Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi dan Jagung terhadap Penyakit Sri A . R a i s , Tiur S. Silitonga, Sri G. Budiarti, dan Anggiani Nasution Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk memperoleh plasma nutfah tanaman padi yang tolerantahan terhadap penyakit blas dan hawar daun bakteri dan plasma nutfah jagung yang tahan-toleran terhadap penyakit bulai. Sebanyak 250 aksesi plas-ma nutfah padi dan 200 aksesi plasma nutfah jagung, telah dievaluasi di rumah kaca, Inlitbio Cikeumeuh, dan di Sukabumi pada MH 2001, menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan 2-3 kali. Jarak tanam padi 25 cm x 25 cm, 5 biji/lubang dan jagung 50 cm x 20 cm, 2 tanaman/lubang. Pemupukan 200 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCl untuk padi di lapang. Sepertiga dosis Urea, TSP, dan KCl diberikan pada waktu tanam dan 2/3 dosis urea pada umur 4 dan 7 minggu. Pemupukan di rumah kaca adalah 2 g urea; 0,6 g TSP; dan 0,6 g KCl diberikan pada waktu tanam dan 2/3 dosis urea pada umur 28 HST. Inokulasi penyakit HDB dilakukan pada umur 60 hari dengan metode penggun-tingan daun, 5 cm dari ujung daun. Skoring penyakit HDB dengan skala 1-9, di-amati pada umur 21 hari setelah inokulasi. Skoring penyakit blas dengan skala 1-9, diamati pada umur 40 dan 60 hari, untuk blas leher 20-25 hari setelah pem-bungaan. Inokulasi penyakit bulai dengan cara menyemprotkan suspensi spora, 4 hari setelah tanaman tumbuh. Skoring penyakit bulai dengan skala 1-5, di-amati pada umur 21, 28, dan 35 hari setelah tanam. Hasil penelitian diketahui bahwa 14 aksesi padi tahan terhadap HDB group IV dan VIII, 46 aksesi padi ta-han terhadap penyakit blas, dan 4 aksesi jagung tahan terhadap penyakit bulai. Kata kunci: Plasma nutfah, blas, hawar daun bakteri
ABSTRACT The experiments were aimed to find out some germplasm of rice resistant/ tolerant to blast and bacterial leaf blight, and some germplasm of corn resistant to downy mildew disease. A number of 250 accession of rice and 200 accessions of corn were evaluated in a green house and research instalation in Cikeumeuh and Sukabumi during rainy season on 2001. The experiment was arranged in randomized block design with 2-3 replications. The accessions were grown at plant spacing of 25 cm x 25 cm for rice and 50 cm x 20 cm for corn. Fertilization for rice in the field 200 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCl, 1/3 dosie of Urea, TSP, and KCl were applied at planting time; 2/3 dosis of urea were applied at 4 and 7 weeks after planting. Fertilizier in green house at the rate 2 g urea, 0.6 g TSP, and 0.6 g KCl per pot, inoculation of diseases at 60 days after planting, by cut 5 cm from the top of rice leaf. Skoring 1-9 for BLB observe in 21 days after inoculation. Skoring 1-9 for blast observed in 40 and 60 days, and neck blast in. Inoculation of spora downy mildew suspention 4 days after planting of corn and skoring 1-5 w hile observed at 21, 28, and 35 days after planting. The results showeding 14 accessions of rice germplasm were resistant to BLB group IV and VIII, while 46 accessions were resistant to leaf blast and 4 accessions of corn germplasm were resistant to downy mildew. Key word: Germplasm, blast, bacterial leaf blight
52
Rais et al.: Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi dan Jagung
