BookletRa.indd 1
2/8/11 11:47:56 AM
1
3 B a g ia
an miskin
Ke
4
n I: i
Energ
k n Ta gelapa
ung
Kunj
Pergi
5 mi pi Ka
Mim impi-
M gelap u Se k a s e D LPG kan: Gelap ah ke orban n ik a D T ak ang kin y i Miny nvers Si Mis o K m rogra lap P e G i Sis an kang ersiap r Bela a t a an P d • L n a cana Peren in k kin is • M si Mis Bagi i u t k Energ Wa Dati inan k is • Bom m tuk e n K u n k ya gka n Min nggen in da d • Mela u s Syam ntuk u r la So
Ke
11 11 17 20 22
24
Penulis: • Elisabeth Tri Astutiningtyas • Fabby Tumiwa • Henriette Imelda • Rini Astuti IESR 2010
BookletRa.indd 2-1
Energy for Equitable Development 2/8/11 11:48:01 AM
KEMISKINAN ENERGI B a gi a n I I : Energi Terba rukan
sebagai Solu si Kemiskinan
F a c t S he et Ciptagelar.
Energi
29
F a c t S he et Cimanggu
F a c t S he et Cibuluh F a c t S he et Cinta Mekar Listrik dan Koperasi ya ng Memupu s Kemiskinan Menjaga Hu tan untuk Pasokan List rik Mengelola L istrik Desa melalui Peru sahaan Kom unitas: Pengalaman Warga Cibu luh Referensi
31 35 39 43 47 51 55 58
Kemiskinan energi saat ini memiliki dua istilah yang berdiri sendiri; kemiskinan dan energi. “Kemiskinan” lazimnya dikaitkan dengan kemampuan keuangan seseorang, atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun “energi ” pada umumnya dikaitkan dengan bahan bakar minyak atau bahkan listrik. Padahal sebenarnya, kedua kata tersebut memiliki arti yang jauh lebih luas dari yang dikenal sekarang; baik secara terpisah, maupun dalam satu gabungan istilah yang memiliki arti lebih dalam. Kemiskinan dapat diartikan sebagai sebuah kondisi, dimana seseorang ataupun sekelompok orang, tidak memiliki akses pada fasilitas-fasilitas dasar yang seharusnya dapat dinikmati oleh semua orang. Bank Dunia menyatakan bahwa pengukuran kemiskinan dapat dilakukan dengan melihat tingkat pendapatan atau bahkan tingkat konsumsi seseorang atau sekelompok orang. Seseorang dinilai ‘miskin’ pada saat keadaan seseorang dalam mengkonsumsi kebutuhan dasarnya, berada di bawah ukuran minimum. Kebutuhan dasar yang dimaksud adalah makanan yang layak (asupan nutrisi yang cukup), akses pada pendidikan dan pelayanan kesehatan dasar, tempat berteduh yang layak, perlindungan terhadap adanya kekerasan dan kebebasan masyarakat untuk dapat menceritakan kondisi yang mereka alami di komunitas mereka sendiri. Energi pun, memiliki jangkauan yang sangat luas. Ilmu fisika mendefinisikan energi sebagai kemampuan melakukan kerja; sedangkan menurut Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006, energi didefinisikan sebagai “daya yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan meliputi listrik, energi mekanik dan panas”. Jadi, istilah energi tidak terbatas pada listrik dan bahan bakar minyak saja.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 2-3
Adapun “Kemiskinan Energi” adalah istilah yang menyatakan kondisi kekurangan akses terhadap listrik atau bahan bakar, serta menjelaskan tingkat kualitas hidup seseorang yang mengalami kekurangan akses tersebut. Modi V, dkk (UNDP, 2005) mendefinisikan kemiskinan energi sebagai kondisi yang menunjukkan “ketidakmampuan (seseorang atau sekelompok orang) untuk memasak dengan bahan bakar modern
3
dan ketidakmampuan memiliki akses listrik minimum untuk kebutuhan rumah tangga pada waktu malam hari.” Kebutuhan minimum tersebut dihitung sebesar 50 kg setara minyak (oil equivalent), dimana sebesar 40 kg SBM digunakan untuk memasak dan 10 kg SBM untuk bahan bakar yang membangkitkan energi listrik. Penyebab dari ketidakmampuan tersebut beragam: ketidakmampuan secara ekonomi (karena harga jasa energi terlalu tinggi), ketiadaan jasa energi (karena barang dan jasa pengadaan energi tidak terdapat di daerah tertentu), aksesibilitas energi yang terbatas (karena sarana dan prasarana energy tidak memadai, bahkan tidak ada di daerah tertentu) serta tingkat penerimaan masyarakat pada bentuk energi tertentu (tingkat kepercayaan masyarakat dalam menggunakan jenis energi yang ditawarkan). Apabila penyebab-penyebab ini tidak ditanggulangi, maka besar kemungkinan masyarakat akan kehilangan hak-nya untuk memperoleh jasa energi yang cukup, yang berujung pada kemiskinan energi. Kajian IESR di tahun 2008 dan 2010 menunjukkan, bahwa kemiskinan energi tidak hanya dipengaruhi oleh harga energi yang tidak terjangkau bagi para pengguna energi. Beberapa contoh cerita mengenai kemiskinan energi mencakup ketiadaan energi di lokasi yang mudah dicapai bagi para pengguna, serta bagaimana energi yang digunakan dapat diterima oleh masyarakat mulai dari bentuk energi dan teknologi yang digunakan, hingga kemudahan dan keamanan dalam penggunaan teknologi untuk mendapatkan energi yang diinginkan. Bagian pertama dari kumpulan cerita yang dihimpun oleh IESR berikut ini menunjukkan bagaimana kondisi kemiskinan energi di Indonesia terjadi. Kumpulan cerita ini disusun berdasarkan studi yang dilakukan di tahun 2008 dalam bentuk studi lapangan, serta media monitoring dan studi literatur di tahun 2010. Melalui cerita ini kami ingin menggambarkan berbagai bentuk kemisikinan energi yang ada di Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran kita, dan secara khusus sebagai masukan bagi para pembuat kebijakan energi di negara ini.
2/8/11 11:48:02 AM
5
A
dalah Turiyem seorang buruh tani, yang pendidikan terakhirnya Sekolah Dasar. Suaminya bekerja sebagai buruh bangunan yang merantau ke Jakarta dan hanya bisa pulang satu kali dalam satu atau tiga bulan. Menurut Turiyem, pendapatan keluarga mereka tidak menentu, kadang mereka bisa mendapatkan 700 ribu rupiah sebulan, kadang kurang dari 500 ribu rupiah. Ratarata penduduk Dusun Domas yang berjumlah 33 kepala keluarga yang juga bekerja sebagai buruh atau petani memiliki pendapatan yang kurang lebih sama dengan keluarga Turiyem.
“Saya harus menabung untuk menyewa genset untuk pernikahan anak saya, maklum disini nggak ada listrik. Kalau orang hajatan rumahnya gelap bisa malu dengan tetangga-tetangga yang lain”. Demikian penuturanTuriyem (36 tahun) yang akan menikahkan anak satu-satunya. Turiyem tinggal di dusun Domas, Kecamatan Karang Gayam, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Sebuah dusun terpencil yang terletak di wilayah utara Kebumen yang berbukit-bukit dan berbatasan dengan Kabupaten Banyumas. Untuk mencapai dusun Domas, kita harus naik angkutan desa selama 2 jam, dilanjutkan dengan ojek selama 20 menit atau berjalan kaki selama 60 menit
Dusun Domas merupakan salah satu sekian banyak dusun di Kebumen yang belum memiliki akses atas listrik. Turiyem menyatakan bahwa warga dusunnya mengandalkan minyak tanah sebagai sumber penerangan sehari-hari. Mereka makin kesulitan saat harga eceran minyak tanah yang semula berharga 3500 rupiah melonjak menjadi 9000 rupiah, bahkan 10 ribu rupiah semenjak Pemerintah melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas.
T
uriyem menyampaikan bahwa keluarganya harus membelanjakan kurang lebih 10 persen dari seluruh pendapatan bulanan mereka untuk membeli 7 atau 8 liter
minyak tanah. Ketika ditanya, bagaimana jika mereka sedang tidak punya uang, ia berkata, “Nek boten onten lengo potrol nggeh petengan mawon” (“jika tidak ada minyak tanah, ya gelap-gelapan saja”). Lain lagi cerita Suminah, 38 tahun, warga Dusun Gentol. Perempuan ini merupakan penggerak di dusunnya yang aktif dalam mengelola PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan kegiatan kelompok ibuibu di Kecamatan Karang Gayam. Suminah mengatakan ada 4 dusun yang belum terjangkau listrik yaitu Dusun Gentol yang terdiri dari 58 kepala keluarga (KK), Dusun Domas 33 KK, Dusun Kaliwara 49 KK dan Dusun Kali Gendo 50 KK.
S
uminah bercerita pada tahun 2003 warga telah mengadukan persoalan listrik ini kepada Pemerintah daerah dan PLN Kebumen, tapi hingga kini tidak ada tanggapan dari mereka. Saat kampanye calon legislatif bulan Maret 2009, banyak caleg yang menjanjikan akan memperjuangkan masuknya tenaga listrik untuk keempat dusun tersebut. “Susah mbak, mereka hanya janji pada saat kampanye, setelah itu yah lupa sama rakyat kecil”, tutur Suminah sambil mengusap keningnya yang berkeringat. Saat kami tanya berapa biaya yang dibutuhkan untuk memasang sambungan listrik, Suminah mengatakan warga diminta membayar biaya sebesar 1,9 juta rupiah untuk
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 4-5
2/8/11 11:48:04 AM
mendapatkan sambungan listrik dengan daya 450 VA, dan 3,4 juta rupiah untuk daya 900 VA. Dengan catattan , itupun hanya untuk dusun-dusun yang sudah terdapat jaringan listrik PLN. Bagi warga Dusun Gentol, Kaliwara, Domas, dan Kali Gendo, yang ingin mendapatkan aliran listrik, mereka harus menyambung sendiri dari rumahrumah warga yang sudah memiliki jaringan listrik di Dusun-dusun sekitarnya. “Saya gak sanggup untuk nyambung dari Dusun Soma, yang terletak 2 Km dari rumah saya, karena biayanya mahal sekali. Satu rol kabel untuk sambungan 100 meter butuh 100 ribu, mbak”, kata Suminah sambil menghela nafas. “Entah sampai kapan kami bisa mendapat listrik, kami ini cuma rakyat kecil”, tambahnya memandangi lantai tanahnya yang dipoles dengan semen kasar.
S
elain listrik, bahan bakar untuk memasak juga menjadi kendala buat mereka. Sebagian besar ibu-ibu di keempat dusun tersebut mengeluhkan sulitnya mencari kayu bakar di hutan setempat, hutan yang dikelola oleh Perhutani dan ditanami pohon karet. “Wah, wedhi sama polisi hutan, nek ketangkep ngambil kayu, arit-te dirampas, mbak” (Wah, takut dengan polisi hutan, kalau tertangkap sedang mengambil kayu, arit kita akan dirampas”) cerita Lasmini (42 tahun), seorang ibu yang berprofesi sebagai tukang ojek. Warga desa lebih memilih menggunakan kayu bakar karena mereka
tidak terbiasa dengan LPG. Selain takut akan meledak, harga gas relatif mahal serta sulit mendapatkannya. Untuk mendapatkan LPG isi 3 kg mereka harus naik ojek dan angkot yang biayanya mencapai 12 ribu rupiah, hampir setara dengan harga gas itu sendiri yang berharga 14-15 ribu rupiah di Kecamatan Karang Gayam. Akses terhadap listrik dan bahan bakar bukanlah satu-satunya persoalan di keempat dusun itu. Akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan serta pembangunan ekonomi juga menjadi masalah yang berat untuk mereka. Satu-satunya layanan kesehatan bagi keempat dusun tersebut adalah puskesmas pembantu yang hanya buka pada hari Senin dan Kamis. Akibat keterbatasan ini warga yang sakit di hari lain terpaksa harus ditangani seorang Mantri (setingkat juru rawat) dengan biaya 25 ribu rupiah. Sekolah yang ada di sekitar dusun hanya sampai tingkat menengah pertama. Tak heran jika rata-rata warga yang lulus SMP langsung menikah atau merantau menjadi buruh migran. Kemiskinan tampaknya masih akan menjadi pemandangan sehari-hari di keempat dusun tersebut, entah sampai kapan persoalan ini akan berakhir. Demikian juga dengan harapan mereka untuk mendapatkan penerangan yang layak dari tenaga listrik dan bahan bakar yang bersih dan terjangkau, yang tak kunjung terwujud.
7
Gelap Desaku, Segelap Mimpi-mimpi Kami ”yang tinggal di rumah teh banyak neng, anak kandung ibu 3, anak tiri 3, anak angkat 2 ditambah cucu yang juga tinggal di sini, maklum keluarga besar”.
Bina Desa, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bekerja dalam persoalan pertanian dan pembangunan perdesaan. Demikian Bu Ayi (45 tahun) menuturkan realita hidupnya. Perempuan setengah
Dusun Ciseel jauh di pelosok, nyaris tak
baya yang bersahaja itu sangat dikenal
tersentuh pembangunan. Untuk menca-
di dusunnya, Dusun Ciseel, Desa Gelar
pai dusun itu butuh waktu lebih dari 3
Anyar, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten
jam melalui jalanan rusak, tidak beraspal
Cianjur. Sebagai istri ketua RT di dusun-
dan berkelok-kelok. Saat musim hujan
nya, Bu Ayi aktif di Posyandu, selain ia
tiba, jalanan becek dan lengket, semakin
juga menjadi pegiat kelompok tani yang
mempersulit orang yang akan masuk dan
ada diwilayahnya di bawah dampingan
keluar dusun.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 6-7
2/8/11 11:48:05 AM
Bina Desa, sebuah lembaga swa-
Boleh dikata, besar uang yang dibelan-
diselimuti kegelapan dan ke-
daya masyarakat yang bekerja
jakan Bu Ayi dan puluhan warga dusun
sunyian. Rumah-rumah warga
dalam persoalan pertanian dan
Ciseel untuk mendapatkan penerangan
hanya diterangi lampu cempor
pembangunan perdesaan.
yang minim dan terbatas tidak jauh ber-
Saat matahari terbenam, dusun
(lampu minyak dengan sumbu
beda dengan pengeluaran warga di peru-
dari kain). Penerangan yang di-
Dusun Ciseel jauh di pelosok,
mahan yang memiliki akses listrik dengan
hasilkan lampu cempor sangat
nyaris tak tersentuh pemban-
daya tersambung 900 VA per bulannya.
minim.
Selain
9
mengeluarkan
gunan. Untuk mencapai dusun
asap dan jelaga hitam, lampu ini
itu butuh waktu lebih dari 3 jam
Ciseel bukan tidak punya listrik sama
juga menghabiskan 8 liter min-
melalui jalanan rusak, tidak be-
sekali. Sejumlah warga pernah memban-
yak tanah sebulannya. Ini setara
raspal dan berkelok-kelok. Saat
gun pembangkit listrik tenaga mikro-hidro,
dengan 80 ribu rupiah karena
musim hujan tiba, jalanan bec-
yang disebut warga sebagai “kincir”, me-
harga eceran minyak tanah di
ek dan lengket, semakin mem-
manfaatkan aliran air kecil di dusun mer-
dusun ini 10 ribu rupiah per li-
persulit orang yang akan masuk
eka. Masalahnya, tidak semua warga punya
ter. Boleh dikata, besar uang
dan keluar dusun.
uang untuk membangun “kincir”.
