EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PADA DEPARTEMEN ’XYZ’ TAHUN 2007
SKRIPSI Program Studi Akuntansi
Nama
: ACHMAD FORD
NIM
: 43206110077
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PADA DEPARTEMEN ’XYZ’ TAHUN 2007
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Akuntansi
Nama
: ACHMAD FORD
NIM
: 43206110077
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama
:
Achmad Ford
NIM
:
43206110077
Program Studi
:
Akuntansi
Judul Skripsi
:
Evaluasi
Penyusunan
Laporan
Keuangan
Pemerintah Pada Departemen ’XYZ’ Tahun 2007 Tanggal Ujian Skripsi
:
27 Agustus 2008
Disahkan Oleh : Pembimbing
( Nurul Hidayah, SE, Ak, MSi. ) Tanggal :
Dekan,
Ketua Jurusan Akuntansi
( Dra.Yuli Harwani, MM.) Tanggal :
( Nurul Hidayah, SE, Ak, MSi.) Tanggal :
i
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
SKRIPSI EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PADA DEPARTEMEN ’XYZ’ TAHUN 2007
Dipersiapkan dan disusun oleh : Nama
: Achmad Ford
NIM
: 43206110077
Telah Dipertahankan Di Depan Penguji Pada Tanggal 27 Agustus 2008 Susunan Dewan Penguji Ketua Penguji
( Nurul Hidayah, SE, Ak, MSi. ) Anggota Penguji I
(Hari Setiyawati, SE, Ak, M.Si) Anggota Penguji II
(Muti’ah, SE, M.Si)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang studi Strata-1 jurusan Akuntansi di Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini, yaitu kepada: 1.
Ibu Nurul Hidayah, SE, Ak, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing penulis. Terima kasih yang sebesar – besarnya atas segala waktu dan kesempatan yang diberikan untuk penulis berkonsultasi dan berdiskusi.
2.
Keluarga Tercinta, yang telah memberikan bantuan moril selama mengerjakan skripsi ini.
3.
Rekan-rekan
Subdit
Pengembangan
Aplikasi,
Direktorat
Sistem
Perbendaharaan, Departemen Keuangan. 4.
Rekan-rekan Angkatan IX Akuntansi 68 Depok.
5.
Semua Pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, akan tetapi dengan segala kemampuan yang ada, penulis mencoba menyusun skripsi ini sebaik mngkin.
iii
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa/i dan pembaca lain.
Jakarta, Agustus 2008
Penulis
iv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ............................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Penelitian.............................................................. 1
B.
Perumusan Masalah ....................................................................4
C.
Tujuan Penelitian .......................................................................4
D.
Kegunaan penelitian ....................................................................4
LANDASAN TEORITIS A.
Keuangan Negara .......................................................................... 6 A.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara............... 6 A.2. Siklus APBN.......................................................................... 8
B.
Sistem Akuntansi pemerintah Pusat.............................................13 B.1. Pengertian Sistem Akuntansi pemerintah Pusat .................... 13 B.2. Ruang Lingkup Sistem Akuntansi pemerintah Pusat ............ 14 B.3. Tujuan Sistem Akuntansi pemerintah Pusat .......................... 15 B.4. Ciri-ciri Pokok SAPP ............................................................. 15 B.5. Kerangka Umum SAPP ......................................................... 17 B.6. Jenis-jenis Laporan Keuangan ............................................... 20
C.
Sistem Akuntansi Instansi ...........................................................20 C.1. Pengertian Sistem Akuntansi Instansi ..................................20 C.2. Tujuan dan Ruang Lingkup ..................................................22 v
C.3. Jenis-jenis Laporan Keuangan..............................................24 C.4 Sanksi ...................................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Gambaran Umum .......................................................................27 A.1. Lokasi penelitian.................................................................... 27 A.2. Tugas Pokok dan Fungsi Departemen ‘XYZ’ ....................... 27
BAB IV
B.
Metode Penelitian .......................................................................33
C.
Definisi Operasional Variabel .....................................................33
D.
Metode Pengumpulan Data .........................................................34
E.
Metode Analisis Data..................................................................35
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah .....................37 A.1.Mekanisme Pelaporan SAI ..................................................... 37 A.2. Pelaksanaan SAI .................................................................... 42
B.
Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah ‘XYZ’ dengan Peraturan Perundang-Undangan dan Standar Akuntansi Pemerintahan ..............................................................................57 B.1. Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah ‘XYZ’ dengan Peraturan Perundang-Undangan .................................................... 57 B.2. Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah ‘XYZ’ dengan Standar Akuntansi Pemerintahan .................................................. 58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................68 B. Saran ..........................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 70 LAMPIRAN ......................................................................................................... 71
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Siklus APBN ..................................................................................... 9 Gambar 2 Kerangka Umum SAPP..................................................................... 17 Gambar 3 Skema Sistem Akuntansi Instansi ..................................................... 24 Gambar 4 Struktur Organisasi Biro Keuangan Departemen ‘XYZ’ .................. 28 Gambar 5 Mekanisme Pelaporan SAI ................................................................ 36 Gambar 6 Neraca Departemen ‘XYZ’ ............................................................... 64
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pernyataan Telah Direviu...................................................................... 47 Tabel 2 Bentuk Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) ..... 49 Tabel 3 Laporan Realisasi Anggaran Departemen ‘XYZ’ ................................. 59
viii
LAMPIRAN
Lampiran I Penjelasan Umum CaLK .....................................................................71 Lampiran II Penjelasan Atas Pos-pos Realisasi Anggaran ....................................79 Lampiran III Penjelasan Atas Pos-pos Neraca .......................................................83
ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian Reformasi dibidang Keuangan Negara dilatarbelakangi oleh masih
diberlakukannya peraturan perundang-undangan peninggalan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381. Sementara itu, dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawaban Keuangan Negara digunakan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No. 320. Peraturan perundang- undangan tersebut tidak dapat mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, meskipun berbagai ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku, secara materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan.
1
Meski keinginan untuk mengganti aturan lama di bidang keuangan agar selaras dengan tuntutan jaman telah lama ada, hal itu baru dapat diwujudkan dengan terbitnya Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan terbitnya Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Salah satu perubahan yang signifikan terjadi adalah perubahan di bidang Akuntansi Pemerintahan, perubahan di bidang Akuntansi Pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan sesuai dengan tujuan masingmasing. Karena begitu eratnya keterkaitan antara Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan maka sistem dan proses yang lama dalam Akuntansi Pemerintahan banyak menimbulkan kendala sehingga tidak mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sesuai dengan siklus pengelolaan keuangan negara, yang dimulai dengan perencanaan, kemudian dilanjutkan dengan penganggaran. Selanjutnya dalam tataran pelaksanaan anggaran dibahas mengenai perbendaharaan, pengelolaan aset, akuntansi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan, serta berakhir dengan pertanggungjawaban hasil pengelolaan keuangan negara. Pada
dasarnya
pertanggungjawaban
penyelenggara
kepada
masyarakat,
negara berupa
wajib
menyampaikan
akuntabilitas
keuangan
(financial accountability) dan akuntabilitas kinerja (performance accountability). Dengan pola pertanggungjawaban yang demikian, Pemerintah tidak hanya
2
dituntut untuk mempertanggungjawabkan uang yang dipungut dari rakyat tetapi juga dituntut tuntuk mempertanggungjawabkan atas hasil-hasil yang dicapainya. Pola pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara dikembangkan sejalan dengan teori keagenan (agency Theory). Pada prinsipnya, Pemerintah merupakan orang suruhan atau agen dari rakyat. Rakyat dalam hal ini diwakili oleh DPR. Pemerintah diberi kekuasaan untuk memungut uang dari rakyat berdasarkan Undang-Undang. Setiap tahunnya anggaran pendapatan dan belanja dituangkan dalam Undang-undang APBN. Pemerintah yang memungut, Pemerintah yang mengelola, maka Pemerintah juga berkewajiban untuk mencatat (mengakuntansikan) dan melaporkannya kepada rakyat melalui DPR. Dalam rangka meyakini bahwa laporan dimaksud telah menyajikan kondisi yang sesungguhnya serta Pemerintah telah menaati ketentuan peraturan perundangundangan, maka laporan keuangan tersebut wajib diperiksa oleh pemeriksa yang indipenden. Berdasarkan UUD 45 yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah adalah BPK RI. Laporan keuangan yang disampaikan dalam RUU Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN adalah laporan keuangan yang telah diaudit BPK RI. Laporan keuangan ini paling lambat disampaikan ke DPR pada akhir bulan Juni tahun berikutnya. Laporan keuangan dilampiri dengan Laporan Kinerja dan laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara dan badan lainnya. Laporan keuangan juga disertai dengan Surat Pernyataan Tanggung jawab atau Statement Of Responsibility (SOR).
3
Demikian pentingnya laporan keuangan Pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas, maka penulis tertarik untuk mengambil tema skripsi dengan judul “EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PADA DEPARTEMEN ’XYZ’ TAHUN 2007”. B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah proses penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah pada Departemen ’XYZ’? 2. Apakah Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah pada Departemen ’XYZ’ Tahun 2007 telah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan dan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ada? C.
Tujuan Penelitian Tujuan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui proses penyusunan Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ yang akan diperiksa oleh BPK dan dipertanggung-jawabkan kepada DPR. 2. Mengetahui Pemerintah
kesesuaian
proses
penyusunan
Laporan
Keuangan
pada Departemen ‘XYZ’ apakah telah sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan dan Standar Akuntansi Pemerintahan. D.
Kegunaan Penelitian Adapun tujuan penulisan peneitian ini adalah 1. Bagi penulis
4
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang proses penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah pada Departemen ‘XYZ’. 2. Bagi Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan Sebagai bahan evaluasi dan perbaikan sistem dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat pada tingkat Kementerian Negara/ Lembaga. 3. Bagi pembaca lain Diharapkan
dapat
menambah
wawasan
dalam
ilmu
Akuntansi
Pemerintahan khususnya mengenai penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah pada Departemen ‘XYZ’.
5
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
Keuangan Negara
1.
Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara Keuangan Negara menurut Arifin (1997:18) adalah sebagai berikut: Semua hak dan Kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Keuangan Negara Menurut Bachtiar (2002:18) adalah sebagai berikut: Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan keuangan negara atau daban lain dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan Negara menurut Indra (2005:47) adalah sebagai berikut: Keuangan Negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban warga yang dapat dinilai dengan uang, dalam kerangka tata cara penyelenggaraan pemerintahan. Wujud pelaksanaan Keuangan Negara tersebut dapat diidentifikasikan sebagai segala bentuk kekayaan, hak dan kewajiban negara yang tercantum dalam APBN dan laporan pelaksanaannya. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberi batasan keuangan negara sebagai “semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Secara rinci sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU 17/2003, Ruang Lingkup Keuangan Negara terdiri dari : 6
a.
hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;
b.
kewajiban
negara
untuk
menyelenggarakan
tugas
layanan
umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; c.
Penerimaan Negara/Daerah;
d.
Pengeluaran Negara/Daerah;
e.
kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;
f.
kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g.
kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Dalam pelaksanaannya, ada empat pendekatan yang digunakan dalam
merumuskan keuangan negara, yaitu dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Obyek Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek seluruh yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada 7
kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. 2.
Siklus APBN Pengertian Siklus Anggaran (budget cycle) adalah “Proses pengganggaran
yang
terdiri
atas
perencanaan,
penyusunan,
persetujuan,
pengesahan,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN” Bachtiar (2002:25) . Pengelolaan keuangan negara setiap tahunnya dituangkan dalam APBN. Dengan demikian seluruh program/kegiatan pemerintah harus dituangkan dalam APBN (azas universalitas) dan tidak diperkenankan adanya program/kegiatan yang dikelola di luar APBN (off budget). Siklus APBN terdiri dari Perencanaan dan Penganggaran, Penetapan Anggaran , Pelaksanaan Anggaran, Pemeriksaan Anggaran dan Pertanggungjawaban. a.
Perencanaan dan Penganggaran Dalam bukunya Mardiasmo(2005:62) menjelaskan Anggaran publik sebagai
berikut: Anggaran publik berisi rencana kegiataan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang sederhana, Anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan datang. Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam periode yang akan datang. 8
Pertanggunjawaban
Perencanaan dan Penganggaran
Penetapan Anggaran
Pemeriksaan Anggaran
Pelaksanaan Anggaran
Sumber: Modul Akuntansi Instansi, Depkeu.
Gambar 1 Siklus APBN Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini diatur dalam Undang-undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional. Rencana kerja terdiri dari RPJP untuk masa 20 tahun, RPJM untuk masa 5 tahun, dan RKP untuk masa 1 tahun. Di tingkat Kementerian/Lembaga untuk rencana jangka menengah disebut Renstra Kementerian/Lembaga dan untuk rencana kerja tahunan disebut RKA-KL sebagaimana diatur dalam PP 20 Tahun 2004. Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003, anggaran disusun berdasarkan rencana kerja. Dengan demikian, yang memperoleh alokasi anggaran adalah program/kegiatan prioritas yang tertuang dalam rencana kerja (RKA KL). 9
Dengan mekanisme demikian, program/kegiatan Pemerintah yang direncanakan itulah yang akan dilaksanakan. RKA-KL selanjutnya disampaikan ke Menteri Keuangan untuk dihimpun menjadi RAPBN. RAPBN ini selesai disusun pada awal Agustus untuk disampaikan ke DPR disertai Nota Keuangan. b.
