EVALUASI KEBIJAKAN DUKUNGAN HIGH SPEED DIESEL (HSD) UNTUK OPERASI KRI DI WILAYAH KERJA LANTAMAL III JAKARTA TAHUN 2013-2015 EVALUATION OF HSD SUPPLY POLICY FOR INDONESIAN WARSHIPS OPERATION IN THE 3TH NAVAL MAIN BASE 2013-2015 Sumardi1 Universitas Pertahanan (
[email protected]) Absatrak--TNI Angkatan Laut bertugas untuk melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan, menegakkan hukum,dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi Nasional sesuai dengan ketentuan hukum Nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Lantamal III sebagai pendukung operasi pengamanan wilayah yuridiksi Nasional diwilayahnya membutuhkan alutsista KRI handal yang siap tempur. Kebutuhan yang sangat mendasar bagi operasionalisasi KRI adalah ketersediaan bahan bakar minyak jenis HSD. Selama ini, dukungan HSD sangat kurang hingga berdampak terhadap operasional KRI. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan pedekatan kualitatif. Untuk evaluasi kebijakan digunakan Teori Evaluasi Kebijakan menurut Badjuri dan Yuwono (2002) yang meliputi pencapaian tujuan dan akuntabilitas kebijakan yang telah diimplementasikan, serta memberikan masukan terhadap kebijakan publik yang akan datang. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian tujuan kebijakan dukungan HSD masih bersifat terbatas, akuntabilitas dalam proses perencanaan masih belum sesuai, serta kondisi yang ada belum dijadikan bahan masukan untuk penentuan kebijakan selanjutnya. Di sisi lain,akibat dari kurangnya dukungan HSD dalam operasi KRI di wilayah kerja Lantamal III telah mengakibatkan reaksi dari setiap instansi untuk mengeluarkan kebijakan masing-masing sesuai kepentingannya.Guna mengoptimalkan kebijakan dukungan HSD, maka perencanaan dalam merumuskan dukungan anggaran untuk HSD KRI agar dimaksimalkan. Dukungan dalam bentuk bentuk kuantum sehingga sasaran gelar operasional KRI yang direncanakan dapat dilaksanakan. Selain itu diperlukan peningkatkan pengawasan terhadap akuntabilitas sehingga kebijakan dapat diterapkan secara optimal. Kata kunci: evaluasi kebijakan, dukungan HSD KRI, Lantamal III Abstract--- Indonesian Navy as a part of Indonesian Armed forces has main tasks as follow, to conductsea defense, law enforcement, and security at the sea jurisdiction of the Republic of Indonesia. It is based on national and international laws. Readiness and mainstay of weapon-system is required for supporting the security of national sea jurisdictions. The basic need of Indonesian warship for sea operation activity is a fuel and its type is high speed diesel (HSD). Therefore, if we lack of HSD, it will has implications for warships operation.Qualitative method has used in this research for analyzing the policy of HSD supply for warships operation. This research uses Policy Evaluation Theory from Badjuri and Yuwono (2002) 1
Kolonel Laut Sumardi, M.Si (Han), Alumnus Mahasiswa Strata -2 Program Studi Strategi Perang Semesta Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan Tahun Akademik 2015-2016.
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 45
which is composed of the achievement of goals, accountability, and giving inputs for the next policy. The ways to collect data are interviews, observations and literature study. The result of this research has prevail about the achievement of goals are limited and the planning section is unaccountability. It does not appropriate with the capability, and they did not use the policy evaluation as inputs of the next policies. In the meantime, insufficient of HSD to operate Indonesian warships in areas of the 3th Navy Main Base has caused reactions from every institutions to generate their own policies. To maximize the policy of HSD supply is needed the good formulation of planning and should use quantum as a requirement form. In the end, increasing controls and accountability could make optimum of the policy. Keywords: Policy Evaluation, Indonesian warship fuel supply, Naval Base
Latar Belakang
N
Konstelasi dan kondisi geografis yang Republik
memiliki sumber kekayaan alam berlimpah
negara
bagi Indonesia disatu sisi memberi manfaat
kepulauan yang memiliki luas
bagi kesejahteraan bangsa, namun di sisi
mencapai 5,8 juta km² dengan garis pantai
lain mengandung kerawanan hadirnya
80.791 km dan terdiri dari 17.499 pulau
kepentingan
(Dishidros, 2010) sehingga menjadikan
mengganggu
Indonesia kepulauan
egara
Kesatuan
Indonesia
sebagai
adalah
salah
terbesar
di
satu
negara
keamanan
dunia.
Secara
Potensi
negara
lain
yang
kedaulatan, dan
keutuhan,
keselamatan
kerawanan
bangsa.
tersebut
diantisipasi
kepulauan (archipelagic state) terbesar
perencanaan dan pembangunan strategi
yang luas wilayahnya menduduki hampir
serta kekuatan pertahanan negara yang
dua pertiga kawasan Asia Tenggara. Posisi
mampu
geografis yang terletak pada posisi silang
ancaman
dunia antara Samudra Hindia dan Samudra
perang.
Pasifik serta di antara benua Asia dan
Angkatan Laut (TNI AL) sebagai
Australia
menjadikan
integral dari Tentara Nasional Indonesia
wilayah perairan Indonesia menjadi jalur
(TNI), bertugas untuk melaksanakan tugas
utama perdagangan dunia, baik sebagai Sea
TNI matra laut di bidang pertahanan,
Lanes of Communications (SLOC) maupun
menegakkan
Sea Lanes of Trades (SLOT).2
keamanan diwilayah laut yurisdiksi nasional
2
alamiah
disikapi
harus
geografis, Indonesia merupakan negara
secara
dan
dapat
menghadapi pada
masa
Tentara
berbagai
bentuk
damai
maupun
Nasional
hukum,
dengan
dan
Indonesia bagian
menjaga
sesuai dengan ketentuan hukum nasional
Adi, S. “Peran komando armada RI kawasan barat dalam operasi keamanan mengatasi illegal fishing di laut natuna”. (Bogor, Universitas Pertahanan,2011).
46 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
dan
hukum
internasional
yang
telah
diratifikasi.
yang beroperasi di wilayah kerja Lantamal
KRI merupakan Alutsita yang identik dengan
yang sangat strategis, termasuk pada KRI
Angkatan
Laut
yang
sangat
III Jakarta dimana dukungan HSD untuk KRI hanya terpenuhi 50 persen.
dibutuhkan, namun disamping KRI yang
Bahan bakar HSD yang merupakan
handal yang sangat mendasar, untuk
salah satu bagian logistik, sangat strategis
mobilitas operasi KRI dibutuhkan Bahan
guna
Bakar Minyak jenis High Speed Diesel
rangka melaksanakan tugas pokok TNI AL
(HSD). Hal ini sesuai dengan Peraturan
perlu mendapat kebijakan dari unsur
Panglima TNI No. Kep/946/XII/2014 tanggal
terkait. Peneliti mengamati dilapangan
8 Desember 2014 tentang Tata Cara
bahwa antara harapan yang diinginkan dari
Pengelolaan Bahan Bakar Minyak dan
Lantamal III untuk mendukung secara
Pelumas (BMP).3 Berdasarkan alokasi BMP
optimal HSD untuk KRI berbeda dengan
yang ada, kekurangan dukungan tersebut
kenyataan, sehingga terjadi kekurangan
sangat
dukungan
memengaruhi
operasional
KRI.
mengoperasionalkan
HSD
dan
KRI
perlu
dalam
dicarikan
Kebijakan dukungan bahan bakar yang
jawaban. Oleh karena itu, peneliti tertarik
cenderung menghemat dan memangkas
untuk melakukan kajian ilmiah mengenai
waktu operasi KRI menjadi fenomena yang
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk
menarik
ini
Operasi KRI di Wilayah Kerja Lantamal III
semakin
Jakarta Periode Tahun 2013-2015. Adapun
kedepan
untuk
diteliti.
