EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan suatu visi yaitu Indonesia sebagai penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar pada tahun 2015. Visi dan Misi KKP dalam Renstra 2010-2014, diterjemahkan lebih lanjut melalui berbagai program pembangunan Kelautan dan Perikanan. Target peningkatan produksi sampai dengan tahun 2015 dicanangkan sebesar 353 %. Peningkatan produksi ikan tersebut akan diperoleh melalui peningkatan kegiatan usaha dari sektor penangkapan dan budidaya ikan. Peningkatan produksi perikanan budidaya merupakan andalan untuk dapat mewujudkan visi tersebut. Jika melihat target dan proyeksi produksi perikanan budidaya tahun 2008-2009, KKP optimis dalam sektor perikanan budidaya ini, mengingat sektor penangkapan yang mulai banyak hambatan mulai dari gelombang besar, over fishing, illegal fishing dan naiknya harga BBM serta rusaknya habitat terumbu karang. Komoditas prioritas perikanan budidaya yang menjadi target dari peningkatan produksi ditetapkan sebanyak 9 (sembilan) komoditas yang meliputi: udang windu, udang vaname, rumput laut, kakap, kerapu, bandeng, nila, patin dan lele. Peningkatan produksi komoditas tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan ikan dan konsumsi ikan dalam negeri serta peningkatan ekspor. Perikanan budidaya harus didukung oleh penelitian yang tepat guna yang menerapkan teknologi budidaya yang tepat pula. Keoptimisan KKP perlu didukung oleh seluruh instansi yang terkait serta lapisan masyarakat. Mulai dari hal kecil, masyarakat dapat menjaga lingkungan perairan serta budaya makan ikan. Berdasarkan data statistik Ditjen Perikanan Budidaya KKP Tahun 2010, menunjukkan bahwa realisasi produksi perikanan tahun 2009-2010 untuk seluruh komoditas meningkat. Hasil penelitian dari Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Balitbang KP tentang Evaluasi sosial ekonomi pengelolaan budidaya ikan yang baik menunujukkan hasil lapangan bahwa rata-rata produktivitas hasil budidaya masih rendah. Untuk melihat capaian kinerja produksi perikanan budidaya diperlukan data dan informasi yang objektif berdasarkan data-data yang akurat. Sampai saat ini masih belum tersedia bahan evaluasi yang objektif tentang capaian kinerja produksi perikanan budidaya. Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan kajian mengenai evaluasi produksi perikanan budidaya. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melakukan evaluasi status target produksi dan realisasi komoditas perikanan budidaya 2. Menyediakan bahan evaluasi yang objektif tentang capaian kinerja produksi perikanan budidaya.
2
1.2 Keluaran Keluaran dan penelitian ini adalah: 1. Diperoleh gambaran yang realistis terhadap target dan realisasi produksi perikanan budidaya. 2. Diperoleh strategi dan opsi kebijakan peningkatan produksi serta pencatatan produksi dan permintaan. 3. Harmonisasi data pasokan produksi dan kebutuhan pasar menurut komoditas dan lokasi. 2
Metodologi 2.1. Ruang lingkup Ruang lingkup penelitian ini meliputi: 1. Melakukan penelaahan pencapaian target dan realiasasi produksi perikanan budidaya 2. Menentukan opsi akselerasi peningkatan produksi terhadap komoditas perikanan budidaya masih dibawah target (untuk komoditas budidaya perikanan orientasi ekspor dan komoditas budidaya perikanan yang mendukung ketahanan pangan dan industri pengolahan melalui aplikasi teknologi tepat guna). 3. Menelaah kesesuaian target produksi dengan permintaan pasar (untuk komoditas budidaya perikanan yang lebih dan defisit penawaran); 4. Melakukan penelaahan tentang sistem pencatatan produksi (penawaran) dan kebutuhan (permintaan). 2.2. Metode Penelitian b.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan september 2001. Verifikasi lapang dilakukan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. b.2. Metode Pengumpulan data Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode penelitian deskripsi. Untuk memperoleh informasi secara komprehensif dan akurat maka penelitian ini akan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari verifikasi lapang terhadap sampel penelitian dengan metode survey dengan pengumpulan data secara observasi terhadap pembudidaya ikan. Teknik pengumpulan data dilakukan secara desk study terhadap data yang tersedia. Data yang dianalisis diantaranya Data Statistik Perikanan Budidaya, Target Produksi Perikanan Budidaya 2009-2014, Petunjuk Teknis Budidaya Perikanan 9 Komoditas Unggulan, serta data hasil penelitian BBRSEKP. FGD (Focus Group Discussion) dilakukan dalam rangka menggali informasi yang berkaitan peningkatan produksi perikanan budidaya di indonesia. FGD dilakukan dengan teknik curah pendapat dari nara sumber (expert judgment). Narasumber terdiri dari Expert dari Ditjen Perikanan Budidaya, Pusat Riset Perikanan Budidaya, Perguruan Tinggi, dan Praktisi Budidaya Perikanan. 3
