 66 keatas sampai batas maksimum 90 adalah 2 (dua) perusahaan .. (6) Kinerja Perusahaan (Z) Berdasarkan Tabel 1 penilaian dari responden, nilai tertinggi untuk variabel kinerja perusahaan 56 dimiliki oleh PT Petrisida, sedangkan nilai terendah 36 dicapai oleh PT. Petro Kimia Kayaku, .Kalau penilaian dari seluruh perusahaan adalah sebagai berikut, untuk lima perusahaan status sedang (41.66% ), status tinggi tujuh perusahaan (58.33%). Sedangkan penilaiannya adalah sebagai berikut; batas minimum 12 sampai dengan batas satu sebesar 28 tidak terdapat perusahaan dalam penilaian tersebut, sedangkan antara batas satu 28 dengan batas dua 44 terdapat 5 (lima) perusahaan, nilai batas dua 44 keatas sampai batas maksimum 60 adalah 7 (tujuh) perusahaan. Dari hasil penilaian skor strategi MSDM yang terdiri variabel (fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja) dan variabel pelatihan, modal intelektual dan kinerja perusahaan adalah suatu bentuk gambaran (descriptif), yang belum bisa menjelaskan hubungan korelasi maupun hubungan pengaruh. Data yang dikumpulkan melalui responden ini, perlu untuk pengolahan, penganalisaan dan penjelasan dengan bantuan perangkat lain. Karena sifatnya data masih setengah jadi, diperlukan bantuan yang berupa perangkat teori dan konsep untuk menciptakan struktur dan sub struktur untuk memposisikan letak dan kedudukan diantara konsepkonsep. Selanjutnaya hubungan antar konsep tersebut yang berupa hubungan kausalitas dijabarkan dalam bentuk analisis jalur,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pembahasan Pengujian Hipotesis: Dari perhitungan diatas dapat disusun rekapitulasi pengaruh secara parsial maupun bersama sama, baik secara langsung (variabel langsung) maupun secara tidak langsung (variabel tidak langsung) sebagai berikut Tabel 2. Tabel 2 Rekapitulasi Pengaruh Variabel langsung dan tidak langsung Keterangan
Besarnya pengaruh
Total
Keterangan
Strategi SDM Pengaruh variabel X1 terhadap X4
76,52%
Parsial
Pengaruh variabel X2 terhadap X4
11,93%
Parsial
Pengaruh variabel X3 terhadap X4
7,67%
Parsial
Pengaruh Variabel X1,X2 dan X3 terhadap X4
96,12%
Total
Pengaruh variabel X1 terhadap Y
60,40%
Parsial
Pengaruh variabel X2 terhadap Y
16,50%
Parsial
Pengaruh variabel X3 terhadap Y
21,70%
Parsial
Pengaruh variabel X1,X2 dan X3 terhadap Y
98,60%
Total
Pengaruh variabel X1 terhadap Y
29,95%
Parsial
Pengaruh variabel X2 terhadap Y
11,27%
Parsial
Pengaruh variabel X3 terhadap Y
17,28%
Parsial
Pengaruh variabel X4 terhadap Y
40,73%
Parsial
Pengaruh variabel X1,X2,X3 dan X4 terhadap Y
99,30%
Total
Pengaruh variabel Y terhadap Z
89,60%
Total
Dalam hubungannya dengan identifikasi masalah yang pertama, strategi MSDM terdiri variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja mempunyai pengaruh secara parsial maupun bersama-sama terhadap pelatihan. Dari ke tiga variabel tersebut berdasarkan hasil penelitian, yang dominan mempengaruhi pelatihan adalah fokus pelanggan. Dalam hubungannya dengan identifikasi masalah yang ke dua. strategi MSDM variabel terdiri dari fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja ternyata berpengaruh secara bersama-sama terhadap modal intelektual. Secara parsial yang berpengaruh dominan pada variabel modal intelektual adalah fokus pelanggan. Identifikasi masalah yang ke tiga dari variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi,
33
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
merespons tuntutan pekerja dan pelatihan ternyata berpengaruh terhadap modal intelektual. Berdasarkan hasil penelitian dari keempat variabel, merupakan faktor yang mempengaruhi modal intelektual Sedangkan variabel tersebut secara parsial yang berpengaruh dominan pada modal intelektual adalah variabel pelatihan. Identifikasi masalah yang ke empat ternyata variabel modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut variabel modal intelektual mempengaruhi kinerja perusahaan. Selanjutnya dalam hubungannya dengan hipotesis yang menyatakan : “Strategi MSDM terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap pelatihan” berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa strategi MSDM fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja berpengaruh positif secara bersamasama maupun secara parsial terhadap pelatihan. Jadi hipotesis pertama menunjukan benar, bisa diterima. Hipotesis yang kedua yang menyatakan : “Strategi MSDM terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap modal intelektual” berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa strategi MSDM terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja berpengaruh positif secara parsial maupun bersama-sama terhadap modal intelektual. Jadi hipotesis kedua menunjukan benar, bisa diterima. Hipotesis yang ketiga yang menyatakan bahwa: “Fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap modal intelektual” berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan berpengaruh positif secara parsial maupun bersama-sama terhadap modal intelektual. Jadi hipotesis keempat benar, bisa diterima.
34
Hipotesis yang keempat yang menyatakan: “Modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan” berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Jadi hipotesis keempat adalah benar, dan bisa diterima. Pembahasan atas Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Seperti dinyatakan di depan bahwa strategi manajemen sumber daya manusia secara total pengaruh variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja terhadap pelatihan adalah sebesar 96,12 %. Pengaruh parsialnya variabel fokus pelanggan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan variabel restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja dalam mempengaruhi variabel pelatihan. Dibuktikan variabel fokus pelanggan memberikan kontribusi sebesar 76,52%, variabel restrukturisasi organisasi 11,93%, dan variabel merespons tuntutan pekerja sebesar 7,67%. Berdasarkan hipotesis pertama jika ingin meningkatkan pelatihan, yang digunakan adalah peningkatan strategi orientasi fokus pada pelanggan. Dalam strategi ini, proses pelatihan pada awalnya sangat diperlukan data-data dan informasi, yang dapat menggambarkan jenis ketrampilan karyawan saat ini, dan keterampilan apa yang mereka perlukan untuk mencapai kebutuhan harapan pelanggan, dan memperbaiki kualitas tersebut. Setelah data dikumpulkan dari ber macam-macam sumber, data tersebut dianalisis dan akhirnya kebutuhan akan pelatihan dapat ditentukan. Pada hakekatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan. oleh sebab itu, pelatihan diarahkan dan ditentukan oleh kebutuhannya. Dengan memahami semua proses diarahkan pelanggan, organisasi dapat menyadari dan menghargai makna informasi akan kebutuhan pelanggan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan seseorang atau suatu organisasi, maka hanya merekalah yang dapat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
menentukan kualitas seperti apa, dan bagaimana kebutuhan mereka (Tjiptono dan Diana, 2001). Selanjutnya untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan pula strategi restrukturisasi organisasi suatu perubahan penataan struktur yang mengarah pada kerjasama tim, pemberdayaan, kelenturan (fleksibel), peningkatan sinergi. Penataan baru tersebut memunculkan inovasi kreatifitas baru, hingga bisa mentransformasikan menjadi informasi dan para pekerja harus bersedia mempelajari dan menggunakan dan berubah untuk penyesuaian. Bagi pelatihan merupakan tantangan baru bagi penyelenggaraan mulai dari materi pelatihan, tempat dimana diselelenggarakan maupun siapa–siapa yang terlibat dalam pelaksanaan, aktivitas proses pelatihan ini semua, mengisyaratkan bahwa strategi perusahaan menentukan untuk program pelatihan. Strategi merespons tuntutan pekerja berpengaruh pada apa yang menjadi kebutuhan, keinginan pekerja mulai dari orientasi pada pelanggan, restrukturisasi organisasi, harus direspons dalam bentuk rencana kerja/anggaran partisipasi. Anggaran partisipasi adalah suatu bentuk informasi untuk rencana kerja dan membantu dalam pengambilan keputusan, dibutuhkan dengan pengetahuan ketrampilan dari pekerjanya. Oleh sebsb itu untuk merealisasinya adalah peningkatan pelatihan bagi pekerjanya. Strategi pengelolaan SDM, menggambarkan sistem informasi dari lingkungan bisnis eksternal dan internal perusahaan. Strategis berarti pekerja harus memahami informasi arah bisnis perusahaan termasuk produk apa yang dihasilkan, apa yang mampu dilakukan, siapa konsumennya dan bagaimana memposisikan diri secara kompetitif (Randall dan Susan, 1997) Pelaksanaan strategi yang ditempuh dalam pengelolaan ini SDM dijadikan mitra strategis, yaitu menghubungkan kebutuhan lebih luas dan berjangka panjang menciptakan sistem yang menghubungkan dengan kondisi pekerja dengan potensi bisnis dimasa akan datang.. Standar potensi para pekerja saat ini diadakan penilaian dan membuat program program pelatihan untuk memastikan SDM mempunyai bauran
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
keahlian yang tepat disesuaikan strategi bisnisnya, dan bagaimana mengelola perubahan. Pada tingkat operasional juga dihubungkan strategi MSDM, bagi pekerja dirancang program pelatihan secara eksplisit sesuai informasi dari keputusan perusahaan, untuk memberikan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahan. Pembahasan atas Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Hasil pengujian hipotesis kedua, strategi manajemen sumber daya manusia, variabel fokus pelanggan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan variabel restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja dalam mempengaruhi variabel modal intelektual, dengan memberikan kontribusi sebesar 60,4 %, sedangkan variabel restrukturisasi organisasi 16,5% variabel merespons tuntutan pekerja 21,7%. Secara total pengaruh variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja terhadap modal intelektual sebesar 98,6%. Berdasarkan hipotesis kedua jika ingin meningkatkan modal intelektual, yang digunakan strategi MSDM orientasi pada fokus pelanggan dengan strategi itu menciptakan peluang-peluang baru, untuk mencapai tersebut perlu dikumpulkan informasi yang akurat, berusaha memahami apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan, berupaya untuk memenuhinya. Dengan peluang baru itu perusahaan ada tantangan untuk menyesuaikan yaitu penciptaan innovasi, kreatifitas bagi pekerjanya berarti menjalin hubungan baik dengan pelanggan, struktur kerja sama, menerima kritik dan saran. Didasarkan pengalaman para pekerja itulah, komitmen dan kompetensi meningkat, apa yang disebut modal intelektual (Ulrich,1998). Selanjutnya untuk meningkatkan modal intelektual dapat dilakukan pula strategi restrukturisasi organisasi, yaitu suatu perubahan penataan struktur yang mengarah pada kerja sama tim, pemberdayaan, kelenturan (fleksibel) bagi pekerjanya dan merupakan salah satu unsur fundamental dalam
35
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
membentuk modal intelektual. Tim merupakan selompok orang yang memiliki tujuan bersama. Didalam tim saling mengenal dan saling percaya, sehingga mereka dapat saling membantu dan menyebabkan komunikasi terbina dengan baik. Peningkatan kerja sama dalam membentuk tim, dari individu, kelompok adalah suatu kebutuhan dalam pekerjaan, Bagi pekerja adanya kerjasama akan membentuk karakter disiplin, interaksi sosial, berdampak pada komitmen dan kompetensi. Berikutnya strategi merespons tuntutan pekerja adalah juga mempengaruhi modal intelektual, merupakan kebutuhan pekerja, mulai dari orientasi pada pelanggan, menginginkan perubahan atau restrukturisasi organisasi, kesemuanya akan direspon dalam bentuk rencana kerja/anggaran partisipasi. Pembahasan atas Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga Hasil pengujian hipotesis ketiga, variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan variabel pelatihan berpengaruh pada variabel modal intelektual, yang dominan diantara keempat variabel adalah variabel pelatihan sebesar 40,73%. sedangkan variabel fokus pelanggan 29,95%, restrukturisasi organisasi 11,27% dan merespons tuntutan pekerja 17,28%. Secara total pengaruh variabel tersebut terhadap modal intelektual sebesar 99,3%. Berdasarkan hipotesis ketiga, jika ingin meningkatkan modal intelektual, strategi yang ditempuh salah satunya adalah pendekatan pada pelatihan. Mulai dari materi pelatihan, siapa yang melatih, tempat dimana pelatihan dilaksanakan harus sesuai dengan harapan pekerja. Organisasi yang menetapkan pelatihan sebagai faktor utama setiap orang pekerja diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa pelatihan merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan ketrampilan dan keahliannya.
36
Pembahasan atas Hasil Pengujian Hipotesis Keempat Selanjutnya hasil pengujian hipotesis empat, modal intelektual berpengaruh pada kinerja perusahaan sebesar 66,10%. Menunjukan faktor modal intelektual yang berupa komitmen dan kompetensi signifikan pengaruhnya pada kinerja perusahaan. Pekerja mengusulkan suatu rencana yang baru mereka usulkan pada atasannya, apa bila suatu usulan karyawan ada nilainya (value) bagi tujuan strategis bisa diterima, akan menerima penghargaan atas prestasinya. Penggunaan penilaian kinerja perusahaan secara strategis berusaha memastikan bahwa ukuran kinerja mencerminkan sasaran bisnis. Pendekatan ini menjadi populer ketika perusahaan mempertinggi efektifitas organisasi. Karyawan cenderung melakukan apa yang diharapkan dan apa yang mereka yakini dihargai oleh sistem. Seperti perusahaan Grand Union mengembangkan pengetahuan intelektual pekerjanya, ukuran kreteria penilaian kinerja dari seluruh karyawan sebagai dasar penilaian. Sehingga persoalan kerja sama tim, kepuasan pelanggan dan menghasilkan mutu total dapat tercapai, karena suatu pengetahuan intelektual pekerja dibekali ukuranukuran kinerja dan akhirnya berdampak pada kinerja perusahaan (Martill dan Borg, 1993). Rangkuman Hasil Penelitian Penelitian ini menghasilkan temuan dalam bidang manajemen sumber daya manusia, ternyata pengembangan kolaborasi dengan bidang ilmu lainnya, seperti manajemen strategi,manajemen perubahan, manajemen pemasaran, sistim informasi manajemen, perilaku organisasi, akuntansi manajemen. Keberadaan suatu ilmu yang sifatnya kognisi an sich yang bersifat netral, tetapi perkembangan tuntutan tak lepas dengan kolaborasi dengan ilmu lainya. Pengaruh strategi MSDM terdiri variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja terhadap variabel-variabel pelatihan dan modal intelektual pernyataan ini tidak
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
bertentangan dengan teori tujuan. Teori tersebut menyatakan bahwa tingkah laku manusia banyak didasarkan untuk mencapai tujuan dan tujuan yang khusus akan mengantar ke kinerja yang lebih tinggi, karena kekhususan tujuan itu sendiri bertindak sebagai suatu rangsangan internal (Locke, 1968 dalam Luthan, 1995). Oleh karena itu berdasarkan teori ini jika direalisasikan pada suatu perusahaan, apabila pada tujuan utamanya diarahkan fokus pada pelanggan untuk variabel lainnya seperti restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja, dan pelatihan semuanya diarahkan yang sama, pada tujuan utama akan berpengaruh pada modal intelektual, dampak kelanjutannya kinerja perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Demikian juga hasil penelitian dari Georigievsky (1997), Welker (1997) serta Slater dan Narver (1994) ketiganya memberikan dukungan bahwa variabel- variabel melalui perbaikan berkesinambungan berdampak pada kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan pengujian pada struktur pertama dan kedua dari variabel fokus pelanggan ternyata berpengaruh terhadap variabel pelatihan dan modal intelektual. Jadi hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan teori yang ada, yaitu teori–teori penentuan tujuan dan teori psikologi assosiasi hasil penelitian Pengaruh variabel restrukturisasi organisasi terhadap variabel pelatihan dan modal intelektual didasarkan pada perubahan struktur organisasi dengan pembentukan kerjasama tim didasarkan pada teori keseimbangan dalam kelompok. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap didalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain (Newcomb,1961 dalam Luthans, 1995), oleh karena itu berdasarkan teori ini seseorang yang tertarik akan termotivasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat. Dalam hubungannya dengan pengujian pada struktur pertama strategi MSDM ternyata
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
mempunyai pengaruh terhadap variabel pelatihan. Temuan penelitian sesuai dengan konsep, yang menyatakan, strategi yang berbeda kebutuhan berbeda, bahkan bila berada dalam industri yang sama, dua perusahaan berbeda, dua strategi bisnis yang berbeda dapat menggunakan sistem latihan yang berbeda (Randal dan Susan,1999). Variabel merespons tuntutan pekerja, indikatornya anggaran partisipasi berpengaruh terhadap variabel pelatihan dan modal intelektual, dampaknya pada kinerja perusahaan didasarkan dari teori harapan tidak bertentangan. Teori harapan ini menyatakan bahwa kuatnya kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan suatu pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut (Vroom dalam Robbins,1996), oleh karena berdasarkan teori ini, seorang akan termotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi, jika ia percaya bahwa upaya yang akan dilakukan mengantar suatu penilaian kinerja yang baik, yang akan mendorong memperoleh ganjaran (reward) organisasional, dan akan memuaskan tujuan-tujuan pribadinya. Dengan berupaya yang tinggi akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat. Demikian juga hasil penelitian dari Brownell (1982).Brownell dan Mcllnes (1986), Indriantoro (1995), dan Gul, et.al.,(1995), keempatnya memberikan dukungan bahwa variabel penganggaran partisipatif berpengaruh terhadap variabel kinerja perusahaan. Pengaruh variabel pelatihan terhadap variabel modal intelektual dihubungkan pada teori psikologi assosiasi. Teori ini menyatakan bahwa lebih banyak ulangan dan latihan, akan lebih banyak dan lebih lama pengalaman dan pengetahuan tinggi dalam kesadaran dan ingatan seseorang (Hebart dalam Hamalik,1993) oleh karena itu berdasarkan teori ini, dengan sering dilakukan pelatihan seseorang akan semakin ahli untuk melaksanakan pekerjaan dan akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat. Demikian juga hasil penelitian dari Dumond (1995), Chenhall dan Morris (1993) serta Rully-Indrawan (2002) ketiganya
37
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
memberikan dukungan bahwa variabel pelatihan berpengaruh variabel perbaikan berkesinambungan dan kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan pengujian pada struktur yang ke tiga variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan ternyata mempunyai pengaruh terhadap modal intelektual.Hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan teori manajemen strategi.. Menurut David (2001), manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyeknya. Sementara Hiit, Ireland dan Hoskisson (2001) merumuskan pengertian manajemen strategik dari segi proses adalah seperangkat komitmen, keputusan dan tindakan yang diperlukan bagi sebuah perusahaan untuk mencapai keunggulan persaingan strategik dan pendapatan lebih tinggi dari pesaing. Hunger dan Wheelen (2001) memberikan pengertian bahwa manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajemen yang menentukan kinerja keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Pengaruh variabel modal intelektual terhadap variabel kinerja perusahaaan didasarkan pada teori komitmen dan kompetensi. Penelitian terhadap berbagai organisasi lintas industri oleh Kouzes menunjukkan, bahwa hanya kredibilitas yang tinggi yang mampu menghasilkan suatu komitmen, dan hanya dengan komitmen yang tinggi, suatu perusahaan mampu menghasilkan kinerja perusahaan (Kouzes, 1993).. Penelitian oleh Alla Trayes dalam Murley, (1997) tentang kompetensi seseorang untuk menggunakan keterampilan –keterampilan yang guna menghasilkan kinerja. Dengan penjabaran dari pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kemampuan dari sesorang pegawai mencapai kinerja perusahaan paling efektif. Morley (1997), Ashton, (1996). Dari penelitian yang dilakukan oleh Hurst pada Tahun 1995, ditemukan dua unsur pokok yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi yang terdiri
38
atas para individu yang memiliki bakat, visi, karakteristik serta nilai masing-masing, dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu kepercayaan dan komitmen (Hurst, 1995). Hasil penelitian terhadap berbagai organisasi lintas industri oleh Kouzes menunjukkan, bahwa hanya kredibilitas yang tinggi yang mampu menghasilkan suatu komitmen, dan hanya dengan komitmen yang tinggi, suatu perusahaan mampu menghasilkan bisnis yang baik (Kouzes, 1993). Dalam hubungannya dengan pengujian pada struktur yang ke empat variabel modal intelektual ternyata mempunyai pengaruh terhadap kinerja. Jadi hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan teori komitmen dan kompetensi Kouzes, Morley dan Ashton. Sedangkan dalam hubungannya dengan pengujian pada struktur ke empat, variabel modal intelektual ternyata berpengaruh terhadap variabel kinerja perusahan. Jadi hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan teori komitmen dari kompetensi hasil penelitian Kouzes, Morley dan Ashton. Hasil penelitian pada struktur empat diatas, kalau dihubungkan dengan teori adab dan karsa, sangat menunjang. Teori tersebut yang menyatakan bahwa, kalau menginginkan suatu keberhasilan pencapaian tujuan, prosesnya harus didasari oleh adab dan karsa yang tinggi (Soewardi,1997)..Menyatunya pikir (rasio) dan rasa yang seimbang adalah suatu tuntutan dalam rangka penciptaan nilai (value), dan akhirnya akan memberikan manfaat bagi lingkungan. Kalau dihubungkan dengan teori ekuitas juga tidak bertentangan dalam teorinya mengungkapkan bahwa ketidak adilan terjadi apabila prestasi yang diterima seseorang dalam suatu hubungan tidak proposional dengan apa yang telah diberikan. Dengan demikian keadilan terjadi bila rasio keluaran dan masukan untuk masing-masing pihak pertukaran kira-kira sama (Adams, dalam Mowen dan Minor, 2001). Dalam memperbaiki keadaan adalah meyakinkan pengukuran kinerja yang benar dan akurat.untuk menghindari ketidak adilan,.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kajian dan ulasan kesimpulan yang masih bersifat umum diatas, perlu ditarik suatu konklusi yang lebih khusus, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1). Hasil identifikasi dan analisis pertama strategi MSDM mencerminkan karakteristik lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal variabelnya adalah fokus pada pelanggan sedangkan lingkungan internal variabelnya restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja. Dari variabelvariabel tersebut ternyata mempengaruhi pelatihan. Sedangkan pelatihan diperlukan oleh pihak perusahaan untuk bisa merealisasikan dari keputusan strategi MSDM. (2). Hasil identifikasi dan analisis kedua strategi MSDM terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap modal intelektual. Diantara beberapa variabel, fokus pelanggan yang dominan berpengaruh dalam membentuk modal intelektual dibandingkan variabel yang lain. Menunjukan bahwa informasi dari pelanggan di dalam membentuk modal intelektual, semakin matangnya dan “smart” nya pelanggan memberikan inspirasi, kreatifitas, inovasi dan keahlian bagi pekerja. (3). Hasil identifikasi dan analisis ketiga dari faktorfaktor fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan, berpengaruh secara parsial maupun bersama-sama terhadap modal intelektual. Variabel–variabel strategi MSDM dan pelatihan di implementasikan akan berpengaruh didalam membentuk modal intelektual, karena upaya pihak perusahaan dalam pengelolaan para pekerja dihadapkan suatu tantangan yang berbasis lingkungan, maka diharapkan informasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
bisa memenuhinya, akhirnya berdampak komitmen dan kompetensi pekerja. (4). Hasil identifikasi dan analisis keempat modal intelektual pekerja. mempengaruhi kinerja perusahaan, mengisyaratkan bahwa keberadaan intelektual dari pekerja didasari para pekerja dalam melaksanakan tugas dalam kesehariannya, seperti loyal pada perusahaan, hubungan dengan pelanggan, kerja sama dengan pekerja lain, pengalaman dalam berkelompok, kerja sama antar unit, komitmen merealisasikan keputusan startegis. Saran –saran. (1). Dalam menghadapi era informasi dan persaingan bebas, kemampuan SDM sangat dikedepankan dibandingkan sumber daya lain, mengingat kemampuan manusia yang berupa rasionalitas dan rasa yang tertuang dalam komitmen dan kompetensi atau disebut modal intelektual adalah suatu bentuk kemampuan yang dipergunakan dalam memecahkan masalah, pengambilan keputusan, inisiatif dan kreatifitas merupakan hal yang sangat penting. (2). Bisnis yang berhasil adalah mereka yang mampu melihat SDM sebagai aset yang harus dikelola sesuai kebutuhan bisnis. Agar perusahaan menjadi lebih kompetitif mendudukan pekerjanya sebagai intangible assets. Suatu bentuk pengakuan begitu pentingnya karyawan/ pekerja sebagai aset perusahaan. (4). Keputusan strategi perusahaan dibutuhkan terlebih dahulu, sebelum pelatihan dilaksanakan, karena program pelatihan bisa dilaksanakan kalau sudah ada keputusan strategi perusahaan. (5). Perusahaan PT Petro Kimia Gresik dan anak perusahaannya menghadapi masa transisi, yaitu upaya perilaku pekerjanya diarahkan untuk peningkatan modal intelektual. Sementara itu pelatihan memberikan sumbangan pengaruh yang lebih tinggi terhadap pembentukan modal intelektual dibandingkan variabel lainnya,
39
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi
mengisyaratkan bahwa pelatihan dipertahankan terus, dalam mencerdaskan intelektual pekerja dalam beradaptasi pada perubahan lingkungan. . DAFTAR PUSTAKA Anthony, P. William, 1996, Strategic Human Resources Management, Fifth Edition The Dryden Press, USA h. 125. Badudu, J.S. dan Sultan Muhammad Zein, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Inter Grafika, h. 1087. Bank, John, 1992, The Essense of Total Quality Management, First Edition, Series Editor, Adrian Buckley, Inch.,h. 38.... Cascio, Wayne F. 1995, Managing Human Resources: Productivity,Quality of Work Life, Profits, Three Edition, USA,h. 122-135. Clark, Moira, 1997a, Modelling The impact of Customer –Employee Relationships on Customer Retention Rates in a Major UK retail Bank, Management Decision, 35/4, h..293-301. David, Fred R. 2001, Concepts of Strategic Management, 8th Edition , New Jersey : Prentice – Hall Inc. h. 5. Davis dan Gordon B, 1993, Management Information Systems, Conceptuals Foundations Structures and Developments, Mc Graww Hill Kogakuskha, Tokyo. h 125. Dessler Gary, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia: Human Resources Management, Edisi Asli, Alih Bahasa oleh Benyamin Molan, Jakarta : Prenhallindo. h. 14, 15-17, 58-67.. Glad, Ernest, dan Becker, Hugh, 1996, Activity-Based Costing and Management, Chichester : John Wiley & Sons Ltd., h.28,148.
