CHAPTER 1
Entrepreneurial Mindset Saya bahagia berada dengan anda hari, namun saya ingin menyampaikan dulu Salam Entrepreneur. Hari ini kita berbicara tentang Entrepreneur. Maka untuk Entrepreneur Onliners, saya sampaikan Salam Entrepreneur. Baiklah, pada waktu yang lalu saya telah menyinggung tentang sukses seseorang. Dalam hal ini dalam bidang bisnis. Yaitu Integritas, Profesionalisme, dan Entrepreneurship. Integritas itu apa? Soal integritas, semua sudah tahu. Buat saya adalah, saya sebutlah mulai dengan ABJ. Yaitu Adil, Benar dan Jujur. Untuk karyawan kita maupun kawan-kawan kita, terutama untuk pelaku bisnis, kita harus adil. Kita harus melakukan sesuatu yang disukai pelanggan kita, oleh partner kita dan apa yang kita kehendaki. Jadi namanya Adil. Kita harus lakukan yang benar, janganlah sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak berkenan kita lakukan untuk orang lain. Harus benar dan harus berpikir yang benar, bertindak yang benar, dan tentu Jujur. Ini inti daripada Integritas. Yang seharusnya integritas tersebut kita telah pelajari di sekolah-sekolah, dari orang tua kita, terutama orang tua itu mengajarkan integritas. Nah, dalam bisnis maupun dalam bidang kehidupan setiap hari integritas menjadi dasar daripada usaha kita. Kemudian profesionalisme, profesionalisme kita itu harus pintar, kita mengerti tentang teknik, kita harus ahli. Jadi kalau tanpa kita ahli dibidang kita dan kita bodoh, maka tentu kita tidak akan berhasil. Kemudian kita harus disiplin, harus disiplin. Semua janji kita harus penuhi. Profesionalisme harus disiplin. Harus punya sistem. Banyak sekali orang tidak punya sistem. Kita seringkali melakukan sesuatu berulang-ulang salah melulu dan tidak tepat. Jadi, kita harus ada sistem. Jadi kita harus pintar disiplin sistem. Dan kita kita harus bekerja keras, rajin. Inilah untuk menjadi berhasil. Entrepreneruship ialah kita harus punya wawasan. Wawasan yang luas. Punya vision yang luas. Bahkan ada orang mengatakan yang paling sukar ialah wawasan. Wawasan itu bukan hanya tentang materials, tapi mengenai waktu. Menaksir apa yang terjadi di masa depan. Bahkan kita harus bagaimana kita membeli sesuatu barang kita bayar sekarang tapi kemudian harganya akan meloncat sekian kali. Nah, itu wawasan.
Wawasan juga kita perlukan untuk memilih suatu bisnis. Kita harus mempunyai wawasn bisnis itu punya future atau tidak. Kita harus menentukan wawasan itu dapat kita jadikan bisnis? Apakah suatu barang merupakan sunset policy? Sunset policy jangan anda masukkan investasi anda mengenai sunset policy. Anda harus mempunyai wawasan tentang bisnis di Indonesia ini apa yang paling tepat anda masuki? Apakah dalam bidang pertambangan? Apakah perikanan? Apakah perumahan? Apakah dalam bidang komoditis? Apakah dalam bidang konsumsi? Apakah kuliner? Dan sebagainya. Nah, ini luar biasa tentang wawasan ini. Tidak gampang. Mungkin salah satu yang paling sulit. Nah, ini mengenai wawasan. Sehingga untuk dua puluh tahun yang lalu kami telah ambil keputusan untuk investasi untuk jalan Dr. Satrio ini. Dua puluh tahun yang lalu kami melihat Dr. Satrio ini adalah mempunyai potensi untuk menjadikan shopping street dan menjdai tourism street. Dan cita-cita kami supaya Jakarta ada shopping street sudah timbul lima puluh tahun yang lalu pada kami pertama kali pergi ke Jepang kami melihat Ginza street kemudian kami diperkuat kami