1
EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN FEEDLOT Manajemen Penggemukan Sapi Peranakan Ongole (PO) di Kelompok Tani Ternak (KTT) Sidodadi di Desa Cepoko, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang
N2
Disusun oleh:
M. Yusuf Eko S. Arry Kurniawanto
23010112130185 23010112140150
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015
2
EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN FEEDLOT No KEADAAN EVALUASI 1. Lokasi Peternakan a. Alamat: : Dusun a. Letak geografis yang a. – JetisTrawas, sesuai untuk Desa Copoko, penggemukan sapi. Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. b. Kemudahan dijangkau : mudah
SOLUSI
REFERENSI a. –
b. Prasarana mudah b. – untuk di jangkau.
b. –
: 345 mdpl
c. Daerah dengan c. – ketinggian 345 m dari permukaan laut memiliki kelembaban dan suhu yang sesuai untuk ternak sapi
c. Keadaan ketinggian topografi mempengaruhi temperatur, curah hujan, kelembaban lingkungan, dan dapat mempengaruhi ketersediaan air disuatu lokasi dan kemudahan transportasi (Abidin, 2008).
d. Suhu - Siang - Malam
: 27o C : 22o C
d. Suhu tersebut sudah d. – bagus untuk usaha peternakan sapi.
e. Kelembaban: - Siang - Malam
: 70% : 80%
d. Suhu udara ideal untuk peternakan berkisar antara 17oC-26oC, dengan curah hujan 245 mm/ tahun (Susilowati, 2007). e. Kelembaban ideal bagi gternak potong adalah 60-80% (Abidin, 2006)
c. Ketinggian permukaan laut
dari
f. Jarak dengan pemukiman penduduk : 30 meter
e. Kelembaban tersebut sudah ideal untuk e. – peternakan sapi potong.
f. Jarak peternakan terlalu dekat dengan pemukiman warga, sehingga dapat mengganggu
f. Sebaiknya lokasi f. Lokasi untuk membangun peternakan berada jauh kandang yang ideal adalah dari pemukiman daerah yang letaknya cukup masyarakat. jauh dengan pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai
3
No
KEADAAN
EVALUASI kenyamanan warga sekitar.
g. Jarak dengan tempat : 29 km pembelian bakalan
SOLUSI
REFERENSI oleh kendaraan ( Anonim, 2013)
e. Tempat pembelian bakalan cukup jauh
2.
Identitas/Organisasi Peternakan aNama Peternakan : KTT Sidodadi
bNama Ketua
: Bapak Suyitno
a. Harapan warga agar a. – peternakan dapat benar-benar terwujud keberhasilanya.
Amin b.-
cTahun berdirinya : 2009 peternakan
dLatar belakang : Berawal dari berdirinya peternakan keinginan warga untuk mempunyai penghasilan tambahan di bidang peternakan, dan guna untuk memudahkan keperluan peternak, maka dibentuklah Kelompok Tani
a. –
b. –
b. –
c. Sudah cukup lama sejak mulai didirikan c. –
c. –
d. Bagus meningkatkan perekonomian sekitar.
untuk d. – warga
4
No
KEADAAN Ternak ePerijinan
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI d. –
e. Dari Pemerintah Kota Semarang
e. Dengan adanya ijin resmi maka peternakan mendapat perhatian dari dinas peternakan
f Modal awal
: Rp.500.000.000,-
f. Peternakan dapat kucuran dana yang cukup besar dari pemodal.
gJumlah ternak awal
: 50 ekor (gabungan antara sapi milik warga dan pemodal)
g. Ternak gabungan untuk memperbesar usaha peternakan.
e. Seharusnya saat e. Modal pembibitan untuk mendirikan suatu membeli pakan yang tidak usaha dilengkapi dikeluarkan dalam jumlah dengan perijinan besar pada awal pemeliharaan resmi sehingga usaha (Hadi dan Ilham, 2002). tersebut sudah diakui f. – secara hukum oleh pemerintah. f. – g. –
g. –
hJumlah ternak sekarang : 51 ekor
3.
Manajemen Perkandangan
h. -
h.