Penetapan Anggaran Pembahasan RAPBN di DPR dilaksanakan dari bulan Agustus sampai
dengan Oktober. Sehubungan dengan pembahasan RAPBN ini, DPR mempunyai hak budget yaitu hak untuk menyetujui anggaran. Dalam hal DPR tidak setuju dengan RAPBN yang diajukan oleh pemerintah, DPR dapat mengajukan usulan perubahan atau menolaknya, namun DPR tidak berwenang untuk mengubah dan mengajukan usulan RAPBN. Apabila DPR tetap tidak menyetujuinya maka yang berlaku adalah APBN tahun sebelumnya. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan organisasi, fungsi, program/kegiatan dan jenis belanja. Dengan APBN yang demikian berarti DPR telah memberikan otorisasi kepada kementerian/lembaga untuk melaksanakan program/kegiatan dengan pagu anggaran yang dimilikinya. APBN yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan Presiden menjadi UU APBN dan selanjutnya dimuat dalam Lembaran Negara. UU APBN dilengkapi dengan rincian APBN yang dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN. c.
Pelaksanaan APBN APBN dilaksanakan oleh Pemerintah untuk periode satu tahun anggaran.
Tahun anggaran Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah 1 Januari sampai 10
dengan 31 Desember. Dengan demikian maka setelah berakhirnya tahun anggaran, tanggal 31 Desember anggaran ditutup dan tidak berlaku untuk tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan UU APBN dan Perpres Rincian APBN disiapkan dokumen pelaksanaan anggaran untuk setiap Kementerian/Lembaga. APBN, walaupun telah diundangkan sebagai UU, tetap merupakan anggaran. Oleh karena itu, azas anggaran yang dikenal dengan nama azas flexibilitas tetap berlaku. Dalam rangka pelaksanaan azas ini, maka untuk mengakomodasi kondisi riil yang dapat saja berbeda dengan yang diasumsikan pada saat penyusunan anggaran, setiap tengah tahun berjalan dilakukan revisi APBN yang dikenal dengan APBN-Perubahan (APBN-P). Untuk keperluan penyusunan APBN-P, pemerintah menyampaikan realisasi anggaran semester I disertai prognosis penerimaan dan pengeluaran semester II. Untuk keperluan internal seluruh Kementerian/Lembaga diwajibkan menyusun Laporan Keuangan Semesteran. Dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang tidak tersedia anggarannya. Apabila pengeluaran tersebut terjadi sebelum APBN-P maka pengeluaran ini dimasukkan dalam APBN-P dan dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran disertai penjelasan. Apabila pengeluaran terjadi setelah APBN-P diundangkan, maka pengeluaran ini dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran disertai dengan penjelasan. Apabila pada akhir tahun terdapat program/kegiatan yang belum selesai dilaksanakan atau anggaran belum terserap, tidak dapat dilanjutkan ke tahun 11
anggaran berikutnya kecuali ada kebijakan pemerintah untuk luncuran APBN. Namun demikian, berhubung APBN hanya berlaku untuk periode satu tahun, maka apabila ada kebijakan luncuran APBN wajib dimasukkan dalam APBN tahun anggaran berikutnya. Laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang disampaikan ke DPR adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK. Laporan keuangan tersebut dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 2004, keseluruhan komponen tersebut dipertanggungjawabkan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, yang ruang lingkupnya telah diuraikan sebelumnya. Untuk penyusunan LKPP, setiap Kementerian/Lembaga sebagai pengguna anggaran/barang wajib menyampaikan pertanggungjawabannya kepada Presiden yang berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan. Kementerian/Lembaga merupakan entitas pelaporan sehingga terhadap laporan keuangannya dilakukan pemeriksaan oleh BPK untuk memberikan opini atas kewjaran penyajian laporan keuangan. d.
Pemeriksaan Anggaran Pemeriksaan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksanakan
oleh BPK. Pemeriksaan ini dilaksanakan selama 2 bulan setelah laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang berupa laporan keuangan, 12
selesai disusun. Disamping itu terdapat pemeriksaan dan pengelolaan keuangan yang dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Pemeriksanaan ini dapat dilaksanakan oleh BPK ataupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). e.
Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran Berdasarkan UU Nomor 17 tahun 2003, RUU pertanggungjawaban atas
pelaksanaan anggaran disampaikan ke DPR paling lambat akhir bulan Juni tahun berikutnya. B.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
1.
Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Pengertian Akuntansi Pemerintahan adalah “Aktivitas pemberian jasa untuk
menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut “(Bachtiar 2002:3). Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 8 menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas antara lain menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (2) menyatakan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. 13
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 7 ayat (20) menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Negara. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi
dan
akuntabilitas,
perlu
diselenggarakan
Sistem
Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP) yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. SAPP terdiri dari Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang Keuangan Negara, maka perlu dibuat suatu mekanisme dan peraturan yang mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. 2.
Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat SAPP berlaku untuk seluruh unit organisasi pada Pemerintah Pusat dan unit
akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi
14
dan/atau Tugas Pembantuan yang dananya bersumber dari APBN
serta
pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP adalah: a.
Pemerintah Daerah (yang sumber dananya berasal dari APBD)
b.
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari: 1) Perusahaan Perseroan; dan 2) Perusahaan Umum.
3.
Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk:
a.
Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yan diterima secara umum;
b.
Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
c.
Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
d.
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
4.
Ciri-ciri Pokok SAPP
a.
Basis Akuntansi 15
Cash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. b.
Sistem Pembukuan Berpasangan Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi yaitu: Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.
c.
Dana Tunggal Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal.
d.
Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.
e.
Bagan Akun Standar SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.
f.
Standar akuntansi Pemerintahan (SAP) SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam melakukan pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan
16
terhadap transaksi keuangan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, akuntansi, dan pelaporan keuangan. 5.
Kerangka Umum SAPP Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari: Kerangka Umum SAPP
SAPP
DJKN
SAI
SAK
SA-BUN
SIMAKBMN
SAKUN
SiAP
SAUP&H
SA-IP
SA-PP
SA-TD
SA-BL
SA-BSBL
SA-TK
SAU
Sumber: Modul Akuntansi Instansi, Depkeu.
Gambar 2 Kerangka Umum SAPP a.
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara; Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN dan Pengguna Anggaran Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP). SA-BUN terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu: 1) Sistem Akuntansi Pusat (SiAP), terdiri dari: a) Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN); b) Sistem Akuntansi Umum (SAU). 2) Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H); 17
3) Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP); 4) Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP); 5) Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD); 6) Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL); 7) Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK); 8) Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL). Dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan BUN, pengolahan data dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN yang terdiri dari : 1)
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa Bendahara Umum Negara Daerah (UAKBUN-D KPPN);
2)
Kantor Wilayah DJPBN selaku Unit Akuntansi Kuasa Koordinator Bendahara Umum Negara Kantor Wilayah (UAKKBUN-KANWIL);
3)
Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat (UAKBUN-P);
4)
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN) dan Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN);
5)
Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
6)
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
7)
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN); 18
8)
Direktorat Jenderal Anggaran selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
9)
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
10)
Badan Lainnya selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN).
b.
Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Sistem
Akuntansi
Instansi
(SAI)
dilaksanakan
oleh
Kementerian
Negara/Lembaga. Kementerian Negara/Lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan. Dalam pelaksanaan SAI, Kementerian Negara/Lembaga membentuk unit akuntansi keuangan dan unit akuntansi barang. Unit akuntansi keuangan terdiri dari: 1)
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA);
2)
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Eselon1 (UAPPAE1);
3)
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Wilayah (UAPPAW);
4)
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).
Unit akuntansi barang terdiri dari: 1)
Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB);
2)
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon1 (UAPPB-E1);
3)
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Wilayah (UAPPB-W); 19
4) 6.
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).
Jenis-jenis Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan kepada DPR
sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR, LKPP tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK. Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari: a.
Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga yang telah direkonsiliasi.
b.
Neraca Pemerintah Neraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Neraca SAI dan Neraca SAKUN.
c.
Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas dari seluruh Kanwil DJPBN.
d.
Catatan atas Laporan Keuangan Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang tersaji di dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas.
C.
Sistem Akuntansi Instansi
1.
Pengertian Sistem Akuntansi Instansi Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 9
menyatakan
bahwa
Menteri/Pimpinan 20
Lembaga
sebagai
pengguna
anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (2) menyatakan bahwa Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam tanggung jawabnya. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (2) menyatakan bahwa dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri/pimpinan lembaga
selaku
Pengguna
Anggaran/Pengguna
Barang
menyusun
dan
menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/Lembaga masing-masing. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun Anggaran 2007 Pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa setelah Tahun Anggaran 2007 berakhir, Pemerintah menyusun Pertanggungjawaban atas 21
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 berupa Laporan Keuangan. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Pasal 60 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban penggunaan dana bagian anggaran yang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neraca Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. Dalam bukunya Gade(2002:115) menjelaskan Sistem Akuntansi Instansi sebagai berikut: Sistem Akuntansi Instansi (SAI) merupakan Sistem akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan Instansi. Untuk melaksanakan sistem tersebut, instansi membentuk unit-unit akuntansi sesuai dengan hierarki organisasi. Unit-unit akuntansi ini melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan instansi. 2.
Tujuan dan Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Instansi dilaksanakan untuk menghasilkan laporan
keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dan laporan BMN sebagai pertanggungjawaban penatausahaan BMN. Sistem Akuntansi Instansi berlaku untuk seluruh unit organisasi Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Sistem Akuntansi Instansi dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga dengan memproses transaksi keuangan yang meliputi arus uang maupun barang.
22
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Anggaran dan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Barang. Di samping mempertanggungjawabkan penggunaan dana/barang yang berada dalam tanggungjawabnya, Menteri/Pimpinan Lembaga juga melaporkan penggunaan Dana Dekosentrasi maupun Tugas Pembantuan. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan merupakan bagian dari anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang dialokasi kepada daerah dan/atau desa. Gubernur, Bupati atau Walikota mengusulkan daftar SKPD yang akan mendapatkan alokasi dana dekonsentrasi maupun tugas pembantuan kepada kementerian negara/lembaga, untuk ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang. SKPD merupakan KPA/KPB mempertanggungjawabkan pelaksanaan dana dekonsentrasi kepada Kementerian Negara/Lembaga melalui Gubernur/Kepala Daerah. Pertanggungjawaban pelaksanaan Dana Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan dilakukan terpisah dari pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. SAK dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Berdasarkan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Perdirjen Nomor Per 24/PB/2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan SAK kementerian negara/lembaga membentuk dan menunjuk unit akuntansi di dalam organisasinya, yang terdiri dari : a.
UAPA pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga;
b.
UAPPA-E1 pada tingkat Eselon I;
c.
UAPPA-W pada tingkat wilayah; 23
d.
UAKPA pada tingkat satuan kerja.
Sumber: Modul Akuntansi Instansi, Depkeu.
Gambar 3 Skema Sistem Akuntansi Instansi 3.
Jenis-jenis Laporan Keuangan Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan
pelaporan
keuangan
organisasinya.
atas
Laporan
pelaksanaan keuangan
anggaran
yang
sesuai
dihasilkan
dengan
tingkat
merupakan
bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari: a.
Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja, yang masing-masing dibandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
b.
Neraca 24
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu. c.
Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci, dan analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Kementerian negara/lembaga yang menggunakan Anggaran Pembiayaan
dan Perhitungan, disamping wajib menyusun laporan keuangan atas bagian anggarannya sendiri, juga wajib menyusun Laporan Keuangan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara terpisah. Atas
Dana
Dekonsentrasi
dan
Tugas
Pembantuan
yang
dilimpahkan/dialokasikan oleh kementerian negara/lembaga kepada pemerintah daerah, laporan keuangannya merupakan satu kesatuan/tidak terpisah dari laporan keuangan kementerian negara/lembaga. Data akuntansi dan laporan keuangan secara berkala disampaikan kepada unit akuntansi di atasnya (asas desentralisasi). Data akuntansi dan laporan keuangan dimaksud dihasilkan oleh sistem akuntansi keuangan (SAK) dan sistem akuntansi barang milik negara (SIMAK-BMN) yang dikompilasi. 4.
Sanksi Dalam hal Kuasa Pengguna Anggaran belum menyampaikan laporan
keuangan, KPPN akan menunda penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas Surat Perintah Membayar (SPM) yang diajukan, kecuali terhadap SPM Belanja Pegawai, SPM-LS kepada pihak ketiga, dan SPM Pengembalian. 25
Kanwil sebagai UAPPA-W atau unit organisasi yang ditunjuk sebagai UAPPA-W yang tidak melakukan penggabungan laporan keuangan seluruh Satuan Kerja yang berada di lingkup kerjanya dan Eselon I sebagai UAPP-E1 di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang tidak melakukan penggabungan laporan keuangan seluruh UAPPA-W dan Satuan Kerja yang berada langsung di bawahnya akan di kenakan sanksi. Pelaksanaan sanksi tidak membebaskan Kuasa Pengguna Anggaran, UAPPA-W, dan UAPPA-E1 dari kewajiban menyampaikan laporan keuangan.
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Gambaran Umum
1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Biro Keuangan Departemen ‘XYZ’ yang
beralamat di Jalan Letjen Sutoyo No.12 Jakarta Timur. 2.
Tugas Pokok dan Fungsi Biro Keuangan Departemen ’XYZ’
a.
Tugas Pokok Biro Keuangan Departemen ’XYZ’ Biro Keuangan Departemen ’XYZ’ mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan keuangan Departemen ’XYZ’.
b.
Fungsi Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 1)
Melaksanakan pengurusan keuangan, pembayaran dan penggajian pegawai;
c.
2)
Pelaksanaan tata laksana keuangan;
3)
Pelaksanaan verifikasi pertanggungjawaban keuangan;
4)
Pelaksanaan pembukuan realisasi keuangan.
