BENTUK APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI LISAN RANDAI DI KENAGARIAN SAGO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN
Nesha Ratna Wita1, Yetty Morelent 2, Dainur Putri2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-Mail:
[email protected] 1)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk apresiasi masyarakat terhadap tradisi lisan randai. Kajian difokuskan pada Apresiasi Masyarakat Terhadap Tradisi Lisan Randai di Kenagarian Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Randai, adalah drama pentas Minangkabau yang dimainkan di lapangan terbuka yang dibawakan oleh sekelompok orang (20-30 orang) yang mengandung unsur dialog, tuturan, tari, lagu dan musik . Teori yang digunakan adalah teori yang dikemukakan oleh Bakar (1979), Soerjono (1993). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber data untuk keperluan analisis data digunakan kuesioner yang diperoleh melalui penyebaran angket. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian bahwa bentuk apresiasi masyarakat terhadap tradisi lisan randai di Kenagarian Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan rendah karena dari angket yang berisi 30 pertanyaan yang dibagikan kepada 100 orang informan didapatkan hasil kurang dari 50 orang informan yang menjawab kriteria jawaban yang termasuk ke dalam apresiasi seni. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Apresiasi Masyarakat Terhadap Tradisi Lisan Randai di Kenagarian Sago Kecamatn IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan cenderung rendah kesenian ini sudah tidak diperhatikan lagi keberadaannya baik oleh masyarakat maupun pemerintah daerah setempat dan mereka lebih berminat pada kesenian modern seperti orgen tunggal.
Kata kunci: apresiasi masyarakat, randai, Kenagarian Sago.
1
BENTUK APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI LISAN RANDAI DI KENAGARIAN SAGO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Nesha Ratna Wita1, Yetty Morelent 2, Dainur Putri2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Bung Hatta E-Mail:
[email protected]
1)
Abstract This research aim to for description form society appreciation to oral tradition of randai. Randai, isdrama stage of played Minangkabau in esplanade brought by a group of people (2030 people) pregnant element dialogued, tuturan, dance, music and song . this Research type is research qualitative by using descriptive method. Study focused by at Society Appreciation To Oral Tradition of Randai in Kenagarian Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Source of data for data analysis used by obtained questioner pass/through spreading of equate. Theory the used is theory told by Burning (1979), Soerjono (1993). Source of data for data analysis used by obtained questionnaire pass/through spreading of equate. Pursuant to data analysis obtained by result of research that form of Society appreciation tooral tradition of Randai in Kenagarian Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan because of a questionnaire containing 30 items question were distributed to 100 informant showed only less than 50 informants answer criterion which including into artistic appreciation. From result of research can be concluded that Society Appreciation To Oral Tradition of Randai in Kenagarian Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan oft his artistry have do not be paid attention again its existence either by local government and also society and they more is having an interest in of modern artistry like single organ.
Keyword: apresiasi society, randai, Kenagarian Sago. Menurut Taylor dalam Soekanto
PENDAHULUAN Bangsa Indonesia adalah bangsa
(1993: 156) menyatakan kebudayaan adalah
kaya
daerah.
kompleks menyeluruh yang mencakup
Berbagai kebudayaan daerah memperkaya
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
kebudayaan
hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan
yang
daerah
akan
kebudayaan
nasional,
bisa
musnah
dan
kebudayaan
tanpa
usaha
serta kebiasaan yang dipunyai manusia
melestarikannya.
Perkembangan
ilmu
sebagai warga dari suatu masyarakat.
pengetahuan dan
teknologi di zaman
Soerjono (1993: 185) juga mengatakan
globalisasi
ini
akan
membuat
posisi
bahwa
semua
perubahan
kebudayaan
kebudayaan tersebut dengan sendirinya
berkaitan dengan perubahan sosial, oleh
akan tersingkir.
karena faktor sosial berkaitan erat dengan 2
faktor budaya dan yang agak mungkin
Salah satu bentuk kebudayaan sastra
kurang disadari adalah, bahwa kebudayaan
daerah
tidak
dari
dilestarikan adalah randai, dan randai
perubahan teknologi tetapi kebudayaan
termasuk sastra lisan. Menurut pandangan
dapat pula mempengaruhi arah dan sifatnya.
masyarakat terhadap sastra lisan khususnya
Sedangkan Koentjaraningrat (2003: 72)
randai
mengemukakan bahwa kebudayaan adalah
terhadap sastra tersebut, ada yang masih
seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,
menghargai
serta karya yang dihasilkan manusia dalam
tersebut dan ada yang sudah kurang
kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan
menghargainya.Ada mereka yang masih
miliknya dengan belajar.