Kenyataan
dikhawatirkan
berkurangnya dukungan bahan bakar HSD
tujuan
yang diberikan untuk kegiatan operasional
mengevaluasi tentang kebijakan dukungan
KRI mengakibatkan pelaksanaan operasi
HSD pada operasi KRI di wilayah kerja
KRI
Lantamal III periode tahun 2013-2015.
mengalami
keterbatasan.
Padahal
dalam
tuntutan tugas rutin operasi KRI sangat
Metodologi
terkait degan posisi geografis Indonesia
Dalam
penelitian
penelitian
ini
tentang
adalah
evaluasi
kebijakan dukungan HSD untuk operasi KRI 3
Mabes TNI. Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengelolaan Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BMP) di lingkungan TNI No Kep/946/XII/2014 Tanggal 8 Desember 2014.
di wilayah Lantamal III Jakarta tahun 20132015
digunakan
metode
penelitian
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 47
kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat
pengetahuan tentang nilai. Istilah evaluasi
Sugiono (2009) bahwa metode penelitian
sudah menjadi kosa kata dalam bahasa
kualitatif adalah metode penelitian yang
Indonesia.
berlandaskan pada filsafat post-positifsime;
organisasi untuk menilai setiap tujuan,
digunakan untuk meneliti pada kondisi
konsep realisasi/usulan, atau alternatif lain
objek
untuk
yang
alamiah,
dimana
peneliti
Hal
ini
membantu
dapat
dalam
membantu
pengambilan
sebagai instrumen kunci. Pengambilan
keputusan, atau untuk memastikan tingkat
sampel sumber dan data dilakukan secara
prestasi atau nilai sehubungan dengan
snowball.4
purposive
Pendekatan
maksud dan tujuan dari hasil tindakan atas
kualitatif lebih relevan dalam menjelaskan
suatu
fenomena yang terjadi pada dukungan HSD
dilakukan. Evaluasi merupakan interpretasi
untuk operasi KRI di Lantamal III, dimana
terstruktur dan pemberian makna dari
terdapat
prediksi
faktor-faktor
kualitatif
yang
pekerjaan
yang
aktual
telah
untuk
selesai
memperoleh
memengaruhi perubahannya. Perubahan
kejelasan, kebenaran, pembenaran dalam
yang terjadi pada kawasan Lantamal III
penggunaan
merupakan
tertentu. Menurut Arikunto (2010), evaluasi
sehinga
hal
alat
yang yang
cukup
komplek
digunakan
untuk
anggaran
pada
periode
merupakan bagian dari sistem manajemen
menganalisis fenomena tersebut harus
yaitu
perencanaan,
mampu menangkap diamika tersebut. Hasil
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
penelitian dianalisis dengan metode analisa
Tanpa
model data interaktif.
bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut
Evaluasi
dalam
Evaluasi merupakan penentuan prestasi
hasilnya.5
evaluasi
tidak
rancangan,
organisasi,
akan
diketahui
pelaksanaan,
serta
subjek yang sistematis, bernilai, signifikan
Pemahaman mengenai pengertian
mengenai hasil pekerjaan, menggunakan
evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan
kriteria yang diatur oleh serangkaian
pengertian evaluasi yang bervariatif oleh
standard dan merupakan kegiatan untuk
para
mencari sesuatu yang bernilai baik atau
mengemukakan
4
5
Sugiono. “Metodologi penelitian kualitatif”. (Bandung, PT. Remaja Rosda-karya,2009).
pakar
evaluasi.
Owen
bahwa
(2006) evaluasi
Arikunto, S. &Jabar, C. S. A. “Evaluasi program pendidikan”. ( Jakarta: Bumi Aksara(2010).
48 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
merupakan
proses
dari
pengambilan
evaluasi dapat menjadi informasi untuk
keputusan tentang nilai atau kekayaan dari
pengambilan keputusan.
suatu objek yang sedang dikaji (evaluation
Evaluasi Kebijakan
as the process of making a judgement about
Evaluasi
kebijakan
the value or worth of an object under
kebijakan
dimana
review). Senada dengan hal tersebut,
mempunyai nilai dari hasil tujuan atau
Suchman (sebagaimana dikutip dalam Alkin,
sasaran kebijakan. Bagian akhir dari suatu
2004) mengatakan bahwa evaluasi sebagai
proses kebijakan adalah evaluasi kebijakan.
pemanfaatannya berdasarkan akal sehat
Sebuah kebijakan tidak bisa dilepas begitu
dan
sosial
saja, tanpa dilakukan evaluasi. Aspek
sehingga penilaian tersebut menjadi sangat
evaluasi dimana pada aspek ini analis
bernilai (evaluation as a commonsense
berusaha untuk mengetahui apa dampak
usage, referring to the social process of
yang ditimbulkan oleh suatu tindakan
making judgment of worth). Lebih lanjut,
kebijakan, baik dampak yang diharapkan
Alkin (2004) mengatakan bahwa evaluasi
maupun yang tidak diharapkan. Evaluasi
menjadi sebuah proses penting untuk
kebijakan dilakukan untuk menilai sejauh
merangsang
efektif
mana keefektifan kebijakan publik untuk
(evaluation as an important process to
dipertanggung jawabkan kepada publiknya
stimulate effective management)6.
dalam rangka mencapai tujuan yang telah
mengacu
kepada
proses
pengelolaan
yang
merupakan pada
hasil
kenyataannya
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah
ditetapkan. Evaluasi dibutuhkan untuk
evaluasi pada dasarnya dilakukan untuk
melihat kesenjangan antara harapan dan
mencari nilai dan kegunaan dari objek yang
kenyataan.
dievaluasi. Jika evaluasi yang dilakukan adalah
untuk
Tujuan Evaluasi Kebijakan, Evaluasi
mengevaluasi
kebijakan merupakan salah satu tahapan
program/kebijakan yang menjadi objek
penting dalam siklus kebijakan. Pada
evaluasi, maka evaluasi dilakukan untuk
umumnya evaluasi kebijakan dilakukan
mencari
setelah
nilai
dan
kegunaan
dari
kebijakan
publik
tersebut
program/kebijakan tersebut sehingga hasil
diimplementasikan. Ini tentunya dalam
6
rangka menguji tingkat kegagalan dan
Alkin, M. C. Evaluation roots. (London: Sage Publication, Inc, 2004).
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 49
keberhasilan,
keefektifan
dan
suatu proses untuk menilai suatu kebijakan
keefisienannya. Badjuri dan Teguh Yuwono
publik dapat membuahkan hasil yaitu
(2002:132) menyatakan Evaluasi kebijakan
dengan membandingkan antara hasil yang
setidak-tidaknya
diperoleh dengan tujuan dan/atau target
dimaksudkan
untuk
memenuhi tiga tujuan utama, yaitu :
kebijakan
a. Untuk menguji apakah kebijakan yang
Berdasarkan pemahaman teori tersebut,
diimplementasikan
telah
mencapai
tujuannya? b. Untuk
akuntabilitas
yang
ditentukan.
definisi kebijakan publik adalah keputusan yang
menunjukkan
publik
dibuat
Pemerintah,
oleh
negara,
sebagai
khususnya
strategi
untuk
pelaksana publik terhadap kebijakan
merealisasikan tujuan dari negara yang
yang telah diimplementasikan.
bersangkutan. Kebijakan publik adalah
c. Untuk
memberikan
masukan
pada
strategi untuk mengantar masyarakat pada
kebijakan-kebijakan publik yang akan
masa awal, memasuki masyarakat pada
datang. 7
masa
Sekalipun penerapan suatu kebijakan oleh
pemerintah
transisi,
untuk
menuju
kepada
masyarakat yang dicita-citakan.
telah
dirancang
Pertahanan Negara
untuk
mencapai
Pada hakikatnya merupakan segala upaya
tujuannya, namun tidak selalu penerapan
pertahanan yang bersifat semesta, yang
tersebut dapat mewujudkan semua tujuan
penyelenggaraannya
yang
kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh
sedemikian
hendak
implementasi
rupa
dicapai. yang
Terganggunya
menjadikan
tidak
warga
negara
didasarkan
serta
keyakinan
pada
pada
tercapainya tujuan kebijakan mungkin pula
kekuatan sendiri untuk mempertahankan
disebabkan oleh pengaruh dari berbagai
kelangsungan hidup bangsa dan negara
kondisi lingkungan yang tidak teramalkan
Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
sebelumnya.
