EVALUASI PERILAKU APARATUR PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PENGGUNAAN e-SYSTEM PERPAJAKAN (STUDI KASUS KARYAWAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA SURABAYA) Yulli Wulansari Nurul Herawati Citra Nurhayati Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura
[email protected] ABSTRAKSI This study aims to examine: (1) the influence of individual factors (big five personality, computer anxiety) to the acceptance of the use of e-taxation system in Surabaya Municipality KPP tax apparatus, (2) the influence of technological factors (perceived ease of use, perceived benefits of use, and perception of the use of preference) against receipt of e-taxation system in Surabaya Municipality KPP tax officials. Respondents of this study were employees tax KPP Madya Surabaya, amounting to 99 people and taken 89 respondents with a purposive sampling approach. The data in this study were obtained through the documentation and questionnaires. The data obtained in tests with test validity, test reliability. Then the data were analyzed with multiple linear regression analysis, and test the assumptions of classical with SPSS version 17.00. The results of this study were: (1) there is a significant partial effect between openness to experience personality to the acceptance of using e-tax System, (2) simultaneously there is significant influence between personality extraversion, agreeableness personality, personality neuroticism, openness to experience personality, conscientious personality, perceived ease of use, perceived benefits of use, usage preferences and perception of the acceptance of the use of e-taxation system in Surabaya Municipality KPP tax officials. Keywords: e-Taxation System, the Big Five Personality, Computer Anxiety, Perception of Ease of Use, Perceptions of Benefits of the Use, Perception passions of Use PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan dunia menuju era globalisasi, telah menyebabkan perubahan yang signifikan pada kehidupan manusia. Tahap menuju kearah globalisasi telah ditandai dengan perdagangan bebas, perpindahan manusia, barang dan modal yang semakin luas dan bebas, serta efisiensi tinggi pemakaian sumber-sumber daya dari seluruh dunia. Fenomena tersebut terjadi karena adanya dorongan dari kemajuan teknologi, komunikasi dan transportasi yang semakin pesat. Teknologi informasi merupakan salah satu faktor menuju era globalisasi. Teknologi informasi menawarkan berbagai macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan yang selama ini hanya dilakukan secara manual. Pemakaian komputer, telpon seluler, internet, dan ATM telah menghapus batas ruang dan waktu antara manusia. Dengan adanya sistem informasi berbasis komputer ini akan memberikan kemudahan bagi pelaku ekonomi untuk mengatasi kerumitan yang mereka hadapi. Apa jadinya perusahaan-perusahaan, Bank dan instansi-instansi lainnya jika tidak
ada teknologi tersebut. Singkatnya teknologi informasi berbasis komputer telah menawarkan dan memberikan keunggulan-keunggulan kompetitif bagi para pemakainya. Akan tetapi, penerapan teknologi ini selain memberikan keuntungan tetapi juga menimbulkan sejumlah problematika. Problematika tersebut berasal dari berbagai faktor, antara lain: ekonomi, teknologi, konsep sistem dan aspek perilaku. Dari berbagai faktor penyebab problematika dalam pengembangan teknologi komputer, aspek perilaku merupakan faktor yang dominan. Beberapa permasalahan yang berhubungan dengan faktor manusia dalam teknologi informasi berbasis komputer tersebut adalah pengungkapan, tanggungjawab, integritas, konflik kepentingan, akuntabilitas, perlindungan privasi, dan perilaku diri. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yaitu dapat dilihat dari giatnya pembangunan yang sedang terjadi pada saat ini. Proses pembangunan ini memerlukan cara yang tepat, agar nantinya hasil dari pembangunan tersebut merata dan dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat di seluruh Indonesia. Untuk melaksanakan pembangunan nasional ini, pastinya pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari pendapatan dalam negeri maupun luar negeri. Pendapatan dari dalam negeri dapat diperoleh dari ekspor, penerimaan pajak, atau penerimaan lain selain pajak. Sedangkan pendapatan luar negeri dapat diperoleh dari hutang luar negeri maupun dari hibah. Pajak merupakan penopang terbesar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Besarnya APBN tahun 2010 adalah sekitar Rp 900 T, dan Rp 700 T lebih ditopang dari sektor pajak (Tim Penyuluhan Pelayanan, 2010: 2). Hal itu merupakan jumlah yang cukup besar, bisa dikatakan bahwa kurang lebih 77% APBN Indonesia berasal dari pajak. Dan untuk menperoleh pendapatan dari sektor pajak yang semaksimal mungkin perlu didukung oleh perangkat perpajakan yang baik. Berbagai pembaharuan dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan pajak, salah satunya adalah pembaharuan sistem perpajakan. Teknologi informasi yang semakin berkembang, mendorong Direktorat Jenderal Pajak untuk menerapkan berbagai program baru dalam bidang perpajakan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi wajib pajak dan tentunya memberikan kemudahan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, seperti e-System perpajakan atau electronik intelligent service yang meliputi e-Payment, e-Registration, e-Filling, e-SPT, dan e-Counseling. Namun isu yang mencuat baru-baru ini adalah adanya fakta yang menunjukkan bahwa masih banyak karyawan perpajakan yang gagap teknologi. Sebanyak 5.000-6.000 karyawan Direktorat Jenderal Pajak atau 20% dari total jumlah karyawan Direktorat Jenderal Pajak saat ini yang berjumlah 32.000 karyawan, ternyata masih belum mumpuni atau gagap teknologi dalam penggunaan perangkat teknologi modern. Kasubdit Manajemen Transformasi7 Proses Bisnis Ditjen Pajak Luki Alfirman pada seminar perpajakan di Hotel Sultan, Jakarta Selasa (26 Juni 2010, detikNews) mengungkapkan, ...dari 32.000 karyawan pajak sebanyak 5000-6000 karyawan tidak maksimal dalam performa teknologi modern. Padahal dalam 4 tahun kedepan, Direktorat Jenderal Pajak diharapkan sudah melek teknologi dengan reformasi birokrasi tahap kedua melalui program The Tax Administration Reform Project (PINTAR). Kalau karyawan perpajakan tersebut gagap teknologi, sesuai dengan semboyan mereka “apa kata dunia?”. Bagaimana para karyawan pajak tersebut bisa melayani wajib pajak dengan baik. Jadinya sia-sia belaka jika diterapkan teknologi baru namun tidak menguasainya. Justru akan mengurangi keefektivan dan keefisienan kinerja. Teknologi diciptakan untuk membantu