Masuknya
suka dengan kesenian daerah salah satunya
membuat
randai dan ada pula yang sudah terpengaruh
hanya
berbagai
menerima
kebudayaan
pengaruh
luar
Minangkabau
ada
beberapa
akan
dengan kesenian modern.
maka untuk mempertahankan kebudayaan
Biasanya
agar
tumbuh
Kenagarian
randai
Sago,
dan
apabila suatu keluarga akan mengadakan
berkembang dalam masyarakat diperlukan
suatu pesta pernikahan, maka jenis hiburan
usaha
dan
yang mereka butuhkan adalah kesenian
anggota
daerah, kesenian daerah itu salah satunya
masyarakat hendaknya terlibat dalam proses
adalah randai. Tapi menurut pengamatan
pelestariannya.
yang penulis lakukan terhadap masyarakat
untuk
selalu
di
perlu
kecenderungan
keberadaan
kebudayaan pada suatu daerah tersisih,
tersebut
yang
mempertahankan
melestarikannya,
dan
seluruh
Salah satu kebudayaan daerah di
Kenagarian Sago hal tersebut sudah jarang
Minangkabau adalah sastra daerah. Bentuk
sekali. Mereka lebih cenderung memilih
sastra daerah Minangkabau adalah mantra,
kesenian
legenda, randai, dan masih banyak lagi
salah satu kesenian modern yang mereka
yang lainnya yang perlu dikembangkan dan
sukai
dilestarikan
caranya,
dengan
akibatnya, kesenian tradisional yang selama
memelihara,
membina,
dan melakukan
ini telah melekat pada masyarakat lambat-
penggalian terhadap sendiri.
yaitu
sastra daerah itu
Pemeliharaan,
adalah
orgen
tunggal.
Sebagai
laun semakin hilang
dan
Pengetahuan tentang randai sangat
penggalian sastra daerah jelas akan sangat
penting bagi masyarakat sago terutama
banyak manfaatnya dalam usaha untuk
generasi muda karena randai tidak hanya
membina
pada
suatu bentuk pertunjukan hiburan saja akan
umumnya dan kebudayaan sastra daerah
tetapi dalam randai juga terdapat nilai-nilai
khususnya.
moral yang tercemin dari cerita dan
kebudayaan
pembinaan,
yang berkarakterkan modern,
nasional
2
gerakannya, dan agar randai tidak hilang
dengan
melalui
proses
belajar
yang
begitu saja, maka kesenian tradisi lisan
memakan waktu lama ( Bakar 1979 : 6)
randai ini perlu dibina dan dikembangkan .
Kemudian Djamaris (2002: 183)
Berdasarkan alasan itulah penulis tertarik
juga berpendapat bahwa randai adalah
untuk meneliti tentang Bentuk Apresiasi
drama
Masyarakat Terhadap Tradisi Lisan Randai
Minangkabau.Randai
yang ada di Kenagarian Sago Kecamatan
tersendiri yang sifatnya berlaku secara
IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.
umum,
pentas
tetapi
tradisional memiliki
tetap
khas
terbuka
untuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan
mengetahui Bentuk Apresiasi Masyarakat
kebiasaan dalam kelompok masyarakat
Terhadap
yang mengembangkannya.
Tradisi
Kenagarian
Lisan
Sago
Randai
Kecamatan
di IV
fungsi tradisi lisan randai dapat
JuraiKabupaten Pesisir Selatan.
dikaitkan dengan lingkungan kepercayaan, adat istiadat, dan tradisi, maka tidaklah mengherankan jika sebagai masyarakat
KAJIAN TEORETIS Istilah folklor berasal dari Bahasa
sastra lisan menganggap bahwa sastra lisan
Inggris yaitu folk dan lore, yang berasal
memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan
dari dua kata dasar folk dan lore.Folk
untuk
berarti kolektif atau kelompok, sedangkan
masyarakat, oleh sebab itu diperlukan usaha
lore berarti tradisi. Jadi, yang dimaksud
untuk
dengan folklor adalah sebagian kebudayaan
mengembangkannya
suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan
usahanya dapat berupa penelitian.
kepentingan
tertentu
di
dalam
mempertahankan dari
dan
salah
satu
secara turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam
METODOLOGI PENELITIAN
versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan
Latarpengambilan data penelitian ini
maupun contoh yang disertai dengan gerak
adalah di Kenagarian Sago Kecamatan IV
isyarat atau alat pembantu pengingat.
Jurai
(Danandjaja 1991: 1-2).
