TESIS
PEMBERIAN L-CARNITINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA
CAECILIA NOVIANI NIM : 0790761022
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
PEMBERIAN L-CARNITINE ORAL MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH JANTAN (ALBINO RAT) DISLIPIDEMIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
CAECILIA NOVIANI NIM : 0790761022
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI Pada Tanggal, 18 April 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK NIP : 194402011964091001
Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And. NIP : 194606191976021001
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pasca sarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS NIP : 194612131971071001
Prof. DR. Dr. A.A.Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP : 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal, 18 April 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 0775/UN14.4/HK/2011 Tanggal, 04 April 2011
Ketua : Anggota
Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK :
1. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And. 2. Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS 3. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK. 4. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul “Pemberian L-Carnitine Oral Dapat Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Putih Jantan (Albino Rat) Dislipidemia” dapat diselesaikan. Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang dijalani Penulis
untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister
Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK selaku pembimbing I, penguji dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, serta penguji yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyusunan tesis ini. 2. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And. selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 3. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine
Universitas Udayana yang telah memberikan banyak sekali masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 4. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK. selaku penguji yang dengan sangat bersemangat
membimbing
dan
masukan
kepada
penulis
selama
penyusunan tesis ini. 5. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH selaku penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 6. Pak Gede Wiranatha yang banyak membantu dan menjaga tikus peneliti selama penelitian di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 7. Para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan doa dan dorongan. 8. Keluarga tercinta kedua putra-putri (Albertus Quarino dan Evarista Andrivameda) serta Ibunda atas doa, dukungan, dan pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Manusia tidak luput dari kesalahan dan alpa, untuk itu penulis berharap dengan semua kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini, tetap dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana., serta bagi pihakpihak lain yang berkepentingan.
Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada mereka semua, amin.
Denpasar, April 2011 Penulis,
Noviani
ABSTRAK PEMBERIAN L – CARNITINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH JANTAN (ALBINO RAT) DISLIPIDEMIA Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai oleh kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia ini akan menyebabkan aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab kematian utama. Obat sintetis antidislipidemia mahal harganya dan memiliki banyak efek samping, oleh karena itu perlu upaya pengobatan alamiah yang yang relatif murah dan aman, salah satunya adalah L-Carnitine. Carnitine, adalah β-hydroxy-γ-N-trimethyammonium butyric acid, dan diketahui menyerupai vitamin dan zat asam amino banyak terdapat pada daging merah. Fungsi utama dari carnitine adalah memfasilitasi oksidasi asam lemak dengan mengangkut asam lemak rantai panjang ke dalam mitokondria meningkatkan jalur β-oksidasi memproduksi energi , asam lemak yang diambil dari makanan dan jaringan lemak diubah menjadi acylCoA. AcylCoA tidak dapat melewati dinding-dinding sel mitochondria , carnitine membantu mengangkut melewati dinding dalam mitokondria. Tanpa carnitine kebanyakan dari makanan berlemak tidak bisa digunakan sebagai sumber energi. Dalam darah, carnitine tidak memerlukan protein sebagai pembawa, dan sekarang dalam bentuk bebas atau bentuk acylcarnitine. Penelitian sebelumya telah menunjukan kegunaan L-carnitine pada dislipidemia, mengontrol gula darah, di lapangan menunjukkan hasil belum konsisten dan kurang fungsional carnitine sebagai makanan fungsional masih belum dapat dipastikan. Penelitian ini untuk mengetahui peran L–Carnitine memperbaiki profil lipid yang dislipidemia. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan randomized pretest-posttest control group yang dilaksanakan di Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dalam penelitian ini digunakan 30 tikus putih jantan (albino rat) sebagai sampel. Selama 30 hari seluruh tikus putih jantan diberikan diet tinggi kolesterol. Setelah itu tikus putih jantan dipilih secara random dan dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Kelompok kontrol diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa aquadest, kelompok perlakuan I diberi diet tinggi kolesterol dan L-carnitine 9 mgr , dan kelompok perlakuan II diberi diet tinggi kolesterol dan L-carnitine 4,5 mg selama 30 hari.
Hasil menunjukkan pemberian 9 mg L-Carnitine menurunkan total kolesterol dari 293.00 14,33 mgr/dl menjadi 108,62 3,14 mgr/dl (p <0.05), LDL kolesterol menurun dari 168.85 3,20 mgr/dl menjadi 15,79 3,88 mgr/dl (p <0.05), trigliserida menurun dari 151,20 3,81 mgr/dl menjadi 76,68 2,41 mgr/dl (p <0.05), dan meningkatkan HDL kolesterol dari 52,26 2.17 mgr/dl menjadi 87,60 3,41 mgr/dl (p <0.05). Pemberian 4,5 mg L-Carnitine menurunkan total kolesterol dari 292,21 7,64 mgr/dl menjadi 169,94 4,00 mgr/dl (p <0.05), LDL cholesterol menurun dari 168.85 3.86 mgr/dl menjadi 88,59 4,51 mgr/dl (p <0.05), trigliserida menurun dari 153,28 7,67 mgr/dl menjadi 102,85 2,99 mgr/dl (p <0.05), dan HDL kolesterol meningkat dari 51,43 2.22 mgr/dl menjadi 60,78 1.93 mgr/dl (p <0, 05). Hal ini berarti pemberian L-Carnitine 4,5 mg dan 9 mg dapat memperbaiki profil lipid tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia. Didapatkan juga kesimpulan bahwa L-Carnitine 4,5 mg sudah cukup efektif memperbaiki profil lipid, juga merupakan upaya anti-aging medicine dalam mencegah, menghambat bahkan memperlambat proses penuaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja L-Carnitine yang lebih detail dan penggunaan dosis yang sesuai. Kata kunci : l-carnitine, profil lipid darah, tikus putih jantan (albino rat), dislipidemia
ABSTRACT ORAL ADMINISTRATIN OF L – CARNITINE IMPROVE BLOOD LIPID PROFILE IN DYSLIPDEMIA MALE ALBINO RAT Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total cholesterol level, high LDL cholesterol level, high Trigliseride level and low HDL cholesterol level. Dyslipidemia will cause atherosclerosis and cardiovascular disease , main cause of death. Antidyslipidemia drugs are expensive and have many side effects, natural therapy which is relative cheap and save is needed. L-Carnitine is the one found in red meat. Carnitine, is a quaternary amine (β-hydroxy-γ-N-trimethyammonium butyric acid), and is known as a vitamin like and amino acid like substance. The main function of carnitine in the body is facilitation lipid oxidation by transporting long-chain fatty acids into the inner mitochondria region where they undergo βoxidation. In order for fattyacids (from food intake or adipose tissue) to produce energy they must be changed into acylCoAs prior to β-oxidation; however, since acylCoAs can not cross cell walls, carnitine comes into place to help with the transportation through the mitochondrial wall. Therefore, without carnitine, most of the dietary lipids cannot be used as an energy source and our body would accumulate fatty-acids resulting in dyslipidemia.Some previous studies have shown the effects of Lcarnitine on dyslipidemia, blood glucose control and exercise or specific metabolites. However, they have yielded inconsistent results and the usefulness of carnitine as a functional food remains uncertain. The goal of this research is L-Carnitine be a good choice for improvement dyslipidemia. This study is a true experimental with pretest-posttest randomized control group design which was performed at Laboratory Animal Unit department of Pharmacology Faculty of Medicine, Udayana University. This study conducted with 30 male white rats (albino rat) as sample which were chosen randomly and divided into 3 groups, i.e control group, Intervension group I and group II had given high-cholesterol diet. Control group was given high-cholesterol diet and Aquadest as placebo, Intervension group I was given high-cholesterol diet and 4,5mg L-Carnitine, and Intervension group II was given high-cholesterol diet and 9 mg L-Carnitine for 30 days. The results showed that administration of 9 mg L-Carnitine significantly decreased total cholesterol from 293,00 ±14,33 to 108,62 ± 3,14 (p<0,05), LDL cholesterol decreased from 168,85 ± 3,20 to 15,79 ± 3,88 (p<0,05) decreased from 151,20 ± 3,81 to 76,68 ± 2,41 (p <0,05), and increasing HDL cholesterol from 52,26 ± 2.17 to 87,60 ± 3,41 (p <0.05) . Administration of 4,5 mg L-Carnitine significantly decreased total cholesterol from 292,21 ± 7,64 be 169,94 ± 4,00
(p<0,05), LDL cholesterol decreased from 168.85 ± 3.86 to 88,59 ± 4,51 (p <0,05), triglycerides decreased from 153,28 ± 7,67 to 102,85 ± 2,99 (p <0,05), and HDL cholesterol increased from 51,43 ± 2.22 to 60,78 ± 1.93 (p <0, 05). This research concluded that administration of L-Carnitine 4,5 mg can significantly decrease blood lipid profile . The result of this research is expected to be used for further research to determine L-Carnitine mechanism . Keywords : l-carnitine, blood lipid profile, male albino rat, dyslipidemia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
PERSYARATAN GELAR ........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...........................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................
v
ABSTRAK ...............................................................................................
ix
ABSTRACT ..............................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xviii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xix
DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................
xxi
DAFTAR LAMBANG .............................................................................
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xxiv
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................
7
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................
7
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................
7
1.4.1
Manfaat Ilmiah ..........................................................
7
1.4.2
Manfaat Praktis ..........................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
9
2.1 Lipid ....................................................................................
9
2.1.1 Transpor Lipid .........................................................
12
2.1.2 Kolestrol ..................................................................
14
2.1.2.1 Pembentukan Kolestrol .................................
16
2.1.2.2 Manfaat Khusus Kolestrol ............................
17
2.1.2.3 Konsentrasi Total Kolestrol ..........................
17
2.1.3 Trigliserida ...............................................................
18
2.1.4 Low Density Lipoprotrein (LDL) ..............................
18
2.1.5 High Density Lipoprotein (HDL) ..............................
19
2.1.6 Aterogenesis .............................................................
21
2.2 Metabolisme Lipid ...............................................................
22
2.2.1 Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi β)...........................
26
2.2.2 Biosintesis Kolestrol ................................................
29
2.3 Displidemia .........................................................................
29
2.3.1 Klasifikasi Dislipidemia ...........................................
30
2.3.2 Penyebab Dislipidemia ..............................................
31
2.3.3 Penanganan Dislipidemia ..........................................
32
2.4 Radikal Bebas ......................................................................
36
2.4.1 Definisi Radikal Bebas ..............................................
36
2.4.2 Sumber Radikal Bebas ..............................................
37
2.4.3 Sifat Radikal Bebas ...................................................
37
2.5 Antioksidan .........................................................................
38
2.5.1 Jenis Antioksidan .....................................................
39
2.6 L-Carnitine ...........................................................................
40
2.6.1 Peranan L-Carnitine dalam Metabolisme Lemak ......
42
2.6.2 Sumber L-Carnitine ..................................................
44
2.6.3 L-Carnitine sebagai Antioksida .................................
46
2.6.4 L-Carnitine dan Atiaging ..........................................
46
2.6.5 L-Carnitine dan Profil Lipid ......................................
47
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS .............
52
3.1 Kerangka Berpikir ................................................................
52
3.2 Konsep ................................................................................
53
3.3 Hiopotesis Penelitian ............................................................
54
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................
55
Rancangan Penelitian ..........................................................................
55
Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................
57
Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................
57
Populasi ................................................................
57
Sampel ..................................................................
58
Sampel Penelitian .......................................
58
Kriteria Subyek ...........................................
58
Kriteria Penerimaan ....................................
58
Kriteria Drop Out Subyek Penelitian ...........
58
Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel .................................
58
Penentuan Besar Sampel Minimal .........................
58
Cara Pengambilan Sampel .....................................
59
Variabel Penelitian ................................................
60
Identifikasi Variabel ..................................
60
Klasifikasi Variabel ...................................
60
Definisi Operasional Variabel ................................
61
Bahan Penelitian, Instrumen dan Hewan Coba ....................................
63
Bahan Penelitian ....................................................
63
Hewan Percobaan ..................................................
64
Instrumen Penelitian ..............................................
64
Prosedur dan Alur Penelitian ...............................................................
64
Analisis Data .......................................................................................
66
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................
68
5.1 Uji Normalitas Data .............................................................
68
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ................................
68
5.3 Kolestrol Total .....................................................................
69
5.3.1 Uji Komparibilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ..................................................................
69
5.3.2 Uji Komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ..................................................................
69
5.3.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan L-Carnitine ...
70
5.4 Trigeliserida ........................................................................
72
5.4.1 Uji Komparabilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol .......................................................
72
5.4.2 Uji Komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol .......................................................
72
5.4.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan L-Carnitine................................................................
73
5.5 HDL .....................................................................................
75
5.5.1 Uji Komparabilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ..................................................................
75
5.5.2 Uji Komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ..................................................................
75
5.5.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Dibeirkan L-Carnitine ..
76
5.6 LDL......................................................................................
78
5.6.1 Uji Komparabilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ..................................................................
78
5.6.2 Uji Komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ...................................................................
BAB VI
5.6.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan L-Carnitine ...
79
PEMBAHASAN PENELITIAN ...............................................
81
6.1 Subyek Penelitian .............................................................
81
6.2 Diet Tinggi Kolestrol Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia ......................................................................
82
6.3 L-Carnitine Memperbaiki Profil Lipid ...............................
83
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .....................................................
87
7.1 Simpulan ..........................................................................
87
7.2 Saran .................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
88
LAMPIRAN ..............................................................................................
95
DAFTAR GAMBAR
2.1 Perbandingan komposisi penyusun 4 kelas besar lipoproteinl ............
10
2.2 Ilustrasi peran masing-masing dari 4 kelas penyusun besar lipoprotein ..........................................................................................
11
2.3 Struktur dasar kolesterol ....................................................................
16
2.4 Schema atherogenesis .........................................................................
21
2.5 Aterosklerosis ....................................................................................
22
2.6 Aktivasi asam lemak acid ...................................................................
24
2.7 Ikhtisar metabolisme lemak ................................................................
26
2.8 L-Carnitine biosynthesa pathway .......................................................
27
2.9 Rumus Kimia L-Carnitine ...................................................................
40
2.10 Peranan L-Carnitine dalam Metabolisme Lemak Darah ......................
42
3.1
Bagan Kerangka Konsep Penelitian ...................................................
32
4.1
Rancangan Penelitian ......................................................................
55
4.2
Hubungan antar Variabel ...................................................................
60
4.3
Skema Prosedur Penelitian ...............................................................
66
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data L-Carnitine ......................................................................
42
Tabel 2.2 .Sumber Makanan yang mengandung carnitine .........................
44
Tabel 5.1 Rerata Koelsterol antar Kelompok Sebelum diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ......................................................................
69
Tabel 5.2 Rerata Koelsterol antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ......................................................................
69
Tabel 5.3 Rerata Koelsterol antar Kelompok Sesudah Perlakukan ............
70
Tabel 5.4 Analisis Komparasi Kolesterol Sesudah Perlakukan Antar Kelompok ................................................................................
71
Tabel 5.5 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ......................................................................
72
Tabel 5.6 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolestrol ......................................................................
72
Tabel 5.7 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sesudah Perlakuan .........
73
Tabel 5.8 Analisis Komparasi Trigeliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok.................................................................................
74
Tabel 5.9 Rerata HDL antar kelompok sebelum diberi makanan tinggi Kolestrol ..................................................................................
75
Tabel 5.10 Rerata HDL antar kelompok sesudah diberi makanan tinggi Kolestrol................................................................................... Tabel 5.11 Rerata HDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan .....................
76
Tabel 5.12 Analisis Komparasi HDL sesudah perlakuan antar kelompok ..
77
Tabel 5.13 Rerata LDL antar kelompok sebelum diberikan makanan tinggi Kolestrol ..................................................................................
78
Tabel 5.14 Rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi Kolestrol ..................................................................................
78
Tabel 5.15 Rerata LDL antar kelompok sesudah perlakuan .......................
79
Tabel 5.16 Analisis Komparasi LDL Sesudah perlakuan antar kelompok ...
