Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
Faith and Doubt Innocentius Firman
Drs. Amrizal Salayan, M.Sn
Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : Figuratif, Injil, Instalasi
Abstrak Tema religius sudah digunakan dalam karya seni rupa sejak berabad-abad yang lalu hingga saat ini. Penggunaan simbol dan tokoh religius dalam karya seni merupakan visualisasi dari nilai-nilai dan karakteristik masing-masing tokoh. Dalam Perjanjian Baru, dikenal 4 tokoh penulis Injil yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Keempat penulis Injil ini memiliki karakter masing-masing dan juga penyimbolan makhluk yang diambil dari Kitab Yehezkiel. Penyimbolan ini mencerminkan sifat dan gaya penulisan masing-masing penginjil, sifat-sifat Yesus dalam Injil, dan sifat-sifat yang harus dimiliki manusia sehingga dapat mencapai keselamatan. Simbolisasi dan karakter masing-masing penulis Injil melatari penulis untuk memaknai nilai-nilai religius dari masingmasing tokoh dilihat dari sudut pandang manusia saat ini. Perkembangan zaman yang semakin mengarah kepada hal-hal yang ilmiah dan nyata membuat manusia mulai mempertanyakan keberadaan nilai-nilai yang bersifat religius. Pemaknaan dan kondisi manusia saat ini akan divisualisasikan oleh penulis ke dalam serial karya tugas akhir dengan bentuk instalasi patung figuratif dengan ukuran life-size yang dibuat dengan material resin.
Abstract Religion theme has been used in arts since centuries ago till present. Use of symbols and religious character in arts is a visualization from each characters personality. In New Testament there are four author of Gospel(Four Evangelists), Matthew, Mark, Luke, John. They have each personality and each of them have represented by creature symbol taken from Book of Ezekiel. This symbolization representing the style of each Evangelist, the nature of Christ, and the virtues required of human for salvation. Symbolization and personality of the Four Evangelists became the basis to learn and interpretating religioius value from each Evangelist. Condition of the world today that leads to the scientific and realistic make people start to questioning the existence of a religious values. Society condition and situation today will be visualized to this final task series with using instalation figurative style sculpture, life-size scale figure and using resin as material.
1. Pendahuluan Di dalam kitab suci agama Katolik atau Alkitab, memiliki 2 bagian yang disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di dalam Perjanjian Baru memuat perjanjian antara Allah dengan seluruh umat manusia melalui kehadiran Yesus Kristus. Injil adalah istilah yang dipakai untuk menyebut 4 kitab pertama dalam Perjanjian Baru, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes. Istilah Injil berasal dari bahasa Yunani euangelion yang berarti Kabar Baik. Disebut Injil/Kabar Baik karena 4 narasi Injil ini berpuncak pada kematian dan kebangkitan Yesus sebagai penebus dosa-dosa manusia. Keempat penulis Injil ini memiliki ciri khas tersendiri dalam penulisan Injilnya walaupun sama-sama menceritakan tentang kisah hidup Yesus. Matius lebih menceritakan tentang sisi humanis Yesus dibandingkan menceritakan sisi keTuhanannya. Markus menceritakan kemampuan Yesus dengan kekuatannya untuk melakukan mukjizat. Lukas lebih menceritakan bagaimana pengorbanan Yesus dan juga proses Yesus yang disalibkan. Yohanes menceritakan kenaikan Yesus ke surga dan juga sifat keilahian-Nya. Masing-masing dari penginjil ini sering disimbolkan dan dikaitkan dengan makhluk dalam sebuah penglihatan yang ditulis pada kitab Yehezkiel pada sekitar tahun 300 SM. Interpretasi dan penyimbolan penginjil ini menjadi makhluk dalam kitab Yehezkiel diawali oleh Jerome yang kemudian dijelaskan lebih lengkap oleh Rabanus Maurus. Matius disimbolkan sebagai manusia bersayap, karena Injil ini menceritakan sifat „manusia‟ dari Yesus. Markus disimbolkan
