ENTREPRENEURIAL MINDSET: Creative & Innovative By: Sandy Wahyudi, MM, MA.
Di dalam modul ini, anda akan belajar mengenai beberapa konsep entrepreneurial, seperti: 1. Introduction 2. E-Mindset 3. Creativity 4. Innovation
PENDAHULUAN Mindset (kerangka berpikir) adalah sekumpulan asumsi, metode, cara yang dipegang dengan kuat oleh seseorang sedemikian rupa memberi kekuatan dalam diri untuk terus berperilaku seperti yang diyakininya (wikipedia: mindset). Kerangka berpikir seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu input informasi, lingkungan sekitar, dan pengalaman masa lalu (Arief Maulana.com). Input informasi, setiap hari otak menyerap informasi yang ada disekeliling anda. Informasi tersebut kemudian diproses dan disimpan ke dalam mindset and believe sistem bawah
sadar anda. Dua unsur ini layaknya sebuah software yang bekerja otomatis dalam diri kita. Kalau softwarenya bagus tidak masalah, karena program Anda adalah program sukses yang akan membantu Anda menemukan jalan sukses. Begitu juga sebaliknya, kalau programnya adalah program gagal, biasanya apapun yang Anda lakukan selalu gagal. Yang pasti program ini berjalan dengan atau tanpa pesetujuan Anda. Orang yang sering menerima informasi positif akan sangat jauh berbeda dengan mereka yang senantiasa dihujani oleh info-info negatif. Dan orang sukses punya kebiasaan untuk menyaring informasi yang masuk kedalam pikirannya. Misalnya, Anda sering membaca berita-berita kriminal. Maka secara tidak langsung Anda menanamkan pada otak Anda bahwa ada banyak orang jahat di sekeliling kita. Hasilnya, kita menjadi orang yang senantiasa curiga dan selalu berprasangka buruk (bedakan curiga dan prasangka buruk dengan sikap waspada). Lingkungan sekitar, Hati-hati juga dengan siapa Anda bergaul. Bukan berarti kita lantas membatasi diri dan memilih teman. Pertemanan anda harus berkualitas, Anda dapat memilih mereka-mereka yang memiliki sisi positif untuk dipelajari. Seperti kata pepatah, bergaul dengan tukang jual terasi maka kita ikut bau terasi. Bergaul dengan tukang minyak maka kita ikut harum. Pengalaman masa lalu, masa lalu tidak akan berpengaruh pada masa depan anda. Yang memiliki pengaruh atas masa depan anda adalah masa sekarang. Apa yang Anda lakukan saat ini, akan mempengaruhi bagaimana kehidupan anda di masa mendatang. Dalih yang paling sering keluar adalah TRAUMA. Padahal trauma itu rugi kalau dipelihara. Jadi apapun masa lalu Anda, yang terpenting adalah apa yang Anda lakukan saat ini. Apa dan bagaimana Anda beberapa tahun mendatang akan sangat bergantung dari apa dan bagaimana tindakan Anda saat ini.
ENTREPRENEURIAL MINDSET Definition of E-Mindset Adalah kerangka berpikir seseorang yang beorientasikan entrepreneurial, lebih memilih untuk menjalani ketidakpastian daripada menghindari, melihat segala sesuatu lebih sederhana daripada orang lain yang melihatnya secara kompleks, mau belajar sesuatu hal yang datangnya
dari pengambilan resiko (McGrath & MacMillan, 2000: 2). Berikut adalah satu kutipan menarik dari salah satu artikel jurnal bisnis yang sangat komprehensif dalam menghubungkan konsep entrepreneurship dan entrepreneurial mindset: Entrepreneurship is a particular type of mindset, a unique way of looking at the world….At the heart of entrepreneurship lies the desire to achieve, the passion to create, the yearning for freedom, the drive for independence, and the embodiment of entrepreneurial visions and dreams through tireless hard work, calculated risk-taking, continuous innovation, and undying perseverance (Ma & Tan, 2006).
E-Mindset Characteristic Berikut adalah lima karakteristik entrepreneurial mindset dari seorang habitual entrepreneur, berkarir dengan cara memulai bisnis sendiri atau bekerja di perusahaan orang lain (McGrath & MacMillan, 2000: 3). 1. Memiliki hasrat untuk selalu mencari peluang baru Habitual entrepreneur tetap waspada, selalu mencari kesempatan yang menguntungkan dari perubahan cara berbisnis. Pengaruh terbesar muncul saat mereka menciptakan model bisnis yang sama sekali baru di dalam suatu industri. Model bisnis yang baru tersebut akan merevolusi jumlah pendapatan dan kegiatan operasional semua perusahaan dalam industri yang sama. Contohnya, saat Air Asia menjual harga tiket pesawat begitu murah, semua maskapai penerbangan yang lain dengan terpaksa harus mengikuti harga yang murah dan menggunakan teknologi on-line untuk pemesanan tiket pesawat. 2. Hanya mengejar peluang yang terbaik Habitual entrepreneur hanya mengejar peluang terbaik dan menghindari kelelahan yang akan terjadi apabila setiap pilihan peluang yang ada harus dikejar. Walaupun cukup kaya, seorang entrepreneur tetap disiplin membatasi jumlah dan macam proyek bisnis yang akan dilakukannya. Mereka secara ketat mengontrol portofolio peluang-peluang yang diambil dalam setiap tahap perkembangan. Mereka secara ketat menghubungkan strategi
besar perusahaan dengan pilihan proyek-proyek tertentu, daripada menghabiskan tenaga terlalu besar untuk suatu proyek yang tidak sama dengan visi-misi perusahaan. 3. Mendisiplinkan diri untuk mewujudkan peluang tersebut Habitual entrepreneur tidak hanya waspada pada peluang yang mungkin untuk digali, namun juga memastikan diri untuk mampu mewujudkan peluang tersebut. Beberapa entrepreneur sering mencatat semua ide akan peluang-peluang di dalam buku catatan mereka, sehingga suatu saat diperlukan tindakan tertentu, mereka tidak akan kehabisan ide. Contohnya, Ir. Ciputra yang kemana saja membawa buku catatan kecil di sakunya, dimanapun ada ide yang muncul di pikiran, harus segera dicatat, sebab ide yang sama tidak dapat datang kedua kali. 4. Fokus pada keputusan eksekusi, tidak hanya perencanaan saja Seseorang dengan entrepreneurial mindset melakukan eksekusi bisnis dengan segera, mereka tidak pernah menganalisis terlalu lama kemungkinan peluang suatu ide. Walaupun demikian, mereka sangat adaptif, mampu melakukan perubahan arah mengikuti peluang yang sebenarnya, terus mencari cara terbaik untuk mewujudkannya. 5. Melibatkan kemampuan orang lain dalam tim Habitual entrepreneur melibatkan banyak orang untuk mewujudkan peluang, baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Mereka menciptakan dan menjaga relasi hubungan dengan partner daripada bekerja sendirian. Mereka memanfaatkan kemampuan dan intelektual orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Managing Entrepreneurial Mindset Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, anda masih dapat menjadi orang yang mampu menentukan nasib anda sendiri, seperti yang terjadi pada diri Ir. Ciputra, dahulu sangat miskin, sekarang menjadi seorang entrepreneur kaya raya. Realitas yang harus disadari adalah mengerti definisi entrepreneurship dengan baik. Kewirausahaan merupakan kegiatan yang