Mimpi-mimpi kami
yang dibelanjakan Bu Ayi dan puluhan warga dusun Ciseel
terbenam,
“Kincir mah biasanya orang yang pada
Mendapatkan sambungan listrik PLN ada-
untuk mendapatkan peneran-
dusun diselimuti kegelapan
punya duit yang bikin kincir, 1 kincir
lah harapan terbesar warga dusun Ciseel.
gan yang minim dan terbatas
dan kesunyian. Rumah-ru-
biayanya 7 juta. Orang yang baru pulang
Warga bahkan rela mengeluarkan uang
tidak jauh berbeda Demiki-
mah warga hanya diterangi
dari Saudi biasanya bawa uang banyak
sebesar 3,5 juta rupiah per kepala keluar-
cempor
(lampu
terus bikin kincir deh. Kemudian warga
ga saat ada orang yang mengaku dari PLN
minyak dengan sumbu
yang jadi anggota kelompok bayar Rp
dan sanggup membantu pengadaan listrik
dari kain). Penerangan
10.000 per bulan untuk biaya perawatan
hingga ke dusun itu. Jumlah ini bukan jum-
kincir”, papar Bu Ayi.
lah yang kecil, mengingat pendapat warga
Saat
an Bu Ayi (45 tahun) menu-
lampu
turkan realita hidupnya. Perempuan
setengah
baya yang bersahaja itu sangat dikenal di dusunnya,
Dusun
Ciseel, Desa Gelar Anyar, Kecamatan Pagelaran,
Ka-
bupaten Cianjur. Sebagai istri ketua RT di dusunnya, Bu Ayi aktif di Posyandu, selain ia
Penerangan yang dihasilkan lampu cempor sangat minim. Selain mengeluarkan asap dan jelaga hitam, lampu ini juga menghabiskan 8 liter minyak tanah sebulannya.
juga menjadi pegiat ke-
matahari
yang dihasilkan lampu
Ciseel yang tidak menentu, sesuai hasil
cempor sangat minim. Selain menge-
Sayangnya, keberlanjutan listrik mikro
bercocok tanam mereka. Walaupun demi-
luarkan asap dan
hidro di dusun Ciseel biasanya tidak ber-
kan nyatanya, listrik belum juga terpasang
hitam,
langsung lama. Seringkali pembangkit
hingga kini, padahal uang tersebut sudah
lampu ini juga
tidak berjalan karena dinamo dicuri, atau
mereka bayarkan. Mereka tidak tahu harus
menghabiskan 8
jika ada kerusakan warga tidak sanggup
mengadu kepada siapa.
liter minyak ta-
memperbaikinya.
jelaga
nah
sebulannya.
Listrik bagi warga bukan hanya sekedar un-
Ini setara dengan
tuk penerangan desa, tapi lebih jauh dari
80 ribu rupiah karena
itu. Bagi warga listrik adalah salah satu
harga eceran minyak ta-
pendukung mereka untuk bisa tetap bela-
lompok tani yang ada diwila-
nah di dusun ini 10 ribu ru-
yahnya di bawah dampingan
piah per liter.
jar dan menambah ilmu.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 8-9
2/8/11 11:48:06 AM
11 “Kita warga sini iri atuh neng, dusun bagian selatan udah ada listrik, bagian barat udah masuk listrik. Kan kita mah juga pingin anak-anak kita bisa belajar dengan penerangan yang bener biar mereka pinter. Kasihan anak-anak udah sekolah na’ jauh sekitar 7 kilo, mesti jalan kaki jalannya becek kalo ujan, rusak juga, sampe di rumah udah pada capek. Jadi konsentrasi belajar juga nteu maksimal’
Si Miskin yang
Dikorbankan: Sisi Gelap Program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji
ungkap Bu Ayi, sambil menerawang jauh
Kondisi alam dusun itu menyulitkan warga
dan tersenyum bersahaja penuh harap.
untuk mengakses fasilitas program pembangunan. Satu-satunya program yang masuk
Mendapatkan pendidikan yang layak juga bukan hal yang mudah bagi warga Ciseel. Mereka harus menempuh jarak lebih dari 5-7 kilometer dari dusun ke sekolah menengah pertama dan atas. Tidak heran banyak warga yang memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pelayanan kesehatan juga jadi barang mewah buat mereka. Saat
ke Ciseel adalah PNPM Mandiri Pedesaan. Sayangnya hasil dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) tahun 2008 lalu, yang mengusulkan pembangunan jalan aspal ke dusun itu mengalami kendala karena hilangnya 12 drum dari 60 drum aspal yang harusnya didapatkan dusun itu. Jalan sepanjang 1500 meter itupun tidak terbangun secara optimal.
ini posyandu menjadi satu-satunya akses kesehatan warga, itupun hanya buka 1
Sampai saat ini, warga Dusun Ciseel masih
minggu sekali setiap hari sabtu.
menantikan masuknya listrik. Satu-satunya alternatif listrik bagi mereka adalah listrik mandiri yang memanfaatkan tenaga air untuk membangun pembangkit listrik mikro-hidro. Kendala dana, kemampuan pengelolaan, dan pengetahuan teknis menjadi batu sandungan untuk pemanfaatan tenaga listrik yang berkelanjutan. Listrik bagi warga Ciseel berarti jalan bagi mereka untuk menerangi desa dan mimpi-mimpi
...pemerintah menyatakan bahwa adanya pemborosan anggaran yang besar jika subsidi BBM diteruskan...
Minyak tanah adalah bahan bakar yang paling dominan dipakai oleh sektor rumah tangga. Pada tahun 2006, konsumsi minyak tanah tercatat sebesar 8,6 juta kilo liter. Walaupun konsumsi ini sekitar 20 persen lebih rendah dari volume konsumsi di tahun 2000, lonjakan kenaikan harga komoditas ini sejak tahun 2004 telah menyebabkan subsidi bahan bakar minyak di APBN meningkat.
Pada tahun 2007, subsidi bahan bakar minyak tanah mencapai Rp 65 triliun (Kumorotomo, 2010) dari total subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 83,79 triliun1. Jumlah ini lebih tinggi dari subsidi tahun 2006, dimana subsidi BBM keseluruhan mencapai Rp. 64.2 triliun, dimana sekitar Rp. 31,6 triliun adalah subsidi untuk minyak tanah 1 Sumber: Data Pokok APBN 2005-2011, Departemen Keuangan Republik Indonesia
mereka untuk maju.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 10-11
2/8/11 11:48:07 AM
(lihat tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa minyak tanah mendapatkan subsidi hingga lebih dari 50 persen dari total subsidi untuk BBM. Lonjakan subsidi BBM tersebut dipacu oleh kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional sejak 2005 yang mencapai USD 100/barrel pada akhir tahun 2007, dan menembus USD 140/barel pada pertengahan 2008. Tabel 1. Anggaran APBN untuk Subsidi BBM
2005 LKPP 95.598,5
2006 LKPP 64.212,1
2007 LKPP 83.792,3
2008 LKPP 139.106,7
2009 LKPP 45.039,4
2010 RAPBN 88.890,5
Sumber: Data Pokok APBN 2005-2011 Departemen Keuangan Republik Indonesia
13
Tabel 2. Pengurangan subsidi melalui konversi minyak tanah ke LPG
Perbandingan
Minyak Tanah
LPG
Kesetaraan
1 liter
0,57 kg
Harga Jual ke Masyarakat
Rp 2.500/ltr
Rp 4.250/kg
Pengalihan Volume Minyak Tanah Subsidi
10.000.000 kilo liter
5.746.095 MT/Tahun
Asumsi Harga Keekonomian
Rp 5.665/ltr
Rp 7.127/kg
Harga Jual
Rp 2.000/ltr
Rp 4.250/kg
Besaran Subsidi
Rp 3.665/ltr
Rp 2.877/kg
Total Subsidi
Rp 36,65 Triliun/Tahun Rp 16,53 Triliun/Tahun
Selisih
Rp 20,12 Triliun/Tahun Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2007)
Menghadapi situasi ini pemerintah berupaya menurunkan tingkat konsumsi minyak sehingga anggaran subsidi minyak tanah dapat dikurangi. Pada tahun 2006, tercetus ide untuk melakukan konversi minyak tanah ke LPG, yang kemudian diresmikan sebagai Program Pengalihan Minyak Tanah ke LPG yang resmi diluncurkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Desa Kebun Pala, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur. Sesuai dengan dokumen Blueprint Pengalihan Minyak Tanah ke LPG (ESDM, 2007), pemerintah menyatakan bahwa adanya pemborosan anggaran yang besar jika subsidi BBM diteruskan. Dengan dilaksanakannya program ini, subsidi diperkirakan dapat berkurang hingga Rp. 11,24 triliun/tahun (ESDM, 2007).
LPG menjadi pilihan karena selain kualitas panas yang lebih baik dibandingkan dengan minyak tanah, dengan produksi
LPG Indonesia 2,1 juta metric ton (2007), biaya produksi lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi minyak (lihat tabel 2 dan 3). Hal ini juga memperkuat landasan argumen pemerintah dalam meluncurkan program ini2.
Target sasaran dari program ini adalah
Program konversi minyak tanah ke Liquified Petroleum Gas (LPG) dilaksanakan dengan cara membagikan satu paket LPG yang terdiri dari tabung LPG ukuran 3 kilogram (kg), selang, regulator dan kompor secara gratis kepada masyarakat yang telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Distribusi paket LPG juga diikuti dengan penarikan atau pengurangan distribusi minyak tanah di wilayah yang telah menerima program ini.
rumah tangga, pengguna minyak
rumah tangga berpendapatan rendah/ miskin, dan usaha mikro (kecil/ menengah) yang merupakan konsumen minyak tanah terbesar. Untuk target rumah tangga, kriterianya adalah ibu tanah murni, kelas sosial dengan pengeluaran di bawah 1,5 juta per bulan (kelas C1 ke bawah) serta penduduk legal setempat. Sedangkan untuk usaha mikro, criteria yang diberlakukan adalah apabila usaha tersebut menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar memasak dalam usahanya, dan merupakan penduduk legal setempat.
2 Sebelumnya, Pemerintah meluncurkan program konversi minyak tanah ke briket batubara. Namun, program ini terhenti tanpa adanya penjelasan setelah ide konversi minyak tanah ke LPG digaungkan.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 12-13
2/8/11 11:48:08 AM
Tabel 3. Perbandingan pemakaian minyak tanah dan LPG pada rumah tangga
Perbandingan Pemakaian (per KK) Pemakaian (per bulan) Titik Serah Depo Agen Harga Biaya per KK/bulan
Minyak Tanah
LPG
1 liter/hari
1 tabung/7 hari
1 tabung/10 hari
30 liter
4 tabung @ 3 Kg (= 12 Kg)
3 tabung @ 3 Kg (= 9 Kg)
Rp 2.250,- per liter (HET) Rp 67.500,-
Penghematan per KK/bulan
Rp 12.750 per tabung Rp 51.000,-
Rp 38.250,-
Rp 16.500,-
Rp 29.250,-
Catatan : ada 2 asumsi penggunaan LPG tabung 3 kg, yaitu untuk 7 hari dan 10 hari Sumber : Blueprint Program Pengalihan Minyak Tanah ke LPG, 2007.
Program konversi ini diujicobakan pada pertengahan 2006, pada 35 ribu keluarga di DKI Jakarta. Adapun peluncurannya pertama kali dilaksanakan pada Mei 2007 di Jakarta Timur dan rencananya distribusi akan dilanjutkan ke seluruh wilayah Jabodetabek, menyebar ke daerah lain di Pulau Jawa dan wilayah Sumatera secara bertahap. Pemerintah memiliki target untuk mendistribusikan seluruh LPG ke seluruh pelosok Indonesia di tahun 2010, lebih cepat dua tahun dibandingkan dengan rencana sebelumnya. Keputusan ini dibuat ketika program konversi baru melalui tahap uji coba di bulan Agustus 2006.3 Pemerintah merencanakan untuk mendistribusikan 42 juta paket LPG pada kurun waktu 20072009, yang diharapkan dapat mengurangi 4 juta kiloliter minyak tanah. Hingga Juni 2010, catatan pemerintah menunjukan paket LPG yang telah didistributsikan mencapai 44, 673 juta unit. 3 Pemerintah Percepat Program Konversi Minyak Tanah, diakses dari: http://www. tempointeraktif.com/hg/ekbis/2006/08/30/ brk,20060830-82960,id.html
Mengorbankan Si Miskin Sejak semula implementasi program konversi ini mengalami sejumlah hambatan yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Target untuk memenuhi tabung LPG tersendat karena berbagai kendala. Dari target distribusi 6 juta tabung gas pada tahun 2007, hanya 3,975 juta tabung yang berhasil didistribusikan pada akhir tahun 2007. Masalah kualitas barang karena lemahnya pengawasan kualitas telah teridentifikasi dua bulan setelah program ini diluncurkan. Pada Juli 2007, Pertamina menarik 11 persen kompor gas yang telah dibagikan kepada industri kecil dan menengah dengan alasan kualitas kompor yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan.4 4 Pertamina Tarik 11 persen Kompor Gas Program Konversi, diakses dari http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/07/31/brk,20070731104653,id.html
Tidak hanya kompor, kualitas dan keamanan tabung gas yang disebarkan diragukan karena belum mengantongi sertifikat Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar Nasional Indonesia (SNI).5 Setelah berbagai kasus meledaknya tabung, terkuak bahwa pemerintah sengaja mengabaikan prinsip keselamatan dengan mengijinkan distribusi tabung gas LPG 3 kg di masyarakat. Pada masa awal program, terdapat 9 juta tabung gas LPG 3 kg nonSNI yang diimpor, dan dibagikan kepada masyarakat. Peredaran tabung non-SNI ini dimungkinkan melalui peraturan Menteri (Permen) Perindustrian No 85/ MIND/ PER/11/2008, yang antara lain menyatakan tabung elpiji standar dan layak pakai dimungkinkan beredar kendati belum mengacu pada SNI wajib. Diduga, Permen ini dipakai sebagai celah oleh sejumlah vendor nakal untuk memasukan tabung impor dengan kualitas yang kurang memadai.6 Sayangnya, walaupun sejak awal hal ini diketahui, tidak ada upaya untuk memeriksa dan menarik tabung-tabung gas tersebut hingga maraknya peristiwa ledakan tabung LPG.
5 Konversi Minyak Tanah Sarat Kontroversi, diakses dari: http://www.beritaindonesia. co.id/berita-utama/konversi-minyak-tanahsarat-kontroversi 6 Distribusi Elpiji 3 kg Tertutup, Republika 30 Juli 2010, hal. 6.
15
Minimnya pengawasan atas distribusi LPG 3 kg telah membuka kesempatan beredarnya tabung LPG yang dibuat tanpa ijin dan standar yang baku. Pada Mei 2010 dilaporkan bahwa ada 90 ribu tabung LPG yang diproduksi oleh sebuah perusahaan dari Tanggerang, Banten yang dikategorikan palsu.7
Di sisi lain, program konversi ini juga mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan terhadap konsumsi bahan LPG 12 kg. Program konversi yang tidak didukung dengan infrastruktur pengisian, penyimpanan dan distribusi LPG 3kg yang memadai, dibarengi dengan penurunan distribusi minyak tanah, telah menyebabkan industri kecil dan menengah yang sebelumnya menggunakan minyak tanah, dan merupakan kelompok sasaran program konversi, justru berpindah kepada LPG 12 kg. Perpindahan ini menyebabkan lonjakan permintaan untuk LPG 12 kg tersebut yang ternyata tidak diikuti dengan peningkatan pasokan dari Pertamina.
