Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control Terhadap Produk Akhir Studi Kasus Pada Perusahaan Batako UD Lestari Yogyakarta
Winanto Nawarcono *)
Abstract The purpose of this study was to determine whether the defective product at its brick "UD Lestari" Yogyakarta is still within control limits and whether the factors that cause damage to the company's product blocks " UD Lestari" Yogyakarta. The collection of data using observation and interview techniques. Data analysis technique used is the control chart for attributes or "P-Chart" by calculating the mean of the damage (P), calculate the standard deviation (Sp) and the quality standards set limits (UCL / Upper Control Limit and LCL / Lower Control Limit).Results from analysis of data about the quality control carried out by the brick company "UD Lestari”, that the implementation of quality control in the company's brick "UD Lestari"is not good, so that the resulting product can not meet the quality standards set by the company, ie of 4.50%. Although the difference in the average percentage of damage to brick against the standards set by smaller companies, which in 2009 amounted to 0.5%, amounting to 0.32% in 2010 and in 2011 for 0.49%. Damage that occurs in the final product is also caused by a lack of rigor and discipline workers who handle the production process Keywords: Damaged Products, Quality Control, Control Limit, Control Chart, and Acceptance Sampling A. PENDAHULUAN Dalam dunia usaha masalah pengendalian kualitas merupakan salah satu aspek yang tidak kalah pentingnya dengan aspek yang lainnya dalam usaha untuk mencapai keberhasilan suatu perusahaan. Aspek pengendalian kualitas ini berpengaruh besar, dimana konsumen akan lebih bebas dalam menentukan pembelian barang baik dalam memilih kualitas, harga maupun jenis barang. __________________________ *)
Penulis adalah dosen STIE Nusa Megarkencana (STIENUS) Yogyakarta
ISSN-1411 – 3880
64
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Dengan demikian faktor pengawasan produksi dimulai dari awal sampai selesai menjadi produk jadi, menjadi sangat penting sekali bagi perusahaan untuk dilaksanakan dengan tujuan untuk kepuasan konsumen, penggunaan biaya yang serendah-rendahnya dan selesai tepat pada waktunya. Peningkatan mutu produk merupakan faktor utama dalam daya saing. Perusahaan semestinya terus menerus melakukan usaha untuk memperkuat daya saing produk di tingkat harga maupun di tingkat mutu yang dilakukan melalui penekanan biaya produksi, peningkatan mutu produk dan sebagainya. Dari analisa di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Evaluasi Pelaksanaan Quality Control Terhadap Produk Akhir Studi Kasus Pada Perusahaan Batako UD Lestari Yogyakarta”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan, yaitu : 1. Apakah produk rusak pada perusahaan batako “UD Lestari” Yogyakarta masih dalam batas kontrol ? 2. Faktor apakah yang menyebabkan produk rusak pada perusahaan batako “UD Lestari” Yogyakarta ? Adapun batasan masalah dalam rangka mengidentifikasi permasalahan tersebut diatas, adalah sebagai berikut : penelitian dilakukan pada perusahaan batako “UD Lestari” di Yogyakarta dan data perusahaan yang diperlukan diambil selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai 2011.
B. LANDASAN TEORI Pengertian proses produksi menurut Agus Ahyari, (2002:12) adalah : “Merupakan cara, methode maupun teknik bagaimana kegiatan penambahan faedah atau penciptaan faedah tersebut dilaksanakan.” Sedangkan menurut Zulian Yamit, (2002:116), proses produksi dapat didefinisikan sebagai berikut : “Suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna.”. Adapun pengertian production planning and control menurut Sofyan Assauri, (1993:122) : “Production planning and control adalah penentuan dan penetapan
ISSN-1411 – 3880
65
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
kegiatan-kegiatan produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan pabrik tersebut dan melaksanakan pengawasan dari proses dan hasil produksi agar apa yang direncanakan dapat terlaksanakan dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.” Berdasarkan pengertian tersebut, maka tujuan production control adalah agar tujuan perusahaan dapat dicapai sesuai dengan rencana, yaitu economically (penghematan), on time (waktu yang tepat), aceptable (dapat dipertanggungjawabkan) dengan jalan merencanakan yang setepat mungkin dan mengadakan pengawasan yang sebaikbaiknya. Tindakan penetapan standar merupakan tindakan pertama dalam proses pengawasan kualitas. Penetapan standar adalah merupakan suatu penetapan yang sangat hati-hati dari norma-norma tertentu seperti kekuatan, bentuk, dimensi dan pengolahan dari suatu produk. Quality Control atau pengawasan