EVALUASI KINERJA PELAYANAN LOKET PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BOGOR
I PUTU ANGGA KUSUMAHARTA
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kinerja Pelayanan Loket Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2016
I Putu Angga Kusumaharta NIM H24100052
ABSTRAK I PUTU ANGGA KUSUMAHARTA. Evaluasi Kinerja Pelayanan Loket Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS. Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan salah satu bukti diri (legitimasi) bagi setiap penduduk negara Indonesia. Antrian ada pada proses pembuatan KTP karena waktu pelayanan tidak sebanding dengan orang yang datang, sedangkan jumlah manusia terus bertambah setiap tahunnya. Permasalahan ini menjadi unik untuk dipelajari. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi proses pendaftaran loket KTP, serta menghitung waktu pelayanan dan waktu baku, sehingga mampu memberikan alternatif peningkatan kinerja pelayanan. Metode yang digunakan adalah metode studi waktu dengan pengukuran jam henti, sedangkan data di analisis dan diolah menggunakan Microsoft Excell. Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari pengamatan langsung terkait sistem antrian loket yang diterapkan dan data sekunder diperoleh dari berkas berkas yang diberikan pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Hasil dari penelitian ini menunjukan untuk memenuhi target diperlukan adanya tambahan waktu pembukaan loket antrian. Kata kunci: Antrian, Kartu Tanda Penduduk, Sistem jasa
ABSTRACT I PUTU ANGGA KUSUMAHARTA. Evaluation of Service Performance on Identity Card Counters Registration at Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Bogor City. Supervised by H. MUSA HUBEIS. Identity Card is physical form of national identity for every resident of the country of Indonesia. Queuing system is in the process of ID cards and the number of people continues to grow each year. This problem is being unique to be learned by me. The purpose of this study is to identify the process of ID cards registration and calculate the service and normal time, so as to provide alternative service performance improvement. The method that I used is based on Study Time Method using Stopwatch calculation, then the data will be analyzed and processed by Microsoft Excell program. The data that used in my study are primary and secondary data. Primary data obtained from direct observations related queuing system that applied, while the secondary data obtained from the files that given by Bogor Department of Population and Civil Registration. The result from this study indicate that in order to fulfill the target Bogor Department of Population and Civil Registration need additional time in queues counter. Keywords: Identity Card, Queue, Service system
EVALUASI KINERJA PELAYANAN LOKET PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BOGOR
I PUTU ANGGA KUSUMAHARTA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Dengan memanjatkan puji syukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul “Evaluasi Kinerja Pelayanan Loket Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor” yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Kebenaran dan kesempurnaan mutlak datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan kesalahan hanya terdapat pada diri manusia, maka skripsi ini jauh dari sempurna akibat keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penulis. Walaupun demikian penulis berusaha agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak pihak yang memerlukan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini.
Bogor, Mei 2016
I Putu Angga Kusumaharta.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Jasa
4
Mutu Jasa
4
Antrian
4
Studi Waktu
5
Penelitian Terdahulu
11
METODE
13
Kerangka Pemikiran
13
Lokasi dan Waktu Peneitian
14
Pengumpulan Data
14
Pengolahan dan Analisis Data
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Gambaran umum tempat penelitian
15
Pelaksanaan pengukuran metode time study
18
Implikasi Manajerial
25
KESIMPULAN DAN SARAN
26
Kesimpulan
26
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
34
DAFTAR TABEL 1. Jumlah penduduk Kota Bogor 2. Penduduk Kota Bogor menurut kecamatan dan jenis kelamin 3. Tabel nilai Performance Rating Westing House 4. Tabel nilai kelonggaran 5. Unsur kerja operator loket pendaftaran KTP 6. Hasil pengukuran pendahuluan unsur kerja -1 7. Perhitungan standar deviasi dari waktu penyelesaian unsur kerja -1 8. Perhitungan N’ unsur kerja -1 9. Hasil perhitungan N’ dan waktu siklus 10. Perhitungan faktor penyesuaian dengan metode Westing House 11. Nilai Allowance berdasarkan faktor pengaruh kelonggaran 12. Hasil perhitungan waktu baku
2 2 6 9 19 19 20 22 23 23 24 24
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran 2. Struktur organisasi Disdukcapil Kota Bogor 3. Tata cara penerbitan dan perubahan KTP 4. Tata cara penerbitan KTP orang asing 5. Grafik BKA dan BKB unsur kerja-1
13 16 16 17 21
DAFTAR LAMPIRAN 1. Pengukuran waktu baku unsur kerja -2 2. Pengukuran waktu baku unsur kerja -3
28 31
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan salah satu bukti diri (legitimasi) bagi setiap penduduk negara Indonesia. Setiap penduduk di atas 17 tahun, atau telah/ pernah menikah wajib memiliki KTP. Masa berlaku KTP bagi yang berusia 17 - 60 tahun adalah lima tahun dan bagi penduduk berusia di atas 60 tahun masa seumur hidup, KTP diterbitkan untuk permohonan baru, terjadi perubahan data, rusak, hilang dan habis masa berlakunya. Proses pembuatan KTP melalui beberapa tahap, yang terdiri dari pengambilan nomor antrian, verifikasi berkas, hingga menunggu hasil. Tahapan tahapan tersebut sering sekali memakan waktu mulai dari beberapa jam hingga beberapa hari. Hal ini menjadi sebuah permasalahan yang harus diatasi, mengingat jumlah penduduk akan terus meningkat setiap tahunnya. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bogor merupakan instansi pemerintah yang bertugas melayani masyarakat, berfokus di bidang kependudukan dan pencatatan sipil di Kota Bogor. Disdukcapil Kota Bogor memiliki tugas pokok melayani masyarakat terutama dalam pembuatan KTP Kartu Keluarga, Akte, dan hal yang berhubungan dengan data kependudukan. Pokok masalah yang biasa terjadi di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor adalah waktu pelayanan yang menyebabkan antrian yang dialami oleh masyarakat yang ingin menggunakan jasa. Waktu pelayanan yang terlalu lama sering menimbulkan ketidaknyamanan dari masyarakat pengguna jasa. Ketidaknyamanan dari masyarakat pengguna jasa bisa menjadi masalah besar, mengingat masyarakat yang datang dari berbagai kalangan memiliki kepentingan masing masing pada hari kerja. Hal ini berpengaruh kepada citra pemerintah dalam melayani masyarakat yang nantinya akan berdampak pada rasa kecewa pada pelayanan pemerintah. Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan permasalahan yang dihadapi oleh setiap kegiatan yang melibatkan antrian. Jumlah penduduk di Kota Bogor pada Tahun 2011 adalah 987.315 jiwa, pada Tahun 2012 adalah 1.004.831 jiwa, pada tahun 2013 adalah 1.013.019 jiwa dan pada tahun 2014 adalah 1.030.720 jiwa. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk di Kota Bogor terus bertambah, tanpa adanya pengelolaan yang baik dari Disdukcapil Kota Bogor maka mutu pelayanan terhadap masyarakat akan berkurang, karena setiap harinya jumlah penduduk yang menggunakan jasa dari Disdukcapil ini bertambah, seperti yang dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Penduduk Kota Bogor menurut kecamatan dan jenis kelamin 2014 Penduduk (orang) Kecamatan
Rasio Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Bogor Selatan
99 459,00
94 720,00
194 179,00
105
Bogor Timur
51 508,00
50 476,00
101 984,00
102.04
Bogor Utara
94 438,00
91 660,00
186 098,00
103.03
2
Lanjutan Tabel 1. Penduduk (orang) Kecamatan Bogor Tengah
Laki-laki
Perempuan
Rasio Jenis kelamin
Jumlah
52 588,00
51 532,00
104 120,00
102.05
Bogor Barat
116 138,00
112 722,00
228 860,00
103.03
Tanah Sareal
109 348,00
106 131,00
215 479,00
103.03
Sumber : BPS Dukcapil Penduduk Kota Bogor Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, 2014
Tabel 2. Penduduk Kota Bogor menurut kecamatan dan jenis kelamin 2011 - 2014 Penduduk (orang) Tahun
Persentasi Kenaikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis kelamin
2014
523 479,00
507 241,00
1 030 720,00
103.2
1.75%
2013
514 797,00
498 222,00
1 013 019,00
103.43
0.81%
2012
510 884,00
493 947,00
1 004 831,00