7 Awas! 90.000 Tabung Gas Palsu Beredar, dapat diakses dari: http://megapolitan. kompas.com/read/2010/05/17/21283293/ Awas.90.000.Tabung.Gas.Palsu.Beredar
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 14-15
2/8/11 11:48:08 AM
17
Miskin Perencanaan dan Persiapan Alasan yang diungkapkan oleh Achmad Faisal, Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina kala itu, adalah karena Pertamina masih menanggung rugi penjualan LPG 12 kg, akibat kebijakan subsidi yang tidak jelas, pasokan LPG tersebut tidak ditambah sehingga menciptakan kekurangan pasokan tabung di pasar. Beralihnya para pembuat tabung LPG 12 kg menjadi tabung LPG 3 kg untuk mengejar target penyediaan tabung sesuai dengan target program, pada akhirnya juga membuat pasokan tabung LPG 12 kg mengalami hambatan.8 Situasi ini mengakibatkan lonjakan harga jual LPG 3 kg, dan 12 kg serta minyak tanah, yang justru membuat masyarakat miskin mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar.
Pertamina mencatat bahwa volume penjualan minyak tanah berkurang drastis sejak 2007 hingga akhir 2009. Pada tahun 2007, penjualan minyak tanah mencapai 800 ribu kilo-liter per bulan, turun menjadi 500 ribu kilo liter per bulan pada akhir 2008, dan 270 ribu kilo liter pada akhir 2009.
8 Pertamina tak Bisa Penuhi Kebutuhan, dapat diakses dari: http://cetak.kompas.com/read/ xml/2008/06/07/01133152/pertamina.tak.bisa.penuhi.kebutuhan
Penurunan volume minyak tanah sepertinya diimbangi oleh kenaikan konsumsi LPG. Sukar dipungkiri bahwa penurunan penjualan minyak tanah merupakan hasil dari program konversi yang dicanangkan oleh pemerintah.
Hanya saja yang patut disayangkan penurunan konsumsi ini juga dipaksakan melalui pembatasan distribusi minyak tanah di wilayah-wilayah yang menjadi target program konversi, bahkan pembatasan distribusi minyak tanah terjadi jauh hari sebelum masyarakat menerima bantuan paket tabung gas LPG 3 kg, seperti yang dialami oleh masyarakat Banyumas yang mengalami kesulitan mendapatan minyak tanah karena langka pada akhir 2008, padahal program konversi direncanakan baru akan dilaksanakan di daerah tersebut pada awal tahun 2009.9 Akibatnya masyarakat miskin harus membayar minyak tanah yang cukup mahal untuk memasak, atau beralih ke kayu bakar.
9 Poverty Watch: Kerosene a Luxury Item in C. Java after Conversion LPG, dapat diakses dari: http://www.thejakartapost.com/ news/2008/12/17/povertywatch-kerosene-aluxury-item-cjava-after-conversion-lpg.html
Sebagai salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah, program konversi ini, menurut Tjatur Sapto Edi, anggota DPR yang pernah duduk di Komisi VII (Komisi Energi), dengan target 3-4 tahun harus 100% beralih dari minyak tanah ke gas, adalah program pemerintah yang sangat terburu-buru dan ambisius10. Harus diakui, dari sisi kebijakan, program konversi ini dinilai bagus. Namun, penerapannya justru mendatangkan malapetaka. “Kepanikan” pemerintah karena kenaikan harga minyak dunia yang melampaui USD 100/ barel dan menyebabkan pembengkakkan subsidi BBM, justru menyisakan banyak persoalan.
resistensi masyarakat terhadap pengalihan minyak tanah ke LPG. Padahal, merubah budaya masyarakat yang telah terbiasa menggunakan minyak tanah selama puluhan tahun, untuk secara instan beralih ke gas, bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan. Peraturan pelaksanaan yang terlambat, tidak tertampungnya anggaran pengadaan sarana seperti kompor dan tabung, serta proses lelang yang tidak dapat memenuhi Keputusan Presiden (Keppres) 80 tahun 200311 juga menjadi faktor-faktor lain yang rnenghambat pelaksanaan program konversi ini (Askolani, Samosir, dan Farida, 2008).
Pelaksanaan sosialisasi, yang merupakan senjata ampuh dalam menyukseskan program ini, berjalan lambat dan tidak efektif. Hasil survei Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dan Departemen Keuangan pada bulan Agustus 2007 menunjukkan bahwa 28,82 % responden yang menerima paket tabung dan kompor dari rumah Ketua RT, tidak mendapatkan sosialisasi tentang bagaimana mengunakan peralatan tersebut secara aman dan praktis (Askolani, Samosir, dan Farida, 2008). Selain itu, pemerintah pun terlihat seolah-olah menyepelekan
Ketiadaannya koordinasi dari sektorsektor pemerintahan yang terlibat dalam program konversi ini juga menjadi permasalahan yang fatal. Padahal, koordinasi sesuai dengan kapasitas masing-masing lembaga, adalah persyaratan yang wajib dipenuhi untuk memberlakukan program seperti ini. Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan semenjak kejadian ledakan LPG yang semakin banyak, justru membuat beberapa pihak terkait saling
10 Konversi Gas, Kebijakan Panik yang Bikin Panik, dapat diakses dari: http://nasional. kompas.com/read/2010/07/31/1126197/Konversi.Gas..Kebijakan.Panik.yang.Bikin.Panik.
11 Tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD). Keppres ini dibuat untuk menyempurnakan Keppres No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 16-17
2/8/11 11:48:08 AM
19
Lemahnya Pengawasan dan Kendali Mutu
tuding menuding dan menyalahkan satu sama lain tanpa duduk bersama untuk mencari jalan keluar yang terbaik dari kejadian ini12. Tuding menuding ini, secara tidak langsung menggambarkan ketiadaan koordinasi antar departemen dan/atau kementerian berkenaan dengan diluncurkannya program konversi minyak tanah ke gas. Boleh dikatakan, ketiadaan koordinasi ini menjadi indikasi prematurnya program konversi minyak tanah ke gas. Tabel 4. Instansi Pemerintah yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah ke Gas13 No
Instansi
Bagi mantan Wapres Jusuf Kalla, maraknya ledakan tabung elpiji berukuran 3 kg akhir-akhir ini, tidak ada kaitannya dengan kebijakan konversi minyak tanah ke gas pada masa pemerintahannya bersama Presiden SBY. Menurutnya, ledakan tabung gas merupakan fenomena umum dalam penggunaan gas, bukan karena konversi ke tabung gas 3 kg14.
Peran
1
Pertamina
Operator
2
Kementerian Dalam Negeri
Pihak yang dapat mengintensifkan sosialisasi penggunaan LPG hingga ke satuan masyarakat terkecil melalui kepala daerah masing-masing
3
Kementerian Perdagangan
Bertugas dalam perumusan dan penetapan Standar Nasional Indonesia untuk segel karet
4
Kementerian Perindustrian dan Pertamina
Bertugas mengawasi produk pendukung seperti tabung, kompor, slang, katup, dan regulator serta kontrol kualitas terhadap perangkat perdana usaha sosialisasi
5
Kementerian Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat
Mengkoordinasikan pengawasan dan pembinaan terhadap rakyat
6
Kementerian ESDM
Bertugas dalam penyediaan dan pendistribusian komoditas elpiji
7
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Mengawasi produk tabung elpiji/bejana tekan
12 Stop Ledakan, Mendagri Terbitkan Edaran Hingga Kelurahan (MetroNews, 29 Juli 2010). Diakses dari http://metronews.fajar.co.id/read/100015/10/index.php 13 Disarikan dari berbagai macam media.
Hingga pertengahan tahun 2010 ini, berbagai media merekam permasalahan tabung gas di Indonesia yang telah teridentifikasi. Penyebab ledakan biasanya terkait dengan kualitas tabung LPG dan aksesorinya, umur peralatan, cara pemakaiannya bahkan kelalaian produsen karena tidak mengikuti aturan/standar SNI. Lemahnya quality control terhadap produksi tabung beserta aksesorinya telah membuat tabung LPG asli tapi palsu (aspal), tabung dan aksesoris tanpa SNI beredar secara luas. Dalam blueprint (2007) dinyatakan bahwa pengawasan penyediaan dan pendistribusian tabung LPG 3 kg merupakan tanggung jawab
14 JK: Ledakan Tabung Bukan karena Konversi, dapat diakses di: http://bisniskeuangan. kompas.com/read/2010/07/08/17494353/ JK.Ledakan.Tabung.Bukan.karena.Konversi
Departemen (kini Kementerian) Energy dan Sumber Daya Mineral, dengan melibatkan instansi terkait lainnya.
Lili Asudireja, anggota Komisi VI DPR, menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap program konversi ini. Hal ini menjadi penting sebab data hasil pengujian Badan Standarisasi Nasional (BSN) menunjukkan bukti yang sangat menakjubkan. Dari pengujian BSN tersebut, ditemukan sebanyak 66% tabung gas yang diuji tidak layak pakai. Untuk kompor, hasil uji menunjukkan sebanyak 50% tidak layak pakai. Adapun untuk regulator, BSN menyatakan 20% dari sampel uji tidak layak pakai. Namun, yang paling menakjubkan dari hasil uji BSN ini adalah hasil uji pada selang tabung gas. Dalam rapat kerja dengan Kementerian Perdagangan pada tanggal 3 Juni 2010, Lili Asudireja, mengatakan bahwa dari hasil uji BSN ini, 100% selang tabung gas yang diuji tidak layak pakai15.
15 DPR Soroti Maraknya Tabung Gas tak Penuhi Standar SNI, dapat diakses di: http:// www.republika.co.id/berita/breaking-news/ ekonomi/10/06/03/118374-dpr-sorotimaraknya-tabung-gas-tak-penuhi-standar-sni
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 18-19
2/8/11 11:48:08 AM
21
Tabel 5. Jumlah Kasus Ledakan LPG
Bom Waktu bagi Si Miskin
Tahun
Jumlah kecelakaan
2008
61
2009
50
2010
106
Catatan: Pusat Kebijakan Studi Publik (Puskepi) Sumber: Kompas, 10 Oktober 2010
Kelalaian dalam merencanakan dan memperkirakan konsekuensi langsung dan tidak langsung dari implementasi program konversi ini harus dibayar oleh masyarakat. Selama tiga tahun penerapan program konversi minyak ke LPG, tercatat 216 kasus kecelakaan di Indonesia, dengan total korban mencapai 26 orang meninggal dan 225 orang lukaluka16. Ironisnya, sebagian besar korban ledakan tabung gas ini adalah rakyat berpendapatan menengah ke bawah atau rakyat miskin. Perlu dicatat bahwa angka ini adalah hasil pemantauan dari Pusat Kebijakan Studi Publik (Puskepi), dengan kemungkinan angka kecelakaan dapat saja lebih tinggi dibandingkan informasi yang berhasil dikumpulkan.
16 Tiga Tahun, 216 Kasus Kecelakaan Elpiji, dapat diakses di: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/08/10/13581735/Tiga. Tahun..216.Kasus.Kecelakaan.Elpiji
Bagi keluarga korban, kehilangan kerabat, cacat permanen serta kehilangan materi juga menjadi trauma tersendiri bagi mereka, tak terkecuali Ridho Januar (4 tahun) yang mengalami luka bakar di sekujur tubuh akibat ledakan tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram. Sang ibu, Susi, dengan nekatpun akhirnya mendatangi Istana Negara untuk meminta biaya pengobatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono17. Ledakan tabung LPG 3 kg juga merenggut nyawa balita bernama Sofi (4,5 th) dari Bogor, dan menimbulkan luka bakar bagi sang ibu, Fitrianingsih (30 th). Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), hingga Juni 2010, terdapat 15 orang yang menjadi korban ledakan LPG 3 kg, dua diantaranya meninggal, angka ini belum termasuk Sofi.18
17 Korban Ledakan Gas Dirawat di RSCM (Liputan6, 20 Juli 2010), dapat diakses di: http://berita.liputan6.com/ liputanpilihan/201007/287095/Korban.Ledakan.Tabung.Gas.Dirawat.di.RSCM 18 KPAI: Tarik Kembali Tabung Melon, http://bisniskeuangan.kompas.com/ read/2010/07/29/19084529/KPAI.Tarik.Kembali.Tabung.Melon
Pada dasarnya ruang lingkup korban tidak hanya korban dan keluarganya saja, tapi juga masyarakat secara umum. Dampaknya, keengganan masyarakat untuk menggunakan LPG semakin terlihat. Warga Desa Socah, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, mengaku takut memakai kompor gas saat memasak di rumah masing-masing. “Daripada berhenti pakai gas elpiji setelah ada kejadian, lebih baik saya tidak memakai gas elpiji mulai sekarang, sebelum adanya jatuh korban,” kata Ismail, 40, salah seorang warga di desa itu.19
Melanggengkan Kemiskinan Energi 19 Warga Bangkalan Takut Gunakan Elpiji, dapat diakses di: http://regional.kompas.com/ read/2010/07/08/19184442/Warga.Bangkalan.Takut.Gunakan.Elpiji
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 20-21
2/8/11 11:48:10 AM
23
Melanggengkan Kemiskinan Energi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG adalah program yang baik dan dapat membantu secara langsung atau tidak langsung terhadap upaya untuk mengatasi kemiskinan energi. Sayangnya, program ini tidak direncanakan dengan benar, melalui kajian teknis-ekonomis yang benarbenar lengkap, demikian juga dengan kajian atas dampak sosial-ekonominya. Secara moneter, program ini memberikan penghematan subsidi bahan bakar minyak yang mencapai puluhan triliun rupiah selama empat tahun terakhir, tetapi ada biaya-biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat, khususnya masyarakat miskin diantaranya ancaman keselamatan, kelangkaan bahan bakar, kematian, cacat, dan lain sebagainya.
Adanya sejumlah kasus ledakan LPG mengancam meluasnya kemiskinan energi di Indonesia karena dampak dari berbagai insiden ini pada psikologi masyar z i atau bahan bakar yang bersih merupakan faktor penting untuk keluar dari jeratan kemiskinan energi.
Kenyataan adanya peristiwa saling melempar tanggung jawab antar pihak, menambah ketakutan masyarakat, di mana tidak ada satu pihak pun mau bertanggung jawab. Bahkan masyarakat sebagai konsumen disalahkan dengan dalih kurang memahami pemakaian tabung gas. Padahal seharusnya, sebelum program pemerintah diluncurkan, sosialisasi menjadi prioritas. Tidak heran apabila masyarakat menjadi enggan untuk menggunakan LPG dan kembali kepada minyak tanah, bahkan kayu bakar. Apabila hal ini dibiarkan terjadi, subsidi jelas tidak akan pernah berkurang, dan masyarakat yang miskin secara ekonomi, akan semakin miskin, karena akses mereka pada energi, terutama untuk memasak, menjadi terbatas yang berakibat pada membengkaknya pengeluaran mereka untuk memperoleh jasa energi.
Salah satu kelemahan mendasar yang tidak diantisipasi oleh program ini, dan juga lazimnya program pemerintah lainnya adalah compliance and compensation mechanism. Kedua mekanisme diperlukan untuk melindungi sasaran program, yaitu warga masyarakat, dari praktek-praktek yang tidak bertanggung jawab dan tindakan ceroboh dalam hal implementasi program pemerintah. Mekanisme kontrol dan pertanggungjawaban antar institusi yang ditunjuk sebagai pendukung dan pelaksana program ini tidak ditetapkan sejak awal, dan diimplementasikan secara konsisten. Rendahnya kesadaran dari para pembuat kebijakan dan program untuk mengutamakan keselamatan publik dan mengimplementasikan rambu-rambu keselamatan secara konsisten juga meningkatkan resiko masyarakat dalam mendapatkan pelayanan energi.