2.3. Metode Analisis Data Analisis yang digunakan meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi analisis perhitungan: (1) trend produksi perikanan budidaya nasional/wilayah; (2) analisis proyeksi produksi (forecasting) perikanan budidaya di Indonesia; dan (3) analisis SWOT untuk opsi strategi dan kebijakan peningkatan produksi serta pencatatan produksi dan permintaan. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan atas informasi yang diperoleh dari berbagai pihak terkait evaluasi produksi perikanan budidaya di Indonesia. Menurut Santoso (2009: 8), forecasting adalah kegiatan yang bersifat teratur, berupaya memprediksi masa depan dengan menggunakan tidak hanya metode ilmiah, namun juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat kualitatif, seperti perasaan, pengalaman seseorang dan lainnya. Forecasting dapat diartikan sebagai peramalan atau prediksi. Namun karena istilah tersebut sudah sangat popular, kata forecasting akan digunakan secara bergantian dengan peramalan dan prediksi dengan maksud yang sama. Bagi seorang peramal, jangka waktu ke depan (time horizon) merupakan faktor yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan teknik peramalan. Menurut Arsyad (2001: 55) menjelaskan, untuk peramalan jangka pendek dan menengah, beberapa teknik peramalan kuantitatif bisa digunakan. Namun demikian, jika jangka waktu ke depan lebih panajng,dapat digunakan beberapa metode, antara lain: 1. Metode Constant 2. Metode Linier Trend 3. Metode Quadratic 4. Metode Exponential 5. Metode Moving Avarage 6. Metode Exponential Smoothing 7. Metode Seasonal Untuk merumuskan strategi kebijakan dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan digunakan Analisis SWOT dengan mengidentifikasi berbagai faktor internal, yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal, yaitu peluang (Oppurtunity) dan ancaman (Threats). Model analisis SWOT menurut Kearns (1992) dan David (1989) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Model matriks SWOT Faktor Internal Faktor eksternal
Oppurtunities (Peluang) Threats (Ancaman)
Strength
Weakness
(Kekuatan)
(Kelemahan)
Strategi SO
Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
4
Dalam menentukan strategi yang terbaik, dilakukan pemberian bobot (nilai) terhadap tiap unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi suatu wilayah. Bobot (nilai) yang diberikan berkisar antara 1-4. Setelah masing-masing unsur SWOT diberi bobot (nilai), unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya dalam bentuk matriks untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Kemudian alternatif-alternatif tersebut dijumlahkan bobotnya untuk menghasilkan rangking tiap-tiap strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan (Rangkuti, 2000). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Evaluasi Status Target dan Realisasi Produksi Perikanan Budidaya Target peningkatan produksi perikanan budidaya Tahun 2009-2014 sebesar 353%. Berdasarkan status realisasi produksi perikanan budidaya tahun 2009-2010 untuk seluruh komoditas meningkat dengan nilai rata-rata 98,5% pada Tahun 2009 dan 116,7% pada Tahun 2010 (Ditjen Perikanan Budidaya KKP, 2011). Target Produksi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Target Sasaran Produksi Berdasarkan Komoditas Tahun 2009-2014 Jumlah Produksi (Ton) No
Rincian
2009
2010
Jumlah
4.780.100
5.376.200
Rumput Laut
2011
2012
2013
2014
Kenaikan Rata-rata (%) 20092014
Kenaikan 2009 ke 2014 (%)
3.346.804
9.415.700
13.020.800
16.890.100
29
353
32
389
2.574.000
2.672.800
3.504
5.100.000
7.500.000
10.000.000
Catfish
332.600
495.600
749.000
1.146.000
1.777.000
2.783.000
- Patin
132.600
225.000
383.000
651.000
1.107.000
1.883.000
70
1.420
- Lele
200.000
270.600
366.000
495.000
670.000
900.000
35
450
3
Nila
378.300
491.800
639.300
850.000
1.105.000
1.242.900
27
329
4 5
Bandeng
291.300
349.600
419.000
503.400
604.000
700.000
19
240
Udang
348.100
400.300
460.000
529.000
608.000
699.000
15
201
- Windu
103.450
109.140
115.720
128.700
148.500
188.000
13
182
- Vaname
244.650
291.160
344.280
400.300
459.500
511.000
16
209
6
Mas
254.400
267.100
280.400
300.000
325.000
350.000
7
138
7
Gurame
38.500
40.300
42.300
44.400
46.600
48.000
5
127
8
Kakap
4.600
5.000
5.500
6.500
7.500
8.500
13
185
9
Kerapu
5.300
7.000
9.000
11.000
15.000
20.000
31
377
10 Lainnya
553.000
646.700
738.800
925.400
1.032.700
1.038.700
14
188
1 2
Sumber: Ditjen Perikanan Budidaya KKP, 2011 Tabel 2 menggambarkan target rata-rata peningkatan produksi perikanan budidaya per tahun. Komoditas patin memiliki persentase terbesar dalam peningkatan produksi dibandingkan komoditas lain dengan peningkatan rata-rata 70% per tahun. Demikian pula dengan komoditas lele, rumput laut, dan kerapu memiliki target peningkatan produksi yang besar dibandingkan komoditas lainnya dengan persentase peningkatan masing-masing secara berurutan sebesar 35%, 32% dan 31% per tahun. Dari sisi volume produksi, rumput laut merupakan komoditas paling tinggi produksinya dengan jumlah produksi 10 juta ton pada tahun 2014. 3.2. Evaluasi Capaian Kinerja Produksi Perikanan Capaian kinerja produksi perikanan digambarkan pada realisasi produksi komoditas perikanan budidaya Tahun 2009-2010 yang dapat dilihat pada Tabel 2. Realisasi produksi tahun 2009 mencapai 4,7 juta ton dan tahun 2010 sebesar 6,2 juta ton. Realisasi produksi 5
hasil budidaya sampai tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 116,77%. Realisasi produksi budidaya tahun 2010 masih realistis karena masih lebih besar dibandingkan dengan targetnya dimana produksinya hanya sebesar 5,3 juta ton. Tabel 3. Target dan Realisasi Produksi Komoditas Perikanan Budidaya Tahun 2009-2010 Target (Ton) No.