40
Hunger J. David and Wheelen Thomas L., 2001, Manajemen Strategis, Edisi Pertama, Diterjemahkan oleh Yulianto Agung S., Yogyakarta : Penerbit Andi, h. 2, 9-16, 31. Mahoney, Thomas A Thomas J., Jerdee Dan Stephen J., Carrrol, 1963, Development Managerial Performance a Research Approach, Cincinnati, Ohio : South-Western Publishing Co., h.79. Mondy Nore and Premeaux, 1999, Human resources Management, Second Edition, The Ryden Press, USA.,h. 222-232. Robbins P.S., David, 1995, Teori Organisasi, Structur Desain, & Aplikasi, Alih Bahasa Jusuf Udaya, Edisi Ketiga, Jakarta :Penerbit Arcan, h. 136,226. Scoot, George M., 1997, Principle of Management Information System, Four Edition, Mc GrawHill Inc., h. 90. Tenner, Arthur R. dan De Toro, Irving J., 1992, Total Quality Management, Massachusetts: Addison-Wesley Publidhing Company. h.183. Ulrich David, 1997, Human Resources Champions, Boston, Hardvard Business School Press. Majalah dan Jurnal. Ashton, Chris, 1996b, Rethinking HR Competences, Management Development Review.Vol. 9, No.5, h.16-21. Becker G.S., 1994, Human Capital, National Bureau for Economic Research, New York, h. 124-35. Brownell, Peter dan Morris Mclnnes, 1986, Budgetary Participation Motivation and Managerial Performance, The accounting Review, Vol. LXI, No.4, Oktober, h. 597.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih ABSTRACT Based on those statistical hipothesis testing result, the human resources management strategy and training would much influenced the level of employees commitment and competency in doing their tasks and responsibilities.. The higher the employees commitment and competency in serving their customer, and the higher the level of customer satisfaction concequently in these the intelectual capital. The level of intelectual capital would significantly influence the company performance, and then determining of the companys profitability. Key words : The Organitation Environment and The Intelectual Capital. PENDAHULUAN Memasuki persaingan bebas sumber daya yang paling bernilai bagi peningkatan daya saing adalah sumber daya manusia, pengalaman Negara Jerman dan Jepang yang dapat bangkit dari kehancuran akibat Perang Dunia II dalam keberhasilannya membangun SDM. Kedua Negara tersebut tidak memiliki banyak sumber daya alam, yang mereka miliki hanya penduduk (orang). Oleh karena itu, mereka memilih untuk mengembangkan dan mengorganisasi sumber daya manusia sebagai upaya pengembangan ekonomi.. Persiapan menghadapinya para pelaku ekonomi harus bersiap diri untuk memasuki keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang tinggi, bersaing produk-produk yang memiliki muatan kualitas yang baik(Randall dan Susan, 1999). Sebagaimana yang telah disepakati dalam kerangka AFTA, APEC, dan WTO, setiap perusahaan harus menghadapi persaingan ketat dengan perusahaanperusahaan dari seluruh dunia. PT Petro Kimia Gresik dalam pelaksanaan kebijakan telah mengambil suatu keputusan yang strategis, yaitu untuk pengelolaan SDM pada tujuantujuan bisnis perusahaan, yaitu mengarahkan SDM pada orientasi fokus pelanggan, disamping itu, pekerja
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dituntut disamping kemampuannya untuk terlibat secara strategis juga harus memiliki pengetahuan bisnis perusahaan, tak terkecuali semua tingkatan manajer, kepala bagian dan kepala seksi diharapkan mempunyai pandangan-pandangan yang kreatif, dan bagaimana perusahaan dapat menjalin hubungan kepelangganan (custumerization). Menempatkan konsumen sebagai prioritas utama, membawa suatu konsekwensi yang harus dipenuhi, yaitu produk yang dihasilkan harus bisa memenuhi keinginan konsumen (Dessler, 1997), keputusan produk ditentukan masukan-masukan, serta mejalin hubungan kemitraan antara SDM dengan konsumen. Status Persero, perusahaan ini merupakan perusahaan induk yang terdiri dari dua belas perusahaan manufaktur. Agar kelangsungan hidup dapat dipertahankan, badan usaha ini dituntut untuk meningkatkan modal intelektual sehingga diharapkan menghasilkan kinerja yang tinggi. Berdasarkan keterangan dari perusahaan, ternyata dari dua belas perusahaan di lingkungan perusahaan tersebut telah diarahkan menerapkan sistim manajemen mutu terpadu dengan orientasi kepuasan pada pelanggan..Dengan dibentuk tim kerja sama tersruktur, diarahkan perubahan struktur organisasi yang kaku ke fleksibelitas sesuai
41
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
kebutuhan pelanggan, bahkan selalu melakukan pelatihan secara periodik, membentuk kelompok– kelompok atau tim kerja yang dikenal sebagai gugus kendali mutu. Pelaksanaan merespons tuntutan pekerja dilakukan dengan melibatkan para manajer baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat menengah dan bawah seperti kepala bagian dan kepala seksi. Kebijaksanaan untuk melibatkan para manajer tingkat menengah dan bawah, ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa para manajer pada tingkat yang lebih bawah umumnya mempunyai informasi yang lebih akurat daripada manajer ditingkat atas. Pada tingkat kinerja perusahaan dari dua belas perusahaan ternyata hasilnya belum optimal dari target yang ditetapkan. Kinerja perusahaan yang berupa, perencanaan, kebijakan bisnis, koordinasi, evaluasi pengawasan, pemilihan staff, negosiasi dan kinerja manajer belum menyentuh nilai maksimum. Hal ini menandakan belum adanya kemampuan tercapainya target kinerja, pihak perusahaan itu sendiri berusaha untuk maksimalisasi untuk tercapainya tujuan tersebut. Sedangkan hasil maksimal tergantung pula dari kemampuan perusahaan meraih modal intelektual, karena semakin tinggi modal intelektual semakin tinggi pula kemampuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Ashton,1996). . Memperhatikan permasalahan modal intelektual yang ada dalam perusahaan PT Petro Kimia Gresik, yang menjadi tema sentral penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh strategi berbasis lingkungan berorientasi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja terhadap pelatihan yang dilakukan selama ini, dampaknya bagi modal inteklektual “ Identifikasi Masalah (1). Sejauhmana pengaruh lingkungan organisasi meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja berpengaruh terhadap pelatihan secara parsial maupun bersama-sama. (2). Sejauhmana pengaruh lingkungan organisasi meliputi fokus cpelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja
42
berpengaruh terhadap modal intelektual baik secara parsial maupun secara bersama-sama. (3). Sejauhmana pengaruh fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan terhadap modal intelektual baik secara parsial maupun bersamasama. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan mengungkapkan data yang memberikan informasi yang memadai tentang faktorfaktor mengungkapkan strategi manajemen orientasi sumber daya manusia dalam hubungannya dengan pelatihan serta pengaruhnya terhadap modal intelektual dan kinerja perusahaan. Tujuan Penelitian. Sesuai dengan hasil dari identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1). Mempelajari pengaruh strategi berbasis lingkungan meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi merespons tuntutan pekerja terhadap pelatihan secara parsial maupun secara bersama-sama. (2). Mempelajari pengaruh strategi berbasisis lingkungan meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja terhadap modal intelektual. secara parsial maupun secara bersama-sama. (3). Mempelajari pengaruh fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan terhadap modal intelektual baik secara parsial maupun bersama-sama. KERANGKA PEMIKIRAN, PREMIS DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran. Sebagai bahan perbandingan, dikemukakan model manajemen strategis oleh, bahwa manajemen strategis sebagai proses dimulai dari masukan strategis (input strategic), dengan memperhatikan aspek lingkungan internal perusahan dan lingkungan eksternal perusahaan(David, 2001). Kedua lingkungan ini mempengaruhi intent strategis dan misi Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
strategis perusahaan. Proses kedua berhubungan dengan pelaksanaan strategis (strategic actions) yang terdiri dari formulasi strategis dan implementasi strategi. Proses terakhir atau ketiga berhubungan dengan outcome strategi (Hunger, 2001). Berfokus pada pelanggan juga mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian mutahir menunjukkan bahwa kunci keuntungan perusahaan adalah memahami dan memuaskan pelanggan, termasuk sasaran mereka dengan tawaran yang unggul (Kotler, 1994). Walker (1997) mendukung pendapat Kotler dengan menyatakan orientasi pada pelanggan berpengaruh signifikan dan positif pada kinerja bisnis. Supaya bisa memenuhi pelanggan, pihak perusahaan harus bisa mengerti apa yang dibutuhkan para pelanggan,untuk itu perlu bagi perusahaan untuk penataan kembali pekerja dalam organisasi. Karena pada saat produk mengalami diferensiasi, tuntutan tugas mengalami suatu perubahan, dari struktur tugas pekerja, koordinasi, maupun tanggung jawab. Penataan kembali struktur untuk menyesuaikan lingkungan organisasi, dinamakan restrukturisasi organisasi. Restrukturisasi organisasi adalah suatu bentuk perubahan tugas dan tanggung jawab unit, divisi, maupun departemen mengarah pembentukan tim kerja sama, bukan hanya sebatas pada formalitas pekerjaan tapi sudah menyentuh sikap dan perilaku individu, bagaimana sesuatu bisa berjalan(Randall dan Susan, 1999). Struktur jauh melebihi bagan organisasi, bagan organisasi menggambarkan hubungan pelaporan formal, tetapi tidak menunjukan bagaimana segala sesuatu berjalan, siapa yang berpengaruh, dimana kekuasaan berada (Clark, 1999). Inisiatif untuk merespons tuntutan angkatan kerja yang semakin beragam, untuk itu informasi SDM adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam pengelolaan SDM. Penggunaan informasi dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan dan secara terus menerus melalui analis dan kolaborasi – pengetahuan mempunyai manfaat yang besar sekali, dimulai tujuan strategis sampai pada proses bisnis, fungsional dan individu pekerja atau kepada pekerja yang sehingga mereka dapat bertindak sesegera mungkin (Gates, 1999). pendapat itu juga disampaikan oleh Drucker Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
(1995) organisasi berbasis informasi dalam membentuk tujuan umum, bisnis, dan tindakan diperlukan informasi, karena setiap individu pekerja membutuhkan ketrampilan dan pengetahuan diarahkam pada kinerja invidu, kelompok maupun perusahaan. Sikap orang yang ada dalam organisasi, terus memerus memikirkan informasi apa yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. . Pelatihan merupakan perbaikan kinerja sumberdaya manusia dan menurut Rully-Indrawan (2002), perbaikan kinerja sumber daya manusia merupakan esensi dimensi proses internal dan dimensi proses merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk dimensi tujuan organisasi. Perbaikan berkesinambungan bertujuan meningkatkan keseluruhan kinerja organisasi secara revolusioner melalui perbaikan efisiensi yang kecil tetapi secara terus menerus (Glad dan Becker, 1996). Kompetensi dan komitmen individu/personal suatu persyaratan yang harus dimiliki dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya baik bertindak sebagai individu, kelompok, dan organisasi, sedangkan kompetensi manusia ada tiga dasar yaitu pengetahuan kognitif, konatif, afektif, untuk itu perlunya perhatian (Kraiger dan Ford,1993). Pengetahuan kognitif adalah kemampuan untuk menguasai informasi, cara mereka mengatur informasi dan strategi untuk menggunakan informasi, sedangkan konaktif adalah kemampuan hasil yang didasarkan keahlian meliputi pengembangan teknik dan motor (Davis, 1994), dan afektif adalah pengembangan perubahan motivasi, sikap, atau nilai. Modal intelektual merupakan aset yang tidak terlihat yang merupakan gabungan dari faktor manusia, proses dan pelanggan yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan (Dessler,1997). Modal maya dalam organisasi bersumber dari pengetahuan pekerja yang menjadi sumber untuk menciptakan keunggulan bersaing dalam menjalankan usaha maupun untuk memilih, menggunakan serta mengembangkan teknologi perusahaan yang cenderung terus berkembang dan makin canggih di masa depan (Tjakraatmadja, 2002). Modal intelektual dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu modal manusia (human capital), dan modal struktural (structural capital). Human capital dapat
43
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
diperoleh dari tiga sumber, yaitu kompetensi (competence), sikap (attitude), dan kecerdasan intelektual (intellectual agility). Sedangkan structural capital dapat diperoleh dari tiga sumber juga, yaitu hubungan, organisasi, dan pembaharuan serta pengembangan (Botis et al,1999). Modal intelektual bisa berupa komitmen dan kompetensi yang harus dimiliki sumber daya mnusia yang dijabarkan dalam kinerjanya. Kinerja sumber daya manusia adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi pengaturan staf, negoisasi, perwakilan, representasi (Mahoney, et.al., dalam Indiantoro,1995). Menurut teori atribusi (attribution theory) kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi dan kemampuan dasar, teori atribusi ini pertama kali dikemukakan oleh Fritz Heider (Luthans, 1995). Pendapat Hansen dan Moven (1997) menyatakan bahwa penilaian kinerja terdapat dua jenis pengukuran yaitu keuangan dan non keuangan, penilaian dirancang untuk menyikapi aktifitas jika terjadi hambatan atas perbaikan yang akan dilakukan. Penilaian pusat kinerja aktivitas dibagi kedalam tiga dimensi, yaitu (1) efisiensi, (2) kualitas dan (3) waktu. Dari penjelasan- penjelasan diatas dapat diringkas sebagai berikut (1). Strategi berbasis lingkungan mencakup fokus pada pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja (Mondy, 1999). Strategi tersebut merupakan serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif untuk mencapai sasaran bagi organisasi (McKenna dan Beech, 2000). (2). Untuk merealisasi keputusan strategis lingkungan adalah beradaptasi bagi SDM nya, yaitu melalui upaya kemampuan modal intelektual ditingkatkan. Untuk peningkatannya melalui pengaruh langsung melalui strategi berbasis lingkungan berorientasi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan tak langsung melalui pelatihan (Randall dan Susan, 1999). (3). Dengan peningkatan modal intelektual yang dijabarkan dalam kinerja akan bisa
44
menyongsong perubahan lingkungan organisasi (Harris,2000). Dari ringkasan tersebut, dapat disusun suatu paradigma penelitian sebagai berikut lihat Gambar 1 Fokus Pelanggan ( X1)
Restrukturisasi Organisasi (X2)
Pelatihan ( X4)
Modal Intelektual (Y )
Merespons Tuntutan Pekerja (X3) Gambar 1. Paradigma Penelitian.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, secara keseluruhan kerangka berfikir atau paradikma penelitian seperti pada Gambar 1, terlihat bahwa strategi MSDM terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja sebagai variabel bebas saling berkorelasi, selain berpengaruh secara langsung terhadap pelatihan dan modal intelektual, juga berpengaruh tidak langsung pada modal intelektual melalui pelatihan. Selanjutnya pelaksanaan pelatihan juga sebagai variabel bebas terhadap modal intelektual. Modal intelektual berpengaruh secara langsung pada kinerja perusahaan. Premis Premis adalah bentuk proses penalaran berdasarkan logika yang berusaha menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan (Badudu dan Zain,1994). Premis 1. Kekuatan basis lingkungan yang menyebabkan perubahan organisasi dari bisnis yang satu ke bisnis yang lainnya, karena sebagaian besar perubahan melibatkan manusia dan akan mempengaruhi manusia, perubahan ini memiliki implikasi utama kepada pengelolaan SDM (Cascio, 1995; Robbins, 1996; Anthony, 1996; Mondy, 1999; Harris, 2000; Randall dan Susan, 1999; Dessler,1997). Premis 2. Organisasi bisnis jangka panjang, yang orientasi Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
pada strategi berbasisa lingkungan, perlu memahami tuntutan pelanggan (Customer fokus) dan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu organisasi mengelola perubahan restrukturisasi (Restructuring ), serta inisiatif merespons tuntutan pekerja. (Randall dan Susan, 1999; Mondy, 1999; Harris, 2000; Cascio, 1995, Hunger, et.al.,2001; Dessler, 1997). Premis 3. Sistem informasi adalah menjadi mitra strategis mengelola perubahan Organisasi. Sistem informasi membantu merespons tuntutan pekerja menentukan apa yang dibutuhkan oleh pekerja dan apa yang diperlukan dibutuhkan karyawan untuk peningkatan kemampuan (Randall dan Susan, 1999; Dessler, 1997; Gates, 1999; Scoot, 1997). Premis 4. Restrukturisasi organisasi menggabungkan kemampuan SDM dengan kondisi yang baru, berarti ada kolaborasi dari kemitraan antar manajer lini dan segenap karyawan melakukan kerjasama dibentuk suatu tim akan menghasilkan suatu sinergi (Randall dan susan, 1999; Tenner et.al,, 1992; Tjiptono dan Diana, 1995; Bank, 1992; Dessler, 1997). Premis 5. Merespons tuntutan pekerja keterlibatan semua bagian dalam proses pengambilan keputusan untuk menyusun anggaran (Budget participate). akan berdampak pada organisasi yaitu suatu peningkatan kinerja manajerial (Randall dan Susan, 1999; Brownell, 1982; Brownell dan Mclnnes, 1986; Indriantoro,1995, Gul, 1995). Premis 6 Pada tingkat managerial SDM menciptakan sistem informasi, yang menghubungkan kondisi tenaga kerja dengan tujuan bisnis jangka panjang, menetapkan pusat penilaian dan pengembangan dari manajemen non partisipatip ke manajemen partisipatip (Mahoney, et.al., 1963; Randall dan Susan, 1999; Kaplan dan Norton, 1996). Premis 7. Strategi manajemen sumber daya manusia, proses menghubungkan SDM kepada
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kebutuhan bisnis jangka panjang organisasi. Strategi merupakan suatu rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu untuk menjamin pencapaian tujuan perusahaan, kebutuhan pelatihan adalah untuk memposisikan diri untuk memenuhi tuntutan nilai pelanggan (Anfuso, 1994; Randall dan Susan, 1999; Schneider, et.al.,1994; Hunger, 2001). Premis 8. Pelatihan SDM dituntut untuk mengetahui strategi bisnis perusahaan, apabila strategi berbeda, menggunakan pelatihan berbeda. Menyusun strategi baru dapat menciptakan kebutuhan langsung akan informasi, untuk pelatihan yang baru (Randall dan Susan, 1999; Harris, 2000; Dessler, 1997; Cascio, 1995). Premis 9. Pelatihan SDM mampu memperbaiki perilaku yang memikirkan pengetahuan dan wawasan baru, dan meningkatkan kwalitas intelektual serta mempunyai hubungan dengan kinerja manajerial(Randall dan Susan, 1999; Dumond, 1995; Garvin, 1993; Chenhall dan Morris, 1993). Premis 10. Strategi manajemen sumber daya manusia mempengaruhi kinerja SDM secara langsung maupun tidak langsung melalui komitmen dan kompetensi (Harris, 2000; Cascio, 1995; Mondy, 1999; Anthony, 1996; Dessler, 1997; Randall dan Susan, 1999; Horibe, 1997; Ulrich,1997; Kaplan dan Norton, 1996).
