perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EVALUASI PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK SEBAGAI DAMPAK DARI LIKUIDASI PERUSAHAAN (SURVEI DI KPP PRATAMA KARANGANYAR)
TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh: ELYSA ADE NURSETIA F3409028
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
AN EVALUATION ON TAXPAYER REGISTRATION NUMBER REMOVAL AS THE EFFECT OF COMPANY LIQUIDATION (A SURVEY ON KARANGANYAR PRATAMA TAX SERVICE OFFICE) Elysa Ade Nursetia F3409028
The objective of research is to find out the requirements, procedure, cause, quantity and effect of NPWP (taxpayer registration number) removal on the company, employee, and KPP Pratama Karanganyar (Karanganyar Pratama Tax Service Office). The result of research showed that in NPWP removal, there were some conditions and procedures the Taxpayer, both Enterprise and Individual, should fulfill. Many factors caused the removal including: if the company was stated as closed in enterprise taxpayer, if an individual passed away in individual taxpayer; thus it affected the company, employee, personal and KPP Pratama. Based on the result of research, the writer recommended the KPP Pratama Karanganyar to improve socialization or illumination to the Taxpayer, to improve human resource, both quality and quantity, and to utilize media as optimally as possible. It was intended to make the KPP Pratama Karanganyar capable of improving its performance in the process of removing NPWP, thereby facilitating the NPWP removal process and completing the NPWP removal timely.
Keywords: Requirements, Procedure, Causes and Effect of NPWP Removal, KPP Pratama Karanganyar
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tugas Akhir dengan Judul “EVALUASI PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK SEBAGAI DAMPAK DARI LIKUIDASI PERUSAHAAN (SURVEI DI KPP PRATAMA KARANGANYAR)” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Surakarta, Juli 2012 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
Ahmad Ridwan S.E, Ak NRP. 340700001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan Judul “EVALUASI PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK SEBAGAI DAMPAK DARI LIKUIDASI PERUSAHAAN (SURVEI DI KPP PRATAMA KARANGANYAR)” telah disetujui dan diterima baik oleh Tim Penguji Tugas Akhir Progran Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan.
Surakarta, Juli 2012 Tim Penguji Tugas Akhir
1. Sutaryo, SE., M.Si., Ak.
(...............................)
NIP. 19771001 201012 1 002 Penguji
2. Ahmad Ridwan, SE., Ak
(..............................)
NRP. 340700001 Pembimbing commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama. (Penulis) Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri. (Benyamin Franklin) Jadikanlah hari kemarin untuk keberhasilanmu hari ini, dan jadikanlah hari ini untuk hari esok yang lebih berarti. (Reni W)
Karya ini dipersembahkan oleh: 1.
Allah SWT
2.
Kedua Orang Tuaku tercinta
3.
Para sahabatku
4.
Almamater
5.
Pembaca
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul Evaluasi Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Sebagai Dampak dari Likuidasi Perusahaan (Survei di KPP Pratama Karanganyar) ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan tugas akhir ini: 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan dalam penulisan tugas akhir ini 2. Kedua Orang Tua Bpk Edi Santoso Setiabudi dan Ibu Srilaely serta Adik tercinta Ezsri Biyan Septiana yang telah memberikan dukungan dan doanya. 3. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 4. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 5. Ahmad Ridwan S.E, Ak, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir. 6. Drs. Santoso Tri H, Msi, Ak, selaku Pembimbing Akademik. 7. Titik Setyaningsih S.E, Ak, selaku Dosen Pembimbing Magang. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Bapak Haryoto selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar. 9. Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar yang telah membantu penulis melakukan penelitian. 10. Prabu Adidoyo seseorang yang telah senantiasa memberikan semangat dan menemaniku selalu. 11. Buat sahabat-sahabatku Yunda, Fitri, Dessy, Devi, Ery dan Dyah Ayu terima kasih selalu mendengarkan keluh kesahku,support serta memberikan solusi. 12. Semua teman-teman Diploma III Perpajakan 2009. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang membutuhkan. Surakarta, 12 Juni 2012
Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
ABSTRACT..........................................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
KATA PENGANTAR..........................................................................................
vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1
A. GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA ....................................................................................... 1. Sejarah
Berdirinya
Kantor Pelayanan
Pajak
1
Pratama
Karanganyar .................................................................................
1
2. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak.....................................
2
3. Struktur Organisasi ......................................................................
3
4. Deskripsi Jabatan .........................................................................
4
B. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................
13
C. PERUMUSAN MASALAH ............................................................
17
D. TUJUAN PENELITIAN ................................................................. commit to user
18
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. MANFAAT PENELITIAN .............................................................
18
F. TEKNIK ANALISIS DATA............................................................
19
G. METODE ANALISIS DATA ..........................................................
20
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...........................................
21
A. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
21
1. Teori Perpajakan Secara Umum .................................................
21
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ..........................................
28
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................................
34
1. Persyaratan dan tata cara dalam Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar ................................
34
2. Penyebab Terjadinya Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak 41 3. Kuantitas dari Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Karanganyar.........................................................................
44
4. Dampak Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar .........................
45
BAB III TEMUAN ...............................................................................................
48
A. KELEBIHAN ....................................................................................
48
B. KELEMAHAN .................................................................................
48
BAB IV PENUTUP..............................................................................................
50
A. SIMPULAN ......................................................................................
50
B. REKOMENDASI .............................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
II.1 Daftar Pelaksanaan kegiatan Penghapusan NPWP ..................................
commit to user x
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
II.1 Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak ................................
commit to user xi
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Tugas Akhir 2. Surat Pengantar Izin Magang 3. Surat Jawaban dari Instansi Magang 4. Surat Keterangan telah melakukan kegiatan magang 5. Lembar Penilaian Magang 6. Surat Tanda Terima Kuliah Magang Kerja 7. Form Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak Badan 8. Form Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi 9. Form Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak Bendaharawan 10. Form Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi/ badan
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA 1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar KPP Pratama Karanganyar merupakan pecahan dari KPP Pratama Surakarta dikarenakan reorganisasi dari Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJP sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 maka KPP Pratama Karanganyar mulai beroperasi sejak tanggal 30 Oktober 2007. KPP Pratama Karanganyar terletak di Jalan Samanhudi Komplek Perkantoran Cangakan Karanganyar dengan luas tanah seluruhnya 2.000 M2 dan luas bangunan 2.718 M2. Wilayah kerja KPP Pratama Karanganyar meliputi 2 (dua) Kabupaten yaitu: a.
