EVALUASI HASIL PROGRAM SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KARYAWAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Serly Risnawati NIM. 104054002099
Dibawah Pembimbing
Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd NIP. 19690322 1999603 2 001
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
i
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 15 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, MA
Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag
NIP. 19700903 199603 1 001
NIP. 150 321 584
Anggota Penguji I
Penguji II
Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd
Wati Nilamsari, M.Si
NIP. 19640212 199703 2 001
NIP. 19710520 199903 2 002
Pembimbing
Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd NIP. 19690322 1999603 2 001
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Maret 2010
Serly Risnawati
iii
ABSTRAK
Serly Risnawati Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan
Kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan jalan keluarnya. Seringkali kemiskinan diidentikan dengan masyarakat yang memiliki penghasilan dibawah rata-rata. Faktanya sekarang ini yang terjadi di masyarakat adalah banyak sekali warga yang memiliki penghasilan diatas rata-rata pun yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga seharihari. Untuk itu Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” ini mengadakan usaha simpan pinjan untuk memberdayakan ekonomi para karyawannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan analisis deskriptif sehingga dapat dijabarkan dengan jelas bagaimana keberadaan koperasi melakukan perannya dalam memberdayakan ekonomi karyawannya. Keberadaan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sebagai sarana pemberdayaan ekonomi karyawan menjadikan pembangunan perekonomian terpacu lebih cepat karena adanya lembaga yang mampu memberdayakan perekonomian karyawan. Peranan yang dilakukan oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yaitu melalui program simpan pinjam yang diikuti oleh para karyawan Perum Pegadaian. Melalui Studi Kepustakaan dan wawancara penulis mendapatkan data-data penelitian, diketahui ternyata Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” melalui program simpan pinjam yang telah dilaksanakan memiliki indikasi untuk berperan dalam memajukan dan memberdayakan ekonomi para karyawannya.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam selalu penulis curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang menjadi Rahmat bagi seluruh alam semesta ini. Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak penulisan hasil laporan penelitian ini tidaklah akan terwujud dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin sekali mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, beserta Wati Nilamsari, M.Si, Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuannya dalam penulisan skripsi ini. 3. Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd, Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan nasihat dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis selama berada dibangku kuliah. 5. Karyawan dan Staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
6. Pengurus Kopersi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Bapak Drs. H. Sipon Budijono, MBA dan Istri Ibu Hj. Nurhidayati, BA yang telah banyak memberikan
waktu
dan
bantuannya
kepada
penulis
dalam
proses
pengumpulan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 7. Seluruh karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, khususnya Bapak H. Wagino, dan Ibu Sukaesih yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penulis wawancarai. 8. Kepada kedua orang tuaku tercinta Bapa dan Umi yang tiada hentinya memberikan do’a, kasih sayang, dukungan dan omelannya untuk keberhasilan penulis. Walaupun Ally suka bandel tapi Ally sayang kalian. Tetehku Rina Yuanita, S.Si dan Suami Wahyu Purnawisuda, SP, Adikku Siti Muti’ah, Siti Nurhaliza Adelia dan sepupuku Bolly yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis. 9. Kekasihku tersayang Abdul Gofur, Amd yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, waktu, dukungan dan bantuannya selama ini. 10. Keluarga besar penulis yang berada di Jakarta, Bogor, Pekalongan dan Cakung yang turut memberikan semangat dan perhatiannya. 11. Sahabat-sahabatku Desy, Indah, Umi dan Eva atas perhatian, kasih sayang, tempat curhat, semangat dan dukungannya selama 9 tahun ini. 12. Teman-teman Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2004 yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih untuk semuanya. Jakarta, 19 Februari 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………………
i
PENGESAHAN UJIAN ……………………………………………………….
ii
PERNYATAAN ………………………………………………………………. iii ABSTRAK …………………………………………………………………….
iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................
7
D. Metodologi Penelitian ........................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 15 F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 17 BAB II LANDASAN TEORITIS ...................................................................... 19 A. Evaluasi ............................................................................................. 19 1. Pengertian Evaluasi ....................................................................... 19 2. Tujuan Evaluasi ............................................................................. 20 3. Model Evaluasi .............................................................................. 22 4. Desain Evaluasi ............................................................................. 24 5. Indikator Evaluasi .......................................................................... 26 B. Koperasi ............................................................................................. 28 1. Pengertian Koperasi ...................................................................... 28
vii
2. Bentuk-Bentuk Koperasi ..............................................................
29
3. Peran Koperasi dalam Perekonomian ..........................................
31
C. Pemberdayaan Ekonomi ..................................................................
35
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi ............................................
35
2. Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi ...........................................
40
D. Karyawan .........................................................................................
42
1. Pengertian Karyawan ...................................................................
43
2. Pembagian Karyawan ..................................................................
43
BAB III GAMBARAN TENTANG KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” ………………………………………
46
A. Sejarah Berdirinya Koperasi ……………………………………...
46
B. Visi dan Misi Koperasi …………………………………………....
51
C. Tujuan dan Target Koperasi ………………………………………
52
D. Program Koperasi ………………………………………………...
53
E. Susunan Pengurus Koperasi ………………………………………
55
BAB IV ANALISA EVALUASI HASIL PROGRAM SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KARYAWAN ………...
57
A. Analisa Terhadap Tujuan Yang Telah Dicapai Oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dari Adanya Program Simpan Pinjam ................................................................................
57
B. Analisa Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Yang Berpengaruh Pada Peningkatan Ekonomi Karyawan ........................................................................
59
viii
C. Analisa Hasil Jangka Panjang Yang Tampak Sebagai Akibat Dari Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” …………………………………………………………….
64
BAB V PENUTUP ………………………………………………………….
66
A. Kesimpulan ……………………………………………………….
66
B. Saran ………………………………………………………………
68
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
70
LAMPIRAN ………………………………………………………………....
72
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan dalam konteks ekonomi, sering dikaitkan dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan standar hidup minimal yang biasanya diukur berdasarkan kebutuhan konsumsi atau pendapatan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Dalam konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan satu kondisi hilangnya hak dan peluang seseorang terhadap penguasaan, pemilikan dan pengaturan, serta kontrol terhadap sumber daya yang diperlukan bagi terjaminnya hidup seseorang. Secara umum kemiskinan bukan serta merta disebabkan karena mereka beretos kerja rendah atau malas, namun justru karena ada banyak faktor yang mungkin berada di luar dirinya, yang membuat mereka (kaum miskin) tidak berdaya menghadapinya. Dengan kata lain, mereka membutuhkan akses agar bisa ikut berperan dalam proses pembangunan yang sedang berjalan ini. Dengan demikian, usaha untuk pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan orang miskin tidak semudah membalik telapak tangan. Diperlukan kesabaran dan kegigihan dari semua pihak, termasuk uluran tangan pemerintah agar lebih peduli dan berpihak pada masyarakat miskin. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi adalah lebih diarahkan kepada terwujudnya demokrasi ekonomi, dimana masyarakat harus memgang peran aktif dalam kegiatan pembangunan tersebut. Ciri-ciri demokrasi ekonomi itu sendiri adalah bahwa perekonomian disusun sebagai
1
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangunan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dalam pembangunan koperasi di Indonesia, pemerintah mempunyai peran penting. Peran tersebut bersumber pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. 1 Keberadaan koperasi pada saat sekarang ini memang sangat dibutuhkan, baik yang berada di lingkungan departemen, kantor-kantor swasta, perusahaan, dan sekolah. Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang berkembang di dalam dan di atas prakarsa masyarakat. Sebagai lembaga kemasyarakatan diperlukan pengaturan agar kehidupannya bisa terjamin dan berkembang. 2 Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsipprinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. 3 Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela
mempersatukan
diri
untuk
memperjuangkan
peningkatan
kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukkan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis.
1
Ninik Widiyanti, Y.W, Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Adi Mahasatya, 2003), h. 159 2 Panji Anoraga, SE, MM, Dra. Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2003), cet. 4, h.1 3 Dikutip dari Seminar Nasional Perkoperasian yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2008 di Hotel Bukit Indah Puncak
2
Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktifitas para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerjasama, memiliki kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan dan garis kebijakan yang telah ditetapkan rapat anggota. Dengan demikian usaha meningkatkan taraf hidup mereka tergantung dari aktifitas mereka. Koperasi dilahirkan sebagai badan usaha dengan tujuan untuk memajukan kepentingan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Latar belakang lahirnya telah memberikan ciri khusus pada koperasi yang berbeda dengan badan usaha lain yaitu sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong. 4 Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi oleh semua untuk semua dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama. Sedangkan asas gotong royong berarti bahwa pada koperasi terdapat semangat kerja dan tanggung jawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan untuk kepentingan bersama. Salah satu jenis koperasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi ini kegiatan utamanya adalah melakukan pengumpulan dana yang diperoleh dari anggota dalam bentuk simpanan atau tabungan yang selanjutnya dana-dana yang ada tersebut akan disalurkan kembali kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman berjangka atau kredit modal usaha. Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini secara tidak langsung karyawan yang memiliki kelebihan dana dapat membantu karyawan yang kekurangan dana untuk modal usaha sekaligus menghindari para
4
Ninik Widiyanti, Manajemen Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002) cet. 7, h. 1
3
karyawan terhadap keberadaan rentenir yang sangat menyusahkan para karyawan dengan beban bunga yang sangat tinggi. Selain dipandang sebagai badan usaha yang memiliki bentuk dan karakteristik tersendiri, koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat untuk membangun sistem perekonomian. Hal itu sejalan dengan tujuan koperasi sebagaimana dicantumkan di dalam pasal 3 UU No. 25/1992 sebagai berikut: “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. 5 Berdasarkan tujuan yang ditetapkan di dalam pasal 3 UU No. 25/1992 itu, dapat disimpulkan bahwa tujuan koperasi di Indonesia dalam garis besarnya meliputi tiga hal sebagai berikut: 1. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. 2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. 3. Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional. Dengan ketiga tujuan tersebut, mudah dimengerti bila koperasi mendapat kedudukan yang sangat terhormat dalam perekonomian Indonesia. Ia tidak hanya merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang ada di negeri ini, tetapi juga dinyatakan sebagai soko guru perekonomian nasional. Secara garis besar koperasi merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja sama memenuhi kebutuhan ekonomi atau bekerja sama melakukan 5
Dikutip dari Seminar Nasional Perkoperasian yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2008 di Hotel Bukit Indah Puncak
4
usaha, maka dapat dibedakan dengan jelas dari badan-badan usaha atau pelaku kegiatan ekonomi yang lebih mengutamakan modal. Dengan demikian koperasi sebagai badan usaha mengutamakan faktor manusia yang bekerja atas dasar prikemanusiaan bagi kesejahteraan para anggotanya. 6 Kini tidaklah banyak koperasi di Indonesia yang tetap eksis dalam menjalankan roda usahanya, kita dapat menghitungnya dengan jari. Salah satu koperasi yang hingga kini masih tetap eksis melakukan usahanya adalah Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. Salah satu program koperasi ini bergerak pada usaha simpan pinjam dimana para anggotanya adalah
para
karyawan
koperasi
tersebut.
Koperasi
ini
bertujuan
memperkembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan daerah kerja umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila, memberikan pinjaman (kredit) kepada anggotanya untuk keperluan yang berfaedah, menyalurkan barangbarang lain keperluan anggota dan masyarakat, menyelenggarakan usahausaha dalam bidang jasa yang dibutuhkan anggota dan masyarakat. 7 Berangkat dari rasa ketertarikan terhadap perkembangan usaha simpan pinjam yang hingga kini dimana pada saat yang sama banyak koperasi sumpan pinjam di Indonesia yang mati suri. Dengan melihat uraian di atas, maka dengan ini penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian terhadap Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dengan judul “Evaluasi Hasil
6
Parjimin Nurzain, Buku Materi Pokok Perkoperasian, (Jakarta: PT. Kanisius, 1986) h.
12 7
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian Budi Setia, Buku Anggaran Dasar & Rumah Tangga, (Jakarta: 1969), h. 2
5
Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dengan adanya keterbatasan waktu, biaya dan yang lainnya agar penulisan skripsi ini terarah, penulis membuat batasan masalah yang akan dibahas mengenai evaluasi hasil dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi karyawan. 2. Perumusan Masalah Dari pokok pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan beberapa rincian masalah yang jawabannya akan dicari dalam penulisan skripsi ini. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam? b. Apakah program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” berpengaruh pada peningkatan ekomomi karyawan? c. Hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam. b. Untuk mengetahui apakah program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” berpengaruh pada peningkatan ekonomi karyawan. c. Untuk mengetahui hasil jangka panjang yang nampak sebagai akibat dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi penulis dalam masalah ini, di samping itu juga sebagai bahan pemahaman dari semua ilmu yang di dapat selama dibangku perkuliahan. b. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi karyawan. c. Dapat menambah ilmu baru dalam bidang perkoperasian bagi para mahasiswa dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang membutuhkan.