melihat Saint de Alice di Paris calon shopping street yang hebat sekali. Kemudian Orchard Road di Singapura menjadi jalan tourism dan shopping street yang hebat sekali. Dan tiap kota. Di Beijing ada, di Sydney ada, di Los Angeles ada, di New York ada, semua mereka punya tourism dan shopping street. Nah, dua puluh tahun yang lalu kami melakukan investasi mulai beli tanah. Keputusan kita, wawasan kita membangun di Jalan Dr. Satrio ini, investasi. Ini ada baru Ciputra World 1, ada Ciputra World 2 sana sedang dibangun dan kemudian seberang jalan Ciputra World 3. Itu merupakan suatu wawasan dan kita melakukan inovasi super blok seperti ini. Di tiap Ciputra World itu ada Uniqueness. Ciputra World 1 apa uniqueness yang tidak lain sampai dia super bloks terdiri daripada tujuh-delapan fungsi. Yang pertama kali di shopping mall itu ada Artpreneur Center. Nah, kata Artpreneur Center itu kami kami yang ciptakan Artpreneur Center. Terdiri dari apa? Pertama ialah Art Gallery. Kedua, Art Show atau Exhibition Gallery. Ketiga, ada museum dan ada teater. Jadi, pertama kali di Indonesia dan jarang di dunia. Orang datang ke mall sekaligus datang ke Art Center, Artpreneur Center dan sebagainya. Di sini juga ada kantor, ada hotel, ada kondominium, ada service apartment, dan lain-lain. Jadi bahkan disini juga ada juga medical center dan lain-lain. Jadi sekaligus dia entertainment, dia berbelanja, dia berobat, dia menginap, dia mengecap tentang seni. Demikian seni itu dapat berkembang. Jadi anda harus punya wawasan. Baru anda harus punya kreatifitas. Ya, kreatif, anda harus melakukan sesuatu yang bermanfaat. Anda harus menciptakan sesuatu yang baru. Dan juga demikian juga inovasi. Bagaimana anda harus merubah sesuatu yang orang lain tidak mampu.
Anda lakukan hal tersebut. Jadi itulah kunci entrepreneurship. Bagaimana anda harus mempunyai kemampuan untuk merubah sampah menjadi emas. Atau sesuatu yang tidak berharga menjadi berharga. Begitu banyak contoh-contoh yang tidak berharga menjadi berharga. Kami sendiri contoh misalnya kami membangun Ancol. Kalau kami itu bagaimana yang rawarawa menjadi pusat rekreasi dan pariwisata paling hebat di Indonesia bahkan Asia Tenggara yuang penjunjungnya lima belas juta per tahun. Sampai entrepreneurship adalah keberanian mengambil resiko. Nah, keberanian mengambil resiko tersebut. Demikian juga kami telah membangun Jaya Group, Metropolitan Group, Ciputra group, ratusan project dengan penuh keberanian. Dan semua tanpa modal. Modal adalah, modal itu Entrepreneurship. Jadi, betapa penting entrepreneurship tersebut. Yaitu berani mengambil resiko. Ya, itulah. Hari ini kami berbicara tentang kepada para onliners tentang integritas, profesionalisme dan entrepreneurship. Kami harapkan contoh-contoh yang kami berikan bisa menggugah para onliners supaya benar-benar anda bisa menjadi entrepreneur yang sejati dan semua ini dimulai dengan modal yang cetek sekali. Kami waktu mulai tahun enam puluh satu, tanpa uang satu sen pun. Sepuluh tahun kemudian kami mulai dengan Metropolitan Group. Kemudian sepuluh tahun kemudian kami mulai dengan keluarga kami. Ya, dan kemudian kami seperti sekarang sudah berkembang dan semua itu karena entrepreneurship disamping dasarnya adalah integritas dan profesionalisme. Dan semua karena berkat Tuhan, kami mampu memiliki integritas, profesionalisme, dan entrepreneurship. Semua karena berkat Tuhan