Kabupaten Karanganyar yang terdiri dari 17 kecamatan; dan
b. Kabupaten Sragen yang terdiri dari 20 kecamatan. Wilayah kerja Kantor pelayanan Pajak Pratama Karanganyar meliputi Kabupaten Karanganyar dengan luas wilayah 77.378 hektar dan Kabupaten Sragen luasnya 94.155 hejtar dengan total penduduk 1.708.403 jiwa.
commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak a. Visi Direktorat Jenderal Pajak Visi Direktorat Jenderal Pajak
adalah dengan menjadi institusi
pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dipercaya dan dibanggakan masyarakat: 1) Aparat Berintegrasi tinggi dan profesional; 2) Memiliki kinerja tinggi dan setara dengan kinerja instansi perpajakan negara-negara maju; 3) Kepuasan masyarakat atas kinerja pelayanan secara menyeluruh; 4) Kewibawaan
yang
tinggi
di
mata
masyarakat
domestik
Internasional; 5) Tingkat efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak yang tinggi. b. Misi Direktorat Jenderal Pajak Misi Direktorat Jenderal Pajak adalah menghimpun penerimaan dari dalam negeri dan dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pembangunan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi pemungutan pajak yang tinggi, dengan batasan antara lain: 1) Tingkat Tax Ratio dan Complience Ratio yang tinggi; 2) Pajak yang mampu berperan utama dalam membiayai APBN; 3) Kebijakasanaan perpajakan netral dan non distortion; 4) Mendukung kebijaksanaan di bidang ekonomi, sosial, dan politik; 5) Cost of Collection yang rendah. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai acuan yang dipakai dalam menjalankan misi Dirjen Pajak adalah: 1) Profesionalisme (integritas, disiplin, dan kompetensi); 2) Transparansi; 3) Pelayanan Publik Prima.
3. Struktur Organisasi Struktur organisasi KPP Pratama Karanganyar berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut: a. Kepala Kantor; b. Sub Bagian Umum; c. Seksi PDI; d. Seksi Pelayanan; e. Seksi Penagihan; f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I; g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II; h. Seksi Pemeriksaan; i.
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;
j. Kelompok Fungsional. Selain itu, di wilayah KPP Pratama Karanganyar juga terdapat Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Sragen yang berkedudukan di Jalan Raya Sukowati No.84 Sragen.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Deskripsi Jabatan a. Sub Bagian Umum 1) Ikhtisar Jabatan Mengkoordinasikan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas KPP Pratama Karanganyar. 2) Uraian Jabatan a)
Mengkoordinasikan pengurusan surat masuk dan surat keluar.
b) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tata usaha perpajakan. c)
Mengkoordinasikan
penyelenggaraan
administrasi
DP3,
LP2P, KGB, dan Daftar Riwayat Hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d) Mengkoordinasikan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) Pejabat Fungsional. e)
Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/ Lembaga (RKA-KL).
f)
Mengkoordinasikan
penerimaan
Daftar Isian
Pelaksana
Anggaran (DIPA) dari Kantor Wilayah/ Kantor Pusat. g) Mengkoordinasikan
inventarisasi
alat
perlengkapan
kantor/alat tulis kantor. h) Mengkoordinasikan rencana penghapusan inventaris kantor. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i)
Mengkoordinasikan penyusunan laporan mutasi barang milik Negara/ kekayaan Negara triwulanan dan laporan inventaris tahunan.
j)
Mengkoordinasikan penyusunan laporan keuangan dan barang berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).
k) Mengkoordinasikan
bahan
masukan
peyusunan
konsep
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kantor Wilayah. l)
Mengkoordinasikan penyusunan tanggapan terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan
(LHP)
dari
Aparatur
Pengawasan
Fungsional. b. Seksi Penagihan Adapun tugas pokok Seksi Penagihan adalah melakukan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak (penagihan aktif) dan membuat usulan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Adapun tugas pokok Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) adalah memberikan dukungan secara tehnis (technical Support) di bidang TI (Teknologi dan Informasi) kepada Seksi-Seksi terkait. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Seksi Pelayanan Adapun tugas pokok Seksi Pelayanan adalah sebagai berikut: 1) Mengadministrasikan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu(TPT); 2) Menyelesaikan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak yang masuk ke Seksi Pelayanan; 3) Memberikan jawaban permintaan konfirmasi dan klarifikasi dari KPP lain; 4) Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan Pajak (SKP); 5) Menatausahakan Surat Pemberitahuan baik SPT masa / SPT Tahunan maupun SPOP PBB; 6) Menerbitkan Surat Teguran sehubungan dengan SPT masa atau SPT Tahunan
atau
SPOP yang tidak disampaikan
atau
disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan; 7) Menatausahakan berkas yang telah dilaporkan oleh Wajib Pajak meliputi; pengarsipan, pemenuhan peminjaman berkas, sampai dengan pemisahan terhadap berkas Wajib Pajak yang masa pajak telah melampaui 10 tahun (daluwarsa); 8) Menerima keputusan keberatan dan banding; 9) Melakukan penyuluhan perpajakan.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Seksi Pemeriksaan Adapun tugas pokok Seksi Pemeriksaan adalah melakukan peñatausahaan di bidang pemeriksaan pajak. f. Kelompok Fungsional Adapun tugas pokok Kelompok Fungsional adalah melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak (Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak) berdasarkan ketentuan yang berlaku. g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Adapun tugas pokok Seksi Ekstensifikasi Perpajakan adalah melakukan kegiatan ektensifikasi pajak (sebagai Unit Pelaksana Kegiatan
Ektensifikasi) berdasarkan ketentuan yang berlaku.
