Jurnal Nasional Ekopedon JNEP Vol 2 No 1(2015) 038-042
KESESUAIAN LAHAN
http://www. Perpustakaan. Politani.ac.id
Evaluasi Kemampuan Lahan Beberapa Tempat di Tanjung Pati Dengan Menggunakan Metode Deskriptif FAO. Zahratul Hayati1
pertanian yang maksimal. Dan juga masyarakat bisa menggunakan lahan tersebut sebagaimana mestinya. Banyak metode yang bias digunakan untuk melihat kemampuan lahan, salah satunya metode scoring dan metode deskriptif FAO. Namun dalam jurnal kali ini saya akan membahas masalah mengukur kemampuan lahan menggunakan metode deskriptif FAO .
Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian , Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Jl. Raya Negara Km 7 TanjungPati 26271
Kata Kunci : evaluasi lahan
Diterima : Maret
2015/ Diterbitkan: Agustus
2015 Koresponden Hp
Abstrak
1.
Tanjung pati adalah salah satu desa yang ada dikecamatan harau. Alasan dilakukan penelitian ini ditanjung poati adalah karena ditanjung pati belum pernah dilakukan uji coba kemampuan lahan dan mengelompokkannya ke dalam kelaskelas nya. Oleh karena itu untuk menentukan lahan tersebut bisa dijadikan lahan pertanian atau tidak perlu dilakukan evaluasi lahan. Tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk menentukan nilai suatu lahan untuk tujuan tertentu. Jadi tujuan dari evaluasi kemampuan lahan ini ditanjung pati adalah mengevaluasi atau mengetahui kelas-kelas kemampuan lahan ditanjung pati dengan menggunakan metode deskriptif FAO, dan bagaimana seharusnya penggunaan lahan tersebut dimasyarakat. Dalam evaluasi kemampuan lahan ini kita harus mengetahui bagaimana penggunaan lahan tersebut sekarang dan bagaimana penggunaan yang seharusnya dimasyarakat. Usaha ini dapat dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu daerah. Dari penelitian yang saya lakukan tentang beberapa sampel tanah yang ada di tanjung pati yaitu didaerah pulutan, perwajaya, gank perdagangan¸depag, kompleks SMA dan lahan poli disini saya mencoba mengklasifikasikan sampel tanah tersebut berdasarkan kelas –kelas nya. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah mengumpulkan sampel tanah dari beberapa kelompok praktek dan mengevaluasi sampel tanah tersebut sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: lahan di tanjung pati dan sekitarnya memiliki kelas kemampuan lahan III, IV, V dan VI. Dengan diketahuinya kelas kemampuan lahan dibeberapa tempat ditanjung pati saran saya masyarakat bisa menggunakan lahan sebaik-baiknya sehingga didapatkan hasil
:
[email protected] :083180360622
Pendahuluan
Tanjung pati adalah daerah yang subur dan sangat bagus dijadikan lahan pertanian, namun masyarakat belum mengetahui apakah lahan tersebut bagus untuk ditanami komoditi tersebut atau tidak. Dan juga survey evaluasi kemampuan lahan ini belum pernah dilakukan diTanjung Pati sehingga perlu dilakukan evaluasi kemampuan lahan ini. Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk pengembangan usaha pertanian,kebutuhan lahan pertanian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, namun luasan lahan yang sesuai bagi kegiatan di bidang pertanian terbatas. Hal ini menjadi kendala untuk meningkatkan produksi pangan dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Masyarakat tani yang tradisional memenuhi kebutuhan pangannya dengan menanaman secara tradisional. Kegiatan pertanian ini menyebabkan degrasi kesuburan tanah melalui erosi dan penggunaan tanah yang terus menerus. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah mengelola lahan sesuai dengan kemampuan lahan. (sefle dkk. 2012) Evaluasi Lahan adalah proses penilaian penampilan lahan untuk tujuan tertentu meliputi pelaksanaan lahan untuk tujuan tertentu meliputi pelaksanaan dan interpretasi survey serta studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya. (murtianto.2012) Untuk melihat kemampuan lahan ini perlu dilakukan evaluasi kemampuan lahan. Menurut Murtianto.2012. Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan lahan (sumberdaya lahan) sesuai dengan potensinya. Penilaian potensi lahan sangat diperlukan terutama dalam rangka penyusunan kebijakan, pemanfaatan lahan dan pengelolaan lahan secara berkesinambungan. Untuk menyusun kebijakan tersebut sangat diperlukan peta-peta yang salah satunya adalah peta kemampuan lahan. Analisis dan evaluasi kemampuan lahan dapat mendukung proses dalam penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah yang disusun dengan cepat dan tepat sebagai dasar pijakan dalam mengatasi benturan pemanfaatan penggunaan lahan/sumber daya alam. Kemampuan lahan ini diklasifikasikan menjadi 8 kelas yang mana klasifikasinya ditandai dengan huruf romawi. Kelas I sampai IV adalah lahan yang bisa ditanami oleh tanaman semusim atau tahunan, atau bisa juga dijadikan padang rumput untuk pakan ternak atau hutan. sedangkan kelas V sampai VII adalah lahan yang sesuai dijadikan padang rumput , vegetasi alami dan
28
Zahratul Hayati. Jurnal nasional Ecopedon Vol.2 No.1 (2014)...-....