Struktur Organisasi Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 1)
Bagian Pembayaran
2)
Bagian Perbendaharaan
3)
Bagian Verifikasi, Akuntansi dan Pelaporan
4)
Kelompok Jabatan Fungsional
27
Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 4 Struktur Organisasi Biro Keuangan Departemen ‘XYZ’ d.
Rincian Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing Bagian 1)
Bagian Pembayaran a)
Tugas Pokok Subdirektorat Bagian Pembayaran melaksanakan
pengurusan
keuangan,
pembayaran
adalah dan
penggajian pegawai. b)
Fungsi Bagian Pembayaran adalah: i.
Penyiapan
administrasi
penggajian
dan
melakukan
pembayaran gaji serta pembayaran belanja pegawai Departemen ’XYZ’ lainnya; ii.
Penyiapan
administrasi
keuangan
dan
pembayaran lainnya; iii.
Pelaksanaan tata usaha pada Biro Keuangan.
28
melakukan
2)
Bagian Perbendaharaan a)
Tugas Pokok Bagian Perbendaharaan adalah melaksanakan tata laksana keuangan
b)
Fungsi Bagian Perbendaharaan adalah: i.
Pelaksanaan pengolahan data SPP/SPM;
ii.
Pelaksanaan pengujian dan penyiapan surat perintah membayar.
3)
Bagian Verifikasi, Akuntansi dan Pelaporan a)
Tugas Pokok Bagian Verifikasi, Akuntansi dan Pelaporan adalah Melaksanakan verifikasi pertanggungjawaban keuangan.
b)
Fungsi Bagian Verifikasi, Akuntansi dan Pelaporan adalah: i.
Pembinaan
administrasi
Departemen
’XYZ’
dan
pengelolaan pemeriksaan
keuangan pertang
gungjawaban realisasi keuangan Departemen ’XYZ’; ii.
Pembinaan administrasi pengelolaan keuangan Kanreg Departemen
’XYZ’
dan
pemeriksaan
pertang
gungjawaban realisasi keuangan Kanreg Departemen ’XYZ’; iii.
Akuntansi dan pembuatan laporan pertanggungjawaban realisasi keuangan.
4)
Kelompok Jabatan Fungsional Melakukan kegiatan sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
29
a)
Terbagi sesuai dengan bidang keahliannya;
b)
Dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Biro Keuangan;
c)
Jumlah tenaga ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja;
d)
Jenis dan jenjang jabatan fungsional ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e.
Kegiatan yang dilakukan terkait dengan Akuntansi dan Pelaporan 1)
Kepala Departemen ‘XYZ’, melaksanakan kegiatan berikut: a)
Membina dan mengkoordinasikan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di lingkungan Departemen ‘XYZ’;
b)
Membina dan memantau pelaksanaan unit akuntansi pengguna anggaran,sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan;
c)
Menetapkan organisasi
sebagai pelaksana Sistem Akuntansi
Instansi; d)
Membina
pelaksanaan
sistem
akuntansi
keuangan
di
Departemen ‘XYZ’; e)
Menyampaikan Laporan Keuangan setiap triwulan, semester, dan tahunan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksana;
f) 2)
Menandatangani Laporan Keuangan Tahunan.
Sekretaris Utama/ Kepala Biro Keuangan melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
30
a)
Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan sistem akuntansi keuangan di Departemen ‘XYZ’;
b)
Mengarahkan penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan;
c)
Memantau pelaksanaan kegiatan akuntansi agar sesuai dengan target yang ditetapkan;
d)
Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan;
e)
Menyetujui Laporan keuangan Departemen ‘XYZ’ yang akan disampaikan sebelum ditandatangani.
3)
Kepala Bagian Verifikasi, Akuntansi dan Pelaporan / Kepala Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a)
Melaksanakan sistem akuntansi keuangan di Departemen ‘XYZ’;
b)
Menyiapkan usulan organisasi dan uraian tugas bagi seluruh unit akuntansi;
c)
Menyiapkan sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yang diperlukan;
d)
Memantau pelaksanaan sistem akuntansi keuangan pada unitunit akuntansi di lingkup Departemen ‘XYZ’;
e)
Memberikan petunjuk kepada unit-unit akuntansi tentang hubungan kerja, sumber daya manusia, sumber dana, sarana dan prasarana serta hal-hal administratif lainnya;
31
f)
Melakukan supervisi, pembinaan atas pelaksanaan sistem akuntansi keuangan pada unit-unit akuntansi di lingkup Departemen ‘XYZ’;
g)
Meneliti dan menganalisis Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ yang akan didistribusikan;
h)
Mengkoordinasikan
pembuatan
laporan
kegiatan
dan
pendistribusiannya; i)
Mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana;
j)
Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara Laporan Barang dengan Laporan Keuanagan;
k)
Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi setiap semesteran;
l)
Menyampaikan Laporan Keuangan yang telah ditandatangani oleh Kepala Departemen ‘XYZ’.
4.
Petugas Akuntansi Keuangan Petugas Akuntansi Keuangan adalah pelaksana di Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan yang terdiri dari Petugas Akuntansi/ Verifikasi dan Petugas Komputer yang melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a)
Memelihara laporan keuangan;
b)
Menerima dan memverifikasi;
c)
Melaksanakan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan laporan barang yang disusun oleh petugas akuntansi barang serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;
32
d)
Melaksanakan rekonsliasi
dengan Departemen ‘XYZ’ serta
melakukan koreksi apabila menmukan kesalahan; e)
Menyusun laporan keuangan setiap triwulan, semester , dan tahunan berdasarkan penggabungan laporan keuangan;
f)
Meneliti dan menganalisa laporan keuangan setiap triwulan, semester, dan tahunan u tuk membuat catatan atas laporan keuangan;
g)
Menyiapkan pendistribusian laporan keuangan;
h)
Menyimpan arsip data keuangan dan melakukan proses tutup buku setiap tahun.
B.
Metode Penelitian Metode Penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah menggunakan
penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek penelitian. Dalam penelitian ini tidak perlu lagi mencari atau menerangkan saling hubungan (korelasi) atau pengaruh, dan tidak perlu dilakukan uji hipotesis.
C. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yaitu Laporan Keuangan Pemerintah dan Sistem Akuntansi Instansi.
33
Penjelasan dari masing-masing variabel tersebut adalah: 1.
Laporan Keuangan Pemerintah adalah Laporan yang disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
2.
Sistem
Akuntansi
Instansi
(SAI)
adalah
sistem
terpadu
yang
menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas
Kementerian Negara/Lembaga(termasuk Entitas
Pemda yang menerima dana APBN dari K/L).
D.
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1.
Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendatangi objek penelitian secara langsung yang bertujuan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi. Dengan demikian data dan informasi yang akan diambil menjadi lebih akurat, karena
data diperoleh dari pihak yang
berkaitan secara langsung dengan topik permasalahan.
34
2.
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu penelitian untuk memperoleh informasi teoritis yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Informasi diperoleh dari buku-buku, literatur, artikel dan referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dengan cara membaca, mengumpulkan dan mencatat serta menganalisisnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan hal ini dilakukan karena kemudahan dalam pengambilan data sehingga memudahkan penelitian dan data yang diperoleh telah melakukan pengujian terhadap kepatuhan peraturan yang mengatur tentang Sistem Akuntansi Instansi. Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah terlebih dahulu sehingga dihasilkan data yang sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini.
E.
Metode Analisis Data Metode Analisis Data yang digunakan oleh Penulis dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang telah tersaji dengan metode yang terdapat pada Standar Akuntansi Pemerintah yang mengatur tentang Sistem Akuntani Instansi sehingga diharapkan dapat diperoleh informasi yang bermanfaat dalam pengambilan kesimpulan.
35
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
1.
Mekanisme Pelaporan SAI
Sumber: Modul Akuntansi Instansi, Depkeu.
Gambar 5 Mekanisme Pelaporan SAI
36
Penjelasan a.
UAKPA menyampaikan dokumen sumber perolehan Aset Tetap kepada UAKPB setiap terdapat transaksi perolehan Aset.
b.
UAKPB mengirimkan ADK aset setiap bulan ke UAKPA sebagai bahan penyusunan neraca.
c.
UAKPB menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap triwulan ke KPKNL sebagai bahan pemutakhiran data BMN.
d.
UAKPA menyampaikan secara bulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca dan ADK termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CALK.
e.
BLU menyampaikan secara triwulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca dan ADK dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CALK.
f.
KPKNL menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke KPPN sebagai bahan rekonsiliasi data BMN.
g.
KPKNL menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke Kanwil DJKN sebagai bahan penyusunan laporan BMN tingkat wilayah.
h.
KPPN menyampaikan Laporan Keuangan Kuasa BUN termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap bulan dan mengirimkan ADK setiap hari ke Kanwil Ditjen PBN cq. Bidang AKLAP. 37
i.
BLU menyampaikan menyampaikan ADK, LRA dan neraca kepada UAPPAE1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap triwulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan Catatan Atas Laporan.
j.
UAKPA menyampaikan ADK, LRA dan neraca termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan kepada UAPPA-W untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan Catatan Atas Laporan Keuangan.
k.
UAKPA Kantor Pusat menyampaikan ADK, LRA dan neraca termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan kepada UAPPA-E1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan apabila . Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan Catatan Atas Laporan Keuangan.
l.
UAKPB menyampaikan Laporan BMN beserta ADK ke UAPPB-W untuk digabungkan setiap semester.
m.
UAKPB Kantor Pusat menyampaikan Laporan BMN beserta ADK ke UAPPBE1 untuk digabungkan setiap semester.
n.
UAPPB-W menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-W setiap semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPPA-W.
o.
UAPPB-W melakukan rekonsiliasi data BMN dengan Kanwil DJKN setiap semester. 38
p.
UAPPA-W
menyampaikan
ADK
termasuk
Bagian
Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan ke Kanwil Ditjen PBN cq. Bidang AKLAP, dan menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap triwulan dalam rangka rekonsiliasi tingkat wilayah. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CALK. q.
UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca dan ADK termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara triwulanan kepada UAPPA-E1 untuk digabungkan di tingkat eselon I. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CALK.
r.
Kanwil DJKN menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke Kanwil DJPBN sebagai bahan rekonsiliasi data BMN.
s.
UAPPB-W menyampaikan ADK transaksi BMN dan laporan BMN ke UAPPBE1 untuk digabungkan di tingkat eselon I setiap semester.
t.
UAPPB-E1 melakukan rekonsiliasi data BMN UAKPB Kantor Pusat dengan Kanwil DJKN setiap semester.
u.
Kanwil DJKN menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke Kantor Pusat DJKN sebagai bahan penyusunan laporan BMN tingkat pemerintah pusat.
v.
Kanwil Ditjen PBN mengirim ADK setiap hari dan Laporan Keuangan Kuasa BUN setiap triwulan termasuk data Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan ke Kantor Pusat Ditjen PBN cq Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sebagai bahan rekonsiliasi dengan kementerian negara/lembaga di tingkat pusat. 39
w.
UAPPB-E1 menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-E1 setiap semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPPA-E1.
x.
UAPPB-E1 menyampaikan ADK dan laporan BMN ke UAPB untuk digabungkan di tingkat kementerian negara/lembaga setiap semester.
y.
UAPPA-E1 menyampaikan LRA, Neraca dan ADK termasuk BLU dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap triwulan ke UAPA sebagai bahan penyusunan laporan keuangan tingkat kementerian negara/lembaga. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CALK.
z.
Apabila diperlukan UAPPA-E1 dapat melakukan rekonsiliasi laporan keuangan tingkat eselon I dengan Ditjen PBN cq. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester.
aa.
UAPB menyampaikan laporan BMN kepada UAPA setiap semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPA.
bb.
UAPA menyampaikan LRA dan neraca anggaran pembiayaan dan perhitungan ke Ditjen Anggaran c.q Dit. Anggaran III yang bertindak sebagai
Biro
Keuangan
Bagian
Anggaran
Pembiayaan
dan
Perhitungan. cc.
UAPA menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada Ditjen PBN cq. Dit. APK termasuk BLU dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan dalam rangka rekonsiliasi dan penyusunan Laporan Keuangan pemerintah pusat setiap semester. 40
dd.
DJA cq. Dit Anggaran III menyampaikan laporan keuangan dan ADK dalam rangka rekonsiliasi dengan Ditjen PBN cq. Dit. APK setiap semester.
ee.
UAPB
menyampaikan
laporan
BMN
tingkat
kementerian
negara/lembaga ke Ditjen KN. ff.
Ditjen KN menyampaikan laporan BMN Pemerintah Pusat ke Ditjen PBN c.q. Dit.APK sebagai bahan penyusunan neraca Pemerintah Pusat.
2.
Pelaksanaan SAI
a.
Dokumen Sumber Dokumen sumber yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan di
tingkat satuan kerja adalah : 1)
Dokumen penerimaan yang terdiri dari : a)
Estimasi Pendapatan yang dialokasikan: (Pajak, PNBP dan Hibah pada DIPA dan dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA);
b)
Realisasi Pendapatan: Bukti Penerimaan Negara (BPN) disertai dokumen pendukung SSBP, SSPB, SSP, SSBC, dan dokumen lain yang dipersamakan.
2)
Dokumen pengeluaran yang terdiri dari : a. Alokasi Anggaran DIPA, SKO, dan dokumen lain yang dipersamakan;
41
b. Realisasi Pengeluaran : SPM beserta SP2D, dan dokumen lain yang dipersamakan. 3)
Memo Penyesuaian yang digunakan dalam rangka pembuatan jurnal koreksi dan jurnal aset .