h. Seksi Pengawas dan Konsultasi I 1) Ikhtisar Jabatan Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. 2) Wilayah Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tanggung jawab pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak dengan wilayah kerja:
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a)
Kecamatan Karanganyar;
b) Kecamatan Karangpandan; c)
Kecamatan Tangen;
d) Kecamatan Mondokan; e)
Kecamatan Gemolong;
f)
Kecamatan Mojogedang;
g) Kecamatan Jenawi; h) Kecamatan Kalijambe; i)
Kecamatan Sumberlawang;
j)
Kecamatan Tasikmadu;
k) Kecamatan Tanon; l)
Kecamatan Sidoharjo;
m) Kecamatan Masaran. i. Seksi Pengawas dan Konsultasi II 1) Ikhtisar Jabatan Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak,
bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan
konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisa kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
2) Wilayah Kerja Wilayah kerja Seksi Waskon II sebagai berikut: a) Kel. Dagen, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar; b) Kel. Jaten, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar; c) Kel. Ngringo, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar; d) Kel. Jati, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar; e) Kel. Jetis, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar; f) Kel. Sroyo, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar; g) Kel. Brujul, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar; h) Kel. Suruh Kalang, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar; i) Kecamatan Jatipuro, Kab. Karangayar; j) Kec. Matesih, Kab. Karanganyar; k) Kec. Tawangmangu, Kab. Karanganyar; l) Ke. Kerjo, Kab. Karangaanyar; m) Kel. Kedungpit, Kec. Sragen, Kab. Sragen; n) Kecamatan Sambungmacan, Kab. Sragen; o) Kel. Sragen Tengah, Kec. Sragen, Kab. Sragen; p) Kel. Sragen Kulon, Kec. Sragen, Kab. Sragen; q) Kel. Sragen Wetan, Kec. Sragen, Kab. Sragen; r) Kel. Karang Tengah, Kec. Sragen, Kab. Sragen; s) Kec. Kedawung, Kab. Sragen; t) Kec. Jenar, Kab. Sragen; u) Kel. Nglorog, Kec. Sragen, Kab. Sragen; commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
v) Kel. Sine, Kec. Sragen, Kab. Sragen; w) Kel. Tangkil, Kec. Sragen, Kab. Sragen; x) Kec. Sukodono, Kab Sragen; y) Kec. Gondang, Kab. Sragen. j. Seksi Pengawas dan Konsultasi III Adapun tugas pokok Seksi Pengawas dan Konsultasi III adalah melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisa kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. k. KP2KP Sragen 1) Ikhtisar Jabatan Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor:
55/PMK.01/2007 Tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan adalah melakukan konsultasi
penyuluhan perpajakan,
perpajakan, dalam
melaksanakan
memberikan
masyarakat.
commit to user
pelayanan
pelayanan
kepada
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Uraian Jabatan a) Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja tahunan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar dan terpadu. b) Mengawasi dan mengkoordinasikan pengurusan surat masuk dan surat keluar serta mengarahkan sesuai dengan unit organisasi pengolah atau alamat yang dituju agar surat tersebut dapat dikendalikan dengan lancar, menindak lanjuti/merespon dengan cepat dan tepat. c) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tata usaha kepegawaian agar pegawai menerima hak dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d) Mengawasi dan mengkoordinasikan penataan berkas arsip umum (non Wajib Pajak) serta penyusutan arsip yang tidak mempunyai nilai guna atau telah memenuhi jadwal retensi arsip di lingkungan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan agar tidak terjadi penumpukan atau akumulasi arsip. e) Mengawasi dan mengkoordinasikan pengetikan dan reproduksi surat-surat dinas yang berhubungan dengan kesekretariatan dan dokumen lainnya guna menunjang kelancaran tugas. f) Mengawasi dan mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan, pelaksanaan
penyalurannya,
serta
penginventarisan
alat
perlengkapan kantor/alat tulis kantor/ formulir untuk mengetahui commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keadaan
dan
kebutuhannya
guna
menunjang
kelancaran
pelaksanaan tugas. g) Mengawasi dan mengkoordinasikan rencana dan pelaksanaan pemeliharaan atauperbaikan alat perlengkapan kantor/gedung kantor/ rumah dinas serta pemeliharaan kebersihan seluruh ruangan dan halaman kantor. h) Mengkoordinasikan penyuluhan di bidang PPh, PPN, PPnBM, Bea Meterai, PBB melalui tatap muka. i)
Mengkoordinasikan pembuatan buletin perpajakan.
j) Mengkoordinasikan pelayanan konsultasi secara tertulis/tatap muka/telepon di bidang PPh, PPN, PPnBM, Bea Meterai dan PBB. k) Mengkoordinasikan
pelayanan
formulir-formulir
perpajakan
kepada masyarakat. l)
Mengkoordinasikan
pembuatan
laporan
rencana
analisis
penyuluhan semesteran. m) Mengkoordinasikan
Penyuluhan
Pajak
dengan
pemberian
penataran melalui diklat. n) Mengkoordinasikan Penyuluhan pajak dalam rangka pemberian informasi kepada pelajar/mahasiswa. o) Mengkoordinasikan penyuluhan perpajakan melalui media masa elektronik, media cetak, konperensi pers, information desk, sarasehan/simulasi. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
p) Mengkoordinasikan penyuluhan perpajakan melalui penerbitan brosur/leaflet. q) Melakukan pengamatan potensi pajak dan pencarian informasi secara langsung maupun tidak langsung. r) Mengkoordinasikan dengan seksi Ektensifikasi KPP Pratama Karanganyar dalam menyelenggarakan ekstensifikasi Wajib Pajak berdasarkan data Wajib Pajak yang tidak dikenal. s) Meningkatkan
pengetahuan
perpajakan
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas. t) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bulanan dan tahunan.
B. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini harus diakui telah membawa pengaruh terhadap perkembangan ekonomi. Khususnya di Indonesia banyak didirikan perusahaan-perusahaan dan banyak pula didirikan home industry untuk meningkatkan taraf hidupnya. Hal ini juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah juga dapat mengimbangi perkembangan ini dengan membuat peraturan-peraturan baru yang dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat di Indonesia. Kewajiban pemerintah yang paling utama dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya adalah melindungi rakyatnya dengan segala kepentingannya, karena sumber pendapatan negara merupakan unsur yang paling penting dalam mensejahterakan rakyat sudah tentu negara memerlukan commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumber-sumber dana untuk membiayai pelaksanaan kewajibannya tersebut. Sumber pendapatan negara adalah semua jenis penghasilan yang ditujukan untuk menambah penerimaan kas negara. Ada berbagai sumber-sumber pendapatan negara diantaranya adalah pajak, retribusi,keuntungan BUMN/BUMD, denda dan sita, pencetakan uang, pinjaman, sumbangan, hadiah dan hibah, serta penyelenggaraan undian berhadiah. Penerimaan negara yang paling besar atau paling dominan adalah penerimaan pajak. Untuk itu, guna memperlancar penerimaan yang berasal dari berbagai macam pajak tersebut kebijakan pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak menciptakan sistem perpajakan agar tingkat penerimaan pajak meningkat adalah suatu langkah yang baik. Di Indonesia sudah ada berbagai macam sistem pemungutan pajak yang diatur dalam Undang-Undang perpajakan. Diantaranya, adalah official assessment system, self assessment system dan withholding system. berdasarkan Undang-Undang perpajakan yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu sistem self assessment. Berdasarkan sistem tersebut, maka Wajib Pajak diberi kesempatan dan kepercayaan serta tanggung jawab untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang atau pajak yang harus dibayar. Sistem ini dianut sejak terjadi reformasi dibidang perpajakan. Sejak reformasi tersebut Indonesia mulai menganut asas Self Assessment System sebagai pengganti dari Official Assessment System. Sehingga semua warga Indonesia harus memiliki Nomor Pajak Wajib Pajak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
(NPWP) pada Wajib Pajak yang pendapatannya diatas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang KUP dijelaskan bahwa “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak”. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) itu mempunyai peranan yang sangat penting yaitu selain sebagai tanda pengenal atau identitas wajib pajak juga untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Bukan hanya Wajib Pajak Orang Pribadi saja yang wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak tetapi perusahaan juga harus memiliki NPWP karena merupakan temasuk dalam subyek pajak dalam negeri serta diwajibkan untuk lapor dan setor pajak dengan sistem pemungutan pajak di Indonesia. Perusahaan yang sudah memliki Nomor Pajak Wajib Pajak, salah satunya digunakan untuk mendapatkan investasi yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut. Akan tetapi seiring berjalannya waktu seringkali perusahaan mengalami hal yang tidak diinginkan. Salah satunya saat dikeluarkan keputusan bahwa perusahaan tersebut ditutup, merupakan sesuatu yang wajar dalam dunia bisnis. Hal ini dapat disebabkan karena keinginan pemilik maupun berdasarkan putusan banding. Tindakan tersebut akan berdampak terhadap hak dan kewajiban perusahaan dibidang perpajakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Implikasi dari penutupan usaha tersebut berkaitan dengan masalah penghapusan Nomor Pajak Wajib Pajak. Pada kenyataannya, tidak semua Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan peduli dalam menyelesaikan urusan perpajakannya sampai selesai. Biasanya banyak perusahaan yang ditinggalkan begitu saja tanpa adanya likuidasi atau penyelesaian kewajiban perpajakannya karena perusahaan tersebut sudah tidak mempunyai tanda-tanda untuk hidup. Akan tetapi karena proses penghapusan harus tetap dilakukan maka ada beberapa pengurus perusahaan yang mengurusi proses penghapusan tersebut seperti yang tercantum pada UU KUP 32. Permohonan penghapusan Nomor Pajak Wajib Pajak juga dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi misalnya orang pribadi yang meninggalkan dunia. Proses penghapusan Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP) merupakan salah satu masalah dalam penyelesaian perpajakan yang tidak dapat diselesaikan dengan pasti dan memerlukan waktu yang bertahuntahun lamanya yang seharusnya dapat terselesaikan oleh fiskus dalam jangka waktu 6 bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 12 bulan untuk Wajib Pajak Badan. Sebuah artikel menyatakan ada suatu perusahaan yang dinyatakan dilikuidasi tetapi dia tidak melaporkan kepada KPP terdaftar. Sesuai dengan peratusan yang berlaku bahwa seharusnya perusahaan yang dinyatakan dilikuidasi maka harus segera melaporkan kepada KPP terdaftar agar kegiatan perpajakan yang terkait untuk segera diberhentikan (Menixnews, 2012). Di KPP Pratama Karanganyar pun mengalami hal yang sama seperti yang ada commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada artikel tersebut maka berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan studi kasusnya melalui karya ilmiah dengan judul “EVALUASI PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK SEBAGAI DAMPAK DARI LIKUIDASI PERUSAHAAN (SURVEI DI KPP PRATAMA KARANGANYAR)”.
C. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah dalam penelitian ini digunakan sebagai pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cermat dan tepat sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian ilmiah. Dengan melihat latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis mengambil perumusan masalah. 1. Bagaimana persyaratan dan tata cara dalam penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di KPP Pratama Karanganyar? 2. Apa saja penyebab dari terjadinya penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar? 3. Bagaimana kuantitas dari penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar? 4. Bagaimana dampak likuiditas penghapusan NPWP bagi pegawai dan badan serta KPP Pratama Karanganyar?
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan masalah yang diambil penulis, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui syarat-syarat dan tata cara penghapusan NPWP bagi Wajib Pajak yang dilakukan oleh fiskus; 2. Untuk mengetahui penyebab dari terjadinya penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak; 3. Untuk mengetahui kuantitas penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011; 4. Untuk mengetahui dampak yang terjadi bagi KPP Pratama Karanganyar.
E. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka penulis berharap penelitian ini memiliki manfaat, antara lain sebagai berikut: 1. Bagi KPP Pratama Karanganyar Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi KPP Pratama Karanganyar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penghapusan NPWP. 2. Bagi Mahasiswa dan Pembaca Lainnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, referensi, dasar bagi penelitian selanjutnya dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perpajakan, khususnya prosedur penghapusan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
NPWP dan sebagai referensi pembuatan Tugas Akhir, khususnya mahasiswa perpajakan dengan pokok bahasan yang berkaitan.
F. TEKNIK ANALISIS DATA 1. Objek Penelitian Objek penelitian yang diambil oleh penulis yaitu Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar. 2. Data Penelitian Data yang diambil penulis untuk penelitian ini yaitu: a.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi wajib pajak untuk melakukan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak berganda;
b. Proses/tata cara untuk melakukan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak berganda; c.
Penyebab terjadinya penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. Jangka waktu yang diperlukan untuk proses penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak; e.
Dampak yang dirasakan oleh KPP Pratama Karanganyar dengan adanya penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
3. Metode Pengumpulan Data a.
Metode Observasi Observasi adalah pengamatan langsung terhadap sesuatu yang dijadikan objek penelitian (Layun, 2000). Dalam teknik pengumpulan data ini penulis melakukan pengamatan terhadap tata cara commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) berganda di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.
b. Metode Wawancara Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan pewawancara
yang
yang dilakukan mengajukan
antara dua pihak yaitu pertanyaan
dengan
yang
diwawancarai (Zaenal dan Amran, 2000). Penulis melakukan wawancara dengan staff yang bertugas melayani tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). c. Metode Pustaka Metode pengumpulan data
atau informasi dengan cara menelaah
buku-buku tentang perpajakan.
G. METODE ANALISIS DATA Metode analisis data yang digunakan penulis yaitu metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan tata cara (metode) pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan, sedangkan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam menganalisis commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu mendengarkan dan menulis hasil wawancara dengan orang-orang yang bersangkutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Perpajakan Secara Umum a.