Sisi gelap Program Konversi Minyak Tanah ke LPG dapat menjadi menjadi pelajaran penting dalam perencanaan penyediaan energi di negara ini di masa mendatang, khususnya kebijakan bagi si miskin, sehingga tidak ada lagi yang dikorbankan.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 22-23
2/8/11 11:48:11 AM
25
Solar Untuk Syamsudin dan Minyak Untuk Dati Kampung Kamal Muara
terletak kurang lebih 20 hingga 30 km dari pusat kota Jakarta. Kampung yang masih berada dalam kawasan kota Jakarta ini dapat dicapai dengan menggunakan Busway jurusan HarmoniKalideres, dilanjutkan dengan angkutan kota (angkot) yang langsung menuju ke sana. Jika lalu lintas sedang lancar, perjalanan dari kawasan Mampang, membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam. Kamal Muara adalah kampung nelayan yang padat huni. Banjir rob (genangan air laut) setinggi mata kaki hingga rata-rata 20-30 cm, hampir setiap hari menggenangi kampung ini. Tumpukan sampah dan tanah becek, yang menghasilkan bau amis khas kampung nelayan, menjadi pemandangan
keseharian tempat itu. Rumah warga saling berhimpitan rapat. Sebagian besar warga Kampung Muara mencari nafkah sebagai nelayan, penjual ikan, buruh kasar dan berjualan makanan.
S
yamsudin, 45 tahun, salah seorang nelayan di Kamal Muara, menceritakan nasib para nelayan kecil di daerahnya. Kerutan di wajahnya seolah menggambarkan kesulitan yang ia dan kawan-kawannya harus hadapi untuk memperoleh solar. Solar adalah bahan bakar yang vital untuk menggerakan kapal-kapal motor, membawa nelayan melaut, mencari ikan. Ia tidak sendiri, lebih dari 40 nelayan lain di Kamal Muara juga kesulitan untuk mendapatkan solar.
Menurut Pak Udin, demikian dia biasa disapa, salah satu sebabnya adalah tidak adanya SPBU nelayan yang dekat dengan kampung tersebut. SPBU nelayan terdekat ada di Muara Angke yang hanya melayani pembelian solar dalam partai besar, minimal 1 ton solar sekali beli. Nelayan-nelayan kecil di Kamal Muara hanya membutuhkan kurang lebih 10-20 liter per hari pada akhirnya memilih membeli solar eceran daripada harus membeli ke Muara Angke yang jaraknya cukup jauh dari kampung mereka. Jika harga satu liter solar di SPBU nelayan 4500 rupiah, sedangkan harga eceran berkisar 5000 rupiah per liter. Masalah lain adalah ketersediaan solar. Tidak selalu solar tersedia di pasaran, kadang kala solar menghilang dan sukar didapat Pak Udin dan kawan-kawannya.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 24-25
2/8/11 11:48:12 AM
Perbedaan harga yang cukup jauh ini membuat nelayan di Kamal Muara banyak merugi, ditambah lagi jarak tempuh melaut nelayan yang semakin jauh akibat tercemarnya perairan laut di wilayah Jakarta yang menyebabkan makin sulitnya mendapatkan ikan di sekitar pesisir. Sekali melaut, kapal dengan kekuatan 10 GT yang memiliki jarak tempuh 6 mil membutuhkan 100 liter solar. Kapal dengan awak 3 orang (ABK) dan 1 juru kemudi bisa memperoleh tangkapan ikan senilai 1 juta dalam sekali melaut, setelah dikurangi biaya solar, konsumsi, dan dibagi dengan seluruh ABK, seorang nelayan hanya bisa membawa pulang uang sebesar 50 hingga 100 ribu per hari. Uang sebesar itu yang mau tidak mau harus mencukupi kebutuhan hidup yang semakin tinggi untuk 5 orang. Seringkali Syamsudin terpaksa tidak melalut karena angin yang buruk, tapi lebih sering lagi ia terpaksa tidak melaut karena tidak ada modal untuk membeli solar. Apalagi ketika harga solar melambung tinggi dan tidak terjangku oleh para nelayan seperti Pak Udin.
Lain Syamsudin, lain Dati. Perempuan 40 tahun ini sehari-hari mencari nafkah dengan berjualan nasi uduk di samping Tempat Pelelangan Ikan Kamal Muara. Dati adalah pencari nafkah utama untuk keluarganya. Dua dari tiga anaknya sudah lulus SMP, sedangkan anak bungsunya duduk di kelas 2 SD. Lebih dari 30 tahun Dati tinggal di Kampung Kamal Muara, dan berjualan nasi uduk. Dalam sehari ia membutuhkan 7 liter minyak tanah untuk memasak nasi uduk dan lauk pauknya. Satu liter minyak tanah harus ia beli dengan harga 7500 rupiah. Ketika ditanya alasannya tidak menggunakan kompor gas, ia menjawab kompor gas pembagian pemerintah tidak cukup untuk memasak nasi uduk dan lauknya, ia membutuhkan 3 kompor sekaligus, selain itu Dati juga merasa takut menggunakan kompor gas. Dari penghasilannya yang mencapai 200 hingga 300 ribu rupiah perhari, separuhnya habis dia gunakan untuk membeli bahan memasak keesokan hari, ditambah 53 ribu untuk membeli minyak tanah. Keuntungan yang didapat Dati sangat sedikit, terlebih lagi saat harga minyak tanah naik hingga 10 ribu rupiah karena minyak tanah sulit didapatkan.
Selama 20 tahun berdagang nasi uduk, kehidupan Dati belum juga berubah. Rumah yang terbuat dari papan-papan kayu itu masih ia kontrak. Entah kapan Dati dapat menyisihkan lebih banyak uang untuk ditabung, terlebih dengan makin sulitnya mendapatkan bahan bakar untuk memasak. Harga bbm yang mencekik leher bagi Udin dan Dati merupakan perjuangan yang harus mereka hadapi setiap hari. Perjuangan yang membuat hidup mereka semakin terpuruk dan terbelenggu dalam kemiskinan akut.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 26-27
2/8/11 11:48:13 AM
29
Pengantar: Energi Terbarukan sebagai Solusi Kemiskinan Energi diimplementasikan, hingga alasan teknis Energi terbarukan seringkali terdengar seperti kontinuitas pasokan energi tersebagai salah satu bentuk energi yang barukan, yang sangat bergantung dengan dapat dibaharui, sehingga terjamin kondisi geografis dan cuaca. keberlanjutannya. Walaupun demikian, pengembangan energi terbarukan sering Menilik potensinya, Indonesia dari kali tersingkir atau mendapatkan prioritas yang rendah dengan berbagai alasan: Sabang hingga Merauke memiliki sumber daya energi terbarukan yang perkembangan teknologi energi terbarukaya, yang masih belum dimanfaatkan masih dini (immature), kebutuhan kan secara optimal. investasi yang terlalu tinggi untuk dapat Tabel Potensi Energi Terbarukan di Indonesia1 POTENSI SUMBER DAYA (SD)
KAPASITAS TERPASANG (KT)
RASIO KT/ SD (%)
Tenaga Air
75.670 MW
4.200 MW
5,55
Panas Bumi
28.53 GW
1.189 MW
4,2
Mini/Micro Hydro
500 MW
86,1 MW
17,56
Biomass
49.810 MW
445 MW
0,89
Tenaga Surya
4,80 kWh/m2/hari
14,1 MW
-
Tenaga Angin
3 – 6 m/s
1,4 MW
0,015
1 Kementerian ESDM: Blueprint Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (draft, 2010).
D
ilihat dari potensi yang ada, sudah seharusnya Indonesia mengembangkan potensi ini untuk memberikan akses energi bagi daerah-daerah terpencil dan perdesaaan, mengingat pada umumnya, potensi ini ditemukan di daerah-daerah yang terpencil. Bagi masyarakat sendiri, investasi awal menjadi kendala terbesar. Namun, yang tak kalah pentingnya adalah ketiadaan
BookletRa.indd 28-29
sumber daya manusia di tingkat lokal yang mengerti dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya tersebut agar dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan. Inisiatif masyarakat merupakan kunci keberhasilan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan setempat untuk menciptakan penyediaan energi bagi pembangunan masyarakat. Kajian IESR
2/8/11 11:48:14 AM
atas sejumlah program pengembangan energi terbarukan yang cukup berhasil di sejumlah desa terpencil di Jawa Barat yang dilakukan di tahun 2010 menunjukkan bahwa masyarakat di daerah-daerah terpencil tersebut tidak menyerah begitu saja. Mereka berupaya mencari cara agar mereka dapat menikmati energi modern, yaitu tenaga listrik, supaya mereka tidak tertinggal oleh perkembangan jaman. Beberapa wilayah studi IESR menunjukkan upaya masyarakat dalam membangun kincir air, sehingga mereka dapat menikmati listrik, walau hanya membangkitkan daya yang relatif kecil. Upaya-upaya ini lah yang pada akhirnya membuat mereka bisa menyesuaikan diri dengan mikrohidro yang dibangun dengan bantuan dana dari pihak luar. Studi yang dilakukan oleh IESR menunjukkan bahwa, peran serta aktif dan kepemilikan masyarakat lokal atas teknologi energi terbarukan berhubungan erat dengan tanggung jawab dalam pemeliharaan sarana dan prasarana dari mikrohidro yang ada sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang. Kondisi ini merupakan cikal bakal dari keberlanjutan dari sebuah kegiatan penyediaan energi, yang dikelola oleh masyarakat.
Bagian kedua dari buku ini menceritakan beberapa daerah dengan mikrohidro yang mereka miliki, dengan cerita mereka masing-masing. Bagian ini menceritakan, bagaimana peran listrik dari mikrohidro yang tersedia bagi masyarakat setempat, dapat membantu mereka untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Bukan hanya itu, kehadiran energi modern, dalam bentuk tenaga listrik, memungkinkan mereka untuk mengakses informasi yang sama kayanya dengan masyarakat di kota, dengan perangkat informasi teknologi. Keberadaan tenaga listrik juga mengajarkan mereka suatu pengetahuan yang baru, yaitu pentingnya menjaga hutan dan alam di sekitar mereka, untuk menjami keberlangsungan penyediaan tenaga listrik. Tingginya informasi memungkinkan masyarakat untuk berdaya guna dan berdaya cipta, sehingga menjadi manusia Indonesia yang dapat mengembangkan desanya, dan pada akhirnya, negaranya.
31
GAMBARAN UMUM Nama PLTMH
Ciptagelar
Lokasi
Kampung Cicemet, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi
Tahun Pembangunan
1996
Tahun Peresmian
1996
Daya Terpasang
60 kW
Sumber Air
Sungai Cisono dan Sungai Cibareno
Debit Air
500 liter/detik
Head
18 meter
Interkoneksi dengan PLN
Tidak
Biaya Pembangunan
Rp 150 juta dari Kedutaan Jepang Rp 137 juta dari masyarakat (sebagai estimasi karena masyarakat menyumbang tidak dalam bentuk uang, melainkan tenaga dan bahan bangunan seperti pasir, batu, dan lain-lain)
Fact Sheet
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 30-31
2/8/11 11:48:15 AM
DEMOGRAFI Luas Kampung
4 hektar
Demografi/ Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Sirnaresmi pada tahun 2000 adalah 4.378 jiwa.
TEKNIS PLTMH di Ciptagelar terdiri dari rumah turbin, bak pengendap sedalam 2,5 meter dan bak penenang sedalam 3 meter. Bak pengendap dan bak penenang terletak pada ketinggian (head) 18 meter.
Gambaran Umum Lokasi
Tujuan Pembangunan Mikrohidro
Desa adat Ciptagelar terletak di Kampung
Ide untuk membangkitkan tenaga listrik
Ciptagelar, Desa Sirna Rasa, Kecamatan
datang dari Abah Encup Sucipta atau yang
Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat. Desa ini
lebih dikenal sebagai Abah Anom. Sebagai
terletak di lereng bukit selatan Taman
Ketua Adat di Kasepuhan Ciptagelar dengan
Turbin
Cross flow T-12
Nasional Gunung Halimun. Kampung
kearifan lokal masyarakat adat Sunda yang
Generator
Stamford
Ciptagelar memiliki luas sekitar empat
sangat kental, Abah Anom harus memerintah
Sistem kontrol
ELC (Electronics Load Controller)
hektar, berjarak sekitar 44 kilometer dari
sesuai dengan kekuatan wangsit dan
Saluran distribusi
Menggunakan tiang dari besi dengan twisted cable
Pelabuhan Ratu ke arah Cisolok, atau sekitar
bebendon1 yang berasal dari nenek moyang.
200 km dari Jakarta. Dengan ketinggian 1.050
Namun, tradisi dan peradatan yang ada tidak
Instalasi Rumah
900 KK
meter di atas permukaan laut dengan
menyurutkan keinginannya untuk memajukan
Pengelola
Awalnya Koperasi Cicemet, namun tidak berjalan dengan lancar, sehingga pengelolaan kemudian menjadi tanggung jawab Kasepuhan yang dipimpin oleh Abah Anom, dan sekarang dilanjutkan oleh Abah Ugi.
topografi yang berbukit, kampung tersebut
warganya seiring dengan kemajuan jaman.
Fisik dan bangunan
Laki-laki 2.189 jiw a Perempuan 2.189 jiwa 1.163 keluarga tersebar ke dalam tujuh Kadusunan. Mata Pencaharian
Pendidikan Penduduk
Aksesbilitas ke Desa PLTMH
Bertani (baik bertani sawah, huma dan kebun/talun), buruh tani, beternak, kerajinan, kuli bangunan, kuli pikul, penyadap nira/gula, pekerja rumah tangga, berdagang dan ojek. Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat adat Kampung Ciptagelar yaitu tingkat Sekolah Dasar, dan sangat jarang yang menempuh hingga SLTP atau SMU, hanya anak dari sesepuh girang saja yang menempuh hingga SMU dan Universitas. 13 km dari Ciptarasa
harus dicapai melalui jalan tanah berbatu kasar sepanjang 14 kilometer.
33
Modernisasi dimulai dari kegiatan listrik masuk desa dengan memanfaatkan sumber air yang berada di sekitar desa dengan membangun PLTMH. Keberadaan PLTMH memungkinkan hampir seluruh rumah incu buyut2 di kawasan Ciptarasa mendapatkan penerangan. Setelah 15 tahun berdiam di Ciptarasa, mereka pun “hijrah” ke bagian
44 km dari Pelabuhan Ratu kearah Cisolok Jarak PLTMH ke jaringan PLN terdekat
15 km dari Desa Ciganas
Potensi sumber daya alam yg dapat dikembangkan
Pertanian, peternakan.
utara sejauh 15 kilometer dari Ciptarasa. Tempat baru tersebut dinamakan Kasepuhan Ciptagelar yang kini dipimpin oleh Abah Ugi Sugriwa, anak pertama Abah Anom. Seperti halnya di Ciptarasa, di kawasan Ciptagelar yang baru dibuka ini, Abah Anom pun kembali menggalakkan program listrik masuk desa tenaga mikrohidro.
