EKSPLORASI DAN STUDI KERAGAMAN GARCINIA L. BERDASARKAN SUMBER BUKTI MAKROMORFOLOGI DAN PEMANFAATANNYA BAGI PERKULIAHAN MORFOLOGI TUMBUHAN Zulkifli Dahlan, Laila Hanum, dan Eprilia Zahar*) Abstract: The research on Exploration and Study of Garcinia L. Varieties at South Sumatera based on source of Macromorphology Evidences had been done from June to November 2004 which was located on some areas at South Sumatra. Garcinia L. was identified at Herbarium Bogoriense, Bogor. Macromorphology and preparation of determination key were made at herbarium Department of Biology, Faculty of Mathematic and Nature Science, Sriwijaya University. The purpose of the research was to know about Garcinia L. varieties at South Sumatera based on macromorphology. The methods which been used in this research were explorative-descriptive. The sampling locations were established by using purposive sampling method and sampling taking was conducted by using incidental sampling method. From observation results on macromorphology, characteristics were obtained for 7 species of Garcinia L. at South Sumatra which are Garcinia macrophylla Miq., G. bancana (Miq.) Miq., G. parvifolia (Miq.) Miq. syn, G. dioica Blume, G. fobesii King, G. celebica L., G. nigrolineata Planch., G. mangostana L.. macromorphology characteristic which showed diversities of Garcinia L. being varieties of leaf. Keywords: exploration, Garcinia L., macromorphology
Indonesia merupakan salah satu wilayah yg memiliki keanekargaman hayati yang tinggi Kekayaan jenis flora di wilayah ini diperkirakan menvapai 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari jenis flora di dunia. Belum termasuk jenis lumut dan ganggang yang mencapai sekitar 35.000 jenis atau 40% diantaranya endemik di Indonesia (Mogea et al., 2001). Garcinia L. merupakan salah satu marga yang termasuk ke dalam suku Clusiaceae. Garcinia L. memiliki jumlah anggota yang cukup besar yaitu sekitar 1000-1200 jenis yang tersebar luas terutama di dareah tropis basah (Woodland 1991:193). Bedasarkan sifat morfologinya, Backer & van den Brink (1963: 383-387) mengelompokan Clusiaceae di pulau Jawa berdasarkan empat marga yaitu Mesua L., Mammea L., Calophyllum L., dan Garcinia L.. Penelitian mengenai studi keragaman Garcinia mangostana L. di Sumatra Barat telah dilakukan Mansyah et al. (1992:12) berdasarkan ukuran daun, ukuran buah, dan jumlah juring. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa ada tiga kelompok dari Garcinia mangostana L. Taksonomi Tumbuhan adalah salah satu cabang imu dalam biologi yang menangani
mekanisme dalam penataan mahluk hidup terutama kelompok tumbuhan (Adisoemarto dan Suhardjono, 1997). Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonmi Tumbuhan adalah pengenalan (identifikasi) klasifikasi, dan tatanama sifat dan ciri morfologi dapat dijadikan dasar untuk membedakan dan mengkaji keragaman dari masing-masing jenis. Radford (1986:180181) menyatakan bukti morfologi menjadi dasar dalam penentuan karakteristik suatu tanaman, identifikasi dan hubungan kekerabatan. Umumnya data morfologi mudah ditemukan dan diamati sehingga sering digunakan dalam studi taksonomi. Hildebrand (1949:53) melaporkan di Sumatera Selatan ditemukan 10 jenis Garcinia L. yang tersebar hanya di tiga daerah, yaitu Banyuasin, Kubu (Musi Rawas) dan Lematang Ilir (Muara Enim). Menurut hasil survei lapangan pada beberapa daerah di Sumatra Selatan kecuali daerah yang telah dilaporkan oleh Hildebrand (1949:53) ditemukan beberapa jenis Garcinia L.. Sehubungan dengan belum adanya laporan terbaru mengenai jumlah dan penyebaran Garcinia L. di Sumatra Selatan dan hasil survei lapangan
*) Zulkifli Dahlan, Laila Hanum, dan Eprilia Zahar adalah dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya 164
165 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 2, MARET 2009
yang menunjukan adanya keragaman morfologi diantara jenis-jenis Garcinia L., maka dilakukan eksplorasi dan studi keragaman jenis-jenis Garcinia L. di daerah ini. Hasil dari penelitian dapat diketahui kekayaan jenis tumbuhan di Sumatera Selatan terutama dari genus Garcinia L., selain itu dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran taksonomi tumbuhan sebagai bahan pengayaan untuk mengetahui kekerabatan antar jenis dari suatu genus.