PENDAHULUAN Di Indonesia, tanaman padi terserang oleh bermacam-macam penyakit. Mukelar (1991) mengelompokkan dalam empat kelompok berdasarkan penyebab-nya, yaitu jamur, bakteri, virus/mikoplasma, dan nematoda. Gejala penyakit oleh jamur atau bakteri biasanya berupa bercak-bercak lokal pada daun, pelepah daun, dan batang. Warna gabah berubah menjadi abu-abu, hitam atau coklat berbercak-bercak lokal atau menyeluruh menutupi permukaan kulit gabah. Penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae Cav. masih merupakan masalah utama pada padi gogo. Kehilangan hasil pada varietas yang peka seperti Bical mencapai 50-90%. Gejala serangan mempunyai bentuk khas, yaitu bercak berbentuk elips dengan kedua ujungnya runcing, dijumpai pada daun, ruas batang, leher, malai, cabang malai dan kulit gabah. Bercak yang berkembang bagian tepi berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih keabu-abuan. Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti titik kecil pada varietas yang tahan dan bercak akan berkembang sampai beberapa milimeter berbentuk bulat atau elips dengan tepi berwarna coklat pada varietas dengan reaksi sedang. Menurut Mahmud (1991), terdapat 10 penyakit padi yang disebabkan oleh bakteri tetapi hanya dua yang dianggap penting, yaitu hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae) dan bakteri daun bergores (X. campestris pv. oryzicola). Penyakit hawar daun bakteri dikenal juga dengan nama omo kresek. Penyakit ini menyerang padi sawah dan bersifat sistemik serta dapat menyerang tanaman pada berbagai tingkat pertumbuhan. Gejala serangan pada tanaman yang peka tampak pada umur 1-2 minggu setelah tanam. Pada tepi daun yang luka tampak garis bercak kebasahan, kemu-dian berkembang meluas, berwarna hijau keabu-abuan, seluruh daun keriput, dan akhirnya layu seperti tersiram air panas, bila daun sampai ke permukaan air irigasi akan menjadi busuk. Pada tanaman dewasa yang tahan, gejala awal bercak kebasahan pada sisi-sisi daun berkembang dan meluas ke arah panjang daun. Bagian daun terserang berwarna abu-abu keputihan. Pada tanaman yang peka, gejala terus berkembang hingga seluruh permuka-an daun sampai pelepahnya menjadi kering, eksudat bakteri sering keluar ke permukaan daun berupa cairan berwarna kuning. Dengan adanya hembusan angin, gesekan daun dan percikan air hujan eksudat ini dapat menjadi sumber penularan yang efektif. Penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis (Rocib) merupakan penyakit utama pada jagung di Indonesia, dan kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 20-100% (Wendel, 1964; Azrai et al., 2000). Beberapa faktor yang mempengaruhi serangan bulai pada tanaman di antaranya waktu tanam yang berbeda, lokasi endemi, kepekaan varietas jagung, serta faktor cuaca terutama suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap infeksi, sporulasi, dan kerapatan populasi spora patogen yang dihasilkan (Sudjadi, 1988). Menurut Mikoshiba (1983), gejala penyakit bulai di Indonesia secara umum mulai tampak pada umur 2-3 minggu setelah tanam. Daun muda yang terserang bergaris kuning terang sampai gelap. Konidiofora dan konidia berwarna putih terbentuk di kedua sisi permukaan daun.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman
53