Hipotesis. Berdasarkan pada hal-hal yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian, kerangka pemikiran dan premis, yang menunjukan berbagai keterkaitan antar variabel eksogenus dan endogenus.. Oleh sebab itu, perlu, ditarik suatu konklusi dalam penelitian ini, dalam bentuk hipotesis. Hipotesis 1. Strategi berbasis lingkungan, meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja berpengaruh positif, secara parsial maupun bersama–sama terhadap pelatihan (Premis 1,2,3,6,7 dan 8).
45
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
Hipotesis 2 Strategi berbasis lingkungan meliputi fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja, berpengaruh positif, baik secara parsial maupun bersama-sama terhadap modal intelektual (Premis 3,4, 9 dan 10). Hipotesis 3. Fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan berpengaruh positif, secara parsial maupun bersama-sama, terhadap modal intelektual ( Premis 3,4, 6, 7, 9 dan 10).
OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Dipilihnya kelompok perusahaan tersebut didasarkan pada beberapa alasan.; Alasan pertama karena kelompok perusahaan tersebut strategi MSDM orientasi fokus pada pelanggan. Untuk merealisasinya tersebut, menerapkan TQM atau manajemen mutu terpadu, dibentuk tim kerjasama, merespons tuntutan pekerja, penganggaran partisipasi. Alasan kedua, adalah karena kelompok perusahaan tersebut bentuk usahanya bersifat usaha dari hulu ke hilir, yaitu produk pupuk bahan baku pupuk produksi jasa tenaga kerja, penyediaan produk-produk petani dan produk-produk yang berbahan baku serta kegiatan-kegiatan penunjang seperti pergudangan, jasa kebersihan, tranportasi dan sebagainya. Alasan ketiga, karena PT Petro Kimia Gresik (Persero) adalah masa transisi yang selama ini keberadaan dapat fasilitas dari pemerintah, mengarah perubahan ke arah orientasi pasar ( Market Orientation). Penelitian ini direalisasikan sebagai penelitian sensus dengan mengambil seluruh anggota populasi (12 perusahaan) responden, sedangkan bentuk penelitiannya deskriptif dan verifikatif. Responden dalam penelitian ini meliputi para, direksi, kepala komite ISO-9000, kepala bagian diklat, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, para kepala bagian dan kepala regu sebagai wakil para karyawan dari dua belas perusahaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini untuk mengetahui strategi dari pihak perusahaan yang ber basis manajemen sumber daya
46
manusia dan pengaruhnya terhadap pelatihan dan modal intelektual serta bagaimana dampaknya pada kinerja perusahaan. Disamping analisis serta pembahasan untuk hipotesis satu sampai dengan empat, adalah untuk menjawab dari rumusan-rumusan masalah tersebut. Sedangkan untuk pengujiannya dikumpulkan data-data empiris dengan mengambil obyek penelitian 12 perusahaan dari kelompok perusahaan milik pemerintah. Perusahaan milik pemerintah tersebut adalah PT Petro Kimia merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan status Persero, perusahaan ini merupakan perusahaan induk, sedangkan yang lainnya adalah 11 perusahaan sebagai anak perusahaan. Agar kelangsungan hidup dapat dipertahankan, badan usaha ini dituntut untuk meningkatkan modal intelektual sehingga diharapkan menghasilkan kinerja yang tinggi. Kebijakan yang diterapkan untuk mencapai harapan tersebut perusahaan telah menerapkan salah satunya, kebijakan manajemen mutu terpadu (total quality management). Variabel yang diteliti yaitu fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja, pelatihan, modal intelektual dan kinerja perusahaan. Dari pengumpulan data diperoleh data pada Tabel 4-1 dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut Dalam Tabel 1 disajikan jumlah nilai, yang memberikan tanggapan kuesioner dari 12 perusahaan milik kelompok PT Petro Kimia Gresik. Hasil skor variabel-variabel tersebut terlihat fluktuasi nilai dari masing-masing perusahaan. Langkah selanjutnya diperlukan klarifikasi hasil penilaiaan, diberikan bobot dari nilai yang tinggi, sedang dan rendah. Untuk melihat bobot nilai tersebut, dari masing-masing perusahaan, selanjutnya di jabarkan perhitungan di masing-masing variabel. (1). Fokus Pelanggan (X1) Dari Tabel 1, nilai tertinggi dari responden untuk variabel fokus pelanggan sebesar 87,5 adalah PT. Gresik Chemical, sedangkan nilai terendah sebesar 74,6 adalah PT. Petrocentral dan PT. Petro Kopindo. Katagori status nilai yang diperoleh masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut ; status sedang tidak terdapat (0%), tinggi dua belas perusahaan Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
Tabel 1 Data penilaian Fokus Pelanggan,Restrukturisasi Organisasi, Merespons TuntutanPekerja, Pelatihan, Modal Intelektual. Responden
Fokus Pelanggan
Restrukturisasi O rganisasi
Merespons Tuntutan Pekerja
Status
Nilai
Status
Nilai
PT Petrowidada
76,1
Tinggi
159
Tinggi
44,9
Sedang
51
Sedang
47
Sedang
PT Petrocentral
74,6
Tinggi
163
Tinggi
47,4
Sedang
54
Sedang
50
Sedang
PT Petronika
76.0
Tinggi
163
Tinggi
44,9
Sedang
51
Sedang
45
Sedang
PT Eterindo Nusa Graha
75,2
Tinggi
161
Tinggi
41,8
Sedang
51
Sedang
45
Sedang
PT Petro Graha Sarana
80,8
Tinggi
171
Tinggi
52.0
Tinggi
67
Tinggi
63
Sedang
PT Petro Kopindo
74,6
Tinggi
163
Tinggi
45.0
Sedang
54
Sedang
47
Sedang
PT Puspetindo
77,3
Tinggi
164
Tinggi
36,3
Sedang
49
Sedang
42
Sedang
PT Aneka Jasa G raha
75.0
Tinggi
162
Tinggi
54,3
Tinggi
56
Tinggi
52
Sedang
PT Gresik Chem ical
87,5
Tinggi
170
Tinggi
53,3
Tinggi
73
Tinggi
70
Tinggi
73,33
(100-26,66)
154
(210-56)
51,33
(70-18,66)
55
(75-20)
66
(90-24)
46,66
(20+26,66)
98
( 42+56)
32,66
(14+18,66)
35
(35+24)
42
(18+24)
Batas 1 (bawah)
(100%), dari penilaian tersebut tidak terdapat perusahaan yang memperoleh katagori status rendah (0%). Sedangkan nilai ordinal antara batas 20 sampai dengan batas 46,66 (batas 1) tidak terdapat, dari batas 46,66 (batas 1) dengan 73,33 (batas 2) juga tidak terdapat perusahaan. Sedangkan batas 73.33 (batas 2) keatas sampai maksimum 100 adalah 12 perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa secara umum seluruh kelompok perusahaan PT Petro Kimia Gresik telah merealisasikan keputusan strategi fokus pelanggan dengan baik. Didasarkan dari hasil penilaian katagori status tinggi yang diperoleh 12 perusahaan (100%), adalah gambaran terpenuhinya dari target, maka para pekerja dalam merealisasikan keputusan strategis perusahaan tersebut, baik berupa pelayanan pada pelanggan, kwalitas produk maupun kegiatan lain, harapan pelanggan relatip bisa terpenuhi. (2) Restrukturisasi Organisasi (X2) Berdasarkan Tabel 1, variabel restrukturisasi organisasi dari penilaian dari responden tersebut, nilai tertinggi 171 dicapai oleh PT Petro Graha
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Nilai
Status
Modal Intekektual
Nilai
Batas 2 (atas)
Status
Pelatihan
Nilai
Status
Sarana, perolehan dari nilai terendah 132 dicapai oleh PT. Petro Kimia Kayaku. Keseluruhan dari semua perusahaan diperoleh penilaian adalah sebagai berikut; untuk status rendah satu perusahaan (8,33%), status sedang tidak terdapat (0%), status tinggi sebelas perusahaan (91,66 %). Dari nilai tersebut kalau dikelompokan berdasarkan, yaitu batas 42 sampai dengan 98 (batas1) terdapat 1 (satu) perusahaan, dari batas 98 dengan batas 154 (batas 2) tidak terdapat perusahaan. Sedangkan nilai batas 154 (batas 2) sampai batas maksimum 210 adalah 11 perusahaan. (3) Merespons Tuntutan Pekerja (X3) Dari Tabel 1 variabel merespons tuntutan penilaian dari responden, nilai tertinggi sebesar 54,3 diperoleh PT Aneka jasa Graha, sedangkan nilai terendah 41,8 dimiliki oleh PT. Eterindo Nusa Graha. Sedangkan katagori nilai dari semua perusahaan adalah sebagai berikut; untuk status rendah tidak terdapat (0%), delapan perusahaan status sedang (66,6%), status tinggi empat perusahaan (33,3%). Untuk penilaian dari nilai harapan minimum 14 sampai dengan 32,66
47
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
(batas 1) tidak terdapat perusahaan dalam penilaian tersebut, antara 32,66 (batas 1) dengan 51,33 (batas 2) terdapat 8 (delapan) perusahaan, nilai 51,33 (batas 2) keatas sampai batas maksimum 70 adalah 4(empat) perusahaan. . (4) Pelatihan (X4) Dari variabel pelatihan Tabel 1 diatas penilaian dari responden, nilai tertinggi 75 dicapai oleh PT. Petrosida, sedangkan nilai terendah 44 oleh PT. Petro Kimia Kayaku, sedangkan status yang diperoleh untuk semua perusahaan adalah sebagai berikut; katagori status rendah tidak terdapat, nilai sedang delapan perusahaan atau (66.,6%), dan nilai tinggi empat perusahaan atau (33,3 %). Kalau penilaian didasarkan batas minimum 15 sampai dengan batas 1 sebesar 35 tidak terdapat perusahaan, dari batas 1 sebesar 35 sampai batas 2 sebesar 55 terdapat 8 (delapan) perusahaan Sedangkan nilai batas 2 sebesar 55 keatas sampai batas maksimum 75 terdapat 4 (empat) perusahaan.. Dilihat dari hasil penilaian katagori, status sedang yang diperoleh 8 perusahaan (66,6%), katagori menunjukan bahwa secara umum seluruh perusahaan yang memperoleh katagori pelatihan cukup baik, dilihat dari jawaban tersebut responden tidak terdapat katagori penilaian yang rend (5) Modal Intelektual (Y) Berdasarkan Tabel 1 penilaian dari responden, nilai tertinggi untuk variabel modal intelektual adalah sebesar 70 dicapai oleh PT Gresik Chemical, nilai terendah 35 dicapai oleh PT. Petro Kimia Kayaku. Sedangkan katagori status nilai seluruh perusahaan adalah sebagai berikut; untuk status rendah sebesar (8,33 %) atau satu perusahaan, status sedang (75%) sembilan perusahaan dan status tinggi (16,66%) dua perusahaan. Kalau penilaiaan batas minimum 35 sampai dengan batas satu 42 terdapat 1 (satu) perusahaan, dari batas satu sebesar 42 dengan batas dua 66 terdapat 9 (sembilan) perusahaan, nilai batas dua dari 66 keatas sampai batas maksimum 90 adalah 2 (dua) perusahaan.
48
Pembahasan Pengujian Hipotesis Dari perhitungan diatas dapat disusun rekapitulasi pengaruh secara parsial maupun bersama sama, baik secara langsung (variabel langsung) maupun secara tidak langsung (variabel tidak langsung) sebagai berikut Tabel 2. Tabel 2 Rekapitulasi Pengaruh Variabel langsung dan tidak langsung Keterangan
Besarnya pengaruh
Total
Keterangan
Strategi Lingkungan Pengaruh variabel X1 terhadap X4
76,52%
Parsial
Pengaruh variabel X2 terhadap X4
11,93%
Parsial
Pengaruh variabel X3 terhadap X4
7,67%
Pengaruh Variabel X1,X2 dan X3 terhadap X4
Parsial 96,12%
Total
Pengaruh variabel X1 terhadap Y
60,40%
Parsial
Pengaruh variabel X2 terhadap Y
16,50%
Parsial
Pengaruh variabel X3 terhadap Y
21,70%
Pengaruh variabel X1,X2 dan X3 terhadap Y
Parsial 98,60%
Total
Pengaruh variabel X1 terhadap Y
29,95%
Parsial
Pengaruh variabel X2 terhadap Y
11,27%
Parsial
Pengaruh variabel X3 terhadap Y
17,28%
Parsial
Pengaruh variabel X4 terhadap Y
40,73%
Pengaruh variabel X1,X2,X3 dan X4 terhadap Y
Parsial 99,30%
Total
Dalam hubungannya dengan identifikasi masalah yang pertama, strategi berbasis lingkungan terdiri variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja mempunyai pengaruh secara parsial maupun bersama-sama terhadap pelatihan. Dari ke tiga variabel tersebut berdasarkan hasil penelitian, yang dominan mempengaruhi pelatihan adalah fokus pelanggan. Dalam hubungannya dengan identifikasi masalah yang ke dua. Strategi berbasis lingkungan variabel terdiri dari fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja ternyata berpengaruh secara bersama-sama terhadap modal intelektual. Secara parsial yang berpengaruh dominan pada variabel modal intelektual adalah fokus pelanggan. Identifikasi masalah yang ke tiga dari variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan ternyata berpengaruh terhadap modal intelektual. Berdasarkan hasil penelitian dari keempat variabel, merupakan faktor yang mempengaruhi modal intelektual Sedangkan variabel tersebut secara parsial yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
berpengaruh dominan pada modal intelektual adalah variabel pelatihan. Identifikasi masalah yang ke empat ternyata variabel modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut variabel modal intelektual mempengaruhi kinerja perusahaan. Selanjutnya dalam hubungannya dengan hipotesis yang menyatakan : Hipotesis pertama yang menyatakan : “Strategi berbasis lingkungan terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap pelatihan” berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa strategi berbasis lingkungan fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja berpengaruh positif secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap pelatihan. Jadi hipotesis pertama menunjukan benar, bisa diterima. Hipotesis yang kedua yang menyatakan : “Strategi berbasis lingkungan terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap modal intelektual” berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa strategi MSDM terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja berpengaruh positif secara parsial maupun bersama-sama terhadap modal intelektual. Jadi hipotesis kedua menunjukan benar, bisa diterima. Hipotesis yang ketiga yang menyatakan bahwa: “Fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap modal intelektual” berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan berpengaruh positif secara parsial maupun bersama-sama terhadap modal intelektual. Jadi hipotesis keempat benar, bisa diterima. Pembahasan atas Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Seperti dinyatakan di depan bahwa strategi manajemen sumber daya manusia secara total Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pengaruh variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja terhadap pelatihan adalah sebesar 96,12 %. Pengaruh parsialnya variabel fokus pelanggan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan variabel restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja dalam mempengaruhi variabel pelatihan. Dibuktikan variabel fokus pelanggan memberikan kontribusi sebesar 76,52%, variabel restrukturisasi organisasi 11,93%, dan variabel merespons tuntutan pekerja sebesar 7,67%. Berdasarkan hipotesis pertama jika ingin meningkatkan pelatihan, yang digunakan adalah peningkatan strategi orientasi fokus pada pelanggan. Dalam strategi ini, proses pelatihan pada awalnya sangat diperlukan data-data dan informasi, yang dapat menggambarkan jenis ketrampilan karyawan saat ini, dan keterampilan apa yang mereka perlukan untuk mencapai kebutuhan harapan pelanggan, dan memperbaiki kualitas tersebut. Setelah data dikumpulkan dari ber macam-macam sumber, data tersebut dianalisis dan akhirnya kebutuhan akan pelatihan dapat ditentukan. Pada hakekatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan. oleh sebab itu, pelatihan diarahkan dan ditentukan oleh kebutuhannya. Dengan memahami semua proses diarahkan pelanggan, organisasi dapat menyadari dan menghargai makna informasi akan kebutuhan pelanggan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan seseorang atau suatu organisasi, maka hanya merekalah yang dapat menentukan kualitas seperti apa, dan bagaimana kebutuhan mereka (Tjiptono dan Diana, 2001). Selanjutnya untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan pula strategi restrukturisasi organisasi suatu perubahan penataan struktur yang mengarah pada kerjasama tim, pemberdayaan, kelenturan (fleksibel), peningkatan sinergi. Penataan baru tersebut memunculkan inovasi kreatifitas baru, hingga bisa mentransformasikan menjadi informasi dan para pekerja harus bersedia mempelajari dan menggunakan dan berubah untuk penyesuaian. Bagi pelatihan merupakan tantangan baru bagi penyelenggaraan mulai dari materi pelatihan, tempat dimana diselelenggarakan maupun siapa–siapa
49
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
yang terlibat dalam pelaksanaan, aktivitas proses pelatihan ini semua, mengisyaratkan bahwa strategi perusahaan menentukan untuk program pelatihan. Strategi merespons tuntutan pekerja berpengaruh pada apa yang menjadi kebutuhan, keinginan pekerja mulai dari orientasi pada pelanggan, restrukturisasi organisasi, harus direspons dalam bentuk rencana kerja/anggaran partisipasi. Anggaran partisipasi adalah suatu bentuk informasi untuk rencana kerja dan membantu dalam pengambilan keputusan, dibutuhkan dengan pengetahuan ketrampilan dari pekerjanya. Oleh sebsb itu untuk merealisasinya adalah peningkatan pelatihan bagi pekerjanya. Strategi berbasis lingkungan pengelolaan SDM, menggambarkan sistem informasi dari lingkungan bisnis eksternal dan internal perusahaan. Strategis berarti pekerja harus memahami informasi arah bisnis perusahaan termasuk produk apa yang dihasilkan, apa yang mampu dilakukan, siapa konsumennya dan bagaimana memposisikan diri secara kompetitif (Randall dan Susan, 1997) Pelaksanaan strategi yang ditempuh dalam pengelolaan ini SDM dijadikan mitra strategis, yaitu menghubungkan kebutuhan lebih luas dan berjangka panjang menciptakan sistem yang menghubungkan dengan kondisi pekerja dengan potensi bisnis dimasa akan datang.. Standar potensi para pekerja saat ini diadakan penilaian dan membuat program program pelatihan untuk memastikan SDM mempunyai bauran keahlian yang tepat disesuaikan strategi bisnisnya, dan bagaimana mengelola perubahan. Pada tingkat operasional juga dihubungkan strategi MSDM, bagi pekerja dirancang program pelatihan secara eksplisit sesuai informasi dari keputusan perusahaan, untuk memberikan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahan. Pembahasan atas Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Hasil pengujian hipotesis kedua, strategi manajemen sumber daya manusia, variabel fokus pelanggan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan variabel restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja dalam mempengaruhi variabel modal intelektual, dengan memberikan kontribusi sebesar 60,4 %, sedangkan variabel
50
restrukturisasi organisasi 16,5% variabel merespons tuntutan pekerja 21,7%. Secara total pengaruh variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja terhadap modal intelektual sebesar 98,6%. Berdasarkan hipotesis kedua jika ingin meningkatkan modal intelektual, yang digunakan strategi MSDM orientasi pada fokus pelanggan dengan strategi itu menciptakan peluang-peluang baru, untuk mencapai tersebut perlu dikumpulkan informasi yang akurat, berusaha memahami apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan, berupaya untuk memenuhinya. Dengan peluang baru itu perusahaan ada tantangan untuk menyesuaikan yaitu penciptaan innovasi, kreatifitas bagi pekerjanya berarti menjalin hubungan baik dengan pelanggan, struktur kerja sama, menerima kritik dan saran. Didasarkan pengalaman para pekerja itulah, komitmen dan kompetensi meningkat, apa yang disebut modal intelektual (Ulrich,1998). Selanjutnya untuk meningkatkan modal intelektual dapat dilakukan pula strategi restrukturisasi organisasi, yaitu suatu perubahan penataan struktur yang mengarah pada kerja sama tim, pemberdayaan, kelenturan (fleksibel) bagi pekerjanya dan merupakan salah satu unsur fundamental dalam membentuk modal intelektual. Tim merupakan selompok orang yang memiliki tujuan bersama. Didalam tim saling mengenal dan saling percaya, sehingga mereka dapat saling membantu dan menyebabkan komunikasi terbina dengan baik. Peningkatan kerja sama dalam membentuk tim, dari individu, kelompok adalah suatu kebutuhan dalam pekerjaan, Bagi pekerja adanya kerjasama akan membentuk karakter disiplin, interaksi sosial, berdampak pada komitmen dan kompetensi. Berikutnya strategi merespons tuntutan pekerja adalah juga mempengaruhi modal intelektual, merupakan kebutuhan pekerja, mulai dari orientasi pada pelanggan, menginginkan perubahan atau restrukturisasi organisasi, kesemuanya akan direspon dalam bentuk rencana kerja/anggaran partisipasi. Pembahasan atas Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga Hasil pengujian hipotesis ketiga, variabel fokus Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan variabel pelatihan berpengaruh pada variabel modal intelektual, yang dominan diantara keempat variabel adalah variabel pelatihan sebesar 40,73%. sedangkan variabel fokus pelanggan 29,95%, restrukturisasi organisasi 11,27% dan merespons tuntutan pekerja 17,28%. Secara total pengaruh variabel tersebut terhadap modal intelektual sebesar 99,3%. Berdasarkan hipotesis ketiga, jika ingin meningkatkan modal intelektual, strategi yang ditempuh salah satunya adalah pendekatan pada pelatihan. Mulai dari materi pelatihan, siapa yang melatih, tempat dimana pelatihan dilaksanakan harus sesuai dengan harapan pekerja. Organisasi yang menetapkan pelatihan sebagai faktor utama setiap orang pekerja diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa pelatihan merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan ketrampilan dan keahliannya. Rangkuman Hasil Penelitian Penelitian ini menghasilkan temuan dalam bidang manajemen sumber daya manusia, ternyata pengembangan kolaborasi dengan bidang ilmu lainnya, seperti manajemen strategi,manajemen perubahan, manajemen pemasaran, sistim informasi manajemen, perilaku organisasi, akuntansi manajemen. Keberadaan suatu ilmu yang sifatnya kognisi an sich yang bersifat netral, tetapi perkembangan tuntutan tak lepas dengan kolaborasi dengan ilmu lainya. Pengaruh strategi berbasis lingkungan terdiri variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja terhadap variabelvariabel pelatihan dan modal intelektual pernyataan ini tidak bertentangan dengan teori tujuan. Teori tersebut menyatakan bahwa tingkah laku manusia banyak didasarkan untuk mencapai tujuan dan tujuan yang khusus akan mengantar ke kinerja yang lebih tinggi, karena kekhususan tujuan itu sendiri bertindak sebagai suatu rangsangan internal (Locke, 1968 dalam Luthan, 1995). Oleh karena itu berdasarkan teori ini jika direalisasikan pada suatu perusahaan, apabila Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pada tujuan utamanya diarahkan fokus pada pelanggan untuk variabel lainnya seperti restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja, dan pelatihan semuanya diarahkan yang sama, pada tujuan utama akan berpengaruh pada modal intelektual, dampak kelanjutannya kinerja perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Demikian juga hasil penelitian dari Georigievsky (1997), Welker (1997) serta Slater dan Narver (1994) ketiganya memberikan dukungan bahwa variabelvariabel melalui perbaikan berkesinambungan berdampak pada kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan pengujian pada struktur pertama dan kedua dari variabel fokus pelanggan ternyata berpengaruh terhadap variabel pelatihan dan modal intelektual. Jadi hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan teori yang ada, yaitu teori–teori penentuan tujuan dan teori psikologi assosiasi hasil penelitian Pengaruh variabel restrukturisasi organisasi terhadap variabel pelatihan dan modal intelektual didasarkan pada perubahan struktur organisasi dengan pembentukan kerjasama tim didasarkan pada teori keseimbangan dalam kelompok. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap didalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain (Newcomb,1961 dalam Luthans, 1995), oleh karena itu berdasarkan teori ini seseorang yang tertarik akan termotivasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat. Dalam hubungannya dengan pengujian pada struktur pertama strategi MSDM ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel pelatihan. Temuan penelitian sesuai dengan konsep, yang menyatakan, strategi yang berbeda kebutuhan berbeda, bahkan bila berada dalam industri yang sama, dua perusahaan berbeda, dua strategi bisnis yang berbeda dapat menggunakan sistem latihan yang berbeda (Randal dan Susan,1999). Variabel merespons tuntutan pekerja, indikatornya anggaran partisipasi berpengaruh terhadap variabel pelatihan dan modal intelektual, dampaknya pada kinerja perusahaan didasarkan dari teori harapan tidak bertentangan. Teori harapan ini menyatakan bahwa
