EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KANAGARIAN PAINAN KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN 1
Veni 1) Jurusan Pendidikan Geografi STKIP Pesisir Selatan
[email protected]
Abstract This research aims to evaluate the characteristics of land for settlements and to evaluate the land suitability classes. This is a descriptive research. The samples take by land units with a sampling technique is stratified random rampling. The methode used in this research were survey, laboratorium test, scoring on each characteristics of land so as to obtain the level of suitability of land for settlements and overlay. The research result showed that in Kanagarian Painan there are three landforms, namely fluvialandform, volcanic landform and marine landform. Based on the result of the analysis of characteristis of the land suitability (drainage, permeability, slope, duration of inudation, soil teksture, distribution fo coarse material, host rock outcrop, depth expanse of rock, depth of groundwater) there are three classes of suitability land for settlements in Kanagarian Painan are land suitable for settlements (11 ha), enoughland suitable for settlement(349 ha) and land less suitable for settlement(8 ha). Keywords : Settlement, Land evaluation, Lan suitability Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik lahan untuk permukiman serta mengevaluasi kelas kesesuaian lahan. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan analisis deskriptif.Sampel diambil berdasarkan satuan lahan, dengan teknik pengambilan sampel yaitu stratified random sampling. Data diolah denganuji laboratorium, pengharkatan/ pembobotan pada setiap karakteristik lahan sehingga menghasilkan tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman dan tumpang susun peta.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kenagarian Painan terdapat tiga bentuklahan yaitu fluvial, vulkanik dan marin. Berdasarkan hasil analisis karakteristik kesesuaian lahan (drainase, permeabilitas, kemiringan lereng, lamanya genangan banjir, tekstur tanah, sebaran bahan kasar, singkapan batuan induk, kedalaman hamparan batuan dan kedalaman air tanah) terdapat tiga kelas kesesuaian lahan di Kanagarian Painan yaitu lahan sesuai untu permukiman (11 ha), lahan cukup sesuai untuk permukiman (349 ha), dan lahan kurang sesuai untuk permukiman(8 h) Kata Kunci : Permukiman, Evaluasi Lahan, Kesesuaian Lahan
PENDAHULUAN Lahan merupakan bagian dari bentangan alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi atau relief, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam Reyes, 2007).Saat ini penggunaan lahan cenderung mengabaikan lingkungan sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang pada akhirnya mengakibatkan menurunya daya dukung lahan, oleh karena itu penggunaan lahan harus
diarahkan fungsinya untuk menghindari dampak negatif dari pembangunan yang terus berjalan. Permukiman menempati suatu lahan, dimana dalam suatu permukiman terdapat manusia sebagai penghuninya. Perencanaan suatu lokasi permukiman harus diperhatikan karakteristik lahan karena antara lingkungan alam dan manusia mempunyai hubungan timbal balik. Pemilihan lokasi yang penting untuk permukiman mempunyai arti yang penting dalam aspek keruangan, karena ini akan menentukan keawetan bangunan, nilai ekonomis dan dampak permukiman
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016
91
terhadap lingkungan sekitar. Perencanaan pembangunan lahan dan tata guna ruang bagi suatu lokasi permukiman perlu didasari dari berbagai bidang dengan berbagai pertimbangan persyaratan dasar fisik seperti topografi, sumber daya alam, lokasi tanah, letak geografis, iklim dan bencana alam. Selain itu dalam penentuan lokasi permukiman harus memperhatikan segi teknis pelaksanaan, tata guna lahan, kesehatan dan kemudahan (Sutikno, 1982 dalam Fajar, 2009) Kondisi permukiman di Kanagarian Painan tergolong padat, karena aktivitas pemerintahan berpusat disini. Kanagarian Painan memiliki dataran rendah yang sempit, daerah ini di dominasi oleh perbukitan dengan kondisi kelerengan lahan yang cukup bervariasi.Sebagian besar daerah ini merupakan daerah Taman Nasional Kerinci Seblat(TNKS). Banyak lahan-lahan yang sudah beralih fungsi misalnya rawa dan sawah dijadikan sebagai permukiman. Selain itu, banyak masyarakat yang mendirikan bangunan di lereng-lereng perbukitan. Dengan kondisi demikian permasalahan yang dihadapi dapat berupa genangan air dan erosi. Perkembangan permukiman yang terjadi di Kanagarian Painan harus memperhatikan kondisi fisik alam lahan. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan permukiman tidak menimbulkan degradasi lingkungan dimasa yang akan datang seiring dengan pertambahan penduduk yang membutuhkan lahan untuk beraktivitas. Permasalahan tersebut akan dapat menimbulkan karugian baik material maupun non-material. Penempatan lokasi permukiman harus diselaraskan dengan kondisi kesesuaian lahan di Kanagarian Painan, dengan demikian keseimbangan lingkungan tetap terjaga dan dampakdampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian dalam jangka panjang dapat dihindarkan. Perencanaan ruang untuk permukiman perlu didasari berbagai pertimbangan agar tepat guna dan berdaya guna. Untuk penentuan lokasi permukiman 92
perlu diperhatikan kondisi dan karakteristik lahan, perlu dilakukan suatu evaluasi kesesuaian lahan yang sesuai untuk permukiman. Untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman terdapat beberapa karaktristik lahan yang merupakan sifat lahan yang dapat diukur dan diduga. Beberapa hal yang berhubungan dengan karakteristik lahan seperti: drainase, permeabilitas, kemiringan lereng, tingkat erosi, lamanya genangan banjir, tekstur tanah, sebaran bahan kasar, singkapan batuan induk, kedalaman hamparan batuan dan kedalaman air tanah bebas. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik lahan yang dapat dijadikan dasar untuk arahan yang sesuai dan tepat untuk dijadikan lokasi permukiman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi yang ada. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survey lapangan (drainase, permeabilitas, kemiringan lereng, lamanya genangan banjir, tekstur tanah, sebaranbahan kasar, singkapan batuan induk, kedalaman hamparan batuan, kedalaman, air tanah bebas). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi tekait (peta topografi, peta geologi, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan) Sampel diambil berdasarkan satuan lahan.Peta satuan lahan diperoleh dari hasil tumpang ngsusun (overlay) beberapa peta dengkemirian menggunakan ArcView 3.2.I yaitu peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan, peta bentuk lahan, peta geologi, dan peta jenis tanah. Sampel dalam penelitian ini ada 9 satuan lahan ditentukaan lerengn secara stratified random sampling dan diambil pada lahan yang belum dimanfaatkan. Sampel
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :
penggunaan lahan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2. Bentuklahan daerah penelitian Gambar 1. Peta sampel daerah penelitian Karakteristik lahan untuk permukiman dilakukan dengan mengamati langsung setiap satuan lahan yang telah dijadikan sampel penelitian dan analisis laboratorium. Untuk menentukan kesesuaian lahan permukiman adalah dengan cara pengharkatan (scoring)pada setiap karakteristik lahan yang telah diamati langsung dilapangan. Cara pengharkatan yaitu cara menilai potensi lahan dengan memberikan nilai pada masing-masing karakteristik lahan, sehingga dapat dihitung dan ditentukan harkatnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Lahan merupakan sumber daya utama yang pengadaannya semakin sangat terbatas, sifatnya juga tidak memungkinkan untuk diperluas. Satusatunya jalan keluar adalah mencari upaya paling sesuai untuk meningkatkan kemampuan daya tampung lahan yang ada agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi. Kenagarian Painan memiliki lahan dengan luas 108.92 km2. Daerah ini dikelilingi oleh perbukitan dan laut. Daerah ini memiliki bentuklahan Penggunaan lahan didominasi oleh hutan fluvial, vulkanik, denudasional dan marin dan penggunaan lahan di dominasi oleh hutan belantara. Bentuklahan dan
Bentuklahan asal proses fluvial berkaitan erat dengan aktivitas sungai dan air permukaan yang berupa pengikisan, pengangkutan. Bentuklahan asal proses vulkanik
gambar 3. Penggunaan lahan daerah penelitian Penggunaan lahan selain didominasi oleh hutan belantara yang merupakan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), juga terdapat semak belukar, sawah dan permukiman. Karakteristik Lahan untuk Permukiman a. Drainase Drainase diamati melalui bercak tanah.
