Erwin Rommel, Sang Musang Gurun Mini Biografi. Oleh Yusuf Wibisono. ilmuiman.net (c) 2013. Revisi Okt'2016. *** Pengantar Bismilahhirohmannirohiim. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Salawat dan Salam untuk rasul Allah, Muhammad saw. E-book ini, mini biografi ini, adalah bagian dari serangkaian tulisan untuk mempromosikan kebajikan dan kemuliaan akhlak. Mengapa meninjau akhlak malah membahas seorang pimpinan Nazi Jerman? Ini namanya pendekatan 'dari sisi lain'. Kalau kita membahas akhlak dengan mencontohkan Rasulullah. Itu sisi kananlah gitu, yang menset batas atas. Ya, tentu saja,.. Rasulullah akhlaknya mulia. Dia itu uswatun hasanah. Kalau kita kalah oleh Rasulullah, ya emang kalah. Nyerah dari awal. Tapi,.. masak sih kita sampai kalah oleh seorang perwira Nazi? Cerita seperti ini mungkin bisa menaikkan batas bawah dari target hidup kita. Setidaknya,.. kita jangan sampai kalahlah oleh seorang nazi yang kita ulas ini. Bukankah kita ini supposed to be umat yang terbaik? Karya ini jauh dari sempurna tentu saja. Dan given the fact bahwa misinya adalah untuk mempromosikan kebajikan dan kesempurnaan akhlak, mohon dimaklumi bila akurasi fakta sejarahnya kemungkinan bukanlah yang terbaik di dunia. Kurang lebihnya mohon maaf. Kritik dan saran silakan saja disampaikan. *** Prolog... Apakah yang terpenting untuk tiap-tiap profesi? Profesionalisme. Jelas banget. Tapi apa itu profesionalisme? Marilah kita membahas itu. Untuk tiap-tiap profesi tentunya ada unsur khasnya masing-masing. Walau begitu, kalau kita renungkan dengan baik-baik, ada benang merah yang sama untuk profesionalisme di tiap-tiap profesi. Terkait hal itu,.. mungkin menarik kita ikuti kisah seorang Erwin Rommel di bawah ini. Erwin Rommel, Sang Musang Gurun, the desert fox, adalah pahlawan bagi orang Jerman selama perang dunia kedua (dan posisi ini 'diperkuat' oleh orang-orang blok barat selama perang dingin melawan blok timur). Dia dicitrakan sebagai tentara yang tidak berpolitik, dan penempur jenius, seorang profesional di bidangnya. ***
Awal Riwayat Erwin Rommel Di masa muda, Rommel sempat membuat glider bersama teman-temannya. Dia punya jiwa penemu. Kalo jalan-jalan kadang-kadang nemu duit, atau nemu dompet. Eh, bukan nemu dalam arti itu ding. Sorry. Ayahnya kepala sekolah yang galak, sekolah beneran, bukan sekolah mengemudi. Begitu Erwin beranjak dewasa, oleh ayah galaknya itu Erwin lantas diberi pilihan karir cuma dua: jadi guru atau jadi tentara. Rommel memilih jadi tentara. Bukannya tidak ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, dan juga bukan disebabkan karena gaji guru kelewat rendah. Ini di Jerman, bukan Indonesia. Begitulah. Tahun 1911, Rommel menjadi perwira infanteri di Danzig (dibaca 'dan-cih' barangkali ya?) yang kemudian menjadi bagian dari Polandia di kemudian hari. Di Danzig dia jatuh hati pada Lucie Mollin, seorang cewek keluarga kelas menengah terpandang keturunan Polandia. Ya iyalah Lucie Mollin seorang cewek. Kalo terwelu, masak sih namanya seperti itu? Lucie Mollin itu kira-kira seumur dengannya, yaitu dengan Erwin Rommel. Lha, kalo mbah-nya Lucie, nggak ada yang tahu, kira-kira seumuran sama siapa. Apalagi mbah buyutnya Lucie Mollin. Mungkin seumurannya sama Aki Soma dari Ranca Ekek. Tukang peuyeum atau tukang apa tuh, nggak usah kita urus profesinya. renungkan dengan baik-baik, ada benang merah yang sama untuk profesionalisme di tiap-tiap profesi. Terkait hal itu,.. mungkin menarik kita ikuti kisah seorang Erwin Rommel di bawah ini. Lha wong Aki Soma itu aja siapa, kita sama-sama nggak tahu, dan nggak perlu tahu. Alkisah, selain haheho dengan Lucie Mollin, Erwin Rommel juga punya affair dengan tukang buah belasan tahun, namanya Walburga Stemmer, yang tinggal dekat garnisun Rommel. Ini cewek juga, bukan terwelu. Ada affairnya gini biasanya seru kalo dibikin filem. Ta'uk deh, ada filem Rommel yang 'manusiawi' atau enggak? Saya nggak pernah nonton. Yang jelas, dalam standar barat, seorang profesional tetap profesional walaupun dalam kehidupan pribadinya.. sruduk sana, sruduk sini. Belakangan, dari affairnya, Walburga melahirkan Gertrud. Rommel sempat mau keluar dari ketentaraan demi Walburga dan anaknya itu. Namun segala janji mesti diingkari. Atas tekanan keluarganya, Rommel akhirnya dibujuk untuk mengawini Lucie Mollin yang lebih terpandang, yang lebih setara status sosialnya, dan tidak jadi keluar dari dinas militer. Akhirnya, Rommel pun menuruti keinginan keluarganya. Lagi pula, tahun 1914 itu, di jaman perang dunia pertama. Bagaimana mungkin seorang Rommel bisa keluar dari
