EVALUASI KETAHANAN GALUR HARAPAN KEDELAI TROPIS TERHADAP PENYAKIT KARAT Alfi Inayati, Eriyanto Yusnawan, dan Hariatim Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66, Malang, 65101; email:
[email protected]
ABSTRAK Penyakit karat merupakan salah satu pembatas hasil kedelai. Uji ketahanan galur harapan kedelai perlu dilaksanakan sebagai data dukung rekomendasi budidaya varietas baru yang akan dilepas. Empat puluh enam galur harapan kedelai tropis dan dua varietas pembanding (Ringgit dan Wilis) dievaluasi ketahanannya terhadap peyakit karat. Evaluasi dilaksanakan pada MH hingga MK I 2013 di rumah kasa Balitkabi menggunakan rancangan acak kelompok, diulang tiga kali. Hasil evaluasi menunjukkan gejala penyakit karat muncul 21 hst dan menurut kriteria ketahanan dari IWGSR pada 8 minggu setelah tanam adalah 10 galur (22%) termasuk agak tahan, 36 galur (78%) agak rentan, dan hanya satu galur termasuk rentan. Perkembangan penyakit karat juga dapat dilihat dari nilai AUDPC yang mencerminkan luas daerah perkembangan penyakit pada galur-galur yang agak tahan paling rendah dibanding galur agak rentan dan rentan. Keparahan penyakit karat pada 8 minggu setelah tanam menunjukkan daun yang terinfeksi P.pachyrhizi berkisar antara 7,5–37,3%. Insiden penyakit karat pada 8 minggu setelah tanam berkisar antara 76,7–93,3%. Insiden penyakit karat pada galur agak tahan berkisar antara 80–90% sedangkan pada galur agak rentan dan rentan 73,3–93,3%. Komponen hasil dan hasil kedelai yang terinfeksi karat umumnya rendah. Jumlah polong isi tertinggi terdapat pada galur GH-G-1(37,3) dan terendah pada GH31 (13,4) sedangkan jumlah polong hampa tertinggi pada varietas Ringgit (4,6) dan terendah pada GH30 (1,5). Hasil biji hanya berkisar antara 2,7–10 gram. Kata kunci: kedelai tropis, ketahanan, penyakit karat
ABSTRACT Evaluation of tropical soybean promising lines to rust. Soybean rust is one of the constrain of soybean yield. Evaluation of soybean promising lines to soybean rust should be carried out as a supporting data for recommendation of a new variety. Forty- six tropical soybean promising lines and two check varieties ( Ringgit and Willis) have been evaluated to soybean rust in ILETRI screen house at the rainy to dry season 2013 using a randomized block design, three replications. The result shows rust symptoms appeared since 21 days after planting. According to the IWGSR criteria, 10 lines (22%) are moderately resistant, 36 lines (78%) are moderately susceptible and only one is susceptible. Disease progress that illustrated by AUDPC values shows that AUDPC value on moderately resistant lines are lower than it on moderately susceptible and susceptible lines. Disease severity at 8 weeks after planting showed the percentage of leaves affected by P.pachyrhizi diverse between 7.5 to 37.3%. Disease incidence at 8 weeks after planting was varied between 76.7 to 93.3%. The incidence of rust disease in moderately resistant lines ranged from 80–90% while it on moderately susceptible and susceptible lines varies between 73.3 to 93.3%. Yield and yield components on infected soybean are generally low. The highest intact pods number was on GH - G–1 line (37.3) and the lowest was on GH31 line (13.4) moreover Ringgit has the highest number of empty pods while the lowest is on GH30 line. Yield per plant also low ranged from 2.7 to 10 grams. Keywords: tropical soybean, resistance, soybean rust.
