Evaluasi Konseling Parasetamol ... ... (Githa Fungie. G, dkk)
EVALUASI KONSELING PARASETAMOL DI APOTEK WILAYAH KOTA PURWOKERTO DENGAN METODE SIMULATED PATIENT Evaluation of Counseling on Paracetamol in the Pharmacy Area of Purwokerto with Simulated Patient Methods Githa Fungie Galistiani, Wahyu Utaminingrum, Rizky Gandha Atmana, Ari Ardiansyah dan Nur Adi Wibowo Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Naskah diterima tanggal 28 Agustus 2014 ABSTRACT Paracetamol is the one of highly accessible drug in community pharmacies, whereas paracetamol had risks and side effects if not used as directed. Therefore, pharmacists are expected to provide an appropriate drug information to consumers, in this case paracetamol-related counseling. The objective of this study was to assess paracetamolrelated counseling in community pharmacy practice. The simulated patient methodology was used in 20 community pharmacies in Purwokerto district. Two scenarios related to self medication for headaches were developed and used in all participating pharmacies. The scenarios were direct product request and symptom-based request. Pharmacy visitors were recorded and scored according to the criteria of counseling. The symptombased request was score significantly better than the direct product request. The most common information provided by pharmacist was dosage. The assesment of paracetamolrelated counseling in community pharmacy practice in Purwokerto disctrict need to be improved. Keywords : counseling, paracetamol, simulated patient ABSTRAK Parasetamol termasuk obat yang sangat mudah diperoleh masyarakat di apotek, padahal parasetamol memiliki resiko disalahgunakan dan efek samping merugikan jika digunakan tidak sesuai aturan. Oleh karena itu, apoteker diharapkan dapat memberikan konseling yang tepat kepada konsumen dalam penggunaan parasetamol. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana apoteker komunitas wilayah Kota Purwokerto melakukan konseling terhadap penggunaan parasetamol dalam swamedikasi. Penelitian dilakukan terhadap 20 responden apoteker di wilayah Kota Purwokerto dengan metode simulated patient secara observasional. Hasil observasi tim peneliti dan pasien simulasi terhadap apoteker responden menyimpulkan bahwa apoteker responden di wilayah Kota Purwokerto melakukan konseling penggunaan parasetamol untuk kasus symptom based request lebih baik daripada kasus direct product request.Informasi yang paling banyak disampaikan oleh apoteker adalah dosis obat. Berdasarkan hasil penelitian ini, praktek pelayanan kefarmasian di apotek wilayah Kota Purwokerto masih perlu ditingkatkan. Kata Kunci : Konseling, Parasetamol, Pasien Simulasi
PENDAHULUAN Swamedikasi menjadi alternatif yang banyak dipilih m asyarakat untuk meredakan atau menyembuhkan keluhan kesehatan ringan atau untuk meningkatkan keterjangkauan akses terhadap pengobatan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi
Alamat korespondensi: Jalan Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202, Kembaran, Purwokerto 53182 Email:
[email protected]
171
Nasional (Susenas) tahun 2011 Badan Pusat Statistik mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia yang melakukan swamedikasi. Angka ini lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan ke dokter (44%). Penggunaan obat bebas atau biasa disebut Over The Counter (OTC) semakin meningkat seiring dengan perkembangan tingkat pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi. Parasetamol termasuk obat bebas yang sangat banyak digunakan masyarakat dalam swamedikasi sebagai analgetik dan antipiretik, karena relatif mudah didapatkan di apotek. Sudah sejak lama, parasetamol dilaporkan menjadi salah satu obat yang rentan disalahgunakan oleh masyarakat (Prescott,
FARMASAINS Vol 2 No. 4, Oktober 2014