Alat dan Bahan
ditanami pepohonan. Sedangkan tanah dengan kelas kemampuan lahan VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami.. Tujuan dilakukannya praktek ini adalah kita bisa melihat kemampuan lahan dibebarapa tempat ditanjung pati yaitu didaerah kampus politani, pulutan, belakang D.Pag, purwajaya dan gang perdagamngan dan juga agar masyarakat mengetahui kelas kemampuan lahan dibeberapa tempat ditanjung pati.
2.
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut Bor tanah, Ring sampel, Meteran, Klinometer, PH meter, Muncel Soil Chart, Pisau Komando, Palu, Lup, Sekop tanah, Botol Semprot, Aplimeter, tanah, dan air.
3.
BAHAN DAN METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Parameter untuk menilai kelas dan sub kelas
Lokasi penelitian Tempat pelaksanaan pratikum ini yaitu di kampus politeknik pertanian payakumbuh pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 13.2017.00 WIB. FAKTOR PENGAHAMBAT Kelarengan (KL)
Kepekaan erosi (KE)
Tingkatan erosi (e)
Kedalaman tanah (kt)
Tekstur lapisan atas (TLA)
Tekstur lapisan bawah (TLB) Permeabilitas (P)
Drainase (d)
Kerikil / batuan (b)
Ancaman banjir (0)
Salinitas (g)
KRITERIA Datar (A) Landai / berombak (B) Agak miring/bergelombang (C) Miring/berbukit (D) Agak curam/bergunung (E) Curam (F) Sangat curam (G) Sangat rendah (KE1) Rendah (KE2) Sedang (KE3) Agak tinggi (KE4) Tinggi (KE5) Sangat tinggi (KE6) Tidak ada erosi (e0) Ringan kurang dari 25% lapisam atas hilang (e1) Sedang 25-75% lapisan atas hilang (e2) Agak berat lebih dari 75% lapisan atas sampai kurang dari 25% lapisan bawah hilang (e3) Berat : lebih dari 25% lapisan bawah hilang (e4) Sangat berat : erosi parit (e5) Lebih dalam 90 cm (dalam) : k0 90-50 cm (sedang) :k1 50-25 cm (dangkal) : k2 Kurang dari 25 cm (sangat dangkal) : k3 Halus (t1) Agak halus (t2) Sedang (t3) Agak kasar (t4) Kasar (t5) Sda Lambat (P1) kurang dari 0,5 cm/jam Agak lambat (P2) 0,5-0,2 cm/jam Sedang (P3) 2,0-6,25 cm/jam Agak cepat (P4) 6,25-12,5 cm/jam Cepat (P5) lebih dari 12,5 cm/jam Berlebihan (d0) Baik (d1) Agak baik (d2) Agak buruk (d3) Buruk (d4) Sangat buruk (d5) Tidak ada atau sedikit (b0) Sedang (b1) Banyak (b2) Sangat banyak (b3) Tidak pernah (o0) Kadang-kadang (01) 1 bulan dalam 1 tahun tertutup banjir > 24 jam (02) 2-5 bulan teratur dalam 1 tahun >24 jam (030 6 bulan banjir teratur > 24 jam (04) Bebas (g0) Terpengaruh sedikit (g1) Terpengaruh sedang (g2) Terpengaruh hebar (g3)
29
KELAS KEMAMPUAN LAHAN I II III IV V √
√
VI
√
√ √
√
√ √
√ √
√
√ √ √
√ √
√
√
√ √
√ √
√
√
VII
VIII
Zahratul Hayati. Jurnal nasional Ekopedon Tabel 2. Data Kemampuan Lahan Dibeberapa Tempat di Tanjung pati Nama jorong Gank perdaganga n Pulutan
P.Laha n LK R
LP (e) I I
KE (e)
KD (s)
TLA (s)
TLB (s)
P (w)
D (w)
B (w)
0 (w)
G (s)
kelas
II II
E (e) III III