pekerjaan sehingga dapat mengurangi human error. Jika karyawan pajak kurang menguasai teknologi tersebut, maka ada 2 pihak yang akan dirugikan, yaitu negara dan wajib pajak. Negara akan dirugikan dengan hilangnya pendapatan yang mungkin berjumlah triliunan rupiah, sedangkan wajib pajak akan dirugikan dalam hal penagihan dan pembayaran pajak. Terjadinya gagap teknologi pada sebagian karyawan perpajakan ini, menimbulkan pertanyaan besar, “bagaimana perilaku mereka jika dihadapkan dengan e-System perpajakan?, apakah mereka optimis dengan sistem baru tersebut atau malah pesimis?”. Melihat fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana perilaku aparatur pajak terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan. Peneliti ingin melihat perilaku aparatur pajak dari 2 faktor, yaitu faktor individu dan faktor teknologi .Apakah kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak. Pemilihan aparatur pajak sebagai objek dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin melihat bagaimana respon tentang penerimaan penggunaan e-System perpajakan dari kacamata aparatur pajak bukan hanya dari sisi wajib pajak saja yang selama ini banyak dijadikan sebagai objek penelitian. Selain itu alasan lain mengapa menjadikan aparatur pajak sebagai objek penelitian adalah bukan hanya wajib pajak saja yang memegang peranan penting dalam perubahan sistem perpajakan ini, tetapi juga aparatur pajak. Karena sistem perpajakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dari wajib pajak, aparatur pajak serta pemerintah. Jadi alangkah baiknya jika masing-masing pihak ikut berperan aktif didalamnya. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Gunawan Setiyaji dan Hidayat Amir tentang “Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia”, dan Andriyanto Sugianto Wiyono yang meneliti tentang “Evaluasi Perilaku Penerimaan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan eFilling Sebagai Saran Pelaporan Pajak Secara On-line dan Realtime”. Dari latar belakang diatas peneliti meneliti tentang bagaimana pengaruh faktor individu dan faktor teknologi secara parsial dan simultan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak KPP Madya Surabaya. Data yang diperoleh dalam penelitian ini, diuji dengan uji validitas dan uji realibitas. Setelah itu data diuji secara regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS 17.00. Kemudian data diuji asumsi klasik, diuji secara parsial dan simultan antara variabel independen (faktor individu dan faktor teknologi) terhadap faktor dependen (penerimaan penggunaan e-System perpajakan). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Surabaya dalam pengambilan keputusan mengenai sumber daya manusia (penerimaan dan penyeleksian dan rencana pelaksanaan pelatihan komputer bagi karyawan perpajakan), serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi tentang e-System perpajakan. Serta dapat dijadikan pula sebagai bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang sama. TINJAUAN PUSTAKA Kepribadian Munculnya perilaku dalam diri seseorang disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor diri sendiri dan faktor di luar dirinya (Lewin 1951 dalam Ramdhani 2008). Yang dimaksud faktor diri sendiri misalnya kepribadian, kecerdasan, tata nilai, dan kondisi fisik. Sedangkan faktor di luar dirinya seperti segala hal yang berada di lingkungan, misalnya peralatan, situasi, serta orang-orang sekitar.
Menurut Gordon Allport lebih dari 65 tahun yang lalu (dalam Robbins 2006: 126), kepribadian adalah organisasi dinamik dalam individu yang memiliki sistem psikologis tersebut yang menentukan penyesuaian uniknya terhadap lingkungannya. Kepribadian lebih merujuk pada apa yang unik pada diri seseorang, yaitu karakteristik yang membedakan satu orang dengan orang yang lainnya (Abraham 2005:1). Kepribadian merupakan karakteristik yang dinamik dan terorganisasi dari seorang individu yang mempengaruhi kognisi, motivasi, dan perilakunya. Karena sifatnya yang unik dan konsisten, kepribadian sangatlah cocok sebagai alat untuk membedakan setiap individu (Greenberg 2003; Ryckman 2004 dalam Ramdhani 2008). Dari beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu karakteristik yang dimiliki oleh seorang individu, bersifat menetap dan bertahan yang mampu mempengaruhi reaksi seorang individu terhadap lingkungan. Menurut Pervin dan John (2001 dalam Mastuti 2005), ada 2 hal yang mempengaruhi kepribadian, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik mempunyai pengaruh yang penting dalam menentukan kepribadian, khususnya yang bersifat unik (Caspi 2000; Rowe 1999 dalam Mastuti 2005). Maksudnya bahwa keturunan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian individu. Faktor lingkungan menjadikan individu yang satu dengan yang lain dapat mempunyai karakteristik yang sama karena pengalaman yang mereka miliki. Faktor lingkungan, meliputi budaya, kelas sosial, keluarga, teman, situasi, dan lain sebagainya. Diantara beberapa faktor lingkungan diatas yang mempunyai peranan sangat signifikan adalah faktor budaya. Karena setiap budaya mempunyai cara masing-masing, sehingga dapat dipastikan menyebabkan keragamanan kepribadian antara individu yang satu dengan yang lain. Faktor yang lain adalah kelas sosial, dimana faktor ini dapat menentukan kedudukan individu, peranan individu dalam tugasnya, serta hak istimewa apa saja yang didapat. Faktor keluarga juga salah satu faktor yang terpenting, karena dari sinilah awal kepribadian individu terbentuk. Menurut Pervin dan John (2001 dalam Mastuti 2005), lingkungan teman mempunyai peranan penting dalam kepribadian individu. Pengalaman semasa kecil dan remaja berdampak pada kepribadian individu dimasa mendatang. Situasi juga berpengaruh besar dalam kepribadian individu. Seperti yang dibahas dimuka, bahwa kepribadaian bersifat menetap, dan hal tersebut bukan menjelaskan bahwa kepribadian individu tidak bisa berubah. Karena adanya situasi yang berbeda dan memerlukan penyesuaian, maka tidak ditutup