Pengertian Pajak 1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro dan Suandy, 2008). 2) Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan). 3) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UndangUndang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Waluyo, 2010).
commit to user
22
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut: 1) Iuran dari rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan; 2) Berdasarkan Undang-Undang; 3) Tanpa jasa imbal balik atau kontraprestasi dari negara secara langsung; 4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. b. Fungsi Pajak Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungi Budgeting (sumber keuangan negara) dan fungsi Regulerend atau pengatur (Resmi, 2007). 1) Fungsi Budgeting (Sumber Keuangan Negara) Pajak mempunyai fungsi Budgeting, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan
negara, pemerintah
berupaya memasukan
uang
sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan
cara
ekstensifikasi
pemungutan
pajak
melalui
penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan lain-lain.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Fungsi Regulerend (Pengatur) Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi,serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah sebagai berikut: a)
Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang, maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengkonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah);
b) Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan. Hal ini dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan; c)
Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha terdorong menegkspor hasil produksinya dipasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa negara; commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja, dan industri lain-lain, dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat menggangu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan); e) Pemberlakuan tax holiday dimaksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia. c.
Pengelompokan Pajak Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat dan menurut lembaga pemungutannya (Suandy, 2008). 1) Menurut Golongan a) Pajak Langsung Pajak langsung yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Tidak Langsung Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pembebannanya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan yang menyebabkan commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2) Menurut Sifat a) Pajak subjektif Pajak
subjektif
yaitu
pajak
yang
pengenaanya
memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak. Sebagai contoh pajak Penghasilan (PPh) yang pengenaan PPh untuk orang pribaadi memperhatikan status perkawinan, banyaknya anak dan tanggungan lainnya sehingga dengan kedaan wajib pajak tersebut digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak. b) Pajak Objektif Pajak
Objektif
yaitu
pajak
yang
pengenaanya
memerhatikan objeknya tanpa memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak maupun tempat tinggal. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 3) Menurut Lembaga Pemungutan a) Pajak Pusat Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukan sebagai bagian dari penerimaan commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Contohnya Pajak Penghasilan (PPh),Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak/Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan Bea Materai. b) Pajak Daerah Pajak Daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda). d. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi atas3 macam (Waluyo, 2010) yaitu: 1) Official Assesment System Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assesment System adalah sebagai berikut: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus; b) Wajib pajak bersifat pasif; c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Self Assesment System Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak. 3) Withholding System Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi
wewenang
kepada
pihak
ketiga
untuk
memotong/memungut besarnya pajak yang terutang. e.
Asas Pemungutan Pajak Menurut Adam Smith dalam bukunya “An Inquiri into Nature and Cause of the Wealth of Nation” tentang asas-asas pemungutan pajak yang dikenal dengan “The Four Maxims” adalah sebagai berikut: 1) Asas Equality (asas keseimbangan atau asas keadilan) Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak yang dikenakan wajib pajak harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak serta sesuai dengan manfaat yang diterima. 2) Asas Ceratainty (asas kepastian hukum) Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang tetapi harus berdasarkan Undang-Undang, sehingga bagi yang melanggar akan dikenai sanksi hukum. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Asas Convenience of Payment (asas pemungutan pajak tepat waktu) Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu saat yang paling dekat dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak. 4) Asas Economy (asas efisien atau asas ekonomis) Pemungutan
pajak
hendaknya
dilakukan
sehemat/seefisien
mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak. 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) a.
Dasar Hukum Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/ PJ./ 2001 tangal 21 Pebruari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
b. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pasal 2 ayat (1) UndangUndang KUP: “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak”. Wajib pajak terdaftar adalah Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. c.
Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1) Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak, oleh karena itu kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. 2) Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.
d. Pola NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak /Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak terdiri dari 15 digit yaitu 9 digit pertama adalah Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya adalah Kode Administrasi Perpajakan, misalnya: commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
60 . 810 . 616 . 1
Kode Wajib Pajak
e.
–
104 .450 (sebanyak 15 digit)
Kode Administrasi
Manfaat NPWP 1) Untuk memperoleh pinjaman modal dari bank. 2) Untuk
memudahkan
berhubungan
dengan
instansi
yang
mewajibkan mencantumkan NPWP, seperti kantor imigrasi, Kantor Bea dan Cukai, kantor KPKN, kantor PLN, kantor Telkom, dan sebagainya. f.
Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak 1) Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa khusus yang mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak. 2) Berdasarkan formulir pendaftaran dari Wajib Pajak atau yang diberi kuasa, Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar. Kartu NPWP yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang berisikan NPWP atau identitas lainnya. 3) Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama pada hari kerja berikutnya commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap. Surat Keterangan Terdaftar adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa Wajib Pajak telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tertentu yang berisikan Nomor Pokok Wajib Pajak dan identitas lainnya serta kewajiban perpajakan Wajib Pajak. g.
Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Karyawan Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan NPWP di Kantor Pelayanan Pajak Domisili dan akan dilayani sesuai dengan tata cara pendaftaran yang berlaku atau melalui Kantor Pelayanan Pajak Lokasi, dan dapat dilayani melalui Pemberi Kerja atau Bendaharawan Pemerintah dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak. Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan melalui Kantor Pelayanan Pajak Lokasi menggunakan sarana sebagai berikut: 1) Surat permintaan bantuan pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan; 2) Daftar karyawan yang memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi; 3) Surat permintaan keterangan data Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan; commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Surat himbauan pendaftran NPWP; 5) Surat tugas pencarian data Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan; 6) Surat pemberitahuan tentang pencarian data Wajib Pajak Orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan; 7) Laporan hasil pencarian data Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan; 8) Surat Pemebritahuan pemberian NPWP Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan. Kepala Kantor Pelayanan Pajak dapat memberikan NPWP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan secara jabatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan didahului kegiatan pencarian data Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan sebagaimana dalam Keputusan Dirjen Pajak. h. Syarat-syarat untuk Memperoleh NPWP Pendaftran NPWP dapat dilakukan dengan cara mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran yang diminta di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Pajak terdekat, terdiri dari: 1) Formulir bentuk KP.PDIP.4.1 untuk Wajib Pajak Perseorangan; 2) Formulir bentuk KP.PDIP.4.2 untuk Wajib Pajak Badan; 3) Formulir
bentuk
KP.PDIP.4.3
Pemungut/Pemotong. commit to user
untuk
Wajib
Pajak
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan melampirkan dokumen berupa fotokopi : 1) Untuk WP Orang Pribadi Non Usahawan: a) Fotokopi KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor. 2) Untuk Orang Pribadi Usahawan: a) Fotokopi KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor; b) Fotokopi Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi yang berwenang. 3) Untuk WP Badan: a) Fotokopi akta pendirian; b) Fotokopi KTP salah seorang pengurus; c) Fotokopi Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dan Instansi yang berwenang. 4) Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong: a) Fotokopi Surat penunjukan sebagai bendaharawan; b) Fotokopi tanda bukti diri KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor. 5) Apabila WP pemohon berstatus cabang, maka harus melampirkan fotokopi kartu NPWP atau Bukti Pendaftaran WP Kantor Pusatnya. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain, perlu dilengkapi surat kuasa. Fotokopi sebagai kelengkapan formulir pendaftaran WP tersebut harus disahkan oleh petugas pendaftaran WP, kecuali dalam hal pendaftaran dilakukan melalui pos, maka fotokopi harus disahkan oleh pejabat/instansi yang berwenang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
i.
