TESIS
EKSTRAK ETHANOL BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID PADA TIKUS WISTAR JANTAN (RATTUS NORVEGICUS) DISLIPIDEMIA
IRA INDRIASARI NIM : 0990761015
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
1
2
EKSTRAK ETHANOL BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID PADA TIKUS WISTAR JANTAN (RATTUS NORVEGICUS) DISLIPIDEMIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
IRA INDRIASARI NIM : 0990761015
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
3
Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 12 April 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, Sp.And,
Dr.dr.Ida Sri Iswari,M.K es,
SpMK M.Sc.,Sp.And NIP 19440201194091001
NIP 19610505199022001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik
Direktur
Program Pascasarjana
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Universitas Udayana
Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila,
Prof.Dr.dr.A.A.Raka
Sp.And, FAACS
Sudewi, Sp.S (K)
NIP 194612131971071001
NIP. 195902151985102001
Tesis ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia penguji
4
Program Pascasarjana Universitas Udayana Tanggal : 12 April 2012
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No. : 0144/UN14.4/HK/2012 tanggal 16 Januari 2012
Ketua
: Prof. Dr. dr.J. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And
Anggota
:
1. Dr.dr. Ida Sri Iswari, M.Kes 2. Prof. dr. Wimpie I. Pangkahila 3. Prof. Dr.I Gusti Made Aman,Sp.FK 4.
Prof. Dr. dr. N Adiputra,MOH
SURAT PERNYATAAN
5
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ira Indriasari
NIM
: 0990761015
Program Studi
: Ilmu Biomedik
Tempat/tanggal lahir
: Jakarta, 13 Mei 1973
Alamat
: Jl. Tebet Utara II C No. 23 Tebet Jakarta Selatan
Telpon
: 08161102848
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya tidak menjiplak setengah atau sepenuhnya tesis orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, dan apabila dikemudian hari ternyata tidak benar, maka saya bersedia dituntut sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 12 Apil 2012-04-02 Yang membuatPernyataan
Ira Indriasari UCAPAN TERIMAKASIH
6
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul “Ekstrak Ethanol Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhyzus) Memperbaiki Profil Lipid Pada Tikus Wistar Jantan (Rattus Norvegicus) Dislipidemia” dapat diselesaikan. Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang dijalani Penulis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Rektor Universitas Udayana yang telah menerima kami sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana. 2. Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila Sp.And. FAACS selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Biomedik Universitas Udayana. 3. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila Sp.And.FAACS selaku pembimbing I yang telah memberi banyak masukan, saran ilmiah, dan bimbingan serta dorongan selama penulis menyelesaikan tesis ini. 4. Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberi banyak masukan, penuh perhatian dan saran kepada penulis. 5. Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti Program Pascasarjana Ilmu Biomedik.
7
6. Prof. Dr.dr.N Adiputra, MOH selaku penguji yang dengan sangat bersemangat membimbing dan memberi masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 7. Prof. dr.I.Gusti Made Aman, Sp.FK selaku penguji yang telah banyak membimbing dan memberi masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 8. Pak Gede Wiranatha yang banyak membantu dan menjaga tikus peneliti selama penelitian di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 9. Para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan doa dan dorongan. 10. Suami tercinta (Prasetyawan Andri Subroto, SE.MM) dan putra pertama kami (Rizki Raisha Pratama) serta kedua orang tua atas doa, dukungan, dan pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimahkan rahmatNya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Denpasar, 12 April 2012
Penulis ABSTRAK EKSTRAK ETHANOL BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR DISLIPIDEMIA Dislipidemia adalah salah satu faktor resiko terjadinya aterosklerosis selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian. Diet merupakan upaya utama dalam menanggulangi tingginya
8
kadar lemak darah, disertai olah raga teratur. Bila usaha ini gagal, perlu dipertimbangankan untuk memulai penggunaan obat penurun lemak darah. Namun obat sintetis antidislipidemia cukup mahal dan memiliki banyak efek samping, sehingga perlu upaya pengobatan lain yang relatif murah, salah satunya adalah ektrak buah naga. Ekstrak yang banyak mengandung antosianin ini dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif, juga memiliki kemampuan untuk menginhibisi (Cholesteryl ester transfer protein) CETP, yang bisa meningkatkan kadar kolesterol HDLdan menurunkan kadar kolesterol LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan Ekstrak Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) sebagai alternatif untuk memperbaiki profil lipid penyebab penyakit kolesterol darah dan mengetahui dosis pemberian ekstrak buah naga yang tepat untuk memperbaiki profil lipid pada tikus wistar dislipidemia. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan randomized pretest-posttest control group. Dalam penelitian ini digunakan 27 ekor tikus putih jantan (albino rat) sebagai sampel. Selama 28 hari seluruh tikus putih jantan diberikan diet tinggi kolesterol. Setelah itu tikus putih jantan dipilih secara random dan dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berjumlah 9 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa aquadest, kelompok perlakuan I diberi diet tinggi kolesterol dan ekstrak buah naga 30 mg, dan kelompok perlakuan II diberi diet tinggi kolesterol dan ekstrak buah naga 60 mg masing-masing 1 kali sehari selama 30 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan I dan II terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna sebesar 21,45 % dan 62,33 % (p < 0,05), penurunan kolesterol LDL secara bermakna sebesar 24,09 % dan 73,98 % (p < 0,05), penurunan trigliserida secara tidak bermakna sebesar 5,13 % (p > 0.05) dan penurunan trigliserida secara bermakna 21,63 % (p < 0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna sebesar 3,67 % dan 13,46 % (p < 0,05). Kesimpulan: ekstrak buah naga 30 mg 1 kali sehari tidak dapat memperbaiki profil lipid darah tikus putih jantan (albino rat) dengan dislipidemia secara signifikan terutama trigliserida. Bagaimanapun dosis 60 mg 1 kali sehari sudah cukup bermakna untuk memperbaiki profil lipid. Kata kunci : ekstrak buah naga, profil lipid darah, tikus putih jantan (albino rat), dislipidemia ABSTRACT EXTRACTS ETHANOL OF DRAGON FRUIT (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) IMPROVES LIPID PROFILE OF MALE WISTAR RAT WITH DISLIPIDEMIA Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total cholesterol level, high LDL cholesterol level, high tryglyceride level and low HDL cholesterol level. Dyslipidemia is one of the risk factor of atherosclerosis, it is a predictor of major cardiovascular mortality. Diet and physical activity play a major role in the management of dyslipidemia, pharmacotherapy with lipid
9
lowering agent may be considered when diet and exercise alone is inadequate to normalized the lipid level. Synthetic lipid lowering agents are relatively expensive and may have significant side effects and potential drug-drug interaction, therefore there is a need to have alternative with the natural substance which is relatively inexpensive, e.g. An anthocyanin rich dragon fruit extracts that may improve the lipid profile and vascular protective effects, the compound has the ability to inhibit CETP (Cholesteryl ester transfer protein), which may increase HDL-cholesterol concentrations and decrease LDL cholesterol concentrations. This research aims to find out the benefit of dragon fruit extract (Hyloroceus Polyrhizus) as an alternative to improve lipid profile of blood cholesterol related diseases to improve the lipid profile in dyslipiemic Wistar rats. This study was an pure experimental research, with a randomized preposttest control group design. The study designed with 2 phase protocol: phase 1: a total samples of 27 albino rats were feed with a high cholesterol diet for 28 days, phase 2: all samples then were randomized equally into 3 treatment group ( group I and II) & a placebo controlled group and study continued for 30 days. Samples in the control group were given a high-cholesterol diet and placebo (distillated water), samples in the treatment group I were feed with a high cholesterol diet and a dragon fruit extracts 30 mg bid, and treatment group II were given with a high cholesterol diet and a dragon fruit extract 60 mg bid. The study results showed that both in group I and II, the total cholesterol level decreased significantly 21.45 % and 62.33 % (p < 0.05), the LDL cholesterol level \decreased significantly 24.09 % and 73.98 % (p < 0.05), the triglycerides level didn’t decrease significantly 5.13 % (p > 0.05) and decreased significant 21.63 % (p < 0.05), and the HDL cholesterol level increased significantly 3.67 % and 13.46 % (p < 0.05). Conclusion: the dragon fruit extracts 30 mg once daily can not improve significantly blood lipid profile especially triglycerides. However dragon fruit extracts 60 mg once daily is sufficent to improve significantly blood lipid profile. Key words: dragon fruit extracts, blood lipid profile, white male rats (albino rat) , dyslipidemia. DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................
8
10
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... BAB II
9
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan ..........................................................................
10
2.1.1
Definisi Aging ....................................................
10
2.1.2
Teori Aging .........................................................
11
2.1.3
Faktor yang mempercepat Aging..........................
13
2.2 Lipid ...............................................................................
15
2.2.1 Fosfolipid ............................................................
16
2.2.2 Trigliserida ..........................................................
16
2.2.3 Kolesterol............................................................
17
2.2.3.1
Biosintesis Kolesterol ..........................
18
2.3 Transpor Lipid .................................................................
21
2.4 Metabolisme Lipid ..........................................................
23
2.5 Dislipidemia ....................................................................
28
2.5.1 Klasifikasi Dislipidemia ......................................
29
2.5.2 Penyebab Dislipidemia ........................................
30
2.5.3 Gejala dan Tanda Dislipidemia ............................
32
2.5.4 Diagnosis Dislipidemia .......................................
32
2.5.5 Terapi Dislipidemia .............................................
33
2.6 Aterosklerosis ..................................................................
38
2.7 Buah Naga .......................................................................
39
2.7.1
Kandungan Buah Naga ........................................
43
2.7.2
Khasiat Buah Naga ..............................................
45
11
2.7.3
BAB III
Antioksidan yang terkait dalam buah naga ...........
49
2.7.3.1 Vitamin C ............................................................
49
2.7.3.2 Vitamin E ............................................................
50
2.7.3.3 Flavonoid/Polifenol .............................................
53
2.7.3.4 Betacyanin..............................................................
54
2.8 Buah Naga dan Profil Lipid ............................................
55
2.9 Uji LD50 (Median Lethal Dose).................................... ...
57
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB IV
3.1 Kerangka Berpikir ..........................................................
58
3.2 Konsep Penelitian ..........................................................
60
3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................
60
METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ......................................................
62
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................
63
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................
63
4.3.1
Populasi ...............................................................
63
4.3.2
Sampel ................................................................
63
4.3.2.1 Kriteria Penerimaan .............................................
63
4.3.2.2 Kriteria Drop Out Subyek Penelitian....................
64
4.3.2.3 Besar Sampel.......................................................
64
4.3.2.4 Teknik dan Pengambilan Sampel .........................
65
4.4 Variabel Penelitian ..........................................................
66
12
BAB V
4.4.1 Identifikasi Penelitian .........................................
66
4.4.2 Klasifikasi Variabel .............................................
66
4.4.3 Definisi Operasioanal Variabel ............................
66
4.5 Bahan Penelitian dan Hewan Coba...................................
68
4.5.1 Ekstrak Buah Naga Hylocereus Polyrhizus ..........
68
4.6 Prosedur Penelitian .........................................................
69
4.7 Alur Penelitian .................................................................
71
4.8 Analisis Data ..................................................................
72
HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Normalitas Data.............................................................
73
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ............................
74
5.3 Kolesterol Total ...............................................................
75
5.3.1
Uji komparabilitas ...............................................
75
5.3.2
Analisis Efek Perlakuan .......................................
76
5.3.3
Efek Buah Naga dalam Menurunkan Kolesterol Total.......................................................................
79
5.4 Trigliserida .......................................................................
80
5.4.1
Uji Komparabilitas ..............................................
80
5.4.2
Analisis Efek Perlakuan .......................................
81
5.4.3
Efek Buah Naga dalam Menurunkan Trigliserida.............................................................
84
Uji Komparabilitas ..............................................
85
5.5 HDL 5.5.1
13
5.5.2
Analisis Efek Perlakuan .......................................
86
5.5.3
Efek Buah Naga dalam Meningkatkan HDL.........
89
5.6.1
Uji Komparabilitas ..............................................
90
5.6.2
Analisis Efek Perlakuan .......................................
91
5.6.3
Efek Buah Naga dalam Menurunkan LDL............
93
5.6 LDL
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Subyek Penelitian ............................................................
95
6.2 Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah Naga terhadap Profil Lipid Darah ...................................................................... 6.2.1
Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah terhadap Kolesterol............................................................. ...
6.2.2
100
Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah terhadap HDL............................................................. ...........
6.2.4
99
Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah terhadap Trigliserida............................................................. .
6.2.3
95
100
Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah terhadap LDL.........................................................................
101
6.3 Manfaat Ekstrak Ethanol Buah Naga Terhadap Perbaikan Profil Lipid .......................................................................
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
101
14
7.1 Simpulan ..........................................................................
104
7.2 Saran ................................................................................
104
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
106
LAMPIRAN
15
DAFTAR TABEL
2.1
Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) ................
2.2
29
Tiga Kelompok Risiko untuk Menentukan Sasaran Kolesterol LDL ......................................................................................
34
2.3
Komposisi Gizi per 100 gram Daging Buah Naga ...................
43
2.4
Perbandingan Kandungan Antioksidan Daging Buah Segar Dan Kulit Buah Naga Merah Kering .......................................
2.5
Aktivitas Antioksidan (ORAC) dan Total buah-buahan tropis .....................................................................................
2.6
73
Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, LDL,HDL, dan Trigliserida masing-masing kelompok sesudah perlakuan........
5.3
48
Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, LDL,HDL, dan Trigliserida masing-masing kelompok sebelum perlakuan.......
5.2
46
Perbandingan Komposisi Minyak Biji Hylocereus Polyrhizus dan Hylocereus Undatus.......................................................... ..
5.1
45
Perbandingan Khasiat Buah Naga dengan buah-buahan tropis. .....................................................................................
2.7
44
74
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kolesterol Total, LDL,HDL, dan Trigliserida masing-masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan.................................................
5.4
Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah diberikan
74
16
Makanan Tinggi Kolesterol dan Sebelum Diberikan Perlakuan...... .......................................................................... 5.5
Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah diberikan Perlakuan...................................................................................
5.6
81
Analisa Komparasi Trigliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok..................................................................................
5.11
80
Rerata Trigliserida antar Kelompok Sesudah diberikan Perlakuan...................................................................................
5.10
79
Rerata Trigliserida antar Kelompok Sebelum diberikan Perlakuan...................................................................................
5.9
77
Rerata Kolesterol antara Sebelum dengan Sesudah diberikan . Perlakuan pada masing-masing Kelompok................................
5.8
76
Analisa Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok...............................................................................
5.7
75
82
Rerata Trigliserida antara Sebelum dengan Sesudah diberi Perlakuan pada masing-masing Kelompok...............................
84
5.12
Rerata HDL antar Kelompok Sebelum diberikan Perlakuan....
85
5.13
Rerata HDL antar Kelompok Sesudah diberikan Perlakuan.....
86
5.14
Analis Komparasi Kadar HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok..................................................................................
5.15
87
Rerata HDL antara Sebelum dan Sesudah diberikan Perlakuan pada masing-masing Kelompok...............................
89
17
5.16
Rerata LDL antar Kelompok sebelum diberikan Perlakuan.....
90
5.17
Rerata LDL antar Kelompok sesudah diberikan Perlakuan......
91
5.18
Analisa Komparasi Kadar LDL sesudah Perlakuan antar Kelompok.................................................................................
5.19
92
Rerata LDL antara Sebelum dengan Sesudah diberikan Perlakuan pada masing-masing Kelompok..............................
94
DAFTAR GAMBAR
2.1
Sintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia .............................
20
18
2.2
Jalur Metabolisme Eksogen ...................................................
22
2.3
Jalur Metabolisme Endogen ....................................................
23
2.4
Metabolisme Lipid..................................................................
26
2.5
Gambar Buah Naga....................................................................
56
3.1
Bagan Kerangka Konsep Penelitian ........................................
60
4.1
Rancangan Penelitian.................................................................
62
4.2
Gambar Tikus............................................................................
64
4.3
Alur Penelitian...........................................................................
71
5.1
Penurunan Kolestrol Total Sesudah diberikan Ekstrak Ethanol Buah Naga..................................................................................
5.2
Analisa Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok...................................................................................
5.3
87
Analisa Komparasi Kadar HDL Sesudah Perlakuan Antar Antar Kelompok........................................................................
5.7
83
Penurunan HDL Sesudah diberikan Ekstrak Ethanol Buah Naga...........................................................................................
5.6
82
Analisa Komparasi Trigliserida Sesudah Perlakuan Antar Kelompok..................................................................................
5.5
78
Penurunan Trigliserida Sesudah diberikan Ekstrak Ethanol Buah Naga..................................................................................
5.4
77
88
Penurunan LDL Sesudah diberikan Ekstrak Ethanol Buah Naga...........................................................................................
92
19
5.8
Analisa Komparasi Kadar LDL Sesudah Perlakuan Antar Kelompok...................................................................................
93
20
DAFTAR SINGKATAN A4M
American Academy of Anti Aging Medicine
ACAT
Acyl-CoA Cholesterol Acyltranferase
CETP
Cholesterol ester transfer protein
CHD
Coronary Heart Disease
CPT I
Carnitine palmytoyl transferase I
CPT II
Carnitine palmytoyl transferase II
DNA
Deoxyribonucleic Acid
EKG
Electro Kardiogram
ENOS
Endhotel NO Sintesa
FFA
Free Fatty Acid
FPP
Farnesil-pirofosfat
GH
Growth Hormon
GSH-Px
Gluthation peroksidase
GSH-R
Gluthation peroksidase
HDL
High Density Lipoprotein
HGH
Human Growth Hormone
HL
Hepatic Lipase
HMG Ko A Hidroksi Metilglutaril Ko-enzim A HMGR
3 Hydroxy-3-Metilglutaril-CoA Reductase
IDL
Intermediate Density Lipoprotein
IL-6
Interleukin 6
IPP
Isopentil Pirofosfat
Ko A
Ko-enzim A
LCAT
Lecithin Cholesterol Acyl transferase
LDL
Low Density Lipoprotein
LPL
Lipoprotein Lipase
L2C-CPPT Lipid Research Coronary Primary Prevention Trial MDA
Malondialdehyde
MONICA
Multinational Monitoring of Trends Determinants in Cardiovascular Diseases.
21
NECP
National Cholesterol Education Program
NO
Nitric Oxide
PJK
Penyakit Jantung Koroner
PKV
Penyakit Kardiovaskuler
PLTP
Phosfolipid Transfer Protein
PUFA
Poly Unsaturated Fatty Acid
RCT
Reverse Cholesterol Transport
ROS
Reactive Oxygen Species
SKRT
Survei Kesehatan Rumah Tangga
SOD
Superoksida dismutase
SRB1
Scavenger Receptor class B type 1
TAG
Triasil Gliserol
TLC
Therapeutic Lifestyle Change
TRL
Trigliceride Rich Lipoprotein
TNF
Tumor Necrosis Factor
VLDL
Very Low Density Lipoprotein
22
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Penuaan (aging) memang merupakan proses alami yang terjadi. Namun
menjadi tetap muda di usia yang terus bertambah merupakan dambaan setiap manusia apalagi untuk kaum wanita. Berbagai macam cara dilakukan untuk dapat memiliki atau menjaga penampilan agar tetap awet muda.
