Evaluasi Kinerja Supplier Bahan Baku Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Inti Luhur Fuja Abadi) Raw Material Supplier Performance Evaluation Using Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Case Study in PT. Inti Luhur Fuja Abadi) 1)
Mukhamad Yanuar1)*, Usman Effendi2), Dhita Morita Ikasari2) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
2)
Staff Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fak. Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran No.1 – Malang 65145 *email :
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bobot kriteria evaluasi kinerja supplier dan peringkat kinerja supplier berdasarkan metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja supplier berdasarkan pendekatan Dickson’s vendor selection criteria yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan meliputi kriteria quality, price, delivery, responsiveness, flexibility, dan manufacture. Hasil evaluasi kinerja supplier diperoleh kriteria quality sebagai prioritas tertinggi dengan bobot 0,4767. Bobot kriteria evaluasi kinerja supplier lainnya yaitu responsiveness (0,303), price (0,1183), flexibility (0,102), delivery (0) dan manufacture (0). Peringkat kinerja supplier dari yang tertinggi hingga terendah yaitu supplier A dan B(0,3021), supplier J (0,1304), supplier D (0,1008), supplier H (0,0851), supplier L (0,0631), supplier E (0,0557), supplier F (0,0487), supplier G dan I (0,048), dan supplier K (0,0215). Kata Kunci : Fuzzy Analytic Hierarchy Process, Dikcson’s criterion, Supplier Abstract The objective of this study is to gain the weight of supplier performance evaluation criteria and rankings supplier performance using Fuzzy Analytic Hierarchy Process (FAHP) method. Supplier criteria performance evaluation conducted by Dickson’s approach to vendor selection criteria are adapted to the conditions of the company which include quality, delivery, price, flexibility, responsiveness, and manufacture. Supplier performance evaluation results obtained criteria of quality as the highest priority with weight 0.4767. Weights other supplier performance evaluation criteria, namely responsiveness (0.303), price (0.1183), flexibility (0.102), delivery (0) and manufacturing (0). Supplier performance ratings from the highest to the lowest is supplier A and B (0.3021), supplier A (0.1304), supplier D (0.1008), supplier H (0.0851), supplier L (0.0631) , supplier E (0.0557), supplier F (0.0487), supplier G and I (0.048), and supplier K (0.0215). Keywords : Fuzzy Analytic Hierarchy Process, Dikcson’s criterion, Supplier
sedangkan kelebihan bahan baku akan mengakibatkan tingginya biaya untuk menyimpan dan memelihara bahan baku tersebut. PT Inti Luhur Fuja Abadi (PT ILUFA) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembekuan ikan. Pemenuhan kebutuhan bahan baku di PT ILUFA dipasok oleh 12 supplier.
PENDAHULUAN Pengadaan bahan baku merupakan kegiatan untuk mendapatkan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi (Indrajit dan Djokopranoto, 2005). Bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam suatu perusahaan, kekurangan bahan baku mengakibatkan terhentinya proses produksi 1
Perusahaan menilai pelayanan yang diberikan supplier dinilai tidak stabil. Ketidakstabilan pelayanan supplier sering terlihat pada kualitas ikan yang dipasok. Kualitas ikan yang dikirim oleh supplier seringkali tidak sesuai dengan standar perusahaan. Selama ini evaluasi kinerja supplier di PT ILUFA hanya mempertimbangkan kriteria quality, delivery, dan price. Hasil survey Dickson’s (1966) dalam Aydin dan Kahraman (2008) terhadap Purchasing Agent dan Manajer yang terdapat dalam daftar The National Association of Purchasing Agent and Manager terdapat 23 kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja supplier. Beberapa kriteria tersebut dapat diimplementasikan pada perusahaan tempat dilakukan penelitian, dengan melakukan beberapa penyesuaian dengan kondisi diperusahaan. Berdasarkan hasil diskusi dengan perusahaan maka kriteria-kriteria evaluasi kinerja supplier yang digunakan dalam penelitian ini meliputi delivery, quality, price, manufacture, flexibility dan responsiveness. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah FAHP (Fuzzy Analytic Hierarchy Process). Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini yaitu Jauhari, et al. (2012) melakukan penelitian menggunakan metode Fuzzy AHP dalam pemilihan pemasok drum pelumas industri dengan menggunakan kriteria kualitas, harga, delivery, fleksibiltas, keselamatan dan lingkungan kerja, service, inovasi, dan organisasi perusahaan. Aktepe dan Ersos (2011) melakukan penelitian mengenai pemilihan supplier pada industri pembuatan sepatu menggunakan metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (FAHP). Pada penelitian ini, pemilihan supplier dinilai berdasarkan kriteria quality, delivery, cost, dan reputation. Pemilihan dilakukan terhadap 2 supplier yaitu supplier A dan supplier B. Koul dan Verma (2007) menggunakan metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process dalam melakukan pemilihan supplier terbaik pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan. Kriteria quality, cost, delivery, dan flexibility in service merupakan kriteria yang digunakan dalam pemilihan supplier tersebut. Pemilihan supplier
dilakukan terhadap 4 supplier yaitu supplier 1, supplier 2, supplier 3, dan supplier 4. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan bobot kriteria evaluasi kinerja supplier dan peringkat kinerja supplier berdasarkan metode Fuzzy Analytic Hierarchy Proces.