4)
Dokumen Piutang antara lain kartu piutang, daftar rekapitulasi piutang, dan daftar umur piutang
5)
Dokumen Persediaan antara lain kartu persediaan, buku persediaan, dan laporan persediaan.
6)
Dokumen Konstruksi dalam Pengerjaan antara lain kartu KDP, Laporan KDP, dan lembar analisis SPM/SP2D.
7)
Dokumen lainnya dalam rangka penyusunan laporan keuangan kementerian Negara/lembaga seperti Berita Acara Serah Terima Barang (BAST), SK
Penghapusan, Laporan Hasil Opname Fisik
(LHOF), dan lain sebagainya. b.
Prosedur
Penyusunan
Laporan
Keuangan
kementerian
negara/lembaga. Tahapan perekaman dokumen sumber sampai dengan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut: 1)
Tingkat UAKPA Kegiatan
Harian,
Bulanan,
Triwulanan,
Semesteran
dan
Tahunan. a)
Menerima dan memverifikasi dokumen sumber transaksi keuangan dan barang milik negara. 42
b)
Menyampaikan dokumen sumber transaksi yang mendukung kapitalisasi nilai BMN kepada UAKPB.
c)
Menerima dan memproses ADK BMN dari UAKPB setiap bulan.
d)
Merekam dokumen sumber.
e)
Mencetak dan memverifikasi RTH dengan dokumen sumber.
f)
Melakukan posting data untuk seluruh transaksi keuangan dan BMN setiap bulan.
g)
Mencetak dan memverifikasi buku besar.
h)
Mencetak dan mengirim laporan keuangan beserta ADK ke KPPN setiap bulan.
i)
Melakukan rekonsiliasi data dengan KPPN dan menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan data jika terdapat kesalahan pada data UAKPA.
j)
Mencetak
Neraca,
Laporan
Realisasi
Anggaran,
dan
menyampaikannya ke UAPPA-W/UAPPA-E1 beserta ADK setiap bulan. k)
Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan dan menyampaikan ke UAPPA-W/UAPPA-E1 setiap semester.
l) 2)
Melakukan back up data.
Tingkat UAPPA-W Kegiatan
Harian,
Bulanan,
Tahunan. 43
Triwulanan,
Semesteran
dan
a)
Menerima dan memverifikasi laporan keuangan beserta ADK yang diterima dari UAKPA setiap bulan.
b)
Menggabungkan data laporan keuangan dari masing-masin UAKPA yang berada dibawahnya.
c)
Melakukan pencocokan hasil penggabungan data BMN dengan UAPPBW setiap semester.
d)
Menyampaikan data laporan keuangan ke Kanwil Ditjen PBN sebagai bahan rekonsilasi setiap triwulan.
e)
Melakukan rekonsiliasi data dengan Kanwil Ditjen PBN, menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan data jika terdapat kesalahan pada data UAPPA-W.
f)
Mencetak
Neraca,
Laporan
Realisasi
Anggaran,
dan
menyampaikannya ke UAPPA-E1 beserta ADK sesuai jadwal penyampaian. g)
Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan dan menyampaikan ke UAPPA-E1 setiap semester.
h) 3)
Melakukan back up data.
Tingkat UAPPA-E1 Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan. a)
Menerima dan memverifikasi laporan keuangan yang diterima dari
UAKPA
Kantor
Pusat
dan
UAKPA
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan setiap bulan.
44
Dana
b)
Menerima dan memverifikasi laporan keuangan yang diterima dari UAPPA-W dan Badan Layanan Umum setiap triwulan.
c)
Melakukan pencocokan data BMN UAPPA-E1 dengan UAPPBE1.
d)
Melakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen PBN c.q. Dit. APK jika diperlukan.
e)
Mencetak
Neraca,
Laporan
Realisasi
Anggaran,
dan
menyampaikannya ke UAPA beserta ADK setiap triwulan. Untuk semesteran disertai Catatan atas Laporan Keuangan. f)
Membuat ringkasan laporan keuangan untuk Badan Layanan Umum dan menyampaikannya ke UAPA setiap semester.
g) 4)
Melakukan back up data.
Tingkat UAPA Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan. a)
Menerima dan memverifikasi laporan keuangan yang diterima dari UAPPA-E1 setiap triwulan.
b)
Menggabungkan data laporan keuangan dari semua UAPPA-E1.
c)
Melakukan pencocokan data BMN UAPA dengan UAPB.
d)
Melakukan rekonsiliasi data dengan Dit. APK setiap semester dan tahunan, menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan data jika ditemukan kesalahan pada data UAPA.
45
e)
Mencetak Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran dan Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan setiap semester dan tahunan.
f)
Membuat ringkasan laporan keuangan untuk Badan Layanan Umum untuk dilampirkan dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga setiap semester dan tahunan.
g)
Membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SOR).
h)
Menyampaikan laporan keuangan dan ringkasan laporan keuangan Badan Layanan Umum beserta ADK ke Ditjen PBN c.q. Dit. APK
i)
Melakukan back up data.
Pada tingkat kantor pusat instansi, UAPA melakukan penggabungan data yang diterima dari UAPPA-E1 yang berada di lingkup kerjanya serta menyampaikan ADK dan Laporan Keuangan tersebut kepada Ditjen PBN c.q Dit. APK sebagai bahan penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat. Kementerian negara/lembaga melakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen PBN cq. Dit.APK berdasarkan data yang diterima dari Kanwil Ditjen PBN dan transaksi pusat. Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga yang telah direkonsiliasi tersebut akan direviu oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga. Apabila kementerian negara/lembaga belum memiliki aparat pengawas intern, Sekretaris Jenderal/yang setingkat menunjuk seorang atau beberapa orang pejabat di luar biro/bidang keuangan untuk melakukan reviu atas laporan keuangan. Reviu tersebut dilaksanakan atas Laporan Keuangan 46
kementerian negara/lembaga. Hasil reviu dituangkan dalam Pernyataan Telah Direviu.
Tabel 1 Pernyataan Telah Direviu PERNYATAAN TELAH DIREVIEW DEPARTEMEN ‘XYZ’ TAHUN ANGGARAN 2007
Kami telah mereview Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ berupa Neraca untuk tanggal 31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan lain terkait. Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen Keuangan Departemen ‘XYZ’. Review terutama terdiri dari permintaan keterangan kepada pejabat entitas pelaporan dan prosedur analitik yang diterapkan atas data keuangan. Review mempunyai lingkup yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami tidak memberi pendapat semacam itu.
47
Berdasarkan review kami, dengan pengecualian pada masalah yang kami jelaskan dalam paragraf berikut, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Seperti yang diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan pada catatan penting lainnya/pengungkapan lainnya mengenai Aset Tetap, nilai Aset Tetap sebesar Rp. 459.925.168.385 yang tercantum dalam Neraca per 31 Desember 2007 Departemen ‘XYZ’ belum dilakukan inventarisasi ulang dan penilaian kembali sesuai dengan Keputusan Presiden No 17 Tahun 2007 tentang Tim Penertiban Barang Milik Negara. Dalam tahun 2008 akan dilakukan Inventarisasi dan penilaian Aset antara DEPARTEMEN ‘XYZ’ bersama Departemen Keuangan. Jakarta, 25 April 2008 Inspektur
Nama Jelas NIP XXXXXXXXX Sumber : Laporan Keuangan Departemen XYZ Tahun 2007
Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga semesteran disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q Dirjen Perbendaharaan selambat lambatnya 1 (satu) bulan setelah semester berakhir. Sedangkan Laporan Keuangan tahunan 48
disampaikan selambar-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Khusus LRA disampaikan setiap triwulan kepada Dirjen Perbendaharaan c.q. Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Laporan Keuangan tahunan harus disertai Pernyataan Telah Direview yang ditanda tangani oleh aparat pengawas intern dan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh Menteri /Pimpinan Lembaga. Tabel 2 Bentuk Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB KEPALA DEPARTEMEN ‘XYZ’
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2007 (Audited) sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami. Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta, 28 April 2008 Kepala
Nama Jelas NIP. XXXXXXXXX Sumber : Laporan Keuangan Departemen XYZ Tahun 2007
49
c.
Prosedur Rekonsiliasi 1)
Prosedur Rekonsiliasi UAKPA dengan KPPN a)
Kepala Subbagian Umum menerima Surat Pengantar, Register Pengiriman, Daftar Buku Besar dan ADK-GL dari Satker setiap bulan, kemudian dikirimkan kepada Seksi Verifikasi dan Akuntansi;
b)
Seksi Verifikasi dan Akuntansi melakukan upload ADK_GL UAKPA: i.
Menerima ADK_GL UAKPA dari Subbagian Umum;
ii.
Melakukan pengecekan kelengkapan dan kebenaran ADK_GL UAKPA dengan register pengiriman;
iii.
Masukkan ADK_GL UAKPA ke databased KPPN. Apabila hasil pengecekan ADK_GL UAKPA dengan register pengiriman tidak sama maka ADK_GL UAKPA bersama register dikembalikan ke Subbag Umum.
c)
Rekonsiliasi data SAU dengan data SAI yang terdapat dalam aplikasi SIA KPPN.
d)
Mencetak dan meneliti laporan rekonsiliasi SAI dan SAU.
e)
Apabila Hasil Laporan Rekonsiliasi sudah sesuai antara SAI dengan SAU maka dibuatkan berita acara yang ditandatangani pihak KPPN dan pihak Satker. Berita acara dan Laporan Hasil Rekonsiliasi di buat rangkap 2, 1 rangkap dikirimkan ke satker dan 1 rangkap diarsipkan; 50
f)
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara SAI dengan SAU: i.
Apabila SAI (UAKPA) yang salah, kirimkan Laporan Hasil Rekonsiliasi tersebut ke satker yang bersangkutan untuk dilakukan pengecekan ke dokumen sumber yang kemudian dilakukan proses perbaikan data, posting dan pencetakan BJ/DT. Bersama BJ/DT yang sudah diperbaiki satker mengirimkan kembali hasil rekonsiliasi ke KPPN, kemudian dibuatkan berita acara rekonsiliasi.
ii.
Apabila SAU (KPPN) yang salah, lakukan pengecekan terhadap
dokumen
sumber,
kemudian
mengirimkan
dokumen yang salah kepada seksi terkait untuk diperbaiki, selanjutnya lakukan posting dan rekonsiliasi. g)
Berita acara rekonsiliasi tersebut dibuat 2 rangkap dan ditanda tangani oleh pihak KPPN dan pihak Satker, 1 rangkap diserahkan pada pihak Satker dan 1 rangkap untuk arsip KPPN.
2)
Prosedur Proses Rekonsiliasi UAPPA-W dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan a)
Kepala Bagian Umum menerima Surat Pengantar, Register Pengiriman dan ADK-GL dari UAPPA-W setiap bulan, kemudian dikirimkan ke Bidang Akuntansi dan Pelaporan;
b)
Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan mendisposisikan Surat Pengantar, Regiser Pengiriman dan ADK-GL UAPPA-W yang
51
diterima dari Kepala Bagian Umum kepada Kepala Seksi Pengolahan Data Akuntansi (PDA). c)
Seksi PDA melakukan upload data serta melakukan verifikasi dengan cara mengecek kelengkapan dan kebenaran ADK-GL dengan register pengirimannya.
d)
Apabila register upload sudah sama dengan regiater pengiriman, masukkan ADK_UAPPA-W ke dalam data base Aplikasi Akuntansi Pelaporan. Apabila terdapat perbedaan antara register upload dengan register pengiriman dari UAPPA-W maka ADK dan register pengiriman dikirim kepada bagian umum
untuk
dikembalikan
kepada
UAPPA-W
yang
bersangkutan. e)
Melakukan rekonsiliasi data Sitem Akuntansi Umum dengan data Sistem Akuntansi Instansi;
f)
Mencetak laporan hasil rekonsiliasi;
g)
Apabila Laporan hasil rekonsiliasi sudah sesuai antara SAU dengan SAI, maka laporan hasil rekonsiliasi diserahkan ke Seksi Pelaporan Keuangan untuk dibuatkan berita acara rekonsiliasi;
h)
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara SAU dengan SAI maka: Apabila SAI (UAPPA-W) yang salah i.
ADK_GL UAPPA-W dikembalikan ke AUPPA – W melalui Bagian Umum.
ii.
UAPPA – W selanjutnya mengirimkan ke UAKPA. 52
iii.
UAKPA melakukan perbaikan dengan prosedur berikut: i)
Melakukan restore data backup periode yang salah (catatan sebelum melakukan pengiriman data ke UAPPA-W harus dilakukan backup data)
ii)
Memperbaiki
data
yang
salah
sesuai
dengan
pemberitahuan dari UAPPA – W iii)
Melakukan posting dan pengiriman ulang ke UAPPA W
iv)
UAPPA – W menerima dan memproses ADK-GL perbaikan dari UAKPA
v)
UAPPA – W mengirimkan ADK – GL perbaikan ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan
vi)
Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan proses upload sampai dengan dikeluarkan berita acara rekonsiliasi.
Apabila SAU (Kanwil) yang salah: i.
Memberitahukan data yang salah kepada KPPN
ii.
KPPN melakukan pengecekan terhadap dokumen sumber, memperbaiki data serta melakukan posting ulang.
iii.
Mencetak Laporan dan melakukan verifikasi
iv.
Mengirim data perbaikan ke Kantor Wilayah
53
v.