Upaya pertahanan yang bersifat semesta
Berdasarkan uraian di atas, maka disintesiskan evaluasi kebijakan adalah 7
Badjuri, Abdulkahar & Yuwono, Teguh. “Kebijakan Publik Konsep & Strategi”. (Semarang, Undip Press, 2002)
adalah
model
yang
dikembangkan
berdasarkan pertimbangan strategis bukan karena alasan ketidakmampuan dalam membangun pertahanan yang modern.
50 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
Meskipun Indonesia telah mencapai tingkat
mengawal dan mengamankan Pancasila
kemajuan
sebagai dasar negara dan falsafah bangsa
tersebut
yang
cukup
tetap
menempatkan
tinggi,
dikembangkan warga
negara
model dengan
Indonesia.
Sedangkan
sebagai
sistem politik negara, upaya pertahanan
subjek pertahanan negara sesuai dengan
negara
perannya
terwujudnya
masing-masing.
Sistem
diarahkan
dalam
untuk
pertahanan
menjaga
mendukung negara
yang
pertahanan negara yang bersifat semesta
demokratis, stabil, bersih, dan berwibawa
bercirikan kerakyatan, kesemestaan dan
memungkinkan
kewilayahan. Ciri kerakyatan mengandung
pembangunan nasional dengan baik. 8
makna
Strategi Pertahanan di Laut
bahwa
orientasi
pertahanan
terselenggaranya
diabdikan oleh dan untuk kepentingan
Sistem
seluruh
disusun berdasarkan konsep geostrategi
rakyat.
mengandung
Ciri
makna
kesemestaan bahwa
seluruh
pertahanan
sebagai
negara
negara
Indonesia
kepulauan.
Hal
ini
sumber daya nasional didayagunakan bagi
tercantum dalam UUNo. 3 Tahun 2002
upaya
tentang
pertahanan.
Ciri
kewilayahan
Pertahanan
bahwa
disusun
dengan
merupakan gelar kekuatan pertahanan
pertahanan
yang tersebar di seluruh wilayah NKRI,
mempertimbangkan
sesuai dengan kondisi geografi sebagai
Indonesia
satu kesatuan pertahanan.
Konsep pertahanan negara sendiri disusun
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga
melindungi
kondisi
sebagai
dengan
geografis
negara
kepulauan.
mengedepankan
konsep
kedaulatan
pertahanan
berlapis
NKRI
pertahanan
yang
bertumpu
keselamatan segenap bangsa dari segala
keterpaduan
antara
lapis
bentuk
pertahanan
militer dan lapis pertahanan nirmiliter.
negara dalam menjaga kedaulatan negara
Konsep pertahanan negara yang bersifat
mencakup upaya untuk menjaga sistem
pertahanan berlapis memiliki tujuan untuk
ideologi negara dan sistem politik negara.
penangkalan,
negara,
dan
negara
Negara
keutuhan
ancaman.
wilayah
Tujuan
dan
yaitu
mengatasi
konsep pada
pertahanan
dan
Dalam menjaga sistem ideologi negara, upaya pertahanan negara diarahkan untuk
8
Undang-Undang No.34 Tahun 2004 Tentang TNI Pasal 7 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127.
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 51
menanggulangi
ancaman
militer
atau
Dengan
berbagai
pertimbangan,
nirmiliter dan untuk tujuan menghadapi
maka strategi
perang berlarut.
merupakan gabungan dari penangkalan
Fungsi
penangkalan
penangkalan Indonesia
merupakan
dengan cara penolakan dan dengan cara
strategi yang dilaksanakan pada masa
pembalasan berupa pertahanan melingkar
damai, dan merupakan integrasi usaha
multilapis
pertahanan, yang mencakup instrumen
dukungan rakyat atas peran TNI sebagai
politik, ekonomi, psikologi, teknologi, dan
kekuatan
militer. Di dalam buku Strategi Pertahanan
Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), sebagai
Negara disebutkan bahwa pada konsep
bagian dari TNI, memiliki peran, tugas, dan
penangkalan terdapat dua macam strategi
fungsi sebagai penangkal terhadap setiap
penangkalan, yaitu penangkalan dengan
bentuk ancaman militer dan ancaman
cara penolakan dan penangkalan dengan
bersenjata dari luar dan dalam negeri
cara
dari
terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah,
pelaksanaan strategi penangkalan dengan
dan keselamatan bangsa (Bab IV pasal 6
cara
pem-bangunan
ayat (1) UU No. 34 Tahun 2004). Dalam
sistem pertahanan yang moderen berbasis
pelaksanaan peran, tugas dan fungsi yang
alutsista yang canggih dan andal serta
telah diamanatkan oleh UU tersebut, TNI
mampu
penggetar
AL memiliki doktrin yang dikenal sebagai
(deterrence effect) yang kuat. Sementara
doktrin Eka Sasana Jaya yang merupakan
penangkalan dengan cara pembalasan
turunan dari doktrin TNI yaitu TRIDEK (Tri
dilaksanakan
tidak
Dharma Eka Karma). Di dalam doktrin
memiliki sistem pertahanan militer berbasis
tersebut, tercantum konsep pertahanan
alutsista ideal dan dilaksanakan dengan
negara di laut yang meliputi segala upaya
cara
berlarut
pertahanan yang bersifat semesta dengan
gerilya
mengikut sertakan seluruh warga negara
pembalasan.
penolakan
adalah
memiliki
jika
peperangan
menggunakan
Konsekuensi
daya
suatu
negara
yang strategi
(Kementerian Pertahanan RI, 2007).9
dengan
utama.
Tentara
kekuatan
Nasional
dalam usaha pertahanan negara di dan atau lewat laut.
9
pusat
Undang-undang Negara Republik Indonesia, 2004 UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
52 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
Pembahasan
yang tidak teramalkan sebelumnya. Tujuan
Setelah mencermati hasil analisa perihal
evaluasi kebijakan merupakan salah satu
dukungan HSD pada operasi KRI di wilayah
tahapan penting dalam siklus kebijakan.
kerja Lantamal III, kemudian digunakan
Pada
teori Evaluasi Kebijakan sebagai alat dalam
dilakukan setelah kebijakan publik tersebut
membahas penelitian tersebut. Menurut
diimplementasikan. Ini tentunya dalam
Badjuri dan Yuwono
rangka menguji tingkat kegagalan dan
(2002), evaluasi
umumnya,
evaluasi
kebijakan
kebijakan setidak-tidaknya dimaksudkan
keberhasilan, keefektifan, dan efisiensinya.
untuk memenuhi tiga tujuan utama yaitu:
Kebijakan Dukungan HSD Pada Operasi KRI
(1) untuk menguji apakah kebijakan yang
Di Wilayah Kerja Lantamal III Tahun 2013-
diimplementasikan
2015
tujuannya;
(2)
telah untuk
mencapai menunjukkan
Badjuri dan Yuwono (2002) meninjau
akuntabilitas pelaksana publik terhadap
evaluasi
kebijakan yang telah diimplementasikan;
akuntabilitas, dan masukan untuk kebijakan
dan (3) untuk memberikan masukan pada
yang akan datang. Hasil analisa tentang
kebijakan-kebijakan
kebijakan
publik
yang
akan
datang. 10 Hal penerapan
kebijakan
dukungan
dari
HSD
tujuan,
memberikan
pemahaman bahwa pengadaan BMP tidak ini
dikarenakan suatu
sekalipun
kebijakan
oleh
sama dengan proses pengadaan barang dan jasa secara umum. Dukungan BMP
pemerintah telah dirancang sedemikian
merupakan
kewenangan
rupa untuk mencapai tujuannya, namun
sementara
pelaksanaannya
tidak selalu penerapan tersebut dapat
tanggung
mewujudkan semua tujuan yang hendak
terkait,
dicapai. Terganggunya implementasi yang
Pertahanan dan Mabes TNI. Oleh karena
menjadikan
tujuan
itu,sebagai landasan kerja pengelolaan
kebijakan, mungkin pula disebabkan oleh
BMP, telah dikeluarkan Permenhan No. 61
pengaruh dari berbagai kondisi lingkungan
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
tidak
tercapainya
jawab dalam
Pemerintah, menjadi
kementerian/lembaga hal
ini
Kementerian
Perhitungan Susut dan Penghapusan Bahan 10
Badjuri, Abdulkahar & Yuwono, Teguh. “Kebijakan Publik Konsep & Strategi”. (Semarang, Undip Press, 2002).