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013 hingga selesai. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Komputasi dan Analisis Sistem. Tahapan awal penelitian ini adalah survei pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang akan menjadi topik penelitian. Permasalahan yang dihadapi oleh PT ILUFA adalah pelayanan supplier yang dinilai masih kurang stabil. Ketidakstabilan tersebut terlihat pada kualitas ikan yang dipasok seringkali tidak sesuai dengan standar perusahaan sehingga perlu dilakukan evaluasi kinerja supplier. Selanjutnya dilakukan pendefinisian sistem. Sistem evaluasi kinerja terdiri dari 3 elemen yaitu perusahaan, supplier dan bahan baku (ikan). Batasan masalah penelitian ini yaitu: 1. Evaluasi kinerja supplier didasarkan pada hasil kerja nyata supplier periode januari 2012 sampai desember 2012. 2. Penilaian kualitas bahan baku dibatasi hanya pada penilaian organoleptik. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini yaitu manajemen yang terlibat langsung dalam penelitian dianggap mengetahui dan berkompeten untuk menilai kinerja supplier. Kriteria dan subkriteria yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 3 metode yaitu wawancara, organization record dan kuesioner. Kuesioner dinilai oleh responden ahli yaitu Plant Manager, Kepala Bagian Pengadaan Bahan Baku, Kepala Quality Assurance dan Kepala Bagian Keuangan. Skala linguistik yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. 2
Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria No 1
Kriteria Quality
Subkriteria - Kesesuaian pasokan bahan baku dengan standar kualitas yang ditetapkan perusahaan (Q1) - Kemampuan memberikan pasokan bahan baku dengan kualitas yang konsisten (Q2) 2 Price - Kesesuain harga bahan baku dengan standar harga perusahaan (P1) - Cara pembayaran (P2) 3 Delivery - Ketepatan waktu pengiriman (D1) - Ketepatan jumlah pengiriman (D2) 4 Flexibility - Pemenuhan perubahan waktu pengiriman (F1) - Pemenuhan perubahan volume pemesanan (F2) - Pemenuhan penggantian bahan baku yang tidak sesuai dengan standar perusahaan (F3) 5 Responsiveness - Kemampuan supplier merespon masalah (R1) - Kemampuan supplier dalam merespon perubahan jumlah pasokan bahan baku (R2) - Kemampuan supplier dalam merespon perubahan jadwal pengiriman (R3) 6 Manufacture - Kapasitas produksi (M1 - Lokasi geografis (M2) Sumber : PT ILUFA (2013) Tabel 2. Skala Linguistik Intensitas Kepentingan
Kepentingan
1
Skala Bilangan Fuzzy (1,1,1)
b. Membandingkan M1 dan M2, maka dibutuhkan nilai dari V(M1 ≥ M2) dan V(M2 ≥ M1). Tingkat kemungkinan dari M2 = (l2, m2,u2) ≥ M1 = (l1, m1, u1) didefinisikan sebagai : V(M2 ≥ M1)=sup [min ((x),
Sama Penting Sedikit Lebih 3 (1,3,5) Penting 5 Lebih Penting (3,5,7) 7 Sangat Penting (5,7,9) 9 Paling Penting (7,9,11) Sumber : Deng (1999) dalam Jauhari, et al. (2012)
(y))] dan setara dengan V= (M2 ≥ M1) = hgt (M1 ∩ M2).