Kenagarian Sago termasuk salah satu
Kaba disebut sebagai sastra lisan sebab
penyampaian
kaba
Kabupaten
Pesisir
Selatan.
kenagarian di Kecamatan penulis sendiri
memang
yakni tempat penulis berdomisili, dan
dilisankan, dari mulut tukang kaba ke
penelitian dilakukan penulis membagikan
telinga pendengar. Umumnya setiap tukang
angket yang berisi 30 butir pertanyaan
kaba menerima kaba itu dari gurunya
kepada 100 orang informan.
3
Kenagarian Sago merupakan salah
yang terdapat di NagariSago juga terdapat
satu nagari yang terletak di Kecamatan IV
kesenian daerah seperti randai dan rabab.
Jurai Kabupaten Pesisir Selatan dengan luas
Penelitian
ini
adalahpenelitian
wilayahnya 990 Ha yang terdiri dari tiga
kualitatif dengan menggunakan metode
kampung di dalamnya yaitu: (1) Kampung
deskriptif. Menurut Sugiono (2007 : 9)
Baru, (2) Kampung Sianik, (3) Kampung
penelitian
kualitatif
Karang Sago. Nagari Sago mempunyai 4
penelitian
yang
suku yang terdiri atas: (1) suku melayu, (2)
postpositivme, digunakan untuk meneliti
suku caniago, (3) suku tanjuang, (4) suku
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
jambak.
lawannya
adalah
metode
berlandaskan
adalah
filsafat
eksperimen)
dimana
Data kependudukan di Kenagarian
peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
Sago dapat kita tinjau dari berbagai segi,
teknik pengumpulan data dilakukan secara
yaitu
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
berdasarkan
berdasarkan
jenis
kelompok
berdasarkan
mata
kelamin, usia,
pencaharian.
dan Sistem
kekerabatan yang berlaku di Minangkabau
induktif/kualitatif,
dan
kualitatif
menekankan
lebih
hasil
penelitian makna
daripada generalisasi
adalah sistem matrilineal, demikian juga
Instrumen penelitian ini adalah
halnya di Kenagarian Sago.Dalam sistem
peneliti sendiridan teknik yang digunakan
matrilineal ini harta pusaka diturunkan
untuk
menurut garis keturunan ibu, yang berhak
menggunakan angket . Angket adalah
menerima harta pusaka adalah anggota
teknik pengumpulan data melalui formulir-
keluarga perempuan dari sebuah keluarga.
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan
Saat ini Islam merupakan satu-
yang
pengumpulan
diajukan
secara
data
adalah
tertulis
pada
satunya agama yang dianut oleh masyarakat
seseorang atau sekumpulan orang untuk
Kenagarian Sago dan sekaligus dijadikan
mendapatkan jawaban atau tanggapan dan
sebagai dasar kehidupan adatnya.Seperti
informasi yang diperlukan oleh peneliti
ungkapan yang berbunyi “Adat basandi
Mardalis(2014: 67).
syarak, Syarak basandi kitabullah”. Sebagai Minangkabau,
daerah
lainnya
Untuk di
tentang
mendapatkan
apresiasi
masyarakat
informasi terhadap
seperti di daerah Batu
tradisi lisan randai di kenagarian Sago
sangkar terdapat kesenian salawat dulang,
Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir
di daerah Pasaman terdapat kesenian dzikir
Selatan
dabus,dan
informan.Informan dalam penelitian ini
Pariaman
terdapat
kesenian
indang, randai, dan saluang. Begitu juga 4
peneliti
membutuhkan
berjumlah 100 orang, yaitu masyarakat
Teknik
Kenagarian Sago yang berumur >16 tahun.
menggunakan
dan
menginterpretasikan
data
yang
melalui
diperoleh dari penyebaran angket dan data
pembagian kuesioner yang berisi 30 butir
tersebut diuraikan secara rinci sehingga
pertanyaan kepada informan yang berusia >
menggambarkan
16 tahun yang berjumlah 100 orang.Teknik
penelitian. Tahap akhir dalam penelitian ini
angket digunakan untuk mendapatkan data
adalah menyimpulkan data dan membuat
langsung
laporan.
dari
angket
pengabsahan
data dilakukan dengancara mendeskripsikan
Teknik pengumpulan data adalah dengan
pemeriksaan
informan
yang
telah
keseluruhan
hasil
ditetapkan sebagai sumber data untuk mengetahui apresiasi masyarakat terhadap HASIL PENELITIAN
tradisi lisan randai di Kenagarian Sago
1.
dengan 30 butir pertanyaan.