Komoditas
1
Rumput Laut
2 3 4
-Windu -Vaname Nila Bandeng
5 6 7 8 9 10 11
2009
2010
Volume (Ton)
Volume (Ton)
Realisasi 2009 Volume (Ton)
2,574,000 2,672,800 2,963,556
2010 %
Volume (Ton)
%
Persentase perubahan peningkatan produksi tahun 2009-2010
115.13 3,915,016 116.77
32.11 100 100 41.20 28.57
378,300 291,300
109,140 291,160 491,800 349,600
323,389 328,288
85.48 112.7
125,523 115.01 250,233 85.94 456,618 92.85 422,068 120.73
Mas Lele Patin Gurame Kerapu
254,400 200,000 132,600 38,500 5,300
267,100 270,600 225,000 40,300 7,000
249,279 144,755 109,685 46,254 8,791
97.99 72.38 82.72 120.14 165.87
282,529 105.78 242,793 89.72 147,888 65.73 6,889 141.16 10,390 148.43
13.34 67.73 34.83 (85.11) 18.19
Kakap Lainnya
4,600 553,000
5,000 646,700
6,400 190,107
139.13 34.38
5,723 114.46 362,253 56.02
(10.58) 90.55
98.5 6,277,923 116.77
33.33
Total Produksi
4,780,100 5,376,200 4,708,564
Sumber : Bahan presentasi DJPB, 2010 Dari Tabel 3 data realisasi atau capaian produksi selama tahun 2009-2010 peningkatan produksi terjadi pada hampir seluruh komoditas unggulan. Peningkatan persentase produksi mencapai 13.34% sampai dengan 90.,55%. Secara keseluruhan menurut realisasi produksi yang telah terjadi pada tahun 2009-2010 terlihat bahwa peningkatan produksi tidak terjadi secara positif untuk seluruh komoditas. Komoditas yang mengalami peningkatan produksi diantaranya rumput laut, udang windu, ikan nila, mas, lele, gurame dan ikan lainnya, sementara itu untuk jenis komoditas yang mengalami penurunan persentase ditandai dengan peningkatan yang bersifat negatif. Komoditas yang mengalami penurunan produksi diantaranya adalah komoditas gurame dan kakap dengan penurunan produksi masingmasing sebesar 85,11% dan 10,58%. Penurunan komoditas gurame diindikasikan karena adanya peralihan komoditas yang dibudidayakan menjadi budidaya lele. Budidaya pembesaran gurame membutuhkan waktu produksi 1 – 2 tahun untuk dapat dikonsumsi. Sementara budidaya lele hanya membtuhkan waktu produksi hanya 3 bulan, disamping permintaan lele meningkat. Penurunan pada komoditas kakap diindikasikan karena biaya operasional yang sangat tinggi dan benih yang sulit didapat. Komoditas yang realisasinya tidak dapat tercapai atau lebih rendah daripada yang ditargetkan pada tahun 2010 yaitu udang vaname (85,94%), nila (92,85), lele (89,72%), patin (65,73%) dan ikan lainnya (56,02%). Meskipun demikian, komoditas lele, nila, dan udang mengalami peningkatan produksi dibandingkan tahun 2009. Berdasarkan data realisasi produksi dari tahun 2000-2010 dapat diproyeksikan peningkatan produksi perikanan budidaya tahun 2011-2014. Hasil analisis proyeksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. 6
Tabel 4. Tabel Hasil Analisis Proyeksi (Forecasting) Produksi Perikanan Budidaya 2011-2014 Tahun (ton) No.