mampu menangkap kebutuhan orang lain, menggunakan kompetensi diri untuk memberikan tawaran (produk barang atau jasa) yang mampu memuaskan kebutuhan tersebut lebih baik daripada kompetitor. Oleh sebab itu, seseorang yang hendak menciptakan suatu venture (suatu entitas yang tidak terbatas pada kegiatan bisnis saja, misal: sosial, aktivitas proyek dalam pekerjaan, dll), wajib memiliki dan mengelola entrepreneurial mindset-nya. Berikut adalah beberapa ide yang dapat dijadikan panduan bagi entrepreneur (McGrath & MacMillan, 2000: 339): 1. Develop insight into the customers’ behavioral context Seorang entrepreneur tidak harus memiliki produk yang revolusioner, yang lebih dibutuhkan adalah pemikiran revolusioner ke dalam suatu konteks kehidupan pelanggan, menciptakan ide yang mampu menjadi jawaban bagi masalah utama pelanggan dalam konteks tersebut. Contoh: Muhamad Rois Abidin, pelajar asal Surabaya pemenang Djarum Black Innovation Award 2009, berhasil menemu-kenali masalah konsumen. Tidak semua orang suka dengan buah durian, bahkan ada peraturan yang tidak membolehkan orang membawa durian ke dalam pesawat, angkutan umum, dan kamar hotel karena baunya yang menyengat. Buah durian memang enak rasanya, namun jika tidak hati-hati, bagian tubuh kita dapat tersayat jika menyentuh kulit buah yang dikenal sebagai the king of fruit ini. Sebagai rajanya buah, layak jika buah ini mendapat tempat khusus untuk membawanya. Cankingz, nama produk pembawa durian ini (berasal dari bahasa jawa, yang artinya menjinjing) mampu meredam bau durian hingga 80% dan tidak akan melukai si pembeli. Dilengkapi dengan MP3, CD player, dan radio, ‘tas durian’ ini tentu saja akan memanjakan pelanggan kelas atas tanpa malu dilihat orang bahwa sesungguhnya yang sedang dijinjing adalah buah durian. 2. In an entrepreneurial mindset, everybody plays Tindakan menyertakan orang lain dalam kegiatan entrepreneurial merupakan proses yang penting. Ide beberapa orang yang dilebur menjadi satu akan memberikan hasil yang lebih
baik daripada pemikiran satu orang saja. Seorang entrepreneur akan belajar banyak hal mengenai team building dan leadership jika ide ini diterapkan. 3. Experiment intelligently Saat ini perumusan strategi bisnis yang dilakukan oleh entrepreneur lebih berdasarkan eksperimen dan trial-error daripada analisis dan forecasting. Eksperimen merupakan tindakan nyata untuk memilih dan memulai proyek ide secara nyata namun dalam skala yang masih kecil, berbeda dengan analisis dan forecasting yang hanya merupakan perencanaan. Entrepreneur tidak takut terhadap kegagalan, namun demikian resiko yang akan diterima harus diperhitungkan dengan matang, agar kegagalan yang akan terjadi dapat diminimalisasi. 4. Spend imagination instead of money Upaya yang perlu dilakukan seseorang untuk terus mengembangkan entrepreneurial mindset-nya adalah secara rutin menggunakan waktu-waktu tertentu untuk berimajinasi dan berkreasi supaya ide-ide baru muncul. Ide tersebut tidak selalu mengenai pengembangan produk, tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan operasional dan promosi pemasaran. Ide tersebut yang pasti akan menjadikan venture semakin efektif dan efisien kinerjanya. Untuk berhasil, entrepreneur lebih bergantung pada imajinasi idenya daripada besaran nominal uang yang dimiliki. 5. Framing is crucial to the entrepreneurial leader Tanpa kerangka kerja yang jelas, semua orang akan terjebak dalam ketidakpastian. Seorang yang memiliki entrepreneurial mindset mampu menyediakan kerangka sistem pekerjaan yang jelas bagi semua orang yang bekerja bersamanya. Dengan demikian, setiap orang akan mampu bekerja dengan efektif dan menghadapi tantangan ke depan yang lebih pasti. 6. Be ruthless with respect to priorities
Bersikap kejam pada karyawan dengan membebani tugas berlebihan agar dapat mencapai sasaran yang ditetapkan dengan waktu yang lebih cepat, bukanlah cara pikir seorang entrepreneur. Melakukan sesuatu hal yang melebihi kemampuan diri sendiri akan menjadi beban, akibatnya bukan terjadi peningkatan malainkan penurunan. Seorang entrepreneur harus mampu memilah tugas, mana yang perlu atau tidak untuk dilakukan, mana yang sifatnya segera atau dapat ditunda. 7. Using measures early on is better than using precise ones too late Entrepreneurial mindset dapat terus dikembangkan dengan cara menggunakan ukuran atau batasan untuk setiap persoalan. Forewarning adalah warning sign bagi suatu masalah yang belum terlalu sulit untuk diatasi. Beberapa standar harus ditetapkan terlebih dulu oleh seorang entrepreneur untuk memastikan kualitas pekerjaan dan produk yang dihasilkan. Dengan cara demikian, perusahaan dapat tampil lebih baik dari kompetitor. 8. Pay attention to the cost of failure Tidak ada seorang pun entrepreneur di dunia ini yang tidak pernah mengalami kegagalan. Menurut ahli ekonomi J.M. Keynes, setelah produk atau jasa dijual ke pasar, maka keberhasilan entrepreneur sebagian besar ditentukan oleh mekanisme pasar itu sendiri. Dalam kondisi yang tidak menentu, seorang entrepreneur hanya memiliki kontrol terbatas terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan. Bahkan kegagalan merupakan harga yang harus dibayar untuk masuk ke peluang baru berikutnya. Biaya akan kegagalan (cost of failure) tersebut yang masih dapat dikontrol, seorang entrepreneur harus memiliki calculated risk taking mindset. Meminimalisasi biaya kegagalan, bukan meminimalisasi jumlah kegagalan.