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016
93
Tabel 1. Drainase daerah penelitian Satuan lahan
Drainase
D2.III. Bl.Tomp.Lat D2. III.SwTomp.Lat F4. I. Sw.Tomp.Al F5. I. Bl.Tomp.Al F5. I. Bl.Qal.Al M5. I. Sw.Qal.Lat M5. I.Sw.Tomp.Lat M5. I. Bl.Qal.Lat M5. I. Bl.Tomp.Lat
Agak baik Buruk Sangat buruk Agak baik Agak buruk Agak buruk Buruk Sangat buruk Agak buruk
Har kat 4 2 1 4 3 3 2 1 3
Kategori Baik Buruk Sangat buruk Baik Sedang Sedang Buruk Sangat buruk sedang
abney level dan dengan cara pengamatan dan perhitungan pada peta topografi Kenagarian Painan skala 1 : 50.000. Hasil pengukuran kemiringan lereng satuan lahan daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 3. Kemiringan lereng daerah Penelitian
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2011 Satuan lahan
b. Permeabilitas Penetapan permeabilitas tanah dalam keadaan jenuh dilakukan mengikuti cara yang dikemukakan oleh De Bood (1967) berdasarkan hukum darcy : π πΏ πΏ K= π₯ π₯ π‘ β π΄ K : Permeabilitas Q : banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (m) t : waktu pengukuran (jam) L : tebal contoh tanah h : βwater headβ tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah A : luas permukaan contoh tanah
D2.III. Bl.Tomp.Lat D2. III.Sw.Tomp.Lat F4. I. Sw. Tomp. Al F5. I. Bl. Tomp. Al F5. I. Bl. Qal. Al M5. I. Sw. Qal. Lat M5. I. Sw.Tomp. Lat M5. I. Bl. Qal. Lat M5. I. Bl.Tomp. Lat
Lereng % 8 β 15 8 β 15 0β2 0β2 0β2 0β2 0β2 0β2 0β2
Kl as III III I I I I I I I
Har kat 3 3 5 5 5 5 5 5 5
Kategori Sedang Sedang Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2011 Kemiringan lereng Kanagarian Painan dapat dilihat pada gambar berikut :
Hasil pengukuran permeabilitas didaerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Permeabilitas daerah penelitian Satuan lahan D2.III. Bl. Tomp.Lat D2. III.Sw.Tomp.Lat F4. I. Sw. Tomp.Al F5. I. Bl. Tomp.Al F5. I. Bl. Qal.Al M5. I. Sw. Qal.Lat M5. I. Sw. Tomp.Lat M5. I. Bl. Qal.Lat M5. I. Bl.Tomp.Lat
Permeabilitas (cm3/jam) 2.06 (sedang) 1.13 (agak lambat) 2.47 (sedang) 14.88 (cepat) 2.97 (sedang) 0.41 (lambat) 1.12 (agak lambat) Poros (poros) 0.48 (lambat)
Harkat
Kategori
3 2 3 5 3 1 2 0 1
Sedang Buruk Sedang Sangat baik Sedang Sangat buruk Buruk Poros Sangat buruk
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2011 c. Kemiringanlereng Kemiringan lereng di pertimbangkan dalam pemilihan lokasi permukiman karena pada lahan miring di butuhkan pertambahan penggalian dan penimbunan untuk meratakan lahan permukiman. Pengukuran karakteristik lereng dilakukan pada setiap satuan lahan yang menjadi sampel penelitian dengan menggunakan 94
Gambar 4. Kemiringan lereng Kanagarian Painan d. Lamanya genangan banjir Banjir atau penggenangan dinilai berdasarkan lama penggenangan tiap tahun. Penggenangan atau banjir bukan saja berpengaruh terhadap keawetan konstruksi bangunan tapi juga mengurangi rasa nyaman dan mengganggu terhadap aktivitas penghuninya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan penduduk setempat di peroleh data seperti tabel berikut;
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No.2 Th. 2016
