FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH • Faktor Genetik/ Internal • Faktor Lingkungan/ Eksternal
FAKTOR GENETIK • Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. • Mutu benih berbeda antar spesises/jenis dan antar varietas dalam satu spesies • Setiap jenis atau varietas memiliki identitas genetik yang berbeda. Contoh : mutu daya simpan benih kedelai lebih rendah dibanginkan dengan mutu daya simpan benih jagung Kekuatan tumbuh (vigor) dan produksi benih jagung hibrida lebih tinggi dari benih jagung biasa (komposit). Padi var. Peta memiliki daya simpan yang lebih baik dari benih padi var. Chainan.
FAKTOR LINGKUNGAN • Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pancapanen, maupun saat pemasaran benih. • Faktor-faktor tersebut adalah : Lokasi produksi, Waktu tanam, Teknik budidaya, Waktu dan cara panen, Pengolahan, Penyimpanan
Lokasi produksi • Lokasi produksi benih dipilih lahan yang subur, tidak merupakan sumber investasi hama dan penyakit, serta sumber kontaminan terhadap varietas tanaman yang akan diproduksi. • Dalam memilih lokasi produksi, senantiasa memperhatikan sejarah lahan dan kondisi pertanaman sekitar lahan.
Keuntungan Memproduksi Benih di Wilayah yang Sesuai • Hasil benih yang dibentuk dan diperoleh tinggi dan relatif stabil; • Perkecambahan dan vigor benih tinggi; • Penyakit terbawa benih sering dapat dihindarkan atau lebih mudah dikendalikan.
Tabel 2. Pengaruh lokasi terhadap mutu benih Perlakuan
Daya Berkecambah (%)
Kecepatan Berkecambah (%/hari)
Keserempak Daya an Hantar Berkecamba Listrik h (%) (µmhos/g)
Lokasi 1
95.33 a
16.95 b
74.8 b
4.86 a
Lokasi 2
96.00 a
17.74 ab
79.0 ab
4.49 a
Lokasi 3
95.77 a
17.92 a
80.4 a
5.16 a
Waktu tanam • Berkaitan dengan waktu tanam, hal terpenting adalah memperkirakan bahwa saat panen benih tidak dilakukan pada musim hujan. Sebaliknya, selama fase pertumbuhan (fase vegetatif) curah hujan hendaknya cukup memadai. • Kesalahan dalam menentukan waktu tanam bisa mengakibatkan proses pembentukan dan perkembangan benih kurang sempurna (terutama fase pengisian biji/grain filling) sehingga kuantitas maupun kualitas benih menjadi rendah.
Teknik budidaya • Semua tindakan dalam teknik budidaya produksi benih akan berpengaruh langsung terhadap mutu benih. Dari mulai tingkat kesuburan lahan dan teknik pemupukan, jarak tanam, status serangan hama dan penyakit serta pengendaliannya, kondisi gulma, pengelolaan air, sampai perlindungan tanaman dari penyerbukan silang. • Untuk mendapatkan benih bermutu tinggi, teknik budidaya produksi benih perlu berpedoman pada kaidah-kaidah sertifikasi benih.
Waktu dan cara panen • Dalam pembentukannya, benih mengalami beberapa stadia, yaitu stadia pembentukan, stadia perkembangan benih, stadia matang morfologis, dan stadia masak fisiologis. • Pada stadia masak fisiologis, bobot kering benih, daya berkecambah, dan vigor mencapai maksimum dan benih telah siap lepas dari tanaman induknya. Namun, pada saat itu kadar air benih cukup tinggi sehingga tidak cukup aman terhadap kerusakan mekanik pada saat panen maupun pascapanen. • Oleh karenanya, saat panen yang sering dilakukan yaitu beberapa hari setelah masak fisiologis, sampai kadar air benih cukup aman untuk panen dan penanganan pasca panen. • Jika kondisi lingkungan memungkinkan (tidak ada hujan, gangguan hama dan penyakit serta benih rontok), panen benih ditunda sebagai tindakan pengeringan dan penyimpanan benih di lapangan.
• Agar benih tidak rusak pada saat panen, hendaknya digunakan alat panen yang tidak menimbulkan kerusakan mekanik (fisik) benih. • Panen secara manual atau menggunakan alat panen sederhana merupakan cara panen terbaik karena tidak menimbulkan kerusakan fisik yang berarti, meski cara ini kurang efisien.
Penimbunan dan penanganan hasil • Ketika dipanen, kadar air benih masih relatif tinggi dan masih dalam bentuk calon benih (masih dalam malai, di dalam polong kelobot, atau struktur pembungkus benih lainnya). Keadaan tersebut membawa konsekuensi pada tingginya proses metabolisme yang terjadi di dalam benih, tingginya tingkat kepekaan benih terhadap benturan dengan alat-alat (mesin) pengolahan pada pascapanen, serta tingginya potensi serangan hama dan penyakit. Oleh karenanya, sistem penimbunan dan penanganan hasil sangat berpengaruh pada kualitas benih yang akan dihasilkan.
• Penimbunan hasil yang baik ditujukan untuk menghindari terjadinya proses metabolisme anaerobik pada benih. Tempat penimbunan hasil hendaknya cukup luas dan mempunyai sirkulasi udara yang baik. Jika tempat penimbunan berupa ruang terbuka, perlu digunakan alas dan penutup timbunan benih yang kedap air, seperti terpal plastik, untuk menghindari pengembunan pada malam hari. • Berkaitan dengan penanganan hasil, benih hendaknya sesegera mungkin diproses untuk menghindari dampak buruk. Semakin cepat proses penanganan benih, semakin baik mutu benih yang dihasilkan karena memperkecil energi yang terbuang akibat proses metabolisme benih selama di dalam penimbunan.
Tabel. Pengaruh interaksi kondisi ruang simpan dan periode simpan terhadap kadar air benih Periode Simpan (minggu)
Kamar
AC
Kulkas
0 3 6 9 12 15
5.48h 6.16f 6.64d 7.03bc 7.58a 7.34ab
5.48h 6.24f 6.09g 6.92cd 6.60de 6.45ef
5.48h 6.08g 4.99i 6.13f 6.15f 5.37h
• Produksi benih tanaman minimal melibatkan dua aspek penting, yaitu : a. Prinsip Genetik : pengendalian mutu benih internal yang dilaksanakan oleh produsen benih agar kemunduran genetik tidak terjadi dan benih yang dihasilkan memiliki mutu genetik (kemurnian) yang tinggi. b. Prinsip Agronomik tindakan budidaya produksi agar benih yang dihasilkan dapat maksimum, baik dalam kuantitas (jumlah) maupun kualitas (terutama mutu fisik dan mutu fisiologis benih).