THE CONCEPT OF CREATIVITY Opportunity creation tidak akan pernah anda lakukan jika kreativitas (creativity) sebagai salah satu entrepreneurial mindset belum anda miliki. Kata ‘kreativitas’ berasal dari bahasa latin creo yang artinya menciptakan, membuat. Pada abad kekristenan dimulai, kata creatio digunakan
untuk menyatakan bahwa Allah telah melakukan Ex nihilo, atau menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. HISTORY OF CREATIVITY Jaman Yunani dan Romawi memiliki sebuah kata yang berhubungan langsung dengan kata kreativitas, seni, arsitek, musik, dan penemuan mereka yang kita kenal sekarang adalah hasil dari creative works yang mereka lakukan sekian abad yang lalu. Ilmuwan Yunani, Archimedes mengalami creative moment dalam ‘pengalaman aha…’ (eureka experience) saat sedang mandi, sehingga mampu merumuskan hukum Arhimedes untuk menjawab pertanyaan yang selama itu belum terjawab olehnya. Pada saat itu, konsep kata Genius lebih cocok untuk menggambarkan keadaan yang serupa dengan Archimedes. Isaac Newton menemukan hukum gravitasi saat melihat buah apel yang jatuh di sampingnya. Pada saat abad ke-18 dan abad pencerahan (renaissance), konsep mengenai kreativitas lebih sering digunakan dalam teori seni dan dihubungkan dengan konsep Imajinasi. Cara pandang dunia barat terhadap kreativitas sangat berbeda dibandingkan dengan dunia timur. Agama Hindhu, Konghucu, Tao, dan Budha memandang penciptaan (creation) sebagai penemuan kembali atas hal yang sebenarnya telah ada namun tidak disadari keberadaanya. Sedangkan dunia barat memandang kreativitas merupakan ide penciptaan dari yang tidak ada menjadi ada. Pada abad ke-20, konsep kreativitas mulai banyak digunakan sebagai bahan diskusi dalam dunia sains, tidak terbatas pada dunia seni. CREATIVE PROCESS & THOUGHT Sekitar akhir abad 19 dan awal abad 20, seorang matematikawan dan ilmuwan seperti Hermann von Helmholtz (1896) dan Henri Poincare (1908) mulai merefleksikan dan mendiskusikan proses kreatif. Selanjutnya pemikiran ini dilanjutkan oleh Graham Wallas (1926) dan Max Wertheimer (1945). Studi keilmuan atas kreativitas yang lebih formal dimulai dari literatur psikologi ortodoks, yang secara umum dipandang sebagai buah pemikiran J.P. Guilford (1950). Upaya yang dilakukan Guilford antara lain adalah membuat topik mengenai kreativitas
semakin populer. Digunakan pendekatan sains untuk konseptualisasi dan pengukuran psikologis akan konsep kreativitas. Pemikiran kreatif (creative thought) merupakan proses mental yang melibatkan kemampuan creative problem solving dan penemuan ide atau konsep baru, kemudian dapat menghubungkan keterkaitan antar ide/konsep yang telah ada sebelumnya. Dari sudut pandang ilmiah, produk dari pemikiran kreatif harus memiliki nilai orisinil dan kelayakan yang tinggi. Walaupun tampaknya fenomena produk pemikiran kreatif cukup sederhana, namun faktanya cukup kompleks. Pemikiran kreatif telah dipelajari dari berbagai studi disiplin ilmu, seperti psikologi perilaku dan sosial, ilmu kognitif, intelijensi buatan, filsafat, estetika, sejarah, ekonomi, riset desain, bisnis, dan manajemen. Studi tersebut telah mencakup berbagai macam kreativitas, seperti kreativitas dalam kehidupan sehari-hari, kreativitas khusus, dan kreativitas buatan. Tidak seperti fenomena ilmiah, tidak ada satupun perspektif dan definisi yang paling benar untuk kreativitas. Tidak seperti fenomena psikologi, tidak ada teknik standarisasi pengukuran yang paling benar untuk kreatifitas. Kreativitas dianggap disebabkan oleh intervensi ilahi, proses kognitif, lingkungan sosial, kepribadian seseorang, dan kesempatan (“accident”). Kreativitas diasosiasikan dengan jenius, impian, humor, sesuatu yang ‘gila’ (mental illness). Beberapa orang percaya bahwa kreativitas adalah bakat yang dimiliki seseorang dari lahir, beberapa mengatakan kreativitas dapat diajarkan dengan teknik aplikasi yang sederhana. Kreativitas juga dipandang sebagai buah dari suatu perenungan (muse). Walaupun secara populer konsep kreativitas diasosiasikan dengan seni dan literature, kreativitas juga bagian esensi dari inovasi dan penemuan, dimana hal ini sangat penting dalam bisnis, ekonomi, arsitektur, desain industri, desain grafis, periklanan, matematika, musik, ilmiah, teknik, dan metode pembelajaran. Menurut Otto Rank, definisi kreativitas adalah “assumptions-breaking process”, ide kreatif sering muncul saat seseorang berani membuang asumsi dan pandangan yang selama ini diyakininya, kemudian berusaha mencari metode pendekatan baru yang tampaknya belum pernah dipikirkan oleh orang lain. Kreativitas menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 123) adalah “the generation of ideas that result in the improved efficiency or effectiveness of a system”. Dua aspek penting di dalam
kreativitas adalah proses dan manusia. Proses harus berorientasikan pada tujuan, didesain untuk menghasilkan pemecahan atas suatu masalah. Manusia merupakan sumber daya yang menentukan pemecahan tersebut. Proses akan berjalan sama seperti biasa, namun pendekatan yang digunakan manusia untuk melakukan proses itu akan selalu berbeda. Terkadang manusia akan memberikan solusi sederhana atas suatu masalah, lain waktu, mereka dapat memformulasikan solusi yang inovatif. CREATIVE THINKING PROCESS
Incubation
Knowledge Accumulation
Creative Process
Ideas
Evaluation and Implementation
Kreativitas bukanlah sesuatu hal yang misterius dan sulit dipelajari. Kreativitas merupakan hasil cara pandang dunia yang berbeda dan seringkali tidak masuk akal. Proses kreatif melibatkan hubungan antar objek yang sebelumnya belum pernah terjadi (contoh: Modem, alat yang menggunakan telepon untuk transfer data antar komputer, pada tahun 1980an, belum pernah ada yang memikirkan bagaimana komputer dan telepon dapat bersinergi). Proses kreatif memiliki empat macam fase. Para ahli setuju atas keberadaan dan hubungan antara fase berikut walaupun satu fase dengan fase lainnya tidak selalu terjadi dalam urutan yang sama setiap saat (Kuratko & Hodgetts, 1998: 127). Fase 1: Background or knowledge accumulation Kreativitas yang sukses umumnya didahului dengan investigasi dan pengumpulan informasi yang mendalam. Pada fase ini perlu dilakukan pembacaan mendalam akan subjek