kemungkinan akan membentuk kepribadian lain dari individu tersebut. Ada beberapa pendekatan yang dikemukan oleh beberapa ahli untuk memahami kepribadian. Big Five Personality merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi kepribadian yang mengelompokkan trait kepribadian dengan analisis faktor. Menurut Allport dan Cattell (dalam Mastuti 2005), Big Five Personality merupakan faktor-faktor kepribadian yang didapatkan dari analisis faktor terhadap bahasa sehari-hari penduduk Amerika yang mencerminkan perilaku dirinya. Big Five Personality adalah pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam 5 buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Trait-trait dalam domain-domain Big Five Personality, meliputi extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences (Costa dan McCrae 1997 dalam Mastuti 2005). Extraversion merupakan faktor yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Agreebleness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Openess to experience
seringkali dikaitkan dengan intelektual, dimana seseorang mempunyai keinginan dan keyakinan, serta ketertarikan pada hal-hal yang baru, inovatif. Neuroticism sering dikaitan dengan emosi internal individu, dimana orang neuroticism cenderung sering merasa cemas, khawatir, kurang bisa mengontrol emosi, serta sering juga dikonotasikan dengan depresi. Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang. Menurut (Maldonado 2001; McKenna et. all 2002; Hamburger & Artzi 2003 dalam Ramdhani 2008) kepribadian extraversion, neuroticism, dan openness to experience merupakan tiga dimensi kepribadian yang paling banyak dihubungkan dengan teknologi. Computer Anxiety Computer anxiety merupakan suatu konsep spesifik anxiety di bidang komputer, yang mana orang merasakan pengalamannya ketika sedang berinteraksi dengan komputer (Oetting 1993 dalam Rustiana 2005). Menurut Iqbaria dan Parasuraman (1989 dalam Sudaryono dkk 2005), computer anxiety merupakan suatu kecenderungan seseorang menjadi susah, khawatir atau ketakutan mengenai penggunaan teknologi informasi (komputer) pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Computer anxiety merupakan gejala-gejala yang menunjukkan ketakutan terhadap media komunikasi komputer (Hapramudilla 2007 dalam Siddiq 2009). Menurut Gantz (1986 dalam Wijaya 2003 dalam Rustiana 2005) indikasi terjadinya computer anxiety, meliputi takut membuat kesalahan, tidak suka mempelajari komputer, merasa bodoh, merasa diperhatikan orang lain saat membuat kesalahan, merasa merugikan kerja, serta merasa bingung secara total. Menurut Linda V. Orr (2000 dalam Sudaryono dkk 2005), computer anxiety merupakan salah satu technophobia, dimana komputer merupakan salah satu teknologi yang berkembang dalam kehidupan manusia. Technophobia sendiri dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan, yaitu: a. Anxious Technophobe Seseorang yang termasuk dalam tingkatan ini akan menunjukkan tandatanda klasik yang merupakan reaksi kekhawatiran (anxiety reaction) ketika mengenakan suatu teknologi, tanda-tanda tersebut dapat berupa munculnya keringat di telapak tangan, detak jantung yang keras atau sakit kepala. b. Cognotive Technophobe Seseorang yang termasuk dalam tingkatan ini pada mulanya merasa tenang dan relaks, mereka sebenarnya menerima suatu teknologi baru tetapi muncul beberapa pesan negatif seperti “saya akan menekan tombol yang salah dan mengacaukan mesin ini”. c. Uncomfortable User Seseorang yang termasuk dalam tingkatan ini dapat dikatakan sedikit khawatir dan masih muncul pertanyaan negatif, tetapi secara umum tidak membutuhkan one-on-one-counselling. Penyebab lainnya dari computer anxiety adalah perasaan lepas kendali yang biasanya dirasakan orang-orang non-teknis dan orang-orang yang tidak mempunyai kemampuan teknis tentang komputer dihadapkan dengan sistem infomasi yang kompleks dan menyulitkan ini. Tingkat ketakutan berkomputer (computer anxiety) seseorang berbeda-beda. Tingkat computer anxiety dapat dibedakan secara ekstrim ke dalam 2 tingkatan, yaitu tingkatan rendah dan tinggi. Ada anggapan seseorang yang mempunyai tingkat computer anxiety yang rendah akan menyebabkan orang tersebut mempunyai keyakinan yang kuat bahwa komputer bermanfaat baginya sehingga timbul rasa senang bekerja dengan komputer, dan sebaliknya. Persepsi Kemudahan, Manfaat, dan Kesukaan Penggunaan
Seseorang akan menerima sebuah sistem informasi, seperti e-System perpajakan, apabila dalam penggunaannya sistem tersebut dianggap menarik, mudah untuk digunakan dan tentunya memberikan manfaat yang lebih bagi seseorang. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), mendefinisikan persepsi sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses dari seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Walgito 2008 dalam Fadhilah 2003). Lebih lanjut Forgus dan Melamed menyatakan bahwa persepsi adalah proses ekstraksi informasi. Jadi persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya melalui panca inderanya (Wahjoeni 2000 dalam Fadhilah 2003). Persepsi sangat penting untuk diketahui, karena persepsi berfungsi sebagai penunjuk perilaku. Dengan persepsi, seseorang dapat menjelaskan fakta dan peristiwa. Selanjutnya dengan persepsi seseorang dapat mengenal obyek serta bagaimana cara berkomunikasi dengan obyek. Hubungan antara persepsi kegunaan suatu sistem terhadap penggunaan senyatanya lebih kuat dibandingkan dengan konstruk manapun (Davis 1989 dalam Wiyono 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiyono (2008), menyebutkan bahwa kerumitan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaannya senyatanya. Lee et al. (2003 dalam Alfitman 2007) menemukan bahwa faktor kemudahan, dan manfaat dapat disimpulkan sangat berpengaruh terhadap keputusan individu menerima atau menolak suatu sistem. Maka dari itu 2 faktor tersebut dapat diperkirakan mempunyai hubungan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak KPP Madya Surabaya. Disini peneliti juga menambahkan variabel baru yaitu persepsi kesukaan penggunaan terhadap komputer akan memiliki pengaruh juga terhadap niat penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak KPP Madya Surabaya. e-System Perpajakan Reformasi perpajakan disuatu negara dapat dikatakan berhasil apabila program reformasi menghasilkan perubahan