sebagai singa bersayap, karena dalam Injil ini banyak menceritakan kekuatan dan keberanian Yesus. Lukas disimbolkan sebagai lembu bersayap, di dalam Injil ini dijelaskan bagaimana pengorbanan Yesus, seperti lembu yang menjadi hewan kurban pada masyarakat. Yohanes, disimbolkan sebagai elang, karena dalam Injil ini menceritakan bagaimana sifat keilahian Yesus dan kenaikan-Nya ke surga. St. Jerome (347-420) adalah seorang imam, ahli teologi dan sejarah. Jerome dikenal karena banyak menerjemahkan Alkitab dari bahasa Ibrani menjadi bahasa Latin. Selain itu, Jerome juga banyak membuat interpretasi dan juga pendapat tentang Injil. Setelah Jerome menginterpretasikan keempat makhluk simbolis ini ke dalam masing-masing penulis Injil, mulai banyak produk seni yang menggunakan simbol-simbol ini ke dalam berbagai media seperti ilustrasi buku, patung, luksian, lukisan kaca, ukiran dinding, dan lainnya. Dalam penggambarannya , keempat makhluk ini sering digambarkan mengelilingi Yesus Kristus seperti dalam penglihatan dalam Kitab Yehezkiel. Rabanus Maurus (780-856) yang juga merupakan seorang ahli teologi menjelaskan bahwa penyimbolan Penginjil ini memiliki 3 arti, selain mencerminkan sifat dan gaya penulisan masing-masing penulis Injil itu sendiri, mencerminkan sifat-sifat Yesus yang nampak dalam Injil, dan menunjukkan bagaimana sifat-sifat yang harus dimiliki oleh manusia sehingga dapat mencapai keselamatan. Sifat-sifat yang harus dimiliki manusia dalam kehidupan sehingga mencapai keselamatan menjadi poin penting dari penyimbolan para penginjil ini. Karena sebenarnya, inti dari simbol dan tokoh religius adalah bagaimana manusia memaknai dan mengamalkan nilai-nilai religius yang terkandung didalamnya. Hal inilah yang membuat penulis ingin mengangkat karakter dan simbolisasi dari para penulis injil menjadi tema dalam serial karya tugas akhir untuk menvisualisasikan pemaknaan akan nilai-nilai yang harus diteladani dalam kehidupan manusia. Dalam perkembangan seni rupa hingga saat ini, cara seniman untuk memvisualisasikan interpretasi akan nilai-nilai sakral dari simbol dan tokoh Katolik sangat bervariasi mulai dari penggunaan material dan juga bentuk visual karya. Interpretasi seorang seniman dalam menunjukkan sebuah pandangan iman dalam seni rupa kontemporer terkadang menyebabkan munculnya kontroversi karena menggunakan bentuk visual dan obyek yang dianggap tidak pantas. Penulis merasa bahwa perkembangan zaman dan teknologi memiliki pengaruh terhadap cara pandang masyarakat akan nilai-nilai sakral dalam sebuah kepercayaan yang terlihat melalui karya-karya seniman dengan tema religius. Kondisi ini juga menjadi dasar penulis untuk mencoba melihat dan mengamati sudut pandang manusia saat ini dalam proses pembuatan serial tugas akhir ini. Serial karya tugas akhir ini akan dibuat menggunakan media patung dengan bentuk-bentuk figuratif sebagai bentuk visualisasi dari pemaknaan penulis yang melihat nilai-nilai dari karakter para penginjil dari sudut pandang manusia zaman sekarang. Material yang digunakan dalam pembuatan karya tugas akhir adalah resin untuk memperoleh bentuk dan hasil cetakan yang sesuai dengan hasil modelling yang menggunakan bahan tanah liat dalam pembuatannya. Pengerjaan menggunakan tanah liat digunakan untuk memperoleh gestur dan unsur-unsur rupa dari patung figuratif.