kepada kami. UC Onliners, saya bahagia sekali. Karena ini merupakan panggilan buat saya untuk menjadikan Negara Indonesia menjadi Negara Entrepreneur. Pada waktu yang lalu saya menyinggung tentang sebuah sajak yang saya karang. Punya mata tetapi tidak melihat. Walaupun melihat, tetapi tidak berkesan. Walaupun berkesan tetapi tidak ada action. Walaupun action tetapi tidak berentrepreneur. Walaupun berentrepreneur ternyata gagal. Namun walaupun gagal, kita bangkit. Gagal sepuluh kali, kita bangkit sebelas kali. Ini menggambarkan suatu proses entrepreneurship. Dari kita melihat sampai kita implementasi. Ini penting sekali. Kalau kita tidak mengikuti proses tersebut, misalnya bagian pertama ada yang melihat tetapi tidak berpikir. Maksudnya begini, kita tidak berpikir, berarti kita tidak memakai otak. Sebab
otak itu untuk berpikir. Banyak sekali kita hanya memakai perasaan. Tapi itu tidak cukup. Perasaan itu penting. Tapi itu tidak cukup. Kita rasa dengan otak. Kita harus putar otak supaya apa yang kita lihat itu menjadi berguna, mencapai target yang telah kita letakkan. Seperti misalnya begini. Saya melihat satu bidang tanah. O, bidang tanah ini bagus. Tetapi kita tidak berpikir bahwa bidang tanah itu harus dimanfaatkan. Lantas kita berpikir. Wah, tanah ini seperti itu, susah kita manfaatkan. Jadi kita tidak berpikir padahal atau kita melihat tanah itu penuh dengan gubug-gubug. Penuh dengan penghuni liar. Tapi kita tidak tahu bahwa di belakang tanah itu ada jalan yang bisa dibangun. Nah, kalau jalan itu bisa di bangun, letak tanah ini yang tadi melalui jalan lama sepuluh kilometer padahal dari situ itu langsung, hanya cukup 500 meter. Jadi kita sudah a-priori (mengambil deduksi/kesimpulan) tanah ini terlalu jauh, tanah ini penuh dengan rumah liar. Wah, ini kita nggak tahu pemiliknya di mana. Bahkan kita lihat, wah, rumah ini tempat membuang sampah. Padahal jauh dari kota karena kita harus muter-muter. Nah itu berarti kita harus melihat selalu dengan berpikir. Tanpa berpikir, kita akan selalu merasa susah, berpikir negatif. Kita harus berpikir dengan kata lain positif untuk kita eksplor kemungkinan-kemungkinan yang ada. Itu yang terjadi pada diri kami. Jadi, melihat dengan memakai otak, memakai perasaan, memakai hati, dan seterusnya. Jadi, kita harus melihat dari kaca seorang entrepreneur yaitu ingin merubah dari yang tidak berharga menjadi berharga. Dari sampah menjadi emas. Jadi mindset kita, kita sudah letakkan ke sana. Bahwa saya ingin mempunyai prestasi. Dari yang tidak ada menjadi ada, dari sampah menjadi emas. Itulah prinsipnya daripada entrepreneur. Penjelasan saya, keterangan saya tentang entrepreneurship, nanti akan bersambung berikutnya. Salam Entrepreneur. Dr. (H.C.) Ir. Ciputra, Founder and CEO di Ciputra Group
Saya ingin mengajak anda semua memahami lebih jauh apa yang dimaksud oleh Pak Ciputra dari puisinya dia, juga dari apa yang dia ceritakan tentang IPE (Integritas, Profesional, Entrepreneurship). Apa yang akan saya bagikan kepada anda semua, berdasarkan pengalaman saya bekerja di Ciputra Group selama 25 tahun ini. Bapak Ibu sekalin UC Onliners, saya akan memulai dengan IPE. Sekitar 2 tahun yang lalu ketika Pak Ciputra berusia 80 tahun, beliau memikirkan dengan sangat serius, kalo beliau menyarikan semua kesuksesan beliau, kata apa yang bisa mewakili? Apa saja yang menjadi intisari rahasia keberhasilannya?
