EVALUASI PENURUNAN FUNGSI GINJAL PASIEN YANG MENDAPATKAN CISPLATIN DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA PERIODE JULI – DESEMBER 2012 Marchen Prasetyaningrum, Santi Purna Sari, dan Rizka Andalusia Program Studi Sarjana, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, 16424 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Latar belakang: Penggunaan cisplatin sebagai agen kemoterapi menyebabkan efek samping berupa nefrotoksisitas yang perlu mendapatkan perhatian serta penanganan khusus. Nefrotoksisitas akan memengaruhi fungsi ginjal pasien yang ditandai dengan adanya penurunan Laju Filtrasi Glomerulus. Tujuan: Untuk mengevaluasi penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta periode Juli – Desember 2012. Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan pengambilan data retrospektif dilakukan dengan menggunakan rekam medik pasien. Sampel adalah pasien kanker yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di Rumah Sakit Dharmais Jakarta periode Juli - Desember 2012. Pengambilan sampel sebanyak 53 pasien dilakukan secara consecutive sampling. Hasil: Penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta periode Juli – Desember 2012 pasca kemoterapi siklus pertama sebesar 17,96%, pasca kemoterapi siklus kedua sebesar 18,29%, dan pasca kemoterapi siklus ketiga sebesar 21,11%. Kata kunci: cisplatin; dharmais; fungsi ginjal; kemoterapi; kanker
ABSTRACT Background: Use of cisplatin as chemotherapeutic agent cause side effect such as nephrotoxicity that need attention and special handling. Nephrotoxicity will affect renal function characterized by impairment in glomerular filtration rate. Purpose: To evaluate the decrease in patient’s renal function who got chemotherapy cisplatin at Dharmais Cancer Hospital. Methods: The research design was cross-sectional and retrospective by using the patient's medical record. Samples were cancer patients who got chemotherapy cisplatin in Dharmais Cancer Hospital period July to December 2012. Sampling was carried out as many as 53 patients with consecutive sampling. Results: The percentage of decline in renal function of patients treated with Cisplatin Chemotherapy in Dharmais Cancer Hospital Jakarta Period July – December 2012 after the first chemotherapy was 17,96%, after the second chemotherapy was 18,29%, and after the third chemotherapy was 21,11%. Key words: cancer; cisplatin; chemotherapy; dharmais; renal function
1 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
PENDAHULUAN Cisplatin (cis-diaminadikloroplatinum [II]) merupakan golongan agen pengkelat yang dapat digunakan sebagai antitumor. Cisplatin merupakan salah satu agen kemoterapi yang digunakan untuk beberapa jenis kanker. Cisplatin bekerja dengan cara menghambat replikasi deoxyribonucleic acid (DNA) dengan membentuk interstrand crosslinks dengan DNA (Smith, 2008). Cisplatin mempunyai aktivitas antitumor untuk pengobatan sejumlah kanker seperti kanker ovarium, kanker paru, kanker leher / kanker nasofaring (KNF), kanker serviks, kanker testis, Non-Small-Cell Lung Cancer (NSCLC), dan limfoma (Roland dan Rutka, 2004). Cisplatin juga merupakan rejimen pengobatan standar yang digunakan sebagai agen kemoterapi terkonsolidasi untuk berbagai kanker dengan tumor solid (Casciato, 2009). Cisplatin menyebabkan efek samping yang merugikan untuk pasien yaitu nefrotoksisitas, mual dan muntah, hipoglikemia, hipomagnesia, mielosupresi, aneroxia, dan alopesia (Casciato, 2009). Nefrotoksisitas menjadi permasalahan utama dalam penggunaan cisplatin sebagai agen kemoterapi. Nefrotoksisitas merupakan efek samping yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan secara khusus (Summerhayes dan Daniels, 2003). Nefrotoksisitas menyebabkan penurunan fungsi ginjal pada pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin. Nefrotoksisitas juga sering menjadi penyebab kegagalan ginjal baik gagal ginjal akut hingga gagal ginjal kronik. Menurut Casciato (2009), kejadian kerusakan ginjal pada pasien yang menggunakan cisplatin terjadi sekitar 5% dengan hidrasi adekuat dan 25% hingga 45% tanpa hidrasi adekuat. Berdasarkan penelitian Schrier (2002), ditemukan penurunan sebanyak 25% Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) pada 56% pasien. Kejadian ini terjadi akibat adanya cedera pada tubulus ginjal yang bermanifestasi menjadi gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik yang ditandai dengan terbuangnya protein dan elektrolit melalu ginjal secara masif (Brenner, 2000). Kerusakan pada ginjal biasanya terjadi secara reversibel dengan insiden kerusakan meningkat pada pemberian cisplatin berulang (Summerhayes dan Daniels, 2003). Ginjal berperan sebagai jalur eliminasi mayor pada sebagian obat antikanker. Adanya gangguan ginjal dapat menyebabkan keterlambatan ekskresi obat dan metabolisme agen kemoterapi sehingga dapat menyebabkan peningkatan toksisitas sistemik (Merchan, 2012). Oleh sebab itu, penyesuaian dosis obat perlu dilakukan pada pasien dengan gangguan ginjal. Sebagai tenaga kesehatan, apoteker bertanggung jawab dalam melakukan penyesuaian dosis. Apoteker adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan. Salah