Tabel 4. Lama genangan daerah penelitian Satuan lahan D2.III. Bl.Tomp.Lat D2.III.Sw.Tomp.Lat F4. I. Sw.Tomp. Al F5. I. Bl.Tomp.Al F5. I. Bl.Qal. Al M5. I. Sw.Qal.Lat M5. I.Sw.Tomp.Lat M5. I. Bl. Qal. Lat M5. I.Bl.Tomp. Lat
Lamanya genangan banjir Tidak pernah Sering Sering Kadang Kadang Sering Sering Jarang Kadang
Har kat 5 2 2 4 4 2 2 3 4
Kategori
Tabel 6. Tekstur Tanah Daerah Penelitian Satuan lahan
Sangat baik Buruk Buruk Baik Baik Baik Buruk Sedang Baik
D2.III. Bl.Tomp.Lat D2. III.Sw.Tomp.Lat F4. I. Sw. Tomp. Al F5. I. Bl. Tomp. Al F5. I. Bl. Qal. Al M5. I. Sw. Qal. Lat M5. I.Sw.Tomp.Lat M5. I. Bl. Qal. Lat M5. I. Bl.Tomp. Lat
Tekstur Tanah Lempung berdebu Lempung berdebu Lempung berdebu Lempung berdebu Lempung Lempung liat berdebu Lempung berdebu Lempung liat berdebu Pasir
Har kat 3 3 3 3 3 2 3 2 5
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Buruk Sedang Buruk Sangat baik
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2011
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2011
e. Tekstur tanah Tekstur tanah sangat penting sehingga pertimbangan dalam menentukan lokasi permukiman penetapan kelas tekstur tanah daerah penelitian dilakukan secara kuantitatif berdasarkan hasil analisis laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Hasil uji laboratoium tekstur tanah daerah penelitian
f. Sebaran bahan kasar Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa sebaran bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau permukaan tanah.
Sampel D2.III. Bl.Tomp.Lat D2. III.Sw.Tomp.Lat F4. I. Sw. Tomp. Al F5. I. Bl. Tomp. Al F5. I. Bl. Qal. Al M5. I. Sw. Qal. Lat M5. I. Sw.Tomp. Lat M5. I. Bl. Qal. Lat M5. I. Bl.Tomp. Lat
Tekstur 3 Fraksi Pasir Debu Liat 19.02 60.08 20.9 17.55 50.53 31.92 89.41 2.65 7.94 16.84 54.57 28.59 17.23 63.29 19.48 20.76 54.64 24.60 2.53 71.13 26.34 21.88 59.27 18.35 48.55 36.32 15.13
Sumber : Uji laboratorium BPTP Sumbar , 2010 Berdasarkan analisis labor yang hasilnya di sesuaikan dengan diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA (Soil Survey Staff, 1990) maka tekstur tanah daerah penelitian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Satuan lahan
Sebaran bahan kasar
D2.III.BlTom.Lat
Batu yang menutupi lahan >50% Batu yang menutupi lahan 0.010.1% Tak ada batu atau sedikit bahan kasar menutupi lahan <0.01% Batu yang menutupi lahan >50% Batu yang menutupi lahan 0.115% Tak ada batu atau sedikit bahan kasar menutupi permukaan lahan <0.01% Tak ada batu atau sedikit bahan kasar menutupi permukaan lahan <0.01% Batu yang menutupi lahan 0.010.1% Batu yang menutupi lahan 0.010.1%
D2.III. Sw.Tomp.Lat
F4.I.Sw.Tomp.Al F5.I.Bl.Tomp.Al F5.I.Bl.Qal.Al M5.I.Sw.Qal.Lat
M5.I.SwTomp.Lat
M5. I. Bl. Qal. Lat M5I. Bl.Tomp.Lat
Ha kat
Kategori
1 4
Sangat buruk Baik
5
Sangat baik
1 3
Sangat buruk Sedang
5
Sangat baik
5
Sangat baik
4
Baik
4
Baik
Bahan kasar terdapat dalam lapisan tanah 20 cm atau bagian atas tanah yang berukuran lebih besar dari 2 mm.Hasil pengukuran sebaran batuan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Sebaran bahan kasar daerah Penelitian Sumber : Pengolahan Data Primer, 2011 g. Singkapan batuan Singkapan batuan induk akan mempengaruhi terhadap penggalian pondasi semakin banyak singkapan batuan yang muncul di permukaan maka semakin sukar dalam penggalian pondasi bangunan.