Kemudian setelah memulai perenungan yang dalam untuk beliau, Pak Ciputra menyampaikan, ada 3 kata. Itulah yang beliau katakan sebagai IPE atau Integritas, Profesionalisme, dan Entrepreneurship. Dan sejak 2 tahun yang lalu itu, IPE menjadi budaya kerja dari Ciputra Group. Pak Ciputra ingin IPE menjadi bekal bagi kami semua di Ciputra Group untuk terus menumbuhkan usaha lebih besar lagi, memberikan manfaat lebih besar lagi untuk masyarakat. Baik Ibu Bapak sekalian. Itu tadi sedikit tentang IPE. Sekarang saya akan memulai dengan puisi yang beliau sampaikan. Ijinkan saya untuk mengucapkan kembali kalimat-kalimatnya dari puisi ini. Puisi ini judulnya Sang Entrepreneur. Yang menurut Pak Ciputra inilah hasil dari pemikiran dan perenungan beliau tentang proses yang terjadi dalam diri beliau dan sudah terjadi puluhan tahun, dan dia coba sarikan dalam sebuah puisi yang beliau karang sendiri, dan beliau sampaikan di publik, dan menjadi sebuah pembelajaran bagi yang lain. Bunyi puisinya seperti ini:
Sang Entrepreneur Ada yang melihat, namun tidak berpikir. Ada yang berpikir, namun tidak mengerti Ada yang mengerti, namun tidak berkesan Ada yang berkesan, namun tidak beraksi Ada yang beraksi, namun tidak berentrepreneur Ada yang berentrepreneur, namun tidak berhasil Entrepreneur sejati, gagal 10 kali, bangkit 11 kali Puisi berisi kata-kata penuh makna yang singkat dan padat. Perlu direnungkan untuk memahami lebih jauh. Dari barangkali perlu dijelaskan. Dan tentu saya ingin berbagi kepada anda semua berdasarkan pengalaman saya bersama beliau, bersama Pak Ciputra selama 25 tahun terakhir ini. Saya menjadi saksi mata dari sepak terjang beliau. Bagaimana dia mengembangkan usaha Ciputra Group, dari dulu kecil, sekarang besar. Beliau berhasil melipatgandakan usahanya dengan kemampuan Entrepreneurship-nya. Bapak Ibu sekalian, memang beliau ini seorang yang unik, pandai, kreatif, dan sangat entrepreneurial. Barangkali puisi ini pun tidak mampu secara seluruhnya menjelaskan apa yang ada di kepalanya. Terlalu banyak hal yang ada di kepalanya. Namun demikian, saya mencoba menyampaikannya kepada anda berdasarkan pengalaman selama saya bekerja bersama beliau juga dari kata-kata kunci yang dia ungkapkan di dalam kalimatkalimat yang baru saja disampaikan kepada anda semua.
