KAJIAN PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI YANG DIPERCEPAT (EXPEDITED SITE ASSESMENT/ESA)
Langkah 1 : Penelusuran Data Eksisting Lokasi Lahan Terkontaminasi
Data umum penelusuran data eksisting lokasi : - Data geologi/hidrogeologi lokasi; - Data sifat dan tingkat kontaminasi; - Data Jalur migrasi dan sebaran paparan kontaminan.
Langkah 2 : Kajian Data dan Informasi Lahan Terkontaminasi Review informasi yang ada harus mencakup: Riwayat penggunaan lahan dan kondisi saat ini; Potensi sumber kontaminasi, Potensi jalur migrasi dan reseptor, dan Kondisi geologi dan hidrogeologi.
Jika lahan terkontaminasi masuk dalam kategori RBCA (Risk Based Corrective Action) atau bagian dari sanksi, perlu dievaluasi potensi penggunaan lahan di masa yang akan datang.
Langkah 3 : Pengembangan Modeling Awal Pemulihan Berdasarkan hasil kajian data dan informasi awal lahan terkontaminasi, tim verifikasi membuat modeling awal pemulihan. Modeling awal disusun dilengkapi peta lokasi lahan terkontaminasi dan dibuat rencana titik-titik pengambilan sampel awal dan analisa kondisi awal di lapangan yang dibutuhkan, mencakup: kondisi geologi dan hidrogeologi; dugaan sumber kegiatan yang menyebabkan lahan terkontaminasi; dan potensi jalur migrasi, reseptor, dan kendala sampling (misalnya, utilitas, kedalaman batuan dasar).
Langkah 4: Desain Pengumpulan Data dan Analisa Program
Berdasarkan modeling awal pemulihan, Tim verifikasi melakukan pengumpulan data untuk membuat analisa program. Tim verifikasi dapat melakukan penyesuaian terhadap modeling awal pemulihan sesuai dengan perkembangan kondisi di lapangan. Misalnya : perubahan titik dan jumlah sampel, perubahan kedalaman sampel dll.
Data dan analisis hasil modeling awal pemulihan untuk mengidentifikasi hal-hal seperti : alat sampling yang diperlukan, metode analisa, sumber kegiatan yang mengkontaminasi, batas-batas lahan terkontaminasi dan perkiraan sebaran kontaminan.
Modeling awal pemulihan menggunakan metode geofisika permukaan untuk dapat memberikan informasi awal tentang : Lokasi penimbunan, Data geologi dan kondisi hidrogeologi, dan produk sisa. Informasi awal ini diperlukan untuk pembuatan rencana pengambilan sampel di lahan terkontaminasi. Metode geofisika permukaan umum antara lain: Ground Penetrating Radar, Elektromagnetik, dan Magnetometry,
Metode survei soil-dapat dipakai untuk memperoleh data jumlah lahan terkontaminasi dengan cepat. Metode ini dapat memberikan informasi :
Posisi lokasi lahan yangdapat membantu memfokuskan kegiatan pengambilan sampel yang lebih tepat.
Informasi yang diperoleh dalam survei ini juga dapat membantu dalam desain teknologi remediasi seperti ekstraksi uap tanah.
Untuk identifikasi lahan terkontaminasi, setidaknya ada satu jenis media – tanah, gas di dalam tanah, atau air tanah yang harus disampel. Pemilihan alat sampling yang tepat tergantung terutama pada: Kondisi lokasi, Kedalaman sampel, Geologi lokal, Ketersediaan alat , da Anggaran/biaya.
Berdasarkan hasil modeling awal pemulihan terhadap lahan terkontaminasi maka dapat ditentukan metode analisa yang tepat untuk identifikasi lahan terkontaminasi. Penentuan metode analisa pemulihan ini mempertimbangkan beberapa faktor antara lain :
Jenis kontaminan; Kualitas data, Kemudahan penggunaannya, Biaya, Ketersediaan alat, dan Kecepatan penyediaan data.