408
Inayati, Yusnawan, dan Hariatim: Ketahanan Galur Harapan Kedelai Tropis terhadap Penyakit Karat
PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama untuk industri pangan. Kedelai berasal dari daerah subtropis, namun telah diadopsi di Indonesia sejak tahun 1750 dan hingga saat ini terdapat di hampir seluruh Indonesia. Perakitan varietas kedelai tropis telah dilakukan para pemulia dengan tujuan mendapatkan varietas yang dapat berproduksi optimal sesuai dengan kondisi di daerah tropis. Hingga saat ini, penyakit karat merupakan salah satu pembatas produksi kedelai dan dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 80% (Tweizeimana et al. 2008). Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phakopsora pachyrhizi yang merusak tanaman sejak masa vegetatif hingga generatif. Jamur patogen ini menyebabkan kerusakan pada tanaman sehingga daun lebih cepat menguning dan gugur sebelum pengisian polong (Kumudin et al. 2008, Ribeiro et al. 2009). Selain itu penyakit karat juga berpengaruh terhadap penurunan jumlah polong, jumlah dan ukuran biji (Diaz et al. 2007). Mengingat pentingnya penyakit karat maka evaluasi ketahanan menjadi salah satu syarat pelepasan galur harapan yang akan dilepas (BBN 2013). Uji ketahanan terhadap penyakit bertujuan untuk mengetahui respons tanaman terhadap cekaman terhadap penyakit sebagai informasi pendukung tindakan pengendalian dan membuat rekomendasi yang akan diambil oleh fitopatologis dan agronomis bagi pengguna varietas yang akan dilepas (Vanderplank 1984). Pengendalian penyakit karat yang umum dilakukan adalah menggunakan fungisida berbahan aktif triazoles dan strobalurin (Miles 2013), namun penggunaan secara terusmenerus akan menimbulkan resistensi jamur patogen. Varietas tahan dan toleran merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit karat secara terpadu (Twizeyimana et al. 2008, Hartman et al. 2011). Penggunaan varietas tahan dan toleran merupakan cara yang efektif sekaligus ramah lingkungan dalam mengendalikan penyakit karena ketahanan terhadap penyakit secara genetik telah dimiliki oleh tanaman sehingga dapat mengurangi penggunaan fungisida. Evaluasi ketahanan terhadap penyakit karat dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode dari Internationan Working Group of Soybean Rust (IWGSR) banyak digunakan untuk menguji ketahanan kedelai terhadap penyakit karat (Shanmugasundaram 1977, Kawuki et al. 2003, dan Wang et al. 2005). Metode IWGSR menilai ketahanan berdasarkan tingkat penularan karat pada tanaman, keparahan penyakit yang dapat dinilai dari jumlah pustul pada tanaman dan sporulasi jamur patogennya. Peneliti lain menggunakan warna pustul sebagai penanda ketahanan yaitu redish brown (RB) untuk tanaman tahan dan tembaga (Tan) sebagai penanda rentan (Bromfield 1984, Hartman et al. 2005, Bonde et al. 2006, Koga et al. 2008, Yamanaka et al. 2010). Penilaian ketahanan ditentukan menggunakan hasil pengamatan sebelum 56 hst atau sebelum 28 hari setelah inokulasi (Koga et al. 2008) karena setelah itu semua daun terinfeksi karat sehingga masuk kriteria retan dan sangat rentan. Tulisan ini merupakan hasil evaluasi ketahanan galur kedelai tropis terhadap penyakit karat yang digunakan sebagai salah satu penunjang pelepasan varietas kedelai tropis.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
409
BAHAN DAN METODE Bahan Tanaman sumber inokulum yang digunakan adalah kedelai varietas Ringgit yang ditanam empat minggu sebelum pengujian. Untuk tanaman uji digunakan 46 galur harapan kedelai tropis dan dua varietas pembanding: Ringgit dan Wilis.