7
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali data yang bersifat subyektif dan historis. Pendekatan kualitatif ini penulis gunakan karena ada beberapa alasan, diantaranya pendekatan kualitatif bersifat fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak rumit dalam mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mandasar, menarik dan unik yang terjadi dilapangan 8 2. Metode Penelitian Untuk mendapatkan data yang obyektif maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: a.
Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang ada dilapangan 9 . Observasi dilakukan ketika penulis datang langsung ketempat Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.
b. Wawancara, adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan oleh si pencari informasi dengan sumber informasi. Ditempat tersebut penulis berbincang-bincang dan hasil pembicaraan dicatat dengan tulisan tangan, selain itu penulis dalam wawancara ini juga menggunakan tape recorder guna merekam hasil wawancara. 8
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), cet. 2 h. 39 9
Husaini Usman dan Purnama Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998, cet-2), h.54.
8
c. Dokumentasi,
yang
dilakukan
penulis
adalah
dengan
cara
mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada dilapangan serta data-data lain yang dapat dijadikan sebagai bahan analisa dalam penelitian ini. 3. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu: a. Data Primer, terbagi menjadi dua sumber data yaitu: 1) Utama yaitu data yang diperoleh secara langsung dari partisipan atau sasaran penelitian, yaitu diperoleh dari pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. 2) Umum yaitu data yang diperoleh dari karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait. Catatan dan dokumen tersebut berupa buku Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” serta buku Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. 4. Model Evaluasi Dalam penelitian ini penulis menggunakan model evaluasi hasil, dengan model evaluasi hasil ini penulis berusaha untuk mengetahui tujuan-tujuan manakah yang telah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam, mengetahui apakah program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”
9
berpengaruh pada peningkatan ekonomi karyawan, mengetahui hasil jangka panjang yang nampak sebagai akibat dari adanya program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. 5. Tujuan Evaluasi Tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut: a. Membuat kebijaksanaan dan keputusan. b. Menilai hasil yang dicapai. c. Menilai rencana program. d. Memberi kepercayaan kepada lembaga. e. Memonitor dana yang telah diberikan. f.. Memperbaiki materi program. 10 Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan bahwa ada 10 (sepuluh) alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu: a. Untuk melihat apa yang sudah dicapai. b. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek tujuan program. c. Agar tercapai manajemen yang lebih baik. d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat program. e. Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu program. f. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal. g. Untuk merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik. 10
Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 3
10
h. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik. i. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat. 11
j.
6. Desain Evaluasi Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari pertanyaanpertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetakan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.12 Desain penelitian mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan varian, serta membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan peneliti. 13 Apabila tujuan evaluasinya berkaitan dengan keputusan program tersebut akan berlanjut atau tidak, maka evaluasi yang digunakan adalah evaluasi hasil. Dengan evaluasi hasil dapat dilihat efektifitas, hasilnya (output), manfaatnya (outcomest), atau dampaknya. Lalu apabila tujuan evaluasinya agar dapat meramalkan program tersebut di masa mendatang, sehingga hasilnya dapat membantu dalam membuat strategi baru, maka evaluasinya
menggunakan
teknik
SWOT
(Strength,
Weekness,
11
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), Edisi Revisi, (Jakarta: Lembang Penerbit FE-UI, 2003), h. 187-188 12 Landing R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Perss (UGM), 1990), h. 483 13 Ibid, h. 484
11
Oppurtunity, Treath). Dengan teknik SWOT peneliti dapat melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari suatu program. Pada evaluasi hasil terbagi pula menjadi lima bagian: a. Evaluasi efisiensi, yaitu analisis hubungan antara pencapaian output dengan input (efisiensi internal) atau rasio pencapaian output dengan populasi sasaran yang membutuhkan pelayanan (efisiensi eksternal). b. Evaluasi efektivitas, yaitu analisis hubungan antara outputs dengan outcomes. c. Evaluasi dampak dan berkelanjutan program adalah analisis hubungan antara dampak pelayanan yang positif dan negatif dibandingkan dengan outcomes. d. Evaluasi tujuan, meliputi pengujian hubungan tingkat efisiensi dan efektivitas program. e.
Evaluasi kebijakan yaitu mereview konsep kebijakan, program, dan strategi, merumuskan “exit strategy” dari perubahan kebijakan dan merumuskan alternative model pelayanan. 14
7. Teknik Keabsahan Data Untuk menjaga keabsahan data dalam rangkaian penelitian, tentunya diperlukan teknik pemeriksaan data. Dalam hal ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 15 a. Kriterium Kredibilitas (kepercayaan) Kredibilitas
yaitu
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu hal lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (1). 14
Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 14 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002, cet-11), h.103. 15
12
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui program-program Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi karyawan dengan mewawancarai pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” (2). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dengan jawaban yang diberikan oleh karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” (3). Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumendokumen yang berkaitan langsung dengan masalah yang diajukan. Penulis memanfaatkan dokumen atau data sebagai bahan perbandingan. b. Kriterium Kepastian Kepastian auditor dalam hal ini adalah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif. 16 c. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiyah, skripsi, tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta cetakan ke-1.
16
Ibid, h. 325
13
8. Teknik Pencatatan Data Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi dan wawancara. Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling sesuai dalam penelitian ini. Pengamatan diarahkan terhadap perubahan yang terjadi pada kehidupan sosial ekonomi para karyawan setelah apa yang telah diberikan oleh koperasi melalui programprogramnya dalam meningkatkan kesejahteraan para karyawannya. Wawancara dalam hal ini, penulis melakukan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dengan yang terwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan). Kemudian hasil wawancara tersebut dicatat dan direkam untuk kemudian diolah dan disempurnakan. 9. Teknik Analisa Data Pada saat menganalisa data hasil observasi, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Data yang ada dianalisis dengan cara reduksi. Reduksi itu adalah menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana. 17 Tujuan terpenting dari reduksi adalah untuk mengidentifikasi tema utama yang teliti dengan memberikan kategori pada informasi yang telah dikumpulkan, seperti yang dijelaskan Patton (Lexy, 2002) bahwa dalam menganalisa
data
adalah
dengan
proses
mengatur
urutan
data
17
Pius A Partanto M, Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994), cet. 1, h. 658
14
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. 18 Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang nampak. Dengan demikian, dalam mengalisis data memerlukan proses seperti: megorganisasi, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikan data, setelah itu data yang diperoleh dari catatan lapangan (hasil pengamatan, wawancara dan dokumen) dan sebagainya oleh penulis dianalisis untuk selanjutnya dirumuskan dan disajikan. 10. Waktu dan Lokasi Penelitian a. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai Januari 2009 – Januari 2010. b. Lokasi Penelitian Penelitian skripsi ini mengambil tempat di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang beralamat di Jl. Kramat Raya 162 Jakarta Pusat Telp. 021-3155550 Fax. 021-3914221 11. Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah para pengurus dan karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sebanyak 3 orang yang telah ditentukan oleh penulis sesuai dengan data dan informasi yang dibutuhkan.
18
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002, cet-11), h.103
15
E. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang dilakukan penulis adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi yang sudah ada yang mempunyai topik hampir sama dengan yang penulis akan teliti. Maksud pengkajian ini adalah untuk mengetahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menduplikasi hasil karya orang lain, maka penulis akan mempertegas perbedaan antara masing-masing judul skripsi yang akan penulis bahas sebagai berikut: 1. Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Pengusaha Dan Pedagang Pasar Parung (K.P4) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Disusun oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2006. Skripsi ini berisikan tentang upaya memberdayakan perekonomian masyarakat yang berada diwilayah Parung melalui usaha simpan pinjam yang dilakukan oleh Koperasi Pengusaha Dan Pedagang Pasar Parung (K.P4). 2. Evaluasi Hasil Usaha Konveksi Kube (kelompok usaha bersama) Bina Nusantara Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota Di Kelurahan Pegadungan Jakarta Barat. Disusun oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2007. Skripsi ini berisikan tentang upaya meningkatkan kesejahteraan anggota di Kelurahan Pegadungan Jakarta Barat melalui konveksi usaha bersama.
16
Sedangkan penelitian yang akan penulis bahas yaitu tentang upaya Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam memberdayakan perekonomian karyawannya melalui usaha simpan pinjam.
F. Sistematika Penulisan Guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai masalah yang diuraikan dalam skripsi ini, penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORITIS Bab ini terdiri dari empat sub bahasan yakni: Pertama pengertian evaluasi, tujuan evaluasi, model evaluasi, desain evaluasi, dan indikator evaluasi. Kedua pengertian koperasi, jenis-jenis koperasi, peran koperasi dalam perekonomian. Ketiga pengertian pemberdayaan ekonomi, dan urgensi pemberdayaan ekonomi. Keempat pengertian karyawan, dan pembagian karyawan. BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Bab ini memuat tentang latar belakang terbentuknya Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, visi dan misi, tujuan dan target, serta program dan struktur organisasi Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.
17
BAB IV HASIL LAPORAN PENELITIAN Berisi tentang laporan penelitian dimana didalamnya akan dibahas mengenai tujuan-tujuan yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam, program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang berpengaruh pada peningkatan ekonomi karyawan, hasil jangka panjang yang nampak sebagai akibat dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
18
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberi penilaian atau menilai. 19 Sedangkan secara terminologi, manurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian, penelitian evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program
dengan
cara
mengukur
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
keterlaksanaan program tersebut. 20 Dengan kata lain evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan dari suatu kegiatan atau program. Menurut Viji Srinivasan, mengevaluasi berarti menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan jumlah, derajat atau keadaan. Viji juga mengartikan evaluasi sebagai “Proses penentuan keputusan tentang lingkup perhatian, pemilihan informasi yang perlu, serta pengumpulan dan analisis informasi guna memberi ringkasan data yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam memilih di antara berbagai alternatif yang
19
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. 4 20 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 8
19
ada”. 21 Dengan demikian, evaluasi ini dimaksudkan untuk menyusun nilainilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan kata lain kegiatan evaluasi adalah suatu cara atau kegiatan untuk mengecek kekuatan dan kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan ukuranukuran perbaikan bagi para pengambil keputusan. 22 Sehingga kalau kita simpulkan, evaluasi adalah penilaian pada efektifitas (keberhasilan dan kegagalan) pelaksanaan suatu program dengan cara melihat
faktor-faktor,
baik
pendukung
atau
penghambat
terhadap
pelaksanaan program. Dengan dilakukannya evaluasi, akan terlihat faktorfaktor apa yang perlu dipertahankan, diperbaiki, atau perlu dihilangkan. Juga akan berimplikasi pada, apakah program tersebut layak dilanjutkan, bisa dilaksanakan di tempat lain atau tidak 2. Tujuan Evaluasi Menurut Farida Yusuf Tayibnafis tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut: f. Membuat kebijaksanaan dan keputusan. g. Menilai hasil yang dicapai. h. Menilai rencana program. i. Memberi kepercayaan kepada lembaga. j. Memonitor dana yang telah diberikan. k. Memperbaiki materi program. 23
21
Viji Srinivisan, Metode Evaluasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 68 22 Ibid, h. 71 23 Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 3
20
Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan bahwa ada 10 (sepuluh) alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu: j. Untuk melihat apa yang sudah dicapai. k. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek tujuan program. l. Agar tercapai manajemen yang lebih baik. m. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat program. n. Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu program. o. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal. p. Untuk merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik. q. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik. r. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. s. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat. 24 Pelaksanaan evaluasi ini juga berguna dan sangat penting dalam pelaksanaan program, karena: a. Menjadi sistem untuk mengkaji perkembangan secara rutin dan membuat perbaikan yang diperlukan bagi semua pihak untuk memastikan apakah tujuan bisa dicapai.
24
Isbandi Rukminto, op.cit, h. 187-188
21
b. Pemerintah atau lembaga donor perlu tahu bahwa dana yang dikeluarkan digunakan dengan baik dan sebagai laporan bagi penyandang dana. c. Pengalaman proyek bisa menjadi sumbangan untuk pemahaman bersama tentang apa yang berjalan dan tidak berjalan, dan untuk perancangan proyek atau program dimasa mendatang. 25 3. Model Evaluasi Dalam melakukan evalusi, biasanya dikaitkan dengan model-model evaluasi yang akan digunakan. Arikunto, dalam salah satu bukunya menulis setidaknya ada delapan model evaluasi. Namun dalam konteks ini, penulis akan menggunakan model evaluasi seperti dikemukakan oleh Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang meliputi: a). evaluasi input, b). evaluasi proses, c). evaluasi hasil. 26 Pemilihan model tersebut tidak lain karena penulis melihat kesesuaian model tersebut untuk dipergunakan dalam mengevaluasi pelaksanaan suatu program. a. Evaluasi Input Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel utama yang terkait dengan evaluasi input ini, yaitu: Masyarakat (peserta program), Tim, dan Program. 1). Peserta program, meliputi susunan keluarga dan beberapa anggota yang ditanggung.