Berdasarkan
Berdasarkan rencana penelitian yang
di Kenagarian Sago.Penelitian dilaksanakan
kuesioner dengan 100 orang informan yang
selama 7 hari yaitu dari tanggal 7-13
dijadikan data penelitian utama untuk
terhadap
lisan
tradisi
masyarakat
randai
dalam
untuk
menentukan
kegiatan
pembagian
keinginan untuk mendapatkan pengalaman
melaporkan hasil penelitiannya sehingga seteliti
dan bermaksud mengenal menghayati lebih
dan
dalam tentang karya seni dan elemen-
secermat mungkin yang menggambarkan penelitian
pertunjukan
menyajikan informan seni yang disertai
teknik rinci ini menuntut peneliti agar
dilakukan
melihat
seni.Mengamati membaca media masa yang
uraian rinci. Menurut Moleong (2010 : 338)
tempat
cara
tingkat penikmat ini muncul dalam bentuk
pengabsahan
data dalam penelitian ini adalah teknik
konteks
dengan
data
dalam apresiasi tingkat penikmat.Apresiasi
pemeriksaan
itu
dilakukan
Pengambilan
Pada pertanyaan 1-10 masuk ke
cukup tinggi, dan tinggi.
uraiannya
2014.
pertanyaankepada 100 orang informan.
tingkat
apresiasi masyarakat ada tiga yaitu rendah,
Teknik
Desember
angket/kuesioner yang terdiri dari 30 butir
masyarakat Kenagarian Sago.Kriteria yang digunakan
masalah,
pengumpulan data penelitian dilaksanakan
dalam penelitian ini merupakan hasil
apresiasi
rumusan
kajian teori, dan rancangan penelitian
telah dikemukakan sebelumnya, data utama
mendeskripsikan
Deskripsi Data
elemen di dalamnya.
yang
Pertanyaan nomor 11-20 termasuk
diselenggarakan.
dalam apresiasi tingkat pecinta yaitumuncul
5
dalam kegiatan memberi komentar singkat
setempat tetapi juga harus didukung oleh
dengan beralasan mengapa menyatakan
pemerintah yang ada di Kenagarian Sago
suatu
Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir
pagelaran
seni
tidak
menarik,
membandingkan karya seni yang satu
Selatan.
dengan yang lainnya, bahkan memberikan
Sebagai
warisan
yang
sudah
penilaian, mengomentari yang akhirnya
berabad-abad alangkah baiknya kesenian
mengarah pada tahap penciptaan.
randai dipertahankan keberadaannya dan
Pada pertanyaan 21-30 termasuk
dikembangkan di Kenagarian Sago karena
dalam apresiasi tingkat pecinta kreatif
kesenian randai mempunyai nilai estetika
.Tingkat ini muncul dalam kegiatan grup
tersendiri.
kesenian
randai
dan
dalam
bentuk
Sebagai
mengikuti perlombaan. Berdasarkan
teater
rakyat,
kesenian
randai sangat dekat dengan lingkungan dan analisis
tersebut
akrab
dengan
kehidupan
masyarakat
apresiasi masyarakat terhadap tradisi lisan
Minangkabau dan biasanya pertunjukan
randai di Kenagarian Sago Kecamatan IV
randai dimainkan di alam terbuka seperti
Jurai Kabupaten Pesisir Selatan masih
medan nan bapaneh dan lapangan. Cerita
rendah hal ini dapat dibuktikan dari hasil
yang dihadirkan dalam setiap pertunjukan
kusioner yang dibagikan pada masyarakat
randai telah dimainkan berulang kali dan
dan berpedoman pada tingkat apresiasi,
sudah akrab dengan masyarakat yang ada di
yaitu apresiasi tingkat penikmat, apresiasi
Kenagarian Sago.
tingkat
pecinta,
dan apresiasi
tingkat
Pertunjukan
randai
biasanya
pecinta kreatif bahwa kurang dari 50 orang
dimainkan pada saat pesta perkawinan,
informan menjawab kriteria jawaban yang
kenaikan
termasuk ke dalam kegiatan apresiasi seni.
ekstrakurikuler
Dari analisis data tersebut maka diperlukan
peningkatan
penghulu, di
dan sekolah.
acara Tapi
pertunjukan randai paling sering dimainkan
apresiasi
pada saat pesta perkawinan dan bisanya
masyarakat terhadap kesenian randai yang
pertunjukan ini dilaksanakan pada malam
ada di Kenagarian Sago Kecamatan IV
hari jam 11 sampai jam 3 pagi.
Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, salah satu
Dalam kehidupan manusia, kata
yang dapat dilakukan oleh masyarakat atau
tradisi merupakan suatu pewarisan secara
pemerintah yaitu dengan mengembangkan,
turun temurun. Akan tetapi sampai mana
pembinaan,
kualitas
arti pewarisan itu sulit diberi batasan. Tidak
pertunjukan kesenian randai. Hal ini tidak
ada manusia yang tidak mengikuti tradisi
hanya
dan itu adalah suatu kenyataan. Pengertian
serta
diwujudkan
peningkatan
oleh
masyarakat 6
mengikuti bukan berarti melakukan semua
seperti orgen tunggal.Hal ini terbukti
jenis tradisi, tetapi hana difokuskan pad
dengan sedikitnya jumlah penonton dari
salah satu tradisi yang disenangi.
kalangan muda yang datang pada waktu
Dalam pengertian sehari-hari kata
kesenian ini di pertunjukan, dan dialog
“fungsi” dianggap bersinonim dengan kata
yang
“guna” karena pengertian fungsi secara
merupakan wahana ekspresi emosi tukang
praktis ialah menggunakan sesuatu untuk
randai
tujuan tertentu, dan apabila diartikn secara
kehidupan sosial. Tukang randai tidak
konseptual
yang
hanya dituntut terampil dalam menyusun
digunakan dalam pesta mungkin akan
kata-kata saja, namun ia juga harus mampu
mempunyai arti lain dalam kehidupan
dan jeli menangkap situasi kehidupan
sosial.
sosialmasyarakat dalam berbagai aspek.
fungsi
tradisi
lisan
Tradisi lisan randai di Kenagarian
didendangkan
dalam
randai
yang mengungkapkan peristiwa
Biasanya
dialog
randai
Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten
mengungkapkan
Pesisir Selatan masih digunakan oleh
masyarakat
masyarakat
sehari-hari dan kehidupan masa lampau.
dalam
aktifitas
tertentu.
Menurut Bapak Sarunai selaku anggota
tentang
banyak kehidupan
Minangkabau,
Sebagai
warisan
kehidupan
budaya
yang
randai pada tahun ini pertunjukan randai
berabad-abad serta mengandung nilai-nilai
pada tahun 2014 inibaru dilaksanakan dua
kehidupan, alangkah baiknya jika tradisi
kali yaitu pada pesta perkawinan yang di
lisan
adakan pada bulan Mei 2014 dan bulan
keberadaannya.Usaha mengembangkan dan
September 2014.Pada pertunjukan tersebut
mempertahankan tradisi lisan ini tidak
hanya
hanya
sedikit
jumlah
penonton
dari
yang
dimiliki
dilakukan
dipertahankan
oleh
masyarakat
kalangan muda yang datang dan mereka
pendukungnya, tapi juga harus mendapat
hanya sebentar berada di tempat tersebut.
perhatin yang serius dari pemerintah.Bagi
Tradisi randai ini bagi masyarakat
masyarakat pendukungnya usaha tersebut
Kenagarian Sago ini berfungsi sebagai
dapat
hiburan (pada saat pesta perkawinan dn
membentuk beberapa kelompok kesenian
kenaikan
yang ada.
penghulu)
pengetahuan
tentang
dan
menambah
cerita-cerita
di
diwujudkan
Di
lain
dengan
pihak
usaha
pengontrol
dan
Minangkabau yang disampaikan tukang
pengelola adalah para pendahulu mereka
randai dalam bentuk bercerita. Namun tidak
yaitu
bagi
dalam kesenian tersebut.Bentuk perhatian
pemuda
pemudinya
yang
lebih
memilih kesenian yang bersifat modern
orang-orang
pemerintah 7
dapat
telah
berkecimpung
diwujudkan
dengan
memberikan bantuan dalam bentuk materi
Dari analisis data tersebut maka
dan mengadakan pertunjukan kesenian pada
diperlukan
peningkatan
apresiasi
acara-acara yang dianggap cocok untuk masyarakat terhadap kesenian randai yang
menampilkan kesenian tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat
ada di Kenagarin Sago Kecamatan IV Jurai
diketahui bahwa kesenian randai yang ada
Kabupaten Pesisir Selatan, salah satu yang
di Kenagarian Sago sudah tidak begitu diperhatikan
lagi
oleh
dapat dilakukan oleh masyarakat atau
pemerintah
setempat.Hal ini dapat dibuktikan dengan
pemerintah yaitu dengan mengembangkan
tidsk adanya usaha pemerintah nagari untuk mempertahankan
keberadaannya
pertunjukan
randai
dengan
cara
srperti mengajarkan kesenian randai pada generasi
pembentukan grup randai, tidak ada usaha untuk mencari dana dari luar untuk
muda dan membentuk kelompok randai
pengembangan kesenian ini dan sudah
yang baru, melakukan pembinaan terhadap
jarangnya kesenian ini dipertunjukan.Pada randai
tahun 2014 ini hanya 2 kali pertunjukan randai ditampilkan yaitu pada acara pesta
,
pertunjukan
pernikahan.