METODE PENELITIAN
Pengambilan spesimen dari berbagai jenis Garcinia dilakukan di beberapa daerah di Provinsi Sumatera Selatan yaitu Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Musi rawas, Musi Banyuasin, Muara Enim, dan Lahat. Kemudian spesimen diperiksa di laboratorium Taksonomi FMIPA Universitas Sriwijaya. Alat dan bahan yang digunakan berupa busur derajat, botol koleksi, gunting tanaman, kaca pembesar, kamera, dan teropong. Untuk mengawetkan spesimen digunakan alkohol 70% dan spiritus. Penentuan lokasi penelitian secara purposeive sampling, sedangkan pengambilan sample secara incidental sampling masing-masing jenis Garcinia diambil 3 sampel. Penelitian dilakukan dengan metode survei deskriptif dan wawancara dengan masyarakat setempat. Karakter morfologi yang diamati dan diukur adalah organ vegetatif, organ generatif, habitat, habit, dan warna getah. Selain itu juga dicatat nama lokal dan kegunaannya. Deskripsi dan identifikasi jenis-jenis Garcinia dilakukan dengan cara (1) mencocokkan dengan spesimen di Herbarium Bogoriense dan (2) menggunakan kunci determinasi dari Backer dan van den Brink (1965), Watanabe (1969), Kochummen (1978) dan Woodland (1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi didapatkan 7 jenis Garcinia L. yaitu Garcinia macrophylla Miq., Garcinia bancana (Miq.) Miq., Garcinia parvifolia (Miq.) Miq. syn Garcinia dioica Blume, Garcinia fobesii King., Garcinia celebica L., Garcinia nigrolineata Planch. Ex T. Anders, Garcinia mangostana L. dari masing-
masing jenis tersebut dapat dibedakan berdasarkan deskripsi morfologinya masing-masing. (1) Monograf Jenis-Jenis Garcinia L. (a) Garcinia macrophylla Miq., Backer, C.A. dan R.C.B. van den Brink 1963. Flora of Java, Vol I. p. 386; Ridley, Straits Buletin 1902, p. 375.; Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jilid Ke-II. p. 1384. Nama daerah: Kandis Gajah (Ind); Asam Gelugor (Ogan Ulu) Jenis ini berupa pohon dengan tinggi 20-30 m dan diameter batang 130 cm. Arah tumbuh batangnya lurus (erectus), jenis batang berkayu (lignosus), warna batang coklat tua, bentuk lintang batang bulat (teres), batangnya mengeluarkan getah berwarna kuning seperti belerang. Daun seperti kulit (coriaceus), tersusun berseling-berhadapan (folia opposita), bentuk helaian daun jorong (ovalis), panjang daun 38 cm dan lebar daun 19 cm, ujung daun tumpul (obtusus) dengan sudut 1500, pangkal daun membulat (rotundus) dengan sudut 1600, pinggir daun rata (integer), permukaan atas daun kesat dan berwarna hijau tua, permukaan bawah daun licin (leavis) dan berwarna hijau muda, per-tulangan daun menyirip (penninervis) tangkai daun keras dan bentuknya bersegi (angularis) permukaan daun kesat, warna tangkai daun hijau muda, panjang tangkai 4 cm dan diameter 0,668 cm Siter pesimen: Deskripsi sesuai dengan data spesimen : Sumatra Selatan, Desa Lukis Rejo, Juli 29, 2004, Eprilia 01(SRI.fr) Penyebaran: Di Desa Lukis Rejo Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Menurut Heyne (1987:1384) jenis ini jarang didapati di Palembang (Sumatra Selatan) Pengenalan jenis: jenis ini dikenali dengan warna batang yang coklat tua, helaian daun yang tumpul (obtusus), ukuran daunnya besar dengan panjang daun 38 cm dan lebar daun 19 cm, pangkal daun membulat (rotundatus) dengan sudut 1600, bentuk tangkai daun bersegi (angularis), permukaan tangkai daun kesat. Kegunaan: Jenis ini buahnya dapat dimakan dan rasa yang asam. Habitat: Jenis ini mudah tumbuh di daerah ter-
Dahlan, Laila dan Eprilia, Eksplorasi dan Studi Keragaman Garcinia L. 166