kualitas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap hasil produksi dan merupakan salah satu fungsi yang terpenting dari suatu perusahaan. Dalam menentukan standar kualitas perlu juga diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi suatu produk, yaitu fungsi suatu produk, wujud luar dan biaya dari barang tersebut. Metode statistik pada dasarnya merupakan cara untuk mengumpulkan dan menganalisa data dalam menentukan dan mengawasi kualitas produksi. Teknik pengawasan kualitas secara statistik ini adalah penggunaan tabel (chart), dan prinsipprinsip statistik serta tindakan para pekerja di dalam mengawasi proses produksi atau pengolahan. Pengawasan kualitas secara statistik ini meliputi penganalisaan sampel dan menarik kesimpulan mengenai sifat dari keseluruhan barang (populasi) di mana sampel diambil. Dengan menggunakan sampling dan penarikan kesimpulan secara statistik (statistical inference), maka teknik pengawasan kualitas secara statistik ini dapat dipergunakan untuk menerima atau menolak dari produk yang telah dihasilkan, atau dapat dipergunakan untuk mengawasi proses dan sekaligus kualitas produk yang sedang dikerjakan. Teknik pengawasan kualitas secara statistik dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut :
ISSN-1411 – 3880
66
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
1. Metode Acceptance Sampling Metode ini untuk memeriksa atribut, di sini dihitung resiko produsen dan resiko konsumen. Resiko produsen adalah resiko yang ditanggung produsen karena produk baik tidak lolos dari pemeriksaan. Sedangkan resiko konsumen adalah resiko yang ditanggung konsumen karena dari produk yang rusak tersebut ada produk yang lolos dan terbeli oleh konsumen. Cara sampling diklasifikasikan berdasarkan cara-cara pemeriksaan karakteristik, yaitu berdasarkan Atribut dan berdasarkan Variabel. Berdasarkan Atribut, apabila pemeriksaan bersifat kualitatif, yaitu hanya merupakan penentuan memuaskan atau tidak memuaskan, maka hal ini dikatakan pemeriksaan atribut. Pemeriksaan ini hanya memberikan sedikit data untuk dapat memperkirakan besarnya penyesuaian yang diperlukan pada proses ini. Berdasarkan Variabel, apabila pemeriksaan bersifat atas karakteristik secara kuantitatif, yaitu melakukan pengukuran secara teliti yang menunjukkan seberapa jauh baik buruknya suatu komponen. 2. Metode Penggunaan Control Chart Control Chart didasarkan atas prinsip bahwa variasi kualitas tidak dapat dipisahkan terhadap setiap proses produksi. Penggunaan control chart dalam uruturutan proses produksi akan dapat menunjukkan apakah produk yang dibuat mengarah pada out of control. Pada umumnya lebih dahulu harus dilihat variasi yang terjadi pada proses produksi, dan variasi ini digolongkan dalam dua bagian yaitu : Variasi berdasarkan berbagai kemungkinan dan Variasi karena sebab-sebab tertentu yang diketahui. Untuk variasi yang berdasarkan berbagai kemungkinan ini dapat disebabkan oleh hal yang sangat kompleks, sehingga baru dapat dirasakan bila kejandiannya dilihat secara keseluruhan. Untuk variasi karena sebab-sebab tertentu, dapat diketahui penyebabnya, misalnya : perbedaan para karyawan, perbedaan mesin dan alat lainnya dan perbedaan bahan dan kombinasinya Pengawasan dengan menggunakan control chart dapat ditetapkan pada : 1. Control chart yang dipakai pada sifat barang. Biasanya menggunakan P-Chart, dan berguna untuk mengontrol banyaknya prosentase cacat atau rusak dari suatu hasil produk.
ISSN-1411 – 3880
67
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Rumus yang dipergunakan : P + 3 Sp di mana : (Zulian Yamit, 2002:349) x P= n P = mean dari kerusakan x = banyaknya barang yang rusak n = banyaknya barang dalam tiap sampel P(1-P) Sp = n di mana : Sp
: Deviasi standar
Batasan pengawasan terhadap terjadinya kerusakan adalah : UCL = P + 3 Sp LCL = P – 3 Sp Hasil perhitungan UCL dan LCL inilah yang menunjukkan variasi karena sebab kemungkinan, dan nilai-nilai ini yang digunakan untuk standar penilaian sampel. Apabila sampel berada di luar batas ini, pasti ada sebab yang mengakibatkan kerusakan. Dengan demikian dapat ditentukan sebab-sebab terjadinya kerusakan dan melakukan tindakan perbaikan sebelum terjadi kerusakan yang lebih besar. Tindakan tersebut misalnya : mengadakan pelatihan kepada para pekerja dan atau memeriksa peralatan produksi secara rutin 2. Control chart untuk faktor barang. Digunakan sebagai pengukur diterima atau tidaknya sampel individual. Teknik pengawasannya adalah sebagai berikut : menentukan mean (P) dari sampel, menentukan deviasi standar (Sp) dan menentukan batasan toleransi UCL dan LCL Dari hasil pemeriksaan kemungkinan yang dapat terjadi adalah : 1. Mean sampel berada dalam batasan ukuran standar yang ditetapkan, berarti hasil pemeriksaan dapat diterima dan populasi sampel dinyatakan baik.