ketentaraan pada masa perang besar seperti itu? Profesionalisme sebagai tentara tetap (terpaksa?) dijaga. Walau ditinggal, Walburga mulanya yakin Rommel akan kembali padanya bila tidak punya anak dari Lucie. Eh, tapi rejeki sudah ada yang ngatur. Pertandingan bola juga kadang ada yang ngatur. Tinju juga sering diatur, dan apalagi balap kuda. Tapi soal olah raga kita kesampingkan dulu. Kita bahas dulu Erwin Rommel. Berhubung rutin diajak olah raga malam oleh Erwin Rommel, atau olah raga pagi, Lucie pun kemudian melahirkan Manfred. Bunuh dirilah Walburga, tapi Gertrud putrinya terus menjalin silaturahmi. Menurut hadits Rasulullah, silaturahmi itu memperpanjang umur, kan? Dengan ayahnya, Gertrude surat-suratan terus, dan bahkan membuatkan syal yang kemudian sering dipakai Rommel di medan tempur. Sampai kemudian surat-surat dan foto-foto mereka diungkapkan tahun 2000-an, yaitu pasca kematian Gertrude, Gertrude ini selalu dikenal sebagai sepupu oleh anak-anak Erwin Rommel dari Lucie. Seperti itulah kehidupan pribadi seorang Erwin Rommel. *** Erwin Rommel Sang Perwira Sebagai tentara, dia dikenal cerdas dan pemberani, agak congkak juga. Pada perang dunia pertama, 1914, beberapa kali Rommel memimpin tim penyerang, menerobos titik terlemah dan menyebabkan kesimpangsiuran di kalangan musuhnya. Dari situ dia dianugerahi iron-cross, salib besi, medali tertinggi Jerman. Tapi toh akhirnya Jerman kalah perang karena dikepung dari segala penjuru. Setelah Jerman dipermalukan 1918, sebagaimana kebanyakan tentara Jerman yang lain, Rommel terlunta-lunta sampai munculnya Hitler 1933. Sebagai profesional, dia menolak bergabung dengan Truppenamt (staf umum ketentaraan bayangan) yang terlarang berdasarkan perjanjian Versailles (tapi diandalkan Jerman untuk masa depan), dan tetap menjadi perwira jalanan biasa untuk beberapa lama. Walau tentara jalanan, Rommel intelek. Tahun 1937, Rommel menerbitkan buku: "The Infantery Attacks" (kalau dibahasainggriskan), yaitu sebuah buku yang menggambarkan pengalaman tempurnya. Karena belum ada majalah "Bobo", "Donald Bebek", dan "Tom And Jerry", Hitler pun lantas membaca buku itu. Mantan kopral, aneh kan kalau bacaannya buku "Belajar Memasak Bersama Chef Farah Quinn"? Konon, buku Rommel itu amat mengesankan Hitler. Mungkin dia berpikir, "Sopo arek'e sing nulis koyok ngene iki. Cocok ambek' atiku...", gitu kira-kira kalau Hitler membatin dalam bahasa Jerman.
Hitler sudah jadi kanselir, yang sakti mandra gune, ya sudah, Rommel pun dipanggil. "Mel, kuwe mrene'o...", kira-kira gitulah kalau dalam bahasa Jerman. Omong punya omong, lantas Rommel dijadikan pengawal andalan Hitler untuk beberapa lama. *** Perang Dunia Kedua Tahun 1939, Jerman menginvasi Polandia. Perang Eropa pecah, awal September. Bisul juga pecah. Nggak tahu siapa yang mithes! Panjang ini ceritanya. Bulu keteknya mbahnya Rommel juga panjang. Singkat ceritanya, Polandia lantas tergulung Jerman. Saat parade kemenangan di Warsawa, ibukota Polandia. Rommel jejer dengan Hitler di podium. Dan Hitler menawarkan kepadanya: "Mel, ko'en njaluko dhadhi komandan opo wae', mesti tak turuti!" Silakan saja Rommel memilih, ingin mengomandani apa! Andai Farah Quinn sudah jadi chef terkenal, mungkin Rommel memilih jadi komandan dapur umum. Tapi, berhubung belum, ya sudah, Rommel lalu memilih jadi komandan divisi tank panser. "Tler, Tler,.. aku dhadhi kumendan divisi panser 'ae mari...." "Yo uwis nek ngono. Tapi panser'e iku diisi bensin yo, utowo solar. Ojok' mbok isi lengo klenthik!" Hitler pun lantas memenuhi keinginannya. Saat itu, banyak perwiara senior yang menentangnya. Para senior tahu persis bahwa Rommel tidak pernah pegang pasukan panser. Tapi, karena kedekatannya dengan Hitler, tetap jadilah Rommel komandan pasukan tank. Di situlah, Rommel mulai 'bertransformasi'. Profesional sejati mesti begitu, dari waktu ke waktu, mesti bisa, cepat adaptasi dan transformasi. Nggak semua bisa kan? Pasukan tank Rommel ini adalah divisi yang paling gila. Kemajuannya paling cepat. Dia bahkan lebih bablas dari Guderian yang ahli tank beneran. Demikian pesatnya dia maju, sampai-sampai divisinya dijuluki divisi hantu. Bukan, bukan. Bukannya mereka pakai seragam putih-putih dibundeli di unyeng-unyeng. Itu seragam pocong. Pakai celana kolor doang juga enggak. Itu seragam tuyul. Hantu ini dalam arti karena gerakannya yang serba cepat, dan sering tak terdeteksi. Tidak cuma musuh atau sejawat yang kehilangan jejak, bahkan markas besarnya sering tidak tahu! "Nduk endhi sing jenenge' Erwin Rommel, iku?" Kepala staf angkatan darat sering nanya begitu. "Ndelikne sendok, tah?" ajudannya balas bertanya. "Sendok dengkulmu anjlok!"