2. Proses Studi Kreatif Simbolisasi dan karakteristik masing-masing penulis Injil memiliki nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupannya di dunia untuk mencapai keselamatan. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mencoba memvisualisasikan pemaknaan akan nilai-nilai religius dari masing-masing penulis Injil yang dilihat dari sudut pandang manusia sekarang. Penulis melihat, seiring dengan semakin cepatnya perkembangan zaman, manusia mulai menjauhkan diri dan meninggalkan nilai-nilai religius dalam kehidupannya. Semakin berkembangnya zaman dan pengetahuan, manusia menjadi lebih percaya kepada hal-hal yang bersifat logis dan teoritis. Ilmu pengetahuan yang semakin maju membuat manusia mulai mempertanyakan keberadaan dan „kenyataan‟ dari sebuah nilai-nilai religius. Iman dan kepercayaan manusia yang mulai goyah diawali dengan munculnya keragu-raguan dalam hidup. Keraguan sering dihadapi oleh manusia ketika berada dalam pilihan yang sulit dan dapat membuat perubahan dalam hidup manusia. Namun disisi lain, keraguan tidak selalu menjadi sebuah hal dengan konotasi yang negatif. Manusia yang memiliki keraguan adalah manusia yang mau untuk berpikir dan mencari sebuah jawaban yang lebih dalam lagi. Kehidupan manusia di dunia tidak bisa lepas dari nilai-nilai religius dan juga hal-hal yang bersifat duniawi. Kedua hal yang saling bertolakbelakang ini, membuat manusia terkadang mengalami permasalahan dan menjadi ragu. Oleh karena itu, dalam serial tugas akhir ini penulis ingin menghadirkan visualisasi dari manusia yang dalam kehidupannya selalu mengalami sebuah pilihan dan tantangan untuk memahami nilai-nilai religius dalam kesehariannya yang dikelilingi oleh hal-hal duniawi. Serial karya tugas akhir ini akan menghadirkan empat figur manusia yang masing-masing akan mewakili sudut pandang penulis dalam memaknai kondisi manusia dan hubungannya dengan simbolisasi dan karakteristik dari masing-masing
penulis Injil. Pemilihan figur manusia sebagai visual akhir karya dipilih karena penulis ingin lebih mengangkat dan menjadikan manusia sebagai poin utama dalam serial karya tugas akhir ini disamping mengangkat simbolisasi dari para penulis Injil. Hal ini juga yang mendasari penulis untuk tidak menghadirkan visual tokoh para penulis Injil itu sendiri, untuk membuat fokus audience tertuju kepada simbolisasi figur manusia yang hidup di zaman ini sebagai visual karya. Masalah yang kemudian timbul adalah pemilihan gender yang lebih sesuai untuk mewakili kondisi manusia dalam kehidupannya di dunia. Pemilihan gender antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi figur yang akan divisualisasikan menjadi karya, melalui beberapa pertimbangan yang pada akhirnya penulis memilih untuk menghadirkan figur perempuan untuk mewakili penggambaran akan manusia itu sendiri. Beberapa peradaban dan kepercayaan telah menunjukkan bahwa Tuhan/Dewa lebih identik dengan gender laki-laki sehingga manusia menjadi identik dengan gender perempuan. Didalam Al-Kitab bahasa Indonesia, Tuhan sering dipanggil dengan sebutan Ia(laki-laki), yang sama dengan Al-Kitab dalam bahasa Inggris, yang menyebut Tuhan dengan sebutan „he‟ dan bukan „she‟. Hal ini juga yang membuat Tuhan dalam AlKitab lebih sering ditunjuk dan dihubungkan dengan laki-laki dan sifat maskulin. Seorang sejarawan seni dan juga seorang pematung bernama Merlin Stone juga pernah membuat buku yang berjudul When God Was a Woman di tahun 1976 yang membahas pandangan dan stereotip yang menjelaskan bahwa sifat maskulin pria seringkali menjadi sesuatu kekuatan yang dominan dan menguasai serta mengambil alih kekuasaan perempuan. Hal ini sedikit banyak menunjukkan bahwa masyarakat umum masih memandang Tuhan/Dewa dengan gender laki-laki. Laki-laki dan perempuan merupakan dua gender yang memiliki keunikannya masing-masing. Laki-laki dengan sifat maskulin yang identik dengan sifat yang cenderung agresif dan keras, berbanding terbalik dengan perempuan yang identik dengan pikiran dan perasaan(sensitif, empati, lembut, dsb.). Oleh karena itu, sifat feminin yang dimiliki perempuan dirasa lebih sesuai untuk divisualisasikan sebagai karya yang berbicara tentang permasalahan dalam diri