yang mendasar pada sistem perpajakan. Sistem perpajakan memiliki dua elemen dasar yang saling mempengaruhi, yaitu struktur pajak dan mekanisme serta institusi yang mengatur administrasi perpajakan. Menurut Pandiangan (2008: 74) menyatakan bahwa: “Reformasi perpajakan, yang meliputi: (1) Formulasi kebijakan dalam bentuk peraturan, dan (2) pelaksanaan dari peraturan, umunya diarahkan untuk dapat mencapai beberapa sasaran.” Modernisasi administrasi perpajakan merupakan bagian dari reformasi perpajakan. Dalam mewujudkan sistem administrasi perpajakan yang modern, pemerintah menyediakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang berbasis komputer dan on line. e-System perpajakan digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pajak (pelayanan pajak prima) guna memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk melaksanakan administrasi perpajakannya. Menurut Pandiangan (2008: 35) menyatakan bahwa: “e-System merupakan suatu system yang digunakan untuk menunjang kelancaran administrasi melalui teknologi internet, sehingga diharapkan semua proses kerja dan pelayanan perpajakan berjalan baik, lancar, cepat dan akurat.” Bentuk layanan e-System pada adminstrasi perpajakan di Indonesia adalah: 1. e-Registration; sistem pendaftaran, perubahan data wajib pajak dan atau pengukuhan maupun pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui sistem yang terhubung langsung secara on-line dengan Direktorat
Jendral Pajak. Sistem ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem yang digunakan oleh wajib pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran wajib pajak secara on-line dan sistem yang digunakan oleh petugas pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran wajib pajak . 2. e-Filling; suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan melalui sistem on-line dan real time. Dengan cara e-Filling maka pelaporan pajak dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan aman. 3. e-Payment; suatu sistem pembayaran pajak yang dilakukan secara on-line. 4. e-Counseling; suatu pelayanan pajak yang diberikan kepada wajib pajak untuk konsultasi secara on-line. 5. e-SPT; aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh wajib pajak untuk kemudahan dalam menyampaikan SPT. Yang dapat diaplikasikan adalah laporan SPT Masa PPh, SPT Tahunan PPh, dan SPT Masa PPN. Sesuai dengan jenisnya, maka ada dua e-SPT, yaitu e-SPT PPh dan e-SPT PPN. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain penelitian Setiyaji (2005) tentang evaluasi sistem perpajakan Indonesia. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa reformasi perpajakan Indonesia sudah berjalan dengan baik, walaupun masih ada beberapa kendala utama, yaitu sumber daya manusia terutama dalam masalah kualitas dan moralitas. Wiyono (2008), meneliti tentang evaluasi perilaku penerimaan wajib pajak terhadap penggunaan e-Filling sebagai sarana pelaporan pajak secara online dan realtime. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan e-Filling berpengaruh signifikan terhadap sikap dan persepsi kegunaan dalam penggunaan e-Filling, persepsi kegunaan berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 90% terhadap sikap wajib pajak terhadap penggunaan e-Filling, persepsi kesukarelaan untuk menggunakan e-Filling tidak berpengaruh signifikan terhadap wajib pajak dalam menggunakan e-Filling, karena telah diwajibkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Ramdhani (2008), meneliti tentang Apakah kepribadian menentukan pemilihan media komunikasi? Metaanalisis terhadap hubungan kepribadian extraversion, neuroticism, dan openness to experience dengan penggunaan email. Hasil yang dicapai adalah kepribadian extraversion, neuroticism, dan openness to experience secara signifikan berhubungan dengan penggunaan email. Djamaluddin (2009), meneliti tentang pengaruh faktor individu dan teknologi terhadap penerimaan pembelajaran berdasarkan teknologi web pada mahasiswa akuntansi Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh negatif Computer Anxiety terhadap penerimaan pembelajaran berdasarkan teknologi web, faktor teknologi, yaitu kemudahan mendapat informasi dan kemudahan pemahaman mempengaruhi penerimaan pembelajaran berdasarkan web. Alfitman (2008) , meneliti tentang pengaruh motivasi dan kepribadian pada niat menggunakan blog untuk tujuan berbagi pengetahuan. Dan menghasilkan motivasi (persepsi kemudahan, manfaat, dan kesukaan) berpengaruh positif pada penerimaan mahasiswa untuk menggunakan blog, kepribadian dapat berpengaruh dan dapat juga tidak berpengaruh pada penerimaan mahasiswa untuk menggunakan blog. Pengembangan Hipotesis Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Kepribadian bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. Setiap individu
terdiri dari berbagai macam karakteristik yang tentunya masing-masing individu memiliki cara pandang dan persepsi yang berbeda-beda dalam menyikapi sesuatu hal, baik itu hal baru atau hal yang sudah ada. Teknologi komputer merupakan salah satu dampak dari perkembangan dunia menuju era modernisasi. Apalagi sekarang sedang digencarkan reformasi perpajakan menuju arah yang lebih modern, yaitu dengan mulai tersedianya sarana dan prasarana perpajakan dengan menggunakan teknologi komputer secara on-line, yaitu e-System perpajakan. Dengan keperibadian individu yang berbeda-beda, mengakibatkan munculnya berbagai sikap dan ditunjukkan oleh individu terhadap kehadiran sistem baru tersebut. Adanya karakteristik individu yang beraneka ragam ini mempengaruhi penerimaan mereka untuk menggunakan sistem baru perpajakan tersebut. Menurut Alfitman (2008), kepribadian Openness to Experience berpengaruh pada niat mahasiswa untuk menggunakan blog untuk tujuan berbagi pengetahuan secara langsung, sedangkan kepribadian Neuroticism tidak berpengaruh. Pendapat tersebut juga didukung oleh Ramdani (2008) yang menyebutkan bahwa Kepribadian Extraversion, Neuroticism, dan Openness to Experience secara signifikan berhubungan dengan penggunaan e-Mail. Maka peneliti menduga bahwa kepribadian berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak. Maka hipotesis yang diajukan sehubungan dengan kepribadian: H1a = Kepribadian exstraversion berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak H1b = Kepribadian agreeableness berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak H1c = Kepribadian neuroticism berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak H1d = Kepribadian openness to experience berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak H1e = Kepribadian conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak Computer anxiety merupakan kecemasan dalam menggunakan komputer. Perasaan itu timbul akibat dari adanya persepsi dalam diri individu tentang dampak yang kurang menyenangkan dengan adanya komputer di tengahtengah mereka. Jika individu memiliki perasaan ketakutan, keraguan dan kecemasan akan suatu hal, maka bisa dipastikan individu tersebut tidak akan mau terlibat lebih jauh dengan hal tersebut. Begitu juga dengan adanya ketakutan berkomputer yang ada pada seorang individu akan menjadi faktor penghambat bagi individu tersebut untuk terlibat atau mau belajar lebih jauh tentang komputer. Mereka takut jika nantinya komputer mengintimidasi mereka terlalu dalam. Namun ada beberapa penelitian tentang pengaruh computer anxiety terhadap keahlian berkomputer. Dan hampir semuanya menyatakan bahwa computer anxiety berpengaruh negatif terhadap keahlian menggunakan komputer. Dalam penelitian Prasetyo (2009), beberapa hasil penelitian secara empiris menunjukkan bahwa computer anxiety punya pengaruh negatif terhadap keahlian terhadap End-User Computing. Akan tetapi ada juga yang beranggapan sebaliknya, yaitu Djamaluddin (2009), yang menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh negatif computer anxiety terhadap penerimaan pembelajaran berdasarkan teknologi web. Maka hipotesis yang di ajukan sehubungan dengan computer anxiety sebagai berikut: H2 = Computer anxiety berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif pada penerimaan mahasiswa dalam penerimaan blog (Alfitman 2008). Djamaluddin (2009), berpendapat bahwa faktor teknologi, yaitu kemudahan mendapat informasi dan kemudahan pemahaman mempengaruhi penerimaan pembelajaran berdasarkan web. Menurut Wiyono (2008), persepsi kemudahan penggunaan e-Filling berpengaruh signifikan terhadap sikap dan persepsi kegunaan dalam menggunakan e-Filling. Hal ini menunjukkan bahwa jika wajib pajak merasa bahwa penggunaan eFilling itu mudah, maka wajib pajak tersebut akan merasa nyaman dan menikmati dalam menggunakan e-Filling. Banyak fenomena mengenai teknologi yang menjelaskan bahwa individu berniat untuk menggunakan suatu teknologi karena teknologi tersebut mereka anggap mudah untuk dioperasikan. Misalnya pada berita pajak (Agustus 2010), menyebutkan masih banyak wajib pajak yang kurang memahami dan menguasai penggunaan e-SPT, sehingga yang awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan pada wajib pajak justru membuat wajib pajak kebingungan dan cenderung mereka enggan untuk menggunakan e-SPT. Maka sehubungan dengan persepsi kemudahan penggunaan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H3 = Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak Persepsi kegunaan berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 90% terhadap sikap wajib pajak terhadap penggunaan e-Filling (Wiyono 2008). Menurut Alfitman (2008), motivasi (persepsi kemudahan, manfaat, dan kesukaan) berpengaruh positif pada penerimaan mahasiswa untuk menggunakan blog. Sedangkan menurut Djamaluddin (2009), faktor teknologi, yaitu kemudahan mendapat informasi dan kemudahan pemahaman mempengaruhi penerimaan pembelajaran berdasarkan web. Individu cenderung berniat menggunakan suatu teknologi apabila teknologi tersebut memilki manfaat bagi individu tersebut. Maka dari itu sehubungan dengan persepsi manfaat penggunaan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H4 = Persepsi manfaat penggunaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak Seorang individu akan cenderung melakukan sesuatu yang mereka suka dan mereka inginkan. Contohnya saja saat kita makan. Si A akan dengan senang hati menggunakan komputer karena dia suka dengan komputer tersebut. Namun ada juga yang terpaksa menggunakan komputer karena adanya tuntutan situasi. Jadi mau tidak mau individu tersebut menggunakan komputer walaupun dia tidak suka. Persepsi kesukarelaan untuk menggunakan e-Filling tidak berpengaruh signifikan terhadap wajib pajak dalam menggunakan e-Filling, karena telah diwajibkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Wiyono 2008). Namun ada pula yang beranggapan sebaliknya, menurut Alfitman (2008), motivasi (persepsi kemudahan, manfaat, dan kesukaan) berpengaruh positif pada penerimaan mahasiswa untuk menggunakan blog. Kita tahu bahwa sistem perpajakan Indonesia semakin modern dan maju dimana semua kegiatan perpajakan menggunakan komputer, seperti e-System. Oleh karena itu semua karyawan pajak dituntut untuk mampu beradaptasi, walaupun ada sebagian orang yang merasa belum siap. Maka sehubungan dengan persepsi kesukaan penggunaan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H5 = Persepsi kesukaan penggunaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak
H6 = Faktor Individu dan faktor teknologi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Responden penelitian ini adalah aparatur/karyawan Kantor Pelayanan Pajak Madya Surabaya. Pemilihan sampel secara purpose sampling, yaitu hanya dibatasi pada karyawan yang berkaitan dengan e-System perpajakan, yaitu bagian pelayanan (pelaksana), Pengolahan Data dan Informasi, Account Representative, dan Fungsional Pemeriksa Pajak. Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel Dependen Penerimaan penggunaan e-System Perpajakan, yang diukur dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan e-System perpajakan. Variabel Independen 1. Fakror individu : kepribadian yang diukur dengan Big Five Personality dengan 5 trait, yaitu extraversion, agreeableness, neuroticism, openness to experience, dan conscientiousness dan computer anxiety yang diukur dengan Computer Anxiety Ratio Scale (CARS). 2. Faktor teknologi: terdiri dari persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat penggunaan, persepsi kesukaan penggunaan diukur dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan ketiganya. Pengujian Spesifikasi Model Untuk menguji hipotesis, menggunakan uji t dan uji F. Uji t digunakan apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2… Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) (Priyatno 2009: 83). Jika –t hitung < -t tabel dan t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, dan sebaliknya. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2… Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y) (Priyatno 2009: 81). Jika F hitung > F tabel. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5%. Analisis Pengujian Data Sebelum diuji dengan regresi berganda, maka data harus diuji lebeih dulu dengan uji validitas dan uji realibilitas. Uji validitas data, adalah uji ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas diukur menggunakan koefisien korelasi r dari Pearson. Jika r hitung positif, serta rhitung ≥ rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen tersebut valid. Uji reliabilitas data, merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Reliabilitas diuji dengan menggunakan cronbach’s alpha 0,6. HASIL PENELITIAN Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung pada responden. Kuesioner yang disebar sebanyak 89 eksemplar dan kembali sebanyak 60 eksemplar. Dari jumlah kuesioner yang kembali itu ada beberapa yang dibatalkan karena tidak lengkap. Dan jumlah kuesioner yang siap untuk dianalisis adalah sebanyak 57 eksemplar. Tabel 1. Seleksi Sampel dan penyebaran kuesioner Responden Total
1. Karyawan Kantor Pelayanan Pajak Madya Surabaya a. Kepala Kantor b. Kepala Seksi c. Account Representative (AR) d. Fungsional Pemeriksa Pajak e. Pelayanan (pelaksana) f. Pengolahan Data dan Informasi Total 2. Karyawan yang menangani e-System Perpajakan (jumlah kuesioner) : a. Account Representative (AR) b. Pelayanan (pelaksana) c. Pengolahan Data dan Informasi d. Fungsional Pemeriksa Pajak Total 3. Kuesioner yang kembali 4. Kuesioner yang tidak memenuhi syarat/tidak valid 5. Kuesioner yang sah/diolah
1 9 24 20 40 5 99
24 40 5 20 89 60 3 57
Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil tabulasi data yang diperoleh/dikumpulakan, kemudian dijadikan data yang lebih terstruktur untuk membentuk profil responden yang terlibat dalam penelitian ini. Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah bagian pelayanan (pelaksana). Responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan umur diatas 30 tahun dengan pendidikan mayoritas S1. Mayoritas responden bekerja > 10 tahun di KPP Madya Surabaya. Tabel 2. Profil Responden Keterangan Jumlah Prosentase 4 7 Kepala Seksi Account Representative (AR) 15 26 12 21 Fungsional Pemeriksa Pajak 26 46 Pelayanan (pelaksana) 57 100 Total Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Variabel
N
Mean
Std. Deviation 0,645 0,645 0,539 0,678 0,512 0,452 0,692 0,743 0,699 0,676
Penerimaan Penggunaan e-System perpajakan 57 4,38 Extraversion 57 3,71 Agreeableness 57 3,98 Neuroticism 57 2,29 Openess to experience 57 3,84 Conscientiousness 57 4,02 Computer Anxiety 57 1,50 57 3,73 Persepsi Kemudahan Penggunaan 57 3,88 Persepsi Manfaat Penggunaan 57 3,68 Persepsi Kesukaan Penggunaan Hasil Pengujian Data Sebelum dianalis, data terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitas. Setelah diuji validitas semua item berkolerasi signifikan dengan total item masing-masing variabel, sehingga dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas
menunjukkan instrumen penelitian reliabel dengan alpha cronbrach sebesar lebih dari 0,6. Tabel 4. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Pengujian Hasil Semua valid Uji Validitas Semua reliabel Uji Reliabilitas Pengujian Hipotesis Regresi Linear Berganda Tabel 5. Hasil Uji t t Sig. Model 1,987 0,053 (Constant) Extraversion -0,645 0,522 Agreeableness 0,437 0,664 Neuroticism -0,430 0,669 Openess to experience 2,570 0,013 Conscientiousness -0,154 0,878 Computer Anxiety -1,308 0,197 0,984 0,330 Persepsi Kemudahan Penggunaan Persepsi Manfaat Penggunaan 0,090 0,929 -0,075 0,941 Persepsi Kesukaan Penggunaan Berdasarkan tabel 5, hanya hipotesis 1d yang diterima dimana dapat dilihat nilai t hitung > t table, sehingga Ho ditolak, serta nilai signifikannya < dari 0,05. Ini berarti kepribadian openness to experience berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan. Sedangkan hipotesis 1a, 1b, 1c, 1e, 2, 3, 4, dan 5 semua ditolak, karena -t hitung > -t table atau t hitung < t table. Dan nilai signifikannya > dari 0,05. Tabel 6. Hasil Uji F Sum of Mean Model Df F Sig Squares Square 8,211 9 0,912 2,84 0,009 1 Regression a 4 15,077 47 0,321 Residual 23,288 56 Total Berdasarkan tabel 6, faktor individu dan faktor teknologi berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan, karena nilai Fhitung > Ftabel serta nilai signifikannya < dari 0,05. Pengujian Asumsi Klasik
Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan gambar 1, semua data terdistribusi secara normal/model regresi memenuhi asumsi normalitas, karena data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar 2, menunjukkan bahwa titiknya menyebar di atas dan di bawah (acak), maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Tabel 7. Hasil Pengujian Multikolinieritas VIF Variabel Tolerance Extraversion 0,355 2,815 Agreeableness 0,380 2,633 Neuroticism 0,641 1,561 0,419 2,388 Openess to experience Conscientiousness 0,345 2,901 0,629 1,589 Computer Anxiety 0,382 2,619 Persepsi Kemudahan Penggunaan 0,435 2,299 Persepsi Manfaat Penggunaan 0,419 2,389 Persepsi Kesukaan Penggunaan Berdasarkan tabel 7, antar variabel independen dalam penelitian ini tidak terjadi persoalan multikolinieritas, karena nilai variance inflation factor (VIF) variabel-variabel independen lebih kecil dari 5. Diskusi Hasil Dari penelitian ini diperoleh hasil, antara lain (1) ada pengaruh signifikan antara kepribadian openess to experience terhadap penerimaan penggunaan eSystem perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan Maldonado 2001; McKenna, et. all 2002; Hamburger & Artzi 2003 (dalam Ramdhani, 2008) yang menyatakan kepribadian openness to experience merupakan dimensi kepribadian yang paling banyak dihubungkan dengan teknologi. Juga sesuai dengan penelitian Ramdhani (2008) yang menyatakan bahwa kepribadian openness to experience mempengaruhi seorang individu menerima penggunaan e-mail. Berpengaruhnya kepribadian openness to experience terhadap penerimaan e-System perpajakan pada aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya menunjukkan bahwa sebagian besar aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya sangat terbuka dan tertantang dengan inovasi-inovasi baru seperti e-System perpajakan. Dengan adanya eSystem perpajakan membuat mereka tertantang dan ingin mencoba. Semakin inovatif karyawan pajak semakin tertarik mereka untuk menerima penggunaan e-System perpajakan. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa kepribadian openness to experience merupakan dimensi kepribadian yang paling berhubungan dengan teknologi. (2) tidak ada pengaruh signifikan antara kepribadian extraversion terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukan oleh (Maldonado 2001; McKenna et. all 2002; Hamburger & Artzi 2003 dalam Ramdhani 2008) yang menyatakan bahwa kepribadian extraversion, merupakan dimensi kepribadian yang paling banyak dihubungkan dengan teknologi. Serta tidak sesuai dengan penelitian Ramdhani (2008) yang