I I
IV I
I I
I I
I I
I I
I I
I I
IV III
S. kelas IV (e) III (e)
R LK S LK
I I I I
II II III II
III III III III
I I I I
II II I I
I I I I
I I I I
I I IV III
III III I I
I I V II
I I I I
III III V III
III(e) III(e) V (w) IIIew
Belakang Dpag
LK
I
II
IV
I
VI
I
I
I
III
I
I
VI
VIs
Purwajaya
R LK
I I
II II
III IV
I I
III I
I I
I I
I III
III II
I II
I I
III IV
III(e) IV (e)
Politani
LK S R
I I I
II II II
III III IV
I I I
I I I
I I I
I I I
I IV IV
I I I
I V V
I I I
III V V
III (S) V(w) V(w)
Komplek SMA
biasanya lebih sulit diterapkan dan dipelihara. Lahan kelas tl dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, dan suaka margasatwa.
Singkatan: LP : Lereng Permukaan KE : Kepekaan Erosi E : Tingkat Erosi KD
:
Kedalaman Tanah
TLA
:
Tekstur Lapisan Atas
TLB
:
Tekstur Lapisan Bawah
P
:
Permeabilitas
D
:
Darainase
B
:
Kerikil
0
:
Ancaman Banjir
G
:
Garam/salinitas
LK
:
Lahan Kosong
R
:
Rumput
S
:
Sawah
Hambatan atau ancaman kerusakan mungkin disebabkan oleh salah satu relief atau beberapa sifat lahan nya seperti lereng yang agak miring atau bergelombang, peka terhadap erupsi atau telah mengalami erosi yang berat, seringkali mengalami banjir yang merusak tanaman, lapisan bawah tanah yang berpermeabilitas lambat, kedalaman tanah dangkal di atas batuan, lapisan padas keras (hardpan), lapisan padas rapu (fragipan) atau lapisan lempung padat (claypan) yang membatasi perakaran dan simpanan air, terlalu basah atau masih terus jenuh air setelah didrainase, kapasitas menahan air rendah, salinitas atau kandungan natrium sedang, atau hambatan iklim yang agak besar. Pada peta kemampuan lahan, lahan kelas III biasanya diberi warna merah.(murtianto.2012) Tanah dengan kemampuan lahan kelas III ini bisa digunakan untuk penanaman pertanian umumnya seperti tanaman semusim dan satahun, untuk rumput dan pakan ternak, padang rumput atau hutan.
Penelitian yang dilakukan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 13.20-17.00 WIB. didapatkan hasil sampel tanah yang diteliti terdiri dari dari 4 kelas yaitu kelas III,IV, V dan VI. sampel tanah yang diteliti di dapatkan dari gank. Perdagangan, pulutan , komplek SMA,Purwajaya dan Politani di dapatkan hasil.
Gambar 1: Lahan yang ditumbuhi rumput gank Perdagangan dengan kemampuan lahan kelas III
Sampel tanah kelas III Sampel tanah kelas III ditemukan di gank perdagangan dengan vegetasi yang tumbuh adalah rumput, di daerah pulutan juga ditemukan daerah dengan kelas III yaitu pada lahan kosong dan tanah yang ditumbuhi rumput, pada lahan kosong yang berada dikonpleks SMA ditemukan juga lahan dengan kelas kemampuan III, didaerah Purwajaya juga ditemukan tanah dengan kemampuan lahan kelas III yaitu pada tanah yang ditumbuhi rumput dan di Lahan Politani lahan yang berpotensi dan berada pada kelas III adalah Lahan kosongnya.