2 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
satu peranan penting apoteker adalah dalam hal monitoring efek samping obat (Menkes, 2009). Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) yang merupakan rumah sakit rujukan bagi pasien penderita kanker dari seluruh Indonesia memiliki jumlah pasien yang terus meningkat setiap tahunnya, sehingga penggunaan agen kemoterapi juga terus meningkat. Cisplatin digunakan oleh penderita kanker di RSKD dengan proporsi sebesar 15%. Penelitian tentang evaluasi efek samping penggunaan cisplatin belum pernah dilakukan sebelumnya di RSKD. Oleh karena itu, perlu dilakukannya evaluasi untuk mengetahui pengaruh penggunaan cisplatin terhadap penurunan fungsi ginjal pasien. Monitoring fungsi ginjal pasien dilakukan dengan cara memantau kondisi ginjal sebelum mendapatkan cisplatin dan setelah mendapatkan cisplatin berdasarkan data rekam medik. Pemilihan pengambilan data periode Juli – Desember 2012 dikarenakan untuk mendapatkan data termutakhir, oleh karena itu diharapkan pula hasil penelitian ini dapat menjadi acuan terbaru dalam pertimbangan pengobatan pasien kanker. METODE Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, yaitu pengumpulan data pada saat tertentu (Sastroasmoro, 2010), dan dalam waktu yang bersamaan. Variabel bebas dan variabel terikat diambil pada satu periode yang sama (Notoadmojo, 2010). Dari rekam medik didapatkan nomor rekam medik, nama pasien, usia, jenis kelamin, berat badan pasien, jenis kanker, alamat pasien, protokol kemoterapi, dosis kemoterapi, tanggal pemberian kemoterapi, cara pemberian kemoterapi, siklus kemoterapi, kadar kreatinin serum (SCr) serta data pendukung lainnya. Subyek penelitian Subyek penelitian terdiri dari 53 orang pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di RSKD Jakarta periode Juli – Desember 2012. Fungsi ginjal dievaluasi dengan menggunakan perhitungan klirens kreatinin (ClCr) menggunakan formula Cockroft-Gault. Kriteria inklusi adalah pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin minimal sebanyak 3 siklus dan pasien yang memiliki data SCr yang lengkap mulai dari prakemoterapi hingga pasca kemoterapi. Kriteria eksklusi adalah pasien yang hanya berstatus rawat jalan dan pasien yang memiliki nilai SCr awal diatas batas normal (>1,2 mg/dL). Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh di RSKD Jakarta, yaitu berupa rekam medik pasien. Data yang telah
3 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis Hasil Penelitian Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel pengganggu penurunan fungsi ginjal pasien. Untuk mendeskripsikan variabel jenis kanker, jenis kelamin dan usia menggunakan uji frekuensi. Selain itu dilakukan juga uji binomial digunakan untuk mengetahui probabilitas suatu variabel, yaitu variabel jenis kelamin. Sign Test dan PairedSampel T Test digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu varibel terhadap suatu perlakuan tertentu. Dari analisis tersebut didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed), apabila nilai tersebut lebih dari 0,05 makan Ho diterima dan apabilia kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Analisis bivariat merupakan analisis hubungan antara setiap varibel pengganggu dengan variabel terikat untuk melihat apakah hubungan yang terjadi bermakna secara statistik. Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan jenis kelamin, usia, dosis cisplatin, riwayat kemoterapi, dan penggunaan kemoterapi lain dengan penurunan fungsi ginjal pasien yang menggunakan cisplatin. Uji kai kuadrat digunakan untuk menganalisis data berskala nominal, uji spearman untuk menganalisis data berskala ordinal, dan uji pearson untuk menganalisis data berskala rasio. Kemaknaan hubungan ditentukan berdasarkan nilai probabilitas dimana apabila nilai probabilitas < 0,05 maka uji statistik menunjukkan hubungan yang bermakna atau apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 maka uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kanker Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi jenis kanker terbanyak pada pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di RSKD Jakarta periode Juli – Desember 2012 adalah KNF (37,7%). Cisplatin digunakan sebagai kemosensitizer pada sejumlah kanker salah satunya KNF. Kemosensitizer digunakan untuk membuat sel tumor/kanker menjadi lebih sensitif terhadap agen kemoterapi sehingga diharapkan penggunaan dosis kecil juga memperkecil efek samping kemoterapi.