5
No
KEADAAN aLuas lahan peternakan : 900 m2 : Terbuka b Jenis kandang
EVALUASI a. Lahan untuk kadang a. – sudah cukup untuk jumlah ternak. b. Kandang sehingga udara bagus.
SOLUSI
terbuka b. – sirkulasi
cJenis bangunan yang : Terbuat dari kayu ada di dan bambu perkandangan dan c. Kandang dibuat dari jaraknya kayu bambu agar lebih c. Perlu peremajaan ekonomis atau perbaikan kandang bila ada modal untuk : Kandang komunal mengembangkan d Model kandang skala peternakan. d. Sesuai untuk peternakan dengan d. – jumlah ternak yang cukup banyak.
eKonstruksi kandang: - Kerangka - Atap - Dinding - Lantai
: kayu : genting : kayu : semen : 2 kandang
f Jumlah kandang
REFERENSI a. Luas lahan menentukan volume produksi dan tingkat pendapatan peternak ( Saragih, 2004) b. Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan dalam perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran dan menjaga kebersihan lingkungan (Siregar, 2008) c. Dalam memilih bahan kandang hendaknya dipilih yang banyak tersedia dan minimal tahan digunakan untuk jangka waktu 510 tahun (Sukmawati et al., 2010)
d. Pemeliharaan sistem kandang komunal adalah upaya memindahkan ternak beserta kandangnya oleh beberapa pemilik ternak dalam satu dusun ke suatu lokasi yang relatif jauh dari pemukiman untuk dikelola bersama-sama (Widiyaningrum, 2012).
e. Bahan yang digunakan e. Kandang yang baik e. Untuk memenuhi standar sangat sederhana. hendaknya kegunaan, kandang harus disesuaiakan dengan terbuat dari bahan yang kebutuhan dan berkualitas, tahan lama dan kesehatan sapi. tidak mudah rusak ( Soeprapto dan Abidin, 2006) f. Jumlah kandang sudah f. mencukupi.
6
No
KEADAAN
g
h
EVALUASI
SOLUSI
: Kandang kayu Jenis dan luas : 1. 4x6x6=144 m2 g. – masing-masing 2. 4x6x17= 408 kandang m2 g. Luas kandang sudah baik karena dapat memenuhi kebutuhn Sekitar 150 ekor ternak seperti untuk Kapasitas kandang pemeliharaan.
REFERENSI f. Setiap usaha sapi potong yang akan didirikan harus merencanakan jumlah kandang yang akan di bangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan di pelihara (Siregar, 2008) g.
i Peralatan kandang
h. Kapasitas kandang h. – mampu menampung sebanyak 150 ekor ternak 150. Hal ini sudah baik karena ternak yang dipelihara ada 51 ekor : ember, cangkul, sapi. i. – sapu i. Peralatan kadang sudah mencukupi
a. Cara penempatan ternak dalam kandang
:
i. Kandang yang baik harus mempunyai alat penunjang kebersihan dan dapat membantu kinerja pekerja kandang maupun dalam proses sanitasi pada kandang (Ali et al., 2012).
sapi yang ditempatkan di kandang tidak pernah di pindah- j. Hal ini bertujuan agar pindah tempat. sapi tidak stres, dan bobot badanya cepat naik. j. –
4
Manajemen Pemeliharaan
Umumnya kebutuhan luas kandang sapi potong per ekor sekitar 1.5 x 2.5 meter, 1.5 x 2 meter atau 1.5 x 1.5 meter ( Sudarmono A. S, 2008)
a. Pembangumam kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan (Siregar, 2008)
7
No
KEADAAN a. Sistem pemeliharaan : intensif
b. Lama pemeliharaan
5
: 8 bulan
EVALUASI SOLUSI a. Pemeliharaan intensif a. Perlu manajemen cocok untuk usaha pemeliharaan yang penggemukan sapi, terpadu, supaya a. – untuk memaksimalkan dengan pasti kapan PBBH. ternaknya akan dijual.