1
2
Bebendon adalah kalau tidak dilaksanakan akan menjadi musibah besar bagi seluruh anggota masyarakat kasepuhan adat. Incu buyut adalah anggota kesatuan adat.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 32-33
2/8/11 11:48:17 AM
Operasional
Kelembagaan
Desa Ciptagelar memiliki 9 buah pembangkit mikrohidro dan pikohidro. Walaupun demikian tetap saja tidak memungkinan bagi desa untuk menikmati listrik selama 24 jam penuh karena keterbatasan daya. Dari 9 pembangkit tersebut, hanya satu yang memiliki kapasitas sebesar 80 kW dimana aliran listrik utamanya dialirkan Imah Gede3 24 jam tanpa henti. Sedangkan bagi warga Kasepuhan yang jauh dari Imah Gede, listrik mereka mendapatkan dari 8 pembangkit listrik pikohidro dengan kapasitas masingmasing 500 watt, yang hanya dapat digunakan sejak sore hingga pagi hari.
Dengan hibah dari Kedutaan Jepang sebesar Rp. 150 juta yang dialokasikan untuk pengadaan turbin dan tenaga ahli, warga Kasepuhan Ciptagelar memulai pembangunan mikrohidro secara swadaya. Adapun swadaya dari masyarakat adalah dalam bentuk tenaga dan bahan bangunan seperti pasir dan batu, yang apabila dikonversikan dalam rupiah, swadaya masyarakat tersebut setara dengan uang sebesar Rp. 137 juta.
Struktur Pendanaan Sejak awal pembangunan mikro hidro, Abah Anom yang merupakan insiator mengenalkan listrik untuk warganya, telah bekerjasama dengan beberapa pihak luar untuk merealisasikan keinginannya mengenai listrik masuk desa. Namun, kerjasama tersebut tetap memiliki aturan tersendiri sesuai adat yang berlaku. Pengelolaan kampung yang bersifat adat tidak boleh ada campur tangan dari pihak luar (pemerintah atau instansi lain). Tapi, dalam pengelolaan kampung yang tidak bersifat adat, Abah masih dapat menerima bantuan dari luar selama bantuan tersebut masih sejalan dengan nilai-nilai adat yang dianut. Itulah mengapa, dalam program listrik masuk desa, Abah Anom berkenan menerima bantuan dari IBEKA untuk pengadaan turbin, sehingga warga dapat menikmati listrik sampai saat ini. 3
Setelah 6 bulan pembangunan, pengelolaan mikrohidro awalnya menjadi tanggung jawab dari Koperasi Cicemet. Namun, karena koperasi tidak berjalan dengan lancar, maka tanggung jawab kemudian diambil alih oleh Kasepuhan dengan 5 pengurus mikrohidro. Kepengurusan ini terdiri dari 2 orang operator untuk pemeliharaan turbin, 2 orang kolektor untuk mengumpulkan iuran listrik dari warga, dan 1 orang pengawas lapangan. Setiap bulannya, para pengurus menerima 40% dari total uang pembayaran listrik oleh warga. Sisanya masuk ke Kasepuhan yang diwakili oleh Abah sebagai Ketua Adat, untuk biaya perawatan turbin dan cadangan keuangan apabila terdapat kerusakan yang memerlukan biaya.
35
GAMBARAN UMUM Nama PLTMH
Leuwi Mobil
Lokasi
Desa Cimanggu, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut
Tahun Pembangunan
2004
Tahun Peresmian
Desember 2004
Daya Terpasang
25 kW
Sumber Air
Sungai Cirompang
Debit Air
Tergunakan untuk turbin 300 liter/ detik dari total debit sebesar 500 liter/ detik dari sungai
Head
6 meter
Interkoneksi dengan PLN
Tidak
Biaya Pembangunan
Rp 800 juta
Sumber Pembangunan
Program Listrik Masuk Desa (Prolisdes) PLN
Fact Sheet
Imah Gede adalah sebuah rumah yang ditujukan untuk penginapan para tetamu Kasepuhan Ciptagelar.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 34-35
2/8/11 11:48:17 AM
DEMOGRAFI
TEKNIS
Tujuan Pembangunan PLTMH
Luas Desa
15,48 km2
Turbin
Propeller Open Flume
Demografi / Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk: 4376 Jiwa
Generator
Synchronized
Sistem kontrol
Panel IGC (Induction Generator Controller)
Saluran distribusi
Menggunakan tiang besi dengan kabel pilin berdiameter 35 mm.
Instalasi Rumah
155 KK dan 5 mesjid, yang masing-masing mendapatkan jatah sebesar 110 watt dengan pembatas 0,5 Ampere
Pengelola
Masyarakat setempat
Laki-laki: 2234 Jiwa Perempuan: 2142 Jiwa Pendidikan Penduduk
SD: 3657 Jiwa SLTP: 585 Jiwa SLTA: 20 Jiwa Perguruan tinggi: 4 Jiwa
Aksesbilitas ke Desa PLTMH
Kondisi jalan dari desa ke kecamatan : Jalan Setapak Jarak dari desa ke ibukota kabupaten : 75 Km Jarak dari desa ke ibukota propinsi : 144 Km
Jarak PLTMH ke jaringan PLN terdekat
Potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan
Kondisi jalan dari PLTMH ke jalan desa adalah tanpa aspal dan pengerasan yang bisa dilewati dengan berjalan kaki atau naik ojek. Sedangkan untuk jalan desa ke jalan kecamatan dilalui dengan menggunakan jalan setapak. Pertanian (padi, ketela pohon, kelapa, pisang), perikanan.
37
Gambaran Umum Lokasi PLTMH Leuwi Mobil terletak di Dusun Cimanggu, Desa Mekarbakti, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dengan kondisi jalan yang tidak beraspal dan rusak, warga desa harus melewati jalan setapak terlebih dahulu untuk mencapai ibu kota kecamatan. Padahal jalan tersebut hanya dapat dilewati dengan berjalan kaki, bersepeda ataupun bermotor. Ibukota kabupaten, berjarak 75 km dari desa ini. Dengan topografi daerah yang berbukit, desa seluas 15.48 km² ini, dihuni oleh masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petani, dengan hasil pertanian utama adalah padi.
Pada tahun 2005, PLN sudah memiliki program perluasan jaringan listrik PLN ke daerah Cibuluh. Namun dari 300 keluarga yang didata, hanya 42 keluarga yang bersedia untuk membayar pemasangan jaringan tersebut. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi kerugian dan menghindari kekecewaan masyarakat, maka dana yang mulanya hendak dialokasikan untuk pembangunan jaringan akhirnya diganti peruntukannya menjadi dana pembuatan PLTMH. PLTMH Leuwi Mobil kemudian dibangun sebagai salah satu solusi agar warga masyarakat dapat menikmati listrik guna memenuhi permintaan warga di Cimanggu dengan menggunakan dana dari PLN tersebut
Operasional PLTMH Leuwi Mobil memiliki kapasitas 20 Kw dengan dua jadwal operasi. Setiap hari kecuali hari Jumat dan Minggu, PLTMH ini beroperasi mulai jam 16.00 hingga 07.00 pagi. Sedangkan untuk hari Jumat dan Minggu, PLTMH ini beroperasi 24 jam tanpa henti dengan alasan adanya kegiatan sholat Jumat di hari Jumat dan hari Minggu merupakan saat anak-anak sekolah libur. Pengelola PLTMH Leuwi mobil terdiri dari 2 orang operator dan 3 orang pengurus (ketua, sekretaris, dan bendahara). Masingmasing pengurus mendapatkan insentif dari iuran warga tiap bulannya; dimana Ketua mendapatkan Rp 70.000, sekretaris dan bendahara Rp 50.000, dan untuk operator Rp 200.000. Operator mendapatkan insentif lebih besar karena konsekuensi pekerjaan operator lebih berat. Contohnya, apabila ada masalah dengan turbin, mereka harus segera turun untuk mengatasi masalah yang ada walaupun cuaca tidak memungkinkan seperti misalnya saat hujan lebat.
Potensi Usaha Produktif Sejak awal mula terselesaikannya pembangunan PLTMH, masyarakat sempat memiliki pengolahan gula aren bersama yang kemudian memberikan inisiatif bagi mereka untuk membentuk sebuah kelompok masyarakat. Namun, dikarenakan jarak antara masing-masing rumah warga dan juga daerah pengolahan gula aren berjauhan, maka mereka pun merasa terbebani dengan kegiatan ekonomi bersama ini. Masyarakat
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 36-37
2/8/11 11:48:18 AM
39 kemudian memilih untuk bergerak sendiri-sendiri lagi, walaupun sebenarnya alatalat yang mereka butuhkan tersedia, sehingga alat-alat tersebut tidak berfungsi lagi sekarang. Selain pengolahan gula aren, usaha produktif lain yang ada di daerah Cimanggu adalah pemotongan dan penyerutan kayu dan mereka pun telah memanfaatkan listrik. Sayangnya, usaha ini hanya dilakukan perorangan saja sebab jarak yang berjauhan selalu menjadi kendala bagi warga Cimanggu. Usaha pembuatan kripik pun dapat menjadi sebuah potensi usaha produktif disini. Tapi, pengolahannya yang masih manual dan perorangan menjadikan usaha ini sulit untuk dapat dikembangkan guna meningkatkan sosial ekonomi masyarakat.
Kelembagaan PLTMH Leuwi Mobil dibangun dari dana Program Listrik Desa (Prolisdes) PT PLN yang merupakan pengganti dana pemasangan jaringan PLN ke daerah Cimanggu. Sejak tahap persiapan pembangunan PLTMH, masyarakat kurang
dilibatkan dan terlibat secara aktif dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan dana untuk pembangunan dan pemeliharaan PLTMH. Adapaun tarif listrik yang harus dibayar pengguna, sepenuhnya ditentukan oleh para pemgurus bukan masyarakat yang akan pengguna langsung. Selain itu, adanya konsultan sosial yang yang bekerja sama dengan Dinas Energi untuk memberikan panduan, penentuan tarif, hingga penghitungan biaya tak terduga membuat masyarakat tidak atau kurang memiliki kepemilikan terhadap PLTMH ini. Biaya instalasi listrik sebesar Rp 25.000 yang dinyatakan sebagai iuran awal pun bukanlah kesepakatan yang dibuat bersama masyarakat. Masyarakat hanya tinggal membayar jumlah yang sudah ditetapkan. Kurangnya partisipasi masyarakat pada proses pengambilan keputusan inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi pasif untuk berkontribuasi dalam pengelolaan PLTMH pasca pembangunannya.
GAMBARAN UMUM Nama PLTMH
PLTMH Cibuluh
Lokasi
Desa Cibuluh, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
Tahun Pembangunan
25 Juli 2005
Tahun Peresmian
15 April 2006
Daya Terpasang
22 kW pada musim hujan dan 10 kW pada musim kemarau
Sumber Air
Sungai Cimargang Lebar Sungai/saluran: ±20 meter
Debit Air
500 liter/detik
Tinggi Head
7,5 meter
Interkoneksi dengan PLN
Tidak
Sumber Dana Pembangunan
Global Enviromental FacilitySmall Grants Programme (GEF-SGP) sebesar Rp 376.875.000 melalui Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL) dan PT Cihanjuang Inti Tehnik Komunitas Rp 95.000.000
Fact Sheet
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 38-39
2/8/11 11:48:19 AM
41
DEMOGRAFI
bekerja sebagai petani tidak cukup besar untuk meningkatkan kesejahteraan ekonominya.
Luas Desa
2760 Hektar
Jumlah Penduduk
1200 KK
Rata-Rata Tingkat Pendidikan
SD dan SLTP
Aksesbilitas ke Desa PLTMH
Jarak dari desa ke ibukota kecamatan: ± 30 km
Jarak PLTMH ke jaringan listrik (grid) terdekat
Satu jalur (in line)
Potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan
Pertanian, perikanan, ekoturisme
Tujuan Pembangunan PLTMH
DATA TEKNIS Fisik dan bangunan
Rumah turbin, 300 meter saluran air
Turbin
Propeller diameter 400 mm, 22 kW
Generator
Sinkron
Sistem kontrol
Otomatis
Saluran distribusi
10 meter ke distribusi PLN
Instalasi Rumah
120 rumah, masing-masing dengan daya 100 watt
Pengelola
Kelompok Swadaya Masyarakat (PLTMH Parakan Taraje)
Gambaran Umum Lokasi Desa Cibuluh terletak di daerah cagar alam Gunung Simpang, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat; yang berada sekitar 150 kilometer ke arah selatan ibu kota Kabupaten Cianjur. Sebagai salah satu kawasan cagar alam yang seharusnya dilindungi, penduduk setempat justru gemar melakukan pembalakan hutan dan pemburuan satwa di daerah tersebut hingga tahun 2000. Seiring dengan meningkatnya pendampingan yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah dalam melestarikan alam dan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada, secara perlahan kesadaran masyarakat di daerah yang berpenduduk 3500 jiwa ini untuk meningkatkan
kualitas hidupnya mulai bertumbuh. Salah satu tantangana yang harus dihadapi oleh warga untuk meningkatkan kualitas hidupnya adalah lokasi desa yang terisolasi dari pusat-pusat aktivitas ekonomi di sekitarnya. Untuk mencapai Kecamatan Cidaun, warga desa Cibuluh harus menempuh jarak 30 kilometer, selama hampir 2 jam dengan sepeda motor, bahkan lebih dari 3 jam jika menggunakan kendaraan roda empat dalam kondisi jalan rusak (off-road).
PLTMH Cibuluh dibangun karena didorong keinginan masyarakat untuk mendapatkan tenaga listrik. Inisiatif ini muncul ketika salah seorang warga Desa Cibuluh mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan mesin teknik di PT Cihanjuang Inti Teknik yang terletak di Cimahi, Bandung, Jawa Barat pada tahun 2004. Hasil dari pelatihan tersebut kemudian diaplikasikan untuk membangun pembangkit listrik sederhana yang dilakukan secara swadaya antar warga, dengan bantuan dana dari GEF-SGP sebesar Rp 300 juta. Pembangunan PLTMH di Desa Cibuluh dimulai tahun 2005. Dengan adanya PLTMH, masyarakat yang sebelumnya membalak hutan berangsur-angsur berubah menjadi penjaga kelestarian hutan yang adalah daerah tangkapan air yang menjamin ketersediaan air untuk mikrohidro. Masyarakat membentuk perangkat penjaga hutan yang bernama Reksabumi.
Kondisi jalan tersebut menyebabkan biaya pengangkutan hasil bumi menjadi sangat mahal. Padahal hasil dari penjualan tersebut merupakan satu-satunya pendapatan warga Cibuluh. Oleh karena itu, keuntungan yang diperoleh masyarakat yang sebagaian besar
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 40-41
2/8/11 11:48:23 AM
Pendanaan
GAMBARAN UMUM
Pendanaan untuk pembangunan PLTMH didapat dari dana swadaya masyarakat dan hibah dari GEF-SGP. GEF-SGP memberikan kucuran dana sebesar Rp 376 juta yang ditransfer untuk masyarakat melalui YPAL dan PT Cihanjuang Inti Teknik untuk pengadaan turbin, dan dana dari masyarakat sebesar Rp 95 juta untuk pembiayaan pekerja yang berasal dari warga dan pengadaan bahan bangunan. Pembangunan mikrohidro ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.
Nama PLTMH
Cinta Mekar
Lokasi
Desa Cinta Mekar, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang
Tahun Pembangunan
2003
Tahun Operasi
April 2004
Daya Terpasang
120 KW
Sumber Air
Sungai Ciasem
Debit Air
Debit yang digunakan untuk 2 turbin adalah sebanyak 1200 liter/detik, masingmasing 600 liter/detik
Tinggi Head
18, 6 m dengan kemiringan 30°
Biaya operasi PLTMH berasal dari iuran masyarakat yang menggunakan tenaga listrik. Untuk mendapatkan akses sambuangan tenaga listrik, warga Cibuluh dikenakan biaya instalasi jaringan minimal Rp 350 ribu dan maksimal Rp 500 ribu, yang disesuaikan dengan besar sambungan daya listriknya. Sedangkan untuk pemakaiannya, warga dikenakan biaya sebesar Rp 2.500 per titik lampu setiap bulan.