ISSN-1411 – 3880
68
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
2. Mean sampel berada diluar batasan ukuran standar yang ditetapkan, berarti hasil pemeriksaan tidak bisa diterima dan populasinya dinyatakan tidak baik. Jika batas-batas standar tersebut digambarkan maka akan tampak seperti gambar di bawah ini : Gambar 1. Control Chart dan Distribusi Normal Sampel Populasi Batas Pengawasan Atas P + 3 Sp P + 2 Sp P + 1 Sp
-------------------------------
Mean distribusi sampling -----------------------------
P – 1 Sp P – 2 Sp P- 3 Sp Batas Pengawasan Bawah
C. METODE PENELITIAN a. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah pengendalian kualitas. b. Definisi Operasional 1. Evaluasi, adalah penilaian pelaksanaan quality control terhadap produk akhir pada perusahaan batako “UD Lestari” Yogyakarta. 2. Quality Control, merupakan suatu proses yang sistematis atau kegiatan yang meliputi penetapan standar kualitas. 3. Produk akhir, adalah barang yang dibuat dan menjadi hasil akhir dari suatu proses produksi. Produk akhir dalam penelitian ini adalah batako. 4. Produk rusak, adalah batako yang bentuknya tidak sempurna, tidak utuh, serta mudah retak.
ISSN-1411 – 3880
69
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
5. Batas kontrol, merupakan batas pengendalian mutu barang hasil produksi, yang ditunjukkan dengan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dari penyimpangan terhadap mutu yang ditentukan. c. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa cara sebagai berikut : 1. Observasi, yaitu mengumpulkan data dengan jalan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. 2. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan jalan mengadakan tanya jawab dengan karyawan yang terlibat di dalamnya. d. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis yang digunakan adalah control chart untuk atribut atau “P-Chart” dengan rumus sebagai berikut : (Zulian Yamit, 2002:349) 1. Menghitung mean dari kerusakan dengan rumus : x P= n di mana : P
: mean dari kerusakan
x
: banyaknya barang yang rusak
n
: banyaknya barang
2. Menghitung deviasi standar dengan rumus : P(1-P) Sp = n di mana : Sp : Deviasi standar 3. Menentukan batas daerah standar kualitas dengan rumus : P (1 - P) UCL = P + 3 n
ISSN-1411 – 3880
70
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
P (1 - P) LCL = P – 3 n di mana : Upper Control Limit (UCL) : batas kontrol atas Lower Control Limit (LCL) : batas kontrol bawah
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Didalam melakukan analisis data, penulis akan mengetengahkan data ataupun informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di perusahaan batako “UD Lestari“. dalam melakukan pengawasan kualitas berdasarkan sifat-sifat barang, digunakan P-chart yaitu untuk mengetahui banyaknya (%) barang yang rusak atau cacat. Berikut disajikan data atau hasil produksi dan data kerusakan produksi yang diperoleh dari pengambilan data di perusahaan batako “UD Lestari” dari tahun 2009 sampai tahun 2011.