manusia secara psikis dalam upaya untuk memahami nilai-nilai yang harus diteladani melalui simbolisasi para penulis Injil. Pemilihan perempuan juga dipilih sebagai visual karya untuk mewakili figur manusia yang menjalani kehidupan di dunia(bumi) dari segala proses kehidupan mulai lahir hingga mati. Perempuan memang merupakan gender yang erat hubungannya dengan dunia atau bumi. Hal ini didasari pada istilah mother-earth yang sudah ada sejak tahun 1200SM. Istilah ini muncul ketika manusia prasejarah memuja dan melihat bumi yang memberikan hasil alam yang melimpah ketika masa panen hasil pertanian mereka. Kondisi bumi yang subur dan terus memberikan hasil alam sering dianggap sebagai persamaan dari perempuan yang subur dan menghasilkan keturunan. Keempat figur yang dihadirkan dalam serial karya tugas akhir ini akan menjadi sebuah bahasa untuk menyampaikan ide dan gagasan penulis melalui gesture dari masing-masing karya. Gesture yang ingin divisualisasikan oleh penulis merupakan gesture manusia yang berlawanan dengan nilai-nilai yang disimbolkan oleh para penulis Injil. Gesture manusia dalam setiap karya akan menunjukkan sifat manusia yang dalam kehidupannya sering bertentangan antara nilai-nilai religius dan juga hal-hal yang bersifat duniawi. Gesture ini akan diperkuat dengan pewarnaan dari karya yang menggunakan warna abu-abu(akan dijelaskan lebih lanjut dalam subbab berikut). Empat figur ini akan dihadirkan dengan gesture yang disesuaikan dengan nilai-nilai religius yang terkandung dari masing-masing penulis Injil. Masing-masing figur akan dibuat sedang memegang obyek tengkorak. Setiap tengkorak yang dibuat mencerminkan simbolisasi para penulis Injil, seperti obyek tengkorak manusia yang berdasarkan dari simbolisasi Matius yaitu manusia bersayap, obyek tengkorak singa yang berdasarkan simbolisasi Markus yaitu singa bersayap, obyek tengkorak lembu yang berdasarkan dari simbolisasi Lukas yaitu lembu bersayap, obyek tengkorak elang yang berdasarkan dari simbolisasi Yohanes yaitu elang. Kehadiran simbol tengkorak juga ingin menunjukkan walaupun secara bentuk fisik telah meninggal atau berubah, namun nilai-nilai dari penulis Injil akan terus diingat dan diteladani. Ajaran-ajaran dari Yesus yang dituliskan oleh para penulis Injil tidak akan berubah dan akan tetap abadi. Pewarnaan dari setiap figur akan menggunakan warna abu-abu. Warna abu-abu merupakan campuran dari warna hitam dan putih. Warna putih merupakan warna yang bersih, terang, dan dapat menjadi simbol dari kesucian. Warna putih ini dimaksudkan untuk menunjukkan sisi baik dari manusia. Sedangkan warna hitam merupakan warna yang gelap dan memiliki makna sebagai warna yang penuh misteri. Warna hitam dimaksudkan untuk menunjukkan sisi gelap dari manusia. Percampuran warna hitam dan putih menjadi abu-abu ingin menunjukkan adanya situasi manusia yang sedang mengalami proses campur aduk dan keraguan antara mengikuti sisi baik dan sisi yang buruk. Warna abu-abu digunakan penulis untuk menunjukkan visualisasi dari keraguan dan kebimbangan. Warna abu-abu juga digunakan untuk menunjukkan situasi kelemahan dalam iman yang terlihat dari warna abu-abu yang kusam dan kurang memancarkan warna.
Dalam kepercayaan Kristiani, warna abu-abu merupakan warna yang merepresentasikan suasana berkabung dan penyesalan. Selain itu, warna abu-abu juga menandakan dimulainya masa puasa 40 hari yang dimulai dari hari Rabu Abu. Pada hari Rabu Abu, Imam membubuhkan abu pada dahi umat dengan mengatakan “Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu” atau “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. Hal ini berdasarkan peringatan Tuhan kepada Adam dan Hawa setelah berbuat dosa yang berkata bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Abu yang digunakan pada hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Masa puasa ini merupakan waktu manusia untuk berefleksi akan pengorbanan Yesus dari mulai Yesus yang menarik diri dan berpuasa di padang pasir, hingga wafatnya di kayu salib, dan berujung pada hari kebangkitan-Nya. Pemilihan warna abu-abu digunakan penulis untuk menunjukkan situasi keraguan dan kondisi saat manusia harus berhenti sejenak dan berkontemplasi. Pewarnaan