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016
95
Tabel 8. Singkapan Batuan Induk Daerah Penelitian Satuan lahan
Singkapan batuan induk
D2.III. Bl. Tomp.Lat
Batu yang menutupi lahan >50%, 50%,β€75% Tanpa, tidak ada singkapan/ sangat lebih kecil dari 2% Tanpa, tidak ada singkapan/ sangat lebih kecil dari 2% Tanpa, tidak ada singkapan/ sangat lebih kecil dari 2% Tanpa, tidak ada singkapan/ sangat lebih kecil dari 2% Tanpa, tidak ada singkapan/ sangat lebih kecil dari 2% Tanpa, tidak ada singkapan/ sangat lebih kecil dari 2% Tanpa, tidak ada singkapan/ sangat lebih kecil dari 2% Tanpa, tidak ada singkapan/ sangat lebih kecil dari 2%
D2. III.SwTomp.Lat F4. I. Sw. Tomp. Al F5. I. Bl. Tomp. Al F5. I. Bl. Qal. Al M5. I. Sw. Qal. Lat M5. I. Sw.Tomp.Lat M5. I. Bl. Qal. Lat M5. I.Bl.Tomp.Lat
Ha rk at 1 5 5 5 5 5 5 5 5
Kategori Sangat buruk Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Sumber : Pengolahan data primer, 2011 h. Kedalaman hamparan batuan Pengukuran kedalaman hamparan batuan menjadi salah satu pertimbangan bagi tenaga teknis dalam penggalian pondasi bangunan karena kedalaman hamparan batuan mempengaruhi seberapa dalam pondasi bangunan yang akan di bangun. Data pengukuran di lapangan dengan pengamatan profil tanah, tebing sungai dan sumur penduduk.hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada tabel 9 berikut: Tabel 9. Kedalaman hamparan batuan daerah penelitian Satuan lahan
Kedalaman hamparan batuan
Hark at
Kategori
D2.III Bl.Tomp.Lat D2.IIISw.Tomp.Lat F4. I. Sw. Tomp. Al F5. I. Bl. Tomp. Al F5. I. Bl. Qal. Al M5. I. Sw. Qal. Lat M5. I. Sw. Tomp. Lat M5. I. Bl. Qal. Lat M5. I. Bl.Tomp. Lat
β€ 50 cm 50 - β€ 100 cm β₯200 cm 150 - β₯ 200 cm β₯ 200 cm β₯ 200 cm β₯ 200 cm β₯ 200 cm β₯ 200 cm
1 2 5 4 5 5 5 5 5
Sangat buruk Buruk Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
sebaliknya jika dalam permukaan air tanah maka ketahanan pondasi bangunan terhadap pelapukan semakin baik. Pengukuran di lapangan terhadapa kedalaman air tanah pada daerah penelitian dilakukan dengan mengukur sumur-sumur penduduk dengan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Kedalaman air tanah bebas daerah penelitian Satuan lahan D2.III. Bl. Tomp.Lat D2. III.Sw.Tomp. Lat F4. I. Sw. Tomp. Al F5. I. Bl. Tomp. Al F5. I. Bl. Qal. Al M5. I. Sw. Qal. Lat M5. I. Sw. Tomp. Lat M5. I. Bl. Qal. Lat M5. I. Bl.Tomp. Lat
Kedalama n air tanah bebas >150cm <50cm <50cm <50cm 40 cm <50cm <50 cm <50 cm 194 cm
Har kat
Kategori
5 1 1 1 1 1 1 1 5
Sangat baik Sangat buruk Sangat buruk Sangat buruk Sangat buruk Sangat buruk Sangat buruk Sangat buruk Sangat baik
Sumber : Pengolahan data primer, 2011
Sumber : Pengolahan data primer, 2011 i. Kedalaman air tanah bebas Kedalaman air tanah bebas sangat besar pengaruhnya terhadapketahanan pondasi bangunan. Semakin dangkal permukaan air tanah bebas akan mempermudah terjadinya
pelapukan 96
terhadap
pondasibangunan, JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016
Tabel 11. Rekapitulasi Krakteristik Satuan Lahan Daerah Penelitian
Satuan lahan
Drainase