buka pada ketinggian ±250 m diatas permukaan laut. (b) Garcinia bancana (Miq.) Miq., Ridley, H. N. 1922. Flora of The Malay Peninsula. Vol. I. p. 174-175; Burkill, I. H. 1935.A Dictionary of The Economic Products of The Malay Peninsula. Vol I. p. 1048; Watanabe 1969. Collection of Illustrated Tropical Plant. p 186; Whitmore. T. C. 1973. The Flora of Malay. Vol 2. p. 206. Nama daerah: Behuas Putih (Ogan Ulu); Behuas (Lubai) Jenis ini berupa pohon dengan ukuran yang kecil hingga sedang, memiliki tinggi mencapai 33 m dengan diameter 120 cm. Arah tumbuh batang lurus (erectus), jenis batang berkayu (lingnosus), warna batang coklat kehijauan, bentuk lintang batang persegi 3-4 (angularis), batangnya mengeluarkan getah berwarna kuning. Daun seperti kertas (papyraceus), tersusun berseling-berhadapan (folia opposita), bentuk helaian daun jorong (ovalis), panjang daun 21,5 cm dan lebar daun 10 cm, ujung daun tumpul (obtusus) dengan sudut 1350, pangkal daun menyempit (attenuatus) dengan sudut 900, tepi daun rata (integer), permukaan atas daun licin mengkilap dan berwarna hijau muda, permukaan bawah daun kesat dan berwarna hijau muda, pertulangan daun menyirip (penninervis) tangkai daun keras, bentuknya bulat (teres) permukaan tangkai licin, panjang tangkai 2-3,2 cm dan diameter 0,2 cm Siter spesimen: Deskripsi sesuai dengan data spesimen Sumatera Selatan, Desa Lukis Rejo, Juli 28, 2004, Eprilia 02 (SRI.fr) Penyebaran: Di Desa Lukis Rejo Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Burkill (1935:1048) menentukan jenis ini di Malay Peninsula, mulai dari Perak dan Sebelah Selatan Pahang hingga di Sumatra dan Bangka. Pengenalan jenis: Jenis ini dikenali dengan bentuk lintang batangnya bersegi (angularis), warna batang coklat kehijauan, bentuk helaian daun oval (ovalis), panjang daun 21,5 cm dan lebar 10 cm, ujung daun tumpul (obtusus) dengan sudut 1350, warna daun yang sudah kering coklat kemerahan.
Kegunaan: Menurut Burkill (1935:1048) kayunya bernilai ekonomis karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, buahnya di makan oleh masyarakat. Habitat: Jenis ini dapat hidup di daerah pasang surut dan tanah berlumpur (Burkill 1935:1048). (c) Garcinia parvifolia (Miq.) Miq. syn Garcinia dioica Blume, Ridley, H. N. 1922. Flora of The Malay Peninsula. Vol. I. p. 177; Burkill, I. H. 1935. A Dictionary of the Economic Products of the Malay Peninsula. Vol I. p 1056; Whitmore. T. C. 1973. Flora of Malay. Vol 2. p. 219. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jilid KeII. p. 1387. Nama daerah: Asam Kandis (Semendo); Kandes (Ogan Ulu); Kandis Burung (Beringin) Jenis ini berupa pohon dengan ukuran yang kecil hingga sedang, tinggi ada yang mencapai 33 m dan diameter 140 cm. Arah tumbuh batang lurus (erectus), jenis batang berkayu (lingnosus), warna batang coklat kehijauan, bentuk lintang batang bulat (teres), batangnya mengeluarkan getah berwarna kuning pekat. Daun seperti kertas (Papyraceus), tersusun berseling-berhadapan (folia opposita), bentuk helaian daun memanjang (oblongus), panjang daun 10,5 cm dan lebar 3,7 cm, ujung daun meruncing (acuminatus) dengan sudut 500, pangkal daun runcing (acutus) dengan sudut 1050, pinggir daun rata (integer), permukaan atas daun licin (leavis) mengkilap dan berwarna hijau tua, permukaan bawah daun licin (leavis) mengkilap dan berwarna hijau pupus, pertulangan daun menyirip (penninervis) tenggelam, tangkai daun bulat (teres), permukaan tangkai licin, warna tangkai hijau muda, panjang tangkai 1,1 cm dan diameter 0,175 cm. Siter spesimen: Deskripsi sesuai dengan data spesimen Sumatra Selatan, Desa Muara Dua Semendo Darat Laut, Agustus 3, 2004, Eprilia 03 (SRI.fr) Penyebaran: Di Sumatra Selatan, jenis ini terdapat di Kecamatan Inderalaya, Ogan Ilir. Burkill (1953:1056) menemukan jenis ini di Singapura dan Sumatra.
