TESIS
PEMBERIAN PYCNOGENOL ORAL MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA
DIAN CHAIJADI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
PEMBERIAN PYCNOGENOL ORAL MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA
DIAN CHAIJADI 0790761031
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
PEMBERIAN PYCNOGENOL ORAL MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH JANTAN (ALBINO RAT) DISLIPIDEMIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
DIAN CHAIJADI 0790761031
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU N BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 13 APRIL 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK. Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS NIP : 194606191976021001 NIP : 194612131971071001
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pasca sarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS NIP : 194612131971071001
Prof. DR. Dr. A.A.Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP : 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal 13 APRIL 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 0775/UN14.4/HK/2011 Tanggal, 04 April 2011
Ketua
:
Anggota
:
Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK.
1. Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS 2. Prof.Dr.dr.J.AlexPangkahila,M.Sc.,Sp.And 3. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK. 4. Prof. Dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, PhD
KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul ”Pemberian Pycnogenol oral Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Putih Jantan (Albino Rat) yang Dislipidemia” ini dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister Program
Studi
Ilmu
Kedokteran
Biomedik,
Kekhususan
Anti
Aging
Medicine,Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-basarnya kepada : 1.
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Universitas Udayana dan pembimbing II yang telah memberikan banyak sekali masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
2. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK selaku pembimbing I dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, yang dengan penuh perhatian
telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyusunan tesis ini. 3. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And. selaku pembimbing akademik dan penguji , yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 4. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK. selaku penguji yang dengan sangat bersemangat membimbing, mendorong
dan memberi
masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 5. Prof. Dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, PhD selaku penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. I Ketut Tunas, MSi, yang telah membantu dalam membimbing analisis statistik sehingga tesis ini dapat terselesaikan, 7. Bap ak Gede Wiranatha yang banyak membantu dan menjaga tikus peneliti selama penelitian di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih yang tulus serta penghargaan kepada guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Ucapan terima kasih dan hormat penulis kepada Ayah tercinta, Djunus, serta ibu, Ng Gek Hwa, yang
telah membantu membesarkan dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Terima kasih penulis sampaikan kepada istri, dr.Camille Tanoe, dan buah hati tercinta, Mark Aditya Chaijadi,
Dixon
Ashoka Chaijadi dan Callysta Khemavati Chaijadi yang memberikan ruang yang lebih banyak serta pengorbanan kepada penulis sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan tesis ini dari awal. Terima kasih kepada keluarga tercinta yang dengan tulus memberikan doa, dukungan baik moral, material maupun spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terima kasih pula kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satupersatu yang turut membantu terselesaikannya tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segenap kritik dan saran sangat penulis harapkan. Penulis berharap apa yang tertulis dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Denpasar, 11 April 2011 Penulis
ABSTRAK PEMBERIAN PYCNOGENOL ORAL
MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA
Gaya hidup masa kini dengan pola makan tinggi kalori mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan kesehatan, salah satunya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai oleh kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia merupakan salah satu penyebab aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler di mana merupakan penyebab kematian utama. Obat sintetik antidislipidemia relatif mahal harganya dan memiliki banyak efek samping, oleh karena itu perlu mencari produk anti hiperlipidemia alamiah baru yang relatif murah dan aman, salah satunya adalah pycnogenol. Pycnogenol merupakan flavonoid yang diekstrak dari kulit pinus yang memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan yang kuat serta mampu menghambat penyerapan karbohidrat. Selain itu pycnogenol memiliki efek anti inflamasi dengan menghambat sitokin, seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α). Penurunan TNF-α akan meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan oksidasi asam lemak pada hepar, dan menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pycnogenol dalam memperbaiki profil lipid darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan randomized pretestposttest control group design yang dilaksanakan di Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dalam penelitian ini menggunakan 30 tikus putih jantan (albino rat) sebagai sampel. Selama 30 hari seluruh tikus putih jantan diberikan diet tinggi kolesterol. Setelah itu tikus putih jantan dipilih secara random dan dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Kelompok kontrol diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa gliserin, kelompok perlakuan I diberi diet tinggi kolesterol dan pycnogenol 3,2 mgi, dan kelompok perlakuan II diberi diet tinggi kolesterol dan pycnogenol 6,4 mg. Hasil menunjukkan bahwa pada kelompok pycnogenol 3,2 mg terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna dari 294,296 menjadi 153,55 (p<0,05), penurunan kolesterol LDL secara bermakna dari 169,59 menjadi 70,23 (p<0,05), penurunan trigliserida secara bermakna dari 148,687,76 menjadi 95,57 (p<0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna dari 48,81 menjadi 64,212,30(p<0,05). Sedangkan pada kelompok pycnogenol 6,4 mg terdapat penurunan kolesterol total dari 294,13menjadi 110,16 (p<0,05), penurunan kolesterol LDL secara bermakna dari 167,163,32 menjadi 12,121,61 (p<0,05), penurunan trigliserida secara bermakna dari 148,97 menjadi 72,67 (p<0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna dari 50,352,66 menjadi 83,461,78 (p<0,05). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pycnogenol 3,2 mg dan 6,4 mg dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia secara
signifikan. Dosis pycnogenol 6,4 mg efeknya lebih besar dibandingkan pycnogenol 3,2 mg dalam memperbaiki profil lipid tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia, Tetapik Pycnogenol 3,2 mg sudah cukup bermakna untuk memperbaiki profil lipid. Pycnogenol dapat memperbaiki profil lipid darah, dan bisa dipakai sebagai obat alternatif dalam menangani dyslipidemia Kata Kunci: pycnogenol, profil lipid darah, tikus putih jantan (albino rat), dislipidemia
ABSTRACT
ORAL ADMINISTRATION OF PYCNOGENOL IMPROVE BLOOD LIPID PROFILE IN DYSLIPIDEMIA MALE ALBINO RAT Today's lifestyle with a high calorie diet produces various health problems, such as dyslipidemia. Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total cholesterol level, high LDL cholesterol level, high tryglyceride level and low HDL cholesterol level. Dyslipidemia is one of the causes of atherosclerosis, which in turn will lead to cardiovascular disease which is the leading cause of death. Antidyslipidemia synthetic drugs are relatively expensive and have many side effects, therefore it is neccessary to find out a new natural anti hiperlipidemic productt which is relatively inexpensive and safe, one of which is pycnogenol. Pycnogenol is a flavonoid extracted from pine bark that has a biological activity as a powerful antioxidant and can inhibit the absorption of carbohydrates. In addition, pycnogenol has an anti-inflammatory effect by inhibiting cytokines, such as tumor necrosis factor-α (TNF-α).The decrease of TNF-α will increase insulin sensitivity, increase fatty acid oxidation in liver, and inhibits cholesterol synthesis by liver cells. This study was aimed at determining the role of pycnogenol in improving blood lipid profile of dyslipidemia albino rat. This study was a true experimental research with randomized pretest-posttest control group design that performed at the Laboratory Animal Unit of Pharmacology Departement, Faculty of Medicine University of Udayana. This study used 30 albino rats as samples. Within 30 days the albino all rats were given a high in cholesterol diet. After that, the albino rats were chosen randomly and divided into 3 groups, each of 10 rats, namely control group, treatment group I and treatment group II. The control group given high-cholesterol diet and placebo in the form of glycerin for 30 days, the treatment group I was given a diet high in cholesterol and 3.2 mg of pycnogenol for 30 days, and treatment group II were given a diet high in cholesterol and 6.4 mg of pycnogenol for 30 days. The result showed that pycnogenol 3.2 mg group significantly decrease in total cholesterol level from 294.29±4.36 to 153.55±3.81 (p <0.05), LDL cholesterol decreased significantly from 169.59±2.83 to 70.23±5.06 (p <0.05), triglycerides decreased significantly from 148.68±7.76 to 95.57±2.12 (p <0.05), and HDL cholesterol increased significantly from 48.81±3.07 to 64.21±2.30 (p <0.05). While the pycnogenol 6.4 mg group significantly decreased total cholesterol from 294.13±5.01 to 110.16±1.67 (p <0.05), LDL cholesterol decreased significantly from 167.16±3.32 to 12.12±1.61 (p <0.05), triglycerides decreased significantly from 148.97±4.17 to 72.67±2.23 (p <0.05), and HDL cholesterol increased significantly from 50.35±2.66 to 83.46±1.78 (p <0.05). This study concluded that pycnogenol 3.2 mg and 6.4 mg can lower total cholesterol, LDL cholesterol, triglycerides, and increase HDL cholesterol levels
significantly. The effect of 6.4 mg pycnogenol is greater than 3.2 mg, in improving the lipid profile of dyslipidemia male albino rat. However Pycnogenol 3,2 mg is sufficent to improve significantly blood lipid profile. Pycnogenol can be used to improve blood lipid profile, and can be used as an alternative medicine in dealing with dyslipidemia. Keywords : pycnogenol, blood lipid profile, male albino rat, dyslipidemia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... .
i
PERSYARATAN GELAR .........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...........................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................
v
ABSTRAK ................................................................................................
vii
ABSTRACT ..............................................................................................
x
DAFTAR ISI ............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................... ....
xvii
DAFTAR TABEL …………………………………………………. ....
xix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................
9
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................
10
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ .
10
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................... ...
10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 11 1.4.1 Manfaat Ilmiah ......................................................... 11
1.4.2 Manfaat Aplikatif ......................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid .................................................................................. 12 2.1.1 Trigliserida ............................................................... 13 2.1.2 Kolesterol ................................................................ 14 2.1.2.1 Biosintesis Kolesterol ...................................
15
2.2 Transpor Lipid ..................................................................
17
2.3 Metabolisme Lipid .............................................................
19
2.4 Dyslipidemia .....................................................................
24
2.4.1 Klasifikasi Dyslipidemia ...........................................
24
2.4.2 Penyebab Dyslipidemia .............................................
26
2.4.3 Gejala dan Tanda Dyslipidemia ................................
27
2.4.4 Diagnosa Dyslipidemia .............................................
27
2.4.5 Pengobatan Dyslipidemia ..........................................
28
2.5 Dyslipidemia dan Proses Penuaan .......................................
29
2.6 Pycnogenol / Ektrak Kulit Pinus French Maritime (Pinus pinaster Aiton) ..................................................................
30
2.6.1 Definisi ......................................................................
30
2.6.2 Struktur Molekul, absorpsi dan metabolisme ............
30
2.7 Pycnogenol dan Profil Lipid ................................................
33
2.8 Peran Pycnogenol dalam Anti Aging Medicine ..................
37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...
3.1 Kerangka Konsep ..............................................................
40
3.2 Hipotesis Penelitian ...........................................................
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian .......................................................
44
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................
46
4.3 PopulasidanSampelPenelitian.......................................... ....
47
4.3.1 Populasi Penelitian ........................................... .
47
4.3.2 Sampel ...............................................................
47
4.3.2.1 Kriteria Inklusi ......................................
47
4.3.2.2 Kriteria Drop Out ..................................
47
4.3.2.3 Penentuan Besar Sampel .......................
47
4.3.2.4 Cara Pengambilan Sampel .....................
49
4.4 Variabel Penelitian ............................................................
49
4.4.1 Identifikasi Variabel ........................................
49
4.4.2 Klasifikasi Variabel ...........................................
49
4.4.3 Hubungan Antar Variabel .................................
50
4.4.4 Definisi Operasional Variabel ...........................
50
4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian...........................................
52
4.5.1 Bahan Penelitian ..............................................
52
4.5.2 Instrumen Penelitian ..........................................
53
4.6 Hewan Coba…………………….......................................
54
4.7 Prosedur Penelitian........................................................... ..
54
4.8 Alur Penelitian ...................................................................
56
4.9 Analisa Data ......................................................................
56
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Uji Normalitas Data ……………………………………….
58
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ..............................
58
5.3 Kolesterol Total …………………………………… ..........
59
5.3.1 Uji komparabilitas Sebelum Diberikan Makanan Tinggi Kolesretol …………………………… ..................
59
5.3.2 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol ……………………………… ..............
59
5.4 Trigeliserida ……………………………………………. ...
61
5.4.1 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol …………………………… ..................
61
5.4.2 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan Pycnogenol ….. 5.5 HDL ……………………………………………………. ...
62 64
5.5.1 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol ……………………………….. ............ 5.5.2
Uji
Efek
Perlakuan
Sesudah
64
Diberikan
Pycnogenol….. .....................................................
65
5.6 LDL ……………………………………………………. ....
67
5.6.1
Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol ……………………………….. .
67
5.6.2 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan Pycnogenol…..
67
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Subyek Penelitian ……………………………………........ 6.2
Pengaruh
Pynogenol
terhadap
Profil
Lipid
70
Darah
…………… .............................................................................
71
6.3. Pycnogenol memperbaiki Profil Lipid Darah ...................
73
6.4 Manfaat Pynogenol terhadap Perbaikan Profil Lipid Darah ……………. ............................................................................
75
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ………………………………………………… .