Ini gila. Bagaimana mungkin keberadaan satu divisi, divisi tank pulak, sampai tidak diketahui oleh markas besarnya? Satu divisi tank yang bergerak, itu meriahnya lebih dari rombongan ondel-ondel atau sirkus. Tapi itu nyata. Dia kreatif juga, yaitu Rommel, dan bukannya ketua rombongan ondel-ondel. Saat dihujani tembakan artileri dan sniper di Belgia, dan tidak punya bom asap, Rommel memerintahkan rumah-rumah dibakar untuk menimbulkan asap tebal yang menutupi gerakan pasukannya. Lalu, saat divisinya kehabisan logistik, untuk menyeberangkan tank-tanknya dia 'mengerjai' divisi lain. Tali bra yang dia temukan di jemuran penduduk Belgia, dia pakai jadi slepetan, ibaratnya gitu deh. Eh, yang terakhir ini contoh yang salah, ding. Kita sedang bicara soal kreatifitas Rommel, bukan soal keisengan anak jalanan. Dalam duel divisi tank dengan Inggris di Belgia, Rommel kemudian menyadari bahwa daya tembaknya kalah, dan lapis baja Inggris juga lebih tebal dari tank Jerman. Lapis legit, itu malah lebih tipis. Tapi gurih. "Kumendan, piye iki urusane. Whek'e Inggris iku luwih kuandel pol tank-e?" para anak buah pun bertanya dalam bahasa Suroboyoan. Erwin Rommel pun lantas garuk-garuk puser. Setelah geli di pusernya hilang, dengan cepat dia pun lantas memfungsikan Flak 88, yang mestinya senapan anti pesawat udara, yang mendongak ke udara, dia rebahkan, difungsikan menjadi senapan anti tank secara efisien, dan bahkan dia secara pribadi sempat memberikan aba-aba tembakannya. "Siji, loro, telu. Tembak, Rek!" Duar!!! Di kalangan anak buah, dia dikenal cukup demokratis. Para perwira bawahan sering dibiarkan mengkritik ide-idenya. Walau begitu, anak buah yang tidak becus, atau bekerja tidak cukup keras, langsung digencet atau digusur olehnya. Ini ada plusminusnya. Dengan pola ini, di bawah arahan Rommel, bahkan tentara Itali yang semula dianggap enteng oleh Inggris bisa jadi unit-unit pasukan yang sama mematikannya dengan tentara Jerman. Mamma mia! *** Jaya Di Afrika (Atau Tidak) Februari 1941, setelah sukses menggulung Perancis, pertempuran Eropa barat selesai, Rommel dikirim ke Afrika Utara, dan memimpin Afrika Korps.
Di sana, Rommel membukukan serangkaian kemenangan mencengangkan, melawan pasukan Inggris yang di atas kertas kekuatannya berlipat ganda banyaknya. Tapi di bawah kertas, ternyata kocar-kacir. Puncaknya saat dia mengambil alih Tobruk Juni 1942. Di situlah dia mendapat julukan sebagai Rubah Gurun atau Musang Gurun, The Desert Fox, dan di Inggris foto-fotonya disebarkan sebagai 'orang yang amat berbahaya'. Saat mengambil oper markasmarkas Inggris, orang Jerman tercengang-cengang, melihat betapa mewahnya barakbarak Inggris dibanding barank Jerman. Untuk perwiranya, ada tempat tidur layak yang dilengkapi kelambu, kipas angin, seperti itu. Makin kagumlah mereka pada komandannya. Ternyata, Komandan Rommel bisa menggulung musuh yang jauh lebih well-equipped. Dengan gogel/masker, mantel kulit, syal, dan medali, foto Rommel disebarkan juga di seantero Jerman dan daerah pendudukan sebagai seorang ksatria dan muncul di banyak filem propaganda. Foto Kang Yance juga banyak disebar-sebar di seantero Jawa Barat di masa kampanye, tapi.. orang jadi bertanya-tanya, itu foto Kang Yance, atau Pak Asmuni? Walah, kok jadi kemana-mana. Di Afrika, pasukan Rommel tak terkalahkan untuk beberapa lama. Sampai kemudian, Inggris melipat-lipat tiker dan selimutnya, dan melipatgandakan pasukan dan alat perangnya. Dan persandian Jerman bocor. Ember juga bocor, dan genteng juga bocor. Saat Rommel liburan, Inggris menyerang Afrika Korps habis-habisan di El Alamein. Walau Rommel cepat-cepat pulang, tetap saja Jerman-Italia kalah. Walau begitu, faktanya, Afrika Korps itu terkalahkan oleh musuh yang berlipatganda ukuran dan pasukannya; dan andaikan musuhnya setara, Afrika Korps tidak akan kalah. Musuhnya, Montgomery amat paham soal itu. Jadi dia menunggu sampai 'ukuran' Inggris berlipat ganda, baru menyerang. Jerman kalah, tapi bahkan taktik mundur Rommel dipuji-puji. Mereka menerapkan taktik bumi hangus dan penggelaran jebakan booby traps tiada henti yang mematikan. Sedangkan gerakan mundur itu sendiri, sebenarnya bertentangan dengan perintah Hitler. Seperti di Stalingrad, Afrika Korps diperintah Hitler tidak mundur selangkah pun, tapi Rommel nekat menawar paksa perintah ini. Ini juga bukti profesionalismenya sebagai jenderal sejati. Di sisi lain, tanpa kenakalan seperti itu, pasukan Paulus yang mengepung Stalingrad, ujungnya seratus ribu orang lebih tertawan Rusia, dan itu adalah penyerahan tentara Jerman yang terbesar dan terkonyol sepanjang sejarah. *** Apa Yang Terjadi Di Afrika?