Analisa data menggunakan metode FAHP. Langkah-langkah FAHP yaitu: 1. Mengidentifikasi kriteria dan subkriteria evaluasi kinerja supplier 2. Membuat struktur hirarki 3. Menentukan bobot kriteria, subkriteria, dan alternatif menggunakan Chang’s extent analysis method (Tas,2010): a. Menghitung niali fuzzy syntetic extent
=
= (d) =
c. Mencari nilai minimum dari tingkat kemungkinan sebuah bilangan convex fuzzy lebih besar dari bilangan k convex fuzzy Mi (i = 1,2,3,...k) V(M ≥ M1,M2,...,Mk) = V [(M ≥M1) dan (M ≥ M2)dan .. dan (M ≥ Mk)] V(M ≥ M1,M2,...,Mk)=minV(M≥Mi) d. Normalisasi berat vektor sehingga W = (d(A1), d(A2), ..., d(An))T dimana W bukan merupakan bilangan fuzzy 4. Menghitung rasio konsistensi Matriks perbandingan berpasangan dapat diterima bila rasio konsistensi (CR) ≤ 0,1. Jika nilai CR > 0,1 maka pertimbangan yang dibuat perlu diperbaiki lagi dengan melakukan pengisian ulang dalam menjawab pertanyaan kuesioner.
X
Dimana : =
= =
3
5. Menentukan bobot akhir supplier Bobot akhir supplier diperoleh dari jumlah perkalian antara bobot prioritas alternatif tiap supplier dengan bobot kriteria. Adapun bobot prioritas alternatif tiap supplier diperoleh dari jumlah perkalian antara bobot alternatif dengan bobot subkriteria (Tas, 2010).
responsiveness, flexibility, dan manufacture. Subkiteria responsiveness yaitu kemampuan dalam merespon masalah, kemampuan dalam merespon perubahan jumlah pasokan, dan kemampuan dalam merespon perubahan jadwal pengiriman. Subkriteria flexibility yaitu pemenuhan perubahan volume (jumlah pemesanan), pemenuhan perubahan waktu pengiriman dan pemenuhan penggantian bahan baku. Subkriteria manufacture terdiri dari lokasi geografis dan kapasitas produksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan PT ILUFA (Inti Luhur Fuja Abadi) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembekuan ikan. PT ILUFA berdiri pada tanggal 14 april 1988 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 januari 1990 dengan nama PT Bumi Mas Indah yang merupakan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN). Pada tanggal 28 juli 1995 perusahan ini berganti nama menjadi PT ILUFA dan mengganti hasil produksinya dengan pembekuan ikan dengan orientasi pemasaran tujuan ekspor. PT ILUFA telah mendapatkan validasi (pengesahan) terhadap penerapaan HACCP.
Pembobotan kriteria dan subkriteria Pembobotan kriteria dilakukan untuk mengetahui kriteria mana yang menjadi prioritas dalam evaluasi kinerja. Pembobotan subkriteria dilakukan untuk mengetahui subkriteria mana yang menjadi prioritas pada kriteria evaluasi kinerja supplier. Hasil pembobotan kriteria dan subkriteria dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pembobotan kriteria dan subkriteria Kriteria Bobot Subkriteria Bobot Quality 0,4767 Q1 0,5 Q2 0,5 Price 0,1183 P1 1 P2 0 Delivery 0 D1 1 D2 0 Flexibility 0,102 F1 0,3755 F2 0,0509 F3 0,5736 Responsiveness 0,303 R1 0,6987 R2 0 R3 0,3013 Manufacture 0 M1 1 M2 0 Sumber : Data Primer Diolah (2013)
Profil supplier PT ILUFA melakukan kerjasama dengan beberapa supplier untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Supplier-supplier tersebut sebagian besar berasal dari Jawa Timur. Kriteria dan subkriteria evaluasi kinerja supplier Kriteria evaluasi kinerja supplier pada penelitian ini meliputi quality, price, responsiveness, flexibility, delivery dan manufacture. Selama ini evaluasi kinerja yang dilakukan PT ILUFA hanya menggunakan tiga kriteria yaitu delivery, quality, dan price. Pada kriteria kualitas yang dinilai perusahaan yaitu kesesuaian kualitas bahan baku dengan standar perusahaan. Kriteria delivery yang dinilai perusahaan yaitu ketepatan waktu pengiriman. Kriteria price yang dinilai yaitu kesesuaian harga dengan standar perusahaan. Kriteria yang belum digunakan perusahaan dalam evaluasi kinerja supplier yaitu
Pembobotan Alternatif Pembobotan alternatif dilakukan untuk mengetahui kinerja masing-masing supplier. Hasil pembobotan Alternatif dapat dilihat pada Tabel 4.