Kantor Wilayah menerima data perbaikan dan selanjutnya melakukan proses rekonsiliasi sampai dengan pembuatan berita acara rekonsiliasi.
i)
Berita acara rekonsiliasi tersebut dibuat 2 lembar dan ditanda tangani oleh pihak Kanwil dan pihak UAPPA-W, 1 lembar diserahkan pada pihak UAPPA-W;
3)
Prosedur Rekonsiliasi Kementerian Negara/Lembaga Dengan Dit APK. a)
Persiapan Kementerian Negara/Lembaga (UAKPI) i.
Bahan
yang digunakan untuk melakukan rekonsiliasi
adalah Backup data berupa ADK yang berisi Buku Besar UAKPA. ii.
UAPA mencetak Buku Besar tingkat UAKPA
iii.
UAPA mengirimkan buku besar dan ADKnya ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
b)
Proses Rekonsiliasi pada Direktorat Informasi Akuntansi i.
Menghimpun data penerimaan dan pengeluaran melalui KPPN dan Direktorat Pengelolaan Kas;
ii.
Menerima buku besar dan ADKnya dari UAPA;
iii.
Melakukan upload ADK yang diterim dari UAPA
iv.
UAPA
bersama-sama
dengan
DAPK
melakukan
rekonsiliasi Buku besar UAKPA dengan data DAPK.
54
v.
Apabila terjadi perbedaan antara buku besar UAPA dengan data DAPK maka: Apabila UAPA yang salah:
i.
UAPA melakukan penelusuran dengan mencetak daftar SPM, SP2D dan SSBP berdasarkan UAKPA sesuai dengan kebutuhan;
ii.
Memerintahkan UAKPA melakukan perbaikan data sesuai dengan prosedur melalui UAPPA – E1 dan UAPPA – W;
iii.
UAKPA melakukan perbaikan dengan prosedur berikut: i)
Melakukan restore data backup periode yang salah (catatan sebelum melakukan pengiriman data ke UAPPA-W harus dilakukan backup data)
ii)
Memperbaiki
data
yang
salah
sesuai
dengan
pemberitahuan dari UAPPA – W iii)
Melakukan posting dan pengiriman ulang ke UAPPA W
iv.
UAPPA – W menerima dan memproses ADK-GL perbaikan dari UAKPA
v.
UAPPA – W mengirimkan ADK – GL perbaikan ke UAPPA – E1 dan Kanwil Ditejen Perbendaharaan
vi.
Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan proses upload sampai dengan dikeluarkan berita acara rekonsiliasi.
55
vii.
UAPPA – E1 menerima, mengkopilasi ADK – GL serta mengirimkan ke UAPA;
viii.
UAPA menerima dan mengkompilasi ADK-GL dari UAPPA – E1 serta mengirimkannya ke DAPK;
ix.
DAPK melakukan upload, rekonsiliasi sampai dengan mencetak Berita acara rekonsiliasi yang ditandatngani oleh petugas ekonsiliasi UAPA dan DAPK.
Apabila DAPK yang salah: i.
DAPK memberitahukan terdapat kesalahan data kepada KPPN melalui Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan;
ii.
KPPN menelusuri kesalahan tersebut;
iii.
KPPN melakukan perbaikan data sesuai dengan prosedur;
iv.
KPPN mengirimkan data perbaikan ke Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan;
v.
Kantor Wilayah menerima dan mengkompilasi data KPPN dan mengirimkannnya ke DAPK;
vi.
DAPK menerima dan mengkompilasi data KPPN yang dikirim oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan;
vii.
DAPK bersama UAPA melakukan rekonsiliasi, mencetak Berita Acara Rekosiliasi yang kemudian ditandatangani oleh petugas rekonsiliasi dari UAPA dan DAPK
56
B.
Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah ‘XYZ’ dengan Peraturan Perundang-Undangan dan Standar Akuntansi Pemerintahan
1.
Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah ‘XYZ’ dengan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan berdasarkan pada Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Laporan Keuangan Pemerintah, Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah setidak-tidaknya terdiri dari
Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ ini telah memenuhi kriteria diatas dan telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah Laporan Keuangan Pemerintah, Laporan Keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan SAP dan dihasilkan dari suatu Sistem Akuntansi Pemerintahan. Laporan
57
Keuangan Pemerintah ‘XYZ’ Tahun 2007 ini disusun dari laporan keuangan seluruh satuan kerja yang berada di bawahnya dan disusun secara berjenjang. 2.
Kesesuaian Laporan Peraturan Perundang-Undangan dan Standar Akuntansi Pemerintahan
a.
Laporan Relisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen
laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu periode tertentu. Penyandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat capaian targettarget yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk tujuan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran, masih menggunakan basis kas, baik untuk anggaran maupun akuntansi realisasi anggarannya. Laporan
Realisasi
Anggaran
disajikan
sedemikian
rupa
sehingga
menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar. Laporan Realisasi
Anggaran menyandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dengan anggarannya. Dari Laporan Realisasi Anggaran dibawah ini dapat diperoleh informasi perbandingan antara Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran (TA) 2007 dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, selama periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2007.
58
Tabel 3 Laporan Realisasi Anggaran Departemen ‘XYZ’ LAPORAN REALISASI ANGGARAN DEPARTEMEN ‘XYZ’ UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007 (DALAM RUPIAH)
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : (088) DEPARTEMEN ‘XYZ’
2007 No.
B.2.1
2 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENERIMAAN DALAM NEGERI Penerimaan Perpajakan
B.2.1. 1
Penerimaan Negara Bukan Pajak HIBAH JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH
B.2.2
ANGGARAN
REALISASI
REALISASI DIATAS (DIBAWAH) ANGGARAN
% REAL. ANGG.
ANGGARAN
REALISASI
REALISASI DIATAS (DIBAWAH) ANGGARAN
% REAL. ANGG.
3
4
5
6
7
8
9
10
URAIAN
1
2006
3,148,000
269,069,222
265,921,222
8,547.31
408,000
101,081,398
100,673,398
24,774.85
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
3,148,000
269,069,222
265,921,222
8,547.31
408,000
101,081,398
100,673,398
24,774.85
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
3,148,000
269,069,222
265,921,222
8,547.31
408,000
101,081,398
100,673,398
24,774.85
344,351,376,000
288,395,907,170
(55,955,468,830)
83.75
247,266,334,000
228,456,553,483
(18,809,780,517)
92.39
128,910,008,000
112,390,980,906
(16,519,027,094)
87.19
93,407,275,000
90,712,667,730
(2,694,607,270)
97.12
BELANJA NEGARA Rupiah Murni Belanja Pegawai
59
Belanja Barang
104,617,705,000
80,610,486,812
(24,007,218,188)
77.05
89,265,282,000
74,644,247,569
(14,621,034,431)
83.62
Belanja Modal
110,823,663,000
95,394,439,452
(15,429,223,548)
86.08
64,593,777,000
63,099,638,184
(1,494,138,816)
97.69
Pembayaran Bunga Utang
0
0
0
0.00
0
0
0
0
Subsidi
0
0
0
0.00
0
0
0
0
Hibah
0
0
0
0.00
0
0
0
0
Bantuan Sosial
0
0
0
0.00
0
0
0
0
Belanja Lain-lain
0
0
0
0.00
0
0
0
0
37,183,172,000
0
(37,183,172,000)
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Pinjaman Luar Negeri Belanja Pegawai Belanja Barang
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Belanja Modal
37,183,172,000
0
(37,183,172,000)
0.00
0
0
0
0.00
Pembayaran Bunga Utang
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Subsidi
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Hibah
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Bantuan Sosial
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Belanja Lain-lain
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Belanja Pegawai
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Belanja Barang
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Belanja Modal
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Pembayaran Bunga Utang
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Subsidi
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Hibah
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Hibah
60
Bantuan Sosial
0
Belanja Lain-lain
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
381,534,548,000
288,395,907,170
(93,138,640,830)
75.59
247,266,334,000
228,456,553,483
(18,809,780,517)
92.39
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Perbankan Dalam Negeri
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
Non Perbankan Dalam Negeri (Neto)
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
0
0
0
0.00
JUMLAH BELANJA PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI (NETO)
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (NETO) Penarikan Pinjaman Luar Negeri Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri JUMLAH PEMBIAYAAN
Jakarta, 25 April 2008 Kepala
Nama Jelas NIP XXXXXXXXX Sumber : Laporan Keuangan Departemen XYZ Tahun 2007
61
Dari Laporan Realisasi Anggaran Departemen ‘XYZ’ diatas, diketahui bahwa Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak tahun 2006 dan 2007 selalu jauh diatas dari Anggaran yang telah ditetapkan masing-masing 24,774.85% dan 8,547.31%, alangkah baiknya bila pada tahun-tahun selanjutnya Departemen ‘XYZ’ mengestimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak yang lebih besar lagi dari pos-pos yang ada. Dari sisi Belanja Negara terdapat Rp. 37.183.172.000 atau 9,7% dari total belanja Departemen ‘XYZ’ Anggaran yang berasal dari Pinjaman Luar Negeri yang tidak terjadi realisasi, demikian pula dengan peningkatan Anggaran belanja dari Rp. 247.266.334.000 pada tahun 2006 menjadi Rp. 381.534.548.000 di tahun 2007 tetapi yang terealisasi hanya 75.59 % dari Anggaran Belanja yang telah ditetapkan. Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, seharusnya Departemen ‘XYZ’ lebih memperhatikan prinsip ini sehingga Anggaran yang ditetapkan dapat terealisasi dan tingkat capaian target-target yang telah disepakati dengan pihak legislatif dapat dicapai. b.
Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal laporan. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset nonlancar. Aset lancar terdiri dari kas atau aset lainnya yang dapat diuangkan atau dapat dipakai habis dalam waktu 12 bulan mendatang. Aset tidak lancar terdiri dari investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya.
62
Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang atau sama dengan 12 bulan setelah tanggal pelaporan, sedangkan kewajiban jangka panjang akan jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan. Sedangkan ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar dan ekuitas dana investasi. Neraca disusun dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dengan Sistem sentralisasi, neraca disusun secara terpusat oleh bagian akuntansi suatu entitas pelaporan. Sedangkan dengan desentralisasi neraca disusun oleh entitas-entitas akuntansi yang kemudian digabung oleh entitas pelaporan. Pada pemerintah pusat, satuan kerja merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan keuangan yang akan digabungkan oleh menteri/pimpinan lembaga menjadi neraca K/L. Neraca K/L selanjutnya akan dikonsolidasikan menjadi laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP). Konsolidasi tersebut dilakukan dengan menjumlahkan akun-akun neraca K/L dan bendahara umum negara (pos khusus) serta mengeliminasi akun-akun timbal balik. Neraca di bawah ini menunjukkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2007.
63
Sumber : Laporan Keuangan Departemen XYZ Tahun 2007
Gambar 6 Neraca Departemen ‘XYZ’
64
c.
Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan (Terlampir) merupakan salah satu dari
komponen Laporan Keuangan di samping Laporan Arus Kas dan Neraca. Secara awam, Catatan ini merupakan bentuk Laporan yang paling tidak terstruktur, sehingga cara pembacaannya pun sangat akrab dengan cara pembacaan yang dikuasai oleh orang awam. Oleh karena itu, jika Catatan atas laporan Keuangan ini dapat memuat aspek-aspek yang memadai dan lengkap, bisa jadi ia akan menjadi suatu sumber informasi yang sangat relevan bagi pengambilan keputusan bagi pengguna umum. Mengingat sistem akuntansi pemerintah berkaitan dengan transaksi keuangan pemerintah, maka cakupan isi Catatan ini sudah pasti akan sangat berkaitan dengan seputar penganggaran dan realisasi anggaran. Pada intinya, isi Catatan ini adalah menguraikan berbagai hal yang dianggap penting yang telah memengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas yang apabila tidak dijelaskan akan dapat menyesatkan pembaca laporan keuangan pemerintah. Dari Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) didapat informasi yang menguraikan dasar hukum, metodologi penyusunan Laporan Keuangan, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan, dan belanja diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN). Dalam penyajian Neraca, aset, kewajiban, 65
dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN. Dari Catatan Atas Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ diketahui bahwa Implementasi SAI tahun 2007 mengalami kemajuan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2007 seluruh satuan kerja telah menyelenggarakan SAI dalam menyusun laporan keuangan. Data neraca yang disajikan dalam laporan keuangan Departemen ‘XYZ’ berasal dari Sistem Akuntansi Barang Milik Kekayaan Negara (SABMN). Seluruh satuan kerja yang ada di bawah Departemen ‘XYZ’ sudah melaksanakan SABMN. Hal ini yang pada sebelumnya menjadi temuan BPK-RI bahwa Kuantitas dan kualitas operator komputer yang terkait dengan penyusunan dan pelaporan keuangan khususnya neraca belum memadai untuk mendukung terwujudnya sistem pengendalian intern yang baik telah diselesaikan ditanggai dengan baik oleh Departemen ’XYZ’. d.
Tanggapan Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Tahun 2006 dan 2007 Pada tahun 2006 BPK tidak menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan
Departemen ‘XYZ’ hal ini disebabkan karena belum ditetapkannya neraca awal dan kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas aset tetap, serta BPK tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang memadai sehingga tidak memungkinkan bagi BPK untuk menyatakan pendapat.
66
Pada tahun 2007 BPK memberikan pendapat Wajar Dengan Pengecualian atas Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ hal ini disebabkan karena masih terdapat aset yang belum dicatat dalam Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’.