Tanaman yang terinfeksi menunjukkan gejala sistemik dan akan mati sete-lah umur 3-4 minggu atau tumbuh tidak normal, tidak membentuk malai, apabila terbentuk tongkol tidak beraturan, batang tumbuh memanjang. Apabila tanaman dapat menghasilkan tongkol akan diperoleh biji yang sangat sedikit. Evaluasi plasma nutfah padi dan jagung bertujuan untuk memperoleh aksesi plasma nutfah yang tahan/toleran terhadap penyakit blas dan hawar daun bakteri (HDB) pada padi serta bulai pada jagung. BAHAN DAN METODE Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Grup IV Penelitian dilakukan di rumah kaca menggunakan 250 varietas/galur untuk diuji ketahanannya pada MH 2001. Pertanaman disusun dan ditanam secara pedigree dengan dua ulangan pada ember plastik yang diisi tanah sebanyak 10 kg. Dosis pemupukan 2 g urea + 0,6 g TSP + 0,6 g KCl per pot. Sepertiga dosis Urea, TSP, dan KCl diberikan pada waktu tanam. Dua per tiga dosis pupuk urea diberi-kan kembali pada umur 4 dan 7 minggu. Jarak tanam 25 cm x 25 cm dan ditanam 1 bibit/rumpun. Setelah tanaman berumur 60 hari, diinokulasi dengan inokulum hawar daun bakteri kelompok IV dan kelompok VIII konsentrasi 109 sel/ml dengan metode pengguntingan. Daun digunting kira-kira 5 cm dari ujung. Pengamatan di-lakukan 21 hari setelah inokulasi dengan mengukur panjang daun yang terkena serangan penyakit. Skoring dilakukan berdasarkan SES (IRTP, 1988). Pengamatan tingkat ketahanan plasma nutfah padi terhadap penyakit hawar daun bakteri dilakukan dengan melihat luas daun yang terkena penyakit menggunakan skala serangan sebagai berikut: Reaksi ketahanan Sangat tahan Tahan Sedang Rentan Sangat rentan
Skor Keterangan 1 3 5 7 9
Serangan 1-5% dari luas daun Serangan 6-12% dari luas daun Serangan 13-15% dari luas daun Serangan 26-50% dari luas daun Serangan 51-100% dari luas daun
Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi terhadap Penyakit Blas Dua ratus lima puluh varietas/galur diuji ketahanannya terhadap penyakit blas di Sukabumi pada MH 2001. Pertanaman disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan dalam petakan berukuran 2 m x 0,5 m. Jarak tanam 25 cm x 25 cm dan ditanam 1 bibit/rumpun. Dosis pemupukan 250 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCl/ha, diberikan dalam 3 tahap, 1/3 dosis pupuk Urea, TSP, dan KCl pada waktu tanam, 1/3 dosis pupuk urea diberikan pada umur 4 minggu dan 1/3 sisanya pada umur 7 minggu setelah transplanting. Pengamatan ketahanan terhadap penyakit blas daun dilakukan pada umur 40 dan 60 hari, dan untuk blas leher 20-25 hari setelah tanaman berbunga. Skoring 1-9 dilakukan berdasarkan standar penilaian padi (SES) (IRTP, 1988).
54
Rais et al.: Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi dan Jagung
Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Jagung terhadap Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis) Penelitian dilaksanakan di Inlitbio Cikeumeuh pada MH 2001 menggunakan 200 varietas/nomor plasma nutfah jagung. Sebagai pembanding digunakan varietas tahan Parikesit dan varietas peka, Antasena. Varietas pembanding ditanam setiap 25 varietas yang diuji. Jarak tanam 50 cm x 20 cm. Tiap varietas ditanam sepanjang 5 m (dalam 2 baris) dengan 2 biji/lubang tanam, tanpa penjarangan. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3 ulangan. Pupuk diberikan pada saat tanam dengan dosis 100 kg + 200 kg TSP + 50 kg KCl/ha secara tugal. Pemupukan kedua, sebanyak 200 kg urea diberikan pada umur 28 HST. Untuk memperoleh sumber penular, 3 minggu sebelum pengujian ditanam varietas yang rentan sebanyak 2 baris di sekeliling petak percobaan. Apabila sum-ber telah terserang 70-80%, maka varietas yang diuji ditanam. Empat hari setelah tanaman yang diuji tumbuh, dilakukan inokulasi buatan dengan suspensi spora (Rifin dan Carpena, 1983). Pengamatan pada umur 21, 28, dan 35 hari setelah tanam. Penilaian ketahanan dilakukan terserang penyakit bulai sebagai berikut:
berdasarkan persentase tanaman yang
Intensitas serangan (%) Skor Reaksi ketahanan 0-10 11-20 21-40 41-60 >60
1 2 3 4 5