1996). Selain itu parasetamol juga memiliki efek jangka panjang yang merugikan. United Kingdom (UK) dilaporkan hampir setengahnya kasus over dosis terjadi karena parasetamol atau obat lain yang mengandung parasetamol (Sheen dkk ., 2002). Selain itu, parasetamol juga dilaporkan menjadi penyebab kasus acute liver failure di UK (Roumie and Griffin, 2004). Oleh karena itu, apoteker dalam pemberian OTC terutama parasetamol perlu disertai dengan konseling dan penyampaian informasi obat yang tepat kepada konsumen. Kemudahan masyarakat dalam memperoleh OTC tidak terlepas dari peran seorang apoteker komunitas. Pemberian OTC yang tidak disertai dengan pemberian konseling yang tepat bisa menyebabkan penyalahgunaan obat atau menjadi penyebab timbulnya masalah lain (drug related problems/DRP) yang dapat mengganggu proses pengobatan pasien. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Konseling merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian yang diberikan seorang apoteker di apotek. Indonesia sendiri, masih belum ada penelitian mengenai praktek konseling di apotek komunitas. Negara-negara maju, sudah terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi praktek konseling pasien. Metode pengumpulan data yang digunakan diantaranya adalah metode langsung dan tidak langsung. Dari keseluruhan metode yang digunakan, metode yang lebih reliabel digunakan untuk mengevaluasi praktek konseling apoteker adalah metode simulated patient (Puspitasari, 2009). Metode simulated patient dilengkapi dengan rekaman audio lebih direkomendasikan untuk memperoleh data yang lebih tepat dan akurat, terkait kemampuan kognitif dari peneliti yang beragam (Werner dan Benrimoj, 2008). METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode simulated patient/mysterious shopper/pseudo consumer, yaitu dengan menggunakan seseorang yang berperan menjadi pasien yang datang ke apotek dan berinteraksi langsung dengan apoteker. Pasien simulasi terlebih dahulu diberikan pengetahuan dan keterampilan terkait skenario yang akan diperankan. Skenario terdiri dari dua macam, yaitu direct product requests (pasien meminta obat dengan merk tertentu yang mengandung parasetamol) dan symptoms-based requests (pasien meminta obat untuk sakit kepala). Selama kunjungan pasien simulasi percakapan antara pasien-apoteker direkam (audio taping). Skenario Pasien Simulasi Setelah kunjungan pasien simulasi, kemudian proses konseling didokumentasikan dalam form evaluasi. Proses evaluasi dilakukan di luar apotek, sesaat setelah melakukan kunjungan dan sesegera mungkin. Kriteria evaluasi praktek konseling dibagi menjadi dua kategori sebagai berikut :
1. Counselling content a. Information request (pertanyaan yang seharusnya ditanyakan kepada pasien) b. Information provision (informasi tentang obat yang seharusnya diberikan apoteker kepada pasien) 2. Manner of counselling a. The accuracy of pharmacist’s decision (dispensing obat/saran untuk menghubungi dokter) b. Counselling spontaneity (spontanitas, konseling dengan permintaan, tidak ada konseling) c. Counselling comprehensiveness (tidak komperhensif, hampir tidak komperhensif, hampir komprehensif, komprehensif, sangat komprehensif) Sebagai bentuk informed consent kepada responden penelitian, peneliti mengajukan permohonan langsung kepada calon responden tentang penelitian yang akan dilakukan dengan seizin organisasi profesi setempat (Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia Kabupaten Banyumas). penelitian ini telah mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Analisis Data Analisis data menggunakan statistik deskriptif, berupa distribusi frekuensi untuk menampilkan counselling content dan manner of counselling. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan software statistik SPSS versi 14. Setiap kunjungan ke setiap apotek dievaluasi sesuai dengan sistem penilaian (scoring) yang telah ditetapkan untuk mendapatkan skor antara 0 dan 4. Hasil uji Kolmogorov Smirnov tidak menunjukkan distribusi normal, maka digunakan uji nonparametrical (Wilcoxon ,Wilcoxon signed rank atau Kruskal - Wallis test) digunakan dalam analisis lebih lanjut untuk menilai perbedaan skor untuk masingmasing skenario. HASIL DAN PEMBAHASAN Konseling Penggunaan Parasetamol Penelitian ini dilakukan pada 20 apotek di wilayah Kota Purwokerto. Responden penelitian mendapatkan skenario yang berbeda (skenario 1, 2 dan 3) secara random. Hasil observasi pasien simulasi menjadi sumber penilaian konseling yang dilakukan responden. Penilaian konseling dilakukan berdasarkan dua kategori yaitu conselling content dan manner of counselling. 1. Counselling content Counselling content merupakan kategori yang memuat informasi yang seharusnya ditanyakan oleh apoteker kepada pasien dan informasi yang seharusnya diberikan kepada pasien. Untuk skenario 1 dan 2 (direct product request) lebih banyak informasi yang ditanyakan kepada pasien daripada skenario 3 (symptom-based request), terutama informasi tentang siapa pengguna obat. Hal tersebut merupakan informasi