4
Tabel 4. Hasil Pembobotan Alternatif Subkriteria
A B C Q1 0,23 0,23 0,08 Q2 0,14 0,14 0,09 P1 0,02 0,02 0,10 P2 0,11 0,11 0,11 D1 0,11 0,11 0,11 D2 0,10 0,10 0,10 F1 0,23 0,23 0,16 F2 0,19 0,19 0,13 F3 0,19 0,19 0,13 R1 0,16 0,16 0,11 R2 0,19 0,19 0,13 R3 0,13 0,13 0,08 M1 0,18 0,18 0,13 M2 0,13 0,13 0,09 Sumber : Data Primer Diolah (2013)
D 0,08 0,09 0,10 0,05 0,05 0,10 0,16 0,19 0 0,16 0,19 0,08 0,13 0,09
E 0,06 0,09 0,10 0,05 0,05 0,05 0 0,13 0 0 0,13 0,01 0,06 0,09
Supplier F G 0,06 0,06 0,09 0,01 0,10 0,16 0,05 0,11 0,05 0,11 0,10 0,10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,01 0,13 0 0 0,13 0,13
Rasio Konsistensi Menurut Aydin dan Kahraman (2010) matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi ≤ 0,1. Hasil perhitungan rasio konsistensi (CR) diketahui bahwa nilai CR sebesar 0,0928. Karena nilai rasio konsistensi (CR) ≤ 0,1 maka matriks perbandingan berpasangan dapat diterima.
J 0,08 0,14 0,02 0,11 0,11 0,10 0,23 0,19 0,19 0,16 0,19 0,13 0,18 0
K 0 0,01 0,10 0,05 0,05 0,05 0 0 0 0 0 0,08 0 0,02
L 0 0,01 0,10 0,05 0,05 0,05 0 0 0,13 0,16 0 0,08 0,06 0,02
Hasil evaluasi kinerja supplier bahan baku di PT. ILUFA didapatkan kriteria quality merupakan kriteria dengan prioritas tertinggi dengan bobot 0,4767. Kriteria responsiveness merupakan kriteria prioritas kedua dengan bobot 0,303. Kriteria price merupakan kriteria prioritas ketiga dengan bobot 0,1183. Kriteria prioritas keempat yaitu kriteria flexibility dengan bobot 0,102. Kriteria dengan prioritas terendah yaitu kriteria delivery dan manufacture dengan bobot 0. Berdasarkan nilai bobot akhir supplier maka peringkat kinerja supplier dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah supplier A dan B (0,3021), supplier J (0,1304), supplier D (0,1008), supplier C (0,0978), supplier H (0,0851), supplier L (0,0631), supplier E (0,0557), supplier F (0,0487), supplier G dan I (0,048), dan supplier K (0,0215).
Tabel 5. Hasil Perhitungan Bobot Akhir Supplier Bobot akhir supplier A 0,3021 B 0,3021 C 0,0978 D 0,1008 E 0,0557 F 0,0487 G 0,048 H 0,0851 I 0,048 J 0,1304 K 0,0215 L 0,0631 Sumber : Data Primer Diolah (2013)
I 0,06 0,01 0,16 0,11 0,11 0,10 0 0 0 0 0 0,13 0 0,13
KESIMPULAN
Bobot Akhir Supplier Bobot akhir supplier digunakan untuk mengetahui peringkat kinerja supplier secara keseluruhan. Hasil perhitungan bobot akhir supplier dapat dilihat pada Tabel 5.
Supplier
H 0,06 0,14 0,02 0,11 0,11 0,05 0 0 0,19 0,11 0 0,01 0,06 0,02
Ranking 1 1 4 3 7 8 9 5 9 2 10 6
Daftar Pustaka Aktepe, A dan Ersos S. 2011. A Fuzzy Analytic Hierarchy Process Model For Supplier Selection And A Case Study. International Journal of Research and Development. 3(1).p.33-37. Aydin, S dan Kahraman, C. 2010. Multiattribute Supplier Selection Using Fuzzy Analytic Hierarchy Process. International Journal of Research and Development. 3(1).p.33-37. 5
Indrajit, R dan Djokopranoto, R. 2005. Konsep Manajemen Supply Chain. PT Grasindo. Jakarta. Hal 36.
Koul, S dan Verma, R. 2007. Dynamic Vendor Selection: A Fuzzy AHP Approach. Hal 1-13. Tas, A. 2010. A Fuzzy AHP Approach For Selecting A Global Supplier in Pharmaceutical Industry. African Journal of Bussines Management. 6(14). Pp. 5073-5084.
Jauhari, W.A., Rosyidi, N.C., dan Mardhikawarih, A.D. 2012. Pemilihan Pemasok Drum Pelumas Industri Menggunakan Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus di PT Pertamina Pusat dan Production Unit Gresik). Performa. 11(1). 67-74.
6