Sangat tahan Tahan Agak rentan Rentan Sangat rentan
HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Plasma Nutfah Padi terhadap Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas cam pestris pv. oryzae) Evaluasi 250 aksesi plasma nutfah padi terhadap penyakit HDB kelompok IV dan VIII menghasilkan 14 varietas tahan (Tabel 1). Ketahanan varietas berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Sebanyak 14 varietas agak tahan terhadap kelompok IV (skor 2-3), tetapi sangat peka terhadap kelompok VIII, seperti varietas Jinten, Ketan Ampera, Baro, Cempo Bul, Sempor, Atjeh, Koya, Bengkok, Wrijal, Julai, Sihadap, Randah Sice, Torondol, Sitabu, dan Sepandak. Sebaliknya ada yang peka terhadap kelompok IV tetapi agak tahan terhadap kelompok VIII seperti varietas Gapit, Engseng, Pare Jerah, Pohaci, Kurau, Berengut, Kleci, Gropak, Mayang Bawang, dan Banjar Rodok.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman
55
Strain bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae dikelompokkan berdasar-kan hubungan patogen dan inang. Di Indonesia, telah ditemukan 6 kelompok strain (isolat) berdasarkan virulensinya pada varietas padi diferensial, yaitu kelompok III, IV, V, VI, VII, dan VIII (Suparjono et al., 1978). Isolat kelompok III tersebar paling luas, sedangkan kelompok IV mempunyai virulensi tertinggi dan semua varietas padi peka terhadap isolat ini. Kelompok VII dan VIII menyerang hampir semua varietas padi diferensial dan mempunyai virulensi tinggi. Apabila kelompok ini mempunyai daerah sebar yang luas akan membahayakan pertanaman padi di daerah tersebut apabila yang ditanam kelompok peka. Penyebaran kelompok VIII ini baru diperoleh dari Banjar-masin (Kalimantan Selatan) dan Pusakanegara (Jawa Barat), belum diteliti di daerah pertanaman padi lain di Indonesia. Penelitian lebih lanjut mengenai daerah penyebaran kelompok VII dan VIII, akan berguna bagi usaha pengendalian serangan penyakit hawar daun (Hartini, 1986). Pada plasma nutfah padi yang diamati secara keseluruhan dapat diketahui bahwa serangan kelompok VIII lebih berbahaya daripada kelompok IV. Hal ini terbukti dari jumlah varietas tahan terhadap kelompok IV, lebih banyak (29 varietas) dibandingkan dengan kelompok VIII (24 varietas) (Tabel 1 dan 2). Dengan diperoleh beberapa aksesi yang tahan terhadap serangan HDB memberikan harapan yang baik untuk dapat digunakan sebagai tetua dalam persilangan. Evaluasi Plasma Nutfah Padi terhadap Serangan Penyakit Blas (Pyricularia oryzae pv. oryzae) di Kabupaten Sukabumi Sebanyak 250 aksesi padi telah dievaluasi terhadap penyakit blas di Sukabumi pada akhir November 2001. Tiga aksesi tidak tumbuh, yaitu Cere Kupang (Reg. 5403), Segon Apel (Reg. 5572), dan Udad (Reg. 6342). Pengamatan dan data selanjutnya diambil dari 247 aksesi plasma nutfah padi. Tabel 1. Plasma nutfah padi tahan terhadap penyakit HDB Xanthomonas campestris pv. oryzae kelompok IV dan VIII, rumah Kaca RPI, Balitbio, MH 2001 No. reg.
Varietas
5332 5438 5449 5808 5860 6148 6199 6203 6259 6269 6335 7015 -
Sulanjana Galer Majam Gayot Gandring Manis Cere Beton Kaduma Kapal Dayang Paolam Cempo Manggam Seribu Naik Genjah Kendal IRBB7 Maros
Kelompok IV
Kelompok VIII
3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 = sangat tahan, 3 = agak tahan
56
Rais et al.: Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi dan Jagung
Tabel 2. Plasma nutfah padi yang berbeda ketahanannya terhadap penyakit HDB Xanthomonas campestris pv. oryzae kelompok IV dan VIII, rumah kaca RPI, Balitbio, MH 2001 No. reg.