D2.IIII.Bl. Tomp.Lat D2. III. Sw. Tomp.Lat F4. I. Sw. Tomp. Al F5. I. Bl. Tomp. Al F5. I. Bl. Qal. Al M5. I. Sw. Qal. Lat M5. I. Sw. Tomp. Lat M5. I. Bl. Qal. Lat M5. I. Bl.Tomp. Lat
Agak baik Buruk Sangat buruk Agak baik Agak buruk Agak buruk Buruk Buruk Agak buruk
Permea bilitas (cm3/ja m) 2.06 1.13 2.47 14.88 2.79 0.41 1.12 Poros 0.48
Lereng (%)
Lamanya genangan banjir
Tekstur tanah
Sebaran bahan kasar
Singkapan batuan induk
8 β 15 8 β 15 0β2 0β2 0β2 0β2 0β2 0β2 0β2
Tidak pernah Sering Sering Kadang Kadang Sering Sering Jarang Kadang
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Buruk Sedang Buruk Sangat baik
>50% 0.01-0.1% <0.01% >50% 0.1-15% <0.01% <0.01% 0.01-0.1% 0.01-0.1%
>50%,50%,β€75%
Sumber : Pengolahan data primer, 2011 Kesesuaian Lahan untuk Permukiman Persatuan Lahan Daerah Penelitian. Kesesuaian lahan untuk permukiman di klasifikasikan dalam lima kelas yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS) dimana kelas interval masing-masing kesesuian lahan untuk permukiman digunakan rumus : interval kelas Harkat tertinggi β harkat terendah = ππ’πππβ πππππ Sumber : Sutrisno Hadi (1982) Tabel 11. Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Permukiman Kelas I II
Tingkat kesesuaian lahan Sangat sesuai Sesuai
Jumlah Harkat 41 β 48 33 β 40
III
Cukup sesuai
25 β 32
IV
Kurang sesuai
17 β 24
V
Tidak sesuai
9 β 16
Keterangan Satuan lahan sangat sesuai untuk lokasi pemukiman Kondisi baik untuk pemukiman dengan beberapa faktor penghambat Kondisi cukup sesuai untuk lokasi pemukiman dan banyak faktor penghambat Kondisi yang buru untuk pemukiman dan banyak faktor penghambat Satuan sangat buruk untuk pemukiman dan banyak sekali faktor penghambat
Sumber : Hasil perhitungan
Tanpa Tanpa Tanpa Tanpa Tanpa Tanpa Tanpa Tanpa
Kedalam an air tanah bebas >150cm <50cm <50cm <50 cm 40 cm <50cm <50 cm <50 cm 194 cm
Kedalaman hamparan batuan β€50cm 50-β€100cm β₯200cm 150-β₯200cm β₯200cm β₯200cm β₯200cm β₯200cm β₯200cm
Berdasarkan karakteristik dan pengharkatan tingkat kesesuaian lahan untuk permukimandi Kanagarian Painan terdapat kelas kesesuaian lahan yaitu, sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. a. Sesuai Pada kelas ini satuan lahan sangat sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi permukiman.Satuan lahan yang tergolong pada kelas ini adalah M5.I.Bl.Tomp.Lat. b. Cukup sesuai Pada kelas ini kondisi lahan baik untuk permukiman dengan beberapa faktor penghambat. Satuan lahan yang tergolong pada kelas ini adalah D2.III. Bl. Tomp.Lat, F4. I. Sw. Tomp. Al, F5. I. Bl. Tomp. Al, F5. I. Bl. Qal. Al, M5. I. Sw. Qal. Lat, M5. I. Sw. Tomp. Lat dan M5. I. Bl. Qal. Lat. c. Kurang sesuai Pada kelas ini kondisi cukup sesuai untuk lokasi permukiman dan banyak faktor penghambat.Satuan lahan yang dikategorikan pada kelas ini adalah D2. III. Sw.Tomp. Lat. d. Tidak sesuai Pada kelas ini kondisi satuan lahan sangat buruk untuk permukiman dan banyak sekali faktor penghambat.Pada kelas ini satuan lahan tidak dapat dijadikan sebagai lokasi permukiman karena merupakan daerah hutan belantara dengan kemiringan lereng yang tergolong buruk,
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016