REFERENSI
b. Lama pemeliharaan b. Untuk hasil lebih terbilang cukup lama optimal, perlu karena memang pakan perawatan khusus yang diberikan hanya pada tiap fase rumput lapangan. fisiologis ternak dengan memperhatikan efisien tidaknya perawatan yang akan dilakukan.
Manajemen Pemilihan Ternak Bakalan a. Kriteria Pemilihan : sehat, kaki besar, a. Kriteria pemilihan ternak kekar, mata bakalan sudah benar, a. – bersinar, badanya namun juga harus panjang. mempertimbangkan aspek lain, yaitu harga.
a. –
b. –
b. Bangsa ternak
: Sapi Peranakan Ongole (PO)
c. Asal ternak
: Pasar Hewan Ambarawa
b. Sapi PO dipilih karena mempunya daya adaptasi yang baik dan masih dapat bertahan hidup walau kuailtas pakan tidak begitu c. – baik. c. Di Pasar Ambarawa
Hewan banyak
b. Sapi PO memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat serta memiliki kualitas daging yang baik dan umumnya dijadikan senagai sapi bakalan (Abidin, 2002)
8
No
KEADAAN
d. Umur
: 8 bulan
e. Bobot badan awal
: 140 kg
f. Harga ternak hidup
: 10-11 juta
EVALUASI sekali ternak yang di jual, sehingga pembeli sapi bakalan lebih leluasa memilih
SOLUSI
c. e. Pemilihan bakalan yaitu ternak harus sehat, memiliki bobot 15-20 kg, dan berumur kurang dari satu tahun d. Pada umur 8 bulan d. Sebaiknya bobot awal (Setiawan, 2011). dirasa sapi sudah tepat sapi bakalan untuk untuk digemukkan, usaha penggemukan karena ukuranya tidak di atas 150 kg. Berat awal sapi bakalan rata-rata terlalu kecil. e. 200 kg ( Setiawan, 2011) e. Bobot badan awal sapi bakalan sudah sesuai f. Bakalan dengan harga 10 sampai 11 juta sudah termasuk harga yang normal. f. –
6
Manajemen Pakan a. Jenis pakan
: rumput lapangan
a. Manajemen pakan kurang baik karena a. – hanya menggunakan hijauan sebagai pakan . b. –
b. Harga pakan
:-
REFERENSI
f. –
a. Kebutuhan nutrisi pakan harus tercukupi untuk mendapatkan performa yang baik melalui rasio formulasi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang penting ( Krider dan Caroll, 1971)
b. Tidak ada biaya pengeluaran untuk pakan, karena rumput didapat dari lahan c. Penggunaan ransum sendiri dan lahan dibutuhkan untuk b. – pertanian masyarakat menutupi kekuragan sekitar. PK.
9
No
KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI : Lahan sendiri dan lahan petani sekitar c. Pakan dari hasil jerih c. – payah mencari rumput sendiri. Kandungan nutrisi pakan: PK : 2,35% d. . SK :3,6% Mineral :0,3% e. Ketersediaan pakan TDN :56% sudah bagus karena d. Agar tidak selalu ada walaupun kekurangan pakan pada musim kemarau pada saat musim pakan agak sulit untuk kemarau dapat dicari. melakukan d. kemarau dapat dilakuakan pengolahan hijauan dengan membuat hijauan seperti dikeringkan kering (hay), penambahan urea (hay) dan silase. (amoniasi), dan awetan hijauan Ketersediaan : selalu ada (silase) (Hanafi, 2008). pakan e. –
c. Asal pakan
d. -
e.
f. Pemberian terlalu sedikit
pakan f. – e. –
g. Pakan diberikan pada waktu pagi, sore, dan malam hari f. – h. Pakan diberikan sebanyak 3 kali agar memenuhi kebutuhan g. – sapi. f. Jumlah pemberian :30 kg/hari untuk i. Tidak terdapat sisa h. – pakan satu ekor pakan.
g. – h. – i. Pemberian air minum secara addlibitum pada domba yang digemukkan (air, 2006).