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap Laporan keuangan
Departemen XYZ tahun 2007, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Prosedur penyusunan laporan keuangan Departemen ‘XYZ’ dimulai dengan perekaman dokumen sumber dan diakhiri dengan pelaporan keuangan, pada tahapan tersebut terdapat proses rekonsiliasi dengan kantor vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang menangani Akuntansi. Laporan Keuangan yang dihasilkan harus disertai dengan Pernyataan Telah Direviu yang ditanda tangani oleh aparat pengawas intern dan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh Menteri /Pimpinan Lembaga.
2.
Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh Departemen ‘XYZ’ telah sesuai dengan Perundang-undangan dan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ada.
B.
SARAN Dari beberapa kesimpulan yang telah penulis ambil, maka berikut ini
penulis ingin memberi sedikit saran dan masukan: 1.
Perlu diadakannya pelatihan secara kontinu tentang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sehingga dihasilkan Sumber Daya Manusia yang terampil dan Ahli dalam membuat laporan keuangan. 68
2.
Perlu dibentuk sebuah sistem yang terintegrasi mulai dari perencanaan hingga pelaporan keuangan, sehingga informasi keuangan pemerintah dapat lebih cepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.
Agar Departemen ‘XYZ’ meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan sehingga BPK memberikan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Sabeni dan Imam Ghozali. 1997. Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan, Edisi 4, BPFE -Yogyakarta, Yogyakarta. Bahtiar Arif, Muchlis dan Iskandar. 2002. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta. Depkeu. Modul Sistem Akuntansi Instansi . Jakarta. Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik. 2006.Standar Akuntansi Pemerintahan Telaah Kritis – PP No. 24 Tahun 2005, Edisi Pertama, BPFE -Yogyakarta, Yogyakarta. Indra Bastian. 2005. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Muhammad Gade. 2002. Akuntansi Pemerintahan, Edisi Revisi. LPFE-Universitas Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Menteri Keuangan No. 171 Tahun 2007
tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Undang-undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
70
LAMPIRAN I : PENJELASAN UMUM CaLK Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007
A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 55 ayat (2) menetapkan bahwa Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing. 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menetapkan bahwa LKPP (Audited) disusun berdasarkan LKPP (Unaudited) yang telah dikoreksi atau disesuaikan menurut hasil pemeriksaan BPK. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. 8. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 24/PB/ tahun 2006. tentang penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
A.2. KEBIJAKAN TEKNIS DEPARTEMEN ‘XYZ’ Berdasarkan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan tugas Fungsi, Kewenangan, susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Keppres No 11 tahun 2005, Departemen ‘XYZ’ merupakan LPND yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Departemen ‘XYZ’ bertugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keluaran (output) dari pelaksanaan tugas dan fungsi DEPARTEMEN ‘XYZ’ adalah tersusunnya sistem (norma, standar, dan prosedur) manajemen kepegawaian secara nasional. Sedangkan hasil (outcome) yang hendak dicapai oleh DEPARTEMEN ‘XYZ’ adalah “Terwujudnya Sistem Manajemen Kepegawaian Secara Nasional”. Outcome tersebut diwujudkan melalui penyusunan kebijakan menajemen kepegawaian yang dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan melalui berbagai program dan kegiatan dari seluruh unit/satuan kerja DEPARTEMEN ‘XYZ’. Catatan atas Laporan Keuangan
71
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 PENDAPATAN DEPARTEMEN ‘XYZ’ Pendapatan Departemen ‘XYZ’ terdiri dari: TA 2007 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
TA 2006
269.069.222
101.081.398
Kenaikan (Penurunan) 166,19 %
Kenaikan PNBP yang signifikan sebesar 166,19 % tersebut disebabkan oleh pelunasan pendapatan Sewa Rumah Dinas dan Sewa Ruangan untuk wartel dan Bank BNI selama 2 (dua) tahun yaitu tahun 2006 dan tahun 2007. Dan ada Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang dihapuskan serta Pendapatan Bea Lelang ditahun 2007. BELANJA DEPARTEMEN ‘XYZ’ Belanja Departemen ‘XYZ’ terdiri dari:
Belanja Pegawai
112.390.980.906
90.712.667.730
Dalam Rupiah) Kenaikan (Penurunan) 23,90 %
Belanja Barang
80.610.486.812
74.644.247.569
7,99 %
Belanja Modal
95.394.439.452
63.099.638.184
51,18 %
288.395.907.170
228.456.553.483
26 ,24%
TA 2007
TOTAL
TA 2006
Realisasi Belanja tahun anggaran 2007 mengalami kenaikan yang cukup signifikan terutama pada belanja modal 51,18 % dan belanja pegawai 23,90 %. Belanja Pegawai mengalami kenaikan disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan Gaji PNS tahun 2007 termasuk untuk membayar gaji pegawai Departemen ‘XYZ’ yang berjumlah keseluruhan sebanyak 3.502 pegawai yang terdiri dari : GOLONGAN
JUMLAH
I
36
II
590
III
2683
IV
193
GRAND TOTAL
3.502
Belanja Modal mengalami kenaikan disebabkan karena pengadaan Catatan atas Laporan Keuangan
72
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 infrastruktur pada kantor-kantor baru untuk mendukung kegiatan operasional yang meliputi : • Pembelian tanah pada Kantor Regional X DEPARTEMEN ‘XYZ’ Denpasar; • Pembelian Tanah dan pembangunan gedung pada Kantor Regional XII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado; • Pembelian tanah dan pembangunan Mess Pegawai pada Kantor Regional XII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Pekanbaru. Realisasi Anggaran Belanja Departemen ‘XYZ’ per Program: (Dalam Rupiah) Uraian Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik Program Peningkatan Pengawasan dan akuntabilitas Aparatur Negara Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan Jumlah
Realisasi *) 1.681.860.250 3.207.371.256 19.015.439.415 12.645.003.196 10.237.502.465 92.683.931.377 149.214.092.170 288.685.200.129
*) disajikan dalam nilai bruto (sebelum pengembalian belanja)
A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh entitas pelaporan Departemen ‘XYZ’. Termasuk di dalamnya kantor-kantor Regional yang bertanggung jawab atas otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya. Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ disusun berdasarkan kompilasi data/laporan keuangan kantor regional seluruh Indonesia. Untuk tahun 2007, satuan kerja yang dicakup dalam Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ meliputi 13 satker yaitu: 1. Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’ Jakarta 2. Kantor Regional I DEPARTEMEN ‘XYZ’ Yogyakarta 3. Kantor Regional II DEPARTEMEN ‘XYZ’ Surabaya 4. Kantor Regional III DEPARTEMEN ‘XYZ’ Bandung 5. Kantor Regional IV DEPARTEMEN ‘XYZ’ Makassar 6. Kantor Regional V DEPARTEMEN ‘XYZ’ DKI Jakarta 7. Kantor Regional VI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Medan Catatan atas Laporan Keuangan
73
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 8. Kantor Regional VII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Palembang 9. Kantor Regional VIII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Banjarmasin 10. Kantor Regional IX DEPARTEMEN ‘XYZ’ Jayapura 11. Kantor Regional X DEPARTEMEN ‘XYZ’ Denpasar 12. Kantor Regional XI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado 13. Kantor Regional XII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Pekanbaru
LK Tahun 2007 ini mencakup: transaksi keuangan berasal dari APBN untuk Bagian Anggaran Departemen ‘XYZ’ (0XX), yang dikelola oleh satuan kerja pusat dan daerah (unit vertikal) sebesar Rp. 381.534.548.000; untuk 1 (satu) satker pusat dan 12 satker daerah. Transaksi keuangan yang berasal dari APBN yang melalui Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP) yaitu Bagian Anggaran 69 sebesar Rp. 28.621.413.000; untuk 1 (satu) satuan kerja. Laporan terlampir. Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Satuan kerja membukukan transaksi keuangan melalui SAI baik untuk transaksi anggaran (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran), pendapatan maupun belanja. Sistem Akuntansi Instansi dirancang untuk menghasilkan LK yang terdiri dari: 1. Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan kompilasi Laporan Realisasi Anggaran seluruh entitas akuntansi yang berada di bawah Departemen ‘XYZ’. Laporan Realisasi APBN terdiri dari Pendapatan Negara dan Hibah dan Belanja. 2. Neraca Neraca disusun berdasarkan kompilasi neraca entitas akuntansi yang berada di bawah Departemen ‘XYZ’ dan disusun melalui SAI. 3. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang pendekatan penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai. Implementasi SAI tahun 2007 mengalami kemajuan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2007 seluruh satuan kerja telah menyelenggarakan SAI dalam menyusun laporan keuangan. Data neraca yang disajikan dalam laporan keuangan ini berasal dari Sistem Akuntansi Barang Milik Kekayaan Negara (SABMN). Seluruh Catatan atas Laporan Keuangan
74
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 satuan kerja yang ada di bawah Departemen ‘XYZ’ sudah melaksanakan SABMN.
A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN. Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN. Penyusunan dan penyajian LK Tahun 2007 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian, dalam penyusunan LKPP telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK Departemen ‘XYZ’ adalah : (1) Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan. (2) Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di muka (face) laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi. (3) Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti Catatan atas Laporan Keuangan
75
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. a. Aset Lancar Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkan: - harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian, - harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, - harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. b. Aset Tetap Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan neraca Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 pada harga perolehan. Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu: (a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah), dan (b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Menurut PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan (depresiasi). Namun, dalam LK Tahun 2007, seluruh aset tetap yang dikelola belum disusutkan/didepresiasi. Hal ini disebabkan antara lain belum dilakukannya inventarisasi dan
Catatan atas Laporan Keuangan
76
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 penilaian kembali (revaluasi) atas aset tetap tersebut. c. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya Departemen ‘XYZ’ adalah Aset Tak Berwujud. Aset Tak Berwujud merupakan aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya; hak jasa dan operasi Aset Tak Berwujud dalam pengembangan. (4) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban Jangka Pendek Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest) dan Utang Jangka Pendek Lainnya. b. Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. (5) Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu Catatan atas Laporan Keuangan
77
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang. .
Catatan atas Laporan Keuangan
78
LAMPIRAN II : Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007
PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI APBN 1. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp. 269.069.222 atau 8.547,31% dari yang diestimasikan. 2. Realisasi Belanja Negara a. Belanja Rupiah Murni sebesar Rp. 288.395.907.170,- atau 83,75% dari yang dianggarkan sebesar Rp. 344.351.376.000,b. Belanja Pinjaman Luar Negeri tahun anggaran 2007 belum direalisasikan.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Rp. 269.069.222.
B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.2.1. Pendapatan Negara dan Hibah Anggaran Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2007 terdiri dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 269.069.222 atau 8.547,31% dari Estimasi Pendapatan Negara dan Hibah tahun anggaran 2007.
Realisasi PNBP Rp. 269.069.222
B.2.1.1. Penerimaan Negara Bukan Pajak Realisasi PNBP TA 2007 sebesar Rp. 269.069.222 atau sebesar 8.547,31% dari yang diestimasikan. Realisasi PNBP TA 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp. 167.987.824 menjadi Rp. 269.069.222 atau mengalami kenaikan sebesar 166,19 % dari Realisasi PNBP TA 2006 (Rp. 101.081.398) Uraian Pendapatan Penjualan Aset Pendapatan Sewa Pendapatan Jasa II Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja TAYL Pendapatan Lain-lain Total
TA 2007
TA 2006
76.944.000 150.333.870
14.000.000 19.434.858
1.627.285
494.567
19.713.350 20.450.717
54.071.228 13.080.745
Rp 269.069.222
Rp 101.081.398
B.2.2. Belanja Negara Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan Catatan atas Laporan Keuangan
79
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Belanja Departemen ‘XYZ’ meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal.
Komposisi alokasi Belanja disajikan dalam Grafik di bawah ini:
Belanja Pegawai 112,390,980,906 39%
Belanja Modal 95,394,439,452 33%
Belanja Barang 80,610,486,812 28%
Grafik 2: Komposisi Alokasi Belanja DEPARTEMEN ‘XYZ’ Tahun Anggaran 2007 Realisasi Belanja Rp. 288.395.907.170
B.2.2.1. Belanja Perincian Anggaran dan Realisasi Belanja Departemen ‘XYZ’ Tahun Anggaran 2007 dapat dilihat dalam tabel-tabel sebagai berikut:
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal TOTAL
Anggaran 128.910.008.000 104.617.705.000 148.006.835.000 381.534.548.000
Realisasi 112.390.980.906 80.610.486.812 95.394.439.452 288.395.907.170
(Dalam Rupiah) % 87,19 % 77,05 % 77.05 % 75,59%
Perbandingan Realisasi Belanja Departemen ‘XYZ’ TA 2007 dengan TA 2006 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Belanja Pegawai Rp. 112.390.980.906
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal TOTAL
Catatan atas Laporan Keuangan
TA 2007
TA 2006
112.390.980.906 80.610.486.812 95.394.439.452 288.395.907.170
90.712.667.730 74.644.247.569 63.099.638.184 228.456.553.483
80
(Dalam Rupiah) Kenaikan (Penurunan) 23,90 % 7,99 % 51,18 % 26 ,24%
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007
Belanja Pegawai Belanja Pegawai Departemen ‘XYZ’ pada tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 112.390.980.906 atau 87,19 % dari yang dianggarkan.