Metode Penyiapan tanaman sumber inokulum. Varietas Ringgit yang rentan terhadap peyakit karat ditanaman sebagai sumber inokulum 4 minggu sebelum pengujian. Sumber inokulum tersebut ditanam di rumah kasa dalam 50 polybag, 2 tanaman/pot, dan selanjutnya diinokulasi jamur karat pada umur 3 dan 4 minggu setelah tanam (MST). Urediospora sebagai inokulum berasal dari daun bergejala karat yang diambil dari KP Kendal Payak. Penyiapan tanaman uji. Empat puluh enam galur harapan kedelai untuk uji adaptasi dan dua varietas pembanding dievaluasi ketahanannya terhadap peyakit karat. Setiap genotipe ditanam pada dua pot (8 kg tanah/pot) dengan 3–4 biji/pot, kemudian dijarangkan menjadi 2 tanaman/polibag. Pengujian dilaksanakan pada MH hingga MKI tahun 2013 di rumah kasa, Balitkabi. Perlakuan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok diulang tiga kali. Penyiraman, pemupukan, dan penyiangan sesuai rekomendasi. Pengairan disesuaikan dengan kebutuhan dan diusahakan mencapai kelembaban tinggi, sehingga mendukung perkembangan penyakit karat. Pemupukan dilakukan pada saat tanam dengan dosis setara dengan 75 kg Urea, 125 kg SP36 dan 75 kg KCl per ha. Pengendalian terhadap penyakit lain dan hama dilakukan sesuai kondisi lapang. Prosedur inokulasi. Inokulasi dilakukan pada 3 dan 4 mst. Urediospora untuk inokulum diperoleh dengan mengumpulkan daun-daun bergejala penyakit karat dan diinkubasikan 1–2 hari pada suhu ruang. Selanjutnya spora diluruhkan dari daun menggunakan kuas lalu ditambah air sehingga mencapai kerapatan spora 104/ml. Suspensi spora lalu ditambahkan 20 µl Tween 80, selanjutnya disemprotkan di permukaan bawah daun pada sore hari. Penilaian ketahanan terhadap penyakit karat. Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman uji sejak 4 mst sampai menjelang panen, meliputi jumlah pustul per cm2 sebagai dasar penentuan ketahanan terhadap penyakit karat. Keparahan penyakit (disease severity) dinilai menggunakan skala diagram yang disusun oleh Godoy et al. (2006) dengan modifikasi skala diagram Fanaro dan Villavicencio (2011). Keparahan dan kemunculan penyakit (disease incidence) diamati sejak 14 hari setelah inokulasi dari persentase daun yang tertular karat (Diaz et al. 2011). Untuk mengetahui perkembangan penyakit karat dihitung nilai Area Under the Disease Progress Curve (AUDPC) pada pengujian ini dihitung dari perkembangan penyakit (jumlah pustul) per minggu dan keparahan penyakit (Santos et al. 2007). Kriteria ketahanan ditentukan menggunakan metode yang dikembangkan oleh International Working Group of Soybean Rust (IWGSR) dengan lima kriteria ketahanan, yaitu imun, tahan, agak tahan, agak rentan, dan rentan. Hasil dan komponen hasil dari tiap genotipe diukur sebagai tambahan informasi untuk mengetahui kehilangan hasil akibat penyakit karat. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program SAS 9.0 untuk menganalisis sidik ragam dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil pada taraf 5%. 410
Inayati, Yusnawan, dan Hariatim: Ketahanan Galur Harapan Kedelai Tropis terhadap Penyakit Karat
