EFEK RENOPROTEKTIF PERASAN RIMPANG TEMULAWAK (Curcumma xanthorriza Roxb.) TERHADAP KADAR UREUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Endang Nur Utami1 ; Anik Nuryati, S.Si, M.Sc.2 ; M. Atik Martsiningsih, S.Si, M.Sc.2 INTISARI
Temulawak adalah salah satu obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Temulawak mengandung kurkumin yang bisa mencegah terjadinya kerusakan ginjal. Kurkumin merupakan zat antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas didalam sel. Penggunaan parasetamol dengan dosis toksik akan menyebabkan kerusakan pada ginjal. Metabolisme Parasetamol melalui sitokrom P450 membuat Parasetamol mengalami Nhidroksilasi membentuk senyawa antara, N-acetyl-para-benzoquinoneimine (NAPQI), yang sangat elektrofilik dan reaktif. Indikator terjadinya kerusakan ginjal salah satunya adalah peningkatan kadar ureum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek renoprotektif perasan rimpang temulawak (Curcumma xanthorriza Roxb) terhadap kadar ureum pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi Parasetamol Penelitian ini merupakan pre-post test control group design dengan menggunakan tikus putih sebagai hewan uji sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok, parasetamol 500 mg/kg BB digunakan untuk menginduksi tikus putih agar terjadi kerusakan pada ginjal. Perasan temulawak dosis 200, 400, dan 800 mg/kg BB diberikan pada masing-masing kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan diperiksa kadar ureum (pre-test dan posttest). Data dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan uji AnovaOne Way dan uji regresi linear pada SPSS 16.0 for Windows. Rata-rata peningkatan kadar ureum tikus putih yang diinduksi parasetamol pada tikus putih yang diberi perasan temulawak dosis 200, 400, dan 800 mg/kg BB adalah 50.33; 35.89 ; 23.47 mg/dl. Hasil uji AnovaOne Way menunjukkan signifikan 0.000 yang berarti ada pengaruh pemberian perasan temulawak terhadap kadar ureum tikus putih yang diinduksi parasetamol.Hasil uji regresi linear adalah terdapat hubungan yang sangat kuat antara pemberian perasan temulawak dengan penurunan kadar ureum. Penurunan kadar ureum diperkirakan 97.8 % karena perasan temulawak dan 2.2 % karena adanya faktor lain dan dapat disimpulkan bahwa setiap pemberian perasan temulawak dapat memberikan efek renoprotektif terhadap berkurangnya kadar ureum tikus putih yang diinduksi parasetamol sebesar 13.426 mg/dl. Terdapat efek renoprotektif perasan rimpang temulawak (Curcumma xanthorriza Roxb) terhadap kadar ureum pada serum tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi Parasetamol Kata Kunci: Perasan temulawak, Parasetamol, kadar ureum, tikus putih.
1 2
Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
1
2
The Renoprotective Effect of Temulawak Aqueous (Curcuma xanthoriza Roxb.) on The ureum value on White Rats (Rattus norvegicus) Which Induced by Parasetamol Endang Nur Utami1 ; Anik Nuryati, S.Si, M.Sc.2 ; M. Atik Martsiningsih, S.Si, M.Sc.2
ABSTRACT
Temulawak is one of traditional medicine that often used by people in Indonesia. Temulawak contain curcumin that can prevent kidney damage. Curcumin is antioksidan substance that can catching free radical inside cell. Use Parasetamol with toxic dose will make kidney damage. Parasetamol metabolism in sitokrom P450 make Parasetamol occurred N-hidroksilasi form compound, N-acetyl-parabenzoquinoneimine (NAPQI), that very electrofilic and reactive. Indicator kidney damage is ureum value increase. This research aim to know the renoprotective effect of temulawak aqueous (curcuma xanthoriza roxb.) on the ureum value on white rats (rattus norvegicus) which induced by parasetamol. This research a prepost test control group design using 24 white rats as experimental animals that divide in to 4 group, Parasetamol used to induce white rats in order to kidney damage. Temulawak aqueous dose of 200, 400, and 800 mg / kg BW give to each treatment group. The ureum value test (pre-post test) do in each treatment group. The test results were analyzed using descriptive statistics and One Way Anova and linear regression in SPSS 16.0 for Windows. The mean ureum value increase white rats that induced by parasetamol and temulawak aqueous dose 200, 400, and 800 mg/ kg BW are 50.33; 35.89 ; 23.47 mg/dl. The AnovaOne way result showed significant 0.000 that have meaning there are influence giving temulawak aqueous to white rats ureum value that induced by parasetamol. The linear regression result is there are strong connection between giving temulawak aqueous with ureum value decrease. Ureum value decrease approximation 97.8% becaue temulawak aqueous and 2.2 % because other factor and can conclude that each giving temulawak aqueous can give renoprotective effect to white rats ureum value decrease which induced by parasetamol is 13.426 mg/dl. There are renopretective effect temulawak aqueous (Curcumma xanthorriza Roxb) on the ureum value on white rats (Rattus norvegicus) which induced by Parasetamol. Keywords : temulawak aqueous, Parasetamol, ureum value, white rats.