10
No
KEADAAN EVALUASI g. Cara pemberian : Pakan diletakkan j. Pada pemberian air i. – di tempat pakan. minum ditambahkan sedikit garam h. Frekuensi pemberian : 3 kali
SOLUSI
REFERENSI j. –
k. Tidak air yang tersisa dari jumlah pemberian. j. –
:i. Sisa pakan j. Jumlah pemberian : 35 liter air minum
7
:k. Sisa air minum Manajemen Pencegahan dan Pengobatan Penyakit: a. Jenis Penyakit : Kembung a. Gejala kembung ini a. Peternak harusnya a. Rumput muda memiliki gizi ditandai oleh memberikan hijauan tinggidan disukai sapi namun membesarnya perut yang berumur tidak dapat menyebabkan mencret atau ternak, dan apabila terlalu muda, karena kembung (Mariyono dan ditepuk akan hijauan muda Krishna, 2009). menghasilkan suara mengandung kadar “bung-bung”. air yang masih tinggi b. Gejala Penyakit : Perut ternak b. Penyakit kembung ini b. Peternak harus b. Kembung adalah gejala suatu menjadi besar jarang terjadi di KTT mengenali gejala- penyakit metabolisme yang Sidodi, tapi peternak gejala penyakit dicirikan oleh pembesaran rumen harus tau apa yang harus seperti dalam hal ini secara berlebihan akibat dilakukan. contohnya kembung, pembentukan gas atau busa agar segera dapat selama proses fermentasi yang diatasi. tidak normal di dalam rumen
11
No
KEADAAN c. Penanganan
8
Manajemen Pengolahan Limbah a. Jenis limbah : padat dan cair
b. Penanganan limbah
9
: Menghubungi dokter hewan/mantri hewan terdekat.
: Kotoran/feses ternak dijual ke petani
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI (Priyanto, 2001). c. Peternak biasanya tidak c. Peternak harus belajar c.mau ambil resiko, mengenai penanganan sehingga lebih memilih penyakit. menghubungi dokter hewan. a. Limbah padat/feses a. Limbah cair yang a. – dan limbah cair/urin berupa urin dan ditampung di dekat limbah padat berupa kandang. feses memang seharusnya diolah sehingga tidak menimbulkan polusi. Pengolahan limbah padat dapat dijadikan pupuk sedangkan limbah cair dapat diolah dengan fermentasi. b. Kotoran ternak/feses b. Kalau bisa ada b. Pengolahan limbah ternak yaitu dijual langsung karena penangan lebih lanjut, pengolahan kotoran hewan lebih praktis. misalnya dibuat feses dan urin menjadi biogas, kompos, atau pupuk cair, dan pupuk kandang dimanfaatkan sebagai (Abdullah et al, 2012). Limbah biogas. feses juga dapat digunakan untuk memupuk tanah (Ali et al, 2012).
Manajemen Tenaga Kerja a. Asal tenaga kerja : warga setempat a. Warga yang ikut a. yang ikut bergabung menempatkan sapinya dengan KTT di KTT sidodadi harus sidodadi. mencari rumput untuk
a. Demi mendapatkan tenaga kerja yang baik haruslah memiliki syarat-syarat seperti mengetahui kejujuran,
12
No
KEADAAN
b. Jenis kelamin, umur, pendidikan
: laki-laki, 30-50 tahun, SD-SMP.
b. -
c. Tugas tenaga kerja
: mencari rumput dan merawat sapi
c. Di musim kemarau pekerja agak mengalami kesulitan dalam mencari rumput .
d. Jumlah kerja. 10
EVALUASI sapinya sendiri.
tenaga : 20 orang.