77
7.2 Saran ……………………………………………………....
78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
79
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. .
87
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Biosintesis Kolesterol ……………………….. ...
16
Gambar 2.2 Lintasan Ketogenesis di Hati ………………… ..
23
Gambar 2.3 Struktur Dasar dan Sistem Penomeran ………. ..
31
Gambar 2.4 Struktur Dasar Proanthocyanidin ………………
31
Gambar 2.5 Struktur Proanthocyanidin lainnya …………….
32
Gambar 2.6 Proses
terjadinya
dyslipidemia
pada
insulin
resisten. ..............................................................
35
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian…………….
42
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian .………………………….
45
Gambar 4.2 Hubungan antar Variabel ………………………
50
Gambar 4.3 Alur Penelitian …………………………………
56
Gambar 5.1 Grafik Kolesterol Total Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian Pycnogenol …………….. .................
60
Gambar 5.2 Grafik Trigeliserida Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah pemberian pycnogenol ……………… ................................
63
Gambar 5.3 Grafik HDL Sebelum dan setelah diberikan Makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian Pycnogenol ……… ............................................
66
Gambar 5.4 Grafik LDL Sebelum dan setelah diberikan Makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian Pycnogenol ……… ............................................
68
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pola Lipoprotein ………………………………….. ...
25
Tabel 5.1 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sebelum Perlakuan …………… ..............................................
59
Tabel 5.2 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Perlakuan ..................................................................
60
Tabel 5.3 Analisa Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok ………………………… .................
61
Tabel 5.4 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol ....................................... Tabel 5.5 Rerata
Trigeliserida
antar
Kelompok
62
Sesudah
Perlakuan. .................................................................
62
Tabel 5.6 Analisa Komparasi Trigeliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok … ....................................................
64
Tabel 5.7 Rerata HDL antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol … ..................................
64
Tabel 5.8 Rerata HDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan …………………………………… ............................
65
Tabel 5.9 Analisa Komparasi HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok ………………… .....................................
66
Tabel 5.10 Rerata LDL antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol .......................................
67
Tabel 5.11 Rerata LDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan …………………………………… ............................
68
Tabel 5.12 Analisa Komparasi LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok………………………...............................
69
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gaya hidup masa kini penuh dengan persaingan dalam segala hal, yang mengakibatkan masyarakat kita didesak untuk cenderung memilih segala sesuatu yang serba mudah dan cepat, terutama masyarakat yang hidup di perkotaan, termasuk pemilihan makanan cepat
saji. Makanan cepat saji atau fast food
merupakan salah satu jenis makanan yang tinggi kalori, pada kenyataannya menjalani kehidupan sehari-hari tanpa ditunjang aktivitas fisik yang seimbang bahkan berkurangg (sedentary lifestyle), termasuk berkuranggnya kegiatan olah raga mengakibatkan
berkuranggnya
pembakaran
kalori
(Sugiri,
2007).
Dengan
berkuranggnya pembakaran kalori ini, maka sudah dapat diramalkan akan menyebabkan kegemukan. Gaya hidup yang lain yang juga merusak adalah merokok, demikian juga dengan tekanan hidup (stress) yang semakin lama semakin tinggi, mengakibatkan tingkat kesehatan masyarakat kita secara fisik dan mental semakin menurun. Dan akhirnya tubuh mengalami penuaan, bahkan penuaan tersebut menjadi lebih cepat (accelerated aging) akibat pengaruh dari gaya hidup dan lingkungan tersebut di atas (Goldman dan Klatz, 2007). Kata “Aging” sendiri biasanya identik dengan proses bertumbuh menjadi tua atau menunjukkan gejala penuaan. Dengan semakin bertambahnya usia, maka terjadi perubahan fisik dan penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Perubahan terjadi pada tingkat seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan (Goldman
dan Klatz, 2007). Anti-Aging Medicine dimulai pada tahun 1993, ketika sekelompok dokter yang dipimpin oleh Dr. Ronald Klatz dan Dr. Robert Goldman mengadakan pertemuan, saat itu telah terjadi perubahan pandangan terhadap pengobatan konvensional. Dengan menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati, sehingga dapat kembali ke keadaan semula. Penuaan tersebut tidak lagi diterima sebagai takdir (Goldman dan Klatz, 2003). Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan, dan bila perlu mendapatkan pengobatan atau perawatan yang tepat dapat mencegah, memperlambat, bahkan menghambat proses penuaan dan mempertahankan kualitas hidup. (Pangkahila, 2007). Untuk mencapai taraf yang disebut sebagai panjang umur, ada beberapa kategori yang diklasifikasikan sebagai 3 aturan, yaitu jangan menua secara biologis, jangan jatuh sakit, dan yang terakhir adalah jangan meninggal (Goldman dan Klatz, 2003). Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang berkurangg, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan genetik. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan, diantaranya teori radikal bebas, teori wear and tear. Menurut teori radikal bebas, suatu organisme menjadi tua karena akumulasi kerusakan oleh radikal bebas
dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dapat dirusak oleh radikal bebas adalah deoxy nucleic acid (DNA), lemak, dan protein (Goldman dan Klatz, 2007). Sedangkan menurut teori wear and tear, tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan dan disalahgunakan. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stres fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat sel. Teori ini meyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang tidak terlambat dapat mengembalikan proses penuaan. Mekanismenya dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2007). Pada kenyataan sehari-hari, masyarakat kita jatuh ke dalam kondisi mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, yang dikemas dalam berbagai bentuk kemasan yang menggiurkan untuk dikonsumsi. Asam lemak jenuh dan konsumsi kalori yang tinggi dalam menu makanan masyarakat kita akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai dislipidemia (Halim, 2006). Dislipidemia ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol LDL, kolesterol darah, trigliserida atau kombinasi keduanya, bisa juga terjadi penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Brown
dan Goldstein, 2008). Keadaan ini sering sekali disertai situasi yang disebut sindrom metabolik, yang akan memperburuk semua risiko di atas. Banyak
faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
dislipidemia.
Bisa
disebabkan oleh faktor keturunan (genetik), usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, makanan yang mengandung asam lemak jenuh, kurang olah raga, penggunaan alkohol. merokok, penyakit, hormonal dan obat-obatan (Grundy, 2004). Lemak dalam makanan diserap dari usus dan masuk ke dalam darah kemudian menuju ke hati. Asam lemak yang akan dipakai sebagai sumber energi atau bila jumlahnya berlebih akan disimpan dalam jaringan lemak. Dari hati, kolesterol diangkut oleh LDL ( Low Density Lipoprotein ) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh HDL ( High Density Lipoprotein ) ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam ( cairan ) empedu. Begitu juga trigliserida dalam aliran darah dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang berada pada sel-sel endotel kapiler (Irwanto, 2009). Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar trigliserida dan kolesterol dalam darah kita akan tinggi. Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium yang akhirnya berkembang menjadi aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan kelainan kardiovaskular. Sedangkan kolesterol yang dibawa oleh HDL (High Density Lipoprotein) disebut juga kolesterol baik (non atherogenic) karena membersihkan kelebihan kolesterol
dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. HDL ini menyebabkan menurunnya risiko aterosklerosis serta menguntungkan (Widowati, 2007). Menurut The Lipid Research Clinics Coronary Primary Prevention Trial (LRC-CPPT), Amerika, penurunan 1 persen kadar kolesterol akan mengurangi angka kejadian PJK sebesar 2 persen. Begitu juga dengan besarnya kadar kolesterol LDL dan HDL. Penurunan Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 1 mg/dl menurunkan risiko kardiovaskular sebesar 1 persen dan peningkatan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) menurunkan risiko kejadian kardiovaskular sebesar 2-3 persen (Adam, 2011). Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah diet ketat rendah kalori dan kolesterol, olah raga secara teratur, menurunkan berat badan, dan mengatur cara hidup. Jika semua intervensi nonfarmakologis tidak berhasil, maka disamping usaha nonfarmakologis dapat dimulai dengan obat-obatan. Terapi dengan obat-obat antihiperlipidemia (hipolipidemik) dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu
yang mengalami peningkatan risiko
aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskular yang disebabkan oleh hiperlipidemia. Tetapi, obat sintetis untuk menurunkan kolesterol dan trigliserida yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil harganya mahal dan memiliki efek samping, seperti miositis,dapat merusak fungsi hati, dan lain-lain(Sutardhio, 2006). Oleh karena itu upaya pengobatan alamiah yang bisa menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida sangat penting dilakukan. Selain harga yang relatif lebih murah, memiliki risiko efek
samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan dengan obat-obat sintetis. Asupan kalori yang sangat tinggi bisa menyebabkan penambahan jaringan adiposa, kemudian jaringan adiposa akan menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF-α (tumor necrosis factor-alpha). Kadar TNF-α yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin (Kershaw dan Flier, 2004 ; Huvers dkk., 2007). Resistensi insulin yang meningkat menyebabkan peningkatan kolestrol total, kolestrol LDL dan trigliserida serta penurunan kolestrol HDL. TNF- α yang meningkat akan meningkatkan sintesis kolesterol, sehingga kolestrol total dan kolestrol LDL meningkat, serta penurunan kolestrol HDL. Peningkatan TNF- α akan menurunkan oksidasi lemak sehingga trigliserida meningkat. Jika proses ini terjadi maka akan terjadi dislipidemia (Kershaw dan Flier, 2004; Huvers dkk., 2007). Selain itu bila dalam keadaan hiperglisemia, akan meningkatkan produksi insulin,
insulin
akan
mengaktivasi
enzim
ACAT(acyl-CoA
Cholesterol
Acyltransferase), enzim utama yang berperan dalam sintesis kolesterol. (O’Rouke dkk., 2002). Disamping mengaktivasi enzim ACAT, insulin juga merangsang aktivitas enzim HMGR(3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA reductase), dimana enzim HMGR akan mengkatalisis konversi 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA menjadi mevalonate, salah satu tahapan dalam sintesis kolesterol(Osborne dkk., 2004). Saat ini penggunaan antioksidan menjadi babak baru dalam upaya pengendalian faktor-faktor risiko PJK, dimana obat-obat tersebut relatif lebih murah dan aman. Pengobatan dan pencegahan penyakit dengan antioksidan merupakan salah satu modalitas terapi yang tidak kalah dengan pendekatan farmakologis atau
gaya hidup. Antioksidan yang poten terbukti bisa mengatasi berbagai penyakit, bahkan penyakit degeneratif yang tidak mudah ditangani (Sutardhio, 2006). Pycnogenol merupakan flavonoid alami yang memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan yang sangat kuat (Ryan, 2008), juga mampu melindungi vitamin C bahkan mampu mendaur ulang vitamin C lebih efektif dari pada flavonoid lainnya (Kim dkk., 2000). Kekuatan Pycnogenol terletak pada potensinya dalam mencegah berbagai penyakit dan gangguan kesehatan lain. Sebagai antioksidan, Pycnogenol memiliki aktivitas melindungi liposome dari peroksidasi lipid (Sivonova et al., 2006). Pycnogenol juga bisa dipergunakan untuk penyakit-penyakit
yang
berhubungan dengan gaya hidup seperti hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, sindrom metabolik (Passwater, 2005). Penelitian juga menunjukkan bahwa Pycnogenol memiliki aktivitas cardioprotective melalui kemampuannya memperbaiki profil lipid. Penelitian yang dilakukan oleh Delvaraj dkk. (2002), terhadap
sukarelawan sehat yang diberi
Pycnogenol 360 mg/hari selama 6 minggu menyebabkan penurunan kadar kolesterol LDL 104.38 mg/dl menjadi 97.11 mg/dl, sedangkan HDL mengalami kenaikan dari 48.07 mg/dl menjadi 52.15 mg/dl. Penelitian lain dilakukan oleh Durackova (2003) di Amerika pada 21 pasien lelaki yang mengalami dysfungsi ereksi dengan kadar kolesterol diatas rata-rata, menunjukkan bahwa pemberian Pycnogenol 120 mg per hari selama 3 bulan menunjukkan rata-rata penurunan kolesterol total dari 209.4 mg/dl menjadi 192.7 mg/dl dan LDL sebesar 19.2% dari nilai rata-rata 107.6 mg/dl. (Evidence-Base Integrative Medicine, 2003).