80
DAFTAR SINGKATAN
BBD
: Butirobetaindeoksigenase
CETP
: Cholesterol ester transfer protein
CPT I
: Carnitine palmytoyl transferase I
CPT II
: Carnitine palmytoyl transferase II
DNA
: Deoxyribonucleic Acid
FFA
: Free Fatty Acid
HDL
: High Density Lipoprotein
Hdlhipm
: Kolesterol HDL setelah makan hiperkolesterol tinggi
Hdlpostm
: Kolesterol HDL setelah makan hiperkolesterol tinggi + perlakuan
HMG Ko A
: Hidroksi Metilglutaril Ko-enzim A
HTML
: Hidroksi Trimetillisine
IDL
: Intermediate Density Lipoprotein
Ko A
: Ko-enzim A
LCAT
: Lecithin Cholesterol Acyltransferase
LDL
: Low Density Lipoprotein
Ldlhipm
: Kolesterol LDL setelah makan hiperkolesterol tinggi
Ldlpostm
: Kolesterol LDL setelah makan hiperkolesterol tinggi + perlakuan
LPL
: Lipoprotein Lipase
NECP
: National Cholesterol Education Program
PKV
: Penyakit Kardiovaskuler
PUFA
: Poly Unsaturated Fatty Acid
ROS
: Reactive Oxygen Species
SKRT
: Survei Kesehatan Rumah Tangga
TAG
: Triasil Gliserol
Tchipm
: Kolesterol total setelah makan hiperkolesterol tinggi
Tcpostm
: Kolesterol total setelah makan hiperkolesterol tinggi + perlakuan
TLC
: Terapeutic Lifestyle Change
TNF
: Tumor Necrosis Factor
TMABA
: Trimetilaminobutiraldehida
TMABA-DH : Trimetilaminobutiraldehida dehidrogenase TML
: Trimetillisine
TMLD
: Trimetillisine dioksigenase
trhipm
: Trigliserida setelah makan hiperkolesterol
Trpostm
: Trigliserida setelah makan hiperkolesterol + perlakuan
VLDL
: Very Low Density Lipoprotein
DAFTAR LAMBANG
α
: Alfa
β
: Beta
%
: persen
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Uji Normalitas Data Profil Lipid
2
Analisis One Way ANOVA Terhadap Profil Lipid Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol
3
Analisis One Way ANOVA Terhadap Profil Lipid Sesudah Diberikan Makanan tinggi Kolesterol
4
Analisis One Way ANOVA Terhadap Profil Lipid Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol + L-Carnitine
4 Ethical Clearance 5 Laporan hasil uji L – Carnitine 6 Konfersi Perhitungan Dosis Untuk Beberapa Jenis Hewan dan Manusia
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada tahap ini tidak dapat berkembang lagi, dan mulai terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan tersebut.Pada umumnya orang menganggap menjadi tua memang harus terjadi dan membiarkan berbagai tanda dan gejala penuaan
yang mulai muncul. Ada banyak faktor yang
menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang kemudian menjadi sakit dan akhirnya membawa kepada kematian. Anti-aging medicine menanggapi dan memperlakukan penuaan sebagai salah satu penyakit yang dapat dihindari, diobati, dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat,dan kualitas hidup dipertahankan. Faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal ialah terbentuknya radikal bebas yang bersifat merusak sel, penurunan efisiensi mitokondria, terjadinya ikatan glukosa-protein, penurunan kemampuan membran sel dan penurunan sistem imun, hormon yang berkurang, proses glikolisis, metilasi, apoptosis dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, stress, polusi lingkungan dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Perubahan
terjadi pada tingkat seluler, organ, maupun sistem karena
proses penuaan,yang kesemuanya ini akan mengakibatkan timbulnya penyakit degeneratif dan obesitas yang diakui sebagai salah satu faktor terhadap munculnya
1
berbagai penyakit seperti hiperkolesterol, diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan kanker. Kelebihan komposisi lemak tubuh dan distribusi lemak dalam tubuh merupakan ancaman terbesar dalam mempercepat penuaan (Goldman dan Klatz, 2007). Banyak teori yang menjelaskan
manusia dapat
mengalami proses penuaan, diantaranya teori radikal bebas, dan teori wear dan tear. Menurut teori radikal bebas, suatu organisme menjadi tua karena akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dapat dirusak oleh radikal bebas adalah deoxy nucleic acid (DNA), lemak, dan protein (Goldman dan Klatz, 2007). Sedangkan menurut teori wear dan tear, tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan dan disalahgunakan. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stres fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat sel. Teori ini menyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang tidak terlambat dapat mengembalikan proses penuaan. Mekanismenya dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2007). Perubahan gaya hidup karena meningkatnya status sosio-ekonomi termasuk pola makan menyebabkan asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan
aktivitas fisik makin berkurang (sedentary lifestyle). Konsumsi lemak jenuh tinggi dan kurangnya aktivitas fisik akan menyebabkan penimbunan lemak di jaringan lemak, sehingga menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF-α /tumor necrosis factor-alpha (Muchtadi, 2008). Kadar TNF-α yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin, menekan oksidasi asam lemak pada hepar, meningkatkan sintetik kolesterol oleh sel hepar (Kersshaw dan Flier, 2004). Hal ini akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai dislipidemia. Komposisi tubuh yang sehat adalah jumlah protein harus lebih besar dari lemak. Peran protein sangat penting, salah satunya sebagai bahan sistem pertahanan tubuh. (Rachmat dan Wiraharja, 2009). Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh kelainan (peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar kolsterol HDL (Chan dkk.,2009). Dislipidemia ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Durstine, 2006). Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya dislipidemia, faktor keturunan (genetik), usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, makanan yang mengdanung asam lemak jenuh, kurang olah raga, penggunaan alkohol. merokok, penyakit, hormonal dan obat-obatan (Grundy, 2006). Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah diet ketat rendah lemak dan kolesterol, olah raga secara teratur, menurunkan berat badan, dan
mengatur cara hidup (Depkes, 2006). Jika semua intervensi nonfarmakologis tidak berhasil, maka disamping usaha nonfarmakologis dapat dimulai dengan obatobatan (Dalimartha,2001).Terapi dengan obat-obat antidislipidemia dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang mengalami peningkatan risiko aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh dislipidemia (Sutardhio, 2006). Obat sintetik untuk memperbaiki profil lipid yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil harganya mahal dan memiliki efek samping, seperti miositis,dapat merusak fungsi hati, dan lain-lain. Oleh karena itu upaya pengobatan alamiah yang dapat memperbaiki profil lipid sangat penting dilakukan. Selain murah dan mudah didapat, memiliki risiko efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan dengan obat-obat sintetik (Sirtori dkk., 2000). Di Indonesia, angka kejadian dislipidemia pada penelitian MONICA (Multinational Monitoring of Trends Determinants in Cardiovascular Diseases) I 1988 sebesar 13.4 persen untuk wanita dan 11,4 persen untuk pria. Pada MONICA II 1994 didapatkan meningkat menjadi 16,2 persen untuk wanita dan 14 persen pria (Jamal , 2004).Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 diketahui bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah atau yang lazim disebut sebagai penyakit kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab kematian utama (Suryohudoyo, 2000). L-carnitine dibentuk dalam tubuh yang membantu dalam proses metabolisme lemak sehingga kolesterol dan trigliserida dalam darah berkurang (Frederic dan Wonders, 2002). L-carnitine adalah senyawa amonium kation yang
disintetik dari asam amino lisina dan metionina (Steiber dkk., 2004).
Pada
manusia, carnitine diserap pada mukosa usus kecil oleh transpor aktif yang tergantung pada sodium dan transpor pasif. Dalam darah, carnitine tidak memerlukan protein sebagai pembawa, dan ada dalam bentuk bebas atau bentuk acylcarnitine (Vaz dan Wanders, 2002). Fungsi utama dari carnitine pada tubuh adalah memfasilitasi oksidasi lemak dengan cara mengangkut asam lemak rantai panjang menuju ke matriks mitokondria, sehingga dapat dipecah melalui proses oksidasi beta menjadi asetil Ko-A untuk memperoleh energi di siklus krebs melalui oksidatif phosporilasi (Müller, 2003). Sementara itu, dengan bantuan L-carnitine metabolisme tubuh akan meningkat sehingga pembakaran timbunan lemak dalam tubuh akan meningkat. Dengan demikian akan mengurangi kadar lemak tubuh. Ini berarti akan mengurangi terbentuknya kolesterol karena lemak merupakan faktor risiko tinggi terhadap kolesterol (Vera, 2006). Pada penyakit-penyakit yang ada kaitannya dengan gaya hidup seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes, sindrom metabolik, L-Carnitin juga berperan cukup besar (Cha dkk., 2003). Lebih lanjut dinyatakan bahwa L-carnitine dapat mencegah peroksidasi lipid dan oksidasi low density lipoprotein (LDL) pada mencit obese yang diberi diet tinggi lemak (Mun dkk., 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Gomez dkk., (2006), terhadap kelinci hypercholesterolemia dengan aktivitas ringan
pemberian L-carnitine dengan
dosis 100 mgr per kg berat badan, selama 60 hari menyebabkan peningkatan kadar kolesterol HDL dari 42,4 mgr/dl menjadi 52 mgr/dl atau sebesar 34 persen,
sedangkan LDL menurun dari 12.5 mgr/dl menjadi 10.6 mgr/dl atau sebesar 17 persen. Penelitian lain yang dilakukan pada pasien yang diabetes dan diberi exercise, pemberian 500 mgr per hari L-carnitine oral selama 30 hari menunjukkan rata-rata penurunan kolesterol total dan LDL sebesar 17 persen, dan rata-rata penurunan trigliserida darah sebesar 24 persen (Liang dkk., 2003). Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang L-carnitine
dalam
memperbaiki profil lipid darah mengingat fungsinya bagi kesehatan dan antiaging medicine serta efek samping yang sangat kecil,sehingga relatif aman bagi kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pemberian L-carnitine oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan(albino rat) yang dislipidemia? 2. Apakah pemberian L-carnitine oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia? 3. Apakah pemberian L-carnitine oral dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia? 4. Apakah pemberian L-carnitine oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian Lcarnitine dapat memperbaiki profil lipit pada tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 1.3.2
Tujuan Khusus Penelitian ini bertujan:
1. Untuk mengetahui pemberian L-carnitine oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 2. Untuk mengetahui pemberian L-carnitine oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 3. Untuk mengetahui pemberian L-carnitine oral dapat menurunkan kadar trigleserida darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 4. Untuk mengetahui pemberian L-carnitine oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Ilmiah Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
manfaat L-carnitine dalam memperbaiki profil lipid tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
1.4.2 Manfaat Praktis 1. L-carnitine yang dapat dipakai untuk memperbaiki profil lipid darah, bisa dipakai sebagai obat alternatif dalam menangani dislipidemia. 2. Hasil penelitian ini dapat dipakai acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipid Lemak disebut juga lipid adalah ester yang tersusun dari tiga asam lemak dengan tiga gugus alkohol dari senyawa gliserol,bila hanya satu asam lemak yang teresterisasi disebut monoasilgliserol (rantai asam lemak).Melalui esterisasi dengan asam lemak lainnya akan dihasilkan diasilgliserol dan selanjutnya triasilgliserol (trigleserida) yang merupakan lemak yang sesungguhnya (Botham dan Mayes, 2006). Lemak mempunyai molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam pelarut-pelarut organik,dan merupakan suatu zat yang kaya akan energi dan disimpan didalam butir butir lipid,dan berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh (Hamid dkk., 2001). Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Guyton dan Hall, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah. Karena lemak tidak larut dalam air, ini berarti lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut 9
dalam air (Harper dkk., 2006). Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut Lipoprotein dari kata Lipo=lemak, dan protein (Krummel, 2004). Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron, very low densi(VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara yang sedikit berbeda ( Koolman dan Rohn, 2001). Empat kelas mayor lipoprotein plasma digambarkan sebagai berikut, yaitu:
Gambar 2.1 Perbandingan komposisi penyusun 4 kelas besar lipoprotein (Dikutip dari: Metchinson dan Ball, 2004).
1. Kilomikron Kilomikron berfungsi sebagai alat transportasi trigliserid dari usus ke jaringan lain, kecuali ginjal
2. VLDL (very low - density lypoproteins) VLDL mengikat trigliserid di dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan lemak 3. LDL (low - density lypoproteins) LDL berperan mengangkut kolesterol ke jaringan perifer 4. HDL (high - density lypoproteins) HDL mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol ke hati.
Gambar 2.2 Ilustrasi peran masing-masing dari 4 klas besar lipoprotein (Dikutip dari : Metchinson dan Ball, 2004)
Tubuh mengatur kadar lipoprotein melalui beberapa cara: 1. Mengurangi pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein yang masuk ke dalam darah.
2. Meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari dalam darah. Fungsi lemak adalah sebagai penyusun struktur membran sel, dalam hal ini lemak berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-material. Lemak juga berfungsi sebagai cadangan energy, lemak disimpan sebagai jaringan adiposit yang menyediakan keperluan manusia akan energi (Nugroho, 2009). Selain dua fungsi di atas lemak juga berfungsi sebagai hormon dan vitamin, hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi proses-proses biologis. Berdasarkan ketiga fungsi pokok diatas, secara umum lemak berfungsi sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Koolman dan Rohn, 2001). 2.1.1 Transpor Lipid Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen (Lichtenstein dan Jones, 2001). 1. Jalur eksogen Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan membawanya ke dalam aliran darah. Kemudian trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida
kembali sebagai cadangan energi. Sedangkan kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati (Kathleen dkk, 2006). Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang disebut HMGR Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran darah (George dkk, 2001). 2. Jalur endogen Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintetik oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL.VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati dan mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL.LDL akdaniambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme.LDL ini bertugas menghantar kolesterol kedalam tubuh. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis
kilomikron
dibawah
pengaruh
enzim
lecithin
cholesterol
acyltransferase (LCAT).Ester kolesterol ini akan mengalami perpindahan dari
HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati.Aktifitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiterogenik (Mark dkk., 2000).
2.1.2 Kolesterol Kolesterol merupakan senyawa sterol pada sel hewan dan manusia yang bersifat hidrofobik (Botham dan Mayes, 2006). Dan juga merupakan zat esensial,zat terpenting dalam tubuh yang berupa lipid dan jenis lemak yang menyusun membran, struktur selaput sel dan merupakan komponen utama sel otak plasma. Kolesterol adalah jenis lemak yang paling dikenal oleh masyarakat dan merupakan bahan perantara untuk pembentukan sejumlah komponen penting seperti vitamin D untuk membentuk dan mempertahankan tulang yang sehat, hormon seks (contohnya Estrogen dan Testosteron) dan asam empedu untuk fungsi pencernaan (Mark dkk., 2000). Kolesterol dalam tubuh bersifat endogen yaitu kolesterol yang disintetik oleh tubuh dan eksogen kolesterol yang diperoleh dari makanan yang dimakan. Yang bersifat endogen proses sintetiknya dipengaruhi beberapa faktor yaitu asam lemak jenuh,asam lemak tidak jenuh,lipoprotein,dan energi yang dipergunakan dan serta konsumsi kolesterol sendiri (Murray, 2006). Komponen asam lemak yang terdapat dalam darah, zat ini sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses-proses tertentu bagi kelangsungan hidup. Di antaranya untuk membentuk hormon, membentuk sel dan merawat sel-sel saraf. Tetapi dalam jumlah berlebih kolesterol menjadi ancaman serius bagi tubuh,
bahkan bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan oleh kolesterol adalah aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), penyakit jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi, dan hiperkolestrolemia (kolesterol lebih dari 240 mgr/dl) (Litbang Depkes, 2006). Kolesterol tubuh berasal dari hasil pembentukan di dalam tubuh (sekitar 500 mgr/hari) dan dari makanan yang dimakan,pembentukan di dalam tubuh terutama terjadi di hati (50% total sintetik) dan sisanya di usus, kulit, dan semua jaringan yang mempunyai sel-sel berinti. Jenis-jenis makanan yang banyak mengdanung kolesterol antara lain daging (sapi maupun unggas), ikan dan produk susu. Makanan yang berasal dari daging hewan biasanya banyak mengdanung kolesterol, tetapi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan tidak mengandung kolesterol (Dalimartha, 2006). Kolesterol terdapat dalam diet semua orang, dan dapat diabsorbsi dengan lambat dari saluran pencernaan ke dalam saluran limfe , secara spesifik mampu membentuk ester dengan asam lemak. Hampir 70% kolesterol dalam lipoprotein plasma memang dalam bentuk ester kolesterol (Guyton dan Hall, 2007). Dislipidemia terjadi jika kadar kolesterol melebihi batas normal. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya dislipidemia,bisa disebabkan oleh faktor genetik (Dislipidemia primer) seperti pada dislipidemia familial, dimana terdapat pengurangan jumlah yang signifikan dari reseptor kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dalam hatinya (Halim, 2006). Juga bisa disebabkan oleh penyakitpenyakit tertentu (misalnya diabetes mellitus, penyakit hati obstruktif, hipotiroid, sindroma nefrotik) dan kondisi-kondisi tertentu (misalnya kebiasaan diet lemak
jenuh/saturated fat, obesitas, stress, perokok berat dan kurang olahraga) yang dikenal sebagai dislipidemia sekunder (Sutardhio, 2006). Dislipidemia juga dapat terjadi pada wanita yang kekurangan hormon estrogen.
Gambar 2.3 Struktur dasar kolesterol (Dikutip dari: Murray dkk., 2003).