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 1. Hasil Produksi Batako UD Lestari Tahun 2009, 2010, 2011 Hasil Produksi (bh) Tahun 2009 Tahun 2010 5450 5400 4840 4800 5310 5200 5260 5200 5440 5400 5030 5000 5420 5400 5470 5400 5200 5000 5440 5400 5225 5200 5400 5200
Tahun 2011 5500 4900 5360 5300 5500 5250 5550 5510 5300 5520 5260 5440
Sumber : Bagian produksi UD Lestari
ISSN-1411 – 3880
71
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Winanto Nawarcono, SE, MM
Tabel 2. Jumlah Produk Rusak pada Produk Batako Tahun 2009 Hasil Produksi (bh) Jumlah yang rusak (bh) Kerusakan (%) 3.83 207 5400 3.33 160 4800 4.17 217 5200 3 156 5200 8 432 5400 5 250 5000 6.67 360 5400 4.50 243 5400 3 150 5000 4.17 225 5400 9 468 5200 6 312 5200 62600 3180
Sumber : Bagian produksi UD Lestari
Setelah penulis menyajikan data pada tabel 2 di atas, maka selanjutnya penulis akan menghitung besarnya kerusakan produk akhir : 1. Menghitung Mean dari kerusakan x P= n 3180 =
= 0.05 = 5% 62600
2. Menghitung deviasi standar P(1-P) Sp = n
0.05 ( 1 – 0.05 ) =
= 0.003017283 5217
ISSN-1411 – 3880
72
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
3. Menentukan batas daerah standar kualitas P (1 - P) UCL = P + 3 n = 0.05 + 3 ( 0.003017283 ) = 0.059051849 = 5.91 % P (1 - P) LCL = P - 3 n = 0.05 - 3 ( 0.009051849 ) = 0.040948151 = 4.10 % Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat rata-rata kerusakan yang terjadi pada produk akhir adalah sebesar 5%, sedangkan batas pengawasan atas adalah 5.91% dan 4.10% untuk batas pengawasan bawah. Jika digambarkan dalam P-Chart, akan tampak sebagai berikut : Gambar 2. P-Chart pada Kerusakan Batako Tahun 2009 % kerusakan
5.91
UCL = 5.91%
5 4.10
ISSN-1411 – 3880
P = 5% LCL = 4.10%
12 bl
73
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Pada gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dengan melihat kerusakan pada produk akhir menunjukkan pengawasan yang dilaksanakan dalam perusahaan kurang efektif. Hal ini terlihat pada bulan ke lima dan kesebelas yang jatuh diluar batas pengawasan. Kerusakan yang terjadi pada bulan kelima disebabkan oleh keteledoran karyawan bagian produksi dalam proses pencampuran bahan baku. Sedangkan kerusakan yang terjadi pada bulan kesebelas disebabkan oleh faktor alam, seperti hujan.
Bulan
Tabel 3. Jumlah Produk Rusak pada Produk Batako Tahun 2010 Hasil Produksi (bh) Jumlah yang rusak (bh) Kerusakan (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5450 4840 5310 5260 5440 5030 5420 5470 5200 5440 5225 5400 63485
193 194 294 146 209 464 300 168 392 218 193 291 3062
3.54 4 5.54 2.77 3.85 9.22 5.54 3.07 7.54 4 3.69 5.39
Sumber : Bagian produksi UD Lestari
Setelah penulis menyajikan data pada tabel 3 di atas, maka selanjutnya penulis akan menghitung besarnya kerusakan produk akhir : 1. Menghitung Mean dari kerusakan x P= n 3062 = = 0.048231865 = 4.82% 63485 2. Menghitung deviasi standar
ISSN-1411 – 3880
74
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
P(1-P) Sp = n
0.048231865 ( 1 – 0.048231865 ) =
= 0.002945674 5290
3. Menentukan batas daerah standar kualitas P (1 - P) UCL = P + 3 n = 0.048231865 + 3 ( 0.002945674) = 0.057068887 = 5.71 % P (1 - P) LCL = P - 3 n = 0.048231865 - 3 ( 0.002945674) = 0.039394843 = 3.94% Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat rata-rata kerusakan yang terjadi pada produk akhir adalah sebesar 4.82%, sedangkan batas pengawasan atas adalah 5.71% dan 3.94% untuk batas pengawasan bawah. Jika digambarkan dalam P-Chart, akan tampak sebagai berikut :
ISSN-1411 – 3880
75
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Gambar 3 P-Chart pada Kerusakan Batako Tahun 2010 % kerusakan
UCL = 5.71% 5.71 4.82 3.94
P = 4.82% LCL = 3.94%
12 bl
Pada gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dengan melihat kerusakan pada produk akhir menunjukkan pengawasan yang dilaksanakan dalam perusahaan kurang efektif. Hal ini terlihat pada bulan ke enam yang jatuh diluar batas pengawasan. Kerusakan yang terjadi pada bulan kelima disebabkan oleh keteledoran karyawan bagian produksi dalam proses pencampuran bahan baku. Tabel 4. Jumlah Produk Rusak pada Produk Batako Tahun 2011 Bulan Hasil Produksi (bh) Jumlah yang rusak (bh) Kerusakan (%) 4 220 5500 1 2.57 126 4900 2 5 268 5360 3 7.85 416 5300 4 6 330 5500 5 4.44 233 5250 6 6 333 5550 7 2.57 142 5510 8 8.57 454 5300 9 4.29 237 5520 10 3.42 180 5260 11 5 272 5440 12 64390 3211 Sumber : Bagian produksi UD Lestari