Seiring dengan
perkembangan akhirnya kita sering mendengar istilah penuaan. Populasi orang tua di dunia mencapai laju yang sangat luar biasa. Sebagian besar berhubungan dengan penurunan laju kelahiran dan peningkatan angka harapan hidup dalam 20 tahun terakhir. Di Eropa persentase orang berumur 60 tahun atau lebih diperkirakan meningkat sekitar sepertiga sejak tahun 1996 sampai 2025, tergantung masing-masing negara (Beers, 2005). Pada tahun 2020 populasi dunia diperkirakan mencapai lebih dari 1 milyar orang berumur 60 tahun atau lebih, dan sebagian besar di negara sedang berkembang (Beers, 2005). Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2010, di Indonesia terdapat 23.992.552 penduduk usia lanjut.
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah
penduduk usia lanjut ini sebesar 11,34 %. Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan (Baskoro, 2005). Mengingat angka harapan hidup semakin meningkat, pada tahun 1993 dicetuskan konsep Anti Aging Medicine, konsep ini menganggap dan
23
memperlakukan penuaan sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke keadaan semula.
Dengan demikian
manusia tidak lagi harus membiarkan begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila, 2007) Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada dasarnya berbagai fa ktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glokosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan , stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Proses penuaan dini (premature aging) adalah proses perubahan pada sel tubuh yang sedang terjadi dan tampak pada saat ini, tidak sesuai dengan proses perubahan yang seharusnya terjadi di usianya saat ini (baik secara anatomis maupun fisiologis), sehingga umur biologis menjadi lebih tua dari umur kronologis. Jika terjadi dalam waktu yang lama, proses penuaan dapat menjadi penyebab/berkaitan dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit, yang dapat berakhir dengan kematian.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk bertahan hidup (life survival) dan beradaptasi terhadap lingkungannya (Setiati, 2000). Banyak faktor yang menyebabkan orang mengalami proses penuaan lebih cepat dari yang seharusnya, yang kemudian menyebabkan timbulnya suatu
24
penyakit dan dapat berakhir dengan kematian. Faktor tersebut diantaranya adalah diet tidak seimbang, gaya hidup tidak sehat, radikal bebas dan stres. Jika proses penuaan dapat dicegah dan diperlambat maka kualitias hidup menjadi baik. Salah satu teori aging adalah Free radical theory. Untuk mencegah proses penuaan digunakan antioksidan yang dapat mengatasi radikal bebas (Suryadipradja, 2003). Kalau radikal bebas dapat diatasi maka proses penuaan sudah dihambat (Pangkahila, 2007). Pada kenyataan sehari hari, masyarakat kita jatuh dalam kondisi mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, yang dikemas dalam berbagai bentuk kemasan yang menggiurkan untuk dikonsumsi. Asam lemak jenuh dan konsumsi kalori yang tinggi dalam menu makanan masyarakat kita akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai dislipidemia (Halim, 2006). Dislipidemia ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol LDL, kolesterol darah, trigliserida atau kombinasi keduanya, bisa juga terjadi penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Brown dan Goldstein, 2008). Keadaan ini sering sekali disertai situasi yang disebut sindroma metabolik, yang akan memperburuk semua resiko di atas. Banyak faktor yang menyebabkan dislipidemia. Bisa disebabkan oleh faktor keturunan (genetik), usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, makanan yang mengandung asam lemak jenuh, kurang olahraga, penggunaan alkohol, merokok, penyakit, hormonal dan obat-obatan (Grundy, 2004).
25
Lemak dalam makanan diserap dari usus masuk ke dalam darah kemudian menuju ke hati. Asam lemak yang dipakai sebagai sumber energi atau bila jumlahnya berlebihan akan disimpan dalam jaringan lemak. Dari hati, kolesterol diangkut oleh LDL (Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh HDL ( High Density Lipoprotein) ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu. Begitu juga Trigliserida dalam aliran darah dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipase (LPL) yang berada pada sel-sel endotel kapiler (Shepherd, 2001). Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar trigliserida dan kolesterol dalam darah kita akan tinggi. Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium yang akhirnya berkembang menjadi aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan kelainan kardiovaskular. Sedangkan kolesterol yang dibawa oleh HDL (High Density Lipoprotein) disebut juga kolesterol baik (non atherogenic) karena membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. HDL ini menyebabkan menurunnya resiko aterosklerosis serta menguntungkan (Widowati, 2007). Menurut The Lipid Research Clinic Coronary Primary Prevention Trial (LRC-CPPT), Amerika penurunan 1 persen kadar kolesterol akan mengurangi angka kejadian PJK sebesar 2 persen. Begitu juga dengan besarnya kadar
26
kolesterol LDLdn HDL. Penurunan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 1 mg/dl meurunkan resiko kardiovaskular sebesar 1 persen dalam peningkatan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) menurunkan resiko kejadian kardiovaskular sebesar 2-3 persen (Adam, 2011). Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah diet ketat rendah kalori dan kolesterol, olahraga secara teratur, menurunkan berat badan, dan mengatur cara hidup. Jika semua intervensi nonfarmakologis tidak berhasil, maka disamping usaha nonfarmakologis dapat dimulai dengan obat-obatan. Terapi dengan obatobatan anti hiperlipidemia (hipolipidemik) dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang mengalami peningkatan risiko aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh hiperlipidemia. Tetapi, obat sintesis untuk menurunkan kolesterol dan trigliserida yang ada sekarangseperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil harganya mahal dan memiliki efek samping, seperti miositis, dapat merusak fungsi hati, dan lain lain (Sutardhio, 2006). Karena itu upaya pengobatan alamiah yang bisa menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida sangat penting dilakukan. Selain harganya yang relatif lebih murah, memiliki resiko efek samping yang kecil sehingga relati aman jika dibandingkan dengan obat-obat sintesis. Asupan kalori yang sangat tinggi bisa menyebabkan penambahan jaringan adiposa, kemudian jaringan adiposa menstimulasi pelepasan sitoksin seperti (tumor necrosis
factor alpha) TNF-α. Kadar TNF-α yang meningkat dapat
menyebabkan terjadinya resistensi insulin (Kershaw dan Flier, 2004 ; Huvers et al., 2007). Resistensi insulin yang meningkat menyebabkan peningkatan
27
kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida serta penurunan kolesterol HDL. TNF-α yang meningkat akan meningkatkan sintesis kolesterol, sehingga kolesterol total dan kolesterol LDL meningkat, serta penurunan kolesterol HDL. Peningkatan TNF-α akan menurunkan oksidasi lemak sehingga trigliserida meningkat. Jika proses ini terjadi maka akan terjadi dislipidemia (Kershaw dan Flier, 2004; Huvers et al., 2007). Selain itu bila dalam keadaan hiperglisemia, akan meningkatkan produksi insulin, insulin akan mengaktivasi enzim ACAT (acyl-CoA Cholesterol Acyltransferase), enzim utama yang berperan dalam sintesis kolesterol. (O’Rouke dkk., 2002). Disamping mengaktifasi enzim ACAT, insulin juga merangsang aktivitas enzim HMGR (3-hydroxy-3-methylglutarylCoA reductase), dimana enzim HMGR akan mengkatalis konversi 3-hydroxy-3methylglutaryl-CoA menjadi mevalonate, salah satu tahapan dalam sintesis kolesterol (Osborne et al.,2004) Saat ini penggunaan antioksidan menjadi babak baru dalam upaya pengendalian faktor-faktor risiko PJK, dimana obat-obat tersebut relatif lebih murah dan aman. Pengobatam dan pencegahan penyakit dengan antioksidan merupakan salah satu modalitas terapi yang tidak kalah dengan pendekatan farmakologis atau gaya hidup . Antioksidan yang poten terbukti bisa mengatasi berbagai penyakit , bahkan penyakit degeneratif yang tidak mudah ditangani (Sutardhio, 2006). Saat ini belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa buah naga mengandung antioksidan yang cukup baik. Buah naga mempunyai kandungan antosianin yang tinggi. Di Malaysia , buah naga banyak digunakan sebagai zat
28
pewarna alami untuk makanan dan industri kosmetik, penawar racun, mencegah sembelit, dan membantu penyerapan lemak yang berlebih dalam darah. Juga dapat menghalangi munculnya sel kanker serta baik untuk dikonsumsi oleh penderita jantung koroner (Raveh et al., 1998: Stintzing et al., 2002). Antosianin
merupakan
senyawa
polifenol
yang
kaya
akan
pigmen,bertanggung jawab bagi terbentuknya warna merah, ungu dan biru dari berbagai buah-buahan dan sayur-sayuran. Antosianin merupakan salah satu jenis flavonoid yang banyak terdapat pada buah naga (Jamilah et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Wybraniec et al.,2001, membuktikan bahwa flavonoid yang terdapat pada buah naga adalah betacyanin 5-O-[6’-O-(3”-hydroxy-3”-methylglutaryl)-β-D-glucopyranoside]. Antosianin memiliki berbagai potensi dan manfaat bagi kesehatan seperti antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antivirus, menghambat agregasi platelet, mengurangi resiko terjadinya kardiovaskuler dan kanker (Prior, 2003). Antosianin juga dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Shipp dan Abdel-Aal, 2010). Antosianin memiliki kemampuan untuk menginhibisi CETP (Cholesteryl ester transfer protein). Dengan menekan aktivitas CETP, maka dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL (Qin et al., 2009). Antosianin juga memiliki efek anti inflamasi dengan menghambat sitokin seperti tumor necrosis factor α (TNF-α). Penurunan TNF-α akan meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan oksidasi asam lemak pada hepar, menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar (Karlsen et al., 2007).
29
Buah naga merah juga kaya akan antosianin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kadar antosianin berkisar 8,8 mg/100gr buah naga (Wu et al., 2006). Namun sejauh ini buah naga dapat menurunkan kadar lemak darah, belum banyak diteliti. Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian apakah ekstrak buah naga untuk menurunkan kadar lemak pada tikus.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : 1. Apakah pemberian ekstrak ethanol buah naga dapat menurunkan kolesterol total pada tikus dislipidemia? 2. Apakah pemberian ekstrak ethanol buah naga dapat menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) pada tikus dislipidemia? 3. Apakah pemberian ekstrak ethanol buah naga dapat menurunkan Trigliserida tikus dislipidemia? 4. Apakah pemberian ekstrak ethanol buah naga dapat meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL)?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum -
Untuk mengetahui pemberian ekstrak ethanol buah naga memperbaiki profil lipid pada tikus yang menderita dislipidemia.
30
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak ethanol buah naga menurunkan kolesterol total pada tikus dislipidemia. 2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak ethanol buah naga menurunkan LDL pada tikus dislipidemia. 3. Untuk mengetahui pemberian ekstrak ethanol buah naga menurunkan trigliserida pada tikus dislipidemia. 4. Untuk mengetahui pemberian ekstrak ethanol buah naga meningkatkan HDL pada tikus dislipidemia.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat ilmiah Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang
potensi ekstrak ethanol buah naga terhadap penurunan kolesterol total, penurunan kolesterol LDL, penurunan trigliserida dan peningkatan kolesterol HDL pada tikus yang dislipidemia
1.4.2
Manfaat Aplikasi Buah naga dapat menurunkan kadar kolesterol, kolesterol LDL, dan
triglyserida serta meningkatkan kolesterol HDL, maka buah naga dapat menurunkan kemungkinan terjadinya aterosklerosis. Selain itu buah naga dapat dipergunakan untuk memperbaiki profil lipid, sehingga perlu disosialisasikan ke masyarakat.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penuaan Setiap manusia akan melalui proses kehidupan, dimulai dari pembuahan,
kelahiran, tumbuh kembang anak, pencapaian usia dewasa, mengalami proses penuaan, menjadi tua dan berakhir dengan kematian. Penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahkluk hidup.
2.1.1
Definisi Aging Definisi aging menurut American Academy of Anti Aging Medicine (A4M)
adalah kelemahan dan kegagalan fisik mental yang berhubungan dengan aging normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang tepat (Goldman dan Klatz, 2007). Webster’s New World Dictionary mendefinisikan aging sebagai proses menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Kenyataannya aging dapat dibagi menjadi dua yaitu : usia kronologis dan usia biologis. Pada saat merayakan hari ulang tahun (merayakan usia kronologis), kadang benar bahwa penampilan sistem tubuh seseorang, dari fungsi mental hingga penampilan seksual sampai kekuatan fisik, lebih baik atau lebih buruk dari yang diperkirakan jika dibandingkan dengan orang yang seusianya (ini adalah contoh usia biologis) (Goldman dan Klatz, 2007 ; Pangkahila, 2007).
31
32
2.1.2
Teori Aging Para ahli mengemukakan banyak teori mengapa kita menjadi tua. Namun
tidak satupun teori yang dapat menjelaskan secara tuntas Goldman dan Klatz (2007) mengemukakan empat prinsip teori penuaan berikut ini : 1. The wear dan tear theory Menurut teori ini tubuh dan sel-selnya rusak karena banyak dipakai secara berlebihan (overuse) dan disalahgunakan (abuse). Proses penuaan yang lebih cepat berkaitan dengan adanya toksin dalam diet dan lingkungan: mengkonsumsi makanan yang banyak lemak, gula, kafein, alkohol, nikotin, paparan sinar ultraviolet dan stres emosional.
2. The neuroendocrine theory Teori ini diperkenalkan Vladimir Dilman, PhD, menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Pada usia muda berbagai hormon bekerja dengan baik mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh. Karena itu pada masa muda fungsi berbagai organ tubuh sangat optimal, seperti kemampuan bereaksi terhadap panas dan dingin, kemampuan motorik, fungsi seksual, dan fungsi memori. Hormon berperan sangat vital untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh. Ketika manusia menjadi tua, tubuh hanya mampu memproduksi hormon yang lebih sedikit sehingga kadarnya menurun. Akibatnya berbagai fungsi tubuh terganggu. Growth hormone yang membantu pembentukan masa otot, HGH (Human Growth Hormone), testosteron,
33
dan hormon tiroid, akan menurun tajam ketika menjadi tua. Karena itulah meskipun berat badan tidak bertambah ketika usia lanjut, rasio antara lemak dan otot akan meningkat.
3. The genetic control theory Teori ini terfokus pada kode genetik yang ada di dalam DNA. Individu terlahir dengan kode genetik yang unik, mempengaruhi tipe fisik dan fungsi mental individu tersebut. Faktor genetik memiliki peran besar untuk menentukan kapan menjadi tua dan umur harapan hidup, dapat dianalogikan individu lahir seperti mesin yang telah diprogram sebelumnya untuk merusak diri sendiri. Tiap individu memiliki jam biologi yang diatur waktunya untuk dapat hidup dalam rentang waktu tertentu. Ketika jam biologi tersebut berhenti, merupakan tanda individu tersebut mengalami proses penuaan kemudian meninggal dunia (Goldman and Klatz, 2003). Pendekatan kedokteran anti penuaan adalah untuk mencegah kerusakan gen serta memperbaiki kerusakan yang terjadi. Melalui terapi gen yang merupakan salah satu pendekatan terapi kedokteran anti penuaan diharapkan dapat membantu membebaskan diri dari takdir genetika untuk beberapa penyakit keturunan (Goldman and Klatz, 2003).
34
4. The free radical theory Radikal bebas ialah suatu atom atau molekul yang mempunyai susunan elektron tidak berpasangan sehingga bersifat amat tidak stabil. Untuk menjadi stabil, radikal bebas menyerang sel-sel untuk mendapatkan elektron pasangannya dan terjadilah kerusakan yang berantai yang menyebabkan kerusakan jaringan yang luas (Halliwel dan Gutteridge, 2007).
2.1.3
Faktor yang mempercepat aging Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan yaitu :
1.
Faktor lingkungan a. Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga akan mempercepat penuaan. b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising.
Dari berbagai
penelitian ternyata suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh. c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
akan
meningkatkan
pemakaian
energi
tubuh
untuk
meningkatkan kekebalan. d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannya sehingga menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau
35
tidak langsung melalui mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism). e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit. 2.
Faktor diet/makanan. Jumlah nutrisi yang cukup, jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.
3.
Faktor Genetik Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh.
4.
Faktor Psikis Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai organ/jaringan tubuh.
5.
Faktor Organik Secara umum faktor organik adalah rendahnya kebugaran/fitnes, pola makan kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron, penurunan melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi dan stress,
36
perubahan Follicle Stimullating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
2.2
LIPID Lemak disebut juga lipid adalah suatu zat yang kaya akan energi,
berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) sebagai cadangan energi. Lemak ditemukan pada banyak sel dalam bentuk butirbutir lemak kecil (Lichtensein dan Jones, 2001). Fungsi Lemak adalah (Lichtensein dan Jones, 2001) : 1. Sebagai penyusun struktur membran sel. Dalam hal ini lipid berperan sebagai barrier untuk sel dan mengatur aliran material-material. 2. Sebagai bantalan lemak Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa 3. Sebagai kelenjar endokrin Misalnya Adiponektin, Leptin, Tumor Necrosis factor α Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi proses biologis. Secara umum fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut
37
lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Nugroho, 2009). Secara klinis, lemak yang penting adalah (Lichtensein dan Jones, 2001) : 1. Fosfolipid 2. Trigliserida (lemak netral) 3. Kolesterol 4. Asam lemak
2.2.1
Fosfolipid Adalah senyawa lemak yang mengandung gugusan fosfat. Yang termasuk
golongan ini adalah lecithin, cephalin, sphingosin, dan sphingomyelin. Kira-kira separuh dari fosfolipid plasma adalah lecithin. Kadar fosfolipid plasma biasanya meninggi bersamaan dengan meningginya kadar kolesterol plasma (Lichtensein dan Jones, 2001).
2.2.2
Trigliserida Adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan
gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak pada daging, produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati. Seperti halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah (Lichtensein dan Jones, 2001).
38
Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99 persen trigliserida. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas serta melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Lichtensein dan Jones, 2001).
2.2.3
Kolesterol Adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan ester
dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak dan saraf (Murray et al., 2003). Kolesterol sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh misalnya (Murray et al., 2003) : 1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel. 2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak. 3. Untuk membuat vitamin D. 4. Berperan
sebagai
bahan
pembuat
hormon-hormon
seks
dan
kortikosteroid atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta kekebalan tubuh. Delapan
puluh
persen
kolesterol
dihasilkan
dari
dalam
tubuh
(pembentukan oleh hati) dan 20 persen sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi). Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lainlain. Kolesterol yang berasal dari makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas,
39
biasanya berbentuk kolesterol dengan asam lemak atau sering disebut ester kolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan (Murray et al., 2003). Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk tumbuh dan berkembang secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari LDL (Low Density Lipprotein). Meskipun demikian jumlah kolesterol yang dapat diterima atau diserap oleh sel ada batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan melayang-layang dalam darah dengan resiko penumpukan atau pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005).