2.1.2.1 Pembentukan Kolesterol Hampir semua jaringan tubuh dapat membentuk kolesterol dari asetil Ko A. Hati memainkan peranan penting dalam pengaturan keseimbangan kolesterol tubuh, tingkat produksi kolesterol, termasuk kolesterol diabsorbsi dari sintetik kolesterol endogen, sekitar 1gram setiap hari dari saluran pencernaan.Bandingkan dengan asupan kolesterol yang dianjurkan 300 mgr perhari. Asupan rata-rata kolesterol 600 mgr perhari namun hanya setengahnya yang diabsorbsi. Hati membuat 800- 1500 mgr kolesterol perhari,jadi memberikan lebih banyak dari kolesterol total dari pada yang dari makanan. Oleh sebab itu sintetik kolesterol endogen lebih dari dua pertiga dari total kolesterol (Botham dan mayes, 2006). Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi sel tubuh lain membentuk sedikit kolesterol.yang
sesuai dengan kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel, sebagian disusun dari zat ini. Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol seluruhnya dibentuk dari molekul asetil-KoA. Selanjutnya, inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai samping untuk membentuk kolesterol, asam kolat (merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk di hati), dan beberapa hormon steroid penting yang diskresi oleh korteks adrenal, ovarium dan testis (Guyton dan Hall, 2008).
2.1.2.2 Manfaat Khusus Kolesterol Sejauh ini manfaat kolesterol yang terbanyak dalam tubuh selain membentuk membran adalah untuk membentuk asam kolat di hati. Sebanyak 80% kolesterol dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjungsi dengan zat lain untuk membentuk garam empedu, yang akan meningkatkan pencernaan dan absorbsi lemak dan prekursor pembentukan steroid, vitamin D dan asam empedu. Sejumlah besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum kulit bersama dengan lemak lainnya, membuat kulit lebih resistan terhadap absorbsi zat yang larut dalam air. Zat lemak ini juga membantu mencegah evaporasi air dari kulit (Guyton dan Hall, 2007).
2.1.2.3 Konsentrasi Total Kolesterol Konsumsi lemak yang tinggi merupakan faktor penting terhadap konsentrasi kolesterol dalam plasma darah. Diet banyak mengdanung asam lemak
jenuh menyebabkan konsentrasi kolesterol darah meningkat (Yuniastuti, 2007). Bila konsentrasi total kolesterol dalam darah kurang dari 200 mgr/dl maka dikategorikan desirable, antara 200-239 mgr/dl dikategorikan borderline high dan bila lebih dari atau sama dengan 240 mgr/dl dikategorikan high (Grundy, 2006).
2.1.3 Trigliserida Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99% trigliserida. Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Fungsi utama Trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut kemudian dibakar dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O).
2.1.4. Low Density Lipoprotein (LDL) Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah lipoprotein yang merupakan alat transpor kolesterol yang utama mengangkut sekitar 70-80 persen dari kolesterol total, fungsinya membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, pembuluh darah, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (untuk sintetik membran plasma dan hormon steroid). Partikel LDL mengdanung trigliserida sebanyak 10 persen dan kolesterol
60 persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan melayang-layang dalam darah dengan resiko penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Oleh karena sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol yang aterogenik (Metchinson dan Ball, 2004).
2.1.5. High Density Lipoprotein (HDL) HDL merupakan salah satu dari tiga komponen lipoprotein, kombinasi lemak dan protein, mengdanung kadar protein tinggi, sedikit trigliserida dan fosfolipid, mempunyai sifat umum protein dan terdapat pada plasma darah, disebut juga lemak baik yang membantu mengurangi penimbunan plak pada pembuluh arteri (non aterogenik). Endapan atherosklerotik yang mengandung kolesterol dan lemak bersifat tidak stabil dan mudah pecah. Pada saat plak pecah, akan terbentuk luka terbuka pada dinding dalam arteri. Luka terbuka dapat menyebabkan darah dan protein menutup bagian terbuka dan membentuk gumpalan darah yang disebut thrombus. Gumpalan tersebut dapat membesar dan menutup lubang arteri dan menghentikan aliran darah ke jantung atau otak. Bila pembuluh darah arteri tersumbat ke jantung maka dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner (Murray dkk., 2003).
HDL-kolesterol berfungsi membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. HDL ini mempunyai kdanungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat dan mampu membawa kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan mencegah terjadinya atherosklerosis (Mark dkk., 2000). Peranan HDL atau lipoprotein berkepadatan tinggi, yang berperan sebagai pembersih lemak di dalam aliran darah dan merupakan kunci bagi pengangkutan kolesterol LDL itu, tampaknya memang sangat berguna untuk membantu mencegah timbulnya penyakit jantung. Dewasa ini telah diketahui bahwa seorang penderita dengan kadar kolesterol darah yang tinggi, tidak akan jatuh lagi ke dalam risiko yang dapat membahayakan keselamatan hidupnya, terlebih bila ia cukup memperoleh HDL (Soenarto, 2002).
2.1.6 Aterogenesis
Gambar 2.4 skema aterogenesis (Dikutip dari : Baynesh dan Dominiczak, 2005).
Peristiwa aterogenesis adalah terjadinya kerusakan endotel pembuluh darah yang disebabkan kelebihan dari lipoprotein, hipertensi, diabetes dan rokok. Fungsi endotel menjadi lebih permiabel terhadap lipopprotein, sehingga LDL masuk kedalam intima dan teroksidasi, LDL yang sudah teroksidasi sempurna dapat
menyebabkan
apolipoprotein
(apoB100)
rusak.
LDL
teroksidasi
mempengaruhi monosit untuk mendekat pada sel endotel distimulasi oleh monocyte chemotractant protein-I (MCP-I) masuk kedalam intima , pengeluaran monocyte colonystimulating factor (M-CSF) oleh sel-sel endothel dan vascular smooth muscle cell (VSMC), merubah monosit menjadi makrofag.Tugas makrofag membersihkan atau memakan benda asing termasuk LDL teroksidasi, secara berlebihan makrofag memakan LDL teroksidasi sehingga berubah menjadi sel busa atau disebut foam sel. Kumpulan sel-sel busa ini terlihat didinding arteri
sebagai plak kuning dan disebut garis garis lemak. Sel-sel busa yang mati melepaskan lemak yang berkumpul didalam intima, akumulasi lemak-lemak menjadi pusat plak aterosklerotik. (Baynesh dan Dominiczak, 2005).
Gambar 2.5 Aterosklerosis (Dikutip dari : Baynesh dan Dominiczak, 2005). 2.2 Metabolisme Lipid Lipid yang diabsorbsi dari makanan dan lipid yang disentesis oleh hepar dan jaringan adiposa,dibawa oleh darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi atau disimpan sebagai cadangan lemak (Kathleen dkk., 2006). Hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Didalam sel asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigleserida (lipid ) dan berkumpul berbentuk gelembung
yang disebut kilomikron.
Selanjutnya
kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena
cava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa (Bahri, 2004). Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lemak, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Tidak semua asam lemak bebas berasal melalui lipolisis, dan digunakan sebagai energi.Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan mengalami reesterifikasi menjadi trigleserida didalam jaringan adiposa maupun hepar,atau disimpan intramuskular. Asam lemak bebas yang digunakan untuk energi diaktifkan oleh enzim asil-KoA sintetase, kemudian dibawa ke dalam mitokondria dan diubah oleh CPT (Carnitine Palmitoyl Transferase) menjadi Asil-KoA. Asil-KoA mengalami oksidasi β menjadi asetilKoA. Asetil-KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk menghasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol.
Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid (Guyton dan Hall 2007).
Gambar 2.6. Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA (Dikutip dari: Murray, dkk., 2003).
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut (Kathleen, dkk., 2006): 1. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase. 2. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I (CPT I) yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria. 3. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar. 4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA (Ko-enzim A) dengan dikatalisir oleh enzim karnitin
palmitoiltransferase II (CPT II) yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil KoA dan karnitin dibebaskan. 5. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi β. Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi β ini selanjutnya akan masuk siklus asam sitrat. Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintetik menjadi steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis) Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis (Guyton dan Hall, 2007).
Diet
Trigliserida Esterifikasi
Lipolisis
Steroid
Asam lemak Lemak Gliserol Lipogenesis
Steroidogenesis Oksidasi beta
Karbohidrat
Kolesterogenesis
Kolesterol
Protein Asetil-KoA
+ ATP Aseto asetat
Ketogenesis Siklus asam sitrat ATP
hidroksi butirat
Aseton
H2O CO2
Gambar 2.7. Ikhtisar metabolisme lemak
2.2.1 Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi β) Untuk memperoleh energi, asam lemak bebas dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan oksidasi β dan berlangsung di mitokondria. Dalam oksidasi β, asam lemak bebas masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 4 tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat (Kathleen dkk., 2006). Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Kathleen dkk., 2006) : 1. Reaksi pertama adalah reaksi pembentukan enoil KoA dengan cara oksidasi. Enzim asil KoA dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini.
Koenzim yang dibutuhkan dalam reaksi ini adalah FAD yang berperan sebagai akseptor hidrogen. Dua molekul ATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari molekul FADH2 melalui sistem transport elektron. 2. Pada reaksi kedua, enzim enoil KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan L-hidroksiasil KoA. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap antara C-2 dan C-3. 3. Reaksi ketiga adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil
koenzim
A menjadi ketoasil koenzim A. Enzim L-hidrokdiasil koenzim A dehidrogenase melibatkan NAD yang direduksi menjadi NADH. 4. Tahap keempat adalah reaksi pemecahan ikatan C-C, sehingga menghasilkan asetil koenzim A dan asil koenzim A yang mempunyai jumlah atom C dua buah lebih pendek dari molekul semula. Asil KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 4, mengalami metabolisme lebih lanjut melalui reaksi tahap 1 hingga tahap 4 dan demikian seterusnya sampai rantai C pada asam lemak bebas terpecah menjadi molekul-molekul asetil KoA yang mengdanung 2 atom C dan asil-KoA yang telah kehilangan 2 atom C. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA. Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi β ini akan masuk siklus asam sitrat (Guyton dan Hall, 2007). Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan
asetil-KoA
menjadi
benda-benda
keton
dinamakan
ketogenesis
(Guyton dan Hall, 2008).
Gambar 2.8.Lintasan Ketogenesis di Hati (Dikutip dari : Guyton dan Hall, 2008).
Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintetik menjadi steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis)(Guyton dan Hall, 2008).
2.2.2 Biosintesis Kolesterol Biosintesis kolesterol terjadi pada sel-sel eukaryota, biosintesis kolesterol dimulai dari perpindahan asetil-KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di peroksisom (Guyton dan Hall, 2008). Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu : 1. Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMGR KoA). 2.
Konversi HMGR KoA menjadi mevalonat.
3. Konversi mevalonat menjadi suatu molekul isopren yaitu isopentil pirofosfat (IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2. 4. Konversi IPP menjadi squalene. 5.
Konversi squalene menjadi kolesterol. Dalam sintetik kolesterol dilibatkan sebanyak sepuluh macam enzim yaitu
asetoasetil-KoA (thiolase), HMGR KoA sintase, HMGR KoA reduktase, mevalonat kinase, fosfomevalonat kinase, fosfomevalonat dekarboksilase, isopentenil-pirofosfat isomerase (IPP isomerase), farnesil-pirofosfat transferase (FPP transferase), squalene sintase dan squalene oksidase (Guyton dan Hall, 2008).
2.3 Dislipidemia Dislipidemia terjadi akibat adanya akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding pembuluh darah. Kolesterol merupakan molekul yang berperan sangat penting dalam sintesis membran sel, prekusor sintesis hormon steroid, hormon korteks adrenal, sintesis asam- asam empedu dan vitamin D. Kolesterol terdiri atas
high density cholesterol (HDL), low density cholesterol (LDL) dan trigliserida. HDL berperan dalam membawa kolesterol dari aliran darah ke hati. LDL berperan dalam membawa kolesterol kembali ke aliran darah. Kolesterol yang terdapat dalam tubuh dapat berasal dari makanan (eksogen) atau disintesis oleh tubuh (endogen). Dislipidemia disebabkan kadar kolesterol melebihi 239 mgr/ml dalam darah. Untuk menanggulangi dislipidemia dapat digunakan agen inhibitor HMGR-KoA (3-hidroksi-3-metilglutaril Koenzim A), misalnya lovastatin (Krummel, 2004).
2.3.1 Klasifikasi Dislipidemia Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit menurut Murphy (2002) dan Forum Studi Aterosklerosis dan Penyakit Vaskuler Indonesia adalah sebagai berikut : dalam hubungannya dengan Penyakit Jantung Koroner (Grundy, 2006) : 1. Dislipidemia Primer Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.
2. Dislipidemia Sekunder Yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridemia disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi
alkohol, gagal ginjal kronik, infark miokard, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan kehamilan. Dan dislipidemia campuran yang dapat disebabkan oleh karena hipotiroidisme, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, penyakit hati, dan akromegali.
2.3.2 Penyebab Dislipidemia Penyebab dislipidemia (Grundy, 2006) : 1. Penyebab primer, yaitu faktor keturunan (genetik) 2. Penyebab sekunder, seperti: a. Usia Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. b. Jenis kelamin Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. c. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia d. Obesitas / kegemukan e. Menu makanan yang mengdanung asam lemak jenuh seperti mentega, margarin, whole milk, es krim, keju, daging berlemak. f. Kurang melakukan olah raga g. Penggunaan alkohol h. Merokok i.
Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik
j.
Gagal ginjal
k. Kelenjar tiroid yang kurang aktif. l.
Obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen, pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu). Berdasarkan rekomendasi yang berasal dari NECP (National Cholesterol
Education Program), Amerika Serikat untuk menghindari terjadinya PKV, seseorang dianjurkan untuk memiliki kadar trigliserida kurang dari 200 mgr/100 ml, kolesterol total kurang dari 200 mgr/100 ml, kolesterol LDL kurang dari 130 mgr/100
ml, dan kolesterol HDL lebih dari 45 mgr/100 ml darah
(NECP ATP III, 2001).
2.3.3 Penanganan Dislipidemia Penanganan dislipidemia dibagi 2 yaitu (Grundy, 2006) : A. Terapi Non Farmakologi dapat dilakukan dengan : 1. Melakukan terapi diet. Terapi diet bertujuan untuk menurunkan intake lemak total, asam lemak jenuh, dan kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat badan yang diinginkan. Diet kolesterol dan asam lemak jenuh memicu penurunan pengeluaran LDL di hati. 2. Memperbaiki gaya hidup (Therapeutic Lifestyle Change). Komponenkomponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan asupan-asupan dari kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti
stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia familial (secara bawaan/genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, yaitu penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi dengan obat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006). B. Terapi Farmakologi Obat
antidislipidemik
adalah
obat
yang
ditujukan
untuk
menurunkan/meningkatkan kadar lipid/lemak di dalam darah/plasma. Pemberian obat antidislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan
terapi
diet
dan
olah
raga
kondisi
pasien
tidak
responsif
(Illingworth, 2002). Obat antidislipidemik yang beredar di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut : 1. Asam Fibrat Obat antidislipidemik yang termasuk golongan asam fibrat adalah : Gemfibrozil, Fenofibrate dan Ciprofibrate. Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid plasma, sehingga produksi VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun. Gemfibrozil meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga bersihan partikel kaya
trigliserid meningkat. Kadar kolesterol HDL juga meningkat pada pemberian Gemfibrozil. Fibrate menurunkan produksi LDL dan meningkatkan kadar HDL. LDL ditumpuk di arteri sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung, sedangkan HDL memproteksi arteri atas penumpukan itu. Fibrate juga menurunkan produksi dan meningkatkan pemecahan trigliserida. Efek samping : karena tidak diabsorbsi maka dapat timbul kembung, mual, dan konstipasi. 2. Resin Obat antidislipidemik yang termasuk golongan resin adalah : Kolestiramin (Chlolestyramine), Kolestipol. Obat antidislipidemik ini bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah. Kolestiramin menurunkan kadar kolesterol plasma dengan cara menurunkan LDL. Penurunan kadar LDL biasanya nyata setelah 4-7 hari dan mencapai 90 persen efek maksimal dalam 2 minggu terapi. Efek obat tergantung besarnya dosis, tetapi banyak pasien tidak tahan karena efek sampingnya pada saluran cerna. Efek samping : karena tidak diabsorbsi maka dapat timbul kembung, mual, dan konstipasi . 3. Penghambat HMGR-KoA Reduktase (3 Hidroksi 3 Metil Glutaril Ko - Enzim A Reduktase Inhibitor).
Obat antidislipidemik yang termasuk golongan ini adalah : Pravastatin, Simvastatin, Rosavastatin, Fluvastatin, Atorvastatin. Golongan ini menghambat pembentukan kolesterol dengan cara menghambat kerja enzim yang ada di jaringan hati yang memproduksi mevalonate, suatu molekul kecil yang digunakan untuk mensintesa kolesterol dan derivat mevalonat. Selain itu meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah. Golongan ini dapat menurunkan kolesterol total dan LDL, juga meningkatkan HDL. Efek samping : miositis, test fungsi hati meningkat, diare . 4. Asam nikotinat Asam nikotinat (nicotinic acid) atau Niasin / vitamin B3 larut dalam air. Dengan dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk meningkatkan HDL dalam darah untuk mencegah serangan jantung. Efek samping : flushing akibat pengaruh prostagldanin, kadang-kadang gastritis, ulkus peptikum, hiperurisemia, hiperglikemia, test fungsi hati meningkat . 5. Ezetimibe Ezetimibe dapat menurunkan kolesterol total dan LDL juga meningkatkan HDL. Ezetimibe bekerja dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di usus. Ezetimibe dapat digunakan sendiri jika antidislipidemik lain tidak bisa ditoleransi tubuh atau dikombinasi dengan golongan statin (penghambat
HMGR-KoA reduktase) jika golongan statin tidak dapat menurunkan kadar lipid darah sendirian .