1 2
Student of Health Analyst Department of Health Polytechnics of Yogyakarta The Lecturers of Health Analyst Department of Health Polytechnics of Yogyakarta
PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia telah menggunakan
Obat-obatan dieliminasi dari
tumbuh-tumbuhan
dalam tubuh baik dalam bentuk yang
sebagai obat tradisional sejak lama.
tidak diubah oleh proses ekskresi
Obat tradisional ini telah digunakan
maupun diubah menjadi metabolit.
jauh sebelum pelayanan kesehatan
Ginjal merupakan organ yang paling
menggunakan obat sintetik. Obat-
penting untuk mengeluarkan obat-
obatan dalam penggunaannya telah
obatan
mengalami
Metabolisme Parasetamol melalui
dengan
peningkatan
meningkatnya
masyarakat
seiring
kesadaran
terhadap
dan
sitokrom
dampak
P450
Parasetamol
metabolitnya4.
hasil
dapat
membuat
mengalami
negatif dari obat sintetik. Masyarakat
hidroksilasi
kembali
obat
antara,yaitu senyawa N-acetyl-para
penyembuhan
benzoquinoneimine (NAPQI), yang
karena
efek
sangat elektrofilik dan reaktif5.
ditimbulkan
lebih
memilih
tumbuhan
sebagai
alternatif
berbagai
penyakit
samping
yang
1
kecil .
Parasetamol
adalah
senyawa
salah
satu
zat
organ utama sistem kemih atau
antipiretik atau obat penurun demam
uriner yang bertugas menyaring dan
yang
membuang
hanya
adalah
Ginjal
membentuk
N-
mengurangi
gejala
cairan
penyakit, tidak mengobati penyakit.
metabolisme
Dosis harus tepat, tidak berlebihan
Organ ini berisi darah dari arteri
karena
yang mengalir melalui kumpulan
dapat
menimbulkan 2
gangguan fungsi hati dan ginjal . Masyarakat
di
dari
sampah
dalam
tubuh.
pembuluh darah halus ginjal sebagai
Indonesia
unit penyaringan ginjal yang disebut
sering menggunakan Parasetamol
glomerulus.
sebagai obat penurun demam. Obat
tersebut dikelilingi oleh organ seperti
ini dapat diperoleh tanpa resep
cangkir yang disebut kapsul bowman
dokter sehingga mudah didapat.
yang tersangkut pada tubule dan
Penggunaan Parasetamol seringkali
berperan dalam penyaringan darah.
digunakan tanpa mengetahui dosis
Cairan yang tidak berguna bagi
yang efektif bagi tubuh sehingga
tubuh sekitar 1 % akan dikirimkan ke
memungkinkan
kandung kemih sebagai urin. Zat-zat
untuk
terjadinya
keracunan3.