Manajemen Pemasaran a. Bentuk produk yang dipasarkan : ternak hidup
SOLUSI
b.-
REFERENSI memiliki keahlian, dan pekerja keras (Wibowo, 2008). b. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses seleksi tenaga kerja antara lain pendidikan, pengalaman, keterampilan, kondisi fisik dan jenis kelamin (Abidin, 2008).
c. Sebaiknya peternak c. Untuk menentukan jumlah tenaga kerja dibutuhkan data menyiapkan pakan mengenai sasaran pekerjaan alternatif ketika musim yang perlu dicapai secara total kemarau, misalnya dan kemampuan karyawan fermentasi jerami. mencapai sasaran (Istijanto, 2005). d. Jumlah tenaga kerja d.d. Jumlah tenaga kerja harus sudah cukup untuk disesuaikan dengan jenis mencari rumput setiap kegiatan yang ada dalam usaha. harinya. a. Penjualan ternak dalam a. – produk ternak hidup sudak baik karena peternakan ini menjual ternaknya untuk acaraacara tertentu seperti idul adha.
a. Penjualan ternak dapat diatur apabila harga sapi sedang naik, dan setiap peternak yang akan melakukan penjualan sapi hendaknya memonitor harga sapi di pasaran ( Siregar 2008)
b. Tempat pemasaran : pasar hewan atau b. Tempat pemasaran di b. – belantik datang pasar hewan sudah
b. Jarak yang dekat antara kandang dengan pasar akan
13
No
KEADAAN langsung peternakan
c. Cara pemasaran
di
EVALUASI baik karena disana banyak pembeli datang yang ingin membeli ternak serta lokasi pemasaran yang dekat sehingga tidak berpengaru terhadap ternak.
SOLUSI
REFERENSI mengurangi faktor penyusutan bobot badan selama perjalanan karena mengalami cekaman (stress) (Purbowati, 2009).
c. –
c. –
d. –
d. –
: melalui belantik c. Tempat pemasaran atau pedagang sudah baik karena tergolong dekat dengan kandang sehingga dapat mengurangi faktor penyusutan bobot badan selama perjalanan karena mengalami cekaman (stress).
d. Kesulitan pemasaran
:-
e. Alat pemasaran
: mobil truk
d. Tidak ditemui kesulitan saat pemasaran karena dijual ke pasar hewan atau terkadang pembeli sendiri yang datang ke lokasi peternakan. e. Pemasaran produk e. Mobil truk yang e. Pemasaran merupakan dengan menggunakan digunakan harus penentu keberhasilan usaha mobil truk sudah baik dalam kondisi baik penggemukan domba, karena lebih efisien agar tidak terjadi haltransportasi dari lokasi dalam pengangkutan hal yang tidak peternakan ke daerah hewan. diinginkan selama pemasaran hendaknya baik dalam perjalanan. terkait dengan faktor jarak dan infrastruktur untuk
14
No
11
KEADAAN
EVALUASI
f. Waktu pemasaran
: ketika mendekati f. Alat transportasi yang f. – hari raya idul adha digunakan berupa mobil truk sudah baik.
g. Harga jual
: antara 14-17 juta g. Harga pada hari-hari per ekornya biasa dapat meningkat g. – hingga 25% saat idul adha dari harga di hari biasa. Hal ini sudah baik karena peternak dapat mendapatkan untung yang berkali lipat saat idul adha.
Analisis Usaha a. Laba
: Rp 297.750.000 per periode produksi/ 8 bulan
a. Laba yang diperoleh a. – per periode sudah bagus, sehingga peternakan ini tidak rugi.
SOLUSI
REFERENSI mendukung kelancaran haasil panen ke pasar. Jarak yang dekat antara kandang dengan pasar akan mengurangi faktor penyusutan bobot badan selama perjalanan karena mengalami cekaman (stress) (Purbowati, 2009). Transportasi sangat penting dalam suatu usaha peternakan untuk memudahkan pemasaran dalam jumlah yang besar, penyediaan bakalan dan bibit ternak, serta pakan yang bagus (Chambers and Grandin, 2001). f. –
g. –
a. Laba merupakan hasil pengurangan antara biaya produksi dan penerimaan (Pakage, 2008).