Baik, mari kita mulai dengan larik yang pertama yang mengatakan, ada yang melihat, namun tidak berpikir”. Apa artinya ini? UC Onliners, membaca larik pertama dari puisi ini, saya teringat kepada sebuah pengalaman ketika beliau memberikan sebuah ceramah di sebuah seminar. Beliau mengajak peserta untuk memikirkan seekor ayam. Beliau bertanya seperti ini: “kalau anda melihat gambar ayam, atau kalau anda melihat ayam, apa yang terpikir di kepala?”. Sambil bercanda beliau mengatakan “ Ya, paling tidak ada tiga kemungkinan. Pertama ketika orang melihat ayam, dia berpikir, ini bisa dimasak apa? Yang kedua berpikir, Wah, ayam ini, kalo dibisniskan, bisa jadi bisnis apa? Bagaimana dilipat gandakan? Atau yang ketiga (sembari beliau tertawa, tentu ini lelucon) ada yang berpikir kalau lihat ayam bagaimana cara mencurinya?” Nah, Bapak Ibu UC onliners, yang ingin disampaikan oleh Pak Ciputra bahwa kita barangkali memiliki pengalaman kehidupan yang sama. Tetapi apa yang ada di kepala kita bisa berbeda-beda. Dan Entrepreneur memiliki sebuah cara pandang tertentu sebuah mindset tertentu terhadap kehidupan. Mereka melihat dari kaca mata peluang. UC Onliners, sekarang kita berpikir, kalau ingin memiliki pola pikir atau mindsetnya Entrepreneur, apa saja yang harus ada dalam diri kita? Dari pengalaman saya bersama dengan beliau, saya ingin menyimpulkan ada tiga hal. Yang pertama adalah Passion atau Hasrat. Yang kedua, Vision atau Visi. Dan yang ketiga adalah wawasan yang luas. Baik, saya akan mulai dengan yang pertama. Passion atau Hasrat. Hasrat yang besar untuk jadi Entrepreneur. Saya ingin mendefinisikan hasrat adalah sebuah keinginan yang begitu besar. Dan ketika kita melakukannya, kita tidak bisa membeda-bedakan lagi apakah ini pekerjaan? Apakah ini bermain? Apakah ini sebuah karya sosial? Semua berbaur. Batas-batasnya seakan hilang karena kita begitu senang. Begitu semangat melakukannya. Saya ingin jelaskan dengan sebuah pengalaman saya bersama dengan beliau, dengan Pak Ciputra. Dalam sebuah seminar, beliau pernah mengatakan seperti ini: kalo kalian ingin sukses, kalian harus punya keinginan tiga kali. Tidak cukup satu kali. UC Onliners, saya akan coba jelaskan. Apa yang dimaksud ingin tiga kali. Bukan ingin satu kali, bukan ingin dua kali. Seandainya suatu kali anda ingin nonton film. Anda mau berangkat, eh, hujan. Kalau keinginan anda hanya satu kali, anda tidak jadi berangkat. Tapi kalau keinginan and dua kali, anda mungkin cari payung. Anda berupaya untuk tetap bisa berangkat ke bioskop. Bayangkan anda sudah keinginannya dua kali. Sampai di bioskop, karcisnya habis. Kalau keinginan anda hanya dua kali, anda akan pulang. Tapi, kalau keinginan anda tiga kali, anda akan berusaha, akan tunggu sampai pertunjukan berikutnya. Jika perlu, barangkali anda melakukan negosiasi kepada orang yang sudah memiliki tiket sebelumnya dengan mengatakan “Dek, Adek bisa beli tiket
lagi nanti malam, bagaimana kalau tiket anda saya beli dengan harga yang lebih baik?”. Kita akan melakukan berbagai hal kalau keinginannya tiga kali. Nah, Pak Ciputra mengatakan, “Ingin menjadi Entrepreneur yang sukses. Anda harus memiliki keinginan tiga kali. Begitu kuat. Untuk jadi Entrepreneur yang sukses”. UC Onliners, sekarang yang kedua. Vision atau Visi. Apa itu Visi? Menurut kami, visi adalah impian masa depan. Gambaran masa depan yang ingin kita capai. Yang sangat kita inginkan. Yang menggelora jiwa kita. Yang membuat kita sangat termotivasi karena kita ingin mencapainya. Gambaran itu harus cukup jelas supaya memotivasi kita semua. Saya akan ceritakan kembali pengalaman saya dengan Pak Ciputra. Suatu