HASIL DAN PEMBAHASAN Galur-galur harapan kedelai tropis yang dievaluasi mempunyai respon yang bervariasi terhadap cekaman penyakit karat, tampak dari perkembangan jumlah pustul dari minggu ke minggu, keparahan penyakit dan bagian tanaman yang terinfeksi. Pustul karat mulai muncul pada beberapa galur 21 hst dan semua galur terinfeksi setelah 35 hst. Gejala penyakit karat mulai muncul dari daun bagian bawah selanjutnya pada 8 mst infeksi P. pachyrhizi telah mencapai sepertiga daun bagian atas tanaman. Jumlah pustul pada daun galur-galur uji bervariasi antara 2–15 per cm2 pada 5 msi dan pada minggu berikutnya jumlah pustul relatif sama, namun jumlah daun yang tertular semakin banyak (Tabel 1). Empat minggu setelah inokulasi, penularan karat pada delapan galur uji sudah mencapai 2/3 bagian tanaman dengan jumlah pustul bervariasi antara 4–10 pustul/cm2 namun semua galur masih termasuk dalam kriteria tahan. Perkembangan yang cepat terjadi mulai 56 hst, di mana penularan karat telah mencapai 1/3 bagian atas tanaman sehingga menurut IWGSR menunjukkan skala 3. Jumlah pustul tertinggi terdapat pada galur GH64, yaitu 21 pustul/cm2, dan terendah 4 pustul/cm2 pada GH10 dan GH 60. Menurut kriteria IWGSR, 10 galur (22%) termasuk agak tahan, 36 galur (78%) agak rentan, dan hanya satu galur rentan. Perkembangan penyakit karat juga dapat dilihat dari nilai AUDPC yang mencerminkan luas daerah kurva perkembangan penyakit. Nilai AUDPC pada galur-galur yang agak tahan (177,6) lebih rendah dibanding galur-galur agak rentan (181,9), dan rentan (211,2). Keparahan penyakit (disease severity) dan kemunculan penyakit (disease incidence) bervariasi antar galur (Tabel 2). Keparahan penyakit karat dinilai dari persentase luas daun yang terinfeksi P. Pachyrhizi. Pada 4 mst, daun tertutup karat antara 2,1–7,5% dan berkembang menjadi 7,5–37,3% pada 8 mst. Keparahan penyakit pada 11 galur uji lebih tinggi dari varietas Ringgit dan Wilis. Sementara itu keparahan pada 33 galur uji lebih rendah dibanding varietas Ringgit dan Wilis, dan tiga galur menunjukkan tingkat keparahan yang sama dengan Ringgit dan Wilis. Keparahan penyakit pada galur-galur agak tahan, agak rentan dan rentan relatif tidak berbeda. Pada galur-galur agak rentan tingkat keparahan penyakit berkisar antara 15,2–34,4% sedangkan pada galur-galur agak rentan sampai rentan antara 10,7–37,3%. Keadaan ini menunjukkan semua galur uji dapat tertular P. Pachyrhizi sampai tingkat yang hampir sama. Penyakit karat muncul pada semua galur uji. Insiden penyakit karat pada 4 mst berkisar antara 10–30% dan berkembang menjadi 76,7–93,3% pada 8 mst. Persentase tanaman tertular penyakit pada 19 galur setara dengan varietas Ringgit, 17 galur setara Wilis, dan 14 galur lebih tinggi dari Ringgit dan Wilis. Insiden penyakit karat pada galur-galur agak tahan berkisar antara 80–90% sedangkan pada galur-galur agak rentan dan rentan antara 73,3–93,3%. Persentase penyakit karat pada galur-galur agak tahan, agak rentan dan rentan juga tidak berbeda nyata yang menunjukkan bahwa semua galur mudah tertular penyakit karat.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
411
Tabel 1.
Rata-rata jumlah pustul per cm2, skor, nilai AUDPC dan kriteria ketahanan galur harapan kedelai tropis terhadap penyakit karat.
Galur/varietas
5 MST
Rerata jumlah pustul per cm2 6 MST 7 MST 8 MST
Skor pada 8 MST
Nilai AUDPC
Kriteria ketahanan
GH1
3
5
1
10
333
214,7
AR
GH2
5
10
5
4 4
6 5
1 4
322 333 333
211,2
GH4 GH5
5 5 7
AT AR AR
GH6 GH9 GH10
4 4
7 7 6
6 3 4
7 7
322 322
7 5 7 7 4 8 7 6 7 5 8 6 6 6 5 9 6 4 3
2 3 2 6 1 1 3 2 2 3 2 1 2 4 3 4 2 4 2
4 9
333 333
193,7 185,5 165,7
7 5
323 333
5 7 8 8 8 6 5 5 7 5 7 5 6
333 333 333 323 333 322 332 323 322 323 332 322 323
5 7 4
322 333 323
3 9 GH63 4 1 9 21 GH64 5 2 7 7 GH69 5 1 5 7 GH173 6 4 6 6 GH204 4 3 4 5 Argomulyo 6 2 6 6 GH-G 7 1 5 10 GH-G-2 5 15 5 5 GH3 6 11 4 6 GH-G-4 4 6 8 8 GH5 7 5 6 9 GH-G-6 7 4 5 5 GH7 6 1 3 6 GH8 8 4 4 5 GH-G-9 5 2 3 8 GH-G-10 7 1 7 7 GH11 6 1 9 5 GH12 6 4 10 6 GH13 5 2 6 6 GH-G-14 5 1 3 11 GH-G-1 5 4 5 7 Ringgit 7 5 6 6 Wilis 7 7 Keterangan: AT = Agak tahan, AR = Agak rentan, R= Rentan.