4 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
2%
2% KNF
10%
Cavum oral
38%
9%
2%
Serviks
2%
Lidah KSS Mammae
33%
Ovarium Yolc sac
2%
Keterangan :
LN
KSS = Kasinoma Sel Skuamosa; LN = Lymphoma node.
Gambar 1. Persentase distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kanker Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin terbanyak yaitu pasien perempuan sebanyak 77,40 %, sedangkan pasien laki-laki hanya sebesar 22,60 %. pasien berjenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin laki-laki. Prevalensi kanker serviks menempati urutan kedua setelah KNF, diikuti dengan kanker ovarium diurutan ketiga, dimana seluruh penderita kanker tersebut merupakan pasien berjenis kelamin perempuan, oleh karena itu subyek penelitian didominasi oleh pasien perempuan. Kanker mammae menempati urutan keempat, dimana mayoritas penderita kanker tersebut merupakan pasien perempuan. Pada kelompok penderita KNF, juga terdapat pasien perempuan sehingga menambah jumlah subyek penelitian berjenis kelamin perempuan.
23% Laki-laki Perempuan
77%
Gambar 2. Persentase distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin
5 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Usia Kelompok usia ≥50 tahun merupakan kelompok usia yang paling banyak mengidap penyakit kanker dengan jumlah pasien sebesar 32,14%. Kanker lebih banyak menyerang usia diatas 50 tahun karena kanker berkaitan dengan kondisi kekebalan tubuh. Seiring dengan bertambahnya usia, sistem imun tubuh akan semakin menurun sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok usia lanjut lebih rentan terkena kanker dibandingkan kelompok usia muda (Budiarto, Eko, dr., Anggraeni, Dewi dr., 2001).
Jumlah Pasien (%)
40 28.3
30 20.7
32.14
18.86
<30
20
30-39
10
40-49 ≥50
0
Usia (tahun)
Gambar 3. Persentase distribusi subyek penelitian berdasarkan usia Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Dosis Cisplatin Pasien menerima dosis cisplatin yang berbeda-beda. Dosis terkecil yang diterima oleh pasien sebesar 10 mg/m2, sedangkan dosis terbesar yang diterima oleh pasien sebesar 160 mg/m2. Dosis rata-rata pasien pengguna cisplatin di RSKD sebesar 85,87 mg/m2 (Lampiran 6). Jenis kanker yang berbeda-beda menyebabkan variasi pada dosis cisplatin yang diterima oleh pasien. Pada penderita KNF, cisplatin biasanya diberikan pada pasien dengan dosis sebesar 100 mg/m2 (National Comprehensive Cancer Network (NCCN) Guidelines, 2011). Pasien kanker serviks mendapatkan cisplatin dengan dosis 40-50 mg/m2 (Lavenback, Eifel., 2001). Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Riwayat Kemoterapi Pada 53 pasien yang menjadi subyek penelitian, terdapat 28% pasien yang pernah mendapatkan kemoterapi sebelumnya mendapatkan kemoterapi cisplatin. Sisanya sebesar 72% pasien tidak mempunyai riwayat kemoterapi sebelum mendapatkan kemoterapi cisplatin. Pasien yang tidak mempunyai riwayat kemoterapi menjadi subyek penelitian terbanyak
6 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
dikarenakan pada pasien-pasien tersebut merupakan pasien baru sehingga pasien-pasien tersebut mendapatkan kemoterapi untuk pertama kali dan tidak mempunyai riwayat kemoterapi sebelumnya di RSKD.