materi yang disukai, percakapan dengan orang-orang yang bekerja dalam bidang tersebut, mengikuti seminar dan workshop profesional. Investigasi juga perlu dilakukan untuk beberapa bidang yang cukup berbeda namun masih terkait dengan bidang yang disukai. Eksplorasi berbagai bidang ini sangat dibutuhkan agar seseorang mampu memiliki perspektif yang luas terhadap suatu masalah. Hal ini sangat penting bagi seorang entrepreneur untuk memperoleh pemahaman mendasar atas semua aspek kreativitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk atau layanan yang baru. Beberapa cara untuk meningkatkan akumulasi pengetahuan: 1. Membaca artikel berbagai bidang terkait 2. Mendatangi seminar dan pertemuan profssional yang membahas bidang tersebut 3. Pergi ke suatu tempat atau situasi yang baru, keluar dari rutinitas harian 4. Berbicara mengenai subjek yang disukai pada semua orang yang dikenal agar mereka memberikan saran dan ide lain yang tidak terpikirkan sebelumnya. 5. Melakukan scanning (membaca dengan cepat) majalah, koran, dan jurnal untuk artikelartikel yang berkaitan dengan subjek yang disukai 6. Membawa catatan kecil untuk mencatat semua ide yang muncul pada saat yang tak terduga Fase 2: The Incubation Process Seorang yang kreatif akan mengijinkan otak bawah sadar mereka untuk terus bekerja mempertimbangkan semua informasi yang telah diperolehnya pada fase 1. Proses inkubasi ide akan menjadi lebih matang pada saat seseorang melakukan aktivitas yang sama sekali berbeda dengan apa yang sedang dipikirkannya. Sesaat keluar dari masalah dan membiarkan otak bawah sadar untuk memecahkannya akan memicu kreativitas seorang entrepreneur. Beberapa langkah untuk menginduksi terjadinya inkubasi ide adalah: 1. Melibatkan diri pada aktivitas yang tidak memerlukan pikiran berlebih (mindless), contoh: mencuci piring, menyapu, memotong rumput. Pada waktu ini, ide dapat seketika muncul dalam benak seorang entrepreneur.
2. Olahraga, kondisi tubuh yang sehat akan memicu kerja otak menjadi lebih cepat. 3. Berpikir atas projek/masalah tersebut sebelum tidur, dalam kondisi setengah sadar, seseorang akan lebih mudah berimajinasi, inkubasi ide dapat lebih dimurnikan. 4. Meditasi dan rileks, pikiran yang tenang dan terlepas dari semua beban masalah, akan memudahkan seseorang berpikir lebih jernih. Fase 3: The Idea Experience Adalah fase di dalam proses kreatif yang paling menyenangkan sebab ide atau solusi yang dicari oleh seorang entrepreneur telah ditemukan. Menggunakan analogi proses persalinan seorang wanita yang sedang hamil, idea experience adalah kelanjutan dari proses inkubasi. Ide yang baru dan inovatif seringkali lahir saat seorang entrepreneur melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan bisnis atau venture (seperti saat membaca koran atau waktu mandi). Dalam banyak kasus, ide akan terjadi secara bertahap di dalam diri seseorang. Pelan namun pasti, seorang entrepreneur mulai memformulasikan solusi yang tepat dari setiap ide yang ada bagi masalah bisnis yang dihadapi. Karena terlalu sulit membedakan waktu dimana fase inkubasi selesai dan fase idea experience akan mulai, hanya sedikit orang yang aware untuk bergerak dari fase 2 ke fase 3. Berikut adalah beberapa cara untuk mempercepat terjadinya fase idea experience: 1. Daydream your project, mimpi dalam keadaan sadar, belajar memvisualisasikan sesuatu walaupun belum ada wujudnya, hal ini dapat membantu seorang melahirkan suatu ide. 2. Practice hobbies, lakukan hobi yang disukai, dengan keadaan hati dan pikiran yang rileks, ide lebih mudah muncul. 3. Work in leisure environment, bekerja di lingkungan yang ‘tidak menekan’, seperti bekerja untuk sementara waktu di taman, café, atau di rumah. 4. Keep a notebook at bedside, letakkan catatan kecil di sebelah tempat tidur, ide dapat lahir sewaktu anda bangun tidur, atau saat hendak tidur. 5. Take breaks while working, miliki waktu istirahat di tengah-tengah sibuknya pekerjaan, hal ini dapat membantu anda melupakan hal-hal yang membebani anda, ide dapat muncul dalam keadaan rileks.
Fase 4: Evaluation and Implementation Fase berikut adalah fase yang tersulit, diperlukan keberanian, kedisiplinan dan daya tahan untuk mewujudkan suatu ide menjadi sesuatu hal yang nyata. Seorang entrepreneur dapat mengidentifikasi ide mana saja yang do-able dan ahli untuk mengimplementasikannya. Tidak pernah ada kata menyerah bagi entrepreneur saat harus menghadapi rintangan, walaupun mereka sering gagal dalam menjalankan ide terbaiknya. Dalam beberapa kasus, seorang entrepreneur akan mencoba ide yang sama sekali berbeda dengan ide semula, hal ini terjadi karena kesulitan implementasi ide orisinal di lapangan sehingga modifikasi perlu dilakukan. Ide yang muncul pada fase 3 perlu diuji dan dimodifikasi pada fase 4. Beberapa ide untuk meningkatkan kualitas fase ini adalah: 1. Meningkatkan enerji tubuh dengan istirahat yang cukup 2. Belajar mandiri mengenai proses perencanaan bisnis 3. Uji ide yang muncul dengan ide orang lain 4. Uji ide dengan intuisi dan perasaan pribadi 5. Uji ide dengan pendapat atau kritik orang lain 6. Identifikasi masalah yang muncul saat mulai implementasi ide
DEVELOPING CREATIVITY Anda dapat mengembangkan talenta kreatif dengan berbagai cara. Menjadi aware terhadap beberapa kebiasaan dan cara berpikir yang mengekang kreativitas adalah satu cara yang paling efektif. Subtopik berikut bertujuan untuk mengembangkan awareness akan kebiasaan berpikir yang membatasi kreativitas dan membantu anda untuk mengembangkan kreativitas itu sendiri (Kuratko & Hodgetts, 1998: 127-133). 1. Challenges for the creative entrepreneur -
Group kill, adanya sabotase orang lain untuk menghancurkan ide anda dengan katakata makian, reaksi negatif, dan sikap culas.