dari setiap tengkorak akan menggunakan warna emas untuk menunjukkan bahwa tengkorak ini merupakan simbolisasi dari para penulis Injil dan merupakan obyek yang sakral dan memiliki nilai-nilai religius yang terkandung didalamnya.Dalam kepercayaan Kristiani, Tabernakel(tempat untuk menaruh hosti yang sudah diberkati) dan Piala-Piala yang terdapat pada altar Gereja juga berwarna emas yang menyimbolkan bahwa obyek tersebut merupakan obyek yang sakral. Gereja juga menggunakan warna emas dan putih dalam beberapa saat ketika Natal, Paskah, Kamis Putih, Pesta Tuhan Yesus Kristus, Pesta Bunda Maria, Pesta Para Malaikat, karena warna emas merupakan warna yang melambangkan sukacita dan kemenangan, kekudusan dan kemurnian, serta cahaya ilahi. Melalui warna ini, manusia diingatkan akan peristiwa-peristiwa gembira dalam kehidupan Tuhan Yesus dan Bunda-Nya, serta kesucian para orang kudus yang patut diteladani. Warna emas sendiri memiliki psikologi yang dipercaya untuk meningkatkan kekuatan, menyembuhkan, menciptakan kesuksesan dan kemakmuran, serta menunjukkan jalan dalam mencapai tujuan. Warna emas yang mengkilap dan memantulkan rupa juga menjadi refleksi dan cermin dari manusia yang seharusnya mengikuti dan meneladani sifatsifat Tuhan Yesus yang dituliskan oleh para penulis Injil. Komposisi figur yang berwarna abu-abu dengan tengkorak yang berwarna emas juga ingin menunjukkan sifat kontras yang dimiliki keduanya. Manusia yang penuh keraguan dan menjadi simbol duniawi yang tidak kekal, dibandingkan dengan simbol tengkorak yang memiliki nilai-nilai religius dan menjadi simbol ilahi dan kesucian yang kekal. Warna dan cahaya yang pudar dan kusam yang muncul dari manusia ketika mengalami keraguan juga berbanding terbalik dengan warna emas dari simbol tengkorak yang berkilau dan memancarkan nilai-nilai sakral.
3. Hasil Studi dan Pembahasan Seri karya tugas akhir ini terdiri dari empat karya, dimana masing-masing karya akan menunjukkan visualisasi keraguan manusia dalam hubungannya dengan nilai-nilai yang terkandung melalui simbolisasi para penulis Injil. Seluruh karya dibuat dan dicetak dengan menggunakan resin, yang sebelumnya telah dibuat model dengan menggunakan tanah liat. Model yang dibuat berdasarkan sketsa akhir yang sebelumnya telah dibuat, yang dipilih untuk dijadikan model karya. Ukuran dari masing-masing karya adalah life-size atau ukuran 1:1 dengan manusia pada umumnya, dengan tinggi sekitar 170cm. Masing-masing karya memiliki pandangan tersendiri berdasarkan simbolisasi dan juga nilai-nilai yang terkandung dalam penyimbolan para penulis Injil. Namun, keempat karya merupakan suatu kesatuan karya yang memiliki latar belakang yang sama yang dimulai dari tulisan para penulis Injil mengenai kisah hidup Yesus Kristus. Kesatuan karya ini berpengaruh terhadap display karya karena masing-masing karya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan menjadi sebuah karya tunggal. Keseluruhan karya akan diatur dengan konfigurasi melingkar dimana masing-masing karya akan menghadap keluar dengan jarak yang cukup untuk audience masuk ke tengah-tengah karya. Konfigurasi ini dibuat sehingga pada saat audience berada di tengah karya, audience tersebut menjadi fokus utama yang sebenarnya ingin diangkat dari seri karya tugas akhir ini mengenai keraguan manusia dalam upaya untuk memahami nilai-nilai religius yang terkandung lewat simbolisasi para penulis Injil. Masing-masing karya akan menghadirkan visual satu figur perempuan yang sedang memegang sebuah tengkorak. Figur perempuan dipilih untuk mewakili manusia karena sifat feminin yang lebih banyak mengutamakan perasaan, sehingga sesuai dengan permasalahan yang ingin diangkat dalam seri tugas akhir ini mengenai keraguan manusia. Figur perempuan dibuat telanjang untuk menghilangkan unsur-unsur tambahan yang dirasa kurang perlu dan akan mengganggu pesan yang akan disampaikan. Dengan figur yang dibuat telanjang, fokus pada karya menjadi fokus pada gesture dari masing-masing figur. Gesture yang divisualisasikan merupakan gesture yang bisa dibilang berlawanan dengan nilai-nilai yang seharusnya diteladani dari para penulis Injil. Hal ini merupakan momen ketika manusia mengalami pertentangan dalam pikiran antara