2.2.3.1 Biosintesis Kolesterol Biosintesis kolesterol terjadi pada sel-sel eukaryota. Biosintesis kolesterol dimulai dari perpindahan asetil-KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya diperoksisom (Guyton dan Hall, 2007). Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesisi kolesterol yaitu : 1. Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3metilglutaril-KoA (HMG KoA) 2. Konversi HMG KoA menjadi mevalonat. 3. Konversi mevalonat menjadi suatu molekul isopren yaitu isopentil pirofosfat (IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2. 4. Konversi IPP menjadi squalene.
40
5. Konversi squalene menjadi kolesterol. Dalam sintesis kolesterol dilibatkan sebanyak sepuluh macam sepuluh macam enzim yaitu asetoasetil-KoA (thiolase), HMG KoA sintase, HMG KoA reduktase,
mevalonat
kinase,
fosfomevalonat
kinase,
fosfomevalonat
dekarboksilase, isopentenil-pirofosfat isomerase (IPP isomerase), farnesilpirofosfat transferase (FPP transferase), squalene sintase dan squalene epoksidase (Guyton dan Hall, 2007).
41
Asetil-koenzim A
Asetoasetil-koenzim A
Hidroksimetilglutarat-koenzim A (=HMG-CoA)
HMG-KoA reduktas
Mevalonat
Mevalonat fosfat
Mevalonat pirofosfat
Isopentenil pirofosfat
Diemetilalil Pirofosfat
Isopentenil transfer RNA Protein terisoprenolat Geranil pirofosfat
Famesil Pirofosfat
Sakualen
Ubikuinon Dolikol
Kolesterol Gambar 2.1 Sintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia (Dikutip dari : Guyton dan Hall, 2007)
42
2.3 TRANSPOR LIPID Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen (Lichtentein dan Jones, 2001). 1. Jalur eksogen Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe lalu kedalam darah melalui duktus thorasikus. Di dalam jaringan lemak dan otot, trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan atau menjadi energi. Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian trigliserida sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterolnya tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai stuktur (membran plasma, mielin, hormon steroid dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi disekresi ke empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu ) yang akan
43
dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen membantu proses penyerapan lemak dari makan. Sebagaian lagi dari kolesterol di keluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu. Kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran oleh hati.
Gambar 2.2 Jalur metabolisme eksogen. (Dikutip dari : Shepherd J. Eur Heart Supplements 2001;3 (Suppl E):(E2-E5)
2. Jalur endogen Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi VLDL remnan. VLDL remnan diambil oleh hati atau diubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati atau mengalami
44
pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme. HDL tugasnya mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas di dalam HDL diesterifikasi oleh enzim LCAT menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester ini akan mengalami perpindahan dari HDL ke VDL atau IDL, sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol (reverse cholesterol tranport) dari perifer menuju hati, sehinga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. Aktivitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiaterogenik.
Gambar 2.3 Jalur metabolisme endogen. (Dikutip dari : Kwiterovich PO, Jr. Am J Cardiol 2000: 86; 5L – 10 L
2.4
METABOLISME LIPID Lipid yang diabsorpsi dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hepar
dan jaringan adiposa, dibawa oleh darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi dan/atau disimpan sebagai cadangan
45
lemak. Lipid disimpan sebagai triasilgliserol (trigliserida) yang sebagian besar terdapat dalam jaringan adiposa, dapat juga ditemukan dalam otot rangka dan plasma (Klein dan Romijn, 2003; Mayes dan Botham, 2003) Hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena portal) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung
yang disebut kilomikron.
Selanjutnya
kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa (Mayes dan Botham, 2003). Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai
46
asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang (Guyton dan Hall, 2007). Tidak semua asam lemak bebas yang dihasilkan melalui lipolisis digunakan sebagai energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida di dalam jaringan adiposa ataupun hepar, atau disimpan trigliserida intramuskuler. Bila laju reesterifikasi tidak mampu mengimbangi laju lipolitik, terjadi peningkatan konsentrasi asam lemak bebas plasma, sehingga dapat menimbulkan berbagai yang berhubungan dengan lipid. Asam lemak bebas yang digunakan untuk energi diaktifkan oleh enzim asilKoA sintetase, kemudian dibawa ke dalam mitokondria dan diubah oleh CPT (Carnitine Palmitoyl Transferase) menjadi Asil-KoA. Asil-KoA
mengalami
oksidasi β menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk menghasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida (Guyton dan Hall, 2007). Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidgenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badanbadan keton menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian (Guyton dan Hall, 2007)
47
Diet
Trigliserida
Esterifikasi
Lipolisis
Steroid
Asam Lemak
Steroidogenesis
Lemak Karbohidrat
Lipogenesis
Oksidasi beta
Protein
Kolesterogenesis
Kolesterol
Asetil - KoA + ATP Aseto Asetat Sikssssssss Siklus Asam Sitrat
Ketogenesis
Hidroksi butirat
ATP
CO2
H2O
Gambar 2.4 Metabolisme lipid
Aseton
48
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut (Kathleen dan Peter, 2006) : 1. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan adanya ATP dan koenzim A, serta dikatakan oleh dikatalisir oleh enzim asilKoA sintetase (tiokinase). 2. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim carnitine palmytoyl transferase I (CPT I) yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asli karnitin. Setelah menjadi asli karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus terdapat enzim asli karnitin mitokondria. 3. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkat asli karnitin ke dalam dan karnitin keluar. 4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA (KoA-enzim A) dengan dikatalisir oleh enzim carnitine palmytoyl transferase II (CPT II) yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil KoA dan karnitin dibebaskan. 5. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi β
49
2.5
DISLIPIDEMIA Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh
kelainan (peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyababkan penyakit kardiovaskular (Gordon, 2003). Angka patokan kadar lipid yang memerlukan pengelolaan, penting dikaitkan dengan terjadinya komplikasi kardiovaskular. Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular (PKV), dikenal patokan kadar kolesterol sebagai berikut :
50
Tabel 2.1 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil lipid dengan Resiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV)
Kolesterol Total
Diinginkan
Diwaspadai
Berbahaya
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
< 200
200 - 239
> 240
- Tanpa PKV
< 130
130 - 159
> 160
- Dengan PKV
< 100
-
-
Kolesterol HDL
> 45
36 - 44
< 35
- Tanpa PKV
< 200
200 - 399
> 400
- Dengan PKV
< 150
250 - 499
> 500
Kolesterol LDL
Trigliserida
Dikutip dari : Executive summary of the third report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 2001; 285: 2486-2497
2.5.1
Klasifikasi Dislipidemia Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit menurut
Murphy (2002) dan Forum Studi Aterosklerosis dan penyakit Vaskluler Indonesia (1995) adalah sebagai berikut : dalam hubungannya dengan Penyakit Jantung Koroner (Grundy, 2006) :
51
1. Dislipidemia Primer Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebatkan kelinan kadar lipid dalam darah. 2. Dislipidemia Sekunder Yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridermia disebabkan oleh diabetes melitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, infark miokard, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan kehamilan. Dan dislipidemia campuran yang dapat disebabkan oleh karena hipotiroidisme, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, penyakit hati, dan akromegali.
2.5.2 Penyebab Dislipidemia Penyebab dislipidemia (Grundy, 2006) : 1. Penyebab primer, yaitu faktor keturunan (genetik) 2. Penyebab sekunder, seperti : a. Usia Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. b. Jenis kelamin
52
Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. c. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia d. Obesitas / kegemukan e. Menu makanan yang mengandung asam lemak jenuh seperti mentega, margarin, whole milk, es krim, keju, daging berlemak. f. Kurang melakukan olah raga g. Penggunaan alkohol h. Merokok i. Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan baik j. Gagal ginjal k. Kelenjar tiroid yang kurang aktif l. Obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen, pil KB, kortokosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu). Berdasarkan rekomendasi yang berasal dari NECP (National Cholesterol Education Program), Amerika Serikat untuk menghindari terjadinya PKV, seseorang dianjurkan untuk memiliki kadar trigliserida kurang dari 200 mg/100 ml, kolesterol total kurang dari 200 mg/100 ml, kolesterol LDL kurang dari 130 mb/100 ml, dan kolesterol HDL lebih dari 45 mg/100 ml darah (NECP ATP III, 2001).
53
2.5.3 Gejala dan Tanda Dislipidemia Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat menyebabkan gejala penyakit pembuluh darah, termasuk penyakit arteri koroner dan penyakit arteri perifer. Kadar LDL tinggi dapat menyebabkan
xantelasma
kelopak
mata,
arcus
kornea
dan
penumpukan LDL pada tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis. Hipertrigliseridemia yang parah (>2000 mg/dl) dapat memberikan arteri dan vena retina bewarna krim putih kekuningan (lipema retinalis). Kadar lipid yang sangat ekstrim juga memberikan penampilan warna seperti susu pada plasma darah. gejala bisa termasuk parestesi, dypsnea dan confusion.
2.5.4 Diagnosis Dislipidemia Diagnosa dislipidemia ditegakkan dengan pemeriksaan profil lemak serum, yang diukur adalah kolesterol total, Triglyserida dan HDL kolesterol dan LDL kolesterol serta VLDL. Pemeriksaan lainnya untuk mengetahui penyebab sekunder dislipidemia juga perlu dilakukan seperti pemeriksaan kadar gula, pemeriksaan
hormon-hormon
misalnya
thyroid,
estrogen
dan
sebagainya. Bila pada wawancara dan pemeriksaan fisik pasien dicurigai adanya risiko penyakit jantung aterosklerotik dini, maka perlu
54
dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut seperti Lp(a), Homocysteine, hsCRP (high sensitively C-Reactive Protein), Fibrinogen dan Lp-PLA2 (Lipoproteinassociated phospholipase A2). Pemeriksaan lain non invasif
yang
bisa
dilakukan
adalah
EKG,
Echocardiogram,
pemeriksaan Treadmil Stress, dan sebagainya ( Miller dan Reinagel, 2005).
2.5.5 Terapi Dislipidemia Menurut National Cholesterolemia Education Programme Adult Therapy Programme (NCEP ATP III) sasaran LDL disesuaikan dengan faktor risiko yang dimiliki seseorang (Adam, 2006), yaitu : 1. Risiko tinggi 1.1 Riwayat penyakit jantung koroner (PJK) 1.2 Risiko yang disamakan dengan PJK a. Diabetes Melitus, stoke, penyakit obstruksi arteri tepi, aneurisma aorta abdorminalis b. Faktor risiko multipel (>2 faktor risiko dan mempunyai faktor risiko PJK dalam waktu 10 tahun menurut skor Framingham: merokok, hipertensi, kolesterol tinggi, HDL rendah dan usia lanjut (Suharto, 2008). 2. Risiko Multipel Lebih dari atau sama dengan dua faktor risiko dengan risiko PJK dalam kurun waktu 10 tahun < 20 % (skor Framingham).
55
3. Risiko rendah (0-1 faktor risiko) Dengan risiko PJK dalam kurun 10 tahun < 10 %
Tabel 2.2 Tiga kelompok risiko untuk menentukan sasaran kolesterol LDL (Adam, 2006)
Kelompok Risiko
Sasaran Kolesterol LDL (mg/dl)
Risiko Tinggi
< 100
Risiko Multiple ( > 2 faktor risiko)
< 130
Risiko rendah (0-1 faktor risiko)
< 160
Penanganan dislipidemia dibagi 2 yaitu (Grundy, 2006) : A. Terapi Non Farmakologi dapat dilakukan dengan : 1. Melakukan terapi diet. Terapi diet bertujuan untuk menurunkan intake lemak total, asam lemak jenuh, dan kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat badan yang diinginkan. Diet kolesterol dan asam lemak jenuh memicu penurunan pengeluaran LDL di hati. 2. Memperbaiki gaya hidup (Therapeutic Lifestyle Change). Komponenkomponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan asupan-asupan dari kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan peningkata aktivitas fisik.
56
Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia familial (secara bawaan/genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, yaitu penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi dengan obat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006). B. Terapi Farmakologi Obat
antidislipidemik
adalah
obat
yang
ditunjukan
untuk
menurunkan/meningkatkan kadar lipid/lemak di dalam darah/plasma. Pemberian obat antidislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabiladengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak responsif (Illingworth, 2007). Obat antidislipidemik dapat dibagi sebagai berikut (Illingworth, 2007) : 1. Asam fibrat Obat antidislipidemik yang termasuk golongan asam fibrat adalah : Gemfibrozil, Fenofibrate dan Ciprofibrate. Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid plasma, sehingga produksi VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun. Gemfibrozil meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga bersihan partikel kaya trigliserid meningkat. Kadar kolesterol HDL juga meningkatkan pada pemberian Gemfibrozil. Fibrate menurunkan produksi LDL dan meningkatkan kadar HDL. LDL ditumpuk di arteri sehingga meningkatkan resiko
57
penyakit jantung, sedangkan HDL memproteksi arteri atas penumpukan itu. Fibrate
menurunkan
produksi
LDL
dan
meningkatkan
pemecahan trigliserida. Efek samping : karena tidak diabsorbsi maka dapat timbul kembung, mual, dan konstipasi. 2. Resin Obat antidislipidemik yang termasuk golongan resin adalah : Kolestiramin (Chlolestyramine), Kolestipol. Obat antidislipidemik ini bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah. Kolestiramin menurunkan kadar kolesterol plasma dengan cara menurunkan LDL. Penurunan kadar LDL biasanya nyata setelah 4-7 hari dan mencapai 90 persen efek maksimal dalam 2 minggu terapi. Efek obat tergantung besarnya dosis, tetapi banayak pasien tidak tahan karena efek sampingnya pada saluran cerna. Efek samping : karena tidak diabsorbsi maka dapat timbul kembung, mual, dan konstipasi. 3. Penghambatan HMG-KoA Reduktase (3 Hidroksi 3 Metil Glutaril Ko – Enzim A Reduktase Inhibitor).
58
Obat antidislipidemik yang termasuk golongan ini adalah : Pravastatin,
Simvastatin,
Rosavastatin,
Fluvastatin,
Atorvastatin. Golongan ini menghambat pembentukan kolesterol dengan cara menghambat kerja enzim yang ada di jaringan hati yang memproduksi mevalonate, suatu molekul kecil yang digunakan untuk mensintesa kolesterol dan devirat mevalonat. Selain itu meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah. Golongan ini dapat menurunkan kolesterol total dan LDL, juga meningkatkan HDL. Efek samping : miositis, test fungsi hati meningkat, diare. 4. Asam nikotinat Asam nikotinat (nicotinic acid) atau Niasin / vitamin B3 larut dalam air. Dengan dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk meningkatkan HDL dalam darah untuk mencegah serangan jantung. Efek samping : flushing akibat pengaruh prostagldaninm, kadang-kadang
gastritis,
ulkus
peptikum,
hiperurisemia,
hiperglikemia, test fungsi hati meningkat. 5. Ezetimibe Ezetimibe dapat menurunkan kolesterol total dan LDL juga meningkatkan HDL.
59
Ezetimibe bekerja dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di usus Ezetimibe dapat digunakan sendiri jika antidislipidemik lain tidak bisa ditoleransi tubuh atau dikombinasi dengan golongan statin (penghambat HMG-KoA reduktase) jika golongan statin tidak dapat menurunkan kadar lipid darah sendirian.
2.6
Aterosklerosis Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding
sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbantuknya zat yang dapat melekat dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Di samping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa (foam cell) (Rader dan Hobbs, 2005).
60
Sel busa (foam cell) yang terbentuk akan saling berikan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL akan teroksidasi sempurna juga merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah. Meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh darah yang dapat mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005). Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi di dalam stroke. Jika terjadi arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung (Rader dan Hobbs, 2005).
2.7
Buah Naga (Dragon Fruit) Buah Naga (dragon fruit) telah lama dikenal oleh rakyat Tionghoa kuno
sebagai buah yang membawa berkah. Biasanya buah naga diletakan di antara patung naga di altar. Sebenarnya tanaman ini bukan tanaman asli daratan Asia, tetapi merupakan tanaman asal Meksiko dan Amerika Selatan Bagian Utara (Colombia)
(Badan Litbang Pertanian, 1992).
Pada awalnya buah naga ini
61
dibawa ke kawasan Indocina (Vietnam) oleh seorang warga negara Prancis sekitar tahun 1870 dari Guyama, Amerika Selatan sebagai hiasan sebab sosoknya yang unik dan bunganya yang unik dan cantik. Pada tahun 1977 buah ini dibawa ke Indonesia dan berhasil disemaikan kemudian dibudidayakan. Buah naga kaya akan vitamin dan mineral dengan kandungan serat (Hardjadinata, 2010). Nama Dragon Fruit di Asia disebabkan oleh fungsi buahnya.
Oleh
masyarakat Cina kuno sering meletakan buah tanaman ini diantara dua ekor patung naga berwarna hijau diatas meja altar. Tradisi religius ini sangat dipercaya oleh masyarakat Cina Kuno akan membawa berkah. Warna merah menyala dari buah tersebut sangat mencolok diantara patung naga hijau sehingga memunculkan nilai estetika. Mungkin tradisi religius inilah yang mendasari julukan thang loy, dragon fruit, atau buah naga (Hardjadinata, 2010). Buah naga termasuk tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi pada berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Sementara intensitas sinar matahari yang disukai sekitar 70% – 80 %. Oleh karena itu tanaman ini sebaiknya ditanam di lahan yang tidak terdapat naungan. Sirkulasi udara nya harus baik. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini akan lebih baik bila ditanam didaerah dataran rendah antara 0 – 350 m dpl. Suhu udara yang ideal bagi tanaman ini antara 26º - 36º C dan kelembapan 70 – 90 %. Tanahnya harus beraerasi baik. Sementara derajat keasaman (pH) tanah yang disukainya bersifat sedikit alkalis 6,5 – 7 (Hardjadinata, 2010).
62
Perakaran tanaman buah naga bersifat epifit, yaitu merambat dan menempel pada batang tanaman lain. Perakaran tanaman buah naga tidak terlalu panjang dan terbentuk akar cabang. Dari akar cabang tumbuh akar rambut yang sangat kecil, lembut dan banyak. Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah beranjak dewasa. Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga. Dari batang dan cabang tumbuh duri-duri yang keras, tetapi sangat pendek sehingga tidak mencolok. Biasanya jumlah duri di setiap titik tumbuh pada batang sekitar 4 – 5 buah. Letak duri tersebut pada tepi siku-siku batang maupun cabang. Oleh karena sangat pendek maka tanaman ini sering dianggap sebagai kaktus tidak berduri (Hardjadinata, 2010). Kuncup bunga yang sudah berukuran panjang sekitar 30 cm akan mulai mekar pada sore hari. Mekarnya bunga dimulai mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem, yaitu sekitar pukul 09.00 dan disusul dengan mekarnya mahkota bunga bagian dalam. Warna mahkota bunga bagian dalam putih bersih. Setelah mekar bunganya berbentuk corong yang di dalamnya tampak sejumlah benang sari berwarna kuning.