Varietas
5378 5384 5399 5527 5530 5542 5568 5591 5631 5741 5809 6129 6158 6202 6237 6243 6268 6278 6292 6293 6299 6300 6354 6750 6756
Gapit Jinten Engseng Pare Jerah Pohaci Ketan Ampera Kurau Baro Berengut Kleci Gropak Cempo Bul Sempor Atjeh Koya Bengkok Wrijal Mayang Bawang Julai Sihadap Banjar Rodok Randah Sice Torondol Sitabu Sepandak
Kelompok IV
Kelompok VIII
5 3 5 5 5 3 5 2 5 7 5 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5 3 2 3 3
3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3 5 7 5 5 5 5 3 7 7 3 9 9 9 9
1 = sangat tahan, 3 = agak tahan, 5 = sedang, 7 = peka, 9 = sangat peka
Pada waktu dilakukan pengamatan pertama (umur 2 bulan), cuaca kurang menguntungkan karena tiga minggu sebelum pengamatan tidak ada hujan, tanam-an percobaan tampak stres kekeringan dan akibat kekeringan keadaan tanah me-rekah. Vigor tanaman yang diamati adalah bentuk pertumbuhan tanaman dengan kriteria baik, sedang, dan kurang. Pengamatan juga dilakukan pada stres kekering-an dilihat dari keadaan daun yang menggulung dengan kriteria tahan, sedang, dan kurang. Kriteria tahan apabila daun masih kelihatan tetap terbuka dan agak segar, kriteria sedang apabila sebagian daun masih terbuka dan sebagian menggulung, kriteria kurang bila semua daun menggulung dan di bagian bawah mengering. Pengamatan penyakit blas daun terlihat adanya serangan yang sangat beragam. Dari hasil pengamatan 46 aksesi padi yang tahan terhadap penyakit blas (skor 1-3), 39 aksesi mempunyai vigor sedang sampai baik, 37 aksesi mempunyai ketahanan kekeringan sedang sampai baik, dan 4 aksesi mempunyai kriteria tahan terhadap penyakit blas, mempunyai vigor baik dan tahan terhadap kekeringan, yaitu Lokal Jatiluhur (Reg. 20627), Reku (Reg. 20951), Sabai Kuning (Reg. 21079), dan Seni Kuku Balam (Reg. 21102) (Tabel 3).
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman
57
Pengamatan II yang dilakukan pada umur 105 HST, diperoleh 57 aksesi ta-han terhadap penyakit blas, di antaranya 11 aksesi mengalami penyembuhan dari skor 5-7 menjadi skor 3. Tabel 3. Plasma nutfah padi toleran/tahan terhadap penyakit blas Pyricularia oryzae Cav., Kabupaten Sukabumi MH 2001 No. reg. 5519 5536a 5552 5651 5749a 5764 5860 6319 6361 6527 6757a 6759 6790 6893 8555 20627 20628 20919 20951 20963 20968 20969 21059 21061 21062 21065 21068 21069 21071 21072 21075 21079 21081 21083 21084 21085 21086
58
Skor (HST)
Ginofor Omas Malio Belang Untup Koloman Gandring Manis Cere Beton Mangkumang Sawung Galing Pare Pare Sepandak Sijenggot Hitam Palembang Kerming Lagam Manjau Jatiluhur Kalimutu Cirata Reku Cere Marilien Rumbai Rencong Sinukng-1 Sinukng-2 Sinukng-3 Keriting Bokor Sanai Telion Cempaka Pulut Munte Ketan Mayang Sabai Kuning Taring Siam Talam Ratu Jalu Balo Jalu Wani Hitam
60
106
3 1 3 3 1-3 3 1 1 1-3 1 3 3 3 3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 3 3 1 5 1-3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3-5 3 1-3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 1 1-3 1-3
Vigor
Reaksi kekeringan
Sedang Kurang Kurang Sedang Kurang Sedang Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang Sedang Sedang Baik Baik Baik Kurang Sedang Baik Kurang Baik Sedang Sedang Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang Sedang Kurang Sedang Baik Sedang Sedang Kurang Sedang Kurang
Sedang Sedang Kurang Sedang Tahan Tahan Kurang Sedang Kurang Tahan Kurang Sedang Sedang Sedang Kurang Tahan Tahan Sedang Tahan Sedang Sedang Sedang Sedang Kurang Tahan Kurang Sedang Kurang Kurang Kurang Sedang Tahan Kurang Kurang Kurang Sedang Sedang
Rais et al.: Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi dan Jagung