Beberapa metode dan peralatan analisis yang umum digunakan dalam identifikasi lahan terkontaminasi : Tes immunoassay kit, Tes kolorimetri kit, dan Chromatographs gas portabel (GC)
PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA Pengumpulan data dan analisis program dilakukan secara intensif, Jangka pendek, dan investigasi lapangan. Program dan model pemulihan awal disempurnakan berdasarkan kondisi pengukuran dan pengamatan on-site. Untuk memastikan bahwa pengukuran akurat, tim verifikasi harus memeriksa data lapangan yang dihasilkan, dengan mengembangkan kontrol kualitas (QC) terhadap metode yang digunakan. QC : - kalibrasi instrumen, sampel kosong, dan sampel kontrol. - memeriksa data dengan hasil membandingkan dari metode analisis yang berbeda (misalnya, GC lapangan dengan immunoassay test kit) atau dengan membandingkan hasil dari media lain. - Proses validasi penting bagi pengembangan modeling awal pemulihan karena membantu untuk menyelesaikan data yang anomali.
Evaluasi Data dan Pemilihan Modeling
Faktor kunci dari ESA adalah evaluasi secara berkala dan perbaikan dari modeling awal pemulihan. Penyempurnaan modeling awal pemulihan dilakukan melalui pengukuran langsung dan meminimalkan varians.
Modeling awal pemulihan dari ESA dianggap berhasil apabila : Modeling cocok dengan kondisi geologi /hidrogeologi setempat; Modeling cocok dengan data yang telah dikumpulkan; dan Dapat digunakan untuk memprediksi kondisi di bawah permukaan lahan terkontaminasi.
PERTIMBANGAN TINDAKAN PEMULIHAN DARURAT Manfaat dari Kajian Pemulihan lahan terkontaminasi yang dipercepat (ESA): - dapat segera diputuskan tindakan pemulihan darurat secara cepat dan akurat; - langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan segera setelah ESA selesai dilakukan; - Mengidentifikasi lokasi dan jumlah kontaminan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan sumber air minum.
KAJIAN PEMULIHAN REGULAR/KONVENSIONAL (CSA) VS KAJIAN PERCEPATAN PEMULIHAN (ESA) Langkah 1: Tujuan Pemulihan (ESA Dan CSA)
Penentuan daerah sumber, ciri situs geologi / hidrogeologi, dan menggambarkan tingkat kontaminasi di tanah dan air tanah. Penentuan jalur migrasi utama dan paparan juga agar dapat segera diambil tindakan pencegahan.
Langkah 2: Review informasi eksisting Lahan Terkontaminasi (ESA Dan CSA) Review latar belakang lahan terkontaminasi. Di CSA, review informasi yang telah ada berdasarkan dari hasil monitoring sumur pantau yang digunakan untuk menentukan lokasi lahan terkontaminasi. Di ESA, review informasi yang telah ada dikumpulkan dalam rangka untuk mengembangkan model awal pemulihan dari kondisi lokasi lahan terkontaminasi yang kemudian diplot pada peta dan digunakan untuk memandu penyelidikan lebih lanjut.
Langkah 3: Pengembangan Modeling Awal Pemulihan Lahan (ESA Dan CSA) Berdasarkan penelaahan data regional dan situs yang ada, peneliti mengembangkan modeling awal lahan terkontaminasi berdasarkan data situs geologi, hidrogeologi, sifat dan tingkat kontaminasi, jalur migrasi kontaminan, dan titik paparan. Untuk CSA, menggunakan informasi ini untuk menentukan titik sumur pantau, penentuan kedalam pemboran dan analisa data yang ada di lahan terkontaminasi. Untuk ESA, memasukkan informasi ini ke peta lahan terkontaminasi untuk mennyusun hipotesis berdasarkan data geologi, hidrogeologi, dan tingkat kontaminasi. Penentuan titik lokasi sampel dipilih untuk menguji hipotesis ini dan mengevaluasi apabila ada anomali data.
Langkah 4: Pengumpulan Data Desain Dan Program Analisis (CSA)
Pengambilan sampel di lahan terkontaminasi Pengambilan sampel di lahan terkontaminasi berupa pengambilan sampel tanah (menggunakan augher atau peralatan lain yang dipilih) dan pengambilan sampel air tanah (minimal 3 titik) untuk dilakukan analisa. Untuk screening awal di lokasi lahan terkontaminasi dapat menggunakan alat analisa portabel seperti Flame Ionization Detector (FID) sebelum dilakukan pengambilan sampel untuk dianalisa sampel di laboratorium (off site).
Semua data terkait pengambilan sampel perlu dicatat seperti : ketebalan/kedalaman, jenis tanah, porisitas, struktur tanah, stratigrafi, heterogenitas, kadar air, dan lokasi pengambilan sampel tanah terkontaminasi).