2.4 RADIKAL BEBAS 2.4.1 Definisi Radikal Bebas Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron), sehingga menjadi komponen yang tidak stabil dan menjadi sangat reaktif. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain. Radikal bebas diproduksi secara endogen dan diperoleh pula secara eksogen. Secara endogen, radikal bebas diproduksi oleh mitokondria, membran plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan inti sel. Secara eksogen, radikal bebas berasal dari asap rokok, polutan, radiasi ultraviolet, obat-obatan, dan pestisida (Suryohudoyo, 2000). Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh secara konstan menjadi senyawa yang sangat reaktif, dikenal sebagai senyawa reaktif oksigen yang diterjemahkan dari reactive oxygen species (ROS), satu bentuk radikal bebas. Perisitiwa ini berlangsung saat proses sintetik energi oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang melibatkan enzim sitokrom P-450 di hati. ROS berasal dari proses fisiologis tersebut (ROS endogen) dan lainnya adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan lingkungan (emisi kendaraan bermotor dan industri,
asbes, asap roko, dan lain-lain), radiasi ionisasi, infeksi bakteri, jamur dan virus, serta paparan zat kimia (termasuk obat) yang bersifat mengoksidasi.
2.4.2 Sumber Radikal Bebas Pembentukan radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Sumber radikal bebas, baik endogen maupun eksogen terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Yang pertama pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi), yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif. Radikal bebas endogen ini sangat bervariasi. Sumber endogen dapat melewati autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis dalam respirasi, transpor elektron di mitokondria, oksidasi ion-ion logam transisi, atau melalui proses iskemik. Sedangkan sumber eksogen radikal bebas yakni berasal dari luar sistem tubuh, diantaranya sinar UV, sinar UVB, polutan (Hery, 2007).
2.4.4 Sifat Radikal Bebas Radikal bebas memiliki dua sifat, yaitu : 1. Menimbulkan reaksi rantai (chain reaction). 2. Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal. Sifat
radikal bebas
yang
mirip
dengan
oksidan terletak pada
kecenderungan untuk menarik elektron. Jadi sama halnya dengan oksidan, radikal bebas adalah penerima elektron. Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran, radikal bebas digolongkan dalam oksidan. Namun perlu diingat bahwa radikal
bebas adalah oksidan, tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas. Radikal bebas lebih berbahaya dibanding dengan oksidan yang bukan radikal. Diantara senyawa-senyawa oksigen reaktif, radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktivitasnya sangat tinggi (Widowati,2007).
2.5 ANTIOKSIDAN Antioksidan dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat menghambat / memperlambat proses oksidasi. Oksidasi adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen, atau pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita (Berry dan John, 2007) Dalam pengertian kimia, antioksidan adalah senyawa-senyawa pemberi elektron, tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih luas lagi, yaitu semua senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzimenzim dan protein-protein pengikat logam (Pangkahila, 2007). Molekul-molekul
ini memang diperlukan tubuh misalnya
untuk
menjalankan sistem metabolisme dan memberi signal pada sistem syaraf akan tetapi apabila jumlahnya berlebihan seperti pengaruh gaya hidup (merokok, stress, konsumsi obat, polusi lingkungan, pengaruh zat kimia tertentu pada tubuh, radiasi, dan lain-lain) maka dapat merusak sel dengan cara memulai reaksi berantai lipid, mengoksidasi DNA dan protein. Oksidasi DNA berakibat adanya mutasi dan timbulnya kanker sedangkan oksidasi protein mengakibatkan nonaktifnya enzim
yang dapat menghambat proses metabolisme. Disinilah pentingnya kita mengkonsumsi antioksidan (Barry dan John, 2007) Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain. Jadi keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding dengan molekul yang lain. Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif antioksidan tersebut (Barry dan John, 2007). 2.5.1 Jenis Antioksidan Ada dua macam antioksidan (Barry dan John, 2007), yaitu : 1. Antioksidan Internal, disebut juga Antioksidan Primer Yaitu antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Secara alami tubuh mampu menghasilkan antioksidan sendiri, tetapi kemampuan ini pun ada batasnya. Sejalan bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alamipun akan semakin berkurang. Hal ini lah yang menyebabkan stres oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas melebihi kapasitas kemampuan netralisasi antioksidan. Antioksidan internal bekerja dengan cara menangkal terbentuknya radikal bebas. Yang termasuk Antioksidan primer ini adalah : a. Super Oxide Dismutase (SOD) b. Gluthation Peroxidase (GPx) c. Katalase (Cat)
2. Antioksidan Eksternal, disebut juga Antioksidan Sekunder Yaitu antioksidan yang berasal dari makanan atau didapat dari luar tubuh. Tidak dihasilkan oleh tubuh tetapi berasal dari makanan seperti Vitamin A, beta karoten, Vitamin C, Vitamin E, Selenium, Flavonoid, dan lain-lain. Antioksidan eksternal bekerja dengan cara meredam/menetralisir antioksidan yang sudah terbentuk.
2.6 L-CARNITINE. L-carnitine berasal dari asam amino lisina dan metionin dan ditemukan hampir diseluruh tubuh. (Steiber dkk, 2004).
Gambar 2.9.L-carnitine biosynthesis pathway
Namanya berasal dari bahasa latin carnus atau daging, sebagai senyawa yang diisolasi dari daging. Carnitine adalah istilah generik untuk beberapa senyawa termasuk L-carnitine, Acetyl L-carnitine, Propionyl L-carnitine. Pada manusia, carnitine diserap pada mukosa usus kecil oleh transpor aktif yang tergantung pada sodium dan transpor pasif. Dalam darah, carnitine tidak memerlukan protein sebagai pembawa, dan ada dalam bentuk bebas atau bentuk acylcarnitine (Vera, 2006). Carnitine dibiosintesis dari N6-trimethyllysine (TML). Setelah TML dilepas pada degradasi protein, gugus ini dihidroksilasi oleh TML dioxygenase (TMLD) menjadi 3-hydroxy-TML (HTML), yang oleh aldolase spesifik menggunakan 5’phosphate (PLP) diubah menjadi 4-trimethyaminobutyraldehyde (TMABA) dan glycine. TMABA dioksidasi oleh TMABA dehydrogenase (TMABA-DH) (butyrobetaine).
untuk Tahap
selanjutnya akhir,
membentuk
butyrobetaine
4-N-trimethylaminobutyrate ini dihydroxylase
oleh
γ-
butyrobetaine dioxygenase (BBD), sehingga menghasilkan l-carnitine (3Hydroxy-4-trimethylammonio-butanoate).
3-Hydroxy-4-trimethylammonio-butanoate
Gambar 2.10 Rumus Kimia L-carnitine Tabel 2.1. Data L-carnitine Data Kimia Formula
C7H15NO3
Mol. mass
161.199 g/mol
SMILES
eMolecules dan PubChem Pharmacokinetic data
Bioavailability
< 10%
Protein binding
None
Metabolism
Slightly
Excretion
Urine (> 95%)
Sumber: New journal health supplement l-carnitine.
2.6.1 Peranan L-carnitine dalam Metabolisme Lemak Fungsi utama dari carnitine pada tubuh adalah memfasilitasi oksidasi lemak dengan cara mengangkut asam lemak rantai panjang menuju ke matriks mitokondria, sehingga dapat dipecah melalui proses oksidasi beta menjadi asetil Ko-A untuk memperoleh energi di siklus krebs. Supaya asam lemak (dari makanan maupun dari jaringan adiposa) dapat memproduksi energi mereka harus diubah menjadi acylCoA sebelum melalui proses oksidasi beta; walau begitu karena acylCoA tidak dapat melalui dinding dari sel, carnitine mengangkut melalui dinding mitokondria.
Tanpa adanya
carnitine, sebagian besar lemak berasal dari makanan tidak dapat digunakan sebagai sumber energi dan badan kita akan mengakumulasi asam lemak sehingga menjadi dislipidemia. Fungsi lain dari carnitine adalah mengangkut bolak-balik asam lemak rantai pendek dari dalam mitokondria ke sitosol. Oleh karena itu, carnitine bertanggungjawab memelihara metabolisme energi di seluruh tubuh (Mun dkk., 2007). Oksidasi
lemak
yang
dibantu
oleh
carnitine,
secara
hipotesis,
menimbulkan efek positif pada pergantian lemak dan penurunan lemak di jaringan. Pemberian carnitine menurunkan tingkat keseluruhan dari serum kolesterol dan trigliserida pada tikus percobaan yang dipelihara dengan diet kaya kolesterol (Karanth dan Jeevatarratnam, 2008).
Gambar 3.1 Peranan L-carnitine dalam Metabolisme Lemak Darah (Dikutip dari : Baynesh dan Dominiczak, 2005). Pada anak dan orang dewasa yang sehat konsumsi carnitine dari makanan atau suplemen tidak diperlukan, karena hati dan ginjal memproduksi jumlah yang cukup dari asam amino lysine dan methionine untuk memenuhi kebutuhan seharihari. The Food and Nutritional Board (FNB) dari National Academy of Sciences telah mengulas penelitian tentang carnitine dari tahun 1989 dan mengambil
kesimpulan bahwa carnitine bukanlah suatu suplemen yang esensial. FNB belum menetapkan Dietary Reference Intakes (DRIs) dan Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk carnitine (Louise dkk., 2002).
2.6.2 Sumber L-carnitine Makanan yang berasal dari hewan seperti daging merah, ikan, ayam dan susu adalah sumber terbaik dari carnitine. Secara umum semakin merah daging, semakin tinggi kdanungan carnitine-nya. Carnitine tersedia dalam 2 bentuk yaitu D dan L, yang merupakan isomer cermin satu dengan yang lainnya. Hanya Lcarnitine yang aktif dalam tubuh dan adalah bentuk yang ditemukan dalam makanan. Tabel. 2.2 Sumber makanan yang mengdanung carnitine Makanan
Miligram (mgr)
1. Steak daging, dimasak, 4 ons
56-162
2. Daging giling, dimasak, 4 ons
87-99
3. Susu full cream, 1 cangkir
8
4. Ikan Cod, dimasak, 4 ons
4-7
5. Dada ayam, dimasak, 4 ons
3-5
6. Es krim, ½ cangkir
3
7. Keju, cheddar, 2 ons
2
8. Roti gandum, 2 potong
0.2
9. Asparagus, dimasak, ½ cangkir
0.1
Sumber:Micronutrient Research at Oregon State University
Orang dewasa yang pola makannya termasuk daging merah dan produk hewani yang lain dapat memperoleh 60-180 miligram carnitine setiap harinya. Vegan memperoleh lebih sedikit (10-12 miligram) sebagai akibat mereka menghindari makanan yang berasal dari hewan. Sebagian besar (54-68%) carnitine yang berasal dari makanan diserap di usus halus dan masuk kedalam aliran darah. Ginjal menyimpan carnitine dengan efisien, sehingga bahkan pola makan yang kurang mengdanung carnitine pengaruhnya sangat kecil terhadap jumlah total carnitine dalam tubuh. Sisa carnitine dalam tubuh tidak dimetabolisme melainkan dikeluarkan melalui urine sebanyak diperlukan melalui ginjal untuk menjaga kestabilan konsentrasi darah (Vera, 2006). Ada dua macam defisiensi carnitine. Pertama defisiensi carnitine akibat gangguan genetik dari sistem transpor carnitine pada sel yang biasanya bermanifestasi kira-kira pada usia 5 tahun dengan gejala cardimyopathy, lemah otot skeletal dan hipoglikemia. Kedua defisiensi carnitine terjadi karena adanya gangguan (seperti gagal ginjal kronis) atau sedang berada pada kondisi tertentu (e.g., penggunaan antibiotik) yang menyebabkan berkurangnya penyerapan carnitine dan ekskresinya meningkat. Ada persetujuan secara ilmiah tentang banyaknya carnitine yang harus diberikan untuk merawat defisiensi tersebut. Carnitine telah dipelajari secara ekstensif karena punya peran sangat penting pada produksi energi dan ditoleransi dengan baik serta merupakan terapi yang secara umum dapat dikatakan aman. Peneliti lebih memilih menggunakan acetyl-L-carnitine dalam penelitian sebab lebih mudah diabsorpsi dalam usus
kecil daripada L-carnitine dan lebih effisien melewati barrier darah-otak (Vera, 2006).
2.6.3 L-carnitine sebagai antioksidan Secara garis besar, carnitine termasuk
jenis
antioksidan primer ini
bekerja untuk mencegah timbulnya radikal bebas yang baru, melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif melalui 2 mekanisme, yaitu menetralkan singlet oksigen dan peroksida lipid. Carnitine menunjukkan aktivitas kuat dalam mencerna radikal bebas dan memberikan perlindungan melawan peroksidasi lemak dan kerusakan oksidasi oleh kolesterol LDL, membran sel, sel, dan jaringan. Carnitine melalui mekanisme fisik, dimana energi yang berlebihan dari singlet oksigen tersebut ditransfer ke struktur flavonoid yang kaya akan elektron dan mengubah energinya menjadi panas, sehingga tidak terbentuk singlet oksigen lagi serta bereaksi dengan radikal lain untuk mencegah dan menghentikan reaksi rantai menetralkan singlet oxygen dan peroksida lipid. Carnitin seperti juga vitamin E merupakan antioksidan yang larut dalam lemak, sehingga memungkinkan melewati membran sel yang kaya akan lemak dan jaringan.
2.6.4 L-carnitine dan Antiaging Proses penuaan merupakan proses universal. Semua makhluk hidup mengalami. Proses penuaan dapat dijelaskan melalui beberapa teori, yaitu teori genetik, radikal bebas, mitokondria, penghubung silang, membran, dan sistem
imun. Masing-masing teori memperjelas proses tersebut dari sudut pandang yang berlainan antara lain penurunan elastisitas jaringan, terbentuknya radikal bebas yang bersifat merusak sel, penurunan efisiensi mitokhondria, terjadinya ikatan glukosa-protein, penurunan kemampuan membran sel, dan penurunan sistem imun. Kesemuanya akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Proses menua tersebut secara biologik dapat dihambat dengan asupan gizi seimbang dan nutrisi optimum yang mencakup vitamin,mineral, selenium, seng, asam amino, dan suplemen acetil-L-carnitin (Burke dan Deakin, 2010). Penurunan fungsi mitokondria diduga berkontribusi terhadap process aging, carnitine mungkin terlibat karena konsentrasi dalam jaringan menurun disebabkan bertambahnya usia dengan demikian mengurangi integritas membran mitokondria. Penelitian pada tikus tua yang diberikan acetyl l-carnitine dosis tinggi dan antioksidan dapat mengurangi kerusakan mitokondria. Pada penelitian double-blind plasebo dan terkontrol menunjukan bahwa suplemen acetyl l-carnitine meningkatkan fungsi mental tikus dewasa, dan meningkatkan fungsi memori (Burke dan Deakin, 2010).
2.6.5. L-carnitine dan Profil lipid L-carnitine memiliki aktivitas cardioprotective melalui kemampuannya memperbaiki profil lipid dengan mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. L-carnitine dilaporkan mempunyai efek yang menguntungkan pada beberapa resiko kardiovaskular, termasuk plasma lipid dan lipoprotein.Pada
penelitian sebelumnya memperdebatkan pemberian carnitine mungkin menggeser bias metabolisme hati dari esterifikasi dan pembentukan trigliserida ke arah pembentukan acetylcarnitine. Hal ini dapat menurunkan sintesis dari trigliserida dan kolesterol VLDL dan meningkatkan β oksidasi dari asam lemak pada mitokondria. Beberapa penelitian yang menyokong hipotesis ini mengindikasikan bahwa L-carnitine menurunkan serum kolesterol, trigliserida, dan asam lemak bebas, juga meningkatkan kolesterol HDL (Vera, 2006). Pada percobaan dengan kelinci yang dilakukan oleh Gomez dkk 2006, setelah pemberian L-carnitine selama 60 hari, ternyata kolesterol HDL meningkat 34%, sedangkan LDL menurun 17%. Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian L-carnitine 500 mgr/per hari selama 30 hari, pada pasien diabetes diberi aktivitas fisik ringan menunjukkan rata-rata penurunan kolesterol total dan LDL sebesar 17 %, dan penurunan trigliserid 24%. Penelitian pada tikus dengan diet lemak yang diberi aktivitas terdapat penurunan kadar glukosa plasma, menurunnya resistensi insulin, peningkatan toleransi glukosa, penurunan trigliserida dan penurunan berat badan
(Bellinghieri dkk., 2003). Beberapa
penelitian melaporkan adanya korelasi negatif antara adiponektin dengan trigliserida dan kolesterol VLDL serta korelasi positif dengan kolesterol HDL. Mekanisme bagaimana adiponektin dapat memodulasi kadar lipid dalam plasma belum diketahui dengan jelas . Meskipun penelitian yang ada sekarang tidak menyebutkan mekanisme khusus yang mendasari, l-carnitine dapat diperkirakan berhasil dalam mengobati gangguan metabolisme
lipid
dan mencegah
aterosklerosis karena efek terapinya dalam menurunkan kadar trigliserida,
meningkatkan
kadar
kolesterol
HDL
dan
adiponektin
dalam
darah.