25
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rosda, 2001), cet. 1, h. 42, lihat juga tulisan Soetomo, Pembangunan Masyarakat, Beberapa Tinjauan Kasus, (Yogyakarta: Liberty, 1990), cet. 1, h. 62 26 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), Edisi Revisi, (Jakarta: Lembang Penerbit FE-UI, 2003), h. 189
22
2). Tim atau staf, meliputi aspek demografi staf, seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman staf. 3). Program, meliputi lama waktu pelaksanaan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. 27 Terkait dengan input program ini, ada empat kriteria yang dapat dikaji: 1). Tujuan program. 2). Penilaian terhadap kebutuhan komunitas. 3). Standar dari suatu praktek yang terbaik. 4). Biaya untuk pelaksanaan program. b. Evaluasi Proses. Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. 28 Evaluasi ini memfokuskan pada aktifitas program yang melibatkan interaksi
langsung
antara
peserta
program
dengan
fasilitator
(pendamping). Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis terhadap sistem pemberian bantuan atau kegiatan program. Seperti, bagaimana pendampingan itu dilakukan, kebijakan lembaga dan kepuasan peserta program. 29 c. Evaluasi Hasil Evaluasi ini dilakukan untuk meniliai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai. 30 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap 27
Ibid, h. 189 Elly Irawan dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 1995), cet. 1, h. 18 29 Isbandi Rukminto Adi (selanjutnya hanya ditulis “Isbandi”), op.cit, h. 190 30 Elly, loc.cit 28
23
penerima (masyarakat peserta program). Sehingga, pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah: 1). Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya? 2). Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program tersebut? Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup: 1). Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan atupun hasil dari suatu program. Misalnya, presentase cakupan program terhadap populasi sasaran. 2) Berorientasi pada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan pada perubahan perilaku masyarakat. Misalnya, munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya. 31 4. Desain Evaluasi Desain evaluasi adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari pertanyaanpertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetakan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti. 32
Desain evaluasi
mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan varian, serta membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
31
Isabndi, loc. cit Landing R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Perss (UGM), 1990), h. 483 32
24
peneliti. 33 Apabila tujuan evaluasinya berkaitan dengan keputusan program tersebut akan berlanjut atau tidak, maka evaluasi yang digunakan adalah evaluasi hasil. Dengan evaluasi hasil dapat dilihat efektifitas, hasilnya (output), manfaatnya (outcomest), atau dampaknya. Lalu apabila tujuan evaluasinya agar dapat meramalkan program tersebut di masa mendatang, sehingga hasilnya dapat membantu dalam membuat strategi baru, maka evaluasinya menggunakan teknik SWOT (Strength, Weekness, Oppurtunity, Treath). Dengan teknik SWOT penulis dapat melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari suatu program. Pada evaluasi hasil terbagi pula menjadi lima bagian: e. Evaluasi efisiensi, yaitu analisis hubungan antara pencapaian output dengan input (efisiensi internal) atau rasio pencapaian output dengan populasi sasaran yang membutuhkan pelayanan (efisiensi eksternal). f. Evaluasi efektivitas, yaitu analisis hubungan antara outputs dengan outcomes. g. Evaluasi dampak dan berkelanjutan program adalah analisis hubungan antara dampak pelayanan yang positif dan negative dibandingkan dengan outcomes. h. Evaluasi tujuan, meliputi pengujian hubungan tingkat efisiensi dan efektivitas program.
33
Ibid, h. 484
25
e.
Evaluasi kebijakan yaitu mereview konsep kebijakan, program, dan strategi, merumuskan “exit strategy” dari perubahan kebijakan dan merumuskan alternative model pelayanan. 34
5. Indikator Evaluasi Kegiatan evaluasi didasarkan atas penentuan indikator dan cara melakukan pengumpulan data dari setiap indikator yang ditentukan. Dalam menyusun indikator kinerja
diperlukan pemahaman yang baik tentang
program atau kegiatan, tujuannya, sumber daya yang tersedia, ruang lingkup kegiatan dan saling hubungan yang terdapat diantara berbagai kegiatan tersebut yang dilaksanakan. a. Indikator masukan (inputs) Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur jumlah sumber daya seperti: ketersediaan dana, ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi, ketersediaan bantuan atau modal usaha, ketersediaan panduan teknis dan ketersediaan waktu. Indikator ini relatif mudah diukur dan telah digunakan secara luas, namun belum dapat menunjukkan kualitas kinerja program atau kegiatan. Pengukuran biaya seringkali tidak akurat karena banyak biaya-biaya yang dibebankan, pada suatu program atau kegiatan tidak memiliki kaitan dengan pencapaian sasaran program atau kegiatan tersebut. Demikian juga banyak biaya-biaya input seperti gaji bulanan personalia pelaksana, biaya pendidikan dan latihan, dan depresiasi nilai uang yang
34
Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 14
26
digunakan seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya program atau kegiatan. Penerapan indikator input secara serampangan mengakibatkan tidak dapat dipergunakan indikator ini untuk menilai kinerja suatu program. Keadaan ini tidak mendorong para penanggung jawab program untuk merencanakan sumber dayanya secara akurat dan berhati-hati. Apabila
keadaan
ini
meluas,
maka
efisiensi
dan
efektifitas
pendayagunaan sumber daya akan terus menerus menurun dan kinerja instansi secara keseluruhan akan terancam. b. Indikator keluaran (outputs) Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan oleh suatu program atau kegiatan. Dengan membandingkan keluaran dan sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksana dan pencapaian program tersebut sesuai dengan rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu program apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran-sasaran program atau kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur. c. Indikator hasil atau manfaat (outcomes) Indikator ini sangat penting untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Indikator ini menggambarkan hasil nyata atau manfaat yang diperoleh suatu program atau kegiatan. Namun informasi yang diperlukan untuk mengukur outcomes seringkali tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu setiap pengelola program perlu mengetahui
berbagai
metode
dan
teknik
untuk
mengukur
keberhasilannya program sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
27
d. Indikator dampak (impacts) Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan (goals), baik dampak positif maupun dampak negatif. Indokator ini dapat diketahui, jika pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
B. Koperasi 1. Pengertian Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsipprinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. 35 Menurut Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya yang berjudul 10 Tahun Koperasi, mengatakan bahwa, koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerjasama untuk memajukan ekonominya. 36 Menurut Prof. Marvin, A. Schaars, seorang guru besar dari Universitas Of Luisconsin Madison USA mengatakan: Koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang
35
Dikutip dari Seminar Nasional Perkoperasian yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2008 di Hotel Bukit Indah Puncak 36 Hendrojogi, Koperasi dan Azas-Azas, Teori dan Praktek, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), Edisi Revisi, h. 20-24
28
adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nir laba atau atas dasar biaya. 37 Bermacam-macam definisi telah diberikan pada koperasi dan jika kita teliti lebih lanjut, maka tampak bahwa definisi itu berkembang, sejalan dengan perkembangan zaman. Definisi dini umumnya menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah bagi golongan ekonomi lemah, seperti definisi yang diberikan oleh Dr. Fay yang menyatakan bahwa koperasi itu adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.38 Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela
mempersatukan
diri
untuk
memperjuangkan
peningkatan
kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukkan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis. 2. Bentuk-Bentuk Koperasi a. Koperasi Konsumsi Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari seperti: barang-barang pangan (beras, gula, garam, dan minyak kelapa), barang-barang sandang (kain, tekstil, dan barang pembantu keperluan sehari-hari seperti sabun, dan minyak tanah). 39
37 38 39
Ibid. Ibid. Arifin Chaniago, Perkembangan Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1979), h. 33
29
b. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang memberikan pinjaman kepada para anggotanya dengan mudah dan ongkos (bunga) yang ringan. Akan tetapi untuk memberikan pinjaman atau kredit itu koperasi memerlukan modal. Modal koperasi yang utama adalah
simpanan
anggota
sendiri.
Dari
uang
simpanan
yang
dikumpulkan bersama-sama itu diberikan pinjaman kepada anggota lain yang perlu dibantu. Oleh karena itu pula maka koperasi kerdit lebih tepat disebut sebagai koperasi simpan pinjam. c. Koperasi Produk Koperasi Produk adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota koperasi. Contohnya: koperasi peternak sapi perah, koperasi pembuatan sepatu, kerajinan, dan lain-lain. 40 d. Koperasi Jasa Koperasi Jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. Contohnya, koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan konstruksi bangunan, jasa audit, Asuransi Indonesia dan lain-lain. 41 e. Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD) Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukkan Koperasi-Koperasi 40
Parjimin Nurzain dan Djabaruddin Djohan, Buku Materi Pokok Perkoperasian ADNE 4330/2 sks/ modul 1-3, (Jakarta: Karunia, 1986), Universitas Terbuka, h. 321 41 Ibid, h. 322
30
Unit Desa (KUD). Satu unit koperasi terdiri dari beberapa desa dalam satu kecamatan yang merupakan satu kesatuan potensi ekonomi. Untuk satu wilayah potensi ekonomi ini dianjurkan untuk membentuk satu koperasi yang disebut Koperasi Unit Desa. Hanya apabila potensi ekonomi satu kecamatan memungkinkannya, maka dibentuk lebih dari satu KUD. Dengan demikian ada kemungkinan satu KUD itu meliputi satu atau beberapa desa saja, tetapi diharapkan agar dapat meliputi semua desa di dalam satu kecamatan. Yang menjadi anggota KUD itu adalah orang-orang yang bertempat tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah Unit Desa itu yang merupakan daerah kerja KUD. Karena kebutuhan mereka beraneka ragam, maka KUD itu mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi dari KUD itu meliputi: 42 1). Perkreditan. 2). Penyediaan dan penyaluran sarana produksi pertanian dan keperluan hidup sehari-hari. 3). Pengolahan serta pemasaran hasil pertanian. 4). Pelayanan jasa-jasa lainnya. 5). Melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. 3. Peran Koperasi dalam Perekonomian Dalam rangka pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, koperasi mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting, yang secara bersama-sama dengan Badan-Badan Usaha Milik Negara atau swasta yang melakukan 42
I Gusti Gede Raka, Pengantar Pengetahuan Koperasi, (Jakarta: Dwi Segar, 1986), h.
122
31
berbagai usaha demi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Fungsi koperasi Indonesia tegasnya adalah sebagai berikut: 43 a. Mempersatukan, mengarahkan, dan mengembangkan daya kreasi, daya cipta, serta daya usaha rakyat, terutama mereka yang serba terbatas kemampuan ekonominya agar mereka dapat turut serta dalam kegiatan perekonomian. Rakyat Indonesia yang hidup di kota maupun yang hidup di desa sebagian besar memiliki daya kresasi, daya cipta dan daya usaha baik yang dikuasainya secara pewarisan dari orang tua dan leluhur mereka maupun yang diperolehnya dalam lingkungan, walaupun segala sesuatunya masih dalam tingkatan sederhana. Karena pada umumnya mereka hidup dalam serba kesederhanaan (baik materi maupun skil) dan kurangnya pembinaan, sehingga daya-daya tersebut tidak berkembang dengan baik. Puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu berbagai industri kecil baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha utama dalam keberlangsungan hidupnya telah dapat mereka kelola secara sederhana dan
tingkat
kesederhanaannya
tetap
bertahan
sampai
sebelum
berkembangnya koperasi. Dengan adanya mereka yang berani tampil kemuka, mempersatukan mereka dalam berusaha demi perbaikan kehidupan ekonomi dan tingkat kesejahteraannya dalam wadah koperasi, ternyata mereka telah dapat mengembangkan
43
daya-daya
tersebut.