menyatakan bahwa kepribadian extraversion mempengaruhi seorang individu menerima penggunaan e-mail. Tidak berpengaruhnya kepribadian extraversion terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak KPP Madya Surabaya dikarenakan aparatur/karyawan pajak pada KPP Madya Surabaya cenderung kurang suka mencari pengalaman baru/kurang inovatif. (3) tidak ada pengaruh signifikan antara kepribadian agreeableness terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Hasil dari penelitian ini juga sesuai dengan teori Maldonado 2001; McKenna et. all 2002; Hamburger & Artzi 2003 (dalam Ramdhani 2008) yang menyatakan bahwa dari Big Five Personality, kepribadian agreeableness merupakan dimensi kepribadian yang cenderung tidak terlalu berminat dengan teknologi. Tidak berpengaruhnya kepribadian agreeableness terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya dikarenakan apparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya bukanlah seorang yang kurang berminat dengan komputer. (4) tidak ada pengaruh signifikan antara kepribadian neuroticism terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Menurut Maldonado 2001; McKenna et. all 2002; Hamburger & Artzi 2003 (dalam Ramdhani 2008) yang menyatakan bahwa kepribadian neuroticism, merupakan dimensi kepribadian yang paling banyak dihubungkan dengan teknologi. Penelitian Ramdhani (2008) yang menyatakan bahwa kepribadian neuroticism mempengaruhi seorang individu menerima penggunaan e-mail. Maka hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian-penelitian di atas. Tidak berpengaruhnya kepribadian neuroticism terhadap penerimaan penggunaan eSystem perpajakan pada aparatur/karyawan KPP Madya Surabaya di karenakan aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya bukanlah orangorang yang gampang emosi dan kurang bersosialisasi. (5) tidak ada pengaruh signifikan antara kepribadian conscientiousness terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Hasil penelitian ini sesuai Maldonado 2001; McKenna et. all 2002; Hamburger & Artzi 2003 (dalam Ramdhani 2008) yang menyatakan dari Big Five Personality dimensi kepribadian conscientiousness merupakan dimensi kepribadian yang cenderung tidak terlalu berminat dengan teknologi. Tidak berpengaruhnya kepribadian conscientiousness terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur/karyawan KPP Madya Surabaya membuktikan bahwa aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya bukanlah termasuk orang-orang yang ambisius terhadap sesuatu hal. Sehingga mereka memandang e-System perpajakan sebagai suatu hal yang biasa saja atau mereka cenderung cuek dengan keberadaan sistem tersebut. (6) tidak ada pengaruh signifikan antara computer anxiety terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Djamaluddin (2009), yang menyebutkan tidak ada pengaruh antara computer anxiety terhadap penerimaan pembelajaran mahasiswa terhadap web. Tidak berpengaruhnya computer anxiety terhadap penerimaan penggunaan eSystem perpajakan pada aparatur/karyawan KPP Madya Surabaya membuktikan bahwa aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya tidak merasakan ketakutan yang berlebihan dalam menghadapi komputer. Hal ini terjadi karena semakin majunya perkembangan zaman, dimana seseorang dituntut untuk menguasai teknologi. (7) tidak ada pengaruh signifikan antara persepsi kemudahan penggunaan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penalitian Alfitman yang menyebutkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan mahasiswa dalam penerimaan mahasiswa untuk menggunakan blog. Juga tidak
sejalan dengan penelitian Wiyono (2008), dimana persepsi kemudahan penggunaan e-Filling berpengaruh secara signifikan terhadap sikap dan persepsi kegunaan dalam penggunaan e-Filling. Tidak berpengaruhnya persepsi kemudahan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur/karyawan KPP Madya Surabaya membuktikan bahwa e-System perpajakan masih belum sepenuhnya dapat diterima dengan baik oleh aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya. Hal ini terjadi karena masih banyaknya kekurangan-kekurangan e-System perpajakan yang dirasakan oleh aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya, seperti tampilan yang kurang baik, penggunaan bahasa asing yang justru sangat merepotkan bagi aparatur/karywan pajak KPP Madya Surabaya dalam penggunaannya. (8) tidak ada pengaruh signifikan antara persepsi manfaat penggunaan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wiyono (2008), yang menyatakan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 90% terhadap sikap wajib pajak terhadap penggunaan e-Filling. Tidak berpengaruhnya persepsi manfaat penggunaan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur/karyawan KPP Madya Surabaya membuktikan bahwa e-System perpajakan masih belum maksimal dalam membantu pekerjaan aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya. Hal ini terjadi karena masih seringnya terjadi trouble sehingga bukannya membantu, tapi justru menghambat kinerja mereka. (9) tidak ada pengaruh signifikan antara persepsi kesukaan penggunaan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur KPP Madya Surabaya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wiyono (2008), yang menyebutkan bahwaa persepsi kesukarelaan untuk menggunakan e-Filling tidak berpengaruh signifikan terhadap wajib pajak dalam menggunakan e-Filling. Tidak berpengaruhnya persepsi