Sampel tanah akan dianalisis parameter BTEX dan TPH, sedangkan sampel air tanah akan dianalisis untuk BTEX.
Langkah 5: Kegiatan lapangan pemulihan secara konvensional (CSA)
Pembuatan sumur monitoring di lokasi lahan terkontaminasi (2 down gradien dan 1 di upgradien) untuk pengambilan sampel air tanah. Pengambilan sampel tanah awal dari masing titik dan dianalisa di laboratorium untuk mendeteksi ada tidaknya kontaminasi. Pembahasan hasil analisa sampel yang telah diperoleh dengan ahli (ahli tanah, ahli geologi, dll) sesuai kebutuhan analisis. Pembuatan laporan untuk SED dan pemilik lahan.
Langkah 4: Pengumpulan Data dan Analisis Program (ESA)
Pengambilan sampel. Pengambilan sampel tanah dan sampel air tanah langsung dilakukan sesuai dengan titik sampeling dari modeling awal yang telah dibuat.
Analisis lapangan. Pengujian sampel dilakukan di lapangan dengan menggunakan laboratorium bergerak (mobile laboratorium) yang terakreditasi dan metode pengujian yang telah disetujui/terkareditasi. Sampel tanah dianalisis BTEX dan TPH sedangkan sampel air tanah dianalisis BTEX.
Screening Tanah Terkontaminasi Untuk screening sampel tanah, semua sampel tanah di lapangan diukur kandungan total volatil organik (TOVs) melalui pengukuran udara ambien menggunakan FID dengan sensitivitas yang tinggi. Sampel tanah yang menunjukkan hasil yang signifikas akan dianalisis oleh laboratorium bergerak
Sampling air tanah Sampel air tanah akan dikumpulkan dan dianalisis di laboratorium bergerak di setiap lokasi pemeriksaan.
Identifikasi Sifat Fisik Lahan Terkontaminasi Dilakukan pengambilan sampel tanah dengan pengeboran inti dan dicatat dan direkam ahli geologi dalam log/catatan yang mendata : ketebalan, jenis tahan, porositas, struktur, stratigrafi, heterogenitas, kadar air dan lokasi. Sampel tanah dianalisa di laboratorium untuk parameter : Total karbon organik (TOC), bulk density, dan kadar air. Selain itu juga dilakukan kajian aliran akuifier, pengkuran konduktifitas hidrolik tanah, pH tanah. Sampel air tanah juga akan dikirim ke laboratorium untuk analisis indikator biodegradasi (NO3, SO4, Fe, Mn2 +, CH4, dan CO2). Parameter ini akan membantu mengevaluasi potensi migrasi kontaminan dan biodegradasi.
Perbandingan Kajian Pemulihan Lahan Terkontaminasi Regular/Konvensional (CSA) dan Kajian Pemulihan yang dipercepat (ESA) :
ESA memerlukan biaya yang lebih signifikan dibandingkan dengan CSA. Namun demikian CSA baru penyelidikan awal dan akan membutuhkan tindak lanjut verifikasi lapangan.
ESA menghasilkan satu laporan kepada regulator dan pemilik fasilitas untuk membuat keputusan korektif dan tindakan yang efektif.
CSA memberikan informasi yang cukup akurat untuk membuat keputusan tindakan korektif. Jumlah sumur dan analisis akan mengurangi biaya secara signifikan dari ESA.
Keuntungan utama dari ESA adalah kajian pemulihan lebih cepat dilakukan dengan informasi yang akurat tentang tingkat kontaminasi dan jalur migrasi sehingga keputusan perbaikan yang efektif dapat dilakukan dalam satu mobilisai. Meskipun biaya awal dari ESA sering lebih tinggi dari CSA, tetapi biaya akhir ini sering jauh lebih rendah. Biaya yang lebih rendah ini disebabkan : Karakterisasi lahan terkontaminasi sudah dilakukan secara menyeluruh; Penentuan sumur pantau lebih optimal dan permanen. Langkah-langkah tindakan korektif yang efektif dapat dioptimalkan (Misalnya, meningkat lokasi titik sparging udara dan sumur tanah ekstraksi uap); Pengurangan biaya administrasi tulisan dan laporan; dan Mengurangi sampling dan analisis yang tidak perlu.