Beberapa studi menunjukkan bahwa Pycnogenol memiliki kandungan bioflavonoid kompleks dari beberapa bahan alami yang memiliki efek antioksidan yang sangat kuat, nutrisi anti peradangan, memperbaiki sirkulasi mulai dari arteri sampai pembuluh kapiler,
mengoptimalkan nitrit oksida, antihistamin, menjaga
kesehatan kulit (Passwater, 2005) Pemberian pycnogenol dapat memperbaiki profil lipid melalui 3 jalur yaitu menghambat penyerapan sumber kalori dari karbohidrat melalui penghambatan enzim α-glucosidase yang terdapat di pencernaan (Schäfer dan Högger, 2007), kemudian dari antioksidan (Ryan, 2008) dan jalur antiinflamasi dengan menghambat TNF- α (Park dkk., 2000; Peng dkk., 2000; Grimm dkk., 2006). Penelitian secara khusus Pycnogenol dapat memperbaiki profil lipid darah masih jarang dilakukan, oleh karena itu untuk lebih memahami fungsi Pycnogenol dalam memperbaiki profil lipid maka peneliti melakukan penelitian mengingat fungsinya bagi kesehatan dan anti-aging medicine serta efek sampingnya relatif sangat kecil sehingga aman bagi kesehatan. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah
Pemberian Pycnogenol oral
menurunkan kadar kolesterol total
darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia ? 2. Apakah Pemberian Pycnogenol oral menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia ?
3. Apakah Pemberian Pycnogenol oral menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia ? 4. Apakah Pemberian Pycnogenol oral meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia ? 5. Apakah Pemberian Pycnogenol oral 6,48 mg menurunkan kadar LDl lebih banyak daripada 3,24 mg pada tikus putih jantan yang dislipidemia ? 6. Apakah Pemberian Pycnogenol oral 6,48 mg meningkatkan kadar HDL lebih tinggi daripada 3,24mg pada tikus putih jantan yang dislipidemia?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui bahwa Pycnogenol dapat memperbaiki profil lipid darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pemberian Pycnogenol oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah pada tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 2. Untuk mengetahui pemberian Pycnogenol oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah pada tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia 3. Untuk mengetahui pemberian Pycnogenol oral dapat menurunkan triglyserida darah pada tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 4. Untuk mengetahui pemberian Pycnogenol oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah pada tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 5. Untuk mengetahui pemberian Pycnogenol 6,4 mg menurunkan lebih banyak kadar kolesterol LDL darah daripada Pycnogenol 3,2 mg pada tikus putih jantan (albino Rat) yang dislipidemia. 6. Untuk mengetahui pemberian Pycnogenol 6,4 mg meningkatkan lebih tinggi kadar kolesterol HDL daripada Pycnogenol 3,2 mg pada tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 MANFAAT ILMIAH Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang potensi Pycnogenol oral dapat memperbaiki profil lipid darah pada tikus putih jantan (albino
rat)
sehingga
antihiperlipidemik.
1.4.2 MANFAAT APLIKATIF
bisa
menambah
wawasan
mengenai
obat
Jika Pycnogenol dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan triglyserida serta meningkatkan kolesterol HDl, maka Pycnogenol dapat menurunkan kemungkinan terjadinya aterosklerosis. Selain itu Pycnogenol dapat dipergunakan untuk memperbaiki profil lipid, sehingga perlu disosialisasikan ke masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LIPID
Lipid atau lemak , adalah suatu senyawa yang bersifat hidrofobik, zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil sintesis dalam organ hati (Murray, 2003). Lemak ditemukan pada banyak sel dalam bentuk butir-butir lemak kecil. Adiposit merupakan sel lemak khusus untuk menyimpan lemak (George, 1994). Fungsi lemak adalah (Murray, 2003) :
1.
Sebagai energi, satu gram asam lemak menghasilkan 9 Kcal, dibandingkan dengan protein dan karbohidrat yang hanya menghasilkan 4 kcal.
2.
Sebagai penyusun struktur membran sel. Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-material.
3.
Sebagai cadangan penghasil energi Lemak disimpan sebagai jaringan adiposa.
4.
Sebagai Kelenjar endokrin dan pelarut vitamin (A,D,E,K). Sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan beberapa macam sitokin termasuk TNFα, interleukin,
Leptin, adiponectin.
sedangkan vitamin
membantu regulasi proses-proses biologis 5.
Isolator panas Lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa dibawah kulit bisa menjaga kehangatan tubuh.
2.1.1 Trigliserida
Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak yang teradapat daging, produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati. Seperti kolesterol, trigliserida merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah (Lichtenstein and Jones, 2001).
Fungsi utama Trigliserida adalah sebagai zat energi. Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99 persen trigliserida. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut kemudian dibakar dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O)
(Lichtenstein and Jones, 2001).
Sebagian trigliserida disimpan dalam jaringan lemak yang tersebar di seluruh tubuh. Bila diperlukan trigliserida yang disimpan dalam jaringan lemak dapat diubah atau dihidrolisa dan menghasilkan asam lemak bebas. Sedangkan asam lemak bebas mengalami oksidasi dalam proses pembentukan energi
(Lichtenstein and Jones,
2001 ; Rader and Hobbs, 2005).
2.1.2 KOLESTEROL
Kolesterol adalah zat penting yang terlibat dalam banyak fungsi, seperti sebagai bahan pembentuk membran sel, membuat vitamin D pada permukaan kulit, membuat asam empedu, berperan dalam metabolisme vitamin A, D, E, dan K, memproduksi hormon dan membantu koneksi sel di otak. Kolesterol dalam tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan ester dengan asam lemak. 80% kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan oleh hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi) (Murray dkk., 2003). kolesterol merupakan
produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain. Semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Kolesterol di dalam tubuh diproduksi dalam jumlah yang diperlukan. Hiperkolesterolemia terjadi jika kadar kolesterol melebihi batas normal. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa disebabkan oleh faktor genetik (Hiperkolesterolemia primer) seperti pada hiperkolesterolemia familial, dimana terdapat pengurangan jumlah yang signifikan dari reseptor kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dalam hatinya. Juga bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu (misalnya diabetes mellitus, penyakit hati obstruktif, hipotiroid, sindroma nefrotik) dan kondisikondisi tertentu (misalnya kebiasaan diet lemak jenuh/saturated fat, obesitas, stress, perokok berat dan kurang olahraga) yang dikenal sebagai hiperkolesterolemia sekunder (Baron, 2007). Apabila kadar kolesterol-LDL terlalu tinggi maka sementara kadar oksidant yang tinggi akan berisiko terjadi banyak plak kolesterol di dinding pembuluh darah, apabila kadar kolesterol-HDL terlalu rendah maka terlalu sedikit kolesterol yang dibawa kembali ke hati sehingga akan banyak kolesterol yang membentuk plak di dinding pembuluh darah yang kemudian akan mengalami proses lebih lanjut menjadi aterosklerosis (Baron, 2007) 2.1.2.1 Biosintesis Kolesterol Biosintesis kolesterol terjadi pada sel-sel eukaryota. Sintesis kolesterol dimulai dari perpindahan asetil-KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di peroksisom. Biosintesis kolesterol terjadi di 25 % di organ hati dan 10% di usus (Guyton, 1996).
Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu : 1.
Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG KoA).
2.
Konversi HMG KoA menjadi mevalonat.
3.
Konversi mevalonat menjadi suatu molekul isopren yaitu isopentil pirofosfat (IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2.
4.
Konversi IPP menjadi squalene. 5.
Konversi squalene menjadi kolesterol. Dalam sintesis kolesterol dilibatkan sebanyak sepuluh macam enzim
yaitu asetoasetil-KoA, thiolase, HMG KoA sintase, HMG KoA reduktase, mevalonat kinase, fosfomevalonat kinase, fosfomevalonat dekarboksilase, isopentenil-pirofosfat isomerase (IPP isomerase), farnesil-pirofosfat transferase (FPP transferase), squalene sintase dan squalene epoksidase (Guyton,1996).
Gambar 2.1 Biosintesis Kolesterol
2.2 TRANSPOR LIPID Lipid darah diangkut dengan 2 cara, yaitu jalur eksogen dan endogen. 1.
Jalur Eksogen. Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe
lalu ke dalam darah via duktus thorasikus. Didalam jaringan lemak, trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan tebentuk asam lemak dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali (cadangan) atau dioksidasi (energi). Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterolnya tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai stuktur (membran plasma, mielin, hormon steroid dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi disekresi ke empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu. Kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati
2.
Jalur Endogen. Triglyserid dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis dalam
sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL. LDL merupakan lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%). LDL mengalami katabolisme melalui reseptor seperti diatas dan jalur non reesptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Penderita hiperkolesterolemia primer heterozygot mempunyai kirakira 50% reseptor LDL yang fungsional. Pada pasien, katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurang sehingga kadar kolesterol plasmanya meningkat. Peningkatan kadar kolesterol sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis prematur. Bentuk homozygot lebih jarang dan lebih berbahaya sehingga pada usia anak dapat terjadi serangan infark jantung. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Ester kolesrterol ini akan mengalami perpindahan dari HDL kepada VLDL atau IDL sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati untuk dikatabolisasi. Aktivitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiaterogenik.
2.3
METABOLISME LIPID
Lipid yang diabsorpsi dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hepar dan jaringan adiposa, dibawa oleh darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi dan/atau disimpan sebagai cadangan lemak. Lipid
disimpan sebagai triasilgliserol (trigliserida) yang sebagian besar terdapat dalam jaringan adiposa, dapat juga ditemukan dalam otot rangka dan plasma. Jaringan adiposa merupakan sumber cadangan energi terbesar
(Mayes and
Botham, 2003). Hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa (Methinson dan Ball, 1987). Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Asam
lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. (Guyton, 1996). Tidak semua asam lemak bebas yang dihasilkan melalui lipolisis digunakan sebagai energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida di dalam jaringan adiposa ataupun hepar, atau disimpan dalam trigliserida intramuskuler. Bila laju reesterifikasi tidak mampu mengimbangi laju lipolitik, terjadi peningkatan konsentrasi asam lemak bebas plasma, sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan lipid. Asam lemak bebas yang digunakan untuk energi diaktifkan oleh enzim asilKoA sintetase, kemudian dibawa ke dalam mitokondria dan diubah oleh CPT (Carnitine Palmitoyl Transferase) menjadi Asil-KoA. Asil-KoA mengalami oksidasi β menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk menghasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida (Guyton, 1996). Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis
menjadi
kolesterol.
Selanjutnya
kolesterol
mengalami
steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian (Guyton, 1996).
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut (Mayes dan Botham, 2003) : 1.
Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan adanya ATP dan koenzim A, serta dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (tiokinase).
2.
Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim carnitine palmytoyl transferase I (CPT I) yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria.
3.
Pada membran interna mitokondria terdapat enzim asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar.
4.
Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA (Ko-enzim A) dengan dikatalisir oleh enzim carnitine palmytoyl transferase II (CPT II) yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil KoA dan karnitin dibebaskan.
5.
Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi β.
Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto asetat, β-hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan asetil-KoA menjadi benda-benda keton dinamakan ketogenesis (Guyton, 1996).
Gambar. 2.2 Lintasan Ketogenesis di Hati (available at http://themedicalbiochemistrypage.org/images/ketonesynthesis.jpg).
Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintesis menjadi steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis)
2.4
DISLIPIDEMIA
(Guyton, 1996).
Dislipidemia atau dengan nama lain yang sering dipakai dalam ilmu kedokteran adalah hiperlipidemia, dislipidemia adalah suatu keadaan dimana terdapat elevasi kolesterol plasma, triglyserida, atau keduanya atau kadar tinggi LDL disertai penurunan
kadar
HDL
yang memberikan kontribusi bagi pengembangan
aterosklerosis. Diagnosis dislipidemia adalah dengan mengukur kadar kolesterol plasma total, trigliserida, dan lipoprotein. (Goldenberg, 2008)
2.4.1 Klasifikasi Dislipidemia
Secara umum dislipidemia diklasifikasikan menurut pola elevasi dalam lipid dan lipoprotein (Fredrickson fenotipe), sebuah sistem yang lebih praktis mengkategorikan dislipidemia sebagai primer atau sekunder dan ciri mereka dengan peningkatan
hanya
koleseterol (hiperkolesterolemia
murni atau
terisolasi),
peningkatan hanya Triglyserida (hipertriglyseridemia murni atau terisolasi), atau peningkatan baik kolesterol dan triglyserida (hiperlipidemia campuran atau gabungan). Sistem ini tidak memperhitungkan kelainan lipoprotein jenis tertentu (misalnya HDL rendah atau LDL tinggi) yang akan menimbulkan penyakit meskipun kolesterol normal dan kadar trigliserida tinggi.
Tabel 2.1
Pola Lipoprotein (Fenotipe Fredrickson)
Peningkatan Lipoprotein (s)
Peningkatan Lipid
Chylomicrons
TGS
IIa
LDL
Kolesterol
IIb
LDL dan VLDL
TGS dan kolesterol
III
VLDL dan sisa-sisa chylomicron
TGS dan kolesterol
IV
VLDL
TGS
V
Chylomicrons dan VLDL
TGS dan kolesterol
Fenotipe
I
LDL = low density lipoprotein; TGS = trigliserida; VLDL = Very Low Density Lipoprotein.
2.4.2 Penyebab Dislipidemia
Berdasarkan penyebabnya dislipidemia dibagi menjadi 2 (Goldenberg, 2008) :
1.