-
Theft or protecting idea, ide anda akan dicuri dan digunakan oleh orang lain terlebih dulu.
-
Financing the idea, anda dapat memiliki suatu ide yang luar biasa namun tidak ada satupun yang mau berinvestasi.
-
Inflexible perspective, anda dapat menjadi terlalu idealis, tidak mau mengadaptasi ide orisinal agar lebih mudah dan praktis untuk diterapkan.
-
Lack of credit for idea, pemimpin anda atau teman sekerja anda akan merasa bahwa ide anda juga merupakan hasil ide mereka juga, kerancuan kepemilikan ide akan mungkin terjadi.
-
Researching the idea, pastikan bahwa ide anda benar-benar baru, belum pernah ada orang yang memiliki hak cipta atasnya.
-
Real testing of the idea, lakukan uji pad aide anda melalui fokus grup, survei, dll.
-
Lack of persistence, kecenderungan seseorang adalah belum berhasil melakukan ide lama sudah berganti pada ide yang baru. Ide yang lama ditinggal begitu saja karena kesulitan yang dihadapi saat mencobanya.
-
No time to incubate ideas, terlalu sibuk mengurusi hal lain yang kurang penting, sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan inkubasi ide.
-
Fixation on an idea, terlalu percaya dan berharap pada suatu ide, sehingga tidak berpikir objektif untuk melakukan evaluasi atasnya.
-
Not brainstorming with others, terlalu takut jika seseorang akan mencuri idenya, sehingga timbul keinginan untuk mengontrol semua kegiatan tanpa bantuan orang lain.
2. The two brain hemispheres Otak Kiri
Beberapa proses yang terkait dengan kerja otak
Verbal
Otak Kanan Nonverbal
Analytical
Synthesizing
Abstract
Seeing analogies
Rational
Nonrational
Logical
Spatial
Linear
Intuitive Imaginative
Merencanakan aktivitas harian dan membuat penjadwalan Berbagai cara untuk mengembangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan
Membaca buku-buku mengenai filsafat, sejarah, hukum Bekerja dengan menggunakan program komputer
Menggunakan metafora dan analogi untuk mendeskripsikan sesuatu dalam percakapan dan tulisan Menggambar wajah, karikatur, dan pemandangan Memvisualisasikan sesuatu benda atau situasi di masa depan dengan detil
3. Muddling mind-sets Beberapa cara berpikir yang menghambat harus segera diatasi. Telah diteliti bahwa orang dewasa hanya menggunakan 2-10% dari potensi kreatif mereka. Sebagai contoh, banyak individu yang cenderung cepat mengambil keputusan akan sesuatu hal yang baru. Kecenderungan lain adalah mengungkapkan beberapa hal negatif dari suatu ide baru, padahal mereka hanya menghindari ketidaknyaman psikologis sebagai akibat perubahan hal-hal yang baru. Berikut adalah beberapa cara berpikir yang harus dipertimbangkan oleh seorang entrepreneur: 4. Creative climate Kreativitas tampaknya akan lebih mudah terjadi apabila iklim bisnisnya tepat. Beberapa karakteristik penting untuk membentuk iklim kreatif adalah: -
Melakukan kontak komunikasi yang baik dengan orang-orang di dalam maupun di luar organisasi bisnis
-
Mau untuk menerima perubahan
-
Menikmati eksperimen dengan ide-ide baru
-
Tidak terlalu takut akan konsekuensi negatif akibat suatu kesalahan yang dibuat
DISTINGUISHING BETWEEN CREATIVITY AND INNOVATION Kreativitas dan inovasi merupakan dua hal yang berbeda. Kreativitas mengacu pada kegiatan untuk menghasilkan ide baru, sedangkan inovasi adalah proses keseluruhan dari produksi ide kreatif sampai penerapan ide kreatif tersebut dalam konteks yang spesifik. Dalam konteks organisasi, Inovasi mengacu pada keseluruhan proses organisasi dalam memproduksi ide baru yang kreatif dan mengubahnya ke suatu bentuk nyata yang unik, berguna, seperti produk, layanan, dan praktek bisnis yang dapat dikomersialisasikan, sedangkan kreativitas merupakan salah satu bagian kegiatan dari keseluruhan proses inovasi. Walaupun dua kata tersebut memiliki arti berbeda, namun keduanya berjalan secara bersama. Untuk menjadi inovatif, seorang entrepreneur harus terus kreatif untuk tetap memiliki bisnis yang kompetitif. THE THEORY OF INNOVATION Perkembangan teori inovasi dalam bidang ekonomi dimulai oleh karya J.A. Schumpeter dalam bukunya yang berjudul “The Theory of Economic Development”. Teori inovasi Schumpeter statusnya kurang dihargai hingga tahun 1970-an. Sebelum tahun itu, J.M. Keynes adalah seorang ahli ekonomi yang lebih disegani karena teori economic regulation-nya sangat sesuai untuk diterapkan, namun sejak Amerika mengalami depresi ekonomi pada tahun 1970, para ekonom mulai berganti haluan. Sejak saat itu Amerika mulai menggunakan teori inovasi Schumpeter dalam sistem perekonomiannya (Sundbo, 1998: 4-5). Mengacu pada innovation economics, inovasi adalah “the determinant responsible for most growth when an economic boom begins in a period of depression”. Inovasi merupakan penentu utama keberhasilan ekonomi suatu negara, saat krisis ekonomi mulai terjadi di negara tersebut. Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi adalah entrepreneurship, karena seorang entrepreneur-lah yang mampu menciptakan inovasi.