Komoditas
Total Produksi Rumput Laut -Windu -Vaname 3 Nila 4 Bandeng 5 Mas 6 Lele 7 Patin 8 Gurame 9 Kerapu 10 Kakap 11 Lainnya 1 2
2011 7,737,524 5,099,159 113,251 190,134 590,828 543,818 274,452 375,794 183,564 22,978 10,274 4,943 328,328
2012
2013
9,783,541 6,607,671 102,180 144,468 765,015 735,926 269,040 595,795 225,904 25,534 10,159 4,269 297,579
2014
12,572,157 8,529,405 92,190 109,771 991,088 1,039,051 265,413 959,703 276,152 25,941 10,046 3,687 269,711
16,389,981 10,977,553 83,177 83,407 1,284,500 1,517,348 262,983 1,561,651 335,785 26,005 9,934 3,185 244,452
Kenaikan Ratarata (%) (20092014) 215 273 100 64 166 292 106 374 176 56 192 95 54
Kenaikan 2009 ke 2014 (%) 335 426 80 34 261 521 103 781 253 68 187 69 44
Sumber: Data diolah, Tahun 2011 Tabel 4 menunjukkan bahwa proyeksi peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 335%, Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan target produksi dari Ditjen Perikanan Budidaya KKP, Namun perbedaan persentase ini tidak terlalu jauh berbeda, Untuk mencapai target peningkatan produksi sebesar 353% perlu adanya upaya dan strategi yang lebih optimal. Berdasarkan analisis proyeksi yang dibandingkan dengan target produksi perikanan budidaya DJPB, teradapat perbedaan yang signifikan pada komoditas patin. Hasil proyeksi menunjukkan peningkatan produksi sampai tahun 2014 sebesar 252 %. Nilai ini mendekati persentase realisasi produksi tahun 2009 (82 %) dan tahun 2010 (62%). Nilai ini sangat jauh dengan target produksi perikananan budidaya DJPB dengan nilai 1420% (Tabel 2). Sementara realisasi produksi komoditas patin 2009-2010 tidak memenuhi target, bahkan realisasi produksi tahun 2010 menurun dibanding tahun 2009. Berbanding terbalik dengan komoditas lele, dari hasil analisis proyeksi produksi perikanan budidaya meningkat sampai dengan 781 % pada tahun 2014, jauh lebih besar dibanding target produksi perikanan budidaya DJPB sebesar 450 %. Sebagai contoh lain, hasil analisis data target produksi per provinsi (2010-2014) dan statistik perikanan budidaya (2010) untuk komoditas ikan patin terlihat adanya inkonsistesi data. Terjadi perbedaan data produksi budidaya ikan patin 2009 antara data menurut provinsi dan data menurut jenis Budidaya. Hal ini dapat terlihat pada tabel 5 dan dijelaskan pada lampiran 1-3. Padahal data tahun 2009 merupakan data dasar untuk mengukur target produksi tahun 2014. Tabel 5. Perbedaan Data Produksi Budidaya Ikan Patin Tahun 2009 (ton) Uraian Data Target Sasaran Produksi Nasional Data Target Sasaran Produksi Per Provinsi Realisasi Produksi ikan Patin berdasarkan statisk perikanan Budidaya per provinsi Realisasi produksi ikan patin
KJA
Jenis Budidaya Sawah Keramba Kolam
Jumlah 132.600 13.000
19.831 19.859 7
107 106
18.710 19.657
53.457 70.064
92.105 109.686
berdasarkan statistik perikanan menurut jenis budidaya Sumber: Target sasaran Produksi Perikanan budidaya 2010-2014 (2011) Statistik Perikanan Budidaya Indonesia (2010) Berdasarkan hasil penelitian BBRSEKP 2010 tentang produktivitas dibeberapa lokasi penelitian potesial komoditas unggulan, target peningkatan produksi budidaya perikanan dapat tercapai bahkan masih dapat ditingkatkan. Hal ini tentu saja bila lahan potensial dioptimalkan penggunaanya dan peningkatan teknologi tepat guna. Sebagai contoh, produksi lele di Kabupaten Bogor tahun 2009 sebesar 114,049.60 ton/tahun (lampiran 4). Jika dibandingkan dengan realisasi produksi lele nasional pada tahun 2009 yang mencapai 144,755 ton/tahun (Tabel 3), produksi lele masih dapat ditingkatkan. Tabel 6. Produktivitas aktual dan optimal Komoditas unggulan perikanan Budidaya di beberapa lokasi potensial Tahun 2010 No
Produktivitas (Ton/ha/thn) 2009 2010 106 NA 61,2 NA 64 NA 0,25 NA 18,78 NA
Komoditas
1 2 3 4 5 6
Lele di Bogor (Intensif) Patin di Muaro Jambi Nila di Jambi (KJA) (Kg/m2/thn) Udang Windu di Gresik (teknologi tradisional) Bandeng di Gresik (teknologi tradisional) Udang Vaname di Lamongan (Tradisional Plus) a. Tanah Tambak b. Tanah Sawah Tambak 7 Patin di Banjar (Intensif) Sumber: Hasil Riset BBRSEKP tahun 2010 dan 2011