103.43
1.77%
2011r
502 243,00
485 072,00
987 315,00
103.54
Sumber : BPS Dukcapil Penduduk Kota Bogor Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, 2014
Jumlah penduduk di Kota Bogor setiap tahun bertambah karena jumlah kelahiran lebih banyak dibandingakan jumlah kematian manusia. Pada Tabel 2, jumlah penduduk Kota Bogor terus meningkat hingga pada tahun 2014 berjumlah 1.030.720 jiwa dan mengalami peningkatan sebesar 1.75% dibandingkan dengan tahun 2013 yang berjumlah 1.013.019 jiwa dengan peningkatan sebesar 0.81% dan tahun 2012 yang berjumlah 1.004.831 jiwa dengan peningkatan sebesar 1.77%. Hal ini menjadi sebuah permasalahan yang serius untuk dikaji karena tanpa sebuah inovasi dan peningkatan mutu waktu pelayanan, maka antrian akan terus bertambah, sehingga tidak mampu melayani penduduk secara optimal. Inovasi terutama dalam bidang informasi dan teknologi dapat merubah pola kerja dan karyawan dalam melayani antrian sehingga mengurangi penumpukan antrian (Ganevi 2013). Dalam mengatasi permasalahan tersebut, waktu pelayanan perlu diketahui untuk membantu pihak pengelola dalam melayani masyarakat untuk menciptakan sistem antrian yang tepat. Salah satunya menentukan jumlah masyarakat pengguna jasa yang datang, memperkirakan waktu sibuk dan menentukan jumlah loket pelayanan yang dibuka dengan tepat. Jumlah loket sangat memengaruhi dalam proses antrian, jika loket yang dibuka terlalu sedikit, maka pengunjung yang dapat diproses akan lebih sedikit. Sebuah instansi dapat meningkatkan pelayanan kepada konsumennya jika jumlah konsumen yang datang bisa diselesaikan dengan waktu pelayanan yang ada. Penambahan jumlah server/teller dilakukan jika dapat meminimumkan waktu tunggu nasabah dan waktu menganggur server/teller (P0(t)) tidak terlalu besar (Faisal 2005). Oleh karena itu, jumlah loket yang tepat akan mengurangi antrian, disisi lain akan terjadi peningkatan biaya operasional yang harus dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut, Disdukcapil Kota Bogor harus mengetahui waktu pelayanan loket antrian
3
pendaftaran KTP untuk meningkatkan mutu pelayanan untuk meningkatkan kepuasan masyarakat pengguna jasa. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Berapa lama waktu pelayanan antrian loket pendaftaran KTP di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor dalam proses pendaftaran pembuatan KTP ? 2. Bagaimana cara meningkatkan kinerja pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor untuk bisa memenuhi target pengunjung harian dalam proses pendaftaran pembuatan KTP? 3. Bagaimana menyusun alternatf peningkatan kinerja pelayanan pada loket pendaftaran KTP di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah : 1. Mengidentifikasi proses pendaftaran pada loket pendaftaran KTP. 2. Menghitung waktu pelayanan dan waktu baku kinerja loket pendaftaran KTP di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor. 3. Merekomendasikan alternatif peningkatan kinerja pelayanan pada loket pendaftaran KTP di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan informasi bagi Disdukcapil Kota Bogor dalam menerapkan metode studi waktu yang tepat guna dalam memenuhi kepuasan masyarakat pengguna jasa. Manfaat penelitian ini adalah menerapkan teori manajemen produksi dan operasi, khususnya studi waktu antrian sesuai kenyataan di lapangan. Hal lainnya, diharapkan bisa memberikan masukan dan manfaat mengenai model dan teori antrian. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor difokuskan pada waktu pelayanan loket pendaftaran KTP mulai dari proses menyapa, verifikasi berkas, hingga proses verifikasi berkas selesai dan disuruh menuunggu untuk proses foto.
4
TINJAUAN PUSTAKA Jasa Jasa merupakan kegiatan yang memberikan manfaat dan bersifat intangible. Menurut Kotler (2005) jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain. Jasa pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Menurut Payne (2000), jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketidakberwujudan (intangibility) yang berhubungan dengannya, melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan properti dalam kepemilikannya dan tidak menghasilkan alih kepemilikan. Perubahan kondisi mungkin terjadi dan produksi jasa bisa berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan dengan produk fisik. Mutu Jasa Menurut Hindle dan Thomas dalam Lupiyoadi (2001), mutu adalah sebuah pendekatan kepada bisnis dan industri yang dimulai dari sudut pandang pelanggan yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau jasa yang melebihi apa yang diharapkan pelanggan oleh produk atau jasa tersebut dan mengukur sampai dimana keberhasilan produk atau jasa tersebut. Menurut Gaspersz (1997), beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan mutu jasa adalah : 1. Ketepatan waktu pelayanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan disini berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses. 2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan realibilitas pelayanan dan bebas kesalahan-kesalahan. 3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal. 4. Tanggungjawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dari pelangan eksternal. 5. Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung, serta pelayanan komplementer lainnya. 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet dan banyaknya petugas yang melayani. 7. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan polapola baru dalam pelayanan, fitur-fitur dari pelayanan, dan lain-lain. 8. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus, dan lain-lain. 9. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus, dan lain-lain. 10. Atribut pendukung lainnya, seperti : lingkungan, kebersihan, ruang tunggu , fasilitas music, Air Conditioner, dan lain-lain. Antrian Antri berarti berdiri berderet dalam suatu barisan memanjang dari depan kebelakang. Dalam hal ini disiplin yang harus ditaati oleh para peserta antrian
5
adalah bahwa yang datang lebih dulu akan memperoleh pelayanan lebih dulu. Maka dalam teori antrian berlaku suatu disiplin First Come First Serve (FCFS). Antrian akan berjalan baik, apabila disiplin tersebut dilakasanakan oleh seluruh peserta antrian (Prawirosentono 2005). Studi Waktu Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal (Adi 2009). Istilah time and motion itu sendiri dapat diartikan atas dua hal, yaitu Motion study dan Time study. Aspek utama time study terdiri atas keragaman prosedur untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan standar pengukuran waktu yang ditetapkan, bagi setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin atau kombinasi aktivitas (Ciptani 2008). Menurut Yuliarto (2009), time and motion study dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang mengarahkan engineering dalam memilih suatu metode yang berkaitan dalam merancang sebuah stasiun kerja yang diinginkan, baik oleh si perancang maupun bagi pihak perusahaan. Wignjosoebroto (1995) menjelaskan bahwa time and motion study adalah sebuah pembelajaran sistematis dari sistem kerja dengan tujuan mengembangkan sistem dan metode yang lebih baik, menstandarkan sistem dan standar, menentukan standar waktu dan melatih operator. Terdapat dua macam teknik pengukuran time and motion study, yaitu: a. Pengukuran waktu secara langsung. Cara pengukurannya dilaksanakan secara langsung, yaitu mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh operator dan mencatat waktu yang diperlukan oleh operator. Cara pengukuran langsung ini dapat menggunakan metode jam henti (Stopwatch Time Study) dan sampling kerja (Work Sampling). b. Pengukuran waktu secara tidak langsung. Cara pengukurannya dengan melakukan penghitungan waktu kerja dimana pengamat tidak berada di tempat pekerjaan yang diukur. Cara pengukuran tidak langsung ini dengan menggunakan data waktu baku (Standard Data) dan data waktu gerakan (Predetermined Time System). Kriteria-kriteria yang harus terpenuhi pada aktivitas pengukuran time and motion study adalah aktivitas tersebut harus dilaksanakan secara repetitif dan seragam, isi atau macam pekerjaan tersebut harus homogen, hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap unsur kerja yang berlangsung dan pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya (Wignjosoebroto 1995). Hasil optimal diperoleh dengan mempertimbangkan banyak faktor seperti kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur, untuk tahapannya sebagai berikut : a. Persiapan Awal Uji Time and Motion Study.