35 digilib.uns.ac.id
Kewajiban setelah memperoleh NPWP Berkaitan dengan diperolehnya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perlu diketahui ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk dilaksanakan, yaitu: 1) Kewajiban Sehubungan Dengan Pajak Penghasilan (PPh) a) Pembayaran Pajak; b) Pemungutan Pajak; c) Penyetoran Pajak; d) Pelaporan Pajak. 2) Kewajiban Sehubungan Dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) a) Pembayaran/Penyetoran Pajak; b) Faktur Pajak; c) Pelaporan Pajak yang telah disetor.
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1. Persyaratan dan tata cara dalam Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar a. Persyaratan penghapusan NPWP Permohonan penghapusan NPWP oleh Wajib Pajak atau ahli warisnya apabila wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Persayaratan subjektif adalah persyaratan dengan ketentuan commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengenai subjek pajak baik Orang Pribadi maupun Bandan bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 Bulan. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan selama satu tahun pajak diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP). 1) Menurut SE-03/ PJ.04/ 2007 Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak apabila: a) Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; b) Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; c) Pegawai Negeri Sipil/ TNI/ POLRI pensiun dan tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak; d) Karyawan yang tidak memiliki usaha atau pekerjaan bebas dan tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak yaitu yang penghasilannya dibawah PTKP; e) Bendahara pemerintah atau bendahara proyek yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi ditunjuk menjasi bendahara; f) Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g) Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi; h) Wajib Pajak yang memiliki lebih dari satu NPWP untuk menentukan NPWP yang dapat digunakan sebagai sarana administrasi
pemenuhan
pelaksanaan
hak
dan
kewajiban
perpajakan. 2) Persayaratan yang harus dibawa saat mengajukan permohonan NPWP oleh Wajib Pajak: a) Fotokopi akte kematian atau pelaporan kematian dari instansi yang berwengan bagi Wajib Pajak yang meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan; b) Adanya surat nikah atau akte perkawinan dari catatan sipil bagi wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; c) Apabila sudah selesai warisan yang dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan yang telah terbagi oleh para waris untuk warisan dalam kedudukannya sebagai subjek pajak; d) Adanya akte pembubaran yang dikukuhkan
dengan surat
keterangan dari instansi yang berwenang bagi Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi; e) Adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampirkan dokumen yang mendukung bahwa Badan Usaha Tetap (BUT) tidak memenuhi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
syarat untuk dapat digolongkan sebagai WP bagui BUT yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT; f) Wajib Pajak yang memiliki NPWP ganda disyaratkan adanya NPWP lama, fotokopi KTP dan NPWP baru. 3) Penghapusan NPWP dapat dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi, kecuali dari hasil pemeriksaan pajak diketahui adanya utang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, dikarenakan: a) Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; b) Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan. Penghapusan NPWP dapat dilakukan secara jabatan, apabila berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak diketahui bahwa Wajib Pajak yang bersangkutan diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan ternyata telah memiliki NPWP. Penghapusan tersebut dilakukan terhadap NPWP yang diterbitkan secara jabatan. Dalam hal penghapusan NPWP inilah diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu melalui pemeriksaan untuk tujuan lain. Setelah melakukan pemeriksaan, Direktorat Jenderal Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam jangka 6 bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 12 bulan untuk Wajib Pajak Badan, sejak tanggal permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Apabila Direktorat Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan dan telah melewati jangka waktu yang ditentukan, maka permohonan penghapusan NPWP dianggap disetujui, dan Direktorat Jenderal Pajak harus menerbitkan surat keputusan penghapusan NPWP dalam jangka waktu paling lambat satu bulan setelah jangka waktu yang telah ditentukan. Untuk persyaratan yang ada di KPP Pratama Karanganyar telah sesuai dengan SE-03/ PJ.04/ 2007 dan Undang- Undang yang berlaku di Indonesia. b. Tata cara penghapusan NPWP
Pengertian penghapusan NPWP adalah tindakan menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Tata Usaha Kantor Pelayanan Pajak. Akan tetapi juga diperhatikan bahwa NPWP juga diterbitkan secara jabatan. Untuk melakukan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak, yaitu: a. Wajib Pajak mengajukan berkas penghapusan NPWP dengan menggunakan Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak beserta persyaratannya;
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan Alir (Flow Chart) Wajib Pajak
Petugas TPT
Pelaksana Seksi Keapala Pelayanan
Seksi Seksi
Pelayanan
Pemeriksaan
Mulai Menerima, meneliti
Pemeriksaan Berdasarkan SOP
kelengkapan, Berkas
menerbitkan
Permohonan
BPS/LPAD, dan meneruskan
Bukti Penerimaan Surat
Menerima, merekam,
Laporan Hasil
dan mencetak Surat
Pemeriksaan
PenghapusanNPWP/S urat penolakan
Konsep Surat Penghapusan
Menandatangani
NPWP/Surat Penolakan
Surat Penghapusan NPWP/Surat Penolakan
Menatausahakan dan Surat Penghapusan NPWP/Surat Penolakan
menyampaikan
N
Selesai
(Sumber: Buku Sistem Informasi Akuntansi oleh Romney dan Steinbart, 2006) Gambar II.1 commit to user Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Petugas TPT menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam
hal
berkas
penghapusan
belum
lengkap,
berkas
penghapusan dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi. Dalam hal berkas penghapusan sudah lengkap, Petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas penghapusan kemudian diteruskan kepada Seksi Pemeriksaan untuk diproses dalam SOP Pemeriksaan; c. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dan merekam Laporan Hasil Pemeriksaan, mencetak Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak/Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani; d. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak/Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok
Wajib
Pajak
kemudian
mengembalikannya
kepada
Pelaksana Seksi Pelayanan; e. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani, memberi nomor, memberi stempel kantor, memisahkan dokumen untuk arsip dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak; commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan dokumen kepada Wajib Pajak; g. Proses selesai.