172
Evaluasi Konseling Parasetamol ... ... (Githa Fungie. G, dkk)
Tabel I. Skenario Pasien Simulasi Skenario 1 (direct product requests, short duration headache) Pasien meminta obat dengan merk tertentu yang mengandung parasetamol (Paramex*), jika apoteker menyarankan obat lain dengan kandungan parasetamol, pasien tetap meminta Paramex*
Skenario 2 (direct product requests, long duration headache) Pasien meminta obat dengan merk tertentu yang mengandung parasetamol (Paramex*), jika apoteker menyarankan obat lain dengan kandungan parasetamol, pasien tetap meminta Paramex*
Skenario 3 (symptoms-based requests) Pasien meminta obat untuk sakit kepala
Berikut informasi yang diberikan kepada apoteker jika ditanyakan : a) Obat tersebut digunakan untuk dirinya sendiri. b) Pasien sudah merasakan sakit kepalanya seharian penuh. c) Rasa sakitnya digambarkan sebagai sakit sedang, terus-terusan, terjadi di kedua sisi kepala. d) Jarang sakit kepala. e) Tidak ada faktor-faktor tertentu yang memperburuk sakit kepala: pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak stress. f) Biasanya sakit kepala membaik dalam satu/dua hari. g) Pasien sudah biasa menggunakan obat tersebut. h) Pasien tidak menggunakan obat lain. i) Pasien tidak merasakan sakit yang lain. Berikut informasi yang diberikan kepada apoteker jika ditanyakan : a) Obat tersebut digunakan untuk dirinya sendiri. b) Pasien sudah merasakan sakit kepalanya selama lebih dari 1 minggu. c) Rasanya sangat sakit dan terasa parah. d) Sebelumnya tidak pernah sakit selama ini. e) Pasien sedang stress dengan pekerjaannya, aktif merokok dan meminum kopi. f) Biasanya sakit kepala membaik setelah minum Paramex* g) Pasien sudah menggunakan Paramex* seminggu terkahir . h) Pasien tidak menggunakan obat lain. i) Pasien tidak merasakan sakit yang lain. Berikut informasi yang diberikan kepada apoteker jika ditanyakan : a) Obat tersebut digunakan untuk dirinya sendiri. b) Pasien sudah merasakan sakit kepalanya seharian penuh. c) Rasa sakitnya digambarkan sebagai sakit sedang, terus-terusan, terjadi di kedua sisi kepala. d) Jarang sakit kepala. e) Tidak ada faktor-faktor tertentu yang memperburuk sakit kepala: pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak stress. f) Biasanya sakit kepala membaik dalam satu/dua hari. g) Biasanya menggunakan Paramex* jika sakit kepala. h) Pasien tidak menggunakan obat lain. i) Pasien tidak merasakan sakit yang lain.
* selain Paramex juga bisa menggunakan nama merk obat lain dengan kandungan zat aktif parasetamol (Skenario diadaptasi dari penelitian Horvat dkk, 2012)
173
FARMASAINS Vol 2 No. 4, Oktober 2014
Tabel II. Scoring Praktek Konseling Kategori
Subkategori
Items
Counselling content
Pertanyaan yang seharusnya ditanyakan oleh apoteker kepada pasien
Siapa yang akan menggunakan obat? Kapan sakit kepala dirasakan/berapa lama sakit kepala sudah dirasakan/ seberapa sering sakit kepala terjadi? Kepala bagian mana yang dirasakan sakit? Apakah ada gejala lain yang menyertai? Seberapa sering timbul rasa sakit/ apakah sebelumnya pernah mengalami sakit kepala seperti ini? Adakah faktor-faktor yang memicu/ memperberat sakit kepala? Apakah mempunyai alergi obat tertentu? Sudahkan menggunakan obat sebelumnya/ apakah itu membantu/ berapa lama menggunakan obat tersebut/ biasanya menggunakan obat apa? Apakah anda menggunakan obat-obatan lain? Dosis Interaksi Efek samping Hepatotoksisitas Interaksi dengan rokok dan kopi Instruksi tertulis Penggunaan parasetamol terlalu lama Skenario 1 dan 3: dispensing obat Skenario 2: saran untuk menghubungi dokter Spontan = 1 Konseling dengan permintaan = 0,5 Tidak ada konseling = 0 Sangat komprehensif = 1 Komprehensif = 0,75 Hampir komprehensif = 0,5 Hampir tidak komperhensif = 0,25 Tidak komperhensif = 0