Bakar Minyak dan Pelumas di lingkungan
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 53
Kementerian Pertahanan dan TNI. Dengan
rancangan dari perencanaan dalam hal
demikian, perumusan penggunaan BMP
pertahanan. Faktor tujuan dari pertahanan
menjadi kewenangan internal Kemhan dan
di
Mabes TNI.11
mewujudkannya. Komunikasi awal yang
Kebijakan penghematan HSD, karena kondisi
negara
yang
belum
mampu
laut
membutuhkan
upaya
untuk
terintegrasi antara Kemhan, TNI, dan Kemenkeu dalam rangka menciptakan
mendukung kebutuhan HSD sesuai yang
kedaulatan
diharapkan, dilakukan dengan memberikan
dikembangkan dan dijalin secara terus
pembatasan penggunaan HSD, antara lain
menerus.
dukungan untuk kendaraan dinas diberikan
pencerahan tentang pertahanan negara di
tujuh liter per hari kerja (norma bekal 12
lautdan
liter) dan kebutuhan HSD lain sesuai
dukungan HSD sesuai dengan bekal operasi
golongan induk diberikan sebesar 80
KRI.
persen dari norma bekal, seperti yang
menciptakan kedaulatan dilaut akan dapat
disampaikan oleh Dirjenrenhan. Dengan
tercapai. Jika memerhatikan kebijakan
memerhatikan
pengurangan yang telah dibahas diatas,
pengurangan
tersebut,
di
laut,
Semua
berharap
Dengan
perlu
pihak
memerlukan
adanya
demikian,
belum
untuk
pemenuhan
tujuan
tentunya perlu untuk memahami secara
mengindikasikan
komprehensif apa yang melatar belakangi
tujuan
dan juga apakah hanya untuk dukungan
negara. Dilain pihak, TNI AL yang menjadi
rutin atau operasi.
garda terdepan dalam menjaga kedaulatan
pertahanan
sejalan
untuk
dan
antara
kemampuan
Dalam mengelola anggaran negara,
wilayah Indonesia, membutuhkan pasokan
Pemerintah cq Kementerian Keuangan
HSD sesuai pengajuan. Jika dicermati,
telah
kemampuan
faktor tujuan pertahanan di laut belum
negara. Prediksi dukungan Kementerian
dapat terselenggara sesuai dengan yang
Keuangan setahun kedepan memiliki arti
direncanakan.
mendasarkan
pada
penting untuk bisa diperoleh Kementerian Pertahanan 11
dan
TNI
membangun
Mabes TNI. “Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengelolaan Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BMP) di lingkungan TNI No Kep/946/XII/2014” Tanggal 8 Desember 2014
Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI merupakan institusi yang menerima dukungan HSD dalam bentuk anggaran melalui Kementerian Keuangan secara
54 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
global karena tugas pokok dan fungsi TNI
pertahanan yang digelar secara Tri Matra
dilaksanakan secara Tri Matra Terpadu.
Terpadu. Di sisi lain upaya mengakomodir
Oleh
kebutuhan TNI serta untuk dapat menepati
karenanya,
telah
diterbitkan
Permenhan No. 61 Tahun 2014 tanggal 16
sesuai
Oktober
dukungan, telah menyebabkan dukungan
2014
Pelaksanaan
tentang
Pedoman
Perhitungan
melalui
penambahan
dan
melewati batas pagu yang ditentukan. Bila
Penghapusan Bahan Bakar Minyak dan
hal ini, berlangsung secara berulang setiap
Pelumas
Kementerian
tahunnya, maka bisa menimbulkan hutang
Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia
BBM yang cukup besar, dan menjadi
sebagai dasar dalam mengelola dukungan
kewajiban negara untuk menyelesaikannya.
HSD di Kementerian Pertahanan dan TNI.
Proses
Pengajuan HSD yang dilaksanakan oleh TNI
mempengaruhi
kepada kementerian Pertahanan telah
ditahun
dijelaskan
memenuhi
Kementerian Pertahanan dan TNI sebisa
ketentuan, yaitu dalam bentuk kuantum
mungkin mengevaluasi tentang pagu HSD
Memperhatikan perihal perbedaan antara
dalam
pengajuan kurang lebih Rp 9,8 Triliun dan
kedaulatan di laut.
di
Susut
indeks
Lingkungan
bahwa
sudah
turunnya dukungan sebesar Rp 2,95 Triliun,
penyelesaian
kemampuan
mendatang.
rangka
tersebut
Oleh
dapat negara
karenanya,
mewujudkan
tujuan
dukungan
HSD
Penyaluran
maka hal ini membuktikan belum adanya
merupakan tanggung jawab PT. Pertamina.
kompromi
menyusun
Sesuai hasil analisa telah dapat dipahami
pengajuan. Permohonan dukungan BBM
bahwa PT. Pertamina merupakan BUMN
masih didasari indeks, belum melihat
dengan demikian dalam mendukung HSD
kemampuan negara dalam merealisasikan
untuk TNI didasari regulasi dari pemerintah
indeks
demikian
yang dalam hal ini adalah Kementerian
Kementerian Pertahanan dan TNI tetap
ESDM. Selanjutnya dalam melaksanakan
mengupayakan untuk bisa terpenuhi sesuai
dukungan khususnya bagi KRI, Pertamina
dengan
selalu
positif
tersebut.
pengajuan,
dalam
Namun
melalui
proses
berupaya
untuk
dapat
penambahan dukungan. Hal ini dilakukan
merealisasikannya sesuai ketentuan yang
untuk
ada. Dengan memperhatikan tidak semua
dapat
mencapai
tujuan
dari
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 55
instalasi Pertamina memiliki cadangan jenis
disebabkan adanya perbedaan dari Mabes
HSD untuk KRI, maka memerlukan waktu
TNI yang hanya mampu memberikan
antara pengajuan dan realisasi dukungan,
dukungan
karena harus di support dari instalasi
pengajuan yang disampaikan oleh TNI AL.
Pertamina yang lain. Namun pada dasarnya
Namun pada proses penyalurannya atau
faktor tujuan yang dimiliki yaitu mampu
distribusi dukungan mencapai 50 persen
memberikan dukungan bagi TNI khususnya
untuk operasi.
KRI, telah dapat dicapai.
sebesar
30
persen
dari
Mengingat selisih perbedaan dalam
Unsur jaring distribusi HSD untuk KRI
kebijakan itu mencapai 20 persen. Tentunya
yang dimulai dari Mabes TNI sampai
untuk memenuhinya akan mengambil porsi
dengan Dinas Perbekalan Koarmabar, telah
dari kebutuhan yang lain. Dengan demikian
berupaya mencermati faktor tujuan dari
di pihak lain menjadi berkurang, selanjutnya
menjaga
pihak yang kekurangan akan mengajukan
kedaulatan
di
laut
yang
diselenggarakan oleh TNI AL. Akan tetapi
penambahan,
masih perlu untuk menyelaraskan pedoman
kebijakan yang dilakukan unsur distribusi
yang digunakan. Seperti contoh pada Dinas
itu telah menyebabkan adanya kelebihan
material
Armabar
pagu. Situasi ini selanjutnya diantisipasi
mempedomani Surat Keputusan Panglima
dengan membuat skala prioritas oleh Staf
TNI Nomor Skep 480/XII/2006 tanggal 11
Operasi Armabar terhadap pengerahan KRI
Desember
Petunjuk
untuk menggelar operasi dengan harapan
BMP
HSD yang ada tetap dapat mendukung
dan
Perbekalan
2006,
Administrasi
tentang
Norma
Bekal
dilingkungan TNI/Dephan. Dari Rencana Kebutuhan yang diajukan untuk kegiatan
sehingga
pada
akhirnya
operasi KRI. Penentuan skala prioritas merupakan
rutin didukung kurang lebih 60
persen
permasalahan tersendiri bagi TNI AL,
sedangkan
operasi
karena dalam perencanaan program kerja
didukung
untuk
yang
yang dimulai satu tahun sebelumnya
tumpng tindih dengan kebijakan satuan
seharusnya telah dicantumkan operasi yang
diatasnya
akan diselenggarakan ditahun berikutnya.
proses
50
kegiatan
persen.
akan
sangat
pendistribusian
Kebijakan
mempengaruhi HSD.