Lahan kelas III yang berada di Gang Perdagangan penggunaannya sekarang adalah hanya dibiarkan begitu saja dan ditumbuhi rumput liar namun yang seharusnya kelas kemampuan lahan kelas III ini bisa ditanami dengan tanaman semusim dan tahunan atau bisa dipaki untuk ditanami rumput.
Menurut Murtianto.2012 lahan kelas III mempunyai hambatan berat yang mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan konservasi tanah, khusus dan keduanya. Lahan dalam kelas III mempunyai pembatas yang lebih berat dari lahan kelas II dan jika dipergunakan bagi tanaman yang memerlukan pengelolaan tanah dan tindakan konservasi tanah yang diperlukan
30
Zahratul Hayati. Jurnal nasional Ecopedon Vol.2 No.1 (2014)...-....
Gambar 2: Lahan yang ditumbuhi rumput di daerah Pulutan dengan kemampuan lahan kelas III
Gambar 6: lahan kelas III
Lahan kelas III di daerah pulutan, penggunaannya sekarang adalah sebagai lahan yang hanya ditumbuhi oleh rumput liar, hal ini tidak sesuai karena lahan kelas III ini adalah lahan yang bagus dan sebaiknya diolah dengan baik dengan menanam tanaman semusim atau musiman.
Lahan dengan kemampuan III di Politani sebenarnya adalah lahan yang yang digunakan untuk parker. Lahan tersebut subur namun ada bekas timbunan disana. Oleh sebab itu lahan tersebut bagus ditanami tanaman tahunan.
Gambar 3: Lahan kosong kemampuan lahan kelas III
daerah
Pulutan
Lahan kosong Politani dengan kemampuan
Sampel tanah kelas IV
dengan
Sampel tanah kelas IV ditemukan di areal kosong gank perdagangan dan areal kosong Purwajaya. Menurut Murtianto.2012 Hambatam dan ancaman kerusakan pada lahan kelas IV lebih besar daripada kelas III, dan pilihan tanaman juga lebih terbatas. Apabila tanaman kelas IV ini dipergunakan untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan konservasi tanah lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran bervegetasi, dan dampak pengendali, disamping tindakan yang dilakukan untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah.
Lahan kelas III yang berada di Pulutan untuk penggunaannya sekarang adalah sebagai lahan kosong yang dibiarkan begitu saja, namun hal ini sangat salh dilakukan kerena lahan kelas III ini adalah lahan yang bagus dan tidak seharusnya hanya dijadikan lahan kosong saja. Lahan kelas III ini bisa ditanami dengan tanaman semusim atau tahunan.
Lahan di dalam kelas IV dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian pada umumnya, tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung atau suaka alam.
Gambar 4: Lahan kosong daerah Komplek SMA dengan kemampuan lahan kelas III
Hambatan atau ancaman kerusakan lahan kelas IV disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut lereng miring atau relief berbukit, kepekaan erosi yang besar, pengaruh erosi agak berat yang teiah terjadi, tanahnya dangkal, kapasitas menahan air yang rendah, sering tergenang yang menimbulkan kerusakan berat pada tanaman, kelebihan air dan ancaman kejenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah didrainase, salinitas atau kandungan natrium yang tinggi, dan keadaan iklim yang kurang menguntungakan. Pada peta kelas kemampuan lahan, lahan kelas IV biasanya diberi warna biru.
Penggunaan lahan kosong di komplek SMA sangat disayangkan, karena lahan ini adalah lahan dengan kemampuan lahan kelas III. Lahan dengan kemampuan kelas III ini adalah lahan yang sangat bagus untuk ditanami tanaman semusim atau tahunan.