Setiap
kumpulan
tersebut antara lain adalah urea,
3
4
natrium, kalium, magnesium , asam 6
fosfat dan asam karbonat . Kadar
nama
Tanaman
latin
ini
Curcuma
xanthorriza
kadar
Roxb.,
dalam
darah
Indonesia dan banyak terdapat di
dihitung sebagai kemampuan fungsi
pulau Jawa. Temulawak bermanfaat
ginjal. Tes-tes kemampuan fungsi
karena mengandung zat tepung,
ginjal mempunyai dua tujuan utama.
kurkumin
Tes-tes ini mendeteksi kemungkinan
Kurkumin yang terkandung dalam
kerusakan
seorang
temulawak adalah sekitar 1,93%1.
pasien yang mempunyai gangguan
Diet kurkumin pada tikus mampu
pada ginjal atau menentukan derajat
melindungi sel-sel ginjal terhadap
kerusakan
stres oksidatif11.
urea
di
ginjal
fungsi
pada
ginjal
yang
diketahui sakit. Ginjal harus rusak
merupakan
memiliki
dan
nitrogen
kreatinin
penyakit.
dan
tanaman
asli
atsiri10.
minyak
Penelitian telah menunjukkan
kira-kira dua pertiga jaringan secara
bahwa
fungsional agar tes-tes fungsi ginjal
kurkumin sangat berperan sebagai
memperlihatkan
penangkal
kelainan,
dan
gugus
hidroksi
radikal
fenolik
(antioksidan).
kegagalan ginjal berkembang bila
Kurkumin sebagai inhibitor sitokrom
ketidakmampuan mempertahankan
P-450
keseimbangan7.
oleh kehadiran gugus hidroksi 12.
Ureum dihasilkan oleh tubuh
kemungkinan
diperantarai
Reaksi radikal hidroksil (OH)
sebagai produk metabolisme protein
dengan
hepatik. Cara pembuangannya dari
hydrogen fenolik ditarik, kemudian
tubuh adalah ekskresi oleh ginjal.
radikal
Produksi
dimantapkan dan bereaksi kembali
kecepatan
ureum yang
terjadi cukup
pada mantap
kurkumin
fenolik
dengan
radikal
menyebabkan
yang
dihasilkan
fenolik
tersebut.
sehingga kecepatan nitrogen urea
Dengan cara ini OH dinetralkan,
darah restruksi pada fungsi ginjal8.
sehingga
Nilai normal ureum dalam serum
peroksidasi lipid pada membrane
adalah dewasa yaitu 5-25 mg / dl,
mitokondria.
Bayi sebesar 5-15 mg/dl dan Anak-
akan
anak sebesar 5-20 mg/ dl 9
ferulat dan fenilbutenon 13.
Temulawak merupakn tanaman sejenis kunyit yang bisa digunakan sebagai
obat
berbagai
macam
mencegah
terurai
terjadinya
Kemudian
kurkumin
membentuk
asam
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian
dengan
rancangan
5
eksperimental
murni,
percobaan
rimpang
temulawak
(Curcuma
secara in vivo dan menggunakan
xanthorrhiza
desain
diambil darahnya lewat sinus orbital
penelitian
dengan
Roxb),
rancangan pre-post test control
untuk
group design. Dua puluh empat
sebagai pre–test. Kelompok kontrol
ekor tikus putih (Rattus norvegicus)
positif adalah kelompok yang hanya
dibagi menjadi empat kelompok,
diberi Parasetamol dengan dosis
yaitu kelompok Kontrol positif dan
500 mg/kg BB sebanyak 1 kali
kelompok perlakuan dengan dosis
tanpa pemberian perasan rimpang
perasan temulawak 200, 400, dan
temulawak.
800 mg/kg BB.
mendapatkan
Variabel
penelitian
kadar
Kelompok
ureum
perlakuan
perasan
rimpang
ini
temulawak dengan dosis 200 ; 400;
perasan
800 mg/kg BB selama 1 minggu
temulawak secara per oral. Variabel
dan Parasetamol dengan dosis 500
terikatnya adalah kadar ureum tikus
mg/kg BB sebanyak 1 kali. Semua
putih.
yang
kelompok tikus putih mendapatkan
dipakai adalah tikus putih berjenis
pakan standar BR II setiap hari.
kelamin jantan yang berumur 8
Pengambilan sampel darah untuk
minggu, memiliki berat badan 150-
pemeriksaan pre-test dan post test
200 gram, sehat, dan tidak cacat.
melalui sinus orbital yang kemudian
adalah
bebas
diperiksa
kemudian
pemberian
Hewan
percobaan
Proses adaptasi dilakukan pada hewan percobaan selama 1 minggu sebelum
mendapat
perlakuan.
