“Modern Indonesian Women" (Wanita Indonesia Masa Kini) Commemorating Kartini's Day.
“EMANSIPASI WANITA KINI TIDAK HANYA SEBATAS TEMBOK RUMAH”
Pia Annisa Putri 2011 – 15 – 1091 London School of Public Relations Jakarta
Wanita, enam huruf yang mewakili satu kata dan satu makna. Satu makna itu adalah cinta. Wanita merupakan sumber cinta, sumber kasih sayang, dan sumber kehidupan dimana seorang wanita akan dapat menghasilkan seorang wanita pula atau seorang pria di masa yang akan datang. Tuhan Yang Maha Kuasa pun memilih dan mempercayai seorang wanita untuk dijadikan makhluk hidup yang tidak lain adalah Ciptaan-Nya untuk dapat mengandung dan melahirkan malaikat kecil ke dunia. Dulu, wanita hanya dipandang sebelah mata. Wanita yang hanya dinilai dengan angka 2 (dua) dari skala 1 (satu) sampai dengan 10 (sepuluh), karena dianggap wanita itu lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa. Kebebasan wanita pun sangat terbatas, mulai dari tutur kata, gerak gerik, bahkan sampai dengan pemikiran pun turut dibatasi dengan tidak mengijinkan seorang wanita untuk duduk di bangku sekolah. Dunia mereka hanyalah sebatas tembok rumah. Masih dengan masa yang dahulu, dimana seorang wanita juga selalu berada dibawah ketidakadilan bahkan hampir tidak diakui keberadaannya. Hal ini semacam
1
diskriminasi gender antara seorang wanita dan seorang pria. Ya, memang betul seperti itu. Tapi itu dulu dan jelas berbeda dengan sekarang. Pahlawan perjuangan wanita, bernama R.A. Kartini telah membawa perubahan untuk seluruh wanita Indonesia. Sebuah emansipasi, yaitu perjuangan untuk memperoleh hak dan kesamaan derajat yang telah diperjuangkan oleh R.A. Kartini dimasa lalu sangatlah memberikan dampak positif untuk para wanita Indonesia masa kini. Bentuk emansipasi wanita yang telah dilakukan oleh R. A. Kartini adalah semata-mata hanya untuk membebaskan wanita dari belenggu keharusan yang sebenarnya tidaklah diwajibkan, seperti harus siap dipingit dan dinikahi oleh pria tidak dikenal, bahkan harus siap dimadu. Kini, wanita tidak lagi dipandang sebelah mata atau disepelekan atau bahkan dianggap tidak ada, melainkan wanita dijunjung dengan tinggi dan hormat. Umar bin Khathab pernah berkata, “Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.”. Pernyataan tersebut memberikan kejelasan betapa terpuruknya kaum wanita pada jaman dahulu, namun dapat dikaitkan dengan perjuangan R.A. Kartini yang dikenal juga melalui tulisan dalam karyanya yang berjudul “Habis Gelap, Terbitlah Terang”, yang dapat diartikan dulu memang wanita terpuruk, tapi setelah adanya emansipasi yang dilakukan oleh R.A. Kartini untuk para wanita, wanita dapat bangkit mulai saat itu hingga saat ini. Katakata “emansipasi wanita” masih, akan, dan selalu berkibar di kalangan para wanita karena usaha para wanita masa kini yang tidak lagi mau menerima dirinya dianggap sebelah mata oleh pihak manapun, terlebih oleh kaum pria. Seiring berjalannya waktu, para wanita Indonesia pun mulai dapat membuka sayapnya selebar yang mereka inginkan dan mengepakkan sayapnya secepat mungkin untuk dapat terus terbang tinggi. Mengapa saya bisa berkata demikian?