Semua berawal Juni 1940, saat Italia mendeklarasikan perang melawan Perancis dan Inggris. Tentara Inggris langsung merangsek dari Mesir ke Libya, merebut Fort Capuzzo. Pertempuran tank mulai terjadi, dan Italia membalas menginvasi Mesir dari Libya membentuk front di timur Sidi Barrani. Mepet ke pantai, di utara kira-kira 80km dari perbatasan Mesir-Libya. Libya ini jajahan Italia, Mesir jajahan Inggris. Nggak terima daerahnya direbut, Inggris bawa tentara-tentara eks India, meluncurkan Operasi Compass. Lalu terjadilah pertempuran Marmarica. Didukung oleh arteleri Inggris, pasukan India merebut Nibeiwa (25 km di selatan Sidi Barrani). Sidi Barrani coba dikepung dari sayap selatannya, lalu direbut balik. Tapi orang-orang Libya dan divisi-divisi Italia berhasil meloloskan diri dari kepungan. Terus saja mereka diuber, sampai akhirnya pasukan Inggris berhasil merebut Sollum (kota di tepi laut, di perbatasan Mesir dengan Libya, cuma 6 km dari border) pertengahan Desember 1940. Menyusur perbatasan, Inggris terus nyodok menyusur laut merebut Bardia (20 km dari perbatasan, masuk ke Libya) selepas tahun baru. Terus merangsek, sampai merebut kota Tobruk (100 km dari Bardia) bersama bala bantuan Australia. Bablas terus, pasukan Australia bahkan di akhir Januari 1941 sampai merebut Derna, Libya (140km dari Tobruk atau 270km dari perbatasan Libya-Mesir). Lalu gelombang pasukan Inggris giliran merebut Beda (340 km dari perbatasan). Menggila terus sampai merebut Benghazi, kota top di Libya setelah Tripoli (460 km lebih dari perbatasan). Bagi Jerman, ini terasa gila! Awalnya doang, Italia bisa merangsek ke Mesir 80km-an setelah itu, didesak balik, kalah terus.. mundurnya nyaris 500km ke barat! Kalau dibiarkan nggak beres, nih. Segera Jerman menunjuk Letjen Erwin Rommel menjadi komandan Afrika Korps di awal Februari 1941. Nyaris bersamaan dengan menyerah kalahnya angkatan darat ke-10 Italia. Kala itu, Churchill PM Inggris yang merasa sudah mendapat pencapaian lumayan, memerintahkan tentara Inggris dan Australia untuk berhenti mendesak ke barat di El Agheila, agar sebagian pasukannya bisa ditarik untuk mempertahankan Yunani. Tak lama setelah desakan mereka mengendur, pasukan pertama Jerman menggelontor masuk Libya dan melancarkan operasi Sonnenblume (bunga matahari). Menjelang akhir Maret, Rommel dan pasukan menunjukkan kekuatannya dan menaklukkan sekutu di El Agheila (580 km jarak udara dari perbatasan). Menghadapi Rommel, Inggris pun kewalahan. Diuber terus, mundur lagi ke Benghazi (460 km dari border), dan gagal juga mempertahankan Benghazi, mundur ke Derna (140 km dari border) dan di sana Brigade Lapis Baja ke-3 Inggris pun terkepung dan menyerah di awal April 1941. Menyusul, pasukan campuran Inggris, India, dan Australia terkepung dan menyerah di Mechili (140 km juga dari border tapi di selatan Derna, bukan pinggir laut). Gantian Rommel yang terus merangsek balik ke batas Mesir. Mati-matian terus pasukan induk Inggris, Australia, dan India mempertahankan Tobruk (120 km jarak udara ke border). Dikepung mereka di sana, dan terputus dari pasukan
besar mereka di kota Mesir milik mereka sendiri di Sollum. Sampai titik ini korban berjatuhan banyak sekali. Duel senjata berat, arteleri, tank, banyak luar biasa. Demikian pula kelelahan tempur dan stress berat melanda semua orang. Rommel mendapat reputasi luar biasa di Jerman maupun di sisi sekutu. Sisi Australia di Tobruk terus kena serobot Rommel sebagian. Coba dilontarkan serangan balik awal Mei 1941, gagal. Inggris lalu konsolidasi, melancarkan operasi Brevity untuk mendapat pijakan teritorial yang lebih memadai, agar bisa menghantam hancur kekuatan Jerman melalui operasi Battleaxe nantinya. Belum apa-apa, keburu pasukan Australia di Tobrok diserang Itali, dan terpaksa mundur. Sekutu segera mundur ke Halfaya Pass (15 km masuk ke daerah Mesir), tapi kemudian terkepung dan menyerah di pertengahan mei itu. Operasi Brevity dibatalkan. Mau gain teritorial, ujungnya malah kehilangan wilayah. Halfaya pass pun direbut Jerman lewat operasi Skorpion akhir Mei dan tentara Inggris terpaksa mundur jauh. Pertengahan Juni, Inggris dan India coba melancarkan operasi Battleaxe, tapi gagal. Terus saja sampai titik ini segalanya serasa mala petaka bagi Inggris, sampai akhirnya di awal Juli 1941, Panglima Timur Tengah yang semula dipegang Jenderal Wavell diserahkan pada Jenderal Auchinleck. Wavell-nya, yang kelak jadi panglima ABDACOM