Selama proses adaptasi,dua puluh empat
tikus
yang
didapatkan
diukur
kadar ureum. HASIL DAN PEMBAHASAN
hanya
diberi
Kadar ureum diukur sebelum
Setelah
satu
dan sesudah diberi perlakuan pada
minggu adaptasi, dua puluh empat
masing-masing kelompok selama 2
tikus tersebut dibagi menjadi empat
minggu.
kelompok yakni kelompok pertama
ditunjukkan pada
adalah kelompok kontrol positif,
kadar ureum Sebelum dan Sesudah
kelompok
Pemberian
pakan
ekor
serum
standar.
selanjutnya
yaitu
Data
kadar
ureum
Tabel 1: Selisih
Perasan
Temulawak
kelompok 1, 2, dan 3 adalah
pada
kelompok perlakuan dengan dosis
Parasetamol Secara Oral (satuan
200 ; 400; 800 mg/kg BB perasan
dalam
Tikus
mg/dl)
Putih
dan
yang
Diberi
Persentase
6
Peningkatan kadar ureum (satuan
kelompok kontrol positif, 200, 400,
dalam %).
dan 800 mg/kg BB
adalah 80.12;
50.33; 35.89; 23.47 mg/dl.
1 2 3 4 5 6
200 mg/kg BB
Rerata 1 2 3 4 5 6
400 mg/kg BB
Rerata 1 2 3 4 5 6
800 mg/kg BB Rerata
positif
peningkatan
kadar
Selisih kadar ureum (PrePost)
Peningk -atan kadar ureum (%)
10.93 11.26 11.59 10.60 10.26 10.93 10.93 10.26 11.59 10.93 10.93 11.59 10.60 10.98
77.78 80.72 80.39 78.10 81.70 82.03 80.12 48.37 50.65 52.29 50.00 51.31 49.35 50.33
66.85 69.46 68.80 67.51 71.43 71.10 69.19 38.11 39.06 41.36 39.07 39.72 38.75 39.35
611.62 616.87 593.62 636.89 696.20 650.50 633.03 371.44 337.01 378.41 357.46 342.71 365.57 358.38
setelah
11.92 11.26 10.93 11.59 10.93 11.92 11.42
32.68 36.93 39.22 36.60 33.33 36.60 35.89
20.76 25.67 28.29 25.01 22.41 24.68 24.47
174.16 227.98 258.83 215.79 205.03 207.05 214.27
temulawak maka semakin besar
11.59 10.93 11.26 11.92 10.60 10.26 11.09
23.86 22.22 23.53 23.53 24.84 22.88 23.47
12.27 11.30 12.27 11.61 14.24 12.61 12.38
105.87 103.39 108.97 97.40 134.34 122.90 111.63
rata kadar ureum pada post-test.
Sumber: Data Primer Terolah Kelompok mengalami
kontrol
peningkatan
positif aktivitas
ALP (pre-post) yang paling tinggi setelah diberikan Data kadar ureum
mengalami
ureum (pre-post) yang paling tinggi diberikan
parasetamol
secara oral, yaitu 69.19 mg/dl. Kadar ureum
semakin
kelompok
menurun
perlakuan
konsentrasi
200,
400,
pada dengan
dan
800
mg/kg BB. Hasil yang diperoleh tersebut semakin
menunjukkan besar
bahwa
dosis
perasan
efek renoprotektifnya.Semakin besar dosis
perasan
temulawak
yang
diberikan, maka semakin kecil rata-
Rata-Rata kadar ureum Tikus Putih (Pre-Test dan Post-Test) 100 80 60 40
kadar ureum sebelum perlakuan (pre-test ) pada kelompok kontrol
Post-Test
20 0
pada tabel 2 menunjukkan bahwa
Pre-Test
menghitun
Grafik
menujukkan
mg/kg BB
Rerata
kontrol
Kadar ureum (Posttest)
400 mg/kg BB 800
Kontrol Positif
Kelompok
Kadar ureu m (Pretest)
Konrol Positif 200mg/ kg BB
1 2 3 4 5 6
Kelomp ok
Kadar ureum (mg/dl)
N o
bahwa
positif, 200, 400, dan 800 mg/kg BB
kondisi tikus pada Pre-Test (warna
adalah 10.93 ; 0.98; 11.42; 11.09
biru) dalam kondisi sehat, karena
mg/dl,
kadar ureum dalam keadaan normal
sedangkan
kadar
ureum
setelah perlakuan ( post-test ) pada
dan
cenderung
stabil.