6
Persiapan awal uji time and motion study bertujuan untuk mempelajari kondisi dan metode kerja kemudian melakukan langkah perbaikan serta membakukannya. Selain mempersiapkan kondisi dan metode kerja diperlukan juga langkah dalam memilih operator yang akan melakukan pekerjaan yang akan diukur (Wignjosoebroto 1995). Peralatan utama yang digunakan dalam uji time and motion study adalah jam henti (Stopwatch) dan alat pendukung pengukuran kerja yaitu lembar pengamatan. b. Elemental Breakdown (Pembagian Operasi Menjadi Unsur Unsur Kerja). Sebelum melakukan uji time and motion study, perlu terlebih dahulu untuk membagi operasi menjadi unsur unsur kerja lebih terperinci. c. Pengamatan dan Pengukuran. Ada tiga metode yang digunakan untuk mengukur unsur unsur kerja dengan menggunaka stopwatch, yaitu pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing), pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back) dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing). Pada pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing), maka pengamat kerja akan menekan tombol stopwatch pada saat elemen kerja pertama dimulai, dan membiarkan jam henti berjalan terusmenerus sampai periode atau siklus kerja selesai. Waktu yang dipakai sebenarnya merupakan waktu dari masing-masing unsur kerja yang diperoleh dari pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilakukan. Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back), jarum penunjuk stopwatch akan selalu dikembalikan ke posisi nol pada setiap akhir elemen kerja yang diukur. Setelah pencatatan pengukuran dilakukan, maka tombol ditekan lagi dan segera melakukan pengukuran untuk unsur berikutnya. Selanjutnya, pengukuran secara akumulatif akan menggunakan dua atau tiga stopwatch yang akan bekerja secara bergantian. Metode ini memberikan keuntungan dalam hal pembacaan data akan lebih mudah dan lebih teliti karena jarum stopwatch tidak dalam keadaan bergerak pada kondisi tersebut. d. Performance Rating. Performance rating merupakan konsep bekerja wajar dimana operator bekerja secara normal yaitu jika seorang operator yang dianggap berpengalaman ini bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan, menguasai cara bekerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya (Sutalaksana 2006). Tabel nilai performance rating westing house yaitu: Tabel 3. Nilai Performance Rating Westing House Faktor Kelas Keterampilan Superskill Excellent Good Average
Lambang Penyesuaian A1 + 0.15 A2 + 0.13 B1 + 0.11 B2 + 0.08 C1 + 0.06 C2 + 0.03 D 0
7
Lanjutan Tabel 3. Faktor
Kelas Fair Poor
Usaha
Excessive Excellent Good Average Fair Poor
Kondisi Kerja
Konsistensi
Lambang Penyesuaian E1 - 0.05 EE2 - 0.10 F1 - 0.16 F2 - 0.22 A1 + 0.13 A2 + 0.12 B1 + 0.10 B2 + 0.06 C1 + 0.05 C2 + 0.02 D 0 E1 - 0.04 E2 - 0.08 F1 - 0.12 F2 - 0.17
Ideal
A
+ 0.06
Excellenty Good Average Fair Poor Perfect Excellent Good Average
B C D E F A B C D
+ 0.04 + 0.02 0 - 0.03 - 0.07 + 0.04 + 0.03 + 0.01 0
Sumber : Sutalaksana, “Teknik Perancangan Sistem Kerja”, tahun 2006, hlm. 165. e. Uji Kecukupan Data. Aktivitas time and motion study pada dasarnya merupakan proses penarikan contoh, sehingga semakin besar jumlah siklus kerja yang diamati, maka akan mendekati kebenaran terhadap waktu yang diperoleh. Hal ini disebabkan, walaupun untuk pekerjaan yang sama operator bekerja pada kecepatan normal jarang sekali dapat diselesaikan dalam waktu yang sama persis. Semakin besar perbedaan dari data waktu pengukuran akan menyebabkan jumlah siklus kerja yang diamati atau diukur semakin besar agar dapat diperoleh ketelitian yang dikehendaki. Jumlah pengukuran atau sampling yang akan dilakukan bergantung pada variasi atau perbedaan waktu yang ada. Menurut Wignjosoebroto (1995), penentuan jumlah observasi harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan (confidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk uji time and motion study. Di dalam aktivitas pengukuran kerja biasanya diambil 95% confidence level dan 5% degree of accurancy. Hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya 95 data dari 100 data
8
dari waktu yang diukur untuk suatu unsur kerja akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5%. Waktu Baku Waktu baku adalah waktu yang seharusnya digunakan oleh operator yang normal pada keadaan normal untuk memproduksi satu unit dari data jenis produk (Yuliarto, 2009). Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rataan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Wignjosoebroto, 1995). Waktu baku adalah jumlah waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan dalam prestasi standar, yakni dengan memperhitungkan kelonggaran (Allowance) dan penyesuaian yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Menurut Wignjosoebroto (1995), waktu baku yang dihasilkan akan sangat diperlukan terutama untuk: 1. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja). 2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan atau pekerja. 3. Penjadwalan produksi dan penganggaran. 4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan atau pekerja berprestasi. 5. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. Sebelum menetapkan waktu baku, dicari terlebih dahulu: 1. Waktu siklus rataan (Ws) Waktu siklus rataan adalah waktu penyelesaian dari suatu unsur kerja (Yuliarto, 2009). Penetapan waktu siklus rata-rata adalah: Ws = N ∑Xi....……………………………………………………………... (1) Keterangan: X = Waktu rataan pengukuran ∑Xi = Jumlah waktu pengukuran N = Banyaknya data pengukuran 2. Waktu normal (Wn) Waktu normal atau normal time adalah waktu yang diperlukan untuk seorang operator terlatih untuk memiliki keterampilan rataan untuk melaksanakan suatu aktivitas di bawah kondisi dan tempo kerja normal (Adi, 2009). Waktu normal adalah waktu siklus yang telah dikalikan dengan penyesuaian si operator (Yuliarto, 2009). Wn =Ws x P....………………………………….…………………….......... (2) Keterangan: Ws = waktu siklus rataan P = Performance Rating 3. Kelonggaran (L atau Allowance) Kelonggaran menurut Adi (2009) adalah sejumlah waktu yang harus ditambahkan dalam waktu normal untuk mengantisipasi terhadap kebutuhankebutuhan waktu guna melepaskan lelah (fatique), kebutuhan-kebutuhan yang bersifat pribadi (personal needs) dan kondisi kondisi menunggu atau menganggur baik yang bisa dihindarkan ataupun tidak bisa dihindarkan (avoidable or unavoidable delays).
9
Menurut Handoko (1993) menghitung waktu baku perlu memasukkan allowance ke dalam perhitungan waktu baku. Allowance dalam waktu kerja dibedakan menjadi tiga macam: a. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi (personal allowance), kelonggaran waktu yang diberikan untuk personal needs ditujukan untuk kebutuhan yang bersifat pribadi seperti untuk makan, minum, ke kamar mandi, dan lain-lain. b. Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (Fatique allowance), allowance ini diberikan untuk pekerja mengembalikan kondisi akibat kelelahan dalam bekerja baik kelelahan fisik dan mental. c. Keterlambatan waktu untuk keterlambatan yang tidak terduga (unavoidable delay allowance). Kelonggaran ini diberikan untuk unsur usaha yang berhenti karena hal-hal yang tidak dapat terhindarkan. Nilai dari kelonggaran bisa dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tabel Nilai Kelonggaran Faktor
Contoh Pekerjaan
A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk 2. Sangat Ringan Bekerja di meja, berdiri 3. Ringan Menyekop, ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat Berat 7. Luar Biasa Berat B. Sikap Kerja 1. Duduk 2. Berdiri di atas 2 kaki 3. Berdiri di atas 1 kaki 4. Berbaring 5. Membungkuk C. Gerakan Kerja 1. Normal 2. Agak Terbatas 3. Sulit 4. Anggota tubuh terbatas 5. Seluruh tubuh terbatas
Mencangkul Mengayun palu yang berat Memanggul beban Memanggul karung berat
Ekuivalen Beban
Kelonggaran (%) Pria
Tanpa beban 0.00-2.25 Kg 2.25-9.00 Kg 9.00-18.00 Kg 18.00-27.00 Kg 27.00-50.00 Kg di atas 50 Kg
Bekerja duduk, ringan Badan tegak bertumpu 2 kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagian sisi, depan, atau belakang badan Badan dibungkukan ditumpu 2 kaki Ayunan bebas Ayunan terbatas Membawa beban berat satu tangan Bekerja dengan tangan di atas kepala Bekerja di lorong pertambangan yang sempit
Wanita
0.0-6.0
0.0-6.0
6.0-7.5
6.0-7.5
7.5-12.0
7.5-16.0
12.0-19.0
16.0-30.0
19.0-30.0 30.0-50.0
0.0-1.0 1.0-2.5 2.5-4.0 2.5-4.0 4.0-10.0 0 0-5 0-5 5-10 10-15
10
Lanjutan Tabel 4. Faktor D. Kelelahan Mata 1. Pandangan terputus putus 2. Pandangan hampir terus menerus 3. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap 4. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah 5. Pandangan terus menerus, konsentrasi tinggi, dan fokus tetap 6. Pandangan terus menerus, konsentrasi tinggi, dan fokus berubah E. Keadaan Suhu Tempat Kerja 1. Beku 2. Rendah 3. Sedang 4. Normal 5. Tinggi 6. Sangat Tinggi F. Keadaan Atmosfer 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Baik 4. Buruk
G. Keadaan Lingkungan 1. Bersih, Sehat, Cerah, Tingkat kebisingan rendah 2. Siklus kerja berulang 5-10 detik 3. Siklus kerja berulang 0-5 detik 4. Sangat Bising 5. Faktor berpengaruh penurunan mutu 6. Terasa ada getaran lantai 7. Keadaan luar biasa
Contoh Pekerjaan
Ekuivalen Beban
Membawa alat ukur Pekerjaan pekerjaan yang teliti Pemeriksaan yang sangat teliti
Kelonggaran (%) Pencahayaan Baik 0.0-6.0
Buruk 0.0-6.0
6.0-7.5
6.0-7.5
7.5-12.0
7.5-16.0
12.0-19.0 Memeriksa cacat cacat pada kain
Suhu (Derajat Celcius) di bawah 0 0-13 13-22 22-28 28-38 di atas 38 Ruang yang berventilasi baik, udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau bauan (tidak berbahaya) Adanya debu beracun atau tidak beracun tetapi banyak Adanya bau berbahaya harus memakai alat pernafasan
16.0-30.0 19.0-30.0
30.0-50.0 Kelelahan Normal > 10 10-0 5-0 0-5 5-40 > 40
Berlebihan > 12 12-5 8-0 0-8 8-100 > 100 0
0-5 5-10 10-20
0 0-1 1-3 0-5 0-5 5-10 5-15
Sumber : Sutalaksana, “Teknik Perancangan Sistem Kerja”, tahun 2006, hlm. 170.