2. Penyebab Terjadinya Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Penghapusan NPWP dilakukan karena dalam hal sebagai berikut: a. Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan. b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Wajib Pajak wanita yang berlaku sejak awal tahun berikutnya setelah tahun perkkawinan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) Suami telah terdaftar sebagai Wajib Pajak; 2) Berkas Wajib Pajak wanita kawin tersebut diserahkan atau dikirimkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat wanita tersebut terdaftar ke Kantor Pelayanan Pajak tempat suami terdaftar sebagai Wajib Pajak dengan disertai uraian singkat untuk digabung dengan berkas Wajib Pajak suami; 3) Berkas Wajib Pajak wanita kawin yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang sama dengan tempat suami terdaftar, digabungkan sengan berkas Wajib Pajak suami. c. Warisan belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Bentuk Usaha Tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagai Bentuk Usaha Tetap. f. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya selain yang dimaksudkan pada angka 1 dan angka 2 yang tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongan sebagai Wajib Pajak. Penghapusan NPWP dapat dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah kadaluarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan pajak diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena: a. Wajib Pajak Orang Pribadi telah meninggal dunia tanpa meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; b. Wajib Pajak tidak dapat diketemukan lagi; c. Wajib Pajak tidak mempunyai kekayaan lagi; d. Sebab lain sesuai dengan hasil pemeriksaan. Apabila Wajib Pajak yang telah memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak meninggal dunia dan meninggalkan warisan yang belum terbagi, maka warisan yang belum terbagi tersebut dalam kedudukannya sebagai Subjek Pajak menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang meninggal dunia, dan ahli warisnya wajib melaporkan dengan mengisi formulir yang ditentukan.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penghapusan NPWP bagi Wajib Pajak wanita kawin karena perkawinannya tiak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, berlakunya sejak awal tahun berikutnya setelah tahun perkawinan dilaksanakan dengan ketentuan seuami telah terdaftar sebagai Wajib Pajak. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dilakukan secara jabatan, apabila berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak diketahui bahwa Wajib Pajak yang bersangkutan diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan ternyata telah memilikiNomor Pokok Wajib Pajak. Penghapusan yang dimaksud dilakukan terhadap NPWP yang diterbitkan secara jabatan. Dalam penghapusan NPWP inilah diperlukan pemeriksaan terlebih melalui pemeriksaan untuk tujuan lain. Penyebab terjadinya penghapusan di KPP Karanganyar hampir sama dengan penyebab penghapusan
secara
umum
yang
penyelesaian
yang tejadi dalam
membedakan proses
hanyalah
masalah
penghapusan baik dalam
menyelesaikan penghapusan NPWP WP Badan maupun WPOP. Misalnya dalam menyelesaikan masalah aktiva ataupun hutang pajak yang masih ada sehingga harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum dilakukanya proses penghapusan NPWP tersebut.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kuantitas dari Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak di KPP Karanganyar Tabel II.1 Daftar Pelaksanaan Kegiatan Penghapusan NPWP NO Keterangan 1 Jumlah Mengajukan 2
Penyelesaian Pemeriksaan
3
Sisa (Ditolak)
2009 2010 2011 OP Badan OP Badan OP Badan 195 62 105 17 65 8
195
62
105
14
63
8
0
0
0
3
2
0
Berdasarkan tabel menunjukan bahwa kuantitas penghapusan nomor pokok wajib pajak dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 itu menurun. Hal ini dapat dijadikan salah satu parameter untuk mengukur baik buruknya efektivitas dari penghapusan NPWP tersebut. Sesuai tabel diatas menunjukan bahwa efektivitas penghapusan NPWP di KPP Pratama Karanganyar sudah baik karena Wajib Pajak aktif dalam menjalankan usahanya sehingga tidak adanya hal yang menyebabkan NPWP dari Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan yang harus dihapuskan.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Dampak Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan mempunyai dampak bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar, yaitu: a. Dampak 1) Bagi Perusahaan Apabila suatu perusahaan dinyatakan ditutup maka berakhirnya juga seluruh kegiatan usaha perusahaan.
Hal ini juga berkaitan
dengan masalah likuidasi atau penyelesaian kewajiban perpajakannya. Diantaranya adalah masalah penyelesaian penghapusan NPWP, dalam menyelesaikan masalah penghapusan NPWP baik NPWP perusahaan tersebut maupun NPWP dari karyawannyasecara otomatis perusahaan tersebut harus menunjuk pengurus untuk menyelesaikan masalah penghapusan
NPWP.sehingga
tidak
adanya
dampak
apapun,
sepanjang tidak ada kewajiban sebelumnya yang tidak terpenuhi seperti utang pajak. Jika masih ada utang pajak maka kewajiban perusahaan harus menyelesaikan utang pajaknya tersebut karena DJP melakukan pemeriksaan sebelum mengeluarkan keputusan. 2) Bagi KPP Pratama a) Jika Wajib Pajak Orang Pribadi yang meninggal dunia dan meninggalkan warisan maka harus menyelesaikan utang pajak Wajib Pajak tersebut. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Jika Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan dan aktiva perusahaan masih ada harus menyelesaikan penghapusan aktiva tersebut. c) Penyelesaian utang pajak dan penghapusan aktiva tersebut harus tetap ditagih kecuali dari hasil pemeriksaan pajak diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena: (1) Wajib Pajak Orang Pribadi telah meninggal dunia tanpa meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; (2) Wajib Pajak tidak dapat diketemukan lagi; (3) Wajib Pajak tidak mempunyai kekayaan lagi; (4) Sebab lain sesuai dengan hasil pemeriksaan. 3) Bagi Karyawan Apabila suatu perusahaan ditutup maka hal ini juga berdampak kepada
karyawan
perusahaan
tersebut.