51
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
kuatnya kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan suatu pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut (Vroom dalam Robbins,1996), oleh karena berdasarkan teori ini, seorang akan termotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi, jika ia percaya bahwa upaya yang akan dilakukan mengantar suatu penilaian kinerja yang baik, yang akan mendorong memperoleh ganjaran (reward) organisasional, dan akan memuaskan tujuan-tujuan pribadinya. Dengan berupaya yang tinggi akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat. Demikian juga hasil penelitian dari Brownell (1982).Brownell dan Mcllnes (1986), Indriantoro (1995), dan Gul, et.al.,(1995), keempatnya memberikan dukungan bahwa variabel penganggaran partisipatif berpengaruh terhadap variabel kinerja perusahaan Pengaruh variabel pelatihan terhadap variabel modal intelektual dihubungkan pada teori psikologi assosiasi. Teori ini menyatakan bahwa lebih banyak ulangan dan latihan, akan lebih banyak dan lebih lama pengalaman dan pengetahuan tinggi dalam kesadaran dan ingatan seseorang (Hebart dalam Hamalik,1993) oleh karena itu berdasarkan teori ini, dengan sering dilakukan pelatihan seseorang akan semakin ahli untuk melaksanakan pekerjaan dan akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat. Demikian juga hasil penelitian dari Dumond (1995), Chenhall dan Morris (1993) serta Rully-Indrawan (2002) ketiganya memberikan dukungan bahwa variabel pelatihan berpengaruh variabel perbaikan berkesinambungan dan kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan pengujian pada struktur yang ke tiga variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan ternyata mempunyai pengaruh terhadap modal intelektual.Hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan teori manajemen strategi.. Menurut David (2001), manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyeknya. Sementara Hiit, Ireland dan Hoskisson (2001) merumuskan pengertian manajemen strategik dari segi proses adalah
52
seperangkat komitmen, keputusan dan tindakan yang diperlukan bagi sebuah perusahaan untuk mencapai keunggulan persaingan strategik dan pendapatan lebih tinggi dari pesaing. Hunger dan Wheelen (2001) memberikan pengertian bahwa manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajemen yang menentukan kinerja keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Hasil penelitian pada modal intelektual diatas, kalau dihubungkan dengan teori adab dan karsa, sangat menunjang. Teori tersebut yang menyatakan bahwa, kalau menginginkan suatu keberhasilan pencapaian tujuan, prosesnya harus didasari oleh adab dan karsa yang tinggi (Soewardi,1997)..Menyatunya pikir (rasio) dan rasa yang seimbang adalah suatu tuntutan dalam rangka penciptaan nilai (value), dan akhirnya akan memberikan manfaat bagi lingkungan. Kalau dihubungkan dengan teori ekuitas juga tidak bertentangan dalam teorinya mengungkapkan bahwa ketidak adilan terjadi apabila prestasi yang diterima seseorang dalam suatu hubungan tidak proposional dengan apa yang telah diberikan. Dengan demikian keadilan terjadi bila rasio keluaran dan masukan untuk masing-masing pihak pertukaran kira-kira sama (Adams, dalam Mowen dan Minor, 2001). Dalam memperbaiki keadaan adalah meyakinkan pengukuran kinerja yang benar dan akurat.untuk menghindari ketidak adilan,. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kajian dan ulasan kesimpulan yang masih bersifat umum diatas, perlu ditarik suatu konklusi yang lebih khusus, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1). Hasil identifikasi dan analisis pertama slingkungan organisasi mencerminkan karakteristik lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal variabelnya adalah fokus pada pelanggan sedangkan lingkungan internal variabelnya restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja. Dari variabel-variabel tersebut ternyata mempengaruhi pelatihan. Sedangkan pelatihan diperlukan oleh pihak perusahaan untuk bisa merealisasikan dari keputusan strategis. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
(2). Hasil identifikasi dan analisis kedua lingkungan organisasi terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan pekerja berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap modal intelektual. Diantara beberapa variabel, fokus pelanggan yang dominan berpengaruh dalam membentuk modal intelektual dibandingkan variabel yang lain. Menunjukan bahwa informasi dari pelanggan di dalam membentuk modal intelektual, semakin matangnya dan “smart” nya pelanggan memberikan inspirasi, kreatifitas, inovasi dan keahlian bagi pekerja. (3). Hasil identifikasi dan analisis ketiga dari faktorfaktor fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja dan pelatihan, berpengaruh secara parsial maupun bersama-sama terhadap modal intelektual. Variabel–variabel lingkungan dan pelatihan di implementasikan akan berpengaruh didalam membentuk modal intelektual, karena upaya pihak perusahaan dalam pengelolaan para pekerja dihadapkan suatu tantangan yang berbasis lingkungan, maka diharapkan informasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan bisa memenuhinya, akhirnya berdampak komitmen dan kompetensi pekerja. Hasil identifikasi modal intelektual pekerja, mengisyaratkan bahwa keberadaan intelektual dari pekerja didasari para pekerja dalam melaksanakan tugas dalam kesehariannya, seperti loyal pada perusahaan, hubungan dengan pelanggan, kerja sama dengan pekerja lain, pengalaman dalam berkelompok, kerja sama antar unit, komitmen merealisasikan keputusan startegis. Saran –saran. (1). Dalam menghadapi era informasi dan persaingan bebas, kemampuan SDM sangat dikedepankan dibandingkan sumber daya lain, mengingat kemampuan manusia yang berupa rasionalitas dan rasa yang tertuang dalam komitmen dan kompetensi atau disebut modal intelektual adalah suatu bentuk kemampuan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
yang dipergunakan dalam memecahkan masalah, pengambilan keputusan, inisiatif dan kreatifitas merupakan hal yang sangat penting. (2). Bisnis yang berhasil adalah mereka yang mampu melihat SDM sebagai aset yang harus dikelola sesuai kebutuhan bisnis. Agar perusahaan menjadi lebih kompetitif mendudukan pekerjanya sebagai intangible assets. Suatu bentuk pengakuan begitu pentingnya karyawan/pekerja sebagai aset perusahaan. (4) Keputusan strategi perusahaan dibutuhkan terlebih dahulu, sebelum pelatihan dilaksanakan, karena program pelatihan bisa dilaksanakan kalau sudah ada keputusan strategi perusahaan. (5) Perusahaan badan usaha milik negara menghadapi masa transisi, yaitu upaya perilaku pekerjanya diarahkan untuk peningkatan modal intelektual. Sementara itu pelatihan memberikan sumbangan pengaruh yang lebih tinggi terhadap pembentukan modal intelektual dibandingkan variabel lainnya, mengisyaratkan bahwa pelatihan dipertahankan terus, dalam mencerdaskan intelektual pekerja dalam beradaptasi pada perubahan lingkungan. . DAFTAR PUSTAKA Anthony, P. William, 1996, Strategic Human Resources Management, Fifth Edition The Dryden Press, USA h. 125. Badudu, J.S. dan Sultan Muhammad Zein, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Inter Grafika, h. 1087. Bank, John, 1992, The Essense of Total Quality Management, First Edition, Series Editor, Adrian Buckley, Inch.,h. 38.... Cascio, Wayne F. 1995, Managing Human Resources: Productivity,Quality of Work Life, Profits, Three Edition, USA,h. 122-135. Clark, Moira, 1997a, Modelling The impact of Customer –Employee Relationships on Customer Retention Rates in a Major UK retail Bank, Management Decision, 35/4, h..293-301. David, Fred R. 2001, Concepts of Strategic Management, 8th Edition , New Jersey : Prentice –
53
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasih
Hall Inc. h. 5. Davis dan Gordon B, 1993, Management Information Systems, Conceptuals Foundations Structures and Developments, Mc Graww Hill Kogakuskha, Tokyo. h 125. Dessler Gary, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia: Human Resources Management, Edisi Asli, Alih Bahasa oleh Benyamin Molan, Jakarta : Prenhallindo. h. 14, 15-17, 58-67.. Glad, Ernest, dan Becker, Hugh, 1996, Activity-Based Costing and Management, Chichester : John Wiley & Sons Ltd., h.28,148. Hunger J. David and Wheelen Thomas L., 2001, Manajemen Strategis, Edisi Pertama, Diterjemahkan oleh Yulianto Agung S., Yogyakarta : Penerbit Andi, h. 2, 9-16, 31. Mahoney, Thomas A Thomas J., Jerdee Dan Stephen J., Carrrol, 1963, Development Managerial Performance a Research Approach, Cincinnati, Ohio : South-Western Publishing Co., h.79. Mondy Nore and Premeaux, 1999, Human resources Management, Second Edition, The Ryden Press, USA.,h. 222-232.
54
Robbins P.S., David, 1995, Teori Organisasi, Structur Desain, & Aplikasi, Alih Bahasa Jusuf Udaya, Edisi Ketiga, Jakarta :Penerbit Arcan, h. 136,226. Scoot, George M., 1997, Principle of Management Information System, Four Edition, Mc GrawHill Inc., h. 90. Tenner, Arthur R. dan De Toro, Irving J., 1992, Total Quality Management, Massachusetts: Addison-Wesley Publidhing Company. h.183. Ulrich David, 1997, Human Resources Champions, Boston, Hardvard Business School Press. Majalah dan Jurnal. Ashton, Chris, 1996b, Rethinking HR Competences, Management Development Review.Vol. 9, No.5, h.16-21. Becker G.S., 1994, Human Capital, National Bureau for Economic Research, New York, h. 124-35. Brownell, Peter dan Morris Mclnnes, 1986, Budgetary Participation Motivation and Managerial Performance, The accounting Review, Vol. LXI, No.4, Oktober, h. 597.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri Wahyuningsih ABSTRACT
Based on those statistical hipothesis testing result environment strategy would much influenced the level of human resources management training in doing their tasks and responsibilities.. The higher the employees commitment and competency in serving their customer, and the higher the level of customer satisfaction concequently in these thetraining. The level customer,restrukturing, employee respect would significantly influence the training, and then determining of the employee satisfaction. Key words : The organitation environment The training human resources management.
PENDAHULUAN
Dalam persaingan bebas sumber daya yang pal-
Era persaingan bebas, para pelaku ekonomi harus
ing bernilai bagi peningkatan daya saing adalah
bersiap diri untuk memasuki keunggulan kompetitif
pelatihan sumber daya manusia. Banyak Negara
(competitive advantage) yang tinggi, bersaing
tidak memiliki banyak sumber daya alam, yang
produk-produk yang memiliki muatan kualitas yang
mereka miliki hanya penduduk (orang) terlatih
baik(Randall dan Susan, 1999). PT Petro Kimia
berpengetahuan akan lebih eksis keberadaannya.
Gresik dalam pelaksanaan kebijakan telah mengambil
Oleh karena itu, mereka memilih untuk
suatu keputusan yang strategis, yaitu untuk pelatihan
mengembangkan dan melatih dan mengorganisasi
SDM pada tujuan-tujuan bisnis perusahaan, yaitu
sumber daya manusia sebagai upaya mengahadapi
mengarahkan orientasi fokus pelanggan, disamping
lingkungan.
itu, pekerja dituntut disamping kemampuannya untuk
Badan usaha milik Negara merupakan
memiliki pengetahuan bisnis perusahaan, tak
perusahaan penyertaan modalnya sebagean besar
terkecuali semua tingkatan manajer, kepala bagian
dari pemerintah, sisanya adalah dari swasta. Arah
dan kepala seksi diharapkan mempunyai pandangan-
kebijakan Negara bagi BUMN sistem kinerja berbasis
pandangan yang kreatif, dan bagaimana perusahaan
lingkungan organisasi. Agar kelangsungan hidup
dapat
kepelangganan
dapat dipertahankan, badan usaha ini dituntut untuk
(custumerization). Menempatkan konsumen sebagai
meningkatkan kemampuan sehingga diharapkan
prioritas utama, membawa suatu konsekwensi yang
menghasilkan kinerja yang tinggi.
menjalin
hubungan
harus dipenuhi, yaitu produk yang dihasilkan harus
Berdasarkan keterangan dari perusahaan, di
bisa memenuhi keinginan konsumen (Dessler, 1997),
lingkungan perusahaan tersebut telah diarahkan
keputusan produk ditentukan masukan-masukan,
menerapkan pelatihan dengan orientasi kepuasan
serta mejalin hubungan kemitraan antara SDM
pada pelanggan. Dengan dibentuk tim kerja sama
dengan konsumen.
tersruktur, diarahkan perubahan struktur organisasi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
55
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
yang kaku ke fleksibelitas
sesuai kebutuhan
pelanggan, bahkan selalu melakukan pelatihan secara
Tujuan Penelitian. Sesuai dengan hasil dari identifikasi masalah, maka
periodik, membentuk kelompok–kelompok atau tim
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
kerja yang dikenal sebagai gugus kendali mutu arah
(1). Mempelajari
ke restrukturisasi organisasi. Pelaksanaan merespons tuntutan pekerja dilakukan dengan melibatkan para manajer baik
pengaruh strategi. fokus
pelanggan, terhadap pelatihan secara parsial. (2). Mempelajari pengaruh strategi restrukturisasi organisasi terhadap pelatihan secara parsial .
manajer tingkat atas maupun manajer tingkat
(3). Mempelajari pengaruh strategi merespon
menengah dan bawah seperti kepala bagian dan
tuntutan pekerja terhadap pelatihan secara
kepala seksi. Kebijaksanaan untuk melibatkan para
parsial .
manajer tingkat menengah dan bawah, ini
(4). Mempelajari pengaruh strategi fokus pelanggan,
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa para manajer
restrukturisasi organisasi, merespons pekerja
pada tingkat yang lebih bawah umumnya mempunyai
terhadap pelatihan baik secara parsial maupun
informasi yang lebih akurat daripada manajer ditingkat
bersama-sama.
atas. Sedangkan hasil maksimal tergantung pula dari kemampuan perusahaan meraih kemampuan, karena
KERANGKA PEMIKIRAN, PREMIS
semakin tinggi kemampuan semakin tinggi pula
DAN HIPOTESIS
kemampuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan
Kerangka Pemikiran.
(Ashton,1996). .
Sebagai bahan perbandingan, dikemukakan model
Memperhatikan permasalahan pelatihan yang ada
manajemen strategis oleh, bahwa manajemen
dalam perusahaan PT Petro Kimia Gresik, yang
strategis sebagai proses dimulai dari masukan
menjadi tema sentral penelitian ini, dirumuskan
strategis (input strategic), dengan memperhatikan
sebagai berikut :
aspek lingkungan internal perusahan dan lingkungan
“ Strategi berbasis lingkungan yang fokus
eksternal perusahaan(David, 2001). Kedua
pelanggan, restrukturisasi organisasi dan merespons
lingkungan ini mempengaruhi intent strategis dan misi
tuntutan pekerja terhadap pelatihan “
strategis perusahaan. Proses kedua berhubungan dengan pelaksanaan strategis (strategic actions)
Identifikasi Masalah
yang terdiri dari formulasi strategis dan implementasi
(1). Sejauhmana pengaruh strategi fokus pelanggan,
strategi. Proses terakhir atau ketiga berhubungan
terhadap pelatihan SDM (2). Sejauhmana pengaruh strategi restrukturisasi
dengan outcome strategi (Hunger, 2001). Kemampuan suatu persyaratan yang harus
organisasi
dimiliki dalam menyelesaikan tugas dan tanggung
terhadap pelatihan SDM.
jawabnya baik bertindak sebagai individu, kelompok,
(3). Sejauhmana pengaruh strategi merespons
dan organisasi, sedangkan manusia ada tiga dasar
tuntutan pekerja terhadap pelatihan SDM
yaitu pengetahuan kognitif, konatif, afektif, untuk itu
(4). Sejauhmana pengaruh strategi lingkungan terdiri
perlunya perhatian (Kraiger dan Ford,1993).
fokus pelanggan,restrukturisasi Organisasi dan
Pengetahuan kognitif adalah kemampuan untuk
merespons tuntutan pekerja berpengaruh
menguasai informasi, cara mereka mengatur
terhadap pelatihan SDM.
informasi dan strategi untuk menggunakan informasi,
56
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
sedangkan konaktif adalah kemampuan hasil yang
individu pekerja atau kepada pekerja yang sehingga
didasarkan keahlian meliputi pengembangan teknik
mereka dapat bertindak sesegera mungkin (Gates,
dan motor (Davis, 1994), dan afektif adalah
1999). pendapat itu juga disampaikan oleh Drucker
pengembangan perubahan motivasi, sikap, atau nilai.
(1995) organisasi berbasis informasi dalam
Penelitian mutahir menunjukkan bahwa kunci
membentuk tujuan umum, bisnis, dan tindakan
keuntungan perusahaan adalah memahami dan
diperlukan informasi, karena setiap individu pekerja
memuaskan pelanggan, termasuk sasaran mereka
membutuhkan ketrampilan dan pengetahuan
dengan tawaran yang unggul (Kotler, 1994). Walker
diarahkam pada kinerja invidu, kelompok maupun
(1997) mendukung pendapat Kotler dengan
perusahaan. Sikap orang yang ada dalam organisasi,
menyatakan orientasi pada pelanggan berpengaruh
terus memerus memikirkan informasi apa yang
signifikan dan positif pada kinerja bisnis. Supaya bisa
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. .
memenuhi pelanggan, pihak perusahaan harus bisa
Pelatihan merupakan perbaikan kinerja
mengerti apa yang dibutuhkan para pelanggan,untuk
sumberdaya manusia dan menurut Rully-Indrawan
itu perlu bagi perusahaan untuk penataan kembali
(2002), perbaikan kinerja sumber daya manusia
pekerja dalam organisasi. Karena pada saat produk
merupakan esensi dimensi proses internal dan dimensi
mengalami diferensiasi, tuntutan tugas mengalami
proses merupakan bagian yang paling penting dalam
suatu perubahan, dari struktur
tugas pekerja,
membentuk dimensi tujuan organisasi. Perbaikan
koordinasi, maupun tanggung jawab. Penataan
berkesinambungan bertujuan meningkatkan
kembali struktur untuk menyesuaikan lingkungan
keseluruhan kinerja organisasi secara revolusioner
organisasi, dinamakan restrukturisasi organisasi.
melalui perbaikan efisiensi yang kecil tetapi secara
Restrukturisasi organisasi adalah suatu bentuk perubahan tugas dan tanggung jawab unit, divisi,
terus menerus (Glad dan Becker, 1996). Dari penjelasan- penjelasan diatas dapat diringkas
maupun departemen mengarah pembentukan tim
sebagai berikut
kerja sama, bukan hanya sebatas pada formalitas
(1). Strategi merespon lingkungan mencakup fokus
pekerjaan tapi sudah menyentuh sikap dan perilaku
pada pelanggan, restrukturisasi organisasi dan
individu, bagaimana sesuatu bisa berjalan(Randall
merespons tuntutan pekerja (Mondy, 1999).
dan Susan, 1999).
Strategi tersebut merupakan serangkaian
Struktur jauh melebihi bagan
organisasi, bagan organisasi menggambarkan
sasaran
hubungan pelaporan formal, tetapi tidak menunjukan
mempengaruhi
bagaimana segala sesuatu berjalan, siapa yang
komprehensif untuk mencapai sasaran bagi
berpengaruh, dimana kekuasaan berada (Clark,
organisasi (McKenna dan Beech, 2000).