11
Untuk menetapkan Waktu baku (Wb) adalah: Wb = Wn + L....………………………………………………………….…...... (3) Dengan, L = ……………………………………………………… (4) Sehingga Waktu baku dapat dihitung dengan cara: Wb = Wn +
………………………………………………………. (5)
Keterangan: Wn = Waktu normal L = Kelonggaran X = Besarnya kelonggaran Penelitian Terdahulu yang Relevan Ramadhani (2011) melakukan penelitian berjudul “Kajian Antrian Pelayanan Ticketing di The Jungle”. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi model antrian yang digunakan The Jungle Waterpark selama ini dan menganalisis sistem antrian di bagian ticketing pada The Jungle Waterpark yang dapat menghasilkan solusi optimal selama jam sibuk. Hasil Penelitian ini menunjukan sistem antrian terjadi di bagian ticketing The Jungle Waterpark adalah pola antrian jalur ganda dengan satu tahapan proses dan beberapa server. Karakteristik antrian di The Jungle Waterpark adalah populasinya tidak terbatas (infinite), panjang antrian juga tidak terbatas, pola kedatangan pengunjung berdistribusi Poisson, pelayanan pengunjung berdistribusi eksponensial dan disiplin antrian First In First Out (FIFO). Pada kondisi yang ada sekarang, lamanya rataan waktu tunggu pengunjung dalam sistem 224,31 detik atau 3,74 menit. Optimasi jumlah loket dilihat dari total biaya terendah. Jumlah loket yang optimal adalah pada saat pihak pengelola membuka 3 (tiga) loket karena membutuhkan biaya paling sedikit (Rp54.769) dan menghasilkan nilai tingkat kegunaan server 0,59 atau 59 persen. Amelia (2007) melakukan penelitian berjudul “Kajian Antrian Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor”. Penelitian ini mengidentifikasi model sistem antrian pada Unit Rawat Jalan Rumah Sakit PMI Bogor dan merancang model antrian baru sebagai bahan rekomendasi bagi Rumah Sakit PMI Bogor untuk memperbaiki antrian yang telah ada. Hasil penelitian ini menunjukan RS PMI Bogor memiliki pola antrian terbuka jalur tunggal dengan beberapa tahapan dan beberapa server. Hasil uji distribusi menunjukkan bahwa antrian memiliki pola kedatangan pasien mengikuti distribusi poisson dan kecepatan pelayanan pasien mengikuti distribusi eksponensial. Pada kondisi aktual, rataan nilai waktu tunggu total pasien dalam sistem yang melalui loket pendaftaran perusahaan 718,44 detik (11,97 menit). Sementara itu, rataan nilai waktu tunggu total pasien dalam sistem yang melalui loket pendaftaran umum 631,90 detik (10,53 menit). Berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan, pengembangan model antrian dengan menggabungkan beberapa loket kerja, yaitu menggabungkan antara loket pendaftaran dengan loket pendataan pasien menjadi alternatif penyelesaian. Pada model antrian yang dikembangkan ini, dihasilkan rataan nilai waktu tunggu total pasien dalam sistem yang melalui loket pendaftaran perusahaan menjadi 640,18 detik (10,67 menit). Sementara itu, rataan nilai waktu tunggu total pasien dalam sistem yang melalui loket pendaftaran
12
umum menjadi 553,64 detik (9,23 menit). Selain penurunan rataan waktu total, penurunan yang juga terjadi pada model antrian yang dikembangkan ini adalah penurunan tenaga yang dikeluarkan oleh pasien dalam mengantri. Tirdasari (2010) melakukan penelitian berjudul “Kajian Antrian Pelayanan Nasabah di PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) Tbk Cabang Bogor”. Penelitian ini mengidentifikasi model antrian yang digunakan PT BMI Cabang Bogor dan menganalisis sistem antrian di bagian teller PT BMI Cabang Bogor. Hasil penelitian ini menunjukan Sistem antrian nasabah teller PT BMI Cabang Bogor memiliki pola antrian jalur ganda dengan satu tahapan dan beberapa server. Karakteristik antrian PT BMI Cabang Bogor adalah populasinya tidak terbatas, pola kedatangan berdistribusi poisson, disiplin antrian berupa first come first serve, pola pelayanan berdistribusi eksponensial dan panjang antrian adalah tak terbatas. Pada kondisi aktual, rata-rata nilai waktu tunggu nasabah dalam sistem adalah 119,21 detik atau dua menit. Jumlah teller optimal ditentukan dari total biaya terendah. Total biaya terendah terjadi pada penggunaan teller tetap dua teller. Dua teller membutuhkan biaya total yang paling kecil, yaitu Rp 47.249. Biaya tersebut lebih rendah apabila menggunakan menggunakan tiga teller Rp 48.761, empat teller Rp 56.383 dan menggunakan lima teller Rp 67.874. Namun demikian, apabila PT BMI Cabang Bogor masih menggunakan dua orang teller, maka nasabah belum terlayani dengan baik. Oleh karena itu, jumlah teller optimal adalah tiga teller. Berdasarkan perhitungan dengan rumus model antrian baku, jumlah teller ini juga menghasilkan nilai tingkat kegunaan karyawan (ρ) 41 persen, waktu rataan dalam antrian (Wq) 16,59 detik dan jumlah rataan orang yang menunggu dalam antrian (Lq) sebanyak nol orang. Berdasarkan simulasi antrian untuk tiga teller dengan bantuan program Queuing System Simulation, tingkat utilitas rataan (ρ) adalah 20,30 persen. Waktu tunggu rataan (Wq) yang terjadi bila menggunakan tiga teller adalah nol detik dan panjang antrian rataan (Lq) apabila menggunakan tiga teller adalah nol orang. Solusi optimal sistem antrian di bagian teller BMI Cabang Bogor adalah model antrian jalur ganda dengan satu tahapan dan tiga teller. Penelitian terdahulu lain mengenai model antrian adalah oleh Kinasih (2011) berjudul “Analisis Sistem Antrian Pada Proses Penyelesaian Klaim di PT TASPEN (PERSERO) kantor cabang Kota Bogor” . Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja sistem antrian yang saat ini digunakan pada proses penyelesaian klaim di PT Taspen (Persero) KC Bogor dan menganalisis biaya antrian optimal dari model antrian yang dikembangkan. Hasil penelitian ini menunjukan pada kondisi aktual, rataan nilai waktu tunggu peserta dalam sistem adalah 872,1 detik atau 14,54 menit. Jumlah petugas optimal adalah pada saat mengoperasikan enam petugas, karena membutuhkan biaya total paling kecil (Rp320.922). Akan tetapi, dengan jumlah petugas enam orang menghasilkan tingkat kegunaan petugas 81 persen, sehingga petugas belum dapat memberikan pelayanan optimal kepada peserta. Oleh karena itu, jumlah petugas yang optimal adalah tujuh petugas dengan biaya total antrian Rp340.917.