Informasi tentang obat yang seharusnya diberikan apoteker kepada pasien Manner of counselling
Akurasi apoteker Spontanitas konseling Komprehensi vitas konseling
Total
Score maksimum untuk subkategori 1 poin (masingmasing item mendapatkan 0,09 poin)
1 poin (masingmasing item mendapatkan 0,14 poin)
Bobot 1
1
1 poin
0,67
1 poin
0,67
1 poin
0,67
4
(Skoring diadaptasi dari penelitian Horvat dkk, 2012) Penetapan responden penelitian berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria inklusi penelitian: a. Apoteker komunitas yang melakukan praktek pelayanan kefarmasian di wilayah Kota Purwokerto b. Apoteker yang bersedia menjadi responden 2. Kriteria ekslusi penelitian: a. Obat yang diserahkan kepada pasien tidak mengandung parasetamol b. Kedatangan pasien simulasi diketahui responden c. Pasien simulasi berperan tidak sesuai dengan skenario
174
Evaluasi Konseling Parasetamol ... ... (Githa Fungie. G, dkk)
awal yang harus ditanyakan kepada pasien dengan tujuan untuk mencapai pengobatan rasional. Berdasarkan hasil observasi pasien simulasi, ternyata masih ditemukan ada beberapa pertanyaan yang seharusnya ditanyakan tetapi tidak ditanyakan oleh apoteker, yaitu mengenai daerah kepala mana yang dirasakan sakit, faktor pemicu sakit kepala serta penggunaan obat lain. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk dapat menggali riwayat penyakit pasien secara lebih mendalam, sehingga apoteker dapat memberikan pilihan alternatif pengobatan yang tepat setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut. Subkategori kedua dalam counselling content yaitu informasi yang seharusnya diberikan oleh apoteker kepada pasien. Informasi mengenai dosis merupakan informasi yang paling banyak disampaikan oleh apoteker kepada pasien. Hal tersebut sudah sesuai dengan aturan pemberian informasi obat yang benar sesuai dengan Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan (Anonim, 2007). Efek samping dan hepatotoksisitas yang menjadi perhatian utama dalam penelitian terkait penggunaan parasetamol masih belum banyak disampaikan oleh
apoteker, hanya ada 1 apoteker yang mengingatkan tentang hepatotoksisitas kepada pasien. Oleh karena itu, apoteker perlu diingatkan kembali mengenai hal tersebut untuk tujuan penggunaan obat yang rasional yaitu penggunaan obat yang menganut pada tepat obat, tepat indikasi , tepat pasien, tepat waktu dan waspada terhadap efek samping (Anonim, 2007). 2. Manner of counselling Kategori kedua yang dinilai dalam penelitian ini adalah manner of counselling, memperlihatkan sikap apoteker dalam melakukan konseling kepada pasien yang dilihat dari tiga subkategori yaitu akurasi apoteker, spontanitas konseling dan komprehensivitas konseling. a. Akurasi apoteker Akurasi apoteker dinilai dari sikap apoteker dalam memberikan tanggapan pada masing-masing skenario. Skenario 1 dan 3 menganjurkan apoteker untuk dispensing (menyerahkan) obat kepada pasien. Skenario 2 yang merupakan direct product requestlong duration headache seharusnya dianjurkan untuk menghubungi dokter. Hasil observasi menunjukkan bahwa 90% apoteker yang menjadi responden di wilayah Kota Purwokerto melakukan dispensing obat
TabelIII. Hasil ScoringPraktekKonseling Kategori Counselling Content Skenario* Subkategori Items 1 2 3 Pertanyaan yang Siapa yang akanmenggunakanobat? 1 (5%) 3 0 (0%) seharusnyaditan Kapansakitkepaladirasakan/berapa 0 (0%) (15%) 0 (0%) yakanolehapotek 2 lama sakitkepalasudahdirasakan/ erkepadapasien (10%) seberapaseringsakitkepalaterjadi? 0 (0%) 0 (0%) Kepalabagianmana yang 0 (0%) 2 (10%) dirasakansakit? 0 (0%) Apakahadagejalalain yang 1 (5%) 2 0 (0%) menyertai? (10%) Seberapaseringtimbul rasa sakit/ 0 (0%) apakahsebelumnyapernahmengalami 0 (0%) 1 (5%) sakitkepalasepertiini? 0 (0%) 0 (0%) Adakahfaktor-faktor yang memicu/ 0 (0%) memperberatsakitkepala? 0 (0%) 0 (0%) Apakah mempunyai alergi obat 1 tertentu? (10%) Sudahkanmenggunakanobatsebelum 0 (0%) 0 (0%) nya/ apakahitumembantu/ berapa 3 lama menggunakanobattersebut/ (15%) biasanya menggunakan obat apa? Apakahandamenggunakanobatobatan lain? 0 (0%) Informasitentang obat yang seharusnyadiberi kanapotekerkepa dapasien