167 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 2, MARET 2009
Pengenalan jenis: jenis ini dikenal warna batang coklat kemerahan, bentuk helaian daun memanjang (oblongus), ukuran daunnya kecil dengan panjang daun 10,5 cm dan lebar 3,7 cm, daun seperti kertas (papyraceus).
Dua, Kecamatan Semendo Darat Laut, Kabupaten Muara Enim, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Ridley (1922: 175) menemukan jenis ini di Singapura Sumatra dan Malay Peninsula.
Kegunaan: jenis ini batang kayunya dapat digunakan sebagai tiang, buahnya yang agak asam dapat dijadikan penyedap masakan.
Pengenalan jenis: Daunnya yang seperti kulit (coriaceus), helaian daun yang memanjang (oblongus), panjang daun 14 cm dan Lebar 5 cm, daunnya apabila sudah kering berwarna coklat muda.
Habitat: Jenis ini tumbuh tersebar di dataran rendah Sumatra (Heyne 1987:1387). (d) Garcinia fobesii King., Ridley, H. N. 1922. Flora of The Malay Peninsula. Vol. I. p. 175; Burkill, I. H. 1935. A Dictionary of The Economic Products of The Malay Peninsula. Vol I. p. 1049; Whitmore. T. C. 1973. Flora of Malay. Vol 2. p. 211. ; Watanabe. 1969. Collection of Illustrated Tropical Plant. p 186. Nama daerah: Lenggugur (Semendo) Jenis ini berupa pohon dengan ukuran yang kecil hingga sedang, bahkan tingginya mencapai 18 m, diameter batang 90 cm. Arah tumbuh batang lurus (erectus), jenis batang berkayu (lignosus), warna batang coklat kemerahan, bentuk lintang batang bulat (teres), batangnya mengeluarkan getah berwarna kuning. Daun seperti kulit (coriaceus), tersusun berseling-berhadapan (folia opposita), bentuk helaian daun memanjang (oblongus), panjang daun 14 cm dan lebar daun 5 cm, ujung daun runcing (acutus) dengan sudut 700, pangkal daun menyempit (attenuatus) dengan sudut 900, pinggir daun rata (integer), permukaan atas daun licin (leavis) mengkilap dan berwarna hijau tua, permukaan bawah licin (leavis) mengkilap dan berwarna hijau pupus, pertulangan daun menyirip (penninervis), tangkai daun bulat (teres) permukaan tangkai licin, warna tangkai daun hijau kekuningan, panjang tangkai 1,1 cm dan diameter 0,15 cm Siter spesimen: Deskripsi sesuai dengan data spesimen Sumatra Selatan, Desa Muara Dua Semendo Darat Laut, Agustus 1, 2004, Eprilia 04 (SRI.fr) Penyebaran: Di Sumatra ditemukan di kecamatan Kayu Ara, Kabupaten MUBA, Kecamatan Sembawa, Kecamatan Banyuasin, Desa Muara
Kegunaan: Jenis ini menghasilkan buah yang rasanya agak asam dan biasanya dijadikan sebagai bumbu penyedap masakan. Habitat: jenis ini terdapat di hutan dataran rendah (Ridley 1922:175). (e) Garcinia celebica L., Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jilid KeII. p. 1382. Nama daerah: Behuwas (Lubai dan Ogan Ulu); Beruwas (Ind). Jenis ini berupa pohon tingginya mencapai 15 cm, diameter batang 30 cm. Arah tumbuh batang lurus (erectus), jenis batang berkayu (lingnosus), warna batang coklat kehijauan, bentuk lintang batang bulat (teres), batangnya