15
No
KEADAAN b. B/C
12
: 0,50
EVALUASI
REFERENSI
b. Nilai B/C yang b. – diperoleh sebesar 0,50 menunjukkan usaha yang dijalani sudah efisien karena untuk setiap Rp 100,- yang dikeluarkan dalam awal kegiatan usaha peternakan akan c. – diperoleh penerimaan sebesar Rp. 0,50,-
b. Semakin tinggi nilai B/C maka usaha yang dijalani semakin efisien(Soekartawi, 2003).
c. BEP diatas nilai nol menunjukkan usaha tersebut menguntungkan (Misniwati, 2004).
c. BEP unit dan harga - Unit - Harga
: 51 : Rp 93.680.000,-
c. Nilai BEP unit sebesar 34 dan BEP harga sebesar Rp.11.662.353 mengindikasikan bahwa usaha tersebut sudah menguntungkan.
d. ROI
: 40,47 %
d. -
Evaluasi Usaha a. Frekuensi pemantauan usaha
SOLUSI
d.-
a. Usaha peternakan a.masih dilakukan dengan cara tradisional
d. Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan agar menghasilkan keuntungan (Sonia et al, 2014). a. –
16
No
KEADAAN : setiap hari
b. Kendala
c. Tindakan dilakukan rugi
EVALUASI seperti pemberian pakan, dan pengelolaannya.
: kesulitan mencari b. Kendala yang dijumpai hijauan ketika musim pada peternakan yaitu kemarau tiba. pada saat musim kemarau hijauan agak sulit untuk dicari sehingga perlu usaha yang lebih keras untuk mendapatkan hijauan. yang bila
: ternak akan dijual c. Ternak segera dijual untuk menutup kerugian
SOLUSI
REFERENSI
b. Peternakan harus b. Jalan alternatif untuk mempunyai pakan mencegah kekurangan pakan alternatif sebagai pakan saat musim kemarau dapat tambahan selama musim dilakukan dengan membuat kemarau, misalnya hay hijauan kering (hay), (jerami kering) penambahan urea (amoniasi), dan awetan hijauan (silase) (Hanafi, 2008). c.-
c.-
17
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A., M. Aminawar, A. H. Hoddi, dan H. M. Ali, J. A. Syamsu. 2012. Identifikasi kapasitas peternak dalam adopsi teknologi pegembangan sapi potong yang terintegrasi dengan padi. Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta Abidin, Z., 2002, Penggemukan sapi potong, PT Agro Media Pustaka, Jakarta Chambers P. G. dan T. Grandin. 2001. Guidelines for Humane Handling, Transport and Slaughter of Livestock, Chapter 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific. RAP Publication. Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang, Vol. 21 (4): 19. Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Universitas Sumatera Utara, Medan. . Istijanto, M. M. 2005. Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi Kerja Karyawan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Misniwati, A. 2004. Analisa usaha penggemukkan kambing potong ditinjau dari sosial-ekonomi. Lokakarya Nasional Kambing Potong, Sumatra Utara. Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Pakage, S. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang). Jurnal Ilmu PeternakanVol. 3 (2)Hal: 51 – 57. Rohani, H. Hoddi, M. B. Rombe, dan M. Ridwan. 2011. Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Saragih, B. 2004. Pertanian Mandiri. Pandangan Strategis para Pakar untuk Kemajuan Pertanian di Indonesia. Penebar Swadaya.Jakarta. Sarwono B. 2012. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya,Jakarta. .
18
Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Siregar, S.B., 2008. Penggemukan Sapi. Cetakan ke 16. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi. 2003. Agrisbisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sonia, B.R., Zahroh Z., dan D.F. Azizah. 2014. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 9(1).Hal.1-9. Sudarmono. A. S., 2008. Sapi Potong.Penebar Swadaya. Jakarta. Sukmawati. 2010. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian an Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Susilowati, I. 2007. Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di desa Baturejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi). Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta. Widiyaningrum, P. 2012. Motivasi Keikutsertaan Peternak Sapi Potong Pada Sistem Kandang Komunal (Studi Kasus di Kabupaten Bantul Yogyakarta). Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Semarang, Semarang. Mariyono dan N.H. Krishna. 2009. Pemanfaatan dan keterbatasan hasil ikutan pertanian serta strategi pemberian pakan berbasis limbah pertanian untuk sapi potong. Wartazoa Vol. 19 No. 1. Priyanto,L. 2001. Studi Kasus Pemberian Probiotik "S" Terhadap Kasus Kemhung Pada Sapi Fh Di Peternakan Metasari Farm Cimande Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.