kesukaan penggunaan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur/karyawan KPP Madya Surabaya dikarenakan e-System perpajakan merupakan keharusan bagi aparatur/karyawan pajak pada KPP Madya Surabaya. Jadi suka tidak suka mereka harus menerimanya. (10) Faktor individu dan faktor teknologi secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak KPP Madya Surabaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lewin (1951 dalam Ramdhani, 2008), yang menyatakan bahwa perilaku dalam diri seseorang disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor diri sendiri dan faktor di luar dirinya. Berpengaruhnya faktor individu dan faktor teknologi secara bersama-sama terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur/karyawan KPP Madya Surabaya dikarenakan kedua faktor tersebut memiliki peranan yang penting dalam pembentukan perilaku aparatur/karyawan pajak KPP Madya Surabaya dalam mengambil keputusan untuk menerima penggunaan e-System perpajakan di KPP Madya Surabaya. SIMPULAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor individu dan faktor teknologi terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan pada aparatur pajak KPP Madya Surabaya. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa: 1. Hanya variabel kepribadian openness to experience yang secara parsial yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap penerimaan penggunaan eSystem perpajakan. Sedangkan faktor individu (yang terdiri dari kepribadian extraversion, kepribadian agreeableness, kepribadian neuroticism, kepribadian conscientiousness dan computer anxiety) dan faktor teknologi
(yang terdiri dari persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat penggunaan, dan persepsi kesukaan penggunaan), secara parsial tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap penerimaan penggunaan eSystem perpajakan. 2. Faktor individu dan faktor teknologi secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan penggunaan e-System perpajakan. Dalam penelitian ini, memiliki beberapa keterbatasan antara lain: 1. Sampel penelitian ini adalah karyawan KPP Madya Surabaya, maka sampel untuk penelitian selanjutnya lebih diperluas, tidak hanya pada karyawan KPP Madya Surabaya saja. 2. Karena kemungkinan ada banyak faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap variabel dependen. Maka untuk penelitian yang selanjutnya, variabel independen perlu ditambah, misalnya dengan menambah variabel demografi (pendidikan, jenis kelamin, pengalaman/lama bekerja, dan lain sebagainya). 3. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, maka untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan kualitatif agar nantinya bisa dijadikan perbandingan. Implikasi Implikasi dari penelitian ini: a. Diharapkan adanya penyempurnaan dan perawatan e-System perpajakan yang lebih baik sehingga tidak mudah error, mudah diakses, konektivitas baik, brandwith lebih besar, tampilan yang mudah untuk dipahami (bahasa) pemakai, serta tersedianya perangkat pendukung e-System perpajakan, seperti manual book dan ketersediaan data yang benar dan lengkap. b. Sosialisasi yang lebih gencar tentang eSystem perpajakan kepada wajib pajak dan aparatur pajak, agar kedua pihak menjadi lebih mengerti tentang e-System perpajakan. c. Penyelenggaraan diklat tentang aplikasi e-System perpajakan, khususnya terhadap Sumber Daya Manusia Direktur Jenderal Pajak yang lebih simultan dan berkesinambungan, karena pada kenyataannya masih banyak aparatur pajak yang belum menguasai ilmu komputer (kemampuan komputer aparatur pajak belum merata). DAFTAR PUSTAKA Abraham, Amit. 2005. Mengupas Kepribadian Anda. Jakarta: Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer. Alfitman. 2008. The Influences of Motivation and Personality Factors to Intention to Use Blog for Knowledge Sharing Purposes. Simposium Nasional Sistem Teknologi Information, Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2008. Djamaludin, Subekti & Rahmawati. 2008. Pengaruh Faktor Individu dan Teknologi Terhadap Penerimaan Pembelajaran Berdasar Teknologi Web Pada Mahasiswa Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Simposium Nasional Sistem Teknologi Information, Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009. Fadhilah. 2003. Analisis Persepsi Akuntansi YAG Berbeda Terhadap Kode Etik dari Asosiasi Akuntan Indonesia. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Mastuti, Endah. 2005. Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa. INSAN Vol.7 No.3. Pandiangan, Liberti. 2008. Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan. Jakarta: PT ELEX Media Komputindo.
Prasetyo, Andy Suyono. 2009. Pengaruh Faktor Demografi dan Personality Terhadap Keahlian End-user Computing. Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution). Yogyakarta: Penerbit Mediakom. Ramdhani, Neila. 2008. Apakah Kepribadian Menentukan Media Komunikasi? Metaanalisis Terhadap Hubungan Kepribadian Extraversion, Neuroticism, dan Openness to Experience dengan Penggunaan Email. Robbins, S.P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT. Indeks. Rustiana. 2005. Computer Anxiety dan Keahlian End User Computing dalam Penggunaan Teknologi Informasi. Kinerja, Volume 9, Nomor 1, Tahun 2005: Hal 42-53. Setiyaji, Gunawan & Hidayat Amir. 2005. Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Indonusa Esa Unggul-Jakarta, Edisi November 2005. Siddiq, Faiz Rahman. 2009. Pengaruh Computer Anxiety dan Faktor Demografi Terhadap Keahlian Mahasiswa dalam Menggunakan Komputer. Skripsi S-1 Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sudaryono, Eko Arief & Diah Astuti. 2005. Pengaruh Computer Anxiety Terhadap Keahlian Karyawan Bagian Akuntansi dalam Menggunakan Komputer. Seminar Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005. Tim Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat. 2010. Mengenal Pajak Lebih Dekat. Surabaya: Penerbit Anugrah. Walgito. Bimo. 2010. http://id.shvoong.com/socialsciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/. Diunduh 23 Maret 2011. Wiyono, Andrianto Andrianto. 2008. Evaluasi Perilaku Penerimaan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E-Filling Sebagai Sarana Pelaporan Pajak Secara Online dan Realtime. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 11, Nomor 2, Mei 2008: Hal 117-132.