Dislipidemia Primer Banyak disebabkan oleh karena kelainan genetik. Biasanya kelainan ini ditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium secara kebetulan. Dislipidemia primer adalah paling banyak ditemukan pada anak-anak. Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak adanya xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit).
2.
Dislipidemia Sekunder Pada jenis ini, peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh gaya hidup atau suatu penyakit tertentu, misalnya : diabetes melitus, hipothyroid, penyalahgunaan alkohol, penyakit hepar dan penyakit ginjal kronis,
.
Dislipidemia
sekunder
bersifat
reversibel
(berulang).
Dislipidemia sekunder bisa juga disebabkan oleh penggunaan obatobatan seperti thiazid, β-Blocker, retinoids, obat antivirus, dan hormonhormon seperti estrogen, progestin dan glucocorticoid.
2.4.3
Gejala dan Tanda Dislipidemia
Dislipidemia
biasanya
tidak
menimbulkan
gejala
tetapi
dapat
menyebabkan gejala penyakit pembuluh darah, termasuk penyakit arteri koroner dan penyakit arteri perifer. Triglyserid tinggi (>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut. Kadar LDL tinggi dapat menyebakan xantelasma kelopak mata, arcus cornea dan penumpukan LDL pada tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis.
Hipertriglyseridemia yang parah (>2000 mg/dl) dapat memberikan arteri dan vena retina berwarna krim putih kekuningan(lipema retinalis). Kadar lipid yang sangat ekstrim juga memberikan penampilan warna seperti susu pada plasma darah. Gejala bisa termasuk parestesi, dypsnea dan confusion
2.4.4 Diagnosa Dislipidemia
Diagnosa dislipidemia ditegakkan dengan pemeriksaan profil lemak serum, yang diukur adalah kolesterol total, Triglyserida dan HDL kolesterol dan LDL kolesterol serta VLDL.
Pemeriksaan lainnya untuk mengetahui penyebab sekunder dislipidemia juga perlu dilakukan seperti pemeriksaan kadar gula, pemeriksaan hormonhormon misalnya thyroid, estrogen dan sebagainya.
Bila pada wawancara dan pemeriksaan fisik pasien dicurigai adanya risiko penyakit jantung aterosklerotik dini, maka perlu dilakukan pemeriksaan
yang lebih lanjut seperti Lp(a), Homocysteine, hsCRP (high sensitively CReactive
Protein),
Fibrinogen
dan
Lp-PLA2
(lipoprotein-associated
phospholipase A2). Pemeriksaan lain non invasif yang bisa dilakukan adalah EKG, Echocardiogram, pemeriksaaan Treadmil Stress, dan sebagainya (Miller, 2005)
2.4.5 Pengobatan Dislipidemia
Strategi
pengobatan
dislipidemia
secara
keseluruhan
adalah
mengimplementasikan perubahan gaya hidup, termasuk olah-raga, penurunan berat-badan, dan menghindari makanan tinggi gula dan alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi omega 3 seperti ikan-ikan laut dalam. Pada pasien dengan diabetes kadar glukosa harus dikontrol ketat. Apabila langkah-langkah ini tidak efektif, obat penurun lipid harus dipertimbangkan. Pasien dengan kadar triglyserida sangat tinggi harus mulai terapi obat, pada diagnosis lebih cepat bisa mengurangi risiko terjadinya pankreatitis akut (Goldenberg, 2010).
2.5 DISLIPIDEMIA DAN PROSES PENUAAN
Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang berkurangg, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007).
Perubahan gaya hidup termasuk pola makan menyebabkan asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan aktivitas fisik makin berkurangg (sedentary lifestyle), sehingga akan menyebabkan gangguan kadar lemak dalam darah atau dislipidemia, yang kemudian berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Halim, 2006).
Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, diketahui bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah atau yang lazim disebut sebagai penyakit kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab kematian utama untuk usia di atas 40 tahun (Suryohudoyo, 2000).
2.6 Pycnogenol / Ektrak Kulit Pinus French Maritime (Pinus pinaster Aiton) 2.6.1 Definisi
Pycnogenol adalah nama untuk ekstrak kulit luar batang pohon pinus (Pinus pinaster) dengan proses ekstrak yang sudah terstandarisasi, pohon pinus yang tumbuh secara ekslusif dan monografi botani (hanya satu jenis spesies pohon pinus) di sepanjang wilayah pesisir baratdaya Perancis.
P. Pinaster subspecies atlantic
berbeda dengan Iberian (dari Spanyol) dan subspecies dari Maroko yang resisten terhadap garam dan berbeda dalam profil unsur fitokimianya. Ekstrak tersebut dengan proses standar. Pohon pinus tersebut dengan kulit luar yang tebal dan berlapis-lapis akan dipanen setelah dibudidayakan selama lebih dari 30 tahun. Hutan yang terbesar ditemukan di Eropa dengan 2.5 juta hectar,
Pohon-pohon yang
ditebang akan diganti dengan bibit baru dan seluruh proses regenerasi pohon tetap berjalan secara terus menerus. Proses ini dikontrol oleh pemerintah Perancis dan sebagian besar hutan tersebut merupakan Taman Nasional.
2.6.2 Struktur molekul, absorpsi dan metabolisme Pycnogenol adalah merupakan bagian dari grup spesifik Polyphenolic dalam Flavonoid.(Gambar 1), yang
mengandung 75% procyanidin yang terdiri dari
catechin, epicatechin, taxifolin, monomer, dimer dari catechin dan epicathechin, dan asam buah seperti asam fenolat dan asam ferulic caffeic.
2.3
Gambar 2.3 Struktur Dasar dan Sistem Penomeran Proantocyanidin alamiah terdapat dalam metabolit tanaman yang secara luas tersedia dalam buah-buahan, tanaman, kacang-kacangan, biji-bijian, bunga dan kulit ( Bagchi dkk., 1997).
2.4
Tanaman lainnya sumber proanthocyanidin termasuk di dalamnya adalah wine, cranberries dan daun bilberry, gingko dan hawthorne. Substansi ini adalah prekursor utama dari warna pigmen biru jingga dan merah.
Gambar 2.5. Struktur Proanthocyanidin lainnya
Proanthrocyanidins larut dalam air dan lemak. Bioflavonoid dengan aktivitas mengikat radikal bebas yang tinggi, Proanthocyanidins mampu melewati sawar darah otak untuk memberikan perlindungan antioksidan pada sistem saraf pusat, dan beredar dalam aliran darah selama 72 jam. Penelitian menunjukkan bahwa proanthocyanidins sangat menguntungkan dengan tidak berbukti adanya efek samping. 2.7. PYCNOGENOL DAN PROFIL LIPID
Diet tinggi lemak dan kelebihan TAG (triasilgliserol) di jaringan adiposa akan menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF-α (tumor necrosis factoralpha).
Kadar TNF-α
yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya
resistensi insulin Sebaliknya penurunan TNF-α akan meningkatkan sensitivitas insulin (Kershaw dan Flier, 2004; Huvers dkk., 2007).
Inflamasi berperan penting dalam proses terjadinya metabolic sindrom, termasuk dislipidemia dan mempengaruhi toleransi glukosa (Zachary dan Bloomgarden, 2005).
Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase, sehingga
clearance VLDL menurun, akibatnya kadar
VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan menukarkan trigliserida dari VLDL, ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada HDL dan LDL, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan LDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). ApoA-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah
menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).
Insulin Resistance
Lipoprotein Lipase
FFA
Clearing of VLDL
VLDL
Hepatic Synthesis of VLDL
HDL Small Dense LDL
Gambar 2. 13 Resistensi Insulin dan Dislipidemia (Dikutip dari : Shulman, 2000).
Gambar 2.6 Proses terjadinya dislipidemia pada insulin resisten (Dikutip dari : Shulman, 2000).
Tumor necrosis factor α adalah sitokin yang juga diproduksi oleh Jaringan lemak dan adiposit. Kadarnya yang meningkat dihubungkan dengan penekanan oksidasi asam lemak pada hepar, peningkatan sintesis asam lemak dan kolesterol oleh sel hepar, menginduksi resistensi insulin. Sebaliknya penurunan TNF-α (tumor necrosis factor – α) akan meningkatkan sensitivitas insulin (Kershaw dan Flier, 2004; Huvers dkk., 2007). Pycnogenol memiliki efek anti inflamasi dengan menghambat sitokin dan chemokin, seperti tumor necrosis factor α (TNF-a), NF-kappaB, prostaglandin E-2 (PGE-2), interleukin 1 (IL-6), interleukin 6 (IL-6) and nitric oxide (NO) (Park dkk., 2000; Peng dkk., 2000; Grimm dkk., 2006). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa Insulin berperan dalam metabolisme kolesterol, efek utama dari insulin adalah merangsang aktivitas enzim HMGR (3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA reductase), enzim HMGR akan
mengkatalisis
konversi
3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA
menjadi
mevalonate, salah satu tahapan dalam sintesis kolesterol (Osborne dkk., 2004). Hubungan lain antara kolesterol dan insulin adalah dalam diabetes tipe II berkaitan dengan sinstesis tinggi dan penyerapan yang rendah terhadap kolesterol, pada pasien dengan insulin resisten didapatkan peningkatan sintesis kolesterol (Pihijamaki dkk., 2004).
Dalam keadaan Hiperglysemia, insulin juga mengaktivasi ACAT(acyl CoA Cholesterol Acyltransferase), enzim utama yang berperan dalam sintesis ester kolesterol (O’Rouke dkk., 2002). Pycnogenol
efektif
menghambat
penyerapan
glukosa
melalui
penghambatan enzim α-glucosidase dalam saluran pencernaan, sehingga menurunkan kadar postprandial hyperglycemia. Penurunan kadar gula darah postprandial akan menyebabkan penurunan insulin postprandial. Berdasarkan studi ternyata kemampuan Pycnogenol 190 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penghambatan enzim α-glucosidase oleh acarbose. Serta 4 kali lebih tinggi dibandingkan penghambatan enzim α-glucosidase oleh teh hijau ( Schäfer dan Höger, 2007).
2.8
PERAN PYCNOGENOL DALAM ANTI-AGING MEDICINE
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai proses penuaan (Goldman dan Klatz, 2007), yaitu :
1.
Teori Wear and Tear Teori ini menjelaskan bawa tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena penggunaan yang berlebihan dan disalahgunakan (overuse and abuse). Fungsi organ tubuh menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan,
konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stres fisik dan emosional. 2.
Teori neuroendokrin Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Dengan bertambahnya usia kemampuan tubuh memproduksi hormon berkurangg , yang pada akhirnya akan mengganggu berbagai sistem tubuh.
3.
Teori kontrol genetik Teori ini berfokus pada genetik, dimana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik dan mental tertentu. Penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat seseorang menjadi tua dan berapa lama seseorang dapat hidup.
4.
Teori radikal bebas Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme dapat menjadi tua karena terjadi kerusakan oleh radikal bebas. Radikal bebas ialh molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, dan akhirnya kematian sel. Molekul di dalam tubuh yang dapat dirusak oleh radikal bebas ialah DNA, lemak, dan protein. Dengan bertambahnya usia, maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin bertambah, sehingga mengganggu metabolise sel, merangsang mutasi sel, yang pada akhirnya menyebabkan kanker dan kematian.
Pycnogenol mengandung bahan yang sangat kuat sebagai antioksidan, seperti bahan yang memiliki molekul relatif besar seperti procyanidin dan molekul relatif kecil seperti catechin, epicatechin, dan asam organic. Molekul yang relatif besar masuk ke dalam sirkulasi darah dan menjaga bagian luar sel, menghancurkan radikal bebas sebelum radikal bebas merusak bagian tubuh, Sedangkan Molekul yang relatif kecil dan asam organic dapat masuk ke dalam sel, menjaga sel terhadap radikal bebas. Vitamin E hanya memiliki sebuah cara kerja, oleh karena itu vitamin E adalah sebuah monophenol, sementara Pycnogenol adalah sebuah polyphenol. Menurut dr.Lester Packer dan teman pada Universitas California, Berkeley, Studi terhadap efektivitas Pycnogenol terhadap radikal bebas tahun 1997, apabila molekul
vitamin C inaktif bertemu dengan salah satu
bioflavonoid dari pycnogenol, maka molekul vitamin C inaktif bisa diregenerasi kembali menjadi molekul vitamin C aktif, vitamin C aktif juga meregenerasi vitamin E inaktif.
Pycnogenol merupakan flavonoid alami yang memiliki aktivitas biologis disamping sebagai antioksidan yang kuat (Ryan, 2008), juga mampu melindungi vitamin C bahkan mampu mendaur ulang vitamin C lebih efektif dari pada flavonoid lainnya (Kim dkk., 2000), sehingga dapat menghambat kerusakan akibat radikal bebas. Akibatnya proses penuaan dapat dicegah, diperlambat atau bahkan dihambat.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Meningkatnya status sosio-ekonomi dan perubahan gaya hidup termasuk pola makan menyebabkan asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan aktivitas fisik makin berkurangg (sedentary lifestyle). Konsumsi lemak jenuh tinggi akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai dislipidemia. Hiperlipidemia
ditandai
dengan
meningkatnya
kadar
kolesterol
darah
(hiperkolesterolemia), trigliserida (hipertrigliseridemia) atau kombinasi keduanya. Hiperlipidemia ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular.