ISSN-1411 – 3880
76
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Setelah penulis menyajikan data pada tabel 4 di atas, maka selanjutnya penulis akan menghitung besarnya kerusakan produk akhir : 1. Menghitung Mean dari kerusakan x P= n 3211 =
= 0.049867991 = 4.99% 64390
2. Menghitung deviasi standar P(1-P) Sp = n
0.049867991 ( 1 – 0.049867991 ) =
= 0.002971363
5366 3. Menentukan batas daerah standar kualitas
P (1 - P) UCL = P + 3 n = 0.049867991 + 3 ( 0.002971363 ) = 0.05878208 = 5.88%
P (1 - P) LCL = P - 3 n = 0.049867991 - 3 ( 0.002971363 ) = 0.040953902 = 4.10%
ISSN-1411 – 3880
77
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat rata-rata kerusakan yang terjadi pada produk akhir adalah sebesar 4.99%, sedangkan batas pengawasan atas adalah 5.88% dan 4.10% untuk batas pengawasan bawah. Jika digambarkan dalam P-Chart, akan tampak sebagai berikut : Gambar 4 P-Chart pada Kerusakan Batako Tahun 2011 % kerusakan
UCL = 5.88% 5.88 4.99 P = 4.98% 4.10 LCL = 4.10% 12 bl Pada gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dengan melihat kerusakan pada produk akhir menunjukkan pengawasan yang dilaksanakan dalam perusahaan kurang efektif. Hal ini terlihat pada bulan ke empat dan ke sembilan yang jatuh di luar batas pengawasan. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan oleh keteledoran karyawan bagian produksi dalam proses pencampuran bahan baku. Berdasarkan hasil analisa terhadap data-data tersebut di atas, rata-rata tingkat kerusakan yang ada pada perusahaan batako “UD Nanang” untuk tahun 2009 sebesar 5%, tahun 2010 sebesar 4.82% dan tahun 2011 sebesar 4.99%, sedangkan standar yang telah ditetapkan perusahaan sebesar 4.50%.
Tahun Tingkat Kerusakan
ISSN-1411 – 3880
Tabel 5. Perbandingan Tingkat Kerusakan Batako Tahun 2009, 2010, 2011 2009 2010 5% 4.82 %
2011 4.99 %
78
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Kenyataan menunjukkan hasil produk tahun 2009, 2010 dan 2011 berada di bawah standar yang ditetapkan, walaupun selisih tingkat persentase rata-rata dari kerusakan batako terhadap standar yang ditetapkan oleh perusahaan kecil, yaitu pada tahun 2009 sebesar 0.5%, tahun 2010 sebesar 0.32% dan tahun 2011 sebesar 0.49%.
E. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisa terhadap data-data mengenai pengawasan kualitas yang dilaksanakan oleh perusahaan batako “UD Lestari”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan quality control di perusahaan batako “UD Lestari” masih kurang baik, sehingga produk yang dihasilkan kualitasnya belum dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu sebesar 4.50%. Walaupun selisih tingkat persentase rata-rata dari kerusakan batako terhadap standar yang ditetapkan oleh perusahaan kecil, yaitu pada tahun 2009 sebesar 0.5%, tahun 2010 sebesar 0.32% dan tahun 2011 sebesar 0.49%. 2. Kerusakan yang terjadi pada produk akhir juga disebabkan oleh kurangnya ketelitian dan kedisiplinan pekerja yang menangani proses produksi
F. DAFTAR PUSTAKA Agus Ahyari, 1999. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE - UGM. Agus Ahyari, 2002. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE - UGM. Agus Ahyari, 2002. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE - UGM. EK. A. Abdurrachman, 1982. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, Cetakan Kelima, Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita. Harsono, 1985. Manajemen Pabrik, Cetakan Kedua, Jakarta: Penerbit Balai Aksara.
ISSN-1411 – 3880
79
Evaluasi Pelaksanaan Quality Control
Winanto Nawarcono, SE, MM
Indriyo Gitosudarmo, 1998. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta: BPFE – UGM. Soehardi Sigit, 1999. Peranan Masalah dan Hipotesis Dalam Skripsi dan Penelitian, Yogyakarta: STIE GAMA. Soehardi Sigit, 1999. Pengantar Metodologi Penelitian Sosial – Bisnis – Manajemen, Yogyakarta: FE Universitas Sarjana Wiyata. Sofyan Assauri, 1993. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi 4, Jakarta: BPFE UI. T. Hani Handoko, 2003. Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE – UGM. T. Hani Handoko, 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi 1, Yogyakarta: BPFE – UGM. Zulian Yamit, 2002. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Yogyakarta: Ekonisia – FE UII.
ISSN-1411 – 3880
80