1999).
organisasi
yang
kemudian
penentuan
tindakan
(2). Untuk merealisasi keputusan strategis adalah
Inisiatif untuk merespons tuntutan angkatan kerja
beradaptasi bagi SDM nya, yaitu melalui
yang semakin beragam, untuk itu informasi SDM
pelatihan upaya kemampuan ditingkatkan.
adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam pengelolaan
Untuk peningkatannya melalui pengaruh
SDM. Penggunaan informasi dibagikan kepada or-
langsung melalui strategi merespon lingkungan
ang-orang yang membutuhkan dan secara terus
fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi,
menerus melalui analis dan kolaborasi – pengetahuan
merespons tuntutan pekerja melalui pelatihan
mempunyai manfaat yang besar sekali, dimulai tujuan
(Randall dan Susan, 1999).
strategis sampai pada proses bisnis, fungsional dan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
57
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
Dari ringkasan tersebut, dapat disusun suatu
membantu
paradigma penelitian sebagai berikut lihat Gambar 1
merespons tuntutan pekerja
menentukan apa yang dibutuhkan oleh pekerja dan apa yang diperlukan dibutuhkan karyawan
Strategi Merespons Lingkungan
untuk peningkatan kemampuan (Randall dan
\
Susan, 1999; Dessler, 1997; Gates, 1999; Fokus Pelanggan ( X1)
Scoot, 1997).
Premis 3. Restrukturisasi organisasi menggabungkan
Restrukturisasi Organisasi (X2)
Pelatihan (X4)
kemampuan SDM dengan kondisi yang baru, berarti ada kolaborasi dari kemitraan antar manajer lini dan segenap karyawan melakukan
Merespons Tuntutan Pekerja (X3)
kerjasama dibentuk suatu tim akan menghasilkan suatu sinergi (Randall dan susan, 1999; Tenner
Gambar 1. Paradigma Penelitian.
et.al,, 1992; Tjiptono dan Diana, 1995; Bank,
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, secara keseluruhan kerangka berfikir atau paradikma
1992; Dessler, 1997).
Premis 4.
penelitian seperti pada Gambar 1, terlihat bahwa
Merespons tuntutan pekerja keterlibatan semua
strategi lingkungan terdiri fokus pelanggan,
bagian dalam proses untuk menyusun anggaran
restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja
(Budget participate) pelatihan,
sebagai variabel bebas saling berkorelasi, ber-
berdampak pada organisasi yaitu suatu
pengaruh secara langsung terhadap pelatihan
peningkatan kinerja manajerial (Randall dan
akan
Susan, 1999; Brownell, 1982; Brownell dan Premis Premis adalah bentuk proses penalaran
Mclnnes, 1986; Indriantoro,1995, Gul, 1995).
Premis 5.
berdasarkan logika yang berusaha menghubungkan
Pelatihan SDM dituntut untuk mengetahui
dua proposisi yang berlainan untuk menurunkan suatu
strategi bisnis perusahaan, apabila strategi
kesimpulan (Badudu dan Zain,1994).
berbeda, menggunakan pelatihan berbeda.
Premis 1.
Menyusun strategi baru dapat menciptakan
Strategi lingkungan yang menyebabkan
kebutuhan langsung akan informasi, untuk
organisasi lebih berkembang suatu bisnis, karena
pelatihan yang baru (Randall dan Susan, 1999;
sebagaian besar keinginan pelanggan bisa
Harris, 2000; Dessler, 1997; Cascio, 1995)..
dipenuhi, otomatis karakteristik menjadi komplek
Premis 6.
mempengaruhi tuntutan kemampuan manusia ,
Pelatihan SDM mampu memperbaiki perilaku
perubahan ini memiliki implikasi utama kepada
yang memikirkan pengetahuan dan wawasan
pengelolaan pelatihan ( Harris, 2000; Randall
baru, dan meningkatkan kwalitas intelektual
dan Susan, 1999; Dessler,1997).
serta mempunyai hubungan dengan kinerja
Premis 2.
manajerial(Randall dan Susan, 1999; Dumond,
Strategi adalah menjadi mitra strategis mengelola
1995; Garvin, 1993; Chenhall dan Morris, 1993).
perubahan Organisasi. Sistem informasi
58
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
Hipotesis.
ketiga, karena PT Petro Kimia Gresik (Persero)
Berdasarkan pada hal-hal yang telah dikemukakan
adalah masa transisi yang selama ini keberadaan
pada latar belakang penelitian, kerangka pemikiran
dapat fasilitas dari pemerintah, mengarah perubahan
dan premis, yang menunjukan berbagai keterkaitan
ke arah orientasi pasar ( Market Orientation).
antar variabel eksogenus dan endogenus.. Oleh
Penelitian ini direalisasikan sebagai penelitian sen-
sebab itu, perlu, ditarik suatu konklusi dalam penelitian
sus dengan mengambil seluruh anggota populasi (12
ini, dalam bentuk hipotesis.
perusahaan) responden, sedangkan
penelitiannya deskriptif dan verifikatif. Responden
Hipotesis 1. Strategi lingkungan fokus
bentuk
pelanggan
dalam penelitian ini meliputi para, direksi, kepala
berpengaruh secara parsial terhadap pelatihan
komite ISO-9000, kepala bagian diklat, sumberdaya
SDM (Premis 1, 2, 5 dan 6).
manusia, produksi, pemasaran, para kepala bagian
Hipotesis 2
dan kepala regu sebagai wakil para karyawan dari
Strategi restrukturisasi organisasi dan merespons
dua belas perusahaan.
tuntutan pekerja, berpengaruh secara parsial HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap pelatihan (Premis 2,3 dan 6 ).
Hipotesis 3.
Penelitian ini untuk mengetahui strategi dari pihak
Strategi merespons pekerja bererpengaruh
perusahaan yang ber basis manajemen sumber daya
terhadap pelatihan SDM (Premis 2,4 dan 6).
manusia dan pengaruhnya terhadap pelatihan dan
Hipotesis 4.
modal intelektual serta bagaimana dampaknya pada
Strategi
lingkungan
terdiri
fokus
kinerja perusahaan. Disamping analisis serta
an
pembahasan untuk hipotesis satu sampai dengan
merespons tuntutan pekerja berpengaruh
empat, adalah untuk menjawab dari rumusan-rumusan
terhadap pelatihan SDM.( Premis 1, 2, 3, 4, 5
masalah tersebut. Sedangkan untuk pengujiannya
dan 6)
dikumpulkan data-data empiris dengan mengambil
pelanggan,restrukturisasi organisasi
obyek penelitian 12 perusahaan dari kelompok OBYEK DAN METODE PENELITIAN.
perusahaan milik pemerintah.
Dipilihnya kelompok perusahaan tersebut
Perusahaan milik pemerintah tersebut adalah PT
didasarkan pada beberapa alasan.; Alasan pertama
Petro Kimia merupakan Badan Usaha Milik Negara
karena kelompok perusahaan tersebut strategi
dengan status Persero, perusahaan ini merupakan
MSDM orientasi fokus pada pelanggan. Untuk
perusahaan induk, sedangkan yang lainnya adalah 11
merealisasinya tersebut, menerapkan TQM atau
perusahaan sebagai anak perusahaan. Agar
manajemen mutu terpadu, dibentuk tim kerjasama,
kelangsungan hidup dapat dipertahankan, badan
merespons tuntutan pekerja, penganggaran
usaha ini dituntut untuk meningkatkan modal
partisipasi. Alasan kedua, adalah karena kelompok
intelektual sehingga diharapkan menghasilkan kinerja
perusahaan tersebut bentuk usahanya bersifat usaha
yang tinggi. Kebijakan yang diterapkan untuk
dari hulu ke hilir, yaitu produk pupuk bahan baku pupuk
mencapai harapan tersebut perusahaan telah
produksi jasa tenaga kerja, penyediaan produk-produk
menerapkan salah satunya, kebijakan manajemen
petani dan produk-produk yang berbahan baku serta
mutu terpadu (total quality management).
kegiatan-kegiatan penunjang seperti pergudangan,
Variabel yang diteliti yaitu fokus pelanggan,
jasa kebersihan, tranportasi dan sebagainya. Alasan
restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
59
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
pekerja, pelatihan, modal intelektual dan kinerja perusahaan. Dari pengumpulan data diperoleh data pada Tabel 4-1 dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut Tabel 1 Data penilaian strategi lingkungan, Fokus Pelanggan,Restrukturisasi Organisasi, Merespons
Responden
Fokus Pelanggan
Restrukturisasi Organisasi
Merespons Tuntutan Pekerja
Pelatihan
Nilai
Status
Nilai
Status
Nilai
Status
PT Petro Kimia
79,4
Tinggi
169
Tinggi
45,2
Sedang
Nilai 67
Status Tinggi
PT Petro Kimia Kayaku
76,6
Tinggi
132
Sedang
44,6
Sedang
44
Sedang
PT Petrosida
87,4
Tinggi
167
Tinggi
49,6
Sedang
75
Tinggi
PT Petrowidada
76,1
Tinggi
159
Tinggi
44,9
Sedang
51
Sedang
PT Petrocentral
74,6
Tinggi
163
Tinggi
47,4
Sedang
54
Sedang
PT Petronika
76.0
Tinggi
163
Tinggi
44,9
Sedang
51
Sedang
PT Eterindo Nusa Graha
75,2
Tinggi
161
Tinggi
41,8
Sedang
51
Sedang
PT Petro Graha Sarana
80,8
Tinggi
171
Tinggi
52.0
Tinggi
67
Tinggi
PT Petro Kopindo
74,6
Tinggi
163
Tinggi
45.0
Sedang
54
Sedang
PT Puspetindo
77,3
Tinggi
164
Tinggi
36,3
Sedang
49
Sedang
PT Aneka Jasa Graha
75.0
Tinggi
162
Tinggi
54,3
Tinggi
56
Tinggi
PT Gresik Chemical
87,5
Tinggi
170
Tinggi
53,3
Tinggi
73
Tinggi
Batas 2 (atas)
73,33
(100-26,66)
154
(210-56)
51,33
(70-18,66)
55
(75-20)
Batas 1 (bawah)
46,66
(20+26,66)
98
(42+56)
32,66
(14+18,66)
35
(35+24)
Dalam Tabel 1 disajikan jumlah nilai, yang
batas 20 sampai dengan batas 46,66 (batas 1)
memberikan tanggapan kuesioner dari BUMN
tidak terdapat, dari batas 46,66 (batas 1) dengan
terdiri 12 perusahaan milik kelompok PT Petro Kimia
73,33 (batas 2) juga tidak terdapat perusahaan.
Gresik. Hasil skor variabel-variabel tersebut terlihat
Sedangkan batas 73.33 (batas 2) keatas sampai
fluktuasi nilai dari masing-masing perusahaan.
maksimum 100 adalah 12 perusahaan.
Langkah selanjutnya diperlukan klarifikasi hasil
Hal ini menunjukan bahwa secara umum
penilaiaan, diberikan bobot dari nilai yang tinggi,
seluruh kelompok perusahaan PT Petro Kimia
sedang dan rendah. Untuk melihat bobot nilai
Gresik telah merealisasikan keputusan strategi
tersebut, dari masing-masing perusahaan, selanjutnya
fokus pelanggan dengan baik. Didasarkan dari
di jabarkan perhitungan di masing-masing variabel.
hasil penilaian katagori status tinggi yang
(1). Fokus Pelanggan (X1)
diperoleh 12 perusahaan (100%), adalah
Dari Tabel 1, nilai tertinggi dari responden
gambaran terpenuhinya dari target, maka para
untuk variabel fokus pelanggan sebesar 87,5
pekerja dalam merealisasikan keputusan
adalah PT. Gresik Chemical, sedangkan nilai
strategis perusahaan tersebut, baik berupa
terendah sebesar 74,6 adalah PT. Petrocentral
pelayanan pada pelanggan, kwalitas produk
dan PT. Petro Kopindo. Katagori status nilai
maupun kegiatan lain, harapan pelanggan relatip
yang diperoleh masing-masing perusahaan
bisa terpenuhi.
adalah sebagai berikut ; status sedang tidak
60
(2) Restrukturisasi Organisasi (X2)
terdapat (0%), tinggi dua belas perusahaan
Berdasarkan Tabel 1, variabel restrukturisasi
(100%), dari penilaian tersebut tidak terdapat
organisasi dari penilaian dari responden tersebut,
perusahaan yang memperoleh katagori status
nilai tertinggi 171 dicapai oleh PT Petro Graha
rendah (0%). Sedangkan nilai ordinal antara
Sarana, perolehan dari nilai terendah 132 dicapai
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
oleh PT. Petro Kimia Kayaku. Keseluruhan dari
35 sampai batas 2 sebesar 55 terdapat 8
semua perusahaan diperoleh penilaian adalah
(delapan) perusahaan Sedangkan nilai batas 2
sebagai berikut; untuk status rendah satu
sebesar 55 keatas sampai batas maksimum 75
perusahaan (8,33%), status sedang tidak
terdapat 4 (empat) perusahaan..
terdapat (0%), status tinggi sebelas perusahaan
Dilihat dari hasil penilaian katagori, status
(91,66 %). Dari nilai tersebut kalau
sedang yang diperoleh 8 perusahaan (66,6%),
dikelompokan berdasarkan, yaitu batas 42
katagori menunjukan bahwa secara umum
sampai dengan 98 (batas1) terdapat 1 (satu)
seluruh perusahaan yang memperoleh katagori
perusahaan, dari batas 98 dengan batas 154
pelatihan cukup baik, dilihat dari jawaban
(batas 2) tidak terdapat perusahaan. Sedangkan
tersebut responden tidak terdapat katagori
nilai batas 154 (batas 2) sampai batas
penilaian yang rend
maksimum 210 adalah 11 perusahaan.
Dari hasil penilaian skor strategi merespons
(3) Merespons Tuntutan Pekerja (X3)
lingkungan yang terdiri variabel (fokus pelanggan,
Dari Tabel 1 variabel merespons tuntutan
restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan
penilaian dari responden, nilai tertinggi sebesar
pekerja) dan variabel pelatihan adalah suatu bentuk
54,3 diperoleh PT Aneka jasa Graha, sedangkan
gambaran (descriptif), yang belum bisa menjelaskan
nilai terendah 41,8 dimiliki oleh PT. Eterindo
hubungan korelasi maupun hubungan pengaruh. Data
Nusa Graha. Sedangkan katagori nilai dari
yang dikumpulkan melalui responden ini, perlu untuk
semua perusahaan adalah sebagai berikut; untuk
pengolahan, penganalisaan dan penjelasan dengan
status rendah tidak terdapat (0%), delapan
bantuan perangkat lain. Karena sifatnya data masih
perusahaan status sedang (66,6%), status tinggi
setengah jadi, diperlukan bantuan yang berupa
empat perusahaan (33,3%). Untuk penilaian dari
perangkat teori dan konsep untuk menciptakan
nilai harapan minimum 14 sampai dengan 32,66
struktur dan sub struktur untuk memposisikan letak
(batas 1) tidak terdapat perusahaan dalam
dan kedudukan diantara konsep-konsep. Selanjutnaya
penilaian tersebut, antara 32,66 (batas 1) dengan
hubungan antar konsep tersebut yang berupa
51,33 (batas 2) terdapat 8 (delapan) perusahaan,
hubungan kausalitas dijabarkan dalam bentuk analisis
nilai 51,33 (batas 2) keatas sampai batas
jalur,
maksimum 70 adalah 4(empat) perusahaan.
.
(4) Pelatihan (X4)
Hasil Pengujian Hipotesis:
Dari variabel pelatihan Tabel 1 diatas
Dari perhitungan diatas dapat disusun rekapitulasi
penilaian dari responden, nilai tertinggi 75 dicapai
pengaruh secara parsial maupun bersama sama,
oleh PT. Petrosida, sedangkan nilai terendah 44
sebagai berikut Tabel 2.
oleh PT. Petro Kimia Kayaku, sedangkan status yang diperoleh untuk semua perusahaan
Tabel 2 Rekapitulasi Pengaruh Variabel langsung dan tidak langsung
adalah sebagai berikut; katagori status rendah tidak terdapat, nilai sedang delapan perusahaan atau (66.,6%), dan nilai tinggi empat perusahaan
Keterangan
Besarnya pengaruh
Total
Keterangan
Strategi merespos lingkungan Pengaruh variabel X1 terhadap X4
76,52%
Parsial
atau (33,3 %). Kalau penilaian didasarkan batas
Pengaruh variabel X2 terhadap X4
11,93%
Parsial
minimum 15 sampai dengan batas 1 sebesar 35
Pengaruh variabel X3 terhadap X4
7,67%
tidak terdapat perusahaan, dari batas 1 sebesar
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pengaruh Variabel X1,X2 dan X3 terhadap X4
Parsial 96,12%
Total
61
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
Dalam hubungannya dengan identifikasi masalah
apa yang mereka perlukan untuk mencapai kebutuhan
yang pertama, strategi merespons lingkungan terdiri
harapan pelanggan, dan memperbaiki kualitas
variabel fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi,
tersebut. Setelah data dikumpulkan dari ber macam-
merespons tuntutan pekerja mempunyai pengaruh
macam sumber, data tersebut dianalisis dan akhirnya
secara parsial maupun bersama-sama terhadap
kebutuhan akan pelatihan dapat ditentukan.
pelatihan. Dari ke tiga variabel tersebut berdasarkan
Pada hakekatnya tujuan bisnis adalah untuk
hasil penelitian, yang dominan mempengaruhi
menciptakan dan mempertahankan para pelanggan.
pelatihan adalah fokus pelanggan. .
oleh sebab itu, pelatihan diarahkan dan ditentukan
.
Selanjutnya dalam hubungannya dengan hipotesis
oleh kebutuhannya. Dengan memahami semua proses
yang menyatakan, “ Strategi merespons lingkungan
diarahkan pelanggan, organisasi dapat menyadari dan
terdiri fokus pelanggan, restrukturisasi organisasi dan
menghargai makna informasi akan kebutuhan
merespons tuntutan pekerja berpengaruh secara
pelanggan. Karena pelanggan adalah orang yang
bersama-sama maupun secara parsial terhadap
menerima hasil pekerjaan seseorang atau suatu
pelatihan” berdasarkan hasil pengujian menunjukan
organisasi, maka hanya merekalah yang dapat
bahwa strategi lingkungan yaitu fokus pelanggan,
menentukan kualitas seperti apa, dan bagaimana
restrukturisasi organisasi, merespons tuntutan pekerja
kebutuhan mereka (Tjiptono dan Diana, 2001).
berpengaruh positif secara bersama-sama maupun
Selanjutnya untuk lebih meningkatkan pelaksanaan
secara parsial terhadap pelatihan. Jadi hipotesis
pelatihan dapat dilakukan pula strategi restrukturisasi
pertama
organisasi suatu perubahan penataan struktur yang mengarah pada kerjasama tim, pemberdayaan,
Pembahasan atas Hasil Pengujian Hipotesis
kelenturan (fleksibel), peningkatan sinergi. Penataan
Seperti dinyatakan di depan bahwa strategi
baru tersebut memunculkan inovasi kreatifitas baru,
manajemen sumber daya manusia secara total
hingga bisa mentransformasikan menjadi informasi
pengaruh variabel fokus pelanggan, restrukturisasi
dan para pekerja harus bersedia mempelajari dan
organisasi dan merespons tuntutan pekerja terhadap
menggunakan dan berubah untuk penyesuaian. Bagi
pelatihan adalah sebesar 96,12 %. Pengaruh
pelatihan merupakan tantangan baru bagi
parsialnya variabel fokus pelanggan mempunyai
penyelenggaraan mulai dari materi pelatihan, tempat
pengaruh yang lebih besar dibandingkan variabel
dimana diselelenggarakan maupun siapa–siapa yang
restrukturisasi organisasi dan merespons tuntutan
terlibat dalam pelaksanaan, aktivitas proses pelatihan
pekerja dalam mempengaruhi variabel pelatihan.
ini semua, mengisyaratkan bahwa strategi perusahaan
Dibuktikan variabel fokus pelanggan memberikan
menentukan untuk program pelatihan.
kontribusi sebesar 76,52%, variabel restrukturisasi
Strategi merespons tuntutan pekerja berpengaruh
organisasi 11,93%, dan variabel merespons tuntutan
pada apa yang menjadi kebutuhan, keinginan pekerja
pekerja sebesar 7,67%.
mulai dari orientasi pada pelanggan, restrukturisasi
Berdasarkan hipotesis jika ingin meningkatkan
organisasi, harus direspons dalam bentuk rencana
pelatihan, yang digunakan adalah peningkatan strategi
kerja/anggaran partisipasi. Anggaran partisipasi
orientasi fokus pada pelanggan. Dalam strategi ini,
adalah suatu bentuk informasi untuk rencana kerja
proses pelatihan pada awalnya sangat diperlukan
dan membantu dalam pengambilan keputusan,
data-data dan informasi, yang dapat menggambarkan
dibutuhkan dengan pengetahuan ketrampilan dari
jenis ketrampilan karyawan saat ini, dan keterampilan
pekerjanya. Oleh sebab itu untuk merealisasinya
62
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
adalah peningkatan pelatihan bagi pekerjanya. Strategi pengelolaan lingkungan menggambarkan sistem informasi dari lingkungan bisnis eksternal dan
perusahaan untuk bisa merealisasikan dari keputusan strategi berbasis lingkungan. .
internal perusahaan. Strategis berarti pekerja harus
Saran –saran.
memahami informasi arah bisnis perusahaan termasuk
(1). Dalam menghadapi era informasi dan
produk apa yang dihasilkan, apa yang mampu
persaingan bebas, kemampuan SDM sangat
dilakukan, siapa konsumennya dan bagaimana
dikedepankan dibandingkan sumber daya lain,
memposisikan diri secara kompetitif (Randall dan
mengingat kemampuan manusia yang berupa
Susan, 1997)
rasionalitas dan rasa yang tertuang dalam
Pelaksanaan strategi yang ditempuh dalam
komitmen dan kompetensi atau disebut modal
pengelolaan ini SDM dijadikan mitra strategis, yaitu
intelektual adalah suatu bentuk kemampuan
menghubungkan kebutuhan lebih luas dan berjangka
yang dipergunakan dalam memecahkan
panjang menciptakan sistem yang menghubungkan
masalah, pengambilan keputusan, inisiatif dan
dengan kondisi pekerja dengan potensi bisnis dimasa
kreatifitas merupakan hal yang sangat penting.
akan datang.. Standar potensi para pekerja saat ini
(2). Bisnis yang berhasil adalah mereka yang
diadakan penilaian dan membuat program program
mampu melihat SDM sebagai aset yang harus
pelatihan untuk memastikan SDM mempunyai bauran
dikelola sesuai kebutuhan bisnis. Agar
keahlian yang tepat disesuaikan strategi bisnisnya,
perusahaan menjadi
dan bagaimana mengelola perubahan.
mendudukan pekerjanya sebagai intangible
lebih kompetitif
Pada tingkat operasional juga dihubungkan strategi
assets. Suatu bentuk pengakuan begitu
merespon lingkungan, bagi pekerja dirancang program
pentingnya karyawan/pekerja sebagai aset
pelatihan secara eksplisit sesuai informasi dari
perusahaan.
keputusan perusahaan, untuk memberikan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahan.