Bunga ini mekar penuh pada tengah malam.
Itulah
sebabnya tanaman ini dijuluki sebagai night blooming cereus. Pada saat mulai mekar penuh, bunganya menyebar bau yang harum sehingga mengundang kelelawar untuk hinggap dan menyerbuki bunganya (Hardjadinata, 2010). Buah berbentuk bulat panjang serta berdaging warna merah dan sangat tebal. Letak buah pada umumnya mendekati ujung cabang atau batang. Pada cabang atau batang dapat tumbuh buah lebih dari satu, terkadang bersamaan atau
63
berhimpitan. Bentuk bulat lonjong. Ketebalan kulit buah 2-3cm. Permukaan buah terdapat jumbai atau jambul berukuran 1 – 2 cm (Hardjadinata, 2010). Biji berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam. Kulit biji sangat tipis, tetapi keras. Biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif.
Biji merupakan organ perkembangbiakan, tetapi jarang digunakan.
Umumnya biji hanya digunakan di kalangan peneliti dalam upaya mencari varietas baru karenadibutuhkan waktu relatif lama untuk mendapat tanaman berproduksi. Setiap buah terdapat sekitar 1.200 – 2.300 biji (Hardjadinata, 2010). Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau famili Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Dalam subfamili ini terdapat beberapa genus, sedangkan buah naga termasuk dalam genus Hylocereus. klasifikasi buah naga tersebut sebagai berikut : Divisi
: Spermatohyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo
: Cactales
Famili
: Cactaceae
Subfamili
: Hylocereanea
Genus
: Hylocereus
Species
:
Adapun
64
1. Hylocereus undatus (daging putih) Populer dengan sebutan white pitaya. Kulit merah, daging buah putih, dengan biji biji hitam kecil. Berat rata rata 400-500 gram. Batang berwarna hijau tua. 2. Hylocereus polyrhizus (daging merah) Banyak di kembangkan di Cina dan Australia. Sering disebut red pitaya karena selain kulitnya merah, dagingnya pun merah keunguan. Berat sekitar 400 gram. 3. Hylocereus costaricensis (daging super merah atau super red) Sepintas mirip Hylocereus polyrhizus tetapi daging buahnya lebih intens merahnya. Itu sebabnya buah ini disebut naga super merah. Berat buahnya 400-500 gram. 4. Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih, tanpa sisik) Bobotnya hanya 80-100 gram. Buah ini mempunyai isi putih dengan daging kulit buah kuning tanpa sisik sehingga cenderung lebih halus.
2.7.1
Kandungan buah naga
Tabel 2.3
Berikut ini komposisi gizi per 100 gram daging buah naga :
Komponen
Kadar
Air (g)
82,5 – 83,0 g
Protein (g)
0,159 – 0,229 g
Lemak (g)
0,21 – 0,61 g
Serat /dietary fiber (g)
0,7 – 0,9 g
Betakaroten (mg)
0,005 – 0,012 mg
Kalsium (mg)
6,3 – 8,8 mg
Fosfor (mg)
30,2 – 36,1 mg
65
Besi (mg)
0,55 – 0,65 mg
Vitamin B1 (mg)
0,28 – 0,043 mg
Vitamin B2 (mg)
0,043 – 0,045 mg
Vitamin C (mg)
8 – 9 mg
Niasin (mg)
1,297 – 1,300 mg (Dikutip dari Mahattanatawe et al., 2006)
Data buah naga bisa berbeda-beda antar negara karena faktor iklim, metode kultivasi dan varietas buah naga yang dianalisa. Buah naga merah juga kaya akan antioxidan antosianin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Kadar antosianin berkisar 8,8 mg / 100 gr buah naga.
Antosianin membantu penyembuhan atau kondisi degeneratif, menurut penelitian buah naga mempunyai manfaat sebagai anti proliferatif pada B16F10 melano sell dari kulit buah naga karena merupakan inhibitor kuat daripada dagingnya dan hasil ini mengindikasikan kandungan polifenol sebagai antioksidan (wu et al.,2006). Berikut adalah hasil perbandingan kandungan daging buah dan kulit naga merah yang telah diteliti. Tabel 2.4
Perbandingan Kandungan antioksidan daging buah segar dan kulit buah naga merah kering
Kandungan
Daging buah/100gr
Kulit buahkering/100gr
Asam galat
42,4 ± 0,04 mg
39,7 ± 5,39 mg
Flanoid
7,21 ± 0,02 mg
8,33 ± 0,11 mg
Betacyanin
10,3 ± 0,22 mg
13,8 ± 0,85 mg
Aktivitas antioksidan berdasarkan 22,4 ± 0,29 µmol
118 ± 4,12 µmol
DPPH method at EC50 Pendekatan ABTS untuk Vit. C
28,3 ± 0,83 µmol
(Dikutip dari Wu et al., 2006)
175 ± 15,7 µmol
66
Buah naga merah mengandung betacyanin yang telah terbukti secara invitro sebagai penghambat radikal lipoperoksil di dalam membran mikrosoma (Wu et al.,2006) 2.7.2
Khasiat Buah Naga Buah naga isi merah beratnya mencapai 350 – 550 g (Jamilah et al.,2011)
Buah naga isi merah memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan jenis yang putih. Zat makanan lain yang terkandung di dalam buah naga ialah serat , kalsium, zat besi, dan fosfor yang bermanfaat untuk mencegah hipertensi (Zainoldin dan Baba,2009). Buah naga merah baik untuk memperbaiki penglihatan mata karena kandungan karetonoidnya yang tinggi (Raveh,et al.,1998). Fitokimia berupa flavonoid di dalam buah naga juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker (Wu et al., 2006) Tabel 2.5
Aktivitas Antioksidan (ORAC) dan Total Fenol buah-buahan tropis
Buah
ORAC µM TE/g (Buah Total
Phenolic
yang dihaluskan bentuk µM GA/g Pure pure) Buah naga merah Red Dragon
7,59
1076
Buah naga merah White Dragon
2,96
523
Jambu Biji Merah
16.7
2317
Lychee
5,42
770
Longan
3,31
482
Mangga Ranum (masak)
2,17
509
Mangga Hijau
1,49
506
Pepaya Hijau
0,01
205
Pepaya (matang)
5,33
442,22
(Dikutip dari Mahattanatawee et al., 2006)
67
Hasil penelitian Mahattanatawee dan kawan-kawan dalam Journal of Agricultural dan Food Chemistry tahun 2006, buah naga merah dan putih memiliki potensi kapasitas antioksidan, vitamin C dan serat, Aktivitas antioksidan, total fenol larut, total asam askorbat, total serat makanan dan pektin dalam buah naga ternyata dipengaruhi oleh varietas buah naga. Mahattanatawee et al.,2006 menghitung aktivitas antioksidan berdasarkan evaluasi kapasitas menangkap radikal dengan menggunakan radikal bebas DPPH dan aktivitas penangkal radikal peroksil (ORAC = Oxygen Radical Absorbance Capacity). Total fenol dianalisa dengan Folin-Ciocalteu assay sebagai galic acid equivalents. Untuk buah naga merah total fenol sebesar 1075,76 µg GA/gram pure. Hasil uji ORAC, buah naga merah 7,59 ORAC µM TE/gram pure, sedangkan buah naga putih 2,96 µM TE/gram pure. Hasil uji DPPH, buah naga merah 134,14 µg GE/gram pure.. Antioksidan buah naga merah lebih tinggi dibandingkan buah naga putih karena adanya pigmen merah (antosianidin). Tabel aktivitas antioksidan hasil penelitian ini juga bisa digunakan sebagai perbandingan khasiat buah naga dengan khasiat buah-buahan tropis lainnya.
Tabel 2.6
Perbandingan khasiat buah naga dengan buah-buahan tropis
Buah
Total Fenol µg ORAC µM TE/g DPPH µg GA/g GA/g pure
pure
pure
Jambu batu merah
2316,71
16,70
609,26
Jambu batu putih
1589,29
9,90
298,59
Buah naga merah
1075,78
7,59
134,14
Lychee
770,12
5,42
103,75
Buah naga putih
523,41
2,96
46,41
68
Mangga (matang)
508,94
2,17
123,65
Mangga hijau
505,76
1,49
167,50
Pepaya hijau
205,41
0,01
10,36
Pepaya (matang)
5,33
442,22
65,12
(Dikutip dari Mahattanatawee et al., 2006)
Menurut hasil penelitian buah naga juga memiliki kandungan fenol diantaranya asam hidroksisinamat (hydroxycinnamic acids), hydrolyzable tannin, ellagic acid conjugates, dan flavone glycosid. Buah naga merah mengandung betacyanin yang telah tebukti secara invitro sebagai penghambat radikal lipoperoksil didalam membran mikrosoma (Mahattanatawee et al., 2006). Buah naga merah mengandung betacyanin sebagai anti proliferasi dan menghambat pertumbuhan tumor, serat (mencegah kanker usus dan memperlancar proses pencernaan) (Wu et al., 2006) , beta karoten (kesehatan mata, menguatkan otak dan menurunkan kadar glukosa dalam darah) (Raveh et al.,1998), kalsium (menguatkan tulang) dan fosfor (pertumbuhan badan) (Zainoldin dan Baba,2009), serta mengandung vitamin C sebagai antioksidan yang mempunyai kemampuan memproteksi oksidasi yang disebabkan radikal bebas. Buah naga juga sumber niasin. Niasin merupakan bagian dari vitamin B komplek, yang disebut juga vitamin B3. Banyak terdapat dalam biji-bijian dan kacang-kacangan . Khasiatnya untuk menurunkan kadar kolesterol. Niasin dapat menurunkan produksi VLDL (very low density lipoprotein) di hati sehingga produksi kolesterol total , LDL (low density lipoprotein), dan trigliserida menurun. Berperan juga dalam merangsang pembentukan prostaglin I₂, hormon yang membantu mencegah pengumpulan (agregasi) trombosit. Buah naga juga mengandung pektin. Buah naga merah mempunyai kemampuan chelating power
69
(menangkap logam) untuk menangkap ion besi yang dapat menimbulkan reaksi fenton penyebab timbulnya beberapa penyakit.
Buah naga juga dapat untuk
menurunkan kolesterol LDL, dan gula darah pada pasien DM (Sani et al., 2009). Buah naga juga dilaporkan sebagai anti radikal bebas (Padreno dan Escribano, 2001). Antioksidan alami dari buah-buahan lebih efektif daripada suplementasi vitamin C dan E (Lim et al., 2006). Buah naga mengandung 3 jenis antioksidan (Wu et al., 2006) yaitu : 1. Antioksidan protektor (vitamin C, A, E, Flavonoid) 2. Antioksidan pembangunan (antsianin dan β sianin) 3. Antioksidan penyerang (fitoalbumin).
Biji buah naga mengandung
fitoalbumin dan omega 3.
Tabel 2.7
Perbandingan komposisi minyak biji Hylocereus pylorhizus dan Hylocereus undatus Hylocereus pylorhizus
Hylocereus undatus
(probably Costa Rica Pitaya
(Red Pitaya)
Asam Miristik
0,2 %
0,3 %
Asam Palmitat
17,9 %
17,1 %
Asam Stearat
5,49 %
4,37 %
Asam Palmitoleat
0,91 %
0,61 %
Asam Oleat
21,6 %
23,8 %
Asam Cis-vasenik
3,14 %
2,81 %
Asam Linoleat
49,6 %
50,1 %
Asam Linoleat
1,21 %
0,98 %
(Dikutip dari Mahattanatawee et al, 2006)
70
2.7.3
Antioksidan yang terkait dalam Buah Naga Ada berbagai jenis antioksidan yang ada dalam buah naga yaitu vitamin C,
Karotenoid, Vitamin E, Antosianin dan Polifenol.
2.7.3.1 Vitamin C Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam air (aqueous antioxidant). Senyawa ini merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh pada senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Dalam keadaan murni, vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H6O6. Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor elektron, dengan cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu. Selain itu vitamin C juga dapat menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler.
Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di
dalam sel netrofil, monosit, protein lensa, dan retina. Vitamin ini juga dapat berinteraksi dengan Feferritin.
Diluar sel, vitamin C mampu menghilangkan
senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer electron ke dalam tokoferol teroksidasi , dan mengabsorpsi logam dalam saluran pencernaan. Vitamin C menjaga ketersediaan nitric oxide (NO) dengan beberapa mekanisme : vitamin C menangkap superoxide (O2) dan mencegah formasi oksidase LDL (ox-LDL) yang menurunkan ketersediaan NO. Vitamin C bersama intraseluler thiols (contoh GSH) yang menstabilkan NO melalui formasi 5-
71
nitrosothiols (contoh : GSNO).
Dalam keadaan tertentu, vitamin C berperan
dalam melepaskan NO dari 5-nitrosothiols, dan menjaga faktor pendukung endothel NO sintesa (eNOS). Vitamin C berperan dalam menekan resiko kanker saluran pencernaan. Konsumsi vitamin C dari sayuran dan buah-buahan selama 30 hari dapat meningkatkan kemampuan proliferasi sel limbosit B dan T.
Demikian pula
aktivitas sitotoksik sel NK (natural killer) juga meningkat.
Temuan ini
mengindikasikan bahwa asupan sayuran dan buah-buahan dalam jumlah memadai dapat memperkecil risiko penyakit kanker (Zakaria et al., 2000). Pada umumnya, penggunaan vitamin c sebagai antioksidan berkombinasi dengan sumber antioksidan lain. Menurut para ahli yang membuktikan potensi vitamin c bersama dengan antioksidan lain, asupan vitamin c dan e yang rendah dapat berdampak pada rendahnya kadar vitamin c dalam darah. Keadaan seperti ini mempermudah seseorang terkena katarak (kekeruhan lensa mata),yang akan lebih parah bila orang tersebut mempunyai kebiasaan merokok. Suplemen vitamin c dan e juga meningkatkan produksi sitokin,dengan suplemen dengan sebanyak 1 gr vitamin c dan 400 mg vitamin e,tocoferil asetat selama 28 hari, Ternyata meningkatkan produksi IL-Iβ sebesar 1,8 kali dan TNF-α sebesar 1,5 kali. Sementara vitamin C tunggal memberikan efek signifikan.
2.7.3.2 Vitamin E Vitamin E adalah salah satu fitonutrien penting. Vitamin ini secara alami memiliki 8 isomer yang dikelompokkan menjadi 4 tokoferol (α,β,ϒ,Ϭ ) dan 4
72
tokotrienol ( ,α,β,ϒ,Ϭ) homolog. Suplemen vitamin E yang ada di pasaran pada umumnya tersusun atas tokoferol dan tokotrienol yang diyakini merupakan antioksidan potensial. Tokoferol terutama α tokoferol telah diketahui sebagai antioksidan yang mampu mempertahankan integritas membrane,
Senyawa tersebut dilaporkan
bekerja sebagai scavenger radikal bebas oksigen, peroksida lipid, dan oksigen singlet. Α-tokoferol merupakan bentuk suplemen vitamin E yang paling banyak. Vitamin E ataau α-tokoferol merupakan antioksidan yang larut dalam lemak.
Vitamin ini banyak terdapat dalam membran eritrosit dan lipoprotein
plasma. Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lpid) menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak. Banyak peneliti melaporkan adanya hubungan terbalik antara asupan vitamin E dan kejadian kematian karena kardiovaskular. Vitamin E juga dapat menghambat ateroslerosis tahap awal (Seifried dan Milner, 2008). Aterosklerosis merupakan kondisi patologis yang dapat menyebabkan terjadinya CHD. Pada orang sehat asupan vitamin E dalam jumlah memadai berkorlasi dengan rendahnya risiko CHD. Sementara pada individu yang didiagnosis terkena atau berisiko tinggi CHD, asupan vitamin tersebut tidak memberikan manfaat. Makanan kaya vitamin mampu menurunkan risiko penyakit aterosklerosis dengan cara melindungi LDL dari oksidasi. Antioksidan vitamin E, vitamin C, β-karoten, atau kombinasinya menghambat peroksidasi lipid secara in vivo. Asupan tinggi vitamin berkaitan erat dengan rendahnya risiko serangan jantung.
73
Pada kondisi tertentu, vitamin A yang diperankan oleh β-karoten berperan sebagai sparing effect vitamin E.
Bila tekanan oksigen dalam tubuh tinggi,
vitamin E diangkut darah melalui LDL dan HDL. Reaksi antioksidatif vitamin E berlangsung secara nonenzimatik, prosesnya jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan antioksidan enzimatik. Vitamin E akan menetralisir berbagai radikal lainnya, seperti radikal oksigen singlet, alkosil, peroksinitrit, nitrogen dioksid, ozon dan superoksid (Baraas, 2006). Selanjutnya radikal α-tokoferoksil akan dinetrralisir oleh vitamin C (asam askorbat dalam bentuk reduksi), atau pun β karoten, menjadi vitamin E kembali. Ini berarti bahwa vitamin E akan berfungsi sebagai anti oksidan yang kuat, apabila konsentrasi vitamin C, β karoten atau enzim Q10 sendiri selanjutnya berubah menjadi radikal yang bersifat rekatif, tetapi segera dinetralisir oleh enzim NADH oksidase (dengan koenzim atau kofaktor spesifik intrasel NADH) , menjadi vitamin C, β karoten ataupun koenzim Q10, dalam kondisi tertentu tampaknya bisa pula bersifat prooksidatif, apabila konsentrasi enzim NADH oksidase dan koenzim lainnya tidak memadai (Baraas, 2006). Selain berperan sebagai antioksidan , vitamin E dan C memiliki sifat mudah dicerna sehingga dapat memperbaiki kerja sistem imun. Pada individu yang berstatus gizi baik, terutama kadar gizi yang bersifat antioksidan seperti vitamin A, C, dan F dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh. Asupan vitamin E yang rendah berkaitan erat dengan tingginya risiko kanker payudara, paru-paru, tenggorokan, dan mulut.
Vitamin E merupakan
74
antoksidan alami yang banyak ditemukan dalam kolesterol LDL. Kolesterol LDL yang teroksidasi dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh arteri. Kondisi seperti ini merupakan proses awal terjadinya aterosklerosis.
Dalam hal ini,
banyaknya antioksidan alami dalam jumlah cukup dapat melindungi kolesterol LDL dari proses oksidasi. Vitamin E menghambat pertumbuhan tumor prostat dan sebagai antioksidan yang menghambat peroksidasi lemak (Basu dan Imrhan, 2005).
2.7.3.3 Flavonoid/ Polifenol Flavonoid adalah sekelompok besar senyawa polifenol tanaman yang tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dalam berbagai konsentrasi. Kandungan senyawa flavonoid dalam tanaman sangat rendah, sekitar 0,25%. Komponen tersebut pada umumnya terdapat dalam keadaan terikat atau terkonjugasi dengan senyawa gula. Flavonoid secara alami juga dilaporkan sebagai derivat benzo-Ɣ-pirane. Polifenol mempunyai cincin fenol multiple dalam strukturnya dan flavonoid mempunyai tiga cincin dalam strukturnya (Waterhouse, 2002). Secara in vitro, senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis yang
sangat
kuat.