13
METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Waktu pelayanan merupakan masalah operasional yang terjadi ketika melayani pelanggan, sehingga mampu membuat antrian yang panjang. Terjadinya antrian bisa memberikan dampak buruk kepada pihak pemberi jasa maupun pengguna jasa. Waktu pelayanan tidak efektif akan menimbulkan ketidaknyamanan pada masyarakat pengguna jasa. Jika tidak ditangani, terlebih lagi masyarakat datang dari berbagai kalangan akan menimbulkan dampak negatif besar kepada citra pemerintah dalam fungsinya melayani masyarakat. Penilaian mutu Disdukcapil Kota Bogor tidak terlepas dari fungsinya dalam melayani masyarakat. Hal ini meliputi proses pembuatan KTP, salah satu dimensi mutu terpenting dari pelayanan adalah kecepatan waktu pelayanan yang berkaitan erat dengan jumlah orang yang mampu dilayani dalam satuan waktu tertentu. Sebagai sebuah instansi negara sebaiknya Disdukcapil Kota Bogor terus menerus melakukan peningkatan mutu dalam menjalankan tugasnya untuk melayani masyarakat. Waktu pelayanan loket pendaftaran menjadi hal yang menarik untuk dikaji dalam penelitian, karena menggambarkan keseriusan pemerintah dalam fungsinya menjadi jembatan dan melayani masyarakat. Kerangka pemikiran ini ditunjukkan dalam Gambar 1. Jumlah penduduk Kota Bogor Terus Meningkat Waktu pelayanan merupakan permasalahan operasional Disdukcapil Waktu pelayanan loket yang selama ini diterapkan Disdukcapil Mengumpulkan data data waktu pelayanan loket Perhitungan waktu pelayanan dan waktu baku pelayanan loket Rekomendasi sistem untuk peningkatan mutu pelayanan KTP Peningkatan mutu pelayanan pembuatan KTP Disdukcapil Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
14
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor yang beralamat di Jl. Ahmad Adnanwijaya (Pandu Raya) No 45A Bogor, pada pukul 08.00-11.00 WIB, dalam kurun waktu satu bulan pada 1 Oktober hingga 12 November 2015, dengan mengambil data waktu pelayanan loket pendaftaran KTP sebanyak 25 kali ulangan. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebanyak 25 kali ulangan pada 1 Oktober hingga 12 November 2015 dengan mengumpulkan data waktu pelayanan loket pendaftaran KTP pada jam 08.00-11.00. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data atau informasi yang dikumpulkan secara langsung dari obyek penelitian lapangan atau peninjauan langsung. Data primer ini berupa kecepatan pelayanan. Data primer diambil melalui pengamatan secara langsung (observasi lapangan) yang terkait sistem antrian loket yang diterapkan oleh Disdukcapil dan Wawancara Pegawai Disdukcapil. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang diberikan pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, studi pustaka, internet, artikel, buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Alur tahapan pengumpulan data meliputi : 1. Penetapan tujuan pengukuran 2. Melakukan Penelitian 3. Menentukan operator Obyek pengamatan memiliki waktu pengerjaan yang tepat dan telah terlatih dengan baik. 4. Menguraikan pekerjaan menjadi beberapa unsur kerja. 5. Menyiapkan alat-alat pengukuran a. Stopwatch b. Papan Pengamatan c. Kalkulator d. Pena atau pensil Pengolahan dan Analisis Data Alur tahapan pengolahan data meliputi : 1. Mengukur waktu yang dibutuhkan operator dalam menyelesaikan unsur unsur kerja dengan bantuan program Microsoft Excell. 2. Mengukur penyesuaian waktu siklus dengan metode Westing House dan Kelonggaran dengan Tabel Kelonggaran dengan bantuan program Microsoft Excell. 3. Pengolahan data waktu baku menggunakan perhitungan berdasarkan metode studi waktu dengan bantuan program Microsoft Excell. 4. Membandingkan alternatif peningkatan pelayanan pada loket pembuatan KTP.
15
Berdasarkan hasil analisis pengolahan data yang diperoleh, kemudian ditentukan jumlah optimal loket untuk memperbaiki sistem antrian yang sudah ada, yaitu desain dengan total biaya terkecil. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Disdukcapil Kota Bogor merupakan salah satu unit kerja teknis yang di bentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor mempunyai tugas Pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai fungsi : 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan pencataan sipil. 2. Penyeleggara urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kependudukan dan pencatatan sipil. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kependudukan dan pencatatan sipil. 4. Pelaksanaan tugas lainnya yang di berikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Disdukcapil Kota Bogor memiliki visi dan misi: Visi : Mewujudkan Pelayanan Publik yang Prima Misi : 1. Standar pelayanan yang berhasil dan berdaya guna menuju pelayanan bermutu. 2. Akuntabilitas sebagai wujud ketransparansian publik. 3. Good governance yang beraplikasi pada pelayanan masyarakat. 4. Empowerment dalam penyelenggaraan pelayanan publik. 5. Trust, membangun kepercayaan masyarakat yang menjadi tolak ukur dalam mewujudkan IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat). Struktur Organisasi Disdukcapil Kota Bogor dipimpin oleh Kepala Dinas yang bertugas membatu walikota dalam memimpin, mengkoordinasikan, dan mengendalikan kebijakan teknis dinas daerah sesuai ruang lingkup tugasnya. Bagan susunan struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bogor bisa dilihat pada Gambar 2.
16
Kepala Dinas
Sekertaris
Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bag Umum dan Kepegawaian
Bid Kependudukan Seksi Kependudukan
Sub Bag Keuangan
Bid Pencatatan Sipil Seksi Pengendalian Penduduk
Seksi Kelahiran dan Kematian
Sub Bag Perencaan dan Pelaporan
Bid Informasi dan Dokumentasi Seksi Informasi
Seksi Dokumentasi
Seksi Perkawinan, Perencanaan, dan Pengesahan Anak
Gambar 2. Struktur Organisasi Disdukcapil Kota Bogor Tata Cara Penerbitan dan Perubahan KTP Berikut adalah tata cara penerbitan dan perubahan KTP mulai dari mengisi formulir hingga penerbitan KTP seperti dimuat pada Gambar 3. Mengisi Form Permohonan KTP (1 hari)
Petugas Mencatat Data (1 hari)
Verifikasi dan Validasi Data (1 Hari)
Proses (1 Hari)
Gambar 3. Tata Cara Penerbitan dan Perubahan KTP 1. Tata Cara Penertiban KTP di Desa/Kelurahan a. Mengisi formulir permohonan KTP WNI. b. Petugas mencatat dalam buku Harian Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting. c. Petugas melakukan verifikasi dan validasi data. d. Kepala desa/lurah menandatangani formulir permohonan KTP. e. Petugas menyerahkan formulir permohonan KTP kepada penduduk untuk dilaporkan kepada camat. 2. Tata Cara Penertiban KTP di Kecamatan
17
a. Petugas melakukan verifikasi dan validasi data penduduk. b. Camat menandatangani formulir permohonan KTP. c. Petugas menyampaikan formulir permohonan KTP yang dilampiri dengan kelengkapan berkas persyaratan kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai dasar penerbitan KTP. 3. Tata Cara Penertiban KTP di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil a. Petugas melakukan perekaman data ke dalam database kependudukan. b. Disdukcapil menerbitkan dan menandatangani KTP. 4. Tata Cara Penertiban KTP Orang Asing yang Memiliki izin Tinggal Tetap di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Mengisi Form Permohonan KTP (1 hari)
a. b. c. d.