332 343 333 333 323 333 323 323 333 323 323 323 323 323 333 323 323 323 323 333 332 323 323
GH12 GH13 GH15 GH20 GH21 GH22 GH23 GH2 GH26 GH27 GH28 GH30 GH31 GH34 GH39 GH41 GH46 GH59 GH60
412
6 3 5 3 2 3 3 6 4 3 7 4 5 5 2 5 8 5 5 6
169,2 178,5
227,5 158,7 200,7 192,5 166,8 233,3 204,2 214,7 178,5 161,0 182,0 180,8 165,7 202,4 131,8 210,0 149,3 157,5 114,3 184,3 211,2 187,8 190,2 148,2 172,7 185,5 201,8 164,5 147,0 194,8 222,8 145,8 197,2 161,0 203,0 180,8 159,8 143,5 165,7 215,8 186,7 177,3
AT AT AR AR AT AR AR AR AR AT AR AT AR AT AT AR AR AT AR AT AR AR AR R AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR AR
Inayati, Yusnawan, dan Hariatim: Ketahanan Galur Harapan Kedelai Tropis terhadap Penyakit Karat
Penyakit karat mempengaruhi produktivitas tanaman kedelai. Tanaman yang terinfeksi karat umumnya mengalami penurunan hasil, tergantung pada toleransi galur terhadap penyakit karat. Komponen hasil dan hasil kedelai yang terinfeksi penyakit karat umumnya rendah (Tabel 3). Jumlah polong isi tertinggi terdapat pada galur GH-G-1 (37,3) dan terendah pada GH31 (13,4), sedangkan jumlah polong hampa tertinggi terdapat pada varietas Ringgit (4,6) dan terendah pada GH30 (1,5). Penyakit karat juga menyebabkan turunnya bobot brangkasan karena memicu terjadinya defoliasi sebelum waktunya. Bobot brangkasan basah pertanaman berkisar antara 8,1–35,4 g sedangkan bobot brangkasan kering pertanaman 2,7–10 g. Hasil biji kering pertanaman juga rendah, hanya berkisar antara 2,7 g pada GH204 sampai 10 g pada GH46. Tabel 2. Keparahan dan insiden penyakit karat (%) galur harapan kedelai tropis. Galur/varietas GH1 GH2 GH4 GH5 GH6 GH9 GH10 GH12 GH13 GH15 GH20 GH21 GH22 GH23 GH2 GH26 GH27 GH28 GH30 GH31 GH34 GH39 GH41 GH46 GH59 GH60 GH63 GH64 GH69 GH173 GH204 Argomulyo GH-G GH-G-2 GH3 GH-G-4 GH5 GH-G-6 GH7 GH8 GH-G-9 GH-G-10 GH11 GH12 GH13 GH-G-14 GH-G-1 Ringgit Wilis
Keparahan penyakit karat (%) 4 MST 6 MST 8 MST 4,5 18,0 31,9 4,5 7,0 15,2 4,5 7,0 15,2 3,3 15,0 16,6 2,1 7,0 23,5 3,3 2,0 15,2 3,9 5,0 23,5 3,3 18,0 23,5 2,7 7,0 15,2 2,7 14,0 15,2 2,7 5,0 23,5 3,3 3,0 25,9 3,3 17,0 25,9 3,9 18,0 23,5 5,7 22,0 34,4 4,5 25,0 34,4 5,1 18,0 23,5 30,0 23,5 5,7 2,9 18,0 34,4 3,6 30,0 34,4 4,5 18,0 34,4 5,1 20,0 34,4 6,3 26,0 24,1 5,1 15,0 24,1 3,3 10,0 15,2 3,9 7,0 15,2 5,7 25,0 34,4 5,1 30,0 37,3 4,5 20,0 34,4 4,5 18,0 25,9 5,1 15,0 34,4 5,1 7,0 23,5 4,5 3,0 23,5 5,1 2,0 23,5 5,7 20,0 15,2 6,3 5,0 10,7 5,1 10,0 23,5 3,9 5,0 11,7 3,9 15,0 21,7 5,1 2,0 10,7 5,7 15,0 23,5 5,7 7,6 7,0 5,1 7,0 15,2 6,3 5,0 15,2 7,5 2,0 15,3 4,5 5,0 15,2 2,1 3,0 10,7 2,7 10,0 25,9 3,9 8,0 25,9
4 MST 16,7 20,0 16,7 20,0 10,0 13,3 16,7 16,7 13,3 13,3 13,3 13,3 16,7 13,3 20,0 23,3 13,3 26,7 16,7 10,0 20,0 16,7 23,3 23,3 16,7 13,3 16,7 23,3 16,7 20,0 16,7 23,3 16,7 20,0 20,0 23,3 23,3 16,7 16,7 16,7 23,3 20,0 23,3 16,7 30,0 23,3 13,3 10,0 16,7