Sebagai
antioksidan,
flavonoid
dapat
menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah, dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker. Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas (free radical scavenger), flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
75
hepatoprotektif, antirombotik, antiinflamasi, dan antivirus. Sifat antiradikal flavonoid terutama terhadap radikal hidroksil , anion superoksida, radikal peroksil, dan alkoksil. Senyawa flavonoid ini memiliki afinitas yang sangat kuat terhadap ion Fe (Fe diketahui dapat mengatalisis beberapa proses yang ditunjukan melalui potesinya sebagai pengkelat fe (Furhman dan Aviram, 2002).
2.7.3.4 Betacyanin Betacyanin
adalah
pigmen
tumbuhan
yang
memberi
warna
kuning,jingga,merah dan ungu pada bagian daun dan buah. Dimana yang memberikan warna merah ke unguan adalah betacyanin dan yang memberikan warna kuning adalah betaxantin merupakan bagian dari bagian pigmen betalain. Sifat dari betacyanin larut dalam air, mengandung nitrogen, dan terbatas hanya pada 10 famili tumbuhan yang semuanya adalah anggota ordo Cariophyllale, serta sintesanya ditingkatkan oleh cahaya (Cai et al.,2005). Buah naga merah mengandung betacyanin sebagai anti proliferasi dan menghambat pertumbuhan tumor, serat (mencegah kanker usus dan memperlancar proses pencernaan) (Wu et al., 2006) , beta karoten (kesehatan mata, menguatkan otak dan menurunkan kadar glukosa dalam darah) (Raveh et al.,1998), kalsium (menguatkan tulang) dan fosfor (pertumbuhan badan) (Zainoldin dan Baba,2009), serta mengandung vitamin C sebagai antioksidan yang mempunyai kemampuan memproteksi oksidasi yang disebabkan radikal bebas.
76
2.8
Buah Naga dan Profil lipid
Mekanisme kerja buah naga : 1. Diet tinggi lemak dan kelebihan TAG (triasilgliserol) di jaringan adiposa akan menstimulasi pelepasan sitoksin seperti TNF-α (tumor necrosis factor-alpha). TNF-α adalah sitoksin yang diproduksi oleh jaringan lemak dan adiposit. Kadar TNF-α yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Pemberian antosianin dapat menurunkan TNF-α sehingga oksidasi asam lemak pada hepar meningkat, menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar serta meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktivitas CETP (Kershaw dan Flier, 2004). CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl ester dari HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL maupun kilomikron, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari
77
plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000). Dalam hal ini antosianin bekerja menghambat CETP sehingga terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL (Qin et al., 2009). 2. Menghambat enzim HMG Coa Reductase ( Koshy et al,. 2001) Dengan menghambat enzim HMG Coa Reductase , sehingga konsentrasi kolesterol yang terdapat di liver dan plasma normal ( Lorgeril et al., 1994; Zulet et al., 1999) 3. Meningkatkan produksi asam empedu ( Khalili et al., 2009)
Gambar 2.5 Buah Naga (Hardjadinata, 2010)
78
2.9
Uji LD50 (Median Lethal Dose) Pada penelitian (Hor et al., 2012) pemberian ekstrak buah naga pada
hewan uji tikus wistar jantan dibagi kedalam dua kelompok perlakuan yaitu kelompok akut dan kelompok sub kronik. Pada kelompok akut, kelompok I diberi dosis 1250 mg/Kg BB, kelompok II diberi dosis 2500 mg/Kg BB, kelompok III diberi dosis 5000 mg/Kg BB selama 14 hari. Pada kelompok sub kronik kelompok I diberi dosis 1250 mg/Kg BB, kelompok II diberi dosis 2500 mg/Kg BB, kelompok III diberi dosis 5000 mg/Kg BB selama 28 hari. Tidak terdapat kematian pada tikus baik pada kelompok akut maupun kelompok sub kronik. Berdasarkan analisis biochemical menunjukan perubahan yang signifikan dari creatinine, globulin, total protein dan urea. Dosis lethal dari dragon fruit lebih dari 5000 mg/Kg BB selama 28 hari. Dengan demikian ekstrak ethanol buah naga mempunyai LD50 yang tergolong dalam katagori practically non toxic.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat erat kaitannya satu dengan yang lainnya, sehingga tidak mungkin dibicarakan sendirisendiri. Meningkatnya status sosio ekonomi dan perubahan gaya hidup termasuk pola makan menyebabkan asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan aktivitas fisik makin berkurang (sedentary lifestyle). Konsumsi lemak jenuh tinggi akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai hiperlipidemia. Kadar lemak darah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik, riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, hormonal. Faktor eksternal meliputi obesitas, makanan yang dikonsumsi, kurangnya aktivitas, penggunaan alkohol, merokok, penyakit diabetes mellitus, gagal ginjal dan obatobatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak. Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah diet yang bertujuan untuk menurunkan intake lemak total, asam lemak jenuh, dan kolesterol secara progresif
79
80
dan untuk mencapai berat badan yang diinginkan, dan memperbaiki gaya hidup (Therapeutic Lifestyle Change) yang meliputi pemilihan makanan yang berhubungan dengan obat-obat anti hiperlipidemik. Tetapi obat sintesis untuk menurunkan kolesterol dan trigliserida yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil memiliki efek samping seperti miositis, dapat merusak fungsi hati, dan lain-lain. Oleh karena itu upaya pengobatan alamiah yang bisa menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida sangat penting dilakukan. Buah naga (Hylocereus Polyrhizus) merupakan buah yang cukup unik dan termasuk golongan kaktus yang berdaging merah, memiliki beberapa kandungan gizi diantaranya vitamin A, vitamin C, vitamin E, niacin, polyphenol, anthocyanin betacyanin. Tumbuhan ini tergolong dalam famili Cactaceae dan subfamili Cactoideae. Dibagian kulit luar buah naga ini terdapat sisik-sisik kasar seperti kulit seekor naga. Zat yang utama yang terkandung dalam buah naga antosianin. Antosianin adalah zat warna alami golongan flavonoid yang tersebar luas di alam. Senyawa antosianin memberikan warna merah, ungu dan biru pada beberapa bagian tanaman , misalnya kulit buah naga, mahkota bunga, dan akar. Zat warna antosianin bersifat tidak stabil dan mudah terdegradasi. Stabilitasnya dipengaruhi oleh pH, suhu penyimpanan, cahaya, enzim, oksigenasi, perbedaan struktur dalam antosianin dan konsentrasi dari antosianin. Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan efektifitas buah naga dalam menurunkan profil lipid pada tikus dislipidemia. Tikus yang diberi diet tinggi kolesterol seara terus menerus sehingga terjadi dislipidemia kemudian diberi
81
ekstrak buah naga. Diharapkan dislipidemia pada tikus dapat diperbaiki dengan pemberian ekstrak buah naga tersebut.
3.2
Konsep Penelitian
Ekstrak Hylocereus polyrhizus Faktor Eksternal -
Makanan
-
Obat obatan
-
Aktivitas
Faktor Internal
Tikus Dislipidemia
- Genetik - Riwayat Keluarga - Usia - Hormonal - Jenis kelamin
Kolesterol Total Kolesterol LDL Kolesterol HDL Trigliserida
Gambar 3.1. Bagan Konsep Penelitian
3.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir, Konsep dan Hipotesis Penelitian yang telah diuraikan di atas ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Pemberian ekstrak ethanol buah naga oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan yang dislipidemia. 2. Pemberian ekstrak ethanol buah naga oral dapat menurunkan kadar
82
kolesterol LDL darah tikus putih jantan yang dislipidemia. 3. Pemberian ekstrak ethanol buah naga oral dapat menurunkan
kadar
trigliserida darah tikus putih jantan yang dislipidemia. 4. Pemberian ekstrak ethanol buah naga oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL tikus putih jantan yang dislipidemia.
lxxxiii
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan
pre-post test control group design (Pocock, 2008). Dengan rancangan sebagai berikut : P0 01
02
R P
P1
S
03
04 P2
05
06
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan : P
: Populasi
S
: Sampel
R
: Random
(
Metode
Simple
Random
Sampling
dengan
penomoran) 01
: Observasi data Profil Lipid kelompok kontrol (pre test)
03
: Observasi data Profil Lipid kelompok perlakuan I (pre test)
05
: Observasi data Profil Lipid kelompok perlakuan II (pre test)
P0
: Perlakuan pada kontrol (Aquabidestilata 1 ml)
lxxxiii
lxxxiv
P1
: Perlakuan I (dosis 30 mg/hari + Aquabidestilata sampai 1 ml)
P2
: Perlakuan II (dosis 60 mg/hari + Aquabidestilata sampai 1 ml)
02
: Observasi data Profil Lipid kelompok kontrol (post test)
04
: Observasi data Profil Lipid kelompok perlakuan I (post test)
06
: Observasi data Profil Lipid kelompok perlakuan II (post test)
4.2.
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian
dilaksanakan
di
Laboratorium
Farmakologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian dilakukan selama 10 minggu. Untuk mengetahui profil lipid tikus percobaan dilakukan pemeriksaan darah di laboratorium Patologi Klinik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
4.3
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
4.3.1
Populasi Populasi target dalam penelitian adalah tikus Wistar umur 3 - 4 bulan, sedangkan populasi terjangkau adalah tikus Wistar jantan yang dibuat dislipidemia.
4.3.2
Sampel Pada penelitian ini diambil tikus yang memenuhi kriteria penerimaan.
4.3.2.1 Kriteria penerimaan : 1. Tikus putih jantan.
lxxxiv
lxxxv
2. Ratus norvegikus dari galur wistar dengan dislipidemia (kolesterol ≥ 200 mg/dl). 3 . Umur 3-4 bulan. 4 . Berat tikus 180-200 gram.
Gambar 4.2 Tikus
4.3.2.2 Kriteria drop out subyek penelitian : -
Tikus yang mati selama penelitian dilaksanakan.
4.3.2.3 Besar Sampel Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008) 2σ2 n =
x f (,β)
lxxxv
lxxxvi
(μ2 – μ1)2
n
= Besar sampel
σ
= Simpangan baku kontrol
μ2
= Rerata hasil pada kelompok perlakuan
μ1
= Rerata hasil pada kelompok kontrol
f (,β) = 10,5 (Besarnya dilihat pada Tabel Pocock)
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Indriasari, 2012) diperoleh: Rerata kadar kolesterol HDL kelompok perlakuan = 209,3.
Rerata kadar
kolesterol HDL kelompok kontrol = 190,6 dan simpangan baku kontrol = 10,14
2( 10,14 ) 2 n = _________ x 10,5 ( 209,3 – 190,6) 2 = 7 Pada penelitian ini digunakan tikus 7 ( Tujuh) ekor dan untuk cadangan bila terjadi kematian saat dilakukan penelitian, maka jumlah sampel ditambah minimal 20 persen, sehingga masing-masing kelompok 9 ( Sembilan ) ekor.
4.3.2.4 Teknik Pengambilan Sampel Semua sampel yang memenuhi kriteria penelitian (yang memenuhi kriteria
lxxxvi
lxxxvii
eligibilitas) dimasukan dalam sampel penelitian, selanjutnya dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu satu kelompok kontrol dan satu kelompok perlakuan yang diberikan buah naga Hylocereus polyrhizus.
4.4
VARIABEL PENELITIAN
4.4.1
Identifikasi Variabel Variabel penelitian yang akan diukur adalah variabel bebas dan variabel
tergantung. 4.4.2
Klasifikasi Variabel a. Variabel bebas
: Ekstrak ethanol buah naga (Hylocereus polyrhizus)
b. Variabel tergantung : -
Kadar kolesterol total
-
Kadar LDL : Low Density Lipoprotein
-
Kadar Trigliserida
-
Kadar HDL : High Density Lipoprotein
c. Variabel kendali
: umur tikus, jenis kelamin tikus, jenis tikus, makanan dan minuman, aktivitas
4.4.3 Definisi Operasional Variabel a. Buah naga
(Hylocereus polyrhizus) adalah tanaman sejenis kaktus
dengan sulur batang yang tumbuh menjalar. Ekstrak buah naga merah adalah larutan zat aktif dari buah naga merah dengan cara diekstraksi
lxxxvii
lxxxviii
yang diberikan pada tikus. b. Diet tinggi lemak tinggi kolesterol adalah bahan makanan yang distandardisasi untuk memenuhi syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi : kolesterol 1 %, kuning telur 5 %, lemak hewan 10 %, minyak goreng 1 %, makanan standar sampai 100 %. c. Kadar kolesterol total nilainya dapat ditentukan dengan pemeriksaan serum di laboratorium merupakan penjumlahan dari low dan high density lipoproteins. Kadar normal pada tikus : 110,85 mg/dL (Lilis, 2010). d. Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu overproduksi ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu. Dislipidemia dapat bermanifestasi dengan peningkatan konsentrasi total kolesterol, low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida serta penurunan high density lipoprotein (HDL) dalam darah. e. Kolesterol adalah alkohol monohidrik, berwarna putih merupakan sterol yang terdistribusi luas dalam jaringan tubuh, merupakan bahan dari membran sel, dan terdapat dalam kuning telur, minyak-minyakan, lemak, serabut myelin dalam otak, akson dan medula spinalis, hati, ginjal, dan kelenjar adrenal. Kolesterol disintesis dalam hati, merupakan penyebab terjadinya batu empedu, plak aterosklerotik dalam pembuluh darah. Kolesterol memegang peranan penting dalam metabolisme, merupakan perkursor dari berbagai hormon steroid. Kadar normal pada tikus : 110,85 mg/dl (Lilis, 2010).
lxxxviii
lxxxix
f. LDL adalah low density lipoprotein, merupakan lipid plasma yang membawa sebagian besar kolesterol dalam plasma.
Terikat pada
albumin. LDL terbukti merupakan penyebab aterisklerosis. Kadar LDL dapat dihitung secara manual dengan rumus persamaan Friedewald, yaitu : LDL (mmol/l) = kolesterol total – {(trigliserida / 5) + HDL)}. Kadar normal pada tikus = 20,39 mg/dL (Lilis, 2010). g. Trigliserida yang juga dikenal sebagai triacylglycerol merupakan kombinasi gliserol dengan tiga dari lima macam asam-asam lemak yang tersedia.
Dalam darah trigliserida dikombinasi dengan protein untuk
menghasilkan lipoprotein. Kadar normal pada tikus : 82,47 mg/dL (Lilis, 2010). h. HDL adalah high density lipoprotein, merupakan lipid plasma yang terikat pada albumin, yang mengandung lipoprotein. HDL mengandung lebih banyak protein dibandingkan VLDL, ataupun LDL, bersifat kardioprotektif. Kadar normal pada tikus = 82,47 mg/dL (Lilis, 2010). i. Jenis tikus dalam penelitian ini adalah tikus jantan, galur wistar dislipidemia, umur 4 bulan dengan berat 180 – 200 gram.
4.5
Bahan Penelitian dan Hewan Coba
4.5.1
Ekstrak buah naga Hylocereus Polyrhizus 1. Buah naga yang digunakan dalam penelitian, ekstrak yang dipakai adalah ekstrak buah naga merah yang berasal dari Bedugul.
lxxxix
xc
2. Ekstraksi dilakukan dengan mencincang kecil-kecil bahan tanaman yang telah bersih. 3. Hasil cincangan dikeringkan selama 2-3 hari dalam oven dengan suhu maksimal 40 derajat celcius. 4. Bahan tanaman yang telah kering dimaserasi di dalam pelarut (etanol) dengan perbandingan 1:10 (berat/volume) selama 48 jam dengan tujuan untuk menarik ekstrak pada bahan yang akan diekstraksi. 5. Filtrat diperoleh dengan penyaringan melalui 4 lapis kain dan kertas saring Whatman No 1, kemudian diuapkan dengan menggunakan Vaccum rotary evaporator pada suhu 40°C, sehingga diperoleh ekstrak kasar. 6. Ekstrak kasar ditimbang, dicatat beratnya dan dikalibrasi dengan berat pelarut dalam volume yang sama dengan ekstrak kasar tanaman. 7. Dibuat ekstrak buah naga 27,5 gr dalam 100 ml ethanol maka didapat 27,5 gr/100 ml = 27.500 mg/100 ml
4.6
1 ml
= 275 mg ekstrak buah naga
0,1 ml
= 27,5 mg ekstrak buah naga
0,11 ml
= 30 mg ekstrak buah naga
0,22 ml
= 60 mg ekstrak buah naga
Prosedur Penelitian 1. Dipilih 30 ekor tikus putih jantan jenis Wistar jantan (rattus norvegicus)
xc
xci
yang berumur 3-4 bulan dengan berat sekitar 180-200 gram. 2. Tikus diadaptasikan selama kurang lebih 1 minggu dan diberikan makanan standar yang berupa HBS pelet 11 secara ad libitum. 3. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm. 4. Setelah itu tiga kelompok tikus dibuat dislipidemia dengan cara diberi makanan tinggi kolesterol selama 28 hari(Penapisan Farmakologi, 1991). 5. Lalu diukur kadar profil lipid darahnya sebagai data pretest. 6. Dipilih 27 ekor tikus yang menderita dislipidemia. 7. Setelah itu tikus dibagi menjadi 3 kelompok secara random. 8. Diberikan perlakuan :
a. P0
: Perlakuan pada kelompok kontrol yang diberi makanan Tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa akuades 1 cc selama 30 hari
b. P1
: Perlakuan pada kelompok uji I yang diberi makanan tinggi kolesterol dan ekstrak buah naga 30 mg/200 gram berat badan tikus + akuades sampai 1 melalui sonde selama 30 hari
c. P2
: Perlakuan pada kelompok uji I yang diberi makanan tinggi kolesterol dan ekstrak buah naga 60 mg/200 gram berat
xci
xcii
badan tikus + akuades sampai 1 cc melalui sonde selama 30 hari 9. Setelah diberikan perlakuan, diperiksa kadar kolesterol total , kolesterol LDL, Trigliserida dan kolesterol HDL sebagai posttest 10. Pengambilan darah sebanyak 1 cc melalui medicantus sinus orbitalis.