(4). Keputusan strategi perusahaan dibutuhkan terlebih dahulu, sebelum pelatihan dilaksanakan, karena program pelatihan bisa dilaksanakan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
kalau sudah ada keputusan strategi perusahaan. (5). Perusahaan Badan Usaha Milik Negara
Beberapa kajian dan ulasan kesimpulan yang
menghadapi masa transisi, yaitu upaya perilaku
masih bersifat umum diatas, perlu ditarik suatu
pekerjanya diarahkan untuk peningkatan
konklusi yang lebih khusus, maka diperoleh
kemampuannya. Sementara itu pelatihan
kesimpulan sebagai berikut:
memberikan sumbangan pengaruh yang lebih
Hasil identifikasi strategi merespon lingkungan
tinggi terhadap pembentukan kemampuan
mencerminkan karakteristik lingkungan internal dan
dibandingkan variabel lainnya, mengisyaratkan
eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal
bahwa pelatihan dipertahankan terus, dalam
variabelnya adalah fokus pada pelanggan sedangkan
mencerdaskan intelektual pekerja dalam
lingkungan internal variabelnya restrukturisasi
beradaptasi pada perubahan lingkungan.
organisasi dan merespons tuntutan pekerja. Dari variabel-variabel tersebut ternyata mempengaruhi pelatihan. Sedangkan pelatihan diperlukan oleh pihak
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
63
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri W ahyuningsih
DAFTAR PUSTAKA
Mahoney, Thomas A Thomas J., Jerdee Dan Stephen
Anthony, P. William, 1996, Strategic Human Re-
J., Carrrol, 1963, Development Managerial
sources Management, Fifth Edition The
Performance a Research Approach, Cincin-
Dryden Press, USA h. 125.
nati, Ohio : South-Western Publishing Co., h.79.
Cascio, Wayne F. 1995, Managing Human Re-
Mondy Nore and Premeaux, 1999, Human resources
sources: Productivity,Quality of Work Life,
Management, Second Edition, The Ryden
Profits, Three Edition, USA,h. 122-135.
Press, USA.,h. 222-232.
Clark, Moira, 1997a, Modelling The impact of Cus-
Robbins P.S., David, 1995, Teori Organisasi,
tomer –Employee Relationships on Customer
Structur Desain, & Aplikasi, Alih Bahasa Jusuf
Retention Rates in a Major UK retail Bank,
Udaya, Edisi Ketiga, Jakarta :Penerbit Arcan,
Management Decision, 35/4, h..293-301.
h. 136,226.
David, Fred R. 2001, Concepts of Strategic Management, 8th Edition , New Jersey : Prentice – Hall Inc. h. 5.
Ulrich David, 1997, Human Resources Champions, Boston, Hardvard Business School Majalah dan Jurnal.
Davis dan Gordon B, 1993, Management Informa-
Ashton, Chris, 1996b, Rethinking HR Competences,
tion Systems, Conceptuals Foundations
Management Development Review.Vol. 9,
Structures and Developments, Mc Graww Hill
No.5, h.16-21.
Kogakuskha, Tokyo. h 125.
Brownell, Peter dan Morris Mclnnes, 1986, Budget-
Dessler Gary, 1997, Manajemen Sumber Daya
ary Participation Motivation and Manage-
Manusia: Human Resources Management,
rial Performance, The accounting Review, Vol.
Edisi Asli, Alih Bahasa oleh Benyamin Molan,
LXI, No.4, Oktober, h. 597.
Jakarta : Prenhallindo. h. 14, 15-17, 58-67.. Hunger J. David and Wheelen Thomas L., 2001, Manajemen Strategis, Edisi Pertama, Diterjemahkan oleh Yulianto Agung S., Yogyakarta : Penerbit Andi, h. 2, 9-16, 31.
64
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
ABSTRACT This reseach be broadly classified with three basic explanatory rationales: (1) correlations between School Chief Leadership and School Performance ; (2) correlations between School Curriculum Management and School Performance ; and 3) correlations between School Chief Leadership together with School Curriculum Management and School Performance . Correlation coeficients of this reseach are: (1) the school chief leadership factor and the others are influenced by another factors. that show strong and positif correlation. (2) that show strong and positif correlation. school chief leadership factor and the others are influenced by another factors. (3) that show strong and positif the school chief leadership and school curriculum management factors and the others are influenced by another factors. correlation Keywords : The leadership curriculum management and school performance
PENDAHULUAN Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan motor penggerak dari sumber-sumber (man, money, material, methods, machine marker dan time) dalam suatu sekolah. Dia adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam pengembangan efektivitas kerja bawahannya, selain dapat mengkoordinir pelaksanaan tugas. Dia juga sebagai motivator, apabila tidak maka akan sulit bagi guru untuk berprestasi. Sering pimpinan tidak berani mendelegasi wewenang pada bawahan, karena kurang percaya kepada kemampuan bawahan. Seorang pemimpin harus mampu, mengerti serta memahami berbagai permasalahan yang terjadi di unit organisasinya dan selanjutnya mampu mencari jalan keluar dari permasalahan yang timbul. Tanpa menguasai manajemen yang baik, seorang pemimpin sulit mencapai keberhasilan dalam menjalankan tugas pokok organisasi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Selain menghadapi era globalisasi kita juga menghadapi era otonomi daerah, yang akan berlanjut keotonomi sekolah. Dalam rangka otonomi daerah dalam bidang pendidikan, ada banyak hal yang harus dipersiapkan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah bahkan juga oleh sekolah. Bagi sekolah, sudah tentu bahwa guru merupakan aset yang sangat penting. Peranannya sangat menentukan berhasil tidaknya sekolah dalam mencapai tujuan., Keberhasilan sekolah juga dipengaruhi oleh pengawasan dan pelayanan guru dalam melaksanakan pekerjaannya dan kemampuan yang harus selalu dikembangkan sesuai kemajuan teknologi. Masalah yang dihadapi setiap sekolah adalah masih banyak guru yang mempunyai latar belakang keterampilan belum memadai yang memerlukan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan teknologi. Untuk mengkoordinir tujuan-tujuan yang ada diperlukan peningkatan kualitas guru.
65
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
Manajemen kurikulum sebagai salah satu fungsi organik manajemen merupakan proses kegiatan yang harus ada dan harus dilaksanakan agar tujuan dan tugas-tugas yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Manajemen kurikulum adalah suatu sistem. pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaanya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri harus memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. Guru sangat dibutuhkan pada setiap sekolah baik di instansi pemerintah maupun swasta. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dan dapat mempengaruhi keberhasilan sekolah dalam mewujudkan tujuan atau cita-citanya. Pengawasan juga dapat membantu para guru untuk dapat memberikan pengajaran kepada siswa secara efektif dan efesien. Dengan adanya pengawasan maka efektivitas kerja pada suatu sekolah dapat berjalan dengan sempurna. Pengawasan dapat dianggap atau dikatakan sebagai suatu program yang harus ada pada setiap sekolah baik milik pemerintah maupun swasta. Melihat pentingnya program tersebut maka diharapkan pihak sekolah dapat terus meningkatkan dan memperhatikan masalah pengawasan kerja para guru. Disis lain kinerja yang tinggi dari para guru sangatlah diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Guru yang memiliki kinerja yang rendah sudah tentu akan sukar untuk mencapai hasilhasil yang baik dan memuaskan. Kinerja yang rendah lebih tidak menguntungkan apabila guru mengalami kesukaran-kesukaran dalam bekerja dan cenderung menyerah daripada mengatasi kesukaran yang ada. Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang mempengaruhi kinerja sekolah sebagai berikut :
66
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Lemahnya pimpinan sekolah dalam memotivasi para gurunya sehingga guru dalam bekerja kurang maksimal. Kurangnya pelaksanaan manajemen kurikulum dalam sekolah sehingga sekolah kurang mampu untuk meningkatkan kualitas. Lemahnya kinerja sekolah yang disebabkan kurang adanya jaminan dalam setiap pekerjaan yang diterima dan minimnya tingkat pengaruh yang dilakukan kepala sekolah. Lemahnya pimpinan sekolah dalam mengembangkan manajemen sekolah sehingga belum tercapainya sekolah yang bermutu. Kurangnya kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran secara optimal sehingga belum tercipta proses belajar mengajar yang epektif dan efisien. Lemahnya manajemen kurikulum sehingga dalam pelaksanaan layanan belajar terhadap siswa kurang optimal Lemahnya pimpinan dalam mengembangkan manajemen berbasis objektif sehingga menimbulkan ketidak harmonisan guru di sekolah Lemahnya kinerja sekolah yang disebabkan kurang adanya wawasan dan pengembangan teknologi yang sesuai kemajuan dunia pendidikan. Lemahnya kinerja sekolah yang disebabkan belum meningkatnya proses pendayaguaan potensi perangkat organisasi sekolah, baik sumber daya manusianya maupun sumber daya material pendukung non manusia
Agar penelitian dan pemecahan masalah dapat lebih mendalam dan terfokus, maka permasalahan yang diteliti dibatasi pada : (1) Korelasi permasalahan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja sekolah. (2) Korelasi permasalahan manajemen kurikulum dengan kinerja sekolah. (3) Korelasi permasalahan kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum secara bersama-sama dengan kinerja sekolah.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
LANDASAN TEORI 1. Kepemimpinan Pemimpin adalah orang yang melaksanakan kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang pemimpin. Pada dasarnya kepemimpinan menunjukkan suatu proses kegiatan seorang pemimpin yang tidak terlepas dari perilaku untuk membina, menimbang, mempengaruhi dan mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Maq’at (2000: 8) memberikan definisi kepemimpinan berdasarkan beberapa fokus atau sudut pandang sebagai berikut : a. Kepemimpinan dipandang sebagai fokus suatu proses dalam suatu kelompok. Seorang pemimpin dipandang sebagai fokus pertumbuhan aktivitas dan proses dari suatu kelompok. b. Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain. Mendukung teori Maq’at yang mengutip pendapat Muson (2002: 54) memberikan definisi kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menghandel orang lain, untuk memperoleh hasil maksimal dengan filosofinya sedikit mungkin dan kerjasama yang besar. Menurutnya, kepemimpinan adalah suatu kekuatan semangat moral yang sangat kualitatif dan terarah. Hal ini senada dengan definisi yang disampaikan oleh Philips (2003: 3). Sedangkan Bendell (2001: 8) memandang kepemimpinan sebagai seni untuk mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan apa-apa yang diharapkan orang lain mengajaknya. c. Kepemimpinan sebagai tindakan atau tingkah laku. Hal ini didukung oleh Carter (2002: 12), menurutnya, bahwa tingkah laku kepemimpinan dapat diketahui sebagai tingkah laku kepemimpinan. Sedangkan Scatel (2000: 16) memberikan gambaran bahwa tingkah laku seorang pemimpin akan menghasilkan tindakan orang lain searah keinginannya (Maq’at, 2000: 13). d. Kepemimpinan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Hal ini senada dengan Teoley Cawley (2004:4) yang memberikan definisi kepemimpinan sebagai berikut : “Pemimpin Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
adalah individu yang memiliki program atau rencana dan bersama anggota kelompoknya bergerak untuk mencapai suatu tujuan dengan cara yang pasti”. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard sebagaimana dikutif oleh Wahjosumidjo (2004: 24 – 25) memberi beberapa pengertian sebagai berikut: a. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemampuan untuk mencapai tujuan suatu kelompok. b. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi kearah tercapainya suatu tujuan ataupun tujuan yang telah ditetapkan. c. Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Sedangkan Alex S. Nitisemito (2002 : 47) menyatakan bahwa peranan para pejabat pimpinan dalam organisasi sangat sentral dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya Pimpinan sangat didambakan oleh semua yang berkepentingan dalam organisasi karena kemampuan mengambil keputusan merupakan kriteria utama dalam menilai efektivitas kepemimpinan seseorang, berarti ada kriteria yang lain yang dapat dibebaskan dan bisa digunakan. Adapun kepemimpinan itu sendiri mempunyai 5 (Lima) fungsi antara lain: a. Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungannya dengan pihak di luar organisasi. b. Pimpinan selaku komunikator yang efektif. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan kedalam terutama dalam menangani situasi konflik.Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, obyektif dan netral. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci karena kepemimpinan seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam
67
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
proses kerjasama antar manusia dalam organisasinya. Kepemimpinan melibatkan kemampuan untuk mempengaruhi, mengerahkan dan mengarahkan serta memberikan semangat kerja suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu, oleh karena itu tugas pemimpin sangat besar, maka kualitas kepemimpinannya pun harus dilihat dari segi hubungan atasan dan bawahan apakah terjalin dengan baik. Manajer yang terlalu menekan pada wewenang formalnya dapat menanggung resiko kehilangan sebagian atau seluruh kemampuannya dalam memimpin. 2.
Manajemen Kurikulum Manajemen kurikulum adalah sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaanya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah. a. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan
68
pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu berada. b. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, yaitu sebagai berikut: 1) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. 2) Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola,. 3) Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat. 4) Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat. 5) Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum. Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan kebijaksanaan pemerintah maupun Departemen Pendidikan Nasional, seperti USPN No. 20 tahun 2003, kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebijaksanaan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis sekolah yang bersangkutan. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya sebagai berikut. 1) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, Pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melelui pengelolaan yang terencana dan efektif. 2) Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum. 3) Meningkatkan relevansi dan efektifas pembelajaran sesuia dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar. 4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar. 5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. 6) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3.
Kinerja Sekolah Menurut William B. Werther dan Keith Davis (2003: 67) Pengertian kinerja secara umum dapat dikatakan sebagai besarnya kontribusi atau hasil yang dicapai akan diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan atau sasaran-sasaran organisasi atau organisasi dimana ia bekerja. John Soeprihanto (2001: 7) mengatakan kinerja pegawai dalam organisasi merupakan tanggung jawab utama seorang pimpinan, dimana pimpinan membantu pegawainya agar berprestasi lebih baik. Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu pegawai apa yang diharapkan manajemen untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Penilaian harus mengenali prestasi serta membuat rencana untuk meningkatkan kinerja pegawai. Menurut Sondang P. Siagian (2003: 186) suatu penilaian yang mengkaji kepribadian pegawai kurang berguna untuk mengkaji kinerja atau kontribusi yang telah diberikan pegawai untuk mencapai sasaran organisasi. Sasaran penilaian kinerja adalah untuk membuat pandangan tentang diri mereka sendiri seperti apa adanya. Pegawai yang dinilai harus mengenali kebutuhan untuk memperbaiki kinerja pegawai dan memberikan komitmen terhadap suatu rencana perbaikan kinerja pegawai. Harus ada kesepakatan bersama tentang rencana pengembangan untuk masa penilaian kinerja mendatang. Manajemen harus tetap mengawasi kemajuan pegawai sepanjang tahun pada saat rencana pengembangan tersebut dilaksanakan. Pegawai berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk menentukan kemajuan individu ke arah tingkat kinerja yang lebih tinggi bila pegawai terlibat dalam penulisan standar kinerja untuk kinerja yang akan datang serta menggunakan ukuran-ukuran yang telah disepakati dengan pihak manajemen organisasi. Standar kinerja berfungsi sebagai tujuan-tujuan tertentu yang harus dicapai oleh pegawai dalam bekerja, dimana standar kinerja tersebut realistis, dapat diukur dan dapat dicapai oleh jabatan pekerjaan pegawai tersebut. Standar kinerja dapat dibuat untuk setiap individu dengan berpedoman pada uraian jabatan, dimana setiap pegawai mengusulkan sasaran-sasarannya sendiri kepada manajemen
69
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
secara tertulis, bila keduanya menyepakati setiap sasaran, kemudian dapat dibuat pernyataan sasaran secara tertulis. Umumnya setiap jabatan memiliki 5 sampai 10 uraian tugas yang diungkapkan secara spesifik dan dapat diukur yang terdiri atas pernyataan sasaran, bagaimana sasaran tersebut diukur, serta langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Standar kinerja dianggap berhasil bila pernyataannya menunjukkan beberapa bidang pokok tanggung jawab pegawai, memuat bagaimana suatu kegiatan kerja akan dilakukan dan mengarahkan perhatian kepada mekanisme kuantitatif bagaimana hasil-hasil kinerjanya akan diukur. Suatu contoh standar kinerja dapat diterima bila 90% dari desain sistem umum disajikan kepada pemakai tepat pada waktunya dan pemakai menyetujui desain tersebut. Suryadi Prawirosentono (2001: 2) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat diciptakan oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”. Dengan demikian dapat ditarik pokok-pokok dalam suatu organisasi pokok pemikiran bahwa kinerja adalah keseluruhan unsur dan proses yang terpadu, yang didalamnya terkandung kekhasan masing-masing individu, perilaku pegawai dalam organisasi atau pola kerja secara keseluruhan, proses kerja serta hasil kerja atau tercapainya tujuan tertentu. Dari konteks yang sedemikian itu, Buchari Zainun (2002: 3) mengemukakan bahwa: “Kinerja pribadi (individual performance) dan kinerja organisasi (corporate performance) sebagai berikut: tercapainya tujuan lembaga atau organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat pada organisasi atau lembaga tersebut”. George R. Terry (2001: 390) mengemukakan bahwa sebenarnya terdapat hubungan erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja organisasi (corporate performance). Dengan kata lain bila kinerja pegawai (individu Per-
70
formance) baik maka kemungkinan besar kinerja organisasi (corporate performance) juga baik. Kinerja seseorang pegawai akan baik bila dia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia karena diberi gaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan (expectation) masa depan yang lebih baik. a. Jenjang Kinerja Dalam Organisasi Kinerja suatu organisasi, baik organisasi yang berorientasikan mencari keuntungan maupun organisasi pemerintahan atau organisasi sosial atau organisasi keagamaan tergantung kepada etos kerja dari peserta organisasi bersangkutan. Keberhasilan organisasi dengan ragam kinerja tergantung kepada kinerja para peserta organisasi bersangkutan. Unsur manusialah yang memegang peranan sangat penting dan menentukan keberhasilan mencapai tujuan organisasi. Di dalam suatu organisasi dikenal 3 (tiga) jenis kinerja yakni: b. Kinerja Strategik (Strategic Performance) Kinerja strategik suatu perusahaan dievaluasi atas ketepatan organisasi dalam memilih lingkungannya dan kemampuan adaptasi (penyesuaian) organisasi bersangkutan atas lingkungan hidupnya dimana dia beroperasi. Biasanya kebijakan strategik dipegang oleh topmanagement (manajemen lebih tinggi) karena menyangkut strategi menghadapi pihak luar yang melingkungi kehidupan organisasi. Untuk menentukan strategi melawan pihak saingan, tentunya pimpinan organisasi harus mengetahui posisi organisasinya. Termasuk didalamnya posisi keuangan organisasi, misalnya likuiditas organisasi. Disamping itu, kinerja strategik meliputi kemampuan membuat visi ke depan tentang kondisi makro ekonomi negara yang akan berpengaruh pada kelangsungan hidup organisasi. c. Kinerja Administratif (Administrative Performance) Kinerja administratif berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi. Termasuk di dalamnya tentang struktur administratif yang mengatur hubungan otoritas (wewenang) dan tanggung jawab dari orang yang menduduki Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
jabatan atau bekerja pada unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi. Disamping itu, kinerja administratif berkaitan dengan kinerja dari mekanisme aliran informasi antar unit dalam organisasi, agar tercapai sinkronisasi kerja antar unit kerja. Kinerja Operasi (Operation Performance) Kinerja operasional berkaitan dengan efektivitas penggunaan setiap sumberdaya yang digunakan organisasi. Kemampuan mencapai efektivitas penggunaan sumberdaya tergantung kepada sumberdaya manusia yang mengerjakannya. Misalnya manajer produksi dengan seluruh pegawainya harus mempunyai kemampuan optimal melakukan sinergi antara bahan baku, teknologi agar menghasilkan produk yang direncanakan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja atau performance appraisal adalah sangat penting bagi organisasi untuk menilai prestasi kerja pegawainya. Pentingnya penilaian kinerja pegawai paling tidak ada dua kepentingan yaitu kepentingan pegawai yang bersangkutan dan untuk kepentingan organisasi.
lainnya. Hal ini tergantung pada segi-segi apa yang dipandang kritikal dalam mengukur keberhasilan seseorang dan menunaikan kewajibannya, seperti kesetiaan, prakarsa, kerajinan, ketekunan, sikap kerja sama, kepemimpinan, kejujuran, ketelitian, kecermatan dan kerapian. Gary Dessler (2000: 127) menyebutkan berapa faktor secara umum yang dinilai dalam penilaian kinerja yaitu: a) Mutu – kecermatan, ketuntasan dan dapat diterima kerja yang dijalankan. b) Produktivitas – mutu dan efisiensi dari kerja yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu. c) Pengetahuan jabatan – keterampilan dan informasi praktis atau teknis yang digunakan pada jabatan. d) Ketersediaan – sejauh mana seseorang dapat diandalkan menyangkut penyelesaian tugas dan tindak lanjut. e) Kehadiran – sejauh mana seseorang pegawai tepat pada waktunya meninjau periode istirahat yang ditetapkan dan catatan kehadiran keseluruhan. f) Ketidaktergantungan – sejauh mana kerja dijalankan dengan sedikit atau tanpa supervisi.