Lebih-lebih
dengan
turun
G. Kartasapoetra, Praktek Pengolahan Koperasi, (Jakarta: Bina Adiaksara, 2003), h. 4
32
tangannya pemerintah dalam pemberian pembinaan dan penyediaan modal usaha. b. Koperasi
bertugas
meningkatkan
pendapatan
dan
menimbulkan
pembagian yang adil dan merata atas pendapatan tersebut. Pada masa sebelum berkembangnya koperasi di lingkungan industriindustri kecil produksi yang ditangani rakyat (kecil/lemah) banyak dikuasai pengijon atau pengusaha-pengusaha besar yang menerapkan sistem ijon, mka dengan berkembangnya koperasi di lingkungan mereka. Usaha-usaha industri kecil dapat berkembang dengan bebas karena adanya pembinaan dan pengarahan dari instansi-instansi yang terkait, para petugas penyuluhan lapangan dan bantuan permodalan berupa kredit baik dari Bank Rakyat Indonesia maupun dari Bank Umum Koperasi Indonesia. Bebas di sini dimaksudkan bebas dalam berproduksi dengan mengembangkan daya kreasi dan daya ciptanya sesuai petunjuk dan anjuran yang bernilai dari insatnsi-instansi yang terkait melalui para petugas lapangannya. Dengan demikian setiap produk yang dihasilkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya dan pendapatan pun dengan sendirinya akan meningkat, karena koperasi sebagai penopang dan pemasar bersama produk para anggotanya dapat memperjuangkan harga yang wajar secara cepat dipasaran umum. Adil berarti perolehan pendapatan sesuai dengan jumlah produksi anggota yang diserahkan atau dipercayakan kepada koperasinya. Merata
33
berarti penghargaan terhadap produk sesuai dengan kualitas dan standarnya adalah sama bagi setiap anggota. c. Koperasi bertugas mempertinggi taraf hidup dan kecerdasan bangsa Indonesia. Daya kreasi, daya cipta dan daya usaha yang pada mulanya berlingkup sederhana pada para anggotanya ternyata dalam wadah koperasi dapat lebih dikembangkan dan ditingkatkan. Hal ini dapat terjadi karena dua faktor yakni: 1). Faktor Internal, para anggota dalam wadah koperasi dapat saling tukar pengalaman dalam usahanya, cara-cara yang telah baik akan lebih baik ditingkatkan sedangkan cara-cara yang kurang baik akan diperbaiki. 2). Faktor eksternal, dengan terdaftarnya koperasi sebagi badan hukum pada Departemen Koperasi dan pemberitahuan bidang usahanya pada
instansi
terkait
(Departemen
Perindustrian,
Pertanian,
Peternakan, dan Perdagangan) maka instansi itu melalui para penyuluh
lapangan
akan
aktif
melakukan
pembinaan
dan
pengarahan, dengan demikian apa yang terjadi atau mampu dilaksanakan akan lebih ditingkatkan lagi keadaannya. Peningkatan
kemampuan
usaha
dengan
sendirinya
akan
meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan bangsa bila sebagian besar rakyat bergabung dalam koperasi, maka peningkatan-peningkatan tersebut akan menjangkau peningkatan taraf hidup dan kecerdasan bangsa Indonesia.s
34
d. Koperasi berperan serta secara aktif dalam membina kelangsungan perkembangan demokrasi ekonomi. Asas bebas dalam berproduksi dengan memanfaatkan daya kreasi dan daya cipta, adil dalam perolehan pndapatan serta merata dalam penghargaan produk sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya berarti koperasi telah membina para anggota beserta para pengurusnya mengarah ke kelangsungan perkembangan demokrasi ekonomi. Dengan demikian dapat dikemukakan dengan satu nada bahwa berkembangnya koperasi berarti berkembangnya demokrasi ekonomi yang berlandaskan pancasila. e. Koperasi berperan serta secara aktif dalam menciptakan atau membuka lapangan kerja baru. Berbagai bidang usaha koperasi sesungguhnya telah menciptakan lapangan kerja baru baik bagi para anggota atau masyarakat pada umumnya. Sehubungan dengan peranan dan tugas koperasi dalam rangka pembanguann ekonomi, koperasi juga memiliki peran dalam menciptakan lapangan pekerja terutama pada koperasi produksi yang banyak menyerap tenaga kerja.
C. Pemberdayaan Ekonomi 1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Istilah empowerment sendiri dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.
35
Awalam em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dari diri manusia itu sendiri atau suatu sumber kreatifitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendaya gunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. 44 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan. 45 Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakay dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. dengan kata lain memberdayakan adalah memampuhkan dan memandirikan masyarakat. 46 Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah umat dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan merupakan modal empiris pengembangan prolaku individu dan kolektif dalam dimensi karya terbaik, baik sisi ekonomi, sosial dan kultural dengan titik tekan pada
44
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: Centre of Enterpreneurship Development, 2005, h. 53 45 Nanih Machendrawaty, Op. Cit., h. 42 46 Bambang Rudito (ed), Op. Cit., h. 133
36
pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian istilah pemberdayaan adalah suatu sistem pembangunan berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia dengan mengedepankan azas partisipasi musyawarah keadilan dan berkesinambungan. 47 Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan bisa diartikan juga proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan taraf hidup. Pemberdayaan juga disebut sebagai pengembangan. 48 Pemberdayaan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya
menjadi
berdaya.
Pemberdayaan
terkait
dengan
upaya
meningkatkan taraf hidup ketingkat yang lebih baik lagi. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi. 49 Secara sederhana pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai jalinan hubungan dua pengertian dari pemberdayaan dan masyarakat. Pemberdayaan diartikan mengembangkan dari keadaan tidak berdaya menjadi berdaya menuju kearah yang lebih baik. Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan individu secara bersama. Maka pemberdayaan
47
Nanih Machendrawaty, Loc. Cit., Isbandi Rukminto, Loc. Cit., h. 32-33 49 Dian, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991), h. 15 48
37
masyarakat adalah upaya mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak berdaya menjadi berdaya kearah yang lebih baik, kepada sekumpulan individu yang hidup secara bersama. 50 Tujuan pemberdayaan masyarakat itu sendiri pada dasarnya adalah sebagai berikut: a. Membantu mengembangkan manusia yang otentik dan integral dari masyarakat yang lemah, rentan, miskin, marjinal, dan kaum kecil. b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomi sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pemgembangan masyarakat. 51 Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap utama, yaitu: a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan. b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan bertindak pemberdayaan masyarakat. c. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek. d. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna. e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya. 52 Sedangkan pengertian ekonomi secara etimologis, ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomia yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan. Sehingga ilmu ekonomi dapat
50
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 80 Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005), h. 115 52 Isbandi Rukminto, Op. Cit, h. 36 51
38
diartikan sebagai ilmu yang mengatur rumah tangga. Sedangkan dari segi terminologis, menurut Gerardo P. Sicot dan H. W Arndt, ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang berkenan dengan prilaku manusia dalam memenuhi segala kebutuhannya dengan sumber daya yang terbatas, baik untuk sekarang maupun akan datang yang mempengaruhi barang distribusi imbalan yang timbul dari produksi tersebut. 53 Dan secara kategoris, yang disebut dengan ekonomi rakyat adalah usaha dan kegiatan ekonomi yang dikembangkan oleh mereka yang berasal dari lapisan masyarakat bawah. Biasanya mereka adalah kelompok pengusaha kecil dan lemah karena berbagai macam keterbatasan, antara lain karena modal, ketrampilan, teknologi, manajemen dan sumber daya. ekonomi rakyat memiliki ciri-ciri, antara lain: a. Usaha yang dikembangkan bersifat tradisional. b. Skalanya kecil c. Kegiatan ekonominya hanya sekedar untuk mempertahankan hidup. 54 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat diperlukan adanya percepatan proses perubahan struktur yang meliputi: a. Perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern. b. Perubahan dari ekonomi lemah ke ekonomi tangguh. c. Perubahan dari ekonomi subsistem ke ekonomi pasar. d. Perubahan dari ketergantungan kepada kemandirian.
53
Taqyuddin An-Nabhani, Membayar Sistem Ekonomi Alternatif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1990), cet. 1, h. 47 54 Nurhayati Djamas dan M. Nur A Latif, Pengembangan Sumber Daya Manusia bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, (Jakarta: Depag RI, 1997), h. 34
39
2. Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi Pentingnya
pemberdayaan
ekonomi
merujuk
pada
bagaimana
masyarakat bisa menolong dirinya sendiri sehingga mandiri sekaligus dapat menolong orang lain. Karena itu pada tahap awal program pemberdayaan masalah sumber daya manusia merupakan sesuatu yang harus diperbaiki terlebih dahulu. Sumber daya manusia merupakan masalah yang substansial dalam pengembangan ekonomi rakyat. Betapa pun kayanya sumber daya alam suatu negara, tanpa SDM yang cakap dan mumpuni untuk mengelolanya, maka kekayaan alamnya tidak akan ada artinya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, meskipun sumber daya alam suatu negara tidak menguntungkan, kalau SDM negara berkualitas dan hebat, maka mereka dapat membangun negaranya menjadi pilar kekuatan ekonomi dunia. Permasalahan SDM kita selama ini setidaknya berangkat dari rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya keahlian dan manajemen serta kurangnya penguasaan teknologi. Hal ini semakin terlihat bila dikaitkan dengan usaha kecil, menengah dan koperasi. Biasanya, para usahawan kecil dan menengah tumbuh dan berkembang secara alami. Banyak diantara mereka yang tidak menempuh jenjang perguruan tinggi, bahkan sebagian mereka ada yang hanya mengenyam pendidikan dasar. Namun mereka mampu menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri. Mereka menjalankan bisnis dan usaha
40
lebih banyak belajar dari pengalaman dan lebih mempergunakan naluri bisnis. 55 Strategi yang perlu dikembangkan dalam memberdayakan ekonomi masyarakat adalah menempatkan potensi diri yang selama ini tidak termanfaatkan, pemerataan atas aset-aset produktif, demokrasi ekonomi dan partisipasi dari masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi tanpa adanya diskriminasi pada golongan tertentu. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya memampuhkan individu atau kelompok untuk mandiri dari sifat-sifat ketergantungan. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang anggotanya memiliki kepercayaan pada diri sendiri, sehingga setiap individu masyarakat mempunyai kemampuan sendiri untuk hidup sejahtera. Hal ini berkaitan erat dengan upaya pencerdasan bangsa dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi agar masyarakat tidak tergantung dengan ekonomi atau kekuatan asing. Tingkat pendidikan adalah faktor utama dalam menciptakan kemandirian masyarakat. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang diarahkan pada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat yang 55
M. Azwir Dainy Tara, Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), h. 125
41
digerakan.
Perpaduan
dua
komponen
tersebut
akan
menghasilkan
kemampuan, kemandirian, kinerja dan karya kepada penggerak maupun masyarakat yang digerakan sehingga berdampak pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan kelembagaannya. Pemberdayaan masyarakat berorientasi
untuk
membangunmasyarakat
yang
mandiri
sehingga
pembangunan masyarakat bercirikan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Keberhasilan pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat diukur dengan beberapa indikator yakni berkurangnya jumlah penduduk miskin, dan meningkatnya distribusi pendapatan. 56
D. Karyawan 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan akan mendapatkan kompensasi yang besarnya telah ditentukan terlebih dahulu. Karyawan wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian. Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. 57
56
Bambang Rudito, Op. Cit, h. 127 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h. 12 57
42
2. Pembagian Karyawan Ada dua macam status karyawan, yaitu: a. Karyawan tetap yang diikat oleh perjanjiam kerja untuk waktu tidak tertentu. b. Karyawan kontrak yang diikat oleh perjanjian kerja untuk waktu tertentu. 58 Menurut Drs. Malayu Hasibuan, posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan karyawan manajerial. a. Karyawan Operasional adalah setiap orang yang secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan. b. Karyawan Manajerial adalah setiap orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintah. 59 Sedangkan Saksono menjelaskan, untuk menunjang suatu proses produksi dalam sebuah perusahaan dibutuhkan tim yang lebih dikenal dalam dunia bisnis saat ini adalah karyawan. Karyawan yang bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima upah dibedakan menjadi karyawan percobaan, harian, bulanan, borongan, dan musiman. 60 a. Karyawan Percobaan Saksono menyebutkan bahwa dalam lingkungan tenaga pemerintah, karyawan dengan status percobaan dikenal dengan istilah calon pegawai negri sipil dan dalam lingkungan lembaga swasta karyawan dengan status percobaan disebut karyawan percobaan. 58 59 60
www.portalhr.com/.../4id271.html Ibid, h. 13 Saksono S, Administrasi Kepegawaian, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 15
43
Karyawan dengan status percobaan secara yuridis mempunyai kedudukan yang sangat lemah didalam suatu lembaga pemerintah atau swasta. Apabila memiliki kesalahan, hubungan kerjanya dengan pihak perusahaan dengan mudah diputuskan tanpa syarat. Perusahaan atau lembaga dapat menilai kinerja karyawan selama masa percobaan dan diputuskan apakah diperpanjang atau di PHK. b. Karyawan Harian Karyawan harian adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga atau perusahaan, baik pemerintah maupun swasta dengan menerima upah berdasarkan waktu setiap harinya. Upah karyawan harian dibayar setiap hari, setiap 1 atau 2 minggu, atau setiap bulan, tergantung pada kesepakatan dan peraturan perusahaan yang bersangkutan. Karyawan dengan status harian dapat dibedakan antara karyawan harian lepas, karyawan harian sementara, dan karyawan harian tetap. Karyawan harian lepas dan karyawan harian sementara mempunyai kedudukan hukum yang sangat lemah karna ia tidak terikat oleh peratutan perusahaan, terutama yang menyangkut waktu kerja. Dengan kedudukan hukum seperti itu, maka pemutusan hubungan kerja dengan perusahaan sewaktu-waktu dapat terjadi pemutusan kerja tanpa syarat. Beda dengan karyawan harian tetap yang memiliki masa kerja yang relatif lebih lama.