Rincian realisasi Belanja Pegawai adalah sebagai berikut: Belanja Gaji dan Tunjangan PNS Belanja Honorarium Belanja Lembur Jumlah
Rp. 105.397.256.458 6.185.597.500 931.410.300 Rp. 112.514.264.258
Selain Realisasi Belanja Pegawai tersebut, pada tahun anggaran 2007 juga terjadi Pengembalian Belanja Pegawai dengan rincian sebagai berikut: Belanja Barang Rp.80.610.486.812
Pengembalian Belanja Gaji dan Tunjangan PNS Pengembalian Belanja Honorarium Jumlah
Rp. 62.028.977 61.254.375 Rp. 123.283.352
Belanja Barang Belanja Barang Departemen ‘XYZ’ pada tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 80.610.486.812 atau 77,05 % dari yang dianggarkan. Rincian realisasi Belanja Barang adalah sebagai berikut: Belanja Barang Operasional Belanja Jasa Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Jumlah
Belanja Modal Rp. 95.394.439.452
Rp. 42.846.474.376 8.837.800.414 15.113.934.788 13.952.294.844 80.750.504.422
Selain Realisasi Belanja Barang tersebut, pada tahun anggaran 2007 juga terjadi Pengembalian Belanja Barang dengan rincian sebagai berikut: Pengembalian Belanja Barang Operasional Pengembalian Belanja Jasa Pengembalian Belanja Perjalanan Jumlah
Rp. 44.587.900 1.522.110 93.907.600 140.017.610
Belanja Modal Belanja Modal Departemen ‘XYZ’ pada tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 95.394.439.452 atau 86,08 % dari yang dianggarkan. Rincian realisasi Belanja Barang adalah sebagai berikut: Belanja Modal Tanah Catatan atas Laporan Keuangan
81
Rp. 28.082.500.000
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Modal Fisik Lainnya Jumlah
23.711.855.162 41.249.783.387 87.888.750 2.288.404.150 Rp. 95.420.431.449
Selain Realisasi Belanja Modal tersebut, pada tahun anggaran 2007 juga terjadi Pengembalian Belanja Modal dengan rincian sebagai berikut: Pengembalian Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengembalian Belanja Modal Gedung dan Bangunan Jumlah
8.620.000 17.371.997 Rp. 25.991.997
B.3. CATATAN PENTING LAINNYA Pada bulan Juli 2007, pemerintah membuat kebijakan untuk melakukan penghematan anggaran negara dengan melakukan pemblokiran Pagu Anggaran Kementerian/Lembaga termasuk di dalamnya Departemen ‘XYZ’, yang pagu Anggaran Perjalanan Dinas Lainnya (MAK 524119) diblokir sebesar 30 % dari sisa anggaran.
Catatan atas Laporan Keuangan
82
LAMPIRAN III : PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007
C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA
C.1. PENJELASAN UMUM NERACA Secara umum, posisi Neraca untuk Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Dana per 31 Desember 2007 mengalami peningkatan dibandingkan posisi per 31 Desember 2006.
Aset
Kewajiban
Ekuitas Dana
2006
374,372,604,189
643,677,015
373,728,927,174
2007
473,323,072,161
2,830,622,886
470,492,449,275
C.2. PENJELASAN PER POS NERACA C.2.1. Aset Lancar Kas di Bendaharawan Pengeluaran Rp. 2.830.623.886
C.2.1.1. Kas di Bendaharawan Pengeluaran Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 2.830.622.886, mengalami peningkatan sebesar Rp. 2.186.945.871 atau 339,75 % bila dibandingkan dengan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran tahun Anggaran 2006 (Rp.643.677.015)
.
Rincian Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran tahun anggaran 2007 dapat dilihat dalam tabel berikut: SALDO KAS DI SATKER BENDAHARA PENGELUARAN Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’ Rp. 2.700.023.734 Jakarta Kantor Regional III DEPARTEMEN 100.000.000 ‘XYZ’ Bandung Kantor Regional IV DEPARTEMEN 2.775.200 ‘XYZ’ Makasar
Catatan atas Laporan Keuangan
83
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 Kantor Regional V DEPARTEMEN ‘XYZ’ DKI Jakarta Kantor Regional VI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Medan Total
Piutang Bukan Pajak Rp. 39.500.000
27.823.032 920 2.830.622.886
Kas di Bendahara pengeluaran senilai Rp, 2.830.622.886,seluruhnya telah disetor ke kas negara, dengan bukti setor (terlampir). Piutang Bukan Pajak
C.2.1.2
Saldo Piutang Bukan Pajak pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 39.500.000, mengalami penurunan sebesar Rp. 70.500.000 atau 64,09 % bila dibandingkan dengan saldo Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2006 (Rp. 110.000.000). Saldo Piutang Bukan Pajak tahun anggaran 2007 dapat dirinci sebagai berikut: Uang Muka Belanja Rp. 347.995.140
SATKER
PIUTANG BUKAN PAJAK
Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’ Jakarta Kantor Regional III DEPARTEMEN ‘XYZ’ Bandung Total C.2.1.3
Rp. 12.000.000 27.500.000 39.500.000
Uang Muka Belanja Saldo Uang Muka Belanja pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 347.995.140, mengalami penurunan sebesar Rp. 249.858.332 atau 41,79 % bila dibandingkan dengan saldo Uang Muka Belanja per 31 Desember 2006 (Rp. 597.853.472). Uang Muka Belanja ini dipergunakan untuk menyewa ruangan kantor untuk Kantor Regional X DEPARTEMEN ‘XYZ’ Denpasar, Kantor Regional XI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado, dan Kantor Regional XII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Pekanbaru, dengan perhitungan sebagai berikut :
Persediaan Rp. 3.870.805.550
SATKER
NILAI
Kareg X DEPARTEMEN ‘XYZ’ Denpasar Kanreg XI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado Kanreg XII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Pekanbaru TOTAL
Catatan atas Laporan Keuangan
189.800.000
MASA MANFAAT (TAHUN) 2
TARIF PENYUSUTAN TIAP BLN 7.908.333
PENYUSUTAN SMP 31 Des 07 102.808.329
86.991.671
356.875.000
3
9.913.194
128.871.522
228.003.478
72.000.000
2
3.000.000
39.000.000
33.000.000
270.679.851
347.995.140
618.675.000
84
SISA UANG MUKA
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 C.2.1.4
Persediaan Nilai Persediaan per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 3.870.805.550 mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.514.936.074 atau 64,30 % bila dibandingkan dengan saldo Persediaan per 31 Desember 2006 (Rp. 2.355.869.476).
Rincian Nilai Persedian setiap Kantor Regional dapat dilihat dalam tabel berikut: SATKER Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’ Jakarta Kantor Regional I DEPARTEMEN ‘XYZ’ Yogyakarta Kantor Regional II DEPARTEMEN ‘XYZ’ Surabaya Kantor Regional III DEPARTEMEN ‘XYZ’ Bandung Kantor Regional IV DEPARTEMEN ‘XYZ’ Makasar Kantor Regional V DEPARTEMEN ‘XYZ’ DKI Jakarta Kantor Regional VI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Medan Kantor Regional VII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Palembang Kantor Regional VIII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Banjarmasin Kantor Regional IX DEPARTEMEN ‘XYZ’ Jayapura Kantor Regional X DEPARTEMEN ‘XYZ’ Denpasar Kantor Regional XII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Pekanbaru Total
Aset Tetap Rp.459.925.168.385
PERSEDIAAN Rp. 2.819.712.980 36.216.400 462.747.738 25.200.350 47.488.100 306.869.275 26.970.550 15.333.807 85.813.950 13.760.000 23.759.350 6.973.050 3.870.805.550
C.2.2. Aset Tetap Saldo Aset Tetap Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 459.925.168.385, mengalami kenaikan sebesar Rp. 89.259.964.159 atau 24,72 % bila dibandingkan dengan saldo Aset Tetap per 31 Desember 2006 (Rp. 370.665.204.226).
Catatan atas Laporan Keuangan
85
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007
Tanah
C.2.2.1
Peralatan & Mesin
Gedung & Bangunan
Jalan, Irigasi
Aset Tetap Lainnya
KDP
2006
79,048,944,152
152,356,027,801 136,165,871,315
2,849,346,805
245,014,153
0
2007
107,092,944,152 172,079,773,028 171,772,482,995
3,406,816,755
370,364,303
5,202,787,152
Tanah Saldo Tanah pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 107.092.944.152, mengalami kenaikan sebesar Rp. 28.044.000.000 atau 35,47 % bila dibandingkan dengan saldo Tanah per 31 Desember 2006 (Rp.107.092.944.152) Perubahan saldo Tanah dapat dilihat di tabel berikut (dalam rupiah):
Saldo 01 Januari 2007 79.048.944.152
Penambahan
Pengurangan
31.368.750.000
3.324.750.000
Saldo 31 Des 2007 107.092.944.152
Penambahan saldo Tanah disebabkan oleh pembelian dengan anggaran Tahun 2007 pada Kantor Regional X DEPARTEMEN ‘XYZ’ Denpasar Rp 20.075.000.000, Kantor Regional XI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado Rp 625.000.000, dan Kantor Regional XII Pekanbaru sebesar Rp. 28.044.000.000 serta adanya transfer masuk ke Kantor Regional XI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado sebesar Rp. 3.324.750.000 dari DEPARTEMEN ‘XYZ’ pusat dengan pembiayaan anggaran Tahun 2006, dengan rincian sebagai berikut : SATKER Kantor Regional X DEPARTEMEN ‘XYZ’ Denpasar Kantor Regional XI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado - Transfer masuk - Pembelian Tahun anggaran 2007 Kantor Regional XII DEPARTEMEN Catatan atas Laporan Keuangan
86
TANAH Rp. 20.075.000.000
3.324.750.000 625.000.000
7.344.000.000
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 ‘XYZ’ Pekanbaru Total
31.368.750.000
Pengurangan saldo Tanah disebabkan oleh adanya Transfer Keluar dari Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’ Jakarta ke Kantor Regional XI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado sebesar Rp. 3.324.750.000. Belanja Modal Tanah untuk pembayaran konsultan pengadaan Tanah senilai Rp. 38.500.000 tidak dikapitalisasikan sebagai Tanah karena tidak ada kepastian pembiayaan untuk tahun anggaran 2008. C.2.2.2
Peralatan dan Mesin Saldo Peralatan dan Mesin pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 172.079.773.028, mengalami kenaikan sebesar Rp. 19.723.745.227 atau 12,94 % bila dibandingkan dengan saldo Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2006 (Rp. 152.356.027. 801). Perubahan saldo Peralatan dan Mesin dapat dilihat di tabel berikut (dalam rupiah):
Saldo 01 Januari 2007 152.356.027.801
Penambahan
Pengurangan
31.980.719.693
11.882.479.466
Saldo 31 Des 2007 172.079.773.028
Penambahan saldo Peralatan dan Mesin yang disebabkan oleh adanya Belanja Modal Peralatan dan Mesin sebesar Rp. 23.711.855.162 serta penginputan saldo awal peralatan dan mesin tahun sebelumnya di tahun 2007 dan dari belanja lainnya. Mutasi perubahan saldo Peralatan dan Mesin selama tahun 2007 dapat dilihat dalam Laporan Barang Milik Negara (terlampir). Pengurangan saldo Peralatan dan Mesin disebabkan adanya Penghapusan Peralatan dan Mesin sebesar Rp. 2.155.510.178, termasuk di dalamnya penghapusan Barang Rusak Berat di Kantor Regional II DEPARTEMEN ‘XYZ’ Surabaya sebesar Rp. 376.847.925 dan Kantor Regional IV Makassar Rp. 170.826.950,Terdapat koreksi kurang Peralatan dan Mesin yang rusak berat berupa 3 unit bus, 2 unit sepeda motor, dan 2 unit lift direklasifikasi dari Peralatan dan Mesin menjadi Aset Lain-lain senilai Rp. 373.220.200. Sepeda motor yang dihapuskan dari pembukuan Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’ Jakarta senilai Rp. 3.100.000. Selain itu terdapat reklasifikasi Peralatan dan Mesin menjadi Aset Tak Berwujud senilai Rp. 4.216.765.350. Terdapat koreksi tambah Peralatan dan Mesin. Kendaraan roda empat senilai Rp. 29.230.000 telah dihibahkan dari Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’ ke Kanreg V DEPARTEMEN ‘XYZ’ DKI Catatan atas Laporan Keuangan
87
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 Jakarta. Kendaraan tersebut telah dikeluarkan dari pembukuan Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’, tetapi belum dicatat dalam pembukuan Kanreg V DEPARTEMEN ‘XYZ’ DKI Jakarta Peralatan dan mesin yang dibeli dengan Belanja Barang pada Kanreg X DEPARTEMEN ‘XYZ’ Denpasar sebesar Rp. 8.281.850. Pengadaan Barang Inventaris sebesar Rp. 204.600.000,- yang dibiayai dari dana bantuan Kementrian Negara PAN masih dicatat dalam asset (Peralatan dan Mesin) DEPARTEMEN ‘XYZ’ tahun 2007. Berdasarkan rekomendasi BPK-RI maka asset tersebut akan dikeluarkan dari asset DEPARTEMEN ‘XYZ’ pada Semester I tahun 2008. C.2.2.3
Gedung dan Bangunan Saldo Gedung dan Bangunan pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 171.772.482.995, mengalami kenaikan sebesar Rp. 35.606.611.680 atau 26,14 % bila dibandingkan dengan saldo Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2006 (Rp.136.165.871.315). Perubahan saldo Gedung dan Bangunan dapat dilihat di tabel berikut (dalam rupiah):
Saldo 01 Januari 2007 136.165.871.315
Penambahan
Pengurangan
37.111.296.930
1.504.685.250
Saldo 31 Des 2007 171.772.482.995
Penambahan saldo Gedung dan Bangunan disebabkan oleh adanya Belanja Modal Gedung dan Bangunan sebesar Rp. 41.249.783.387 dikurangi Rp. 5.202.787.387 yang masuk ke Konstruksi Dalam Pengerjaan dan dikurangi Belanja Modal Gedung dan Bangunan pada Kantor Pusat DEPARTEMEN ‘XYZ’ yang direalisasikan sebagai Peralatan dan Mesin sebesar Rp. 1.588.969.000, ditambah Belanja Barang Pemeliharaan Gedung dan Bangunan sebesar Rp. 1.064.300.695 dan ditambah Belanja Modal Fisik Lainnya dari Kantor Regional XII Pekanbaru sebesar Rp. 1.594.867.850, sehingga total penambahan saldo Gedung dan Bangunan sebesar Rp. 37,117,195.545. Namun demikian penambahan saldo Gedung dan Bangunan pada SABMN sebesar Rp. 37.111.296.930 masih terdapat selisih sebesar Rp. 5.898.615 yang disebabkan karena Belanja Modal Gedung dan Bangunan yang direalisasikan bukan sebagai Gedung dan Bangunan melainkan Asset yang lain. Pengurangan saldo Gedung dan Bangunan disebabkan adanya penghapusan nilai aset inventaris yang melekat pada Gedung dan Bangunan sebesar Rp. 1.424.780.300 serta reklasifikasi Jembatan yang sebelumnya dicatat sebagai Gedung dan Bangunan pada Kantor Regional VII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Palembang senilai Rp. 79.904.950. C.2.2.4 Catatan atas Laporan Keuangan
Jalan, Irigasi dan Jaringan Saldo Jalan, Irigasi dan Jaringan pada Departemen ‘XYZ’ per 31 88
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 Desember 2007 sebesar Rp. 3.406.816.755, mengalami kenaikan sebesar Rp. 557.469.950,- atau 19,56 % bila dibandingkan dengan saldo Jalan, Irigasi dan Jaringan per 31 Desember 2006 (Rp. 2.849.346.805). Perubahan saldo Jalan, Irigasi dan Jaringan dapat dilihat di tabel berikut (dalam rupiah): Saldo 01 Januari 2007 2.849.346.805
Penambahan 557.469.950
Pengurangan 0
Saldo 31 Des 2007 3.406.816.755
Penambahan saldo Jalan, Irigasi dan Jaringan sebesar Rp. 557.469.950,- disebabkan karena adanya Belanja Modal Peralatan dan Mesin dari Kantor Regional II DEPARTEMEN ‘XYZ’ Surabaya (Rp. 20.000.000), dan Belanja Modal gedung dan Bangunan Kantor Regional IV DEPARTEMEN ‘XYZ’ Makasar (Rp. 457.565.000), serta reklasifikasi dari Kantor Regional VII DEPARTEMEN ‘XYZ’ Palembang (Rp.79.904.950). Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan sebesar Rp. 87.888.750,- direalisasikan sebagai belanja Sofware sebesar Rp. 45.741.250,- dan dicatat pada Asset Tak Berwujud serta Belanja Peralatan dan Mesin sebesar Rp. 42.147.500,C.2.2.5 Aset Lainnya Rp. 6.308.980.200
Aset Tetap Lainnya Saldo Aset Tetap Lainnya pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 370.364.303, mengalami kenaikan sebesar Rp. 125.350.150 atau 51,16 % bila dibandingkan dengan saldo Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2006 (Rp.245.014.153). Perubahan saldo Aset tetap Lainnya dapat dilihat di tabel berikut (dalam rupiah):
Saldo 01 Januari 2007 245.014.153
Penambahan 125.350.150
Pengurangan 0
Saldo 31 Des 2007 370.364.303
Penambahan saldo Aset Tetap Lainnya disebabkan adanya Belanja Barang, Belanja Modal Fisik Lainnya, dan Belanja Peralatan dan Mesin yang direalisasikan berupa Buku sebesar Rp. 125.350.150.