Insiden penyakit karat (%) 6 MST 73,3 66,7 70,0 56,7 70,0 63,3 50,0 50,0 60,0 66,7 56,7 70,0 46,7 63,3 63,3 66,7 70,0 56,7 66,7 60,0 66,7 60,0 66,7 56,7 50,0 70,0 50,0 56,7 63,3 53,3 60,0 46,7 50,0 50,0 43,3 63,3 53,3 46,7 60,0 63,3 63,3 56,7 50,0 60,0 50,0 60,0 50,0 53,3 63,3
8 MST 76,7 83,3 90,0 86,7 83,3 86,7 83,3 83,3 83,3 80,0 86,7 83,3 83,3 80,0 80,0 86,7 80,0 86,7 90,0 83,3 80,0 83,3 86,7 80,0 80,0 80,0 80,0 83,3 83,3 83,3 83,3 86,7 86,7 80,0 83,3 76,7 86,7 73,3 80,0 76,7 90,0 80,0 80,0 83,3 83,3 90,0 93,3 83,3 80,0
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
413
Tabel 3. Komponen hasil dan hasil galur harapan kedelai tropis yang tetular karat. Galur/varietas GH1 GH2 GH4 GH5 GH6 GH9 GH10 GH12 GH13 GH15 GH20 GH21 GH22 GH23 GH2 GH26 GH27 GH28 GH30 GH31 GH34 GH39 GH41 GH46 GH59 GH60 GH63 GH64 GH69 GH173 GH204 Argomulyo GH-G GH-G-2 GH3 GH-G-4 GH5 GH-G-6 GH7 GH8 GH-G-9 GH-G-10 GH11 GH12 GH13 GH-G-14 GH-G-1 Ringgit Wilis
414
Jumlah polong isi hampa 19,5 3,3 22,1 2,4 18,0 1,8 21,9 2,8 15,7 3,4 27,9 3,1 18,9 2,7 19,7 3,1 16,5 2,9 18,9 3,4 17,2 2,8 23,6 3,9 29,1 3,9 32,3 3,6 23,6 2,3 23,2 2,6 19,9 3,0 28,5 2,2 24,6 1,5 13,4 1,9 26,3 3,9 22,1 3,9 17,3 1,8 27,1 2,6 19,8 4,0 20,8 3,5 21,3 3,3 25,8 2,8 18,8 3,7 18,3 2,5 23,0 3,1 28,0 3,5 26,8 3,1 31,2 2,8 24,8 1,8 25,7 1,8 28,6 3,3 26,6 2,5 32,0 2,1 26,6 3,5 25,9 2,5 27,5 3,3 23,2 3,9 27,5 2,4 25,3 2,3 16,0 4,3 37,2 4,1 25,4 4,6 19,5 3,3
Bobot brangkasan (g) basah kering 15,8 3,9 16,8 4,7 14,5 4,0 20,6 4,4 13,1 2,9 24,4 5,7 18,7 4,0 17,9 3,8 17,1 4,0 26,4 10,0 23,1 4,1 23,1 4,9 24,9 5,3 20,1 4,1 22,1 4,2 19,4 4,0 18,2 4,0 20,9 5,0 19,5 5,0 8,1 2,7 28,0 3,5 17,7 4,0 13,9 3,3 35,4 5,9 24,7 3,8 19,1 4,6 22,7 4,1 21,1 5,8 21,6 4,9 18,1 4,5 22,8 4,6 28,0 6,4 31,7 4,8 27,3 5,9 24,2 4,6 21,8 4,1 26,6 5,0 26,4 4,6 27,0 5,6 27,2 4,1 30,2 5,9 32,6 5,1 27,6 4,6 24,0 4,5 22,0 4,2 19,2 3,4 28,9 4,0 24,7 2,9 15,8 3,9
Biji kering per tanaman (g) 3,9 4,7 4,0 4,4 2,9 5,7 4,0 3,8 4,0 10,0 4,1 4,9 5,3 4,1 4,2 4,0 4,0 5,0 5,0 2,7 3,5 4,0 3,3 5,9 3,8 4,6 4,1 5,8 4,9 4,5 4,6 6,4 4,8 5,9 4,6 4,1 5,0 4,6 5,6 4,1 5,9 5,1 4,6 4,5 4,2 3,4 4,0 2,9 3,9
Inayati, Yusnawan, dan Hariatim: Ketahanan Galur Harapan Kedelai Tropis terhadap Penyakit Karat
Jika dilihat hubungan antara perkembangan penyakit karat dan nilai AUDPC dengan komponen hasil dan hasil biji kedelai, tidak diperoleh informasi yang jelas. Nilai AUDPC yang lebih rendah yang menunjukkan perkembangan penyakit yang lebih lambat tidak secara linier menyebabkan hasil yang rendah seperti terlihat pada Gambar 1. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Junior et al. (2003) dan Kumudini et al. (2008) yang menyebutkan hubungan antara AUDPC dengan hasil seringkali sulit disimpulkan karena hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti penyerapan sinar matahari selama pertumbuhan tanaman di mana AUDPC tidak langsung berhubungan dengan parameter ini. Untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang pengurangan hasil akibat penyakit karat sebaiknya dilakukan pengujian dengan tanaman yang benar-benar bebas dari penyakit karat. Namun hal ini sulit dilakukan karena seringkali tanaman terinfeksi secara alami oleh jamur P. pachyrhizi dan apabila dikendalikan dengan fungisida maka pertumbuhan tanaman juga terpengaruh oleh zat pengatur tumbuh dan lain-lain yang merupakan bahan tambahan pada fungisida.
Gambar 1. Perbandingan nilai AUDPC dengan komponen hasil dan hasil galur harapan kedelai tropis yang tertular karat.
Evaluasi ketahanan galur-galur harapan kedelai merupakan kegiatan yang penting untuk memberikan data dukung bagi rekomendasi budidaya varietas baru yang akan dilepas. Karena itu penggunaan metode dan cara pengujian yang benar diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang calon varietas yang tepat.
KESIMPULAN Ketahanan galur-galur harapan kedelai tropis yang diuji bervariasi agak tahan, agak rentan, dan rentan. Sepuluh galur (22%) termasuk agak tahan, 36 galur (78%) agak rentan, dan hanya satu galur termasuk rentan.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Novita Nugrahaeni yang telah memberikan materi genetik yang digunakan dalam penelitian ini.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
415
DAFTAR PUSTAKA Badan Benih Nasional (BBN) Kementerian Pertanian. 2013. Prosedur Pelepasan Varietas Tanaman Pangan. Badan Benih Nasional (BBN) Kementerian Pertanian. Cetakan Tahun 2013. 111 hlm. Bonde, M.R., S.E. Nester, C.N.S. Austin, R.D. Frederick, M.R. Miles. 2006. Evaluation of virulence of Phakopsora pachyrhizi and P. meibomiae isolates. Plant Dis. 90:708–716. Bromfield, K. R. 1984. Soybean rust, Monograph No. 11. Am. Phytopathol. Soc. St. Paul, MN. Diaz, A.S., P.F Harmon, C.L Harmob, X.B Yang. 2007. Effects of light intensity and time on the incidence and severity of Asian soybean rust. Phytopatholo. 97: 28p. Diaz, A.S., X. Li, P.F Harmon, C.L Harmob, and X.B Yang. 2011. Effects of shade intensity and duration on Asian Soybean Rust caused by Phakopsora pachyrhizi. Plant Dis. 95(4):485–489. Fanaro, G.B. and Villavicencio, A.L.C.H. 2011. The Asian soybean rust in South America. www.intechopen.com/download/pdf22783. Godoy, C.V., L. J. Koga, M. G. Canteri. 2006. Diagrammatic scale for assessment of Soybean rust severity. Fitopatol. bras. 3(1). http://dx.doi.org/10.1590/S0100-41582006000100011 Hartman, G. L., M.R. Miles, and R.D. Frederick. 2005. Breeding for resistance to soybean rust. Plant Dis. 89:664–666. Hartman, G.L., C.B. Hill, M. Twizeyimana, M.R. Miles and R. Bandyopadhyay. 2011. Interaction of soybean and Phakopsora pachyrhizi, the cause of soybean rust. CAB Reviews: Perspectives in Agriculture, Veterinary Science, Nutrition and Natural Resources. http://www.cabi.org/cabreviews. Junior, J. W.C., F.X.R. Vale, R.R. Coelho, P.A. Paul, B. Hau, A. Bergamin Filho, L. Zambolim and R.D. Berger. 