4.7
Alur Penelitian
TIKUS 30 ekor
ADAPTASI ( 1 Minggu)
DIET TINGGI KOLESTEROL (28 hari) Puasa 18 Jam KOLESTEROL TOTAL, LDL, HDL, TRIGLISERIDA
PRETEST
DISLIPIDEMIA (Kolesterol >200 mg/dl) Dipilih 27 ekor tikus
KELOMPOK 1 (Kontrol) 9 ekor
KELOMPOK 2 (Kelompok Perlakuan I) 9 ekor
KELOMPOK 3 (Kelompok Perlakuan II) 9 ekor
xcii
xciii
Plasebo (Aquades 30 hari)
Ekstrak buah naga 30 mg/200 gr BB Tikus (30 hari)
Ekstrak buah naga 60 mg/200 gr BB Tikus (30 hari)
Puasa 18 Jam KOLESTEROL TOTAL, LDL, HDL, TRIGLISERIDA
POSTTEST
ANALISIS
LAPORAN
Gambar 4.3 Alur Penelitian 4.8
Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 1. Analisis deskriptif. Semua data dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Analisis deskriptif dilakukan dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi data. 2. Uji normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk. Didapatkan data berdistribusi normal karena p > 0,05 3. Uji homogenitas variasi dengan Uji Levene Test (Uji F), didapat varian
xciii
xciv
homogen dengan p > 0,05 4. Uji komparasi karena data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan Uji One Way Anova untuk menguji hipotesis , diolah dengan program SPSS Version 16 for windows. 5. LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui kelompokkelompok yang berbeda.
BAB V HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 27 tikus putih jantan jenis Wistar dislipidemia berumur 3 - 4 bulan dengan berat 180 – 200 gram sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 9 ekor tikus, yaitu kelompk kontrol, kelompok ekstrak ethanol buah naga 30 mg, dan kelompok ekstrak ethanol buah naga 60 mg. Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1
Uji Normalitas Data
xciv
xcv
Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigeliserida baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1 dan 5.2. Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida masing-masing Kelompok Sebelum Perlakuan Kelompok Perlakuan Kolesterol Total kontrol Kolesterol Total ekstrak 30 mg Kolesterol Total ekstrak 60 mg Trigeliserida kontrol Trigeliserida ekstrak 30 mg Trigeliserida ekstrak 60 mg HDL kontrol HDL ekstrak 30 mg HDL ekstrak 60 mg LDL kontrol LDL ekstrak 30 mg LDL ekstrak 60 mg
n
p
Keterangan
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
0,517 0,268 0,132 0,944 0,702 0,845 0,618 0,428 0,437 0,363 0,117 0,198
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida masing-masing Kelompok Sesudah Perlakuan Kelompok Perlakuan Kolesterol Total kontrol Kolesterol Total ekstrak 30 mg Kolesterol Total ekstrak 60 mg Trigeliserida kontrol Trigeliserida ekstrak 30 mg Trigeliserida ekstrak 60 mg HDL kontrol HDL ekstrak 30 mg HDL ekstrak 60 mg LDL kontrol LDL ekstrak 30 mg LDL ekstrak 60 mg
n
p
Keterangan
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
0,563 0,552 0,215 0,309 0,932 0,957 0,597 0,934 0,674 0,710 0,713 0,074
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
xcv
xcvi
5.2
Uji Homogenitas Data antar Kelompok Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida antar kelompok baik
sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan Variabel Kolesterol Total pre Trigliserida pre HDL pre LDL pre Kolesterol Total post Trigliserida post HDL post LDL post
5.3
Kolesterol Total
5.3.1
Uji komparabilitas
F
p
Keterangan
3,055 2,916 0,893 0,868 0,474 1,463 0,136 0,118
0,068 0,076 0,425 0,434 0,629 0,254 0,874 0,889
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kolesterol total antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi
xcvi
xcvii
Kolesterol dan Sebelum Diberikan Perlakuan Kelompok Subjek
n
Aquades
8
Ekstrak ethanol buah naga 30 mg
8
Ekstrak ethanol buah naga 60 mg
8
Rerata Kolesterol Total
SB
210.82
4.14
212.06
4.84
214.75
6.70
F
P
1,13
0,342
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata Kolesterol Total kelompok kontrol adalah 210,824,14, rerata kelompok ekstrak ethanol buah naga 30 mg tikus adalah 212,064,48, dan kelompok ekstrak ethanol buah naga 60 mg tikus adalah 214,756,70. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1,13 dan nilai p = 0,342. Hal ini berarti bahwa ketiga kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga, rerata kolesterol totalnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). 5.3.2
Analisis efek perlakuan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol total antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
xcvii
xcviii
n
Rerata Kolesterol Total
SB
8
212.83
4.13
Ekstrak ethanol buah naga 30 mg
8
190.61
3.52
Ekstrak ethanol buah naga 60 mg
8
152.42
4.41
Kelompok Subjek Aquades
F
P
457.96
0,001
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah kolesterol total kelompok Aquades adalah 212,834,13, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 190,613,52, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 152,424,41. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 457,96 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga berbeda secara bermakna.
xcviii
xcix
Kolesterol Total 250.00
210.82 212.83
214.75
212.06 190.61
200.00
152.42
150.00
Pre Post
100.00 50.00 Kontrol
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Gambar 5.1 Penurunan Kolesterol Total Sesudah diberikan Ekstrak Ethanol Buah Naga
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini.
Tabel 5.6 Analisis Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok Beda
Kelompok
Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan E. ethanol buah naga 30 mg
22,21
0,001
Berbeda Bermakna
Kontrol dan E. ethanol buah naga 60 mg
60,41
0,001
Berbeda Bermakna
E. ethanol buah naga 30 mg dan 60 mg
38,20
0,001
Berbeda Bermakna
xcix
c
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 1. Rerata kolesterol total kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 2. Rerata kolesterol total kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 3. Rerata kolesterol total kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg berbeda secara bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg lebih rendah dari pada rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg).
Kolesterol Total 250.00 200.00
212.83 190.61
212.83 152.42
190.61 152.42
150.00 100.00 50.00 0.00 Kontrol-buah naga Kontrol-buah naga 30 mg 60 mg
c
buah naga 30 mg60 mg
ci
Gambar 5.2 Analisis Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok 5.3.3
Efek Buah Naga dalam Menurunkan Kolesterol Total Analisis efek pemberian buah naga dalam menurunkan kolesterol total
diuji berdasarkan rerata kolesterol total antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan pada masing-masing kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji tpaired disajikan pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.7 Rerata Kolesterol Total antara Sebelum dengan Sesudah diberikan Perlakuan pada masing-masing Kelompok
Kelompok Subjek
Rerata Kolesterol Total
t
P
212,834,13
1,53
0,170
212,064,48
190,613,52
8,39
0,001
214,756,70
152,424,41
34,51
0,001
Sebelum
Sesudah
Kelompok Kontrol
210,824,14
Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2
Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan kolesterol total secara bermakna sesudah diberikan aquadest (p > 0,05). Sedangkan pada kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 terjadi penurunan kolesterol total secara bermakna sesudah diberikan ekstrak buah naga (p < 0,05).
ci
cii
5.4
Trigliserida
5.4.1
Uji Komparabilitas Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata Trigliserida
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.8 berikut. Tabel 5.8 Rerata Trigliserida antar kelompok sebelum diberikan perlakuan Kelompok Subjek
n
Aquades
8
Ekstrak ethanol buah naga 30 mg
8
Ekstrak ethanol buah naga 60 mg
8
Rerata Trigeliserida
SB
112.03
3.27
116.70
6.60
119.21
7.95
F
P
2,71
0,089
Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa rerata trigliserida kelompok Aquades adalah 112,033,27, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 116,706,60, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 119,217,95. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 2,71 dan nilai p =0,089. Hal ini berarti bahwa rerata trigliserida
cii
ciii
pada ketiga kelompok adalah sama atau dengan kata lain ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan jumlah trigliseridanya tidak berbeda (p > 0,05).
5.4.2
Analisis efek perlakuan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata trigliserida antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.9 berikut.
Tabel 5.9 Rerata Trigliserida antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan n
Rerata Trigeliserida
SB
Aquades
8
115.39
3.11
Ekstrak ethanol buah naga 30 mg
8
111.57
1.83
Ekstrak ethanol buah naga 60 mg
8
97.58
2.84
Kelompok Subjek
F
P
99.92
0,001
Tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa rerata jumlah Trigliserida kelompok Aquades adalah 115,393,11, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 111,571,83, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 97,582,84. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 99,92 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata trigliserida pada ketiga kelompok berbeda secara bermakna.
ciii
civ
Trigeliserida 120.00
112.03 115.39
116.70
111.57
119.21 97.58
100.00 80.00 Pre
60.00
Post
40.00 20.00 Kontrol
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Gambar 5.3 Penurunan Trigeliserida Sesudah di Berikan Ekstrak Ethanol Buah Naga
Uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD) digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil kadar trigliserida. Hasil uji disajikan di bawah ini. Tabel 5.10 Analisis Komparasi Trigliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok Beda Kelompok p Interpretasi Rerata Kontrol dan E. ethanol buah naga 30 mg 3,82 0,009 Berbeda Bermakna Kontrol dan E. ethanol buah naga 60 mg
17,81
0,001
Berbeda Bermakna
E. ethanol buah naga 30 mg dan 60 mg
13,99
0,001
Berbeda Bermakna
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 1. Rerata trigliserida kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol).
civ
cv
2. Rerata trigeliserida kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 3. Rerata trigeliserida kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg berbeda secara bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg lebih rendah daripada rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg).
Trigeliserida 120.00 115.00
115.39 111.57
115.39 111.57
110.00 105.00 100.00
97.58
97.58
95.00 90.00 85.00 Kontrol-buah naga Kontrol-buah naga 30 mg 60 mg
buah naga 30 mg60 mg
Gambar 5.4 Analisis Komparasi Trigliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok
cv
cvi
5.4.3
Efek Buah Naga dalam Menurunkan Trigeliserida Analisis efek pemberian buah naga dalam menurunkan trigeliserida diuji
berdasarkan rerata trigeliserida antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan pada masing-masing kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji tpaired disajikan pada Tabel 5.11 berikut.
Tabel 5.11 Rerata Trigeliserida antara Sebelum dengan Sesudah diberikan Perlakuan pada masing-masing Kelompok
Kelompok Subjek
Rerata Trigeliserida Sebelum
Sesudah
Kelompok Kontrol
112,033,27
115,393,11
Kelompok Perlakuan 1
116,706,60
111,571,83
Kelompok Perlakuan 2
119,217,95
97,582,84
t
3,06 2,17 7,24
P
0,018 0,067 0,001
Tabel 5.11 di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terjadi peningkatan trigeliserida secara bermakna sesudah diberikan aquadest (p < 0,05). Pada kelompok kelompok perlakuan 2 terjadi penurunan trigeliserida secara bermakna sesudah diberikan ekstrak buah naga 60 mg (p < 0,05). Sedangkan pada kelompok perlakuan 1 tidak terjadi penurunan trigeliserida secara bermakna sesudah diberikan ekstrak buah naga30 mg (p > 0,05).
cvi
cvii
5.5 HDL 5.5.1
Uji Komparabilitas Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata HDL antar
kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga 30 mg. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.12 berikut.
Tabel 5.12 Rerata HDL antar kelompok sebelum diberikan perlakuan Rerata Kelompok Subjek n SB F HDL Aquades
8
50.73
3.18
Ekstrak ethanol buah naga 30 mg
8
50.99
1.99
Ekstrak ethanol buah naga 60 mg
8
50.73
2.49
0.028
P
0,973
Tabel 5.12 di atas, menunjukkan bahwa rerata HDL kelompok Aquades adalah 50,733,18, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 50,991,99, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 50,732,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,028 dan nilai p = 0,973. Hal ini berarti bahwa rerata HDL pada ketiga kelompok adalah sama atau dengan kata lain ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan rerata HDLnya tidak berbeda (p > 0,05).
cvii
cviii
5.5.2
Analisis efek perlakuan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata HDL antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.13 berikut.
Tabel 5.13 Rerata jumlah HDL antar kelompok sesudah diberikan perlakuan n
Rerata HDL
SB
8
44.61
1.88
Ekstrak ethanol buah naga 30 mg
8
54.66
2.23
Ekstrak ethanol buah naga 60 mg
8
64.19
1.94
Kelompok Subjek Aquades
F
P
187.49
0,001
Tabel 5.13 di atas, menunjukkan bahwa rerata HDL kelompok Aquades adalah 44,611,88, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 54,662,23, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 64,191,94. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 187,49 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata HDL pada ketiga kelompok berbeda secara bermakna.
cviii
cix
HDL 64.19
70.00 60.00
50.73 44.61
50.00
54.66
50.99
50.73
40.00
Pre
30.00
Post
20.00 10.00 Kontrol
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Gambar 5.5 Penurunan HDL Sesudah di Berikan Ekstrak Ethanol Buah Naga
Uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD) digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil kadar HDL. Hasil uji disajikan di bawah ini.
Tabel 5.14 Analisis Komparasi Kadar HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok Beda
Kelompok
Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan E. ethanol buah naga 30 mg
10,05
0,001
Berbeda Bermakna
Kontrol dan E. ethanol buah naga 60 mg
19,58
0,001
Berbeda Bermakna
E. ethanol buah naga 30 mg dan 60 mg
9,53
0,001
Berbeda Bermakna
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:
cix
cx
1. Rerata HDL kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol). 2. Rerata HDL kelompok kontrol berbeda secara
bermakna dengan
kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol). 3. Rerata HDL kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg berbeda secara bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg lebih tinggi daripada rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg).
HDL 64.19
70.00 60.00 50.00
54.66 44.61
64.19 54.66
44.61
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Kontrol-buah naga 30 mg
Kontrol-buah naga buah naga 30 mg-60 60 mg mg
Gambar 5.6 Analisis Komparasi Kadar HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok
cx
cxi
5.5.3
Efek Buah Naga dalam Meningkatkan HDL Analisis efek pemberian buah naga dalam meningkatkan HDL diuji
berdasarkan rerata HDL antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan pada masing-masing kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.15 berikut.
Tabel 5.15 Rerata HDL antara Sebelum dengan Sesudah diberikan Perlakuan pada masing-masing Kelompok Rerata HDL
Kelompok Subjek
T
P
44,611,88
6,72
0,001
50,991,99
54,662,23
3,53
0,010
50,732,49
64,191,94
11,67
0,001
Sebelum
Sesudah
Kelompok Kontrol
50,733,18
Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2
Tabel 5.15 di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terjadi penurunan HDL secara bermakna
sesudah diberikan aquadest (p < 0,05).
Sedangkan pada kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 terjadi
cxi
cxii
penigkatan HDL secara bermakna sesudah diberikan ekstrak buah naga (p < 0,05).
5.6
LDL
5.6.1
Uji komparabilitas Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata LDL antar
kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
disajikan pada Tabel 5.16
berikut.
Tabel 5.16 Rerata LDL antar kelompok sebelum diberikan perlakuan n
Rerata LDL
SB
8
135.56
4.38
Ekstrak ethanol buah naga 30 mg
8
137.73
5.15
Ekstrak ethanol buah naga 60 mg
8
142.51
7.71
Kelompok Subjek Aquades
F
P
2,88
0,078
Tabel 5.16 di atas, menunjukkan bahwa rerata LDL kelompok Aquades adalah 135,564,38, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah
cxii
cxiii
137,735,15, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 142,517,71. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 2,88 dan nilai p = 0,078. Hal ini berarti bahwa rerata LDL pada ketiga kelompok adalah sama atau dengan kata lain ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan rerata LDLnya tidak berbeda (p > 0,05).
5.6.2
Analisis efek perlakuan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata LDL antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.17 berikut.
Tabel 5.17 Rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan perlakuan Kelompok Subjek
n
Aquades
8
Ekstrak ethanol buah naga 30 mg
8
Ekstrak ethanol buah naga 60 mg
8
Rerata LDL
SB
143.47
5.18
113.64
5.36
68.53
5.56
F
P
394.65
0,001
Tabel 5.17 di atas, menunjukkan bahwa rerata LDL kelompok Aquades adalah 143,475,18, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 113,645,36, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 68,535,56.
cxiii
cxiv
Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 394,65 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata LDL pada ketiga kelompok berbeda secara bermakna.
LDL 160.00
135.56
143.47
142.51
137.73
140.00
113.64
120.00 100.00
68.53
80.00
Pre Post
60.00 40.00 20.00 Kontrol
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Gambar 5.7 Penurunan LDL Sesudah di Berikan Ekstrak Ethanol Buah Naga
Uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD) digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil kadar LDL. Hasil uji disajikan di bawah ini. Tabel 5.18 Analisis Komparasi Kadar LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok Beda
Kelompok
Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan E. ethanol buah naga 30 mg
29,84
0,001
Berbeda Bermakna
Kontrol dan E. ethanol buah naga 60 mg
74,94
0,001
Berbeda Bermakna
E. ethanol buah naga 30 mg dan 60 mg
45,10
0,001
Berbeda Bermakna
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:
cxiv
cxv
1. Rerata LDL kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 2. Rerata LDL kelompok kontrol berbeda secara
bermakna dengan
kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 3. Rerata LDL kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg berbeda secara bermakna dengan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg (rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg lebih rendah daripada rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg).
LDL 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
143.47
143.47
113.64
113.64 68.53
Kontrol-buah naga Kontrol-buah naga 30 mg 60 mg
68.53
buah naga 30 mg60 mg
Gambar 5.8 Analisis Komparasi Kadar LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok
5.6.3
Efek Buah Naga dalam Menurunkan LDL
cxv
cxvi
Analisis efek pemberian buah naga dalam menurunkan LDL diuji berdasarkan rerata LDL antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan pada masing-masing kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.19 berikut. Tabel 5.19 Rerata LDL antara Sebelum dengan Sesudah diberikan Perlakuan pada masing-masing Kelompok Rerata LDL
Kelompok Subjek
t
P
Sebelum
Sesudah
Kelompok Kontrol
135,564,38
143,475,18
11,90
0,001
Kelompok Perlakuan 1
137,735,15
113,645,36
7,85
0,001
Kelompok Perlakuan 2
142,517,71
68,535,56
24,73
0,001
Tabel 5.19 di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terjadi peningkatan LDL secara bermakna sesudah diberikan aquadest (p < 0,05). Sedangkan pada kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 terjadi penurunan LDL secara bermakna sesudah diberikan ekstrak buah naga (p < 0,05).
cxvi
cxvii
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Subyek Penelitian Untuk menguji pemberian ekstrak ethanol buah naga terhadap penurunan
profil lipid dalam darah tikus Wistar, maka dilakukan penelitian pada tikus putih jantan sehat yang diberikan ekstrak ethanol buah naga Sebagai hewan coba digunakan tikus putih jantan jenis Wistar (albino rat) dislipidemia sebanyak 27 ekor sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 9 ekor tikus, yaitu kelompk kontrol, kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg.