Petugas Verifikasi Data (1 hari)
Petugas Merekam Data (1 Hari)
Penerbitan KTP (1 Hari)
Gambar 4. Tata Cara Penerbitan KTP orang asing Mengisi formulir permohonan KTP orang asing. Petugas melakukan verifikasi dan validasi data penduduk. Petugas melakukan perekaman data ke dalam database kependudukan. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menerbitkan dan menandatangani Kartu Tanda Penduduk. Syarat-syarat Penerbitan dan Perubahan KTP
1. Penerbitan KTP Baru bagi Penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) a. Telah berusia 17 tahun atau sudah kawin atau pernah kawin. b. Surat Pengantar RT/RW dan kepala desa/lurah. c. Fotokopi: 1) Kartu Keluarga (KK) 2) Kutipan Akta Nikah/Akta Kawin bagi penduduk belum berusia 17 tahun 3) Kutipan Akta Kelahiran d. Surat Keterangan Datang dari luar negeri yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil bagi WNI yang datang dari luar negeri karena pindah. 2. Penerbitan KTP Baru bagi Orang Asing yang Memiliki Izin Tinggal Tetap a. Telah berusia 17 tahun atau sudah kawin. b. Fotokopi: 1) KK 2) Kutipan Akta Nikah/Akta Kawin bagi penduduk yang belum berusia 17(tujuh belas) tahun 3) Kutipan Akta Kelahiran 4) Paspor dan Izin Tinggal Tetap dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap 3. Penerbitan KTP Karena Hilang atau Rusak bagi Penduduk dan WNI atau Orang Asing yang Memiliki Izin Tinggal Tetap a. Surat Keterangan Kehilangan dari kepolisian atau KTP rusak b. Fotokopi KK c. Paspor dan Izin Tinggal Tetap bagi orang asing
18
4. Penerbitan KTP Karena Pindah Datang bagi Penduduk WNI atau Orang Asing yang Memiliki Izin Tinggal Tetap a. Surat Keterangan Pindah/Surat Keterangan Pindah Datang b. Surat Keterangan Datang dari luar negeri bagi WNI yang datang dari luar negeri karena pindah 5. Penerbitan KTP Karena Perpanjangan bagi Penduduk WNI atau Orang Asing yang Memiliki Izin Tinggal Tetap a. Fotokopi KK b. KTP lama c. Fotokopi Paspor, Izin Tinggal Tetap dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap 6. Penerbitan KTP Karena Adanya Perubahan Data bagi Penduduk WNI atau Orang Asing yang Memiliki Izin Tinggal Tetap a. Fotokopi KK b. KTP lama c. Surat Keterangan/bukti perubahan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting Pelaksanaan pengukuran Metode Time Study Pengukuran waktu baku dilakukan pada proses antrian loket pendaftaran KTP. Mulai dari proses 3S (Senyum, Salam, dan Sapa), verifikasi berkas, hingga selesai dan disuruh menunggu untuk melakukan foto. Pengukuran waktu dilakukan dengan metode waktu jam henti, yaitu sebuah metode pengukuran yang dilakukan secara langsung ditempat karyawan bekerja dan dilakukan pengambilan data 25 kali ulangan. Terdapat langkah langkah untuk melakukan pengukuran dengan metode jam henti : 1. Mendefinisikan pekerjaan yang akan diukur, tujuan pengukuran, dan pengamatan pendahuluan (lingkungan). Pekerjaan operator yang dihitung adalah proses ketika orang akan datang dan mendaftar untuk membuat atau memperpanjang KTP. Ada tiga unsur kerja yang akan dihitung yaitu, proses 3S, verifikasi berkas dan selesai verifikasi untuk disuruh menunggu melakukan foto. Tujuan pengukuran ini untuk mengetahui waktu pelayanan dari satu loket antrian KTP. Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memiliki sirkulasi udara yang baik dengan tinggi atap bangunan yang cukup lengkap dengan pendingin udara dan lingkungan asri ditumbuhi oleh pohon pohon rindang. Pencahayaan yang maksimal dari luar maupun dalam ruangan memudahkan operator untuk melakukan tugasnya dengan baik. 2. Memilih operator, melatih operator dan mencatat informasi informasi yang berkaitan dengan pengukuran waktu kerja. Dalam memilih operator diperlukan syarat seperti operator berkemampuan normal, dapat diajak bekerjasama, serta operator mampu bekerja dengan wajar. Operator yang dipilih bernama Ade Sunarya dan Zaenal. Operator tidak perlu diberikan latihan dikarenakan operator sudah bekerja selama empat tahun di bidang ini.
19
3. Membagi operasi kerja dalam unsur unsur kerja Operator loket pendaftaran KTP mengerjakan pekerjaan yang terdiri dari tiga unsur kerja, seperti yang telah dijelaskan dan terdapat pada tabel 5. Tabel 5. Unsur kerja operator loket pendaftaran KTP Disdukcapil No 1
Elemen Kerja Sub Unsur kerja -1
Deskripsi 3S (Senyum, Salam, dan Sapa)
2
Sub Unsur kerja -2
3
Sub Unsur kerja -3
Melakukan verifikasi berkas Selesai verifikasi, dan menyuruh menunggu untuk foto
Sub unsur kerja-1 merupakan gerakan yang diawali dengan melakukan standar operasi yang diterapkan Disdukcapil, yaitu Senyum, Salam, dan Sapa sebelum melakukan verifikasi berkas. Sub unsur kerja-2 yaitu gerakan melakukan dan menanyakan berkas berkas yang dibawa untuk diverifikasi oleh operator. Sub unsur kerja-3 ialah gerakan yang dimulai setelah menyelesaikan verifikasi untuk menyatakan bahwa orang yang memberikan berkas itu layak atau tidak untuk mengikuti tahap selanjutnya, jika layak maka dia akan disuruh menunggu untuk melakukan foto dan jika tidak maka akan disuruh untuk melengkapi berkasnya dan datang kembali. 4. Mengamati, mengukur, dan mencatat waktu yang dibutuhkan operator dalam menyelesaikan unsur unsur kerja. Selanjutnya mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan operator dalam menyelesaikan unsur kerja sebanyak 25 kali ulangan menggunakan stopwatch. Hasil pengukuran waktu unsur kerja bisa dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil pengukuran pendahuluan unsur kerja -1
Waktu Penyelesaian
Hari ke-1 (s) 9 8 9 11 10
Waktu Rataan (s)
9.4
Subgrup Hari ke-2 Hari ke-3 (s) (s) 11 10 10 11 13 8 12 12 9 10 11
10.2
Hari ke-4 (s) 11 10 12 11 9
Hari ke-5 (s) 9 10 10 11 10
Jumlah
10.6
10
51
Sumber : Output Microsoft Excell Februari 2016
Waktu Rataan ………………………………………………………………………... (6) ………………………………………………………………... (7)
20
Setelah dihitung didapatkan nilai waktu rataan subgroup 10.2 s dan bisa digunakan untuk mendapatkan standar deviasi sebenarnya dari waktu pelayanan loket pendaftaran KTP seperti pada Tabel 7.
……………………………………………………………… (8) Tabel 7. Perhitungan simpangan baku dari waktu penyelesaian unsur kerja -1 Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
t 9 8 9 11 10 11 10 13 12 9 10 11 8 12 10 11 10 12 11 9 9 10 10 11 10
x 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2
t-1.2 -2.2 -1.2 0.8 -0.2 0.8 -0.2 2.8 1.8 -1.2 -0.2 0.8 -2.2 1.8 -0.2 0.8 -0.2 1.8 0.8 -1.2 -1.2 -0.2 -0.2 0.8 -0.2 Total
(t- )2 1.44 4.84 1.44 0.64 0.04 0.64 0.04 7.84 3.24 1.44 0.04 0.64 4.84 3.24 0.04 0.64 0.04 3.24 0.64 1.44 1.44 0.04 0.04 0.64 0.04 38.6
Sumber : Output Microsoft Excell Februari 2016
………………………………………………….…….. (9)
21
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan simpangan baku sebenarnya dari waktu pelayanan 1.27 s. Nilai ini digunakan untuk menghitung nilai simpangan baku dari rata rata distribusi waktu rata rata subgrup :
………………………………………………….….. (10) 5. Menetapkan jumlah siklus yang harus diukur, serta menghitung jumlah siklus kerja dan dilanjutkan menguji keseragaman data. Jumlah siklus yang diukur 25 kali ulangan, di mana setiap unsur kerja dilakukan sebanyak 25 kali. Setelah melakukan pengukuran dan perhitungan, dilanjutkan dengan menguji keseragaman data setiap unsur kerja, hal ini bertujuan untuk mengetahui data rataan subgroup berada pada batas kendali atau tidak. Nilai simpangan baku dari distribusi waktu rataan subgroup dapat digunakan untuk menghitung nilai Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) (Suyachman 2015). Pada pengukuran ini digunakan tingkat ketelitian 5%, tingkat keyakinan 95%, sehingga nilai k=3. ……………………………………………………………….. (11) BKA = 10.2 + 3 (0.57) = 11.9……………………………………………….. (12) ……………………………………………………………….. (13) BKA = 16.4 - 3 (0.57) = 8.5…………………………………………………. (14)
Gambar 3. Grafik BKA dan BKB unsur kerja-1 Batas kendali yang digunakan k = 3 dalam perhitungannya karena memakai tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%, maka persamaan tersebut yang dipakai dalam menghitung batas kendali. Semua waktu rata rata subgroup berada dalam batas kendali sehingga bias digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan. Banyaknya pengukuran
22
yang diperlukan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% dihitung berdasarkan rumus berikut :
…………………………………………..