2003. Relationships between angular leaf spot, healthy leaf area, effective leaf area and yield of Phaseolus vulgaris. Eur. J. Plant Pathol. 109:625–632. Koga L. J., M.G. Canteri, E. C Sanches, J.R Unfried, A. Garcia, A. Harada, R. A. de Souza. 2008. Multivariate analysis components of resistance to Asian rust in soybean genotypes. Pesq. Agropec. Bras. Brasilia 10(43). http://dx/doi/org/10,1590/S0100-204X2008001000004. Kumudini S., C. V. Godoy, J. E. Board, J. Omielan and M. Tollenaar. 2008. Mechanisms Involved in Soybean Rust-Induced Yield Reduction. Crop Sci. 6 (48): 2334–2342. Kawuki, R.S., P. Tukamuhabwa, E. Adipala. 2003. Soybean rust severity, rate of rust development, and tolerance as influenced by maturity period and season. Crop Protec. 23:447–455. Miles. 2013. Management Options for Soybean Rust; Resistance and Fungicides. www.ncipmc.org/alerts/soybeanrust. Ribeiro, A. S., J. F. Ferraz de Toledo, M.A P. Ramalho. 2009. Selection strategies of segregant soybean populations for resistance to Asian rust. http://www.scielo.br/scielo.php?pid =S0100-204X2009001100012&script=sci_arttext [ 16 Agustus 2012]. Shanmugasundaram, S. 1977. The International Working Group on Soybean Rust and its Proposed Soybean Rust Rating System. Workshop on Rust of Soybean–The Problem and Research Needs. Manila, Philippines, 28 February–4 March 1977. Twizeyimana, M., P.S. Ojiambo, T. Ikotun, J.L. Ladipo, G.L. Hartman, R. Bandyopahyay. 2008. Evaluation of Soybean Germplasm for Resistance to Soybean Rust (Phakopsora pachyrhizi) in Nigeria. Plant Disease 92:947–952. Vanderplank, J.E. 1984. Disease Resistance in Plants. http://b books.google.co.id/books?hl= en&lr=&id=5th1gim72gkC&oi=fnd&pg=PP1&dq=breeding+for+plant+resistance+to +disease+aim&ots=Cixsp. Yamanaka, N., Y. Yamaoka, M. Kato, N.G. Lemos, A. L. de L. Passianotto, J.V.M. dos Santos, E.R. Benitez, R. V. Abdelnoor, R.M. Soares, K. Suenaga. 2010. Development of classifi-
416
Inayati, Yusnawan, dan Hariatim: Ketahanan Galur Harapan Kedelai Tropis terhadap Penyakit Karat
cation criteria for resistance to soybean rust and differences in virulence among Japanese and Brazilian rust populations. Trop. plant pathol. 35 (3). http://dx.doi.org/10.1590/ S1982-56762010000300003. Wang, D., H. Chen, R. Hammerschmidt, Y. Luo, and S. Wang. 2005. Field evaluation of early maturing Chinese soybean germplasm for rust resistance. Santos, J. A., F.C. Juliatti, V.A. Santos, A.C. Polizel, F.C. Julliati, O.T. Hamawaki. 2007. Epidemiological characteristics and use of cluster analysis for partial resistance to soybean rust. Pesq.agropec.bras. 42(3). http://dx.doi.org/10.1590/S0100-204X2007000300019.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
417