97
selain itu daerah ini juga merupakan kawasan hutan lindung yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Gambar . Peta kesesuaian permukiman Kanagarian Painan
lahan
SIMPULAN 1. Berdasarkan sembilan karakteristik lahan yaitu drainase, permeabilitas, kemiringan lereng, lamanya genangan banjir, tekstur tanah, sebaran bahan kasar,kedalaman hamparan batuan, singkapan batuan induk dan kedalaman air tanah, karakteristik lahan untuk permukiman di Kenagarian Painan memiliki beberapa pengahalang atau disebut juga faktor penghambat yaitu drainase pada satuan lahan D2.III.Sw.Tomp.Lat, F4.I.Sw.Tomp.Al, M5.I.Sw.Tomp.Lat dan M5.I.Bl.Qal.Lat. Permabilitas pada satuan lahan D2.III.Sw.Tomp.Lat, M5.I.Sw.Qal.Lat, M5.I.Bl.Qal.Lat, M5.I.Bl.Tomp.Lat. Genangan banjir pada satuan lahan D2.III.Sw.Tomp.Lat, F4.I.Sw.Tomp.Al, M5.I.Sw.Tomp.Lat, M5.I.Bl.Qal.Lat. Tekstur tanah pada satuan lahan D2.III.Bl.Tomp.lat, D2.III.Sw.Tomp.lat, F4.I.Sw.Tomp.Al, F5.I.Bl.Tomp.Al, M5.I.Sw.Qal.Lat, M5.I.Bl.Qal.Lat. Sebaran bahan kasar pada satuan lahan D2.III.Bl.Tomp.Lat dan F5.I.Bl.Tomp.Al. Singkapan batuan induk pada satuan lahan D2.III.Bl.Tomp.Lat. Kedalaman hamparan batuan pada satuan lahan D2.III.Bl.Tomp.Lat dan D2.III.Sw.Tomp.Lat. Kedalaman air tanah pada satuan lahan 98
D2.III.Sw.Tomp.Lat, F4.I.Sw.Tomp.Al, F5.I.Sw.Tomp.Al, F5.I.Bl.Tomp.Al, M5.I.Sw.Qal.Lat, M5.I.Sw.Tomp.Lat dan M5.I.Bl.Qal.Lat. 2. Berdasarkan 9 (sembilan) karakteristik lahan yang telah diteliti dan dianalisis yaitu drainase, permeabilitas, kemiringan lereng, lamanya genangan banjir, tekstur tanah, sebaran bahan kasar,kedalaman hamparan batuan, singkapan batuan induk dan kedalaman air tanah. Kelas kesesuaian lahan untuk permukiman di Kenagarian Painan dikategorikan pada, sesuai, cukup sesuai dan kurang sesuai. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada dinas/instansi terkait (BPBD, BAPPEDA, BPS dan PU), juga ucapan terima kasih kepada orang-orang serta teman-teman yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini baik dukungan moril maupun materi. REFERENSI Dania Nuzha K, Fajar. 2009. Skripsi : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Lokasi Permukiman di Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Surakarta : Fak. Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Effendi, Suplli. 2000. Pengendalian erosi tanah dalam rangka pelastarian lingkungan hidup. Bumi Aksara : Jakarta. Hardjowigwno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Hardjowigwno, Sarwono. 2003. Klasifikasi tanah dan pedagogis. Akademika Pressindo. Jakarta. Hermon, Dedi. 2006. Geografi tanah. FIS UNP. Padang.
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016
Rayes, M Luthfi. 2007. Metode inventarisasi sumber daya lahan. Andi. Yogyakarta. Sitorus, Santan R. P. 1985. Evaluasi sumber daya lahan. Bandung : Tarsito. Sari, Era Delvia. 2007. Evaluasi potensi fisik lahan untuk arahan pemukiman di Kota Sungai Penuh, Kab. Kerinci. Skripsi. UNP. Padang.
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016
99
100
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol. I No. 2 Th. 2016