ERP (ENTERPRISE RESOURCES PLANNING) Proses bisnis dalam perusahaan harus berjalan dengan efektif, untuk menunjang kebutuhan perusahaan akan persaingan yang semakin ketat. Implementasi IT dapat mendukung hal ini. Namun, implementasi IT yang tidak tepat akan menambah beban perusahaan. Oleh karena itu, implementasi IT sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan dapat meningkatkan efektifitas proses bisnis yang berjalan. Salah satu implementasi IT yang banyak digunakan dan terbukti dapat meningkatkan efektivitas perusahaan adalah ERP. Berikut ini akan dibahas pengertian ERP, keuntungan dan kerugian ERP, serta implementasi ERP di perusahaan di Indonesia. Pengertian ERP ERP (Enterprise Resource Planning) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Perencanaan Sumberdaya Perusahaan adalah struktur sistem informasi yang digunakan untuk mengintegrasikan proses bisnis dalam perusahaan manufaktur/jasa yang meliputi operasional dan distribusi produk yang dihasilkan10. Tujuan dari implementasi ERP adalah menyatukan semua divisi yang ada dalam perusahaan menjadi satu sistem yang dapat dikendalikan secara terpusat. ERP lebih ditujukan pada sistem back-office, dimana sistem ERP tidak bersentuhan secara langsung dengan konsumen. Gambaran ERP adalah sebagai berikut3: Sistem ERP adalah suatu paket perangkat lunak yang didesain untuk lingkungan pelanggan pengguna server, apakah itu secara tradisional atau berbasis jaringan. Sistem ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis. Sistem ERP memproses sebagian besar dari transaksi perusahaan. Sistem ERP menggunakan database perusahaan yang secara tipikal menyimpan setiap data sekali saja. Sistem ERP memungkinkan mengakses data secara waktu nyata (real time). Dalam beberapa hal sistem ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan. Sistem ERP menunjang sistem multi mata uang dan bahasa, yang sangat diperlukan oleh perusahaan multinasional. Sistem ERP memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus perusahaan tanpa melakukan pemrograman kembali.
Pada umumnya, ERP dibangun sebagai sistem berbasis modul yang menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, inventori, invoice, akuntasi perusahaan dan lain sebagainya. Dari modul-modul tersebut, maka aktivitas penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia dapat dikontrol dengan baik dan informasi yang berhubungan dengan aktivitas tersebut dapat diperoleh dengan cepat. ERP dibagi menjadi tiga modul utama, yaitu modul operasi, modul financial dan akuntansi, dan modul sumber daya manusia. Ketiga modul ini berjalan secara terpisah, sehingga perusahaan tidak harus mengimplementasikan ketiganya secara langsung. Namun, ketiga modul tersebut berhubungan langsung dengan satu database terpusat. Misalnya ketika bagian penjualan menerima pesanan dari konsumen, bagian gudang langsung mengetahui dan mempersiapkan pesanan tersebut. Kemudian bagian akuntansi dapat melihat apakah barang pesanan sudah dikirim atau belum, sehingga ia dapat mempersiapkan tagihan untuk konsumen. Sistem yang seperti ini akan menghemat banyak resource perusahaan, seperti waktu, biaya dan tenaga kerja. Semua orang dalam sistem melihat data yang sama dan akan memperoleh informasi terbaru dari semua divisi dalam perusahaan. Dalam meningkatkan daya saingnya, lebih dari 60% perusahaanperusahaan di Amerika Serikat telah memasang atau berencana untuk memasang sebuah paket sistem ERP. Popularitas dari sistem ERP ini juga dibuktikan dari pencapaian penjualannya yang melebihi US$30 biliun di tahun 2002, sebuah peningkatan sebesar 300% dari tahun 1990an8. Implementasi ERP membutuhkan persiapan yang matang, karena kesalahan implementasi akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Tahap paling awal dari implementasi ERP adalah membangun bisnis proses yang baik. Tanpa bisnis proses yang baik, semua sistem informasi