Hal
ini
Kebijakan skala prioritas menunjukan tidak
56 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
sinkronnya antara fungsi perencanaan dan
ditentukan. Proses aliran dukungan ini telah
fungsi
untuk
memiliki akuntabilitas baik dan sudah
memenuhi faktor tujuan, sebenarnya fungsi
didukung dengan metode pencocokan
Administrasi
memberikan
penelitian (COKLIT) oleh BPKP. Apabila
informasi yang akurat tentang kemampuan
dihadapkan dengan faktor tujuan, maka
dukungan administrasi yang ada. Sehingga
faktor akuntabilitas juga telah sesuai
perencanaan akan disusun sesuai dengan
dengan
kemampuannya,
mendukung pertahanan di laut.12
administrasi.
harus
Dimana
dapat
terutama
pada
gelar
operasi KRI. Demikian juga, tidak saja untuk
kemampuan
yaitu
untuk
Unsur pada jaring distribusi seperti
gelar operasi akan tetapi perencanaan itu
yang
sudah
dijelaskan
diharapkan telah mengakomodir hal-hal
menyalurkan
dukungan
yang bersifat emergency. Sehingga seluruh
pedoman kebijakan yang tidak sama. Hal ini
kegiatan gelar operasi KRI merupakan
tentunya berimplikasi pada akuntabilitas
prioritas bagi TNI AL dan lebih diutamakan,
pencapaian
serta harus didahulukan dari kegiatan
dalam kebijakan menyebabkan munculnya
sehari-hari yang bersifat rutin.
hutang
tujuan
BBM.
Bila
diatas,
dalam
menggunakan
logistik
Perbedaan
dipandang
dari
Menurut Badjuri dan Yuwono (2002),
permasalahan melebihi pagu, tentunya hal
dalam mengevaluasi kebijakan perlu dilihat
ini merupakan pengaruh dari akuntabilitas
segi
telah
yang belum sesuai. Demikian juga pada
menyalurkan dukungannya sesuai dengan
sistim perencanaan dan administrasi belum
kemampuan yang ada melalui Kementerian
memiliki keterkaitan yang sinergi dalam
Keuangan. Hal ini menunjukan tanggung
membuat rancang bangun program kerja
jawab
rangka
tahun yang akan datang. Sehingga masih
pertahanan
memunculkan adanya skala prioritas dalam
negara. Demikian selanjutnya, dukungan
menentukan operasi yang hendak digelar.
tersebut
Kementerian
Memperhatikan hal itu, tentunya dengan
Pertahanan dan TNI sesuai alokasi yang
adanya pemilahan prioritas, maka berarti
akuntabilitas.
Pemerintah
melaksanakan
Pemerintah
dalam
kebijakan
diterima
oleh
diberikan, kemudian diteruskan kepada TNI AL sesuai jaring distribusi yang telah
12
Badjuri, Abdulkahar & Yuwono.” TeguhKebijakan Publik Konsep & Strategi”. (Semarang, Undip Press, 2002)
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 57
terdapat operasi KRI yang dipertimbangkan
ketidak sesuaian antara pengajuan dan
untuk tidak menjadi prioritas dan ditunda
dukungan.
atau dibatalkan penyelenggaraannya. Oleh karenanya
akuntabilitas
dalam
proses
Jika
evaluasi
pengajuan
HSD
dijadikan secara
dasar
riil,
maka
perencanaanpun ternyata belum mencapai
pemerintah akan dapat merealisasikan
seperti yang diinginkan dalam program
sehingga
kerja TNI AL terutama pada gelar operasi
prioritas yang mengabaikan operasi lain
KRI.
yang dianggap tidak prioritas. Seperti yang
tidak
muncul
adanya
skala
Sesuai Badjuri dan Yuwono (2002),
disampaikan tentang adanya konfirmasi
adanya masukan kedepan juga merupakan
ulang untuk pengajuan riil operasi. Situasi
bagian
kebijakan.Oleh
ini telah memunculkan intepretasi adanya
secara
kegiatan yang tidak riil. Hal tersebut
berkesinambungan perlu dilakukan oleh
seharusnya sudah menjadi agenda yang
jajaran
terevaluasi
setiap
menjadi
masukan
dari
evaluasi
karenanya,
evaluasi
instansi
dukungan
HSD
yang
terkait
untuk
dengan
operasi
KRI.
tahunnya
sehingga
operasi
KRI
Mencermati tentang dukungan operasi
kedepan.Akan tetapi, bila dicermati bahwa
untuk KRI yang belum dapat dipenuhi
jajaran Lantamal III berharap dari setiap
sesuai pengajuan dan hal ini telah berulang
unsur jaring distribusi untuk kedepannya,
dari setiap tahunnya, tentunya menunjukan
kebutuhan HSD dapat terpenuhi sesuai
bahwa
operasi yang direncanakan sebelumnya.
evaluasi
dibuat
belum
dasar
untuk
Mencermati hasil pembahasan diatas,
dukungan
HSD.
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
Pengajuan HSD yang berpatokan pada
Pemerintah sesuai Inpres No. 13 Tahun 2011
indeks, perlu lebih flexible yang lebih
tanggal 11 Agustus 2011 telah memberikan
berorientasi
arahan
sepenuhnya menyusun
yang
menjadi pengajuan
pada
kemampuan
negara
kepada
jajaran
untuk mendukungnya. Seperti yang telah
Kementerian/Lembaga untuk melakukan
disampaikan oleh Asiten Logistik Kasal,
penghematan
bahwa pengajuan HSD telah melalui proses
bahan bakar minyak. Hal ini dilakukan
akuntabilitas. Akan tetapi masih terjadi
karena
terhadap
persediaan
58 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
energi
peng-gunaan
fosil
yang
semakin menipis. Salah satu dari arahannya
karenanya tujuan yang dicapai menjadi
adalah
indeks
terbatas. Demikian pula dengan adanya
dukungan khususnya kendaraan dinas.
perbedaan antara pengajuan dan dukungan
Indeks yang semula dengan indeks 12 liter
telah menunjukan akuntabilitas antara
perhari kerja telah diubah dan diturunkan
fungsi perencanaan dan fungsi administrasi
menjadi tujuh liter perhari kerja dan
belum sesuai.
dengan
kebutuhan
lain
mengurangi
didukung
80
persen.
Direktorat EBTKE berencana untuk
Kondisi ini juga mempengaruhi dukungan
mendukung dari biosolar untuk operasi KRI
HSD untuk operasi KRI di wilayah kerja
namun sampai dengan saat ini. Biosolar
Lantamal III Jakarta. Melalui teori evaluasi
ongkos produksinya masih terlalu mahal
kebijakan dapat diketahui bahwa kebijakan
sehingga
belum
mencukupi
pemerintah itu tetap dilaksanakan untuk
anggaran
negara
dalam
mendukung pertahanan di laut namun
program tersebut. Hasil evaluasi kebijakan
hanya indeks yang diturunkan sehingga
sesuai tinjauan faktor tujuan, akuntabilitas,
tujuan kebijakan diharapkan tetap dapat
dan masukan kedepan. Belum ditemukan
tercapai, dan penentuan indeks juga telah
adanya pengaruh yang besar untuk Mabes
didasari dari evaluasi-evaluasi yang menjadi
TNI maupun TNI Al dalam mendukung
masukan positif bagi pemerintah untuk
operasi KRI untuk menjaga kedaulatan
menetapkan kebijakan kedepannya.
negara dilaut.
untuk
mendukung
Kementerian keuangan berdasarkan
PT. Pertamina telah memberikan
alasan kondisi kemampuan negara, maka
komitmen yang baik terhadap upaya
memberikan dukungan 30 persen dalam
negara untuk menjaga kedaulatannya di
bentuk anggaran. Hal ini tentunya tidak
laut.
mempedomani instruksi presiden bahwa
menerapkan kebijakan untuk mendukung
untuk kebutuhan lain yang bukan rutin dari
BBM yang dimintakan oleh Kementerian
BBM seharusnya didukung 80 persen.