0,85 1,95 11,2
Produktivitas Nasional* Tahun 2009 (Ton/ha/thn) 0,5 0,4 1,2 0,2**) 0,5
1,47 1,47 32,8
0,4**) 2,0**) 0,4
Keterangan: *) Luas lahan yang digunakan untuk pembagi merupakan luas lahan potensial di Indonesia tahun 2009, bukan berdasarkan luas lahan budidaya yang diusahakan per komoditas **) Berdasarkan data Produksi Udang tahun 2010
3.3. Lesson Learn -
Berdasarkan target produksi DJPB, komoditas patin memiliki persentase terbesar dalam peningkatan produksi dibandingkan komoditas lain dengan peningkatan ratarata 70% per tahun
-
Hasil proyeksi (forecasting) peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 335% (< target 353%), namun perbedaan persentasenya tidak terlalu jauh berbeda
-
Berdasarkan proyeksi peningkatan produksi per komoditas, proyeksi patin menunjukkan peningkatan produksi sampai tahun 2014 sebesar 253 Sementara realisasi produksi komoditas patin 2009-2010 tidak memenuhi target, bahkan realisasi produksi tahun 2010 menurun dibanding tahun 2009. Jadi antara target produksi dan realisasi sangat “jomplang”
-
Berbanding terbalik dengan komoditas lele, dari hasil analisis proyeksi produksi perikanan budidaya meningkat sampai dengan 781 % pada tahun 2014, jauh lebih besar dibanding target produksi perikanan budidaya DJPB sebesar 450 %.
-
Adanya inkonsistesi pencatatan data sehingga produksi perikanan budidaya belum dapat menggambarkan keterwakilan luasan lahan yang digunakan untuk budidaya. Hal ini disebabkan tidak tersedianya data produksi berdasarkan luas lahan baku dan luas lahan panen perikanan budidaya per komoditas.
8
3.4. Strategi dan Opsi Kebijakan Pencapaian Target Produksi Serta Pencatatan Produksi Dan Permintaan 3.4.1. Strategi dan Opsi Kebijakan Peningkatan Produksi Capaian kinerja produksi perikanan budidaya pada tahun 2009-2010 (Tabel 2) menggambarkan kondisi yang dapat dicapai dengan menggunakan seluruh upaya atau ketersediaan faktor utama dan pendukung dalam budidaya. Faktor–faktor yang berpengaruh tersebut terutama terkait dengan ketersediaan input produksi dalam usaha budidaya seperti benih ikan, pakan, pupuk dan tenaga kerja, disamping ketersediaan lahan yang benar-benar diusahakan untuk budidaya ikan, faktor pendukung yang cukup berpengaruh yaitu seperti penggunaan teknologi dalam usaha budidaya yang dilakukan. Berdasarkan data capaian kinerja produksi perikanan budidaya, statistik perikanan budidaya, dan hasil analisis (proyeksi) forecasting, bahwa peningkatan produksi sebesar 353 % dalam target sasaran produksi perikanan budidaya tahun 2009-2014, masih bisa tercapai bahkan bisa ditingkatkan dengan memperhatikan berbagai aspek untuk mendukung program tersebut antara lain: 1. Ketersediaan Lahan Budidaya Untuk mencapai sasaran produksi perikanan budidaya sebesar 353 % perlu mengoptimalkan ketersediaan lahan baku menjadi lahan panen perikanan budidaya. Ketersediaan lahan panen tersebut dapat dihitung berdasarkan target produksi dan juknis perikanan budidaya. Tabel 7. Kebutuhan Lahan Budidaya Perikanan Kebutuhan Lahan per tahun (Ha) Komoditas
Rumput Laut Catfish - Patin -
Lele
2010
2011
2012
2013
2014
89.093
116.807
170.000
250.000
333.333
167
284
482
820
1.395
1.804
2.440
3.300
4.467
6.000
Nila
16.065
20.884
27.767
36.097
40.601
Bandeng
131.133
157.164
188.822
226.557
262.566
Udang -Windu
NA
NA
NA
NA
NA
-Vaname
465.856
550.848
640.480
735.200
817.600
Mas
2.44
2.566
2.745
2.974
3.203
Gurame
707
742
779
818
842
Kakap
33
37
44
50
57
Kerapu
2.222
2.857
3.492
4.762
6.349
Lainnya
NA NA NA NA NA *) Data diolah berdasarkan Petunjuk Teknis Budidaya Perikanan, Ditjen Perikanan Budidaya, KKP
9
2.
Ketersediaan Bibit unggul dan Benih Yang berkualitas Untuk mengoptimalkan lahan
perikanan budidaya perlu ketersediaan benih yang
berkualitas dan mencukupi. Kebutuhan benih yang perlukan untuk mencapai target produksi 353 % dapat dilihat pada Tabel 8. Untuk menyediakan benih yang berkualitas, maka perlu penyediaan bibit unggul oleh BBI di masing-masing daerah perikanan budidaya.