berbasis komputer dengan teknik apapun tidak akan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan tersebut. Selain itu, kesiapan karyawan akan perubahan sistem merupakan salah satu hal yang harus diperhitungkan. Rancangan ERP yang sempurna tidak akan membantu jika tidak dijalankan dengan baik. Yang harus diingat adalah tidak semua perusahaan membutuhkan ERP dalam sistemnya. Karena proses bisnis setiap perusahaan bersifat unik, sehingga ERP dalam satu perusahaan belum tentu dapat digunakan pada sistem di perusahaan yang lain, atau perbaikan proses bisnis dalam perusahaan cukup untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Agar sebuah perusahaan dapat menerapkan konsep ERP dengan baik, setiap aspek dari organisasi, manusia, informasi, dan teknologi harus dipersiapkan dengan baik. Dengan demikian penerapan tata kelola perusahaan yang baik dapat diimplementasikan pada industri sehingga dapat meningkatkan daya saing di pasar. Berikut akan dibahas beberapa komponen yang mempengaruhi implementasi ERP. a. Pihak Manajemen dan karyawan Dukungan dari pihak manajemen merupakan faktor utama kesuksesan implementasi IT dalam perusahaan. Para eksekutif perusahaan harus memiliki pengertian bahwa IT adalah membutuhkan strategi pengembangan yang dinamis dan berkesinambungan, IT harus berjalan seiring dengan proses bisnis perusahaan, selain itu pihak eksekutif harus membawa CIO ke jalan yang sama dengan jalannya perusahaan7. Selain itu, karyawan juga memegang peranan yang penting dalam keberhasilan implementasi ERP. Sebaiknya, sebelum implementasi dijalankan,
karyawan dipersiapkan untuk perubahan ‘besar’ yang akan terjadi, bila perlu karyawan diikut sertakan dalam tahap analisis proses bisnis, sehingga terbangun rasa memiliki yang kuat terhadap sistem baru. Dengan demikian, ketika implementasi benar-benar dijalankan, karyawan telah siap dan memiliki kemauan untuk belajar dan mendukung keberhasilan ERP tersebut. ERP tidak selalu identik dengan perampingan karyawan. Pemikiran ini yang dapat menyebabkan karyawan antipasti terhadap perubahan ke sistem ERP, karena merasa posisinya terancam dengan kemudahan yang ditawarkan ERP. b. Bisnis proses Untuk membangun sistem ERP, bisnis proses harus disusun dengan jelas dan tepat. Tanpa proses bisnis yang benar, sistem apapun yang diterapkan tidak akan mampu memperbaiki keadaan perusahaan. Dalam membangun sistem ERP, sebaiknya batasan sistem yang akan dibangun jelas, sehingga implementasi ERP tidak berkembang ke hal-hal yang tidak diperlukan. c. Vendor Vendor adalah perusahaan yang menyediakan paket sistem ERP yang akan diimplementasikan di perusahaan. Selain menyediakan software dan hardware, vendor juga harus memberikan pelatihan pada karyawan perusahaan yang menggunakan jasanya, agar karyawan terbiasa dengan sistem IT yang baru, dan memastikan sistem yang baru ini berjalan sesuai dengan permintaan perusahaan dan sesuai dengan proses bisnisnya. Vendor yang baik memiliki respon yang cepat terhadap masalah yang dihadapi perusahaan maupun error yang terjadi pada sistem. Sebelum menentukan vendor mana yang akan digunakan, sebaiknya perusahaan benar-benar menyelidiki latar belakang dan profil dari vendor tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena kerja sama ini biasanya dilakukan dalam jangka panjang, dan jika perusahaan salah memilih vendor, akan merugikan bagi perusahaan itu sendiri. Keuntungan dan Kerugian ERP Keuntungan dari implementasi ERP antara lain11: - Integrasi data keuangan Oleh karena semua data disimpan secara terpusat, maka para eksekutif perusahaan memperoleh data yang up-to-date dan dapat mengatur keuangan perusahaan dengan lebih baik. - Standarisasi Proses Operasi ERP menerapkan sistem yang standar, dimana semua divisi akan menggunakan sistem dengan cara yang sama. Dengan demikian, operasional perusahaan akan berjalan dengan lebih efisien dan efektif.