mengeluarkan getah berwarna putih dan warna kayu putih. Daun seperti kertas (Papyraceus), tersusun berseling-berhadapan (folia opposita), bentuk helaian daun memanjang (oblongus), panjang daun 16 cm dan lebar 5 cm, ujung daun runcing (acutus) dengan sudut 600, pangkal daun menyempit (attenuatus) dengan sudut 1000, pinggir daun rata (integer), permukaan atas daun licin (leavis) mengkilap dan berwarna hijau muda, permukaan bawah daun licin (leavis) mengkilap dan berwarna hijau muda, pertulangan daun menyirip (penninervis), tangkai daun bulat (teres), permukaan tangkai licin, warna tangkai hijau kekuningan, panjang tangkai 1,5 cm dan diameter 0,3 cm. Siter spesimen: Deskripsi sesuai dengan data spesimen Sumatra Selatan Desa Jiwa Baru, Agustus 9, 2004, Eprilia 05 (SRI.fr). Penyebaran: Di Sumatra Selatan ditemukan Desa Jiwa Baru, Kecamatan Lubai, Kabupaten
Dahlan, Laila dan Eprilia, Eksplorasi dan Studi Keragaman Garcinia L. 168
Muara Enim. Heyne (1987:1382) menemukan jenis ini tersebar di Jawa, Makasar, dan Bangka. Pengenalan jenis: jenis ini dikenal dengan getahnya yang berwarna putih dan kayunya yang berwarna putih daun seperti kertas (Papyraceus), helaian daun memanjang (oblongus), panjang daun 16 cm dan lebar 5 cm. Daun pada jenis ini apabila sudah kering akan berwarna coklat muda. Kegunaan: Jenis ini batang kayunya dapat dijadikan sebagai bahan bangunan dan bahan untuk membuat perahu. Sedangkan buahnya yang asam dapat dimakan dan getah yang dihasilkan oleh jenis ini dapay dijadikan sebagai racun (Heyne 1987:1382). Habitat: jenis ini mudah tumbuh di atas ketinggian 200 m di atas permukaan laut (Heyne 1987:1382). (f) Garcinia nigrolineata Planch. Ex T. Anders.; Burkill, I. H. 1935. A Dictionary of The Economic Products of The Malay Peninsula. Vol I. p. 1055; Whitmore. T. C. 1973. Tree flora of Malay. Vol 2. p. 218. ; Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jilid Ke-II. p. 1387.; Watanabe. 1969. Collection of Illustrated Tropical Plant. p 192. Nama daerah: Kandis Berok (Beringin); Kandis Utan (Ogan Ulu). Jenis ini berupa pohon tingginya mencapai 10 cm hingga 14 m, diameter batang 16 cm sampai dengan 22 cm. Arah tumbuh batang lurus (erectus), jenis batang berkayu (lingnosus), warna batang coklat kemerahan, bentuk lintang batang bulat (teres), batangnya mengeluarkan getah berwarna kuning. Daun seperti kulit (coriaceus), tersusun berseling-berhadapan (folia opposita), bentuk helaian daun lanset (lanceolate), panjang daun 16,5 cm dan lebar 5,5 cm, ujung daun runcing (acutus) dengan sudut 500, pangkal daun menyempit (attenuatus) dengan sudut 800, pinggir daun rata (integer), permukaan atas daun licin (leavis) mengkilap dan berwarna coklat muda, permukaan bawah daun licin (leavis) mengkilap dan berwarna hijau pupus, pertulangan daun menyirip (penninervis), tangkai daun bersegi (angularis), permukaan tangkai licin, warna tangkai hijau muda, panjang tangkai 2 cm dan diameter 0,23 cm.