6.2
Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah Naga terhadap Profil Lipid Darah Hasil penelitian dan analisis data profil lipid darah pada kelompok kontrol,
kelompok P1, dan P2 menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levene test) untuk kelompok pre dan post-test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05). Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol antara ketiga kelompok menggunakan uji One Way Anova. Rerata Kolesterol Total kelompok kontrol adalah 210,824,14, rerata kelompok ekstrak ethanol buah naga 30 mg tikus adalah 212,064,48, dan kelompok ekstrak ethanol buah naga 60 mg
cxvii
cxviii
tikus adalah 214,756,70. Rerata trigliserida kelompok Aquades adalah 112,033,27, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 116,706,60, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 119,217,95. Rerata HDL kelompok Aquades adalah 50,733,18, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 50,991,99, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 50,732,49. Rerata LDL kelompok Aquades adalah 135,564,38, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 137,735,15, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 142,517,71. Uji perbandingan pre test antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (P1) maupun kelompok perlakuan 2 (P2) (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa profil lipid pada ketiga kelompok adalah sama atau dengan kata lain ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan profil lipidnya tidak berbeda (p > 0,05). Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan ekstrak ethanol buah naga antara ketiga kelompok menggunakan One Way Anova. Rerata kolesterol total kelompok Aquades adalah 212,834,13, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 190,613,52, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 152,424,41. Rerata Trigliserida kelompok Aquades adalah 115,393,11, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 111,571,83, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 97,582,84.
cxviii
cxix
Rerata HDL kelompok Aquades adalah 44,611,88, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 54,662,23, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 64,191,94. Rerata LDL kelompok Aquades adalah 143,475,18, rerata kelompok Ekstrak ethanol buah naga 30 mg adalah 113,645,36, dan kelompok Ekstrak ethanol buah naga 60 mg adalah 68,535,56. Uji perbandingan post test antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (P1), antara kontrol dengan kelompok perlakuan 2 (P2), dan juga antara kelompok P1 dengan kelompok P2. Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid secara bermakna pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak ethanol buah naga (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan terjadinya perubahan bermakna profil lipid darah pada kelompok P1 yang diberi ekstrak ethanol buah naga 30 mg, kelompok P2 yang diberi ekstrak ethanol buah naga 60 mg. Hal ini disebabkan karena buah naga mempunyai kandungan antosianin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kadar antosianin berkisar 8,8 mg/100gr buah naga (Wu et al., 2006). Di Malaysia, buah naga banyak digunakan sebagai zat pewarna alami untuk makanan dan industri kosmetik, penawar racun, mencegah sembelit, dan membantu penyerapan lemak yang berlebih dalam darah. Juga dapat menghalangi munculnya sel kanker serta baik untuk dikonsumsi oleh penderita jantung koroner (Raveh et al., 1998: Stintzing et al., 2002). Lebih lanjut Hardjadinata (2010)
cxix
cxx
menyatakan bahwa buah naga kaya akan vitamin dan mineral dengan kandungan serat yang sangat tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitiannya Jamilah et al. (2011) yang menyatakan bahwa antosianin merupakan salah satu jenis flavonoid yang banyak terdapat pada buah naga. Lebih lanjut diketahui dalam penelitian yang dilakukan oleh Wybraniec et al. (2001) membuktikan bahwa flavonoid yang terdapat pada buah naga adalah betacyanin 5-O-[6’-O-(3”hydroxy-3”-methyl-glutaryl)-β-D-glucopyranoside]. Diketahui bahwa antosianin memiliki berbagai potensi dan manfaat bagi kesehatan seperti antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antivirus, menghambat agregasi platelet, mengurangi resiko terjadinya kardiovaskuler dan kanker (Prior, 2003). Antosianin juga dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Shipp dan AbdelAal, 2010). Antosianin memiliki kemampuan untuk menginhibisi CETP (Cholesteryl ester transfer protein). Dengan menekan aktivitas CETP, maka dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL (Qin et al., 2009). Antosianin juga memiliki efek anti inflamasi dengan menghambat sitokin seperti tumor necrosis factor α. Penurunan TNF-α akan meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan oksidasi asam lemak pada hepar, menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar (Karlsen et al., 2007). Berdasarkan penelitian di atas bahwa ekstrak buah naga mempunyai efek menurunkan LDL (73.98 %), menurunkan Kolesterol total (62.33%), menurunkan Trigliserida (21,63 %), dan meningkatkan HDL (13,46 %).
cxx
cxxi
Menurut penelitian Sani et al. (2009) tikus wistar jantan yang dibuat menjadi hiperkolesterolemia dengan pemberian diet tinggi lemak yaitu dengan 15 % minyak sapi selama 8 minggu dan 0,02 g kolesterol yang diberikan dengan suap paksa seminggu dua kali, dimana tikus dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I tikus diberikan kulit buah naga sebesar 300 mg/kg /hari selama 10 hari dan kelompok II diberikan isi buah naga sebesar 300 mg/kg/hari selama 10 hari dan hasil yang didapat terjadi penurunan kolesterol sebesar 51,36 % dan 43, 53 %. Untuk penurunan trigliserida hasilnya adalah 42,98 % dan 38 %. Kesimpulan yang didapat bahwa ekstrak kulit buah naga lebih dapat menurunkan profil lipid dibandingkan dengan ekstrak isi buah naga, hal ini dikarenakan kandungan Betacyanin yang lebih tinggi dalam kulit dibandingkan dengan isi buah naga.
6.2.1 Pengaruh Ektrak Ethanol Buah Naga terhadap Kolesterol Dengan pemberian ekstrak ethanol buah naga 30 mg dapat menurunkan rerata kolesterol dari 212,06 ± 4,48 menjadi 190,61 ± 3,52 dan kelompok ektrak ethanol buah naga 60 mg dapat menurunkan rerata kolesterol dari 214,75 ± 6,70 menjadi 152,42 ± 4,41 dimana nilai p = 0,001 hal ini berarti dengan pemberian ekstrak ethanol buah naga baik yang 30 mg maupun yang 60 mg dapat menurunkan kolesterol total secara bernakna. Sementara pada kelompok kontrol dari 210,82 ± 4,14 menjadi 212,83 ± 4,13 dimana nilai p = 0,170 (p > 0,05) hal ini berarti pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan kolesterol secara
cxxi
cxxii
bermakna sesudah diberikan aquades oleh karena pada tikus wistar tersebut sudah mencapai batas ambang maksimal.
6.2.2 Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah Naga terhadap Trigliserida Pemberian aquades pada kelompok kontrol dari 112,03 ± 3,27 menjadi 115,39 ± 3,11 dimana nilai p = 0,018 (p < 0,05) hal ini berarti pada kelompok kontrol terjadi peningkatan trigliserida secara bermakna sesudah diberikan aquades. Dengan pemberian ekstrak ethanol buah naga 30 mg rerata trigliserida dari 116,70 ± 6,60 menjadi 111,57 ± 1,83 dimana nilai p = 0,067 (p > 0,05) hal ini berarti pada kelompok ini tidak terjadi penurunan trigliserida secara bermakna. Dengan pemberian ekstrak ethanol buah naga 60 mg rerata trigliserida dari 119,21 ± 7,95 menjadi 97,58 ± 2,84 dimana nilai p = 0,01 (p < 0,05) hal ini berarti pada kelompok ini terjadi penurunan trigliserida secara bermakna sesudah diberikan ekstrak buah naga 60 mg.
6.2.3 Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah Naga terhadap HDL Pemberian aquades pada kelompok kontrol dari 50,73 ± 3,18 menjadi 44,61 ± 1,88 dimana nilai p = 0,001 (p < 0,05) hal ini berarti pada kelompok kontrol terjadi penurunan HDL secara bermakna sesudah diberikan aquades. Dengan
cxxii
cxxiii
pemberian ekstrak ethanol buah naga 30 mg rerata HDL dari 50,99 ± 1,99 menjadi 54,66 ± 2,23 dimana nilai p = 0,010 (p < 0,05) hal ini berarti pada kelompok ini terjadi peningkatan HDL secara bermakna sesudah diberikan ekstrak ethanol 30 mg. Dengan pemberian ekstrak ethanol buah naga 60 mg rerata HDL dari 50,73 ± 2,49 menjadi 64,19 ± 1,94 dimana nilai p = 0,001 (p < 0,05) hal ini berarti pada kelompok ini terjadi peningkatan HDL secara bermakna sesudah diberikan ekstrak buah naga 60 mg. 6.2.4 Pengaruh Ekstrak Ethanol Buah Naga terhadap LDL Pemberian aquades pada kelompok kontrol dari 135,56 ± 4,38 menjadi 143,47 ± 5,18 dimana nilai p = 0,001 (p < 0,05) hal ini berarti pada kelompok kontrol terjadi peningkatan LDL secara bermakna sesudah diberikan aquades. Dengan pemberian ekstrak ethanol buah naga 30 mg rerata LDL dari 137,73 ± 5,15 menjadi 113,64 ± 5,36 dimana nilai p = 0,001 (p < 0,05) hal ini berarti pada kelompok ini terjadi penurunan LDL secara bermakna sesudah diberikan ekstrak ethanol 30 mg. Dengan pemberian ekstrak ethanol buah naga 60 mg rerata LDL dari 142,51 ± 7,71 menjadi 68,53 ± 5,56 dimana nilai p = 0,001 (p < 0,05) hal ini berarti pada kelompok ini terjadi penurunan LDL secara bermakna sesudah diberikan ekstrak buah naga 60 mg. Kesimpulan : Pemberian ekstrak ethanol buah naga 60 mg dapat menurunkan profil lipid pada tikus wistar LDL (73.98 %), menurunkan Kolesterol total (62.33%), menurunkan Trigliserida (21,63 %), dan meningkatkan HDL (13,46 %).
cxxiii
cxxiv
Sedangkan pemberian ekstrak ethanol 30 mg tidak dapat menurunkan profil lipid (trigliserida) tetapi dapat menurunkan LDL (24.9 %), menurunkan Kolesterol total (21,45%) serta meningkatkan HDL (3,67%).
6.3. Manfaat Ekstrak ethanol buah naga terhadap Perbaikan Profil Lipid
Diet tinggi lemak dan kelebihan (triasilgliserol) TAG di jaringan adiposa akan menstimulasi pelepasan sitoksin seperti (tumor necrosis factor-alpha). TNFα adalah sitoksin yang diproduksi oleh jaringan lemak dan adiposit. Kadar TNF-α yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Pemberian antosianin dapat menurunkan TNF-α sehingga oksidasi asam lemak pada hepar meningkat, menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar serta meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktivitas CETP (Kershaw dan Flier, 2004). CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl ester dari HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL maupun kilomikron, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL menjadi kaya akan
cxxiv
cxxv
trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000). Dalam hal ini antosianin bekerja menghambat CETP sehingga terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL (Qin et al., 2009). Di samping itu, dapat menghambat enzim HMG Coa Reductase (Koshy et al,. 2001). Dengan menghambat enzim HMG Coa Reductase, sehingga konsentrasi kolesterol yang terdapat di liver dan plasma normal ( Lorgeril et al., 1994; Zulet et al., 1999). Dapat juga meningkatkan produksi asam empedu (Khalili et al., 2009).
cxxv
cxxvi
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak ethanol buah naga 30 mg
pada Tikus putih jantan jenis Wistar rattus norvegicus dengan ekstrak ethanol buah naga 60 mg didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Pemberian ekstrak ethanol buah naga oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan yang dislipidemia, sementara pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan kolesterol total secara bermakna sesudah diberikan aquades, hal ini karena tikus wistar tersebut
cxxvi
cxxvii
sudah mencapai batas ambang maksimal. 2. Pemberian ekstrak ethanol buah naga oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan yang dislipidemia. 3. Pemberian ekstrak ethanol buah naga oral 30 mg tidak dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih jantan yang dislipidemia. 4. Pemberian ekstrak ethanol buah naga oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL tikus putih jantan yang dislipidemia.
7.2
Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal zat aktif buah naga terhadap perbaikan profil lipid darah. 2. Dilakukan uji klinik pada manusia agar bisa diterapkan di masyarakat, walaupun sebenarnya buah naga sudah sering dikonsumsi oleh masyarakat.
cxxvii
cxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J. 2011. “Peran kolesterol HDL Dalam Mencegah Penyakit arteri koroner pada Penderita Diabetes”: Artikel Ilmu Penyakit Dalam Universitas Hasanudin Makasar, 1 Februari. Adam, S.M.F. 2006. Dislipedemia. In : Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4.Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 1948-1954. Arifin, Aziz, A., Bakar, Jamilah, Tan, Ping, C., Rahman, Abdul, R., Karim, Roselina & Loi, Chun, C. 2008. Essential Fatty Acids of Pitaya (Dragon Fruit) seed oil. Food Chemistry (in press).
cxxviii
cxxix
Baraas, F. 2006. Kardio Molekuler, Rradikal Bebas, Disfungsi Endotel, Aterosklerosis, Antioksidan, Latihan Fisik dan Rehabilitasi Jantung. Jakarta : Yayasan Kardia Ikratama.hal.266-295 Baskoro, A.2005. Role of Growth Hormone/Insuline-Like Growth Factor System in Mammalian Aging. Endocrinology 10. 1210/en.2005-0411 : p.2,12 Basu,A., dan Imrhan, V. 2005. Vitamin E and Prostate cancer. Is Vitamin E Succinate a Superior Chemopreventive Agent? Nutr. Rev. 63, 247-251 Beers, M. 2005. The Merck Manual of Health & Aging. Amerika Serikat : Ballantine Book Trade Paperback. P. 24-25. Blotck,G., Patterson, B., And Subar, A. 1992. Fruit, Vegetables, and Cancer Prevention: A review of The Epidemiological Evidence. Nutrition and cancer, 18(1): 1-29. Brown, M.S dan Goldstein, J.L. 2008. Drugs Used in The Treatment of Hiperlipoproteinnemia. Pharmacological Basis of Therapeutics. 8th edition. New York: Mc. Graw Hill Book Cai.Y.Z., Sun, M. And Corke, H. 2005. Characterization and Application of Betalain Pigment From Plants of Amaranthaceae. Trends in Food Science and Technology ,16: 370-376 Darmojo, R.B. , Setianto, B. Presentasi dan Diskusi. Prosiding survey II Monica Jakarta 1993. Jakarta: Balitbang Depkes RI, 1994. Executive Summary of The Third Report of The National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 2001; 285: 2486-97. Fuhrman B., dan Aviram M. 2002 Polyphenols and Flavonoids Protect LDL Against Atherogenic Modifications, Handbook of Antioxidant, 2nd edition, Marcel Dekker, Inc. P. 303-327 Goldman,R.,Klatz,R. 2003. The New Anti Aging Revolution. Malaysia : Printmate Sdn. Bhd. P. 19-25. Grundy, S.M. 2006. Nutrition in the Management of Disorder of Serum Lipids and Lipoprotein. In: Modern Nutrition in Health and Disease. 10th Ed. P 1076-1094. Lippincott Williams and Wilkins, Baltimore.