- Standarisasi Data dan Informasi Database terpusat yang diterapkan pada ERP, membentuk data yang standar, sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah dan fleksibel untuk semua divisi yang ada dalam perusahaan. Keuntungan diatas adalah keuntungan yang dapat dirasakan namun tidak dapat diukur. Keberhasilan implementasi ERP dapat dilihat dengan mengukur tingkat Return on Investment (ROI), dan komponen lainnya, seperti: - Pengurangan lead-time - Peningkatan kontrol keuangan - Penurunan inventori - Penurunan tenaga kerja secara total - Peningkatan service level - Peningkatan sales - Peningkatan kepuasan dan loyalitas konsumen - Peningkatan market share perusahaan - Pengiriman tepat waktu - Kinerja pemasok yang lebih baik - Peningkatan fleksibilitas - Pengurangan biaya-biaya - Penggunaan sumber daya yang lebih baik - Peningkatan akurasi informasi dan kemampuan pembuatan keputusan. Kerugian yang mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain adalah: - Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya - Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran - Karyawan tidak siap untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru
- Persiapan implementation tidak dilakukan dengan baik - Berkurangnya fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP Kerugian diatas dapat terjadi ketika6: - Kurangnya komitmen top management, sehingga tim IT kurang mendapat dukungan pada rancangan sistemnya. Hal ini bisa muncul karena ketakutan tertentu, seperti kawatir data bocor ke pihak luar. Selain itu, anggapan bahwa implementasi ERP adalah milik orang IT juga dapat membuat kurangnya rasa memiliki dari top management dan karyawan divisi lain. Padahal, implementasi ERP sebenarnya adalah suatu proyek bisnis, dimana IT hadir untuk membantunya. - Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan, sehingga hasil analisis strategi bisnis perusahaan tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Perusahaan sebaiknya menentukan dari awal, apakah perusahaan akan mengikuti standar ERP atau sebaliknya. - Kesalahan proses seleksi software, karena penyelidikan software yang tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan. Hal ini bisa berakibat pada membengkaknya waktu dan biaya yang dibutuhkan. - Tidak cocoknya software dengan business process perusahaan. - Kurangnya sumber daya, seperti manusia, infrastruktur dan modal perusahaan. - Terbentuknya budaya organisasi yang berada dalam zona nyaman dan tidak mau berubah atau merasa terancam dengan keberadaan software (takut tidak dipekerjakan lagi). - Kurangnya training dan pembelajaran untuk karyawan, sehingga karyawan tidak benar-benar siap menghadapi perubahan sistem, dimana semua karyawan harus siap untuk selalu menyediakan data yang up-to-date. - Kurangnya komunikasi antar personel. - Cacatnya project design dan management. - Saran penghematan yang menyesatkan dari orang yang tidak tepat. - Keahlian vendor yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. - Faktor teknis lainnya, seperti bahasa, kebiasaan dokumentasi cetak menjadi file, dan lain sebagainya. Implementasi ERP di Indonesia
Sebagian besar perusahaan di Indonesia, masih dijalankan dengan cara tradisional, dalam artian pelaksanaan proses bisnisnya berjalan dengan cara konvensional. Pembukuan masih dilakukan secara tertulis, dan kalaupun ada penggunaan komputer, sebatas menggunakan perhitungan excela maupun modul yang berdiri per divisi. Popularitas ERP di Indonesia ditandai dengan penggunaan SAP oleh Astra pada tahun 1990an. Trend penggunaan ERP di Indonesia banyak dipengaruhi oleh banyaknya perusahaan asing yang mendirikan pabriknya di Indonesia. Secara otomatis, sistem informasi yang digunakan di perusahaan induk, juga digunakan di anak perusahaannya di Indonesia, dengan pertimbangan kemudahan integrasi dengan pusat9. Pada awal trend ERP masuk di Indonesia, banyak perusahaan yang berusaha untuk mengimplementasikan ERP secara built in, dimana perusahaan berusaha membangun sistem terintegrasinya sendiri dan kemudian untuk dijual ke perusahaan lain juga, dengan tujuan untuk mengubah divisi IT dari cost centre menjadi profit centre. Kemudian pada perkembangannya di tahun 2000an, mulailah bermunculan vendor IT, yang menyediakan jasa implementasi ERP di perusahaan. Produk ERP berkembang menjadi banyak model, dan mulai bermunculan variasi modul seperti CRM, QM, SRM dan lain sebagainya, pada tahun 2005an. Pada masa ini pula, perusahaan mulai merasakan dampak IT, apakah IT benar-benar dapat membantu kinerja perusahaan atau tidak. Salah satu contoh kasus adalah salah satu produsen makanan cepat saji, PT Belfoods, Bogor, Jawa Barat. Belfoods merupakan salah satu anak perusahaan dari Group Cipta Kreasi Widya Usaha (CKWU) dan mereka menerapkan ERP pada Belfoods dengan tujuan untuk membangun sistem informasi yang terintegrasi pada semua anak perusahaannya. Sebelum diterapkan ERP, Belfoods membutuhkan