kali saya menemani beliau untuk berbicara di depan karyawan. Dan beliau mengatakan kalimat ini di depan karyawwan-karyawannya. “Kita sebagai developer, kita tidak membangun perumahan tetapi membangun kehidupan”. Beliau menempatkan visi yang jauh lebih besar daripada sekedar bangunan rumah. Tapi ingin melihat kehidupan yang menjadi lebih baik. Oleh karena itu kami di perusahaan Ciputra Group kami berusaha membangun tidak hanya sekedar rumah tapi membangun suasana, membangun fasilitas, hospital, rumah sakit, pendidikan, dan berbagai hal, supaya kehidupan yang akan dibangun, bukan sekedar rumah. Membangun kehidupan bukanlah lebih menantang daripada membangun sekedar rumah? Saya juga teringat suatu kali saya menemani beliau membuka salah satu sekolah kami. Kami sengaja mengembangkan sekolah-sekolah bertemakan Entrepreneurship di kompleks-kompleks perumahan kami. Pak Ciputra memberikan sambutan dengan memberikan kalimat ini, “Saya membangun sekolah ini, perumahan ini untuk mereka”. Siapa yang dimaksud mereka? Yaitu anak-anak itu. Anak-anak yang masih muda. Saya menyimpulkan begini: Beliau memliki pandangan yang jauh ke depan. Tidak sekedar rumah, tetapi bahkan generasi yang berikutnya dia pikirkan. Itu yang menjadi visi. Dan dari visi yang besar itulah berbagai hal yang baru, hal-hal yang inovasi itu dipikirkan supaya kehidupan menjadi lebih baik. Saya meberikan contoh yang lain. Ketika beliau sekitar tujuh tahun yang lalu hendak memulai gerakan entrepreneurship di Indonesia, yaitu ingin menyebarkan semangat dan kecakapan Entrepreneurship ke Indonesia, beliau berkeliling ke berbagai tempat di Indonesia, bertemu dengan berbagai pihak untuk meyakinkan masyarakat, meyakinkan pemerintah betapa pentingnya Entrepreneurship. Suatu kali ketika dalam sebuah pertemuan dengan pada penyidik di kota Medan, beliau menyampaikan visinya. Kembali dalam bentuk puisi. Judulnya, “I Have A Dream”. Dalam puisi ini terkandung visi beliau. Sebuah impian yang indah untuk masa depan bagaimana nanti Entrepreneurship bisa membuat kita semua, Indonesia menjadi lebih baik. Saya ingin sampaikan kepada anda puisinya seperti ini: I Have A Dream
Saya memimpikan, dua puluh tahun lagi, akan terlahir empat juta Entrepreneur baru di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Dari Pesisir sampai Pegunungan. Dari desa sampai kota-kota besar. Anak Petani, anak nelayan, anak guru, anak buruh, Anak pegawai negeri, anak polisi, anak tentara, menjadi Entrepreneur Itu visi yang akhirnya menjadi dasar daripada Yayasan Ciputra Entrepreneur atau Universitas Ciputra Entrepreneurship Center di dalam upaya kami menyebarkan Entrepreneurship ke seluruh pelosok tanah air, ke berbagai macam kelompok masyarakat, supaya pada masa yang akan datang lebih banyak Entrepreneur akan ikut serta membangun Indonesia. Contoh yang berikutnya. Sejak tiga tahun yang lalu kami memulai pelatihan pemberdayaan Entrepreneurship untuk TKI Hongkong, di Singapore, kami juga pernah ke Malaysia dan kami juga pernah ke Korea Selatan. Ketika kami bertanya kepada beliau, apa visi Pak Ciputra dengan memberdayakan TKI, Tenaga Migran kita untuk mampu berentrepreneur? Beliau berkata kalimat ini, “saya mendambakan, suatu kali salah satu dari mereka, beberapa dari mereka, atau sekelompok dari mereka akan menjadi pengusaha nasional di Indonesia. Mereka bisa membuka usaha. Melipatgandakan sehingga pantas disebut sebagai pengusaha nasional”. Itulah visi, bukankah visi seperti itu membuat kita bersemangat dalam bekerja. Menggelorakan jiwa kita memotivasi diri kita di dalam bekerja karena kita tahu sedang melakukan visi yang sangat bernilai dan