serta
peningkatan
kesenian
memperbaharui
bentuk
randai gerakan
kualitas seperti yang
PEMBAHASAN ditampilkan dan memperbaharui kustum
Berdasarkan analisis data bentuk apresiasi
yang dipakai para pemain randai . Hal ini
masyarakat terhadap tradisi lisan randai di
tidak hanya diwujudkan oleh masyarakat
Kenagarian Sago Kecamatan IV Jurai
setempat tetapi juga harus didukung oleh
Kabupaten Pesisir Selatan masih rendah hal
pemerintah yang ada di Kenagarian Sago
ini dapat dibuktikan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada masyarakat
Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir
dan
Selatan.
berpedoman pada tingkat apresiasi, yaitu
Sastra lisan Minangkabau adalah
apresiasi tingkat penikmat, apresiasi tingkat pecinta,
salah satu warisan budaya nasional yang
dan apresiasi tingkat pecinta
memiliki nilai-nilai berharga yang masih
kreatif.
berperan
8
dalam
kehidupan
masyarakat
Minangkabau. Namun, gejala menurunnya
medan nan bapaneh dan lapangan. Cerita
peranan itu dalam kehudupan msayarakat
yang dihadirkan dalam setiap pertunjukan
Minangkabau
terutaman
randai telah dimainkan berulang kali dan
dikalangan angkatan muda, makin tampak.
sudah akrab dengan masyarakat yang ada di
Jumlah penutur dan peminat sastra lisan di
Kenagarian Sago.
dewasa
ini,
Minangkabau makin lama main berkurang. Apabila
gejala
terus
Sago biasanya dimainkan pada saat pesta
berlangsung, tidaklah mustahil pada suatu
perkawinan, kenaikan penghulu, dan acara
saat sastra lisan Minangkabau akan lenyap
ekstrakurikuler
dan masyarakat Minangkabau pada waktu
pertunjukan randai paling sering dimainkan
mendatang tidak mengenalnya lagi. Ini
pada saat pesta perkawinan dan bisanya
berarti nilai-nilai berharga yang terdapat
pertunjukan ini dilaksanakan pada malam
dalam sastra lisan itupun lenyap , tidak
hari jam 11 sampai jam 3 pagi. Para pemain
dapat lagi dikembangkan dan dimanfaatkan
berjumlah 25- 30 orang yang semuanya
bagi kehidupan mendatang.
terdiri dari laki-laki.
Sebagai
ini
dibiarkan
Pertunjukan randai di Kenagarian
warisan
yang
di
sekolah.
Tapi
sudah
Dua orang diantaranya tidak masuk ke
berabad-abad alangkah baiknya kesenian
dalam lingkaran karena mereka adalah
randai dipertahankan keberadaannya dan
pemain musik dan yang satu adalah tukang
dikembangkan di Kenagarian Sago karena
kaba.
kesenian randai mempunyai nilai estetika
Semua
peran
Peran
wanita
dimainkan
randai sangat dekat dengan lingkungan dan
dimainkan oleh pria yang didandani seperti
akrab
wanita. Inti cerita dilakonkan oleh beberapa
kehidupan
masyarakat
pria.
randai
tersendiri. Sebagai teater rakyat, kesenian
dengan
oleh
dalam
Minangkabau dan biasanya pertunjukan
tokoh
randai dimainkan di alam terbuka seperti
waktu-waktu tertentu menutrut jalan cerita .
9
ditengah-tengah
lingkaran
pada
bagian-bagian
cerita
yang
melukiskan
digunakan dalam pesta mungkin akan
suasana, tempat, waktu kejadian, dan
mempunyai arti lain dalam kehidupan
peralihan cerita atau alur didendangkan
sosial.
oleh semua peserta secara bersahut-sahutan
Tradisi lisan randai di Kenagarian
sambil membuat gerakan dasar pencak silat
Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten
dalam beberapa kali putaran. Ketika pelaku
Pesisir Selatan masih digunakan oleh
harus berdialog atau berlakon pada adegan-
masyarakat
adegan tertentu, peserta yang lain segera
Menurut Bapak Sarunai selaku anggota
mengambil posisi duduk, tetap dalam satu
randai di Kenagarian Sago,
bentuk lingkaran.
tahun ini pertunjukan randai pada tahun
dalam
aktivitas
tertentu.