Siter spesimen: Deskripsi sesuai dengan data spesimen Sumatra Selatan Desa Jiwa Baru, Agustus 11, 2004, Eprilia 06 (SRI.fr). Penyebaran: Di Sumatra Selatan ditemukan Desa Jiwa Baru, Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim. Burkill (1953:1055) menemukan jenis ini di Siam, Tennasserim dan sepanjang Malaysia. Pengenalan jenis: Jenis ini dikenal dengan bentuk helaian daunnya seperti lancet (lanceolate), ukuran daunnya ramoping dan panjang 16,5 cm dan lebar 5,5 cm. Daun pada jenis ini apabila sudah kering akan berwarna coklat muda. Menurut Whitmore (1973:218) kulit kayunya bagian dalampada jenis ini mengandung getah kuning terang dalam jumlah sedikit. Kegunaan: Pada jenis ini, batang kayunya dapat dijadikan sebagai tiang untuk bangunan, buahnya dapat dimakan dan rasanya manis (Heyne 1987: 1387). Habitat: Jenis ini tersebar di dataran rendah Sumatera (Heyne 1987:1387). (g) Garcinia mangostana L. Steeenis. C. G. G.1987. Flora. Cet. II.p. 259.; Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jilid ke-II.p. 1385. Jenis ini berupa pohon ketinggiannya mencapai 20 cm, diameter batang 25 cm. Arah tumbuh batang lurus (erectus), jenis batang berkayu (lignosus), warna batang coklat tua, bentuk lintang batang bulat (teres), batangnya mengeluarkan getah berwarna kuning. Daun seperti kulit (coriaceus), tersusun berseling-berhadapan (folia opposita), bentuk helaian daun oval (ovalis), panjang daun 20 cm dan lebar 10,3 cm, ujung daun meruncing (acuminatus) dengan sudut 1200, pangkal daun menyempit (attenuatus) dengan sudut 1150, pinggir daun rata (integer), permukaan atas daun licin (leavis) mengkilap dan berwarna hijau muda, permukaan bawah daun kesat dan berwarna hijau muda, pertulangan daun menyirip (penninervis), tangkai daun bulat (teres), permukaan tangkai licin, warna tangkai hijau muda, panjang tangkai 2 cm dan diameter 0,3 cm. Siter spesimen: Deskripsi sesuai dengan data
169 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 2, MARET 2009
spesimen Sumatra Selatan, Desa Muara Dua Semendo Darat Laut, Agustus 3, 2004, Eprilia 07 (SRI.fr) Penyebaran: Di Sumatra Selatan di temukan di Kota Palembang, Kecamatan Inderalaya (Ogan Ilir), Desa Lukis Rejo (Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur), Kecamatan Kayu Ara (Kabupaten MUBA), Kecamatan Sembawa (Kabupaten Banyuasin), Desa Muara Dua (Kecamatan Semendo Darat Laut Kabupaten Muara Enim), Desa Jiwa Baru (Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim), Kecamatan Tanjung Raja (Kabupaten Ogan Komering Ilir), Desa Lawang Agung(Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat). Heyne (1987: 1385) menemukan janis ini hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Gambar 1. Garcinia macrophylla Miq., Bakcer, C.A.
Gambar 3. Garcinia parvifolia (Miq.) Miq.
Pengenalan jenis: Jenis ini dikenal denga bentuk helaian daun oval (ovalis), panjang daun 20 cm dan lebar 10,3 cm. Daun seperti kulit (coriaceus). Daunnya apabila sudah kering akan berwarna coklat muda. Kegunaan: jenis ini banyak kegunaanya mulai dari akarnya yang dapat dijadikan sebagai obat haid yang tidak teratur, kayunya dapat dijadikan sebagi bahan bangunan, buahnya dapat dimakan dan bahkan beberapa tahun terakhir ini senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada jenis ini dapat dijadikan obat kontrasepsi alternatif dalam dunia farmasi. Habitat: Jenis ini tumbuh tersebar di dataran rendah dengan ketinggian 250 m di atas permukaan laut (Steenis 1987:259).