Bagaimanapun, penelitian in vitro, clinical trials jangka panjang dan skala besar diperlukan untuk mengkonfirmasi kegunaan l-carnitine tersebut (Santoso dan Setiawan, 2005). Effect mobilisasi asam lemak, oksidasi dan ekskresi yang meningkat pada pemberian suplemen carnitine, yang
diduga
sifatnya sebagai antioksidan .
Pembentukan radikal bebas berlebihan pada tubuh mempercepat oksidasi lipid dan carnitine menstabilkan berbagai membran termasuk mitokondria. Pengamatan ini mendukung hipotesis bahwa carnitine mendukung proses oksidasi, dengan menghambat peroksidasi membran dari asam lemak (Santoso dan Setiawan, 2005). Masih dini untuk memasukkan carnitine kedalam daftar baku zat antioksidan; walau demikian, bukti-bukti yang didapat tidak dapat diabaikan begitu saja. Efek penurunan lemak dari L-carnitine telah ditemukan menggunakan beberapa konsentrasi dari bahan ini. Pada periode kemajuan ditemukan bahwa L-carnitine menginduksi pengurangan yang luar biasa dari asam lemak jenuh dalam fraksi VLDL + LDL abnormal dan meningkatkan kadarnya pada partikel HDL. Perilaku ini konsisten dengan peningkatan β oksidasi asam lemak dan/atau kenaikan metabolisme diantara lipoprotein. Sebelumnya telah didalilkan bahwa perubahan komposisi asam lemak ini dapat diasosiasikan dengan stimulasi oleh L-carnitine pada pemecahan asam lemak jenuh di jaringan peripheral sebagai akibat spesifik dari enzim transenferasi pada
membran luar mitokondria (Martoharsono dan
Soeharsono, 2000). Jika kondisinya seperti ini, sebagian besar dari asam lemak tak jenuh dapat diharapkan terdapat pada biosintesis de novo dari VLDL dan LDL. Di pihak lain, perubahan yang menguntungkan dari asam lemak tak jenuh di lipoprotein LDL telah dipastikan meningkatkan metabolisme partikel ini. Perubahan utama dari kadar kolesterol adalah dalam bentuk ester dari kolesterol yang diambil dari lipoprotein tikus dengan kondisi dislipidemia. Penurunan ester kolesterol pada fraksi VLDL + LDL yang disebabkan L-carnitine menunjukkan adanya perubahan komposisi yang menguntungkan
pada proses katabolisme
fraksi ini (Martin dkk., 2001). Pada kelinci-kelinci yang diberi makan secara normal, perubahan komposisi yang signifikan ditemukan pada sebagian kecil lipoprotein VLDL, LDL dan HDL
dari pada yang diberi suplemen
L-carnitine. Sedangkan
perbandingan asam lemak jenuh dan tak jenuh, ester kolesterol pada LDL dan HDL menghilang, kontras dengan dengan pada partikel VLDL dimana nilainya meningkat. Pada penelitian sebelumnya mempunyai penjelasan dari efek diferensial L-carnitine di sebagian kecil VLDL pada kelinci yang diberi makan secara normal. Mungkin ini berhubungan dengan fakta bahwa kolesterol acyl transferase acyl-CoA pada hepar harus pertama-tama distimulasi dengan kolesterol eksogen sebelum efek stimulasi L-carnitine memberikan reaksi (Gomez dkk., 2006). Bukti menunjukkan bahwa suplementasi L-carnitine memperbaiki oksidasi beta dari asam lemak peripheral dan hepar bersama dengan peningkatan metabolisme lipoprotein yang diperoleh dari periode regresi hiperlipidemia. Reduksi signifikan kolesterol tikus yang diberikan L-carnitine dapat dihubungkan
dengan perubahan komposisi fraksi lipoprotein dari asam lemak. Perubahan ini sama dengan yang diamati pada periode kemajuan dislipidemia (Melissa, 2003). Dengan demikian dapat diasumsikan efek L-carnitine melalui mekanisme yang sama pada kedua periode. Hasil ini menunjukkan, bahwa intensifikasi transpor kebalikan kolesterol telah berlangsung. Dipastikan bahwa pemecahan ester kolesterol dari VLDL + LDL sebagai akibat dari HDL yang diinduksi L-carnitine, kemungkinan dimediasi dari protein transfer kolesterol ester, menuju pada peningkatan transpor kebalikan kolesterol dan ekskresi. Ini adalah salah satu cara yang bisa mengeliminasi plak menurunkan kadar kolesterol (Kim dkk., 2004).
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Berpikir Perubahan gaya hidup termasuk pola makan menyebabkan asupan lemak
jenuh meningkat sedangkan aktivitas fisik makin berkurang. Konsumsi lemak jenuh tinggi akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai dislipidemia. Dislipidemia adalah keadaan dimana terjadinya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah. Keadaan ini bukanlah penyakit, tetapi lebih tepat disebut sebagai kekacauan metabolik yang mungkin adalah akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan dapat berperan serta dalam terjadinya berbagai macam penyakit, terutama penyakit kardiovaskular. Kadar kolesterol tinggi dalam darah disebabkan oleh berbagai macan faktor terutama dipengaruhi oleh faktor eksogen yang meliputi pola makan, aktvitas fisik, gaya hidup, supplementasi, obat-obatan, walaupun ada faktor endogen yaitu fisiologi, hormonal, familial genetik, stres, status gizi, umur, dan lain lain. Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah. Sedangkan karbohidrat oleh hati diubah menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida, trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk 52
Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). IDL melalui serangkaian proses akan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. LDL bertugas menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, dimana pertama-tama akan berikatan dengan HDL (High Density Lipoprotein). HDL bertugas membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh.
L-carnitine
cara mengangkut asam lemak rantai panjang menuju ke matriks mitokondria, sehingga adalah senyawa amonium kation yang disintetik dari asam amino lisina dan metionina. Fungsi utama dari carnitine pada tubuh adalah memfasilitasi oksidasi lemak dengan dapat dipecah melalui proses oksidasi beta menjadi asetil Ko-A untuk memperoleh energi di siklus krebs dan peran lain sebagai anti oksidan. 3.2 Konsep L-Carnitine Faktor Eksternal
Faktor Internal
Genetik Hormonal Jenis kelamin Usia
Tikus Dislipidemia
Kolesterol Total LDL HDL Trigiliserida
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
Makanan Aktivitas Penyakit
3.3
Hipotesis Penelitian. Berdasarkan kerangka konsep dan ldanasan teori di atas, dapat disusun
suatu hipótesis penelitian sebagai berikut: 1. Pemberian L-carnitine oral menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan(albino rat) yang dislipidemia. 2. Pemberian L-carnitine oral menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan(albino rat) yang dislipidemia. 3. Pemberian L-carnitine oral menurunkan kadar trigeliserida darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 4. Pemberian L-carnitine oral meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan pre-test post-test control group design (Pocock, 2008).
Skema rancangan
penelitian adalah sebagai berikut :
Ga Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Keterangan : P
= populasi
S
= sampel
R
= random
Ra = random alokasi O1 = observasi data kelompok kontrol sebelum perlakuan
55
O2 = observasi data kelompok kontrol setelah perlakuan O3 = observasi data kelompok L-carnitine oral 4,5 mgr sebelum perlakuan O4 = observasi data kelompok L-carnitine oral 4,5 mgr setelah perlakuan O5 = observasi data kelompok L-carnitine oral 9 mgr sebelum perlakuan O6 = observasi data kelompok L-carnitine oral 9 mgr setelah perlakuan Po = Kelompok kontrol (tanpa suplemen) P1 = Kelompok Perlakuan dengan L-carnitine oral 4,5 mgr P2 = Kelompok Perlakuan dengan L-carnitine oral 9 mgr 1. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol. Kelompok ini hanya diberi plasebo berupa aquadest. 2. Kelompok kedua yang merupakan kelompok perlakuan 1 Kelompok ini diberikan carnitine oral. 3. Kelompok ketiga merupakan kelompok perlakuan 2 Kelompok ini diberi carnitine oral dengan dosis separuh dari dosis kelompok perlakuan 1. Pemberian dosis separuh dari dosis yang seharusnya dimaksudkan untuk mencari dosis terkecil yang dapat memperbaiki profil lipid darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. Perlakuan pada ketiga kelompok harus sama, kecuali terhadap perlakuan dan pemberian obat yang diteliti untuk menghindari variasi biologis. Percobaan dilakukan selama 90 hari. Dosis carnitine yang diberikan disesuaikan dengan dosis atau jumlah obat dalam sediaan yang dikonsumsi oleh manusia. Sediaan yang digunakan adalah
Carnitine yang mengandung 500 mgr natural L-carnitine. Untuk manusia berat badan 70 kg kalau dikonversi ke tikus dengan berat badan 200 gr di dapat 0,018 x 500 = 9 mgr, dosis tinggi diberikan kepada tikus percobaan ditambah 1 kelompok lagi dengan dosis 4,5 mgr.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat penelitian Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. b. Waktu penelitian Penelitian dilakukan dalam waktu 90 hari dengan perincian sebagai berikut : 1
Lima belas hari untuk adaptasi.
2
Tiga puluh hari untuk pemberian makanan tinggi kolesterol.
3
Tiga puluh hari untuk pemberian makanan tinggi kolesterol + Carnitine.
4
Lima belas hari untuk pemeriksaan profil lipid, analisis data dan penyusunan laporan
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi target dalam penelitian eksperimental ini adalah seluruh tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia yang diberikan perlakuan yaitu L-carnitine. Populasi terjangkau adalah tikus putih jantan (albino rat) yang berumur 3-4 bulan dengan berat badan 180 - 200 gram.
4.3.2
Sampel
4.3.2.1 Sampel penelitian Pada penelitian ini diambil tikus yg memenuhi kriteria inklusi Tikus putih jantan(albino rat) dislipidemia.
4.3.2.2 Kriteria Subyek 4.3.2.3 Kriteria Penerimaan Tikus putih jantan dislipidemia Galur Wistar (albino rat) Umur 3-4 bulan Berat badan tikus 180 - 200 gram.
4.3.2.4 Kriteria drop out subyek penelitian: Tikus mati ketika sedang penelitian
4.4 Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel 4.4.1 Penentuan Besar Sampel Minimal Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
n
2 2 x f ( , ) 2 1 2
Keterangan : n
= Besar sampel
µ2
= Rerata hasil pada kelompok perlakuan
µ1
= Rerata hasil pada kelompok kontrol
= Simpangan baku control
Α
= 0,05
β
= 0,1
ƒ (α,β) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock (10,5) Berdasarkan data hasil penelitian pendahuluan (Noviani, 2010), didapatkan rerata kolesterol HDL sebelum perlakuan (pre) = 47,9 mg/dl dengan simpangan baku = 8,2 mg/dl, dan rerata sesudah perlakuan (post) = 61,2 mg/dl, sehingga dengan menggunakan rumus di atas didapatkan jumlah sampel : n
2 (8,2) 2 x10,5 (61,2 47,9) 2
= 7,98 dibulatkan menjadi 8 ekor Pada penelitian ini, untuk cadangan bila terjadi kematian saat dilakukan penelitian, maka jumlah sampel ditambah 20 persen, sehingga sampel minimal masing-masing kelompok adalah 9,6 dan dibulatkan menjadi 10 ekor per kelompok.
4.4.2 Cara Pengambilan Sampel Diambil
30
ekor tikus putih jantan
jenis Rattus (albino rat) yang
berumur 3 – 4 bulan dengan berat 180 - 200 gram yang sudah dislipidemia, kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok secara random.
4.4.3 Variabel Penelitian 4.4.3.1 Identifikasi Variabel a. Variabel bebas b. Variabel tergantung c. Variabel kendali
4.4.3.2 Klasifikasi Variabel a. Variabel bebas
: L-carnitine
b. Variabel tergantung
: Kadar kolesterol total darah, kadar LDL, Kadar HDL, dan kadar trigeliserida.
c. Variabel kendali
: umur tikus, jenis tikus, makanan dan minuman., temperatur ruangan.
4.4.3 Hubungan antar Variabel
Gambar 4.2 Hubungan antar Variabel Penelitian
4.4.4 Definisi Operasional Variabel 1. L-carnitine adalah senyawa amonium kation yang disintesis dari asam amino lisin dan metionin. L-carnitine merupakan suplemen yang membantu dalam proses metabolisme lemak dan mengubah lemak menjadi energi yang diberikan pada tikus dengan dosis 4,5 mgr dan 9 mgr. 2. Kolesterol adalah komponen asam lemak yang terdapat dalam darah. Kolesterol merupakan komponen struktural essensial yang membentuk membran sel serta lapisan eksternal lipoprotein. 3. Kolesterol total adalah lemak yang terdapat di dalam sel tubuh manusia dan hewan, terutama sel saraf dan otak, mempunyai peranan penting dalam pengangkutan lemak dan pembuatan hormon. Kadar kolesterol total, nilainya dapat ditentukan dengan pemeriksaan serum di laboratorium. Kolesterol total adalah kadar lemak yang terdapat di dalam sel tubuh manusia dan hewan, terutama sel saraf dan otak, mempunyai peranan penting dalam pengangkutan lemak dan pembuatan hormon. Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Darah diambil dari medial canthus sinus orbitalis. Kadar normal pada tikus : 110,85 mgr/dl 4. Kolesterol LDL adalah lipoprotein yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyumbatan dan pengendapan di arteri (aterosklerosis) yang berujung pada penyakit jantung koroner. Kolesterol LDL adalah kadar suatu lipoprotein. Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Darah diambil dari medial canthus sinus orbitalis..
Kadar normal pada tikus : 20,39 mgr/dl. 5. Kolesterol HDL adalah lipoprotein yang kerjanya berlawanan dengan kolesterol LDL. Kolesterol HDL adalah kadar suatu lipoprotein. Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Darah diambil dari medial canthus sinus orbitalis.. Kadar normal pada tikus : 82,47 mgr/dl. 6. Trigliserida adalah lemak netral yang disintetik dari karbohidrat untuk disimpan dalam sel lemak. Trigliserida adalah kadar lemak netral untuk disimpan dalam sel lemak. Diukur dengan metode
GOD PAP. Diukur
sebelum dan sesudah perlakuan. Darah diambil dari medial canthus sinus orbitalis. Kadar normal pada tikus : 69,63 mgr/dl. 7. Dislipidemia adalah kondisi kadar kolesterol terlalu tinggi dalam darah (>200mgr/dl). 8. Makanan tinggi kolesterol adalah campuran khusus yang dibuat untuk meningkatkan kadar kolesterol darah. 9. Tikus putih jantan (albino rat) yang hiperkolestrolemia adalah hewan percobaan dari galur wistar yang berumur 3-4 bulan, yang kadar kolesterol darahnya lebih dari 240 mgr/dl. 10. Profil lipid adalah kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida darah. 11. Placebo adalah cairan yang terdiri dari aquadest yang diberikan pada kelompok kontrol dengan jumlah yang sama dengan jumlah cc carnitine. Diberikan 1x sehari selama 30 hari, dengan memakai sonde.
4.5 Bahan Penelitian, Instrumen dan Hewan Coba 4.5.1 Bahan Penelitian Bahan Penelitian yang digunakan adalah: 1. Natural L-carnitine 500mgr oral yang diproduksi oleh
GNC L-carnitine
500MGR. Nama Dagang
: L-CARNITINE 500
Produksi
: Nutra Manufacturing,Inc 1050Wooddruff Road Greenville,SC20607 USA.
Diimport
: PT.Guna Nutrindo Sehat. Jakarta 10350,Indonesia. POM SI : 024 301 251
2. Aquadest 3. Makanan tinggi kolesterol yang terdiri dari: a. Kolesterol 1 % b. Kuning telur 5 % c. Lemak babi 10 % d. Minyak goreng 1 % e. Makanan standar sampai 100 % 4. Darah tikus 5. Reagen untuk pemeriksaan kolesterol 6. Dipersiapkan juga air minum yang matang dan yang diberi propiltiourasil 0,01 %. 7. Sonde
4.5.2 Hewan percobaan Dalam penelitian ini digunakan tikus berumur 3-4 bulan, diperkirakan mencapai usai dewasa muda, berat badan 180-200 gram. Tikus di pelihara di kandang Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, dengan persyaratan sesuai dengan penelitian eksperimental, yaitu tikus ditempatkan dalam kandang yang berukuran 30 x 20 x 20 cm dari anyaman kawat. Kandang di tempatkan dalam ruangan berventilasi dan udara alami.