Profil lipid darah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik, riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, hormonal. Faktor eksternal meliputi obesitas, makanan yang dikonsumsi, kurangnya olahraga/aktivitas, penggunaan alkohol, merokok, penyakit diabetes mellitus, gagal ginjal dan obatobatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen, pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu).
Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah diet ketat rendah lemak dan kolesterol, olah raga secara teratur, menurunkan berat badan, dan mengatur cara hidup. Jika semua intervensi nonfarmakologis tidak berhasil, maka disamping usaha nonfarmakologis dapat dimulai dengan obat-obat anti hiperlipidemik. Pycnogenol diduga dapat memperbaiki profil lipid dengan mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Pycnogenol juga melindungi sel endotel pembuluh darah dari kerusakan
oksidatif, sehingga mampu memberikan perlindungan terhadap atherosclerosis, dan penyakit kardiovaskular, diketahui bahwa kerusakan endotel berperan penting dalam proses terjadinya atherosclerosis.
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut.
Pycnogenol
Faktor Eksternal :
Faktor Internal : -
-
Genetik Usia Jenis Kelamin Hormonal
Tikus Dislipidemia
Makanan Aktivitas fisik Kimia penyakit
Kolesterol total ⬆ Kolesterol LDL ⬆ Trigliserida ⬆ Kolesterol HDL ⬇
Kolesterol total ⬇ Kolesterol LDL ⬇ Trigliserida ⬇ Kolesterol HDL ⬆
Bagan 3.1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan Kerangka Konsep penelitian di atas ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Pemberian Pycnogenol oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 2. Pemberian Pycnogenol oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 3. Pemberian Pycnogenol oral dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
4. Pemberian Pycnogenol oral dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL
darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 5. Pemberian Pycnogenol oral 6,48 mg menurunkan lebih banyak kadar LDL daripada 3,24 mg pada tikus putih jantan yang dislipidemia 6. Pemberian Pycnogenol oral 6,8 mg meningkatkan lebih tinggi kadar HDL daripada 3,24mg pada tikus putih jantan yang dislipidemia
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1
RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental dengan menggunakan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design (Pocock, 2008). Dengan rancangan sebagai berikut : Tikus dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 tikus. 1. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol.
Kelompok ini hanya diberi plasebo berupa gliserin. 2. Kelompok kedua yang merupakan kelompok perlakuan 1 Kelompok ini diberikan Pycnogenol oral. 3. Kelompok ketiga merupakan kelompok perlakuan 2 Kelompok diberi Pycnogenol oral dengan dosis separuh dari dosis dari kelompok kedua. Perlakuan pada ketiga kelompok harus sama, kecuali terhadap perlakuan dan pemberian obat yang diteliti untuk menghindari variasi biologis
(Sastroasmoro
and Ismael, 2008). Percobaan dilakukan selama 30 hari. Dosis pynogenol yang diberikan disesuaikan dengan dosis atau jumlah obat dalam sediaan yang dikonsumsi oleh manusia. Sediaan yang digunakan adalah Pycnogenol
yang mengandung 100 mg pycnogenol. Dosis Pycnogenol untuk
manusia 360 mg/hr (Delvaraj dkk., 2002) Perhitunga Dosis Pycnogenol untuk tikus berdasarkan tabel konversi : Tikus(200 gr) = 0,018 x 360/hari = 6.48 mg/hari Dosis setengah yang digunakan untuk tikus 3.24 mg/kg berat badan. Berat tikus yang digunakan untuk percobaan 180 - 200 gram. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design (Pocock, 1986).
P0 O1
O2 P1
P
S
R
O3
O4 P2
O5
O6
Bagan 4.1. Rancangan Penelitian Keterangan : P
= Populasi
S
= Sampel
R
= Random
O1 = Data sebelum perlakuan pada kelompok kontrol ( pretest). O3 = Data sebelum perlakuan pada kelompok uji I (pretest). O5 = Data sebelum perlakuan pada kelompok uji II (pretest). P0 = Perlakuan pada kelompok kontrol dengan plasebo. P1 = Perlakuan pada kelompok uji I yang menggunakan Pycnogenol 3.24 mg oral. P2 = Perlakuan pada kelompok uji II yang menggunakan Pycnogenol 6.48 mg oral. O2 = Data sesudah perlakuan pada kelompok kontrol (posttest). O4 = Data sesudah perlakuan pada kelompok uji I (posttest). O6 = Data sesudah perlakuan pada kelompok uji II (posttest).
4.2
LOKASI dan WAKTU PENELITIAN a. Tempat penelitian Laboratorium Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. b. Waktu penelitian Penelitian dilakukan selama 67 hari, mulai bulan Agustus 2010, terdiri dari :
7 hari masa adaptasi, 30 hari masa pemberian makanan tinggi kolesterol dan 30 hari masa pemberian makanan tinggi kolesterol dengan perlakuan.
4.3
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
4.3.1 Populasi Penelitian Populasi target dalam penelitian eksperimental ini adalah seluruh tikus putih jantan yang dislipidemia yang diberikan perlakuan yaitu pycnogenol. Populasi terjangkau adalah tikus putih jantan dislipidemia jenis Wistar (albino rat) berumur 3 – 4 bulan, berat 180 – 200 gram.
4.3.2 Sampel Pada penelitian ini diambil tikus yang memenuhi kriteria inklusi (penerimaan)
4.3.2.1 Kriteria inklusi : 1 Tikus putih jantan dislipidemia. 2 Jenis Ratus (albino rat) galur wistar. 3 Umur 3 – 4 bulan. 4 Berat tikus 180- 200 gram
4.3.2.2 Kriteria Drop Out Tikus mati ketika sedang penelitian.
4.3.2.3 Penentuan Besar Sampel Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
n
2 2
2 1 2
x f ( , )
Keterangan : n
= Besar sampel
µ2
= Rerata hasil pada kelompok perlakuan
µ1
= Rerata hasil pada kelompok kontrol
= simpang baku kontrol
= tingkat kesalahan I ( =0,05) = tingkat kesalahan II ( = 0,1) Sehingga f ( ,) = 10,5 (Tabel 9.1) (Pocock, 2008)
(Berdasarkan data penelitian yang sudah ada diperoleh data
Delvaraj
dkk.,2002) :
Berdasarkan referensi penelitian (Delvaraj dkk., 2002) diketahui rerata kelompok kontrol = 105,48, dengan simpang baku (SB) = 5,53, rerata kelompok perlakuan =97,16. Dengan menggunakan rumus di atas maka hasilnya adalah :
2 x (5,53)2 n =
x 10,5 (105,48-97,16)2 642,20
= 69,22 = 9,28
Untuk mengantisipasi terjadinya droup out pada sampel maka ditambahkan 20% sehingga jumlah sampel minimal adalah 11,13 dan dibulatkan menjadi 12. Besar sampel tiap kelompok adalah 12. Sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 36 ekor. 4.3.2.4 Cara Pengambilan Sampel Semua sampel yang memenuhi kriteria penelitian (yang memenuhi kriteria eligibilitas) dimasukkan dalam sampel penelitian, Diambil 36 jantan jenis Wistar (albino rat) yang berumur gram, kemudian dikelompokkan menjadi
ekor tikus putih
3 – 4 bulan dengan berat 180 - 200 3 kelompok secara acak. Satu
kelompok mendapatkan perlakuan dengan diberikan Pycnogenol oral, kelompok
kedua diberikan perlakuan sebanyak setengah dosis dari kelompok pertama dan kelompok ketiga sebagai kontrol.
4.4
VARIABEL PENELITIAN
4.4.1 Identifikasi Variabel Variabel penelitian yang akan diukur adalah variabel bebas dan variabel tergantung 4.4.2 Klasifikasi Variabel a. Variabel bebas : Pycnogenol b. Variabel tergantung :
kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kolesterol HDL, trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat). c. Variabel Kendali : jenis kelamin tikus, umur tikus, makanan, minuman dan temparatur ruangan.
4.4.3 Hubungan Antar Variabel
Variabel tergantung:
Variabel Bebas:
Pycnogenol
Variabel kendali:
umur tikus jenis tikus Jenis kelamin makanan dan minuman Temperatur
Kolesterol total LDL HDL trigeliserida
Gambar 4.2 Hubungan antar Variabel
4.4.4 Definisi Operasional Variabel a.
Pycnogenol adalah flavonoid yang diekstraksi dari kulit
Pinus
maritima, yang sudah dimurnikan dan dilarutkan dalam gliserin diberikan pada tikus dengan dosis 3,2 mg dan 6,4 mg sampai mencapai volume 1 cc. b. Kadar kolesterol total adalah lemak yang terdapat di dalam sel tubuh manusia dan hewan, terutama sel saraf dan otak, mempunyai peranan penting dalam pengangkutan lemak dan pembuatan hormon. Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan.
Diambil dari medial
canthus sinus orbitalis dengan pipet kapier hematokrit non heparin. Kadar normal pada tikus : 106.14 mg/dl (Chaijadi, 20111) c. Kadar
kolesterol
LDL
adalah
lipoprotein
yang
berpotensi
menyebabkan terjadinya penyumbatan dan pengendapan di arteri (aterosklerosis) yang berujung pada penyakit jantung koroner. Diukur dengan metode GOD PAP. Kadar normal pada tikus : 18.42 mg/dl (Chaijadi, 2011).
d.
Kadar kolesterol HDL adalah lipoprotein yang kerjanya berlawanan dengan kolesterol LDL. Diukur dengan metode GOD PAP. Kadar normal pada tikus : 49.14 mg/dl (Chaijadi, 2011).
e. Kadar Trigliserida adalah lemak netral yang disintesis dari karbohidrat untuk disimpan dalam sel lemak. Diukur dengan metode GOD PAP. Kadar normal pada tikus : 69.83 mg/dl (Chaijadi, 2011). f. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan kadar trigliserida darah. g. Dislipidemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol total, LDL, Trigliserida yang melebihi nilai normal dan kadar HDL yang lebih rendah dari nilai normal. h. Placebo adalah cairan yang terdiri dari aqua yang diberikan pada kelompok kontrol dengan jumlah yang sama dengan jumlah cc pycnogenol. Diberikan 1x sehari selama 30 hr sebanyak 3.24mg untuk kelompok perlakuan 1 dan 6.48 mg untuk kelompok perlakuan 2, dengan memakai sonde. i. Tikus putih jantan jenis Wistar adalah hewan percobaan yang berupa tikus jenis Wistar umur 3-4 bulan, dengan berat 180-200 mg. j. Tikus putih jantan jenis Wistar yang dislipidemia adalah tikus putih jantan jenis Wistar yang mengalami kelebihan kadar lemak dalam darah setelah diberikan makanan tinggi kolesterol. 4.5 Bahan Penelitian dan Hewan Coba
4.5.1 Bahan Penelitian Bahan Penelitian yang digunakan adalah : 1. Pycnogenol 100 mg oral yang diproduksi oleh Bluebonet Nutrition Corporation. Nama Dagang : PYCNOGENOL100 mg Nama Kimia : Pycnogenol100mg (ekstrak kulit pinus 95%, total polyphenols mengandung proanthocyanidin, phenolic dan flavonoid) 2. Produksi
: BLUEBONET NUTRITION CORPORATION.
3. Gliserin 4. Aquabides 5. Makanan tinggi kolesterol yang terdiri dari
(Pengemembangan
dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam, 1991) : a. Kolesterol 1 % b. Kuning telur 5 % c. Lemak babi 10 % d. Minyak goreng 1 % e. Makanan standar sampai 100 % 6. Dipersiapkan juga air minum yang matang dan yang diberi propiltiourasil 0,01 %. 7. Sonde
4.5.2
Instrumen Penelitian Alat yang digunakan adalah:
1. Kandang tikus beserta tempat minum. 2. Sepasang sarung tangan karet 3. Timbangan merek TANITA 4. Syringe 3 cc untuk pengambilan darah 5. Tabung darah 6. Lab kolesterol total, LDL, HDL, trigeliserida
4.6 Hewan percobaan Dalam penelitian ini digunakan tikus berumur 3-4 bulan, diperkirakan mencapai usai dewasa muda, berat badan 180-200 gram. Tikus di pelihara di Laboratorium Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, dengan persyaratan sesuai dengan penelitian eksperimental, yaitu tikus ditempatkan dalam kandang yang terbuat dari wadah palastik berukuran 23cm x 17cm x 9,5cm dengan alas sekam padi dan tutup dari anyaman kawat. Kandang di tempatkan dalam ruangan berventilasi dan udara alami.
4.7 PROSEDUR PENELITIAN 1.
Dipilih 36 ekor tikus putih jantan jenis Wistar (albino rat) yang berumur 3 – 4 bulan dengan berat sekitar 180 – 200 gram.