di Asia Tenggara, lalu ditugaskan jadi Panglima tentara Inggris persemakmuran di India. Jerman pun membangun lebih lanjut kekuatannya, membentuk Panzer Group Afrika di pertengahan agustus 1941, di bawah komandan Rommel juga. Inggris belum bisa juga merangsek balik. Bahkan, pertengahan september 1941, Jerman bisa melancarkan serangan udara ke kota Kairo (615 km lebih jarak udara dari border), 39 tewas, 100 terluka. Orang-orang Arab Mesir dan Arab pada umumnya, serta kaum muslim mengutuk serangan ini, dan Jerman melalui radio Berlin segera meminta maaf, karena tidak mau menambah musuh. Awal Oktober, Jerman masih konsolidasi. Divisi Lapis Baja Ringan ke-5 dikembangkan menjadi Divisi Panser ke-21. Lalu, pertengahan November Auchinleck coba mengambil alih inisiatif ofensif. Dia lancarkan operasi Crusader. Dia kerahkan tentara gabungan Inggris, India, Afsel, dan Selandia Baru. Tapi beberapa hari kemudian divisi lapis bajanya dikalahkan di Sidi Rezegh (selatan Tobruk, 120 km dari border) dan mundur. Pasukan Selandia Baru juga coba menyerang Bir Ghirba.. dan gagal juga. Cuma pasukan India yang berhasil merebut Sidi Omar. Keberhasilan India itu memungkinkan Selandia Baru maju menghantam markas besar Afrika Korps di Bir el Chleta. Menjelang akhir November 1941, Rommel melancarkan serangan balik, serangan panser ke Korps angkatan darat Inggris ke-30, tapi dilawan habis-habisan oleh pasukan Inggris, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Sampai akhirnya, sekutu mundur ke arah Bir el Gubi. Serangan panser ke Sidi Omar dipukul balik oleh pasukan India. Bahkan pada pertempuran keduanya, pasukan India berhasil menghancurkan Divisi Panser ke-5.
Berbalas-balasan seru. Pasukan Selandia Baru lantas kalah oleh serbuan hebat pasukan besar gabungan panser dan infanteri Jerman di Sidi Azeis. Inggris menyerang balik dengan kekuatan dua kali lipat, tapi kecerdikan dan determinasi pasukan Panser ke-15 berhasil memukul tank-tank Inggris mundur.. dan pasukan Selandia Baru di Ed Duda di by-pass Tobruk jadi sasaran empuk. Banyak korban nahas dihantam panser. Serangan balasan berikutnya, di awal Desember juga, giliran Jerman mengalami kekalahan besar di tangan Selandia Baru di dekat Menastir (sisi Libya, dekat perbatasan). Juga saat melawan India di Capuzzo. Lalu Selandia Baru juga mengusir Jerman dari Ed Duda. Saat pasukan India mau maju terus, malah kejebak perang parit melawan Italia, telat dukungan arteleri. Tanggal 9 Desember 1941, barulah kepungan di Tobruk bisa dibongkar oleh Angkatan Darat ke-8, gabungan Inggris, India, Selandia Baru, dan Afsel... setelah dikepung 8 bulan! Pertempuran terus menggila, tapi Rommel mulai menyadari, jumlah panser-nya jauh berkurang dan akhirnya, setelah bertempur keras di Gazala line (90 km di barat Tobruk), Rommel menarik mundur pasukannya dari sana. Mundur dan mundur terus, sehari sebelum natal, bahkan Benghazi pun jatuh kembali ke tangan Inggris. Terus sekutu mencapai Agedabia, nyaris 600 km dari border, dekat dengan titik terjauh yang direbut Inggris semula, sebelum Rommel datang. Susah payah, Rommel mengatur pasukan lagi, tanggal 27 Desember, dia sukses menghantam banyak tank Inggris yang terpaksa mundur jauh. Front pertempuran balik lagi ke El Agheila. Titik awal bagi Rommel saat mulai tempur di Afrika. Pas di akhir tahun. Back to square one. Januari, Rommel coba menyusun ofensif lagi. Keadaan sudah agak payah di sisinya. Lalu ofensif keduanya dimulai 21 Januari 1942, bersamaan dengan gentingnya keadaan di Pasifik. Jepang sudah mulai mengamuk. Singapura sudah jatuh. Inggris sedang terpecah konsentrasinya. Satu pesawat Jerman, lalu sukses membom Fort Lamy dan lapangan terbangnya. Rommel dengan pasukan lalu sukses merangsek berturut ke Agedabia, Benghazi, dan front-nya bergeser jauh ke Gazala lagi dan Bir Hakeim. Akhir Mei gegerlah kedua front itu, pertempuran dahsyat berkobar. Sampai pertengahan Juni, divisi Inggris sempat kocar-kacir, di hari minggu yang kelam 'black sunday'. Tobruk akhirnya jatuh ke tangan Rommel 21 Juni 1942, dan Mersa Matruh, 28 Juni. Mersa Matruh itu 200 km jaraknya dari Tobruk, jauh ke dalam wilayah Mesir di pinggir laut. Cuma di sini, kode-kode rahasia, dan taktik-taktik Rommel mulai kebaca oleh Inggris. Dan Amerika mulai turun tangan membantu. Toh akhir Juni, pasukan Rommel berhasil mencapai El Alamein (190 km dari Mersa Matruh, 390 km dari border) dan mulailah pertempuran El Alamein yang pertama.