3 2 (10%) (15%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 2 0 (0%) (10%) 0 (0%) 1 (5%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) *Angka menunjukkan jumlah apoteker yang menanyakan atau memberikan informasi kepada pasien. Angka dalam kurung menunjukkan persentase dari seluruh apoteker yang berpartisipasi (n=20). 175
Dosis Interaksi Efeksamping Hepatotoksisitas Interaksidenganrokokdan kopi Instruksi tertulis Penggunaan parasetamolterlalu lama
2 (10%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
FARMASAINS Vol 2 No. 4, Oktober 2014
Tabel IV. Hasil Scoring Praktek Konseling Kategori Manner of Counselling Skenario* Subkategori Items 1 2 3 Akurasiapoteker Dispensingobat 7 (35%) 5 (25%) 6 (30%) 0 (0%) 2 (10%) 0 (0%) Saran untukmenghubungidokter Spontanitaskons Spontan 0 (0%) 2 (10%) 1 (5%) eling 0 (0%) 5 (25%) 5 (25%) Konselingdenganpermintaan 7 (35%) 0 (0%) 0 (0%) Tidakadakonseling Komprehensivita Sangatkomprehensif 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) skonseling 0 (0%) 0 (0%) 1 (5%) Komprehensif 0 (0%) 6 (30%) 2 (10%) Hampirkomprehensif 1 (5%) 1 (5%) 3 (15%) Hampirtidakkomperhensif 6 (30%) 0 (0%) 0 (0%) Tidakkomperhensif *Angka menunjukkan jumlah apoteker yang menanyakan atau memberikan informasi kepada pasien. Angka dalam kurung menunjukkan persentase dari seluruh apoteker yang berpartisipasi (n=20). untuk ketiga skenario. Hanya 10% apoteker yang tidak melakukan dispensing dan memberikan saran untuk menghubungi dokter. b. Spontanitas konseling Apoteker yang menjadi responden di wilayah Kota Purwokerto sebanyak 65% sudah melakukan konseling mengenai penggunaan parasetamol terutama pada skenario 2 dan 3 yang memang membutuhkan konseling. Akan tetapi konseling yang diberikan kepada pasien tidak semuanya merupakan konseling secara spontan, baru 15% yang melakukan konseling secara spontan, 50% sisanya melakukan konseling atas permintaan pasien. Skenario 1 yang merupakan direct product request sama sekali tidak dilakukan konseling, melainkan langsung dispensing obat sesuai dengan permintaan pasien. Hal tersebut perlu menjadi perhatian, meskipun parasetamol merupakan obat bebas, jika penggunaan tidak dilakukan sesuai dengan aturan pakai maka bisa menyebabkan efek samping yang merugikan kepada pasien, misalnya efek hepatotoksik. c. Komprehensivitas konseling Komprehensivitas konseling merupakan penilaian dari pasien simulasi mengenai konseling yang sudah dilakukan apoteker. Pasien simulasi menilai komprehensivitas konseling berdasarkan checklist yang menjadi panduan penilaian konseling. Sebanyak 40% dari jumlah responden apoteker di wilayah Kota Purwokerto dinyatakan sudah memberikan konseling yang hampir komprehensif. KESIMPULAN Apoteker di wilayah Kota Purwokerto sudah melakukan konseling penggunaan parasetamol untuk kasus direct product request-long duration headache dan symptom based request. Hasil observasi tim peneliti dan pasien simulasi terhadap apoteker responden menyimpulkan bahwa apoteker responden di wilayah Kota Purwokerto melakukan konseling penggunaan
parasetamol untuk kasus symptom based request lebih baik daripada kasus direct product request. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Horvat, N., Koder, M., Kos, M. 2012. Using the Simulated Patient Methodology to Assess Paracetam ol-Related Counselling for Headache. PloS ONE, December 2012, Vol. 7 Issue 12, p1. Prescott LF, 1996. Paracetamol (Acetaminophen): A Critical Bibliographic Review, 1st edn. London, Taylor & Francis. Puspitasari HP, Aslani P, Krass I, 2009. A review of counseling practices on prescription medicines in community pharmacies. Res Social Adm Pharm 5: 197–210. Roumie CL dan Griffin MR, 2004. Over-the-counter analgesics in older adults: a call for improved labelling and consumer education. Drugs Aging 21: 485–498. Sheen CL, Dillon JF, Bateman DN, Simpson KJ, Macdonald TM, 2002. Paracetamol toxicity: epidemiology, prevention and costs to the health-care system. QJM 95: 609–619. Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2011, Badan Pusat Statistik, Jakarta. Werner JB dan Benrimoj SI, 2008. Audio Taping Simulated Patient Encounters in Community Pharmacy to Enhance the Reliability of Assessments. Am J Pharm Educ 72: 136.
176