Tabel 8. Jumlah Benih yang dibutuhkan Berdasarkan Target Produksi Perikanan Budidaya 2009-2014 (Ekor) Kebutuhan Benih per tahun *)
Komoditas
2009
Rumput Laut (ton) **)
2010
2011
2012
2013
2014
429.000
445.467
584.033
850.000
1.250.000
1.666.667
122.777.778
208.333.333
354.629.630
602.777.778
1.025.000.000
1.743.518.519
- Lele
2.000.000.000
2.706.000.000
3.660.000.000
4.950.000.000
6.700.000.000
9.000.000.000
Nila
3.152.500.000
4.098.333.333
5.327.500.000
7.083.333.333
9.208.333.333
10.357.500.000
Bandeng
1.092.648.162
1.311.327.832
1.571.642.911
1.888.222.056
2.265.566.392
2.625.656.414
Catfish - Patin
Udang - Windu
NA
- Vaname
NA
NA
NA
NA
NA
19.572.000.000
23.292.800.000
27.542.400.000
32.024.000.000
36.760.000.000
40.880.000.000
66.509.804
69.830.065
73.307.190
78.431.373
84.967.320
91.503.268
135.087.719
141.403.509
148.421.053
155.789.474
163.508.772
168.421.053
Kakap
12.025.515
13.071.212
14.378.333
16.992.576
19.606.818
22.221.060
Kerapu Lainnya
11.777.778
15.555.556
20.000.000
24.444.444
33.333.333
44.444.444
Mas Gurame
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Keterangan: *)
Dikonversi berdasarkan Petunjuk Teknis Budidaya Perikanan, Ditjen Perikanan Budidaya, KKP **) Budidaya Rumput Laut Eucheuma spp. dengan metode longline berdasarkan produksi rumput laut basah
3.
Penguasaan Teknologi dan ketersediaan SDM Bahwa dalam pengembangan budidaya perikanan perlu ditingkatkan penguasaan
tenologi tepat guna bagi masyarakat pembudidaya melalui pelatihan dan penyuluhan secara intensif. Disamping itu perlu menerapkan cara budidaya ikan yang baik (CBIB) agar memenuhi jaminan mutu dan dan keamanan produk perikanan sesuai yang disyaratkan oleh pasar global.
4. Pengembangan Pemasaran Selain yang dipasarkan dalam bentuk hidup, segar maupun beku, maka perlu dikembangan pengolahan produk perikanan untuk meningkatkan daya saing. Ikan patin dapat dikembangkan menjadi produk mentega untuk mensubstitusi mentega dalam industri makanan (biskuit). Hal ini dapat dilakukan untuk mencegah penurunan harga pada saat produksi melimpah.
10
Faktor-faktor tersebut yang sangat berpengaruh dalam merealisasikan target produksi yang telah ditetapkan, Tabel 6. Analisis SWOT Eksternal
Internal Kekuatan: Kelemahan: - Potensi lahan budidaya - Belum tersedia benih yang yang masih luas unggul - Ketersediaan - Harga pakan pabrikan yang sumberdaya air yang tinggi memadai - Keterbatasan ketersediaan - Permintaan konsumsi bahan baku pakan ikan di Indonesia masih - Keterbatasan teknologi tinggi - Keterampilan pengolahan yang belum dikuasai Peluang: Strategi: - Adanya kebijakan - Mengoptimalkan luasan lahan yang belum diusahakan penutupan larangan - Memperbaiki sarana dan prasarana pendukung perikanan impor ikan budidaya - Masih terbukanya - Distribusi produk perikanan yang merata di seluruh peluang pasar Indonesia dengan mempermudah birokrasi - Meningkatkan jumlah dan kapasitas UPR Ancaman: - Biaya produksi yang - Mendirikan UPI di lokasi sentra produksi potensial masih tinggi - Kebijakan pemerintah mengenai harga pakan - Harga impor ikan yang - subsidi input budidaya masih rendah dibanding - Subsidi harga input produksi perikanan budidaya produksi lokal - Kebijakan pemerintah dalam pelarangan impor ikan Sumber: data diolah, tahun 2011
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, L. 1995. Peramalan Bisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Balitbang KP, KKP. 2010. Evaluasi Sosial Ekonomi Pengelolaan Budidaya Perikanan yang Baik. Laporan Teknis. Jakarta. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Balitbang KP, KKP. 2010. Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Budidaya. Laporan Teknis. Jakarta. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Balitbang KP, KKP. 2011. Pemetaan Model Minapolitan berbasis Budidaya. Laporan Tengah Tahun. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2006. Budidaya Vaname Teknologi Sederhana di Tambak. Leaflet. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch). Jakarta Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2009. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila gesit di Kolam. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2009. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Udang vaname Semi Intensif. 2011. Jakarta. 11
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Gurami di Kolam. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Bandeng. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Standar Nasional Indonesia Budidaya Air Tawar. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Jakarta Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut Eucheuma spp. Jakarta Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Budidaya Ikan Kerapu di Tambak. Leaflet. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Target Sasaran Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014 Menurut Propinsi dan Kabupaten/Kota. Jakarta. Rangkuti, F., 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk MenghadapiAbad 21. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Santoso, S. 2009. Business Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan MINITAB dan SPSS. Jakarta Elex Media Komputindo.