C.2.2.6
Konstruksi Dalam Pengerjaan Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 5.202.787.152 atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 5.202.787.152 bila dibandingkan dengan saldo KDP per 31 Desember 2006 (Rp.0). Perubahan saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan dapat dilihat di tabel berikut (dalam rupiah):
Saldo 01 Januari 2007 Catatan atas Laporan Keuangan
Penambahan
89
Pengurangan
Saldo 31 Des 2007
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 0
5.202.787.152
0
5.202.787.152
Penambahan saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan berasal dari KDP Kantor Regional XI DEPARTEMEN ‘XYZ’ Manado senilai Rp 5.202.787.152.
C.2.3. Aset Lainnya Kewajiban Rp. 2.830.625.886
Ekuitas Dana Lancar Rp. 4.258.300.690
C.2.3.1
Aset Tak Berwujud Saldo Aset Lainnya pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 5.935.760.200 atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 5.935.760.200 bila dibandingkan dengan saldo Aset Tak Berwujud Lainnya per 31 Desember 2007 (Rp.0). Perubahan saldo Aset Tak Berwujud dapat dilihat di tabel berikut (dalam rupiah):
Saldo 01 Januari 2007 0
Penambahan 5.935.760.200
Pengurangan 0
Saldo 31 Des 2007 5.935.760.200
Penambahan saldo Aset Tak Berwujud disebabkan adanya Reklasifikasi Peralatan dan Mesin menjadi Aset Tak Berwujud berupa software, aplikasi komputer, serta penambahan dari belanja barang. C.2.3.1 Ekuitas Dana Diinvestasikan Rp. 466.234.148.585
Aset Lain-lain Saldo Aset Lain-lain pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 373.220.000 atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 373.220.000 bila dibandingkan dengan saldo Aset Lain-lain per 31 Desember 2007 (Rp.0).
Perubahan saldo Aset Lain-lain dapat dilihat di tabel berikut (dalam rupiah): Saldo 01 Januari 2007 0
Penambahan 373.220.000
Pengurangan 0
Saldo 31 Des 2007 373.220.000
Penambahan saldo Aset Tak Berwujud disebabkan adanya reklasifikasi peralatan dan mesin yang kondisinya rusak berat menunggu usulan untuk proses penghapusan.
C.2.4. Kewajiban Jangka Pendek Catatan Lainnya
C.2.4.1
Uang Muka dari KPPN Uang Muka dari KPPN adalah kontra post dari Akun Kas di Bendahara Pengeluaran. Saldo Uang Muka dari KPPN pada Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 2.830.622.886.
C.2.5. Ekuitas Dana Lancar Catatan atas Laporan Keuangan
90
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 C.2.5.1
Cadangan Piutang Cadangan Piutang adalah kontra post dari Akun Piutang PNBP dan Uang Muka Belanja. Saldo Cadangan Piutang Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 387.495.140.
C.2.5.2
Cadangan Persediaan Cadangan Persediaan adalah kontra post dari Akun Persediaan. Saldo Cadangan Persediaan Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 3.870.805.550.
C.2.6 Ekuitas Dana Diinvestasikan C.2.6.1
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Diinvestasikan Dalam Aset Tetap adalah kontra post dari total Akun Aset Tetap. Saldo Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 459.925.168.385
C.2.6.2
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya adalah kontra post dari total Akun Aset Lainnya. Saldo Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Departemen ‘XYZ’ per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 6.308.980.200.
C.3 CATATAN PENTING LAINNYA/PENGUNGKAPAN LAINNYA 1. Aset berupa tanah masih terdapat permasalahan disebabkan masih dalam penguasaan pihak lain: • Tanah di Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat senilai Rp. 65.084.530.000 nilai harga berdasarkan NJOP tahun 2006, dan Gedung di Jalan Kramat Raya senilai Rp. 137.315.700 di bawah penguasaan Departemen Dalam Negeri. Tanah tersebut disertifikatkan atas nama Departemen Dalam Negeri, untuk tahun anggaran 2006 tanah tersebut telah dibukukan di Departemen ‘XYZ’, tanah tersebut dalam proses pengembalian hak kepada Departemen ‘XYZ’. • Tanah yang digunakan untuk Gedung Kantor Regional III DEPARTEMEN ‘XYZ’ Bandung atas nama Departemen Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan
91
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007 2. Langkah-langkah tindak lanjut yang telah dilakukan atas hasil pemeriksaan Laporan Keuangan DEPARTEMEN ‘XYZ’ tahun 2006 oleh BPK-RI sebagai berikut : a. Saat ini sedang disusun Unit Organisasi Pelaksana Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 yang pelaksanaannya akan dikoordinasikan dengan instansi terkait. b. Saat ini seluruh satuan kerja yang ada di bawah DEPARTEMEN ‘XYZ’ sudah melaksanakan aplikasi SABMN dan secara bertahap telah dilaksanakan pendataan ulang asset tetap dengan menggunakan metode barcode. c. Pada tahun 2007 telah dilaksanakan pengadaan CPNS antara lain untuk penempatan di : • Biro Keuangan sebanyak 3 (tiga) orang, yaitu : 1 (satu) orang D3 Akuntansi, 1 (satu) orang Verifikator, 1 (satu) orang Pembukuan. • Biro Umum dan Perlengkapan sebanyak 3 (tiga) orang, yaitu : 1 (satu) orang S1 Akuntansi, 2 (dua) orang D3 Akuntansi. d. Untuk menetapkan Neraca Awal dan Saldo yang dicantumkan dalam Neraca terutama asset tetap telah dilakukan secara bertahap pendataan ulang asset dengan metode barcode, sedangkan untuk penilaian asset DEPARTEMEN ‘XYZ’ telah mendaftarkan pada Departemen Keuangan dan sudah dijadwalkan oleh Ditjen Kekayaan Negara antara Semester 1 (T1) dan semester 2 (T2) Tahun Anggaran 2008. e. Barang Inventaris yang kondisinya Rusak Berat (RB) senilai Rp. 547.674.875 telah dilakukan penghapusan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f. Sekretaris Utama telah memberikan teguran tertulis kepada Ketua Tim Pengadaan CPNS Tingkat Nasional Formasi tahun 2005 DEPARTEMEN ‘XYZ’ untuk segera melakukan koordinasi dengan Kemeneg PAN, utamanya terhadap penggunaan dana yang digunakan untuk pengadaan barang berupa komputer / asset. g. Tanah seluas 4.200 m2 yang berlokasi di Sumur Batu, Jakarta Pusat saat ini legalitas tanah tersebut dalam proses penyelesaian kepemilikan dan proses telah sampai ke Kanwil BPN Jakarta No. 169/0-9/PPS& KP tanggal 8 September 2006 dalam hal pembatalan Sertifikat Hak Milik No. 77/Harapan Mulya atas nama Ir. Agus Sumadi dan diterbitkan Sertifikat baru atas nama DEPARTEMEN ‘XYZ’. Hingga saat ini proses tersebut sampai tahap menunggu pengukuran dari Kanwil BPN Jakarta. h. Tanah seluas 70.000 m2 yang berlokasi di kota Bengkulu pada awalnya direncanakan untuk pembangunan gedung Kantor Regional DEPARTEMEN ‘XYZ’, akan tetapi berdasarkan kebijakan pimpinan maka kantor tersebut dialihkan ke Propinsi Sumatera Selatan (Palembang) dengan pertimbangan sarana transportasi dan akomodosi di Bengkulu belum memadai, sehingga tanah tersebut belum dimanfaatkan dan menunggu perkembangan (kondisi keuangan Negara) atau kebijakan pimpinan lebih lanjut. i. Sekretaris Utama DEPARTEMEN ‘XYZ’ telah memberikan teguran tertulis kepada Panitia Pengadaan Barang / Jasa Kantor Regional IV DEPARTEMEN ‘XYZ’ Makassar agar di Catatan atas Laporan Keuangan
92
Laporan Keuangan Departemen ‘XYZ’ Tahun 2007
j.
masa yang akan datang dalam melaksanakan proses pengadaan barang / jasa mentaati ketentuan yang berlaku. Sekretaris Utama DEPARTEMEN ‘XYZ’ telah memberikan teguran tertulis kepada Panitia Pengadaan Barang / Jasa DEPARTEMEN ‘XYZ’ Pusat agar dalam membuat HPS (Harga Perkiraan Sendiri) mentaati ketentuan yang berlaku sehingga benar-benar dapat dijadikan acuan dalam melakukan evaluasi harga penawaran yang diajukan oleh calon penyedia barang / jasa.
3. Pada saat Laporan Keuangan Tahun 2007 ini disusun, posisi Saldo Asset Tetap per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 459.925.168.385 belum dilakukan inventarisasi ulang dan penilaian kembali oleh Departemen Keuangan sesuai dengan Keppres nomor 17 tahun 2007 tentang Inventarisasi Aset. DEPARTEMEN ‘XYZ’ telah mendaftarkan untuk dilakukan inventarisasi ulang dan penilaian kembali pada Departemen Keuangan dan sudah dijadwalkan oleh Ditjen Kekayaan Negara antara Semester 1 (T1) dan semester 2 (T2) Tahun Anggaran 2008. 4. Departemen ‘XYZ’ yang terdiri Kantor Pusat dan Kantor Regional sudah membahas dan konfirmasi rekening Departemen ‘XYZ’ sesuai dengan surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Nomor S 9567/PB/2007 tanggal 27 Desember 2007, sebagaimana terlampir.
5. Terdapat peralatan dan mesin milik Kementerian Negara PAN yang dipinjamkan ke DEPARTEMEN ‘XYZ’ dalam rangka formasi CPNS Nasional 2007, berupa 18 unit PC komputer, 9 unit printer, dan 1 unit mesin fotocopy. 6. Mainframe senilai Rp. 5.456.041.130,. dihentikan penggunannya dan disimpan di ruang Museum DEPARTEMEN ‘XYZ’. 7. Pada tahun 2007 terdapat pembelian peralatan dan mesin serta aset tak berwujud dari BA 69 sebesar Rp. 80.870.000.
Catatan atas Laporan Keuangan
93