Tabel 3. Lanjutan No. reg. 21087 21088 21089 21090 21091 21092 21093 21094 21095 21096 21098 21099 21100 21102 21105 21113 21116 21117 21119 21120
Ginofor P. Ajat Tokong Busang J. Chuwang Titus Sanong Kalung Dayang P. Seni Bungin Sawah Dukuh Uyun Pulut Lambun Seni Bungin Raja Besar Seni Kuku Balam Seni Perak Kuning Kwatik tinggi Serai Rumbai Ayam Rantou Mudik
Skor (HST) 60
106
5 5 5 5 1 5 1 7 5 5 3 1 1 1 1 1 3 3 5 5
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1-3 1-3 1-3 1 3 3 3 3 3
Vigor
Reaksi kekeringan
Kurang Baik Bai Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Baik Baik Kurang Sedang Baik Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Sedang
Sedang Tahan Sedang Tahan Kurang Sedang Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang Sedang Sedang Tahan Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Sedang
1 = sangat tahan, 3 = agak tahan, 5 = sedang
Evaluasi Plasma Nutfah Jagung terhadap Serangan Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis (Racib) Evaluasi terhadap 200 aksesi plasma nutfah yang diuji, diketahui 21 aksesi tidak tumbuh dan 22 aksesi tumbuh kurang dari 10 tanaman, 157 aksesi tumbuh dengan baik dan digunakan untuk pengamatan penyakit. Tanaman sumber penu-lar (varietas Antasena) yang peka terhadap penyakit bulai, ditanam 3 minggu sebe-lum pengujian. Pada saat tanaman dilakukan evaluasi dan diketahui hampir se-mua tanaman penular terserang penyakit ini. Empat hari setelah tanaman yang di-uji tumbuh dilakukan penyemprotan dengan suspensi spora dari jamur P. maydis (Racib). Hasil pengamatan menunjukkan keragaman tingkat ketahanan yang cukup bervariasi, dari sangat tahan sampai sangat rentan. Tabel 4, menunjukkan 2 aksesi tahan, 2 aksesi sangat tahan, 47 aksesi agak rentan, 65 aksesi dengan kriteria rentan, dan 41 aksesi sangat rentan. Tingkat ketahanan pada penelitian ini didominasi (97,4%) oleh sifat agak rentan sampai sangat rentan, sedangkan 2,6% aksesi tahan hingga sangat tahan. Gejala tanaman yang terinfeksi mulai tampak pada umur 15 hari, yaitu terdapat garis kuning transparan pada pangkal atau seluruh helai daun pada daun muda (daun pertama atau kedua). Selanjutnya tanaman kelihatan terhambat pertumbuhannya, kerdil, batang kecil, seluruh tanaman tampak gejala penyakit, terutama seluruh daun bergaris klorotik kuning kehijauan dan 2-3 minggu kemudian tanaman mati mengering.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman
59
Hasil pengamatan, diperoleh 4 aksesi dengan kriteria tahan sampai sangat tahan dengan intensitas serangan penyakit antara 0-20%. Varietas Kalingga sebagai kontrol tahan mempunyai intensitas serangan 26,4% tingkat ketahanannya agak menurun menjadi agak rentan, sedangkan Antasena sebagai kontrol rentan ter-serang 91,5% (Tabel 5). Varietas unggul yang termasuk tahan bulai, yaitu Arjuna TB, Lagaligo, Bayu dan Parikesit masing-masing terserang 40,7; 35,8; 45,8; dan 27,8% dengan kriteria tingkat ketahanan rentan-agak rentan. Hal tersebut menunjukkan terjadinya tingkat ketahanan terhadap penyakit bulai dari varietas kontrol tahan dan varietas unggul tahan. Dengan demikian, ada indikasi bahwa tingkat ketahanan terhadap penyakit bulai bisa berubah sesuai dengan tingkat serangan dan lingkungan setempat. Tabel 4. Sebaran tingkat ketahanan plasma nutfah jagung terhadap serangan penyakit bulai Peronosclerospora maydis (Racib), Inlitbio Cikeumeuh MH 2001 Tingkat ketahanan Sangat tahan Tahan Agak rentan Rentan Sangat rentan
Intensitas serangan
Banyaknya aksesi Persentase (%)
0-10 11-20 21-40 41-60 > 60
2 2 47 65 41
Jumlah
157
1,3 1,3 29,9 41,4 26,1 100
Tabel 5. Plasma nutfah jagung yang toleran/tahan terhadap serangan penyakit bulai Peronosclerospora maydis (Racib), Inlitbio Cikeumeuh MP 2001
60
No. reg.