2
Karena telah saya lihat beberapa sosok wanita Indonesia yang dapat berjaya, dalam arti sukses dalam karier dan dalam kehidupan pribadinya, dimana mereka dapat bekerja dan berusaha untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan, seperti ibu Sri Mulyani yang dikenal sebagai Menteri Keuangan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu II pada tahun 2005-2010, kemudian kini ibu Sri Mulyani menjadi Managing Director Kelompok Bank Dunia (World Bank). Pada tahun 2011, ia menduduki peringkat sebagai wanita paling kuat ke-65 di dunia oleh majalah Forbes. Ia adalah salah satu wanita yang dikenal dengan ketangguhannya, bahkan walaupun ibu Sri Mulyani telah bekerja di negara lain, ia tetap membayar pajak sebagai warga negara Indonesia. Tindakannya menunjukkan bentuk emansipasi sebagai wanita Indonesia masa kini dengan kepedulian serta tanggung jawabnya terhadap Indonesia. Selain ibu Sri Mulyani, ada pula seorang wanita Indonesia masa kini yang sangat menarik perhatian saya, bernama Angkie Yudistia. Kenapa? Satu kata untuknya, yaitu hebat. Tentunya nama Angkie Yudistia sudah tidak asing di telinga kita para wanita. Ia adalah salah seorang wanita yang memperjuangkan emansipasi kaum keterbatasan (disabled person) untuk merubah persepsi masyarakat Indonesia terhadap orang dengan keterbatasan bahwa mereka bukanlah sebuah alasan dari ketidakmungkinan, tapi merupakan sebuah alasan dari perubahan. Angkie Yudistia juga merupakan salah seorang wanita Indonesia yang memiliki keterbatasan dalam indera pendengaran. Namun hal tersebut tidak membatasi ia untuk terbang tinggi ke langit dengan menembus keterbatasannya itu. Melalui bukunya yang berjudul “Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas”, ia bercerita mengenai perjalanan hidupnya dimulai dari saat ia mendapatkan diskriminasi di lingkungannya, sampai dengan saat ia mendapatkan kesuksesannya sebagai seorang wanita Indonesia yang berhasil dalam memberikan inspirasi untuk para disable person lainnya untuk
3
dapat berbaur dalam kehidupan masyarakat dengan kondisi yang inklusif. Alumni dari London School of Public Relations Jakarta ini juga berhasil sebagai Finalis Abang None Jakarta Barat 2008 dan The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008 yang kini menjadi Founder & CEO Thisable Enterprise ini mengatakan, “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Tough people will win.”. Hal tersebut yang memacu Angkie Yudistia untuk berjuang mendapatkan hak dan kesetaraan untuk para penyandang keterbatasan agar dapat meraih mimpimimpinya. Perjuangan itu dilakukan oleh Angkie melalui kegiatan-kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk mendukung kebutuhan dan keinginan para penyandangan keterbatasan. Sebagai seorang wanita Indonesia masa kini, ia dengan berani menunjukkan kepada dunia bahwa kesuksesan tidak hanya dapat diraih oleh orang-orang yang memiliki panca indera dengan lengkap, tapi dapat diraih oleh siapapun yang mau berusaha. Tidak sampai disitu saja, Angkie Yudistia pun berhasil membangun surganya di dunia, yaitu sebuah rumah tangga yang Sakinah, Mawardah, Warahmah bersama dengan seorang pria yang ia cintai. Tepat pada tanggal 11 April 2014 kemarin di kediamannya, Angkie bersama sang suami berikrar janji suci. Semakin jelas bahwa wanita Indonesia masa kini tidak hanya sebatas enam huruf atau pun sebatas tembok rumah, melainkan tanpa batas untuk berfikir, bersuara, bermimpi, mencetak prestasi, sampai berusaha merakit jembatan kehidupan, dan selalu menjadi yang terbaik karena wanita Indonesia masa kini sudah dapat menggunakan kata-kata “emansipasi wanita” dengan penuh makna untuk melakukan hal-hal yang positif dan tentunya dapat berguna untuk wanita Indonesia yang lainnya. Selain memiliki kebebasan, wanita Indonesia masa kini pun memiliki tanggung jawab yang besar, dimana mereka harus dapat berdiri tegak tidak
4
hanya untuk kebahagiannya sendiri tapi juga untuk kebahagiaan orang-orang yang dicintainya dan mencintainya dengan memiliki cara pandang yang lebih luas dalam melihat keadaan sekitar, sehingga mereka berani berkata tidak dan berani berkata ya untuk segala sesuatu yang dianggapnya benar atau salah. Mulai dari detik ini, marilah kita teruskan perjuangan Pahlawan Wanita Indonesia R.A. Kartini dalam mengkobarkan “emansipasi wanita” dalam kehidupan masa kini dengan terus mencetak prestasi-prestasi membanggakan agar kita dapat menjadi seorang wanita yang tidak hanya diketahui namanya saja, tapi juga dengan apa yang telah kita lakukan dan dedikasikan untuk Bangsa dan Negara Indonesia.
5