Ada riwayat kemoterapi terdahulu Tidak ada riwayat kemoterapi terdahulu
28% 72%
Gambar 4. Persentase distribusi subyek penelitian berdasarkan riwayat kemoterapi Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Penggunaan Kemoterapi Lain Pada penelitian, ditemukan bahwa pasien mendapatkan kemoterapi cisplatin tunggal sebanyak 53% sedangkan yang mendapat kemoterapi cisplatin dengan kombinasi menggunakan kemoterapi lain sebanyak 47%. Penggunaan cisplatin secara tunggal berkaitan dengan sifat cisplatin sebagai kemosensitizer pada sejumlah kanker. Penggunaan kemoterapi secara kombinasi telah terbukti menambah efektivitas pada efek kemoterapi serta meningkatkan survival rate pada pasien (Casciato, 2009).
53%
Menggunakan kombinasi kemoterapi jenis lain
47%
Tidak menggunakan kombinasi kemoterapi jenis lain Gambar 5. Persentase distribusi subyek penelitian berdasarkan penggunaan kemoterapi lain
Karakteristik Klinis Pasien Karakteristik klinis pasien dinilai berdasarkan faktor lain yang mungkin akan memengaruhi kejadian penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin.
7 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
Karakteristik klinis pasien dilihat berdasarkan SCr pasien yang selanjutnya diolah menjadi nilai ClCr. Sebelum mendapatkan kemoterapi, dilihat nilai ClCr subyek penelitian. Nilai ClCr rata-rata sebelum kemoterapi didapatkan 94,45 ml/menit. Hal tersebut terlihat bahwa tidak ada kelainan ginjal pada subyek penelitian. Hal ini sesuai dengan data National Kidney Foundation (2002), menyatakan bahwa pada nilai ≥ 90 ml/menit fungsi ginjal dalam keadaan normal. Penggunaan Cisplatin Pilihan kombinasi rejimen cisplatin untuk kemoterapi pasien kanker di RSKD adalah sebagai berikut : a. Cisplatin tunggal b. Cisplatin + 5-FU c. Cisplatin + Paclitaxel d. Cisplatin + Sitarabin e. Cisplatin + Doksetaksel f. Cisplatin + Doksetaksel + Paclitaxel g. Cisplatin + Doksetaksel + 5-FU h. Cisplatin + Bleomisin + Vinblastin i. Cisplatin + Bleomisin + Etoposida
Cisplatin Cisplatin+Bleomisin+Vinblastin Cisplatin+Doksetaksel Cisplatin+Doksetaksel+Paclitaxel Cisplatin+Sitarabin 2% 6% 2%
Cisplatin+5 FU Cisplatin+Bleomisin+Etoposida Cisplatin+Doksetaksel+5 FU Cisplatin+Paclitaxel
13% 4% 4%
51% 9% 9%
Gambar 6. Diagram kombinasi rejimen cisplatin yang digunakan pada pasien kanker di RSKD
8 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
Kombinasi yang terbanyak digunakan adalah Cisplatin tunggal sebanyak 51% (27 orang), diikuti Cisplatin + Doksetaksel + 5-FU yaitu 13% (7 orang), diikuti kombinasi Cisplatin + 5FU dan Cisplatin + Bleomisin + Vinblastin sebanyak masing-masing 9% (5 orang), diikuti kombinasi Cisplatin + Paclitaxel sebanyak 6% (3 orang), diikuti kombinasi Cisplatin + Doksetaksel dan Cisplatin + Bleomisin + Etoposida sebanyak masing-masing 4% (2 orang), terakhir kombinasi Cisplatin + Doksetaksel + Paclitaxel dan Cisplatin Sitarabin masingmasing sebanyak 2% (1 orang). Cisplatin merupakan agen kemoterapi standar yang digunakan pada sejumlah tumor solid salah satunya KNF. Cisplatin dalam bentuk tunggal merupakan kemoterapi yang telah terbukti efektif digunakan untuk pasien KNF. Hal tersebut