Sebulan bertempur, Auchinleck menghentikan ofensifnya di akhir Juli 1942, dan mencoba menata ulang Tentara ke-8, dan perlengkapannya disempurnakan lagi. Pertengahan agustus, lalu panglima tentara ke-8 dioper ke Montgomery, dan panglima tentara Timur Tengah ke Jenderal Alexander. Dari sisi logistik dan persenjataan di sini Rommel sudah kalah jauh. Akhir agustus ketika dia mengobarkan Battle of Alam el Halfa.. gagal. Toh sekutu yang kepedean, coba besar-besaran menyerang ke arah Tobruk.. gagal juga melancarkan operasi Agreement pertengahan September. Montgomery menajamkan taktiknya, dengan penuh kesabaran dia susun segala rencana dan persiapan, dikalkulasi betul.. bahwa kekuatannya sampai berlipat ganda melebihi Rommel, barulah 23 Oktober dia kobarkan Battle of El Alamein yang kedua. Tanggal 5 November, pertahanan Rommel di El Alamein bobol. Amerika di bawah Jenderal Eisenhower, lalu melancarkan operasi Torch (obor), mendaratkan pasukan dalam jumlah besar di sisi belakang Rommel, nun jauh di barat Libya sana, di Maroko dan Aljazair. Edan situasinya bagi Rommel, karena dia sekarang digencet dari arah timur maupun barat Libya. Dengan kekuatan lebih digdaya, Tentara Inggris ke-8 pun merangsek. Sidi Barani, Tobruk, Derna, Benghazi, direbut satu demi satu. Di sisi barat, Tentara Amerika ke-1 akhirnya mulai tempur juga di Djebel Abiod di Tunisia maju terus dan terhenti 12 mil di barat Tunis oleh serangan balik Jerman. Lalu terdesak ke belakang sampai awal Desember 1942. Pertengahan Desember, Inggris untuk ketiga kalinya mendekati El Agheila lagi. Dan Amerika di barat juga coba menjepit.. tapi gagal menjelang natal. Di hari natal, Inggris mencapai titik paling timur Sirte untuk pertama kalinya. Sebulan kemudian, 23 Januari 1943, Tripoli pun jatuh, jantungnya negeri Libya. Tentara JermanItali mundur ke Tunisia bagian tengah. Dengan keras, walau sudah amat kalah jumlah dan kalah selaganya, mereka masih berusaha bertahan dan melawan. Baru pada 6 April 1943, nyambunglah pasukan Amerika di barat dan Inggris di timur, Axis terkepung di tengah.. diserang habis-habisan.. lalu 13 Mei 1943.. seluruh tentara gabungan Jerman-Italia pun menyerah kalah, nyaris tiga tahun dari saat pertama kalinya mereka kontak senjata di bulan Juni 1940. Pada saat itu, Rommel diam-diam telah ditarik ke Jerman diberi tugas lain. Kondisi Itali sudah di ujung tanduk, Jerman juga sudah payah. Jepang juga payah. Tapi perang masih berlangsung lama di Eropa dan di Pasifik.... ***
Selepas Episode Afrika Kalah di Afrika karena dikeroyok habis-habisan oleh pasukan yang lebih besar, Inggris, persemakmuran, Perancis, dan Amerika,... Afrika Selatan, Australia, Selandia Baru, bahkan India juga ikutan nehi-nehi.. lalu Rommel dipanggil pulang. Yaitu pulang ke Jerman. Kalo ke Ranca Ekek, itu Kang Soma, bukan Rommel. Demikian menggentarkan namanya, sehingga kepulangannya pun dirahasiakan. "Rek, ko'en menengo 'ae, yo. Nek onok sing nggelek'i Gus Rommel, kandanono lagek mules wetenge' nduk pinggir kali, ngono 'ae mari", kira-kira begitulah orang-orang Jerman bersepakat. Berminggu-minggu setelah dia pulang, perintah-perintah komando di Afrika masih sering menggunakan namanya, seolah-olah Rommel masih ada di situ. Dan Kang Soma masih di Ranca Ekek. Di Jerman, Rommel tetap populer. Afrika Korps melegenda. Dengan dukungan laut dan udara yang compang-camping, 5 divisi panser ringan Jerman (kemudian jadi 6, dan didukung oleh tentara kolonial Itali yang kacangan), berhasil mengikat dua puluh sekian divisi Inggris selama dua tahun (ie. setara 50% kekuatan total angkatan darat Inggris). Ibaratnya, main bola, tim Rommel cuma diperkuat 6 pemain kurus-kurus, plus beberapa anak kecil; tim Inggris pasukannya 22 orang, gempal-gempal, didukung penonton, didukung wasit, didukung hakim garis. Tapi,... posisi tetap 2-2, dua sama sampai menit terakhir. Injury time, baru tim Inggris menang 3-2. Di catatan sejarah, Rommel yang dipuji-puji, bukan Inggris. Bukan juga Kang Yance, apalagi Kang Soma. Tahun 1943, Hitler lantas menugasinya mengatur pertahanan pantai Perancis. Rommel juga dapat satu bintang tambahan, jadi jenderal bintang lima, GFM (general fieldmarshall kalo diinggriskan). Lalu Rommel membuat 'benteng Eropa' sepanjang pantai Perancis bagian utara. Di situ, Rommel menyusur pantai berhari-hari, bukan dengan tujuan nyari kepiting atau udang, apalagi nyari beling,.. tapi untuk survey lapangan pertahanan. Dan,.. jauh sebelum Eisenhower membuat keputusan, Rommel sudah bisa memperkirakan bahwa di pantai Normandia itulah sekutu akan mendarat. Normandia ceweknya cantik-cantik mungkin ya. Tapi tentu alasan mendarat bukanlah soal cewek. Perkiraan dia benar. Dengan bakatnya sebagai seorang inventor, dia mendesain berbagai macam penghalang anti invasi di pantai, mulai dari jebakan tank, ranjau dari berbagai jenisnya, meriam-meriam pantai raksasa, dan seterusnya sepanjang 'benteng Eropa' itu. Uniknya, kalau dirunut ke Belakang, yang merebut Normandia dari tangan Perancis pada tahun 1940, tidak lain adalah Rommel juga!