12
Lampiran 1. Sasaran Produksi Perikanan Budidaya Komoditas Ikan 2009-2014 (Ton) Provinsi 2009 2010 2011 2012 ACEH 200 860 1.400 SUMATRA UTARA 60 700 1.200 SUMATERA BARAT 20 1.020 1.700 RIAU 32.600 59.800 101.600 KEPRI 10 860 1.500 JAMBI 13.000 19.600 30.800 52.300 SUMATERA SELATAN 78.300 128.200 217.900 BABEL 120 500 900 BENGKULU 400 900 1.500 LAMPUNG 6.500 9.400 16.000 JAKARTA 100 340 600 BANTEN 520 1.700 2.900 JAWA BARAT 39.200 64.900 110.400 JAWA TENGAH 1.300 3.400 5.800 DI YOGYAKARTA 60 150 290 JAWA TIMUR 2.350 3.400 5.810 BALI 40 350 600 NTB 40 350 600 NTT 170 300 KALIMANTAN BARAT 530 1.700 2.900 KALIMANTAN TENGAH 9.150 15.400 26.100 KALIMANTAN SELATAN 26.100 46.200 78.400 KALIMANTAN TIMUR 7.800 11.900 20.300 SULAWESI UTARA GORONTALO SULAWESI TENGAH SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA MALUKU MALUKU UTARA PAPUA PAPUA BARAT JUMLAH 13.000 225.000 383.000 651.000 Sumber: Ditjen Perikanan Budidaya KKP, 2011
Patin per Provinsi Tahun 2013 2.500 2.000 2.900 172.800 2.500 88.900 370.500 1.500 2.500 27.200 1.000 5.000 187.700 9.900 500 9.900 1.000 1.000 500 4.900 44.400 133.400 34.500 1.107.000
2014 4.200 3.400 5.050 294.100 4.200 151.200 630.200 2.500 4.200 46.200 1.700 8.400 319.300 16.800 800 16.800 1.700 1.700 850 8.400 75.600 226.900 58.800
1.572.050
Lampiran 2. Produksi Ikan Patin Menurut Jenis Budidaya Tahun 2009 (Ton) Provinsi KJA Sawah Keramba Kolam ACEH SUMATRA UTARA 94 SUMATERA BARAT 870 RIAU 28 947 15.643 KEPRI JAMBI 4.404 58 6.445 SUMATERA SELATAN 3.673 10.720 32.872 BABEL 8 36 BENGKULU 105 LAMPUNG 53 224 3.087 JAKARTA 51 BANTEN 2 330 JAWA BARAT 11.462 1.391 JAWA TENGAH 16 2 18 393 DI YOGYAKARTA 15 JAWA TIMUR 89 398 BALI 3 NTB 47 NTT KALIMANTAN BARAT 205 27 KALIMANTAN TENGAH 117 2.241 2.951 KALIMANTAN SELATAN 7 1.313 5.291 KALIMANTAN TIMUR 3.931 119 SULAWESI UTARA GORONTALO SULAWESI TENGAH SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN 1 SULAWESI TENGGARA MALUKU MALUKU UTARA PAPUA PAPUA BARAT JUMLAH 19.831 107 18.710 53.457 Sumber:Statistik Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya KKP, 2010
Jumlah 94 870 16.618 10.907 47.265 44 105 3.364 51 332 12.853 429 15 487 3 47 232 5.309 6.611 4.050 1 92.105
Lampiran 3. Perbedaan Data Produksi Budidaya Ikan Patin Tahun 2009 (ton) Uraian menurut provinsi menurut jenis budidaya
KJA 19.831 19.859
Jenis Budidaya sawah keramba kolam 107 18.710 53.457 106 19.657 70.064
jumlah 92.105 109.686
Lampiran 4. Proyeksi Persentase Peningkatan Produksi Ikan Patin 2010-2014*)
2010 100 (36) (98) 96 100 51 66 173 281 93 96 57 205 203 300 383 1.233 (15) 128 72
2011 330 1.067 5.000 83 8.500 57 64 317 125 45 240 227 66 162 150 45 775 775 100 221 68
2012 63 71 67 70 74 70 70 80 67 70 76 71 70 71 93 71 71 71 76 71 69
2013 79 67 71 70 67 70 70 67 67 70 67 72 70 71 72 70 67 67 67 69 70
2014 68 70 74 70 68 70 70 67 68 70 70 68 70 70 60 70 70 70 70 71 70
ratarata per tahun 128 248 1.023 78 1.762 64 68 141 121 70 110 99 96 115 135 128 443 194 63 112 70
295 93 (100) -
77 53 -
70 71 -
70 70 -
70 70 -
116 71 (20) -
Tahun Provinsi ACEH SUMATRA UTARA SUMATERA BARAT RIAU KEPRI JAMBI SUMATERA SELATAN BABEL BENGKULU LAMPUNG JAKARTA BANTEN JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BALI NTB NTT KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA GORONTALO SULAWESI TENGAH SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA MALUKU MALUKU UTARA
peningkatan 2009-2014 #DIV/0! 3.517 480 1.670 #DIV/0! 1.286 1.233 5.582 3.900 1.273 3.233 2.430 2.384 3.816 5.233 3.350 56.567 3.517 #DIV/0! 3.521 1.324 3.332 1.352 (100) -
PAPUA PAPUA BARAT JUMLAH 114 562 50 48 48 165 Keterangan: *) berdasarkan data statistik Perikanan Budidaya Ditjen Perikanan Budidaya
#DIV/0!