2.
Tikus diadaptasikan selama kurang lebih 1 minggu dan diberikan makanan standar yang berupa HBS pelet 511 secara ad libitum.
3.
Tikus dipelihara dalam kandang individual berukuran 30x20x20 cm.
4.
Setelah adaptasi selama 1 minggu, ketiga kelompok tikus diperiksa kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, triglyserida dalam darah sebagai pretest.
5.
Setelah itu ketiga kelompok tikus dibuat hiperlipidemia dengan cara diberi makanan tinggi kolesterol selama 30 hari.
6.
Lalu diukur kadar profil lipid darahnya sebagai data pretest.
7.
Setelah itu tikus dislipidemia dibagi menjadi 3 kelompok secara random.
8.
Diberikan perlakuan : a.
P0 : Perlakuan pada kelompok kontrol yang diberi makanan tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa aqua selama 30 hari.
b.
P1 : Perlakuan pada kelompok uji I yang diberi makanan tinggi kolesterol dan Pycnogenol 3.24 mg melalui sonde selama 30 hari.
c.
P2 : Perlakuan pada kelompok uji II yang diberi makanan tinggi kolesterol dan Pycnogenol 6.48 mg melalui sonde selama 30 hari.
9.
Setelah 30 hari ketiga kelompok tikus diperiksa kembali kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida dalam darah sebagai posttest.
10. Pengambilan darah secara iv intra orbita
4.8 ALUR PENELITIAN
Tikus putih jantan jenis Wistar (albino rat)
Adaptasi 1 minggu
lab test
Diet tinggi kolesterol
Dislipidemia(kolesterol Tot,HDL,LDL,TG)
Kelompok 1
P0
Kelompok 2
P1
Kelompok 3
P2
Kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida
Analisis data
Laporan
Pretest
Posttest
Gambar 4.3 Alur Penelitian 4.9 ANALISIS DATA Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif 2. Uji normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk. 3. Uji kehomogenitas variansi dengan Uji Levene Test (Uji F). 4. Uji komparasi. Data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji One Way Anova untuk menguji hipotesis dan selanjutnya dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). 5. Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows.
BAB V HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 tikus putih jantan jenis Wistar (albino rat) dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompk kontrol, kelompok Pycnogenol 3,2 mg, dan kelompok Pycnogenol 6,4 mg. Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Lampiran 1. 5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Lampiran 2. 5.3 Kolesterol Total 5.3.1 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kolesterol total antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Dengan Makanan Tinggi Kolesterol Sebelum Perlakuan
Kelompok Subjek
n
Kontrol
10
Pycnogenol 3,2 mg
10
Pycnogenol 6,4 mg
10
Rerata Kolesterol Total
SB
295,16
3,92
294,29
4,30
294,13
5,01
F
P
1,28
0,104
5.3.2 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan Pycnogenol Uji efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan rerata kolesterol total antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol + Pycnogenol. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek
n
Kontrol
10
Pycnogenol 3,2 mg
10
Pycnogenol 6,4 mg
10
Rerata Kolesterol Total
SB
391,03
6,44
153,55
3,81
110,16
1,67
F
P
11670
0,000
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.1 dengan 5.2 di atas, dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok baik sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol maupun sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol rerata kolesterol totalnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan sesudah diberikan perlakuan dengan makanan tinggi kolesterol dan Pycnogenol terjadi perbedaan kolesterol total secara bermakna (p < 0,05).
Gambar 5.1 Grafik Kolesterol Total Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian Pycnogenol
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD).
Hasil uji
disajikan di bawah ini. Tabel 5.3 Analisis Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Pycnogenol 3,2 mg
237,49
0,000
Berbeda bermakna
Kontrol dan Pycnogenol 6,4 mg
280,87
0,000
Berbeda bermakna
Pycnogenol 3,2 mg dan 6,4 mg
43,38
0,000
Berbeda Bermakna
5.4 Trigeliserida 5.4.1 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata Trigeliserida antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol
Kelompok Subjek
n
Kontrol
10
Pycnogenol 3,2 mg
10
Pycnogenol 6,4 mg
10
Rerata Trigeliserida
SB
147,65
3,62
148,68
7,76
148,97
4,15
F
P
1,60
0,853
5.4.2 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan Pycnogenol Uji efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan rerata Trigeliserida antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol + Pycnogenol. Hasil analisis
kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sesudah Perlakuan
Kelompok Subjek
n
Kontrol
10
Pycnogenol 3,2 mg
10
Pycnogenol 6,4 mg
10
Rerata Trigeliserida
SB
183,53
2,88
95,57
2,12
72,67
2,23
F
P
5774
0,000
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.4 dengan 5.5 di atas, dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok baik sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol maupun sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol rerata Trigeliseridanya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan seusdah diberikan perlakuan dengan makanan tinggi kolesterol dan Pycnogenol terjadi perbedaan Trigeliserida secara bermakna (p < 0,05).
Gambar 5.2 Grafik Trigeliserida Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian Pycnogenol
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD).
Hasil uji
disajikan di bawah ini.
Tabel 5.6 Analisis Komparasi Trigeliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok
Beda Rerata
P
Interpretasi
Kontrol dan Pycnogenol 3,2 mg
87,96
0,000
Berbeda bermakna
Kontrol dan Pycnogenol 6,4 mg
110,86
0,000
Berbeda bermakna
Pycnogenol 3,2 mg dan 6,4 mg
22,90
0,000
Berbeda Bermakna
5.5 HDL 5.5.1 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata HDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.7 berikut. Tabel 5.7 Rerata HDL antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol
Kelompok Subjek
N
Kontrol
10
Pycnogenol 3,2 mg
10
Pycnogenol 6,4 mg
10
Rerata HDL
SB
48,25
2,89
48,81
3,07
50,35
2,66
F
P
2,07
0,351
5.5.3 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan Pycnogenol Uji efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan rerata HDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol + Pycnogenol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.11 berikut. Tabel 5.8 Rerata HDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan
Kelompok Subjek
n
Kontrol
10
Pycnogenol 3,2 mg
10
Pycnogenol 6,4 mg
10
Rerata HDL
SB
34,20
2,25
64,21
2,30
83,46
1,78
F
P
1368
0,000
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.7 dengan 5.8 di atas, dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok baik sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol maupun sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol rerata HDLnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan seusdah diberikan perlakuan dengan makanan tinggi kolesterol dan Pycnogenol terjadi perbedaan HDL secara bermakna (p < 0,05).
Gambar 5.3 Grafik HDL Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian Pycnogenol
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD).
Hasil uji
disajikan di bawah ini.
Tabel 5.9 Analisis Komparasi HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Pycnogenol 3,2 mg
30,01
0,000
Berbeda bermakna
Kontrol dan Pycnogenol 6,4 mg
49,26
0,000
Berbeda bermakna
Pycnogenol 3,2 mg dan 6,4 mg
19,25
0,000
Berbeda Bermakna
5.6 LDL 5.6.1 Uji komparabilitas Sesudah Diberikan Makanan Tinggi Kolesterol Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.10 berikut. Tabel 5.10 Rerata LDL antar Kelompok Sesudah diberikan Makanan Tinggi Kolesterol
Kelompok Subjek
N
Kontrol
10
Pycnogenol 3,2 mg
10
Pycnogenol 6,4 mg
10
Rerata LDL
SB
168,43
2,27
169,59
2,83
167,16
3,32
F
P
1,96
0,348
5.6.2 Uji Efek Perlakuan Sesudah Diberikan Pycnogenol Uji efek perlakuan bertujuan untuk membandingkan rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol + Pycnogenol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.11 berikut.
Tabel 5.11 Rerata LDL antar Kelompok Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek
n
Kontrol
10
Pycnogenol 3,2 mg
10
Pycnogenol 6,4 mg
10
Rerata LDL
SB
190,71
2,87
70,23
5,06
12,12
1,61
F
P
6824
0,000
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.10 dengan 5.11 di atas, dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa ketiga kelompok baik sebelum diberikan makanan tinggi kolesterol maupun sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol
rerata LDLnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Sedangkan seusdah diberikan perlakuan dengan makanan tinggi kolesterol dan Pycnogenol terjadi perbedaan LDL secara bermakna (p < 0,05).
Gambar 5.4 Grafik LDL Sebelum dan setelah diberikan makanan tinggi kolesterol serta sesudah Pemberian Pycnogenol Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD).
Hasil uji
disajikan di bawah ini.
Tabel 5.12 Analisis Komparasi LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Pycnogenol 3,2 mg
120,49
0,000
Berbeda bermakna
Kontrol dan Pycnogenol 6,4 mg
178,59
0,000
Berbeda bermakna
Pycnogenol 3,2 mg dan 6,4 mg
58,11
0,000
Berbeda Bermakna
BAB VI PEMBAHASAN
6.1.
Subyek Penelitian Untuk menguji pemberian Pycnogenol terhadap penurunan profil lipid dalam
darah tikus Wistar, maka dilakukan penelitian pada tikus putih jantan sehat yang diberikan pycnogenol.
Sebagai hewan coba digunakan tikus putih jantan sehat berumur
3-
4 bulan, dengan berat badan 180-200 gram. Tikus yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 ekor, dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol P0, kelompok P1 (Pycnogenol 3,2 mg), dan kelompok P2 (Pycnogenol 6,4 mg). Penelitian dilakukan selama 60 hari, 30 hari diberikan makanan tinggi kolesterol, yang dilanjutkan dengan pemberian makanan tinggi kolesterol + pycnogenol, selama 30 hari berikutnya. Pengambilan waktu 30 hari didasarkan atas bahwa dalam waktu 30 hari telah terjadi perubahan profil lipid yang signifikan, juga berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis, bahwa didapatkan perubahan profil lipid yang signifikan dalam waktu satu bulan.
6.2
Diet Tinggi Kolesterol Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia Dislipidemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain asupan lemak
yang tinggi. Menurut Diet-Heart hypotesis asupan tinggi lemak, kolesterol, dan asupan rendah lemak tidak jenuh akan meningkatkan kadar total kolesterol. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Peningkatan asupan lemak jenuh berhubungan dengan tingginya total kolesterol dan kematian akibat PKV (Sugiri, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi kolesterol selama tiga puluh hari terjadi kenaikan kadar kolesterol total dari 110,85 mg/dl menjadi 292,67 mg/dl, kadar kolesterol LDL dari 20,39 mg/dl menjadi 168,03 mg/dl, kadar trigliserida dari 69,63 mg/dl menjadi 151,91mg/dl, dan penurunan kadar kolesterol HDL dari 82,47 mg/dl menjadi 51,54 mg/dl. Hal ini disebabkan karena diet tinggi lemak akan menstimulasi pelepasan TNF-α. Kadarnya yang meningkat akan menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam hepar meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin (Kershaw and Flier, 2004; Huvers dkk., 2007). Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase, sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang
sekresi
dari
VLDL,
sehingga
terjadi
hipertrigliseridemia.
Hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan menukarkan trigliserida dari VLDL, ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada HDL dan LDL, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan LDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol
transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).
6.3.
Pycnogenol memperbaiki Profil Lipid Darah Hasil penelitian dan analisis data profil lipid darah pada kelompok kontrol,
kelompok P1, dan P2 menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levene test) untuk kelompok pre dan post-test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05). Uji perbandingan sebelum dan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol antara ketiga kelompok menggunakan uji One Way Anova. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan I (P1/ Pycnogenol 3,2mg) maupun kelompok perlakuan II (P2/ Pycnogenol) ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa profil lipid pada ketiga kelompok adalah sama atau dengan kata lain ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan profil lipidnya tidak berbeda (p > 0,05). Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan Pycnogenol antara ketiga kelompok menggunakan One Way Anova. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan I (P1), antara kontrol dengan kelompok perlakuan II (P2), dan juga antara kelompok P1 dengan kelompok P2. Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid secara bermakna pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa Pycnogenol selama 30 hari (p < 0,05). Hasil penelitian di atas, menunjukkan terjadinya perubahan bermakna profil lipid darah pada kelompok P1 yang diberi Pycnogenol 3,2 mg, kelompok P2 yang diberi Pycnogenol per oral 6,4 mg, selama 30 hari. Hal ini disebabkan karena Pycnogenol merupakan flavonoid alami yang memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan yang sangat kuat (Packer,1999; Ryan, 2008), di samping itu Pycnogenol juga mampu melindungi vitamin C bahkan mampu mendaur ulang vitamin C lebih efektif dari pada flavonoid lainnya (Kim dkk., 2000). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Delvaraj dkk. (2002), yang menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol LDL 104.38 mg/dl menjadi 97.11 mg/dl, sedangkan HDL mengalami kenaikan dari 48.07 mg/dl menjadi 52.15 mg/dl. pada sukarelawan obese yang diberi Pycnogenol 360 mg/hari selama 6
minggu. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Durackova (2003) di Amerika pada 21 pasien lelaki yang mengalami dysfungsi ereksi dengan kadar kolesterol diatas rata-rata, menunjukkan bahwa pemberian Pycnogenol 120 mg per hari selama 3 bulan menunjukkan rata-rata penurunan kolesterol total dari 209.4 mg/dl menjadi 192.7 mg/dl dan LDL sebesar 19.2% dari nilai rata-rata 107.6 mg/dl (Evidence-Base Integrative Medicine, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pycnogenol 6,48 mg dan 3,24 mg memperbaiki profil lipid darah, Penggunaan pycnogenol dengan dosis 3,24 mg sudah cukup baik memperbaiki profil lipid darah tikus yang dislipidemia.