diperkuat dengan ditemukannya peningkatan response rates (RR) pasien dari 15% menjadi 40% (Casciato, 2009). Kombinasi Cisplatin dengan Doksetaksel dan 5-FU merupakan rejimen kemoterapi yang digunakan untuk pasien KNF yang merupakan kanker terbanyak yang menjadi subyek penelitian. Kombinasi tersebut telah terbukti meningkatkan survival rate pasien dari 48% menjadi 62% (Casciato, 2009). Kombinasi Cisplatin dengan 5-FU merupakan rejimen alternatif yang dapat digunakan sebagai agen kemoterapi pasien KNF meskipun hanya menunjukkan peningkatan survival rate yang tidak signifikan. Kombinasi Cisplatin dengan 5-FU juga menjadi rejimen kemoterapi yang efektif untuk pasien kanker serviks (Casciato, 2009). Kombinasi Cisplatin dengan Paclitaxel merupakan pengobatan standar untuk kanker ovarium. Kombinasi rejimen kemoterapi berbasis platinum merupakan terapi utama pada kanker ovarium stadium lanjut (Casciato, 2009). Penurunan Fungsi Ginjal Pasien Akibat Cisplatin Dari keseluruhan pasien yang menggunakan cisplatin (53 orang), terlihat pada Tabel 1 sebanyak 79,3% (42 orang) mengalami penurunan fungsi ginjal. Jumlah ini terbagi dalam 43,4% (23 orang) mengalami penurunan fungsi ginjal pada derajat 1 (ringan). Pasien dengan penurunan fungsi ginjal derajat 1 adalah pasien dengan nilai LFG pada rentang 56-90 ml/menit. Sebanyak 34% (18 orang ) pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal derajat 2 (sedang). Pasien dengan penurunan fungsi ginjal derajat 2 adalah pasien dengan nilai LFG pada rentang 35-55 ml/menit. Sebanyak 1,9% (1 orang) pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal derajat 3 (berat). Pasien dengan penurunan fungsi ginjal derajat 3 adalah pasien dengan nilai LFG pada rentang <35 ml/menit, sedangkan pasien yang tidak mengalami penurunan fungsi ginjal hanya sebanyak 11 orang (20,7%)
9 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
Tabel 1.
Frekuensi kejadian penurunan fungsi ginjal pada pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di RSKD (n = 53 orang) Kejadian penurunan fungsi ginjal Ringan Sedang Berat Total pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal
Jumlah (orang) 23 18 1 42
Persentase (%) 43,4 34,0 1,9 79,3
Penurunan fungsi ginjal pasien juga dinilai berdasarkan siklus penggunaan kemoterapi. Penggunaan cisplatin pada kemoterapi siklus pertama menyebabkan sebanyak 66,04% pasien mengalami penurunan fungsi ginjal dengan rata-rata penurunan ClCr sebesar 16,96 ml/menit. Persentase pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal semakin meningkat setelah mendapatkan kemoterapi siklus kedua (71,70%) dengan rata-rata penurunan ClCr sebesar 14,17 ml/menit dan persentase pasien dengan penurunan fungsi ginjal pasca penggunaan cisplatin pada kemoterapi siklus ketiga semakin meningkat pula (86,79%) dengan rata-rata penurunan ClCr sebesar 13,37 ml/menit. Berdasarkan data tersebut terlihat cisplatin mengakibatkan penurunan LFG pasien yang dihitung dengan menggunakan Tes Klirens Kreatinin (TKK).
86.79
90
Jumlah pasien (%)
80
71.7
66.04
70 60 50
33.96
40
Terjadi penurunan
28.3
Tidak terjadi penurunan
30
13.21
20 10 0 Kemoterapi siklus pertama
Gambar 7.