waktu satu hingga dua bulan untuk mempersiapkan laporan yang dibutuhkan oleh para eksekutif perusahaan 4. Pada akhirnya data ini menjadi informasi yang terlambat, karena tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pada proses produksi, selain itu keakuratan data juga tidak terjamin. Setelah memilih beberapa vendor dan menimbang keuntungan kerugian dari masing-masing vendor, Belfoods memilih IBM yang bekerja sama dengan SAP untuk penerapan ERP pada perusahaannya. Masalah yang dihadapi Belfoods dalam proses implementasi ini antara lain adalah kendala lokasi pabrik yang sering mendapatkan pemadaman bergilir, sehingga ia harus menyediakan banyak UPS untuk menjaga kestabilan sistem. Selain itu, perubahan yang dihadapi karyawan juga menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi. Dalam masa awal implementasi, Belfoods masih menjalankan dua sistem, yaitu sistem lama dan ERP. Lambat laun, sistem lama ditinggalkan dan murni menjalankan ERP saja. Salah satu benefit yang dirasakan oleh perusahaan adalah proses pembelian yang semakin terkendali. Namun, hal ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Masalah utama yang banyak dihadapi oleh perusahaan dalam pemilihan ERP adalah biaya. Harga ERP yang relative mahal menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan paket ERP yang akan digunakan. Mekipun ada ERP yang open source, namun dalam kenyataannya relative sulit untuk diimplementasikan.
Paket ERP yang banyak digunakan di Indonesia adalah Oracle Finance dan SAP R/3. Dimana masing-masing paket memiliki kekurangan dan kelebihan. SAP R/3 dikenal dengan kelengkapan modul dan integrasinya yang baik. Selain itu, SAP R/3 juga memiliki kontrol akses yang baik. Sebaliknya, SAP R/3 relatif lebih mahal dibandingkan Oracle Finance dan implemantasinya relative lebih rumit. SAP R/3 lebih banyak digunakan di Indonesia, sehingga pelatihan dan pakar di bidang ini cukup mudah ditemukan 9. Dalam kenyataannya, beberapa perusahaan menggunakan gabungan dari keduanya untuk menjalankan proses bisnis perusahaan. Selain dua paket ERP diatas, Microsoft Axapta juga cukup banyak digunakan, karena selisih harga yang cukup banyak dari SAP R/3 maupun Oracle. Pada beberapa kasus implementasi ERP yang ditemui di Indonesia, meskipun perusahaan telah berhati-hati pada saat memilih vendor, pelaksanaan implementasi ERP masih saja menemui banyak kendala. Kendala tersebut terutama dikarenakan ketidaksesuaian modul ERP dengan bisnis proses perusahaan. Terutama di setiap perusahaan Indonesia yang memiliki kebutuhan sistem yang relative rumit dan sangat unik. Misalnya kebutuhan perusahaan akan pencatatan transaksi dengan valas, perhitungan pajak jual beli, promo penjualan yang beraneka ragam dan lain sebagainya. Kebutuhan akan customize pada paket ERP yang tidak benar-benar dikuasai oleh vendor, menyebabkan hasil implementasi tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, baik karyawan maupun top management. Oleh karena itu, dalam tahap perubahan sistem perusahaan ke ERP, sebaiknya perusahaan mencari pendapat dari pihak ketiga, misalnya praktisi atau konsultan IT yang bersifat independen, untuk menghindari conflict of interest antara vendor dan perusahaan. Masalah lain yang mungkin terjadi adalah kebiasaan orang Indonesia yang malas mendokumentasikan apa saja yang sudah dilakukan 1. Hal ini menyebabkan melekatnya informasi pada beberapa orang saja, dan ketika orang itu pergi, informasi penting pergi bersama dia. Demikian juga dengan kontrak, sebaiknya kontrak dengan vendor dibuat sedetail mungkin, untuk menghindari masalah di kemudian hari. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk perubahan sistem ke ERP juga harus dibahas, misalnya bagaimana dengan pemindahaan data dari sistem lama ke ERP, pengaturan data dari berbagai DBMS yang sebelumnya digunakan, waktu pelaksanaan, penalty jika terjadi keterlambatan, baik dari perusahaan dan vendor, dan lain sebagainya. Vendor yang menyediakan paket ERP di Indonesia antara lain adalah IFS, PT Krakatau Information Technology, PT Abas Information System, PT Aksesa Sistimindo Pratama, PT Mincom Indoservices, Global Business Solution, dan lain sebagainya 2. Sedangkan perusahaan yang telah mengimplementasikan ERP antara lain adalah Olympic Group, PP London Sumatra, Tbk, Jakarta International Container Terminal, Petrokimia Gresik, SOHO Group, PT PAL, PT Pupuk Sriwidjaya, Bukit Muria Jaya, Sumi Rubber Indonesia, dan perusahaan lainnya 5. Pada akhirnya, tidak semua perusahaan membutuhkan ERP pada pelaksanaan proses bisnisnya. Perusahaan bisa membeli paket ERP secara lengkap, per modul atau membangun sistemnya sendiri, sesuai dengan kebutuhannya, tergantung pada skala kompleksitas bisnis perusahaan, disesuaikan dengan dana yang tersedia, personel yang siap menghadapi perubahan yang akan terjadi dengan adanya sistem baru, dan yang paling penting, dukungan dari semua pihak dalam perusahaan.