Beberapa dekade lalu, masih sedikit ahli ekonomi yang membahas teori inovasi dalam penelitiannya. Walaupun saat ini telah banyak bermunculan buku maupun artikel penelitian yang membahas perkembangan teori inovasi, namun belum seluruhnya mampu menjelaskan teori inovasi secara lengkap dan komprehensif. Beberapa teori inovasi berfokus pada pengembangan teknologi, riset teknis, dan fungsi departemen R&D dalam perusahaan. Beberapa teori lain berfokus pada sosok individu yang menciptakan dan mengembangkan elemen-elemen baru dalam bisnis. Teori inovasi lainnya berfokus pada isu mengenai pasar (market side). Schumpeter mendefinisikan inovasi sebagai kegiatan yang mencakup satu atau beberapa hal di bawah ini: 1. Pengenalan produk baru atau kualitas baru suatu produk 2. Pengenalan metode produksi yang baru. Metode ini bukan selalu hasil dari penemuan ilmiah besar, melainkan dapat berupa cara-cara baru untuk memproduksi produk dengan lebih efisien. 3. Membuka pasar yang baru (new market) untuk suatu produk. 4. Mencari sumber daya baru sebagai bahan mentah produksi, menggantikan sumber daya yang ada sebelumnya. 5. Menciptakan struktur organisasional baru dalam tingkat industri. Sebagai contoh, menciptakan atau meruntuhkan monopoli pasar. Beberapa tipe inovasi menurut Sundbo (1998) adalah: 1. Produk atau layanan yang baru 2. Proses produksi yang baru 3. Struktur organisasi yang baru dari sebuah perusahaan 4. Jenis pemasaran yang baru Inovasi dapat terjadi dengan cepat maupun perlahan-lahan. Radical innovation, inovasi yang menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki elemen berbeda yang mampu mengubah keseluruhan sistem yang ada sebelumnya. Incremental innovation, inovasi yang terjadi karena perubahan kecil secara kontinu melalui pengenalan elemen-elemen baru yang sedikit berbeda
dengan elemen lama. Kata kunci yang menghubungkan kedua definisi inovasi di atas adalah baru. Harus ada sesuatu yang baru di dalam inovasi. Pernyataan ini tentu akan menuai kontroversi, sebab terminologi kata baru sangat relatif. Mungkin i-pod merupakan barang lama bagi anda, namun bagi orang desa, i-pod merupakan sesuatu yang baru. Bagi orang Indonesia, minum di Starbuck merupakan sesuatu yang baru (untuk prestise, dll), namun sangat biasa dan hal yang lama bagi orang Amerika, sebab semua lapisan masyarakat mampu membeli kopi Starbuck. Menurut Schumpeter, konsep inovasi harus terikat pada segmen pasar tertentu yang terlibat, sesuatu yang baru bukan bersandar pada konteks geografis atau sektor industri tertentu, melainkan sesuatu yang baru untuk segmen pasar tertentu.
TYPES OF INNOVATION Beberapa tipe inovasi menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 136) adalah: 1. Invention Penciptaan produk, layanan, atau proses baru yang masih dalam tahap angan-angan dan belum pernah ada yang mencoba. Lebih mengutamakan konsep revolusioner bukan evolusioner. 2. Extension Ekspansi atau pengembangan suatu produk, layanan atau proses yang telah ada sebelumnya. Konsep membuat aplikasi berbeda untuk suatu ide yang sama. 3. Duplication Replikasi suatu produk, layanan, atau proses yang sudah ada. Usaha duplikasi yang tidak hanya sekedar copy-paste, melainkan ada sentuhan unsur kreatif seorang entrepreneur untuk meningkatkan atau memperbaiki konsep yang ada demi memenangkan persaingan.
4. Synthesis Kombinasi dari konsep yang ada dengan faktor-faktor baru menjadi sebuah formulasi baru. Hal ini melibatkan ide-ide yang sudah ditemukan terlebih dulu kemudian dilebur menjadi aplikasi yang benar-benar baru. SOURCES OF INNOVATION Beberapa hal yang dapat dijadikan sumber inovasi menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 137) adalah: 1. Unexpected occurrence Inovasi dapat muncul dari kesuksesan atau kegagalan yang belum pernah dihadapi sebelumnya. 2. Incongruities Inovasi muncul ketika ada gap atau perbedaan antara harapan dan kenyataan di lapangan. 3. Process needs Inovasi muncul saat ada keinginan entrepreneur untuk menjawab kebutuhan spesifik konsumen. 4. Industry and market changes Inovasi dapat muncul saat entrepreneur harus menghadapi perubahan dalam pasar (marketplace) yang disebabkan beberapa pengembangan teknologi dalam sebuah industri. 5. Demographic changes Inovasi dapat muncul dari pengamatan akan perubahan tren yang terjadi dalam masyarakat seperti populasi penduduk, usia, pendidikan, pekerjaan, lokasi geografis, dll.
6. Perceptual changes Inovasi dapat muncul dari perubahan persepsi masyarakat akan fakta-fakta dan konsep yang ada. Contohnya orang-orang di kota sekarang lebih sadar akan kesehatan, oleh sebab itu selalu menjaga diri dari makanan yang menggunakan bahan yang berbahaya dll. 7. Knowledge-based concepts Inovasi dapat muncul dari akumulasi pengetahuan yang dimiliki seorang entrepreneur, baik pengetahuan yang dipelajari atau pengetahuan karena pengalaman (learning by doing). Inovasi ini adalah produk dari cara berpikir, metode, dan pengetahuan baru yang terus dikumpulkan.
PRINCIPLES OF INNOVATION Berikut adalah beberapa prinsip inovasi yang harus dilakukan seorang entrepreneur agar berhasil (Kuratko & Hodgetts, 1998: 139). 1. Be action oriented Innovator harus selalu aktif dan mencari ide, peluang, dan sumber inovasi yang baru. 2. Make the product, process, or service simple and understandable Entrepreneur harus memahami dengan baik bagaimana inovasi dapat bekerja. 3. Make the product, process, or service customer based Innovator selalu mengutamakan pelanggan dalam pikirannya setiap waktu. Semakin besar ruang untuk konsumen di hati innovator, semakin besar suatu konsep akan diterima dan digunakan.
4. Start small Innovator tidak harus memulai dan mengembangkan suatu proyek dalam skala besar. Mereka sebaiknya memulai dari yang kecil kemudian mengembangkannya sesuai perencanaan jangka panjang dengan ekpansi yang tepat di waktu yang tepat pula. 5. Aim high Innovator harus menetapkan tujuan keberhasilan yang tinggi dengan mencari ceruk pasar. 6. Try-test-revise Innovator seharusnya mengikuti hukum inovasi yaitu try-test-revise (coba-uji-perbaiki). Hal ini akan mengurangi kegagalan dalam produk, layanan atau proses bisnis. 7. Learn from failure Inovasi tidak memiliki garansi kesuksesan. Lebih penting, kegagalan sering membawa entrepreneur menghasilkan inovasi yang baru. 8. Follow a milestone schedule Setiap innovator seharusnya mengikuti jadwal-jadwal yang dibuat untuk mengindikasi milestone pencapaian. Walaupun kenyataannya suatu proyek dapat berjalan di depan atau di belakang jadwal yang dibuat, namun tetap penting memiliki jadwal sebab berguna untuk perencanaan dan evaluasi proyek. 9. Reward heroic activity Aktivitas berinovasi harus dihargai dan diberi sejumlah penghargaan. Hal ini bertujuan untuk memotivasi orang lain untuk berinovasi.