Ironisnya lagi, pendaratan Normandia, 4 Juni 1944, terjadinya lagi-lagi pas Rommel liburan, merayakan ulang tahun Lucie istrinya yang ke-50. Hari pendaratan sama dengan hari ulang tahun sang istri, yaitu istrinya Rommel, bukan istri Kang Soma yang dari Ranca Ekek. Ini ke-50 tadi maksudnya umur si istri ya, bukan urutan si istri. Banyak bener kalau Rommel istrinya sampai 50. Bisa tbc mengkis dia. "Guk Mel, iko lho. Musuh'e wis gemlundung nduk wedhi-wedhi!!" Komandan, itu para musuh sudah mendarat di pantai! Kira-kira begitulah dia dikabari buru-buru. Cepat-cepat Rommel balik ke garis depan. Di Caen, dia nangkring di atas lapis baja berusaha keras membendung invasi. Di Dayeuh Kolot, Kang Soma juga nangkring, di atas bale-bale lapis tiker, berusaha keras mancing lauk emas. Rommel gagal, karena musuhnya amat berlipat ganda, kekuatannya, tapi sekali lagi, Rommel membuktikan keberaniannya. Bayangin, seorang GFM (General-FieldMarshall, jenderal bintang lima), setengah baya, maju tempur di atas tank.. bukan dalam keadaan menang, tapi dalam keadaan terdesak. Attitude-nya menunjukkan dia seorang pemimpin profesional yang sejati. Kalau dipikir, bintang lima seperti dia, gampang sekali bilang bahwa demi bangsa dan negara, demi kepentingan yang lebih besar, dia mesti mundur ke tempat yang aman di Berlin kek, di Berland kek, dimanapun dia suka. But he didn't do it. Sementara, di sekitar kita, kita banyak melihat orang yang berbuat sebaliknya. Pangkat sih tinggi, jabatan mentereng, tapi begitu ada krisis, sifat acuh tak acuhnya, cari selamet sendiri, dan seterusnya kelakuan mereka tidak lebih dari pengecut kebanyakan. Panjang lagi ini ceritanya. Demi Wangsa dan Ceu Euis Sugara, Kang Soma mundur dari tempat pemancingan di Dayeuh Kolot, ka Leuweng Sancang. Walah, malah ketemu jurig, jangan-jangan.... Kita balik lagi ke Rommel aja. Selagi bergerak mundur, mobil Rommel diberondong senapan mesin dari pesawat terbang musuh, ret-tet-tet, ret-tet-tet... Duar! Dan Rommel pun jengkelitan (untuk yang ketiga kalinya) mengalami luka tempur yang berat, kali ini di kepala, dan dia dipulangkan ke rumah dalam duka cita. Toh keberaniannya tampil di garis depan membuat semangat juang orang-orang Jerman secara keseluruhannya tetap tinggi walau didesak oleh nyaris delapan juta tentara musuh. Seperti kata pepatah: guru kencing berdiri, murid lari terkencing-kencing. Andai tidak ada Rommel dan pemimpin-pemimpin yang seperti itu, mungkin Jerman di Eropa itu bisa digulung jauh lebih cepat lagi, dan tidak usah menunggu sampai setahun kemudian. Cerita berlanjut. Juli 1944, sekelompok perwira tentara berusaha membunuh Hitler, dan gagal, dan walaupun buktinya lemah, Rommel termasuk yang didakwa ikut berkomplot.
"Wis, ko'en ikut mesti melu-melu gawe petingsing!" Oleh Hitler dia diultimatum: bunuh diri suka rela dan diperlakukan sebagai pahlawan; atau dia menerima diadili, dianiaya, dan keluarganya pun akan tersiksa selamanya. Ini menjadi puncak ironi dari hidup Rommel. Dia sudah berjasa, mandi darah, mandi keringat demi Jerman. Bukan sehari dua hari, tapi bertahun-tahun. Sampai ke tempat paling nggak enak di dunia di gurun Afrika, merayap-rayap di tengah dentuman tembakan di pasir-pasir panas,.. lalu tersuruk di padang s alju Eropa, kemana-mana. Bukannya di-reward atas segala jasa, ujungnya malah dianiaya atas tuduhan seperti itu. Bisa dibayangkan betapa menyakitkannya hal ini untuk Rommel dan segenap handai taulannya, tapi itulah hidup. Orang yang sudah berlaku profesional, se-profesional mungkin, tidak dijamin juga akan direward dengan selayaknya. Hidup ini kadang tidak adil, bukan? Karena situasinya sudah begitu rupa, Rommel yang terjepit pada akhirnya memilih opsi bunuh diri sukarela, yaitu dengan menelan pil sianida, dan bukannya dengan cara dientup tawon di bagian ketek. Walah, kalo pake metode terakhir itu, mati enggak, paling cuma geli doang. Begitulah akhir riwayatnya yang tragis. Fakta ini terungkap belakangan saat seorang petinggi Jerman (ie. Keitel) bersaksi di pengadilan Nuremberg. *** Bagaimana Kesudahannya? Tentu saja, secara umum Rommel bukanlah orang suci, yang rajin menabung dan tidak sombong. Pertama, urusan affairnya tadi itu, kalo mau dibahas juga panjang. Lalu, sebagai tentara,... Erwin Rommel banyak menyisakan kontroversi juga. Menjadi tentara nazi, itu saja sudah kontroversial, tapi Erwin Rommel, jauh lebih kontroversial dari sekedar tentara Jerman kebanyakan. Tapi, dia punya kepandaian, ketajaman berpikir, persistensi, maju dan maju terus, dan dia punya keberanian. Punya idealisme juga. Waktu terus berlalu.... Dengan segala kelebihan dan kekurangan itu, bersamaan dengan kematian Hitler dan berakhirnya perang, blok barat perlu tentara Jerman (barat) yang cukup kuat untuk menahan pengaruh Rusia (selama perang dingin). Lalu dimitoskanlah Rommel itu, sebagai seorang Jerman yang baik, dan tentara yang tidak berpolitik. Tidak sepenuhnya berdasarkan fakta, tapi kalau tidak Rommel, siapa lagi? Tidak mungkin Kang Soma, di Ranca Ekek, dia cuma tukang peuyem yang sering bermalas-malasan nguseup di balong.