bermanfaat. UC Onliners, sekarang kita masuk ke faktor yang ketiga yang beliau sebut sebagai wawasan. Pak Ciputra mengatakan, tidak cukup bahwa kita memiliki hanya wawasan bisnis. Kita juga harus tahu apa yang terjadi di industri. Harus paham apa yang terjadi di perekonomian kita. Harus paham apa yang terjadi secara sosial dan politik. Itu semua yang membuat wawasan kita makin luas dan makin dalam. Apa gunanya? Beliau mengatakan supaya kita bisa memahami tren. Karena Entrepreneur bisa memanfaatkan tren yang akan terjadi untuk menciptakan peluang yang baru. Atau bahasa kami sebagai pengembang, kami berpikir bagaimana kita bisa membeli produk yang akan datang, barang yang akan datang dengan harga sekarang. Untuk bisa memahami itu, harus punya wawasan yang luas, wawasan yang dalam sedemikian rupa sehingga kita paham tren apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. UC Onliners, kita bersama kembali melihat larik yang pertama dari sajaknya Pak Ciputra yang mengatakan melihat, tapi tidak berpikir. Tentu sekarang kita ingin melihat dengan berpikir. Apa yang dipikirkan? Pak Ciputra sendiri mengatakan, seorang Entrepreneur berpikir bagaimana cara mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Jadi, pola pikir Entrepreneur adalah yang haus akan peluang. Selalu mencari atau bahkan menciptakan peluang yang baru
untuk mengubah yang tidak berharga menjadi berharga. Yang dibuang menjadi sangat bernilai. Atau dalam bahasa Pak Ciputra, mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Nah untuk kita bisa selalu memiliki pikiran seperti itu, apa yang harus dimiliki? Ada tiga hal. Yang pertama adalah hasrat yang besar, keinginan yang besar untuk jadi Entrepreneur yang berinovasi. Yang kedua, mengembangkan visi yang besar. Pak Ciputra memberikan contoh bukan sekedar membangun perumahan, tapi ingin membangun kehidupan. Dia berpikir bahwa perusahaannya bukan sekedar berguna untuk pelanggannya, tapi juga berguna untuk masyarakat. Yaitu dengan mengembangkan Entrepreneurship. Ada visi yang besar yang menggelorakan dan membangun semangat. Dan yang ketiga yang dia katakan sesuatu yang sulit, yaitu memliki wawasan yang luas. Nah, untuk itu kita harus belajar terus menerus. Saya ulangi kembali UC Onliners. Haus akan peluang untuk mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas dan itu semua di dukung oleh hasrat yang besar menjadi Entrepereneur, visi yang besar, dan wawasan yang luas. Demikian penjelasan saya UC Onliners tentang sebuah larik dari puisinya Pak Ciputra dengan judul Sang Entrepreneur. Dan larik yang baru kita bahas tadi adalah ada yang melihat namun tidak berpikir. Salam Entrepreneur. Antonius Tanan, Direktur Senior Grup Ciputra
Pada kesempatan Entrepreneuship Ciputra Way kali ini, kita akan membahas sebuah karya original dari founder kita yaitu Bapak Ciputra. Sebuah puisi tujuh bait dengan judul Sang Entrepreneur. Demikian puisinya: Ada yang melihat, namun tidak berpikir Ada yang berpikir, namun tidak mengerti Ada yang mengerti, namun tidak berkesan Ada yang berkesan, namun tidak beraksi Ada yang beraksi, namun tidak berentrepreneur Ada yang berentrepreneur, namun tidak berhasil Entrepreneur sejati, gagal 10 kali, namun bangkit 11 kali UC Onliners, puisi 7 bait Sang Entrepreneur memberikan pembelajaran kepada kita tentang bagaimana karakter Entrepreneur itu seharusnya dibangun. Ya, saya menyebut sebagai “bangun”, karena kami di Universitas Ciputra telah yakin bahwa karakter Entrepreneur tidak hanya mengenai sebuah bakat atau semata-mata karena lahir, namun karakter Entrepreneur lebih dikarenakan karena proses pembelajaran dan pelatihan.