Perthanan
Dalam
dalam
diberikan pada dasarnya telah ditetapkan
tidak
oleh Kementerian Keuangan dalam bentuk
terpisah antara rutin dan operasi. Oleh
pagu anggaran.Tujuan dari penetapan pagu
memberikan
dukungan
bentuk anggaran secara
global
Komitmen
dan
ini
TNI.
adalah
dengan
Dukungan
yang
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 59
anggaran ini adalah untuk melakukan
Dalam hal dukungan yang diterima menjadi
penghematan. Mencermati dari kebijakan
satu sehingga pada evaluasi kebijakan
PT. Pertamina tersebut mengakibatkan
menjadikan faktor tujuan hanya tercapai
akuntabilitas untuk menepati pagu tidak
secara terbatas. Dikarenakan dukungan
terlaksana
yang diterima perlu untuk dipilah kembali
dengan
baik
sesuai
yang
diharapkan.
dan disesuaikan dengan kegiatan, termasuk
Kementerian Pertahanan dan Mabes
operasi untuk KRI. Proses ini tentunya
TNI dalam menyalurkan dukungan BBM
memberikan pengaruh yang menghambat
telah disesuaikan dengan dukungan yang
pencapaian tujuan operasi.
telah diterima dari Kementerian Keuangan
Komando
Armada
Barat
serta
yaitu 30 persen dari pengajuan. Mengingat
Lantamal III Jakarta merupakan satuan
bahwa perencanaan dalam mengajukan
yang menyelenggarakan kegiatan operasi
BBM
oleh
mempertahankan kedaulatan negara di laut
perencanaan pertahanan yang dilakukan
Sesuai strategi yang telah disampaikan di
secara Tri Matra terpadu. Namun dengan
atas. Kekurangan dukungan HSD untuk
tidak sesuainya pengajuan dan dukungan
operasi KRI telah mengeluarkan kebijakan
HSD yang diterima oleh Lantamal III Jakarta
internal dengan memberikan dukungan 50
untuk
KRI.
persen untuk operasi dan 60 persen untuk
akuntabilitas
kegiatan rutin. Kebijakan internal didasari
tentunya
dilatarbelakangi
menyelenggarakan
Menunjukan
bahwa
operasi
perencanaan pada pengajuan dan distribusi
dari
belum sesuai.
dukungan yang harus diberikan. Mendasari
Pihak
TNI
AL
skala
prioritas
dalam
memilah
dalam
evaluasi kebijakan maka dapat diketahui
mendistribusikan dukungan berpedoman
bahwa tujuan operasi hanya dapat dicapai
pada dukungan yang diterima yaitu 30
terbatas dan akuntabilitas dukungan belum
persen. Penerimaan dukungan HSD bersifat
sesuai dikarenakan kebijakan internal yang
global. Disisi lain, dasar pengajuan BBM
dibuat belum sinkron dengan kebijakan
adalah kegiatan yang akan dilaksanakan
yang dibuat pemerintah, Kemhan dan TNI.
oleh TNI AL dan jajarannya, baik yang
Agar
bersifat rutin maupun kegiatan operasi.
pembahasan kebijakan dapat dilihat pada
lebih
mudah
60 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
memahami
dalam
Tabel 1: Kebijakan Instansi dan Evaluasi Kebijakan Pada Dukungan BBM NO
INSTANSI
1 1
2 Pemerintah
2
Kemenkeu
3
Ditjen EBTEKE Pertamina
4 5 6
Kemenhan dan TNI TNI AL
7
Koarmabar
8
KEBIJAKAN
EVALUASI
3 dukungan untuk kendaraan dinas diberikan 7liter per hari kerja (norma bekal 12 liter) dan kebutuhan BBM lain sesuai golongan induk diberikan sebesar 80% dari norma bekalIndeks Mendukung sebesar 30% dari pengajuan dalam bentuk anggaran belanja operasional
4 Tujuan untuk memepertahankan kedaulatan di laut telah dilaksanakan, akuntabilitas telah sesuai kemampuan negara hasil pencapian tujuan digunakan sebagai landasan dalam kebijakan berikutnya Tujuan untuk mendukung Operasi KRI tercapai secara terbatas. Akuntabilitas antara fungsi poerencanaan dan fungsi administrasi belum sesuai Tidak mempengaruhi gelar operasi KRI di Lantamal III Akuntabilitas penentuan pagu tidak ditepati
KRI didukung B(0) atau HSD murni Mendukung berapapun yang diajukan TNI Dukungan yang diterima 30% disalurkan untuk 5 Uo Menyalurkan sesuai dukungan 30%
Memberikan dukungan untuk operasi 50% (sesuai prioritas) dan rutin 60% Lantamal III Menyalurkan dengan dasar skala prioritas dari Sops Armabar Sumber : Diolah Peneliti
Tujuan operasi terbatas, pengajuan dan distribusi belum sesuai Dukungan operasi dan rutin untuk BBM dilaksanakan secara global sehingga pencapaian tujuan terbatas Tujuan operasi terbatas sesuai skala prioritas, akuntabilitas dukungan belum sesuai Sesuai evaluasi pada koarmabar karena sebagai pelalkana
KETERANGAN Instruksi Presiden No. 13 Tahun 2011 tanggal 11 Agustus 2011 tentang penghematan energi, air, dan listrik.
Belum memisahkan anggaran operasi dan rutin
Belum dapat mendukung biosolar Mengikuti kebijakan menteri ESDM Tri Matra terpadu Distribusi operasi dan rutin belum dipisahkan. kebijakan internal Mengikuti Kebijakan internal Armabar
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 61
Dampak Kebijakan Dukungan HSD Pada
negara, terutama terkait dengan menjaga
Operasi KRI di Lantamal III Tahun 2013-2015
kedaulatan
Hasil analisa kebijakan terhadap dukungan
demkian,
operasi KRI
kepada TNI telah melebihi pagu anggaran
saat ini menunjukan belum
negara
di
meskipun
Dengan
penyaluran
masih
TNI AL. Menurut Badjuri dan Yuwono
PT.Pertamina. Ditinjau dari pencapaian
(2002), telah menyatakan, bahwa fungsi
tujuan seperti yang dijelaskan oleh Badjuri
dari
untuk
dan Yuwono (2002) bahwa dalam evaluasi
mengetahui apakah kebijakan tersebut
kebijakan perlu diketahui pencapaian dari
telah mencapai tujuannya, akuntabilitas
tujuan yang telah ditentukan. Dengan
yang
adanya pengurangan kebutuhan HSD untuk
kebijakan
ditunjukan,
dan
adalah
apakah
telah
oleh
Operasi
akan datang. Mencermati hal itu, kebijakan
Pemerintah melalui
pemerintah dengan dikeluarkannya melalui
tentunya
Inpres No. 13 tanggal 11 Agustus 2011
penyesuaian antara tujuan yang diinginkan
tentang penghematan energi, air dan listrik
oleh TNI AL dan kemampuan negara untuk
telah
proses
mencapai tujuan tersebut. Penyesuaian ini
perjanjian pendistribusian dukungan HSD di
berimplikasi pada jaring distribusi jajaran
seluruh
dilaksanakan
TNI AL mulai dari tingakat pusat sampai ke
melalui PT.Pertamina perlu diperbaharui
Lantamal III dalam menyalurkan dukungan
setiap tahunnya yang mencakup tidak
HSD.