nilai-nilai religius yang sakral dan keterikatan akan hal-hal yang bersifat duniawi. Sehingga dalam kehidupannya, manusia terkadang akan berbuat sesuatu yang berlawanan dengan apa yang seharusnya dilakukan. Penggunaan visual tengkorak yang didasari simbolisasi masing-masing penulis Injil memiliki beberapa pemaknaan. Bentuk visual tengkorak manusia dibuat berdasarkan simbolisasi St. Matius yaitu manusia bersayap. Bentuk visual tengkorak singa dibuat berdasarkan simbolisasi St. Markus yaitu singa bersayap. Bentuk visual tengkorak lembu dibuat berdasarkan simbolisasi St. Lukas yaitu lembu bersayap. Bentuk visual tengkorak elang dibuat berdasarkan simbolisasi St. Yohanes. Tengkorak dari masing-masing simbolisasi penulis Injil ini dihadirkan untuk memaknai bahwa wujud fisikal dari masing-masing penulis Injil bisa hancur dan musnah, namun nilai-nilai yang terkandung dan harus diteladani akan selalu abadi. Simbol tengkorak hampir selalu identik dengan kematian bagi orang yang melihat dan merupakan sesuatu yang menyeramkan. Padahal apabila dilihat dan dipahami lebih lanjut, simbol tengkorak juga dapat menjadi penanda dan pengingat akan kehidupan. Beberapa kebudayaan merayakan festival dengan menggunakan simbol tengkorak sebagai perayaan akan bagaimana manusia seharusnya memanfaatkan waktu yang ada ketika masih hidup dan harus menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan yang tidak abadi ini. Simbol tengkorak digunakan dalam karya ini bukan untuk membuat audience merasa ketakutan dan seram, namun lebih menjadi pengingat akan perlunya hidup dengan penuh keyakinan dan memanfaatkan waktu dengan baik.Setiap tengkorak dipegang oleh masing-masing figur perempuan yang memiliki hubungan gesture figur perempuan dan nilai-nilai yang terkandung dari simbolisasi masing-masing penulis Injil. Pada karya pertama, menampilkan figur seorang perempuan yang sedang memegang tengkorak manusia. Tengkorak manusia merupakan visualisasi dari simbol St. Matius yang berupa manusia bersayap. Penyimbolan St. Matius dalam wujud manusia bersayap memiliki arti bahwa manusia harus meneladani sifat-sifat kemanusiaan yang dicontohkan oleh Yesus Kristus, seperti Yesus Kristus yang hidup sebagai manusia demi memberi contoh manusia agar mencapai keselamatan. Gesture dari figur perempuan yang sedang berdiri dan memegang dada memiliki makna bahwa manusia yang mencoba untuk mendengarkan suara hatinya. Setiap manusia memiliki perasaan dan hati untuk berbuat kasih, namun terkadang muncul halangan dan keraguan dalam usaha untuk menunjukkan rasa kemanusiaan kepada sesama manusia. Munculnya keraguan untuk berbuat kasih bisa didasari oleh prasangka yang muncul karena pikiran di kepala yang terkadang tidak sesuai dengan hati nurani. Gesture figur perempuan yang memegang dada juga memiliki arti sebagai manusia yang ingin merasakan detak jantung dan mencoba untuk memahami dirinya sendiri. Karya kedua menampilkan figur seorang perempuan yang sedang memegang dan memandang tengkorak singa. Tengkorak singa merupakan visualisasi dari simbol St. Markus yang berwujud singa bersayap. Penyimbolan St. Markus dalam wujud singa bersayap memiliki arti bahwa manusia harus memiliki sifat keberanian dalam kehidupan. Keberanian yang dimaksudkan dalam penyimbolan ini adalah keberanian manusia untuk berbuat kasih seperti yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus. Figur perempuan dengan gesture sedang duduk dan memandang sebuah tengkorak, ingin digambarkan penulis sebagai manusia yang memiliki keraguan dalam berbuat kasih sehingga manusia hanya memandang, melihat dan pada akhirnya tidak berbuat apa-apa. Gesture duduk merupakan gesture yang digambarkan sebagai manusia yang pasif, menunjukkan bahwa manusia seringkali hanya duduk dan diam dalam melihat sebuah masalah yang perlu ditolong. Karya ketiga menampilkan figur seorang perempuan yang sedang mengangkat tengkorak lembu. Tengkorak lembu merupakan visualisasi dari simbol St. Lukas yang berupa lembu bersayap. Penyimbolan St. Lukas dalam wujud lembu bersayap ini memiliki arti bahwa manusia harus mau untuk berkorban dalam upaya untuk berbuat kasih seperti yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus. Puncak