Kemoterapi siklus kedua
Kemoterapi siklus ketiga
Persentase pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal setelah mendapatkan cisplatin
10 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
Penurunan fungsi ginjal pada pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin sebesar 17,96% pasca kemoterapi siklus pertama. Pasca kemoterapi siklus kedua, pasien mengalami penurunan fungsi ginjal sebesar 18,29%, dan pasca kemoterapi siklus ketiga sebesar 21,11%. Setiap siklus kemoterapi terjadi penurunan yang bermakna pada fungsi ginjal pasien. Semakin bertambah siklus kemoterapi pasien maka semakin besar pula persentase penurunan fungsi ginjalnya. Peningkatan persentase penurunan fungsi ginjal dikarenakan pemberian dosis berulang pada cisplatin menyebabkan peningkatan kerusakan fungsi ginjal (Summerhayes dan Daniels, 2003). Rata-rata pasien mengalami penurunan fungsi ginjal pasca kemoterapi siklus pertama. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachman pada tahun 2005, dimana kejadian penurunan fungsi ginjal pada pasien yang mendapatkan rejimen komoterapi yang mengandung cisplatin ditemukan pasca 2 siklus sebesar 13%. Perbedaan antara hasil yang ditemukan oleh peneliti dengan hasil penelitian terdahulu diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan kriteria inklusi maupun eksklusi, serta perbedaan variabel penelitian. Pada penelitian ini diamati beberapa variabel-variabel lain yang diduga dapat memengaruhi penurunan fungsi ginjal subyek penelitian. Sehingga, dengan adanya perbedaan tersebut menyebabkan adanya kemungkinan terjadi perbedaan hasil penelitian. Hubungan Usia dengan Penurunan Fungsi Ginjal Pasien Hubungan antara usia dengan penurunan fungsi ginjal pasien ditentukan dengan menggunakan uji spearman. Setelah dianalisis, nilai signifikansi (2-tailed) yang diperoleh menunjukkan nilai sebesar 0,032 (lebih kecil dari 0,05), sehingga disimpulkan terdapat hubungan antara usia dengan penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan cisplatin. Nilai korelasi yang dihasilkan pada analisis ini yaitu 0,294 (diantara 0,2-0,4). Menurut Young, nilai korelasi tersebut termasuk dalam kategori yang menunjukkan derajat hubungan yang rendah. Usia lanjut merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memperburuk penurunan fungsi ginjal pasien. Usia memengaruhi fungsi ginjal karena seiring dengan bertambahnya usia maka juga akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal. Pasien dengan usia diatas 50 tahun memiliki risiko lebih besar mengalami penurunan fungsi ginjal. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut terjadi proses hilangnya beberapa nefron. Menurut literatur Aziz; Witjaksono; Rasjidi (2008), perkiraan penurunan fungsi ginjal berdasarkan pertambahan tiap dekade adalah sekitar 10 ml/menit/1,73 m2. Pada usia dekade keempat atau 40 tahun telah terjadi penurunan fungsi ginjal sekitar 10% dari kemampuan ginjal. Pasien dengan usia lanjut lebih rentan terkena efek samping obat dikarenakan kondisi fisiologis mereka yang telah menurun akibat usia (National Kidney Foundation, 2002; Coresh J, Astor
11 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
BC, Quillan G, Kusek J, Greene T, Lente FV., 2002). Pada penelitian ini terdapat 53 pasien yang menjadi subyek penelitian dengan pasien berusia diatas 50 tahun sebesar 32,14%. Setelah dilakukan evaluasi fungsi ginjal, hanya terdapat 2 pasien dengan usia diatas 50 tahun yang tidak mengalami penurunan fungsi ginjal sedangkan sisanya mengalami penurunan fungsi ginjal, sehingga pada penelitian ini usia menjadi salah satu faktor yang memengaruhi penurunan fungsi ginjal terutama pada usia lanjut atau diatas 50 tahun. Hubungan Dosis Cisplatin dengan Penurunan Fungsi Ginjal Pasien Hubungan dosis cisplatin dengan penurunan fungsi ginjal pasien ditentukan dengan menggunakan uji pearson. Nilai signifikansi yang diperoleh menunjukkan nilai sebesar 0,752 (lebih besar dari 0,05), sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara dosis dengan penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan cisplatin. Nilai korelasi yang dihasilkan pada analisis ini yaitu 0,044 (lebih kecil dari 0,2). Menurut Young, nilai korelasi tersebut termasuk dalam kategori hubungan yang dapat diabaikan. Sejumlah literatur menyebutkan bahwa dosis menjadi salah satu faktor yang memengaruhi nefrotoksisitas (Miller, Tadagavadi, Ramesh, dan Reeves, 2010). Summerhayes dan Daniels (2003) juga menyebutkan bahwa pemberian cisplatin dosis berulang menyebabkan peningkatan kerusakan fungsi ginjal. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan kedua teori tersebut dan berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachman (2005). Penelitian Rachman (2005) memiliki kesimpulan bahwa pasien yang mendapatkan cisplatin dosis tinggi menyebabkan penurunan ClCr dengan kata lain terjadi penurunan fungsi ginjal. Pada penelitian kali ini, hasil analisis menyatakan bahwa antara dosis cisplatin dengan penurunan fungsi ginjal memiliki korelasi yang sangat lemah sehingga dapat diabaikan. Perbedaan hasil penelitian dikarenakan pada penelitian yang dilakukan oleh Rachman, evaluasi fungsi ginjal dilakukan pada pemberian dosis cisplatin sebesar 70-100 mg/m2 sedangkan pada penelitian ini besar dosis tidak dikelompokkan menjadi beberapa kategori tetapi hanya menggunakan skala rasio. Hubungan Riwayat Kemoterapi dengan Penurunan Fungsi Ginjal Pasien Hubungan antara riwayat kemoterapi dengan penurunan fungsi ginjal pasien ditentukan dengan menggunakan uji kai kuadrat. Hasil uji kai kuadrat yang didapatkan tidak valid karena tidak memenuhi persyaratan atau lebih dari 20% data mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5, maka dari itu dilakukan uji mutlak Fisher. Setelah dianalisis, nilai signifikansi (2tailed) yang diperoleh menunjukkan nilai sebesar 0,405 (lebih besar dari 0,05), sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara riwayat kemoterapi dengan penurunan fungsi
12 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
ginjal pasien yang mendapatkan cisplatin. Riwayat kemoterapi tidak memengaruhi penurunan fungsi ginjal dikarenakan diduga sudah tidak terdapat kadar obat terdahulu dalam darah, terutama pada pasien yang mempunyai riwayat kemoterapi diatas 3 bulan. Hubungan Penggunaan Kemoterapi Lain dengan Penurunan Fungsi Ginjal Pasien Hubungan antara penggunaan kemoterapi lain dengan penurunan fungsi ginjal pasien ditentukan dengan menggunakan uji kai kuadrat. Hasil uji kai kuadrat yang didapatkan tidak valid karena tidak memenuhi persyaratan atau lebih dari 20% data mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5, maka dari itu dilakukan uji mutlak Fisher. Setelah dianalisis, nilai signifikansi (2-tailed) yang diperoleh menunjukkan nilai sebesar 0,039 (lebih kecil dari 0,05), sehingga disimpulkan terdapat hubungan antara penggunaan kemoterapi lain dengan penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan cisplatin. Agen kemoterapi lain yang digunakan sebagai kombinasi pada cisplatin memengaruhi penurunan fungsi ginjal pasien terutama jika menggunakan kombinasi agen kemoterapi yang dieliminasi melalui ginjal. Penggunaan kombinasi agen kemoterapi yang sama-sama dieliminasi melalui ginjal, menyebabkan beban kerja ginjal menjadi lebih berat sehingga dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi ginjal. Kombinasi kemoterapi menggunakan agen kemoterapi yang tepat dapat meningkatan efektivitas kemoterapi.
Beberapa kombinasi pada agen kemoterapi
dilakukan untuk meningkatkan survival rate pasien (Casciato, 2009). Penggunaan kombinasi agen kemoterapi juga harus memerhatikan keamanan penggunaannya terutama dalam pertimbangan pemberian dosis. Kombinasi antara cisplatin dengan taksan (paclitaxel atau doksetaksel), tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis pasien gangguan fungsi ginjal. Kombinasi tersebut aman digunakan dikarenakan farmakokinetik paclitaxel tidak berpengaruh pada pasien gagal ginjal (Kawate, Takeyoshi, Morishita, 2006; Merchan, 2012). Penggunaan Obat-obatan Lain bersamaan dengan Kemoterapi Cisplatin Data tentang penggunaan obat-obatan lain yang digunakan bersamaan dengan kemoterapi cisplatin didapatkan dari data rekam medik pasien. Pada data rekam medik pasien diketahui penggunaan obat-obatan lain diantaranya untuk mengatasi efek samping muntah (ondansentron), multivitamin, dan anti hipertensi. Meskipun beberapa pasien mendapatkan banyak obat tambahan, namun tidak ditemukan penggunaan obat-obatan yang dapat memperburuk penurunan fungsi ginjal (agen nefrotoksik) seperti aminoglikosida.
13 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
KESIMPULAN 1.
Prevalensi jenis kanker terbanyak pada pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di RSKD Jakarta periode Juli – Desember 2012 adalah KNF (37,7%).
2.
Persentase penurunan fungsi ginjal setiap siklus pada pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di RSKD Jakarta periode Juli – Desember 2012 yaitu pasca kemoterapi siklus pertama adalah 17,96%, pasca kemoterapi siklus kedua adalah 18,29%, dan pasca kemoterapi siklus ketiga adalah 21,11%.