Interkoneksi dengan PLN
Ya
Biaya Pembangunan
Rp 2,8 Milyar (2003)
Sumber Pendanaan
UN-ESCAP sebesar US$ 75.000 sebagai hibah untuk pembangunan PLTMH
Operasional PLTMH yang dibangun dengan kapasitas 22 KW beroperasi selama 24 jam tanpa henti, dengan diawasi oleh seorang operator yang memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
Aktivitas Pembersihan sampah disaluran intake Pembersihan sampah di saluran pembawa Pemeliharaan bak pengendap Pemeliharaan rumah pembangkit Pemeliharaan turbin Pemeliharaan alat-alat elektrik Pengecekan kabel pembumian (grounding) Pemeliharaan jaringan distribusi/listrik
43
PT HIBS sebesar US$ 75.000 untuk pengadaan pembangkit mikrohidro
Masalah teknis yang sering dialami adalah banyaknya sampah yang menghambat aliran air sebelum masuk bak pengendap yang terjadi kala banjir di musim penghujan. Hal ini menyebabkan operator harus mendatangi rumah turbin yang lokasinya cukup sulit dijangkau dengan cepat. Dengan tanggung jawab yang cukup besar ini, operator menerima insentif dari iuran listrik warga sebesar Rp 500 ribu setiap bulannya.
IBEKA sebesar US$ 75.000 untuk diseminasi dan fasilitas training Aksesibilitas
1 - 1,5 jam perjalanan dengan kondisi jalan aspal dari Jalan Wanayasa (Subang).
Jarak PLTMH ke jaringan (grid)terdekat
150 meter dari rumah turbin
Potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan
pertanian, perikanan, irigasi
Jadwal setiap hari setiap hari 2 kali / minggu 1 kali / tahun 2 kali / bulan setiap hari 1 kali / bulan 1 kali / bulan
Fact Sheet
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 42-43
2/8/11 11:48:25 AM
45
TEKNIS Fisik dan bangunan
Turbin
Untuk keperluan PLTMH, sebagian kecil air Sungai Ciasem dialirkan ke sebuah saluran irigasi, yang kemudian dibagi menjadi dua aliran: irigasi dan turbin. Untuk keperluan irigasi, air langsung dialirkan ke persawahan. Sedangkan untuk keperluan turbin, air ditampung terlebih dahulu di bak penampung sedalam 3 meter untuk menyaring sampah-sampah yang terbawa air. Setelah itu, air dialirkan ke dalam bak penenang sedalam 4,5 meter untuk menstabilkan debit air yang akan masuk ke dalam turbin. Air dari bak penenang kemudian dialirkan ke dua arah , yaitu ke pipa pesat dengan tinggi jatuh air (head) 18,6 meter dan sisanya digunakan untuk pengairan. Cross flow T-12 (2 buah) Propeller Cakra khusus digunakan untuk keperluan laboratorium.
Generator
Stamford
Sistem kontrol
Otomatis (synchronized) dengan rating daya 20 KVA
Saluran distribusi
Menggunakan tiang dari besi
Instalasi Rumah
156 keluarga
Pengelola
Koperasi Cinta Mekar
Gambaran Umum Lokasi PLTMH Cinta Mekar terletak di Desa Cinta Mekar, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sebagai salah satu desa yang dianggap tertinggal sebelum adanya tenaga listrik masuk ke desa ini, Cinta Mekar cukup mudah diakses sebab dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan durasi waktu 1 – 1,5 jam dari Jalan Wanayasa, Subang. Dengan topografi daerah bergunung-gunung, desa Cinta Mekar cocok untuk pertanian dan perikanan.
Tujuan Pembangunan Mikrohidro Desa Cinta Mekar adalah suatu desa yang dikategorikan sebagai desa tertinggal (IDT) sebelum masuknya listrik ke daerah tersebut. Status inilah yang melatarbelakangi pembangunan PLTMH Cinta Mekar sebagai suatu upaya untuk mengentaskan warganya dari kemiskinan dan ketertinggalan. Pembangunan PLTMH dilakukan atas inisiasi IBEKA dan PT HIBS dengan bantuan hibah dana dari UNESCAP. PLTMH juga menjadi sumber pendapatan bagi Koperasi Mekarsari yang dimiliki oleh penduduk Cinta Mekar.
Operasional Dengan turbin crosflow dan head 18,6 meter yang mampu menghasilkan daya 120 kW, mikrohidro ini dapat menyediakan tenaga listrik selama 24 jam tanpa henti yang tersembung ke jaringan listrik milik PLN. Untuk pembayaran listrik, masyarakat tidak dipungut iuran tiap bulannya sebab mereka langsung membayar ke PLN melalui Koperasi Mekarsari secara on-line. Hal ini dapat terjadi sebab listrik yang dihasilkan mikohidro di Desa Cinta Mekar ini dijual seluruhnya ke PLN.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 44-45
2/8/11 11:48:25 AM
Pendanaan Pembangunan PLTMH Cinta Mekar adalah sebuah proyek yang didanai oleh United Nations Economic and Social Comission for Asia and the Pasific (UN-ESCAP) dan juga merupakan joint venture PT Hidropiranti Inti Bakti Swadaya (HIBS) – Koperasi Mekarsari. Sebagai sebuah PLTMH percontohan berskala internasional (Asia Pasifik), pembangunan PLTMH ini menghabiskan dana pembangunan sebesar Rp 2,8 milyar. Dengan adanya interkoneksi dengan PLN, maka sejak beroperasi tahun 2004, seluruh hasil produksi listrik PLTMH Cinta Mekar pada awalnya dijual ke PT PLN dengan harga Rp 432 per kWh. Sejak 2009, harga jual tenaga listriknya naik menjadi Rp 659 per kWh. Dengan harga lama, total pembayaran yang diterima dari PLN di tahun 2004 mampu mencapai Rp 25 juta per bulan. Namun, keuntungan bersih yang didapat setelah dikurangi depresiasi, biaya operasi, dan pemeliharaan adalah Rp 10 juta yang kemudian dibagi antara PT HIBS dan Koperasi Mekarsari. Dari hasil penjualan tenaga listrik ini, Koperasi Mekarsari menerima pemasukan sekitar Rp 2-5 juta per bulan, tergantung jumlah listrik yang terjual. Pada musim kemarau, produksi listrik dari PLTMH tidak maksimal sehingga hanya mampu memberikan keuntungan sekitar Rp 2 juta per bulan. Sedangkan, pada musim penghujan dimana pasokan air cukup banyak, Koperasi Mekarsari mampu menerima pendapatan sebesar Rp 4-5 juta per bulan.
Listrik dan Koperasi yang Memupus Kemiskinan P
embangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Cinta Mekar di Garut, Jawa Barat pada awalnya dibangun sebagai model penyediaan listrik berbasis masyarakat, yang diharapkan menjadi percontohan di wilayah Asia Pasifik. Pilihan pada lokasi ini memang cukup unik, selain karena adanay potensi sumberdaya air, tetapi juga kondisi desa yang masuk dalam kategori desa miskin, sebelum PLTMH beroperasi.
Keberhasilan PLTMH Cinta Mekar untuk tetap beroperasi hingga saat ini tidak lepas dari dukungan kelembagaan yang dibangun sejak awal mula PLTMH dirintis yaitu Koperasi Mekarsari. Koperasi Mekarsari didirikan pada tahun 2004 sebagai hasil dari kesepakatan masyarakat Cinta Mekar, bersama dengan para pendukung pembangunan PLTMH untuk membentuk sebuah lembaga pengelola PLTMH. Yayasan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), yang merupakan salah satu inisiator pembangunan PLTMH Cinta Mekar, mendampingi pembentukan dan penguatan Koperasi Mekarsari.
Perlunya partisipasi masyarakat dilatarbelakangi oleh premis bahwa Indonesia sangat kental dengan kultur budaya gotong-royongnya, sehingga keterlibatan masyarakat secara aktif dalam perencanaan hingga eksekusi sebuah program atau proyek akan secara alami memunculkan rasa kepemilikan mereka atas apa yang dibangunnya. Pengertian inilah yang seringkali terlupakan dalam kegiatan pengembangan masyarakat, terutama kegiatan penyediaan energi. “Sejarah membuktikan di Republik ini, 99% PLTMH yang berbasis project tidak berkesinambungan,” ungkap Tri Mumpuni, Direktur Eksekutif IBEKA.”Ini terbukti dalam sebuah penelitian oleh lembaga dari Jepang yang menemukan bahwa dari 56 PLTMH berbasis proyek, empat puluh lima proyek PLTMH sama sekali tidak berfungsi, mati, dan menjadi besi tua. Adapun yang sembilan proyek saat ini dalam keadaan hidup segan mati tak mau, tidak berfungsi juga,” tambah Tri Mumpuni.
47
B
ertolak dari kenyataan ini, setiap program pembangunan masyarakat seyogyanya berbasis pada keterlibatan aktif masyarakat. Sedari awal masyarakat harus memahami bahwa pada akhirnya mereka lah yang harus mengelola dan memelihara hasil pembangunan tersebut. Dalam konteks pengelolaan PLTMH, hal ini harus dilakukan agar masyarakat mampu mengantisipasi gangguan dan kerusakan dari unit yang beroperasi akibat kejadiankejadian yang tak terduga. Oleh karena itu, perlu pendampingan yang lebih lanjut bagi masyarakat hingga mereka berdaya dalam mengelola hasil pembangunan tersebut.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 46-47
2/8/11 11:48:28 AM
Pendekatan ini yang menjadi kunci sukses PLTMH Cinta Mekar. Keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat membuat mereka menjadi bagian dari sistem pengambilan keputusan, dan semakin menghargai manfaat yang didapatkan warga dari kehadiran PLTMH.
Prinsip kehatian-hatian dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat sebelum rencana proyek PLTMH tersusun dengan benar, dan pendanaan tersedia juga menjadi prinsip tahap persiapan proyek. “Dalam pendekatan dengan masyarakat, saya tidak mau orang teknik itu datang ke desa sebelum adanya konsolidasi masyarakat atau persiapan sosial selesai dilakukan,” kata Tri Mumpuni. Menurutnya di tahap awal, staf teknik dari IBEKA hanya datang untuk melakukan survey potensi desa untuk pembangunan PLTMH tetapi mereka tidak boleh menjanjikan apapun kepada masyarakat setempat. Setelah proposal disusun dan konfirmasi dana dari penyandang dana didapatkan, barulah tim IBEKA turun ke masyarakat untuk konsolidasi. Cara ini dipandang penting untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat yang sangat dibutuhkan sebagai dasar dari pelaksanaan seluruh kegiatan pembangunan dan operasi PLTMH.
Di Cinta Mekar, pendekatan kepada masyarakat dilakukan melalui sosialisasi dan live-in. Cara ini dipandang cukup berhasil untuk membangun kepercayaan sekaligus
memahami kondisi masyarakat yang akan didampingi. “Konsep live-in adalah konsep tinggal bersama-sama masyarakat untuk mengetahui persoalan-persoalan yang paling mendasar dari masyarakat dan
pengumpulan informasi, seperti membuat baseline data, kuesioner, dan melakukan in-depth interview tentang minat dan kapasitas partisipasi mereka,” tambah Tri Mumpuni. Hal ini sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat secara bertahap, sehingga perpindahan pengetahuan dapat terjadi. Saat kepercayaan masyarakat tumbuh, diharapkan mereka akan terlibat aktif secara sukarela dalam kegiatan pembangunan. Proses ini dipercayai akan memunculkan rasa kepemilikan (sense of belonging) masyarakat.
Ketika rasa kepemilikan tumbuh, maka musyawarah bersama antar masyarakat tentang penentuan harga jual dan tarif listrik untuk PLTMH, dapat dilakukan. Melalui musyawarah ini dapat terlihat sejauh mana rasa memiliki masyarakat dari kemauan dan kemampuan mereka untuk membayar tarif listrik. “Kalau dalam bahasa saya itu willingness to pay and ability to pay. Banyak sekali masyarakat mampu tapi tidak mau membayar. Tapi ada juga masyarakat punya semangat pengen membayar karena dia sudah merindukan listrik sekian abad dalam hidupnya, tapi ternyata tidak kunjung menikmati juga. Ada yang ingin membayar tapi miskin. Perlu juga dipikirkan strategi untuk mensiasati kondisi seperti ini,” jelas Tri Mumpuni.
Melalui Koperasi Mekarsari, masyarakat bersama-sama menyusun dan menentukan kriteria warga yang berhak mendapatkan bantuan instalasi listrik. Ibu Endang, Ketua Koperasi Mekarsari, Cinta Mekar, menuturkan bahwa pada saat itu, penentuan golongan cukup menyita waktu. “Semua warga kan mau dapet listrik Neng, yang mampu juga mau,” jelas Bu Endang. “Dulu Karang Taruna rela untuk berkeliling mendatangi rumah-rumah warga sembari menyebarkan kuesioner,” tambah Ibu Endang. Sebagai mufakatnya, setelah melalui 8 kali musyawarah selama 2 minggu, masyarakat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: Miskin 1 (masyarakat yang berhak mendapatkan instalasi listrik secara gratis), Miskin 2 (masyarakat yang mendapatkan bantuan 50%), dan Miskin 3 (masyarakat mampu yang dibantu 25%).
Proses selanjutnya adalah talent scoping. Ini diperlukan dalam sebuah komunitas untuk memilih sejumlah warga masyarakat sebagai agen perubahan, yang diharapakan menjadi pelopor dalam setiap kegiatan pengelolaan mikrohidro ini. “Selalu ada orang-orang di desa dengan kemampuan sederhana tapi potensinya besar. Rata-rata, operator PLTMH itu tidak lulus SD. But, they are great. Karena mereka didekati dengan hati kita, dan diberi pemahaman bahwa kita tidak akan mau membangun kalau kalian tidak mau berpartisipasi dan kalau tidak ada institusi disini. Kalau tidak ada institusi, ya sorry. Karena organisasi ini yang nantinya kita berdayakan, kita bertanggung jawab untuk memilih operator dan pengumpul iuran yang akan mengumpulkan iuran listrik warga. Hal ini kita lakukan tiap malam dengan masyarakat sampai ada kata sepakat,” tutur Tri Mumpuni, yang saat juga terlibat langsung dalam proses pencarian agen perubahan di Cinta Mekar. “Kalau daerah pegunungan biasanya tukang ojek, kalau di Kalimantan itu tukang ketinting (tukang perahu),” imbuhnya tentang siapa agen perubahan yang potensial.
49
K
egiatan lain yang juga harus dilakukan adalah analisis data potensi sosial ekonomi lokal sebagai kegiatan pendamping yang bertujuan untuk meningkatkan sosial ekonomi masyarakat. Menurut Tri Mumpuni, umumnya kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat adalah kegiatan pertanian. Data potensi sosial ekonomi lokal kemudian diintegrasikan dalam kegiatan koperasi dalam mengelola uang iuran warga. Uang yang telah terkumpul, selain untuk membayar operator dan pengurus koperasi, juga dapat
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 48-49
2/8/11 11:48:28 AM
51 digunakan untuk meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sesuai data potensi yang telah terkumpul. Saat ini, Koperasi Mekarsari memiliki tujuh program yang merupakan hasil kesepakatan masyarakat, yaitu: Pemasangan meter listrik, pendidikan warga, kesehatan, pemberian modal usaha, pembangunan infrastruktur, BOP Desa, BOP Koperasi.