Sumber [1] Andreas (2007) Dua Tahun Ribet Bersama Implementasi ERP Axapta [Online]. Available at: http://agorsiloku.wordpress.com/2007/11/25/dua-tahun-ribet-bersama-implementasi-erpaxapta-1/ [Accessed: 31 Mei 2009] [2] Endonesia.com (2009) ERP dan SCM [Online]. Available at: http://www.endonesia.com/mod.php?mod=katalog&op=viewlink&cid=85 [Accessed: 30 Mei 2009] [3] Heryanto, D. (2009) ERP dan Penerapannya [Online] Available at: http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_1092/title_erp-dan-penerapannya/ [Accessed: 31 Mei 2009] [4] IBM (n.d) IBM Membantu Implementasi ERP di Belfoods [Online]. Available at: http://www-07.ibm.com/shared_downloads/express/belfood.pdf [Accessed: 30 Mei 2009] [5] IFS (n.d) IFS Indonesia [Online]. Available at: http://www.ifsworld.com/id/news_events/our_customers/default.asp# [Accessed: 31 Mei 2009] [6] INTACS (2008) Faktor-Faktor Kesuksesan Implementasi ERP [Online] Available at: http://intacsindo.com/art-2.html [Accessed: 31 Mei 2009] [7] Lutchen, Mark D. (2004) Managing IT as a Business. John Wiley & Sons, Inc. [8] Mabert, VA., Soni A., Venkataramanan MA. (2000) Enterprise Resources Planning Survey of US Manufacturing Firm. Productin and Inventory Managment Journal 2000, Vol 41 No.2 pp 52-58. [9] Priandoyo, A. (2007) Kompetisi aplikasi ERP di Indonesia [Online]. Available at: http://priandoyo.wordpress.com/2007/03/06/kompetisi-aplikasi-erp-di-indonesia-secondlayer/ [Accessed: 31 Mei 2009] [10]Riswanto & Sukriana, Y. (2008) Menimbang Urgensi Implementasi ERP [Online]. Available at: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Menimbang%20Urgensi%20Implementasi %20ERP&&nomorurut_artikel=108 [Accessed: 30 Mei 2009] [11]Wikipedia (2009) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan [Online]. Available at: http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_sumber_daya_perusahaan [Accessed: 30 Mei 2009] Utk saat ini sistem analis aplikasi ERP ... harganya bisa diatas 10 jt, sedangkan project manajer diatas 15 juta. Sedangkan utk yg lainnya sudah pas. Harga utk project manager yang akan menangani seluruh modul bisa jadi 180 jt ( 1 bulan
= 15 jt ). Tetapi pada umumnya ( ketika saya develop ), masing masing modul memiliki team tersendiri. Pada umumnya ERP memiliki 5 modul utama ( Accounting & Financials, Sales & Customers, Purchasing & Operations, Inventory & Distribution dan Human Resources Information System ). Jadi totalnya menjadi : ( 142jt + 300jt + 72jt + 120jt ) x 5 modul = 3.17 M, lalu ditambahkan 180 jt = 3.35 M ( utk 1 tahun pengembangan ). Jika kita mempergunakan 1 team yang sama untuk menangani semua modul, pengembangannya akan lebih dari 1 tahun. Jadi hasil yang didapat kurang lebih sama. Pada tahun 2001 sampai dengan 2003, saya pernah terlibat dalam pengembangan ERP ( kita mengerahkan sampai 200 orang tenaga ahli untuk menangani development sampai implementasi utk modul yang sudah selesai ), menurut informasi yang saya peroleh, anggaran yg dihabiskan hampir mencapai 1..5 Trilliun ( lebih dari 3 tahun pengembangan ). Semua itu belum termasuk infrastruktur dan Server Salam Roy Dari: "Ronny Febri, S.Kom, MM"