Post-Test
7
(warna merah) terjadi peningkatan
perhitungan yang pertama. Hasil uji
kadar ureum kontrol positif yang
ini menunjukkan data berdistribusi
signifikan
normal yang menandakan bahwa
karena
pengaruh
dari
parasetamol. Semakin tinggi dosis
data
temulawak
ureum
menggunakan metode parametrik.
semakin berkurang secara bertahap.
Analisis dilanjutkan dengan uji One
Data
Way
maka
yang
kadar
diperoleh
kemudian
dianalisis
Anova.
selanjutnya
Hasil
analisisnya
dianalisis secara deskriptif dengan
menunjukkan
menghitung rata-rata standar deviasi
perbedaan
minimum dan maksimum.
kelompok perlakuan dosis 200, 400,
Tabel 3: Hasil Pengukuran Efek Renoprotektif Perasan Rimpang Temulawak Terhadap Kadar Ureum Tikus Putih Yang Diinduksi Parasetamol (satuan dalam mg/dl)
dan 800 mg/kg BB. Variansi data
Kelompok Perlakuan Dosis 200 mg/kg BB Dosis 400 mg/kg BB Dosis 800 mg/kg BB
mum
yang
perlakuan.
6
39.34±1.12
38.10
41.36
6
24.47±2.62
20.76
28.29
6
12.38±1.03
11.30
14.24
ureum
sama,
antar
maka
didapatkan hasil terdapat perbedaan
um
Mean ± SD
terdapat
dilakukan uji Post Hoc (LSD) yang
Maksi
N
kadar
atau
Minim
bermakna
antar
Analisis
kelompok selanjutnya
adalah menggunakan uji regresi
Analisis digunakan
deskriptif untuk
dapat
mengetahui
kelompok yang memiliki rata-rata ureum
tertinggi
adalah
kelompok tikus putih yang diberi dosis perasan temulawak sebesar 200 mg/kg BB. Kelompok yang memiliki
rata-rata
kadar
terendah
adalah
kelompok
linear sederhana yang didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang sangat
Sumber : Data Primer Terolah
kadar
homogen
bahwa
ureum tikus
putih yang diberi dosis perasan temulawak sebesar 800 mg/kg BB. Data dianalisa menggunakan SPSS 16.0 for Windows dengan uji normalitas data sebagai langkah
kuat
antara
pemberian
perasan temulawak terhadap kadar ureum tikus putih yang dinduksi parasetamol. Persamaan linear yang didapat adalah y= 63.418 – 13.426x. yang
mempunyai
pemberian
makna
perasan
setiap
temulawak
dapat menurunkan aktivitas ALP sebesar 13.426 mg/dl Pemberian
parasetamol
dengan dosis 500 mg/kg BB mampu meningkatkan kadar ureum. Hal ini ditunjukan oleh data pada tabel 2, yakni kadar ureum post-test
pada
kontrol positif yaitu sebesar 80.12
8
mg/dl
meningkat
dibandingkan
perasan temulawak pada tikus putih
dengan kadar ureum Pre-Test yaitu
dapat
sebesar 10.93 mg/dl. Meningkatnya
peningkatan kadar ureum akibat dari
kadar
pemberian parasetamol secara oral.
ureum
mengalami
karena
kerusakkan,
ginjal
mencegah
terjadinya
sehingga
KESIMPULAN
14
1. Perasan temulawak (Curcuma
kadarnya dalam serum naik . Kadar ureum tikus putih yang
xanthorrhiza Roxb.) dosis 200,
diberi perasan temulawak sebesar
400, dan 800 mg/kg BB memiliki
200, 400, dan 800 mg/ kg BB dan
efek renoprotektif terhadap kadar
selanjutnya diinduksi parasetamol
ureum pada tikus putih (Rattus
adalah 50.33; 35.89 ; 23.47 mg/dl.
norvegicus)
Hasil
parasetamol.