6.4
Manfaat Pycnogenol terhadap Perbaikan Profil Lipid Darah Kekuatan Pycnogenol terletak pada potensinya dalam mencegah berbagai
penyakit dan gangguan kesehatan lain. Sebagai antioksidan, Pycnogenol memiliki aktivitas melindungi liposome dari peroksidasi lipid (Sivonova et al., 2006). Pycnogenol juga bisa dipergunakan untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, sindrom metabolik (Passwater, 2005).
Pycnogenol memiliki aktivitas cardioprotective melalui
kemampuannya memperbaiki profil lipid (Delvaraj dkk., 2002), Pycnogenol mengandung bahan yang sangat kuat sebagai antioksidan, seperti bahan yang memiliki molekul relatif besar seperti procyanidin dan molekul relatif kecil seperti catechin, epicatechin, dan asam organic. Molekul yang relatif besar
masuk ke dalam sirkulasi darah dan menjaga bagian luar sel, menghancurkan radikal bebas sebelum radikal bebas merusak bagian tubuh, Sedangkan Molekul yang relatif kecil dan asam organic dapat masuk ke dalam sel, menjaga sel terhadap radikal bebas. Vitamin E hanya memiliki sebuah cara kerja, oleh karena itu vitamin E adalah sebuah monophenol, sementara Pycnogenol adalah sebuah polyphenol. Menurut dr.Lester Packer dan teman pada Universitas California, Berkeley, Studi terhadap efektivitas Pycnogenol terhadap radikal bebas tahun 1997, apabila molekul vitamin C inaktif bertemu dengan salah satu bioflavonoid dari pycnogenol, maka molekul vitamin C inaktif bisa diregenerasi kembali menjadi molekul vitamin C aktif, vitamin C aktif juga meregenerasi vitamin E inaktif. Pycnogenol yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan akan mencegah terjadinya peroksidasi lipid. Beberapa studi menunjukkan bahwa Pycnogenol memiliki kandungan bioflavonoid kompleks dari beberapa bahan alami yang memiliki efek antioksidan yang sangat kuat, nutrisi anti peradangan, memperbaiki sirkulasi mulai dari arteri sampai pembuluh kapiler,
mengoptimalkan nitrit oksida, antihistamin, menjaga
kesehatan kulit (Passwater, 2005). Berdasarkan studi ternyata kemampuan Pycnogenol 190 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penghambatan enzim α-glucosidase oleh acarbose. Serta 4 kali lebih tinggi dibandingkan penghambatan enzim α-glucosidase oleh teh hijau. (Schäfer dan Höger, 2007). Pycnogenol efektif menghambat penyerapan glukosa dalam saluran pencernaan akan menurunkan kadar postprandial hyperglycemia. Penurunan kadar gula darah postprandial akan menyebabkan penurunan insulin postprandial. Penurunan insulin postprandial mengurangi perangsangan terhadap
aktivitas
enzim
HMGR(3-hydroxy-3-mehthylglutaryl-CoA
reductase)
dan
menurunkan aktivitas enzim ACAT(acyl CoA Cholesterol Acyltransferase) akan menurunkan sintesis kolesterol. Pycnogenol akan menurunkan sitokin peradangan TNF-α, akan meningkatkan sensitifitas insulin yang kemudian akan memperbaiki profil lipid sehingga kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL akan menurun sedangkan HDL akan meningkat.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian Pycnogenol 3,2 mg BB pada Tikus putih jantan jenis Wistar (albino rat) dengan Pycnogenol 3,2 mg BB dan selama 30 hari didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Pemberian Pycnogenol dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia. 2. Pemberian Pycnogenol dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.
3. Pemberian Pycnogenol dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia. 4. Pemberian Pycnogenol dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia. 5. Pycnogenol oral 6,48 mg menurunkan lebih rendah kadar LDl daripada 3,24 mg pada tikus putih jantan yang dislipidemia 6. Pycnogenol oral 6,48 mg meningkatkan lebih tinggi kadar HDL daripada 3,24 mg pada tikus putih jantan yang dislipidemia Walaupun pycnogenol 6,48 mg memperbaiki lebih baik dari pada pycnogenol 3,24 mg, akan tetapi pycnogenol 3,24 mg sudah cukup baik memperbaiki profil lipid darah pada tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia. 7.2 Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: 1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal Pycnogenol terhadap perbaikan profil lipid darah. 2. Disarankan
untuk
mengkonsumsi
Pycnogenol
memperbaiki profil lipid bagi penderita dislipidemia.
secara
tepat
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J., 2011. “Peran kolesterol HDL dalam mencegah penyakit arteri koroner pada penderita diabetes”: Artikel Ilmu Penyakit Dalam Universitas Hasanudin. Makasar, 1 Februari.
American Botanical Council. 2010. Scientific and Clinical Monograph for Pycnogenol(French Maritime Pine Bark Extract) Pinus pinaster Aiton subsp. Atlantica [Fam. Pinaceae]. Clinical Overview for Pycnogenol. Available at Http://www.herbalgram.org, accessed : May 5, 2010
Bagchi, D., Krohn,R.L., Bagchi,M. 1997. Oxygen Free Radical Scavenging Abilities of Vitamin C dan E, and A Grape Seed Proanthocyanidin Extract In Vitro. Res Commun Mol Pathol Pharmacol.p. 179-189
Brown, M.S dan Goldstein, J.L. 1991. Drugs Used in The Treatment of Hiperlipoproteinnemia. Pharmacological Basis of Therapeutics. 8th edition. New York: Mc. Graw Hill Book
Chaijadi, D. 2011. Kadar Normal Profil Lipid Tikus Albino Rat galur Wistar. (Belum diterbitkan).
Courteney, H. 2003. 500 of The Most Important Ways to Stay to Stay Younger Longer. Cico Books. London. p. 304
Darmawan I. 1987. Metabolisme Lipid. Biokimia Harper edisi 20. Jakarta. EGC; 232
Delvaraj, S., Vega-S Lopez, Kaul, N., Schonlau, F., Rohdewald, P., 2002. Supplementation of Pine Bark Extract Rich in Polyphenols Increases Plasma Antioxidant Capacity and Alters Plasma Lipoproteine Profile. Lipid; 37(10):931-934. Available from: URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
Durackova, Z., Trebaticka, B., Novotny, V., Zitnanova, I. Dan Breza, J. 2003. Lipid Metabolism and Erectile Function Improvement by Pycnogenol, Extract from The Bark of Pinus pinaster in Patients Suffering from Erectile Dysfunction – a Pilot Studi. Nutr Res; 23”: 1189-1198
Fine,A.M. 2000. Alternative Medicine Review.Vol.5, Number 2.p.141-151
Frankel,E.N., Kanner,J., German,J.B. 1993. Inhibiton of Oxidation of Human LowDensity Lipoprotein by Phenolic Substances in Red Wine. Lancet,241:454457
Ganong, W.F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 17. Penerjemah:Widjajakusuma,M.Dj. Jakarta; EGC
George Thieme Verlag. 1994. Color Atlas of Biochemistry.
Grimm, T., Chovanova, Z., Muchova, J., Sumegova, K., Liptakova, A., Durackova, Z., Hoger, P. 2006. Inhibition of NF-kappaB activation and MMP-9 secretion by plasma of human volunteers after ingestion of maritime pine bark extract (Pycnogenol). J Inflamm; 3:1-6
Goldenberg, A.C., Dislipidemia. Available from : http://www.merck.com/mmpe/sec12/ch159/ch159b.html Accessed : 4 April 2010,
Grundy,S.M. 1991. Multifactorial etiology of hipercholesterolemia: implication
for prevention of coronary heart disease. Arteriosclerosis and Thrombosis 11: 16191635.
Grundy. 2004. Preventium and Mangement of Dislipidemia and the Metabolic
Syndrome in Obese Patients. Handbook of Obesity. Second Edition. New York: Marcel Dekker, Inc. P. 116
Guyton, A.C., Hall, J.E. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi IX, Penerjemah: Setiawan I, Tengadi LMAKA, Santoso A, Jakarta: EGC
Halim, H. Majalah Kedokteran Damianus. V.01. 5, No.3. September 2006
Hasegawa, N. 1999. Stimulation of Lipolysis by Pycnogenol. Phytother Res:13(7):619-20.
Available
from:
URL
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10548759
Hasegawa, N. 2000. Inhibition of Lipogenesis by Pycnogenol. Phytother Res; 14(6):472-473. Available from: URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10960907. Accessed May 8, 2010
Huvers, F. C., Popa,C., Netea,M.G., Van den Hoogen, F.H.J., Tack,C.J. 2007. Improved insulin sensitivity by anti-TNF-a antibody treatment in patients with rheumatic diseases. Ann. Rheum.Dis. In press.
Ikonen, E., Vainio, S., 2005. Lipid Microdomains and Insulin Resistance: Is There a Connection?. Science signaling STKE; 268:p.pe3. Available from: URL: : http://stke.sciencemag.org/cgi/content/abstract/sigtrans;2005/268/pe3. Accessed May 6, 2010 Kershaw, E. E., Flier, J.S., 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolisme; 89 (6), 2548 – 2556
Kim, J., Chehade J., Pinnas J.L., Mooradian, A.D. 2000. Effect of select antioxidants on malondialdehyde modification of proteins. Nutrition 16: 1079-1081 Koch, R. 2002. Comparative Studi of Venostatin and Pycnogenol in Chronic Venous Insufficiency. Phytotherapy Res; 16:1-5. Lichtenstein, A., Jones, P. 2005. Lipids: Absorption and Transport. Present Knowledge in Nutrition. 9th edition, Washington, D.C. p.111-124 Liu, X., Zhou, H.J., Rohdewald, P., 2004. French Maritime Pine Bark Extract Pycnogenol Dose-Dependently Lowers Glucose in Type 2 Diabetic Patients. Diabetes Care; 27(3):834 Mayes PA, Botham KM. 2003. Lipid Transport and Srorage. Harper's illustrated Biochemistry. 26th ed.U SA. Mc Graw Hill. 205-18 Miller, P. L., Reinagel, M., Life Extension Foundation. 2005. The New Science of Growing Older without Aging.A Lynn Sonberg Book, Bantam Books. Murray M, Pizzorno J. 1999. The Textbook of Natural Medicine. Second Edition. London : Churchill Livingston. p. 899-902 Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W., 2003. Harper’s Illustrated Biochemistry. 21th Ed. McGraww-Hill Companies Inc. Lange Medical Publication O’Rourke, L., Gronning, L.M., Yeaman, S.J., Shepherd, P.R. 2002. J.Biol.Chem.277, 42557-42562
Osborne, A.R et al. 2004. Biochem. Biophys. Res. Commun. 318,814-818
Packer, L., Rimbach, G., Virgili, F. 1999. Antioxydant Activity and Biologic Properties of A Procyanidin-Rich Extract From Pine (Pinus Maritima) Bark. Free Radical Biology And Medicine; 27(5/6):704-724 Pangkahila, A. t.t. Buku Ajar Pedoman Praktis Analisis Statistik dengan SPSS. Denpasar Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta : Kompas Park, Y.C., Rimbach, G., Saliou, C., Valacchi, G., Packer, L., 2000. Activity of Monomeric, Dimeric and Trimeric Flavonoid on NO Production, TNFAlpha Secretion and NF-kappa B-dependent Gene Expression in RAW 264.7 Macrophages. FEBS Lett; 465(2-3):93-97. Available from URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. Accessed May 6, 2010 Passwater, R.A., Chalem, J. 2005. User’s Guide to Pycnogenol Nature’s Most Verstile Supplement. Basic Health Publication Inc. USA Peng, Q., Wei, Z., Lau, B.H., 2000. Pycnogenol Inhibits Tumor Necrosis FactorAlpha-Induced Nuclear Factor-kappa-B Activation and Adhesion Molecule Expression
in
Human
Sci;57(5):834-841.