betul semua kata sdr Roy,tapi mengenai biaya bisa ditekan dan tidak akan mencapai angka tersebut bila bikin sendiri. misal gaji untuk a. 1 project manajer = 15jt x 12 bulan x 1 = 180jt b. 2 sistem analis = 8jt x 12 bulan x 2 = 142jt c. 5 programmer = 5jt x 12 bulan x 5 = 300jt d. 1 db analyst = 8jt x 12 bulan x 1 = 72jt e. 2 SQA = 5jt x 12 bulan x 2 = 120jt total 814jt dalam setahun f. pembelian software database dan aplikasi dan os nya tergantung aplikasinya g. server juga tergantung dari berapa banyak server h. jaringan tergantung dari berapa banyak komputer dan lokasi (online atau tidak) jadi totalnya sekitar 1.3m untuk tahun pertama dan tahun kedua sebesar 850jt ini juga tergantung dari deadline apakah aplikasi hanya dibuat selama 2 tahun saja?
(rata2 sih 2 tahun dari start awal sampai selesai implementasi) selebihnya sama dengan sdr Roy 2009/7/24 Roy Mubarak Sebenarnya tidak masalah jika kita mengembangkan ERP sendiri, hanya yang harus diperhitungkan adalah SDMnya. Beberapa hal yang harus kita memperhatikan kebutuhan pengembangan aplikasi ERP 1. Kita harus mencari orang yang benar-benar menguasai apa itu ERP untuk semua modul. Jika memang ada, pasti harganya sangat mahal. Orang ini nantinya akan menjadi bisnis analis yang akan head to head dengan user user yang nantinya akan mempergunakan aplikasi ERP tersebut. Paling tidak kita membutuhkan 1 orang bisnis analis utk satu modul, karena ERP itu cukup luas, jadi hampir tidak mungkin 1 orang menguasai semua modulya. 2. Kita membutuhkan sistem analis untuk di setiap modul. Sistem analis ini yang akan bekerja sama dengan bisnis analis untuk mendefinisikan gathering user requerement. . 3. Programmer, dari pengalaman saya yang pernah menegmbangkan sistem ERP, minimal 5 orang dengan komposisi : 2 programmer senior dan 3 programmer junior. 4. Database Analis dan Database Designer.. Bisa dijabat oleh 1 orang. 5. Software Quality Assurance, 1 sampai 2 orang. Pengembangan ERP untuk 1 modul, dapat memakan waktu lebih dari 1 tahun. Kita dapat melakukan kalkulasi berapa besar biaya yang akan kita keluarkan dari hasil perhitungan besarnya gaji dari tenaga ahli diatas. Selain tenaga ahli diatas, kita harus membutuhkan seorang Project Manager yang sangat berpengalaman dalam hal pengembangan aplikasi. Project Manager ini bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pengembangan aplikasi disemua modulnya. Saya pernah melakukan kalkulasi secara cepat, dan didapatkan bahwa , biaya untuk pengembangan aplikasi utk semua modul selama 1 tahun dapat mencapai Rp 2.5 Milliar. Ketika saya ikut dalam team pengembangan ERP, informasi yang saya dapatkan dari user, bahwa biaya yang sudah dikeluarkan untuk pengembangan ERP ( selama 3 tahun ), hampir mencapai angka Rp 1.5 Trilliun. Terus terang saya bukan menakut nakuti tetapi inilah fakta yang saya pernah alami. Beberapa hal yang harus dipegang jika ingin mengembangkan aplikasi ERP, yaitu : 1. Kuasai bisnis proses secara benar dan matang sebelum masuk ke tahap development. 2. Manage Project secara benar. 3. Pilihlah metodologi pengembangan aplikasi yang tepat. 4. Pilih kandidat yang dengan kualifikasi yang baik. 5. Pilihnya platform dan teknologi yang sesuai dengan perusahaan. Begitulah share dari saya ....
Thanks