10. Work, work, work Seorang inovator perlu melakukan pekerjaan nyata, tidak hanya di benak atau anganangan saja. Seorang entrepreneur tidak dapat menjadi inovatif tanpa ada usaha nyata untuk menjalankan setiap ide ‘gila’ yang dimiliki.
INNOVATION PROCESS Secara umum, semua orang akan melakukan inovasi secara sering apabila mereka mempunyai keinginan untuk terus meningkatkan kepuasan pelanggan. Setiap pelanggan ingin membeli produk yang dapat menjadi solusi bagi masalah mereka, selain itu mereka membeli produk yang mudah digunakan, lebih nyaman, dan menguntungkan. Seorang entrepreneur harus terus mencari cara bagaimana mewujudkan semua keinginan pelanggan tersebut tanpa harus merugikan dirinya sendiri. Gorman (2007: 37) memberikan enam langkah agar inovasi suatu produk menjadi berhasil: 1. Idea generation Ide untuk membuat suatu produk yang baru datangnya dari berbagai sumber, anda dapat memulainya dari kebutuhan pelanggan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki masalah dan harus segera dibantu untuk pemecahan masalah. Jadi, untuk mendapatkan ide produk yang bagus, dengarkan pelanggan anda terutama komplain mereka. Lakukan survei kepuasan pelanggan sehingga anda akan mengetahui bagaimana cara pelanggan berpikir. Survei tersebut harus bertanya akan apa yang disuka dan tidak disuka oleh pelanggan. Anda dapat menggunakan e-mail, telepon, interview mengenai masalah, kebutuhan, dan opini pelanggan. Focus group discussion (FGD) dapat dilakukan sekaligus untuk 6-12 pelanggan untuk mendiskusikan kebutuhan dan keinginan mereka, dengan demikian anda dapat mengetahui respon mereka terhadap ide dan konsep produk yang baru.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat membantu anda untuk mendapatkan ide produk dari pelanggan. Pelanggan harus menjawab dengan jujur setiap pertanyaan berikut: -
Bagaimana anda menggunakan produk tersebut? Apa tujuan anda menggunakan produk tersebut?
-
Seberapa sering anda menggunakannya? Apakah tahun ini anda menggunakan produk lebih sering atau lebih jarang daripada tahun lalu?
-
Apa yang sebenarnya anda harapkan dari produk tersebut yang mana sampai sekarang belum anda dapatkan?
-
Bagaimana produk tersebut dapat sesuai dengan gaya hidup anda? Apakah produk tersebut mudah untuk digunakan?
-
Masalah apa saja yang hadapi saat menggunakan produk tersebut? Apa yang paling anda sukai dari produk tersebut?
-
Jika anda dapat mengganti satu hal mengenai produk tersebut, hal apa yang akan ganti? Hasil dari idea generation adalah sebuah konsep produk, layanan, atau proses
bisnis yang baru. 2. Concept testing Dalam uji konsep, anda dapat mendapatkan respon pelanggan sebagai reaksi atas konsep produk. layanan, atau proses yang baru. Uji konsep merupakan riset pasar yang akan mengetahui sikap dan minat beli pelanggan terhadap produk baru. Uji konsep dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: -
Anda dapat mendeskripsikan secara detail konsep produk dan bertanya pada pelanggan sejumlah pertanyaan yang terstruktur mengenai konsep tersebut.
-
Anda dapat menunjukkan secara langsung prototipe produk tersebut, kemudian bertanya pada pelanggan sejumlah pertanyaan mengenai prototipe produk tersebut.
Sejumlah pertanyaan yang dapat anda lontarkan pada pelanggan adalah: -
Apakah anda memahami dengan baik produk ini?
-
Apakah produk ini dapat memecahkan masalah yang selama ini anda hadapi?
-
Seberapa sering anda akan menggunakan produk ini?
-
Produk lain apa yang anda rasa sebagai kompetitor bagi produk ini? Hasil dari concept testing adalah konsep yang matang dan siap untuk dibuat
secara massal. 3. Design and Build the Product or Service Sesuatu yang perlu anda pertimbangkan adalah berapa biaya dan waktu yang anda butuhkan untuk memproduksi ide inovatif anda menjadi produk atau layanan yang nyata. Selain itu anda juga perlu memikirkan bagaimana anda cara anda menjual, mengirim, dan memberikan after sales service bagi pelanggan yang membeli produk anda. Pertimbangan lainnya adalah peralatan, karyawan, gudang penyimpanan, permodalan, lokasi penjualan. Hasil dari langkah ketiga adalah prototype produk atau layanan yang sudah final, tidak seperti prototype pada langkah kedua. 4. Product testing Prototipe produk atau layanan yang sudah final, harus diuji secara nyata pada pelanggan dalam jumlah banyak (pada langkah kedua, uji prototype hanya pada sedikit pelanggan). Beberapa pertanyaan yang dapat anda lontarkan setelah pelanggan tersebut menggunakan produk anda adalah: -
Design: apakah anda melihat cacat desain yang dapat mempengaruhi kekuatan, ketahanan, kinerja produk tersebut?
-
Instruction: apakah anda tidak kesulitan untuk menggunakan produk tersebut?
-
Performance: apakah produk tersebut dapat bekerja sesuai dengan apa yang anda harapkan?
-
Usage: apakah anda menggunakan produk tersebut sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan? Hasil dari product testing adalah revisi atau perbaikan final prototype produk atau
layanan. Setelah perbaikan dilakukan, prototype tersebut dapat diproduksi secara massal dan siap untuk dipasarkan. 5. Product launch Peluncuran produk atau layanan baru dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam strategi komunikasi pemasaran. Diantaranya adalah personal selling, periklanan, promosi, public relation, dan direct marketing (akan dibahas tersendiri dalam modul basic marketing).
Dalam usaha melakukan inovasi produk dan layanan, perusahaan harus memandang inovasi sebagai kegiatan perubahan seluruh sistem dan elemen bisnis yang ada, hal ini dapat mencegah agar inovasi yang diinginkan tidak terjadi secara parsial. Berikut adalah permasalahan yang akan terjadi jika inovasi hanya berkaitan dengan sebagian elemen bisnis: (Bessant & Tidd, 2007: 17) Jika inovasi hanya dipandang sebagai…..
…..maka hasilnya akan menjadi…..