3.
Prevalensi pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal setelah mendapatkan cisplatin di RSKD Jakarta periode Juli – Desember 2012 adalah 74,84%.
4.
Lama waktu penggunaan cisplatin sampai timbul efek penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di RSKD periode Juli – Desember 2012 yaitu mulai pasca kemoterapi siklus pertama.
5.
Faktor-faktor yang memengaruhi penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin di RSKD Jakarta periode Juli – Desember 2012 yaitu Jenis Kelamin (p=0,017), Usia (p=0,032), Penggunaan Kemoterapi Lain (p=0,039)
SARAN 1.
Pada penelitian evaluasi penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin selanjutnya, jumlah sampel sebaiknya lebih besar supaya sampel menjadi bervariasi sehingga lebih mewakili populasi penelitian.
2.
Kategori pada data dosis cisplatin sebaiknya dipersempit menggunakan skala ordinal atau interval untuk memudahkan proses analisis hasil penelitian.
3.
Pada penelitian evaluasi penurunan fungsi ginjal pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin selanjutnya, indikator penurunan fungsi ginjal pasien sebaiknya tidak hanya dilihat dari 1 kriteria (nilai ClCr) namun dicari data pendukung lainnya yang dapat menguatkan hasil akhir penelitian.
4.
Tenaga kesehatan khususnya apoteker diharapkan lebih memperhatikan efek samping pada pasien yang mendapatkan kemoterapi cisplatin terutama efek penurunan fungsi ginjal.
14 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013
KEPUSTAKAAN Aziz, Farid M., Witjaksono, Julianto., Rasjidi, Imam. (2008). Panduan pelayanan medik : model interdisiplin penatalaksanaan kanker serviks dengan gangguan ginjal. Jakarta: EGC. Brenner, B.M. (2000). Nephrotoxicity of Antineoplastic Drugs. New York: WB Saunders Company. Budiarto, Eko, dr., Anggraeni, Dewi dr. (2001). Epidemiologi. (Ed. ke- 2). Jakarta: EGC. Casciato, Dennis Albert. (2009). Manual of Clinical Oncology. (6th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Coresh, J., Astor, BC., Quillan, G., Kusek, J., Greene, T., Lente, FV. (2002). Calibration and random variation of the serum creatinine assay as critical elements of using equations to estimate glomerular filtration rate. Am J Kidney Dis 39: 920-9. Kawate S, Takeyoshi I, Morishita Y. (2006). Pharmacokinetics of paclitaxel in hemodialysis patient with advanced gastric cancer: A case report. World J Gastroenterol 12(32):5237-5239. Levenback, Eifel. (2001). Cancer of the Female Lower Genital Tract. Canada: American Cancer Society. Merchan, J.R. (2012). Chemotherapy-related nephrotoxicity and dose modification in patients with renal insufficiency. Miller R P.,Tadagavadi Raghu K., Ramesh G., Reeves W B. (2010). Mechanisms of Cisplatin Nephrotoxicity. USA: The Pennsylvania State University College of Medicine. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) Guidelines. (2011). Head and Neck Cancer version 2.2011. http://NCCN.org diakses pada tanggal 12/06/13. National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome QualityInitiative (NKF KDOQI) Guidelines. (2002). Estimation of GFR.www.kdoqi.org diakses pada tanggal 20/02/2013. Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rachman, Andhika. (2005). Pengaruh Pemberian 2 Siklus Rejimen Kemoterapi yang Mengandung Cisplatin Pada Eritropoiesis dan Fungsi Ginjal Pasien Tumor Padat Ganas. Universitas Indonesia: Fakultas Kedokteran. Roland, Peter S., Rutka, A. John. (2004). Ototoxicity. USA: PMPH. Schrier, R. W. (2002). Cancer Therapy and Renal Injury. USA: Department of Medicine, University of Colorado Health Sciences Center. Smith,
Andri. Cisplatin: The Invention of an Anticancer http://chemcases.com/cisplat/index.htmdiakses pada tanggal 23/02/13.
Drug,
Summerhayes, Maxwell., Daniels, Susanna. (2003). Practical Chemotherapy. United Kingdom: Radcliffe Medical Press Ltd.
15 Evaluasi Penurunan ..., Marchen Prasetyaningrum, FFarmasi UI. 2013