44
c. Karyawan Bulanan Karyawan bulanan atau karyawan tetap memiliki kedudukan hukum yang lebih kuat tetapi hak, kewajiban dan tanggungjawabnya pun semakin bertambah besar juga. d. Karyawan Borongan Karyawan borongan adalah orang bekerja pada suatu lembaga atau perusahaan, baik negara maupun swasta dengan menerima upah berdasarkan satuan hasil kerja yang dicapainya. Karyawan dengan status borongan bekerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau lembaga. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja bila tidak diperlukan lagi. e. Karyawan Musiman Karyawan musiman adalah orang yang bekerja pada suatu perusahaan baik negara maupun swasta selama jangka waktu tertentu. Karyawan musiman banyak dijumpai diperusahaan yang kegiatan operasionalnya bersifat musiman, misalnya perusahaan perkebunan, garam, soda, pabrik gula dan sebagainya. Pekerjaan yang dilakukan disesuaikan dengan upah yang diterima dapat bersifat harian ataupun bulanan. Hubungan kerja dapat berakhir apabila pekerjaan musiman itu selesai dilakukan.
45
BAB III GAMBARAN TENTANG KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA”
A. Sejarah Berdirinya Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” 1. Perum Pegadaian Sejarah Pegadaian dimulai pada abad XVIII ketika Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) suatu maskapai penerbangan dari Belanda datang
ke
Indonesia
dengan
tujuan
berdagang.
Dalam
rangka
memperlancar kegiatan perekonomiannya VOC mendirikan Bank van Leening yaitu lembaga kredit yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Bank van Leening didirikan pertama di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746 berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Van Imhoff. Pada tahun 1800 setelah VOC dibubarkan, Indonesia berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda melalui Gubernur Jenderal Daendels mengeluarkan peraturan yang merinci jenis barang yang dapat digadaikan seperti emas, perak, kain dan sebagian perabot rumah tangga yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif singkat. Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari tangan Belanda (1811-1816), Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffels memutuskan untuk membubarkan Bank van Leening dan mengeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang boleh mendirikan usaha pegadaian dengan ijin dari pemerintah daerah setempat. Dari penjualan lisensi ini pemerintah memperoleh tambahan pendapatan.
46
Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia (1816), pemerintah Belanda melihat bahwa pegadaian yang didirikan pada masa kekuasaan Inggris banyak merugikan masyarakat, pemegang hak banyak melakukan penyelewengan, mengeruk keuntungan untuk diri sendiri dengan menetapkan bunga pinjaman sewenang-wenang. Berdasarkan penelitian oleh lembaga penelitian yang dipimpin oleh Wolf van Westerrode pada tahun 1900 disrankan agar sebaiknya kegiatan pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah sehingga dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat peminjam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah mengeluarkan Staatsblad No.131 tanggal 12 Maret 1901 yang pada prinsipnya mengatur bahwa pendirian pegadaian merupakan monopoli dan karena itu hanya bisa dijalankan oleh pemerintah. Berdasarkan undang-undang ini maka didirikanlah Pegadaian Negara pertama di kota Sukabumi (Jawa Barat) pada tanggal 1 April 1901. Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun Pegadaian. Sejak awal kemerdekaan, pegadaian dikelola oleh pemerintah dan sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP. No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10/1990
(yang
diperbaharui
dengan
Peraturan
Pemerintah
47
No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hingga sekarang. 61 2. Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dalam rangka memasyarakatkan Koperasi di Negara Republik Indonesia yang berfalsafah PANCASILA yang kita cintai ini, dan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan kepada kita Negara yang subur dan makmur serta kekayaan alam yang melimpah ruah, sehingga dikaruniai masyarakat yang pada umumnya mempunyai jiwa sosial yang sangat tinggi, yang dapat kita buktikan dengan kegotong royongan. Dalam menuliskan sejarah mengenai Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” penulis mengalami sedikit kesulitan dikarenakan sudah tidak adanya orang-orang lama yang mengetahui sejarah tentang berdirinya dan sedikitnya dokumentasi-dokumentasi yang ada. Koperasi ini pertama kali didirikan pada tahun 1967 dengan nama Koperasi Karyawan Perjan Pagadaian “Budi Setia” yang beralamat di Jl. Kramat Raya No.162 Pasar Senen Jakarta Pusat. Sesuai dengan peraturan pemerintah No.10/1990 yang mengubah Perusahaan Jawatan (PERJAN) menjadi Perusahaan Umum (PERUM), maka koperasi yang sebelumnya bernama Koperasi Karyawan Perjan Pegadaian “Budi Setia” pada tanggal 26 Januari 1991 berubah menjadi Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dan disahkan pada
61
Buku Laporan Tahunan Perum Pegadaian, 2008
48
tanggal 17 September 1991 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No.103/2000) hingga sekarang. 62 Perkembangan usaha Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari mulai berdiri hingga sekarang mengalami peningkatan yang cukup baik dapat dilihat sebagai berikut: a. Pada tahun 1967 simpanan pokoknya sebesar Rp.100. b. Pada tahun 1982 simpanan pokoknya sebesar Rp.5000 hingga sekarang. c. Pada tanggal 26 Januari 1991 Koperasi Karyawan Perjan Pegadaian “Budi Setia” berusbah nama menjadi Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dan baru disahkan pada tanggal 17 September 1991. d. Dalam rangka kaderisasi dan penyegaran karyawan, koperasi mengadakan pendidikan perkoperasian yang bekerja sama dengan Kandepkop Jakarta Pusat pada tanggal 4 Desember 1996. e. Untuk memperluas bidang usaha dengan fasilitas tanah dan bangunan yang disedikan oleh Direksi, maka pada tanggal 18 Desember 1996 dibuka satu unit pertokoan yang melayani kebutuhan anggota khususnya di Komplek Perumahan Pegadaian Kramat Jati, dan masyarakat umum yang berlokasi di Jl. Dukuh V Kampung Dukuh Kramat Jati. Toko tersebut berkonsep “mini grosir” tetapi juga melayani eceran hasil kerja sama Koperasi dengan pihak swasta (PD. Sanjaya).
62
Buku Laporan Anggaran Dasart & Rumah Tangga, 1991
49
f. Pada tanggal 7 Desember 2001 Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” telah memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dengan No.3641/09-01/PK/XII/2001 yang disahkan oleh Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Barang/Jasa dengan Kembangan Pedagang Besar dan Jenis Usaha/jasa Dagangan Alat Tulis Kantor/Telekomunikasi dan jasa Pembersih. dengan adanya SIUP itu koperasi melakukan pengembangan atau penjualan jasa cleaning
service
keperusahaan-perusahaan
dan
membuka
jasa
laundry. 63 g. Pada tahun 2007 koperasi melakukan pameran/peragaan/demo dan penjualan barang, seperti pameran atau penjualan kendaraan bermotor dan pameran atau penjualan barang rumah tangga. h. Pada tahun 2007 juga diluncurkan produk baru yang bernama Kredit Aneka Guna yang berdasarkan SK No.77/sekrt/KBS/VI/07 tanggal 11 Juni 2007 dengan ketentuan kredit sebagai berikut: 1) untuk pejabat setingkat General Manager Rp.100.000.000 2) untuk Manager/Kacab Utama kelas I dan II Rp.80.000.000 3) untuk Asisten Manager/Kacab kelas III Rp.70.000.000 4) untuk pegawai Rp.55.000.000 64 i. Pada saat sekarang ini simpanan pokok sebesar Rp.5.000, simpanan wajib Rp.100.000, simpanan wajib khusus Rp.300.000, dan simpanan sukarela tergantung pada besarnya gaji orang tersebut.
63 64
Buku Laporan Pengurus & Pengawas, 2001 Buku Laporan Pengurus & Pengawas, 2007
50
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” memiliki fasilitas sebagai berikut: a. Gedung b. Toko c. Gedung Serba Guna yang setiap hari Jum’at digunakan untuk Shalat Jum’at d. Auditorium e. Musholla f. Lapangan parkir g. Kantin Dharma Wanita h. Wartel
B. Visi dan Misi Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” 1. Perum Pegadaian a. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman kepada usaha skala mikro dan menengah atas dasar hukum gadai dan fiducia. b. Memberikan
manfaat
kepada
pemangku
kepentingan
dan
melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik secara konsisten. c. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya. 2. Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” a. Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya serta ikut membangun
tatanan
perekonomian
Nasional
dalam
rangka
51
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. b. Membantu anggota dalam rangka mengembangkan usaha dalam meningkatkan
produksi
dan
pendapatannya
serta
memberikan
pelayanan yang baik yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian Nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. d. Mengembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan daerah kerja umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. C. Tujuan dan Target Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” 1. Perum Pegadaian a. Kinerja keuangan yang sehat dengan Laporan Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) serta rating perusahaan minimal AA. b. Memelihara dan meningkatkan citra perusahaan secara lebih konseptual. c. Melakukan aliansi strategis dengan BUMN dan atau lembaga lainnya. d. Melakukan perubahan status hukum dari Perum menjadi Persero. e. Melakukan restrukturisasi Organisasi Kantor Pusat, Wilayah dan Cabang. f. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui perbaikan dan pengadaan sarana dan prasarana kantor.
52
2. Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” a. Meningkatkan pelayanan terhadap para anggota. b. Meningkatkan pembinaan para karyawan agar diperoleh produktifitas yang maksimal. c. Memberikan pelayanan usaha simpan pinjam dalam rangka memenuhi kebutuhan anggota. d. Mengupayakan karyawan koperasi menjadi karyawan tetap, dengan mengacu kepada Peraturan Ketenagakerjaan. e. Meningkatkan sarana dan prasarana operasional koperasi. f. Menlanjutkan hubungan yang lebih baik lagi dengan pihak lain yang sudah ada maupun yang baru, agar usaha koperasi makin berkembang.
D. Program Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” 1. Perum Pegadaian a. KCA (Kredit Cepat Aman) adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedua pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Contohnya: kendaraan bermotor, elektronik, alat-alat rumah tangga, dll. b. Rahn (Gadai Syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah yang mengacu sistem administrasi modern. c. Kreasi (Kredit Angsuran Fidusia) adalah pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro-kecil dengan skim pinjaman secara fidusia dan pengembalian pinjamannya dilakukan melalui angsuran per bulan dalam jangka waktu kredit 12 s.d 36 bulan.
53
d. Krasida (Kredit Angsuran Sistem Ganda) adalah pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro-kecil atas dasar gadai. e. Kresna (Kredit Serba Guna) adalah pemberian pinjaman kepada pegawai / karyawan dalam rangka kegiatan produktif / konsumtif dengan pengembalian secara angsuran dalam jangka waktu kelipatan 3 bulan, minimum 12 bulan dan maksimum 36 bulan. 2. Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” a. Membuka biro pemasangan iklan dan jasa laundry untuk perluasan usaha. b. Melanjutkan pengembangan PSAK 27 dengan pihak terkait. c. Meningkatkan kenyamanan toko kepada anggota dengan menambah sarana Air Conditioner (AC) di Toko KPPP dan Toko & Wartel di Kanwilut Jakarta. d. Melaksanakan pendidikan perkoperasian dalam rangka kaderisasi dan penyegaran. e. Melakukan pameran/peragaan atau demo dan melakukan penjualan motor dan barang-barang rumah tangga. f. Mengoptimalkan
penggunaan
program
komputerisasi
untuk
pembuatan laporan keuangan. g. Meningkatkan pelayanan usaha simpan pinjam dengan adanya produk baru Kredit Aneka Guna.