Gambar 2. Garcinia bancana (Miq.) Miq., Ridley, H. N.
Gambar 4. Garcinia fobesii King., Ridley, H. N.
Dahlan, Laila dan Eprilia, Eksplorasi dan Studi Keragaman Garcinia L. 170
Gambar 5. Garcinia celebica L., Heyne, K.
Gambar 6. Garcinia nigrolineata Planch. Ex T. Anders
Gambar 7. Garcinia mangostana L. Steeenis. C. G. G.
(2) Kunci determinasi jenis-jenis Garcinia L. Yang didapatkan 1. Helaian daun Oblongus……………………. 2 Helaian daun Ovalis.………………………. 5 2. Ujung daun acuminatus……………………. 3 Ujung daun acutus…………………………. 4 3. Tulang daun penninervis, panjang daun 20 cm-27c………....................G. mangostana Tulang daun penninervis tenggelam, panjang daun < 20 c......................G. parvifolia 4. Daun coriaceus, tangkai daun teres………... 6 Daun papyraceus, tangkai daun angularis…………..……… ....G. nigrolineata 5. Pangkal daun rotundus, panjang daun >27 cm ………………………….G. macrophylla Pangkal daun attenuatus, panjang daun 20 cm- 27 cm……………………..G. bancana 6. Getah kuning, diameter < 0,25 Cm……….…………………………… G. fobesii Getah putih, diameter tangkai daun 0,25 cm-0,3 cm ..............................G. celebica Pemanfaatannya bagi Perkuliahan Morfologi Tumbuhan Hasil penelitian ini memiliki manfaat yang
besar bagi kegiatan perkuliahan Morfologi Tumbuhan di perguruan tinggi. Pemanfaatan hasil penelitian ini dapat dilihat dari beberapa segi: pengembangan materi ajar, pengembangan metode pembelajaran, dan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Dari segi pengembangan materi ajar, hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi tenaga pengajar (dosen) untuk mengembangkan materi ajar berdasarkan hasil penelitian dosen yang bersangkutan. Materi yang dikembangkan dengan cara ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu lebih autentik, kontekstual, dan mampu memotivasi mahasiswa. Materi ajar yang dikembangkan dari hasil penelitian akan menjadi lebih autentik karena materi ini diperoleh dari “tangan pertama”, yaitu dari peneliti sendiri, tanpa perantaraan uraian orang lain dari buku teks. Materi menjadi lebih kontekstual berarti bahwa materi yang diajarkan berada atau berdekatan dengan lingkungan mahasiswa sendiri. Hal ini terjadi apabila lokasi penelitian berdekatan dengan lingkungan tempat tinggal atau tempat belajar mahasiswa. Hal ini juga akan mendekatkan teori atau konsep yang abstrak kepada kenyataan yang
171 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 2, MARET 2009
konkret dan dapat dipersepsi oleh mahasiswa secara langsung. Materi yang autentik dan kontekstual dengan lingkungan mahasiswa pada gilirannya akan memotivasi atau sekurang-kurangnya akan menginspirasi mahasiswa untuk berjiwa meneliti (researching minded) yang akan berpengaruh positif terhadap kegiatan perkualiahan selanjutnya atau pada kehidupannya kelak sebagai seorang ilmuwan. Dari segi pengembangan metode pembelajaran, hasil penelitian ini dapat menjadi model bagaimana kegiatan atau proses penemuan terjadi. Artinya, kegiatan penelitian yang telah dilakukan ini dapat menjadi model bagi mahasiswa bagaimana proses penemuan konsep berlangsung, dari perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai penyajian hasil penelitian. Dalam rangka pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan mahasiswa (student active learning), pembelajaran melalui penemuan merupakan salah satu model yang dianjurkan. Kegiatan ini juga dapat dimodifikasi dengan berbagai variasi kegiatan penemuan (inkuiri) yang digabungkan dengan pembejalaran kooperatif atau kolaboratif (cooperative learning, collaborative learning). (Tentang pembelajaran kolaboratif, baca di antaranya Barbara Leigh Smith and Jean T. McGregor, 1992). Dari segi pengelolaan kegiatan pembelajaran atau perkuliahan, penelian ini dapat menjadi model bagi pelaksanaan perkuliahan di luar kelas atau kuliah lapangan. Dalam hal ini, dosen bersama mahasiswa dapat merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan kegiatan perkuliahan lapangan dengan tujuan mengeksplorasi, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, berbagai jenis flora berdasarkan berbagai kategori. Dengan demikian, pengelolaan perkuliahan akan diperkaya dengan berbagai kegiatan lapangan yang bersifat akademik. Apa yang sudah dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan serupa yang melibatkan mahasiswa dengan fungsi dan peranan yang disepakati dan direncanakan bersama oleh dosen dan mahasiswa.