Penyelesaian
masalah
kewajiban perusahaan terhadap karyawannya diantaranya adalah masalah perpajakan, yaitu penghapusan NPWP karyawan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan harus menunjuk pengurus untuk menyelesaikan masalah penghapusan NPWP karyawan kepada DJP. Sehingga tidak adanya dampak yang signifikan bagi karyawan tersebut kecuali jika tidak adanya orang/ pengurus yang mengurusi penghapusan NPWP perusahaan maupun karyawannya maka Wajib commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pajak
karyawan
tersebut
harus
mengurus
sendiri
masalah
penghapusan NPWP tersebut dengan mengajukan penghapusan NPWP kepada DJP. 4) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Apabila
wajib
pajak
mengalami
berbagai
hal
yang
menyebabkan dilakukannya penghapusan diantara seperti meninggal dunia maka harus melakukannya penghapusan NPWP kepada DJP, karena hal ini berhubungan dengan masalah perpajakannya sehingga WPOP itu sendiri dalam melakukan pengurusan penghapusan harus mengajukan surat permohonan penghapusan NPWP kepada DJP agar dapat segera diproses dalam pelaksanaan penghapusan NPWP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN 1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar meningkatkan kinerja untuk menyelesaikan penghapusan NPWP dalam menjalankan prosedur yang telah ditetapkan. 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar melakukan peningkatan efektivitas kehumasan dengan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak saat menyelesaikan penghapusan NPWP dengan cepat sebelum jangka waktu ditetapkan. 3. Kantor KPP Pratama Karanganyar melakukan penyuluhan kepada lapisan masyarakat sehingga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan serta kesadaran Wajib Pajak dalam menyelesaikan urusan perpajakan hingga selesai. 4. Efektivitas penghapusan NPWP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar sudah baik. Hal ini ditunjukan dari menurunnya kuantitas dari penghapusan NPWP pada tahun 2009 sampai tahun 2011.
B. KELEMAHAN 1. Wajib Pajak sulit ditemukan dalam pemeriksaan lapangan, misalnya saat mencari ahli waris serta mencari alamat Wajib Pajak sulit ditemukan commit to user
49
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga dapat menyulitkan fiskus dalam melakukan pemeriksaan Wajib Pajak. 2. Terdapat beberapa Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar yang tidak segera melengkapi persyaratan penghapusan NPWP sehingga dalam penyelesaian penghapusan tersebut menjadi tertunda dan fiskus menolak pengajuan
penghapusan
NPWP
tersebut
dan
untuk
melakukan
pemeriksaan harus menunggu Wajib Pajak melengkapi persyaratan tersebut. 3. Seringkali terjadinya kelalaian yang dilakukan oleh perusahaan yang telah dilikuidasi dengan tidak melakukan pengurusan terhadap penghapusan NPWP bagi karyawannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karangnyar mengenai prosedur penghapusan NPWP, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penghapusan NPWP untuk Wajib Pajak yang meninggal dunia wajib adanya fotokopi atau akte atau laporan kematian, wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta adanya surat nikah dari catatan sipil, warisan yang belum terbagi oleh ahli waris, Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan adanya akte pembubaran yang dikukuhkan. 2. Prosedur penghapusan NPWP di KPP Pratama Karanganyar semua Wajib Pajak
mengajukan
berkas
penghapusan
NPWP
beserta
formulir
pendaftaran, petugas TPT menerima semua berkas dari Wajib Pajak kemudian menelitinya, petugas TPT mencetak BPS yang diserahkan kepada Wajib Pajak dan LPAD yang digabungkan dengan berkas penghapusan NPWP kemudian diberikan ke Seksi Pemeriksaan untuk diproses, Seksi Pelayanan merekam LPH berdasarkan hasil pemeriksaan untuk WP memenuhi syarat maka Seksi Pelayanan membuat nota dinas ditunggakan pajak ke Seksi
Penagihan dan Wajib Pajak melunasi
tunggakan pajak tersebut kemudian Kepala Seksi Pelayanan mencetak commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Surat Penghapusan NPWP yang ditanda tangani, pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen tersebut untuk mencatat nomor surat penghapusan NPWP ke dalam buku register serta memberikan stempel kantor, Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan Surat Penghapusan NPWP kepada Wajib Pajak, apabila Wajib Pajak tidak memenuhi syarat maka Kepala Seksi Pelayanan mencetak Surat Penolakan Penghapusan NPWP. 3. Penyebab terjadinya penghapusan NPWP adalah WPOP yang meninggal dunia, wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, warisan belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi, Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. WPOP lainnya selain yang yang meninggal dan pemisahan harta yang tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai Wajib Pajak. 4. Kuantitas penghapusan NPWP dari tahun 2009 sampai tahun 2011 menurun, hal ini menunjukan bahwa efektivitas penghapusan baik karena semakin menurunnya angka WP yang melakukan penghapusan karena aktif dalam menjalankan usahanya. 5. Dampak penghapusan NPWP bagi perusahaan itu tidak ada selama tidak ada kewajiban sebelumnya yang tidak terpenuhi, karena DJP melakukan pemeriksaan sebelum mengeluarkan keputusan. Sedangkan dampak bagi KPP Pratama adalah jika: (1) WPOP meninggal dunia dan meninggalkan warisan maka harus menyelesaikan utang pajak WP tersebut, (2) WP Badan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
yang telah dibubarkan dan aktiva perusahaan masih ada harus menyelesaikan penghapusan aktiva tersebut. penyelesaian utang pajak dan penghapusan aktiva harus tetap ditagih kecuali tidak mungkinnya untuk ditagih karena WPOP yang meninggal tanpa meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan, WP tidak dapat diketemukan lagi, WP tidak mempunya kekayaan lagi, maupun sebab lain sesuai dengan hasil pemeriksaan.
B. REKOMENDASI Berdasarkan hasil pengamatan yang menjelaskan tentang kendala dan masalah yang dihadapi Wajib Pajak maupun Fiskus, maka penulis memberikan rekomendasi yang diharapkan dapat memperbaiki. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Saat fiskus mengalami kesulitan dalam menemukan alamat Wajib Pajak yang diperiksa sebaiknya dalam pencairan alamat Wajib Pajak, Tim Pemeriksa yang melakukan pencarian dengan berpisah-pisah, tidak bersama. Apabila saat mengalami kesulitan dalam mencari ahli waris yang disebabkan Wajib Pajak meninggal dunia fiskus langsung mencari keterangan ke RT atau RW daerah setempat 2. Apabila Wajib Pajak tidak segera melengkapi persyaratan, KPP sebaiknya membuat jangka waktu kelengkapan data Wajib Pajak sehingga dalam penyelessaian penghapusan dapat cepat terselesaikan. Jika Wajib Pajak commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak melengkapi dalam batas waktu tertentu, maka pelaksanaan penghapusan NPWP tidak akan dilaksanakan 3. Perlu adanya sosialisasi kepada kepada Wajib Pajak Badan agar bisa bertanggungjawab dalam hal pengurusan penghapusan NPWP baik NPWP Badan umumnya ataupun NPWP karyawan khususnya, sehingga tidak adanya kelalaian atas penghapusan NPWP bagi karyawan.
commit to user