Indonesia
dampak
yang
hanya HSD untuk KRI, akan tetapi juga
yang
dilayani
memberikan masukan pada kebijakan yang
mengakibatkan
KRI
akan
HSD
mencapai sesuai dengan pengajuan dari
evaluasi
tetap
laut.
dikeluarkan
oleh
instruksi Presiden,
berdampak
pada
perlunya
Setiap unsur dalam jaringan distribusi
untuk kebutuhan institusi Kementerian
telah
Pertahanan dan TNI.
sebagai
membangun langkah
kebijakan antisipasi
internal terhadap
Mengingat pasokan HSD kepada TNI
penghematan tersebut. Sementara di pihak
merupakan bagian dari pertahanan negara.
PT.Pertamina tetap berkomitmen untuk
Oleh karenanya, jika ada permasalahan
mendukung kebutuhan HSD yang diajukan
terhadap dukungan HSD kepada TNI maka
oleh TNI AL melalui Mabes TNI. Komitmen
bisa mempengaruhi terhadap pertahanan
ini bila dilihat dari faktor tujuan kebijakan
62 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
merupakan
respon
yang
positif
kedepan, maka PT. Pertamina belum
PT.Pertamina terhadap pertahanan negara,
memedomani
namun disisi lain telah mengabaikan pagu
maksimal.
yang
ditentukan
oleh
Kementerian
Dampak
hasil
evaluasi
dengan
yang
ditimbulkan
dari
Keuangan. Kepatuhan Pertamina untuk
kurangnya dukungan HSD untuk operasi di
mendukung tidak terlepas dari adanya
wilayah
kebijakan pada tingkat menteri yang belum
merupakan
jelas seperti yang disampaikan oleh pihak
kebijakan satuan diatasnya. Menyikapi
Pertamina dalam wawancara sehingga
kebijakan tersebut, Lantamal III Jakarta
berapa yang diminta TNI maka Pertamina
memberlakukan kebijakan internal dalam
akan berupaya untuk memenuhi pengajuan
memberi dukungan HSD berdasarkan skala
tersebut.
prioritas yang diatur oleh Staf Operasi
kerja
Lantamal
rangkaian
III
dari
Jakarta implikasi
Oleh karenanya, menurut Badjuri dan
Armabar dari segi tujuan dalam teori
Yuwono (2002), akuntabilitas juga perlu
evaluasi kebijakan yakni untuk menjaga
ditunjukkan
kedaulatan
dalam
mencapai
tujuan
negara
di
laut
dapat
kebijakan sehingga bila dihadapkan antara
dilaksanakan. Hal ini dikarenakan tidak
pagu yang ditentukan dengan realisasi yang
adanya data tentang upaya dari pihak lain
telah
untuk
didukung
Pertamina,
maka
akuntabilitas menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Permasalahan diatas
mengambil
alih
wilayah
laut
Indonesia secara terbuka. Pencapaian
tujuan
dengan
skala
seharusnya sebagai input dalam menyusun
prioritas memberikan pemahaman bahwa
kebijakan berikutnya, dalam artian bahwa
operasi KRI dengan dukungan HSD yang
solusi
dampak
terbatas mampu melaksanakan tugasnya.
kurangnya pasokan HSD untuk operasi KRI
Akan tetapi dalam hal akuntabilitas belum
di Lantamal III Jakarta menjadi masukan
dapat ditunjukan.Hal tersebut dikarenakan
untuk kedepannya. Menurut teori evaluasi
terdapat perbedaan antara pengajuan HSD
kebijakan Badjuri dan Yuwono (2002)
dan turunnya dukungan. Pengajuan HSD
tentang permasalahan dalam pencapaian
telah melalui Coklit dari BPKP sehingga
tujuan merupakan masukan bagi kebijakan
diyakini hal itu sudah sesuai dengan
yang
timbul
akibat
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 63
prosedur
yang
Tentunya
setiap tahun. Dari dukungan BBM yang
pengajuan HSD didasari juga dari proses
sudah dipagukan oleh Pemerintah, pada
perencanaan termasuk operasi yang akan
setiap akhir tahun, hasil coklit penggunaan
digelar. Dengan demikian, bisa diketahui
HSD melewati pagu yang ada. Menurut
jumlah HSD yang dibutuhkan. Setelah
Badjuri dan Yuwono (2002) bahwa setiap
dukungan turun yang kemudian hanya
permasalahan dalam mencapai tujuan akan
terealisasi secara terbatas mengartikan
menjadi
bahwa
bisa
berikutnya. Mencermati hal ini, Lantamal III
dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan
Jakarta dalam menyusun rencana maupun
oleh Aslog TNI bahwa setelah dukungan
merealisasikannya
BMP diterima, maka untuk pengelolaannya
HSD untuk operasi KRI belum mendasari
dilakukan
dahulu
hasil evaluasi sebelumnya yang merupakan
kepada jajaran Mabes Angkatan tentang
masukan bagi perencanaan kedepan. Hal
kebutuhan operasional yang riil agar dapat
lain yang dimungkinkan mentradisi adalah
dipenuhi
ada.
justru melewati pagu dukungan menjadikan
Perencanaan yang dibuat sebagai dasar
hal yang bisa dimaklumi karena tidak ada
pengajuan HSD belum dapat menunjukan
implikasi yang memengaruhi pelaksanaan
akuntabilitasnya walaupun sudah sesuai
tugas Lantamal III Jakarta.
ada
berlaku.
operasi
konfirmasi
sesuai
yang
tidak
terlebih
dukungan
yang
indeks mengingat masih adanya peluang untuk konfirmasi.
menunjukan penyesuaian
oleh
Dari
untuk
kedalam
pembahasan
kebijakan
penyaluran
diatas
tentang
dampak kebijakan dukungan HSD pada
Perencanaan terdukung
masukan
yang
tidak
kemampuan
bahwa antara
belum
bisa
operasi
KRI,maka
menyimpulkan bahwa akibat permasalahan
adanya
kurangnya
perencanaan
dan
berdasarkan
menghadapi
belum
dukungan
BBM
telah
menimbulkan dampak bagi instansi terkait dalam
sepihak,
dapat
negara
kemampuan. Perencanaan dibuat hanya tupoksi
peneliti
menyikapi.
Pemerintah
keterbatasan
dalam
kemampuan
menjadi perencanaan pertahanan negara
untuk mendukung BBM telah bereaksi
yang komprehensif
sesuai Tri Matra
dengan menerapkan penghematan serta
Terpadu. Kondisi seperti ini terjadi hampir
memberikan dukungan yang kurang dari
64 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
pengajuan dilihat dari dampak tersebut
TNI
AL dalam upaya mengatasi
yakni berakibat pada pencapaian tujuan
dampak telah membuat kebijakan untuk
menjadi terbatas. Kementerian keuangan
menyelenggarakan operasi sesuai skala
juga
dampak
prioritas. Mencermati hal ini, terlihat bahwa
keterbatasan dengan menetapkan pagu
dalam perencanaan belum mendasarkan
anggaran untuk kebutuhan BBM bagi
pada
Kementerian Pertahanan dan TNI. Akibat
mendukungnya. Perencanaan yang dibuat
rendahnya
untuk
masih bersifat sepihak. Dengan demikian,
mengonfirmasi kembali kebutuhan riil BBM
ditinjau dari teori evaluasi kebijakan bahwa
di setiap angkatan. Berdasarkan teori
akuntabilitas dalam perencanaan masih
evaluasi
belum
menyikapi
adanya
dukungan,
kebijakan,hasil
perlu
penelitian
kemampuan
tepat.
negara
Kebijakan
untuk
internal
juga
menunjukkan bahwa akutabilitas belum
muncul dari Koarmabar yaitu dengan
tercapai. Hal ini disebabkan karena pihak
menyisihkan untuk cadangan sebesar 20
Pertamina memiliki kebijakan untuk tetap
persen diluar kontijensi. Hal ini tentunya
mendukung BBM yang dimintakan oleh
memberikan
TNI. Hal ini menimbulkan peluang untuk
distribusi HSD untuk operasi KRI. Untuk
selalu terjadi realisasi dukungan BBM
lebih memahami hal ini, dapat dilihat pada
melewati pagu yang telah ditentukan.