Genotipe
Intensitas serangan (%) Tingkat ketahanan
3702 3703 3704 3705 2615 1860 2612 3701 2586 2615
P5/T11/1000/7 P5/T11/1042/7 SgP/K/T1/41/22 P5/T11/762/7 Lagaligo Parikesit Bayu Arjuna TB Kalingga (kontrol tahan) Antasena (kontrol peka)
0 8,6 19,2 20,0 35,8 27,8 45,8 40,7 26,4 91,5
Sangat tahan Sangat tahan Tahan Tahan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Sangat rentan
Rais et al.: Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi dan Jagung
KESIMPULAN Dari hasil evaluasi penyakit pada plasma nutfah padi dan jagung dapat di-tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Evaluasi berjalan baik sesuai dengan musim tanam, pada bulan Desember– Februari. Saat hujan cukup, lingkungan tumbuh seperti kelembaban dan suhu tinggi memenuhi persyaratan, sehingga pertumbuhan penyakit optimal dan data yang diambil akurat. 2. Diperoleh 14 aksesi padi yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri kelompok IV dan kelompok VIII, 15 aksesi hanya tahan terhadap kelompok IV, dan 10 aksesi hanya tahan terhadap kelompok VIII. 3. Diperoleh 46 aksesi padi yang tahan terhadap penyakit blas daun di Sukabumi dengan skor 1-3, di antaranya empat aksesi mempunyai vigor yang baik dan tahan kekeringan 4. Diperoleh empat aksesi jagung tahan terhadap penyakit bulai yaitu P5/T11/1000/7 (Reg. 3702), P5/T11/1042/7 (Reg. 3703), SgP/K/T1/41/22 (Reg. 3704), dan P5/T11/762/7 (Reg. 3705). Sedang tingkat ketahanan dari seluruh plasma nutfah yang diamati diperoleh 1,27% sangat-tahan, 31,22% agak rentan, dan 67,5% rentan-sangat rentan. 5. Untuk menunjang data selanjutnya, plasma nutfah yang telah terseleksi dan mempuyai sifat ketahanan terhadap penyakit yang diuji masih diperlukan pengujian ulangan pada musim yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Azrai, M., Firdaus K. , dan Abd. Jabbar. 2000. Teknik penyaringan galur-galur jagung terhadap penyakit bulai dengan menggunakan tanaman baris penye-bar. Dalam Sri Wahyuni et al. (Ed.). Pemuliaan dan pemanfaatan plasma nutfah menuju ketahanan ekonomi. hlm. 239-245. H a r t i n i , R . H . 1 9 8 6 . Kelompok baru bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae berdasarkan patogenitasnya pada varietas padi. Penelitian Pertanian 6(2):74-76. IRTP. 1988. Standard evaluation system for rice, IRRI, Los Banos, Laguna, Philippines. 44 p. M a h m u d M . 1 9 9 1 . Penyakit bakteri padi dan pengendaliannya. Dalam Edi et al. (Eds.). Padi Buku 3. Balitbang Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 845-853. Mikoshiba, H. 1983. Study on the control downy mildew disease of maize in tropical countries of Asia TARC, Japan. Mukelar dan M.K. Kardin. 1991. Pengendalian penyakit jamur. Dalam Edi et al. (Ed.). Padi Buku 3. Balitbang Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 825-844. Rifin A. and A.L. Carpena. 1983. Diallel analysis of resistance of corn to downy mildew (Peronosclerospora philippinensis). Penelitian Pertanian 3(1):17-20.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman
61
Sudjadi M.S. 1988. Penyakit jagung dan pengendaliaannya. Dalam Subandi et al. (Eds.). Jagung. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian, Bogor. hlm. 205-241. Suparjono, A. Suardi, and T . Tjubarjat. 1978. Rice bacterial leaf blight (Xanthomonas oryzae) in Java. Kongres PFIV, Malang. Wendel, R. 1964. The present stqate of the disease of corn in Indonesia. Proc. Ist, IACP works, Kaset-Sart Univ, Bangkok, Thailand. p. 124-229.
62
Rais et al.: Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi dan Jagung