dari pengorbanan Yesus Kristus ini adalah kisah penyaliban-Nya demi menebus dosa umat manusia. Figur ini akan dihadirkan dengan gesture sedang berdiri dan mengangkat tengkorak. Gesture yang sedang mengangkat memiliki makna untuk menyerahkan/ memberikan sesuatu. Figur perempuan dengan gesture sedang mengangkat tengkorak lembu, ingin digambarkan penulis sebagai manusia yang mengorbankan nilai-nilai religius dalam mencapai keinginannya. Nilai religius ini divisualisasikan lewat tengkorak lembu yang diangkat dan oleh figur perempuan ini. Manusia yang mengorbankan nilai-nilai religius terlihat seperti konflik yang mengatasnamakan sebuah kepercayaan. Karya keempat menampilkan figur seorang perempuan yang sedang membawa tengkorak elang. Tengkorak elang merupakan visualisasi dari simbol St. Yohanes yang berupa elang. Penyimbolan St. Yohanes dalam wujud elang memiliki arti bahwa manusia harus terus memandang ke depan dan memiliki harapan yang kuat. Yang dimaksudkan dengan memandang ke depan oleh Yesus Kristus adalah manusia yang penuh dengan iman dan kepercayaan sehingga tidak mudah terdistraksi oleh hal-hal yang menyesatkan. Figur manusia dengan gesture yang sedang menoleh ke belakang dan mencoba menggapai ke belakang, digambarkan penulis sebagai manusia yang memiliki keraguan untuk percaya akan masa datang yang akan lebih baik, sehingga hanya melihat masa lalu dan tidak bisa meninggalkan keadaan yang sudah terjadi. Keraguan manusia untuk percaya akan masa
depan bisa diakibatkan karena adanya konflik dan masalah di masa lalu yang menyebabkan hilangnya kepercayaan manusia akan keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Pemilihan warna untuk keseluruhan karya ini menggunakan warna abu-abu untuk figur perempuan dan warna emas untuk tengkorak manusia, singa, lembu, dan elang yang masing-masing akan berhubungan dengan setiap figur. Pemilihan warna abu-abu untuk figur perempuan didasari oleh psikologi warna abu-abu yang memiliki arti sebagai warna yang mencerminkan keraguan. Warna abu-abu merupakan warna yang samar antara hitam dan putih. Hitam dan putih sendiri merupakan warna yang bisa diibaratkan sebagai dua sisi kepribadian yang berlawanan, seperti hitam untuk sisi buruk dan putih untuk sisi yang baik. Penggunaan warna abu-abu ini ingin menunjukkan kondisi manusia yang memiliki keraguan dalam kehidupan, dan sedang mengalami pikiran yang bercampur aduk antara baik dan buruk. Dalam kepercayaan Kristiani, warna abu-abu merupakan warna yang melambangkan masa puasa 40 hari yang dimulai dari hari Rabu Abu. Masa puasa ini merupakan waktu bagi umat Kristiani untuk berefleksi dan mengingat kisah pengorbanan Yesus Kristus hingga wafat di kayu salib. Sehingga pemilihan warna abu-abu dimaksudkan untuk menunjukkan manusia yang seharusnya berefleksi dan berbenah diri ketika merasa ada keraguan dalam dirinya. Pemilihan warna emas untuk tengkorak manusia, singa, lembu, dan elang didasari oleh keiingan penulis untuk menunjukkan nilai yang sakral dari masing-masing simbol tersebut. Warna emas merupakan warna yang memiliki psikologi sebagai warna yang agung dan sakral. Pancaran cahaya dari warna emas ini disamakan dengan pancaran nilainilai religius yang terkandung dalam masing-masing simbol yang menerangi manusia. Dalam kepercayaan Kristiani, warna emas merupakan warna yang digunakan untuk saat-saat seperti Paskah dan Natal karena merupakan simbol dari kemurnian dan keabadian. Warna emas yang terang dan merefleksikan cahaya, ingin menunjukkan manusia yang harus bercermin dan melihat kedalam diri masing-masing. Kontras yang muncul dari perbedaan warna figur perempuan yang berwarna abu-abu dengan tengkorak yang berwarna emas dimaksudkan untuk menunjukkan adanya cahaya terang yang muncul dari nilai-nilai religius yang terkandung dari simbolisasi para penulis Injil, dibandingkan dengan kondisi manusia yang sedang mengalami keraguan, sehingga cahaya yang muncul dari diri manusia terlihat redup dan tidak menyala. Keberadaan cahaya terang dari warna emas ini merupakan simbol Yesus Kristus yang selalu menerangi manusia dalam keadaan apapun terutama dalam keadaan yang sulit dan mengalami situasi yang menyesatkan.