(15)
Tabel 8. Perhitungan N’ unsur kerja -1 Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total Total Kuadrat
t 9 8 9 11 10 11 10 13 12 9 10 11 8 12 10 11 10 12 11 9 9 10 10 11 10 256 65,536
t^2 81 64 81 121 100 121 100 169 144 81 100 121 64 144 100 121 100 144 121 81 81 100 100 121 100 2,660 7,075,600
Loket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Output Microsoft Excell Februari 2016
…………………………………. (16)
23
Perhitungan N’ menunjukan hasil pengukuran yang dilakukan telah cukup, karena nilai N’ lebih kecil daripada nilai N yang merupakan contoh berjumlah 25, maka dapat diartikan bahwa jumlah pengukuran yang diperlukan telah memenuhi syarat minimal perolehan data. Perhitungan waktu siklus : …………………………………………………………………….. (17)
…………………………………………………………... (18) Waktu siklus untuk unsur kerja -1 sebesar 10.24 s, sedangkan perhitungan waktu siklus untuk unsur kerja -2 bisa dilihat pada lampiran 1, sedangkan unsur kerja -3 bisa dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan perhitungan waktu siklus pada unsur kerja -2 didapatkan 35.40 s dan waktu siklus untuk unsur kerja -3 yaitu 10.36 s. Hasil perhitungan waktu siklus untuk unsur kerja -1, 2, dan 3 bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil perhitungan N’ dan waktu siklus No 1 2 3
Elemen Kerja Sub Unsur kerja -1 Sub Unsur kerja -2 Sub Unsur kerja -3
N' 23.54 23.49 23.71
Ws 10.24 35.40 10.36
Sumber : Output Microsoft Excell Februari 2016
6. Menetapkan Allowance dan Rating Factor Rating Factor ditentukan berdasarkan empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Nilai Rating Factor yang diberikan berdasarkan nilai tabel Westing House dan hasilnya bisa dilihat pada Tabel 10 : Tabel 10. Perhitungan faktor penyesuaian dengan metode Westing House Penyesuaian
Skill
Keterampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi
Average Skill Average Effort
Nilai Mutu D D
Good
C
0,02
Average
D Total
0.00 +0.02
Nilai 0 0
Sumber : Output Microsoft Excell Februari 2016
Nilai Rating Factor yang digunakan berdasarkan perhitungan Westing House adalah 1+0.02= 1.02
24
Allowance yang diberikan kelonggaran dimuat pada tabel 11.
berdasarkan
tabel
faktor
pengaruh
Tabel 11. Nilai Allowance berdasarkan faktor pengaruh kelonggaran Faktor
Kategori
A. Tenaga yang dikeluarkan
Sangat Ringan
B.Sikap Kerja C. Gerakan Kerja D. Kelelahan Mata E. Keadaan Suhu Tempat Kerja F. Keadaan Atmosfer G. Keadaan Lingkungan yang Baik
Berdiri di atas dengan dua kaki Normal Pandangan terputus putus
Contoh Pekerjaan Bekerja di meja, berdiri
Kelonggaran (%)
0-2.25 Kg
6.00
Badan tegak bertumpu 2 kaki
1.0
Ayunan terbatas
0.00
Memeriksa Berkas
2.00
22-28
5.00
Udara Segar, Ventilasi Baik
0.00
Normal Baik
Ekivalen Beban
Siklus Berulang ulang
1.00 Total
15.00%
Sumber : Sutalaksana, “Teknik Perancangan Sistem Kerja”, tahun 2006, hlm. 165.
Nilai Allowance yang digunakan berdasarkan tabel pengaruh kelonggaran adalah 15%, sehingga nilai Allowance yang digunakan 0.15. 7. Menghitung Waktu Baku Waktu Baku adalah waktu yang sebenarnya untuk satu operator menyelesaikan satu proses pekerjaan atau produksi. Waktu baku diperoleh dari nilai waktu normal dan nilai kelonggaran. Hasil perhitungan waktu baku bisa dilihat pada Tabel 12. Berikut adalah proses yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai waktu baku : a. Menghitung waktu siklus per unsur kerja b. Waktu Normal Rerata Waktu unsur Kerja x Rating Factor c. Waktu Standar Waktu normal + (Allowance x Waktu Normal) Tabel 12. Hasil Perhitungan Waktu Baku No 1 2 3
Unsur Kerja Sub Unsur kerja -1 Sub Unsur kerja -2 Sub Unsur kerja -3 Total
Ws (s) 10.24 35.40 10.36 56.00
P 1.02 1.02 1.02
Wn (s) 10.44 36.11 10.57 57.12
K 1.22 1.22 1.22
Wb (s) 12.74 44.05 12.89 69.69
Sumber : Output Microsoft Excell Januari 2016
Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa loket mampu melayani satu pelanggan dalam waktu 69.69 s dalam waktu standar dan 57.12 s dalam waktu
25
normal. Dalam waktu satu jam, maka satu loket mampu melayani 52 orang dengan waktu standar atau 63 orang dengan waktu normal. Oleh karena itu, dalam waktu kerja yang diterapkan, yaitu empat jam loket hanya mampu melayani 208 orang pada waktu standar atau 252 orang pada waktu normal. Dengan dua loket yang beroperasi sekarang maka dalam satu hari pihak Disdukcapil mampu melayani 416 orang dalam waktu standar dan 504 orang dalam waktu normal. Pihak Disdukcapil menargetkan melayani 600 - 800 orang di setiap harinya. Untuk itu ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan yaitu : 1. Penambahan Loket 1 Loket = 208 orang pada waktu standar atau 252 orang pada waktu normal Dengan total tiga loket pihak Disdukcapil mampu melayani 624 orang dengan waktu standar atau 756 orang dengan waktu normal. Penambahan loket akan menambahkan biaya operasional berupa perlengkapan dan penambahan tenaga kerja. 2. Perpanjangan Jam Loket Antrian Dengan memberikan penambahan jam loket antrian selama dua jam, maka pihak Disdukcapil akan mampu melayani 312 orang dengan waktu standar atau 378 orang dengan waktu normal untuk setiap loketnya, sehingga dengan dua loket, pihak Disdukcapil mampu melayani 614 orang dengan waktu standar atau 756 orang dengan waktu normal. 3. Penyuluhan dan Sosialisasi Lebih Lanjut Sebenarnya dari total 7.400 data yang diambil, waktu penyelesaian proses bisa lebih cepat dari 50 detik untuk orang orang yang telah siap, prosesnya akan jauh lebih cepat. Jika ingin tetap dengan jam antrian loket dan jumlah loket sama, maka penyuluhan dan sosialisasi tentang pembuatan atau perpanjang KTP ini harus dilakukan lebih intensif lagi, secara langsung ataupun tidak langsung secara online pada website yang dimiliki Disdukcapil, sehingga masyarakat yang datang sudah siap dan tidak menjadi antrian, karena pertanyaan pertanyaan yang tidak perlu dan berkas yang tidak lengkap. Implikasi Manajerial Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan bermacam-macam ukuran, baik pada tingkat perusahaan maupun unit-unit atau kegiatan individual. Tingkat produktivitas dapat diukur dengan membandingkan waktu normal dengan waktu standar yang diperoleh dari penerapan metode time study terhadap kegiatan kerja karyawan. Rataan pelayanan di loket KTP dengan waktu normal 57,12 detik per pelayanan, sedangkan dengan waktu standar 69,69 detik per pelayanan. Untuk pelayanan loket KTP mulai beroperasi pada Pukul 08.00-12.00 atau 4 jam (14.400 detik). Dengan waktu normal 57,12 detik, maka pelayanan loket KTP dapat melayani 252 orang untuk satu loket. Dengan dua loket yang ada, dapat melayani 504 orang per harinya dengan waktu standar 69,69 detik, maka pelayanan loket KTP dapat melayani 208 orang untuk satu loket. Dengan dua loket yang ada, maka dapat melayani 416 orang per harinya. Dengan demikian, seandainya instansi ingin menargetkan 600-800 pelayanan dalam per hari, maka dengan alternatf yang ada sebaiknya jam antrian loket pendaftaran diperpanjang sebesar dua jam, sehingga pihak Disdukcapil mampu melayani 614 orang dengan waktu
26
standar atau 756 orang dengan waktu normal dalam satu hari tanpa harus mengeluarkan biaya operasional sebesar menambahkan loket. Kesimpulan 1. Loket antrian pendaftaran KTP yang beroperasi di Disdukcapil sebanyak dua loket yang berisi satu operator di masing masing loket. Pekerjaan operator dibagi atas tiga sub unsur kerja yaitu 3S (Senyum, Salam, dan Sapa), verifikasi berkas, dan penyelesaian verifikasi berkas hingga pelanggan disuruh menunggu untuk proses selanjutnya yaitu foto. 2. Berdasarkan metode Time Study didapatkan waktu normal 57,12 detik dan waktu standar sebesar 69,69 detik. 3. Direkomendasikan pelayanan 600-800 orang dibutuhkan penambahan waktu antrian loket sebanyak 2 jam untuk memenuhi target tersebut. Saran 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang metode studi waktu di instansi tersebut. 2. Perlu adanya sosialisasi terlebih dahulu mengenai syarat-syarat pembuatan KTP, terutama sosialisasi internet pembuatan KTP secara online, sehingga tidak ada penjelasan lebih lanjut di loket KTP, karena akan membuat semakin panjang antrian. 3. Sebaiknya dilakukan penambahan pekerja atau pemisahan loket pada bagian bagian yang memerlukan waktu penyelesaian cukup lama, atau ditempatkan pekerja yang terampil, sebaliknya pada bagian yang membutuhkan waktu penyelesaian cepat tidak ditempatkan terlalu banyak pekerja (sesuai porsinya), disamping peningkatan semangat kerja melalui pemberian insentif atau nutrisi pelengkap untuk menjaga kondisi kesehatan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA Adi.