Tabel 2 dibawah ini:
dampak
bagi
pelayanan
Tabel 2 : 1Dampak Kebijakan Pengurangan HSD Operasi KRI dan Evaluasi Kebijakan PERMASALAHAN 1
TERBATASNYA DUKUNGAN BBM TERUTAMA KEBUTUHAN HSD UNTUK OPERASI KRI TNI AL
DAMPAK 2 Pemerintah Melaksanakan penghematan sesuai Inpres Kemenkeu Mengeluarkan pagu batas maksimal dukungan Ditjen EBTEKE Mengikuti kebijakan Kementerian ESDM meningkatkan energy terbarukan Pertamina Mendukung sesuai permintaan TNI sehingga melampui pagu Kemenhan dan TNI Melakukan konfirmasi untuk kebutuhan riil BBM TNI AL
EVALUASI 3 Tujuan tercapai secara terbatas Akuntabilitas dalam perencanaan pagu kebutuhan HSD belum sesuai Belum berdampak secara langsung pada operasi KRI Akuntabilitas untuk mentaati pagu belum sesuai Akuntabilitas perencanaan belum sesui sehingga pencapaian tujuan terbatas Perencanaan belum mendasari
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 65
Melaksanakan operasi sesuai dukungan dan skala prioritas Koarmabar Menyiapkan cadangan 20%-25% diluar Kontijensi dari dukungan yang diterima Lantamal III dan jajaran Koarmabar Menerima dan mendukung sesuai kebijakan Koarmabar
kemampuan negara mendukung HSD Kebijakan bersifat internal dapat menyebabkan akuntabilitas tidak sesuai hanya sebagai pelaksana kegiatan operasi KRI
Sumber : Diolah Peneliti
Kesimpulan
mengakibatkan reaksi dari setiap instansi
Sesuai dengan hasil penelitian tentang
untuk mengeluarkan kebijakan masing-
evaluasi kebijakan dukungan high speed
masing sehingga berdampak terhadap
diesel (HSD) untukoperasi KRI di wilayah
kebijakan dukungan HSD di Lantamal III.
kerja Lantamal III Jakarta tahun 2013-2015,
Pemerintah
diperoleh
keterbatasan
simpulan
bahwa
kebijakan
menyikapi energi
masalah
fosil
dengan
dukungan HSD pada operasi KRI di wilayah
mengeluarkan instruksi untuk melakukan
kerja Lantamal III periode tahun 2013-2015
penghematan.
masih belum optimal. Hal ini di sebabkan
menetapkan pagu anggaran. Kementerian
adanya kebijakan yang berbeda-beda, baik
Pertahanan dan TNI melakukan konfirmasi
ditingkat pusat maupun pada tingkat
kegiatan riil. Sementara di pihak TNI AL
Koarmabar
melakukan
sebagai
Lantamal III.
satuan
atas
dari
Kementerian
perasi
Keuangan
KRI
dengan
Kebijakan dukungan HSD
menggunakan skala prioritas, di mana
dalam kebijakan Pemerintah menunjukkan
Koarmabar menyisihkan 20-25 persen dari
tujuan telah dicapai, sedangkan pada
dukungan
Kementerian Pertahanan dan jajaran TNI
kontinjensi.
termasuk Lantamal, tujuan tercapai secara
ditimbulkan jika dibahas dengan Teori
terbatas, akuntabilitas masih belum sesuai,
Kebijakan dari Badjuri danYuwono telah
dan kondisi yang ada belum di jadikan
menyebabkan
masukan
pertahanan
untuk
penentuan
kebijakan
berikutnya.
untuk
cadangan
Dampak-dampak
laut
di
luar yang
pencapaian
tujuan
menjadi
terbatas,
akuntabilitas dalam perencanaan belum
Dampak kebijakan dukungan HSD
sesuai terutama dalam proses pengajuan
pada operasi KRI di wilayah kerja Lantamal
belum mendasari kemampuan negara dan
III
hanya berpedoman pada indeks.
periode
tahun
2013-2015
telah
66 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2
Penelitian ini memiliki kekuatan untuk membuktikan bahwa kebijakan dukungan
untuk TNI/TNI AL diberlakukan harga subsidi.
HSD yang tumpang tindih menyebabkan
d. Perlunya penetapan prioritas operasi KRI
pelaksanaan operasi KRI menjadi terbatas.
yang didukung penuh oleh kebutuhan
Guna lebih mengoptimalkan dukungan HSD
HSD
untuk operasi KRI, berikut disarankan
perencanaan pembangunan kekuatan
beberapa hal,
TNI AL yang terdukung pembekalan
a. Perencanaan
dalam
merumuskan
dukungan anggaran untuk HSD KRI agar dimaksimalkan dan sedapat mungkin dalam bentuk kuantum sehingga sasaran gelar operasional KRI yang direncanakan dapat dilaksanakan untuk mendukung gelar operasional KRI. b. Meningkatkan pengawasan terhadap akuntabilitas penggunaan
penyaluran HSD
KRI
dan
mulai
dari
terbitnya Surat Alokasi (SA) sampai dengan terbitnya SP3M, serta saat pengisian ke KRI sehingga tidak terjadi keterlambatan serta penyalah gunaan bahan bakar yang dapat menimbulkan kerugian negara. c. Harga keekonomian bagi TNI/TNI AL perlu TNI/TNI
ditinjau AL
pertahanan
kembali
mengingat
melaksanakan dan
keamanan
tugas Negara
sehingga sangat wajar bila harga BMP
sehingga
sesuai
dengan
HSD. Daftar Pustaka Buku Adi.(2011). Peran komando armada RI kawasan barat dalam operasi keamanan mengatasi illegal fishing di Laut Natuna. Tesis. Bogor: Universitas Pertahanan. Alkin, M. C. (2004). Evaluation roots. London: Sage Publication, Inc. Arikunto, S. &Jabar, C. S. A. (2010). Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badjuri, Abdulkahar & Yuwono, Teguh, 2002, Kebijakan Publik Konsep & Strategi, Undip Press, Semarang. Bungin, Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, Airlangga University Press, Surabaya. Creswell, J.W. (2010). Research design. pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Edisi ketiga.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dunn, W. (2004). Public policy analysis. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Dye, T. R. (2002). Understanding public policy. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Moleong, L. J. (2014). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda-karya.
Evaluasi Kebijakan Dukungan HSD untuk Operasi KRI di Wilaya Kerja Lantamal III … | Sumardi | 67
Mahan, A.(1890)The influence of sea power upon history. dalam www.seapower.co.au Sekaran, U. (2006). Metodologi penelitian untuk bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Simanjuntak, P. J. (2011). Manajemen dan evaluasi kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Singarimbun, M. &Effendi, S. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES. Sugiono (2009). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Alfabeta Tilaar, H. &Nugroho, R. (2008).Kebijakan pendidikan: Pengantar untuk memahami kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tunas, B. (2010). Memahami dan memecahkan masalah dengan pendekatan sistem. Jakarta: PT. Nimas Multima. Wahab, S. A. (2012). Analisis kebijakan: Dari formulasi model-model implementasi kebijakan publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Weiss, C. H. (2004). Evaluation research: Methods for assessing program effectiveness. New Jersey: Prentice Hall. Wibayu.(2012).Implementasi dukungan logistik bahan bakar minyak kapal perang Republik Indonesia (KRI) dalam operasi keamanan laut di armada RI kawasan barat: Studi gelar operasi taring pari 2010–2012. Tesis. Bogor: Universitas Pertahanan. Winarno, B. (2008). Kebijakan publik: Teori dan proses. Jakarta: Buku Kita. Regulasi Republik Indonesia, 2004 UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Republik Indonesia, 2004 UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI
Mabes TNI (2014). Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengelolaan Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BMP) di lingkungan TNI No Kep/946/XII/2014 Tanggal 8 Desember 2014
68 | Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta | Juni 2017 | Volume 3 Nomor 2