4. Penutup / Kesimpulan Proses pembuatan karya tugas akhir ini diawali dengan ketertarikan penulis akan tokoh para penulis Injil dalam Perjanjian Baru. Keempat penulis Injil yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes merupakan murid Yesus yang menuliskan kisah penebusan Yesus Kristus yang berpuncak pada kematian-Nya di kayu salib. Masing-masing penulis Injil memiliki ciri khas dalam penulisan Injilnya dimana Matius lebih menekankan sisi kemanusiaan Yesus, Markus menekankan sifat keberanian Yesus, Lukas menjelaskan kisah pengorbanan Yesus, dan Yohanes yang banyak menceritakan sifat keIlahian Yesus. Masing-masing penulis Injil memiliki simbolisasi makhluk yang diambil dari Kitab Yehezkiel pada Perjanjian Lama dimana Matius disimbolkan sebagai manusia bersayap, Markus disimbolkan sebagai singa bersayap, Lukas disimbolkan sebagai lembu bersayap, dan Yohanes disimbolkan sebagai elang. Penyimbolan ini memiliki tiga arti, selain mencerminkan sifat dan gaya penulisan masing-masing penulis Injil itu sendiri, mencerminkan sifat-sifat Yesus yang nampak dalam Injil, dan menunjukkan bagaimana sifat-sifat yang harus dimiliki oleh manusia sehingga dapat mencapai keselamatan. Arti terakhir ini yang menjadi latar belakang penulis dalam mencoba menvisualisasikan pemaknaan sifatsifat yang terkandung dalam simbolisasi penulis Injil dilihat dari sudut pandang manusia sekarang. Kondisi manusia sekarang yang hidup dalam perkembangan zaman dan teknologi memberi pengaruh terhadap penulis dalam mencoba memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam simbol religius. Kondisi ini terlihat dalalm dunia seni rupa kontemporer dimana interpretasi akan nilai-nilai religius dari sebuah kepercayaan bisa menggunakan obyek yang sangat beragam dan luas. Karya tugas akhir ini merupakan sebuah visualisasi dari sudut pandang penulis tentang manusia yang berusaha untuk memaknai nilai-nilai religius yang terkandung dalam masing-masing tokoh penulis Injil. Serial karya ini akan dihadirkan melalui bentuk visual figur perempuan dan obyek tengkorak dimana figur perempuan merupakan simbolisasi dari manusia yang menjalani kehidupan di dunia dan obyek tengkorak merupakan sebuah simbol dan pengingat untuk menjalani kehidupan dengan baik dan sepenuhnya.
Gambar 1. Hasil akhir karya
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Drs. Amrizal Salayan, M.Sn
Daftar Pustaka Brown, Raymond Edward; Fitzmyer, Joseph A.; Murphy, Roland E., ed. 1968. The Jerome Biblical Commentary. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall. Bruce, F.F. 1976. The New Bible Commentary – Revised. London : Inter-Varsity Press. Dillenberger, Jane. 1998. The Religious Art of Andy Warhol. New York : The Continuum Publishing Company. Honour, Hugh; Fleming, John. 2002. A World History of Art. London : Laurence King Publishing Matthews, Thomas. 1991. Armenian Gospel Iconography: The Tradition of the Glajor Gospel. Washington: Dumbarton Oaks Pope-Hennessy, John. 1970. An Introduction to Italian Sculpture: Italian High Renaissance and Baroque sculpture (3 ed.). Phaidon. p. 304.
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat wisuda mahasiswa yang bersangkutan. diisi oleh mahasiswa
Nama Mahasiswa NIM
Innocentius Firman 17010011
Judul Artikel
Faith and Doubt
diisi oleh pembimbing
Nama Pembimbing
Drs. Amrizal Salayan, M.Sn 1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD
Rekomendasi Lingkari salah satu
2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi 3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi 4. Dikirim ke Seminar Nasional 5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus 6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus 7. Dikirim ke Seminar Internasional 8. Disimpan dalam bentuk Repositori
Bandung, ......./......./ 2016 Tanda Tangan Pembimbing : _______________________ Nama Jelas Pembimbing
: _______________________
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4