Bagi pegawai, penilaian memberikan umpan balik tentang pelaksanaan kerja mereka, misalnya tentang kemampuan, kekurangan, potensinya dan sebagainya yang pada gilirannya bermanfaat untuk perbaikan kinerja, penyesuaian kompensasi, pengembangan kariernya dan sebagainya. Sedang bagi organisasi, hasil penilaian kinerja dapat dipakai sebagai pertimbangan untuk pengembangan keputusan, tentang berbagai hal, seperti kebutuhan program pendidikan dan latihan, rekruitmen, seleksi, program pengenalan, penempatan dan sistem imbalan. Penilaian kinerja terdiri dari tiga langka, yaitu mendefinisikan pekerjaan, menilai kinerja dan memberikan umpan balik. Mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan bahwa pimpinan organisasi dan pegawai sepakat tentang tugas-tugasnya dan standar jabatan. Menilai kinerja berarti membandingkan kerja aktual pegawai dengan standar yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang dinilai, dapat berbeda antara satu jenis pekerjaan dengan jenis pekerjaan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat diciptakan oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Jadi kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat diciptakan seorang guru dengan guru yang lain dalam sekolah sesuia dengan bidang tugas masing-masing.
d.
e)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil penelitian dan uji analisis hasil penelitian. Analisis Penelitian Penulis akan melakukan analisis terhadap dua variabel yang berhubungan dengan Kinerja Sekolah yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Manajemen Kurikulum. Kedua variabel bebas tersebut adalah variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan variabel Manajemen Kurikulum (X2) serta variabel
71
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
terikat Kinerja Sekolah (Y). Dari hasil perhitungan diperoleh hasil persamaan sebagai berikut : Tabel Koefisien Korelasi Sederhana Correlatio ns
Pea rson Correlation Y
Y 1.000
X1 .930
X2 .913
X1
.930
1.000
.490
X2 Y
.913 .
.490 .010
1.000 .016
X1
.010
.
.006
X2
.016
.006
.
Y X1
40 40
40 40
40 40
X2
40
40
40
Sig. ( 1-tailed)
N
2.
Sumber : SPSS vers. 13.0 Berdasarkan tabel 5.11 di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Hubungan antara X1 (kepemimpinan kepala sekolah) dengan Y (kinerja sekolah) adalah sebesar 0,930 menunjukkan hubungannya positif yang berarti bahwa apabila kepemimpinan kepala sekolah meningkat, maka kinerja sekolah juga meningkat atau sebaliknya. Selain itu hubungannya juga kuat karena lebih besar dari 0,5 artinya apabila terjadi perubahan pada X1 (kepemimpinan kepala sekolah) maka akan segera merubah Y (kinerja sekolah). Untuk mengetahui pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y, dapat digunakan analisis Koefisien Determinasi (Kd) yaitu sebagai berikut : Kd = r2 x 100 % = (0,930)2 x 100 % = 0,864 x 100 % = 86,4 %
3.
Sedangkan koefisien determinasinya (r 2 ) adalah 0,864 yang berarti kinerja guru 86,4 % ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dan sisanya ditentukan oleh oleh faktor lain sebesar 13,6%. Hubungan antara X2 (manajemen kurikulum) dengan Y (kinerja sekolah) Hubungan antara X2 (manajemen kurikulum) dengan Y (kinerja sekolah) adalah sebesar 0,913 menunjukkan hubungannya positif yang berarti bahwa apabila manajemen kurikulum meningkat maka kinerja sekolah juga meningkat atau sebaliknya. Selain itu hubungannya juga kuat karena lebih besar dari 0,5, artinya apabila terjadi perubahan pada X2 (manajemen kurikulum) maka akan merubah Y (kinerja sekolah). Untuk mengetahui hubungan variabel X2 terhadap variabel Y, dapat digunakan analisis Koefisien Determinasi (Kd) yaitu sebagai berikut : Kd = r2 x 100 % = (0,913)2 x 100 % = 0,833 x 100 % = 83,3 % Sedangkan koefisien determinasinya (r 2 ) adalah 0,833 yang berarti kinerja sekolah 83,3 % ditentukan oleh manajemen kurikulum dan sisanya ditentukan oleh faktor lain sebesar 16,7 %. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan manajemen kurikulum (X2) secara bersama-sama dengan kinerja sekolah (Y).
Tabel K oefisien Korelasi Berganda Mode l Su mbmar y
Cha nge Sta tis tic s
Model 1
R A dju sted Std . Erro r of Sq uare R R Squ areR Squ are th e EstimatChangeF e Change d f1 a . 964 .9 29 . 143 5.63579 .183 4.309 2
df2 37
DurbinSig . F C hangeWats on .2 82 1.9 45
a. Predic tors: (C ons tant), X2, X 1 b. Dependen t Variable: Y
72
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
Berdasarkan tabel diatas koefisien korelasi antara X1 (kepemimpinan kepala sekolah) dan X2 (manajemen kurikulum) dengan kinerja sekolah (Y) adalah sebesar 0,964 menunjukkan hubungannya positif yang berarti bahwa apabila kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum meningkat, maka kinerja sekolah juga meningkat atau sebaliknya. Selain itu hubungannya kuat karena lebih besar dari 0,5, artinya apabila terjadi perubahan pada kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum akan merubah kinerja sekolah. Untuk mengetahui hubungan variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y, dapat digunakan analisis Koefisien Determinasi (Kd) dan pengujian hipotesis t yaitu sebagai berikut : Kd = r2 x 100 % = (0,964)2 x 100 % = 0,929 x 100 % = 92,9 % Sedangkan koefisien determinasinya (r2) adalah 0,929 yang berarti kinerja sekolah 92,9 % ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 7,1 %.
thitung = 15. 5788 t tabel dengan a (0,05 %) dan n = 40 t tabel a = 1, 684 HipotesisDistribusi Distribusi t untuk variabel X1 KurvaKurva Hipotesis t untuk variabel X1
Diterima
0 1.684
r thitung =
15.5788
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai thitung (15.5788) > ttabel (1,684), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Atau dengan kata lain bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja sekolah. Untuk variabel X2 (manajemen kurikulum)
thitung
thitung Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui kebenaran dari perhitungan koefisien korelasi di atas, maka diperlukan pengujian hipotesis. Yaitu hipotesis t, dan pengujian regresi dan uji F, perumusan hipotesis yang akan diuji diberi simbol H0, sedangkan untuk hipotesis alternatif diberi simbol Ha. 1 a . Pengujian Hipotesis t Perhitungan test observasi (t0) dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ditolak
thitung
0,913 40–2 = —————————— 1 – (0,913)2 5,597 = ————— 0.419 = 13,3579
t tabel dengan a (0,05 %) dan n = 40 t tabel a = 1,684 KurvaKurva Hipotesis Distribusi t untuk variabel X2 Hipotesis Distribusi t untuk variabel X2
Diterima
Ditolak
n 2 1 r
2
Untuk variabel X1 (kepemimpinan kepala sekolah) 0,930 40 – 2 thitung = —————————— 1 – (0,930)2 5, 733 thitung = ————— 0, 368
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
0 1,684
13,3579
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai thitung (13,3579) > ttabel (1,684), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Atau dengan kata lain bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen kurikulum dengan kinerja sekolah pada SMPN 01
73
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut, Jawa Barat. Untuk variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y 0,964 40 –2 thitung = —————————— 1 – (0,964)2
Model 1
Unstandardized Standardized coofecient cooficient Standar Eror B Beta
( Constant ) 71,617 11.387
T
Sig
95%Confidence Colinearrity Interval For B Statistiec Lower Upper Toleran VIF Bound Bound ce
6.289
0
48.544 94.689 -989 1.011
Varibel X1 -, 049
-154
-51
15.578
0
-264
-362
Varibel X2
-109
., 257
13.357
0
-398
-45
-176
-989 1.011
a. Dependent varibel : Varibel Y
5,943 thitung = ————— 0, 266 thitung = 22.3421 t tabel dengan a (0,05 %) dan n = 40 t tabel a = 1,684 Kurva Hipotesis t. t. Kurva Distribusi Hipotesis Distribusi
Diterima
Ditolak
0
1,684
22.3421
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai thitung (22.3421) > ttabel (1,684), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum secara bersama-sama dengan kinerja sekolah pada SMPN 01 Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pengujian Antar Variabel Dengan Persamaan egresi Dan Uji F Setelah diketahui besarnya pengaruh antar pariabel seperti dijelaskan diatas, maka selanjutnya diteruskan pengujian persamaan regresi Y = a+bX, dimana a dan b adalah konstanta perubahan, dan Y dengan X adalah pariabel perubahannya, kemudian diteruskan dengan pengujian uji F dengan maksud untuk menguji diterima atau di tolaknya hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini. Berdasarkan data hasil pengolahan dengan pasilitas SPSS Versi 13.0 untuk uji regresi dan uji F diperoleh pengolahan data seperti pada tabel dibawah ini :
74
Tabel Koofesien Persamaan Regresi
Persamaan regresi untuk besarnya pengaruh kepeminpinan kepala sekolah terhadap kinerja sekolah memenuhi persamaan Y = 71,617 + 0,049 X1, persamaan tersebut merupakan persamaan yang dapat diperegunakan jika kedua varibel tersebut memilki ketergantungan satu sama lain yakni variabel X1 dan Y. Sedangkan persamaan regresi hubungan manajemen kurikulum terhadap kinerja sekolah memenuhi persamaan Y = 71,617 – 0,176 X2, persamaan tersebut dapat dipergunakanuntuk melihat besarnya perubahan ketergantungan kedua variabel tersebut, yaitu : Menejemen kurikulum dengan kinerja sekolah. Sedangkan pengaruh varibel kepeminpinan sekolah dan manajemen kurikulum terhadap kinerja sekolah memenuhi persamaan Y = 71,617 + 0,049 X1 – 0,176 X2. Langkah selanjutnya untuk menguji keberlakuan kebersamaan tersebut, serta diterima dan ditolaknya hipotesis tersebut dilanjutkan pengujian uji F, dimana hasil pengolahan data dengan fasilitas SPSS Versi 13.0 diperoleh data hasil pengolahan seperti pada tabel berikut ini : Tabel Pengujian Regresi dan Uji F ANOVA 11 Regresion
Sum Of Sequares 83.178
Df 2
Residual Total
1.175.197 1.258.375
37 39
Mean Square 41.589
F 22.324
Sig .000ª
31.762
a. predictor : (constant), X2, X1 b. dependent variabel Bedasarkan hasil pengolahan data seperti pada tebel di atas, maka diperoleh informasi bahwa besarnya F hitung untuk pengujian hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan menajemen kurikulum terhadap kinerja sekolah di peroleh F hitung sama dengan 22.342 dengan signifikan 0,00ª atau dituliskan Fh = 22.342, df = 39 (p = 0,00ª). Dan dipastikan dimana Fh > F tabel. Pengujian tersebut Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
dapat ditafsirkan bahwa persamaan tersebut dapat diterima dan berlaku untuk mengukur perubahan setiap variabel yang berhubungan. Pembahasan Dalam pembahasan hasil penelitian ini dilakukan dari tiga segi, yaitu hasil hubungan antar variabel. Hasil analisis tiap variabel menunjukkan bahwa: a. Analisis hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja sekolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan signifikansi thitung sebesar 15.5788 pada taraf signifikansi 0,05. Artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah maka akan semakin meningkat pula kinerja sekolah. b. Analisis hubungan manajemen kurikulum dengan kinerja sekolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif manajemen kurikulum terhadap kinerja sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan signifikansi koefisien t hitung sebesar 15.3579 pada taraf signifikansi 0,05. Artinya makin baik manajemen kurikulum maka semakin baik kinerja sekolah. c. Analisis hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum secara bersama-sama dengan kinerja sekolah Dari hasil perhitungan komputer menunjukkan bahwa kinerja sekolah dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum secara bersama-sama dengan signifikansi thitung sebesar 22.3421. Temuan tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum secara bersama-sama dengan kinerja sekolah. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Sehubungan dengan pembahasan hasil penelitian sebagaimana pada Bab V di atas, maka berikut ini akan dikemukakan kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut: 1. Koefisien korelasi antara X1 (Kepemimpinan Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2.
3.
Kepala Sekolah) terhadap Y (kinerja sekolah) adalah sebesar 0,930 menunjukkan hubungannya positif yang mempunyai 0,9 – 1,00 berarti bahwa apabila kepemimpinan kepala sekolah meningkat, maka kinerja sekolah juga meningkat atau sebaliknya. Selain itu hubungannya juga sangat kuat. Sedangkan koefisien determinasinya (r2) adalah 0,864 yang berarti kinerja sekolah 86,4 % ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 13,6 %. Dari hasil perhitungan komputer diperoleh nilai thitung = 15.5788 > ttabel (1,684), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Atau dengan kata lain bahwa terdapat keeratan hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja sekolah. Koefisien korelasi antara X 2 (manajemen kurikulum) terhadap Y (kinerja sekolah) adalah sebesar 0,913 menunjukkan hubungannya positif yang mempunyai nilai 0,9 – 1,00 berarti bahwa apabila manajemen kurikulum meningkat, maka kinerja sekolah juga meningkat atau sebaliknya. Selain itu hubungannya juga kuat. Sedangkan koefisien determinasinya (r2) adalah 0,833 yang berarti kinerja sekolah 83,3 % ditentukan oleh manajemen kurikulum dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 16,7%. Dari hasil perhitungan komputer diperoleh nilai thitung = 13,3579 > ttabel (1,684), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Atau dengan kata lain bahwa terdapat keeratan hubungan yang sangat kuat antara Manajemen kurikulum dengan kinerja sekolah. Koefisien korelasi antara X1 (Kepemimpinan kepala sekolah) dan X2 (Manajemen kurikulum) terhadap kinerja sekolah (Y) adalah sebesar 0,964 menunjukkan hubungannya positif yang mempunyai nilai 0,9 – 1,00 berarti bahwa apabila kepemimpinan kepala sekolah dan Manajemen kurikulum meningkat, maka kinerja sekolah juga meningkat atau sebaliknya. Selain itu hubungannya kuat. Sedangkan koefisien determinasinya (r2) adalah 0,929 yang berarti kinerja sekolah 92,9 % ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dan Manajemen kurikulum dan sisanya dipengaruhi oleh faktor
75
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah
lain sebesar 7,1 %. Dari hasil perhitungan komputer diperoleh nilai thitung = 22,3421 > ttabel (1,684), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat keeratan hubungan yang sangat kuat antara kepemimpinan kepala sekolah dan Manajemen kurikulum secara bersama-sama dengan kinerja sekolah. Implikasi 1. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja sekolah memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat, oleh sebab itu maka kinerja sekolah 86,4 % ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah, dan 13,6 % ditentukan oleh factor lain ‘ini berarti bahwa kepala sekolah harus mempunyai kompetensi dan komitmen yang tinggi dalam meningkatkan kinerja sekolah 2. Hubungan Manajemen kurikulum dengan kinerja sekolah keeratan hubungannya sangat kuat yaitu kinerja sekolah 83,3 % ditentukan oleh kemampuan melaksanakan manajemen kurikulum. yang berarti kemampuan layanan pembelajaran suatu sekolah akan sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam memanajemen kurikulumnya. 3. Kepemimpinan kepala sekolah bersama-sama Manajemen kurikulum memberikan kontribusi yang tinggi dengan dengan kinerja sekolah yang berkualitas unggul dan mempunyai daya saing regional, nasional dan global.Karena keeratan hubungannya 92,9% kinerja sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen kurikulum, sisanya 7,1% ditentukan oleh factor yang lain, seperti kemampuan personal, dedikasi,komitmen terhadap tugas dan sebagainya. Sehingga lembaga sekolah menjadi terpercaya dikalangan masyarakat dan para stake holder yang ada.. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Bambang Tri (2000) Tafsiran Partisipasi, PT. Gravitiprint, Jakarta Carter (2002) Manajemen Berbasis Kompetensi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Cawley, Teoley (2004) Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Jakarta : Penerbit
76
Nimas Multima. Davis, Keith (2003) Teori Motivasi dan Aplikasinya, Penerbit Gunung Agung Jakarta. Dessler, Gary (2000) Manajemen Personalia, Erlangga, Jakarta. Karhi, Nisjar (2002), Metodologi Penelitian, Bagian Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, Kuswadi (2004) Meningkatkan Produktivitas Kerja Pegawai, Seri Manajemen, PT. Pustaka Binaan Pressindo Maq’at (2000) Teori-teori Belajar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Moekijat (2001) Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen Organisasi, CV. Mandar Maju, Bandung Muson (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Rineka Cipta. Nitisemito, Alex S. (2002) Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta Philips (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, Prawirosentono, Suryadi (2001) Kebijakan Kinerja Pegawai, Edisi I, BPFE, Gajah Mada, Yogyakarta, Saefullah (2000) Teori-teori Belajar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Scatel (2000) Personal Management, (terjemahan Eri Krisna) Mc Grow-Hill Inc Singapore. Siagian, Sondang P. (2003) Manajemen SDM, Bumi Aksara, Jakarta Silalahi (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen LPMI. Soepranto (2001) Statistik, Teori dan Aplikasi, Edisi V, Erlangga, Jakarta. Supriadi, D. (2000), Internasionalisasi Pendidikan : Perbandingan Mutu Pendidikan Antar Bangsa. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Tanggal 19-22 September 2000. Hotel Indonesia, Jakarta. Terry, George R. (2001) Principle of Management, Seventh Edition 7th, Home Wood Illinois, Richard D. Irvin In Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat 2, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wahjosumidjo (2004) Perilaku Pemimpin, Kinanti, Jakarta Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH CARA PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia ABSTRACT This research has one major objective; the impact of the value of sales, and production to the volume sales of the fish. The data collected from internet likes secondary data, during fifteen month from samudra jakarta fishing harbour. This study recommends that value of sales on volume of sales was more potensial and extention, the increased of the production wasn’t exactly to pushed of volume sales. The strategy of products development to support value added on margin of benefit, competitive advantage and make more oppurtunity of jobs. Keywords : Value of rules and the volume of sales PENDAHULUAN Ketika Yang Maha Kuasa telah menciptakan lautan lebih luas daripada daratan, maka sangat
adalah minimnya keberagaman hasil olahan ikan yang memiliki “daya tarik” bagi konsumen lintas usia, suku dan tingkat sosial.(Simatupang. P.2003)
mungkin bahwa jumlah pangan yang dapat disediakan
Disamping dipasarkan dalam bentuk segar, ikan
dari laut untuk segenap mahluk hidup juga lebih
juga dipasarkan dalam bentuk olahan. Produk olahan
banyak daripada yang bisa disiapkan dari daratan.
ikan “khas” Indonesia yang telah “terindustrialisasi
Lalu mengapa kita yang hidup di wilayah yang
dengan mapan” saat ini meliputi kerupuk, ikan asin,
terkepung laut lebih terfokus mengeksploitasi daratan
terasi, pindang, peda, kecap dan beberapa yang lain,
untuk memperoleh pangan? Kekurangpahaman akan
yang daya tariknya terhadap konsumen anak-anak
potensi laut dan pesisir sebagai ladang pangan
relatif rendah. Barangkali diantara produk-produk
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
tersebut hanya kerupuk yang mudah diterima
pengembangan teknologi penyiapan pangan dari laut
konsumen anak-anak.
dibandingkan dengan daratan.
Para ahli perikanan meperkirakan hanya sekitar
Masyarakat Indonesia barangkali termasuk
2% daripada keseluruhan jenis ikan yang tersedia,
bangsa yang sedikit mengkonsumsi ikan atau hasil
telah digunakan sebagai bahan makanan manusia.
olahannya. Sekjen Masyarakat Akuakultur Indone-
Perikanan masih merupakan salah satu andalan In-
sia (MAI) Dr. Agung Sudarsono menyatakan bahwa
donesia dalam perolehan devisa negara. Nilai ekspor
tingkat konsumsi ikan nasional (2006) hanya 19 kg/
perikanan Indonesia di pasar dunia pada 2006
kapita/tahun, lebih rendah dari vietnam maupun Ma-
menduduki peringkat 10. Pasar utamanya antara lain
laysia yang tingkat konsumsinya mencapai 33 kg/
Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang dengan
kapita/tahun. Tahun 2007 diupayakan mencapai tar-
pertumbuhan ekspor selama 5 (lima) tahun terakhir
get konsumsi 23 kg/ kapita/tahun (1). Salah satu
(2003 – 2007) menunjukkan tren naik yaitu mencapai
kemungkinan peyebab rendahnya tingkat konsumsi
rata-rata sebesar 8,28 %.(Husi Malian, 2007)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
77
PENGARUH CARA PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia
Pemerintah Indonesia telah membuat roadmap
peta tidak kesasar.
untuk ketahanan pangan dari tahun 2005 sampai
Demikian pula halnya dalam penerapan metode
dengan 2025 dimana salah satu yang menjadi andalan
statistik. Model yang dipakai tidak saja harus
adalah peningkatan teknologi dalam pengoalah ikan.
terselesaikan dan dimengerti (solvable and under-
Target riset perikanan budidaya adalah
standable) tetapi juga harus sesuai dengan kondisi
memberikan dukungan teknologi bagi peningkatan
data (valid). Pilihan awal memang pada metode yang
ekspor. Riset perikanan budidaya meliputi riset
sederhana yang mudah difahami. Namun, selanjutnya
pemuliaan untuk menghasilkan bibit unggul ikan
pilihan harus mulai bergeser dari sekedar metode yang
dengan teknologi sex reversal, rekayasa genetika,
mudah difahami ke metode yang benar-benar sesuai
riset formulasi pakan, suplemen dan vaksin, riset
dengan kondisi data yang dihadapi.
budidaya dengan rekayasa media dan lingkungan
Dalam tulisan ini pembahasan difokuskan pada
kolam budidaya, optimasi input produksi, rekayasa
metode analisis yang disebut regresi linear, yaitu dalam
alat dan mesin budidaya, serta teknologi pascapanen
kasus pengembangan produksi perikanan mengenai
seperti pendinginan, pembekuan, pengolahan,
pengaruh kegiatan pemasaran produk olahan
penyimpanan, distribusi dan standarisasi untuk
terhadap volume penjualan yang diharapkan
menghasilkan produk ikan olahan dan pangan olahan
mempunyai prospek pemasaran yang dapat
berbasis ikan yang bermutu tinggi (Gambar 1.1.)
menjanjikan. Sehingga dengan adanya model analisis
Melihat potensi perikanan yang demikian besar,
regresi menjadi salah satu strategi untuk memperluas
maka perlu diffensiasi produk ikan agar mempunyai
pemasaran melalui pengembangan produk perikanan
jangkauan penjualan yang lebih luas baik dari segi
sebagai terobosan baru dalam menghadapi
tampilan produk, pengayaan produk olahan ikan
persaingan pemasaran ikan olahan. Sehingga dapat
differensiani produk untuk menaikkan value dari
memberikan nilai tambah melalui mutu, gaya,
produk.
kemasan bentuk produk menyerap tenaga kerja dan
Metode statistika diturunkan secara deduktif
meningkatkan harga yang pada gilirannya
dengan menggunakan aksioma-aksioma peluang.
mendapatkan keuntungan untuk mengembangkan
Suatu metode diturunkan berdasarkan asumsi tertentu
perusahaan.
dari distribusi serta hubungan antar variabel randomnya. Jadi secara matematis sebenarnya
Perumusan Masalah
metode yang dihasilkan tersebut hanya tepat
Dari identifikasi masalah diatas, maka akan
diterapkan untuk suatu data yang memenuhi
dirumuskan masalah utama dalam upaya
persyaratan sesuai dengan asumsi distribusi maupun
pengembangan produk ikan dikaitkan dengan strategi
hubungan variabelnya.
pemasaran yaitu :
Pemilihan model yang tepat memang merupakan
Adakah pengaruh penyajian produk ikan olahan
hal yang mendasar dan sangat penting. Model dari
(berupa nilai penjualan, produksi, permintaan produk)
suatu data adalah ibarat peta suatu wilayah. Peta
terhadap volume Penjualan.
yang baik harus mudah dibaca. Karenanya, dalam pembuatan peta penyederhanaan perlu dilakukan dan
Tujuan Penulisan
hanya informasi yang relevan yang perlu
Tujuan penulisan diharapkan penulisan tentang
dimumculkan. Namun penyederhanaan tidak boleh
pengembangan produk perikanan menjadi komoditas
menghilangkan informasi penting sehingga pengguna
olahan sebagai salah satu strategi memperluas
78
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH CARA PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia
pemasaran yang berorientasi ekspor maupun lokal
diteliti oleh Eugene Jones, Anabela Mabota, Donald
melihat pengaruh nilai penjualan, produksi dan
W Larson, sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
permintaan produk terhadap volume penjualan.
petani dalam menggunakan bahan kimia dan resiko kesehatan yang bisa dialami. Dengan produksi yang
LANDASAN TEORI
meningkat sehingga volume penjualan yang dihasilkan
Volume Penjualan
akan tinggi.