Lampiran 5. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Berdasarkan Benih yang Ditebar Komoditas
kebutuhan benih
satuan
RUMPUT LAUT
1.120
kg
Patin
6.000
Lele Nila Bandeng Udang Vaname
Produksi
satuan
630
Kg
ekor
6.480
Kg
18.000
ekor
1.800
Kg
5.000
ekor
600
Kg
10.000
ekor
2.666
Kg
50.000
ekor
625
Kg
140
ekor
535,5
Kg
Gurame
7.000
ekor
1995
Kg
Kakap
2.500
ekor
956,3
Kg
Kerapu
7.000
ekor
3.150
Kg
Mas
Sumber: Petunjuk Teknis Budidaya Perikanan, Ditjen Perikanan Budidaya KKP
Lampiran 6. Jumlah Benih yang dibutuhkan Berdasarkan Target Produksi Perikanan Budidaya 2009-2014 (Ekor) Komoditas Rumput Laut (ton) **)
Kebutuhan Benih per tahun *) 2009
2010
2011
2012
2013
2014
429.000
445.467
584.033
850.000
1.250.000
1.666.667
122.777.778
208.333.333
354.629.630
602.777.778
1.025.000.000
1.743.518.519
- Lele
2.000.000.000
2.706.000.000
3.660.000.000
4.950.000.000
6.700.000.000
9.000.000.000
Nila
3.152.500.000
4.098.333.333
5.327.500.000
7.083.333.333
9.208.333.333
10.357.500.000
Bandeng
1.092.648.162
1.311.327.832
1.571.642.911
1.888.222.056
2.265.566.392
2.625.656.414
19.572.000.000
23.292.800.000
27.542.400.000
32.024.000.000
36.760.000.000
40.880.000.000
66.509.804
69.830.065
73.307.190
78.431.373
84.967.320
91.503.268
135.087.719
141.403.509
148.421.053
155.789.474
163.508.772
168.421.053
Kakap
12.025.515
13.071.212
14.378.333
16.992.576
19.606.818
22.221.060
Kerapu
11.777.778
15.555.556
20.000.000
24.444.444
33.333.333
44.444.444
Catfish - Patin
Udang - Windu - Vaname Mas Gurame
Lainnya
Keterangan: *) dikonversi berdasarkan Petunjuk Teknis Budidaya Perikanan, Ditjen Perikanan Budidaya, KKP **) Budidaya Rumput Laut Eucheuma spp. dengan metode longline berdasarkan produksi rumput laut basah
Lampiran 7. Kebutuhan Lahan Budidaya Perikanan Kebutuhan Lahan per tahun *) Komoditas
Rumput Laut (km)
2010
2011
2012
2013
2014
890.933
1.168.067
1.700.000
2.500.000
3.333.333
138.889 368.163 3.278.667 131.133
236.420 497.959 4.262.000 157.164
401.852 673.469 5.666.667 188.822
683.333 911.565 7.366.667 226.557
1.162.346 1.224.490 8.286.000 262.566
Ukuran lahan yang dibutuhkan untuk budidaya 25 x 100 meter
Catfish
-
Patin (unit) Lele (unit)
Nila (unit) Bandeng (ha)
3x4 meter x 4 unit 4 x 3 meter x 10 unit
7 x 7 m x 4 unit 1 Ha
Udang
-Windu
NA NA NA NA NA -Vaname (ha) 465.856 550.848 640.480 735.200 817.600 Mas (unit) 498.786 523.623 560.224 606.909 653.595 Gurame (M2) 110.471 115.954 121.711 127.741 131.579 Kakap (unit) 5.228 5.751 6.797 7.843 8.888 Kerapu (ha) 2.222 2.857 3.492 4.762 6.349 Lainnya NA NA NA NA NA *) Data diolah berdasarkan Petunjuk Teknis Budidaya Perikanan, Ditjen Perikanan Budidaya, KKP
1 Ha 7 x 7 meter 350 M2 8 x 8 M2 1 Ha