54
E. Susunan Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” periode 2009-2010 1. Perum Pegadaian a. DEWAN DIREKSI 1) Direktur Utama
: Drs. Chandra Purnama, MBA
2) Direktur Operasi
: Moch. Edy Prayitno, SE, MM
3) Direktur Peng. Usaha
: Ir. Wasis Djuhar, MM
4) Direktur Umum dan SDM
: Sumanto Hadi, SE, MM
b. DEWAN PENGAWAS 1) Ketua
: Drs. Suhadi Hadiwijoyo
2) Anggota
: Drs. Siswo Suyanto
3) Anggota
: Bambang Prajitno, SH
4) Anggota
: Raksaka Mahi, Ph.D
5) Anggota
: Ketut Sethyon, SE, MM
2. Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” a. PENGURUS 1) Ketua Umum : Drs. H. Sipon Budijono, MBA 2) Ketua I
: H. Mastur Mufti, SH, MH
3) Ketua II
: Saadih, S.Sos
4) Sekretaris
: Eko Sudaryanto, SE
5) Bendahara I
: Tri Wahyogi, SE
6) Bendahara II : Agus Aulia Hakim, SE
55
b. PENGAWAS 1) Ketua
: Sutarno, SE, MM
2) Sekretaris
: Samanhudi, SE
3) Anggota
: Malik, B.Sc
c. PENASEHAT
: Hari Yuwono, SE, MM : Bambang Pramono, SH, MH : Slamet Surono
56
BAB IV ANALISA EVALUASI HASIL PROGRAM SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KARYAWAN
A. Analisa terhadap Tujuan yang telah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya Program Simpan Pinjam Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” diketahui bahwa tujuan yang telah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” selama
dalam
perjalanannya
semenjak
berdiri
hingga
kini
adalah
keberhasilannya dalam mengelola dana yang terkumpul dalam berbagai simpanan anggota baik simpanan wajib, simpanan pokok dan simpanan sukarela ke dalam sebuah program yang diberi nama dengan Program Simpan Pinjam. 65 Dengan adanya program simpan pinjam ini Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” telah berhasil membantu para karyawan yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan individu dan keluarga dan untuk mengembangkan usaha yang ada. Dengan adanya program simpan pinjam ini para karyawan yang semula mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan gaji yang didapat belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah mengikuti program simpan pinjam dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya.
65
Bapak H. Sipon Budijono, Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Wawancara Pribadi, Jakarta, 30 Juni 2009
57
Pinjaman yang diberikan oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” untuk pejabat setingkat General Manager Rp.100.000.000, untuk Manager/Kacab Utama kelas I dan II Rp.80.000.000, untuk Asisten Manager/Kacab kelas III Rp.70.000.000, dan untuk pegawai Rp.55.000.000 dengan jangka waktu 5 tahun pengembalian. 66 Sedangkan untuk karyawan koperasi yang bukan karyawan Pegadaian “Budi Setia” hanya diberikan pinjaman sebesar Rp.2.000.000 dengan jangka waktu pengembalian 6 bulan. Sampai saat ini, usaha simpan pinjam masih memberikan kontribusi terbesar. Dari kegiatan usaha ini, pada tahun 2009 telah menyalurkan kredit sebesar Rp. 16.396.587.000, dengan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 2.198.349.908. Dibandingkan tahun 2008 yang menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1.845.727.125, maka untuk tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 19,10% dengan sisa piutang akhir sebesar Rp. 17.981.796.428. Dari adanya program simpan pinjam ini, Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” juga telah berhasil mendorong dan memfasilitasi para karyawan untuk memenuhi kebutuhan hidup mengembangkan usaha yang dimiliki. Seperti untuk memenuhi biaya sekolah dan biaya kuliah anak-anak mereka dan untuk membuka usaha sendiri seperti yang dilakukan oleh Bapak H. Sipon Budijono yang membuka usaha Rumah Makan Sroto Sokaraja untuk menambah penghasilan selain menjadi Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. Selain untuk meningkatkan perekonomian karyawan tujuan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” juga berperan dalam menolong anggotanya dari jeratan rentenir sekaligus membantu
66
Buku Laporan Pengurus & Pengawas, 2007
58
meringankan beban ekonomi karyawan karena diberikan pinjaman yang sesuai dengan jabatan dan kebutuhan masing-masing. Omzet penjualan usaha toko tahun 2009 sebesar Rp. 857.002.998 dengan menghasilkan pendapatan sebesar Rp.71.865.701, atau naik dari pendapatan tahun 2008 sebesar Rp. 45.888.051. Usaha lainnya berupa jasa cleaning service dan kerja sama dengan pihak lainnya pada tahun 2009 menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 114.127.624, berarti mengalami kenaikan sebesar 22,26% dari tahun 2008 sebesar Rp. 93.349.052. 67 Perkembangan usaha ini disamping didukung oleh perkembangan harta lancer dari Rp. 18.872.287.329 mengalami kenaikan sebesar 63,92% dari tahun 2008 Rp. 11.512.880.911, hal ini tidak terlepas dari partisipasi da peran serta dari anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang telah memberikan kepercayaan dengan menanamkan dananya dalam bentuk simpanan manasuka.
B. Analisa Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang Berpengaruh pada Peningkatan Ekonomi Karyawan Adanya program simpan pinjam yang selami ini dijalankan oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dirasakan oleh anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sangat membantu kesulitan perekonomian. Program simpan pinjam bagi para anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” memiliki peran dalam peningkatan ekonomi anggotanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa anggota dan Pengurus
67
Buku Laporan Pengurus & Pengawas, 2009
59
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang berhasil penulis wawancarai. Menurut Bapak H. Sipon Budijono, selaku Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” menyatakan bahwa adanya program simpan pinjam yang telah berjalan baik selama ini dirasakan manfaatnya bagi koperasi dan khususnya para karyawan. Dengan adanya program simpan pinjam ini aktifitas koperasi hingga kini masih berjalan dengan baik. Sebab dari adanya program simpan pinjam ini Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dapat membiayai kegiatan operasionalnya, dimana biaya operasional tersebut salah satunya juga berasal dari keuntungan yang berasal dari dana pengembalian pinjaman pada program simpan pinjam di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. 68 Bagi para anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, keuntungan yang didapat dari adanya program simpan pinjam tidak lain adalah adanya peningkatan pendapatan usaha dimana pendapatan yang didapat dari hasil penjualan dirasakan lebih besar dari pada pengeluaran atau kebutuhan konsumsi rumah tangga. Sehingga kondisi yang demikian ini menurut analisa penulis dapat dikatakan bahwa adanya program simpan pinjam berpengaruh positif bagi perkembangan dan peningkatan usaha ekonomi karyawan. Tidak hanya kebutuhan dalam usaha koperasi yang berjalan baik, kebutuhan dalam sisi ekonomi rumah tangga karyawan juga secara tidak langsung mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan kebutuhan rumah tangga seperti kebutuhan konsumsi, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya juga dapat dipenuhi dengan baik. Hal ini sebagaimana 68
Bapak H. Sipon Budijono, Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Wawancara Pribadi, Jakarta, 30 Juni 2009
60
dinyatakan oleh Bapak H. Wagino yang telah bekerja selama 24 tahun di Pegadaian ini yang penulis wawancarai ditengah kesibukannya menjadi Kasir di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. Menurutnya dengan adanya program simpan pinjam ini kebutuhan hidup rumah tangganya sedikit demi sedikit mengalami peningkatan. Dari hasil pinjaman tersebut beliau dapat memiliki rumah pribadi, membiayai pendidikan ke empat anaknya yang sekarang sudah menjadi sarjana dan berkeluarga (satu belum menikah), dan memiliki kendaraan roda empat pribadi. Selain itu Bapak H. Wagino juga telah diberangkatkan Haji oleh Perum Pegadaian pada tahun 2008. 69 Awalnya Bapak H. Wagino mendapat pinjaman sebesar Rp. 5.000.000 sampai yang terbesar sebesar Rp. 55.000.000, tetapi karna beliau sekarang hanya pegawai Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” saja jadi hanya sebesar Rp. 2.000.000, tetapi jika ada keperluan yang mendesak beliau bisa mendapatkan pinjaman yang lebih besar dari itu karena beliau karyawan lama. Sedangkan menurut Ibu Sukaesih yang telah bekerja di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” selama 16 tahun sebagai staf karyawan saja. Ibu Sukaesih tidak dapat pinjaman dari Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” karena Beliau hanya sebagai karyawan koperasi saja, tidak sebagai karyawan Perum Pegadaian. Karena yang dapat meminjam hanya karyawan Perum Pegadaian saja, beliau mendapat pinjaman sebesar Rp.2.000.000 hanya dengan kebijakan dari Pengurus
Koperasi Karyawan
Perum Pegadaian “Budi Setia” jika ada keperluan yang mendesak dan masuk akal. Karena suami Ibu Sukaesiah bekerja di Perum Pegadaian sebagai 69
Bapak H. Wagino, Kasir Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 Juli 2009
61
Penaksir Muda, jadi suami Ibu Sukaesiah mendapat pinjaman sebesar Rp. 55.000.000 dan uang pinjaman tersebut digunakan untuk Asuransi Pendidikan kedua anak Beliau yang masih 6 & 7 tahun. Peningkatan ekonomi dan usaha juga dinyatakan oleh Bapak H. Sipon Budijono, menurut beliau dengan adanya program simpan pinjam yang berasal dari
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” usahanya dalam
meningkatkan perekonomian keluarga mengalami perbaikan dari segi penambahan modal. Usaha berjualan Sroto Sokaraja yang dijalani ii telah berlangsung sejak 8 tahun yang lalu. Dengan usaha ini Bapak H. Sipon Bodijono hingga kini mampu memcukupi kebutuhan rumah tangganya, membiayai pendidikan kedua anaknya, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Dengan berkembangnya usaha kuliner pada saat ini dirasakan pula dampaknya oleh Bapak H. Sipon Budijono. Pada awal mula berjualan dirasakan sulit mendapatkan pelanggan, mulai dari tempat usaha yang tidak strategis, belum mengenai seluk beluk dunia dagang, dan ada pula yang tidak senang dengan adanya kedai Sroto Sokaraja beliau yang berada dilingkungan Perum Pegadaian. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan dengan ketekunan beliau dan istrinya akhirnya beliau dapat merasakan keuntungan yang cukup besar dari hasil berjualan Sroto Sokaraja. Pada saat ini beliau telah membuka cabang Sroto Sokaraja di wilayah Jombang, Ciputat. Keuntungan yang beliau dapat digunakan untuk membeli tanah dan dibangun menjadi kontrakan, selain itu beliau juga membeli tanah di beberapa daerah untuk
62
kebutuhan hidup anak-anaknya kelak dan untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya kelak jika beliau nanti telah dipensiun. 70 Modal yang diterima dari adanya program simpan sinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang sebesar Rp. 100.000.000 digunakan sebagai modal usaha, dengan demikian usahanya bisa berjalan dengan baik yang pada akhirnya beliau sendiri dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan individu lain yang terpenuhi dari adanya program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” adalah beliau telah memiliki 2 buah kendaraan roda empat, membiayai pendidikan kedua anaknya menjadi Sarjana, dan beliau juga telah diberangkatkan Haji oleh Perum Pegadaian pada tahun 2002, sedangkan istri beliau menggunakan biaya pribadi yang selama ini telah beliau tabung. 71 Dari kasus-kasus tersebut, penulis menyimpulkan bahwa adanya program simpan pinjam yang dijalani oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” selama ini telah banyak andil dalam meringankan beban ekonomi karyawan. Dengan tercekupinya modal usaha secara tidak langsung Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” telah berhasil memecahkan permasalahan ekonomi masyarakat Indonesia secara umum, walaupun ruang lingkupnya hanya dalam Perum Pegadaian saja. Dari adanya modal usaha tersebut peningkatan kesejahteraan ke arah yang lebih baik lagi dapat tercapai dan dirasakan oleh para karyawan Perum Pegadaian. 70
Bapak H. Sipon Budijono, Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Wawancara Pribadi, Jakarta, 30 Juni 2009 7 Ibid
63
C. Analisa Hasil Jangka Panjang yang tampak sebagai akibat dari Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Adanya program simpan pinjam yang selama ini dijalankan oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” jika dilihat dari awal berdiri hingga sekarang maka hasil jangka panjang yang nampak adalah tercapainya program-program ekonomi anggotanya sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam visi dan misi Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” tersebut. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak H. Sipon Budijono selaku Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” ketika penulis melakukan wawancara dengannya dirumah kediaman Beliau. Dengan adanya Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” ini didapat beberapa keuntungan yang dapat dirasakan yakni: permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu yang menyangkut masalah permodalan usaha dapat dicarikan jalan keluarnya secara bersama dengan adanya program simpan pinjam ini. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar koperasi yang tercantum dalam Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dimana koperasi yang dibangun untuk membantu dan mengembangkan usaha dalam meningkatkan produksi dan pendapatannya serta memberikan pelayanan yang baik berdasarkan azas kekeluargaan. Suku bunga yang ditawarkan pun lebih rendah dibandingkan ditempat yang lain, yaitu untuk simpanan manasuka 8.50% per tahun, berjangka 3 bulan sebanyak 9,50% per tahun, dan berjangka 6 bulan sebanyak 9,75% per tahun. Hasil jangka panjang yang dicapai dari adanya program simpan pinjam ini juga terjalinnya kerja sama yang baik dengan pihak lain seperti, Bank BNI 46 cabang Kramat, Bank BCA cabang
64
kramat, dan pihak lain yang berpartisipasi dalam kegiatan pameran/penjualan motor dan Barang Rumah Tangga. Adanya program simpan pinjam ini diakui baik oleh pengurus dan para anggotanya berdampak positif bagi perkembangan usaha mereka dan untuk kehidupan mereka. Dampak positif bagi pihak koperasi sendiri adalah tetap bertahannya aktifitas koperasi hingga kini. Hal ini dikarenakan program simpan pinjam yang dibentuk sejak awal berdirinya koperasi hingga kini masih berjalan dengan baik. Bagi para naggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” adanya program simpan pinjam ini berdampak pada kemampuan mereka dari segi permodalan usaha untuk mengembangan usahanya kearah yang lebih baik dan lebih maju dari pada kondisi sebelumnya. Dengan terpenuhinya permodalan bagi usaha masing-masing individu anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” secara tidak langsung juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidupnya. Pinjaman yang didapat tersebut tentunya akan diputar kembali sebagai modal usaha. Maka ada dua kemungkinan kemana keuntungan tersebut akan digunakan: Pertama, keuntungan yang didapat akan diputar kembali untuk pengembangan usahanya agar lebih besar lagi. Kedua, keuntungan yang didapat akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga ekonomi anggota yang bersangkutan.