2009. Perancangan Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Http://www.Googles.co.id/adi.Bogorlab.com/download/materi_kuliah_ITI/p eng_Tehnik_Industri/BAB_5. doc.(19 Mei 2009) Amelia L. 2007. Kajian Antrian Pasien Unit Rawat Jalan di Rumah Sakit PMI Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor [BPS] Penduduk Kota Bogor Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2014. [Internet]. [Diunduh pada 6 Februari 2016]. Tersedia pada http://bogorkota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/16 Ciptani. 2008. Peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya melalui integrasi time and motion study dan activity-based costing. Http://Puslit.Petra.ac.id/ Faisal F. 2005. Pendekatan Teori Antrian : Kasus Nasabah Bank pada Pukul 08.00-11.00 WIB di Bank BNI 46 Cabang Bengkulu [jurnal]. Bengkulu (ID) : Universitas Bengkulu
27
Ganevi R. 2013. Pembuatan Sistem Antrian Pelayanan Masyarakat Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pacitan [jurnal]. Surakarta (ID) : Indonesian Jurnal on Computer Science Speed Gaspersz V. 1997. Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka. Handoko TH. 1993. Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta (ID) : BPFE-Yogyakarta Kinasih A. 2011. Analisis sistem antrian pada proses penyelesaian klaim di PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Jakarta (ID) : PT. Indeks. Kottler dan Armtrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta (ID) : Erlangga Lupiyoadi R. 2001. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Jakarta (ID) : PT.Indeks Payne A. 2000. The Essence of Services Marketing. Yogyakarta (ID) : ANDI and Pearson Education (Asia) Pte.Ltd. Prawirosentono S.2005. Riset Operasi dan Ekonofisika. Jakarta (ID) : Bumi Aksara Ramadhani G. 2011. Kajian Antrian Pelayanan Ticketing di The Jungle [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Tirdasari N. 2010. Kajian Antrian Pelayanan Nasabah di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Cabang Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Sutalaksana I. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung (ID) : ITB Suyachman H. Mempelajari Tata Cara dan Pengukuran Kerja Pengemasan Manual Single Folding di PT Trisula Textile Industries Bandung [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Wignjosoebroto. 1995. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya (ID) : PT. Guna Widya. Yuliarto. 2009. Time and Motion Study. Http://www. It telkom.ac.id/ Library/index. Php. Option = com_content & view = article & id = 604 : time and motion study. doc.(27 Mei 2009)
28
LAMPIRAN Lampiran 1 Pengukuran waktu baku unsur kerja -2 Pengukuran unsur kerja ke-2 yaitu proses verifikasi berkas, mulai dari menerima berkas sampai selesai memeriksa berkas. Pengukuran pendahuluan gerakan ke-2 Hari ke-1 33 38 31 34 33
Waktu Penyelesaian (s) Waktu Rataan (s)
Subgrup Hari ke-2 Hari ke-3 31 31 39 32 39 38 35 49 31 32
33.8
35
36.4
Hari ke-4 37 33 30 36 39
Hari ke-5 32 42 34 38 38
35
36.8
Waktu Rataan
Perhitungan Simpangan Baku Perhitungan simpangan baku penyelesaian unsur kerja 2 Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
t 33 38 31 34 33 31 39 39 35 31 31 32 38 49 32
34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2
-1.2 3.8 -3.2 -0.2 -1.2 -3.2 4.8 4.8 0.8 -3.2 -3.2 -2.2 3.8 14.8 -2.2
1.44 14.44 10.24 0.04 1.44 10.24 23.04 23.04 0.64 10.24 10.24 4.84 14.44 219.04 4.84
Jumlah 177
29
Lanjutan Lampiran 1 Contoh 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
t 37 33 30 36 39 32 42 34 38 38
34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2 34.2
2.8 -1.2 -4.2 1.8 4.8 -2.2 7.8 -0.2 3.8 3.8 Total
7.84 1.44 17.64 3.24 23.04 4.84 60.84 0.04 14.44 14.44 496
Perhitungan batas kendali atas dan batas kendali bawah BKA = 34.2 + 3(2.03) = 41.50 BKA = 34.2 + 3(2.03) = 29.30
Grafik BKA dan BKB unsur kerja ke-2
30
Lanjutan Lampiran 1 Menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%.
Pengukuran waktu siklus :
31
Lampiran 2 Pengukuran waktu baku unsur kerja -3 Pengukuran unsur kerja ke-3, yaitu proses penerimaan atau penolakan, mulai dari selesai memeriksa berkas, pemberi berkas akan diberitahu untuk menunggu sampai dipanggil untuk foto jika berkas sudah lengkap, sedangkan akan disuruh melengkapi berkas dan kembali lagi nanti jika berkas tidak lengkap. Pengukuran pendahuluan gerakan ke-3
Waktu Penyelesaian (s)
Waktu Rataan (s)
Hari ke1 9 10 11 9 11 10
Subgrup Hari ke- Hari ke2 3 8 11 11 10 9 10 11 12 9 11 10 11
Hari ke4 10 12 12 9 13 11
Waktu Rataan
Perhitungan Simpangan Baku Perhitungan simpangan baku penyelesaian unsur kerja 3 Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
t 9 10 11 9 11 8 11 9 11 9 11 10 10 12 11
x" 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4
t-x" -1.4 -0.4 0.6 -1.4 0.6 -2.4 0.6 -1.4 0.6 -1.4 0.6 -0.4 -0.4 1.6 0.6
(t-x")2 1.96 0.16 0.36 1.96 0.36 5.76 0.36 1.96 0.36 1.96 0.36 0.16 0.16 2.56 0.36
Hari ke5 12 9 10 11 9 10
Jumlah 52
32
Lanjutan Lampiran 2 Contoh 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
t 10 12 12 9 13 12 9 10 11 9
x" 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4
t-x" -0.4 1.6 1.6 -1.4 2.6 1.6 -1.4 -0.4 0.6 -1.4 Total
(t-x")2 0.16 2.56 2.56 1.96 6.76 2.56 1.96 0.16 0.36 1.96 39.8
Perhitungan batas kendali atas dan batas kendali bawah BKA = 10.4 + 3(0.58) = 12.13 BKA = 10.4 + 3(0.58) = 8.67
Grafik BKA dan BKB unsur kerja ke-3
33
Lanjutan Lampiran 2 Lanjutan Lampiran 1 Menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%.
Pengukuran waktu siklus :
34
RIWAYAT HIDUP I Putu Angga Kusumaharta dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1991 dari pasangan Bapak I Ketut Ardana dan Ibu Ni Made Suardani, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Menempuh pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negeri Polisi 4, Kota Bogor tahun 1997 dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Kota Bogor, lulus pada tahun 2007 dan menamatkan pendidikan menengah atas pada SMAN 1 Kota Bogor pada tahun 2010. Pada tahun 2010, diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB), diterima di Departemen Manajemen, FEM (Fakultas Ekonomi dan Manajemen). Pada masa perkuliahan, aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi mahasiswa. Penulis mengabdi kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM periode 2011/2012 sebagai staff Budaya dan Seni. Aktif di berbagai kegiatan mahasiswa di BEM maupun Centre of Management, salah satunya sebagai Ketua Bogor Art Festival 2011/2012. Di luar kegiatan kampus penulis juga aktif di berbagai kegiatan IT, menjadi salah satu founder dan admin Google Nexus Community Indonesia dan aktif sebagai panitia di berbagai acara yang di sponsori Google Indonesia langsung ataupun Google Nexus Community Indonesia itu sendiri. Penulis juga aktif sosialisasi perkembangan tehnologi informasi (TI) dan bisnis dan merangkumnya semua di website penulis sendiri yaitu www.ardnesia.com.