Volume penjualan adalah salah satu parameter mengukur performance dari perusahaan, dengan
Permintaan
volume yang dihasilkan tinggi dan permintaan tinggi
Permintaan produk merupakan salah satu param-
akan memberikan nilai perusahaan meningkat dan
eter yang mempengaruhi volume penjualan, semakin
memberikan cash flow yang baik.
besar permintaan maka volume penjualan semakin
Tetapi di sini volume penjualan dipengaruhi oleh
besar. Dalam study yang dilakukan Bill DiBenedetto
banyak hal. Menurut Mark G Filler (2008) volume
(2009), permintaan dalam container mempengaruhi
penjualan banyak dipengaruhi oleh variable waktu.
harga pelabuhan Prince Rupert. Sehingga di sini
Sehingga analisis yang dipakai adalah analisis time
pengaruh dari permintaan juga mempengaruhi harga
series. Analisis ini mengevaluasi penyebab
barang.
pergerakan volume penjualan. METODOLOGI Nilai Penjualan
A. Kerangka Pemikiran
Nilai penjualan mempengaruhi volume penjualan,
Dalam kaitannya dengan pengembangan
bila nilai penjualan meningkat maka volume penjualan
perikanan disini, kerangka pikir yang dikemukakan
meningkat pula. Menurut Holman W. Jenkins, Jr
adalah pemasaran ikan melalui perubahan bentuk,
(2008), nilai penjualan dalam kasus yang normal pada
gaya, kemasan yang siap saji (end product) sehingga
perusahaan publik apapun metode penilaian aset, nilai
mempunyai nilai tambah. Dengan pengembangan
penjualan adalah menyediakan informasi ke investor
produk tersebut dicoba analisa melalui metode regresi
mengenai kesehatan dari perusahaan sehingga inves-
linear berganda untuk melihat pengaruh dari berbagai
tor bisa melakukan penilaian sendiri.
variabel terhadap volume penjualan (Y ) . Apabila ada
Dalam beberapa kasus dunia perbankan melihat
pengaruh positif berarti strategi memperluas
kesehatan suatu perusahaan dari nilai penjualannya
pemasaran melalui pengembangan produk perikanan
dan perkembangannya. Sehingga apabila perbankan
cukup menjanjikan untuk dikembangkan.
akan membantu untuk mempertimbangkan dalam memberikan pinjaman tidak akan ragu.
Gambar 1 menunjukkan bahwa ikan setelah di tangkap dilaut masuk ke industri processing di Pelabuhan Perikanan (input/row material) untuk
Produksi
diproses sehingga bentuk ikan tidak utuh termasuk
Produksi yang bersumber dari sumber daya alam
fillet dengan gaya dan kemasan yang dapat menarik
sangat dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan.
konsumen. Tahap berikutnya (out put / produk baru)
Menurut Eugene Jones, Anabela Mabota, Donald W
memasuki saluran distribusi (pemasaran dengan
Larson (2008), produksi kapas sangat dipengaruhi oleh
melalui promosi,penetapan dan sebagainya) yang
penggunaan bahan kimia, sehingga lingkungan tidak
pada akhirnya akan sampai pada konsumen baik
terkontaminasi. Produksi kapan di Mozambique yang
ekspor maupun lokal.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
79
PENGARUH CARA PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia
Gambar 7. Strategi Pengembangan Produk
B. Metode Pengumpulan Data
b3
Data volume yang diperlukan untuk mengetahui pengembangan produk yang akan dipasarkan terdiri
= Koefisien dari Permintaan/Pesanan Produk
x3
= Permintaan /Pesanan Produk Olahan
dari data volume penjualan, nilai penjualan, produksi/ pembelian, dan permintaan produk. Data yang
Metoda Analisa Data
dikumpulkan untuk pengembangan produk perikanan
Analisa data dimaksudkan untuk mengetahui
sebagai strategi pemasaran pada Pelabuhan
besarnya pengaruh secara kuantitatif dari beberapa
Perikanan Samudera Jakarta adalah data tentang
kejadian atau variabel (X) terhadap kejadian lainnya,
volume penjualan (y) yang merupakan “variabel tidak
serta dipakai untuk meramalkan kejadian lainnya (Y)
bebas”, kemudian data nilai penjualan (x1), produksi/
tersebut. Maksud peramalan ini tidak lain untuk
pembelian (x2) dan permintaan produk (x3). Ketiga
menduga apakah melalui pengembangan produk
variabel (x1;x2;x3) dinamakan “variabel bebas”.
dapat digunakan sebagai strategi pengembangan
Alat pengumpul data adalah melalui browsing dari
pemasaran yang mempunyai prospek ekspor dan
internet yang merupakan data skunder. Setelah
lokal. Ada tiga variabel yang dicoba untuk
diberi
bulan;
menganalisa strategi pengembangan produk yang
pengelompokan masing-masing variabel dicatat dalam
mempunyai prospek pemasaran yaitu : nilai penjualan
tabulasi. Formulasi yang akan dipakai untuk
(X1 ); produksi/pembelian (X2 ) dan permintaan
menganalisa hubungan variabel (x) dan variabel (y)
produk (X3); ketiga variabel ini disebut “variabel
didalam penelitian ini adalah
bebas”. Sedangkan variabel lainnya (Y) yang akan
Y
kode
dari
b
0
masing-masing
bx 1
1
bx 2
2
bx 3
diramalkan dinamakan “variabel tidak bebas”. 3
Untuk membentuk hubungan antara variabel (X1) dan variabel (Y) digunakan regresi linear berganda.
Keterangan Y
= Volume Penjualan
b0
= Intercept
b1
= Koefisien Dari Nilai Penjualan
keperluan analisa terdiri dari :
x1
= Nilai Penjualan
1). Volume Penjualan (y) yang akan diramalkan.
b2
= Koefisien Dari Produksi / Pembelian
2). Nilai Penjualan (x1) untuk meramalkan.
x2
= Produksi / pembelian
3). Produksi/Pembelian (x2)
80
Data Penelitian Data yang dikumpulkan selama 15 bulan untuk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH CARA PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia
4). Permintaan/Pesanan (x3 )
Tabel 1. Tata Hubungan Antara Variabel
5). Waktu pengumpulan data bulan ke 1 sampai 15.
Bebas (X) dan Variabel Tetap (Y) pada
Rumusan Hipotesis
periode 15 bulan
Analisa yang akan digunakan adalah Analisa “Regresi Linear Berganda” dengan 3 variabel
Bulan ke
bebas (x1;x2;x3) dengan perhitungan dibantu komputer
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
dengan program SPSS versi 11.5. Hipotesa yang diajukan : 1)
Ho : b0=0 ; Terima Ho ; berarti nilai intercept tidak mempengaruhi dan tidak dapat digunakan untuk meramalkan volume penjualan (y). H1 : b0 0 ; Tolak Ho,berarti nilai intercept mempengaruhi dan dapat digunakan untuk meramalkan volume penjualan (y).
2)
Ho : b1=0 ; Terima Ho ; berarti nilai produksi
Volume
Nilai
Produksi
Permintaan
(y)
(x1)
(x2)
(x3)
1008 1336 1265 2533 3305 2365 1378 2272 2257 4430 7840 9580 6010 4150 5202
8.3 11.3 10.8 22.4 20.1 24.8 14.1 21.1 24.7 34.5 47.6 61.3 44.8 31.7 36.9
1102 1428 1197 2549 2447 3167 1842 2625 3145 5420 8040 16665 8575 5457 6218
2108 6118 6510 4771 7602 5363 4451 5330 4647 9298 12254 14179 9841 10112 12650
(x 1 ) tidak mempengaruhi dan tidak dapat
Keterangan :
digunakan untuk meramalkan volume penjualan
Y
(y).
X1 = Nilai penjualan produk olahan
H1 : b10 ; Tolak Ho, berarti ; nilai produksi (x1)
X2 = Produk / pembelian produk olahan
mempengaruhi dan dapat
X3 = Delivery order (permintaan) produk olahan
digunakan untuk
= Volume penjualan produk olahan
meramalkan volume penjualan (y). 3). Ho : b2 =0 ; Terima Ho, berarti produksi /
Untuk perhitungan data menggunakan perangkat
pembelian (x2) tidak mempengaruhi dan tidak
komputer dengan bantuan program SPSS versi 11.5.
dapat digunakan untuk meramalkan volume
Sedangkan metoda statistik menggunakan Multiple
penjualan (y).
Regression dengan 3 variabel bebas yaitu x1, x2 dan
H1 : b20 ; Tolak Ho, berarti produksi/pembelian
x3. Dengan bantuan program SPSS versi 11.5
(x2) mempengaruhi dan dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
meramalkan volume penjualan (y).
Model Summary
4). Ho : b3=0 ; Terima Ho, berarti permintaan/ pesanan (x3) tidak mempengaruhi dan tidak dapat digunakan untuk meramalkan volume penjualan (y).
Model 1
R .985(a)
R Square .970
Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .962 50.107.575
a Predictors: (Constant), X1, X2, X3
H1 : b30 ; Tolak Ho, berarti permintaan/pesanan (x3) mempengaruhi dan dapat digunakan untuk
Analysis of Variance
meramalkan volume penjualan. PEMBAHASAN A. Hasil Analisa Data Data yang diperoleh dengan metoda yang sudah ditetapkan adalah sebagai berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANOVA(b) Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 88.835.914.996 2.761.845.938 91.597.760.933
df 3 11 14
Mean Square 29.611.971.665 251.076.903
F Sig. 117.940 .000(a)
a Predictors: (Constant), X1, X2, X3 b Dependent Variable: Y
81
PENGARUH CARA PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia
Variable in The Equation
Dari pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients Std. B Error
Model
1
(Consta nt) -905.261 414.572 X1 95.916 32.350 X2 .132 .106 .169 .078 X3
bahwa b2 keluar dari model sehingga perhitungan diatas diimplementasikan menjadi persamaan sebagai
Standar dized Coefficie nts
berikut: t
Sig.
Beta
.569 .212 .234
Kajian Hasil Analisa Aspek nilai penjualan terhadap volume penjualan.
-2.184 2.965 1.246 2.162
.052 .013 .239 .053
a Dependent Variable: Y
Berdasarkan analisa dengan regresi linear berganda dan Koefisien korelasi melalui bantuan program computer SPSS versi 11.5 didapatkan hasil bahwa nilai penjualan (variabel bebas X1) sangat berpengaruh terhadap volume penjualan (variabel
Hasil perhitungan diatas diimplementasikan dalam persamaan sebagai berikut: 1)
tidak bebas Y) dengan perhitungan = 2.965 > t0,05 (11) = 1,796. Variabel X1 (nilai penjualan) sesuai teori
Pengujian t hitung dibandingkan t tabel diperoleh:
statistik dapat dipakai untuk meramalkan dan
Untuk Nilai Intercept : diperoleh = 2.184 >
mempengaruhi volume penjualan (variabel Y). Hal
t0,05 (11) = 1,796 ; berarti hipotesis Nol (Ho)
ini berarti hubungan antara variabel X1 dan Y sangat
ditolak dan diterima Hipotesis Alternatif (H1).
erat dan saling mempengaruhi. Demikian pula dengan
Kesimpulannya : bahwa nilai intercept
perhitungan Koefisien Determinasi (R Square)
mempunyai hubungan yang bermakna
didapatkan 97%; menunjukkan bahwa variabel Y
dengan volume penjualan (y).
(volume penjualan) dapat diterangkan variabel X1
2). Untuk Nilai Produksi (X1) : diperoleh = 2.965 > t0,05 (11) = 1,796 ; berarti hipotesis Nol (Ho) ditolak dan diterima Hipotesis Alternatif
(nilai penjualan) menurut persamaan regresi linear berganda. Berdasarkan teori dan perhitungan diatas
(H1).
menunjukkan bahwa strategi penetapan harga dan
Kesimpulannya : bahwa nilai penjualan (X1)
pemasaran cukup berhasil; terlihat dari data nilai
mempunyai hubungan yang bermakna dengan
penjualan
volume penjualan (y).
mempengaruhi volume penjualan berarti produk
3). Untuk Produksi/Pembelian (X2) : diperoleh =
(penerimaan
penjualan)
dapat
tersebut dapat diluncurkan ke pasar.
1.246 < t0,05 (11) = 1,796 ; berarti hipotesis Nol (Ho) diterima. Kesimpulannya : bahwa Produksi/Pembelian
Aspek produksi terhadap volume penjualan. Dari data yang dianalisa bersama-sama dengan
(X2) belum mempunyai hubungan
variabel nilai penjualan dan permintaan terhadap vol-
yangnbermakna dengan volume penjualan (y).
ume penjualan dengan metoda “Regresi Linear
4). Untuk Permintaan Produksi (X3) : diperoleh =
Berganda” diperoleh hasil perhitungan bahwa
2.162 > t0,05 (11) = 1,796 ; berarti hipotesis
produksi (Variabel bebas X2) tidak berpengaruh nyata
Nol (Ho) ditolak dan diterima Hipotesis Alternatif
terhadap volume penjualan (variabel tidak bebas Y)
(H1).
dimana diperoleh = 1.246 < t0,05 (11) = 1,796.
Kesimpulannya : bahwa permintaan (pesanan)
Variabel X2 (produksi) sesuai dengan teori statistik
produk (X3) mempunyai hubungan y a n g
tidak dapat dipakai untuk meramalkan volume
bermakna dengan volume penjualan (y).
penjualan (variabel tidak bebas Y). Maksudnya setiap
82
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH CARA PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia
kenaikan produksi belum tentu dapat menaikkan vol-
gambaran bahwa potensi pasar masih cukup
ume penjualan.
besar dan dapat diperluas. c.
Aspek permintaan terhadap volume penjualan
Aspek produksi bila ditingkatkan belum tentu dapat mendorong volume penjualan; artinya
Model matematis (ekonometrik) berupa analisa
semakin besar produksi masih masih belum
regresi linear berganda dengan bantuan komputer
membuka peluang untuk metingkatkan
dengan program SPSS versi 11.5 dipakai untuk
penjualan.
meramalkan dan pengaruh permintaan produk
d.
Strategi pengembangan produk dapat
(variabel bebas X3) terhadap volume penjualan
memberikan nilai tambah baik terhadap
(variabel tidak bebas Y). Hasil perhitungan dan
peningkatan laba; posisi bersaing perusahaan;
pengujian menunjukkan bahwa permintaan (variabel
lapangan pekerjaan dan kesempatan
X3) sangat berpengaruh nyata terhadap volume
berusaha.
penjualan (variabel tidak bebas Y), dengan
Saran
perhitungan : Nilai = 2.162 > t0,05 (11) = 1,796. Variabel X3 (permintaan) sesuai teori statistik
Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah : a.
Perlu diciptakan iklim yang “kondusif” dalam
dapat dipergunakan untuk meramalkan dan
pelaksanaan pengembangan produkagar dapat
mempengaruhi volume penjualan (variabel Y). Hal
mendorong gairah berusaha; dapat membuka
ini berarti hubungan antara variabel X3 dengan
peluang usaha dan memberi kesempatan kerja
variabel Y sangat erat dan saling mempengaruhi.
maupun menyerap tenaga kerja.
Apabila terjadi kenaikan permintaan selalu terjadi
b.
Perlu dicari inovasi baru dengan menengok
upaya peningkatan volume penjualan. Perhitungan
peluang pasar luar negeri yang
Koefisien Determinasi (R Square) juga menunjukkan
menjanjikan, namun penuh dengan tantangan
nilai 97%, yang berarti variabel Y (volume penjualan)
untuk dapat diterima konsumen.
dapat diterangkan variabel X3 (permintaan) menurut persamaan regresi linear berganda
c.
Masih perlu dicari terobosan baru baik peluang pasar produk olahan dan mulai dipersiapkan guna melirik pasar keluar negeri.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisa
Daftar Pustaka dan kajian tentang
Bill DiBenedetto. Boxes boost Prince Rupert. The
Pengembangan Produk Perikanan sebagai strategi
JOURNAL of COMMERCE ONLINE. Jour-
pengembangan pemasaran dapat ditarik beberapa
nal of Commerce. New York: Jan 22, 2009.
kesimpulan a.
b.
Eugene Jones, Anabela Mabota, Donald W Larson.
Strategi pengembangan produk perikanan
FARMERS' KNOWLEDGE OF HEALTH
ditinjau dari aspek nilai penjualan
t er ha da p
RISKS AND PROTECTIVE GEAR ASSO-
volume penjualan dapat memberikan nilai
CIATED WITH PESTICIDE USE ON COT-
tambah produk dan mempunyai prospek
TON IN MOZAMBIQUE. The Journal of
pemasaran yang menjanjikan.
Developing Areas. Nashville: Spring 2009. Vol.
Aspek permintaan terhadap volume penjualan
42, Iss. 2; pg. 267, 16 pgs
dapat memberikan peluang dan memberikan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
83
PENGARUH CARA PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia
Holman W. Jenkins, Jr. Business World: Mark to
Husni Malian, 2007. Fakor-Faktor yang
Mayhem?. Wall Street Journal. (Eastern edi-
Memperngaruhi Eksport Produk Pertanian dan
tion). New York, N.Y.: Oct 1, 2008. pg. A.23
Produk Industri Pertanian Indonesia. Jurnal Agro
Mark G Filler. Valuation Strategies. TESTING THE
Ekonomi Oktober 2007
SIGNIFICANCE OF A DAMAGING
Tri Pranadji, 2003. Menuju Transformasi
EVENT. Boston: Nov/Dec 2008. Vol. 12, Iss.
Kelembagaan dalam Pembangunan Pertanian
2; pg. 14, 10 pgs
dan Pedesaan. Balitbang Deptan.
Departemen Pertanian, 2007. Rencana Strategis Departemen Pertanian 2005-2009 Simatupang P, 2003. Modal Proyeksi Harga Jangka Pendek ke berapa Komoditi Pertanian di Indonesia, Balitbang Depan.
84
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ISSN 1907 - 3666
Volume 5, Nomor 9, Juli 2010 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
Penanggung jawab/Pemimpin Umum : Dra. Yenny Budiasih, MBA Pemimpin Redaksi : Hj. Sri Wahyuningsih, SE, MM. Staf Ahli : Dr. Sugito Effendi, MSi. Dr. Mohamad Ilmi, M.Ec. Dr. Marinus R. Manurung, MPA Indri Astuti, S.Pd., MM., M.Pd. Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH. Noverdi Bross, Ph.D. Hadi Mulyo Wibowo, SH, MM. M. Riduan Karim, SE, MM Pelakasana Harian : H. Zaharuddin, SE, MM Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH Dr. Zulkifli Amsyah, MA. Tim Editing Budi Purnomo Sugito Hartadi Sirkulasi & Pemasaran Teorida Simarmata Dewi Listiorini
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected]
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
87
Volume 5, Nomor 9, Juli 2010 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 5, Nomor 9, bulan Juli 2010 dapat menjumpai pembaca sesuai waktu yang direncanakan. Dalam edisi ke tiga ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain:
Faktor Bauran Pemasaran yang Mempengaruhi Keputusan Penggunaan Jasa Internet
Pengaruh Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap pelatihan dan modal intelektual serta Dampaknya Pada Kinerja Perusahaan
Strategi Berbasis Lingkungan Dampaknya Pada Modal Intelektual
Strategi Merespons Lingkungan Dampaknya Pada Pelatihan Sumber Daya Manusia
Korelasi Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Manajemen Kurikulum dengan Kinerja Sekolah
Pengaruh Cara Penyajian Produk Ikan Olahan Terhadap Volume Penjualan
Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Besar harapan kami Jurnal ini turut memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal kita pada edisi mendatang.
Terima kasih Redaksi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
89
Volume 5, Nomor 9, Juli 2010 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
DAFTAR ISI FAKTOR BAURAN PEMASARAN YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA INTERNET Oleh : Noverdi Bross ------------------------------------------------------------------------
1
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELATIHAN DAN MODAL INTELEKTUAL SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN Oleh : Sugito Efendi ------------------------------------------------------------------------------
25
STRATEGI BERBASIS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA MODAL INTELEKTUAL Oleh : Yenny Budiasihi ----------------------------------------------------------------------------
41
STRATEGI MERESPONS LINGKUNGAN DAMPAKNYA PADA PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Sri Wahyuningsih ---------------------------------------------------------------------------
55
KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MANAJEMEN KURIKULUM DENGAN KINERJA SEKOLAH Oleh : Abdul Majid dan Zulkifli Amsyah ---------------------------------------------------
65
PENGARUH PENYAJIAN PRODUK IKAN OLAHAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN Oleh : Marsetia ---------------------------------------------------------------------------------------
77
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
91