65
BAB V PENUTUP
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil penelitian yang penulis lakukan di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang beralamat di Jl. Kramat Raya 162 Jakarta Pusat sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Mengenai evaluasi hasil terhadap tujuan yang telah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adnya program simpan pinjam, bahwa selama mulai berdirinya Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” hingga kini telah berhasil mengelola keuangan para anggotanya yang berasal dari berbagai simpanan, mulai dari simpanan wajib, simpanan pokok hingga simpanan sukarela ke dalam sebuah program yang bernama program simpan pinjam. Dengan adanya program simpan pinjam ini Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” telah banyak membantu para karyawan yang mengalami kesulitan dalam permodalan usaha mereka yang mayoritas adalah karyawan biasa. 2. Mengenai evaluasi hasil yang berkaitan dengan program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang berpengaruh pada peningkatan ekonomi karyawan, penulis dapat simpulkan sebagai berikut: Pertama, dengan adanya program simpan pinjam ini anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dapat merasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan program simpan
66
pinjam di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dapat membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam permodalan usaha. Ketika masalah permodalan dapat diatasi melalui simpan pinjam ini, secara tidak langsung kebutuhan terhadap permodalan dapat dipecahkan dengan baik. Dengan adanya program simpan pinjam ini oleh beberapa anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” diakui sangt membantu usaha mereka dan perekonomian keluarga mereka, khususnya karyawan yang kekurangan dana untuk memenuhi biaya kehidupan dan untuk penambahan modal usaha. Kedua, dengan adanya program simpan pinjam pihak koperasi maupun para anggota sama-sama diuntungkan. Bagi pihak koperasi, adanya program simpan pinjam ini dari awal berdiri hingga sekarang memiliki kontribusi terhadap pemasukan bagi kas keuangan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. Pemasukan tersebut diperoleh dari fee yang diterima pihak koperasi dari program simpan pinjam tersebut. Sedangkan bagi pihak anggota koperasi, program simpan pinjam ini dirasakan manfaatnya sebagai “dewa penolong” dalam mengatasi kebutuhan hidup para karyawan. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Bapak H. Sipon Budijono selaku Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Bapak H. Wagino, dan Ibu Sukaesih. 3. Berkaitan dengan evaluasi hasil terhadap kebutuhan yang terpenuhi sebagai akibat dari adanya program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dapat penulis simpulkan sebagai berikut. Dengan lancarnya permasalahan modal usaha yang dialami anggotanya, maka kebutuhan hidup keluarga yang bersangkutan diakui juga mengalami
67
perubahan positif. Hal ini diakui oleh Bapak H. Sipon Budijono selaku Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dan juga sebagai pengusaha dibidang kuliner. Ketika pendapatan mereka meningkat akibat dari adanya program simpan pinjam ini mereka dapat membiayai pendidikan anak-anak mereka hingga ke jenjang Sarjana, mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. 4. Berkaitan denga evaluasi hasil jangka panjang yang nampak sebagai akibat dari adanya program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut. Dari sisi jumlah anggota koperasi yang ada di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang berjumlah 903 orang, ternyata program simpan pinjam mampu memberdayakan perekonomian karyawan yang kesulitan dalam memperoleh modal usaha dan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Selain itu program simpan pinjam ini dapat penulis katakan telah berhasil karena 90% karyawan telah tercukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan tujuan koperasi yang membantu dan mengembangkan usaha dalam meningkatkan produksi dan pendapatannya serta memberikan pelayanan yang baik berdasarkan azas kekeluargaan.
B. Saran Koperasi
hendaknya
lebih
berperan
aktif
dalam
aktifitasnya
memberdayakan perekonomian karyawan melalui pembentukan unit-unit usaha
yang
lebih
prospektif.
Sehingga
peran
koperasi
dalam
68
memberdayakan dan mengembangkan perekonomian karyawan semakin nyata dan dapat dirasakan manfaatnya oleh karyawan itu sendiri. Kinerja para pengurus dan para karyawan juga harus lebih ditingkatkan lagi melalui peningkatan etos kerja sehingga koperasi dalam perjalan aktifitasnya dapat berkembang menjadi yang lebih baik. Selain itu koperasi juga harus memperhatikan kesejahteraan karyawan koperasi yang bukan karyawan Perum Pegadaian. Karena yang selama ini dirasakan hanya karyawan Perum Pegadaian saja yang kesejahteraannya terjamin. Demikian kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini, semoga apa yang terangkum dalam laporan ini dapat dijadikan masukan yang sifatnya membangun bagi pihak-pihak terkait. Semoga bermanfaat, Amin.
69
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), Jakarta: FE-UI, 2003, Edisi Revisi Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988, cet. ke-1 Bariadi, Lili, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: Centre of Enterpreneurship Development, 2005 Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003, cet. ke-2 Chaniago, Arifin, Perkembangan Indonesia, Bandung: Angkasa, 1979 Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1986 Dian, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991 Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, Edisi Revisi Hendrojogi, Koperasi dan Azas-Azas, Teori dan Praktek, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, Edisi Revisi Irawan, Elly, Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Universitas Terbuka, 1995 Kartasapoetra, Praktek Pengolahan Koperasi, Jakarta: Bina Adiaksara, 2003 Machendrawaty, Nanih dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: Rosda, 2001, cet. ke-1 Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002, cet. ke-11 Nurzain, Parjimin, Buku Materi Pokok Perkoperasian, Jakarta: PT. Kanisius, 1986 Profil Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, 1969 Raka, I Gusti Gede, Pengantar Pengetahuan Koperasi, Jakarta: Dwi Segar, 1986
70
Rudito, Bambang, (ed), Ekses Peran Serta Masyarakat: Kebih Jauh Memahami Community Development, Jakarta: ICDS, 2003 Saksono, Administrasi Kepegawaian, Yogyakarta: Kanisius, 1993 Simatupang, Landing R, Asas-asas Penelitian Behavioral, Bandung: Gadjah Mada University Perss (UGM), 1990 Srinivisan, Viji, Metode Evaluasi Partisipatoris, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993 Sumaryadi, Nyoman, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Citra Utama, 2005 Tim Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: UIN Press, 2002, cet. ke-2 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, cet. ke-4 Usman, Husaini dan Purnama Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, cet. ke-2 Widiyanti, Ninik Y.W, Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, Jakarta: Adi Mahasatya, 2003 Yusuf, Farida Tayibnafis, Evaluasi Program, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000 _____, Dikutip dari Seminar Nasional Perkoperasian yang dilaksanakan di Hotel Bukit Indah Puncak pada tanggal 17 Desember 2008
Hasil Wawancara Bapak H. Sipon Budijono, Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Wawancara Pribadi, Jakarta, 30 Juni 2009 Bapak H. Wagino, Kasir Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 Juli 2009 Ibu Sukaesih, Karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 Juli 2009
71
Hasil Wawancara I
Nama
: Bapak Drs. H. Sipon Budijono MBA
Status
: Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”
Alamat
: Jl. Legoso Raya gg. Dogol Suta Pisangan Ciputat
Tanggal
: Selasa, 30 Juni 2009
Waktu
: Jam 19.30 WIB – 20.00 WIB
Tanya
: Sejak kapan Bapak bekerja di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Saya bekerja di Perum Pegadaian ini dari tahun 1983 sebagai Kepala Subseksi Pengelolaan Data Elektronik. Tahun 1998 diangkat sebagai Manager Keuangan. Dan pada tahun 2006 saya diangkat sebagai Pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.
Tanya
: Apa tujuan diadakannya program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Jadi tujuan program simpan pinjam itu adalah membantu anggota dalam rangka mengembangkan usaha dalam meningkatkan produksi dan pendapatannya serta memberikan pelayanan yang baik
yang
merupakan
usaha
bersama
berdasarkan
azas
kekeluargaan. Tanya
: Apa saja tujuan yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam?
Jawab
: Hasil yang sudah dicapai dari adanya program simpan pinjam ini adalah memberikan pinjaman kepada karyawan untuk membantu permodalan usaha dan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga karyawan itu sendiri.
Tanya
: Menurut Bapak ekonomi yang berhasil itu yang seperti apa?
Jawab
: Kalau menurut saya ekonomi yang berhasil itu seperti terpenuhinya semua kebutuhan hidup dengan baik. Kemudian
72
meningkatnya pendapatan, lebih besar pemasukan dari pada pengeluaran. Tanya
: Lalu ciri dari peningkatan ekonomi karyawan itu sendiri seperti apa?
Jawab
: Kalau ciri-ciri dari peningkatan ekonomi karyawan itu ya seperti tercukupinya semua kebutuhan hidup karyawan itu sendiri beserta keluarga. Dan yang bagi memiliki usaha lain ya adanya pemasukan lain selain gaji, sehingga pendapatan semakin meningkat.
Tanya
: Berapa persenkah anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang perekonomiannya meningkat setelah mereka mengikuti simpan pinjam?
Jawab
: Ya kira-kira 90%. Hal itu bisa kita lihat dari tercukupinya semua biaya kebutuhan hidup mereka.
Tanya
: Kebutuhan individu seperti apa yang sudah terpenuhi dari wujud adanya program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
:Kebutuhan individu yang sudah tercapai oleh setiap individu ya misalnya terpenuhinya semua kebutuhan dalam hal ekonomi rumah tangga yang meliputi biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan biaya lainnya. Pokoknya yang menyangkut segala urusan rumah tangga karyawan itu sendiri dapat terpenuhi dengan baik dan benar.
Tanya
: Untuk Keluarga Bapak sendiri uang dari simpan pnjam ini digunakan untuk apa?
Jawab
: Pada waktu saya meminjam saya gunakan untuk berwirausaha dibidang kuliner. Selain itu juga saya gunakan untuk membiayai pendidikan kedua anak saya. Baru-baru ini saya gunakan untuk membeli kendaraan roda empat untuk istri saya sebagai transportasi dalam berjualan.
Tanya
: Apa saja target jangka panjang yang ada pada program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Target jangka panjang dari adanya program simpan pinjam Koperasi
Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” ini adalah
73
membantu dan mengembangkan usaha dalam meningkatkan produksi dan pendapatannya serta memberikan pelayanan yang lebih baik lagi yang berdasarkan azas kekeluargaan. Tanya
: Hasil dari adanya program simpan pinjam tersebut bisa dirasakan oleh karyawan atau hanya koperasi saja?
Jawab
: Tentunya hasil yang ada sekarang ini adalah tidak hanya dirasakan oleh koperasi saja, melainkan juga dirasakan oleh para karyawan juga tentunya. Karena peningkatan ekonomi yang dialami oleh koperasi juga memiliki pengaruh positif bagi para karyawan yang akan meminjam dan akan berdampak pula bagi pemenuhan kebutuhan hidup karyawan.