4.5.3 Instrumen Penelitian Alat yang digunakan adalah: 1. Kandang tikus beserta tempat minum. 2. Sepasang sarung tangan karet 3. Timbangan merek TANITA 4. Syringe 3 cc untuk pengambilan darah 5. Tabung darah 6. Lab kolesterol total, LDL, HDL, trigeliserida 7. Sonde
4.6 Prosedur dan Alur Penelitian 1. Dipilih 40 ekor tikus putih jantan jenis Ratus (albino rat) yang berumur 3 – 4 bulan dengan berat sekitar 180 - 200 gram. 2. Tikus diadaptasikan selama kurang lebih 15 hari dan diberikan makanan standar yang berupa HBS pelet 11 secara ad libitum.
3. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm. 4. Setelah itu ketiga kelompok tikus dibuat dislipidemia dengan cara diberi makanan tinggi kolesterol selama 30 hari. 5. Lalu diukur kadar profil lipid darahnya sebagai data pretest diambil 30 ekor tikus yang sudah dislipidemia. 6. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok secara random. 7. Diberikan perlakuan : a. P0
: Perlakuan pada kelompok kontrol yang diberi makanan tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa aquadest 1cc selama 30 hari.
b. P1 : Perlakuan pada kelompok perlakuan I yang diberi makanan tinggi kolesterol dan l-Carnitine 9 mgr (1cc ) melalui sonde selama 30 hari. c. P2 : Perlakuan pada kelompok perlakuan II yang diberi makanan tinggi kolesterol dan l-carnitine 4,5 mgr (1cc) melalui sonde selama 30 hari. 8. Setelah 30 hari ketiga kelompok tikus diperiksa kembali kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida dalam darah sebagai data posttest. Pengambilan darah sebanyak 1 cc medial canthus sinus orbitalis.
Data awal sebelum pemberian diet tinggi cholesterol
Pretest data setelah diet tinggi cholesterol
Gambar 4.3 Skema Prosedur penelitian
4.7 Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 1. Analisis deskriptif untuk data: kadar kolesterol total, kadar LDL, kadar HDL, dan kadar trigeliserida. 2. Analisis normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk data berdistribusi normal. 3. Uji homogenitas variansi dengan Uji Levene’s test data menyebar homogen.
4. Analisis Komparasi. Data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji One way ANOVA dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). 5. Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 tikus putih jantan jenis Wistar (albino rat) dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompk kontrol, kelompok LCarnitine 4,5 mgr, dan kelompok L-Carnitine 9 mgr. Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Lampiran 1.
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Lampiran 3 dan 4.
68
5.3 Kolesterol Total 5.3.1 Uji komparabilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kolesterol total antar kelompok sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sebelum diberikan Makanan Tinggi Kolesterol n
Rerata Kolesterol Total
Kontrol (aquadest 1ml)
10
109,31
3,18
L-Carnitine 4,5 mgr
10
101,54
4,04
L-Carnitine 9
10
100,61
3,94
Kelompok Subjek
mgr
SB
F
P
0,99
0,382
5.3.2 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kolesterol total antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.2 berikut. Tabel 5.2 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol n
Rerata Kolesterol Total
SB
Kontrol (aquadest 1ml)
10
284,05
8,02
L-Carnitine 4,5 mgr
10
292,21
7,64
L-Carnitine 9
10
293,00
14,33
Kelompok Subjek
mgr
F
P
2,47
0,102
5.3.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan L-Carnitine Uji efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan rerata kolesterol total antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol + L-Carnitine. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek
n
Kontrol (aquadest 1ml)
10
L-Carnitine 4,5 mgr
10
L-Carnitine 9
10
mgr
Rerata Kolesterol Total
SB
392,42
3,65
169,94
4,00
108,62
3,14
F
P
3763
0,001
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.1 sampai dengan 5.3 di atas, dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok baik sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol maupun sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol rerata kolesterol totalnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan sesudah diberikan perlakuan dengan makanan tinggi kolesterol dan LCarnitine terjadi perbedaan kolesterol total secara bermakna (p < 0,05).
Sesudah diberi makanan tinggi kolestrol tanpa LCarnitine
Gambar 5.1 Grafik Kolesterol Total Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian L-Carnitine
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini. Tabel 5.4 Analisis Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan L-Carnitine 4,5 mgr
222,47
0,001
Berbeda bermakna
Kontrol dan L-Carnitine 9 mgr
273,81
0,001
Berbeda bermakna
L-Carnitine 4,5 mgr dan 9 mgr
51,32
0,001
Berbeda Bermakna
+5.4 Trigeliserida 5.4.1 Uji komparabilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata Trigeliserida antar kelompok sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sebelum diberikan Makanan Tinggi Kolesterol N
Rerata Trigeliserida
Kontrol (aquadest 1ml)
10
67,91
1,75
L-Carnitine 4,5 mgr
10
70,05
2,35
L-Carnitine 9 mgr
10
69,59
2,35
Kelompok Subjek
SB
F
P
2,95
0,067
5.4.2 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata Trigeliserida antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol
10
Rerata Trigeliserida 149,73
5,91
L-Carnitine 4,5 mgr
10
153,28
7,67
L-Carnitine 9 mgr
10
151,20
3,81
Kelompok Subjek
n
Kontrol (aquadest 1ml)
SB
F
P
0,965
0,393
5.4.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan L-Carnitine Uji efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan rerata Trigeliserida antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol + L-Carnitine. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.7 berikut. Tabel 5.7 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sesudah Perlakuan n
Rerata Trigeliserida
SB
Kontrol (aquadest 1ml)
10
184,76
3,37
L-Carnitine 4,5 mgr
10
102,85
2,99
L-Carnitine 9 mgr
10
78,68
2,41
Kelompok Subjek
F
P
38,99
0,001
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.5 sampai dengan 5.7 di atas, dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok baik sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol maupun sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol rerata Trigeliseridanya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan sesudah diberikan perlakuan dengan makanan tinggi kolesterol dan LCarnitine terjadi perbedaan Trigeliserida secara bermakna (p < 0,05).
Sesudah diberi makanan tinggi kolestrol tanpa LCarnitine
Gambar 5.2 Grafik Trigeliserida Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian L-Carnitine
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini.
Tabel 5.8 Analisis Komparasi Trigeliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan L-Carnitine 4,5 mgr
81,91
0,001
Berbeda bermakna
Kontrol dan L-Carnitine 9 mgr
106,08
0,001
Berbeda bermakna
L-Carnitine 4,5 mgr dan 9 mgr
24,18
0,001
Berbeda Bermakna
5.5 HDL 5.5.1 Uji komparabilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata HDL antar kelompok sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.9 berikut. Tabel 9. Rerata HDL antar Kelompok Sebelum diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Kelompok Subjek
N
Rerata HDL
Kontrol (aquadest 1 ml)
10
81,94
5,28
L-Carnitine 4,5 mgr
10
83,15
1,73
L-Carnitine 9 mgr
10
82,64
1,49
SB
F
P
0,367
0,696
5.5.2 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata HDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.10 berikut. Tabel 5.10 Rerata HDL antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol N
Rerata HDL
SB
Kontrol (aquadest 1ml)
10
49,54
1,64
L-Carnitine 4,5 mgr
10
51,43
2,22
L-Carnitine 9 mgr
10
52,26
2,17
Kelompok Subjek
F
P
2,54
0,095
5.5.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan L-Carnitine Uji efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan rerata HDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol + L-Carnitine. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
disajikan pada Tabel 5.11
berikut. Tabel 5.11 Rerata HDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan n
Rerata HDL
SB
Kontrol (aquadest 1ml)
10
34,01
3,22
L-Carnitine 4,5 mgr
10
60,78
1,93
L-Carnitine 9 mgr
10
87,60
3,41
Kelompok Subjek
F
P
921,27
0,001
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.10 sampai dengan 5.13 di atas, dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok baik sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol maupun sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol rerata HDLnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan sesudah diberikan perlakuan dengan makanan tinggi kolesterol dan L-Carnitine terjadi perbedaan HDL secara bermakna (p < 0,05).
Sesudah diberi makanan tinggi kolestrol tanpa LCarnitine
Gambar 5.3 Grafik HDL Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian L-Carnitine
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini.
Tabel 5.12 Analisis Komparasi HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan L-Carnitine 4,5 mgr
26,77
0,001
Kontrol dan L-Carnitine 9 mgr
53,59
0,001
Berbeda bermakna
L-Carnitine 4,5 mgr dan 9 mgr
26,82
0,001
Berbeda Bermakna
Berbeda bermakna
5.6 LDL 5.6.1 Uji komparabilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata LDL antar kelompok sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.13 berikut. Tabel 5.13 Rerata LDL antar Kelompok Sebelum diberikan Makanan Tinggi Kolesterol N
Rerata LDL
SB
Kontrol (aquadest 1ml)
10
19,47
1,59
L-Carnitine 4,5 mgr
10
20,71
1,79
L-Carnitine 9 mgr
10
20,71
1,85
Kelompok Subjek
F
P
1,82
0,178
5.6.2 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.14 berikut. Tabel 5.14 Rerata LDL antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol N
Rerata LDL
SB
Kontrol (aquadest 1 ml)
10
167,19
2,95
L-Carnitine 4,5 mgr
10
168,85
3,86
L-Carnitine 9 mgr
10
168,85
3,20
Kelompok Subjek
F
P
0,905
0,415
5.6.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan L-Carnitine Uji efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol + L-Carnitine. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
disajikan pada Tabel 5.15
berikut. Tabel 5.15 Rerata LDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan n
Rerata LDL
SB
Kontrol (aquadest 1ml)
10
190,96
3,61
L-Carnitine 4,5 mgr
10
88,59
4,51
L-Carnitine 9 mgr
10
15,79
3,88
Kelompok Subjek
F
P
69,22
0,001
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.13 sampai dengan 5.15 di atas, dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok baik sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol maupun sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol rerata LDLnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan sesudah diberikan perlakuan dengan makanan tinggi kolesterol dan L-Carnitine terjadi perbedaan LDL secara bermakna (p < 0,05).
Sesudah diberi makanan tinggi kolestrol tanpa LCarnitine
Gambar 5.4 Grafik LDL Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian L-Carnitine
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini. Tabel 5.16 Analisis Komparasi LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan L-Carnitine 4,5 mgr
102,38
0,001
Berbeda bermakna
Kontrol dan L-Carnitine 9 mgr
175,17
0,001
Berbeda bermakna
L-Carnitine 4,5 mgr dan 9 mgr
72,80
0,001
Berbeda bermakna
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Subyek Penelitian Untuk menguji pemberian L-Carnitine oral terhadap penurunan profil lipid pada tikus putih jantan (albino rat)yang dislipidemia, maka dilakukan penelitian pada tikus putih jantan sehat yang diberikan diet tinggi kolesterol sehingga terjadi dislipidemia, kemudian diberikan L-Carnitine per oral. Untuk terjadinya dislipidemia, hewan coba diberi diet tinggi kolesterol + air minum matang yang diberi propiltiourasil 0,01%. Pemberian propiltiourasil dimaksudkan untuk menghambat sintetik hormon tiroksin pada kelenjar tiroid, sehingga menghambat laju metabolisme (Mun dkk, 2007). Dosis yang digunakan adalah 500 mgr/hari
berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Liang dkk 2003, diberikan pada pasien diabetes dengan aktivitas ringan dapat menurunkan total kolesterol dan LDL sebesar 17% ,trigleserida 24%. Di konversikan ke tikus didapat 9 mgr,diberikan dosis lebih rendah untuk mengetahui dengan dosis 4,5 mgr dapat memperbaiki profil lipid. Sebagai hewan coba digunakan tikus putih jantan jenis Wistar sehat berumur 3-4 bulan, dengan berat badan 180-200 gram. Tikus yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 ekor, dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (aquadest), kelompok perlakuan I (L-Carnitine 4,5 mgr), dan kelompok perlakuan II (L-Carnitine 9mgr).
81
Penelitian dilakukan selama 90 hari dengan perincian 15 hari untuk adaptasi, 30 hari pemberian makanan tinggi kolesterol, yang dilanjutkan dengan pemberian makanan tinggi kolesterol + L-Carnitine selama 30 hari berikutnya, sedangkan 15 hari terakhir untuk pemeriksaan profil lipid, analisis data dan penyusunan laporan. Pemberian L-Carnitine selama 30 hari didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hamilton dkk ( 2003).
6.2. Diet Tinggi Kolesterol Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi kolesterol selama tiga puluh hari terjadi kenaikan kadar kolesterol total dari 109,31 mgr/dl menjadi 284,05 mgr/dl, kadar kolesterol LDL dari 19,47 mgr/dl menjadi 167,19 mgr/dl, kadar trigliserida dari 67,91 mgr/dl menjadi 149,73 mgr/dl, dan penurunan kadar kolesterol HDL dari 81,94 mgr/dl menjadi 49,54 mgr/dl. Hal ini disebabkan karena diet tinggi lemak akan menstimulasi pelepasan TNF-α. Kadarnya yang meningkat akan menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam hepar meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin (Kersshaw dan Flier, 2004). Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase, sehingga
clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah
meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi
hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan menukarkan trigliserida dari VLDL, ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada HDL dan LDL, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan LDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).
6.3 L-Carnitine Memperbaiki Profil Lipid Hasil penelitian dan analisis data profil lipid darah pada kelompok kontrol, kelompok perlakuan I, dan kelompok perlakuan II menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levene’s test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05). Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol antara ketiga kelompok menggunakan uji One Way Anova. Rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol adalah 284,058,02 mgr/dl, kelompok carnitine 9 mgr adalah 293,0014,33 mgr/dl, dan kelompok carnitine 4,5 mgr adalah 292,217,64 mgr/dl; rerata kadar trigliserida kelompok kontrol adalah 149,735,91 mgr/dl kelompok carnitine 9 mgr adalah 151,203,81 mgr/dl, dan kelompok carnitine 4,5
mgr adalah 153,287,67 mgr/dl; rerata kadar kolesterol HDL kelompok kontrol adalah 49,541,64 mgr/dl, kelompok carnitine 9mgr adalah 52,262,17mgr/dl, dan kelompok carnitine 4,5 mgr adalah 51,432,22 mgr/dl; rerata kadar kolesterol LDL kelompok kontrol adalah 167,192,95 mgr/dl, kelompok carnitine 9 mgr adalah 168,853,20 mgr/dl, dan kelompok carnitine 4,5 mgr adalah 168,853,86 mgr/dl. Uji perbandingan pre-test antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan kadar profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa profil lipid darah pada ketiga kelompok adalah sama atau dengan kata lain ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan profil lipidnya tidak berbeda (p > 0,05). Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan carnitine antara ketiga kelompok menggunakan One Way Anova. Rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol adalah 392,423,65 mgr/dl, kelompok carnitine 9mgr adalah 108,62,3,14 mgr/dl, dan carnitine 4,5 mgr adalah 169,944,00 mgr/dl; rerata kadar trigliserida kelompok kontrol adalah 184,763,37 mgr/dl, kelompok carnitine 9 mgr adalah 78,682,41 mgr/dl, dan kelompok carnitine 4,5 mgr adalah 102,852,99 mgr/dl; rerata kadar kolesterol HDL kelompok kontrol adalah 34,013,22 mgr/dl, kelompok carnitine 9 mgr adalah 87,603,41 mgr/dl, dan kelompok carnitine 4,5 mgr adalah 60,781,93; rerata kadar kolesterol LDL kelompok kontrol adalah 190,963,61 mgr/dl, kelompok carnitine 9mgr adalah 15,79 3,88 mgr/dl, dan kelompok carnitine 4,5 mgr adalah 88,594,51 mgr/dl.