Kapabilitas yang kuat dari R&D department, Teknologi yang terlalu canggih sehingga tidak tanpa didukung informasi dari departemen lain, dapat diterima dan gagal menjawab kebutuhan seperti pemasaran, penjualan, dll.
pengguna
Menjawab kebutuhan pelanggan terlebih dulu, Kekurangan akan kemajuan teknis, gagal setelah itu baru dipikirkan produk apa yang mencapai keunggulan kompetitif sesuai Terobosan sesaat, tidak ada kelanjutannya Potensi
terjadinya
incremental
innovation
setelah itu
menjadi tidak mungkin
Keinginan salah seorang tokoh kunci dalam Gagal meningkatkan kreativitas karyawan lain, perusahaan
tidak berani mengemukakan ide
MANAGING INNOVATION Inovasi perlu dikelola dengan baik, sebab tanpa pengelolaan, inovasi yang anda lakukan sifatnya hanya sementara, tidak berkelanjutan. Berikut beberapa saran dari Bessant & Tidd (2007: 10) untuk mengelola inovasi. 1. Generating new ideas Menemukan suatu ide dapat dimulai dari kegiatan merenung untuk mencari inspirasi. Dapat juga dilakukan dengan cara pergi ke lokasi transaksi antara penjual dan pembeli. Ide akan muncul saat anda berusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di sana. Menemukan dan mengenali (menemu-kenali) masalah memerlukan proses, anda dapat berpura-pura menjadi pembeli untuk mengamati sesuatu hal yang mungkin dapat ditingkatkan efisiensinya. 2. Selecting the best of these sounds simple enough Anda tidak akan mengetahui manakah yang terbaik dari beberapa pilihan inovasi yang ada sampai anda mencoba ide tersebut satu per satu secara nyata. Inovasi dipenuhi dengan ketidakpastian dan pertanyaan yang tidak mungkin anda ketahui selain anda berani memulai untuk mengembangkannya. 3. Implementing the new idea Membuat ide yang ada pikiran menjadi produk atau layanan yang nyata. Proses ini sangat panjang dan melelahkan. Bagian ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam subtopik designing and testing innovative products.
HOW CREATIVE ARE YOU? Kuesioner berikut mampu mengukur seberapa kreatif diri anda. Oleh sebab itu, lengkapilah kuesioner berikut dengan menjawabnya secara jujur. Hitunglah skor nilai dengan mengacu pada petunjuk nilai di bagian bawah kuesioner (Bessant & Tidd, 2007: 66-67). Jawablah setiap pertanyaan berikut ini dengan cara melingkari pilihan Yes (Y) atau No (N). 1. Apakah anda selalu mencari ide-ide yang baru setiap saat? ( Y / N ) 2. Apakah anda bosan melakukan suatu hal dengan cara lama? ( Y / N ) 3. Apakah anda puas saat berhasil membuat kemajuan? ( Y / N ) 4. Apakah anda takut untuk membuat kesalahan? ( Y / N ) 5. Apakah anda khawatir dilihat bodoh oleh orang lain? ( Y / N ) 6. Apakah anda suka bekerja dengan ide-ide baru? ( Y / N ) 7. Apakah anda suka menolak kritikan orang lain atas ide anda? ( Y / N ) 8. Apakah anda menerima ide orang lain? ( Y / N ) 9. Apakah anda suka menyelesaikan masalah dengan cara lama? ( Y / N ) 10. Apakah anda mudah menyerah saat mulai menghadapi masalah? ( Y / N ) 11. Apakah anda ragu untuk bertindak karena merasa kurang mampu? ( Y / N ) 12. Apakah kita harus tetap menghargai cara-cara yang lama dalam melakukan suatu hal? (Y/N) 13. Apakah anda lebih suka kehidupan yang tenang daripada kehidupan yang penuh tantangan? ( Y / N ) 14. Apakah anda takut dengan situasi baru yang tidak dapat dipastikan akibatnya? ( Y / N ) 15. Apakah anda tidak percaya dengan intuisi anda sendiri? ( Y / N ) 16. Apakah anda merasa kesulitan untuk menerima kekacauan dan kebingungan yang terjadi? (Y/N) 17. Apakah anda membeci sesuatu yang kompleks dan rumit? ( Y / N ) 18. Apakah anda lebih takut dilihat orang daripada malu dilihat orang? ( Y / N ) 19. Apakah anda enggan untuk mengekspresikan pendapat? ( Y / N )
20. Apakah anda takut pendapat anda nantinya dipermalukan orang lain? ( Y / N ) 21. Apakah anda mudah dijatuhkan dengan kritik yang keras dari orang lain? ( Y / N ) 22. Apakah anda memiliki kesulitan untuk berpikir secara luas dan menyeluruh terhadap suatu masalah? ( Y / N ) 23. Apakah anda dapat dengan cepat menyimpulkan penyebab suatu ide tidak dapat berjalan dengan baik? ( Y / N ) 24. Apakah anda menetapkan bagi diri sendiri tujuan inovasi spesifik apa yang harus dicapai? (Y/N) 25. Apakah anda selalu mengikuti perkembangan ide-ide baru yang sesuai dengan bidang anda? ( Y / N )
JAWABAN Berikan satu poin untuk skor nilai jika anda memilih jawaban Yes (Y) untuk pertanyaan nomor 1,2,3,6,8,9,24,25 Berikan satu poin untuk skor nilai jika anda memilih jawaban No (N) untuk pertanyaan nomor 4,5,7,10-23 Total Skor Nilai (tingkat kreativitas) Lebih dari 20 = Tingkat kreativitas yang tinggi 15 – 19
= Di atas rata-rata
11 – 14
= Rata-rata
7 – 10
= Di bawah rata-rata
Kurang dari 7 = Tingkat kreativitas yang rendah
DAFTAR PUSTAKA Bessant, J., & Tidd, J. (2007). Innovation and Entrepreneurship. Chichester: John Wiley. Gorman, T. (2007). Innovation. Massachusetts: Adams Media. Kuratko, D. F., & Hodgetts, R. M. (1998). Entrepreneurship: a Contemporary Approach. Orlando: The Dryden Press. Ma, H., & Tan, J. (2006). Key Components and Implications of Entrepreneurship: A 4-P Framework. Journal of Business Venturing , 21 (5), 704-725. McGrath, R. G., & MacMillan, I. (2000). The Entrepreneurial Mindset: Strategies for Continuously Creating Opportunity in an Age of Uncertainty. Boston: Harvard Business School Press. Sundbo, J. (1998). The Theory of Innovation: Entrepreneurs, Technology, and Strategy . Cheltenham: Edward Elgar. Tanan, A., Isti, Margiman, & Yang, F. The 7 Principles of Entrepreneurship Base Learning Ciputra Way. Tim Kurikulum UCEC.