Vascular Available
Endotelial from:
Cells.Cell
Mol
URL
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10892347. Accesed May 6, 2010
Life :
Perkeni. 2006. Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta. Forum Studi Aterosklerosis dan Penyakit Vaskular Indonesia Pihijamaki, J., Gylling, H., Miettinen, T.A. and Laakso, M. (2004) J. Lipid Res. 45, 507–512 Pocock, 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. Chichester : John Willey dan Sons. p. 127-128 Rohdewald, P. 2002. A Review of The French Maritime Pine Bark Extract (Pycnogenol), A Herbal Medication with A Diverse Clinical Pharmacology. Int J Clin Pharm Ther; 40:158-168 Program Pascasarjana Universitas Udayana. 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis, dan Disertasi. Denpasar.
Rong, Y., Li, L., Shah, V., Lau B,H,S. 1995. Pine Bark Extract Protected Vascular Endotelial Cell From Oxidative Damage. Biotechnol Ther; 5:117-126 Ryan, J., Croft, K., Wesnes, K., Stough, C. 2008. An examination of the effects of the antioxidant Pycnogenolon cognitive performance, serum lipid profile, endocrinological and oxidative stress biomarkers in an elderly population. J Psychopharmacol 22: 553-562 Schäfer, A., Chovanová, Z., Muchová, J., Sumegová, K., Liptáková, A., Duracková, Z., Högger, P. 2005. Inhibition of COX-1 and COX-2 activity by plasma of human volunteers after ingestion of French maritime pine bark extract (Pycnogenol®). Biomed Pharmacother ;60: 5-9
Schäfer, A., Höger, P. 2007. Oligometric Procyanidins of French Maritime Pine Bark Extract (Pycnogenol) effectively inhibits α-glucosidase. Diabetes Res Clin Pract;77: 41-46 Shulman, G.I. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistance. J. Clin. Invest. 106, 171. Sivonova, M., Zitnavova, I., Horakova, L., Strosova, M., Muchova, J., Balgavy, P., Dobrota, D., Durackova, Z., 2006. The Combined Effect of Pycnogenol with Ascorbic Acid and Trolox on the Oxidation of Lipids and Proteins. Gen Physiol Biophys; 25:379-396 Sugiri. 2007. Peran Penataan Gaya Hidup dalam Pencegahan Penyakit Jantung Iskemik. Universitas Diponegoro Press. Semarang Suryohudoyo P, 2000. Kapita Selekta llmu Kedokteran Molekuler, Jakarta: Sagung Seto, hlm. 3 1-47 Sutardhio, H. 2006. Meditek. Januari-April.Vol.14 No.36 Widowati, W. 2007.Majalah Kedokteran Damianus, Vol.6, No.3 September. Watson, R.W. 2003. Pycnogenol and Cardiovascular Health. Evidence-Base Integrative Medicine; 1(1): 27-32 Yang, H.M., Liao, M.F., Zhu, S.Y., Liao, M.N., and Rohdewald, P., 2007. A Randomized , doubel-blind, placebo-controlled trial on The Effect of Pycnogenol on the Climacteric Syndrome in Peri-Menopausal Woman. Acta Obstetri Gynecology Scand; 86: 978-985. Zachary, T., Bloomgarden, M.D.,
2005. 2nd International symposium on
Triglyseride and HDL, Metabolic Syndrome, Diabetes Care; 28:2577-2584
Lampiran Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok T_Colesterol_pre
Kontrol Perlakuan 1
Perlakuan 2 Trigliserida_pre Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 HDL_pre Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 LDL_pre Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 T_Colesterol_mtk Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Trigliserida_mtk Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 HDL_mtk Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 LDL_mtk Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 T_Colesterol_post Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Trigliserida_post Kontrol
Statistic .148 .155 .156 .126 .120 .225 .191 .131 .150 .151 .201 .129 .161 .188 .200 .204 .245 .128 .142 .163 .196 .152 .132 .136 .170 .175 .226 .161
df
Shapiro-Wilk
Sig. 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Statistic
df
Sig.
.200
*
.934
10
.493
.200
*
.914
10
.312
*
.949 .919 .973 .913 .908 .950 .979 .957 .924 .949 .893 .908 .960 .952 .857 .962 .959 .905 .927 .928 .969 .978 .920 .921 .949 .956
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
.657 .352 .915 .299 .269 .674 .959 .750 .394 .662 .184 .270 .791 .691 .070 .804 .780 .247 .421 .429 .880 .956 .356 .361 .657 .734
.200 .200* .200* .163 .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .090 .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .160 .200*
Perlakuan 1 .131 Perlakuan 2 .178 HDL_post Kontrol .123 Perlakuan 1 .133 Perlakuan 2 .175 LDL_post Kontrol .182 Perlakuan 1 .201 Perlakuan 2 .155 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
10 10 10 10 10 10 10 10
.200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200*
.974 .928 .982 .972 .927 .919 .884 .923
10 10 10 10 10 10 10 10
.923 .430 .974 .905 .420 .346 .147 .384
95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
T_Colesterol Kontrol _pre Perlakuan 1
10 1.0516E2
3.13579
.99162
102.9155
107.4019
10 1.0754E2
2.85543
.90297
105.4970
109.5823
Perlakuan 2
10 1.0571E2
3.66190
1.15799
103.0947
108.3338
Total
30 1.0614E2
3.28842
.60038
104.9097
107.3655
2.2140
.7001
64.004
67.172
Trigliserida_ Kontrol
10
69.588
pre
Perlakuan 1 Perlakuan 2
10 10
69.265 70.662
2.8959 2.5811
.9158 .8162
67.193 68.815
71.336 72.508
Total
30
69.805
3.3058
.6035
67.271
69.739
Kontrol
10
80.839
2.2407
.7086
79.236
82.442
Perlakuan 1
10
82.476
3.5166
1.1121
81.960
86.991
Perlakuan 2
10
81.538
2.2407
.7086
79.936
83.141
Total
30
81.284
3.0858
.5634
81.132
83.437
Kontrol
10
18.677
2.3818
.7532
16.973
20.381
Perlakuan 1
10
18.047
1.1585
.3664
17.219
18.876
Perlakuan 2
10
18.521
1.6514
.5222
17.339
19.702
Total
30
18.415
1.7600
.3213
17.758
19.072
T_Colesterol Kontrol _mtk Perlakuan 1
10
295.159
3.9237
4.4031
265.198
285.119
10
294.286
4.2952
1.3583
291.213
297.358
Perlakuan 2
10
294.127
5.0083
1.5838
290.544
297.710
Total
30
294.857
7.5334
2.2883
283.177
292.537
Trigliserida_ Kontrol mtk Perlakuan 1
10
147.647
3.6155
1.1433
145.061
150.233
10
148.676
7.7646
2.4554
143.122
154.231
Perlakuan 2
10
148.971
4.1479
1.3117
146.003
151.938
Total
30
148.431
5.3329
.9736
146.440
150.423
Kontrol Perlakuan 1
10 10
48.245 48.811
2.4899 3.0713
.7874 .9712
43.464 46.614
47.026 51.008
Perlakuan 2
10
50.350
2.6578
.8405
48.448
52.251
Total
30
49.135
3.4312
.6264
46.854
49.416
Kontrol
10
168.426
2.2704
.7180
160.802
164.050
Perlakuan 1
10
169.586
2.8337
.8961
167.559
171.613
Perlakuan 2
10
167.160
3.3151
1.0483
164.788
169.531
Total
30
168.391
4.0800
.7449
164.867
167.914
T_Colesterol Kontrol _post Perlakuan 1
10
391.032
6.4373
2.0357
386.427
395.637
10
153.545
3.8143
1.2062
150.816
156.274
Perlakuan 2
10
110.162
1.6694
.5279
108.968
111.356
Total
30
218.246 125.6379
22.9382
171.332
265.160
Trigliserida_ Kontrol post Perlakuan 1
10
183.529
2.8834
.9118
181.467
185.592
10
95.570
2.1229
.6713
94.051
97.089
Perlakuan 2
10
72.666
2.2311
.7055
71.070
74.262
Total
30
117.255
48.6605
8.8841
99.085
135.425
Kontrol
10
34.196
2.2467
.7105
32.589
35.803
Perlakuan 1
10
64.207
2.3001
.7274
62.562
65.852
Perlakuan 2
10
83.458
1.7826
.5637
82.183
84.733
HDL_pre
LDL_pre
HDL_mtk
LDL_mtk
HDL_post
LDL_post
Total Kontrol
30 10
60.620 190.710
20.7185 2.8725
3.7827 .9084
52.884 188.655
68.357 192.765
Perlakuan 1
10
70.225
5.0620
1.6007
66.604
73.846
Perlakuan 2
10
12.117
1.6140
.5104
10.962
13.272
Total
30
91.017
75.7242
13.8253
62.741
119.293
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic T_Colesterol_pre Trigliserida_pre HDL_pre LDL_pre T_Colesterol_mtk Trigliserida_mtk HDL_mtk LDL_mtk T_Colesterol_post Trigliserida_post HDL_post LDL_post
df1
.577 .428 1.676 2.707 6.018 1.646 .172 .345 3.913 .758 .513 10.440
df2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Sig. 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
.568 .656 .206 .085 .127 .212 .843 .711 .332 .478 .604 .156
ANOVA Sum of Squares T_Colesterol_ Between Groups pre Within Groups
2
282.565
27
313.597
29
137.363
2
179.552
27
316.915
29
74.462
2
Within Groups
201.672
27
7.469
Total Between Groups
276.134 2.150
29 2
1.075
Within Groups
87.682
27
3.247
Total
89.832
29
Trigliserida_pr Between Groups e Within Groups Total
LDL_pre
Mean Square
31.032
Total
HDL_pre
df
Between Groups
F
15.516 1.483
Sig. .245
10.465 68.682 2.328
.327
6.650 37.231 4.984
.331
.284
.721
T_Colesterol_ Between Groups mtk Within Groups
2418.871 2136.621
2 27
4555.493
29
9.660
2
4.830
815.095
27
30.189
Total
824.755
29
Between Groups
137.154
2
Within Groups
204.264
27
Total
341.418
29
Between Groups
265.187
2
Within Groups
217.569
27
Total
482.756
29
457232.845
2
228616.422
528.973
27
19.592
457761.818
29
68507.158
2
34253.579
160.187
27
5.933
68667.345
29
12326.789
2
6163.395
121.642
27
4.505
12448.432
29
165962.233
2
82981.117
328.321
27
12.160
166290.554
29
Total Trigliserida_m Between Groups tk Within Groups HDL_mtk
LDL_mtk
T_Colesterol_ Between Groups post Within Groups Total Trigliserida_po Between Groups st Within Groups Total HDL_post
Between Groups Within Groups Total
LDL_post
Between Groups Within Groups Total
1209.436 1.283 79.134
.104
.160
.853
68.577 2.065
.351
7.565 132.593 1.955
.348
8.058 1.167E 4
.000
5.774E 3
.000
1.368E 3
.000
6.824E 3
.000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons LSD
Dependent Variable
Mean Difference (I(I) Kelompok (J) Kelompok J)
T_Colesterol Kontrol _post Perlakuan 1
Lower Bound
Upper Bound
237.4867*
1.9795 .000
233.425
241.548
Perlakuan 2
*
1.9795 .000
276.808
284.931
*
1.9795 .000 -241.548 -233.425
*
1.9795 .000
*
1.9795 .000 -284.931 -276.808 1.9795 .000 -47.445 -39.321
Kontrol
280.8697 -237.4867 43.3830
39.321
47.445
-280.8697 -43.3830*
Perlakuan 1
87.9594*
1.0893 .000
85.724
90.194
Perlakuan 2
*
1.0893 .000
108.628
113.098
*
1.0893 .000
-90.194
-85.724
Perlakuan 2
22.9040*
1.0893 .000
20.669
25.139
Perlakuan 2
Kontrol Perlakuan 1
*
-110.8634 -22.9040*
Kontrol
Perlakuan 1
-30.0112*
.9492 .000
-31.959
-28.064
Perlakuan 2
*
.9492 .000
-51.210
-47.315
*
.9492 .000
28.064
31.959
*
.9492 .000
-21.199
-17.303
*
.9492 .000
47.315
51.210
*
.9492 .000
17.303
21.199
120.4851
*
1.5595 .000
117.285
123.685
178.5931
*
1.5595 .000
175.393
181.793
*
1.5595 .000 -123.685 -117.285
Perlakuan 1
Perlakuan 1
Kontrol
Kontrol Perlakuan 2
Perlakuan 2
Kontrol Perlakuan 1
LDL_post
Sig.
Kontrol Perlakuan 1
Trigliserida_ Kontrol post
HDL_post
Std. Error
Perlakuan 1
Perlakuan 2 Perlakuan 2
95% Confidence Interval
Kontrol
Perlakuan 1 Perlakuan 2
Perlakuan 1
Kontrol
110.8634 -87.9594
-49.2622 30.0112 -19.2510 49.2622 19.2510
-120.4851
1.0893 .000 -113.098 -108.628 1.0893 .000 -25.139 -20.669
Perlakuan 2
Perlakuan 2 Kontrol
58.1080* -178.5931*
Perlakuan 1 -58.1080* *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
1.5595 .000 54.908 61.308 1.5595 .000 -181.793 -175.393 1.5595 .000
-61.308
-54.908