Bentuk organisasi juga tidak baku tetapi sesuai dengan permufakatan masyarakat setempat. “Tidak masalah apapun namanya, yang penting organisasi itu milik mereka. Kalau warga Cinta Mekar percaya dengan koperasi, tidak apa menggunakan nama Koperasi Mekarsari. Kalau orang Aceh, tidak percaya pada koperasi juga tidak mengapa. Mereka di Aceh maunya membuat Badan Usaha Milik Kampung, perusahaan listrik yang dikelola oleh masyarakat sendiri. Sedangkan di Tana Toraja, warga masyarakat disana membentuk PLD atau Perusahaan Listrik Desa,”ungkap Tri Mumpuni.
Untuk meningkatkan kapasitas pengurus Koperasi, diberikan pelatihan dari Dinas Koperasi. Selain itu tata kelola dan pengawasan Koperasi juga tidak lepas dari perhatian warga Cinta Mekar. Menurut Ibu Endang, untuk menjamin kualitas pengurus koperasi, dibentuk Badan Pengawas yang beranggotakan masyarakat, yang bertugas memeriksa pembukuan dan menilai kinerja pengurus koperasi setiap tiga bulan sekali.
Pengelolaan yang baik, dengan modal yang didapat dari penjualan listrik dari PLTMH kepada PT PLN, hingga hari ini, Koperasi Mekarsari telah memberikan beasiswa bagi puluhan siswa SD dan SMP di Desa Cinta Mekar. Koperasi ini juga memberikan pinjaman modal sebesar 500 ribu hingga 1 juta rupiah disesuaikan dengan usaha yang akan dilakukan oleh para pemohon. UKM yang biasanya dilakukan oleh masyarakat seperti menjual penganan yang digoreng, warung, dan industri pembuatan opak. Kini, desa Cinta Mekar tidak lagi dikenal sebagai desa miskin dengan kategori IDT, tetapi desa yang maju dan menjadi inspirasi bagi kawasan dan negara-negara lain di dunia.
Cerita di Cinta Mekar memberikan harapan bahwa ketersediaan energi listrik dari sumber energi setempat, apabila dikelola dengan menghargai keragaman, dinamika, serta potensi sosial ekonomi lokal, serta melibatkan peran serta, inisiatif dan kreatifitas, warga masyarakat secara optimal, sesungguhnya dapat menjadi pintu masuk bagi pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Akses tenaga listrik tidak hanya membebaskan masyarakat dari kemiskinan energi, tetapi dapat menjadi salah satu alat untuk memberantas kemiskinan yang lebih luas.
Menjaga Hutan untuk
Pasokan Listrik Hingga sepuluh tahun lalu, alih-alih menjaga kelestarian hutan, pembalakan hutan justru menjadi salah satu kegiatan yang marak terjadi di kawasan ini.
Gunung Simpang adalah salah satu cagar alam yang memiliki kekayaan hutan yang perlu dilestarikan. Hingga sepuluh tahun lalu, alih-alih menjaga kelestarian hutan, pembalakan hutan justru menjadi salah satu kegiatan yang marak terjadi di kawasan ini. Sebelum tahun 2000, pembalakan hutan merupakan kegiatan yang paling sulit diberantas, bahkan kebal hukum. Salah satu penyebabnya adalah permintaan “upeti” dari oknum petugas BKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) kepada para pembalak dan pemburu. Rasman adalah salah satu pembalak Gunung Simpang yang paling terkenal saat itu. Dengan berbekal gergaji mesin (chainsaw) yang dimilikinya, Rasman membalak dari satu hutan ke hutan lain di kawasan yang dikelilingi oleh lima desa, Neglasari, Cibuluh, Gelarpawitan, Puncakbaru, dan Mekarjaya. Tidak hanya membalak, Rasman pun memburu burung di kawasan cagar alam tersebut. Kegiatan pembalakan hutan makin
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 50-51
2/8/11 11:48:31 AM
“Gara-gara itu, saya nginep di penjara selama 15 hari, trus harus bayar satu juta rupiah supaya bisa bebas,”
gencar dia lakukan setelah mendapatkan dukungan dari oknum polisi hutan yang juga menginginkan bagian dari praktek tersebut.
“Dulu sekali, pembalak diminta bayaran (oleh petugas BKSDA) sekitar Rp. 250.000 per hektar lahan yang digarap di dalam kawasan cagar alam,” kata Rasman.
“Sebulan saya bisa dapat jutaan dari membalak,” selorohnya.
Pada tahun 1999, Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL), sebuah LSM lingkungan di Bandung melakukan penelitian tentang elang jawa di kawasan Gunung Simpang. Namun, setelah melihat kenyataan banyaknya pembalak, pemburu dan perambah hutan yang dengan bebas dapat
merusak alam yang terlindungi, mereka pun sadar akan perlunya kegiatan penyadaran masyarakat mengenai pentingnya pelestarian hutan demi kesejahteraan masyarakat di masa depan. Sejumlah bencana kekeringan, banjir, hingga longsor yang memakan empat korban jiwa, yang terjadi pada tahun 1998-1999, rupanya menyadarkan masyarakat setempat untuk segera mengakhiri pembalakan liar.
Pada suatu hari di pertengahan tahun 2000, Rasman yang sedang membalak di hutan Desa Neglasari, dikepung dan digelandang ke balai desa oleh warga masyarakat yang sudah sangat geram dengan sepak terjangnya. “Gara-gara itu, saya nginep di penjara selama 15 hari, trus harus bayar satu juta rupiah supaya bisa bebas,” kenangnya. Pengalaman tersebut rupanya membuat efek jera atas si pembalak.“Tapi saya kapok
gerakan sosial masyarakat yang ingin memulihkan kembali hutan mereka yang selama bertahun-tahun dirusak, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sumber air yang mengalir dari hutan. “Nggak nyangka organisasi ini sukses membuat orang takut mbalak,” tutur Rasman.
lah mbalak lagi, daripada saya digelandang lagi,” ujarnya dengan malu. Pengalaman dipenjara ini kemudian menyadarkan Rasman dan bertekad untuk menebus semua kesalahannya.
Sejak saat itu Rasman secara aktif menyadarkan masyarakat untuk menyelamatkan hutan. Pendampingan masyarakat seperti pendekatan kekeluargaan, diskusi informal, hingga penyelenggaraan lokakarya desa pun dilakukan sebagai salah satu upaya penyadaran. “Mana ada yang percaya saya tobat,” kelakarnya. Kelak semua usahanya tidak sia-sia. Dengan berbagai pendampingan yang dilakukan, akhirnya lahirlah sebuah peraturan desa yang ingin memberantas pembalakan liar. Peraturan inilah yang kemudian melahirkan organisasi Raksabumi, sebuah organisasi yang merupakan simbol
53
Karena sepak terjangnya, Raksabumi pun menerima penghargaan KEHATI (KEHATI Award) pada tahun 2006. KEHATI Award merupakan penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) bagi mereka yang melakukan karya dan upaya yang luar biasa dalam pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Dari lima kategori yang dibagi berdasarkan profesi penerima, Raksabumi menjadi salah satu penerima dalam kategori Prakarsa Lestari KEHATI. Sebagai imbalannya, Raksabumi berhak mendapatkan tropi dan kesempatan studi banding ke Thailand. Tapi, karena ini adalah sebuah organisasi yang beranggotakan 50 orang dari 5 desa di Gunung Simpang, maka hadiah bagi satu orang perwalian itu dikonversikan dalam bentuk uang sejumlah 20 juta rupiah untuk pembelian perlengkapan anggota Raksabumi di 5 desa seperti seragam, pentungan, baterei, dan lain sebagainya. Ketika pembalakan hutan mulai berkurang dan sumber air semakin terpelihara dengan baik, warga masyarakat kemudian tergiur untuk memanfaatkan sumber daya air lebih optimal dengan memanfaatkan teknologi pembangkit listrik mikrohidro (PLTMH) untuk membangkitkan tenaga listrik.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 52-53
2/8/11 11:48:32 AM
“Sebelum bangun mikrohidro, tahun 2004 saya diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan teknik mesin di PT Cihanjuang Inti Teknik di Bandung,” jelas Rasman. Selanjutnya, YPAL dan masyarakat Cibulum mendapatkan bantuan dana dari GEF-SGP, senilai Rp. 300 juta untuk membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). PLTMH berhasil dibuat dan listriknya dialirkan kepada warga desa disekitarnya.
Upaya keras warga Cibuluh dalam melakukan konservasi hutan memberikan imbalan yang berarti. Listrik menerangi desa, menumbuhkan perekonomian lokal, dan pasokan air untuk pertanian yang merupakan urat-nadi pendapatan utama warga lokal.
Telah enam tahun PLTMH hadir ditengahtengah masyarakat. Listrik dari pembangkit ini pun masih terus menerangi desa yang letaknya cukup terisolasi ini. Kesinambungan pasokan tenaga listrik tidaklah lepas dari kesadaran warga bahwa alam harus tetap dijaga supaya terjadi keseimbangan dalam kehidupan mereka. Warga Cibuluh sadar bahwa dengan upaya pelestarian hutan dan menjaganya dari pembalakan liar, sumber daya air di daerahnya dapat terus tersedia, dan listrik dapat terus dialirkan ke rumahrumah mereka.
55 Mengelola Listrik Desa melalui Perusahaan Komunitas:
Pengalaman Warga Cibuluh
Dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga biasa kuat untuk maju apabila diberikan Mikro Hidro (PLTMH) di Desa Cibuluh pembinaan yang berkelanjutan. Sebagai memunculkan tanggung jawab baru salah satu tokoh yang dihormati oleh warga yang harus ditanggung bersama Cibuluh, Pak Ridwan selalu mengusahakan oleh masyarakat, agar Cibuluh yang yaitu menjaga terisolasi secara ...mikohidro ini memang keberlanjutan geografis, dapat dirancang sebagai PLTMH tersebut. berkembang. c o mmunity enter p r ise... Untuk memastikan “Pembangunan bahwa PLTMH berkelanjutan, mikohidro ini memang dirancang sebagai diperlukan kelembagaan yang community enterprise, agar masyarakat mampu mengakomodasi peran serta tidak hanya akan menjadi konsumen masyarakat atas dasar rasa kepemilikan saja tapi juga nantinya secara bertahap (sense of belonging). Semangat inilah mampu menjadi pengelola dan pemiliknya yang menjadi dasar bagi masyarakat sekaligus,” jelas Pak Ridwan. Cibuluh untuk mengelola PLTMH melalui perusahaan yang dimiliki Konsekuensinya, manajemen perusahaan oleh masyarakat atau yang sering komunitas di Desa Cibuluh ini, perlahan disebut sebagai perusahaan komunitas mulai dibangun. Fungsi dari manajemen (community enterprise). adalah mengelola dan mengalokasikan dana yang berasal dari iuran pembayaran Pak Ridwan Soleh, yang sehari-harinya listrik dari warga. Setiap bulannya, bekerja sebagai salah satu staf Yayasan perusahaan ini menerima pembayaran Pribumi Alam Lestari (YPAL) di Bandung, listrik sebesar Rp 1,5 – 2 juta. melihat adanya potensi warga yang luar
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 54-55
2/8/11 11:48:35 AM
“Saat ini, sebenarnya dalam manajemen pengelolaan PLTMH hanya ada 3 unit yang sudah dibentuk, yaitu unit pemeliharaan tangkapan air, unit pemeliharaan dan perbaikan (PLTMH), serta unit pengembangan usaha,” tambah Pak Ridwan (Gambar 1).
Pengawas YPAL + Pemerintahan Desa
sistem manajemennya; tidak hanya masalah kepemilikan, tapi juga distribusi dan pemasaran. “Inginnya kedelai hasil pertanian tidak perlu dijual dalam raw material, tapi dalam bentuk tahu. Begitu juga dengan hasil pertanian lain seperti pisang dan singkong,” jelas Pak Ridwan. Namun, untuk mencapai hal tersebut, diperlukan proses yang sangat panjang.
Ketua
Unit Pemeliharaan Tangkapan Air
Unit Pemeliharaan & Perbaikan
Unit Pengembangan Usaha
Gambar 1 Manajemen Mikrohidro Cibuluh “Unit Pemeliharaan Tangkapan Air ini menjadi tanggung jawab Raksabumi sebagai polisi hutan,” papar Pak Ridwan. Unit ini mendapatkan 10% dari pembayaran listrik warga; yaitu Rp 100-150 ribu per bulan setelah dikurangi biaya pemeliharaan mikrohidro. Sebelumnya, uang ini diperuntukkan bagi anggota Raksabumi, yang beranggotakan sekitar 10 orang, sebagai insentif. “Tapi sekarang dikonversikan untuk beli kaos atau yang lain,” imbuh Pak Ridwan. Selain itu, perusahaan komunitas juga mengalokasikan dana sebesar Rp 500 ribu bagi Unit Pemeliharaan dan Perbaikan, yang digunakan untuk biaya perbaikan mikrohidro apabila terjadi kerusakan. “Sekarang, fokus dari manajemen mikohidro adalah bagaimana mengembangkan Unit Pengembangan Usaha di desa ini.” Imbuhnya.
teridentifikasi. “Selain pabrik tahu, perikanan juga menjadi salah satu pertimbangan yang coba dimasukkan dalam manajemen mikrohidro,” jelas Pak Ridwan. Kendala terbesar yang dihadapi apabila pabrik tahu dan perikanan dimasukkan dalam manajemen, adalah ketidaksiapan dari pengelola pabrik tahu dan perikanan. “Apabila dimasukkan ke dalam manajemen, pabrik tahu tersebut paling tidak harus memberikan kontribusi rutin bagi kepentingan warga seluruhnya. Tapi, saat ini belum dapat diwujudkan karena keuntungan yang diperoleh belum seberapa. Perlu rencana lebih lanjut agar pabrik tersebut dapat berkembang lebih maksimal lagi,” tandas Pak Ridwan. Harapan ke depan, pabrik tahu dan perikanan dapat menjadi pendukung utama perekonomian desa.
Saat ini, Unit Pengembangan Usaha belum berjalan sebagaimana mestinya, namun beberapa potensi kegiatan telah
Saat ini, warga mencoba mengembangkan pabrik tahu yang ada dengan memperbaiki
Salah satu proses yang harus dilalui adalah bagaimana mempersiapkan masyarakat Cibuluh untuk menjalankan perusahan komunitas ini. “Sumber daya alam tidak menjadi masalah, tapi secara kultural masyarakat perlu melihat contoh nyata secara langsung,” jawab Pak Ridwan. “Itulah mengapa perlu ada percontohan seperti turbin (mikrohidro). Dulu, masyarakat mana tahu apa itu turbin, apa manfaatnya.? Setelah dibangun, mereka baru menyadari manfaat dari turbin tersebut,” paparnya. Dia juga menandaskan bahwa saat ini mereka sedang berusaha mendapatkan peralatan untuk meningkatkan produksi tahu, dan peralatan untuk mengemas setiap hasil bumi menjadi produk makanan dalam kemasan sehingga nilai jual dari hasil pertanian meningkat.
Secara umum, perusahaan komunitas yang berusaha dibentuk bersama oleh para warga Cibuluh ini dapat dikatakan berhasil. “Keberhasilan bagi warga Cibuluh ini, bukan dilihat dari keuntungan finansial yang diperoleh, melainkan kepada keuntungan masyarakat,” jelas Pak Ridwan ketika tentang keberhasilan implementasi
perusahaan komunitas di Cibuluh. “Ketika warga tidak diperlakukan sebagai konsumen tapi sebagai pemilik, maka sistem ini telah berhasil dijalankan. Warga sungguh-sungguh memiliki mikrohidro ini dan mereka lah yang menjalankannya,” imbuhnya dengan bangga.