Uji perbandingan post-test antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan I, antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan II, dan juga antara kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II. Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid darah secara bermakna pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa l-carnitine oral selama 30 hari (p < 0,05). Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pada kelompok carnitine 9 mgr terdapat penurunan kadar kolesterol total dari 293,0014,33 mgr/dl menjadi 108,62,3,14 mgr/dl atau sebesar 55,67 persen, penurunan kadar kolesterol LDL dari 168,853,20 mgr/dl menjadi 15,793,88 mgr/dl atau sebesar 80,57 persen, penurunan kadar trigliserida dari 151,203,81 mgr/dl menjadi 76,682,41 mgr/dl atau sebesar 36,20 persen, serta peningkatan kadar kolesterol HDL dari 52,262,17 mgr/dl menjadi 87,603,41 mgr/dl atau sebesar 41,69 persen. Sedangkan pada kelompok carnitine 4,5 mgr terdapat penurunan kadar kolesterol total dari 292,217,64 mgr/dl menjadi 169,944,00 mgr/dl atau sebesar 47,09 persen, penurunan kolesterol LDL dari 168,853,86 mgr/dl menjadi 88,594,51 mgr/dl atau sebesar 69,37 persen, penurunan trigliserida dari 153,287,67 mgr/dl menjadi 102,852,99 mgr/dl atau sebesar 19,92 persen, serta peningkatan kadar kolesterol HDL dari 51,432,22 mgr/dl menjadi 60,781,93 mgr/dl atau sebesar 26,07 persen. Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid darah tikus putih jantan dislipidemia secara bermakna pada kelompok carnitine 9 mgr dan kelompok carnitine 4,5 mgr (p < 0,05). Perbandingan perubahan profil lipid
darah tikus putih jantan dislipidemia dengan 4,5 mgr kolesterol total 47,09% dan LDL 69,37%, trigleserida 19,92%, Penelitian pada manusia penderita diabetes dan latihan fisik ringan yang diberi 500 mgr l-carnitine per hari, penurunan kolesterol total dan LDL 17%, trigleserida 24% ((Liang dkk.,2003). Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Gomez dkk 2006, terhadap kelinci hypercholesterolemia dengan aktivitas fisisk ringan yang diberi carnitine 100 mgr/kg BB/hari, selama 60 hari menyebabkan peningkatan kadar kolesterol HDL dari 42,4 mgr/dl menjadi 57 mgr/dl atau sebesar 34,4%, sedangkan kadar kolesterol LDL menurun dari 12.5 mgr/dl menjadi 9.6 mgr/dl atau sebesar 23,2 %. Hal ini terjadi mengingat fungsi utama dari carnitine pada tubuh adalah memfasilitasi oksidasi lemak dengan cara mengangkut asam lemak rantai panjang menuju ke matriks mitokondria,dipecah melalui proses oksidasi beta menjadi asetil Ko-A untuk memperoleh energi di siklus krebs (Krummel, 2004). Sementara itu, dengan bantuan L-Carnitine metabolisme tubuh akan meningkat sehingga pembakaran timbunan lemak dalam tubuh akan meningkat. Dengan demikian akan mengurangi kadar lemak tubuh. Ini berarti akan mengurangi terbentuknya kolesterol. Reduksi signifikan kolesterol tikus yang diberikan Lcarnitine dapat dihubungkan dengan perubahan komposisi fraksi lipoprotein dari asam lemak.. Hasil ini menunjukkan, bahwa intensifikasi transpor kebalikan kolesterol telah berlangsung. sehingga kadar HDL darah meningkat (Vera, 2006).
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada tikus putih jantan jenis Wistar (albino rat) dengan pemberian L-Carnitine selama 30 hari didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Pemberian L-Carnitine dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia. 2. Pemberian L-Carnitine dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia. 3. Pemberian L-Carnitine dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia. 4. Pemberian L-Carnitine dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia. 5. Dosis l-carnitine 4,5 mg cukup bermakna memperbaiki profil lipid. 7.2 Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: a. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal L-Carnitine terhadap perbaikan profil lipid darah. b. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui fungsi LCarnitine sebagai anti-oksidan
87
DAFTAR PUSTAKA Bahri, A. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004. Available from : http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf. Accesed Oktober,16, 2010. Bellinghieri, G., Santoro, D., Calvani, M., Mallamace, A., Savica, V. 2003. Carnitine dan hemodialysis. Am J Kidney Dis , 41:S116-122. Botham, K. M., Mayer, P. A. 2006. Cholesterol synthesis, transport and excretion. In:Murray RK editor.Harper’s Illustrated Biochemestry .p:219-30. Burke, L., Deakin., V. 2010. Clinical Sport Nutrition.Fourth edition ;15,p:393413. Cha, Y. S., Eun, J. S.,Oh, S. H. 2003,Carnitine Profile during differentiation dan effect of Carnitine,J Med Food 6:163-67. Chan, D.C., Barrett, P.H., Ooi, E. M. 2009. Very-low density lipoprotein metabolism dan plasma adiponectin as predictors of high-density lipoprotein apolipoprotein A-1 kinetics in obese dan non-obese men. J Clin Endocrinol Metab p : 989–97. Dalimartha, N. S. 2001. 36 Resep Tumbuhan untuk Menurunkan Kolesterol. Jakarta: Penebar Swadaya. Depkes, 2006. Penurunan Kolesterol. Available at:http://www.litbang.depkes.go.id/actual/klipinh/. Accessed on December 6,2009.
88
Durstine, J.L. 2006. Action Plan For High Cholesterol .Choosing medication for lower cholesterol . Human Kinetics.p : 135-146. Frederic, M., Wonders, R. 2002. Carnitine Biosyntesis in Mamals. Biochem J 306: 417 -429. George, A., Bray, Claude Bouchard. 2001. Handbook of Obesity, Prevention dan Management of Dyslipidemia,dan the Metabolic Syndrome. Goldman, R and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia: Printmate Sdn. Bhd. p. 19-25. Gomez, M. F. D., Julio, A., Urbina. 2006. L-Carnitine Induced Modulation of Plasma Fatty acids Metabolism in Hyperlipidemic Rabbits .Electron J Biomed;1:33-41. Grundy, S. M. 2006. Nutrition in the Management of Disorder of Serum Lipids dan Lipoprotein. In Modern Nutrition in Health dan Disease. 10th Ed. p 1076-1094. Lippincott Williams dan Wilkins, Baltimore. Guyton, A. C., Hall, J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi IX, Penerjemah: Setiawan, Santoso, Jakarta: EGC. Guyton and Hall. 2007. Lipid Metabolism. Textbook of Medical Physiology. Eleventh Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. Halim, H. 2006. Mutasi Reseptor LDL Penyebab Hiperkolesterolemia Familier. Majalah kedokteran Damianus. V0l. 5, No.3,p:25-28. Hamid, A., Toha., Abdul. 2001, Biokimia Biomolekul, Bandung : Penerbit Alfabeta.
Hamilton, J., Li, B., Shug, A., Olsen, W. 2003. Studies of L-carnitine absorption in man. Gastroenterology. p ;85:1180. Harper, H. A., Rodwell, V. W., Mayes, P.A. 2006. Pencernaan dan Absorbsi dari Tractus Gastrointestinal dalam Biokimia. (Review of Physiological Chemistry) . Hery, W. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas,Yogyakarta : Penerbit Kanisius. p:77-81.Penerbit Uiversitas Gajah Mada .Illingworth,
D. R. 2002. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications dan
Optimum Theraupeutic Use. Drugs 33 : 259-79. Karanth, J., Jeevarratnam, K. 2008. Effect of dietary lipid Carnitine and exercise on lipid profile in rat blood. Indian Journal of experimental Biology vol 47. p : 748-753. Kathleen, M., Botham, P., Peter, A., Mayes, P. D. DS. 2006. Oxidation of Fatty Acids. In Harper’s Illustrated Biochemistry. 27th Ed. p 194-198. McGraw Hill. New York Kersshaw, E. E., Flier, J. S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of Clinical Endocrinology dan Metabolism 89, p 2548-2556. Kim, E., Park, H., Cha, Y. S. 2004. Exercise training and supplement with carnitine and antioxidants increases carnitine
stores, triglyceride
utilization, and endurance in exercising rats. J Nutr Sci Vitaminol ;50:33543.
Koolman J., Rohm, K. H. 2001. Color Atlas of Biochemestry
1994 Georg
Thieme Verlag Rudigerstrabe 14,D-70469. Institute for Physiologishe Chemie,Marburg.Germany. Krummel, D. A. 2004. Medical Nutrition Therapy in Cardiovascular Disease. In: Mahan L K, Escott-Stamp S. Editors. Krause’s Food; Nutritiondan Diet Therapy. USA . p:860-96. Liang., Y., Li, Y., Shan, J.,Yu, B. And, Ho, Z. 2003. The effects of L-Carnitine treatment on blood lipid metabolism and the body fat content in the diabetic patient.Asia Pasific J.Clin Nutr 7.p:192-195. Litbang, Depkes, 2006. Penurunan Kolesterol. Available at: http://www.litbang.depkes.go.it/aktual/kliping/. Accessed on November 24, 2010. Louise, B., Ben, D., Michelle, M. 2002. Clinical Sport Nutrition ,Edited by Louise Burke dan Vicki Deakin Australia,p:488-90. Mark, D. B., Mark, A. D., Smith, C. M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC. Martin, G., Duez, H., Blanquart, C. 2001. Statin Induced inhibition of the Rhosignaling pathway activates PPAR dan HDL apoA-1.The Journal of Clinical Investigasi .107:1423-32. Martoharsono dan Soeharsono. 2000. Biokimia. jilid 2. Yogyakarta. Penerbit Universitas Gajah Mada. Melissa, D. S. 2003. Chromium. In: User’ Guide to Nutritional Suplement. Editor: Jack Challen. USA, p:151-54.
Merdikopuro. 2006. Mampu Menurunkan 100 kg. Suara merdeka. Available at : http://www.suaramerdeka.com/harian. Accessed on December 10, 2010. Metchinson, M. J., and Ball, R. Y. 2004. Macrophages and Atherogenesis. Lancet 2 : 146-50. Moses, R. G. 2004. L-Carnitine dan the heart. Available at: http://www. Coenzyme-a.com/. Accessed on Nov 29, 2010. Muchtadi, D. 2008. Gizi Anti Penuaan Dini.Bandung : Alfabeta. Muller, D. M., Seim, H., Kiess, W., Loster, H., Richter, T. 2002. Effects of oral Lcarnitine supplementation on in vivo long-chain fatty acid oxidation in healthy adults Metabolism ; 51(11): 1389-91. Mun, E. G., Soh, J. R., Cha, J. S. 2007. L-Carnitine Reduces Obesity caused by high fat in mice ;16:228-233. Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., Rodwell, V. W. 2003. Biokimia Harper, Edisi XXV, Penerjemah Hartono Danry, Jakarta: EGC National Cholesterol Education Program (NECP) Adult Treatment Panel III (ATP III) Expert Panel on Detection,Evaluation dan treatment of High Blood Cholesterol in Adult.2001. Executive summary of the Third Report of National Cholesterol Education Program (NECP ATP III). Availabel at: http:// www.nhlbi.nih.gov. Accesed oktober, 2, 2010. Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal : 8-17.
Pocock, 2008. Clinical Trial: A Practical Approach. Chichester : John Willey dan Sons.p. 127-128. Rachmat, S., Wiramihardja, K. K. 2009. Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Santoso, M., Setiawan, T. 2005. Penyakit Jantung Koroner.Cermin Dunia Kedokteran No 147,p:6-9. Setiati, S. 2003. Radikal Bebas, Antioksidan, dan Proses Menua : Medika
no. 6
tahun XXIX. Jakarta, p. 366 Sevanian, A., Duncan, R. J., Hwang, J., Hodis, H. N. 2000. Human LDL Oxidation, Atherosclerosis dan Cardiovascular Disease. AOCS Press. Champaign, Illinois. Shulman, G. I. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistance. J. Clin. Invest. 106, 171. Sirtori, C. R., Calabresi, L., Ferrara, S., Pazzucconi, F., Bondioli, A., Baldassarre, D., Birreci, A., Koverech, A. 2000. L-carnitine reduces plasma lipoprotein(a) levels in patients with hyper Lp(a). Nutr Metab Cardiovasc Dis. Vol. 10 (5):247-51. Soenarto, A. A., 2002. Penatalaksanaan Dislipidemia : Pilihan Obat Terbaru pada Saat Ini, Kumpulan Makalah Dislipidemia, Clipping BIDI, 1-6 Stryer, L. 2001, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC. Sunita, Almatsier. 2004. Pedoman Diet. Instalasi Gizi Perjan RS Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta.
Supardan, 2000. Metabolisme Lemak, Malang: Lab. Biokimia Universitas Brawijaya Suryohudoyo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Jakarta : CV. Infomedika. p. 5-7 Sutardhio, H. 2006. Meditek. Vol. 14, no. 36, Januari-April 2006. Tan, H. T., Kirana, R. 2002. Adrenergika dan Adrenolitika, Anoreksansia, dalam Obat Obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek Efek Sampingnya: 21. Vaz, F. M.,Wanders, R. J. A. 2002. Carnitine biosynthesis in Mammals.Biochem, j;361,p :417-429. Vera, T. 2006. User`s Guide to Carnitine dan Acetyl-L-Carnitine (Basic health Publications User`s Guide). Widowati, W. 2007. Peran Antioksidan Sebagai Agen Hipokolesterolemia, Pencegah Oksidasi Lipid dan Aterosklerosis. Majalah Kedokteran Damianus. Vol. 6, No. 3 .p:10-12. Wollin , S. D., Jones, P, J. H. 2008. Alpha Lipoic Acid dan Cardiovascular Disease. The American Society for Nutritional Sciencies. J. Nutr; 33:33273330. Yuniastuti. 2007. Effect of Administration on Total Cholesterol dan LDLCholesterol of Hypercholesterolemic Rats, Berkala Kedokteran: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol. 6 No. 2 : p. 102
LAMPIRAN Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok T_Colesterol_pr Kontrol e
L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
Trigliserida_pre Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr HDL_pre
Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
LDL_pre
Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.106
10
.200*
.972
10
.903
.121
10
.200*
.972
10
.903
.135
10
.200*
.950
10
.639
.122
10
.200*
.968
10
.865
.125
10
.200*
.984
10
.985
.182
10
.200*
.945
10
.581
.366
10
.000
.620
10
.076
.122
10
.200*
.981
10
.971
.108
10
.200*
.958
10
.746
.144
10
.200*
.948
10
.613
.200
10
.200*
.882
10
.101
.195
10
.200*
.905
10
.210
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
95
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok T_Colesterol_hiperko Kontrol lesterol
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.168
10
.200*
.928
10
.392
.124
10
.200*
.944
10
.571
.270
10
.024
.754
10
.092
.160
10
.200*
.945
10
.582
.157
10
.200*
.953
10
.682
.087
10
.200*
.985
10
.989
.166
10
.200*
.926
10
.375
.133
10
.200*
.959
10
.760
.166
10
.200*
.924
10
.357
.150
10
.200*
.970
10
.885
.108
10
.200*
.983
10
.982
.168
10
.200*
.941
10
.530
L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
Trigliserida_hiperkol Kontrol esterol
L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
HDL_hiperkolesterol Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr LDL_hiperkolesterol Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok T_Colesterol_hiperko Kontrol lesterol
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.168
10
.200*
.928
10
.392
.124
10
.200*
.944
10
.571
.270
10
.024
.754
10
.092
.160
10
.200*
.945
10
.582
.157
10
.200*
.953
10
.682
.087
10
.200*
.985
10
.989
.166
10
.200*
.926
10
.375
.133
10
.200*
.959
10
.760
.166
10
.200*
.924
10
.357
.150
10
.200*
.970
10
.885
.108
10
.200*
.983
10
.982
.168
10
.200*
.941
10
.530
L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
Trigliserida_hiperkol Kontrol esterol
L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
HDL_hiperkolesterol Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr LDL_hiperkolesterol Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok T_Colesterol_hiperko Kontrol lesterol
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.168
10
.200*
.928
10
.392
.124
10
.200*
.944
10
.571
.270
10
.024
.754
10
.092
.160
10
.200*
.945
10
.582
.157
10
.200*
.953
10
.682
.087
10
.200*
.985
10
.989
.166
10
.200*
.926
10
.375
.133
10
.200*
.959
10
.760
.166
10
.200*
.924
10
.357
.150
10
.200*
.970
10
.885
.108
10
.200*
.983
10
.982
.168
10
.200*
.941
10
.530
L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
Trigliserida_hiperkol Kontrol esterol
L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
HDL_hiperkolesterol Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr LDL_hiperkolesterol Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
*. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok T_Colesterol_po Kontrol st
L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
Trigliserida_post Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr HDL_post
Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
LDL_post
Kontrol L-Carnitine 4,5 mgr L-Carnitine 9 mgr
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.275
10
.020
.708
10
.081
.106
10
.200*
.979
10
.958
.190
10
.200*
.959
10
.764
.155
10
.200*
.946
10
.596
.106
10
.200*
.981
10
.969
.183
10
.200*
.951
10
.654
.122
10
.200*
.968
10
.866
.123
10
.200*
.953
10
.679
.165
10
.200*
.965
10
.837
.128
10
.200*
.980
10
.968
.173
10
.200*
.931
10
.422
.195
10
.200*
.903
10
.201
Descriptives 95% Confidence Interval for Mean Std. N T_Coles
Kontrol
Std.