randai pada
Dalam kehidupan manusia, kata
2014 ini baru dilaksanakan dua kali yaitu
tradisi merupakan suatu pewarisan secara
pada pesta perkawinan yang diadakan pada
turun temurun. Akan tetapi sampai mana
bulan Mei 2014 dan bulan September 2014.
arti pewarisan itu sulit diberi batasan.Tidak
Pada pertunjukan tersebut hanya sedikit
ada manusia yang tidak mengikuti tradisi
jumlah penonton dari kalangan muda yang
dan itu adalah suatu kenyataan. Pengertian
datang dan mereka hanya sebentar berada di
mengikuti bukan berarti melakukan semua
tempat tersebut.
jenis tradisi, tetapi hana difokuskan pad
Disamping
salah satu tradisi yang disenangi.
itu
alasan
tidak
tertariknya masyarakat dengan pertunjukan
Dalam pengertian sehari-hari kata
randai adalah cerita yang dimainkan tidak
“fungsi” dianggap bersinonim dengan kata
ada pembaharuan dan sering membawakan
“guna” karena pengertian fungsi secara
cerita yang sama pada setiap pertunjukan
praktis ialah menggunakan sesuatu untuk
sehingga mereka merasa bosan. Dari segi
tujuan tertentu, dan apabila diartikan secara
kostum yang masih memakai kostum randai
konseptual
berwarna hitam jadi para pemain tampak
fungsi
tradisi
lisan
yang
10
sama dan tidak ada variasinya dan tampak
harus mampu dan jeli menangkap situasi
tidak menarik bagi penonton.
kehidupan
masyarakat
dalam
berbagai aspek. Biasanya dialog randai
Tradisi randai ini bagi masyarakat Kenagarian Sago ini
sosial
banyak mengungkapkan tentang kehidupan
berfungsi sebagai
hiburan (pada saat pesta perkawinan dan
masyarakat
kenaikan
sehari-hari dan kehidupan masa lampau.
penghulu)
pengetahuan
dan
tentang
menambah
cerita-cerita
Minangkabau,
Sebagai
di
warisan
kehidupan
budaya
yang
Minangkabau yang disampaikan tukang
berabad-abad serta mengandung nilai-nilai
randai dalam bentuk bercerita. Namun,
kehidupan, alangkah baiknya jika tradisi
tidak bagi pemuda pemudinya yang lebih
lisan
memilih kesenian yang bersifat modern
keberadaannya.
seperti orgen tunggal. Hal ini terbukti
dan mempertahankan tradisi lisan ini tidak
dengan sedikitnya jumlah penonton dari
hana
kalangan muda yang datang pada waktu
pendukungnya, tapi juga harus mendapat
kesenian
Bagi
perhatian yang serius dari pemerintah. Bagi
masyarakat Kenagarian Sago musik yang
masyarakat pendukungnya usaha tersebut
dimainkan orgen tunggal lebih menarik dari
dapat
musik randai dan kostum dari pemain orgen
membentuk beberapa kelompok kesenian
tunggal lebih modern di bandingkan dengan
yang ada.
ini
di
pertunjukan.
yang
Usaha
dilakukan
lain
dipertahankan mengembangkan
oleh
diwujudkan
Di
kostum randai.
dimiliki
masyarakat
dengan
pihak
usaha
pengontrol
dan
pengelola adalah para pendahulu mereka
Dialog yang didendangkan dalam randai merupakan wahana ekspresi emosi
yaitu
tukang
dalam kesenian tersebut. Bentuk perhatian
randai
yang
mengungkapkan
orang-orang
berkecimpung
peristiwa kehidupan sosial. Tukang randai
pemerintah
tidak
dalam
memberikan bantuan dalam bentuk materi
menyusun kata-kata saja, namun ia juga
dan mengadakan pertunjukan kesenian pada
hanya
dituntut
terampil
11
dapat
telah
diwujudkan
dengan
acara-acara yang dianggap cocok untuk
Kabupaten
Pesisir
Selatan
cenderung
rendah karena kurang dari 50 orang
menampilkan kesenian tersebut.
informan menjawab kriteria jawaban yang Berdasarkan hasil penelitian dapat
termasuk ke dalam kegiatan apresiasi seni.
diketahui bahwa kesenian randai yang ada
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui
di Kenagarian Sago sudah tidak begitu
bahwa
kesenian
ini
sudah
tidak
diperhatikan lagi keberadaannya baik dari
diperhatikan lagi oleh pemerintah setempat.