57
“Apalagi kalau dari mikrohidro ini kita mampu meningkatkan kapasitas manusia di desa tersebut; maka itu adalah pencapaian paling berhasil dari perusahaan komunitas ini,” katanya. Saat ini di Cibuluh bukan hanya operator saja yang mampu mengelola mikrohidro, tetapi seluruh warga Cibuluh berpartisipasi secara sukarela untuk mengelolanya. Bahkan, ada yang mampu memfasilitasi warga daerah lain, seperti daerah Citarum dan Nunukan di Kalimantan, tentang turbin dan manfaatnya bagi kehidupan daerah yang terisolasi seperti mereka.
Perusahaan komunitas adalah suatu langkah awal yang sangat baik dan berhasil bagi warga Cibuluh untuk dapat mengelola apa yang menjadi miliknya, termasuk listrik. Ketika warga kota tetap menjadi konsumen listrik, warga Cibuluh telah menjadi pemilik perusahaan listrik, yang juga mereka nikmati saat ini. Bahkan bermula dari listrik, mereka mampu membangun pabrik tahu yang telah berjalan satu tahun. Walaupun masih dalam skala kecil, namun kemajuan ini menjadi pemicu semangat dari perjalanan panjang untuk membawa warga desa menjadi lebih sejahtera di masa mendatang.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 56-57
2/8/11 11:48:36 AM
Referensi LPG
depkeu.go.id/Content/10-08-24,%20Data%20Pokok%20 RAPBN%202011_Indonesia_rev1.pdf. Kompas. (2010, Juli 7). 3 Faktor Penyebab Ledakan Kompor Gas. Diakses Juli 28, 2010, dari http:// regional.kompasiana.com/2010/07/07/3-faktorpenyebab-ledakan-kompor-gas/. Kompas. (2010, Mei 17). Awas! 90.000 Tabung Gas Palsu Beredar. Diakses September 17, 2010, dari http://megapolitan.kompas.com/ read/2010/05/17/21283293/Awas.90.000.Tabung. Gas.Palsu.Beredar.
Askolani, Samosir. A & Farida.Y. (2008, Februari 26). Efektifitas Frogram Konversi Mlnyak Tanah ke LFG. Diakses September 8, 2010, dari http://www.fiskal. depkeu.go.id/webbkf/kajian%5Ckonversiminyak.pdf. Badan Standardisasi Nasional. (2010, Agustus 25). Regulator ber-SNI palsu beredar. Diakses September 8, 2010, dari http://www.bsn.or.id/news_detail. php?news_id=2238.
Kompas. (2010, Juli 8). JK: ledakan Bukan Karena Konversi. Diakses Agustus 20, 2010, dari http://bisniskeuangan.kompas.com/ read/2010/07/08/17494353/JK.Ledakan.Tabung. Bukan.karena.Konversi. Kompas. (2010, Juli 31). Konversi Gas, kebijakan Panik yang Bikin Panik. Diakses Agustus 20, 2010, dari http://nasional.kompas.com/ read/2010/07/31/1126197/Konversi.Gas..Kebijakan. Panik.yang.Bikin.Panik.
BBC Indonesia. (2010, Agustus 12). Data Lengkap Untuk Solusi Tepat. Diakses Agustus 20, 2010, dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_ khusus/2010/08/100812_gas2.shtml.
Kompas. (2010, Juli 27). Ledakan Tabung Gas Elpiji, Salah Pemerintah atau Hanya Pertamina? Diakses Agustus 6, 2010, dari http://regional.kompasiana. com/2010/07/27/ledakan-tabung-gas-elpiji-salahpemerintah-atau-hanya-pertamina/.
Berita Indonesia. (2007, Agustus 24). Konversi Minyak Tanah Sarat Kontroversi. Diakses September 17, 2010, dari http://www.beritaindonesia.co.id/beritautama/konversi-minyak-tanah-sarat-kontroversi.
Kompas. (2008, Juni 7). Pertamina tak Bisa Penuhi Kebutuhan. Diakses September 17, 2010, dari http:// cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/07/01133152/ pertamina.tak.bisa.penuhi.kebutuhan.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. (2007). Program Pengalihan Minyak Tanah Ke LPG (Dalam Rangka Pengurangan Subsidi BBM) 2007 – 2012 Blueprint. Diakses September 17, 2010, dari www.migas.esdm.go.id/download. php?fl=gerbang_126_7.pdf.
Kompas. (2010, Juli 12). Tabung Gas, Rawat dan Kenali Kebocoran. Diakses Agustus 6, 2010, dari http://bisniskeuangan.kompas.com/ read/2010/07/12/17505124/Tabung.Gas..Rawat.dan. Kenali.Kebocoran.
Departemen Keuangan Republik Indonesia. (2010, Agustus 24). Data Pokok APBN 2005-2011 Departemen Keuangan Republik Indonesia. Diakses September 17, 2010, dari http://www.anggaran.
Kompas. (2010, Agustus 10). Tiga Tahun, 216 Kasus Kecelakan Elpiji. Diakses September 8, 2010, dari http://bisniskeuangan.kompas.com/ read/2010/08/10/13581735/Tiga.Tahun..216.Kasus. Kecelakaan.Elpiji.
Kompas. (2010, Juli 8). Warga Bangkalan Takut Gunakan Elpiji. Diakses September 17, 2010, dari http://regional.kompas.com/ read/2010/07/08/19184442/Warga.Bangkalan.Takut. Gunakan.Elpiji.
SCTV. (2010, Juli 20). Korban Ledakan Tabung Gas Dirawat di RSCM. Diakses Agustus 6, 2010, dari http://berita.liputan6.com/ liputanpilihan/201007/287095/Korban.Ledakan. Tabung.Gas.Dirawat.di.RSCM.
Kumorotomo, W. (2010). Kasus No.5: Kebijakan Konversi Minyak Tanah ke Gas. Diakses September 8, 2010, dari http://kumoro.staff.ugm.ac.id/file_artikel/Kasus%20 No.3%20Konversi%20Minyak%20ke%20Gas.pdf.
Simanjuntak. M, Kusumo. R.A.B & Nasarullah. M. (2009, Agustus). Pola Pengeluaran, Persepsi, dan Kepuasan Keluarga Terhadap Perubahan Penggunaan Energi dari Minyak Tanah ke LPG. Diakses Agustus 6, 2010, dari http://journal.ipb.ac.id/ index.php/jikk/article/viewFile/1532/602.
Media Indonesia. (2010, Juni 1). Pertamina akan Tangani Standardisasi Karet Tabung Gas. Diakses Agustus 20, 2010, dari http://www.mediaindonesia. com/read/2010/06/06/146343/23/2/Pertaminaakan-Tangani-Standardisasi-Karet-Tabung-Gas . Metro TV. (2010, Juli 29). Stop Ledakan, Mendagri Terbitkan Edaran Hingga Kelurahan. Diakses September 8, 2010, dari http://metronews.fajar.co.id/ read/100015/10/index.php. Metro TV. (2010, Juli 29). Stop Ledakan, Mendagri Terbitkan Edaran Hingga Kelurahan. Diakses September 17, 2010, dari http://metronews.fajar. co.id/read/100015/10/index.php. Okezone. (2010, Juli 28). JK: Jangan Salahkan Konversi Minyak Tanah. Diakses Agustus 20, 2010, dari http://news.okezone.com/ read/2010/07/28/337/357213/337/jk-jangansalahkan-konversi-minyak-tanah. Republika. (2010, Juli 30). Distribusi Elpiji 3 kg Tertutup. Republika. (2010, Juni 3). DPR Soroti Maraknya Tabung Gas tak Penuhi Standar SNI. Diakses Agustus 6, 2010, dari http://www.republika.co.id/ berita/breaking-news/ekonomi/10/06/03/118374-dprsoroti-maraknya-tabung-gas-tak-penuhi-standar-sni.
59
Tempo Interaktif. (2006, Agustus 30). Pemerintah Percepat Program Konversi Minyak Tanah. Diakses September 17, 2010, dari http://www. tempointeraktif.com/hg/ekbis/2006/08/30/ brk,20060830-82960,id.html. Tempo Interaktif. (2007, Juli 31). Pertamina Tarik 11 persen Kompor Gas Program Konversi. Diakses September 17, 2010, dari http://www. tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/07/31/ brk,20070731-104653,id.html. Tempo Interaktif. (2010, Juni 25). Pemerintah Terus Selidiki Asal Aksesori Tabung Gas Palsu. Diakses Agustus 20, 2010, dari http://www. tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/06/25/ brk,20100625-258510,id.html. The Jakarta Post. (2008, Desember 17). Poverty Watch: Kerosene a Luxury Item in C. Java after Conversion LPG. Diakses September 17, 2010, dari http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/17/ povertywatch-kerosene-a-luxury-item-cjava-afterconversion-lpg.html.
Republika. (2010, Juli 28). Mendagri Segera Kirim Surat Edaran Sosialisasi Tabung Gas. Diakses Agustus 20, 2010, dari http://www.republika.co.id/ berita/breaking-news/nasional/10/07/28/127185mendagri-segara-kirim-surat-edaran-sosialiasitabung-gas.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 58-59
2/8/11 11:48:37 AM
61
Referensi Cinta Mekar Basuki, K. (2007, Nopember 24 ). Mengapa Mikrohidro. Diakses April 26, 2010, dari http:// p3m.amikom.ac.id/p3m/76%20-%20MENGAPA%20 MIKROHIDRO.pdf. IBEKA. (2007). Community Private Partnership Pro-Poor Infrastructure: Cinta Mekar Microhydro Training Power Plant. Diakses April 17, 2010, dari http://www.unescap. org/esd/energy/dialogue/community/documents/ Presentation%20of%20Cinta%20Mekar.pdf. Kompas. (n.d.). Listrik Belum Juga \”Nyetrum\” Koperasi. Diakses Juli 26, 2010, dari http://www. djlpe.esdm.go.id/modules/news/mbl_detail. php?news_id=1722. Kompas. (2007, April 08). Menghidupkan Desa Dengan Pembangkit Listrik Swakeloka. Diakses April 23, 2010, dari http://www.djlpe.esdm.go.id/ modules/news/mbl_detail.php?news_id=1550. Kompas. (2007, Juni 18). PLTMH Subang Buat Warga Desa Berdaya. Diakses April 23, 2010, dari http://www.pln-jabar.co.id/berita_media_det. php?id=2051#top.
Pikiran Rakyat. (2007, Mei 21) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro : Menerangi Desa, Memberdayakan Warga. ( 2007, Juni 24). Diakses April 26, 2010, dari http://www.lipi.go.id/www.cgi?beri ta&1182700636&123&2007&. Radio Nederland Wereldomroep. (2008, Agustus 07). Swadaya Listrik Rakyat “Masa Depan Sumber Energi Indonesia”. Diakses Mei 10 2010, dari http://static.rnw. nl/migratie/www.ranesi.nl/arsipaktua/lingkungan_ hidup/swadaya_listrik_rakyat-redirected. Sutisna, N. (2004 , April 17 ). Departemen Energi Kembangkan Sistem Mikrohidro. Diakses Juni 26, 2010, dari http://www.infoanda.com/linksfollow. php?lh=Bw1VUlJTVgFV. Vinanda, M. Y. (2009). Cinta Mekar Microhydro Plant Adopts Community-Based Microhydro Management. Diakses April 17, 2010, dari http://www.wwf.or.id/ berita_fakta/berita_fakta/?9160/Cinta-MekarAdopts-Community-Based-Microhydro-Power-PlantManagement-System.
Referensi Cibuluh IMIDAP. (2008). Assesment Mikrohidro IMIDAP. Diakses Mei 22, 2010, dari http://portal.imidap.org/index. php?option=com_content&view=article&id=28:assesment-mikrohidro-imidap&catid=1&Itemid=19&lang=in. IMIDAP. (2008). Data Existing Mikro Hidro Cibuluh. Diakses Mei 22, 2010, dari http://datapotensi.imidap.org/ index.php/potensi/detailexistmmch/PLTMH-3203030011-1/20100511102904. IMIDAP. (2009). Sistem Basis Data Potensi Mikrohidro. Diakses Juli 27, 2010, dari http://datapotensi. mikrohidro.net/index.php/potensi/mappotensidesaprop/3203030011. KEHATI. (2009). Sekilas Profil Peraih Kehati Award . Diakses Mei 22, 2010, dari http://www.kehati.or.id/files/pdf/ Brosur-KEHATI-Award-2009.pdf.
Jawa Pos. (2009, Mei 8). Rasaman Nuralam, Sosok Dibalik Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro “Dulu Pembalak Liar, Kini Pahlawan Kegelapan Desa Terpencil“. Diakses Mei 28, 2010, dari http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=86912. KEHATI. (2006). Telah Terpilih Finalis KEHATI Award 2006. Diakses Mei 22, 2010, dari http://www.kehati.or.id/ news/telah-terpilih-finalis-kehati-award-2006.html. KOMPAS. (n.d.). Infrastruktur Pedesaan: Kemiskinan yang Melumpuhkan . Diakses Juli 26, 2010, dari http:// www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=view&id=315&Itemid=5. KOMPAS. (2009, Juni 11). Pembangkit Listrik Mikrohidro Di Batang Berpotensi. Diakses Juni 22, 2010, dari http://kompas.realviewusa.com/default.aspx?iid=26170&startpage=page0000004 . Muchtar. M & Soleh. R. (2009, Desember 2). “Illegal Rangers” from the Villages. Diakses Juli 26, 2010, dari http://www.natureandpoverty.net/find/show-shared-practice/article/illegal-rangerss-from-the-villages-415/. Pikiran Rakyat. (2008). Nasib Petani: Mereka bagaikan Warga Telantar . Diakses April 27, 2010, dari http:// www.prakarsa-rakyat.org/artikel/news/artikel.php?aid=27788.
Referensi Cimanggu IMIDAP. (2008). Data Existing Mikrohidro Cimanggu. Diakses Mei 22, 2010, dari http://datapotensi.imidap. org/index.php/potensi/detailexistmmch/PLTMH-3205030014-2/20100511110817.
Referensi Ciptagelar Abah Anom Ciptagelar -Menjaga Tradisi . (2009, Nopember 19). Diakses Juni 26, 2010, dari http://www.kasundaan.org/id/index. php?option=com_content&view=article&id=84:abahanom&catid=58:tokoh&Itemid=93.
Nurjanah, A. (2006). Studi Lanskap Budaya Kampung Ciptagelar, Kabupaten Sukabumi dan Upaya Pelestariannya. Diakses Juni 26, 2010, dari http:// www.docstoc.com/docs/downloaddoc.aspx/?doc_ id=36673628&pt=16&ft=11.
Kompas. (2009, April 15). Listrik Kasepuhan Ciptagelar Tergantung Musim. Diakses Juni 26, 2010, dari http://cetak.kompas.com/read/ xml/2009/04/15/13344978/Listrik.Kasepuhan. Ciptagelar.Tergantung.Musim.
Wacana Nusantara. (2009, September 1). Kehidupan Kolektif: Kebudayaan Masyarakat Desa Ciptagelar. Diakses Juni 26, 2010, dari http://www.wacananusantara.org/2/492/ Kehidupan%20Kolektif:%20Kebudayaan%20 Masyarakat%20Desa%20Ciptagelar.
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 60-61
2/8/11 11:48:38 AM
Energy for Equitable Development BookletRa.indd 62
2/8/11 11:48:39 AM