Gambar 7: Lahan kosong daerah gank Perdagangan dengan kemampuan lahan kelas IV
Gambar 5: Lahan yang ditumbuhi rumput di daerah Purwajaya dengan kemampuan lahan kelas III
Lahan kelas IV yang berada di Gang Perdagangan penggunaannya sekarang adalah sebagai l;ahan kosong atau lebih tepatnya hanya dijadikan pekarangan rumah, namun yang seharusnya kelas kemampuan lahan kelas III ini bisa ditanami dengan tanaman semusim dan tahunan atau bisa dipaki untuk ditanami rumput.
Lahan yang ditumbuyhi rumput di Purwajaya sebenarnya adalah lahan hasil timbunan pekarangan. Lahan ini setelah di survey memiliki kemampuan lahan III namun sbenarnya lahan ini adalah l;ahan berpasir. Namun karena timbunannya tidak terlalu dalam atau hanya sekitar 7 cm lahan ini bisa ditanami dengan tanaman tahunan.
31
Zahratul Hayati. Jurnal nasional Ekopedon
Gambar 8: Lahan kosong daerah purwajaya kemampuan lahan kelas IV
dengan
Areal persawahan dipolitani sbenarnya adalah areal yang subur, namun areal persawahan dipolitani adalah areal yang sering terkena banjir sehingga setelah di survey dengan metode Deskriptif FAO kelas kemampuan lahannya V. dan untuk lahan dengan kelas kemampuan lahan V ini sebaikkanya dijadikan areal pepohonan atau dijadikan vegetasi alami Gambar 11: Lahan yang ditumbuhi rumput di areal Politani dengan kemampuan lahan kelas V
Lahan kosong yang berada di daerah Purwajaya ini sebenarnya adalah tanah untuk timbunan. Tanah untuk timbunan ini setelah diteliti memiliki kelas kemampuan lahan IV sehaingga bisa dijadikan tempat untuk menanam tanaman semusim atau tahunan. Sampel tanah kelas V Sampel tanah kelas V ditemukan di Pulutan di areal persawahan, dan juga di areal Politani diareal persawahan dan di areal yang ditumbuhi rerumputan. Lahan kelas V tidak terancam erosi, akan tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak dihilangkan dan membatasi - pilihan penggunaannya, sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan hutan produksi atau hutan lindung dan suaka alam. Lahan di dalam kelas V mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Menurut Murtianto.2012 Lahan ini terletak pada topografi datar atau hampir datar tetapi tergenang air, sering terlanda banjir, berbatu-batu iklim yang kurang sesuai, atau mempunyai kombinasi hambatan tersebut. Contoh lahan kelas V adalah lahan yang sering dilanda banjir, sehingga sulit dipergunakan untuk penanamantanaman semusim secara formal, lahan datar yang berada pada kondisi iklim yang tidak memungkinkan produksi tanaman secara normal, lahan datar atau hampir datar yang berbatu-batu, dan lahan tergenang yang tidak- layak didrainase untuk tanaman semusim, tetapi dapat ditumbuhi rumput atau pohonpohonan. Pada peta kelas kemampuan lahan, lahan kelas V biasanya diberi warna hijau tua. Gambar 9: Areal sawah kemampuan lahan kelas V
daerah
Pulutan
dengan
Areal yang ditumbuhi rumput di Politani memiliki kelas kemampuan lahan V. lahan dengan kelas kemmpuan lahan V ini sebaiknya dijadikan vegetasi alami atau pepohonan saja. Sampel tanah kelas VI Sampel tanah kelas VI ditemukan diareal belakang D.Pag. Menurut Murtianto.2012. Lahan dalam kelas VI mempunyai hambatan berat yang menyebabkan lahan ini tidak sesuai untuk penggunaan pertanian. penggunaan lahan ini terbatas untuk tanaman rumput atau padang penggembalaan; hutan produksi; hutan lindung atau cagar alam. Lahan dalam kelas VI mempunyai pembatas atau ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan, berupa salah satu atau kombinasi factor-faktor berikut : tedetak pada lereng agak curam, bahaya erosi berat, telah tererosi berat, mengandung garam larut atau natrium, berbatu-batu, daerah perakaran sangat dangkal atau iklim yang tidak sesuai. Lahan kelas VI yang terletak pada lereng agak curam jika dipergunakan untuk penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi. Beberapa tanah di dalam Kelas VI yang daerah perakarannya dalam, tetapi terletak pada lereng agak curam dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dengan tindakan konservasi tanah yang berat. Pada peta kelas kemampuan lahan, lahan kelas VI biasanya diberi warna orange Gambar 12: Lahan kosong kemampuan lahan kelas VI
belakang
D.Pag
dengan
Areal persawahan di pulutan memiliki kelas kenanpuan lahan V. areal dengan kelas kemampuan lahan V ini sangat cocok untuk dijadikan padang rumput, vegetasi alami atau pepohonan. Gambar 10: Areal sawah kemampuan lahan kelas V
daerah
Politani
dengan
32
Lahan kosong yang ada dibelakan d pag adalah lahan yang digunakan sebagai pekarangan rumah dan juga merupakan areal timbunan. Sehingga wajar kelas kemampuan lahannya adalah VI. Areal dengan kelas kemampuan lahan VI ini sebaiknya dijadikan vegetasi alami atau ditanami pepohonan saja.