masyarakat maupun pemerintah daerah
Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak
setempat.Hal ini dibuktikan oleh sudah
adanya usaha pemerintah nagari untuk
berkurangnya
mempertahankan
keberadaannya
minat
masyarakat
untuk
mempelajari kesenian randai khususnya
seperti
generasi muda. pembentukan grup randai, tidak ada usaha
Kesenian randai bagi masyarakat
untuk mencari dana dari luar untuk
Kenagarian Sago berfungsi sebagai sarana hiburan dan sosial.Fungsi tersebut hanya
pengembangan kesenian ini dan sudah
berlaku bagi kaum tua-tua saja, sedangkan jarangnya
kesenian
ini
dipertunjukan.
bagi kaum muda tidak berlaku. Hal ini
Menurut keterangan dari Bapak Sarunai
dibuktikan
yang merupakan salah satu anggota randai
penonton yang menyaksikan pertunjukan randai
di Kenagarian Sago, pada tahun 2014 ini
dengan
masyarakat
sedikitnya
cenderung
jumlah
lebih
berminat pada kesenian modern seperti
hanya 2 kali pertunjukan randai ditampilkan
orgen tunggal serta tidak adanya kemauan
yaitu pada acara pesta pernikahan.
masyarakat
randai yang baru, serta tidak adanya
Kesimpulan Berdasarkan
analisis
terhadap
data
hasil
dukungan dari pemerintah seperti tidak ada
dan
bentuk bantuan yang diberikan, sehingga
penelitian
kesenian
tentang kesenian randai yang ada di
Pesisir
disimpulkan bahwa
Selatan
randai
di
Kenagarian
Sago
semakin lama semakin hilang.
Kenagarian Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten
mengembangkan
kesenian randai, seperti membentuk grup
PENUTUP
pembahasan
untuk
dapat Saran
Bentuk Apresiasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
Masyarakat Terhadap Tradisi Lisan Randai
maka dapat dikemukakan beberapa saran
di Kenagarian Sago Kecamatan IV Jurai
sebagai 12
berikut.
Pertama
sebagai
masyarakat Minangkabau yang memiliki kebudayaan
hendaklah
mempertahankan
dan
kita
Depdikbud.2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. J akarta :BalaiPustaka.
bisa
mengembangkan
Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
kesenian yang kita miliki agar kesenian yang sudah ada dan telah hidup sejak zaman dahulu hendaknya tetap hidup di tengah-tengah diperlukan
masyarakat, usaha
melestarikannya
pembinaan dengan
Djamaris, Edwar. 2004. Kaba Minangkabau Ringkasan Isi Cerita Deskripsi Tema dan Amanat. Jakarta Pusat Bahasa
maka untuk
memberikan Garha, Oho. 1983. Apresiasi Seni Tari: Untuk SPG. Jakarta: Depdikbud.
penghargaan dan kebanggaan terhadap kesenian itu sendiri, salah satu cara mengembangan, meningkatkan
membina kualitas
Hendria, Reza. 2007. “Apresiasi Masyarakat terhadap Tradisi Lisan Randai di Kenagarian Sialang Gaung Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya”. Skripsi.Pendidikan Bahasa Indonesia . Padang: UNP.
dan
pertunjukan
kesenian randai itu sendiri di tengah-tengah masyarakat.
Kedua kepada peneliti lain
atau peneliti bahasa dan satra Indonesia untuk terus menggali tentang kesenian yang
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi. Jakarta. RinekaCipta.
ada di daerah lain agar tetap hidup dan berkembang
Madraup, Daup. 1998. Apresiasi Masyarakat Pendukung terhadap Musik Gamat: Studi Kasus di Kelurahan Seberang Palinggam dan Purus Padang (Skripsi) . Jurusan Seni Drama Tari Dan Musik.IKIP Padang.
DAFTAR PUSTAKA Aprina, Zulpita. 2002. “Studi deskriptif sastra lisan Dikie di Kenagarian Petok Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman”. Skripsi. Pendidikan Bahasa Indonesia. Padang: UNP.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RemajaRosda.
Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Yayasan Citra Budaya.
Nadjamuddin.1984. Sastra Lisan Bolang Mongodow. Jakarta: P3B Depdikbud.
Bakar, Jamil. 1979. Kaba Minangkabau. Jakarta: P3B Depdikbud. Bappeda.2013. Nagari Dokumen RPJM.
Sago
Navis, AA. 1999. Yang Berjalan disepanjang Jalan. Jakarta: PT Gramedia.
Salido.
Danandjaja, James. 1991. Folklor Indonesia (ilmu gossip, dongeng, dll). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Semi, M Atar. 1993. Metode Penelitian
13
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung. Sunyoto, Danang . 2013 . Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis :Yogyakarta . CAPS (Center For Academik Publishing Service). Soekanto, Soerjono. 1993. Struktur Masyarakat. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
14