SIMPULAN
Berdasarkan ciri makromorfologi terhadap 7 jenis Garcinia L. yaitu Garcinia macrophylla Miq., Garcinia bancana (Miq.) Miq., Garcinia parvifolia (Miq.) Miq. syn Garcinia dioica Blume, Garcinia fobesii King., Garcinia cele-
bica L., Garcinia nigrolineata Planch. Ex T. Anders, Garcinia mangostana L. menunjukan adanya keragaman dilihat dari variasi daun dengan parameter bentuk helaian daun, ujung daun, pangkal daun, permukaan daun, warna daun, susunan tulang daun, jenis daun, dan ukuran daun. Pengkajian keragaman jenis dalam Garcinia L. Dengan pendekatan konsep Taksonomi Tumbuhan dapat memantapkan status taksonomi Garcinia L. berdasarkan sifat dan ciri morfologi. DAFTAR RUJUKAN
Adisoemarto, S dan Y. R. Suhardjono. 1997. Arah Pengembangan Biositematika di Indonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. 3 (1): 48-53 Backer, C.A. and R.C.B. van den Brink Jr. 1963. Flora of java ( Spermatophytes Only). Vol. I. N. V. P. Noordhoff-Groningen, The Netherlands. Burkill,I.H. 1935. A Dictionary of The Economic Product of The Malay Pninsula. Vol I. Goverments of The Strits Settlements and Federated Malay State. London. Davis, P. H. and V. H. Heywood. 1973. Principles of Angiosperm Taxonomy. Robert E. Krieger Publishing Company Huntington, New York. Heyne, K.,1987. Tumbuhan berguna Indonesia III. Jilid ke-II. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Hildebrand, F.H. 1949. Lijst van Boomsoorten verzameld in Plembang (List of Tree Spesies Collected In Palembang). Dienst van hot Boswezen, Department van Landbeuw on Vissorij. Mansyah, E., HS. Edison., M. Winarno. 1992. Eksplorasi dan Studi Keragaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Sumatra Barat dalam Kumpulan Kliping Manggis: Budidaya & Peluang Bisnis. Penelitian Hortikultura. Vol. 5. No.1. PIP Trubus. Jakarta. Mogea, J.P., Gandawidjaya, D. Wiriadinata, H. Nasution, dan R.E. Irawati. 2001. Tumbuhan langka Indonesia. Puslitbang BiologiLIPI. Bogor. Indonesia Radford, A. E., 1986. Fundamentals of Plants Systematics. Harper and Row Publishers. Inc. New york. Ridley, H. N. 1922. The Flora of The Malay
Dahlan, Laila dan Eprilia, Eksplorasi dan Studi Keragaman Garcinia L. 172
Peninsula. L. Reeve & Co. Ltd. Henrietta Street. Covent Garden. London. Smith, B.L. and Jean T. McGregor. 1992. What is Collaborative Learning? Pennsylvania: the National Center of Postsecondary Teaching, Learning, and Assessment. Van Steenis, C.G.G.J.V. 1997. Flora untuk Sekolah di Indonesia (Terjemahan). Cetakan ketujuh. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Woodland, Dennis. W. 1991. Comtemporary Plant Systematics. Prentice Hall. Englewood Sliffs. New Jersey. Whitmore, T. C. 1973. Guttiferae. In Whitmore, T.C. (eds). Flora of Malaya. Forest Research Institut. Longman. London.