yang
diperoleh
ini
dapat
yang
diinduksi
dikatakan bahwa kadar ureum tikus
2. Kadar ureum tikus putih yang
putih mengalami penurunan secara
diinduksi parasetamol dosis 500
bertahap. Menurunnya kadar ureum
mg/kg
tikus putih menunjukkan adanya
peningkatan
efek renoprotektif terhadap tikus
dengan
putih yang diinduksi parasetamol.
parasetamol dosis 500 mg/kg BB
Perasan temulawak diberikan selama satu minggu sebelum induksi
BB
mengalami dibandingkan
sebelum
pemberian
yaitu 10.93 mg/dl menjadi 80.12 mg/dl.
parasetamol
bertujuan
untuk
3. Kadar ureum setelah pemberian
menghambat
kerusakan
ginjal.
perasan temulawak dosis 200,
Kurkumin yang terkandung di dalam
400, dan 800 mg/kg BB dan
temulawak
berfungsi
sebagai
diinduksi parasetamol berturut-
antioksidan
yang
mampu
turut sebesar
menghambat
kerusakan
sel-sel
50.33; 35.89 ;
23.47 mg/dl.
tubuli ginjal dengan cara mengikat radikal-radikal
bebas
yang
akan
15
merusak sel . Radikal bebas dalam
SARAN
hal ini adalah metabolik toksik yang
1. Penelitian
berasal dari hidroksilasi parasetamol
dilakukan
untuk
berupa
mengenai
efek
(NAPQI).
N-acetyl-benzoquineimine Hasil
menunjukkan
penelitian
bahwa
lebih
lanjut
perlu
menelusuri renoprotektif
ini
terhadap kadar ureum tikus putih
pemberian
pada tes fungsi ginjal yang lain
9
dengan pengamatan tambahan yaitu pengamatan mikroskopis sel-sel ginjal sebagai penambah wawasan dan informasi. 2. Masyarakat dapat menggunakan temulawak dalam
sebagai
mencegah
alternatif kerusakan
ginjal akibat paparan obat 3. Penelitian
lanjutan
perlu
dilakukan dengan dosis perasan temulawak yang lebih bervariasi dan waktu pemberian perasan temulawak yang lebih lama. KEPUSTAKAAN 1. Fatmawati, A.D. 2008. Pola Protein Dan Kandungan Kurkuminoid Rimpang Temulawak (Curcumma Xanthorizza Roxb.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 2. Azis, S., Sudibyo, S., Max, J.H. 2005. Kembali Sehat dengan Obat. Jakarta : Pustaka popular obor. 3. Mayasari, S. 2007. Pengaruh Pemberian Asetaminofen Berbagai Dosis Terhadap Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Tikus Wistar. KTI. Universitas Diponegoro. 4. Goodman dan Gilman. 2010. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC 5. Maulana, A.I. 2010. Pengaruh Ekstrak Tauge (Phaseolus Radiatus) Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit (Mus Musculus) Yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. 6. Alam, S., Iwan, H. 2007. Gagal ginjal. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.
7. Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta : EGC. 8. Horne, M.M. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit Dan Asam Basa. Jakarta : EGC. 9. Kee, J.L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Edisi 6. Jakarta: EGC. 10. Alexano, P. 2012. Warisan Kuno Pengobatan Tiongkok. Jakarta : Dunia sehat. 11. Kertia, N. 2011. Pengaruh Kombinasi Kurkuminoid Dan Minyak Atsiri Terhadap Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Penderita Osteoatrhitis. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 22, No 3 Maret 2011: 151157. 12. Hakim,A.R,.2003. Sintesis Kurkumin dan Pengaruhnya Terhadap Farmakokinetika Teofilin Pada Tikus. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM. Suyatna,Syamsudin,Ganiswarn a, S., Sadikin, M. 2012. Efek Kurkumin terhadap Aktivitas Enzim Glutation Peroksidase Mitokondria Hati Tikus yang Diinduksi dengan Butilhidroperoksida-tersier. Diunduh dari http://jifi.ffup.org/wpcontent/uploads/20012/03/Ratn a. Isolasi-dan-ident.pdf pada tanggal 7 November 2012. 14. Sutedjo, A.Y. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta:Amara Books 15. Susanti, D.R. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Pada Gambaran Histopatologi Ginjal Ayam Petelur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
13.
10
11