Pewawancara
Terwawancara
Serly Risnawati
Bpk. H. Sipon B
74
Wawancara II
Nama
: Bapak H. Wagino
Status
: Kasir I Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”
Alamat
: Ciracas, Jakarta Timur
Tanggal
: Jum’at, 17 Juli 2009
Waktu
: Jam 09.00 WIB – 09.30 WIB
Tanya
: Sudah berapa lama Bapak bekerja di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Saya bekerja di Perum Pegadaian ini dari tahun 1985. Sejak 3 tahun lalu saya dipindahkan ke Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sebagai Kasir I, karena saya sudah pensiun di Perum Pegadaian.
Tanya
: Sejak kapan Bapak menjadi anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Ya semenjak saya bekerja di Perum Pegadaian.
Tanya
: Lalu apa yang Bapak rasakan dari adanya program simpan pinjam yang diadakan oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Dari adanya program simpan pinjam ini saya bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya. kalau hanya mengandalkan gaji saja memang tidak cukup, untuk itu saya ikut program simpan pinjam
tersebut.
Kan
untuk
membayar
cicilannya
hanya
menggunakan potong gaji. Tanya
: Kebutuhan hidup seperti apa yang telah terpenuhi dari adanya program simpan pinjam ini?
Jawab
: Ya seperti, setelah ikut program simpan pinjam ini saya bisa membangun rumah, membiayai pendidikan ke empat anak saya, dan dapat memiliki kendaraan pribadi. Selain itu saya juga telah diberangkatkan Haji oleh Perum Pegadaian ini pada tahun 2008.
75
Tanya
: Memang berapa besar pinjaman yang Bapak dapatkan dari Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Pada waktu saya masih menjadi karyawan Perum Pegadaian saya mendapat pinjaman sebesar Rp. 55.000.000 dengan lama waktu cicilan 5 tahun. Tapi sejak 3 tahun ini saya hanya mendapat pinjaman sebesar Rp. 2.500.000 saja.
Tanya
: Dari segi perekonomian menurut pendapat Bapak apakah karyawan
setelah
mengikuti
program
simpan
pinjam
ini
kehidupannya menjadi sejahtera? Jawab
: Kalau menurut saya kira-kira 85% karyawan yang kehidupan perekonomiannya sejahtera setelah mengikuti program simpan pinjam ini.
Tanya
: Karna Bapak jabatannya sebagai Kasir I apakah ada karyawan yang bermasalah dalam pembayaran cicilan?
Jawab
: Selama ini ya tidak ada masalah yang serius, paling hanya ada beberapa yang tidak dapat menutupi cicilan di akhir batas waktu jatuh tempo, tetapi itu masih bisa diatasi dengan baik.
Pewawancara
Terwawancara
Serly Risnawati
Bapak H. Wagino
76
Wawancara III
Nama
: Ibu Sukaesih
Status
: Staf Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”
Alamat
: Jl. Bukit Duri Puteran, Bendungan Hilir
Tanggal
: Jum’at, 17 Juli 2009
Waktu
: Jam 09.30 WIB – 10.00 WIB
Tanya
: Sudah berapa lama Ibu bekerja di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Saya bekerja di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” ini sejak tahun 1993.
Tanya
: Sejak kapan Ibu menjadi anggota Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Sebenarnya saya tidak ikut anggota koperasi, karena saya hanya sebagai karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” bukan karyawan Perum Pegadaian. Karena yang ikut program simpan pinjam ini hanya karyawan Perum Pegadaian saja. Tetapi suami saya yang ikut program simpan pinjam ini, karena suami saya bekerja di Perum Pegadaian ini sebagai Penaksir Muda.
Tanya
: Lalu apa yang Ibu rasakan setelah Suami Ibu ikut program simpan pinjam yang diadakan oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”?
Jawab
: Ya saya ikut senang juga karna kebutuhan hidup keluarga kecil kami ini menjadi tercukupi.
Tanya
: Memang Ibu memiliki berapa anak?
Jawab
: Anak saya masih kecil-kecil. Yang pertama 7 tahun dan yang satu lagi 6 tahun.
Tanya
: Lalu kebutuhan hidup seperti apa yang sudah terpenuhi dari adanya program simpan pinjam ini?
Jawab
: Kebutuhan hidup yang selama ini sudah terpenuhi ya seperti kebutuhan
rumah
tangga,
biaya
kesehatan
dan
untuk
77
mengasuransikan
biaya
pendidikan
anak-anak
saya
kelak.
Alhamdulillah saya sudah memiliki rumah sendiri, jadi uang dari simpan pinjam hanya untuk asuransi pendidikan anak. Tanya
: Berapa besar pinjaman yang diperoleh oleh Ibu dan Suami?
Jawab
: Kalau saya hanya sebesar Rp. 2.500.000 saja, sedangkan suami saya sebesar Rp. 55.000.000.
Tanya
: Dari segi perekonomian menurut pendapat Ibu apakah karyawan setelah mengikuti program simpan pinjam ini kehidupannya menjadi sejahtera?
Jawab
: Kalau menurut saya ya kira-kira 90% karyawan yang kehidupan perekonomiannya sejahtera setelah mengikuti program simpan pinjam ini.
Pewawancara
Terwawancara
Serly Risnawati
Ibu Sukaesih
78
No. Pertanyaan 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu bekerja
Pengurus Saya bekerja di
Kasir I Saya bekerja di
Staf Saya bekerja
Perum
Perum Pegadaian di Koperasi
di Perum Pegadaian Pegadaian ini
ini sejak tahun
Karyawan
ini?
1985.
Perum
sejak tahun 1983.
Pegadaian “Budi Setia”
2.
ini sejak Saya sejak tahun
3.
4.
5.
tahun 1993.
Sejak kapan
Saya menjadi
1985, tapi sejak
Bapak/Ibu menjadi
anggota
3 tahun lalu saya
Kalau saya
anggota Koperasi
koperasi
tidak menjadi
tidak menjadi
Karyawan Perum
semenjak saya
anggota
anggota,
Pegadaian “Budi
bekerja di
koperasi.
melainkan
Setia”?
Perum
suami saya
Pegadaian ini.
yang menjadi Saya gembira
anggota
karena dapat
koperasi.
Apa yang
Dari adanya
membantu saya
Bapak/Ibu rasakan
program simpan
dalam memenuhi Saya cukup
dari adanya
pinjam tersebut
kebutuhan hidup
senang
program simpan
saya bisa
keluarga.
karena
pinjam Koperasi
memenuhi
kebutuhan
Karyawan Perum
kebutuhan hidup Untuk
keluarga saya
Pegadaian “Budi
keluarga dan
membiayai
sampai saat
Setia”?
untuk
pendidikan 4
ini terpenuhi
menambah
anak saya, untuk
dengan baik.
modal usaha
membangun
kuliner saya.
rumah, dan
Kalau saya
Lalu kebutuhan
Ya seperti
untuk memiliki
untuk
individu seperti apa
membiayai
kendaraan
kebutuhan
yang sudah
pendidikan
pribadi.
rumah
79
6.
terpenuhi dari
anak, memenuhi
tangga,
adanya program
kebutuhan
kesehatan,
simpan pinjam
rumah tangga,
dan untuk
Koperasi Karyawan untuk modal
biaya
Perum Pegadaian
usaha sehingga
Saya sudah
asuransi
“Budi Setia”?
saya dapat
diberangkatkan
pendidikan ke
membuka
Haji pada tahun
2 anak saya
cabang rumah
2008 oleh
yang masih
makan Sroto
kantor.
kecil.
7.
Sokaraja, dan untuk membeli kendaraan Lalu apakah ada
pribadi.
kebutuhan lain yang terpenuhi?
Pada waktu sebelum pensiun
Tidak ada.
Alhamdulillah
saya mendapat
saya sudah pergi
Rp. 55.000.000,
Haji dengan
tapi sekarang
biayai dari
hanya
kantor pada
Rp. 2.500.000
Berapa besar
tahun 2004.
saja.
pinjaman yang
Sedangkan Istri
Bapak/Ibu terima
saya dengan
Ya kira-kira
Rp.
dari Koperasi
dana pribadi.
85%.
2.500.000,
Karyawan Perum
Kalau saya hanya
tetapi suami
Pegadaian “Budi
Kalau saya
saya
Setia”?
sebesar
Rp.
Rp.
55.000.000.
100.000.000.
Dari segi
Kalau
perekonomian
menurut saya
menurut Bapak/Ibu
90%.
80
berapa persenkah
90%.
karyawan yang kehidupannya sejahtera setelah mengikuti program simpan pinjam ini?
No. 1.
a.
Pertanyaan Tujuan-tujuan yang
Pengurus dicapai
Koperasi
Karyawan
Perum
Pegadaian
“Budi
Setia”
dari
adanya program simpan pinjam:
Jadi tujuan program simpan pinjam itu adalah membantu anggota dalam
Apa tujuan diadakannya program rangka mengembangkan usaha dalam simpan
pinjam
Karyawan
Perum
Koperasi meningkatkan Pegadaian pendapatannya
“Budi Setia”?
produksi serta
dan
memberikan
pelayanan yang baik yang merupakan
b.
usaha
bersama
berdasarkan
azas
kekeluargaan.
Hasil yang sudah dicapai dari adanya Apa saja tujuan yang sudah program simpan pinjam ini adalah 2.
dicapai oleh Koperasi Karyawan memberikan pinjaman kepada Perum Pegadaian “Budi Setia” karyawan untuk membantu dari
adanya
program
simpan permodalan usaha dan untuk
pinjam ini?
memenuhi kebutuhan hidup rumah
a.
tangga karyawan itu sendiri.
Program simpan pinjam Koperasi Karyawan
Perum
Pegadaian
“Budi Setia” yang berpengaruh
81
b.
pada
peningkatan
ekonomi
karyawan:
Kalau menurut saya ekonomi yang meningkat itu seperti terpenuhinya
Menurut Bapak ekonomi yang semua kebutuhan hidup dengan baik. meningkat itu seperti apa?
Kemudian meningkatnya pendapatan, lebih besar pemasukan dari pada
c.
pengeluaran.
Kalau
ciri-ciri
dari
peningkatan
Lalu ciri-ciri dari peningkatan ekonomi karyawan itu ya seperti 3.
ekonomi karyawan itu seperti tercukupinya semua kebutuhan hidup apa?
karyawan itu sendiri beserta keluarga. Dan yang bagi memiliki usaha lain ya adanya pemasukan lain selain gaji,
a.
sehingga
pendapatan
semakin
meningkat. Berapa persen anggota Koperasi Karyawan
Perum
Pegadaian Ya kira-kira 90%. Hal itu bisa kita
“Budi Setia” yang ekonominya lihat dari tercukupinya semua biaya meningkat dari pengaruh program kebutuhan hidup mereka. simpan pinjam? 4. Kebutuhan
individu
yang
terpenuhi sebagai akibat dari adanya program simpan pinjam a.
Koperasi
Karyawan
Pegadaian “Budi Setia”:
Perum Kebutuhan
individu
yang
sudah
tercapai oleh setiap individu ya Kebutuhan individu seperti apa misalnya
terpenuhinya
semua
yang sudah terpenuhi dari wujud kebutuhan dalam hal ekonomi rumah adanya program simpan pinjam tangga b.
Koperasi
Karyawan
yang
meliputi
biaya
Perum pendidikan, biaya kesehatan, dan
82
Pegadaian “Budi Setia”?
biaya
lainnya.
Pokoknya
yang
menyangkut segala urusan rumah tangga karyawan itu sendiri dapat terpenuhi dengan baik dan benar.
Hasil
jangka
nampak
panjang
sebagai
akibat
yang dari
adanya program simpan pinjam Koperasi
Karyawan
Perum
Pegadaian “Budi Setia”:
Target jangka panjang dari adanya program simpan pinjam Koperasi
Apa saja target jangka panjang Karyawan Perum Pegadaian “Budi yang ada pada program simpan Setia” ini adalah membantu dan pinjam
Koperasi
Karyawan mengembangkan
Perum Pegadaian “Budi Setia”?
meningkatkan pendapatannya
usaha produksi serta
dalam dan
memberikan
pelayanan yang lebih baik lagi yang berdasarkan azas kekeluargaan. Apa hasil tersebut bisa dirasakan oleh anggota atau hanya koperasi Tentunya hasil yang ada sekarang ini saja?
adalah tidak hanya dirasakan oleh koperasi
saja,
melainkan
juga
dirasakan oleh para karyawan juga tentunya.
Karena
peningkatan
ekonomi yang dialami oleh koperasi juga memiliki pengaruh positif bagi para karyawan yang akan meminjam dan
akan
pemenuhan
berdampak
pula
kebutuhan
bagi hidup
karyawan.
83