cxxix
cxxx
Grundy., S.M., Cleeman, J.I.,Merz, N.B., Brewer, B., Clark, L.T., Hunninghake D.B., Pasternak, R.C., Smith, S.C., Stone, N.J. 2004. Implications o Recent Clinical Trials for the National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III Guideliness. Circulation 2004. Guyton, A.C., Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerjemah : Setiawan I, Tengadi LMAKA. Santoso A, Jakarta : EGC. Halim, H. Majalah Kedokteran Damianus. V.01.5, No. 3. September 2006 Halliwel, B. and Gutteridge. J.M.C. 2007. Free Radicals in Biology and Medicine, Fourth edition, Oxford University Press, New York. Hardjadinata, S. 2010. Budi Daya Buah Naga Super Red Secara Organik, edisi pertama,. Jakarta : Penebar Swadaya. Hor, S.Y., Ahmad, M., Farsi, E., Yam, M.F., Hashim, M.A., Lim, C.P., Sadikun, A., Asmawi, M.Z. 2012. Safety Assessment of Methanol Extract of Red Dragon Fruit (Hylocereus Polyrhizus) : Acute and Subchronic Toxity Studies. Journal of Regulatory Toxicology and Pharmacology, 63 (1) : 106 – 114. Huvers, F.C.,Popa, C., Netea, M.G., Van Riel, P.L.C.M., Riel, V., Vander Meer, J.W.M., Stalenhoef, A.F.H, 2007. The role of TNF Chronic Inflamatory Condition,Intermediary Metabolism, and Cardiovascular Risk. Journal of Lipid Research, 48 : 751-759. Illingworth, D.R. 2007. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications and Optimum Theraupeutic Use. Drugs 33 : 259-79 Indriasari, I. 2012. “Pemberian Ekstrak Ethanol Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) memperbaiki profil lipid pada tikus wistar jantan (Rattus Norvegigus) Dislipidemia” (Penelitian Pendahuluan). Denpasar: Universitas Udayana Jamila, B., Shu, C. E., Kharidah, M., Dzulkifly, M.A and Noraniza n, A., 2011.Physico- chemical characteristics of red pitaya (Hylocereuspolyrhizus) peel. Journal of Agricultural Food Chemistry, 18: 279-286 Karlsen, A., Retterstol, L., Laake, P., Paur, I.,kjolsrud-Bohn, S., Sandvik, L., Blomhoff, R., 2007. Anthocyanins Inhibit Nuclear Factor- Kappa Activation In Monocytes and Reduce Plasma Concentrations of ProInflammatory Mediators In Healthy Adults, Journal of Nutrition,
cxxx
cxxxi
137:1951-4 Kathleen, M.B., and Peter, A. M. 2006. Oxidation of Fatty Acids. In: Harpers Illustrated Biochemistry. 27th Ed. P 194-198. McGraw Hill. New York. Kershaw, E.E., Filer, J.S. 2004. Adipose Tissue as Endocrine Organ. The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 89 (6) : 2548-2556. Khalili,M.A, R., Norhayati, A. H, Rokiah, M. Y., Asmah, R., Siti Muskinah, M. And Manaf, A. 2009. Hypocholesterolemic Effect of Red Pitaya (Hylocereus sp.) on Hypercholesterolemia Induced Rats. International Food Research Journal, 16: 431-440. Klein, S., Romijn, J.A. Obesity. Dalam Larsen PR et al. Williams Textbook of Endocrinology. 10th Ed, Philadelphia : Mosby Co. 2003. P 1619-1641 Koshy, A.S., Anila, L. And Vijayalakshmi, N.R. 2001. Flavonoids from Garcinia Cambogja Lower Lipid Levels in Hypercholesterolemic Rats. Journal of Ethnopharmacology, (87): 207-2010. Kwiterovich PO, Jr. 2000. The Metabolic Pathways of High-Density Lipoprotein, Low- Density Lipoprotein, and Triglycerides: A Current Review. The American Journal of Cardiology, 86: 5L-10L. Lichtenstein, A.H and Jones, P.J.H. 2001. Lipids Absorption and Transport. In : Present Knowledge in Nutrition. 8th Ed. P 93-103. ILSI Press, Washington DC. Lilis, 2010. “Pemberian Astaxanthin Oral Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Putih Jantan (Albino Rat) Dislipidemia” (Tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Lim, T.T, dan Lim, Y.Y. 2006. Antioxidant Properties of Several Tropical Fruits; A Comparative Study. Food Chemistry,103: 1003-1008. Lorgeril, M., Renaud, S., Mamelle, N.,Salen, P.,Martin, J.L.,Moujoud, I., Guidollel, J.,Toubul, P.and Delaye, J.1994. Mediterranean Alpha-Linolic Acid-Rich Diet in Secondary Prevention of Coronary Heart Disease. Lancet 343: 1454-1459. Mahattanawee, K., Manthey, J.A., Luzio, G., Talcott, S.T., Goodner, K. dan Baldwin, E.A. 2006. Total Antioxidant Activity and Fiber Contant of Select Florida-Grown Tropical Fruit. Journal of Agricultural and Food Chemistry ,54: 7355-7363
cxxxi
cxxxii
Mayes,P.A., Botham,KM.Lipid Transport and Storage. Dalam Murray, K.Robert, Granner,K. Daryl, Mayes, A. Peter, Rodwell, W. Victor. Harper’s illustrated biochemistry. 26th ed. New York : Lange Medical Books/ Mc Graw- Hill. 2003. P 205-218. Miller, P.L., Reinagel, M., Life Extension Foundation. 2005. The New Science of Growing Older without Aging.A Lynn Sonberg Book, Bantam Books. Murray K. Robert et al. Harper’s Biochemistry. Ed 26. 2003. Appleton & Lange. P. 160-191, 268-297. Nugroho,.2009.RespirasiSeluler. Availablefrom:http://biodas.files.wordpress.com/2007/09/04-respirasi-selppt.Accessed Senin, 29 Juni 2009. Orem,C., Oream,A., Uydu,H.A. Celika,S., Erdol, C., Kurai, B.V. 2002. The effects of Lipid-LoweringTherapy on Low-Density Lipoprotein Autoantibodies:relationship with low-density lipoprotein oxidation and plasma total antioxidant status. Coronary Artery Disease , 13 (1): 65-71. O’Rourke, L., Gronning, L.M., Yeaman, S.J., Shepherd, P.R. 2002. Glucose Dependent Regulation of Cholesterol Ester Metabolism in Macrophageby Insulin and Leptin Journal of Biological Chemistry ,277: 42557- 42562. Osborne, T.F., Katherine, W., Noa, Z., Peter E., Melissa, H.L., Hans, L. 2004. A Regulation of The Sodium/Sulfate Co-transporter by Farnesoid X Receptor Alpha. Journal of Biological Chemistry, 282(30) : 21653-61. Padreno, M.A. dan Escribano, J. 2001. Correlation Between Antiradical Activity and Stability of Betanine from beta Vulgaris L. Roots Under Different pH, Temperature and Light Conditions. Journal of the Science of Food and Agriculture, 81(7): 627-631. Pangkahila, A. 2005. Buku Ajar Pedoman Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS. Penapisan Farmakolgi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Pengembangan dan Pemanfaatan bahan alam, 1991. Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke I. Jakarta : Penerbit Buku Kompas Hal: 8-17. Pocock.2008. Clinical Triad : A Practical Approach. Chinester : Jhon Willey &
cxxxii
cxxxiii
Sons. Prior, R. 2003. Fruit and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative Damage. Arkansas. The American Journal of Clinical Nutrition. Vol. 78: 570-578. Qin, Y., Xia, M., Ma, J., Hao, Y.T., Liu, J., Mou, H.Y., Cao, L., Ling, W.H. 2009. Anthocyanin Supplementation Improves Serum LDL- and HDLCholesterol Concentrations Associated with The Inhibition of Cholesteryl Ester Transfer Protein in Dyslipidemic Subject. The American Journal of Clinical Nutrition, 90(3):485-492 Rader, D.J and Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Ed. P 2286-2298. McGraw-Hill. New York. Raveh, E., Nerd, A. And Mizrahi, Y. 1998. Responses of Two Hemi Epiphytic Fruit Crop Cacti to Different Degrees of shde. Scientia Holticultura, 73: 151-164. Sani, H.A., Baharoom, A., Ahmad, M.A., Ismail, I.I. 2009. Effectiveness of Hylocereuse Polyrhizus Extract in Decreasing Serum Lipids and Liver MDA-TBAR Level in Hypercholesterolemic Rats. Sains Malaysiana, 38(2): 271-279 Seifried, H.E., dan Miller J.A. 2008. Antioxidant in Health and Disease. Nutrition in the prevention and treatment of Disease. Elsevier Academic Press. 2nd Ed. USA. Chapter 16. P 249 Setiati, S. 2000. Proses Menua dan Implikasi Klimiknya. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri (Untuk Dokter dan Perawat). Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, Desember, 6-15. Shepherd J. 2001. The Role of the Exogenous Pathway in Hypercholesterolaemia. Europian Heart Journal Supplements, 3 (Suppl E): E2 – E5. Shipp J, Abdel-Aal, 2010. Food Applications and Physiological Effects of Anthocyanins as Functional Food Ingredients. In: The Open Food Science Journal, 4: p. 7-22 Shulman, G.I. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistance. Journal of Clinical Investigation, 106 (2) : 171 – 6. Soegondo, S.2010. Sindroma Metabolik. In : Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi,
cxxxiii
cxxxiv
I., Simadibrata, M., Setiati, S., editors. Ilmu Penyakit Dalam. 5th.ed. Jakarta : p 1866-1868. Infomedika.p. 5-7. Stintzing, F.C., Scheibe, A. And Carle, R.2002. Betacyanin in Ftuit from Red Purple Pitaya (Hylocereus Polyrhizus) (Weber) Brintton and Rose. Food Chemistry, 77: 101-106. Suharto.I. 2008. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Suryadipradja, RM. 2003. Patogenesis, Diagnosis Dini dan Peran Proses Oksidatif pada Perkembangan Penyakit Kardiovaskular-Artikel Utama. Majalah Kedokteran dan Farnasi-Dexa Medica, Vol. 16, No.3, Juli-September : 7881. Sutardhio, H. 2006. Meditek. Januari-April. Vol.6, No.3 September. Waterhouse, A.L. 2002. The phenolic wine antioxidant. Handbook of antioxidant Second Edition, California: Marcel Dekker, Inc. P. 401-415 Wybraniec, S., Platzner, L., Geresh, S., Gottlieb, H.E., Heimberg, M., Mogilnitzki, M. And Mizrahi, Y. 2001. Betacyanin from vine cactus Hylocereus Polyrhizus. Phytochemistry, 58:1209-1212. Widowati, W. 2007.Majalah Kedokteran Damianus, Vol.6, No.3 September. Wissenschaft. 2009. Aging by Epigenetics. Avalaibe from http://lightsabre87.blogspot.com/2009/09/aging-by-epigenetics.html. Diunduh tanggal 2 November 2011. Wu, L.C., Hsu, H.W., Chen, Y.C., Chiu, C.C., Lin, Y.I. & Ho, J.A. 2006. Antioxidant and Antiproliferative Activities of Red Pitaya. Food Chemistry, 95: 319-327. Zakaria, F.R., Irawan, B., Pramudya, S.M., Sanjaya.2000. Intervensi Sayur dan Buah Pembawa Vitamin C dan E Meningkatkan Sistem Imun Populasi Buruh Pabrik di Bogor. Dalam: Buletin Teknologi dan Industri Pangan.11 (2):21-27. Zainoldin, K.H., Baba, A.S.2009. The Effect of Hylocereus polyrhizus and Hylocereus undatus on Physicochemical, Proteolysis, and Antioxidant Activity in Yogurt. World Academy of Science, Enginering and Technology 60. Zulet, M.A., Barber, A., Garcin, H., Higueret, P. And Martinez, J.A. 1999.
cxxxiv
cxxxv
Alterations in Carbohydrate and Lipidmetabolisme induced By a Diet Rich in Coconut Oil and Cholestrol. American College of Nutrition, 18: 36-42.
cxxxv
cxxxvi
Lampiran 1 Foto Penelitian
cxxxvi
cxxxvii
Ekstrak buah naga
Tikus dikelompokkan secara random dalam 3 kelompok
Pemberian ekstrak melalui sonde
cxxxvii
cxxxviii
Alat centrifugasi
cxxxviii
cxxxix
Lampiran 2
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Statistic Kolesterol_pre Kontrol
LDL_pre
Sig.
Statistic
df
Sig.
.242
8
.186
.930
8
.517
Perlakuan 1
.248
8
.159
.896
8
.268
Perlakuan 2
.305
8
.027
.864
8
.132
.136
8
.200 *
.976
8
.944
.187
8
.200 *
.949
8
.702
Perlakuan 2
.172
8
.200 *
.964
8
.845
Kontrol
.215
8
.200 *
.941
8
.618
Perlakuan 1
.217
8
.200 *
.920
8
.428
Perlakuan 2
.238
8
.200 *
.921
8
.437
Kontrol
.202
8
.200 *
.911
8
.363
Perlakuan 1
.249
8
.153
.859
8
.117
Perlakuan 2
.276
8
.074
.882
8
.198
.165
8
.200 *
.935
8
.563
.183
8
.200 *
.934
8
.552
Trigeliserida_p Kontrol re Perlakuan 1
HDL_pre
df
Shapiro-Wilk
Kolesterol_pos Kontrol t Perlakuan 1
cxxxix
cxl
Perlakuan 2
.252
8
.145
.886
8
.215
.215
8
.200 *
.903
8
.309
.106
8
.200 *
.975
8
.932
Perlakuan 2
.135
8
.200 *
.979
8
.957
Kontrol
.166
8
.200 *
.939
8
.597
Perlakuan 1
.157
8
.200 *
.975
8
.934
Perlakuan 2
.231
8
.200 *
.946
8
.674
Kontrol
.209
8
.200 *
.950
8
.710
Perlakuan 1
.243
8
.183
.950
8
.713
Perlakuan 2
.240
8
.195
.839
8
.074
Trigeliserida_p Kontrol ost Perlakuan 1
HDL_post
LDL_post
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 3 Descriptives
N Koleste Kontrol rol_pre Perlakuan 1 Perlakuan 2
Mean
Std. Deviati Std. on Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
Upper Bound
Mini Maxi mum mum
8
2.1082E 1.4654 204.7 4.14498 207.3560 214.2865 215.81 2 7 4
8
2.1206E 1.7111 205.5 4.83974 208.0089 216.1011 220.02 2 1 3
8
2.1475E 2.3698 205.5 6.70302 209.1424 220.3501 220.55 2 8 3
cxl
cxli
Total Trigelis Kontrol erida_p re Perlakuan 1 Perlakuan 2 Total HDL_p Kontrol re
24
2.1254E 1.0961 204.7 5.36979 210.2734 214.8083 220.55 2 0 4
8
1.1203E 1.1548 107.4 3.26638 109.2955 114.7570 117.16 2 4 6
8
1.1670E 2.3343 108.2 6.60243 111.1777 122.2173 126.87 2 1 1
8
1.1921E 2.8094 108.9 7.94638 112.5629 125.8496 132.84 2 7 8
24
1.1598E 1.3688 107.4 6.70590 113.1450 118.8083 132.84 2 4 6
8 50.7250 3.17608
1.1229 48.0697 53.3803 45.02 54.66 2
Perlakuan 1
8 50.9900 1.98736 .70264 49.3285 52.6515 48.23 54.02
Perlakuan 2
8 50.7263 2.49039 .88049 48.6442 52.8083 47.59 55.31
Total LDL_p Kontrol re Perlakuan 1 Perlakuan 2 Total
24 50.8138 2.48515 .50728 49.7644 51.8631 45.02 55.31 8
1.3556E 1.5494 130.3 4.38237 131.9000 139.2275 142.23 2 0 7
8
1.3773E 1.8212 130.7 5.15116 133.4223 142.0352 143.64 2 1 6
8
1.4251E 2.7242 127.0 7.70524 136.0670 148.9505 150.65 2 1 9
24
1.3860E 1.3034 127.0 6.38552 135.9040 141.2968 150.65 2 4 9
Lampiran 4 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Kolesterol_pre
3.055
2
21
.068
Trigeliserida_pre
2.916
2
21
.076
HDL_pre
.893
2
21
.425
LDL_pre
.868
2
21
.434
cxli
cxlii
Lampiran 5 ANOVA Sum of Squares Kolesterol_pre Between Groups
2
32.227
Within Groups
598.741
21
28.511
Total
663.196
23
212.445
2
106.222
821.844
21
39.135
1034.289
23
.373
2
.186
Within Groups
141.674
21
6.746
Total
142.047
23
Between Groups
202.050
2
101.025
Within Groups
735.772
21
35.037
Total
937.822
23
Within Groups Total
LDL_pre
df
64.455
Trigeliserida_p Between re Groups
HDL_pre
Mean Square
Between Groups
cxlii
F
Sig.
1.130
.342
2.714
.089
.028
.973
2.883
.078
cxliii
Lampiran 6 Descriptives
N Koleste Kontrol rol_pos Perlakuan t 1 Perlakuan 2 Total Trigelis Kontrol erida_p Perlakuan ost 1 Perlakuan 2 Total HDL_p Kontrol ost Perlakuan 1
Mean
Std. Deviatio Std. n Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
Upper Minim Maxi Bound um mum
8 2.1283E2 4.12696 1.45910 209.3785 216.2790 207.91 218.97 8 1.9061E2 3.52346 1.24573 187.6668 193.5582 185.77 195.26 8 1.5242E2 4.41423 1.56067 148.7259 156.1066 147.83 159.68 24 1.8529E2
25.7763 5.26158 174.4014 196.1702 147.83 218.97 7
8 1.1539E2 3.11397 1.10095 112.7879 117.9946 110.45 118.66 8 1.1157E2 1.82721 .64601 110.0399 113.0951 108.96 114.18 8 97.5800 2.84304 1.00517 95.2032 99.9568 92.54 101.49 24 1.0818E2 8.22120 1.67815 104.7081 111.6511 92.54 118.66 8 44.6138 1.88197 .66538 43.0404 46.1871 42.44 47.59 8 54.6638 2.22857 .78792 52.8006 56.5269 50.80 57.88
cxliii
cxliv
Perlakuan 2 Total
8 64.1938 1.93997 .68588 62.5719 65.8156 61.74 67.52 24 54.4904 8.39195 1.71300 50.9468 58.0340 42.44 67.52
LDL_p Kontrol ost Perlakuan 1
8 1.4347E2 5.18279 1.83239 139.1408 147.8067 136.45 153.10 8 1.1364E2 5.36129 1.89550 109.1541 118.1184 105.65 121.77
Perlakuan 2 Total
8 68.5325 5.56422 1.96725 63.8807 73.1843 63.61 77.65 24 1.0855E2
31.8839 6.50828 95.0841 122.0109 63.61 153.10 4
Lampiran 7 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic Kolesterol_post
df1
df2
Sig.
.474
2
21
.629
1.463
2
21
.254
HDL_post
.136
2
21
.874
LDL_post
.118
2
21
.889
Trigeliserida_post
Lampiran 8 ANOVA Sum of Squares Kolesterol_post Between Groups Within Groups Total Trigeliserida_po Between st Groups Within Groups
Mean Square
df
14939.161
2
342.524
21
15281.685
23
1406.698
2
703.349
147.828
21
7.039
cxliv
F
7469.581 457.957
Sig. .000
16.311
99.915
.000
cxlv
HDL_post
Total
1554.527
23
Between Groups
1533.866
2
85.903
21
1619.769
23
22775.508
2
605.958
21
23381.466
23
Within Groups Total LDL_post
Between Groups Within Groups Total
766.933 187.486
.000
4.091
11387.754 394.653
.000
28.855
Lampiran 9 Post Hoc Tests
Multiple Comparisons LSD Mean Dependent (I) (J) Difference Variable Kelompok Kelompok (I-J) Kolesterol Kontrol _post
95% Confidence Interval Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Perlakuan 1
22.21625 * 2.01932
.000
18.0168
26.4157
Perlakuan 2
60.41250 * 2.01932
.000
56.2131
64.6119
Perlakuan Kontrol 1 Perlakuan 2
-22.21625 * 2.01932
.000
-26.4157
-18.0168
38.19625 * 2.01932
.000
33.9968
42.3957
Perlakuan Kontrol 2 Perlakuan 1
-60.41250 * 2.01932
.000
-64.6119
-56.2131
-38.19625 * 2.01932
.000
-42.3957
-33.9968
cxlv
cxlvi
Trigeliseri Kontrol da_post
Perlakuan 1
3.82375 * 1.32660
.009
1.0649
6.5826
Perlakuan 2
17.81125 * 1.32660
.000
15.0524
20.5701
Perlakuan Kontrol 1 Perlakuan 2
-3.82375 * 1.32660
.009
-6.5826
-1.0649
13.98750 * 1.32660
.000
11.2287
16.7463
-17.81125 * 1.32660
.000
-20.5701
-15.0524
-13.98750 * 1.32660
.000
-16.7463
-11.2287
Perlakuan 1
-10.05000 * 1.01126
.000
-12.1530
-7.9470
Perlakuan 2
-19.58000 * 1.01126
.000
-21.6830
-17.4770
Perlakuan Kontrol 1 Perlakuan 2
10.05000 * 1.01126
.000
7.9470
12.1530
-9.53000 * 1.01126
.000
-11.6330
-7.4270
Perlakuan Kontrol 2 Perlakuan 1
19.58000 * 1.01126
.000
17.4770
21.6830
9.53000 * 1.01126
.000
7.4270
11.6330
Perlakuan 1
29.83750 * 2.68585
.000
24.2520
35.4230
Perlakuan 2
74.94125 * 2.68585
.000
69.3557
80.5268
Perlakuan Kontrol 1 Perlakuan 2
-29.83750 * 2.68585
.000
-35.4230
-24.2520
45.10375 * 2.68585
.000
39.5182
50.6893
Perlakuan Kontrol -74.94125 * 2.68585 2 Perlakuan -45.10375 * 2.68585 1 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
.000
-80.5268
-69.3557
.000
-50.6893
-39.5182
Perlakuan Kontrol 2 Perlakuan 1 HDL_post Kontrol
LDL_post Kontrol
cxlvi
cxlvii
Lampiran 10 Kelompok = Perlakuan 1 Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
LDL_pre
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
1.3773E2
8
5.15116
1.82121
LDL_post 1.1364E2 a. Kelompok = Perlakuan 1
8
5.36129
1.89550
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
LDL_pre & LDL_post
Correlation 8
a. Kelompok = Perlakuan 1
Paired Samples Testa
cxlvii
-.364
Sig. .376
cxlviii
Paired Differences Std. Deviatio Mean n Pair LDL_pre 1 LDL_post a. Kelompok = Perlakuan 1
95% Confidence Interval of the Difference
Std. Error Mean
Lower
Upper
t
Sig. (2tailed)
df
2.409 8.68140 3.06934 16.83467 31.35033 7.849 25E1
7
.000
Lampiran 11 Kelompok = Perlakuan 2 Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1
LDL_pre
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
1.4251E2
8
7.70524
2.72421
LDL_post 68.5325 a. Kelompok = Perlakuan 2
8
5.56422
1.96725
Paired Samples Correlationsa N Pair 1
LDL_pre & LDL_post
Correlation 8
a. Kelompok = Perlakuan 2
cxlviii
.217
Sig. .606
cxlix
Paired Samples Testa Paired Differences Std. Deviatio Mean n
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
Pair LDL_pre 7.397 24.70 8.47009 2.99463 66.89508 81.05742 1 LDL_post 62E1 3 a. Kelompok = Perlakuan 2
cxlix
Sig. (2tailed)
df 7
.000