Pada empat bait pertama, kita dapat mendengarkan bahwa seorang Entrepreneur harus memiliki, pertama passion yang kuat terhadap apa yang digeluti. Yang kedua, bait kedua, seorang entrepreneur juga harus mampu menciptakan peluang. Pada bait ketiga, kita belajar bahwa sang entrepreneur harus mampu untuk berpikir secara kreatif dan inovatif. Dari bait yang keempat, kita belajar bahwa hal-hal tersebut tidak berhenti pada sikap dan pikir, tapi harus masuk pada pola aksi kita, pola tindak kita bahwa apa yang ada harus berani dilakukan aksi dengan segala perhitungan dan konsekuensinya. Pada bait lima, enam, dan tujuh, kita bisa belajar bahwa seorang entrepreneur harus membangun kemampuan entrepreneur leadership. Bagaimana dia mengarahkan diri maupun organisasi untuk tujuan entrepreneurialnya. Yang keenam, bagaimana seorang entrepreneur bersikap dalam menghadapi kegagalan. Kita semua tahu, bahwa untuk menjadi sukses, tidak mungkin prosesnya instan. Banyak histori kegagalan yang pasti seorang entrepreneur lalui. Jangan patah semangat. Jangan mudah menyerah. Dan yang terakhir bait ke tujuh. Kita belajar bahwa dengan kegagalan atau kesuksesan yang tertunda, kita harus terus bertekun dan berusaha walau mengalami tantangan. UC Onliners, sebuah contoh nyata akan lebih mudah bagi kita untuk memahami puisi tujuh bait Sang Entrepreneur. Adalah Buana Perkasa Putra. Alumni mahasiswa Universitas Ciputra angkatan 2006 jurusan IBM (Internasional Business Management). Saat ini dia mengelola bisnis dia Savecare, perusahaan minyak angin yang telah dua tahun berturut-turut meraih Top Brand. Dan omsetnya saat ini sudah mencapai puluhan miliyar. Pada awal cerita dia memulai bisnis minyak angin ini, dia melihat bagaimana perbedaan penggunaan minyak angin dengan penggunaan deodorant. Kita lihat, untuk minyak angin tradisional harus dibuka, dituang, dan kemudian digosokan kepada badan yang membutuhkan. Hasilnya, tangan kita kotor. Penggunaan deodorant sangat mudah. Hanya dibuka tutupnya dan di oleskan pada tempat yang kita butuhkan. Tidak membuat tangan kita kotor. Sangat nyaman. Kapan saja bisa dipakai. Buana melihat dan berpikir, bahwa hal ini memiliki perbedaan yang besar. Bagi Buana, dia melihat dan berpikir, kalau menggunakan minyak angin, tangan akan kotor tetapi menggunakan deodorant , kita tidak akan kotor tangannya. Hal ini menimbulkan perbedaan besar bagi dia. Dia berkesan, dia melakukan kreativitas dan inovasi, maka dia menciptakan sesuatu produk yang baru kemasan roll on dengan ini minyak angin . Jika Buana tidak melihat, tidak berpikir tidak mengerti, dan tidak berkesan. Pun dia tidak beraksi, maka mustahil saat ini Buana menjadi seorang Entrepreneur yang sukses.
UC Onliners, demikian bahasan Entrepreneurship Ciputra Way kali ini. Kita telah belajar dari puisi Sang Entrepreneur Pak Ciputra. Dan juga kisah sukses dari Buana Perkasa Putra. Semoga ini memberikan inspirasi bagi UC onliners untuk selalu melihat, untuk selalu berpikir, untuk selalu mengerti, untuk selalu berkesan dan beraksi. Salam Entrepreneur. Denny Bernardus, Direktur Grup Ciputra