Zahratul Hayati. Jurnal nasional Ecopedon Vol.2 No.1 (2014)...-....
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dari penelitian Evaluasi Kemampuan Lahan Dibeberapa tempat diTanjung Pati dengan menggunakan metode deskriptif FAO adalah: lahan di Tanjung Pati rata-rata berada pada kelas III, IV, V, dan VI. Lahan yang terletak pada kelas III antara lain lahan kosong yang berada di Gank.Perdagangan, lahan yang ditumbuhi rumput di Pulutan, lahan kosong yang berada di Pulutan, daerah yang ditumbuhi rumput di Purwajaya, lahan kosong yang berada dikomPlek SMA, dan lahan kosong yang berada di Politani. Untuk daerah yang terleak dikelas IV adalah lahan kosong yang berada di Gank.Perdagangan dan lahan kosong yang berada di Purwajaya. Untuk kelas V ada 3 daerah yang ada dikelas V yaitu areal Persawahan di Pulutan, persawahan di Politani dan areal yang ditumbuhi rumput di Politani. Untuk daerah kelas VI di tanjung Pati hanya di temui di belakang D.Pag dimana penggunaan lahan ditempat ini adalah areal perumahan.
UCAPAN TERIMA KASIH Yang pertama terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tuhan yang maha esa karena penulis dapat menyelesaikan jurnal dengan baik, dan kepada orang tua, terima kasih banyak atas semua doanya, dan terima kasih kepada dosen yang selalu mendukung penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan jurnal ini dengan baik dan juga kepada teman-teman dari kelompok 1 (Heri Hamdani, Beni Saputra, dan Rani Julia), kelompok 2 (Moratua Hamonangan Mustaqim Ritonga, Endang Mutiara dan Nandang Sutra Donil), kelpmpok 3 (Teti Suarni dan Puspita Handayani), kelompok 4 (Ahmad Paisir, Harni Agustina Rangkuti dan Lupita Simanullang), Kelompok 5 (Renhard Saputa Tampubolon, Niidya Endrini dan Devi Junita), Kelompok 6 (Fitiawati Sandri, Desra Andriani dan Fitri Hidayani) kelompok 7 (Zilfa Febrini, Melisa Rindani dan Adeha Suryani), kelompok 8(Suci Safitri, Grayuda Mandala Deaz dan Lusi Erika Cintia) kelompok 9(Akmal Efendi, Aulia Rahmah dan Rafika Yogi) kelompok 10(Mela Febrianti, Lailatul Husna, Randi Agus Putra dan Rosi Yuliani) yang telah membantu menyelesaikan jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA [1] Murtianto.H.2012.Evaluasi Kemampuan Lahan Untuk Arahan Penggunaan Lahan Dengan Foto Udara. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/HENDRO_MURTIANT O/03_Evaluasi_Kemampuan_Lahan.pdf (20 Maret 2015) u [2] Safle.L. Indra.E.dkk.2012. Klasifikasi Kemampuan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondaw. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80946&val=1027 &title=. Luther safle (20 Maret 2015) [3] USU.Evaluasi Lahan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29237/Chapter %20II.pdf;jsessionid=16075F621BBB3AB9ABBB25489917930E?sequence =4
33
Zahratul Hayati. Jurnal nasional Ekopedon