Lower
Upper
Mean Deviation Error
Bound
Bound
Minim Maxim um
um
1.093 10
teroll_pre
3.17641 .95772 107.1734 101.4413 104.76 105.08 1E2
L-Carnitine
1.105 10
4,5 mgr
1.2171 4.03692
4E2
L-Carnitine
1.106 10
9 mgr
1.1881 3.94074
1E2
Total
108.8320 104.2561 103.97 107.46 8
107.9586 103.2535 104.76 107.46 8
1.104 33
3.73710 .65055 109.1607 101.8109 103.97 107.46 9E2
Trigliserida Kontrol
67.91 10
_pre
1.74848 .52719
66.7398
69.0891 65.44 71.32
2.35043 .70868
68.4744
71.6325 66.18 74.26
2.35461 .70994
68.0037
71.1674 66.18 73.53
2.29863 .40014
68.3694
69.9996 65.44 74.26
44 L-Carnitine
70.05 10
4,5 mgr
35
L-Carnitine
69.58 10
9 mgr
56
Total
69.18 33 45
HDL_pre
Kontrol
81.94 10 53
L-Carnitine
1.5913 5.27792
78.3996
85.4910 76.92 97.20
1.72586 .52037
81.9938
84.3127 80.42 86.01
1.49389 .45043
81.6410
83.6482 79.72 84.62
3.25364 .56639
81.4274
83.7347 76.92 97.20
1.59773 .48173
18.3995
20.5462 17.16 21.89
1.79476 .54104
19.5043
21.9158 18.34 23.08
1.85236 .55851
19.4656
21.9545 18.34 23.67
1.79650 .31273
19.6606
20.9347 17.16 23.67
5
83.15 10
4,5 mgr
32
L-Carnitine
82.64 10
9 mgr
46
Total
82.58 33 10
LDL_pre
Kontrol
19.47 10 28
L-Carnitine
20.71 10
4,5 mgr
01
L-Carnitine
20.71 10
9 mgr
01
Total
20.29 33 77
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
T_Colesterol_pre
.327
2
30
.724
Trigliserida_pre
.414
2
30
.665
HDL_pre
1.438
2
30
.253
LDL_pre
.521
2
30
.599
ANOVA Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
T_Colesterol_pr Between e
27.753
2
13.876
Within Groups
419.158
30
13.972
Total
446.910
32
27.819
2
13.910
Within Groups
141.259
30
4.709
Total
169.078
32
8.091
2
.993
.382
2.954
.067
.367
.696
Groups
Trigliserida_pre Between Groups
HDL_pre
Between Groups
4.046
LDL_pre
Within Groups
330.667
30
10.022
Total
338.759
32
10.225
2
5.613
92.052
30
3.068
103.277
32
Between Groups Within Groups Total
1.829
.178
Descriptives 95% Confidence Interval for Mean
Std. Deviatio Std. N T_Colesterol
Kontrol
Mean
n
Error
2.840 10
hiperkolesterol
83
Bound
Bound
mum mum
6
1
7
3
2.304 287.072 297.343 278.5 301.5 7.64396
1E2
L-Carnitine
Mini Maxi
2.417 278.667 289.442 266.6 296.0
2.922 10
4,5 mgr
Upper
8.01905 5E2
L-Carnitine
Lower
74
5
1
7
9
2.930 14.3289 4.320 283.375 302.627 253.9 307.1 10
9 mgr
0E2
Total
4
34
1
8
7
4
2.897 10.9259 1.901 285.880 293.628 253.9 307.1 33 5E2
Trigliserida_
Kontrol
7
1.497 10
hiperkolesterol
64
26
88
0
0
7
8
7
4
1
5
5
1.044 149.275 153.532 141.1 163.9 95
49.53 10
hiperkolesterol
1
6.00280 0E2
Kontrol
6
1.148 148.643 153.763 144.8 157.3
1.514 33
HDL_
6
3.81039 0E2
Total
4
2.313 148.121 158.429 141.1 163.9
1.512 10
9 mgr
7
7.67221 8E2
L-Carnitine
9
1.782 145.760 153.704 141.9 162.5
1.532 10
4,5 mgr
5
5.91236 3E2
L-Carnitine
97
2
8
7
.4952 1.64266
63
2
48.4327 50.6398 46.57 51.55 8
L-Carnitine
51.43 10
4,5 mgr
1.273 2.22326
04
L-Carnitine
52.25 10
9 mgr
.6539 2.16875
68
Total
.5287 3.03714
45
.8897 165.204 169.169 162.7 172.7 2.95104
9E2 L-Carnitine
7
1.688 10
4,5 mgr
46
2
8
1
4
2
5
.9649 166.704 171.004 163.9 173.3 3.20044
5E2
Total
2
1.162 166.264 171.444 162.7 175.1
1.688 10
9 mgr
1
3.85545 5E2
L-Carnitine
49.9976 52.1514 44.06 57.34 0
1.671 10
terol
50.7998 53.7138 48.95 55.24 0
51.07 33
LDLhiperkoles Kontrol
48.5932 54.2676 44.06 57.34 36
7
1.683 33
1
3
1
7
.5827 167.101 169.485 162.7 175.1 3.34735
0E2
0
4
3
2
5
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
TColesterol_hiperkolester .634
2
30
.538
2.916
2
30
.070
HDL_hiperkolesterol
5.662
2
30
.068
LDL_hiperkolesterol
.551
2
30
.582
ol Trigliserida_hiperkolester ol
ANOVA Sum of Squares T_Colesterol_
Between
hiperkolesterol
Groups
Mean df
Square
539.522
2
269.761
Within Groups
3280.538
30
109.351
Total
3820.060
32
69.696
2
34.848
Within Groups
1083.379
30
36.103
Total
1053.075
32
Trigliserida
Between
hiperkolesterol
Groups
F
Sig.
2.467
.102
.965
.393
HDL_hiperkolesterol Between 42.798
2
21.399
Within Groups
252.378
30
8.413
Total
295.176
32
20.392
2
10.196
Within Groups
338.160
30
10.272
Total
358.552
32
2.544
.095
.905
.415
Groups
LDL_hiperkolesterol Between Groups
Descriptives 95% Confidence Interval for Mean Std. N T_Colesterol Kontrol
Std.
Lower
Upper
Mean Deviation Error
Bound
Bound
3.9242 10
_post
4,5 mgr
383.9289 400.9196 357.14 403.17
1.2065 4.00169
E2
L-Carnitine
167.2498 172.6266 163.35 176.10 5
1.1862 10
9 mgr
3.14128 .94713 106.5078 120.7285 102.00 124.00 E2
Total
2.2699 120.9214 21.049 33
184.1066 269.8704 102.00 403.17 E2
Trigliserida_ Kontrol
9
1.8476 10
post
73 1.0163
3.37100 E2
L-Carnitine
182.4947 187.0240 180.15 190.44 9
1.0285 10
4,5 mgr
2.99458 .90290 100.8400 104.8636 98.15 107.75 E2
L-Carnitine
78.676 10
9 mgr
2.41454 .72801
77.0543
80.2985 75.00
82.35
4
Total
1.2210 33
Kontrol
8.0403 46.18810
E2 HDL_post
um
7
1.6994 10
um
3.8127 3.64554
E2 L-Carnitine
Minim Maxim
105.7183 138.4734 75.00 190.44 2
34.010 10
3.22396 .97206 4
31.8456
36.1773 29.37
40.56
L-Carnitine
60.782 10
4,5 mgr
1.93107 .58227
L-Carnitine
87.602 10
9 mgr
62.0801 58.25
64.08
85.3151
89.8904 81.17
92.86
52.8570
68.7409 29.37
92.86
1.0267 3.40524
7
Total
2
60.799 33
3.8989 22.39792
0 LDL_post
59.4854
7
Kontrol
8
1.9096 10
1.0884 3.60986
E2 L-Carnitine
88.585 10
4,5 mgr
1.3599 4.51047
5
L-Carnitine
188.5377 193.3880 184.02 197.04 2
85.5553
91.6156 82.49
95.29
14.5229
17.0535 12.29
18.10
6
15.788 10
9 mgr
3.88338 .56786 2
Total
98.445 33
12.715 73.04693
5
72.5442 124.3468 12.29 197.04 84
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
T_Colesterol_post
2.892
2
30
.271
Trigliserida_post
1.088
2
30
.350
HDL_post
1.561
2
30
.227
LDL_post
4.372
2
30
.082
ANOVA Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
T_Colesterol_pos Between 466046.344 t
2 233023.172 3.763E3
.000
Groups Within Groups Total
1857.909
30
467904.252
32
68005.298
2
261.612
30
68266.910
32
61.930
Trigliserida_post Between 34002.649 3.899E3
Groups Within Groups Total
8.720
.000
HDL_post
Between 15796.146
2
257.190
30
16053.336
32
170378.108
2
369.226
30
170747.335
32
7898.073 921.273
.000
Groups Within Groups Total LDL_post
8.573
Between 85189.054 6.922E3
Groups Within Groups Total
12.308
.000
Multiple Comparisons LSD 95% Confidence Interval
Mean Dependent Variable
(I) Kelompok (J) Kelompok
T_Colesterol Kontrol
L-Carnitine
_post
4,5 mgr
Difference
Std.
(I-J)
Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
222.48606 3.3556 .000 215.6330 229.3391 *
0
L-Carnitine 9 273.80606 3.3556 .000 266.9530 280.6591
L-Carnitine
mgr
*
Kontrol
-
0
3.3556 4,5 mgr
222.48606
.000 -229.3391 -215.6330 0
*
L-Carnitine 9
3.3556 51.32000*
mgr L-Carnitine 9 Kontrol
.000
44.4669
58.1731
0 3.3556
mgr
273.80606
.000 -280.6591 -266.9530 0
*
L-Carnitine
3.3556 -51.32000*
4,5 mgr Trigliserida_p Kontrol
.000 -58.1731 -44.4669 0
L-Carnitine
1.2591 81.90754*
ost
4,5 mgr
.000 8
79.3360
84.4791
L-Carnitine 9 106.08299 1.2591 .000 103.5104 108.6546 mgr L-Carnitine
*
Kontrol
8 1.2591
-81.90754* 4,5 mgr
.000 -84.4791 -79.3360 8
L-Carnitine 9
1.2591 24.17545*
mgr L-Carnitine 9 Kontrol
.000
21.6039
26.7470
8 1.2591
mgr
106.08299
.000 -108.6546 -103.5104 8
*
L-Carnitine
1.2591 -24.17545*
4,5 mgr HDL_post
Kontrol
.000 -26.7470 -21.6039 8
L-Carnitine
1.2484 -26.77128*
4,5 mgr
.000 -29.3210 -24.2215 9
L-Carnitine 9
1.2484 -53.59128*
mgr L-Carnitine
.000 -56.1410 -51.0415 9
Kontrol
1.2484 26.77128*
4,5 mgr
.000
24.2215
29.3210
9 L-Carnitine 9
1.2484 -26.82000*
mgr
.000 -29.3698 -24.2702 9
L-Carnitine 9 Kontrol
1.2484 53.59128*
mgr
.000
51.0415
56.1410
.000
24.2702
29.3698
9 L-Carnitine
1.2484 26.82000*
4,5 mgr
9
LDL_post
Kontrol
L-Carnitine
102.37743 1.4959 .000
4,5 mgr
*
99.3224 105.4325
1
L-Carnitine 9 175.17470 1.4959 .000 172.1097 178.2297
L-Carnitine
mgr
*
Kontrol
-
1
1.4959 4,5 mgr
102.37743
.000 -105.4325 -99.3224 1
*
L-Carnitine 9
1.4959 72.79727*
mgr L-Carnitine 9 Kontrol
.000
69.7422
75.8523
1 1.4959
mgr
175.17470
.000 -178.2297 -172.1097 1
*
L-Carnitine
1.4959 -72.79727*
4,5 mgr *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
.000 -75.8523 -69.7422 1
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
T_Colesterol_hiperkoleste 2.8405E2
10
8.01905
2.41783
3.9242E2
10
12.64554
3.81277
rol T_Colesterol_post a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair T_Colesterol_hi 1
-
perkolesterol -
-
1.083 13.55895 4.08818 107.4784 T_Colesterol_p
26.50
10
99.26038 69E2
4
8
ost a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
T_Colesterol_hiperkoleste 2.9221E2
10
7.64396
2.30474
1.6994E2
10
4.00169
1.20655
rol T_Colesterol_post a. Kelompok = L-Carnitine 4,5 mgr
.000
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair T_Colesterol_hi 1
perkolesterol -
1.222
106.1688 128.3703 44.65 9.08104 2.73804
T_Colesterol_p
10
70E2
9
3
.000
6
ost a. Kelompok = L-Carnitine 4,5 mgr
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
T_Colesterol_hiperkoleste 2.9300E2
10
14.32894
4.32034
1.1862E2
10
3.14128
.94713
rol T_Colesterol_post
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
T_Colesterol_hiperkoleste 2.9300E2
10
14.32894
4.32034
1.1862E2
10
3.14128
.94713
rol T_Colesterol_post a. Kelompok = L-Carnitine 9 mgr
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair T_Colesterol_hi 1
perkolesterol -
1.743 14.0571
164.9395 183.8270 41.14 4.23840
T_Colesterol_p
83E2
ost a. Kelompok = L-Carnitine 9 mgr
9
10 1
1
4
.000
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
Trigliserida_hiperkolester 1.4973E2
10
5.91236
1.78264
1.8476E2
10
3.37100
1.01639
ol Trigliserida_post a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair Trigliserida_hi 1
perkolesterol -
-
-
3.502 7.19892 2.17056 Trigliserida_po 67E1 st
16.13 39.86304 30.19044 7
10
.000
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair Trigliserida_hi 1
-
perkolesterol -
-
-
3.502 7.19892 2.17056 Trigliserida_po
16.13
10
.000
39.86304 30.19044 67E1
7
st a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
Trigliserida_hiperkolester 1.5328E2
10
7.67221
2.31326
1.0285E2
10
2.99458
.90290
ol Trigliserida_post a. Kelompok = L-Carnitine 4,5 mgr
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair Trigliserida_hi 1
perkolesterol -
5.042
27.06 6.17866 1.86294 46.27270 54.57446
Trigliserida_po 36E1
10
.000
7
st a. Kelompok = L-Carnitine 4,5 mgr
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
Trigliserida_hiperkolester 1.5120E2
10
3.81039
1.14888
78.6764
10
2.41454
.72801
ol Trigliserida_post a. Kelompok = L-Carnitine 9 mgr
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair Trigliserida_hi 1
perkolesterol -
7.252
70.1558 74.8978 68.15 3.52926 1.06410
10
Trigliserida_po 68E1
5
3
7
st a. Kelompok = L-Carnitine 9 mgr
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
HDL_hiperkolesterol
49.5363
10
1.64266
.49528
HDL_post
34.0104
10
3.22396
.97206
a. Kelompok = Kontrol
.000
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair HDL_hiperkole 1.552 1
sterol -
13.3078 17.7418 15.60 3.30003
.99500
10
48E1
4
1
3
HDL_post a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
HDL_hiperkolesterol
51.4304
10
4.22326
1.27336
HDL_post
60.7827
10
1.93107
.58227
a. Kelompok = L-Carnitine 4,5 mgr
.000
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Mean Pair HDL_hiperkol
Lower
-
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
-
1
esterol -
9.352 4.06569 1.22585 12.0837 -6.62097
10
.000
7.629 HDL_post
34
1
a. Kelompok = L-Carnitine 4,5 mgr Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
HDL_hiperkolesterol
52.2568
10
2.16875
.65390
HDL_post
87.6027
10
3.40524
1.02672
a. Kelompok = L-Carnitine 9 mgr
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean Pair HDL_hiperkol 1
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
-
Sig. (2-
Upper -
t -
df -
esterol -
3.534 4.21620 1.27123 38.1783 32.5134 27.80
HDL_post
59E1
7
1
tailed)
10
.000
4
a. Kelompok = L-Carnitine 9 mgr
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
LDL_hiperkolesterol 1.6719E2
10
2.95104
.88977
LDL_post
10
3.60986
1.08842
a. Kelompok = Kontrol
1.9096E2
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean Pair LDL_hiperkole 1
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
-
Sig. (2-
Upper -
t -
df -
sterol -
2.377 4.95643 1.49442 27.1060 20.4464 15.91
LDL_post
62E1
0
5
tailed)
10
0
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
LDL_hiperkolesterol 1.6885E2
10
3.85545
1.16246
LDL_post
10
4.51047
1.35996
88.5855
a. Kelompok = L-Carnitine 4,5 mgr
.000
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
Pair LDL_hiperkole 8.026 1
sterol -
44.47 5.98536 1.80465 76.24775 84.28978
88E1
10 9
LDL_post a. Kelompok = L-Carnitine 4,5 mgr
Paired Samples Statisticsa Std. Error Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Mean
LDL_hiperkolesterol 1.6885E2
10
3.20044
.96497
LDL_post
10
1.88338
.56786
15.7882
a. Kelompok = L-Carnitine 9 mgr
.000
Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Std.
Interval of the
Deviatio
Error
Difference
n
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair LDL_hiperkole 1.530 1
sterol 66E2 LDL_post
a. Kelompok = L-Carnitine 9 mgr
150.8352 155.2967 152.8 3.32051 1.00107
10 9
9
87
.000