Rommel yang paling pas dengan standar barat. Ujung-ujungnya, kemudian berdirilah Museum Rommel di Jerman, satu-satunya museum yang dibuat untuk perwira tentara Hitler yang ada di dunia ini. Luar biasa bukan? Secara objektif, dia dipandang sebagai komandan perang gurun paling jago. Di Normandia, saat membendung sekutu, persiapan-persiapan bikinan Rommel termasuk kunci yang membuat sekutu tidak bisa melabrak cepat ke dalam negeri Jerman. Saat semua orang mengira sekutu akan mendarat di Calais (terdekat daratannya dengan Inggris), Rommel yakin bahwa sekutu akan mendarat di Normandia. Rommel juga yakin, bahwa Jerman perlu menyebarkan tank-tank-nya di dekat pantai, sementara jenderal-jenderal lain tetap ingin mengkonsentrasikan tank di pedalaman, dan terbukti, saat pendaratan terjadi, tank-tank yang di dekat pantailah yang berperan dalam pertahanan. Aslinya dia prajurit infanteri, tapi, setelah melihat kiprah panser, dia cepat melihat potensinya, beradaptasi, dan meyakini bahwa panser itu jauh lebih prospektif. Lalu, dia juga cepat sekali melihat potensi angkatan udara, dan meyakini bahwa supremasi di udara adalah penentu mobilitas dan keunggulan, dan karena itu jadi penentu kemenangan juga, dan terbukti, memang demikian adanya. Ini salah satu bukti profesionalismenya yang banyak dikagumi orang. Sepanjang berkiprah, Afrika korps tidak pernah didakwa melakukan kejahatan perang, dan ini juga menunjukkan idealisme ala Rommel, sisi profesionalisme yang lain. Tentara-tentara sekutu yang tertangkap, tidak ada yang disiksa di luar batas kemanusiaan. Kalau yang pas bates... lha, nggak tahu juga. Ada apa enggak? Lebih jauh lagi, sepanjang masa perang dan sebelumnya, Rommel yang suka mengabaikan perintah juga mengabaikan perintah untuk membunuh tentara-tentara komando yang tertangkap, dan dia juga mengabaikan perintah untuk membunuh orangorang Yahudi, sipil dan militer, di area yang yang berada di bawah komandonya. Di ujung perang, saat sudah jelas betapa jahatnya Hitler, Rommel pun berani melibatkan diri dalam komplotan pendongkel Hitler (kalau benar dia ikut berkomplot). Walau gagal, toh pada ujungnya, bahkan Hitler sendiri, tetap menguburkan Rommel dengan penghormatan militer selengkapnya. *** Apa Pelajarannya? Di balik cerita ini, ada pelajaran.... Kalau benar-benar kita renungkan. Yang buruk janganlah ditiru, yang baik bisalah kita jadikan bahan untuk introspeksi, dalam kemampuan berpikir. Kelincahan mengambil posisi. Kecepatan beradaptasi. Kepemimpinan. Memberi contoh. Keteguhan hati. Antusiasme. Keberanian. Kreatifitas.
Idealisme. Profesionalisme. Dan tiap-tiap kita adalah pemimpin (skala besar, maupun skala kecil). Iya kan? Kalau orang bersikap amat profesional karena bekerja di Singapore yang serba tertib, atau di Jepang di masa sekarang yang amat well-organized, atau di Citibank, atau di Telkom, mondoknya di Bandung terus lagi,... apa anehnya? Tapi,... tetap profesional sementara berada di kubu paling anarki sedunia seperti tentara Nazi,... di tengah krisis kemanusiaan, bunuh-bunuhan yang luar biasa sebesar perang dunia itu... waduh... nggak banyak yang bisa. Bersama pasukan elitnya Afrika Korps, dia menjalankan 'perang bersih'. Perang di tempat dimana tank bisa manuver bebas seperti kapal di lautan. Perang memang perang, tapi untuk perang dunia kedua, itu termasuk battle yang unik. Di memoarnya, Rommel menulis battle di Afrika itu sebagai 'perang tanpa kebencian'. Rommel sama sekali bukanlah ulama besar atau seperti seorang nabi, kenakalannya banyak juga, tapi tetap ada hal-hal positif yang bisa dicuplik. Kalau tidak, manalah mungkin Amerika dan Inggris, bekas musuh besarnya, memitoskan Rommel sampai seperti itu dan bahkan membikinkan museum? Kalau seorang tentara Nazi ada yang bisa sampai seperti itu, masak kita kalah? (YW / ilmuiman.net) Note: Berbagai sumber. Sumber utama dari Wikipedia dan Channel4.com.